Tugas Rahasia 12
Tugas Rahasia Karya Gan KH Bagian 12
Tugas Rahasia Karya dari Gan K H Biia berdiri dipinggir empang dan memandang kedalam air, karena timbulnya sinar reflek, sudah tentu tak terlihat keadaan dibawah Disaat orang aneh mendongak keatas, Lui Ang ing iangsung mendekati orang yang duduk membelakangi merata itu, katanya . "Yah. perjalananku keluar kali ini"sampai di sini jaraknya dengan orang itu tinggal tiga kaki, tampakorang itu mendadak berdiri, tanpa membalik badan tiba tiba tangannya bergerak kebelakang, sinar kilat menyambar, sebilah bidik yang gemerdap tahu-tahu menusuk kedada Lui Ang-ing. Kejadian diluar dugaan ini betul-betul cepat berlangsung dan mendadak, sejak masuk tadi Lui Ang-ing sudah kebat kebit karena dia pulang membawa orang luar, berarti sudah melanggar pantangan ayahnya, walau dia tahu diri adalah anak tunggal kesayangan ayahny salah tetap salah dan haru mendapat hukuman, sambil maju hatinya sedang mencari akal bagaimana dia harus menjelaskan duduk persoalannya supaya hukuman atas dirinya cukup ringan saja, apalagi sejak kecil dirinya sudah keracunan, be-tao besar jerih payah ayah nya dalam usaha me nyembuhkan dan menawarkan racun ditubuh-nya, kapan dia pernah menduga bahwa kejadian seperti ini bakai terjadi ? Bila Badik sudah menusuk tiba baru Lui Avg ing merasa gelagat jelek, namun jarak, sedekat ini. mana bisa berkelit? Tubuhnya hanya mengegos sedikit, namun badik sudah ambias empat dim kedalam tubuhnya. Kejadian mendadak, Lui Ang-ing sudah tertusuk, namun tidak sampai menimbuikan suara berisik orang aneh itu sedang mendongak kemas namun sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, segera dia merasakan adanya gejala kurang benar, segera dia membentak . "Ada apa ' / Lenyap suaranya, tubuhnya Lui Ang ingpun sudah roboh. Menyusul 'Wut" Mendadak pandangan menjadi gelap, segumpal mega hitam langsung menungkrup kearah orang aneh Kungfu orang aneh ini amat tinggi, jikalau dalam keadaan tidak siaga, meski Lui Ang-ing disergap secara mendadak, orang aneh itu tetap masih bisa menarik dan menolongnya, pasti tidak akan terluka oleh musuh. Begitu melihat Lui Aug ing roboh, segera dia tahu perobohan gawai telah terjadi, betapapun cepat serangan lawan, hendak melukai dia jelas tidak gampang lagi. Sementara bayangan gelap itu sudah- menyerang tiba, dalam sesingkat ini orang.aneh belum sempat perhatikan benda apa yang menyerang dirinya, segera dia membentak keras sambil menggentak kedua tangan, dilandasi tenaga dalamnya, angin pukulan melanda bagai gelombang pasang. Pukulan yang mengandung hawa murni, aliran Lwekeh ini tiada bentuknya tapi mengandung kekuatan besar merupakan taraf tertinggi dari ilmu Lwekang, tenaga dalam yang dilontarkan sesuai keinginan hati, bayangan hitam yang menindih turun dan atas itu tinggal dua kaki saja diatas kepalanya, seketika tertahan dan mumbul pula oleh pukulan orang aneh Baru sekarang orang aneh aneiihat jelas yang menindih turun bagai segumpal mega hitam ini, ternyata adalah jala bundar dengan garis tengah lima kaki. Gerakan orang yang menusuk Lui Ang-ing ternyata cepat luar biasa, begitu orang aneh angkat kedua tangannya, selarik sinar gemerdep sudah menyelonong tiba pula, sebilah pedang sudah menusuk dadanya. Serangan mendadak dan tak terduga pula. namun orang aneh sempat mengkeret tubuh sambil mundur hingga pedang menusuk lewat di amping tubuhnya. Kini orang aneh melihat jelas wajah pembokongnya ini, mukanya ion-jong sempit, alis tebal, mata besar, tapi bola / matanya lebih banyak putihnya dari pada yang hiiam, pokoknya tampangnya Serba ganjil. Begitu beradu muka dengan pembokong ini, orang aneh lantas mendengus gusar, karena sekali pandang dia sudah kenal orang ini, jelas bukan kenalan ayahnya, yaitu Kim-hou-po-cu atau ayah Lui Ang-ing, tapi orang ini adalah tokoh jahat yang buas dan pernah menggemparkan Bulim, golongan hitam atau aliran putih sama ingin mengganyangnya, dari daerah Kanglam pernah menggrebeknya bersama hingga orang lari kelay-bok, sejak peristiwa itu, gembong jahat ini lenyap dari percaturan dunia persilatan, yaitu Sin cong Lou Thing. Pedang panjang ditangan orang itu tergetar keras memetakan belasan kuntum kembang gemerdep, jurus pedang yang membingungkan ini sukar diraba arah juntrungnya dalam sekejap telah menyerang delapan jurus, tapi orang aneh kembangkan kegesitan tubuhnya, satu persatu dia luputkan diri dari serangan pedang lawan. Tujuh jurus serangan pedang telah usai, baru jala bundar itu jatuh diatas tanah. Waktu berkembang diudara benang baja itu sebesar jari kelingking anak kecil berwarna coklai gemerdep. entah teranyam dari apa, kelihatannya tiada sesuatu yang istimewa tapi begitu jatuh menyentuh lantai, ternyata mengeluarkan suara "Crak, crak", diatas benang-benang kasar itu ternyata tersembunyi banyak duri-duri kecil tajam sebesar jarum panjang setengah di m, semuanya amblas ke dalam lantai yang bertegel keras. Setelah menghindari delapan jurus serangan lawan, baru orang aneh sempat membentak . "Lou Thing, kiranya kau." Pedang orang itu tampak meraodek, bola matanya yang kecil bundar berputar jeli-latan, sorot matanya tajam menatap orang aneh, setelah melihat jelas wajahnya seketika berobah air mukanya, semula dia sudah nekat hendak menirukan pedangnya, tapi di engah jalan mendadak berhenti hingga pedangnya teracung kaku ditengahi udara / Oranc aneh mengeram gusar 'Ternyata memang kau." Suara Lou Thing terdengar ganjil. Kau....masiH mencampuri urusan bulim?" Orang aneh terbawa dingin, sentaknya. "Mana Lui-pocu? " Mendadak Lou Thing terbahak-bahak,di-tengah kumandang tawanya, pedang panjang ditarikan kencang, lapisan sinar pedang beribu banyaknya menerjang bersama orangnya, betapa hebat dan keji seangannya, sungguh luar biasa. Orang aneh itu bersiul panjang, dua tangan dikebas.keluar, menilai Lwekang orang aneh ini, tenaga kebasannya ini cukup merobohkan sebuah batu raksasa, tapi daya terjangan Lou Thing ternyata tidak terhambat atau menjadi lambat, terdengar 'Cret, cret,' dua kali, di mana sinar pedangnya berkelebat, dua lengan baju orang aneh telah terpapas berhamburan. Menyusul sinar pedang terhenti ditengah lalu didorong menusuk tenggorokan orang aneh tapi pada saat itu pula, orang aneh menghardik, ujung pedang yang gemerdep hanya beberapa senti didepan lehernya, diwaktu dia menghardik biji lehernya boleh dirasa sudah menyentuh ujung pedang, namun Lou Thing mendadak berdiri kukuh tak bergerak. Berdiri hanya sekejap Lou Thing masih memegang lurus pedangnya, tapi mendadak dia menyurut mundur belangkah, lalu selangkah lagi.di-saat mundur selangkah darah, mendadak merembes dari tujuh indranya, karuan tampangnya kelihatan sangat menakutkan, waktu melangkah kedua kakinya, darah malah mencu-cur. Bila langkah ketiga, seluruh tubuhnya men dadak jadi lunglai, ' Trang" Pedang panjang yang dipegangnya jatuh, menyusul orangnya juga meloso roboh, bukan roboh tumbang tapi senyum badainya mendadak mengkeret pendek berobah jadi setumpuk.separo kepalanya malah terbenam diatas tumpukan kulit-badan-nya, darah masih mengalir dari kedua matanya, sungguh bukan kepalang seram dan mengerikan keadaannya. / Hanya orang aneh saja yang tahu akibat yang dialami Lou Thing. Wakiu dia mendorong kedua telapak tangannya, Lou Thing masih angkat pedangnya menusuk tanpa pikirkan keselamatan jiwa sendiri, walau sekuatnya dia mampu menerjang dekat, namun kekuatan tenaga dalam dari pukulan dahsyat orang a neh ternyata menggetar pecah seluruh urat nadi, sendi tulang dan tulang-tulangnyapun remuk, kaiena itulah sekujur badannya meng-keret jatuh menjadi setumpuk daging manusia yang.tidak normal sebagai mayat lazimnya. SejakLou Thing menyergip Lui Ang-ing hingga orang yang belakangan ini terluka parah, sampai dia sendiri tergetar mampus oleh tenaga dahsyat orang aneh. kejadian berlangsung teramat cepat dan singkat. Begitu Lou Thing mampus, sebat sekali orang aneh memburu Kearah Lui Ang-ing. tampak Lui Ang-ing rebah di lantai sambil mendekap luka-lukanya, ternyata dia masih sadar, tidak jatuh pingsan, melihat orang ancn mendekatinya, bibirnya bergerak sekian lama baru kuat berbicara dengan lemah . "Aku ... bagaimana ayahku ? Kenapa terjadi peristiwa ini ?" Mendengar pertanyaan Lui Ang-ing, seketika tenggelam perasaan orang aneh. Bahwa didalam Kim hou-po terjadi peristiwa ini, kemungkinannya hanya satu yaitu Kim-hou pocu sudah binasa ditangan Lou Thing. Lalu Lou Thing menyamar sebagai Kim-hou Pocu, bila Lui Ang-ing berbasil dibunuhnya, maka Kim-hou-po selanjutnya akan berada ditangan kekuasaannya. Sebetulnya muslihat jahat Lou Ih n amat sempurna dan pasti berhasil, tapi tak pernah dia duga bahwa kali ini Lui Ang-ing pulang membawa satu orang, malah kepandaian si ai orang yang saiu ini teramat tinggi, maka hanya segebrak saja ytnawanya-pun ikut amblas. Malah mati dengan cara yang mengenaskan. / Badik masih menancap didada Lui Ang-ing sambil bicara dia berusaha mencabut badik itu, lekas orang aneh mengegah gugup . ,.Jangan kau sentuh." Beruntun dua jari tangannya bekerja menutuk tujuh Hiat-to didada Lui Ang ing. darah segera berhenti mengalir, dengan penuh perhatian baru dia pegang gagang badik sementara tangan yang lain menekan dada, pelan-pelan dia mencabut badik i'u, cepat sekali tangan yang lain segera menekan luka-luka. Waktu badik tercabut rasa sakit merangsang dada Lui Ang-ing hingga tak terasa dia merintih kesakitan, untung begitu tangan orang aneh menekan dadanya, sebu-lung hawa hangat segera merembes kedalam tubuhnya, rasa sakit mulai berkurang,dengan lunglai dia rebah sambil memejam mata sambil mengatur napasnya yang tersengal. Tangan orang aneh masih lerns menekan dada Lui Ang ing, wajahnya yang semula pucat lambat laun tampak semua merah, merah jengah. Sebetulnya wajah Lui Ang-ing amat cantik, soalnya kulit mukanya teramat pucat sehingga orang yang melihatnya menjadi gi-ris. ditambah sikapnya yang kaku dingin, orang makin takut dan ngeri bila beradu pandang dengannya. Wajah yang semula pucat kini berobah jengah, karuan amat menggiurkan, sementara tangan orang aneh itu me nekan dada. melihat perobahan muka erang seketika dia sadar lalu menarik tangannya. Luka-luka Lui Ang-ing amat dalam cara kerja orang aneh teramat cepat dan cekatan, begitu badik tercabut, segera dia tekan luka-lukanya riiigga darah tidak membanjir keluar kecambah tenaga dalam o ang aneh ya me rebes Setubuhnya le at telapak tangannya menolak balik darah segar yang sudah hampir mencucur keluar, serta mekuntunnya hing ga berputar ke sekujur badan Lui Ang ing maka rona muka Lui Ang-ing lekas berobah semu merah. Padahal usaha rertolorgan ini be lum selesai, tapi mendadak orang aneh menarik tangan, Lui Ang ing juga merintih, ma ka darah membanjir keluar pula, / sudah tentu Lui Ang-ing tidak tahu kenapa orang aneh ini menarik tangannya, sepalang matanya mengerhng tajam wajahnya, sikapnya priha tin dan mohon bantuan. Melihat darah mem banjir pula dari luka-luka Lui Ang-ing, cepat orang aneh ulur tangannya hendak mene kan pula, tapi tangannya gemetar dan berhenti di tengah udara, seperti antara telapak tangan nya dengan dada Lui Ang-ing tertahan sesu atu benda yang tidak kelihatan, malah mimik wajahnya juga menampilkan mimik aneh ra sa derita dan sikap yang tertekan. Napas Lui Ang-ing tersengal lagi, katanya lemah. ,Kau .. kenapa kau ... lepaskan?" Seperti orang kesurupan raut muka orang aneh mendadak mengkeret dan menggigil. Sudah tentu heran dan bingung Lui Ang-ing dibuatnya, pada hal luka lukanya amat perah, bicara denga i keras,mn tak mampu, tenggorokannya terasa anyir, darah seperti hampir tumpah dari mulutnya, sambil tersengal dia berkata. "Kau .. kalau tidak lekas . turun tangan ... aku ". pasti mati , ..benar tidak?" Tampak bergetar sekujur badan orang aneh. namun telapak tangannya masih Kaku diudara, sementara saking tidak kuat menahan rasa sakit, Lui Ang-ing semaput. Para pembaca, perlu kiranya sekarang kita paparkan asal usul orang aneh ini. Sebetulnya dia seorang padri agung dari Siau-lim-si, usia belum genap tiga puluh, tapi sudah mempunyai kedudukan tinggi di biara suci itu. Dahulu Kui bo Hun Hwi-nio pernah mengembara ke Tionggoan, entah betapa banyak jago-jago kosen Bulim yang tergila gila kepadanya, Kui bo Hun Hwi-nio memang berparas cantik jelita, berkepandaian tinggi lagi, dasar perempuan genit dia banyak menimbulkan huru hara di mana-mana, mengadu biru sesama kaum persilatan, sudah / tentu tidak sedikit pula ilmu tunggal berbagai perguruan yang berhasil dipelajari jago-jago silat yang kepincut kepadanya, ternyata belum puas juga, akhirnya dia meluruk ke Siau-lim-si dan menemui padri agung Tay-ci Siansu yang menduduki ketua Tat-mo-wan di Siau-iim- si. Sebagai padri agung Tay-ci Siansu ber-welas asih walau sekali pandang dia sudah tahu bahwa Hun Hwi-nia bukan perempuan baik, maka dalam sepuluh gebrak dia sudah memukul Hun Hwi-nio luka parah, namun dia tidak turun tangan secara keji, sebaliknya hati tidak tega dan berusaha menyembuhkan luka-luka Hun Hwi nio malah. Waktu itu diapun menekan dada Hun Hwi-nio dengan sebelah telapak tangannya, sungguh tak nyana, terjadinya sentuhan kulit badan antara dua insan yang berbeda ini telah menimbulkan tragedi yang mengenas-kan wajah Hun Hwi-nio memang cantik luar biasa, genit dan jalang pula, dibawah rayuannya Tay ci Siansu tak kuasa menguasai hawa nafsunya, sehingga terjadilah peristiwa aib yang memalukan. Selama sebulan Tay-ci Siansu dan Hun Hwi-nio bergelimang dalam kehidupan sebagaimana suami isteri didalam Siau lim-si, selama sebulan itu luka-luka Hun Hwi-nio sudah lama sembuh, malah tidak sedikit ilmu tunggal Sau-lim pay yang diperahnya. Sayang kejadian Tay-ci Siansu menyembunyikan perempuan dalam biara serta menurunkan ilmu sakti perguruan kepada orang luar akhirnya terbongkar. Sejak Siau-lim si dibangun ratusan yang lalu, belum pernah terjadi peristiwa memalukan seperti ini. Maka seluruh padri dalam biara besar dikumpulkan, diadakan sidang kilat, semula para Tiang-lo dan padri agung seria Ciangbunjin Siau-lim pay membujuknya supaya insaf dan bertobat, namun Tay ci Siansu sudah kebacut cinta dengan Hun Hwi-nio sudah tentu dia menolak bujukan dan nasehat, sehingga terjadilah pertengkaran yang makin memuncak, ratusan padri yang / berangasan memprotes supaya Tay ci Siansu dihukum berat atau dipecat dari jabatannya, sudah tentu Tay-ci menolak sehingga terjadilah perkelahian sengit, Tay-ci Siansu membela mati-matian keselamatan Hun Hwi-nio, tidak sedikit padri-padri Siau lim si yang jadi korban, terpaksa kedua orang ini melarikan diri, jauh meninggalkan Siau - lim - si dan menghilang jejaknya. Peristiwa itu terjadi didalam biara Siau lim sebetulnya tidak diketahui orang luar. dirahasiakan lagi. seluruh penghuni Siau-lim si sudah berjanji dan dilarang membocorkan peristiwa memalukan ini. Tapi ada ribuan padri dalam biara agung itu, tidak semuanya dapat mematuhi aturan atau larangan, mana mungkin rahasia ini tetap dipertahankan oleh mulut-mulut yang suka usil, lambat laun rahasia irtipun mulai tersiar luas dika-langan Kangouw. Tapi bila ditanyakan langsung kepada padri Siau hm-si mereka selalu menjawab tidak tahu. maka bagaimana sebetulnya duduk persoalan, orang luar tetap tidak jelas, mereka hanya anggap Hun Hwi-nio yang cantik genit dan centil itu telah memikat seorang padri agung Siau lim si hingga padri yang satu ini melanggar tujuh pantangan perguruannya lalu diusir keluar perguruan. Setelah meninggalkan Siau-lim-si, Tay ci Siansu lantas memelihara rambut kembali menjadi orang preman, serta menggunakan gelar Lian-hun Kisu sebagai penyataan langsung betapa besar rasa cintanya kepada Hun Hwi-nio, seumur hidup tidak akan luntur Berdasar Kungfunya yang tinggi dalam jangka setengah tahun, nama Lian hun Kisu sebetulnya dapat menjulang tinggi di Bulim. Sayang tujuan Hun Hwi nio menyelundup ke Siau lim serta memikat Tay-ci Siansu adalah untuk mencuri belajar Kungfu Siau hm si, serelah meninggalkan Siau lim st, maka kumailah sifat liarnya, dasar jalang dia tidak betah tinggal lama bersama Lian-hun Kisu, sepuluh hari setelah mereka menetap disuatu tempat yang sudah disepakati bersama untuk tempat tinggal mereka untuk selamanya, diam-diam Hun Hwi-nio minggat tanpa / pamit. Sudah temu bukan kepalang sakit, penasaran dan sedih hati Hun lian Kisu, dipuncak Hoa-san dia menangis tujuh hari tujuh malam serta menyesali nasib dan perbuatannya, sejak kejadian itu dia tidak pernah muncul lagi didunia ramai, tiada orang tahu di mana jejaknya. Setelah meninggalkan padri agung yang dianggapnya goblok ini. Hun Hwi nio lantas menyingkir jauh kepedalaman kearah Biau di-Tibet karena kualir jejaknya dikuntit Tay ci, syukur berbulan hingga bertahun tahun kemudian dirinya bisa hidup tentram mengikuti segala keinginannya, maka dia mendirikan Hiai-lui-kiong serta menjadi orang yang paling berkuasa dan disegani didaerah terpencil ini. Setelah puluhan tahun lamanya, baru didalam Hiat lui-kiong itulah mereka bersua kembali, tapi yang perempuan sudah menjadi nenek jelita, yang laki juga sudah berobah jadi kakek keriput dengan wajah yang selalucemberut. Orang aneh itu gelar imannya adalah Tay ci, setelah kembali preman menggunakan gelar Lian-hun K.isu, namun orang yang selalu dikanang dan dicintainya juga tidak perlu diperhatikan atan dikenang lagi,maka dia membuang segala gelar dan nama, selanjutnya menggunakan Bu-bing sansing. Setelah Hun-Hwi nio minggat, selama hampir tiga puluh tahun dia masih hidup merana dia mereras diri. selama itu tak pernah dia bergaul dengan perempuan. Wajahnya yang penuh keriput itu ke-lihatannya seperti berusia tujuh atau delapan puluh, pada hal saat itu dia baru berusia lima puluhan. Semula dia tidak sadar waktu telapak tangan mendekap dada Lui Ang-ing, namun setelah melihat merah jengah dimuka-nya keadaan ini mirip waktu dia menolong Hun Hwi-nio diSiau-lim-si dulu. maka getaran sanubarinya saat itu sungguh takkan bisa diresapi orang lain, setelah tangannya terangkat apapun sudah dia menekannya pula, pada hal luka luka Lui Ang-ing amat parah dan jatuh semaput. / Begitu semaput warna jengah diwajah Lai-Ang-ing seketika lenyap, wajahnya kembali pucat dengan darah yang terus mengalir dari luka luka didadanya Sambil mengawasi orang sudah tentu Bu-bing Siansing tahu, bila dirinya masih bimbang dan tidak segera memberikan pertolongan luka-luka Lui Ang-ing' pasti tidak tertolong dan jiwa bisa amblas. Tapi dia juga takut terulang lagi impian buruk yang pernah terjadi tiga puluhan tahun yang lalu. Telapak tangannya hanya setengah kaki diatas dada Lui Ang ing, namun sukar diturunkan lagi. Keringat sudah berteiesan dari jidatnya, perasaannya seperti ditusuk-tusuk sembilu, mendadak dia mendongak sambil menggembor keras serta kesetanan. Begitu keras dan hebat gemborannya ini sehingga Lui-Ang ing yang pingsan sampai terjaga bangun. Begitu dia membuka mata, dadanya lantas turun naik dengan cepat, matanya ' mena. tap Bu bing Siansing dencan pardangan harap-harap cemas, mulut sudah tidak manpu bersuara. Bu-bing Siansing jug; balas menatapnya, sesaat kemudian baru dia menarik napas la'u berkata tertaha'n . ,.Aku tak bisa menolongmu, lau harus tahu ... kalau aku me-Hviongmu, apakah yaag akan terjadi ?" Napas Lui Ang ing makin berat, suaranya lembah dan te putus-putus . ,,Aku tak mau mati , ..aku ingin hidup... usiaku masih muda ...apapun aku ingin hidup mohon kan ..." Bu bing Siansing memejam mata. keringat bertetesan dari jidatnya, mendadak dia membuka mata, sorot matanya memancar sinar terang, segera dia ulur tangan dengan ujung kukunya yang panjang dia merobek pakaian Lui Ang-ing didepan dada tanganpun lantas menekan. Seketika Lui Ang-ing merasakan dada menjadi hangat nyaman o'eh merembesnya segulung hawa panas yang bergerak ikut mengalirnya darah, rasa sakit seketika lenyap, / keadaannyapun makin lelap seperti pulas tapi juga setengah sadar. Entah berselang berapa lamanya, mendadak ditangkapnya bentakan suara Bu-bing yang keras . "Salurkan hawa murni.'" Tersentak semangat Lui Ang ing, segera dia membuka mata, namun rasa kaget membuatnya dia meronta hendsk bangun, maklum gadis suci manapun disaat dalam keadaan setengah sadar, bila mendadak mendapatkan dirinya berada dalam pelukan seorang laki laki, apa lagi pakaian bagian dada terbuka lebar serta tangan lelaki menekan dada yang terbuka ini, pasti melonjak kaget dan takut. Tapi beberapa Hiat to didada Lui Ang-ing sudah tertutuk oleh Bu-bing Siansing, badannya tak mampu bergerak, karuan saking gugup dan malu selebar mukanya be-robah merah, air matapun berlinang. Dengan kereng Bu-bing Siansing membentak pula. "Kerahkan hawa murni, semula aku tak mau menolongmu, tapi kau sendiri yang menuntut kepadaku." Mendengar suara orang, apa yang terjadi atas dirinya seketika disadari oleh Lui Ang-ing, jantungnya berdebar, lekas dia memejam mata serta mengerahkan hawa murni sesuai petunjuk orang. Cukup lama kemudian me dadak dia merasa tekauan didadanya me-ngendor, beberapa Hiat-to yangtertutuk juga telah terbuka lagi, lekas dia bangun berduduk, tapi kedua pundaknya ditekan Bu-bing Siansing. waktu Lui Ang ing menoleh dilihatnya pandangan Bu-bing Siansing amat aneh. mimik mukanyapun ganjil sekali Sudah tentu mengkirik hati Lui Ang-ing, baru saja dia. hendak buka suara, mendadak Bu-bing Siansing menjentikan jari telunjuk tangan kanan, serbuk hijau dari obat mujarab buatannya seluruhnya dibubuhkan d luka luka Lui Ang-ing. Darah sudah berhenti, luka-luka itupun sudah rapat mengering, setelah dibubuhi serbuk hijau itu, seketika rasanya dingin dan lenyap rasa sakir Bu-bing Siansing bergegar / berdiri lalu memutar tubuh, kedua tangan menekan dinding tubuhnya tampak menggigil seperti menekan gejolak perasaannya. Lekas Lui Ang-ing duduk serta merapatkan pakaiannya menutupi dada, waktu dia mendongak, tampak cahaya kuning yang mulai redup, jelas hampir satu hari mereka berada dalam pendopo ini. Kondisinya memang tidak sekuat semula, namun untuk jalan sudah cukup kuat. bagian luka-lukanya tinggi segaris hitam yang sudah mengering. Setelah berdiri Lui Ang-ing beranjak kesebelah ping gir serta menyingkap kerai, masuk kepintu samping. Sesaat kemudian waktu Bu-bing Siansing membalikan tubuh, kebetulan beradu pandang dengan Lui Ang-ing yang beranjak keluar, wajahnya seketika bersemu merah, sambil menunduk Lui Ang ing berkata . ,,Ayah sudah meninggal, jenazahnya ada di-dalam." Bu-bing Siansing seperti tidak mendengar ucapannya, mendadak dia putar tubuh begitu cepat dan kuat dia berputar sehingga menimbulkan getaran angin, Lui Ang ing yang masih lemah kondisinya seketika terhuyung mundur, napas seperti tertekan oleh getaran angin itu. bila dia sudah menenangkan diri, Bu-bing Siansing sudah melesat ke dalam lorong dan tidak kelihatan bayangannya, beberapa kejap kemudian terdengar suara "Blam, blum" Beberapa kali. Lui Ang-ing berdiri diam tak bergerak, kejap lain didengarnya teriakan Bu-bing Siansing . "Buka pintu, buka pintu. Biar aku keluar." Tugas Rahasia Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Gema suara Bu-bing Siansing sekeras guntur memekak telinga menimbulkan gelombang suara yang bertalu-talu. Lui Ang-ing maju beoerapa langkah berpegang pada meja bundar di depannya, sambil menunduk dia menghela napas, setelah menemukan jenazah ayahnya lantas dia maklum apa yang telah terjadi, bahwa Kim-hou Pocu telah mati pasti telah terjadi pemberontakan atau cup didala-n benteng harimau emas ini, salah satu dari biang keladi pemberontak ini / menyusul kedalam pendopo ini siap membunuh dirinya pula. Bahwa usaha mereka gagal, sudah tentu komplotan pemberontak yang lain takkan mau membuka pintu melepas mereka keluar. Pintu emas ilu amat tebal, kalau sudah disumbat dari luar jelas mereka takkan bisa keluar. Bu-bing Siansing masih terus menggem-breng pintu dan berteriak-teriak minta dibukakan pintu, setengah jam lamanya baru dia berhenti. Lui Ang-ing masih berdiri ditempatnya, beberapa kejap kemudian, dilihatnya Bu-bing Siansing keluar dari lorong dengan langkah berat dan lemas, -sesaat dia mengawasi Lui Ang-ing, lalu katanya dengan napas memburu . ,,Lekas buka pintu, biar aku keluar." Perlahan Lui Ang-ing menggeleng kepala, katanya . Jikalau kedua daon pintu emas itu dlpalang dari luar, siapapun takkan bisa membukanya dari dalam." Mendadak Bu-bing Siansing memburu maju lalu mencengkram lengan Lui Ang-ing teriaknya beringas . "Pasti ada jalan keluar lainnya di sini, lekas tunjukan biar aku membukanya, aku harus segera berpisah dengan kau." Lui Ang-ing menghela napas lalu me-nunouk kepala. Bergetar tubuh Bu-bing Siansing. kata nya gemetar .,.Tidak jalan keluar lainnya?'' Perlahan Lni Ang-ing mengangguk. Se-ketika Bu-bing Siansing berjingkrak mundur mendadak dia jejak kaki. tubuhnya melompat tinggi dua tombak serta mendorong kedua tangannya ke atas,,Biang, biang" Dua kali dia memukul keatas kaca kristal dilangit-langit pendopo itu. Kaca kristal itu tebalnya tiga kaki, meski kungfu Bu-bing Siansing setinggi langit juga tak mampu memukulnya pecah apa lagi hancur. Tapi pukulan dahsyat itu dilontarkan dari / sebelah bawah, getaran pukulannya ternyata menimbul kan pergolakan dalam air diatas empang itu buih buih menyembur ke atas sahingga menyemprot tinggi keluar permukaan air. Dipinggir empang saat mana ada beberapa orang sedang mengail, mendadak air memancur keluar dengan daya muncrat yang ke ras dari dalam air. siapapun melihat dengan jelas. Tapi orang orang yang sudah berada didalam Kim-hou-po seperti tidak ambil peduli terhadap kejadian disekelilingnya semburan air itu membasahi pakaian mereka, na mun orang-orang itu tidak bergerak di tempat duduknya, melirikpun tidak. Setelah Bu-bing meluncur turun' Lui Ang ing tertawa getir, katanya.,,Kami takkan bisa keluar dari sini rangsum yang tersedia di-sini juga tidak banyak menurut perkiraan aku tiada orang menolong kami keluar, pa ling lama kami bisa bertahan hidup satu bulan." Dengan mendelong Bu-bing Siansing ma sih mengawasi Lui Ang ing, nona cantik yang pucat ini mendadak tertawa cekikikan kata nya..,Coba kau pikir, mungkinkah ada orang menolong kami? Kalau mereka sudah bertekad merebut Kim hou-po, jelas punya tujuan tertentu, apakah kami boleh keluar?" Perasaan Bu-bing Siansing agaknya sudah tenang, dia hanya tertawa menyengir. Lui Ang-ing tertawa ewa, aatanya."Seseorang bila tahu hidupnya hanya tinggal satu bulan saja, apakah yang harus dia lakukan?'* Bu-bing Siansing masih tak bersuara, Lui Ang-ing menghentikan tawanya, lalu menghela napas, katanya.,.Sekarang hanya ada kau dan aku di sini, akupun tak bisa keluar. Siapakah kau sebetulnya sudikah kau memberi tahu kepadaku?" / Perlahan Bu-bing Siansing menarik knrsi lain doduk. katanya setelah menarik napas . "Semula aku seorang Hwesio. aku mencukur gundul rambutku di Siau lim-si " Lui Ang ing berjingkat kaget teriaknya . ,,He. jadi yang dipelet Hun Hwi-nio dulu ... * sampai di sini dia berhenti, tampak Bu-bing Siansing mengangguk kepala, maka Lui Ang ing meneruskan dengan suara lirih . "MangKanya diwaktu kau menolongku tadi. kau bimbang? Kau.. " Mendadak dia menggigit bibir terrtawa cekikikan, katanya menuding arah kerai bambu sana. "Didalam sana ada sumber air hidup, tadi aku sudah mencuci noda noda darah, entah obat mujarab apa yang kau gunakan mengonati lukaku, luka-lukaku tinggal segaris hijau, bisa hilang tidak." Napas Bu-bing Siansing memburu lagi. Lui Ang-ing terus mendekatinya, katanya . "Kami takkan lama hidup, apa pula yang kau kuatirkan ?" Bu bin Siansing membuka kedua tangannya, Lui Ang Ing makin dikat. Akhirnya Bu Ling Siansing menghela napas panjang, orang orang yang bertugas d luar pintu emas itu juga mendengar nelaan napas lega ini. oooo)0(oooo Arus sungai bergulung-gulung, rakit kulit itu hanyut terbawa arus yang deras dan, terombang ambing- Btrdiri diatas raut selepas mata memandang Hun Lian tidak melihat ujung pangkal, gelombang air yang kuning butek seiiap saat seperti hendak menelan dirinya, tubuhnya bergoyang gontai diatas rakit, beberapa kali dia hampir terjungkal jatuh, untung Liong-bun Pangcu disebelahnva beberapa kali memapah dan memegang lengannya. Setiap kali tangan orang menjamah tubuhnya, jantung Hun Lian lantas berdebar keras, waktu pertama kali melihat tampang Liong-bun Pangcudia anggap orang ini bukan / manusia, tapi sebagai manluk aneh Kini selelah ditegasi, meski bola matanya biru. rambutpun kuning emas tapi jelas bentuknya tak berada dengan manusia umumnya, cuma hidungnya lebih besar dan mancung. Manusia yang satu ini malah bersikap amat ramah dan bormat. maka rasa takumya lambat laun lenyap tak berbekas. Oleh karena itu setiap kali Liong-bun Pangcu ulur tangannya memapah tubuhnya supaya tidak kecemplung kesungai, maka jantungnya berdebar-debar. Rakit kulit iru terus laju dengan pesat hiugga tujuh delapan li jauhnya, terdengar suitan dari arah darat, belum lenyap suitan itu bergema diudara, tampak segulung tambang besar melambung tinggi keud&ra meluncur kearah rakit dari semak rumpuk dipinggir aungai sana. Liong-bun Pangcu segera ulur tangannya mengangkap ujung tali lekas sekali tali itu ditarik sehingga rakit itnpun terseret minggir. Begitu dekat Liong bun Pangcu menoleh kearab Hun Lian, Hun Lian tahu orang ingin membantu dirinya lompat keatas darat, maka dia bersenyum dan berkata . "Tak usahlah."' dengan enteng segera dia melompat keatas tanah. Lione bun Pangcu ikut melomnat di-belakangnya. baru saja mereka mendarat, sebuah tandu besar dipikul delapan laki-laki sudah menyongsong datang bagai terbang. Bentuk joli ini mirip dengan yang rusak diptnggir sungai tadi, lebih aneh lagi, delapan pemikul tandu meski wajahnya berbeda, namun gerak terik mereka ternyata sama sa u dengan yang lain, tak terasa Hun Lian melirik kearah Liong-bun Pangcu. Dengan tertawa Liong-bun Pangcu berkata . ,,Tandu yang mirip ini seluruhnya aku punya tujuh buah sudah tentu ada lima puluh enam orang yang kulatih dsngan baik, kalau satu rusak bukankah aku harus membuat lagi dan melatih beberapa orang pula ' Hun Lian mengganguk, dia sendiri menjadi heran dan tidak mengerti, kenapa d ha / riapan Liong-bun Pan;cu dia menjadi pendiam dan alim. Pada hal wataknya periang dan supel, waktu didalam Kim hou po hanya sekali dia berkenalan dengan Cia Ing-kiat. walau dia tahu Cia Ing kiat yang di kenalnya ini tidak dengan wajah aslinya, namun dia juga maklum karena diri sendiri juga berkedok untuk menyelundup kedalam Kim hou-po, bahwa orang setujuan dengan cari yang sama menyelundup kedalam Kim-hou po, naka timbullah rasa simpatik dan anggap orang sebagai teman baik sendiri. Hun Lian meninggalkan Kim-hou-po bersama Cia Ing kiat namun Kungfu Hun Lian dibanding Cia Ing kiat jelas berbeda amat jauh. begitu meninggalkan Kim hou-po Lui Ang-mg lamas kehilangan jejaknya, malah Cia Ing kiat yang harus mengalami berbagai peristiwa yang mendebarkan, dengan susah payah baru dia berhasil melarikan diri Tapi sejauh mana secara diam-diam Hun Lian terus menguntit jejaknya tanpa disadarinya setiba di H at lui-kiong, Hun Lian lantas ribut dengan ibunya, minta kawin dengan Cin Ing kiat.. Hun Hwi-nio serdiri dilahirkan didae-rah Biau kang anak blasteran dari ayah Ban ibu suku Btau. Hun Lian sendiri juga tidak tahu siapa ayah kandungnya, malah she juga ikut ibunya. Menurut adat suku Biau bila perempuan mulai kasmaran dan pingin kawin, selamanya tidak pernah malu-malu dan sungkan, tabiat anaknya jaga diketahui oleh Hun Hwi-nio, maka sang ibu tidak merasa heran, maka dia mengutus Thi-jan lojin bersama Gin-koh meluruk jauh ke Kim-liong ceng bicara tentang perjodohan ini. Bahwa sekarang Hun Lian kelihatan alim dan malu-malu kucing memang kelihatan janggal malah, hal ini Hun Lian sendiri juga merasakan, hatinyapun beran dan tak habis mengerti, karena keheranan tanpa merasa beberapa kali dia melirik serta memperhatikan Liong-bun Pangcu. / Begitu joli besar itu tiba didepan mereka, Liong-bun Pangcu lantas berkata . ,,Silakan nona Hun." Hun Lian menjadi bimbang, dia ikut Liong bun Pangcu karena orang berjanji akan membawanya menemui Cia Ing-kiat, namun dalam waktu sesingkat ini perasaannya ternyata berobah, bertemu atau tidak dengan Cia Ing-kiat hakikatnya tidak perlu lagi dengan dirinya, lebih penting dia bisa lebih lama berada disamping Liong-bun Pangcu. Pikirannya agak kalut, teringat akan per-obaban perasaannya, seketika jengah mukanya, bola mata Liong bun Pangcu yang biru sedang menatapnya, mendadak dia berkata lirih . "Nona Hun, aku sering menjelajah dunia, belum pernah kulihat nona secantik dirimu." Makin jengah muka Hun Lian, sesaat dia melenggong tak tahu apa yang harus di ucapkan, segera Liong-bun Pangci maju selangkah membuka pintu joli menyilakan Hun naik lebih dulu baru dia ikut masuk kedalam tandu. Lekas sekali joli udah bergerak seperti terbang, dalam joli gelap gulita, perasaan Hun Lian semakin kalut, jantung berdebar, ternyata Liong-bun Pangcu tidak bersuara, disaat dia kebingungan, didengarnya Liong-bun Pangcu berkaia. "Nona Hun, nama asliku adalah Antario Posing, selanjutnya kau boleh panggil aku Anta saja." Terasa oleh Hun Lian, tutur kata orang cukup sopan dan lembut, enak didengar lagi, walau orang hanya memberitahu namanya, tapi seperti mengandung maksud mendalam ysng tertentu, seketika detak jantungnya makin kencang, sesaat kemudian baru tcrceius suara dari mulutnya. "An pangcu. ' Ternyata Liong-bun pangcu tidak bersuara lagi, sesaat lagi baru dia bersuara perlahan. Sudah sampai.'' suaranya lirih, namun joli segera berhenti. Lalu dia berkata pula. "Setelah turun dari tandu, boleh kau terus dan mendorong gordyn kuning, dibalik pintu itulah Cia siaucengcu sedang menunggu kau, maaf aku, masih ada urusan lain.'' / Timbul perasaan hambar dalam benak Hun Lian. Kedatangannya ini memang ingin bertemu dengan Cia fng-kiat, tapi sekarang, dia malah ia segan dan tidak ingin bertemu dengan Cia Ing kiat lagi- Setelah melenggong sekejap baru tersipu dia mengiakan serta berdiri, pelan-pelan dia buka pintu lalu melangkah keluar, setelah turun dari joli, masih ingin dia menoleh ke-belakang, tapi pintu joli sudah tertutup, delapan orang pemikul tandu itu sudah berderak pergi. Hun Lian tenangkan diri, sekilas dia periksa keadaan sekitarnya, tak urung hatinya kaget. Tempat di mana Hun Lian sekarang berdiri berada di persimpangan dua lorong lorong ini terbuat dari dinding batu raksasa tingginya hampir dua tombak, langit-langit lorong ini berbentuk me'engkung setengah bundar. Diatas batu-batu dinding itu banyak diukir orang-orang yang lagi berperang, setiap gambar begitu indah dan hidup, bentuk-nyapun memper, seiiap lima tombak terdapat satu obor, api menyala terang sehingga lorong gelap ini kelihatan lurus, panjangnya mungkin ada beberapa li, kelihatannya seperti kuburan kuno yang lama terpendam didalam tanah. Sejenak Hun Lian berdiri bimbang, sementara joli itu sudah tidak kelihatan, terpaksa Hun-lian beranjak lebih jauh kesebelah dalam, kira-kira satu li jauhnya, akhirnya dia menemukan sebuah pintu batu yang disebelah luarnya ditutup gordyn kuning, pintu batu itu seperti sudah tumbuh secara alamiah menempel gunung. Sejak Hun Lian berdiri bimbang diluar pintu, lalu ulur tangan mendorong pintu, kelihatannya pintu batu itu tebal dan berat, tak nyana sedikit dorong sudah berderak dan membuka, begitu dia melangkah masuk lantas didengarnya suara Cia Ing-kiat membentak gusar. 'Siapa yang datang? Apa tujuan kalian mengurung aku di sini." / Hun Lian melenggong, batinnya. "Sekali dorong pintu ini terbuka, kenapa. Cia Ing-kiat tak bisa keluar sendiri?" Sekali berkelebat dia menerobos masuk, dilihatnya muka Cia Ing-kiat beringas gusar sedang angkat tangan hendak memukul, tapi sedetik itu, Cia Ing sudah melihat jelas yang menerobos masuk adalah Hud Lian, rasa gusar seketika berobah kaget dan girang, lekas dia memburu maju seraya berteriak' ' Nona Hun-"" Begitu berhadapan dengan Cia Ing-kiat, timbul rasa sesal dalam bsnak Hun Lian, semula dia hanya tersenyum saja, lalu sapanya. "Cia siau-cen;. cu." Sekilas Cia Ing-kia melengong lalu katanya. 'Nona Hun, kenapa kau kemari?" Hun Lian tertunduk, sahutnya. "An pangcu jang membawaku kemari. ' Agaknya pertanyaan Cia Ing-kiat dilontarkan sambil lalu, tanpa menunggu jawabannya dia sudah maju.selanskah serta pegang tangan Hun Lian. Tubuh Hun Lian bergetar, namun dia tidak meronta atau menyingkir. Begitu memegang tangan Hun Lian, perasaan Cia Ing-kiat lantas hangat seperti melayang, napasnyapun menjadi sesak, katanya. 'Lekas kami berusaha lari, setelah berhadapan dengan ibumu, biar beliau yang memberi putusan....." Belum habis Cia Ing-kiat bicara, tahu-tahu Hun Lian meronta mundur malah, katanya. "Waktu diruang besar Hiat-lui-kiong tempo hari, kenapa kau tidak berani menampilkan diri?" Mendengar nada orang marah dan menyalahkan dirinya, Cia Ing-kiat jadi gugup, katanya gelisah. "Hari itu aku diapit dua orang, yaitu Sao-pocu K.im-hou-po, seorang lagi entah siapa, aku tidak tahu asa -u ulnya, Kungfunya amat tinggi...." "Kau berani menyelundup ke Kim hou-po. apa lagi yang kau takutkan" Jengek Hun-Lian. / Bukan soal takut, soalnya Hiat-toku ter-tutuk, tak mampu bergerak, jadi bukan aku tak berani menampilkan diri." Hun Lian menghela napas, katanya. "Jikalau kau ada maksud, waktu berangkat Hiat-lui-kiong, sebetulnya tak perlu kau menyamar. ' Cia Ing-kiat bungkam seribu basa tak mampu membela diri. ---ooo0dw0ooo-- Jilid 11 Waktu Cia Ing kiat dipaksa ikut orang aneh pergi ke Hiat-lui-kiong, hakikatnya belum pernah melihat dan tidak tahu orang macam apa sebetulnya Hun Lian calon isteri nya, apalagi gara-gara Kui-bo mengutus orang menculik dirinya untuk dikawinkan dengan putrinya sehingga ayahnya meninggal dunia, maka timbul rasa dendam dan kurang senang terhadap Kui-bo, namun sete'ah menyaksikan sendiri Hun Lian adalah gadis jelita, hatinya betul-betul kepincut dan selama inipun selalu kasmaran, kini berhadapan langsung, dia sudah anggap dirinya sebagai calon suami Hun Lian, namun walau tutur kata Hun Lian lemah lembut dan ramah, namun nadanya penuh tegoran, karuan mulutnya bungkam. Setelah melongo sekian saat baru dia berkata pula . "Kejadian ... sudah lewat, buat apa disinggung Iagi ?" Hun Lian angkat kepala, sepasang matanya menatap tajam wajah Cia Ing kiat, bati nya ruwet pikiran kalut, akhirnya dia ber-keputusan, katanya perlahan . "Ya, betul, bagiku persoalan ini juga sudah lalu. Tidak perlu dibicarakan lagi " Cia Ing-kiat melonjak kaget, segera dia paham apa maksud perkataan Hun Lian, sesaat hatinya kaget dan gusar, berhadapan dengan nona secantik ini sungguh dia ingin bicara ramah dan sopan, namun sebagai seorang laki-laki Sejati, dia punya harga diri, malu untuk memohon cinta kepada seorang / perempuan, maka dia bergelak tawa, katanya . "Syukurlah kalau begitu. Semula kau yang meminangku, kenapa sekarang berobah begini," Hun Lian menghela napas, katanya. "Jika kau lidak menyalahkan undakanku, aku rela melakukan sesuatu untukmu demi menebus kesalahanku." Bukan kepalang gusar Cia Ing-kiat, katanya sambil menjura. ..Terima kasih akan kebaikanmu noua Hun. kukira tidak usahlab." Perkataannya bernada menyindir, umpama orang pikun juga akan tertusuk perasaannya, seketika pucat dan hijau wajah Hun Lian, saking gregetan tak labu apa yang harus dilakukan, padahal tadi dia bicara setulushati. Cia Ing-kiat melengos sambil mendongak lalu terkekeh dingin, sudab tentu tidakk karuan perasean Hun Lian, perlahan dia membalik badan. Cia Ing kiat tabn bahwa Hun Lian membelakangi dirinya juga, maka persoalan mereka boleh terhitung putus dan berakhir sampai di sini, tiada kompromi lagi tentang perjodohan merekr Dalam hal ini Cia Ing-kiat dipihak yang dirugikan, hatinya amat gusar dan penasaran karena merasa dipermainkan dan dihinai hingga membaralah rasa gusar dironggadada namun dia juga tahu semua ini terjadi lantaran kungfu sendiri yang tidak becus, jikalau Ilmu silatnya tinggi, pasti tidak akan terjadi hal hal yang memalukan dan mengenaskan ini. Disamping gusar rasa benci menjalari hatinya pula, mendadak dia membalik, dilihatnya Hun Lian sudah tiba didepan pintu kesempatan baik ini sebetulnya pantang diabaikan untuk turun tangan, namun Cia Ing-kiat juga tahu, kungfu Hun Lian jauh diatas dirinya, bila sergapannya gagal, jiwa sendiri pasti celaka. Diambang pintu Hun Lian berhenti lalu berkata. "Bagaimana juga, bila kau ada urus an, aku pasti bantn kau menyelesaikan." / Cia Ing-kiat hanya menyeringai dingin, nada tawanya runcing. Seperti ngeri mendengar jengek dingin Cia Ing-kiat, lekas Hun Lian merapalkan pintu, dibalik pintu dia berdiri memejam mata sambil menahan gejolak perasaannya. Sesaat lagi mendadak didengarnya suara gedobrakan dibalik pintu, agaknya saking malu dan gusar Cia Ing-kiat mengamuk merusak prabot, memangnya pikiran sendiri juga kalut, maka dia tidak pikirkan kenapa Cia Ing-kiat tidak memburunya keluar. Lama dia berdiri sambil menunduk, waktu kakinya bergerak sambil angkat kepala, maka dilihat nya Liong-bun Pangcu sudah ba diri tak jauh didepannya, terasa sepasang bola mata yang biru laut tengah menatap dirinya, seperti sudah meroboh isi hatinya, seketika jengan selebar mukanya, lekas dia menunduk pula. Didengarnya Liong-bun Pangcu berkata lembut . "Jangan bersedih, putusanmn memang betul." Bergetar badan Hun Lian. tanyanya "Kau sudah tahu?'' Liong-bun Pangcu tertawa rikuh, katanya! "Suara Cia-ciau cen Cu sekeras itu sudah tentu kudengar seluruhnya." Hun Lian menghela napas Sambil tunduk kepala, dirasakan Liong bun Pangcu mendekati dirinya. Waktu dia angkat kepala pula Long-bun Pangcu Sudah berada didepan matanya, jantungnya berdebar lebih keras, didengarnya Liong-bun Pangcu berkata."Kenapa kau berani ambil putusan demikian?" Tanpa sadar Hun Lian geleng kepala, dia tidak bi8a menjawab, hatinya bingung walau dia perempuan Biau yang tidak terlalu kukuh akan adat kuno tapi sebagai seorang perempuan malu juga mengorek isi hati seri diri kepada orang luar, setelah mematung sekian saat- baru dia berkata."Tidak. ", apa-apa tolong antara aku keluar?" / Liong-bun Pangcu mengangguk, katanya; "Boleh saja," Hun Lian ingjn menyingkir dari tatapan Liong-bun Pangcu, tapi setiap dia angkat kepala bola mata biru itu selalu menatap tubuhnya sehingga jantungnya berdenyut lebih keras, terpaksa dia jalan sambil menunduk. Liong-bun Pangcu berjalan diisisinya, lorong itu sebetulnya tidak begitu panjang, tapi Hun Lian merasa terlalu lama tak sampai di-ujungnya juga, perasaan seorang gadis amat tajam, dari sorot pandangan Liong-bun Pangcu, dia seperti sudah meraba apa yang dipikirkan dan lantaran dia sudah meraba maksud orang maka jantungnya berdetak lebih keras. Setiba dimulut lorong baru Hun Lian berhenti, Liongbun Pan cu juga berdiri serta berhadapan, katanya. 'Nona Hun, aku datang dari laksaan li jauhnya, suksesku yang terbesar akan aku berkenalan dengan engkau." Hun Lian makin resah tak tahu bagaimana menjawab, pada saat itulah Liongbun Pangcu ulur tangannya memegang tangan Hun Lian, seketika menggigit tubuh Hun Lian, namun Liong bu n Pangcu hanya pegang perlahan saja lalu lepas pula pegangannya, senyumannya mengandung permohonan maaf. Di-saat Hun Lian masih berdiri linglung. Liongbun Pangcu sudah melangkah lebar, terpaksa Hun Lian mengikuti dibelakang. Cukup lama mereka berjalan pula menyusuri lorong yang lain, akhirnya Hun Lian tidak tahan kesepian, tanyanya. "Tempat apakah disini?" Liongbun Pangcu berhenti. lalu menjelaskan. 'Konon dulu adalah kuburan seorang raja, sampai sekarang sudah ribuan tahun lamanya. Semula kuburan kuno ini ada tujuh pintu keluar masuk, enam yang lain sudah ditutup jadi tinggal satu saja, di sini banyak perangkap dan jebakan, seluruhnya dijaga dan diawasi tujuh jago kosen dari Liong bun pan kami." "Buat apa jelaskan hal ini kepadaku?" Tanya Hun Lian- / Liong bun Pangcu tertawa, katarma. "A-ku kuatir setelah ibumu berhasil menduduki Kim hou-po, lalu meluruk kepadaku, maka ingin aku minta bantuanmu supaya menyampaikan kepada ibumu kalau dia punya maksud demikian, lebih baik batalkan saja, kalau keras kepala, dia tidak akan memperoleh hasil apa-apa." Hambar hati Hun Lian mendengar keterangan Liong-bun Pangcu, katanya setelah ter-longong sejenak. "Jadi itulah tujuanmu kau bawa aku kemari?" Entah kenapa mendadak hatinya menjadi sedih, merasa dikibulin, hampir saja dia mencucurkan air mata, tapi sekuatnya dia tahan supaya air matanya tidak menetes keluar. Liong-bun Pangcu melengak, lalu menghela napas, katanya. "Semula memang demikian maksudku, tapi sekarang ....... sekarang.........aku justru......" Melonjak pula jantung Hun Lian, diam-diam dia melirik dan perhatikan sikap Liong-bun Pangcu. tampak orang menggosok kedua tetarak tangan seperti ingin melimpahkan isi hati. namun sukar bicara, akhirnya menghela napas saja. Kecewa kembali merangsang sanubari Hun Lian, badan menjadi dingin seperti kecem p urtg jurang yang dalam, ingin dia menggapai dan menangkap .sesuatu namun tiada yang dapat ditangkapnya, begitu dia buka suara,nada-nyapun berobah ketus. "Bawa aku keluar." Liong-bun Pangcu menatapnya lekat, bibirnya sudah bergerak namun urung bicara lagi, bukan kepalarig sedih Hun Lian, namun dia tahan titik air mata yang hampir mengalir. Pada saat itulah tampak seorang baju hitam laksana kilat meluncur datang, begitu cepat gerak-geriknya, begitu berhenti didepan Liong-bun Pangcu lantas angkat sebelah tangannya, ternyata diatas jari telunjuk yang diangkatnya itu hinggap seekor burung kecil dengan warna yang indah segar, begitu kecil burung ini hanya sebesar ibu jari orang / Liong-bun Pangcu lantas mencibir bibir bersiul rendah, burung kecil itu segera terbang kearah Liong bun Pangcu dan hinggap diatas tangan Liong.bun Pangcu. Dengan tangan yang lain Liong bun Pangcu genggam burung kecil itu lalu menyingkap bulu dibawah perutnya melolos segulung kertas kecil, sekali ayun tangan, burung kecil itu terbang balik kearah sibaju hitam, orang itu menjura homat sekali kepada Liong-bun Pangcu terus putar badan berlari pergi pula. Sementara itu Liong-bun Pangcu sudah membeber gulungan kertas kecil itu. Kertas itu tipis dan lemas besarnya hanya setengah telapak tangan, tapi kertas blanco tanpa sebuah huruf pun. Sejak melibat bmung kecil sebesar ibu jari Hun Lian sudah keheranan, kini melihat kertas yang dibawanya itu blanco lagi, karuan dia makin bingung dan tidak habis mengerti. Tugas Rahasia Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Liong bun pangcu membeber kertas itu ditelapak tangannya yang gede. lalu tertawa kepadu Hun Lian, katanya. "Ada berita dari Kim-hou po. Situasi yang terjadi didalam Kim-hou-po agakrya amat menguntungkan ibumu, harap nona tunggu di sini sebentar." Sambil omong dia ulurkan telapak tangannya kedepan, telapak tangan yang semula putih lambat laun berobah merah, jelas dia kerahkan tenaga dalamnya, maka kertas putih yang semula blanco itu mulai kelihatan ada huruf tulisannya, hanya sekejap tampak kertas kecil putih itu penuh ditulisi huruf kecil berwarna kuning gosong, namun Hun Lian tidak bisa membaca apa yang tertulis diatas keatas itu. Setelah membaca isi surat itu, rona muka Liong-bun Pangcu tampak serius serta menghela napas panjang. Seperti diketahui ibu Hun Lian yaitu Kwi-bo Hun Hwi mo dengan akal licik telah menanam ulat beracun tanpa nama ditubuh para jago kosen sebanyak itu. tujuannya akan / memperalat tenaga sekianjago silat kosen itu untuk menggempur Kim nou-po. Maka waktu dia mendengar Liong bun Pangcu bilang ada berita dari Kim-hou-po dia hanya berdiri btngung dan cetengah percaya, namun dia a-mat prihatin, tanyanya "Bagaimana?" Liong bun Pangcu angkat kepala, katanya. "Ada perobahan besar didalam Kim-hou-po, Sau-pocu dan jago kosen itu sudah kembali kedalam benteng........" Hun Lian angkat tangannya menukas perkataannya. "Sebelum ada berita ini, kami sudah bisa menduganya." "Betul, tapi perobahan justeru terjadi Setelah mereka kembali kedalam benteng."ujar Liong-bun Pangcu. "Sejak lama aku sudah menanam seorang agenku didalam Kim hou-po. dua hari yang lalu aku sudah mendapat kabar, bahwa ada beberapa gembong silat disana bersekongkol hendak membunuh Kim-hou pocu. gelagatnya peristiwa ini sekaiang menjadi kenyataan." Hun Lian kaget, katanya. ' Peristiwa apakah yang terjadi setelah Lut Ang ing pulang?" Liong bun Pangcu geleng kepala, katanya. "Aku sendiri juga tidak tahu Berita ini hunya mengatakan setelah Lui Ang-ing dan orang kosen itu pulang kedalam benteng langsung menghadap kepada Pocu. Tempat tinggal Pocu ada dibawah empang bejat..-..." "O." Hun Hian bersuara heran dan kaget. Maklum dia pernah menyelundup keda-lam Kim-hou-po, tak pernah terbayang olehnya bahwa empang besar yang banyak dihuni ikan-ikan mas besar itu dibawahnya ternyata ada pendopo dan menjadi temppt tinggal sang Pocu, mungkin banyak orang yang setiap hari memancing ikan dipinggir empang juga jarang yang tahu akan rahasia ini. Hai ini hanya dibatin dalam hati Hun Lian, tidak, dia nyatakan langsung kepada Liong-bun Pangcu. Tapi Liong-bun / Pantcu seperti tahu bahwa cirinya memaklumi sesuatu, maki dia bertanya . ..Nona Hun. ksu pernah menyelundup ke Kim hou po, mungkin tidak pernab kau ketahui bahwa didasar empang itu ada dunia lain.' Hun Lian hanya menganguk kepala. Liong-bun Pangcu berkata pula- "Setelah kedua orang ini masuk tak pernah keluar pula, sementara dan lorong di bawah tanah didasar empang itu beberapa kali terdengar suara gaduh yang aneh. beberapa orang yang berkomplot memberontak tampak gngup dan gelisah, kelihatannya mereka berhasil mengurung ocu Sau pocu dan orang aneh itu didasar empang itu." Hun Lian menarik napas dalam, sesaat lamanya dia tak kuasa bica a, entah hatinya kaget atau girang. Pada hal ibunya sedang mengerahkan tenaga besar hendak menyerbu dan menduduki benteng macam emas itu, bila didalam benteng teriadi perobahan berarti situasi menguntungkan ibunya. Akan tetapi Hun Lian sendiri juga tahu seluk beluk dalam Kim hou-po. harus diakui bahwa tidak sedikii jago jago kosen dunia persilatan yang berada didalam benteng itu, selama itu mereka boleh dikata sudah putus hubungan dengan dunia luar, selanjutnya pasti tidak akan membuat perkara atau onar, tapi jikalau mereka tidak dikendalikan oleh Pocu atau Sau pocu, bila dihasut dan diadu domba oleh sementara anasir, maka huru hara mungkin takkan bisa dihindari lagi. Akan tetapi berita yang diterima oleh Liong-bun Pangcu tadi, sebenarnya juga bukan kenyataan seluruhnya. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya. Oran orang yang berada didalam Kini ou-po sendiri yakin juga tiada yang tahu jelas atau menguasai situasi. Habis bicara Liong-bun Pangcu lantas me emas lembaran kertas itu, bila telapak tangannya dibentang pula. tampak gulungan kertas ditangannya sudah teremas hancur menjadi bubuk beterbangan ditiup angin, / katanya. "Nona Hun, ibumu sudah tak jaub dari Kim-hou-po, apa perlu kuatar ku kesana?" Hambar perasaan Hun Lian, tapi dia tahu banyak urusan yang harus dia kerjakan, sementara dia harus berpisah dulu dengan Liong bua Pangcu, maka dia berkata . Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung Walet Besi Karya Cu Yi