Tugas Rahasia 10
Tugas Rahasia Karya Gan KH Bagian 10
Tugas Rahasia Karya dari Gan K H Karena Hiat to tertutuk. mengerahkan tenagapun tidak mampu, maka mulutpun tak bisa bicara. Sehabis Liong-bun Pangcu bicara tandu mendadak seperti mumbul keatas. lalu meluncur turun pula, seolah-olah para pemikul tandu melompat tinggi bersama lalu anjlok kebawah pula. Dalam sekejap itu Cia Ing-kiat tidak tahu berapa daiam tandu itu anjlok kebawah mendadak terdengar bunyi air, maka daya luncur tdndu berhenti, menyusul suara air dikayuh. / Kalau Cia Ing kiat berada diluar tandu pasti dibuat melongo dan kaget, sekaligus dia membuktikan kenapa Liong bun Pangcu selalu sembunyi d dalam tandunya. Ternyata tandu besar ini serba guna, waktu menerjang keluar dari balairung tadi atap tandu bisa menyemburkan air hitam tengkorak yang beracan dari Se ek, sepanjang jalan menuruni undakan batu tak sedikit pula Am-gi yang melesat keluar merobohkan musuh. Bila pencegatnya makin besar jumlahnya, ternyata keenam pemikul tandu langsung melompat turun dari ngarai yang terjal dan tinggi. Ngarai itu tingginya dua puluhan tombak lebih, orang-orang Hiat-lui-kiong yang melihat tandu itu melayang dari atas ngarai mereka kira mereka hendak bunuh diri. Tak nyana bila tandu itu masih terapung tiga tombak diatas air, kanan kiri tandu mendadak menjulur keluar dua papan lebar panjang hingga daya luncur kebawah banyak tertahan, akhirnya dengan ringan jatuh di permukaan air. Sigap sekali enam pemikul tandu sudah mencelat keatas papan Lalu melolos pengayuh, bila orang orang Hiat-lui-kiong mengejar turun dan membidik dengan panah mereka sudah meluncurkan tandu itu cukup jauh tak terkejar lagi. Di dalam tandu Cia Ing-kiat seperti di atas perahu tak lama kemudian terasa segulung tenaga menerjang dada. rasa sesak seketika longgar, segera dia menegakkan badan terdengar Liong bun Pangcu berkata ; "Jangan banyak gerak, arus sungai amat deras, kalau kecemplung ke air, tidak boleh dibuat main-main." Cia Ing-kiat mendengus sekali, katanya; "Kalau kau kecemplung memang bukan main-main, tapi bagi diriku lebih baik dari pada kau sekap didalam sini." Liong bun pangcu terkekeh tawa katanya ..Bukan sekali ini kau menjadi sandera orang jangan kuatir, aku pasti tidak akan menyakiti kau." / Cia Ing-kiat menegakan badan, katanya. "Kungfuku rendah, tidak membekal rahasia besar kaum Bulim. kau berani melawan beberapa jago kosen yang lihay itu meringkusku kemari, apa tujuanmu ?" "Sudah tentu lantaran putri Kui-bo ingin kawin dengan kau. Kau harus tahu Kui-bo hanya punya seorang putri mestika, kalau putrinya ingin memetik rembulan. Kui bo juga akan mengambilnya, kau jatuh ketanganku, boleh dikata barang bisa dipakai sesuai kebutuhan" Membara amarah Cia Ing-kiat mendengar komentar orang, namun dia tahu mengumbar adat juga tidak berguna. maka dia menekan gejolak hatinya. Terdengar Liong bun Pangcu berkata pula. "Kali ini Kui bo meminjam alasan menikahkan putrinya, mengundang banyak jago jago kosen ke Hiat-lui kiong dengan janji akan memberi sebutir biji teratai, padahal aku yakin dia punya maksud tertentu yang jahat, sayang mereka tidak menyadari telah tertipu" Cia Ing-kiat hanya memikirkan posisi sendiri, bagaimana meloloskan diri, bahwasanya apa yang diusapkan oleh Liong bun Pangcu tidak didengarnya sama sekati. Liong-bun Pangcu masih terus mengoceh. ,,Kui-bo punya ambisi besar untuk menguasai dunia, maka dapat diduga, dalam kalangan Kangouw kelak, kecuali Kim hou po dunia akan dikuasai oleh kekuatan Hiat-lui kiong. Sebagai Pangcu dari Liong hun pang betapapun aku harus memikirkan masa depan Liong-bun pang. biar kita tiga pihak saling berlomba" Mendengar sampai sini baru mendadak Cia Ing kiat mendengus hidung, katanya. , Enak saja kau berpikir, betapa banyak kaum persilatan yang berkepandaian tinggi, terutama dari jago-jago muda aliran besar kenapa kau hanya bilang tiga pihak belaka" / Liong-bun Pangcu terloroh-loroh, katanya. ,.Selama beberapa tahun terakhir ini, jago-jago kosen dari golongan lurus maupun aliran sesat secara mendadak telah lenyap tak karuan parannya, lalu ke mana mereka pergi?" Tergerak hati Cia Ing kiat, segera dia teringat akan pengalamannya di Kim hou-po, katanya. "pergi .... ke Kim-hou po." Liong-bun Pangcu tertawa lebar pula, katanya. "Kalau kukatakan, aku mempunyai daftar nama-nama jago-jago kosen dari berbagai aliran besar kecil yang berada didalam Kim hou-po, kau percaya tidak?" Tanpa pikir Cia Ing kiat menjawab."Tidak percaya." "Kau tidak percaya" Jengek Liong bun pangcu tertawa dingin "lantaran tiada orang bisa keluar Kim hou po dengan leluasa, apa lagi menyampaikan berita kepadaku, begitu? ' Cia Ing-kiat sadar bahwa dirinya berada ditempat gelap namun dia menganggukan kepala. Ternyata Liong-bun Pangcu seperti melihat gerakan kepalanya, segera dia tertawa pula. katanya. "Mungkin kau hanya tahu burung dara pos dapat membantu manusia mengantar berita. Maka kau pasti tidak tahu disuatu pulau dilautan teduh sebelah timur, tanahnya hitam subur, di sana ada sejenis burung kecil sebesar ibu jari kaki kecepatan terbangnya luar biasa. Didalam Kim-hou-po ada agen yang kutanam di sana, dengan burung kumbang itulah, dia sering memberikan informasi kepadaku" Cia Ing-kiat menarik napas panjang, dalam pendengarannya apa yang diucapkan Liong bun Pangcu seperti dengan dan hayalan belaka, setelah melenggong sesaat dia berkata "Bagaimana kau tahu adanya jenis burung kecil yang pandai membantu manusia ini?" / "Jejakku tersebar luas diseluruh dunia. Dunia yang kalian maksud hanya dari Kun-lun-san sampai laut timur, keselatan Lam-hay, utara adalah padang pasir. Memangnya siapa tahu kecuali itu dalam jarak yang lebih jauh masih ada dunia lain." Tersir p darah Cia Ing-kiat, serunya. "Jadi kau..." Liong-bun Pangcu tertawa, katanya; "Memangnya kau tidak merasa bahasa Hanku agak kaku dan logatku tidak sama dengan nada ucapanmu ?" Tanpa sadar Cia Ing-kiat mengangguk kepala, pada saat itulah pandangannya men-dadak menjadi terang, jelas tampak oleh Cia Ing kiat didepannya duduk seorang aneh. perawakannya tinggi besar luar biasa, rambutnya bewarna kuning emas dan kriting, kedua matanya cekung, hidungnya besar membetet, dagunya ditumbuhi jambang bauk yang lebat, juga kuning emas, namun kulit badannya justru putih seperti susu, lebih aneh lagi seluruh lengan hingga punggung telapak tangannya ditumbuhi bulu panjang bewarna kuning emas pula, hingga sekilas pandang apalagi dalam kegeiapan susah dibedakan dia manusia atau binatang. Cia Ing-kiat terlengong sekian saat tak mampu buka suara. Liong bun Pangcu malah tertawa, katanya . ,,Jangan kuatir, seperti engkau, akupun-manusia biasa bukan mahluk aneh, tapi betapa besar dunia ini, suku bangsa manusia teramat besar, pengetahuanmu sendiri yang terlalu cupat. jarang melihat maklum kalau merasa heran." Walau hati kaget dan heran, namun melibat sikap orang ramah, maka Cia Ing-kiat coba memancing "Jadi kau......kau datang dari mana " Liong-bun Pangcu tertawa, katanya. "Ku-jelaskanpun kau tidak akan mengerti, ketahuilah, sudah lama aku meninggalkan rumah, belajar kepandaian di Thian-tiok, yang kupelajari adalah ilmu tingkat tinggi secabang dengan aliran Tat-mo Cosu, bermukim di Tiongkok sudah puluhan tahun." / sampai di sini cerita Liong bun Pangcu, cahaya benderang di dalam tandu mendadak sirna. Waktu cahaya mendadak benderang tadi. perhatian Cia Ing-kiat tertuju kepada bentuk Liong-bun Pangcu yang aneh dan ganjil, mata tidak sempat dia perhatikan dari mana datangnya sinar benderang itu. Karuan hatinya serba bingung dan gundah, sesaat dia tak mampu bersuara. Liong-bun Pangci bertanya pula. "Sekarang, yakin kau sadari percaya bahwa aku bukan membual ?" Cia Ing kiat menarik napas, katanya."Tapi jago iago yang ada di Kim hou-po. kukira takkan bisa menimbulkan onar lagi dikalangan kanguow" Liong-bun Pangcu tertawa, katanya. "'Seorang bila sudah meyakinkan Kungfu, seumpama ulat didalam perutmu bagaimana juga kau takkan bisa mengabaikannya demikian saja'." Bergetar perasaan Cia Ing kiai mendengar komentar Liong-bun Pangcu, namun bila dipikirkan secara teliti, komentarnya itu memang mengandung kebenaran. Keadaan jago-jago dalam Kim hou-po memang kurang wajar, mereka seperti terkendali dan tunduk oieh kewibawaan sang Pocu dan Siau pocu sehingga semua hidup tertekan, bila Kim hou-Pocu punya ambisi mengkoordinir jago jago lhay itu. Diam diam Cia Ing-kiat merinding, katanya. "Lalu orang macam apa sebetulnya Kim-hou Pocu, apa kau tahu?" Liong bun Pangcu menjengek dingin. katanya . "Kau sudah tahu dan kenal putrinya, memangnya kau tidak tahu ?" Tersirap darah Cia Ing kiat, Lui Ang-ing adalah Sau pocu dari Kim-hou po. hal ini sudah gamblang dan tak perlu disangsikan iagi, sekarang Liong-bun Pangcu berkala demikian, maka Kim-hou Pocu pasti seorang she Lui. tapi setahu Cia Ing-kiat belum pernah dia dengar ada seorang tokoh Bulim she Lui yang pernah menjagoi dunia persiiatan. / Menilai situasi di Kim-hou-po, maka dapat dibayangkan bahwa Kungfu sang Pocu masih jauh lebih tinggi dibanding Kui-bo Hun Hwi-nio dan orang aneh itu, kalau tidak, sekian banyak jago-jago silat dari golongan hitam maupun putih, begitu masuk Kim hou-po lantas tunduk dan patuh ? Maka dapatlah dibayangkan bahwa Kim hou Pocu adalah tokoh besar Bulim. sepantasnya namanya cukup menggetar dunia persilatan, namun kenapa kenyataan tak terkenal. Maka terbayang oleh Cia Ing-kiat akan orang aneh itu, betapa tinggi Kungfu orang aneh itu, namun bagaimana asal usul dan siapa namanya, ternyata jarang orang tahu ? Maka dari sini dapat disimpulkan, bahwa seseorang yang terkenal didunia persilatan belum tentu dia jago besar sejati, jago kosen tulen mungkin berdiri d hadapanmu, namun kau tidak tahu atau tidak mengenalnya. Cia Ing-kiat menghela napas, katanya setelah merenung sekian saat . .Kungfuku rendah. Kim-hou Pocu punya ambisi apa, tiada sangkut pautnya dengan aku, lalu apa gunanya kau menculikku?" Liong bun Pangcu gelak-gelak, katanya . "Bersama putri Kui-bo, didalam Kim hou-po kau sudah mencuri satu benda, betul tidak?" Cia Ing-kiat tertawa getir, ujarnya . Betul tapi benda itu tak berada ditangan-ku, sudah direbut oleh nona Hun." "Betul, karena itu maka aku menculikmu kemari, akan kutunggu Hun Lian kemari membawa benda itu, untuk barter dengan dirimu " Cia Ing-kiat geli dan dongkol, katanya; "Benda itu dinamakan Tiok-kip-pit lo. dalam lembaran rangkaian bambu itu terdapat catatan diskusi Kungfu dan dua puluh satu jago top dunia dipuncak Kun-lun puluhan tahun yang lalu. kaum persilatan bila sempat mempelajari ilmu yang tercatat / didalamnya kungfunya akan maju lipat ganda, mana mungkin dia membarter diriku dengan benda itu ?" ,,Kukira sulit diduga,"ucap Liong-bun Pangcu. "Seorang gadis bila mencintai seorang jejaka, dia rela berkorban jiwa apalagi hanya mengorbankan benda yang tak berarti itu." Masgul hati Cia Ing-kiat, maka dia tutup mulut. Ternyata Liong-bun Pangcu juga tidak bersuara lagi. kira-kira satu dua jam kemudian, mendadak tunduk terasa bergetar Setelah itu berhenti sejenak, menyusul tandu ini seperti mendarat, mulai bergerak pula turun naik seperti dibawa lari diatas pikulan. Gundah hati Cia Ing-kiat. dia tidakhabis mengerti, kenapa Hun Lian jatuh cinta kepadanya, padahal sebelum ini belum pernah terbayang olehnya bahwi Hun Lian adalah gadis secantik itu, disaat perasaannya timbul tenggelam itulah, dia hanya memikirkan satu hal. yaitu, bila dia bisa menjalin perjodohan dengan Hun Lian, suami isteri meyakin kan ilmu yang tercatat didalam Tiok-kip-pit-po, maka hidupnya ini tak perlu menyesal. Namun sekarang dirinya jatuh di-tangan Liong bun Pangcu, dari perawakan dan tampangnya yang aneh, jelas bahwa Liong-bun Pangci pasti bukan orang Tionghoa namun kepandaiannya hebat, susah dirinya loios dari belenggunya, terpaksa dia menunggu Hun Lian untuk menolong dirinya. Cia Ing-kiat sedang berangan angan, sementara tandu terus laju kedepan, kepekatan dalam tandu menambah perasaan Cia Ing-kiat gundah gulana, saat itulah mendadak dia mencium yang harum semerbak, harum yang menyegarkan badan, namun rasa kantuk segera merangsang dirinya pula, kejap lain sekujur badan sudah lemas, lalu dia meringkel lemas dan tertidur pulas, tidak sadarkan diri lagi. 0oo0 Kini kami kembali ke Hiat lui kiong Tak lama kemudian suasana bertambah ramai dalam balairung, suara musik dan / nyanyian menyambut keluarnya Utti Ou yang beranjak keluar dengan pakaian penganten yang baru, dipapah oleh sepasang pengapit, langsung menuju kepelaminan. Setelah berdandan tampak Thi-giam-ong Utti Ou bersikap kikuk dan malu-malu. sikapnya seperti risi dan tak tenang duduk, namun demi mempersunting Gin Koh sebagai isterinya terpaksa dia menahan diri. Tak lama kemudian Gin koh juga keluar, sudah tentu sudah mengenakan pakaian pengantin juga, kepalanya ditutupi selembar kain merah, dipapah keluar oieh dua gadis jelita. Hadirin semuanya tokoh-tokoh Bulini yang berkepandaian tinggi, tiada satupun di-antara mereka yang tidak merasa geli dan lucu bahwa kedua gembong iblis berlainan jenis ini, secara kilat telah menjadi suami isteri. Sementara pelayan Hiat-lui-kiong mulai menghidangkan berbagai masakan yang enak dan luar biasa, arak harum nomor satu tidak ketinggalan, hadirin makan minum riang gembira, kejadian yang menegangkan tadi sudah dilupakan sama sekali. Sekian jam lamanya pesta pernikahan ini berlangsung, mendadak terdengar suara tambur ditabuh gema tambur mengejutkan seluruh hadirin, baru sekarang mereka sadar bahwa Kui-bo dan putrinya entah sejak kapan meninggalkan ruang perjamuan, disaat hadirin celingukan itulah mendadak semua mengendus bau wewangian yang harum sekali, semangat mereka seketika menyala hingga semua menegakkan tempat duduknya, suasanapun bening. Lekas sekali suara tambur berhenti, tampak Kui bo Hun Hwi-nio berdampingan dengan putrinya Hun Lian berjalan masuk. Kedua tangan Hun Lian membawa sebuah nampan dari baiu pualam sepanjang tiga kaki, dialas nampan itu terdapat dua puluhan kuntum kembaug teratai sebesartinju bewarna merah setiap kuntum teratai terdapat dua belas biji buah teratai, bau harum semerbak itu datang dari nampan pualam itu. / Berseri cerah roman muka seluruh hadirin, agaknya Kui-bo Hun-hwi nio dapat dipercaya, dia akan menepati janji membagi biji teratai kepada tamu-tamu yang hadir. Kui-bo Hun Hwi-nio dan Hun Lian berdiri ditengah ruangan, suasana hening lelap, maka suara Hun Hwi-nio terdengar jelas dan nyata. "Hadirin sekalian. Teratai darah hanya berbuah enam puluh tahun sekali, sekarang sudah saatnya buahnya matang, terima kasih akan kehadiian dalam pesta perjamuan ini, bersama ini setiap hadirin kuhaturi sebutir biji teratai, yakin perjamuan ini tetap meriah." Mendadak terdengar suara percikan yang perlahan namun ramai dan cukup panjang dari atas nampan, ternyata teratai diatas nampan itu satu persatu mulai mengering terus merekah, biji tertiai berjatuhan diatas nampan dan bergelinding kian kemari. Hadirin melihat jelas biji teratai itu sebesar kacang, semuanya bulat berwarna kehijauan gelap dilingkari jaiur benang warna merah, diantara hadirin tidak sedikit yang luas pengalaman namun sebelum ini mereka hanya pernah dengar, belum pernah saksikan sendiri. Ternyata setelah biji teratai berjatuhan baru harum tadi semakin tebal, karuan hadirin seperti berlomba saja mengendus-endus sekuatnya, karena baru harum ini mendatangkan gairah dan semangat, dari sini dapat mereka rasakan bahwa berita yang mengatakan bahwa teratai darah adalah bahan utama untuk menambah tenaga bagi seorang pesilat agaknya memang benar. Semula ada sementara hadirin merasa kecewa dan putus asa setelah terjadinya perobahan yang tidak diharapkan. Liong-bun Pangcu menculik calon mantu tuan rumah, pesta perkawinan ternyata masih tetap berlangsung dengan Utti Ou dan Gin-koh sebagai penganten-nya kini setelah melihat Hun Hwi-nio betul-betul keluarkan biji teratai baru lega dan senang hati mereka, yang duduk dibelakang malah menyesal kenapa / leher sendiri tidak bisa mulur untuk bisa melihat lebih jelas ratusan biji teratai didalam nampan. Kui-bo Hun Hwi-nio tetap mengulum senyum,katanya. "Lion-ji, haturkan biji teratai kepada para tamu, pertama kau haturkan dulu kepada sepasang mempelai." Dengan pakaiannya yang lembut melambai Hun Lian bergerak lincah dan enteng, hanya sekali melejit sudah melompat kedepan Utti Ou, lekas Utti Ou ambii sebutir langsung dimasukan kedalam mulut. tanpa dikunyah langsung ditelan, katanya dengan mata mendelik. "Bagaimana rasanya belum kucicipi, marilah sebutir lagi," Sambil bicara tangannya terulur lagi"tapi Hun Lian sudah menyingkir hingga tangan Utti Ou meraih tempat kosong. Karuan hadirin bersorak geli, ada yang berseloroh. "Seperti babi tak pernah makan apel. mendapat rejeki langsung dicaplok saja, sudah tentu tiada rasanya ada pula yang berseru. "Ah, kenapa kalian bisa diapusi Dia sengaja membadut untuk memperoleh bagian lebih banyak." Di tengah sorak sorai hadirin. Gin-koh juga ambil sebutir langsung dimasukan kemulut Selincah kupu Hun Lian sudah berkelebat pula kearah lain, dimulai dari ujung timur dia bergerak menuju kebarat, dimana dia lewat para tamu ulur tangan mengambil sebutir, semua langsung dimasukan kemulut, ada yang langsung ditelan ada pula yang dikunyah dengan lahap, namun banyak diantaranya setelah menelan biji teratai lantas duduh bersimpuh, namun ada pula yang berdiri atau jungkir balik, maklum yang hadir adaiah jago-jago kosen yang mempelajari berbagai aliran Lwe-kang, dalam latihan sudah tentu mempunyai cara dan gayanya sendiri, dalam waktu singkat ada yang dadanya turun naik, napasnya menderu seperti knalpot, ada pula yang bermuka pucat lalu merah darah. Yang paling tenang hanya Oh sam Siansing dan Pak-to Su-seng, mereka memejam mata samadi seperti Hwisio menyepi, uap putih mulai mengepul seperti mercu dari kepala / mereka. Walau keadaan mereka sedikit berbeda, namun itu hanya karena cara latihan yang berbeda, yang terang daiam sekejap ini, mereka sudah mendapat kemajuan yang luar biasa dalam latihan Kungfunya. Sementara itu Hun Lian sudah berada didamping Hun Hwi-nio. sekali mengebas degan lengan baju, sisa puluhan butir biji teratai diatas nampan telah digulungnya kedalam lengan baju, Hun Lian melenggong, pandangannya penuh tanda tanya kearah ibunya. Dengan pandangan tajam bengis Kui-bo menyapu pandang semua hadirin, lambat na-munpasti mulai tampak perobahan mimik mukanya, lambat-lambat terbetik secerah senyuman diujung mulutnya, sebaliknya rasa kuatir dan bingung diwajah Hun Lian bertambah tebal katanya periahan.' Ma, jika ada yang tidak setuju........" Kontan Kui-bo meliriknya tajam, katanya. ,,Tutup mulutmu Sudah tentu aku punya akal, tak usah kau banyak mulut." Hun Lian menghela nafas lalu menunduk kepala, Kui bo angkat sebelah tangannya, empat orang segera menggotong sebuah kursi besar berukir dan berat ditaruh dibelakang Kui-bo Hun Hwi-nio Kui bo langsung duduk bertengger diatas kursinya, diapun memejam mata seperti samadi. Kira kira satu jam kemudian, ada sementara tamu yang sudah usai dengan semadinya, mereka mulai bergerak, semua mengunjuk rasa lega dan senang, tidak lama lagi seluruh hadirin sudah pulih seperti sediakala maka ramailah saara ucapan terima kasih kepada Kui-bo yang dianggap baik hati. Kui bo hanya tersenyum tanpa memberi komentar akan keramahan hadirin, setelah suara ramai sirap baru Kui bo buka mata dan berkata perlahan. Tugas Rahasia Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo .Hadirin sekalian, Kecuali untuk menghadiri pesta pernikahan puteriku, kuundang kalian untuk merundingkan satu kerja besar yaing menyangkut hidup mati kaum persilatan, nanti aku mohon pendapat dan usul kalian." / Hadirin segera tutup mulut dan mendengar pidato Kui-bo mereka saling pandang dan tidak tahu kemana juntrung ucapannya, namun mereka sudah mendapat bantuan sebutir biji teratai, umpama segan mendengar juga terpaksa harus mendengarkan penuh perhatian. Kedua tangan Kui-bo diletakan di andaran kursi besarnya, kelihatan sikapnya seperti ratu saja layaknya, dengan lantang dia. melanjutkan pidatonya. "Kebesaran Kim hou-po yakin hadirin sudah pernah mendengar, tentu kalian juga tahu bahwa putriku pernah menyelundup ke Kim-hou-po, syukur dia berhasil meloloskan diri pula, kaiian pasti tidak menduga, betapa banyak jago-jago dari golongan yang berada di Kim hou-po" Hadirin mulai mengerut alis, yang hadir semuanya adalah jago-jago Bulim yang datang dari Tionggoan. Kebesaran Kim hou-po merupakan tenaga misterius dalam pandangan orang-orang persilatan di Tionggoan, Umurnnya kaum persilatan menghindar diri bila diajak bicara tentang Kim-hou po, kuatir ketiban bencana atau kesulitan. Tapi dalam pidatonya jelas Kui-bo Hui Hwi-nio hendak memancing pendapat umum untuk membicarakan Kim hou-po. Disaat Kui bo merandek sebentar, terdengar seorang menyeletuk."Kim-hou-po menutup pintu terjaga ketat dan keras, kecuali pihak sendiri minta perlindungan kedalam benteng. selamanya belum pernah dengar orang mereka membuat onar diluar. peduli amat dengan mereka?" "Kalau tuan berpendapat demikian, kukira keliru sekali." Jengek Kui-bo. "menurut apa yang diketahui oleh putriku, Kim hou-po Pocu selamanya tak pernah unjuk diri, segala urusan ditanggulangi oleh Sau-pocu dan Thi-an-te siang-sat-jiu Tadi Sau-pocu berada disini, beium lama dia pergi, bagaimana Kung funya kalian juga sudah menyaksikan, dari gelagatnya dapat kita simpulkan,bahwa Kim hou-po jelas akan / memperalat jago.jago kosen itu untuk merajai dunia persilatan." Makin tak karuan perasaan hadirin mendengar nada ucapau Kui bo, terasa oleh mereka bahwa Kui-bo masih punya tujuan lebih besar yang akan dan belum diutarakan. Sudah puluhan tahun Kui bo Hun Hwi-nio berkuasa didarah luar terpencil ini, sejak meninggalkan Tionggoan, sampai sekarang belum pernah dia menginjak langkahnya di Tionggoan, umpama benar Kim hou-po pocu atau Sau Pocu punya ambisi sebesar itu, boieh dikata tiada sangkut pautnya dengan dirinya yang jauh berada ditempat belukar ini. kenapa dia bersikap serius dalam membicarakan soal ini? Umpama kata Kui-bo bermaksud baik memberi peringatan kepada mereka, urusan tiada sangkut paut dengan dirinya, lalu kenapa sikapnya begitu serius? Maka hadirin berbisik-bisik. Perlahan Kui-bo berdiri dan berkata pula . "Hadirin sekaitan, kami bisa mengadakan pertemuan ini, terhitung memang ada jodoh. ada sebuah permintaan ingin aku ajukan kepada kalian, entah sudi tidak menyetujui." Hadirin diam menunggu pidatonya lebih lanjut, namun satu sama lain beradu pandang, tiada yang tahu apa kehendak Kui-bo. Terdengar Kui-bo melanjutkan . "Sekarang jago-jago kosen yang ada di Hiat-lui-kiong kutanggung takkan kalah banyak dibanding Kim hou po, sekian banyak orang kumpul jadi satu memang jarang terjadi, kesempatan baik ini kurasa jangan dibuang percuma, bagaimana kalau hari ini juga kami sumpah setia bersama untuk memilih dan angkat seorang Bengcu. berjuang berdampingan untuk melawan Kim hou-po, entah bagaimana pendapat kalian ?" Pidato Kui-bo diucapkan secara datar seperti orang omong seenak udelnya saja, tapi hadirin seluruhnya tokoh-tokoh silat yang kosen. sudah tentu mereka tahu dan merasakan kemana kiblat perkataannya, jikalau mereka bertindak sesuai / yang dikatakan Kui-bo. maka pertumpahan darah besar-besaran bakal terjadi dalam Bulim Maklum jago jago yang hadir dalam balairung ini hampir berjumlah dua ratus orang hampir termasuk inti kekuatan kaum persilatan di Tionggoan, padahal betapa banyak jago-jago silat yang ada di Kim-hou-po, walau belum diketahui, tapi selama beberapa tahun ini jago-jago silat besar dan kenamaan yang mendadak lenyap tak karuan parannya tak terhitung banyaknya, berapa jumlahnya hadirin kira-kira bisa membayangkan. Umpama rencana Kui bo terlaksana dengan seluruh kekuatan jago jago yang hadir di Hiat-lui-kiong ini menyerbu ke Kim-hou-po, peduli pihak mana yang menang, korban jiwa jelas pasti terjadi, itu berarti kaum persilatan akan banyak dirugikan, dan kemungkinan terbesar adaiah kedua pihak gugur atau hancur bersama, bagaimana mereka mau melakukan tindakan yang tidak patut dipuji ini ? Disaat hadirin kaget dan melenggong, terdengar Pak-to Suseng menghela napas, katanya . ,,Kui-bo, banyak terima kasih pemberian biji terataimu, tapi persoalan yang kau ajukan itu sukar kami menerimanya, malah perlu kuanjurkan batalkan saja niatmu dan jangan laksanakan secara kekerasan atau paksaan." Sikap Pak-to Suseng ramah dan lembut beberpa patah katanya justru dilontarkan dengan nada keras dan kaku. Thi-giam-ong adalah orang pertama yang menyokong . , Kui-bo. walau kau menjadi comblang pernikahanku, tapi usulmu itu tidak bisa kuterima." Menyusul teriakan Thi-giam-lo empat puluhan orang serempak berseru . "Harap Kui-bo maafkan, kami tak bisa menerima usulmu." Maka ramailah seruan hadirin yang menolak usul Kui-bo. Ternyata Kui-bo tetap berdiri santai, sedikitpun tidak marah / mendengar maksudnya ditentang, terutama teriakan Thian-lam-siang-jan paling keras dan tajam . "Teratai darah sudah kami telan, untuk apa kita tinggal di sini lebih baik bubar saja." Seketika seruan Thian lam siang jan mendapat applus yang ramai dari hadirin tampak Thian-lam siang-jan sudah mempelopori gerakan ini, hanya sekejap mereka sudah melesat kepintu gerbang Walau banyak yang merasa sungkan, tapi tidak sedikit pula yang mengikuti jejak Thian-Iam siang-janf berbondong-bondong mereka beranjak keluar. Baru sekarang Kui-bo Hun Hwi-nio berkata kalem, namun suaranya ditekan dengan tenaga dalamnya . ,,Harap kalian tunggu se bentar, tunggu dulu hingga penjelasan selesai kami kalian mau pergi atau tetap tinggal di sini terserah pilihan kalian sendiri." Terpaksa Thian-lam-siang-jan menghentikan aksinya diambang pintu, biji matanya yang jelalatan mendelik tak sabaran, sikapnya seperti berang dan ogah, namun mereka menuggu ditempat itu. Sudah tentu orang-orang dibelakangnya terpaksa ikut menghentikan langkah. Terdengar Kui bo berkata . "Kalian tahu sejak lama aku hidup di Biau kiang. bahwa aku pernah belajar dibawah didikan Sam-boa Niocu. kukira jarang ada orang tahu" Bahwa Kui bo mendadak merobah arah bicaranya, sudah tentu hadirin keheranan pula, hanya seorang mendadak memekik kaget dan ngeri, waktu hadirin menoleh kearab datangnva suara, tampak orang ini besar kepala badan kecil, pertumbuhan badannya amat ganjil dan lucu, ada juga hadirin yang kenal dia sebagai Liong bin Siangjin dari Liong-bin-si yang terletak dipinggir timur Thian ti di Hun lam Kungfu Liong-bin tidak, begitu tinggi, namun pergaulannya dalam Bulim amat luas, supel dan banyak bersahabat, jiwanya jujur. Sering terjadi petikaian antar perguruan dalam Bulim, bila dia mengajukan diri melerai pertikaian ini, cukup beberapa patah / katanya urusan akan beres dan damai. Peduli jago silat dan gotongan putih atau aliran hitam tiada yang menghormati dirinya. Maklum selama puluhan tahun ini dia bertindak secara jujur dan lurus. Kini Liong-kin Siangjin mendadak menjerit takut dan ngeri, sudah tentu hadirin mengkirik, yang kenal segera maju bertanya . ,Ada apa Siangjin?" Dengan muka pucat Liong bin Siangjin menuding Kut-bo Hun Hwi-nio, sesaat lamanya baru dia mengeluh sekali lagi lalu memekik . "Habislah kita semuanya." Pekik suaranya seperti meratap minta ampun, siapapun yang mendengar akan merinding dibuatnya, tiada hadirin yang tidak merasa seram, tampak sambil memekik Liong-bin Siangjin berjingkrak berdiri hingga meja didepannya di terjang terbalik jauh ke-depan. Dengan langkah sempoyongan dia memburu kedepan Kui-bo, lalu mencengkram lengan Kui-bo serta membentak beringas . Kau ... mencampur ulat apa didalam makanan kita ?" Mendengar Liong-bin Siangjin menyebut 'ulat', baru dua ratusan jago-jago silat itu sadar dan menjerit kaget semua, kini baru -rereka teringat orang macam apa sebenarnya Sam-hoa Niocu. Dalam daerah Biau-kiang dengan penduduknya yang masih serba primitif, cara melepas ulat adalah merupakan kepandaian atau senjata mereka untuk membela diri, kepandaian ini sudah merupakan tradisi yang turun temurun sejak ribuan tahun Sam hoa Niocu adalah kependekan dari Kim hoa Niocu Gin hoa Niocu dan Thi-hoa Niocu. Didaerah Biau-kiang ada empat ratus tujuh puluh lebih gua, semua menyembah Sam-hoa Niocu sebagai ekepandaian Sam hoa Niocu menggunakan ulat juga berbeda satu dengan yang lain. setiap orang hanya diajari satu macam, bukan soal gampang untuk memperoleh julukan Sam-hoa Niocu, generasi demi generasi terus diturunkan, tadi Kui-bo Hun Hwi-nio pernah / bilang, diwaktu mudanya dia pernah berguru kepada Sam-hoa Niocu, semula orang banyak tidak tahu atau tidak ingat macam apa sebenarnya Sam hoa Niocu, tapi setelah Liong bin Siangjin menjerit ngeri dan menyebut tentang ulat, baru hadirin sadar. Hun Hwi-nio tertawa lebar, katanya. "Betul, aku memang menggunakan ulat tanpa bentuk, tapi bukan kucampur dalam makanan, tapi kucamour didalam biji teratai yang sudah menjadi idaman kalian." Kepandaian Sam hoa Niocu menggunakan ulat memang hebat luar biasa, banyak ragamnya, ulatnyapun terdiri berbagai jenis, ragamnya tidak kurang ratusan macam, sebagian besar hadirin datang dari Tionggoan, sudah tentu jarang yang tahu seluk beluknya, jarang yang tahu apa sebenarnya 'ulat tanpa bentuk' itu, namun Kui bo sudah menjelaskan bahwa didalam biji teiatai yang mereka telan tadi sudah dicampur ulat, itu berarti seluruh hadirin sudah pecundang diluar sadar mereka, serempak mereka menjerit gusar serta merubung maju kearah Kui-bo Di tengah keributan itu suara Liong-bin Siangjin paling menonjol. "Kenapa kau berbuat sekeji ini, lekas berikan obat penawarnya." Kui-bo Hun Hvvi no menjengek dingin, katanya. "Tujuanku tidak lain supaya kalian bersatu padu menghadapi Kim hou-po" Kontan Thian-lam-siang jan menjerit beringas. "Berikan obat penawar." Belum habis bicara bayangan mereka sudah melejit ke-udara melewati kepala orang banyak mencakar kearah muka Hun Hwi-nio. Betapa cepat dan tangkas gerakan dan serangan keji mereka, orang pasti sukar percaya bahwa kedua orang ini tanpa daksa malah cengkraman mereka langsung mengincar / muka dan leher Hun Hwi-nio yang mematikan. Sebat sekali tubuh Hun Hwi-nio berkelit mundur. Diluar dugaan serangan ganas dan cepat Thian lam-sisng jan itu ternyata hanya gertak ambel belaka, baru saja Kui-bo menyurut mundur, di mana kedua tangan mereka menekuk, kontan Hun Lian menjerit kaget, hakikatnya kesempatan menyingkir tiada, tahu-tahu sudah dibekuk Thian tam-siang-jan dari kiri kanan Dengan jurus kiri kerbau kanan kuda salah satu tipu dari Siu-lo cap-jit-sek-nak-hiat hoat mereka mencengkram Hiat-tu pelemas dikanan kiri pinggang Begitu berhasil membekuk Hun Lian, segera Thian-lam-siang-jan berteriak."Jangan takut, putrinya berada ditangan kami, memangnya berani dia tidak menyerahkan obat penawar." Disaat Thian lam-siang-jan beraksi, ada beberapa jago kosen yang lain juga bergerak, maka terdengarlah deru angin yang ribut disertai suara ,Plak plok" Yang ramai, dari depan Hun Hwi-nio menangkis pukulan Oh sam Siansing, dari kiri menyambut serangan Pak-to Siansing, sementara tubuh atas menjengkang kebelakang menyambut pukulan Cin-loyacu, sebat sekali tubuhnya sudah berputar, dengan sikutnya dia menyodok Thi-giam-ong Utti Ou hingga mempelai laki-laki ini jatuh terjangkan kedalam pelukan Gin-koh Gin koh membimbing Utti Ou berdiri, teriaknya. "Kui-bo, jangan kau berdosa terhadap seluruh orang dalam jagat ini." Dalam sekejap Kui bo Hun Hwi nio sekaligus menyambut serangan empat jago kosen, ternyata para pengeroyoknya tiada yang unggul meski hanya seurat, malah disaat Gin-koh buka suara, tubuh Hun Hwi-nio sudah melambung tinggi, pada hal orang banyak merubung maju berarti mengepungnya di tengah. ke manapun dia menyingkir tetap dijadikan sasaran pukulan orang banyak, kepandaian Kui-bo memang hebat luar biasa, hanya sekali lompatan tubuhnya ternyata meluncur keatas belandar. / Utti Ou berteriak. "Kau pandai Ginkang memangnya orang lain tidak mampu?" Utti Ou berteriak demikian karena dia sendiri tidak mahir dalam bidang ini, saat mana Gin-koh sudah menarik krudung muka, membanting perhiasan diatas sanggulnya, mencopot pakaian manten, bagian dalam ternyata dia tetap mengenakan pakaian serba perak, sekali menjejak tubuhnya meluncur lurus seperti roket hingga diatas belandar pula Tidak sedikit yang mengikuti jejak Gin-koh, dalam sekejap itu sedikitnya ada dua puluh orang melompat keatas belandar. Dengan menjinjing Hun Lian di tangan kiri Thian-lam siang-jan juga melambung pergi menuju sepojok ruangan, gerakan mereka teramat cepat, pada hal Kungfu Hun Lian cukup tinggi, tapi dikempit kedua orang ini sedikitpun dia tidak mampu meronta. Thian-lam-siang-jan langsung berdiri mepet dinding, jelas kuatir Kui-bo menyergap mereka menolong putri kesayangannya ini, Jilid ke . 9 Dalam keadaan gawat ini, Hun Lian boleh dikata satu-satunya orang yang dapat menolong dan membebaskan mereka, jikalau Hun Lian direbut lagi oleh ibunya, maka kecuali tunduk dan patuh akan perintah Kui-nio, mereka tiada pilihan lain. Keributan yang terjadi kali ini lebih besar dari tadi. Begitu berada diatas belandar Kui-bo lantas memperdengarkan kekeh dingin yang menyeramkan, sekali bergerak entah bagaimana tahu-tahu tangannya sudah memegang sebatang dahan pohon dahan pohon ini melingkar-lingkar mirip akar pohon tua. Orang orang yang sudah lompat keatas belandar juga tahu kelihayan Kui bo apalagi mereka sudah terkena urat maka tiada yang; bertindak secara gagabah mereka mengawasi dengan pandangan curiga dan penuh tanda tanya. / Dari pojok ruangan Thian lam siang-iau membentak . "Lekas serahkan obat penawarnya, bila kami kerahkan tenaga jiwa putrimu melayang seketika" Kui bo yang duduk diatas belandar, kembali dia menjengek dingin. "Baik."' serempak dia ayun tangan, maka dua bintik sinar bintang emas dengan mendengung melesat keluar dari dahan pohon, daya luncuran dua bintik terang itu sungguh cepat luar biasa, hingga tak terlihat jelas oleh siapapun, arahnya ke tempat Thian-Iam siang jan, orang banyak menduga senjata rahasia lihay namun gaya luncurannya seperti binatang hidup. Kejadian laksana kilat menyambar, di-tengah seruan kaget orang banyak kedua titik bintang itu sudah melesat kemuka Thian-lam siang-jan, kedua orang cacat ini juga menduga Kui bo menyerang dengan senjata rahasia, dalam hati mereka masih merasa geli, dikiranya Kui-bo sudah, kebingungan karena putrinya dijadikan sandera, maka menimpukan senjata rahasia, padahal dengari bekal kepandaian mereka, memangnya takut diserang Am-gi? Pikiran kedua orang cacat ini ternyata berpadu, serempak mereka kerahkan tenaga, lalu mengebas dengan lengan baju kearah dua bintik sinar yang menerjang tiba. Dengan bekal Lwekang kedua orang ini. mesti hanya kebasan lengan baju juga tidak kalah keras dari sampukan senjata berat, umpama Am-gi itu. dilempar dengan kekuatan dahsyat juga pasti bisa dikebasnya jatuh. D saat lengan baju mereka mengebas itulah kedua bintang-bintang itu mengeluarkan dengung suara lebih keras, tiba-tiba mumbu ke atas, ditengah udara berputar setengah lingkar terus menukik kebatok kepala Thtan am sang jan begitu cepat sambaran kedua bintik sinar ini, sebelum Thian Iam lang-jan sempat angkat kepala, kedua bintik sinar itu sudah hinggap dimuka mereka. / Karuan bukan kepalang kaget Thian lam -siang-jan, namun dalam sekejap itu pula, muka dimana kedua bintik sinar itu menyentuh terasa linu pedas, namun tidak menimbulkan efek sampingan apapun, karunan mereka tertegun. Baru sekarang orang banyak melihat jelas kedua bintik bintang yang melesat terbang kemuka Thian lam-siang-jan ternyata benda hidup. Benarnya seperti biji asam, tumbuh sayap kecil warna kuning dengan tubuh berwarna kuning emas, bentuknya mirip kumbang, saat itu kedua binatang kecil ini berhenti sambil menggetar kedua sayapnya. Thian-lam-siang-jan melengak sekilas saja, tanpa janji keduanya angkat tangan terus menebuk "Plak", muka sendiri digampar nya namun kedua kumbang emas itu juga ketepuk mati, waktu mereka membuka telapak tangan, mulut mendengus, serunya."Hm, begini saja kemampuanmu?" "Ya," Sahut Kui-bo Hun Hwinio dengan tawa dingin. "tapi sudah lebih dari cukup." Hakikatnya hadirin tiada yang tahu apa maksud perbuatan Kui-bo, tapi mendadak mereka mendengar Thian lam-siang-jan mencak-mencak seraya berteriak-teriak aneh. Jengek tawa Kui-bo sudah cukup membuat orang banyak merinding, namun teriakan Tbian-lam siang jan sekarang lebih menggiriskan, bukan saja tajam dan mengerikan seumpama jarum menusuk kegenderang kuping, siapa takkan bergetar hatinya mendengar jeritan yang menyayat bati. sampaipun Oh-sam Siansing dan Pak-to Suseng yang berkepandaian tinggi juga tidak terkecuali. Kejadian lebih lanjut lebih mengejutkan lagi, Thian-lam-siang-jan lepaskan tangannya yang menelikung tangan Hun Lian, agaknya Hun Lian sudah menduga bahwa peristiwa ini bakal terjadi, begitu dirinya bebas, dengan mengerut alis lekas dia melompat pergi. Dalam pada itu Thian-lam-siang-jan sedang mencekik leher sendiri, dari tenggorokannya mengeluarkan suara serak / rendah seperti babi yang dicekik lehernya, mimik muka mereka amat kesakitan dan menderita luar biasa. Tubuh mereka sudah menyurut mepet dinding, berdiripun sudah tidak kuat lagi, pelan-pelan roboh tersungkur dikaki tembok, lalu meronta-ronta dan berkelejetan, kedua tangan mencekik leher makin keras, lambat laun kedua bola mata pun makin melotot besar. Tak ada hadirin yang tidak merasa takut dan ngeri melihat nasib kedua orang cacat ini, maka tiada yang berani bergerak lagi, hanya suara aneh yang keluar dari tenggorokan Thian lam-siang-jan masih terdengar makin lemah, hadirin menjublek diam. Maka Kui bo berkata dengan nada dingin. "Kalian sudah kena "ulat tanpa bentuk" Yang beracun, tiada obat penawar untuk menolong jiwa orang yang terkena ulat tanpa bentuk, namun bila kalian tidak membikin aku marah, dan tunduk akan perintah dan kehendakku, pasti ulat itu tidak akan bekerja. Tapi sekali kalian membangkang dan menentang kehendakku, bila aku melepas Kim hong (kumbang emas), bila tubuh kalian terantup. maka ulat dalam tubuh itu akan mengamuk, kalian akan tersiksa selama tujuh hari tujuh malam baru binasa." Sudah tentu ciut nyali para hadirin, apalagi Thian lam siang jan sudah menjadi contoh, tampak tubuh kedua orang ini seperti makin mengerut, hingga tulang mengecil kulit daging justru melembung, keringat tampak membasahi sekujur badan, keadaan mereka sudah tidak menyerupai manusia. Betapapun lihay dan luas mengalaman seluruh hadirin, mereka adalah manusia biasa, melihat keadaan yang mengerikan ini, walau kejadian bukannya menimpa diri sendiri, tapi mereka juga seperti ikut tersiksa, bila teringat dalam tubuh sendiri juga sudah kena ulat beracun ini, bukan mustahil nasib sendiri juga akan seperti itu bila tidak tunduk perintah kui bo / Perubahan drastis terjadi pula pada tubuh Thian-lam-siang jan, tadi tubuh mereka mengkeret, sekarang ternyata melar dan makin membengkak besar, terutama bagian muka mereka, saking besar melarnya hingga, mata, hidung mulut dan kuping sudah tidak bisa dibedakan lagi. demikian kuat kepalanya, rambutnya mulai rontok mirip ikan gelembung yang kering kepanasan. Kui-bo tertawa dingin, katanya. "Kalian sudah saksikan sendiri? Siapa bekerja dengan aku, bila berhasil pasti banyak manfaat yang akan kalian peroleh, siapa berani menentang kehendakku, kedua orang ini sabagai contohnya." Melihat betapa mengerikan siksa derita yang dialami Thian-Iam-siang-jan, siapa yang tidak mengkirik dan merinding, semua mandi keringat, tiada yang berani bercuit lagi. Sesaat kemudian baru Oh sam Siansing buka suara . "Kui-bo, tadi kami saksikan, laju terbang kumbang emas memang amat kencang, tapi jikalau kami menyingkir jauh, yakin kau takkan mampu berbuat apa-apa." Kui-bo terloroh-loroh bengis, kalau tadi dia bersikap ramah dengan senyum welas asih tapi sekarang sikapnya berobah sebuas binatang, loroh tawanya membuat merinding seluruh hadirin, katanya sadis. "Kumbang emas yang kupelihara kebetulan klop dengan jumlah kalian, jadi satu orang satu kumbang, kumbang yang satu berjodoh dengan ulat yang ada didalam tubuh kalian, umpama kalian berada ditempat yang ribuan jauhnya juga suatu ketika mereka akan menemukan jejak kalian, siapa diantara kalian mau mencobanya, boleh silakan pergi saja, yakin belum jauh kalian pergi, kumbang yang kulepaskan sudah pasti menyandak kalian" Banyak hadirin merasa lega mendengar ucapan Oh-sam Siansing, namun setelah didebat Kui-bo kembali kuncup harapan mereka. Apalagi kulit daging Thian lam siang-jan sudah hampir pecah, entah kenapa kini mulai menyusut lagi, kecuali bola mata mereka yang masih bergerak, sekujur badan / sudah lemas seperti tak bertulang lagt, keadaannya betul-betul tidak mirip manusia lagi. Ditengah seringai buas Kui-bo mendadak dia membentak . "Seret keluar" Dua jago kosen dari Hiat ling kiong mengiakan terus melangkah lebar kepojok sana, sekali ayun mereka melepas seutas tali kecil lembut laksana laso membelit kaki Thian lam siang jan terus diseret keluar. Kontan mereka menjerit dan merintih kesakitan seperti usus dipelintir atau isi perut diremas, tubuh mereka sudah hampir telanjang karena pakaian sudah koyak-koyak waktu badan mereka melar tadi. "Kukira sudah cukup." Ujar Kui-bo. "dibawah pimpinan Oh-sam Siansing dan Pak to Suseng, kalian boleh berangkat lebih dulu, berhenti dua puluh li diselatan Kim-hou po menunggu kedatanganku. Bila aku tiba di sana. siapa diantara kalian yang melarikan diri. hehe, awas rasakan sendiri akibatnya." Beruntun dia tetawa dingin tiga kaki, tawa sadis, tawa yang kejam, tiada hadirin yang tidak merinding. Mimpipun mereka tidak mengira, hanya karena loba sebutir biji teratai, mereka harus mengalami nasib seburuk ini. Maka orang banyak merubung Oh-sam Siansing dan Pak-to Suseng, menunggu komandonya, sekaligus ingin tahu bagaimana reaksi kedua tokoh besar ini. On-sam Siansing dan Pak-to Suseng saling pandang sekejap, Oh-sam Siansing bergelak tawa, katanya lantang. "Memang salah kita sendiri terlalu ceroboh, kini kejadian sudah terlanjur, apa pula yang bisa kita lakukan kecuali menurut kehendaknya ?" Pak-to Suseng mengebas kedua lengan bajunya, meminjam daya kebasan ini tubuhnya melesat mundur kebelakang, serunya . "Hayolah beiangkat." / Kalau kedua orang ini tidak mau menelan kerugian didepan mata, orang lain mana berani menolak, dengan muka cemberut pelan-pelan mereka bergerak keluar. Lekas sekali sebagian besar hadirin sudah beranjak keluar, hanya Utti Ou dengan bola matanya yang melotot bundar mengawasi Kui bo. agaknya dia masih membandel Kui-bo tertawa katanya. "Kalian masih kemanten baru aku tidak akan suruh kalian menempuh perjalanan jauh, maka kutugaskan kalian berjaga di Hiat-lui-kiong saja." Tugas Rahasia Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Utti Ou menoleh dan mengedip kepada Gin-koh, Gin-koh lantas berseru melengking . "Kui bo, kami berbakti kepadamu, dari ribuan li jauhnya menculik Cia saucengcu kemari, ternyata aku dan Thi-jan juga tak terhindar dari muslihatmu, apa langkahmu tidak terlalu." Kui-bo menyeringai, katanya "Aku tidak boleh pilih kasih, aku harus menegakkan kewibawaan, jikalau kau setia kepadaku Lwekangmu akan bertambah maju, memangnya tidak baik?" Padahal Gin-koh dan Thi-jan Lojin memang sudah menghamba kepada Kui-bo. perintah Kui-bo kapan berani mereka menentang, maka kejadian itu sebetulnya tidak membawa perobahan bagi mereka. Tapi kalau dulu mereka bekerja secara sukarela, sekarang justru dipaksa oleh keadaan, jelas titik tolak persoalannya berbeda cukup jauh. Sesaat lamanya Gin-koh kehabisan akal, waktu dia angkat kepala dilihatnya Utti Ou tengah mengawasinya dengan kasih mesra senyumannya mirip laki-laki bloon, tanpa sadar ia menghela napas, apa boleh buat terpaksa dia ikut menanggung nasib yang sama. Rombongan besar Oa-sam Siansing sudah turun kebawah dan tiba dipinggir sungai. Orang-orang Hiat lui kiong suduh menyiapkan kapal besar, orang banyak diantara keluar perairan kebetulan ada angin buritan maka kapal maju tanpa / makan banyak tenaga, enam puluh li kemudian kapal berlabuh, orang banyakpun mendarat Sepanjang jalan rombongan jago-jago silat sebanyak hampir dua ratus ini seperti kawanan anjing yang keok dimedan laga, tiada yang bergairah bicara, bukan saja lesu merekapun patah semangat. Setelah semua mendarat kapalpun bertolak balik, semua berkumpul dipinggir hutan merubung sepuluhan jago jago yang paling top diantara mereka, mulailah mereka berdebat dan bicara mengajukan pendapat masing-masing. Liong-bin Siangjin adalah orang pertama yang angkat bicara . "Kuharap kalian jangan punya pikiran ingin mengadu untung, dulu pernah kudengar cerita orang bahwa Sam-hoa Niocu dari Biau kang ada mengajarkan puluhan atau mungkin seratus jenis cara memelihara dan melepas ulat beracun, diantaranya ulat tanpa bentuk bila kumat adalah yang paling mengerikan. Kecepatan terbang kumbang emas itu juga amat kencang, apa yang diucapkan Kui bo memang bukan gertak sambel." Seorang berkata . "Lalu bagaimana ? Memangnya kita harus tunduk dan patuh pada perintahnya? Mengempur Kim-hou po ?" Liong-bin Siangjin menghela napas panjang, katanya . "Kecuali diantara kita ada orang yang mappu mencari bongkot akar pohon tempat Kui bo memelihara kumbang emas itu, lalu di masukan kedalam peti besi yang rapat serta membakarnya sampai mati, kalau tidak terpaksa kita harus menjalankan perintahnya." Liong-bin Siangjin bicara dengan sikap serius dan nada tertekan, seluruh hadirin juga mendengarkan dengan prihatin. Tapi Pak-to Suseng berkata . "Siangjin, jangan kau berkelakar, memangnya siapa yang bisa turun tangan mencuri bongkot akar pohon itu ?" Hadirin saling pandang lalu tertawa getir. Liong bin Siangjin berkata . "Pak to, jangan kau kira aku menggoda kalian, / hanya ada seorang mampu melaksanakan tugas berat ini. hanya dia pula yang dapat menolong kita semua." Karuan pernyataan Liong-bin Siangiin mendapat tanggapan serius para hadirin. Maklum Kungfu Liong biu Siangjin memang biasa saja, namun dia terpandang dan punya wibawa diantara kaum persilatan, adalah logis kalau dia memiliki kelebihan yang orang lain tidak punya, bahwa selamanya dia tidak pernah berkelakar atau membual adalah salah satu ciri kelebihannya, maka timbul setitik harapan dalam benak orang banyak, semua menunggu penjelasan Liong-bin Siangjin. Liong-bln Siangjin berkata . ,,Orang itu adalah nona Hun Lian" Hadirin menunggu dengan tegang, mereka kira Liong-bin Siangjin akan menampilkan seorang tokoh lihay yang cukup mengejutkan, kini mendengar calon penolong mereka adalah Hun Lian, semua orang lantas menyengir tawa. Beberapa orang yang berhati lemah terbayang selanjutnya mereka harus hidup dibawah orang serta terbelenggu kebebasannya, maka pecahlah isak tangis mereka. Lekas Liong-bin Siangjin membujuk. "Saudara-saudara dengar dulu penjelasanku. Memang Kui bo pasti menjaga ketat dan menyimpannya secara rahasia agar kumbang emas itu tidak tercuri orang betapapun dia ketat menjaga dan mencurigai orang lain pasti tidak akan curiga kepada putri tunggalnya sendiri, apakah ucapanku tidak benar?" "Beuil, apapun dia tidak akan curiga kepada putri sendiri. Tapi Hun Lian adalah putrinya, memangnya dia mau berkiblat keluar, membela orang lain memusuhi ibunya sendiri ? Sudahlah, jangan kau singgung lagi soal ini." Demikian debat Oh-sam Siansing. "Oh-sam, umumnya gadis yang dewasa hatinya pasti berkiblat kepada orang lain,hanya ada satu orang yang dapat / menunjuk dan menaklukan Hun Lian untuk melakukan akalku itu." "Siapa?" Beramai ramai orang banyak bertanya. "Siapa lagi, sudah tentu Cia Ing kiat, Sau-cengcu Kim-liong ceng." Hadirin terbeliak dan akur akan akal ini, walau sebagian besar orang-orang ini masih menyangsikan ucapan Liong-bin Siangjin, walau harapan itu terlalu jauh, namun setitik harapan sekalipun tidak salah untuk diraihnya. Apalagi orang banyak juga tahu, Hun Lian kenal Cia Ing-kiat di Kim-hou-po, kalau Kui-bo bisa suruh orang menculik Cia Ing-kiat kemari serta hendak mengawinkan putrinya kepadanya, sudah tentu Hun Lian sudah jatuh cinta kepada pemuda itu. Tapi orang banyak juga tahu Cia Ing-kiat diculik pula oieh Liong-bun Pangcu, pada hal Liong-bun Pangcu terkenal misterius, jejaknya tidak diketahui, siapa dan bagaimana asal-usulnya juga tiada yang tahu. sejauh ini kaum persilatan belum ada yang tahu di mana letak markas pusat Liong-bun pang, lalu kemana mereka harus menemukan jejak Cia Ing-kiat? Maka orang banyak-kembali menj idi lesu. Oh sam Siansiu menghela napas, katanya. "Sekarang tiada jalan sama sekali kita patuh akan perintah Kui-bo, mempersiapkan diri ketempat yang ditentukan oleh Kui-bo, jumlan kita sekian banyak, supaya tidak menarik perhatian orang, kalian harus berpencar dan dibagi beberapa rombongan, terserah bagaimana kalian akan berangkat. Perlu kuperingatkan, apa yang diucapkan Liong-bin Siangjin bukan main-main, maka sepanjang jalan peduli menghadapi apa, jangan kalian menunda diri hingga terlambat, kalian harus bertanggung jawab kepada raga sendiri." Mungkin baru pertama kali ini Oh sam Siansing bicara secara s Kaum persilatan memang hidup diujung golok dan pedang, tapi seseorang tidak mudah untuk menghabisi jiwa sendiri, maka hadirin tiada yang membantah, semua berjalan / bersama teman yang dikenalnya baik, seperti datangnya mereka teras berpencar. Oh-sam Siansing dan Pak-to Suseng berangkat paling akhir,namun mereka juga tidak banyak bicara. 000)0(000 Setelah hujan lebat malam harinya, sejak pagi hingga lohor mentari semakin terik. Jalan raya menuju kesungai tak jauh di selatan Kim-hou-po sudah berderu dan kering kerontang, dermagapun retak-retak. Dermaga ini bukan lain adalah tempat penyebrangan waktu Cia Ing-kiat menyamar jadi Ciong Tay-pek merarikan diri dari Kim-hou-po dulu, didermaga ini kecandak para pengejarnya, waktu itu dia menyamar pula jadi petani muda sehingga lolos dari pengawasan Thian-te-siang-sat dan Toa-ho-sam-cu Sejak perintiwa tragis itu, tiada orang berani menyebrang sungai dari dermaga ini sehingga tempat ini makin terbengkelai,gubuk pendek di mana kakek anak dan cucu bertiga yang memiliki kapal tambangan itu bertempat tinggal kini sudah ambruk sebagian, sekitarnya ditumbuhi rumput liar, jalanan yang tembus kearah dermaga ini pun sudah menjadi semak belukar. Tengah hari itu terik mentari memang luar biasa, hingga orang merasa sesak bernapas, ditengah arus sungai yang bergulung-gulung tampak sebuah perahu kecil meluncur cepat menuju kedaratan Pemegang galah di atas perahu adalah seorang yang berperawakan tinggi besar dengan kain hitam mengke-rudung kepala, diburitan perahu ada dua ekor kuda berbulu putih salju, disebelah laki-laki berkerudung ini duduk seoraug gadis remaja yang mengenakan cadar deugan kain hitam mengikat sanggul, walau tak kelihatan raut mukanya, tapi dari perawakannya yang ramping semampai dapat dibayangkan bahwa gadis ini pasti cantik rupawan. Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung Bajak Laut Kertapati Karya Kho Ping Hoo