Ceritasilat Novel Online

Patung Emas Kaki Tunggal 20


Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Bagian 20


Patung Emas Kaki Tunggal Karya dari Gan K H   "Bagaimana keadaannya sekarang?"   Tanya Gwat hoa Hujin penuh prihatin.   "Jauh lebih baik."   Sahut Kang Pan.."Cuma tenaganya saja yang belum pulih, luka luka yang dia derita amat parah, untunglah dia terjungkal jatuh kedalam air dari tempat ketinggian, namun terlanda batu besar pula sehingga seluruh badannya lecet dan penuh luka luka.   Sungguh aku menjadi kurang paham, mengandal lwekangnya yang ampuh itu, cara bagaimana dia bisa berlaku begitu ceroboh!"   Berkerut kulit muka Gwat hoa Hujin, namun dengan perlahan ia menyahut."Aku sendiripun tidak tahu! Ingin nanti aku tanyakan hal ini kepadanya!"   "Sekarang tak perlu dikuatirkan lagi, mungkin Liu Ih yu memberi makan empedu ular yang kasiatnya bisa menghidupkan orang diambang kematiannya. Baru tadi kuberi minum darah ular sanca yang amat berguna, beberapa hari lagi tentu kesehataanya bisa sembuh seluruhnya."   "Terima kasih akan rawatanmu! Bisakah aku bertemu dengan Coa sin?"   Tanya Gwat hoa Hujin. Hujin tidak perlu susah bercapek lelah, sebentar lagi Cia sin akan keluar menemui kalian!"   "Untuk apa dia hendak bertemu dengan kami?"   "Masakah Hujin lupa bukankah kalian punya janji yang belum ditepati sama Coa Sin!"   "Jadi Coa sin adalah mahluk aneh yang berulang kali mengatur tipu daya hendak mencelakai kami itu."   Berkerut alis Kang Pan, ujarnya.   "Bila berhadapan dengan Coa sin aku harap kalian bersikap cukup hormat kepada beliau."   "Kenapa?"   Omel Li Sek hong."Hampir saja dia merenggut nyawa kami...."   "Sekali kali Coa sin tiada berniat mencelakai jiwa kalian, tipu dayanya itu tidak lebih hanyalah untuk menjajal sampai dimana tingkat kepandaian silat kalian. Bila kalian benar benar terjebak didalam sumur itu, pasti Coa sin akan menolong kalian."   Li Sek hong masih kurang terima, katanya.   "Lalu bagaimana dengan ular berbisanya yang dia lepas hendak menyerang kami?"   "Ular ular itu hanyalah jenis ular yang tidak begitu jahat bisanya, dibanding dengan ular diatas badanku ini, entah betapa kali lipat bedanya. Ular ular itu paling paling hanya membuat kalian sedikit terluka, apalagi Coa sin punya obat pemunahnya yang mustajab, betapapun jiwa kalian tidak sampai dikorbankan!"   "Aku tidak percaya !"   Dengus Li Sek hong uring uringan.   "Kalau tidak percaya boloh kau tanya kepada Ih yu!"   Liu Ih yu mencebirkan bibir, katanya."Ucapannya memmg tidak salah, sekali kali Coa sin tidak akan melukai seorang perempuan.   Terutama perempuan yang rada cantik dan bisa main silat, dia ingin mengumpankan seluruh perempuan didunia ini tak perduli tua muda asal cantik dan bisa main silat didalam Jian coa kok ini."   "Apakah ilmu silat Coa sin amat tinggi?"   Tanya Gwat hoa Hujin.   "Bukan maha tinggi, malah tidak terukur tingginya. Maka kuperingatkan kepada Hujin lebih baik kau tidak bermusuhan dengan Coa sin."   Gwat hoa Hujin berpikir sebentar, lalu berkata "Asal dia tidak melukai putraku, sudah tentu aku tidak bermusuhan dengan dia tapi kudengar ...."   "Soal itu bisa diselesaikan dengan lain cara!"   "Cara apa?"   "Sekarang aku belum tahu, tapi pelan pelan pasti akan dapat kita pikirkan cara yang cukup sempuma demi kebaikan kedua belah pihak Belum lenyap suaranya, dari kamar sebelah dalam tiba tiba kumandang suara dingin.   "Sekali kali tidak akan terjadi cara sempuma yang menguntungkan kedua pihak. Dalam dunia ini hanya terdapat seekor ular wulung bertanduk tunggal, akupun hanya punya kesempatan bagus lagi sekali saja untuk pulih menjadi manusia biasa, maka betapapun aku tidak akan melepaskan bocah itu!"   Gwat hoa Hujin dan Li Sek hong membalik badan bersama, berbareng pula mereka menjerit ngeri.   Kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sudah tentu mereka tidak akan mau percaya bahwa didunia ini terdapat mahluk aneh macam ini.   Itulah mahluk aneh yang berkepala manusia berbadan ular.   Rambut diatas kepalanya awut awut dan kaku seperti duri landak, selebar mukanya tumbuh jambang bauk tebal, mulut, kuping, mata dan hidungnya persis seperti dengan manusia, malah perawakannya kelihatan kereng dan gagah, badan sebelah atas telanjang, daging ototnya keras bergempal, kedua lengannya kelihatan besar dan bertenaga, dari sebatas dada bentuknya mirip seperti manusia umumnya.   Akan tetapi tubuh bagian bawah mirip benar dengan ular berekor cabang dua.   Sebatas pinggang terus kebawah badannya tumbuh sisik sisik binatang yang memancarkan sinar kemerahan, meski kedua kakinya melempang ketanah, namun kenyataan merupakan dua ekor ular yang bercabang.   Dari atas semakin bawah mengecil dan lembut, tempat yang menyanggah tanah cuma sebesar ibu jari.   Dari sikap dan kelakuan kedua orang ini mahluk aneh itu sudah paham akan perasaan hati mereka.   Ditengah jengek tawa air mukanya mengandung perasaan hampa dan sedih, katanya dengan rasa penasaran "Kalian sudah melihat jelas belum.   Aku inilah Coa sin, manusia diantara ular, malaikat diantara manusia !"   Saking kaget dan ngeri Gwat hoa Hujin dan Li Sek hong sekian lamanya belum mampu bersuara.   Coa sin bergelak tertawa, serunya."Maka aku suka pada perempuan yang bisa main silat, nyali mereka jauh lebih besar, tidak bakal begitu melihat aku lantas jatuh semaput, terutama kalian berdua sungguh harus dipuji cukup hanya menjerit saja.   Masih kuingat pertama kali Ih yu melihat aku, saking kaget ia jatuh kelenger."   Setelah menenangkan hati, berkatalah Gwat hoa Hujin."Kalau sebelum ini aku tidak mendengar cerita mereka, begitu melihat kau secara mendadak, tidak urung pasti jatuh semaput juga...."   Coa in menjadi rada kecewa, ujarnya."Kalau begitu, tiada seorangpun dalam dunia ini yang melihat diriku tak akan ketakutan!"   Rasa takut Li Sek hong sudah lenyap, segera ia menyela bicara."Bentuk seperti tampangmu ini, kalau tidak mau dikata tidak menakutkan orang, masakan bukan sesuatu hal yang lucu belaka."   "Bohong !"   Sentak Coa sin sambil angkat kepala.."Kenyataan ada orang yang setelah melihat aku bukan saja tidak takut malah sikapnya amat aleman terhadapku."   Li Sek hong tidak percaya, katanya.   "Kalau benar ada manusia seperti itu, nyalinya itu sungguh keliwat besar!".   "Kenapa tidak, bukankah gadis cilik itu kemaren masih berada sama kalian ?"   Li Sek hong melengak, tanyanya."Gadis Cilik maksudmu Ling koh?" "Tepat! Gadis kecil ini adalah gadis lincah yang menyenangkan yang pertama kali ku temui selama hidupku ini, jikalau bukan dia yang minta pengampunan bagi kalian, sikapku tidak akan begitu sungkan terhadap kalian."   Li Sek hong tertawa dingin, baru saja ia hendak mendebat, keburu Gwat hoa Hujin menyela bicara."Kami datang tanpa mengandung maksud maksud jahat, tujuan kami adalah mengejar unta itu sehingga masuk kelembah ini tanpa sengaja...."   Coa sin tertawa aneh, ujarnya."Akhirnya kalian tahu juga bahwa bocah itu berada didalam lembah ku ini, lantas ingin menolong nya keluar bukan?"   Gwat hoa Hujin manggut mangggut, sahut nya."Benar, maka kami harap Coa sin suka memberi pengampunan kepadanya, melepasnya keluar."   "Tidak mungkin!"   Sahut Coa sin tegas."Gadis kecil itu juga minta pengampunannya kepadaku, tapi aku tidak bisa menyetujui!"   Sedapat mungkin Gwat hoa Hujin menahan sabar, pintanya lagi.   "Bukankah ia tak berbuat sesuatu kesalahan terhadap kau."   "Meski tidak berbuat salah terhadapku, namun ia sudah melanggar dua laranganku."   "Bagaimana harus menjelaskan ucapamu ini?"   Coa sin menggaruk garuk rambutnya yang awut awutan, lalu pelan pelan menggeser ekor ular yang menyanggah badannya, katanya."Pertama, dia adalah seorang laki laki, selama hidupku paling membenci laki laki.   Laki laki di dalam Jian coa kok ini melulu umpan ular piaraanku, tiada seorang pun yang pernah hidup meninggalkan tempat ini."   Tak tahan lagi Gwat hoa Hujin menjadi gusar, dampratnya."Perbuatan ini boleh dikata keluar batas bagi seorang yang sudah pikun dan menjdi gila...."   Coa sin terbahak bahak serunya."   Hal itu masih merupakan urusan kecil, laranganku ini kutegakkan sendiri, boleh pula kubatalkan juga, Kang Pan dan Ih yu sama mintakan ampun bagi jiwanya, bukannya tidak boleh kulepas dia, cuma dia sudah menelan empedu ular wulung bertanduk tunggal, sehingga kedua ekorku ini tidak bisa sembuh menjadi kaki seperti manusia umumnya"   Gwat hoa Hujin lantas menjengek dingin, debatnya."Tampangmu ini memang sudah terjadi sejak kau dilahirkan mana mungkin disembuhkan lagi?"   "Kurang ajar kau!"   Maki Coa sin murka."Siapa bilang tampangku ini sejak dilahirkan, sebetulnya akupun seorang manusia normal seperti kalian pula."   "Masakah keadaanmu sekarang adalah perbuatan manusia pula?"   Tanya Gwat hoa.   "Sudah tentu perbuatan manusia, aku kena ditipu dan dijadikan percobaan sehingga menjadi bentukku sekarang."   "Siapa dia?"   Tanya Gwat hoa Hujin mencelos dan heran.   "Dia Ibuku....."   Gerang Coa sin dengan penuh amarah.   "Ibumu? Kenapa dia berbuat sekeji itu?"   Sikap Coa sin menjadi kasar dan marah marah, suaranya keras dan lantang."Tidak perlu kau tahu hal itu! Yang terang untuk memulihkan badanku seperti manusia normal menelannya, maka aku harus berusaha mengembalikan kembali!"   "Empedu itu sudah sekian lama ditelan kedalam perutnya, kasiat obat sudah bekerja dan terbaur didalam badannya, cara bagaimana kau bisa mengambilnya?"   Coa sin menyeringai dingin, jengeknya.   "Sudah tentu aku punya caraku sendiri kasiat obat empedu ini meski berhasil merengut nyawanya dari jurang kematian namun yang bekerja hanyalah satu persepuluh saja kasiatnya yang asli justru makin tersekam didalam badannya..."   "Meski masih tersekam didalam badannya, namun tentu berpencar disegala sendi sendi tulang dan urat nadinya, kecuali kau menelannya bulat bulat, kalau tidak tidak mungkin kau bisa mengambil sisa kasiat obat empedu itu dari dalam badannya."   "Menelan bulat terang tidak bisa, kalau mengunyahnya sampai hancur lulu masakah tidak bisa kulakukan."   "Apa!"   Sela Li Sek hong.   "Berarti kau menggunakan cara yang begitu keji untuk menghadapinya?"   Sebaliknya Gwat hoa Hujin berlaku amat tenang ujarnya "Kukira tiada gunanya, kasiat empedu yang tersekam didalam badan itu tentu sudah berakar didalam tubuhnya asal, kau mematahkan sebuah tangan atau kakinya, yang berada dibagian lainpun akan ikut buyar dan tiada gunanya lagi, paling paling hanya bisa memperoleh sebagian kecil saja dari seluruh kasiat obat yang kau kehendaki!"   Memembalik biji mata Coa sin, katanya"   Agaknya kau cukup paham didalam bidang ini."   "Maka itu kunasehatkan pada kau, jangan kau melakukan perbuatan yang merugikan orang lain dan tidak menguntungkan dirimu sendiri !"   "Kau anggap aku ini seorang bodoh, ucapanmu ini masih berguna untuk menipu orang lain..."   Gwat hoa Hujin menarik muka katanya.   "Aku bicara secara kenyataan siapa bilang menipu orang?"   "Kau masih berpura pura pikun, bicara secara terus terang. Untuk menyedot kasiat obat empedu didalam badannya itu aku tidak perlu banyak memeras keringat, malah tidak perlu aku melukai sedikitpun kulit nya sudah tentu aku tidak perlu pula merenggut nyawanya ...."   "Maksudmu, kau hendak menggunakan Siap liong ci hoat?"   "Akhirnya kau sendiri yang mengatakan"   "Apakah yang dinamakan Siap hong ci hoat?"   Tanya Kang Pan dengan tak mengerti.   Gwat hoa Hujin menarik muka tanpa bicara sebaliknya Coi sin bergelak tertawa, serunya."Siap hong ci hoat amat gampang yaitu diwaktu dia tidur berkecukupan, semangat dan tenaganya penuh gairah, disaat hawa positif dalam tubuhnya bergelora karena sentuhan dari luar yang membangkitkan hawa nafsu nya, aku berkesempatan bisa menyedot kekuataanya itu.   Mungkin cukup satu bulan saja, bukan saja bisa kusedot seluruh kasiat obat empedu itu, malah daya gunanya jauh lebih besar dan berharga."   Kang Pan masih kurang paham, adalah ketiga perempuan yang lain sama berubah air mukanya, terutama Li Sek hong karena ilmu latihannya justru mengutamakan kekuatan perpaduan antara negatif dan positif dari aliran sesat yang nyeleweng, bagaimana baik buruk terhadap ilmu macam itu dia paling paham.   Maka dia dulu berteriak."Perhitunganmu ini mungkin bisa gagal total, Koan kongcu berjiwa murni dan sulit terpengaruh oleh kekuatan luar, pertahanannya amat kuat dan suci bersih terutama Lwekangnya sudah mupuk dasar kekuatan yang luar biasa dalam ajaran yang lurus segala gempuran dari luar jangan harap bisa meluluhkan sanubarinya !"   "Tepat sekali omonganmu,"   Ujar Coa sin tertawa lebar.   "Sudah dua hari ini kuselidiki kondisi bocah itu, memang dia tak lain tak bukan laksana sebuah batu jade asli yang sudah gemblengan, semakin murni hasil yang kucapai semakin besar" "Besarpun tidak berguna dan tidak bisa membangkitkan nafsu birahinya maka caramu itupun tidak akan berguna!"   Tidak menjawab, tapi mata Coa sin melirik ke arah Kang Pan sambil berseri tawa. Tergerak hati Li Sek hong, cepat ia berkata kepada Kang Pan.   "Nona Kang! Katamu setiap hari kauberi Koan kongcu minum darah ular sanca."   Kang Pan melongo, sahutnya tidak mengerti "Ya, Coa sin yang menyuruhku berbuat demikian."   Li Sek hong semakin gugup, tanyanya."Coa sin masih menyuruh kau melakukannya lagi?"   "Tiada cara lain,"   Kata Coa sin "bila ada kerjaan apa apa, dia suruh aku ajak dia bicara!"   Dengan muka serius berkata pula Li Sek hong "Nona Kang, kalau kau tidak ingin menceritkannya, dan yang penting lebih baik mulai sekarang jangan kau menemui dia lagi."   "Kenapakah sebetulnya?"   Tanya Kang Pang tidak mengerti.   "Darah ular sanca dapat membantu dia menyehatkan badan."   "Mungkin maksudmu baik, namun tanpa kau sadari kau malah mencelakai dia. Memang darah ular sanca dapat mempercepat memulihkan kesehatannya, tapi sifat darah Koan kongcu seorang kuncu, karena dibawah pengaruh obat obatan, menghadapi kau yang berwajah begitu ayu rupawan, tentu tidak akan kuasa mengendalikan diri lagi..."   "Lalu apakah yang akan terjadi ?"   Tanya Kang Pan lebih lanjut masih belum paham.   Dapat membuatnya sulit mengekang kesadaran dan birahinya, kalau itu sampai terjadi kebetulan masuk perangkap yang diatur mahluk tua bangkotan ini, satu bulan kemudian, walau Koan kongcu tidak mati, badannya menjadi kurus tinggal kulit pembungkus tulang, meski ada obat dewatapun tidak akan bisa menolongnya...."   "Dengan rasa curiga Kang Pan berpaling kearah Coa sin, tanyanya."Coa sin! Benarkan seperti yang diucapkan?"   "Kira kira memang demikian, tapi Coa ki soal ini menyangkut cita cita dan harapanku selama hidup ini, aku percaya kau pasti akan membantu aku."   Kang Pan tertunduk merenung, agakanya ia tenggelam dalam perang batin.   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Coa ki!"   Coa sin coba membujuk. ''Bukankah kau merasa hidup didalam pengasingan ini terlalu sunyi, kau selalu minta padaku untuk keluar melihat dunia ramai? Setelah badanku menjadi normal kembali, kita akan bisa keluar dengan bebas dan leluasa...."   Kang Pan termenung cukup lama, akhir nya ia berkeputusan bulat.   "Coa sin! Kau merawat dan mengasuh aku selama puluhan tahun mempelajari ilmu silat tingkat tinggi kepadaku lagi, sudah sepantasnya aku membalas budimu ini !"   Coa sin bergelak tertawa, serunya puas dan bangga.   "Coa ki, kau benar benar anak yang baik, kelak aku akan lebih baik terhadap kau, akan kudidik kau menjadi seorang tokoh nomor satu tanpa tandingan diseluruh jagat ini, kau akan menjadi wanita tercantik pula diseluruh dunia."   Tapi alis lentik Kang Pan berkerut, katanya dengan berlinang air mata."Tapi Coa sin! Aku tidak mau disuruh mencelakai Koan kongcu..."   Coa sin melongo sejenak, teriaknya keras.   "Kenapa?"   "Akupun tidak tahu, cuma hatiku tidak tega untuk mencelakai Koan kongcu, dia adalah seorang yang baik hati..."   Coa sin berjingkrak gusar serunya."Jadi kau suka melihat aku cacat seumur hidup! Masih kurangkah kebaikanku terhadap kau?"   "Coa sin! Kau sendiri tidak kena dirugikan apa apa, paling paling tidak menjadi manusia normal, kau lepaskan saja Koan kongcu, aku akan menemanimu didalam lembah ini seumur hidup......"   Berubah air muka Coa sin, katanya dengan seringai sadis "Baik! Coa ki sungguh kau amat baik! Selama sepuluh tahun kutanamkan budi kepada kau, namun kau tidak ungkulan dibanding pertemuan hanya tiga empat hari belaka.   Sebetulnya aku hanya membenci laki laki, hari ini terpaksa aku harus membenci perempuan pula."   Tiba tiba Kang Pan menangis gerung gerung, kata nya tersendat.   "Coa sin apapun yang kau minta kaulakukan pasti kulaksankan, cuma jangan kau suruh aku mencelakai Koan kongcu, kalau tidak, kau bunuh aku saja...."   Sekian lama rona muka Coa sin berganti ganti, mendadak berubah sabar lagi, katanya tertawa lebar "Jian ca kok selamanya tidak pernah membunuh perempuan, aku tak akan melanggar undang undang ini meski sudah terdesak seperti ini.   Sudahlah, jelas kau tak mau membantu aku, akupun tidak perlu harus minta bantuanmu."   Mendengar nada bicaranya sudah lembek semua orang menyangka orang sudah merubah niatnya. Siapa nyana dia masih tetap tidak mau melepakan Koan San gwat. Cepat Gwat Hoa hujin bertanya."Kau masih punya cara apa?"   "Caranya masih cukup banyak!"   Sela Kang Pan dengan keheranan "Apakah kau hendak menggunakan perempuan lain?" "Kecuali kau, dalam Jian coa kok ini tiada perempuan lain yang dapat kuperalat."   Mendadak Liu Ih yu bersuara tegas."Ada saja! Aku...."   "Sumoy! Kau..."   Teriak Li Sek hong.   "Aku kenapa! Koan San Gwat pernah menolong aku, akupun pernah menolong dia hutang piutang ini sudah lunas, budi hilang dendam semakin membara !"   "Sumoy. Koan kongcu punya dendam apa terhadap kau?"   "Siapa bilang tidak, dia menolak lamaran ku, membuat malu dihadapan orang banyak ingin rasanya aku menyiksanya, kini tibalah saatnya ..."   "Sumoy, aku tahu kau tidak bicara menurut keinginanmu dan sanubarimu, kau bisa menolongnya dari air, terima dimarahi kau berikan empedu ular itu untuk mengobatinya, ini membuktikan bahwa cintamu masih belum pudar...."   Kaku dan dingin seraut wajah Liu Ih yu dengusnya.   "Lain dulu lain sekarang, keparat itu memang keterlaluan. Terhadap Coa ki yang baru bertemu dua hari saja ia menerocos seperti burung beo ajak bicara dengan dia aku yang telah menolong jiwamu malah menyapapun tidak terhadapku!"   Lalu ia berpaling kearah Coa sin, sambungnya."Coa sin! Dengan suka rela aku mohon biarlah aku yang mewakili Coa ki melaksanakan tugas itu!"   Coa sin berpikir sebentar, mendadak ia tersenyum, ujarnya.   "Ih yu! Orang sering bilang manusia paling jahat adalah jiwa perumpuan, keadaanmu sekarang merupakan bukti yang nyata."   "Tapi aku tidak bisa mempercayai kau!"   "Kenapa!"   Seru Liu Ih yu. "Tidak percaya ya tidak percaya, kaupun tak perlu cerewet lagi, kalau aku menyerahkan tugas ini kepada kau, bukan mustahil menjual kepercayaanku kepada kau!"   Liu Ih yu melotot berapi api kearahnya terus putar badan tinggal pergi.   "Kau hendak kemana?"   Coa sin berteriak.   "Toh kau tidak percaya kepadaku, peduli lagi turut campur urusanmu."   "Ih yu, aku paham akan maksudmu, tapi kuperingatkan kepada kau, tempat dimana bocah itu terkurung, sekelilingnya ada aku atur penjagaan dari ular ular yang paling jahat bisanya sekali kena tergigit, aku sendiri pun tak kuasa menolong, apa lagi kau !"   Liu Ih yu terlongong, benar juga ia berdiri disana tak berani bergerak lagi. Sesaat keadaan menjadi kaku, semua sama berdiri diam tanga bersuara atau bergerak, tapi akhirnya Gwat hoa Hujin yang membuka kesunyian.   "Coa sin, sebetulnya dengan cara apa kau hendaki anakku?"   "Cara semula, apapun yang tetjadi aku tidak akan membatalkan niatku."   "Jelas kau sudah tidak punya orang yang dapat kau peralat, bagaimana kau akan melaksanakan rencanamu?"   "Tiada orang yang dapat kuperalat, memangnya aku tak bisa menggunakan ular. Ular dapat ku kendalikan dan mereka tak akan berani membangkang perintahku!"   "Ular!"   Semua orang sama sama menjerit kaget.   "Benar! Orang tidak bisa digunakan, terpaksa aku menggunakan ular. Akan kupilih jenis ular yang paling cabul dan suka bersetubuh, setiap hari dalam waktu dan jangka tertentu supaya mereka bersetubuh dihadapan bo cah itu, akan kugunakan adegan romantis ini untuk membakar nafsu birahinya. Cara ini pasti tidak akan gagal, kuduga jauh lebih bermanfaat daripada menggunakan manusia, cuma hasil yang kuperoleh saja rada berkurang. Meski caraku ini rada memalukan, namun keadaan memaksa tiada pilihan lain untuk aku bertindak, sekarang masih ada cara apa yang dapat kalian lakukan untuk mencegah perbuatanku ini?"   Berubah hebat air muka Gwat hoa Hujin, mendadak ia nencabut pedang pendekanya teriakanya kalap "Berani kau melakukan rencanamu biar kubunuh kau lebih dulu!"   Coa sin gelak gelak, air mukanya menun jukan rasa menghina, cemoohnya."Lebih baik kalau kau tidak bertingkah terhadapku, kalau menggunakan ilmu silat atau pedang, selamanya aku tidak pernah memikirkan lawan yang tangguh dapat melawan aku, kunasehatkan lebih baik simpanlah tenagamu, jangan kau bikin aku marah, meski tidak akan kurengut jiwamu, paling tidak akan kusiksa kau!"   Gwat hoa Hujin tidak banyak bicara lagi, tiba tiba pedangnya menusuk kedepan mengarah dada orang.   Coa sin berdiri tegak tanpa bergerak, tiba tiba ia angkat sebelah kaki kanan yang mirip ekor ular itu, ringan ringan saja ia menepuk dan menggulung, tahu tahu Gwat hoa Hujin tergentak mundur beberapa langkah.   Karuan Gwat hoa Hujin tercengang, selamanya belum pernah ia menghadapi cara tempur yang aneh dan lucu ini.   "Bagaimana?"   Olok Coa sin.."Jangan kata kau tidak mampu menusuk aku, meski kau kena menusuk tidak akan mampu melukai aku!"   Gwat hoa Hujin membentak pedang pendekanya meluncur lagi menusuk kelambung sebelah kiri.   Lagi lagi Coa sin hanya menggerakkan kaki panjang yang berbentuk buntut ular, cepat sekali terbang keatas terus menggulung dan telak sekali melibat batang pedang sehingga pedang pendek Gwat hoa Hujin tergubat dan tidak mampu bergerak lagi.   Lekas ia membetot dan menarik mundur sekuatnya namun sedikitpun tidak bergeming.   Coa sin terbahak bahak serunya."Silahkan kau cari bantuan asal kau dapat pedang mu, boleh aku mengaku kalah."   "Hujin, biar kubantu kau!"   Tanpa ayal Li Sek hong segera memburu maju. Gwat hoa Hujin mengeleng kepala menolak, katanya dengan muka dingin kaku.   "Coa sin! Apakah ucapanmu dapat dipercaya?"   Coa sin melengak sahutnya."Sudah tentu kata kataku selamanya masuk hitungan!"   "Kalau kau benar benar kalah bagaimana?"   "Belum pernah aku memikirkan persoalan demikian"   "Lekas sekarang kau pikirkan dulu, biar kutunggu jawabanmu!"   Melihat orang bicara sungguh Coa sin menjadi sangsi akan kebenarannya, sejenak ia berpikir lalu berkata."Kalau kau bisa mencabut pedangmu, apapun yang kau minta bolehlah kuterima seluruhnya!"   "Baik! Banyak orang menjadi saksi, jangan kau nanti pungkir janji!"   Mendadak ia kerahkan tenaga pada telapak tangannya, pedang pendek itu mendadak bisa mengkeret sendiri menjadi lebih kecil. Secara tiba tiba pula ia lalu menarik sekuat tenaga. Coa sin berteriak.   "Barang bagus! Tak nyana pedangmu ini bisa main sulap juga."   Ekornya tiba tiba dikencangkan pula belitan nya, sementara pedang pendek sudah mengkeret semakin kecil menjadi seutas tali panjang kira kira dua kali lebih, namun hanya kuasa tertarik separuhnya, ujungnya kena dibelit lebih kencang pula oleh ekor ular orang.   Akan tetapi dengan pengerahan tenaga menarik dan membetot, cahaya batang pedang semakin mencorong terang, tajamnya berlipat ganda pula secara tidak terduga, berhasil mengiris luka sisik kulitnya yang tebal itu, melalui batang pedangnya yang panjang mengalir keluar cairan merah berketes ketes, itulah darah segar.   Seketika muka Coa sin mengunjuk kemurkaan yang luar biasa, tiba tiba ekornya semakin mengencang, menggulung kedalam la lu mengendal keluar lagi.   Koatan Gwat hoa Hujin merasa dari batang pedangnya tersalur gelombang tenaga yang maha kuat melawan! tenaga betotannya, sehingga tanpa kuasa ia mempertahankan cekalannya pada gagang pedangnya, sambil menjerit kesakitan badannya mencelat terpental jauh sekali.   Sigap sekali Li Sek hong memburu maju menyanggah badannya, tampak Gwat hoa Hujin pucat pasi, telapak tangan kanan yang mencekal gagang pedang lecet berlumuran darah, tergetar pecah oleh tenaga lawan.   Berhasil merebut pedang Coa sin lalui mengambil pedang itu serta diamat amati bolak balik, tiba tiba kedua tangan memotes."Kletak"   Pedang pendek itu dipuntir kutung menjadi dua potong, tangan terayun terus dilempar jauh jauh dengan mengeluarkan suara nyaring membentur batu gunung.   Serunya dengan penuh kebencian."Kiranya kau mengandal pedang aneh itu, maka berani mengajukan perjanjian dengan aku....."   Sambil menahan rasa kesakitan pada telapak tangannya lekas Gwat hoa Hujin memburu maju menjemput kutungan pedangnya, serta berteriak bengis."Mahluk keparat! Berani kau merusak pedang pusakaku, kalau tidak membikin badanmu hancur lebur, aku bersumpah tidak jadi manusia!"   "Perempuan jalang!"   Coa sinpun menjadi gusar,."Sudah melukai aku masih berani sesumbar kurang ajar, rasakan hajaranku yang setimpal!"   Melihat Coa sin marah marah dan hendak melabrak Gwat hoa Hujin, Kang Pan menjadi gugup, lekas ia berterik maju.   "Coa sin Kau ...."   "Jangan kuatir!"   Coa sin menyeringai dingin "Jian coa kok selamanya tak akan membunuh wanita, aku tidak akan melanggar undang undangku ini.   Hukuman mati boleh dibatalkan, siksaan berat harus dia rasakan, aku harus menghukumnya berat untuk melampiaskan rasa penasaranku!"   "Cara bagaimana kau hendak menghukum dia?"   Tanya Kang Pan gelisah.   "Aku tidak pernah menghukum wanita,"   Demikian sahut Coa sin setelah tertegun sebentar.   "Aku sendiripun tidak tahu hukuman apa yang cukup setimpal sudahlah biar kutampar pipinya pulang pergi saja."   Dengan mendelik dan kereng Gwat hoa Hujin membentak."Berani kau menyentuh aku!"   Agakanya Coa sin terpangaruh akan wibawa orang, sejenak ia merandek, akhirnya dia berkata tertawa.   "Kenapa aku tidak berani?"   Dibarengi ancamannya telapak tangannya melayang menampar kemukanya.   Gwat hoa Hujin insyaf bahwa ilmu silat lawan teramat tinggi untuk menghindari penghinaan ini, terpaksa dia berlaku nekad, pedang kutungan sendiri ia angkat teras menghujan keulu hati sendiri.   Karuan kejut Li Sek hong bukan kepalang, lekas ia menubruk maju berusaha merebut pedang kutung itu serta berteriak."Hujin! Kenapa harus cari jalan pendek"   Tangan Gwat hoa Hujin kena dicengkram oleh Li Sek hong, sementara telapak tangan Coa sin juga karena adanya gangguan ini teracung ditengah udara tidak jadi ditamparkan turun.   Sesaat lamanya semua orang sama berdiri terlongong, akhirnya Gwat hoa Hujin berkata rawan.   "Nona Li, lepaskan tanganku, coba kau pikir, bila mahluk aneh ini benar benar menampar pipiku, ada lebih baik aku mati saja."   Li Sek hong dapat memaklumi perasaan orang, akhirnya ia melepaskan tangannya, tak nyana gerak gerik Coa sin teramat cepat, entah bagaimana jari jari tangannya berkembang dan berkelebar, tahu tahu pedang kutungan di tangan Gwat hoa Hujin sudah direbutnya, bersama itu sebelah tangan yang lain bergerak pula secepat kilat, kontan jalan darah Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin kena tertutuk.   Seperti batu batu keduanya berdiri tegak tidak bergeming lagi.   Coa sin melempar kutungan pedang itu jauh jauh.   Lalu bergelak tertawa sepuas puas nya serunya.   "Kau perempuan ini sungguh bandel dan keras kepala, selamanya aku amat sungkan menghadapi perempuan, hari ini betapapun harus kutampar dua kali pipimu, akan kulihat sampai dimana rasa kebencianmu terhadapku!"   Jalan darah Gwat hoa Hujin tertutuk sehingga badannya tidak mampu bergerak, namun pendengarannya masih bisa bekerja, ia tahu penghinaan paling besar tidak mungkin terhindar lagi terpaksa ia limpahkan rasa gusar hatinya dengan pelototkan matanya yang berapi api.   Diselangi seringainya yang dingin, Gwat hoa Hujin sudah angkat telapak tangannya pula, baru saja hampir diturunkan, mendadak dari sebelah belakangnya membentak sebuah suara laksana geledek mengguntur .   "Mahluk keparat! Berhenti !"   Coa sin berpaling kebelakang dengan melongo, tampak diambung pintu berdiri tegak Koan San Gwat yang memegang senjata gada emasnya berkaki satu.   Air mukanya menampilkan kemurkann yang berapi api, sikap nya yang garang ini mengunjukan wibawa agung yang tidak boleh ganggu usik.   Sekilas dia melongo baru Coa sin bersuara.   "Bedebah kau! Cara bagaimana kau bisa keluar!"   Koan San Gwat tidak hiraukan pertanyaan orang, malah dia berpaling dan katanya "Ling koh! Lekas kau bebaskan jalan darah ibuku dengan Li siancu!"   Siapapun tidak akan menduga Koan San gwat bakal muncul dalam keadaan yang kritis ini, terutama Coa sin, hampir dia tidak percaya anak muda ini bisa lolos dari kamar tahanan yang berkepung berbagai jenis ular berbisa tanpa kurang suatu apa.   Secara diam diam Ling koh segera menyelinap kesebelah sana, beruntun ia membebas jalan darah Gwat hoa Hujin dan Li sek hong yang tertutuk, tak lama kemudaan mereka sudah bisa bergerak lagi seperti sediakala.   Kalau Li Sek hong masih berdiri menjublek ditempatnya, adalah Gwat hoa Hujin segera memburu kearah Koan San Gwat serta berteriak.   "Nak! Kau...."   Sekali raih ia peluk lengan anak nya yang besar kuat dan keras berotot, pancaran matanya penuh rasa prihatin dan rasa cinta kasih yang tak terhingga.   Koan San gwat sendiri juga terpengaruh akan pertemuan yang tidak terduga ini, sesaat ia menenangkan hati, serta katanya."Bu! Kau minggir dulu, biar kuhadapi mahluk keparat ini!"   "Hati hati nak! Dia amat lihay!"   "Bukan soal, aku tahu seluruh badannya terbungkus sisik tebal yang tidak mempan senjata, tapi aku percaya dia tidak akan kuat menahan pukulan Kim sin kaki tunggal di tanganku ini."   Gwat hoa Hujin masih agak kuatir, namun Coa sin sudah mendesak maju seraya menyeringai lebar, tidak bisa dia memeluk lengan Koan San Gwat lagi sehingga mengganggu gerak geriknya terpaksa ia lepas tangan dan mundur kesamping.   Tujuh delapan kaki dihadapannya Coa sin menghentikan langkah, matanya memancarkan sinar beringas buas bentakanya keras."Anak keparat! Cara bagaimana kau bisa keluar lari dari kamar tahananmu?"   "Masakah ular ular busukmu itu mampu mengurung aku!"   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Bedebah! Jangan kau takabur, ular ular dalam kamar itu cukup berkelebihan untuk menghadapi pasukan tentara ribuan orang, kalau kau tidak mendapat bantuan dari luar sekali kali sulit aku percaya kau dapat meloloskan diri."   "Terserah kau mau percaya, yang terang aku sudah berada disini." -oo0dw0oo-   Jilid 22 MATA COA SIN BERKILAT KILAT itu mendadak jelalatan, mendadak ia mendadak ia mendesak kedepan terus menerjang maju Koan San Gwat menyangka orang menyergap kearah dirinya lekas ia angkat patung masnya mengepruk kearah kepalanya.   Tak nyana cukup meliukan badan dan melejit kesamping Coa sin sudah melesat lewat seperti angin lesus terus menubruk kearah Ling koh, cukup mengulur tanpan dengan enteng ia cengkeram dan jinjing keatas, bentakanya bengis.   "Budak busuk! Tentu kaulah yang membuat gara gara ini!"   Badan Ling koh kontal kantil dijinjing keatas, namun sedikitpun ia tidak kelihatan menjadi takut, hal ini benar benar diluar dugaan Koan San gwat lekas ia angkat patung masnya terus menubruk maju, lekas Coa sin mengangsurkan badan Ling koh kedepan nampak senjatanya, kuatir melukai gadis kecil ini, terpaksa Koan San Gwat menyurut mundur dua tindak, bentakanya.   "Lepakan dia!"   "Tidak! Kalau kau ingin berkelahi, akan kugunakan dia sebagai senjata!"   Sungguh gusar Koan San gwat bukan kepalang, namun dia sendiri tidak bisa berbuat apa apa, terpaksa berteriak.   "Mahluk keparat! Sungguh tidak tahu malu, kau mempermainkan anak kecil......."   "Anak kecil apa. Hmm, budak ini kecil orangnya besar otakanya, bukankah kau mendapat bantuannya yang menolongmu keluar!"   Koan San Gwat tidak mampu menjawab namun ia berteriak pula dengan gugup."Kau hendak berbuat apa atas dirinya?"   "Akan kulempar kesumur ular supaya dijadikan hidangan ular mereka berpesta pora!"   Saking gugup Koan San Gwat sudah hendak menyerang, menerjang dan melabrakanya, bagaimanapun dia harus berusaha menolong Ling koh, tapi berulang kali Ling koh memberi isyarat dengan kedipan matanya, menghalangi perbuatannya.   Lalu dengan seri rawa halus ia berkata kepada Coa sin.   "Paman tua! Peganganmu terlalu keras, tengkukku sakit sekali."   Aneh, suaranya kedengaran kalem dan halus, tanpa sadar Coa sin mengendorkan pegangannya. Mata Ling Koh lantas berkedip kedip, katanya pula tertawa.   "Paman tua! Benarkah kau hendak membuang diriku dijadikan umpan ular?"   Coa sin menjadi gusar pula, teriakanya.   "Benar! Siapa suruh kau menjual aku?"   "Tidak! Kapan aku pernah menjual kau?"   "Kau ngapusi aku, katanya takut ular...." "Kapan aku menipu kau? Ular ular peliharaanmu itu memang amat menakutkan, terpaksa aku minta obat penghindar ular itu kepada kau."   "Mana obatnya sekarang?"   Ling koh mengeluarkan sekeping obat warna hitam bundar sebesar mata uang, katanya."Nih, masih ada padaku bukan?"   Sekali raih Coa sin merebutnya kembali tanyanya.   "Bukankah kau mengandal kasiat obat ini untuk menolong bocah keparat itu?"   Ling koh berpikir sebentar, akhirnya dia manggat manggut dan mengiakan. Berubah air muka Coa sin, cepat cepat Ling koh menambahkan.   "Diwaktu kau memberikan obat itu kepadaku, kau ada berkata, asal aku membawa obat penghindar ular ini segala macam ular tidak akan berani menggigit aku, setelah kucoba ternyata memang amat manjur, karena iseng dan ingin coba coba lebih lanjut, sengaja aku ke tempat dimana saja yang terdapat ular yang banyak, secara tidak sengaja setelah main terobosan aku tiba ditempat tahanan Koan kongcu...."   Coa sin tertegun, katanya.   "Obat ini hanya ada sekeping, kalian berdua cara bagaima kau bisa keluar?"   "Aku pinjamkan obat ini kepada Koan kongcu, lalu dia menggendong aku, akhirnya dengan mudah kami lolos keluar. Paman tua! Cara ini akulah yang memikirkannya, cobalah kau nilai bagus tidak?"   Dengan gusar Coa sin menyahut tertawa "Baik! Amat baik! Dengan caramu ini kau menjual kepercayaanku padamu!"   Berputar biji mata Ling koh, katanya "Paman, di waktu kau memberikan obat itu padaku, kau tidak melarang aku kemana mana, juga tidak kau jelaskan melarang aku meminjamkan kepada orang lain.   Koan kongcu adalah sahabat karibku, aku hanya meminjamkan obat itu, mana boleh kau katakan aku menjual kepercayaanmu !"   "Siapa bilang tidak! Kebetulan bocah keparat ini punya dendam yang amat besar dengan aku, dia merebut empedu ular wulung bertanduk tunggalku, jerih payahku selama bertahun tahun menjadi hampa dan nihil."   "Darimana aku bisa tahu!"   Sahut Lin koh aleman dan merengek.   "Toh kau tak pernah beritahu kepada aku."   Coa sin melongo sesaat lamanya, sekian lama ia tidak mampu bersuara lagi, akhirnya ia menghela napas dan lepas tangan, katanya "Setan kecil, terhitung mulutmu pintar bicara biar kali ini kuampuni kau!"   Dengan tangannya Lingkoh mengelus elus tengkukanya yang tercengkram tadi, katanya sambil memonyongkan mulut.   "Paman tua! Kau sungguh kejam. Coba lihat begitu keras cengkramanmu sampai kulitku lecet dan mengeluarkan darah! Aduh sakit sekali."   Coa sin mendorongnya kesamping beberapa langkah, katanya.   "Nanti, setelah aku membereskan bocah keparat ini, biar kuberi obat!"   Tetapi dengan bandel Ling koh segera memburu maju pula, serunya.   "Paman tua! Kenapa kau tidak sudi melepas Koan kongcu pergi! Bukankah dia tidak bersalah padamu?"   "Minggir!"   Sentak Coa sin gusar "Jangan kau cerewet lagi! Harapanku untuk pulih menjadi manusia normal direnggut habis oleh bocah keparat ini, bagaimana juga aku harus mencari gantinya dari anggota badannya."   "Cara bagaimana mencari ganti? Kalau tidak menyangkut keselamatan jiwa Koan kongcu dan kesehatannya, aku percaya dia pasti akan memberi ganti kerugianmu."   Koan San Gwat menjadi bingung dan terheran heran, mengenai soal empedu ular itu memang ia pernah dengar dari penuturannya Kang Pan, hatinya selama ini selalu tidak tentram, maka segera, dia menyela bicara.   "Cian pwe! Soal empedu yang kau maksud baru terakhir ini kuketahui, kalau memang ada cara untuk mengatasi kesulitanmu itu, tanpa banyak pikir pasti aku......"   "Koan kougcu!"   Cepat Li Sek hong menyela bicara.   "Jangan sekali kali kau melulusi segala permintaannya, caranya itu kau tidak akan bisa menerimanya !"   "Kenapa?"   Tanya Koan San Gwat melengak.   "Khasiat empedu itu sudah terbaur dan menyatukan diri dengan hawa murnimu cara satu satunya adalah menyedot hawa murnimu itu, apakah kau masih berjiwa?"   Koan San Gwat menjublek sekian lama nya, katanya."Ternyata begitu duduk perkaranya, Cianpwe! Menurut aturan, memang jiwa ku ini tertunjang karena adanya kasiat empedu ular wulung bertanduk tunggal itu sehingga aku bisa hidup sampai sekarang.   Tapi kasiat empedu itupun akan berguna bagi Cianpwe bahwa aku harus mengorbankan jiwa raga sendiri untuk menebus jiwa Cianpwe adalah pantas!"   Coa sin melongo, agakanya ia tidak pernah menduga sifat Koan San Gwat begitu terbuka tangan dan suka rela mengorbankan jiwa sendiri, sesaat ia ragu lalu katanya.   "Benarkah kau bisa berbuat begitu bajik dan suka rela?"   "Seorang lak laki sejati harus bisa membedakan baik buruk dan mana benar dan salah, cuma dalam waktu dekat ini aku mempunyai tugas tugas yang amat penting harus segera kuselesaikan, mohon Cianpwe suka menunda sementara waktu......"   "Anak muda !"   Seringai Coa sin dingin.   "Ucapanmu kedengaran amat merdu, entah apa yang terkandung didalam benakmu yang busuk itu. Setelah kau meninggalkan Jian coa kok, masakah sudi kembali lagi mengantarkan jiwa sendiri?"   Koan San Gwat menjadi naik pitam, semprotnya.   "Ucapan Cianpwe ini terlalu memandang rendah orang. Aku orang she Koan selamanya berani berkata pasti menepati ianji, masakah kau anggap aku manusia rendah tidak kenal budi!"   Coa sin tergelak tertawa, ujarnya.   "Anak muda! Anggap saja aku sudah percaya akan obrolanmu, kenyataanpun tidak mungkin bisa terlaksana. Kasiat empedu itu ada batas batasnya tertentu, setelah setengah bulan, setelah berakar dan bersatu padu dengan darah daging tubuhmu, begini saja marilah kira adakan cara tukar menukar!"   "Cara tukar menukar bagaimana?"   "Kau serahkan hawa murni kasiat empedu itu, bantulah aku menjadi manusia normal kembali. Segala urusan yang hendak kau selesaikan serahkan seluruhnya kepadaku, terhadap kemampuanku, aku percaya kau cukup jelas, segala urusan yang kuselesaikan tanggung jauh lebih sempurna dari kau!"   Koan San gwat menepekur sejenak, mendadak ia berkata tegas.   "Boleh!"   Jawaban ini seketika membuat semua orang berjingkrak kaget. Terutama Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin, mereka menentang dengan keras, namun dengan serius Koan San Gwat berkata pula.   "Urusan amat sederhana, ti dak lebih hanya memberantas beberapa orang pentolan jahat, mengandal kemampuan Cianpwe, pasti dapat memperoleh kemenangan, dan lagi aku harap Cianpwe sejak saat ini suka mengutamakan jiwa kependekaran, berhati lurus suka menegakkan keadilan bagi kaum lemah, dengan demikian hatiku akan cukup lega..."   "Bagaimana dengan Thio Ceng ceng"   Tanya Li Sek hong.   "Dapatkah persoalan kau wakilkan orang lain?"   Gwat hoa Hujin juga menimbrung "Kau adalah putraku, dapatkah diwakilkan orang lain pula?"   Kata Koan San gwat dengan senyum kecut dan rawan "Bu! Kau masih punya seorang putra lain, anggap saja kau tidak pernah melahirkan aku.   Dan lagi Liu Yu hu amat cinta kepada Thio Ceng ceng, biar aku menyempurnakan pernikahan mereka, cuma kau harus membimbing Lau Yu hu kejalan yang benar dan melakukan pekerjaan genah, mengenai diriku, sejak tugas dan tanggung jawab Bing tho ling diberikan kepadaku oleh Suhu, badan kasarku ini seolah olah sudah bukan menjadi milik pribadiku sendiri, tugas untuk melenyapkan manusia sebangsa Cia Ling im, aku sendiripun tidak punya pegangan kuat untuk memberantasnya.   Kalau Coa sin sudi mewakili aku muncul di Kangouw, tentu hasilnya akan jauh lebih baik."   Lalu ia berpaling kearah Coa sin serta menambahkan dengan serius.   "Cianpwe! Tangung jawab Bing tho ling boleh kuserahkan kepada kau, asal kau berada didunia luar kau segera umumkan hal ini dikalangan Kangow tentu akan datang banyak orang yang suka membantu segala kesulitanmu, mereka akan memberitahu apa saja yang hendak atau ingin kau lakukan!"   Coa sin melongo sekian saat, ia menjadi bimbang dan kuatir. Adalah Ling koh berbisik dipinggir telinganya.   "Paman tua! Tanggung jawab dan tugas sebanyak itu dapatkah kau pikul seorang diri?"   Coa sin mengerut kening, katanya "Untuk membunuh orang sih amat mudah bagi aku, tapi keadaan dunia ramai diluar sana aku terlalu asing, kudengar bocah ini bicara semua dan rasanya amat berat, aku jadi merasa kewalahan."   Tapi dengan halus Koan San Gwat membujuk.   "Cianpwe tidak usah kuatir, cukup asal kau membawa Ling Koh, banyak dan luas yang dia ketahui, segala persoalan yang menyusahkan dirimu pasti dia bisa berutahu cara untuk mengatasinya...." "Nanti dulu! Nanti dalu, kurasa urusan masih perlu ku pikirkan lebih masak. Sekian lama aku menetap di Jian coa kok, semua besar keinginanku, setelah pulih menjadi manusia normal lagi akan keluar berfoya foya dan mengecap kesenangan dunia, tapi kalau setiap hari aku harus repot mengurus segala urusan mu yang tetek bengek itu mana ada kesempatan berfoya foya dengan bebas."   Coa sin berpikir sebentar lalu berkata.   "Anak muda! Aku tidak sudi kau tipu mentah mentah, urusanmu terlalu sukar dan rumit daripada aku keluyuran diluar, lebih baik aku tetap tinggal dalan lembah duniaku ini menemani ular ularku."   Ling koh berjingkiak kesenangan, serunya."Paman tua, jadi kau tidak akan mempersulit Koan kongcu lagi?"   Coa sin menjengek.   "Gara gara ku sendiri yang masuk perangkap jebakan dengan mengajukan syarat penukaran segala. Sekarang jelas aku tidak akan mampu mewakili dirinya menanggung berbagai tanggung jawab dan tugas berat itu, terpaksa harus membiarkannya berlalu"   Semua orang tidak menduga bahwa urusan akhirnya akan selesai begitu saja, terutama Ling koh saking kegirangan dia berjingkrak dan memeluk Coa sin kencang kencang, serunya.   "Paman tua, kau sungguh baik hati."   "Memang kau setan cilik ini yang nakal"   Omel Coa sin mendelu.   "Kau menimbulkan banyak kesulitan bagi aku, kalau tidak apapun aku tidak perlu kuatir dan harus mempertimbangkan segala, tumbuh sayap pun aku tidak perlu kutir anak muda itu bakal meloloskan diri.... sekarang terpaksa aku harus mengurung diri selama hidupku didalam lembah ular ini."   "Sebetulnya lebih baik bila kau tidak keluar, dumi diluar sana bahwasanya tidaklah seindah yang kau khayalkan, disana banyak tipu muhlihat dan kekejamann rasa jelus iri hati dan culas ada lebih baik kau berkawan dengan ular ularmu yang jujur dan mungil mungil ini."   Tiba tiba mata coa sin menyorot terang katanya.   "Setan kecil, jadi kau juga suka kepada ular ularku?"   "Ya! Asal mereka tidak menggigit aku aku merasa mereka amat menyenangkan."   Cepat Coa sin berkata.   "Kalau begitu kau tinggal disini saja, biar kuajarkan kepandaian menjinakkan ular kepada kau! Bukan saja mereka tidak akan menggigit kau, malah suka mendengar perintahmu...."   Ling koh melengak, tanyanya "Kau ingin supaya aku menetap disini?"   Coa sin manggut manggut, sahutnya "Ya! Setan cilik kau ini agakanya seperti amat berjodoh dengan aku, sejak pertama kali aku berhubungan dengan manusia normal, setiap orang yang melihat aku pasti anggap aku ini mahluk gila dan aneh.   Cuma kau sekali buka mulut lantas memanggil aku Paman, sikapmu cukup simpatik dan suka bicara dan berkelakar dengan aku, kalau tidak masakah aku sudi memberikan obat penghindar ular yang amat berharga itu kepada kau..."   Ling koh masih merasa sangsi, Coa sin segera menambahkan dengan haru.   "Hakikatnya kau pun tidak akan selamanya tinggal di sini. Paling lama aku hanya bisa sepuluh tahun lagi, sang tempo belalu tanpa terasa, sepuluh tahun sekejap akan lampau, seterah aku wafat, kau menjadi bebas..."   Terketuk lubuk hati Ling koh oleh kata kata yang merupakan ini, cepat ia berseru "Paman tua, kau tidak akan sependek itu hidup."   "Ah, budak bodoh! Usia ular satu sama, jenis lain tidak sama, ada yang bisa hidup sampai puluhan tahun ada pula yang hidup sekian tahun. Seperti aku yang berbadan kombinasi antara manusia dan ular ini berapa lama pula bisa hidup. Kalau aku bisa mendapatkan empedu ular wulung tertanduk tunggal dan memulihkan bentuk asliku sebagai manusia normal, mungkin usiaku bisa lebih tua, sekarang apapun tidak perlu dibicarakan lagi. Nak sudikah kau tinggal disini?"   Ling koh berpikir sebentar, lalu menjawab "Aku akan menetap disini menjadi kawan mu, belum tentu hanya sepuluh tahun, asal kau belum meninggal, selama itu aku tidak akan meninggalkan tempat ini!"   Harr dan mendelu perasaan Coa sin, sekali raih ia peluk gadis cilik ini kedalam haribaannya, ia ciumi pipi kanan kiri Ling koh lalu katanya pula "Anak baik! Terima kasih akan kesediaanmu, paling lama hanya sepuluh tahun, mungkan tidak begitu lama, tapi disaat aku masih hidup akan kudidik kau asuh kau bukan saja akan kujadikan kau ratu dalam negri ular, akan kujadikan pula kau seorang teraneh didunia."   Koan San Gwat terlengong, tanyanya."Ling Koh! Benarkah kau suah berkeputusan ?"   "Ya! Secara sukarela aku senang tinggal disini. Koan kongcu kuharap kau lebih gemilang dalam perjuangan menegakan keadilan dan kebenaran di Kangouw, mungkin akan datang suatu ketika setelah aku berhasil mempelajari ilmu, biarlah akupun keluar membantu kau!"   Koan San Gwat menunduk tidak bicara lagi, kejap lain ia menjura kepada Coa sin serta berkata.   "Harap Cianpwe suka menyusahkan diri merawatnya baik baik"   Rasa benci Coa sin terhadap Koan San gwat belum hilang, semprotnya gusar.   "Memangnya perlu kau tegaskan lagi ! Kalau bukan karena dia, masa demikian gampang aku suka melepas kau demikian saja !"   Kuatir pembicaraan mereka semakin tegang dan bentrok cepat Ling koh menyela bicara.   "Koan kongcu, lekaslah kalian pergi! It ouw dan Jip hoat dan lain lain masih menunggu kalian diluar sana, melihat kalian menghilang secara misterius tentu mereka jadi geger bila ada keselamatan kau bertemu dengan Lim Siancu, harap sampaikan kabar beritaku disini, mengenai unta saktimu sebentar akan kuminta paman melepasnya keluar, dia akan menemukan kau !"   Waktu bicara berulang kali ia memberi tanda kedipan mata kepada semua orang Gwat hoa Hujin dan Li Sek hong memang sudah gugup hendak meninggalkan tempat itu, cuma Kang Pan seorang yang mengunjuk rasa iba dan berat berpisah.   Koan San Gwat segera menjura kepada Coa sin siap mengundurkan diri.   Mendadak Coa ki berteriak kejut.   "Aih dimana Ih yu?"   Memang semula Ih yu berlalu ditempat yang dekat dengan pintu keluar, di saat semua orang ribut ribut dan suasana cukup tegang tadi, entah kapan dia mengeloyor pergi secara diam diam.   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Segera Coa sin memeluk tangan dan menepekur sebentar, mendadak ia membuka mata dan berkata.   "Dia sudah pergi. Celakanya tongkat ularkupun dibawanya pergi!"   Kontan Kang Pan menjerit lirih. Sementara Ling koh cepat bertanya.   "Paman, dari mana kau bisa tahu?"   Diatas tongkatku itu ada kupelihara tiga ekor ular yang paling jahat diseluruh dunia ini, ketiganya sudah dapat kukendalikan sesuka hatiku dengan kekuatan batinku, tadi aku mengerahkan lwekang memberikan tanda peringatan, kuperintahkan ketiga ular diatas tongkatku itu memanggil Ih yu kemari, namun aku tidak mendapat jawaban.   Malah ular sanca terbesar yang menjaga mulut gua memberi jawaban katanya dia sudah pergi!"   "Apakah Ih yu bisa mengendalikan ketiga ular itu ?" "Bisa! Diwaktu kusuruh dia menangkap ular wulung bertanduk itu kuatir tenaganya kurang memadai maka kuberikan tongkatku itu supaya ketiga ekor ular itu membantu padanya."   Berubah air muka Li Sek hong. Ling kohpun ikut gugup.   "Celakalah kalau begitu ..."   "Takut apa! Meski ketiga ular teramat jahat, tapi masih kalah dibanding Ciok tai yang melingkar dibadan Coa ki ini!"   "Bukan takut yang kau maksud, aku menjadi kuatir bagi keselamatan orang lain. Jiwa Liu siancu itu kurang normal, kini mendapati tiga ekor ular jahat itu, mungkin banyak orang akan menjadi korban keganasannya. Yang terang hal ini akan menjadikan tekananan berat bagi Koan kongcu sendiri!"   Coa sin menggeleng kepala, ujarnya.   "Urusan orang lain, apa sangkut pautnya dengan kita! Aku justru mergharap bocah keparat itu biar digigit ular berbisa, baru dapat melampiaskan rasa penasaran hatiku!"   "Paman bagaimana juga kau harus segera meringkus Liu Ih yu kembali, paling tidak ketiga ekor ular berbisa itu harus dirampas kembali, supaya Liu siancu tidak mencelakai jiwa orang dengan ketiga ekor ular itu."   "Tidak mungkin! Aku pernah bersumpah, bila aku tidak pulih menjadi manusia normal sekali kali aku tidak akan keluar dari sini."   "Kalan begitu berikanlah obat penghindar ular itu kepadaku, bukankah kau sudah memberikan kepada aku..."   "Tidak! Aku hanya punya sekeping ini kuberikan kau sih boleh, tapi bila kau berikan pula kepada orang lain, sekali kali aku tidak setuju. Obat itu merupakan benda pusaka dari lembah ini, kalau obat itu keluar dari lembah ini, bagaimana pula aku mengendalikan ribuan ular yang ada disini. Jikalau mereka melarikan diri, mungkin lebih banyak orang yang akan menjadi korban"   Saking gelisah Ling kohpun sampai menangis, katanya membanting kaki "Kalau begitu carilah akal, atau aku tidak sudi tinggal di sini menemani kau!"   Kata katanya tarakhir ini membuat Coa Sin melengong, setelah berdiam diri sebentar akhir nya ia berkata.   "Terpaksa kusuruh Coa ki saja yang keluar, hanya Giok tai diatas badannya itu yang kuasa menundukan ketiga ular diatas tongkatku itu!"   "Aku ...."   Jerit Kang pan tertegun. Coa sin manggut manggut, ujarnya.   "Bukankah sejak lama kau sudah ingin keluar? Minggatnya Ih yu ini menjadi kebetulan bagi kesempatanmu."   Kata Kang Pan ragu ragu."Jadi kau sudah tidak memerlukan aku lagi?"   "Tidak perlu! Sudah cukup ada setan kecil ini."   "Kemana pula aku harus mencari Ih yu aku masih terlalu asing mengenai dunia luar!"   "Cukup asal kau mengikuti jejak Koan kongcu,"   Demikian timbrung Ling koh.   "Akan datang suatu ketika Liu Ih yu akan datang sendiri mencari kalian!"   Baru saja Koan San Gwat hendak menentang saran ini, cepat Li Sek hong juga berkata.   "Koan kongcu, menurut hematku memang kita perlu minta bantuan nona Kang, kalau tidak tiada orang yang akan mampu mengatasi Sumoyku, bila dia mengumbar adatnya, akibatnya pasti amat fatal!"   "Benar!"   Sela Ling koh pula.   "Mungkin kau sendiri tidak akan menjadi soal, Liu sian cu mungkin tidak akan mencelakai jiwamu, tapi lain pula bagi orang lain. Liu Sian cu, It ouw dan Go hay ci hang dan lain lain mereka adalah orang orang yang amat dibenci oleh Liu Siancu!"   Terpaksa Koan San Gwat berkata.   "Nona Kang harap lekas kau mengemasi bekalmu, segera kita akan berangkat!"   Merah muka Kang Pan sahutnya.   "Aku tiada punya barang apa yang perlu kubawa kecuali ular yang ada diatas badanku ini, apa pun aku tidak punya!"   Mengawsi tubuh orang yang telanjang bulat Koan San Gwat mengerut alis, katanya.   "Masakan kau harus keluar dengan keadaanmu seperti itu!"   Baru sekarang Kang Pan sadar bahwa dirinya memang tidak berpakaian, didalam lembah sudah biasa ia bertelanjang, memang tidak punya perasaan malu sedikitpun.   Kini melihat Gwat hoa Hujin dan lain lain sama berpakaian, kini ia sendiri berhadapan langsung dengan Koan San Gwat seketika merah jengah mukanya.   Cepat Li Sek hong menanggalkan pakaian luarnya dan diberikan kepada Kang Pan.   Mendadak Coa sin terbahak babak.   Serunya "Dunia ramai diluar memang tiada apanya yang menarik dan tiada artinya.   Seorang perempuan yang cantik elok, kenapa pula harus ditutupi pakaian segala, tempat tempat fital yang paling indah diselubungi segala, agakanya lebih baik aku tidak usah keluar saja!"   Sudah tentu orang lain sama dongkol mendengar ocehannya yang tidak genah itu.   Tapi mereka toh maklum, bahwa mahluk aneh setengah manusia setengah ular ini memang tidak pernah hidup dalam keramaian dunia sehingga tidak mengenal tata kehidupan orang serta adat istiadatnya.   Lekas Kang Pa menjura hormat serta katanya.   "Coa sin ijinkanlah aku pergi!" "Ya, pergilah!"   Ujar Coa sin mengulapkan tangan.   "Satelah kau menyelesaikan tugas ini, kau boleh tidak usah kembali lagi, disini kau tidak akan merasa kerasan!"   Kang Pan rada bingung dan sangsi, katanya "Coa sin kau tidak suka padaku lagi"   "Kita sudah hidup berdampingan cukup lama, tidak bisa kukatakan aku tidak menyukai kau, justru karena menyukai kau, maka tidak ingin kau selalu memendam diri ditempat tersembunyi ini selama hidupmu, diluar sanalah tempatmu hidup senang dan bahagia pergilah kau mulai tempuh hidup baru!"   Beberapa kata kata ini adalah ucapan biasa, bahwa seorang manusia setengah ular bisa mengeluarkan kata kata seperti ini, seketika membuat semua orang melenggong, terasakan betapapun sanubarinya masih penuh diliputi kehangatan perikemanusiaan.   Dikala mereka sudah meninggalkan lembah dan turun gunung dengan langkah lebar belum jauh mereka menempuh perjalanan, dari sebelah belakang terdengar suara kelentingan nyaring, tak lama kemudian tampak unta sakti tunggangan Koan San gwat sedang berlari mendatangi, kepalanya dielus elus kelengan Koan San Gwat, sikapnya amat aleman dan mesra sekali.    Pendekar Tongkat Liongsan Karya Kho Ping Hoo Pedang Wucisan Karya Chin Yung Alap Alap Laut Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini