Ceritasilat Novel Online

Si Angin Puyuh Tangan Kilat 24


Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya Gan Kh Bagian 24


Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya dari Gan Kh   Tanpa kuasa badannya terbang meluncur kesamping.   Hebat memang kepandaian Nyo Wan-ceng didalam kepungan musuh seketika ia memperlihatkan ilmu Ginkangnya yang hebat, di tengah udara ia jumpalitan segesit burung dara, sementara cambuk peraknya sudah terbang melingkar-lingkar, begitu kakinya menginjak tanah empat tentara yang menyerbu datang masing-masing kena disabet sekali dan bergelung dengan sambil mengerang kesakitan.   Seorang tentara lain yang bersenjata golok besar sebetulnya sudah menyerbu datang melihat Nyo Wan ceng begitu lihay saking kaget ia menjadi gugup sendiri dan berteriak ketakutan.   "Siau mo li !"   "Benar,"   Seru Nyo Wan ceng tertawa besar.   "Memang akulah Siau mo li yang suka membantaipasukan anjing penjajah macam kalian."   Dimana cambuknya disendal dan melingkar seketika pergelangan tangan tentara itu seperti terbelit putus kontan golok besarnya terbang tinggi ketengah udara, tentara yang lain segera bersorak ketakutan dan mundur terbirit birit.   Sebat sekali Nyo Wan ceng putar tubuh tahu tahu cambuk peraknya sudah menyabet kearah siperwira muda itu.   Tujuannya seperti semula hendak meringkus pemimpin mereka lebih dulu.   Mengandal pedangnya siperwira muda melindungi badannya, bayangan cambuk menari selulup timbul sementara cahaya pedang membundar menggubat badan, serangan cambuk dilancarkan dengan gencar dan cepat namun pertahanan pedang siperwira cukup kokoh dan rapat sementara waktu kedua pihak kelihatan sama kuat setanding.   Agaknya siperwira belum pernah lihat permainan cambuk yang dilancarkan lambat laun ia terdesak mundur beberapa langkah tapi setiap kakinya melangkah mundur tekanan serangan Nyo Wan ceng pasti kena dipunahkan sebagian besar selama itu belum bisa cambuk Nyo wan ceng mengenai lawan.   Tiba tiba seorang muda lainnya melompat keluar dari rombongan orang banyak, bentaknya.   "Jangan bertingkah biar aku hadapi kau Siau moli ini!"   Suaranya nyaring dan melengking meski sedangmemaki tapi kedengarannya cukup jeIas dan menusuk kuping.   Kedatangan musuh cukup kuat belum lenyap kata katanya tahu tahu Nyo Wan-ceng sudah merasakan tekanan angin kencang dari sambaran senjata berat yang menyerang punggungnya.   Lekas Nyo wan ceng sabetkan cambuknya kebelakang, kembali ia lancarkan tipu melilit pergelangan merebut senjata dari permainan ilmu cambuknya tapi perwira muda ini tidak bisa dibanding tentara yang bersenjata golok besar tadi, dengan tangkas lawan menggeser kaki pindah kedudukan lalu dengan jurus Jiay hong to hu (burung merak merebut sarang) dua bilah liu yap tonya ternyata balas menyerang secara sengit dan tangkas.   Baru sekarang Nyo Wan ceng dapat melihat jelas bahwa perwira muda yang kedua ini adalah seorang perempuan.   Tak heran suaranya tadi melengking nyaring dan aneh kedengarannya.   Heran dan tidak mengerti Nyo Wan-ceng, pikirnya.   "Tak nyana dalam pasukan anjing penjajah ini terdapat anak perempuan yang berkepandaian lihay."   Tidak berani ia pandang rendah musuh dengan cepat ia kembangkan Lian goan sam pian (tiga pecutan berantai).   Begitu perempuan itu bentrok langsung dengan Nyo Wan ceng lantas dia menginsafi bahwa kepandaian sendiri masih setingkat lebih asor cumadia berwatak suka menang apa Iagi kuatir ditertawai oleh sekian bawahan bahwa dirinya kena dikalahkan oleh Siau mo li karena gugup segera ia berseru.   "Toako kenapa tidak kau bantu aku? Memang kau sudah kepincut oleh parasnya yang cantik?"   Nyo Wan-ceng gusar, bentaknya.   "Tidak tahu malu."   Sret sret gerak cambuknya selincah naga terbang, kelihatannya memukul bagian atas, namun mendadak menggulung kesebelah bawah. Gadis itu dirabunya mencak-mencak kerepotan namun mulutnya masih usil balas memaki.   "Siapa tidak tahu malu kau Siau mo li ini justru tidak tahu malu. Mana laki-laki liarmu kenapa tidak lekas keluar?"   "Awas dik!"   Tiba-tiba perwira muda itu berseru memperingatkan, terdengarlah "cras'' dimana cambuk perak Nyo Wan ceng menyambar sebagian pakaiannya kena disambar hancur berkeping keping.   Semula perwira itu segan main keroyokan melihat adiknya kewalahan menghadapi Nyo Wan-ceng, dengan gugup segera ia maju kedepan membantu.   Sebetulnya Geng Tian tidak ingin ikut turun tangan, tapi setelah melihat beberapa gerakan ia tahu bahwa Nyo Wan ceng sekali kali bukan tandingan mereka berdua, maka tanpa hiraukan luka-lukanya, sambil membentak segera ia melabrak keluar.   Geng Tian mendadak menerobos keluar, gerak geriknya cepat luar biasa, waktu para tentara bersorakdan merubung maju hendak mencegat, lenyap suaranya orangnyapun tiba langsung ia menubruk kearah perwira muda itu.   Perwira muda itu melintangkan pedangnya menangkis namun gerakan Geng Tian sungguh cepat luar biasa, tiba tiba kipasnya bergerak miring terus menyerang dari posisi yang tidak terduga sebelumnya, lekas perwira muda mengayun pedang membuat bundaran bundaran kecil, tapi belum lagi bundaran kecil itu tertutup Geng Tian gunakan suatu gerakan pura-pura memancing lawan, sementara kipasnya dengan kilat menyelonong masuk dari lobang sela sela bundaran pedangnya yang belum terkatup itu menutuk kepadanya, yang diarah adalah Ih-khi hiat dilambungnya.   Kontan terdengar siperwira menggerung pendek dan tersurut mundur tiga langkah serunya memuji.   "Gerakan bagus yang amat cepat! Siapa kau?"   Ternyata ia tidak jatuh oleh tutukan kipas Gang Tian.   Kiranya meski tutukan Geng Tian tepat mengenai sasarannya tapi ternyata yang dikerahkan terlalu lemah maka tutukannya itu tak berhasil menghentikan jalan darah orang dan lagi latihan Lwekang perwira muda sudah cukup matang, sedikit menekuk dada dan mengembang kempiskan perutnya, apalagi terpaut selapis pakaiannya maka tenaga tutukan Geng Tian yang Iemah itu dengan gampang dapat ia punahkan.   Namun demikian ia rasakan lambungnya sakit juga.Dalam pada itu dua perwira lain yang berkepandaian rada tinggi segera menyerbu bersama maksudnya hendak membantu atasannya.   "satu keparat ini pastilah bocah she Geng itu !"   Berpikir perwira muda itu.   "Serangan teramat lihay dan menakjupkan cuman tenaga murninya kenapa begitu kendor, apakah dia terluka?"   Tapi dia malah tidak mau unjuk kelemahan dihadapan sekian banyak anak buahnya, katanya bergelak tertawa.   "San tian ju memang tidak bernama kosong kalian mundur biar aku hadapi dia sendiri."   Cepat sekali Geng Tian sudah putar badan kipasnya menjojoh ketimur menutuk kebarat dengan gayanya yang indah ia menyerang keperwira yang berada di sebelah kiri tapi mendadak tahu sudah menerjang perwira yang disebelah kanan.   Sebetulnya kepandaian siperwira ini tidak lemah, senjatanya sebatang tombak panjang dalam waktu gawat tidak sempat ia tarik badan untuk melindungi badan.   Tahu tahu ia rasakan separo badannya kesemutan, pergelangan tangannya pun keseleo kena dicengkeram dengan Hun-kin joa kut hoat oleh Geng Tian.   Waktu kaki Geng Tian gentayangan sementara perwira satunya sudah menubruk tiba agaknya Geng Tian seperti sukar mengembalikan badannya lagi untuk berdiri, dan terjatuh kedalam pelukannya.   Perwira ini menggunakan gaman sepasang gantolanbegitu kedua gantolannya dikatupkan, tapi gerakan Geng Tian lebih cepat lagi, begitu jarinya menjojoh ia berhasil menusuk Hiat to orang lebih dulu.   Mesti kedua gantolannya sudah sirna maka hanya melobangi pakaian Geng Tian saja.   Melihat beberapa gerakan dengan berlincahan seperti kelinci saja, orang sudah berhasil merobohkan kedua pembantunya yang paling diandalkan, karena terkejut perwira muda itu tanpa perduli orang terluka atau tidak cepat ia boyong seluruh kepandaiannya, dengan Loan pi hong kiam hoat ia cecar Geng Tian dengan tiga serangan pedang berantai.   Keruan Nyo Wan-ceng amat kuatir, teriaknya;   "Geng toako, lekas kau lari! Kenapa kau tidak patuh akan nasehatku?"   Geng Tian berhasil punahkan dua jurus serangan lawan, teriaknya.   "kaulah yang dengar kataku, lekas kaulari beri kabar kepada Liong pangcu."   Jurus ketiga ia sudah kehabisan tenaga kipasnya kena ditangkis dan tersampok jatuh oleh golok perwira muda itu.   Sekumur darah segar kontan menyembur dari mulut Geng Tian, seketika ia jatuh tersungkur dan jatuh semaput.   Agaknya ia sudah kehabisan tenaga, belum lagi musuh membekuk, dia sudah roboh lebih dulu.   "Berani kau bunuh toakoku biar kurenggut juga nyawamu!"   Demikian teriak Nyo Wan ceng mengancam, meski kepandaian si-gadis itu lebih asordari dia, namun dalam waktu dekat, terang ia tidak mampu membebaskan diri dari libatan lawan.   Perwira muda segera menjinjing badan Geng Tian dan meraba hidungnya, katanya tertawa.   "Nona tak usah gagap, Toakomu hanya jatuh pingsan, belum meninggal. Mungkin sebelum ini ia sudah terluka bukan,"   Nada bicaranya lemah lembut, betul betul diluar dugaan para tentara yang dibawanya, namun kilas lain mereka lantas membatin.   "Siau mo li ini berwajah begitu cantik seperti bidadari mungkin Kongcu kita ini sudah terpincut olehnya!"   Demikian juga Nyo Wan-ceng sendiri merasa heran, mendadak ia teringat sesuatu, tak tertahan berdetak jantungnya.   Waktu itu perwira yang bersenjatakan gantolan itu sudah ditolong oleh temannya, kepandaiannya tidak lemah, tapi dalam gebrak permulaan tadi, ia lantas terjungkal oleh tutukan Geng Tian sudah tentu malunya bukan main, begitu tutukan jalan darahnya bebas segera ia meluruk maju bantu gadis itu mengerubut Nyo Wan ceng.   Diam diam Nyo Wan ceng menerawang.   "Ucapan Geng toako memang tidak salah, memberi kabar ke Ki lian san memang merupakan tugas yang amat penting, naga naganya perwira muda ini tidak bermaksud melukai jiwa Geng toako, entah apakah dia ini orang yang dimaksud oleh Toh Hok itu?"   Lalu terpikir pula olehnya;   "Kepandaian mereka bersaudara cukup hebat, seorang diri aku tidak akan kuat melawankeroyokan mereka, aku sendiripun takkan bisa menolong Geng toako. Lebih baik aku mematuhi seruannya biar aku pergi ke-Ki Lian san menemui Liong pangcu lebih dulu, beramai ramai kita tentu dapat menolongnya keluar."   Karena pikirannya ini.   "Sret"   Cambuknya menjadi kaku menusuk kena perwira yang bersenjata gantolan itu, jurusnya ini dinamakan Lam to cit sing ujung cambuknya bergetar tujuh kali, memecahkan tujuh cahaya perak yang membundar seperti kuntum kembang, betul betul menyerupai bintang yang kelap kelip menyolok mata.   Lekas perwira itu katupkan kedua gantolannya kemuka untuk melindungi badan tak nyana serangan Nyo Wan ceng ini hanyalah gertakan belaka mendesak orang mundur, tiba-tiba ia putar badan sambil menyapu dengan cambuknya, disaat gadis itu menangkis dengan kedua sayap goloknya, bagai burung terbang menjulang ke langit, Nyo Wan ceng sudah mencelat pergi dari samping tubuhnya.   "Siau mo li,"   Seru gadis itu.   "kita belum menentukan siapa menang dan kalah, kalau suka berkelahi mari diteruskan sampai puas!"   "Bagus kalau kau berani mari kesini satu lawan satu. Kalian main keroyok, maaf aku tidak sudi melayani!"   Dalam berkata-kata itu ia sudah melesat keluar dari kepungan, mana para tentara itu mampu menghalangi dia ? Dari kejauhan Nyo Wan cengberpaling dan berseru pula.   "Seujung rambut saja kalian mengusik Toakoku, jangan harap kalian bisa tidur lelap! Berani bicara tentu berani kulaksanakan, akan datang kesempatan kubuat perhitungan pada kalian."   Perwira bergaman sepasang gantolan itu segera cemplak seekor kuda, serunya.   "Menghadapi siluman wanita macam dia buat apa bicara soal aturan kangouw segala? Betapapun tinggi ginkangnya, masakah lebih cepat dari kudaku ini, mari kita kejar dia."   Seruan ini mendapat tanggapan ramai.   Beberapa yang lain yang merasa kepandaiannya tidak rendah beramai cemplak kuda ikut mengudak.   Meski gadis itu mendongkol karena Nyo Wan-ceng memandang rendah dirinya tapi mengingat satu lawan satu dirinya bukan tandingan orang, kalau main keroyok, menurun derajatnya dan gengsinya maka ia hanya mengkerut kening tidak ikut mengejar.   Perwira muda itupun mengerut kening, tapi ia berpikir.   "Kalau aku cegah mereka mengejar, mungkin bisa menunjukkan rasa curiga dan tak senang mereka. Nona itu berkepandaian tinggi, kukira mereka tidak akan membekuknya."   Maka segera ia tertawa katanya.   "Baik, adikku, mari kita ikut melihat lihat saja tidak harus turun tangan."   Waktu itu cuaca sudah terang benderang tak lupa setelah rombongan besar ini maju ke-arah barat, tiba tiba tampak dua ekor kuda berlari mendatangikeduanya sama ditunggangi orang.   Semula ada lima orang yang mengejar, kini cuma empat orang dan dua kuda yang kembali, tak perlu dijelaskan, terang kuda kuda mereka binasa ditengah jalan.   Kiranya satu diantara lima perwira yang mengejar Nyo Wan ceng itu seorang diantaranya adalah ahli panah yang kenamaan di Liang ciu, kuda tunggangannya besar kekar dan berlari paling cepat lagi, dia mendahului berhasil mengejar Nyo Wan ceng.   Ia tahu kepandaian Nyo Wan ceng tinggi maka tidak berani bertempur diatas kuda, maka didalam jarak ratusan langkah, segera ia kembangkan keahliannya "Sret, sret"   Beruntun tiga kali ia lepaskan anak panahnya.   Dua batang anak panah yang terdahulu kena dihindari oleh Nyo Wan ceng, panah ketiga mengenai tepat dan robohlah sasarannya.   Perwira itu kegirangan lekas ia turun dan hendak membekuknya.   Tak duga mendadak Nyo Wan ceng mencelat bangun, malah berhasil membekuk perwira itu dan merebut kuda tunggangannya pula.   Ternyata ia hanya pura para saja kena dipanah, soalnya hari masih remang remang kelihatannya panah itu mengenai tenggorokannya, sebetulnya kena digigit oleh giginya.   Empat perwira yang lain segera mengejar tiba, karena kudanya dimuati dua orang, meski kuda bagus lambat laun terkejar keempat kuda yang lain.   Makaberkata Nyo Wan-ceng tertawa dingin.   "Diberi tidak membalas kurang hormat biar kalianpun berkenalan kepandaianku memanah kuda,"   Kalau panah berantai sekaligus bisa dilepas tiga kali sudah merupakan kepandaian yang hebat, namun ia beruntun melepaskan empat batang panah.   Perwira bergaman gantolan itu berkepandaian paling tinggi, ia berhasil menangkis jatuh panah yang mengincar kudanya, seorang lain yang ahli menunggang kuda juga berhasil meluputkan diri, dua ekor yang lain kena otaknya dan roboh binasa, dua perwira penunggangnya ikut terjungkal jatuh dengan luka-luka ringan.   Setelah melaporkan keadaan sebenarnya, perwira bergaman gantolan itu berkata pula.   "Karena harus menolong sesama kawan, kami tidak bisa mengejar Siau-mo-li pula. Terpaksa kembali saja, harap Kongcu memberi ampun."   "Untunglah kalian tidak sampai terluka berat, terhitung kalian beruntung,"   Demikian ujar perwira muda itu.   "Siau-mo li hanya menahan kuda tidak mengejar orang, agaknya dia memberi keringanan kepada kalian."   Mereka malu muka para perwira itu kata bergaman gantolan itu.   "Tapi Yapi Ciangkun kena ditawan olehnya."   "Itulah yang membuatku heran,"   Demikian ujar perwira itu menepekur.   "Dia menawan seorang kita entah apa maksudnya?"Gadis itu menimbrung bicara.   "Mungkin hendak tukar tawanan."   "Tapi Ciangkun adalah guruku memanah, jikalau dia benar benar minta kami menukar tawanan, wah membuatku serba sulit juga."   Perwira bergaman gantolan berkata.   "Bocah she Geng ini kabarnya adalah buronan yang ingin ditangkap oleh Wanyen Ongya, sudah tentu tidak boleh ditukar."   Sebetulnya perwira muda ingin mencari alasan supaya kelak bisa menukar tawanan, namun mendengar tanggapan bawahannya, ia urungkan niatnya terpaksa harus mencari jalan lain. O^~dwkz^hendra~^O   Jilid 24 Disaat ia berpikir itulah tiba-tiba dilihatnya seseorang berlari lari ditengah jalan di-kejauhan sana, mata siperwira muda ini paling tajam ia lihat lebih dulu, setelah berseru heran ia berkata .   "Coba lihat bukankah itu Yapi Ciangkun ?"   Cepat semua orang memapak maju setelah dekat barulah mereka melihat jelas, memang jelas Yapi Ciangkun adanya.   Tampak badannya basah kuyup oleh keringatnya, napasnya ngos-ngosan berlarikehadapan siperwira muda.   Berbareng orang banyak mengajukan berbagai pertanyaan kepadanya.   "Aturlah dulu napasmu baru bicara,"   Kata perwira muda. Yapi mengeluh lebih dulu, lalu jawab pertanyaan para sejawatnya.   Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya Gan Kh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Bukan aku berhasil melarikan diri karena mengandalkan kepandaianku, kalau dikatakan sungguh harus disesalkan Siau mo-li sendirilah yang melepaskan aku pulang."   Orang ini adalah seorang Busu yang biasanya terlalu mengagulkan diri, namun dia punya sifat-sifat lain yang tidak dibekali orang lain, dia suka memuji dan patuh kepada seseorang yang berkepandaian lebih tinggi dari pada dirinya, bicara jujur dan apa adanya secara blak-blakan, tanpa tedeng aling-aling lagi.   "Kenapa dia mau melepaskan pulang?"   Tanya perwira bergegaman gantolan itu. Jawab Yapi .   "Dia hanya mengajukan pertanyaan, setelah kujawab dia lantas menyuruh aku kembali.'' Gadis itu mengerutkan kening, tanyanya .   "Apa yang dia tanyakan ?"   "Tuan putri tidak usah kuatir, bukan dia menyelidiki situasi militer, dia cuma tanya-tanya asal usul dan nama kalian kakak beradik. Kupikir, hal ini tidak begitu penting, maka aku lantas menerangkan kepadanya."Gadis itu melengak, katanya .   "Untuk apa dia ingin tahu asal usul dari mana kami ? apa hendak menuntut balas kepada kami kakak beradik ?"   "Wah ! Siau-mo li itu ginkangnya hebat, pergi datang tanpa jejak, bukan saja harus berjaga jaga dia meluruk datang menuntut balas, kita harus berjaga- jaga juga kalau dia main serobotan di istana,"   Demikian timbrung perwira bergegaman gantolan.   "Kami tidak perlu takut dia datang !"   Demikian ujar sigadis.   "Kalau dia datang malah kebetulan aku bisa bertanding pula dengan dia !"   Sebaliknya tergerak hati siperwira muda.   "kenapa dia ingin tahu asal usul dan nama-nama kami, lalu melepaskan tawanannya pulang ? Memangnya dia sudah tahu rahasiahku ?"   "Koko, apa yang sedang kau pikirkan ?"   "Aku sedang berpikir, bagaimanakah caranya untuk membereskan bocah she Geng ini?"   "Apa yang hendak kaulakukan atas dirinya ?"   "Untuk sementara kita harus merahasiakan kejadian hari ini kepada Cian Tiang-jun."   "Kenapa ?"   Berkata perwira muda itu.   "Pertama, dengan susah payah baru kami berhasil menangkap orang ini, kenapa harus diserahkan dia untuk mendapatkan pahalanya ? Kedua, aku sendiri ingin mengompressedikit keterangan mengenai seluk beluk Ceng liong- pang, supaya ayah lebih dapat leluasa untuk menghadapi mereka. Cian Tiang-jun kena dilukai oleh dia pasti membencinya sekali, kalau diserahkan kepadanya, bila Cian Tiang-jun membunuh secara diam2, bukankah kami kehilangan sumber penyelidikan dari mulutnya. Maka peristiwa hari ini kuharap sekali-kali jangan bocorkan kepada siapapun jua."   Orang-orang itu adalah anak buah kepercayaannya, serempak mereka mengiakan, serunya bersama .   "Ucapan Kongcu memang betul, bangsat tua she Cian itu mengagulkan diri sebagai utusan resmi kerajaan, sikapnya yang angkuh dan pongah itu sungguh menyebalkan ada jasa-jasa baik kenapa harus diserahkan kepadanya ? Kongcu tidak usah kuatir, kejadian hari ini adalah kami beberapa orang saja yang tahu sekali-kali tidak akan bocor dan diketahui orang lain."   Berkata pola Yapi-ciangkun seorang diri .   "Bahwasanya negara kita hancur, rumah tanggapun akan berantakan, hari ini kita hanya bisa bercokol di Liang chiu daerah kecil yang terpencil pula, memangnya kita harus terima nasib begini saja? ya, kita harus mandah dihina dan dipermainkan demi urusan dan tugas yang lebih berat. Kita semua orang sendiri, berani kuutarakan isi hatiku, kukira musuh kita yang utama, musuh yang sejati bukanlah kawananberandal Ceng liong-pang berpangkalan di Ki-liansan itu tapi adalah ..."   Perwira muda itu segera menukas dan mencegah orang melanjutkan kata katanya.   "Yapi suhu, ucapanmu ini tidak boleh sembarangan kau katakan cukup asal hati kita masing-masing mengerti saja."   Setelah cuaca terang baru mereka tiba di rumah, perwira muda itu langsung membawa Geng Tian kedalam dan merawatnya disebuah kamar rahasia, katanya berbisik kepada adiknya .   "Bukan saja kami harus mengelabui Cian Tiang jun, persoalan ini jangan sampai diketahui oleh ayah. Moay moay kau harus membantu aku."   Gadis remaja itu mengedip-ngedipkan mata, sikapnya seolah-olah sudah paham akan kata-kata engkohnya yang penuh arti, seketika tersungging senyuman mekar pada roman mukanya, katanya.   "Kenapa sih, bukankah tadi kau katakan kepada mereka, supaya ayah sendiri yang mengompres keterangan orang ini ?"   "Memang sengaja orang ini tidak akan kuberitahukan kepada ayah. Kelak akan kujelaskan kepada kau."   "Koko kulihat kau pasti mempunyai rahasia apa yang takut diketahui ayah. Kau minta aku bantu usahamu maka sekarang juga kau harus jelaskan kepadaku.""Ayah menjadi pejabat tinggi negeri Kim, bagaimana menurut pendapatmu?"   "Memangnya perlu dikatakan pula? Sudah tentu sikapku seperti Yapi ciangkun dan lain lain aku tidak puas melihat sepak terjang ayah selama ini."   "Bagus sekali baiklah kuberitahukan kepada kau ...apa yang mereka bicarakan biarlah kita tunda dilain kesempatan."   Dalam pada itu perlahan-lahan Geng Tian sudah mulai siuman, cuma pandangan dan ingatannya masih samar samar, terasa seseorang sedang duduk disampingnya dan menunduk mengawasi dirinya.   Karena ia masih dalam keadaan setengah sadar, entah dalam keadaan mimpi.   Tapi hidungnya terasa terangsang bau harum, agaknya orang disampingnya ini adalah seorang perempuan.   Geng Tian mencoba menggigit bibirnya, rasanya sakit terbukti bahwa ini bukan dalam impian, rasa sakit itu sendiri seketika banyak membuat kesadarannya pulih sebagian besar lekas ia bersuara.   "Adik Ceng tempat apakah ini?"   Lapat lapat masih teringat olehnya pada waktu dirinya jatuh pingsan, ia sangka pasti Nyo Wan cenglah yang berhasil menolongnya dari tempat bahaya. Perempuan itu tertawa geli, pelita segera dibikin terang, katanya.   "Adik Cengmu belum lagi tiba, coba kau lihat siapa aku ini!"Kali ini Geng Tian sudah melihat jelas, keruan kagetnya bukan kepalang, teriaknya.   "Kau, apa yang hendak kau lakukan atas diriku?"   "Kubawa pulang, akan kusembuhkan luka lukamu!'' sahut gadis itu. Geng Tian bersungut-sungut, ocehnya.   "Lebih baik aku mati ditangan musuh, siapa mengharap kebaikan hatimu yang palsu itu!"   Ia meronta berusaha bangun, namun ia tidak kuasa bergerak. Gadis itu tersenyum manis ujarnya.   "Darimana kau tahu bahwa aku adalah musuhmu?"   Geng Tian gusar dampratnya.   "Kau jangan menggoda aku. Kalian meluruk datang menangkap aku, memangnya kalian hendak anggap aku sebagai sahabat?'' "Sekarang memang bukan sahabat kelak kemungkinan menjadi kawan seperjuangan."   Geng Tian jadi ragu ragu, tanyanya serba curiga.   "Siapakah kalian sebenarnya?"   "Kau yang harus beri tahu dahulu kepadaku apakah ayahmu adalah Kanglam Tayhiap Geng Ciau??'' Mendengar orang menyebut ayahnya sebagai Kanglam Tayhiap, berpikir Geng Tian.   "Memangnya kejadian salah paham, tapi bukan mustahil dia sedang menipu keteranganku."   Maka segera ia menjawab.   "Kalau benar kenapa?""Jadi kau inilah yang bergelar Sian Tian-jiu Geng Tian!'' "Seorang laki laki sejati tidak mengganti nama, dan tidak menukar she. Benar memang akulah Geng Tian. Geng Tian memang aku adanya, kau mau apa?"   "Bagus kalau begitu sekarang kita boleh menjadi sahabat akrab. Perkenankanlah aku orang she Li bernama Ci heng."   Tergerak hati Geng Tian, katanya.   "Kau she Li, lalu siapa nama engkohmu?"   "Sudah tentu engkohkupun she Li, dia bernama Hak-siong!'' Geng Tian tersentak kaget, serunya.   "Li Hak-siong? Lalu siapa ayah kalian?"   "Kenapa kau suka mengorek seluk beluk keluarga orang lain, baik biar kuterangkan seluruhnya. Ayahku adalah penjabat penguasa dari kota Liang-chiu yang bernama Li Ih-siu. Apakah kau perlu tanya asal-usul kakekku sekalian?"   Baru sekarang Geng Tian sadar dan mengerti, pikirnya.   "Ternyata engkohnya adalah orang yang dikatakan oleh Tok Hok itu!"   "Bagaimana ?"   Desak gadis itu.   "Kau bisa anggap kami bersaudara sebagai sahabat tidak?"   "Bisakah kau usahakan supaya aku bertemu dengan engkohmu?""Baik, kau tunggu sebentar. Ha, kebetulan sekali, tuh dia datang!"   Bahwasanya ia tidak tahu bahwa sejak tadi sebetulnya engkohnya sudah tiba.   Memang sengaja ia mengintip adiknya merawat Geng Tian dengan teliti diam-diam ia merasa geli dan nanti hendak menggodanya, maka ia tinggal diam diluar kamar tidak segera masuk.   Setelah masuk kedalam kamar, langsung Li Hak- siong unjuk hormat dan minta maaf kepada Geng Tian.   "Geng-heng, kejadian semalam keadaanku pada waktu itu terpaksa aku harus bertindak menurut suasana!"   "Aku tahu, Tok Hok juga sudah memberitahu kepadaku."   Li Hak siong menjadi girang katanya.   "Kiranya kau sudah bertemu dengan Toh Hok, kalau begitu menghemat tenaga dan ludahku untuk menjelaskan kepada kau, bagaimana luka-lukamu? Ah, sungguh aku menyesal dan tidak enak diri!"   "Aku terluka kena pukulan Cian Tiang-jun tidak sangkut paut dengan kau, sekarang pun sudah banyak baikan!"   "Geng-heng tentramkan hatimu dan rawatlah luka lukamu disini dengan baik, jangan kau hiraukan segala urusan lain.'' "Cara bagaimana aku bisa berlega hati?"   Ujar Geng Tian menghela napas.   "Untuk tujuan apa kedatanganCian tayjin yang kaukatakan tadi memangnya belum kau ketahui."   "Dia minta ayah mengerahkan bala bantuan untuk menggempur Ki-lian san, waktunya belum ditentukan,'' sampai disini ia menepekur sebentar mendadak ia berkata pula.   "Moay- moay, ayah paling sayang kepada kau. Malam nanti biar kuiringi kau pergi membujuk ayah suruh dia mengubah sikap permusuhan dengan Ceng-liong pang menjadi persahabatan bunuh saja Cian Tiang-jun itu, kita angkat panji pergerakan di Liang chiu ini bagaimana?"   "Aku kuatir ayah sudah ketelanjur sesat dan tak bisa diinsyafkan!'' "Kalau begitu kita turun tangan sendiri, bunuh Cian Tiang jun dan paksa ayah untuk menurut kehendak kita menurut situasi."   "Kuatirnya pula ilmu silat Cian Tiang jun teramat tinggi belum tentu kami kuasa melenyapkan jiwanya.'' "Sebelum mendapat persetujuan ayah kalian kukira jangan kalian bertindak secara gegabah. Kita perlu memikirkannya secara masak."   Demikian sela Geng Tian. Berkata Li Hak siong.   "Kita masih bisa menempui cara lain, di saat bala tentara dikerahkan, biar aku mohon diangkat sebagai pimpinan pasukan pelopor, secara diam diam biar kita pelan-pelan menggagalkanusaha ini, paling tidak kita harus sengaja membocorkan rahasia kemiliteran, supaya waktunya tertunda beberapa lamanya."   Timbrung Li Ci heng.   "Sekarang aku punya tiga tipu akal, marilah kami diskusikan bersama cara pemecahannya. Pertama sudah tentu berusaha membujuk ayah sampai mau mendengar nasehat kita. Kedua, kita harus ikut dalam gerakan pembersihan ini didalam pasukan besar, dan berusaha menghambat dengan menggagalkan dengan berbagai cara, ketiga secara diam-diam kita bunuh Cian Tiang jun. Seumpama kita berhasil melenyapkan dia, Wanyen Tiang ci pasti akan mengutus kurirnya yang lain. Apa lagi banyak anak buah ayah yang tidak setia untuk membantu usaha kita. Bilamana pergerakan ini gagal, luka luka Geng toako belum sembuh, bukankah malah membuat kesulitan padanya."   "Akal pertama kau sendiri tidak punya kepastian dan pegangan,"   Demikian ujar Li-Hak siong.   "Akal kedua hanya akan mengulur waktu beberapa lamanya, kalau usaha itu menemui jalan buntu, terpaksa kita harus melaksanakan akal ketiga saja!"   "Nona Nyo yang bersama aku itu, apakah dia sudah melarikan diri?"   Tanya Geng Tian pula.   "Aku tahu kau paling perhatikan keselamatannya, jangan kuatir seujung rambutpun kami tidak melukai dia.Sekarang mungkin dia sudah tiba di Ki lian san!"Lega hati Geng Tian, dan katanya.   "Kalau Ceng- liong pang sudah punya persiapan tentu keadaan tidak akan terlalu parah dan gawat bagi mereka."   "Marilah sekaligus kita laksanakan ketiga akal tadi biar sekarang aku pergi menyelidiki maksud hati ayah, kalau tidak berhasil kita harus berusaha merangkul para anak buah coba lihat ada beberapa banyak yang suka juga mengikuti jejak kita. kalau akal kedua tak mungkin dilaksanakan, terpaksa harus menjalankan akal ketiga!!"   Li Hak-siong tertawa katanya.   "Peduli kita menjalankan akal pertama, kedua atau ketiga, Geng- heng kuharap kau merawat luka lukamu disini lekaslah kau sembuhkan luka lukamu."   Geng Tian maklum bahwa mereka kakak beradik memang setulus hati dan sejujurnya akan membantu dirinya, hatinya amat haru dan senang.   Terpaksa dengan menekan perasaan ia merawat luka-lukanya digedung kediaman Liang-ciu yang tertinggi.   Terpaksa harus mengesampingkan pula keadaan Geng Tian yang sedang merawat luka-lukanya ini.   Marilah kita ikuti pengalaman Su tay kim kong ke Ceng liong pang.   Setelah Geng Tian meninggalkan mereka malam itu diam-diam timbul rasa curiga Pek Kian-bu, batinnya.   "Kenapa Toako mendesak Geng kongcu untuk pulang lebih dulu? Kalau dikata supaya Pangcu bertemu lebih pagi dengan dia, seharusnya sejak beberapa hari yanglalu sudah suruh dia berangkat dulu, apa lagi ginkangnya jauh lebih tinggi dari kami berempat, mungkin sekarang dia sudah tiba di Ki lian san. Kenapa begitu kebetulan setelah dia kembali mengejar musuh gelap itu lantas mendesaknya untuk berangkat lebih dulu? Apakah dalam hal ini ada sesuatu persoalan lain?"   Karena rasa curiganya itu, secara cermat ia berpikir dan menganalisa, berturut-turut ditemuinya titik persoalan yang mencurigakan.   Waktu Geng Tian pulang dengan Lo Hou wi, Nyo Sugi menyongsong mereka keluar, tak lama kemudian Lo Hou-wi masuk lebih dulu sesaat kemudian Nyo Sugi barulah beranjak masuk bersama Geng Tian.   Meski Pek Kian bu tidak mendengar apa yang dibicarakan mereka diluar, tetapi dapat dia bayangkan pastilah mempunyai persoalan rahasia yang perlu dibicarakan berduaan saja makanya Geng Tian suruh Lo Hou-wi masuk lebih dulu.   Sebagai seorang yang pernah melakukan kejahatan, semakin pikir semakin mencelos hati Pek Kian-bu.   "Orang itu tidak membokong orang lain kecuali aku, mungkin bukan perbuatan Siang hiong atau Siang-sat atau sahabat mereka. Geng kongcu berkata tidak menemukan jejak orang itu, kukira dia hanya membual, bukan mustahil dia sudah tahu duduk perkara sebenarnya lalu memberi tahu kepada Toako?"   Lalu terpikir pula olehnya.   "Kenapa pula dia harus mengelabuhi Lo Hou-wi? Menurut watak toako biasanya, kalau dia sudah tahu perbuatanku dulupastilah tidak akan memendam perasaan lantas mengompres dan menanyai aku. Tapi sikapnya tetap begitu manis dan prihatin terhadapku, sekali-kali amat berbeda dengan sepak terjang Toako!"   Karena pikirannya ini, hatinya rada lega, pikirannya pula.   "Mungkin hanya terkaan saja yang meleset, tapi seumpama mereka tidak membicarakan rahasiaku pastilah ada persoalan rahasia lainnya, pendek kata mereka harus merahasiakan persoalan itu kepadaku."   Sebagai seorang kawakan kangouw yang pintar mengatur siasat dan licik, meski dalam hati sudah menaruh curiga namun sikapnya musti wajar, sedikitpun tidak menunjukkan gerak gerik yang mencurigakan, iapun tidak bermaksud mencari tahu kepada Lo Hou wi.   Watak Nyo Sugi memang polos jujur dan lapang dada meski Geng Tian sudah memberi sedikit kisikan, namun sedikitpun ia tidak menaruh rasa curiga dan kewaspadaan terhadap Pek Kian bu malah ia kuatir bagi luka-lukanya itu.   Setelah Geng Tian berangkat Nyo Su-gi lantas berkata.   "Jite tidak bisa berjalan kami bergiliran menggendongnya masih bisa menempuh perjalanan, tapi lebih baik bila kami bisa menyewa sebuah kereta, supaya tidak menyolok mata diperjalanan."   "Sepanjang jalan ini teramat sepi dan jarang sekali dilalui manusia, untuk menyewa kereta dari milik parapetani kukira bukan soal yang gampang,"   Demikian ujar Ong Beng-im.   "Begini saja ditempat ini banyak pepohonan, aku sendiri pernah jadi tukang kayu, maka biarlah sebentar kubuatkan kereta untuk Jiko, kira-kira setengah harian pasti sudah dapat kuselesaikan!"   "Baik biar kubantu kau mengerjakannya,"   Seru Ong Beng-im. Nyo Su-gi manggut manggut katanya.   "Baiklah sekarang juga kalian boleh mulai kerja, dan sekaligus bisa menjaga pintu diluar sana, biar aku yang mengobati luka-luka Jite."   Melihat mereka begitu prihatin dan membuang tenaga tanpa terasa hatinya menjadi menyesal ! Saat itu juga Lo dan Ong mulai bekerja diluar membuat kereta.   Sementara itu Nyo Su-gi mengurut dan memijat badannya Pek Kian-bu untuk melancarkan jalan darah dan membetulkan urat nadinya yang menyeleweng, semalam suntuk ia tidak tidur sibuk menyembuhkan luka-luka Pek Kian-bu sambil mengerahkan hawa murninya, setelah bersusah payah satu setengah jam, jalan darah Pek Kian-bu yang membeku dan melepuh besar itu sudah berhasil disembuhkan.   Nyo Su gi berkata sambil menghela napas;   Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya Gan Kh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Kepandaian menimpuk senjata rahasia dari orang itu sungguh amat lihay, untung tidak sampai melukai Siauw-yang-king-meh dikakimu, kini darah mati telahkeluar dan berjalan lancar kembali, dua hari lagi pasti sembuh seluruhnya. Jitee kau tidurlah,"   Lalu ia membubuhi obat luka pada kaki Pek Kian bu, dalam hati ia membatin.   "Mengandal kepandaian senjata rahasia orang itu, jelas bahwa dia menaruh belas kasihan, kalau sambitannya mengincar jalan darah kematian, masakah jiwa Jitee bisa selamatkan? Seumpama tidak mengincar jalan darah mematikan cukup asal ia menambah sedikit tenaga, dan menimpuk Siauw yang king meh dikakinya, pastilah Jitee akan menjadi cacat seumur hidup. Aneh siapakah orang itu?"   Darah mati yang membuat luka-lukanya itu melepuh sekarang sudah dikeluarkan, bila luka luka ini sembuh keadaan Pek Kian-bu sudah akan pulih kembali seperti sedia kala, dan tidak akan menjadi cacad.   Sungguh terharu dan berterima kasih Pek Kian- bu, katanya.   "Toako, kau pun perlu istirahat."   Ong Beng-im berjalan masuk sambil menyikap seonggok kayu kering, katanya.   "Setengah jam lagi kereta pasti sudah selesai, cuaca sudah hampir terang tanah. Toako kau harus lekas tidur. Kumpulkan tenaga dan semangat untuk perjalanan besok pagi."   Sembari bicara ia menambahkan ranting-ranting kering kedalam api unggun.   "Sate memang cermat, baiklah kalau kereta kalian sudah selesai lekas bangunkan aku lho,"   Pinta Nyo Su gi tertawa.   Mungkin memang sudah terlalu penat,tidak merasa curiga, tak menaruh syakwasangka pada Pek Kian bu hari pun menjelang pagi, diluar ada Lo dan Ong yang bekerja, sambil menjaga pintu maka tiada suatu yang dikuatirkan.   Begitu memejamkan mata Nyo Su-gi lantas tidur pulas seperti bayi menggeros.   Sebaliknya Pek Kian bu yang membawa ganjelan hati bolak balik tidak bisa tidur, namun ia pura pura tidur nyenyak, setelah mendengar Nyo Su gi sudah mendengkur keras, ia membalik badan sambil pura pura mengeluh karena luka lukanya kambuh sakit, melihat Nyo Su-gi tetap mendengkur tidak ada reaksi segera ia membesarkan nyali mengulurkan tangan merogoh kedalam saku Nyo Su gi.   Kebetulan terogoh oleh Pek Kian-bu sampul surat rahasia itu, cepat cepat ia membacanya sekali lalu dikembalikan pula kedalam saku Nyo Su-gi, disamping itu rasa was was dan berkuatiran selama ini pun hilang, dan legalah hatinya.   "Kiranya begitulah persoalannya !"   Yang paling ia takuti bahwa perbuatan jahatnya dulu sudah diketahui oleh Geng Tian dan Nyo Su gi.   Meski surat rahasia ini menyangkut urusan penting, tapi tiada sangkut pautnya dengan persoalan pribadinya, maka lega dan hilanglah kekuatirannya.   Meski hati sudah lega namun nuraninya amat dongkol dan marah.   "Persoalan besar yang begini penting menyangkut urusan Pang kita tapi merekamengelabuhi aku, bukankah jelas anggap diriku orang luar? Memang merekapun mengelabuhi Lo Hou wi dan Ong bandingkan diriku? Hampir dalam waktu yang bersamaan aku bersama Nyo toako menjadi anggota Ceng liong-pang jelek-jelek toh aku berjasa juga dalam perjuangan selama ini. Hm, tak nyana Nyo toako masih tidak percaya kepadaku!"   Semakin dipikir semakin marah, tanpa terasa hari sudah terang tanah.   Kereta kayu sementara itupun sudah selesai dibuat, segera mereka berangkat.   Pek-Kian bu rebah diatas kereta dorong itu, sementara Nyo Su gi, Lo Hou-wi dan Ong Beng im bertiga bergiliran mendorong kereta itu.   Lo dan Ong semalam suntuk bekerja keras, tanpa tidur lagi, Pek Kian bu amat rikuh dan sungkan terhadap mereka.   Tapi teringat hubungan Lo Hou-wi yang lebih intim dengan Geng Tian, sementara Nyo Su gi merahasiakan surat rahasia pemberian Geng Tian kepada dirinya sudah tentu ia jadi uring-uringan dan mendongkol.   Beberapa saat setelah menempuh perjalanan Nyo Su gi beranjak diam seperti sedang merenungkan sesuatu, dia diam saja, maka Lo Hou wi mendekati dan bertanya.   "Toako apa yang sedang kau pikirkan ?"   Nyo Su gi berkata.   "Sepuluh tahun yang lalu, Bulim-thian kiau Tam Ih-tiang pernah menyambangi pangcu kami. Liong pangcu minta beliaumenunjukkan permainan Keng sin-pit-hoat yang amat menakjupkan waktu itu saya hadir dan menonton."   Lo Hou wi tidak mengerti kenapa orang menyinggung persoalan lama, ujarnya.   "Keng sin pit- hoat memang kepandaian tunggal yang tiada taranya di Bulim, sungguh untung toako dapat menyaksikannya."   "Permainan ilmu potlotnya itu dapat digunakan pula didalam permainan senjata rahasia. Waktu itu, Bulim thian kiau sudah berhasil memilih diri pada ilmunya menyambit daun menerbangkan kelopak bunga untuk melukai orang! aku mohon beliau lihatkan kepandaian menyambit senjata rahasia itu untuk membuka mataku. Waktu itu aku bicara sambil berdiri seenaknya saja tahu-tahu tangannya meraih memetik selembar daun kembang didalam pekarangan, sedikit digulung lantas dicentilkan perlahan sambil berkata.   "Saudara Nyo tidak usah sungkan sungkan, silahkan duduk! seketika aku merasa dengkulku menjadi kesemutan dan lemas tanpa merasa aku lantas meloso berduduk. Ternyata, Hoan tian hoat didengkulku sudah tertimpuk oleh jentikan daun kembangnya itu!"   "Begitu lihay,"   Ong Beng im meleletkan lidah. Lo Hou wi mendadak teringat serunya.   "Bukankah semalam jiko juga kena kesambit Hoan tian-hiat didengkulnya?"Pek Kian bu kaget katanya.   "Betul cuma senjata rahasianya adalah sebutir krikil kecil. Toako, kejadian yang kau ceritakan ini apa kau sangka ...'' Nyo Sugi tertawa tukasnya.   "Sudah tentu Bu lim- thian-kiau tidak akan melukai kau dengan senjata rahasia. Tapi aku pernah mendapat penjelasannya bahwa orang yang pandai menggunakan Keng-sin-pit hoat dan kepandaian menimpuk senjata rahasia kembang atau daun masih ada komandan tertinggi dari pasukan Gi lim kun dari negeri Kim yang bernama Wanyen Tiangci. Semalam waktu kuobati luka lukamu, cara timpukan orang itu pada jalan darahmu persis benar dengan perubahan yang dicangkok dari Keng sin pit hoat."   "Mengandal kedudukan Wanyen Tiangci kukira tidak mungkin seorang diri ia bakal meluruk kemari hanya untuk melukai Pek-jiko saja!"   Demikian timbrung Ong Beng im. Sebaliknya Lo Hou wi melengak, pikirnya.   "Toako tidak tahu bahwa Bulim-thian-kiau sudah menerima Nyo Wan ceng sebagai murid penutupnya. Memangnya orang yang semalam melukai Jiko adalah dia? Tapi apa alasannya dia harus melukai Jiko?"   Berkata Nyo Sugi.   "Wanyen Tiangci punya seorang putra tunggal yang bernama Wanyen Hou, kabarnya sudah berhasil mendapat pelajaran tunggal ayahnya. Jite apa kau pernah bertempur dengan Wanyen Hou?""Tidak,"   Sahut Pek Kian bu.   "Tetapi kabarnya dia ada sedikit persahabatan dengan Siang hiong dan Siang sat, bukan mustahil bila dia diminta untuk membokong kepadaku."   Sebetulnya hal ini adalah cerita bohong karangannya sendiri sengaja ia hendak menista dan memfitnah Siang hiong dan Siang sat yang main sekongkol dan bokong kepada dirinya.   "O, jadi Siang hiong dan Siang sat ada persahabatan dengan Wanyen Hou. Dari siapa kau mendengar berita ini? Kukira tidak mungkin."   Pek Kian bu menjelaskan secara samar samar.   "Mungkin kabar angin yang kudengar dikalangan kangouw. Tapi betapapun kami harus hati hati dari pada kena dikelabui?"   Nyo Sugi manggut manggut ujarnya.   "Benar ucapanmu!"   Lo Hou wi kurang tentram rasanya kurang enak bila ia mengelabui Toako dan Jiko maka katanya;   "Toako menurut apa yang kuketahui kau tidak salah. Bulim thian kiau punya seorang murid penutup perempuan."   Sementara dalam hati ia berpikir.   "Nyo- Wan ceng adalah murid perempuan Bu lim thian kiau hal ini semua orang orang Kim keh-nia sudah tahu, belakangan ini Toako dan Jiko jarang berhubungan orang orang Kim-keh-nia maka ia belum tahu tapi cepat atau lambat pasti mereka akan mendapat tahu juga. Nona Nyo pernah pesankan padaku supaya merahasiakan dia mewakili suhunya mengajarkanilmu golok kepadaku, kalau aku hanya memberitahukan asal usul perguruannya kepada Toako, kukira tidak berhalangan.   "Siapakah murid perempuannya itu?"   Tanya Nyo Sugi.   "Dalam sahabat baik Geng kongcu yaitu putri tunggal Nyo Yak seng kabarnya nama harusnya adalah Nyo Wan ceng."   Sejenak Nyo sugi melengak katanya.   "Semalam Geng kongcu mencari tahu kabar berita keluarga Nyo, kenapa tidak kau beritahukan hal ini kepadanya?"   "Semula aku ingin memberitahu dia setelah tiba di Ki lian san saja, toh aku juga mendengar kabar saja belum tentu berita ini dapat dipercaya. Waktu kami meninggalkan markas pusat, Pangcu ada bilang beliau sudah suruhan orang mengikat hubungan dengan pihak Kim keh nia, pasti beliau akan mengutus orangnya kemari. Bila kita tiba di rumah nanti kukira kuatir dan Kim keh nia itu sudah datang lebih dulu. Apakah benar berita yang kudengar ini orang dari Kim keh nia itu tentu dapat memberikan kesaksian."   Nyo Sugi memang seorang jujur, mendengar penjelasan yang masuk akal ini ia pun tidak merasa sangsi lagi katanya;   "Kalau toh dia putri Nyo Yan seng murid penutup Bu lim Thian kiau lagi, nona Nyo itu pastilah bukan orang yang membokong Jite dengan senjata gelapnya itu.""Memangnya akupun berpikir begitu,"   Sela Lo Hou wi.   "Tapi hal ini perlu kubicarakan kepada Toako berdua.'' "Betul ada lebih baik bila mengetahui sedikit banyak persoalan. Tapi menurut dugaanku pastilah orang itu adalah Wanyen Hou putra Wanyen Tiang ci!"   Tapi Pek Kian bu merasa penjelasan Lo Hou wi rada dipaksakan, satu sama lain saling bertentangan, diam diam timbul rasa curiganya. Tapi ia tidak enak bicara apa apa, sepintas saja ia ikut meramaikan pembicaraan ini.   "Memang benar ucapan Toako. Sudah tentu bukan perbuatan nona Nyo itu akupun yakin pasti perbuatan Wanyen Hou."   Tengah mereka bicara, tiba-tiba terdengar suara mengaung, sebatang panah bersuara tiba tiba melesat keluar dari gerombolan semak belukar dilereng sana kearah mereka. Nyo Su gi segera berseru nyaring.   "Kawan dari aliran mana itu?'' tempat mana sudah termasuk wilayah kekuasaan Ceng-liong-pang di Ki-lian-san selamanya tidak ada orang-orang gagah dari kaum persilatan yang beroperasi didaerah ini, maka Nyo Sugi merasa heran sebaliknya Lo Hou wi dan Ong Beng-im acuh tak acuh kata mereka.   "Perampok berani membegal kami, inilah yang dinamakan air bah melanda biara raja naga."Belum habis mereka bicara, tampak dari gerombolan semak rumput sana beruntun melompat keluar tujuh delapan orang bentaknya.   "Siapa saja kalian ini, ayo berhenti biar kami periksa!'' "Kami adalah kaum petani, teman kami inipun sedang sakit, kami sedang mengantar pulang kerumah.'' demikian seru Nyo Su gi.   "Para Hohan (orang gagah) harap suka memberi keringanan!"   "Tidak bisa."   Bentak pimpinan perampok itu.   "Orang sakit harus kami periksa juga lebih dulu,"   Dari nada bicaranya terang dia bukan kepala perampok tapi kepala opas pemerintah yang sudah biasa berbuat sewenang-wenang menindas rakyat kecil. Nyo Sugi mengerut kening, pikirnya.   "Entah orang- orang dari golongan mana mereka ini, kelihatannya bukan kawanan berandal yang punya pangkalan tertentu.'' Sebagai anak muda yang berdarah panas tak tahan lagi segera Ong Beng-im menjengek dingin.   "Kau ini kawanan dari golongan mana? Tokoh-tokoh kenamaan dari golongan hitam sudah banyak yang pernah kulihat, tapi belum pernah kulihat manusia liar macammu ini yang tidak punya sopan-santun!"   "He, memangnya kalian adalah sahabat dari aliran yang sama? Kalian dari aliran mana?"   Tanya kepala rampok itu.Sebetulnya Nyo Sugi segan memperkenalkan diri, tapi Ong Beng im sudah keterlanjur membuka suara, terpaksa ia tampil kedepan katanya.   "Kami adalah para pembantu Pangcu dari Ceng-liong pang, sahabat, kuharap kau pandang pihak Ceng liong-pang kami biarlah kami lewat saja."   Kata kepala rampok itu.   "Kalian berempat, em, apakah kalian adalah Su tay-kimkong dari Ceng liong pang?"   Sahut Ong Beng im dengan angkuh;   "Betul, itulah gelaran yang diberikan sahabat sahabat Kangouw kepada kami!"   Kepala rampok itu seketika mengunjuk kegirangan mendadak bergelak tertawa serunya.   "Bagus sekali memang aku sedang mencari kalian Su-tay kimkong untuk berangkat menghadap Giam lo-ong bersama.'' habis berkata ia beri aba aba kepada anak buahnya serempak tujuh delapan orang itu menyerbu bersama. Nyo Su-gi bermaksud meringkus rampok harus membekuk kepalanya lebih dulu.   "Wut"   Telapak tangannya berkembang tegak, langsung ia menjotos kearah kepala rampok itu lebih dulu, tak nyana kepandaian silat kepala rampok ini ternyata sangat tinggi dan aneh pula lekas ia ulur ketiga jari tangannya untuk mencengkeram urat nadi pergelangannya sementara tangan kanan menghantam ke lengan atas.   Nyo Su gi menarik tangan merubah permainan sambil berkelit ia balas menyerang pula.Meski ia bergerak begitu cepat, tak urung lengan bajunya kena terserempet ujung jari lawan seketika lengan bajunya teriris sobek memanjang seperti tertebas pisau tajam.   Nyo Su gi insaf bahwa hari ini terbentur musuh tangguh.   Lekas ia kerahkan Jian kin tui dan gerakkan Ciong-jiu-hoat yang ampuh, kedua kakinya bagai terpaku diatas bumi kedua lengannya didorong lempang kedepan mengadu kekuatan secara keras kepada lawannya.   Terdengar "Blang!"   Yang keras batu dan pasir berterbangan.   Kaki Nyo Sugi amblas tiga dim kedalam tanah, sementara kepala rampok itu hanya bergeming dan tergeliat saja.   Gelar Nyo Su gi adalah Thi-ciang kay pi (pukulan besi memecah pilar), tapi tenaga pukulannya tidak ungkulan menghadapi musuh, keruan kejutnya bukan kepalang.   Dalam pada itu Lo Hou wi dan Ong Beng im masing-masing menghadapi keroyokan empat lawan.   Segera Lo Hou wi kembangkan Ngo-hou-toan-bun to yang baru dipelajarinya itu gerakan goloknya cepat dan ganas meski dikeroyok empat, dalam sekejap masih mampu bertahan sama kuat, serang menyerang dengan gencar.   Sementara Ong Beng im bersenjata Boan koan pit menghadapi empat lawannya, sedapat mungkin dia masih kuat bertahan.   Ternyata kepala rampok ini bukan lain adalah wakil komandan Gi-lim-kun negeri Kim yaitu Cian Tiang jun adanya.   Anak buahnya bukan lain adalah jagojago tinggi dari gedung kegubernuran Liang-ciu yang sudah mendapat pesan dari Gubernur Li Ih-siu untuk membantu dan mendengar perintahnya.   Sekali berkelebat tiba-tiba Cian Tiang jun mengundurkan diri dari arena pertempuran terus melesat kearah kereta dorong.   Karena kaki Nyo Su gi terpendam dalam tanah dalam waktu singkat tidak mungkin dapat keluar, keruan saja kagetnya bukan kepalang.   Kaget dan gusar pula Pek Kian-bu dibuatnya, teriaknya.   "Kau permainkan aku orang terluka, terhitung orang gagah macam apa?"   Cian Tiang-jun tertawa.   "Biar kuperiksa luka yang kau derita, biar kuobati."   Kereta ia jumpalitkan, sekali jinjing dia seret Pek Kian bu dari atas kereta.   "Biar aku adu jiwa sama engkau!!"   Pek Kian bu membentak dan "Sreeet......."   Pedangnya lantas menusuk. Cian Tiang-jun bergelak tertawa, serunya.   "Termasuk nasibmu baik, aku tidak pernah bunuh orang yang sudah terluka."   Seumpama belum terluka Pek Kian-bu terang bukan tandingan Cian Tiang-jun, ingin adu jiwa segala sudah tentu tidak mungkin.   Cukup sekali mengebas sebelah tangannya, seketika Pek Kian-bu rasakan telapak tangannya panas pedas dan linu, pedang seketika terpetal jatuh.   Secepatnyasaja Cian Tiang jun terus menotok jalan darahnya dan meringkusnya dengan mudah.   Setelah Nyo Su gi berhasil menarik kedua kaki dari dalam tanah, memburu datang dengan cepat Cian Tiang-jun kempit Pek Kian-bu dibawah ketiaknya, dengan sebelah tangan ia tandangi serangan Nyo Su gi.   Nyo Su gi menguras seluruh tenaga, kepalan kiri dengan telapak tangan kanan, berbareng membacok dan menghantam "Blang", Cian Tiang-jun tersentak mundur tiga tindak, darah bergolak dirongga dadanya.   Sambil tertawa lekas ia putar badan Pek Kian-bu merangsek ke arah Nyo Su gi serta membentak.   "Ayolah, coba kau pukul pula."   Sepasang pukulan tangan Nyo Su gi setingkat lebih unggul dari pukulan tangan tunggal Cian Tiang-jun, tapi setelah beradu pukulan yang kedua kalinya ini ia merasakan dadanya ada sesak dan sakit.   Kini Cian Tiang jun menggunakan badan Pek Kian- bu sebagai perisai untuk menangkis dan menyongsong pukulannya, barulah Nyo Su gi menarik balik serangannya.   Terdengar Cian Tiang jun tertawa terbahak bahak, teriaknya.   "Sudah ketangkap seseorang hidup hidup sudah cukup untuk mengompres keterangannya, marilah kita pulang saja."   Saking gusarnya Nyo Su-gi meludah dan mendamprat.   "Cis, tidak tahu malu!"   "Apa kau tidak terima?"   Si Angin Puyuh Si Tangan Kilat Karya Gan Kh di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Mengejek Cian Tiang jun.   "Datanglah ke Lian Chiu, aku berada digedunggubernuran, kutunggu disana untuk bertanding satu lawan satu!!"   Waktu Nyo Su gi berpaling dilihatnya Lo Hou wi dan Ong Beng im penuh berlepotan darah, ternyata saking gemas dan gugup untuk menolong Pek Kian- bu, Lo Hou-wi telah berhasil melukai dua orang pengeroyoknya tetapi ia sendiri terkena sekali bacokan golok lawan.   Demikian pula Ong Beng im, luka lukanya malahan lebih berat, pahanya terkena tusukan tombak, dan lengan kanannya terkena bacokan golok pula.   Meski sudah terluka, namun mereka masih mau mengejar musuh.   Nyo Su-gi menghela napas, katanya;   "Samte, site, kita mengaku kalah saja. Mari lekas pulang lapor kepada Pangcu."   Tatkala itu Cian Tiang- jun dan orang orangnya sudah pergi jauh. Segera Nyo Su gi keluarkan obat membubuhi luka2 Lo dan Ong berdua dengan Kim Jong-yok. Berkata Lo Hou wi;   "Ternyata gerombolan ini bukan kawanan berandal golongan hitam, kira-kiranya jago2 silat dari Gubernuran Liang Chiu."   "Keparat itu mengaku bertempat tinggal di Gubernuran Liang Chiu, entah benar tidak sulit diketahui. Kalau betul, jejak Jite sudah dapat kita ketahui, kelak rada gampang untuk menolongnya."   "Jika sekarang didalam gedung Gubernuran Liang Chiu bukankah semakin sulit untuk menolongnya malah?"   Sela Ong Beng lm."Bagaimana keadaan luka luka kalian, perjalanan masih dua hari lagi, apakah kalian bisa berjalan pulang?"   Untunglah luka luka Lo dan Ong berdua tidak sampai mengenai tulang, katanya bersama.   "Demi menolong Jiko selekasnya, meski harus berjalan empat hari lagi, kami pasti masih bisa jalan. Cuma Toako kau..."   "Kita harus bertindak cepat bersama kalian boleh pulang memberi laporan kepada Pangcu biar aku menuju Liang chiu berusaha menolong Pek Kian-bu!"   Lo Hou wi terkejut serunya.   "Toako mana boleh kau senekat itu. Kau seorang diri menuju sarang harimau...."   Nyo Su-gi tertawa besar, tukasnya.   "Kalian tidak usah kuatir, aku tidak akan main kekerasan kepada musuh. Setelah tiba di Liang-chiu aku akan bekerja melihat gelagat."   Ternyata Nyo Su gi tahu bahwa putra Gubernur Liang chiu Li Ih siu tidak sehaluan dengan jalan yang ditempuh ayahnya, meski tiada hubungan dengan Ceng-liong pang namun ada ikatan erat dengan pasukan pergerakan yang dipimpin Yapi Hoan ih.   Tapi karena rahasia ini pernah dipesan oleh Geng Tian sebelum tiba saatnya terpaksa tidak memberitahu kepada Lo Hou-wi dan Ong Beng-im.Kedua adik angkat ini tahu akan watak Toako mereka hilang satu tidak akan menjadi dua dari sikap dan nada bicaranya kelihatan bahwa dia punya keyakinan penuh, meski tidak tahu apa latar belakang dari sikapnya ini, terpaksa mereka menurut saja akan pesan dan tugas yang diberikan.   Saat itu juga mereka lantas berpisah Lo dan Ong langsung pulang kemarkas pusatnya Ceng-liong-pang di Ki-lian-san.   Sementara seorang diri Nyo Su-gi menuju ke Liang chiu sepanjang jalan sudah tentu ia amat kuatir bagi keselamatan Pek lian bu.   O^~dwkz^hendra~^O KALAU ditengah jalan Nyo Su-gi sedang kuatir bagi keadaan Pek Kian bu, sebaliknya Pek Kian bu yang saat itu sudah berada didalam gedung Gubernuran Liang chiu sedang mendapat pelayanan istimewa.   Cian Tiang jun menempatkan dirinya pada sebuah kamar mewah yang mentereng, tak lama kemudian datang dua dayang perempuan melayani dirinya ganti pakaian.   Berpikir Pek Kian bu.   "Mungkin mereka ingin mempermainkan aku sepuasnya, baru akan membunuh aku!"   Seketika timbul amarahnya, ingin ia menyobek pakaian baru, melihat dia marah kedua dayang itu semakin hati-hati dan prihatin melayaninya, katanya sambil unjuk tawa manis.   "Toaya kalau kau marah silahkan pukul kami saja,jangan kau robek pakaian baru ini. Kalau tidak Cian Tayjin akan menimpakan dosa pada kami sebagai tak becus meladeni kau, sungguh kami tidak kuasa memikul dosa ini. Ehm! pakaian baru ini kebetulan pas dengan perawakan Toaya apakah tidak enak mengenakan pakaian baru??"   Mendengar ucapan mereka, Pek Kian-bu menjadi tidak enak hati dan tidak tega apa lagi ada hasrat tapi tenaga lemah, jangan kata hendak merobek pakaian itu, untuk bangkit duduk saja rasanya sudah setengah mati terpaksa ia diam saja, terserah apa ingin diperbuat kedua dayang ini.   Tak lama setelah kedua dayang ini melangkah pergi muncullah seorang kucung yang membawa senampan besar makanan serba enak dan lezat, arak bagus tidak ketinggalan baunya sungguh sedap dan membuat air liur naik turun di tenggorokan.   Berpikir Pek Kian bu.   "Yang terang aku sudah tidak punya harapan untuk lolos dengan jiwa hidup. Peduli ada racunnya atau tidak gegares lebih dulu biar nanti aku jadi setan gentayangan yang sudah kenyang saja."    Si Rase Hitam Karya Chin Yung Darah Daging Karya Kho Ping Hoo Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong

Cari Blog Ini