Ceritasilat Novel Online

Patung Emas Kaki Tunggal 7


Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Bagian 7


Patung Emas Kaki Tunggal Karya dari Gan K H   "Kenapa? Apakah.."   Tanya Koan San-gwat, heran dan tidak mengerti. Tapi Lok Heng-kun segera menjawab dengan bengis .   "Sekali lagi kau menyinggung hal itu, aku tidak akan memberi ampun padamu."   Terpaksa Koan San-gwat tidak banyak bicara lagi. Sayupsayup di kejauhan terdengar derap kaki kuda dan menggelindingnya roda sedang mendatangi, Lok Heng-kun menahan sabar, karanya ;   "Adikku dan adik iparku sudah tiba, ingat jangan kau menyinggung persoalan itu lagi."   Koan San-gwat mengiakan.   Tak lama kemudian dari kejauhan debu mengepul tinggi, dua ekor kuda kekar menarik sebuah kereta bercat indah berlari bagai terbang, yang pegang kendali adalah seorang Laki-Laki berwajah cakap, parasnya halus pakaiannya perlente.   Begitu kereta berhenti, kerai tersingkap dan muncullah wajah perempuan pertengahan umur seraya berteriak .   "Cici! Kau sudah terima surat ?"   "Sudah! Malah aku sudah tahu. Sebelumnya Siau-hong sudah bentrok dengan tua bangka itu di atas sungai kuning."   Terkejut perempuan pertengahan umur itu, sekilas matanya melirik ke arah Koan San-gwat dan Lau Sam-thay. Lok Heng-kun lantas men jelaskan sambil tertawa;   "Dia adalah ahli waris Tokko Bing, seorang yang lain adalah kenalannya!"   "Ui ho ."   Seru perempuan pertengahan umur itu dengan tertegun.   "Ui- ho sudah berangkat ke Liong-han, tinggal Bing-tho ada di alam fana,"   Demikian Lok Heng-kun melanjutkan. Perempuan pertengahan umur kelihatan ragu-ragu, Koan San-gwat juga kikuk ingin menyapa tidak tahu bagaimana ia harus mengundang orang. Adalah Lok Siau-hong yang melihat keadaan runyam ini dapat memperkenalkan.   "Inilah pamanku Liu ju-yang, itu bibi bernama Lok Siang-kun."   Lekas Koan San-gwat merangkap tangan seraya menjura, katanya.   "Wanpwe Koan San-gwat harap ji-wi cianpwe terima hormatku!"   Tersipu-sipu Lau Sam-thay ikut menjura hormat tanpa berani memperkenalkan namanya. Lok Siang-kun manggut-manggut, Liu Ju-yang memuji.   "Siheng gagah dan perkasa sungguh orang she Liu bersyukur bahwa sahabat lamaku mempunyai murid yang hebat macam kau!"   Belum sempat Koan San-gwat merendah, keburu Lok Hengkun berkata.   "Hayolah, jangan bicara di luar pintu, mari silahkan masuk."   Liu Ju-yang manggut-manggut sambil menghampiri kereta, katanya.   "Siang-kun, mari kugendong masuk!"   Sambil mengabitkan kerai, Lok Siang-kun berseru.   "Hus di hadapan wanpwe, apa-apaan kelakuan kami?"   "Kenapa sungkan, murid Tokko Bing bukankah sebagai keponakan kita?"   "Kau kira kulit mukaku setebal kulit kerbau?"   Jengek Lok Siang-kun, begitu kerai tersingkap, badannya melesat laksana kupu-kupu kembang tanpa menyentuh tanah badannya melesat ke depan hanya sekejap hilang masuk ke dalam rumah.   Koan San-gwat melihat jelas kedua kakinya sebatas dengkul ternyata sudah buntung, baru sekarang ia paham kenapa Liu Ju-yang yang hendak menggendong istrinya, tapi tak urung ia merasa takjub dan kagum akan ginkangnya yang betul-betul telah sempurna, katanya.   "Ginkang Lok cianpwe benar-benar hebat dan mencapai tarap tinggi yang tiada lawannya lagi!"   "Ilmu lain aku tidak berani bicara, soal ginkang mau percaya orang yang memiliki ginkang tanpa tandingan di seluruh jagat adalah seorang yang cacat kedua kakinya."   "Setan buruk,"   Lok Heng-kun menimbrung.   "Di belakang memakinya sebagai orang cacat lagi, kalau terdengar olehnya kan bakal dapat persen yang lumayan nanti. Nama julukan yang jelek itu, sebab dia sendiri sudah membuktikan bahwa mesti cacat masih berguna."   Lok Heng-kun tertawa, ujarnya.   "Tekad dan keyakinan kalian suami istri memang harus dipuji, siapa mau percaya bila dulu kau bermuka bopeng julukan Coh-san-sin kurasa sudah harus diganti."   "Jangan! Jangan diganti. Seorang Kuncu tidak melupakan asalnya, Ayah ibu menganugerahi aku muka demikian, kalau sembarangan ganti berarti aku tidak berbakti pada orang tua, biarlah aku tetap menggunakan julukan lama untuk selalu peringatan bagi diriku!"   Sembari bicara ia bergelak tertawa. Koan San-gwat keheranan. Sambil menunjuk punggung orang Lok Heng-kun menjelaskan tertawa.   "Kau tidak akan percaya waktu mudamukanya buruk sekali bekas penyakit kudis."   "Memang sulit untuk Wanpwe percaya, apakah Liu-cianpwe sudah memperoleh obat mujarab untuk mengubah kulit mukanya?"   Tanya Koan San-gwat, sambil geleng kepala. Lok Heng-kun menggeleng, sahutnya.   "Menggunakan khasiat obat bukan terhitung aneh, secara kekerasan ia melatih semacam Hian-kan-gu sehingga kulit-kulit mukanya yang rusak bisa pulih dan berubah keadaannya seperti sekarang, dulu waktu mereka menikah, yang satu cacat yang lain buruk sejelek setan hingga menimbulkan bahan tertawaan orang banyak. Ada orang menyumbang pigura perak dimana ada tertulis Cu-lian-pi-hap (perjodohan mutiara), kata-kata ini menusuk perasaan namun dengan harapan supaya mereka berlomba untuk meyakini hidup ini sambil menambal kekurangan dirinya masing-masing."   Haru dan kagum Koan San-gwat dibuatnya, katanya.   "Hasil yang dicapai kedua Cianpwe memang harus dipuji dan membuat orang kagum! tapi orang yang memberikan Pigura Perak tu agak terlalu ."   "Tulisan di atas pigura itu adalah hasil karya Ui-ho-sansian!"   "Guruku! jadi.."   Koan San-gwat berjingkrak kaget.   "Tak usah kuatir! Sedikitpun mereka tidak merasa sirik terhadap gurumu, sebaliknya merasa sangat berterima kasih. maka mereka pasang pigura itu di atas tempat tidur."   "Kejadian ini tentu sudah lama berselang."   "Benar! sudah tiga puluh tahun yang lalu, kala itu kami masih muda belia dan gagah bersemangat, entah bila Lionghoa- hwe dibuka kembali, apakah masih seramah dulu. Mungkin beberapa orang diantaranya sudah tidak bisa hadir dalam pembukaan besar itu. Begitu pula ayah Siau-hong sudah"   Bergerak hati Koan San-gwat, meski mulut tidak bersuara, namun dalam hati membatin "Liong-hoa-hwe Hong Sinpang."   Melihat bibirnya bergerak, Lok Heng-kun seperti tersadar, cepat ia berseru .   "Anak jadah! Jangan kau menyinggung urusan lama pula dengan aku!" lalu ia mendahului masuk ke dalam rumah. Koan San-gwat, Lau Sam-thay dan Lok Siauhong mengintil di belakangnya. Tak lama kemudian mereka sudah di ruangan tamu. Begitu menyingkap kerai, tampak Lok Siang-kun dan Liu Juyang sudah duduk di sana, dengan kikuk Lok Siau-hong lalu menceritakan pengalamannya semalam. Tanpa sungkansungkan Koan San-gwat mencari tempat duduk di pinggir dengan perasaan kurang tentram, Lau Sam-thay duduk di sebelahnya. Agaknya cerita Lok Heng-kun sangat menarik perhatian ketiga orang itu, setelah Lok Siau-hong selesai, baru Lok Heng-kun bertanya.   "Dik ! cara bagaimana pula kalian mengetahui jejak tua bangka itu?"   Liu Ju-yang tersenyum, ia mewakili menjawab."Kemaren hari ulang tahunku, setelah mengantar tamu pulang kutemukan dalam kamar sebuah kado yang lain dari pada yang lain."   "Kado apakah itu?"   Tanya Lok Siau-hong.   "Sebuah lukisan persembahan panjang umur!"   Jawab Liu Ju-yang tertawa.   "Wah, tentu gambar genduk burikan mempersembahkan buah tho!"   Habis berkata baru sadar sudah kelepasan omong, cepat-cepat ialeletkan lidah sambil bermuka setan.   "Bukan genduk burikan tapi adalah kakek burik persembahkan buah tho!"   Lok Heng-kun tertarik, tanyanya.   "Apa-apaan maksudnya itu?"   "Mungkin dia masih dendam pada peristiwa lama dulu, orang yang digambar dalam lukisan adalah muka burukku yang lalu, sepasang tangan memapah sebuah gundukan kotoran kerbau di atasnya tertancap sebuah bunga mekar!"   Lok Heng-kan tertawa geli, Lok Siau-hong belum mengerti, tanyanya.   "Apakah maksud gambar itu ?"   Baru saja Liu Ju-yang mau membuka mulut, Lok Siang-kun sudah menyentak dari samping .   "Berani Kau katakan!"   Liu Ju-yang mengkeret, katanya berkelakar ."Perintah junjungan hamba tak berani membangkang. Keponakanku yang baik, terpaksa pamanmu tidak bisa memberi penjelesan kepadamu."   Dengan uring-uringan Lok Siang-kun memaki.   "Selama tua bangka itu belum mampus, makan tidur kita tidak akan tentram, besok bila ketemu dia aku harus membuat perhitungan padanya, sudah sekian lama kita menyembunyikan diri, mungkin dia anggap jeri kepadanya."   "Jangan terlalu keburu napsu adikku, tua bangka itu memang sulit dilayani, mungkin sekarang juga sulit diatasi"   "Takut apa?"   Jengek Lok siang-kun marah-marah.   "Masa beberapa tahun ini kita hidup nganggur belaka, besok bila tidak mampu mengganyangnya paling tidak membetot urat atau mematahkan beberapa tulangnya."   "Tua bangka itu sih tidak perlu ditakuti yang dikuatirkan orang kepercayaannya itu ikut muncul. Cit-tok-jiu-hoat orang itu lihay dan sulit dijaga-jaga"   Mendengar Cit-tok-jiu-hoat tergerak hati Koan San-gwat, Lau-Sam-thay segera menimbrung teriaknya .   "Cit-tok-jiuhoat! Bukankah itu kepandaian yang dilancarkan oleh Hwi-lotho (Unta terbang)?"   Liu Ju-yang; bertiga tersentak kaget, tanyanya.   "Dari mana kau tahu Cit-tok-jiu-hoat, siapa pula itu Hwi-lo-tho ?"   Segera Koan San-gwat mengisahkan pengalamannya, setelah itu ia menambahkan Cit-tok-jiu-hoat itu Peng Kiok-jin sendiri bisa memunahkannya, agaknya bukan merupakan kepandaian yang terlalu menakutkan!"   Namun dengan nada berat Lok Heng-kun menjelaskan.   "Cit-tok-jiu-hoat mempunyai ratusan perubahan yang sulit diraba. Hwi-thian-ya-ce hanya mempu membebaskan salah satu tutukan yang paling gampang, tapi kalau toh ilmu macam ini sudah secara terang-terangan muncul di kalangan kangouw, malah orang itu menggunakan lencana unta terbang kurasa urusan ini tidak gampang diselesaikan."   "Lok-cianpwe,"   Koan San-gwat bicara lagi.   "Dari Cit-tok-jiuhoat kau menyinggung soal unta terbang, kini ada hubungan apa pula dengan peristiwa Ouw-hay-ih-siu dengan pertikaian kalian?"   Lok Heng-kun menggeleng katanya.   "Urusan ini tiada sangkut paut dengan kau."   "Tidak! Justru wanpwe merasa berhubungan erat, unta terbang secara terang-terangan hendak mengungguli unta saktiku itu. Menurut dugaan wanpwe urusan jelas punya hubungan erat dengan guruku !"   "Berdasar apa kau menganalisa sedemikian rupa?"   Tanya Lok Heng-kun.   "Soalnya setelah Unta terbang muncul dia menantang Wanpwe, untuk mengadakan pertemuan di Tay-san-koan. Tatkala itu, Peng-cianpwemasih bersama Wanpwe, sedikit banyak bellau ada memberi kisikan kepadaku, bila ingin bertemu dengan guru, lebih baik jangan sampai mengalahkan orang itu."   "Tidak mudah! Hwi-thian-ya-ce berani memberitahu sedemikian banyak kepada kau,"   Demikian ujar Lok-Heng-kun sambil manggut-manggut.   "Apakah cianpwe tidak sudi memberi petunjuk lebih lanjut?"   Pinta Koan San-gwat, dengan rasa tegang. Lok Heng-kun tertawa genit, sahutnya sambil menggeleng .   "Tidak bisa! kita mempunyai kesukaran kita sendiri!"   Koan San-gwat uring-uringan, dengusnya ."Hwi Siau-suthian, Liong-ho-hwe, Hong-sin-pang, ada segelap apa, akan datang suatu ketika aku akan bikin jelas semua urusan yang penuh misterius ini, akan kubeberkan ke seluruh Bulim.   Seketika berubah air muka Liu Ju-yang bertiga, sebat sekali Lok Heng kun dan Liu Ju-yang melejit maju ke kanan kirinya, sementara kedua tangan Lok-Siang-kun sudah menekan kursi siap menubruk maju pula.   Keruan tercekat Koan San-gwat, serunya.   "Apa yang para cianpwe hendak lakukan kepada saya?"   Sesaat lamanya baru Lok Heng-kun menghela napas, katanya.   "Koan-hiantit! aku memberanikan diri memanggilmu demikian, sebagai sahabat kental dari gurumu, pula memberi peringatan kepada kau, kuharapkan kau dapat menerima."   Koan San-gwat menghela napas, katanya.   "Apakah Cianpwe juga ingin supaya aku sengaja mengalah kepada Unta terbang?"   "Tidak! Meski demikian mungkin membawa manfaat bagi Tokko Bing, tapi seluk-beluk Tokko Bing kami jelaskan sekali, kalau toh dia sudah menyerahkan lencana sakti kepada kau, tentu menaruh harapan besar kepadamu, betapapun dia tidak akan senang bila kau bertindak lemah ."   "Bila hal itu membawa manfaat bagi Suhu, menang atau kalah bagi aku seorang tidak menjadi soal!"   "Tidak perlu!"   Tiba tiba sikap Lok Heng-kun menjadi kasar dan beringas.   "Peng Kiok-jin berkata demikian karena pengertiannya terhadap Tokko Bing masih kurang mendalam, pertemuan di Tay-san-koan, engkau harus menang, sekarang cuma ada satu jalan untuk kau membalas budi kebaikan gurumu!"   "Cara bagaimana?"   Tanya Koan San-gwat. "Yaitu semua persoalan yang kau kemukakan tadi, lebih baik kau lupakan sama sekali!"   Baru saja bibir Koan San-gwat bergerak, Liu-Ju-yang pun sudah angkat bicara.   "Karena hubungan kita dengan gurumu luar biasa, maka Kami mau menasehati kau. Kalau tidak sesuai dengan apa yang pernah kau katakan tadi, seharusnya kita sudah ."   Koan San-gwat melengak, tanyanya .   "Seharusnya sudah apa?"   Dari tempat duduknya Lok Siang-kun menjengek .   "Seharusnya kau dibunuh, supaya soal ini tidak bocor!"   Berubah kelam air muka Koan San-gwat. Liu Ju-yang masih tertawa, ujarnya.   "Sudahlah! Siang-kun, dia terhitung angkatan muda, jangan kau gertak dia!"   Lok Siang-kun masih marah-marah, serunya.   "Bocah keparat macam dia masih suka ugal-ugalan, cepat atau lambat akan menimbulkan bencana"   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Adikku! cepat Lok Heng-kun menukas sambil tertawa.   "Kata-katamu terlalu berat, menurut pandanganku, dibanding Tokko Bing di waktu masih muda dia jauh lebih pintar dan cerdik, mungkin situasi yang akan datang bakal tergenggam di tangan generasi yang akan datang, siapa tahu bakal terjadi perubahan besar-besaran.?"   "Maka dia harus tahu diri dan menjaga keselamatannya"   Ujar Lok Siang-kun dengan nada yang sudah sabar.   "Hong-ji, kalian sudah setengah malaman tidak tidur, sudah tiba saatnya istirahat, lekas kau ke belakang, suruh mereka menyiapkan makanan sekedarnya lalu pergilah tidur, aku masih ada urusan dengan paman dan bibimu, tak bisa melayani tamu,"   Kata-katanya ditujukan kepada putrinya, namun secara tidak langsung juga menyuruh Koan San-gwat dan Lau Sam-thay mengundurkan diri juga.   Sebagai seorang cerdik sudah tentu Koan San-gwat maklum kemana juntrungan kata-kata itu, tanpa diminta segera ia berdiri, ujarnya berkata tertawa .   "Kalau Cianpwe tak memberi ingat, wanpwe sampai lupa makan tidak merasa lelah!"   Lok Siau-hong percaya, lekas ia berkata ."Koan-toako. Karena sejak tadi tidak kau katakan? Biar segera kusuruh Ongtoama menyiapkan pangsit mie untuk kalian!"   Tersipu-sipu ia bawa Koan San-gwat berdua mengundurkan diri.   Setelah Koan San-gwat bertiga tidak kelihatan, Liu Ju-yang bertiga berkumpul dan bicara bisik-bisik, entah apa yang mereka rundingkan.   Tengah hari dalam pendopo Si-yang-san ceng diadakan perjamuan, tampak dua laki-laki dan tiga perempuan.   Mereka menduga pertemuan nanti bakal terjadi sesuatu perkelahian yang cukup sengit, Lan Sam-thay yang tahu kepandaiannya sendiri teramat rendah, mungkin melindungi jiwa sendiri pun tidak akan mampu, terpaksa harus menyembunyikan diri di tempat yang agak jauh.   Kelima orang yang hadir dalam perjamuan itu, hanya Lok Siau-hong yang merasa tenang, tapi bukan takut atau jeri, dalam kehidupannya yang serba cukup dan tentrem.   belum pernah mengalami pertikaian yang menegangkan urat syarafnya.   Apalagi dia seorang gadis remaja yang mulai tumbuh gaireh hidupnya.   Maka dialah yang paling ribut, tanya ini tanya itu, mulutnya mengomel panjang pendek, kenapa tua bangka itu tidak lekas datang.   Sikap Liu Ju-yang justru sangat tenang dan dingin, cangkir demi cangkir, beberapa cangkir arak telah dihabiskan, mukanya sudah merah.   Lok Siau-hong lantas membujuk .   "Kau jangan terlalu banyak minum, kalau sampa mabuk, urusan bakal terbengkalai karenanya."   Sambil memicingkan mata Liu Ju-yang berkata tertawa .   "Meminum arak aku melampiaskan rasa sebalku! Sekali mabuk segala suka duka bakal amblas tak terasa!"   "Cianpwe juga kesal hati?"   Tanya Koan San-gwat.   "Ya,"   Sahut Liu Ju-yang pura-pura bersedih.   "Aku sedang kangen akan mukaku yang buruk dulu!"   Baru sekarang Koan San-gwat tahu orang sengaja bersenda gurau dengan riang gembira itulah, sayup sayup didengarnya beberapa kali suara tang ting, jelas dan nyata itu suara keleningan. Mereka berhenti tertawa, dengan lirih Liu Ju-yang berkata .   "In-pa-liok-ting! Naga-naganya Mo-kun ketiga yang datang, bagaimana?"   Dengan suara tegang Lok Heng-kun berkata .   "Pasti tua bangka itulah yang mengundangnya kemari. Peduli apa, yang jelas keadaan sekarang berbeda dengan kebiasaan dan tata tertib, kalau perlu kita layani saja menurut aturan yang ada."   Belum lenyap suaranya, dari luar pendopo berjalan masuk dua orang, yang berjalan di depan adalah pemuda berperawakan tinggi kekar, raut mukanya cakap terselubung hawa dingin, sikapnya gagah dan wajar.   Ia mengenakan jubah panjang warna abu-abu.   Yang mengintil di belakangnya bukan lain adalah tukang perahu yang dinamakan Ouw-hay-ih-siu.   Begitu melihat pemuda itu, Lok Siang-kun bertiga tertegun, agaknya mereka tidak kenal pemuda ini, pemuda ini dengan pongahnya bersoja lalu menarik kursi dan duduk tanpa berbicara sekecap pun.   Ouw-hay-ih-siu juga memilih tetapi tempat duduknya di sebelah bawah pemuda itu.   Karuan Liu Ju-yang yang murka, serunya.   "Pok Thian-cun, apa-apaan maksudmu ini? Perjanjian pribadi di antara kita, kenapa kau bawa orang luar kemari, berani kau membunyikan kelinting.."   Pemuda itu segera menyeringai dingin, jengeknya sombong.   "Masa aku terhitung pihak luar? Lo-Pok mengundangku kemari sebagai saksi, kalian sudah berkelahi selama puluhan tahun tanpa berkesudahan, soalnya karena tidak memilih seorang wasit. Kukira pertikaian hari ini bakal bisa dibereskan, soal suara kelinting tadi, akulah yang suruh dia membunyikannya."   Lok Heng-kun terkejut, tanyanya.   "Saudara ini adalah .?"   "Bukankah asal-usulku sudah kujelaskan dalam suara kelinting tadi?"   Mereka bertiga melengak lagi, tanya Liu Ju-yang ragu-ragu.   "Suara kelinting enam kali adalah pertanda dari Thian-ki-kokun"   Pemuda itu tertawa ringan, ujarnya.   "Ayah sudah wafat beberapa lamanya, kedudukan inikuperoleh secara tradisi.."   "Apa?"   Teriak Liu Ju-yang berubah pucat.   "Mo-kun sudah ajal?"   "Benar!"   Sahut pemuda itu manggut-manggut, hal itu terjadi enam tahun yang lalu, menurut perintah ayah, akulah yang diwarisi jabatan, soalnya kejadian terlalu mendadak, maka belum sempat memberitakan kepada sahabat di seluruh kolong langit.   Kalau kalian percaya.."   "Tidak! sikap dan wajah saudara memang mirip dengan Mo-kun, hal ini tidak perlu disangsikan lagi, cuma ingin kami tahu gelaran saudara?"   "Aku Ki Hou adanya!"   Sahut pemuda itu dengan angkat dada. Liu Ju-yang batuk-batuk kecil lalu berkata.   "Ka. si-heng, harap maaf akan kekurangajaran orang she Liu, saat ini terpaksa harus demikianlah kusebut namamu."   "Benar! Dalam keadaan sekarang di tempat ini pula, kenapa harus terikat akan segala peraturan lama. Hei Lo-Pok, sekarang tibalah saatnya kalian membuat perhitungan, ada urusan yang perlu kau selesaikan?"   Ouw-hay-ih-siu Pok Thian-cun melirik ke arah Koan Sangwat, lalu katanya .   "Kalian sendiri yang tidak menepati janji, menyeret seorang luar ikut hadir dalam pertemuan ini!"   Belum lagi pihak Liu Ju-yang menjawab. Ki-Hou sudah tertawa keras, ujarnya.   "Lo-Pok, kiranya matamu sudah kurang awas, orang yang kau anggap orang luar ini adalah murid Tokko Bing, Bing-tho-ling-cu II yang menggetarkan Kang-ouw!"   Tak terasa tercekat hati Koan San-gwat, katanya heran.   "Cara bagaimana saudara bisa mengenal diriku?"   "Itulah urusan jabatan, sudah seharusnya aku mengenal kau."   Dengan pandangan berapi-api Ouw-hay-ih-siu mendesis geram .   "Kalau sebelumnya kutahu siapa kau adanya, waktu berada di sungai kuning tempo hari seharusnya kuberi hajaran setimpal kepadamu."   Koan San-gwat tidak mau kalah garang. Liu Ju-yang terbakar amarahnya, serunya gusar.   "Bangsat anjing jangan ngelantur terlalu panjang."   Pok Thian-cun angkat pundak, ujarnya.   "Baiklah lohu tutupi saja borok ini, tapi Lohu tidak akan mundur menghadapi nona manis itu, inilah peraturan orang she Pok, perhitungan baru diselesaikan lebih dulu. Haha."   Agaknya hatinya semakin kesenangan, nada tawanya makin tinggi dan mengeras. Lok Heng-kun dan Liu Ju-yang mengunjuk rasa gusar dan putus asa, apa boleh buat akhirnya Lok Heng-kun berkata kepada Ki Hou dengan nada memohon.   "Sebagai putra Mokun dan kini memperoleh warisan jabatannya, tentu kongcu dengan pertikaian kami terhadap tua bangka ini."   "Ya pernah kudengar kulitnya saja!"   Sahut Ki Hou manggutmanggut. Merah muka Lok Heng-kun, ujarnya.   "Harap Kongcu memberi muka karena kami sesama kerabat sesama anggota bicara secara adil, harap suka batalkan tantangan kepada putriku yang masih kecil ini, urusan yang belum pernah dipahami olehnya."   Ki Hou tertawa dingin, sahutnya.   "Untuk hal ini aku yang rendah tidak akan turut campur, soalnya aku hadir sebagai saksi, kecuali memberi keputusan kalah dan menang, aku tidak bisa mencampuri urusan lain, memang kita sejajar dalam satu pang, Lo Pok setingkat lebih tinggi, masa aku pilih kasih kepada sesama kerabat satu tingkat ?"   Lok Heng-kun menjadi murka, sindirnya.   "Sungguh kita harus bangga punya pentolan kerabat dalam satu tingkat."   "Hiat-lo-sat?"   Tiba-tiba suara Ki Hou berubah dingin kaku.   "Tiga kali kau datang, laporan setiap sepuluh tahun sekali, kalau aku menggunakan kekuasaanku sebagai pentolan sesama kerabat, bila kejatuhan hukuman karena kesalahanmu ini, kalian pasti bertobat kepadaku, sekarang kau berani bertingkah kepadaku, apakah dalam pandangan kalian masih ada mendiang ayahku sebagai pentolan dalam satu kerabat?"   Lok Heng-kun tertegun mematung, nyalinya muncul, karena ditekan dan diancam dengan lemas ia duduk kembali ke tempatnya.   Saat mana Ouw-hay-ih-siu menantang kepadaLok Siauhong seumpama domba yang tidak takut menghadapi harimau, sambil menenteng cambuknya Lok Siau-hong hendak menerjang keluar, lekas Lok Heng-kun menarik serta berkata dengan tertekan.   "Nak, salahmu sendiri kau banyak urusan, semoga kau nanti dapat pengajaran."   Lok Siau-hong keheranan katanya.   "Ma, jangan kuatir, akan kuhajar habis-habisan tua bangka keparat ini "   Kiranya secara diam-diam Koan San-gwat dan Lok Siauhong sudah berjanji, begitu bertemu dengan Ouw-hay-ih-siu mereka akan turun tangan lebih dulu untuk melabraknya, soalnya Ouw-hay-ih-siu tak pernah membunuh orang, tentu tiada ancaman bahaya terhadap jiwa sendiri.   Kalau urusan lama dibikin geger semakin besar, mungkin dalam peristiwa besar ini ia dapat mengorek sedikit rahasia yang diharapharapkan.   "Gampang kau memutar lidahmu yang tidak bertulang itu!"   Berubah air muka Pok Thian-cun. Cepat Liu Ju-yang menimbrung .   "Pok Thian-cun, jangan kau mencari keributan lain, lebih baik selesaikan dulu perhitungan kita, soal siapa benar mana yang salah tidak perlu diperdebatkan lagi."   "Sudah tentu!"   Senggak Ki Houw.   "para kerabat Mo-pang selamanya tidak meributkan soal tetek bengek!"   Liu Ju-yang melirik ke arahnya serta berkata.   "Ki-siheng, ahli waris Unta sakti tidak termasuk dalam pertikaian ini!"   "Aku tahu !"   Sahut Ki How, tertawa besar.   "Kalian jangan kuatir, sampai dimana aku harus berbicara aku bisa membatasi diriku sendiri."   Bergegas Pok Thian-cun berdiri, serunya "Caranya bagaimana kita harus menyelesaikan perhitungan ini.   Lok Heng-kun, kau jangan bertingkah lagi dengan cambuk panjangmu, meski malam kemaren putri mestikamu, membuat aku rugi, tapi permainannya betapapun masih terpaut lauh dari kepandaianmu, sekarang aku sudah dapat menyelami seluk beluk dari permainanmu yang serba rahasia itu."   Sebelum Lok Heng-kun membuka suara, lekas Koan Sangwat mengedipkan mata kepada Lok Siau-hong, kontan ia berteriak.   "Bangkotan tua yang harus mampus! Kau membual apa? Kalau berani, silakan rasakan lagi cambuk nonamu yang lihay ini!"   Lok Heng-kun terkejut, cepat ia membentak .   "Tutup mulut! Budak setan, tiada bagian kau bicara di sini!"   "Bagus! Hiat-lo-sat!"   Seru Pok Thian-cun menyeringai dingin.   "Agaknya Lohu memang berjodoh dengan keluarga Lok kalian, urusan angkatan tua belum lagi selesai, urusan angkatan muda bakal dimulai lagi.."   "Tua bangka keparat yang tidak tahu malu. Dia masih bocah ingusan."   "Sudah berusia tujuh belas masa terhitung bocah ingusan. Menurut kebiasaan Lohu pertama kali bertemu di atas perahu kemarin, seharusnya tidak kulepas mangsa yang empuk ini,apalagi dia berani bertingkah kepada lohu tapi tidak tahu berdosa, maka Lohu tiada alasan mencari perkara kepadanya. Hari ini dia sudah tahu tapi sengaja berani mainmain dengan aku, maka jangan salahkan aku berbuat.."   "Kau berani!"   Teriak Lok Heng-kun dengan beringas gusar.   "Berani kau menyentuh seujung rambutnya saja.."   Pok Thian-cun tertawa besar, serunya .   "Selama hidup Lohu tiada kenal rasa takut dalam menunaikan hasratku sendiri. Terutama terhadap kalian kakak beradik, sungguh aku menyesal rasanya belum mendapat rejeki Kepada Koan- Siheng, maksudnya kelak pun akan mendapat warisan kedudukannya, bicara soal kedudukan dan jabatan, boleh dikata dia sejajar dengan kau, malah mungkin setingkat lebih tinggi, meski dia bersikap kasar terhadap Ki-siheng, kurasa tidak termasuk bersikap kurang ajar!"   Saking marah muka Ki Houw sampai pucat, jengeknya.   "Agaknya kau tahu banyak mengenai segala peraturan itu." -oo0dw0oo-   Jilid 8 Kini Lok Siau hong memang bekerja menurut rencananya, tapi sikap Lok Heng kun bertiga, rasa urusan agak berbeda, hal ini di luar dugaannya karuan ia tertegun dan kebat kebit, terpaksa ia tanya kepada Liu ju yang yang duduk disebelahnya.   "Cianpwe, kenapa kalian tidak mengijinkan nona Lok melawan bangkotan tua itu, umpama kalah jiwanya kan tidak bakal terancam!"   "Sulit dijelaskan"   Sahut Liu ju yang "Siau hong memang sembrono, akibatnya akan jauh lebih berat dari pada ia segera mati, istri ku dan Lok toaci justru sudah merasakan penderitaan ini, sehingga meraka membekal dendam dan kebencian selama hidup ini."   Koan San gwat tidak berhasil menggerek keterangan yang diinginkan, tapi ia menyadari urusan sangat penting, diam diam hatinya jadi menyesal Siau hong seorang gadis yang polos yang tidak mengenal seluk beluk keculasan manusia, aku yang membujuk dia untuk melakukan perbuatan bodoh ini bila terjadi sesuatu yang marugikan dirinya, aku akan menyesal selama hidup ini.   Karena tekanan Pok Thian cun terpaksa Pok Siau hong harus turun gelanggang, sambil menenteng cambuk dengan sikap gagah ia sudah siap berhadap dengan musuh, adalah Pok Thian cun menyeringai lebar.   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Sekonyong konyong Koan San gwat, berkelebat meninggalkan tempat duduknya melesat kehadapan Pok Thian, tangan terayun koatan ia persen dua kali tamparan dikanan kiri pipi Pok Thian cun, tenaga yang digunakan besar sekali, suaranyapun nyaring.   Karena tidak bersiaga meski Pok Thian cun kena digampar, sedikitpun ia tidak cedera, cuma dengan gusar ia berteriak.   "Bocah keparat apa apaan perbuatanmu ini?"   "Tua bangka yang harus mampus!"   Ujar Koan San gwat tersenyum.   "Kalau kau suka menyelesaikan urusan baru, babak pertama ini kau harus menghadapi aku dulu!"   Kejadian diluar dugaan semua hadirin, Lok Heng kun bertiga berjingkrak berdiri, demikian juga Ki Hauw gusar, Lok Siau hong merasa heran, tak tahu kenapa Koan San gwat melanggar janjinya sendiri.   SeSant lamanya suasana hening tegang, akhirnya Ki Houw membuka suara dengan amarahnya yang meluap "Koan San gwat! Berani kau bertingkah dihadapan Pun coh."   Sambil bertolak pinggang Koan San gwat balas bertanya tidak kalah garangnya.   "Tuan ini orang macam apa?"   Baru saja Ki Houw hampir mengumbar amarahnya. Liu ju yang keburu menyela bicara.   "Kedudukan Siheng hari ini hanya sebagai saksi lebih baik jangan tersesat kedalam pertikaian ini apa pun yang terjadi hari ini kelak masih bisa diselesaikan, dan lagi akhli waris unta sakti belum terhitung kalangan dalam."   Ki Houw tidak menduga alasan yang di kemukakan tadi malah mengikat dirinya pula terpaksa dengan mendengus dingin ia berkata.   "Orang dari kalangan luar ternyata berani kurang ajar terhadapku, maka dosanya lebih tidak berampun!"   Liu Ju yang berpikir sebentar lalu menjawab.   "Kedudukan Siheng diperoleh secara tradisi, sebaliknya Tokko Bing seara langsung menyerahkan lencana unta sakti kepada Koan Siheng, maksud kelak pun akan mendapat warisan kedudukannya, bicara soal kedudukan dan jabatan, boleh dikata dia sejajar dengan kau, malah mangkin setingkat lebih tinggi, meski dia bersikap kasar terhadap Ki siheng, kurasa tidak termasuk bersikap kurang ajar!"   Saking marah muka Ki Houw sampai pucat jengeknya.   "Agaknya kau tahu banyak mengenal segala peraturan itu!"   "Benar"   Sahut Liu Ju yang tersenyum.   "Dalam rapat anggota waktu menegaskan perundang undang ini aku dipercayakan sebagai notulis, maka aku sangat jelas segala seluk beluk peraturan ini, jauh lebih jelas dan mengerti dari orang lain. Meski Siheng berkedudukan diantara ketiga Sam kun, dalam peraturan yang berbelit belit ini, aka percaya belum tentu kau tahu jelas soal peraturan itu dari aku orang she Liu!?"   Sejenak Ki Houw kebingungan, mendadak ia angkat jari kelingking tangan kirinya diatas diatas kelingking itu, ia mengenakan sebuah cincin batu jade warna putih, dia memutar cincin itu dari sebelah sama tampak ukiran kepala setan yang sangat hidup, kata nya bengis "Apakah kalian kenal benda ini?"   Liu Ju yang dan Lok Heng kun berdua seketika berubah air mukanya, mereka berdiri tegap menurunkan kedua tangannya. Ki Houw terkekeh kekeh dingin, katanya .   "Secara resmi sekarang aku keluarkan perintah Sam mo ling, kuberi wakru tiga bulan dalam jangka waktu itu kalian harus datang kemarkas melaporkan diri!"   "Menurut perintah!"   Serempak mereka bertiga menyahut dengan hormat. Sikap Ki Houw berubah kalem dan tertawa tawa lagi katanya.   "Sampai jangka waktunya, aku masih belum melihat kalian, jangan salahkan aku berlaku telengas!"   Dengan suara bergetar Lok heng kun berkata.   "Seumpama dalam tiga bulan ini kami tidak keburu mampus, pasti kami akan mengutus orang mengirim tulang belulang kami ke markas untuk menerima hukuman!"   "UntuKitu kalian tidak perlu kuatir. Cara kerjaku jauh lebih cermat dari mendiang ayah, dalam tiga bulan ini aku tanggung tidak ada orang yang berani menyentuh seujung rambut kalian, tapi kalian masih berani menyembunyikan diri, sampai keujung langit pun aku bisa menemukan kalian, Silahkan duduk!"   Liu ju yang bertiga mengiakan lalu duduk, jelas hati mereka semakin tidak tentram. Maka terdengarlah Ki Houw berkata kepada Pok Thian cun.   "Lok Pok! kau tunggu apa lagi, ayolah mulai!"   Segera Pok Thun cun menggerung kepada Koan San gwat, makinya.   "Keparat majulah! perhitungan lama Tokko Bing hari ini kau bayar seluruhnya!"   Tanpa gentar sedikitpun Koan San gwat menyahut.   "Guruku punya pertikaian apa de ngan bangkotan tua kau ini?"   Seringai Pok Thian cun makin sadis, katanya menggerung . Yang terang kau masih hidup dapat menemui Tokko Bing dan langsung tanya kepadanya. Seumpama jiwamu pendek kaupun bisa bertanya kepadanya."   Koan San gwat tidak sabar, kontan ia ayun telapak tangannya memukul dada orang seraya memaki bangsat, anjing geladak, jangan cerewet! Kekuatan pukulan telapak tangannya bagai damparan ombak menyapa kedepan, namun pok Thian cun mandah tersenyum lebar, tidak berkelit juga tidak menangkis, ia biarkan pukulan dasyst itu mengenai tubuh nya tapi sedikit pun tidak menimbulkan reaksi apa malah membarengi dengan jengek hidungnya, jari tangannya kedepan mengetuk sendi tulang lengan Koan San gwat.   Sedikit banyak Koan San gwat sudah tahu seluk beluk orang, maka pukulannya dia lancar dengan kekuatan penuh dan tidak akan ditarik kembali, kenyataan tenaga pukukan nya memang tidak menimbulkan reaksi apa apa atas musuhnya, maka begitu melihat ketukan jari Pok Thian cun tergerak hatinya sengaja memapak maju ingin dia menjajal sampai di mana kehebatan kepandaian lawan.   Liu Ju yang terperanjat serunya cepat.   "Awas Koan San gwat, jangan menyetuh dia"   Belum lenyap suaranya pukulan kedua pihak saling bentur.   Koan San gwat tidak merasai benturan ini meski tenaga ketukan jari itu cukup kuat namun ia masih kuat bertahan dan tidak terluka tapi timbul semacam perasaan aneh yang timbul dalam badannya seperti gatal dan hangat tidak bisa dikatakan bagaimana perasaannya, ternyata Koan San gwat tidak ambil perhatian sebat sekali kakinya menggelincir mundur, sementara otaknya mencari akal untuk mengatasi musuh.   Wajah Liu Ju yang menunjuk rasa watir yang berlebihan, baru saja ia mau buka suara, Ki Houw sudah menarik muka membentak dingin "Sebagai saksi aku larang penonton banyak mulut mengganggu pertandingan!"   Terpaksa Liu Ju yang bungkam sambil melirik kepada istrinya, agak nya ia mengharap bantuan isterinya.   Tapi Lok Siang kun dingin dan laku seperti tidak peduli sikap suaminya dengan mendelong ia mengawasi gelanggang pertempuran.   Sementara itu, setelah Koan San gwat berputar puluhan langkah sekonyong konyong ia kirim sebuah jotosan.   Agaknya Pok Thian cun punya persiapan yang cukup matang, sikapnya tetap tenang, acuh tak acuh menghadapi serangan hebat ini.   Namun sebelum pukulan Koan San gwat nengenai sasarannya tiba tiba ia merasakan adanya gejala gajul, cepat ia mengerahkan tenaganya hendak merubah haluan, namun sedikit terlambat.   Secara mendada Koan San gwat menarik tenaga pukulanrya , tanpa tertahan Pok Thian Cu terseret maju sehingga badannya sebelah atas doyong kedepan Koan San gwat tersenyum lebar, kontan ia persen dengan sebuah tamparan membalik kesebelah belakang dan tepat menggaplok punggung orang.   Seperti bola tertendang badan Pok Thian cun jatuh terjerembab dan mengelundung beberapa tombak jauhnya baru berdiri lagi.   Serta merta Lok Heng kun menghela napas dan berkata tertegun.   "Bocah ini benar benar jenius, bergebrak baru satu jurus ia sudah meraba, kondisi lawan dan memperoleh akal untuk menguasainya sayang akalnya tidak akan maju gebrak selanjutnya "   Tergerak hati Kaon San gwat mendengar kata kata Lok Hen kun, untuk mencapai hasil tadi, Koan San gwat sudah menghabiskan jerih payah yang cukup berat.   Setelah tahu bahwa kepandaian Pok Thian cun aneh dari luar biasa, tapi ia tidak percaya didalam dunia ini ada manusia yang tidak bisa terluka karena dipukul dan dihajar, pertarungan dengan kepandaian silat adalah pertarungan adu tenaga dan kekuatan, jelas Pok Thian cun memandang ringan pukulannya tentu ada sesuatu aturan tersendiri yang melandasi kepandaian nya.   Maka serangannya yang partama kali tadi hanyalah pancingan belaka untuk menjagai di mana sebenarnya sebab musabab dari keanehan itu.   Dengan bekal ilmu silat dan bakatnya, akhirnya ia menemukan letak keanehan itu.   Ternyata Pok Thian cun memang memiliki semacam ilmu aneh yang luar biasa, badan nya secara reflek timbul suatu tenaga terpendam yang melawan tekanan atau pukulan dari luar semakin besar tekanan atau tenaga itu, semakin besar pula daya perlawanannya kekuatan perlawanan ini tidak kentara dan sulit diketahui orang luar , maka setelah dia kena pukulan kedua kekuatan itu saling bentrok dan sirna tanpa bekas, maka selintas pandang seolah olah sedikitpun ia tidak terpengaruh oleh pukulan yang keras itu.   Otaknya bekerja kilat, akhirnya terpikir olehnya suatu teori dalam ilmu silat yang berbunyi .   "Bagi seorang cerdik cendikia, dia harus dapat merobah tenaga perlawanan itu menjadi tenaga bantuan untuk mendorong."   Menurut teori, pada waktu melancarkan pukulan kedua, tenaga yang dikerahkan bukan tenaga dorongan tapi tenaga sedot yang hebat.   Kali ini Pok Thian cun tidak sadar, maka ia melawan tetap menggunakan caranya yang terdahulu.   Daya perlawanan terhadap tekanan luar kini malah memperkeras daya sedot yang kuat itu sehingga tanpa kuasa badanya tersuruk maju, untung latihannya cukup sempurna, maka reaksinya pun cepat, lekas ia merubah tenaga perlawanannya, namun demikian ia sudah terlambat dan kecundang.   Lok Heng kun dapat meraba seluk beluk ini, dengan gumamnya ia memberi peringatan kepada Koan San gwat, bahwa cara itu sekali berhasil tidak akan berguna untuk kedua kalinya.   Keruan Pok Thian cun naik pitam, seru nya bengis sambil berpaling.   "Lok Heng kun, tak usah kau memberi peringatan kalau bocah keparat ini mampu membanting aku lagi, aku menyerah dengan suka rela."   Koan Sana gwat terseyun sahutnya.   "Untuk membantingmu sekali lagi tedak sulit usia dan kedudukanku cukup tua dan tinggi, setelah kalah sejurus pantas kau tak malu dan mengaku kalah saja!"   "Benar!"   Liu Ju yang ikut menimbrung.   "Pok Thian cun, kau seangkatan dengan Tokko Bing, gurunya, kalah yang sudah sepantasnya mengaku kalah!" "Tidak!"   Sahut Ki Houw menggeleng.   "Terhitung juri apa kau ini? Kenapa kau bantu tua bangka ini memungkiri kekalahannya!"   Demikian maki Koan San gwat gusar, Ki Houw menarik muka, sikapnya ketus ujarnya.   "Dalam hal apa aku berlaku kurang adil?"   Kata Koan San gwat menuding Pok Thiam cun.."Dia sudah terbanting jatuh, apakah tidak terhitung kalah?"   Ki Houw manggut manggut, sahutnya "Sudah tentu, tapi kau tadipun kena tutukan Cun yang ci, satu sama lain saling impas, malah kau rada mengambil sedikit keuntungan!"   Koan San gwat melengak dibuatnya tanyanya "Bagaimana setelah kena tutukan Cun yang ci tadi?"   "Silahkan kau tanya kepada mereka taci adik, nanti kau tahu bagaimana akibatnya!?"   Demikian jengek pok Thian cun sambil menuding Lok Heng kun berdua.   Gejulak amarah membuat selebar muka Lok Heng kun dan Lok Siang kun merah padam namun mereka malu membuka mulut.   Mendengar nama tutukan itu serta melihat sikap Lok Heng kun berdua ditambah perasaan hatinya, lambat laun Koan San gwat dapat meraba sasaranya, maka sambil tertawa ia bertanya.   "Berapa lama Cun yang ci mu itu akan menunjukan kasiatnya?"   Pertanyaan ini merubah air muka pok Thian cun, Liu Ju yang dan Lok Heng kun berduapun sama mengunjuk rasa heran dan curiga. Kaca Lok Heng kun kepada adiknya "Aneh, mungkin lwekang bangsat tua ini sudah loyo dan tak berguna lagi?"   "Bohong!"   Teriak Pok Thian cun.   "Apakah kalian berani mencoba sekali lagi, kutanggung kalian bakal menikmati pula sorga dunia" "Bangsat keparat! Lok Siang kun yang berangasan segera mengumpat.   "Tidak malu kau membuka mulut demikian, ingin rasanya kubeset kulit mu secara hidup hidup!"   Kedua tangannya menekan kursi, badannya segera melayang kedepan, ditengah udara lengan bajunya dikebutkan kedepan menggulung muka Pok Thian cun, lekas Pok Thian cun menekuk leher berkelit, tapi gerak gerik Lok Siang kun tidak berhenti sampai disitu saja, lengan bajunya lagi lagi dikebaskan keluar.   Sebelum rangsakkan hebat ini mengenai sasarannya tiba tiba ditengah udara berkelebat pula sesosok bayangan, tangannya miring ke bawah, cras.   lengan baju Lok Siang kun ditabasnya sobek separo.   Karena kehilangm keseimbangan badan, terpaksa badan Lok Siang kun meluncur kesamping duduk ditanah.   Karuan Lok Heng kun dan Liu Ju yang terkejut, serempak mereka menubruk maju hendak membantu.   Bayangan yang menabas kutung lengan baju itu ternyara Ki Houw adanya, kontan ia membentak bengis .   "Apakah kalian sudah bosan hidup, berani bertingkah dihadapan Pun coh!"   Suaranya keras bagai geledek mengguntur Lok Heng kun berdua jadi kuncap nyalinya cepat mereka berdua menghentikan aksinya dan berdiri tegak, sejenak kemudian dengan rasa was was baru Liu Ju yang angkat bicara.   "Siheng sebagai juri kenapa kaupun turun tangan mencampuri urusan ini?"   "Kau harus tanya istrimu yang cacad itu."   Liu ju yang terbungkam, sambil menahan gusar terpaksa ia payang istrinya kembali ketempat duduknya.   Dibawah pandangan Ki Houw yang dingin dan tajam terpaksa Lok Heng kun mundur ketempat duduknya.   Maka berkatalah Ki Houw sambil berpaling kepada Koan San gwat.   "Lo pok, agaknya memang kau sudah kalah." "Aku tidak percaya?"   Teriak Pok Thian cun.   "Harap juri suka menanti sebentar lagi."   "Tidak usah menunggu tutukanmu tadi memang terasa juga, tapi sekarang sedikitpun tidak menimbulkan gejala apa apa."   Dengan nanar Pok Thian cu mengamati Koan San gwat, dilihatnya sikap orang masih gagah penuh semangat, gairahnya melimpah limpah, sedikitpun tidak menujukan perubahan apa apa, terpaksa ia tutup mulut.   Tergerak hati Ki Houw ia manggut kearah Koan San gwat seraya berkata.   Saudara memang luar biasa, entah dapatkah kami mengjukan sebuah pertanyaan?"   "Saudara sebagai juri sudah tentu punya hak mengajukan pertanyaan?"   "Tidak"   Kata Ki Houw menggeleng. Juri hanya memutuskan kalah dan menang, mencegah orang main keroyok, soal mengajukan pertanyaan, belum tentu dia punya hak main selidik terhadap seseorang, maka saudara boleh menolak pertanyaan yang kuajukan!"   "Aku tidak merasa simpatik terhadap kau, namun sebagai juri agaknya kau dapat bertindak secara adil, maka bolehkah aku menjawab pertanyaanmu."   Berubah air muka Ki Houw, tapi ia menahan sabar, katanya.   "Tutukan Cun yang ci Lo pok tidak pernah gagal, dengan apa saudara menghindar dari tutukan jarinya?"   Koan Sangwt berpikir sebentar lalu menjawab.   "Sebelum menjawab pertanyaan, inginku tahu lebih dulu sifat sifat dari Cun yang ci itu!"   "Masa kau tidak merasakan? tanya Pok Thian cun sebal. "Perasaan sih ada cuma waktunya terlalu pendek, seolah olah punggung kena sinar msatahari pagi, panas hangat seperti ada ulat merambat didalam badan."   "Selanjutnya bagaimana?"   Tanya Pok Thian cua pula.   Selanjutnya sepeti tidur dalam impian, musim semi, maka kuusulkan lebih baik nama tutukan itu diginti dengan Cun bang ci saja.   Saking murka Pok Thian cun hendak mengumpat caci, tapi kuncup oleh pandangan tajam mata Ki Houw.   Itulah semacam ilmu sesat yang jahat dan memalukan Liu Ju yang meninbrung coba menjelaskan "Goh San sin,"   Tukas Ki Houw dengan mendelik, sebagai seorang kerabat Mo pang tidak pantas kau menimbulkan ilmunya seburuKitu!"   Terpaksa Liu Ju yang tutup mulut Koan San gwat tahu mereka takut sama Ki Houw segera berkata.   "Kini ku rada paham, Cun yang ci itu mungkin semacam ilmu yang dapat membangkitkan nafsu yang berkobar kobar sehingga manusia hilang kesadarannya."   "Tepat sekali. Itulah ilmu tunggal Lo pok yang tiada duanya,"   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ujar Ki Houw tertawa lebar.   Koan San gwat mencemoh dengan hina "Tak heran ku tidak terpengaruh oleh kesesatan ku.   Karena beberapa Waktu yang alu aku pernah diracun oleh manusia licik dan diobati sebutir pil Ping sip cian bing san dari seorang tabib kenamaan, kasiat obat itu dapat memunahkan segala racun, dapat pula membersihkan hati menghilangkan hawa nafsu"   "Kiranya begitu, sekarang aku paham!"   Ujar Ki Houw manggut mangut lalu berpaling kearah Pok Thian cun dan berkata dengan kereng.   "Lo pok sekarang kau terima kalah tidak?"   Pok Thian cun tunduk tak bersuara. Ki Houw berkata pula.   "menurut adat kebiaSannmu setelah kalah harus segera menggelinding pergi, untuk apa kau tinggal disini?"   Baru saja Lok Heng kun hendak membuka suara, Ki Houw sudah mengepalkan tangan katanya "Sudah jangan banyak kata lagi! Aku tahu maksud kalian, pertikaian kalian dengan Lo pok memang sulit dibereskan.   Maka biar aku yang menugar, tiga bulan yang akan datang, kalian datang lapor kemarkas besar di sana nanti kalian bisa menyelesaikan urusan ini, baru selanjutnya membicarakan urusan lain."   "Terima kasih Mo kun!"   Ujar Lok heng kum lirih. Sebaliknya Lok Siang kun diam saja "Tidak perlu sungkan sesama kerabat dalam satu Pang. sudah sepantasnya aku sedikit memberi kelonggaran kepada kalian."   Lalu ia mengulap tangan, pok Thian cun segara mau ngeloyor pergi. Ki Houw menjura kepada Koan San gwat serta berkata.   "Selamat bertemu, Selamat bertemu! Naga naganya kita harus berkenalan lebih intim."   Koan San gwat membalas hormat, katanya.   "Tuan tadi cuma mengunjuk sejurus kepandaian, tapi sudah kelihatan membekal kepandain yang hebat, aku orang ske Koan jadi gatal dan ingin mohon pengajaran."   Lok Heng kun dan Liu ju yang berdua jadi gelisah, berulang mereka memberi isyarat dengan kedipan mata Tapi Koan San gwat anggap tidak melihat, Ki Houw bersikap kalem ujarnya "Kasempatan masih banyak, kenapa mesti hari ini!"   Sebaliknya Koan San gwat mendesak katanya.   "Aku memikul banyak tugas berat, mati hidup sulit diduga, kuharap saudara bisa menentukan waktunya."   Ki Houw tersenyum ujarnya.   "Bukankah kira sudah mengajukan waktu, kuharap tiba pada waktunya, saudara tidak ingkar janji dan tiba di Tay San koan tepat pada waktunya."   Koan San gwat terkejut, teriaknya "O, jadi kau adalah unta terbang."   Seiring gelak tawa Ki Houw bcrkelebet mengejar dibelakang Pok Thian cun dan sebentar saja menghilang, di udara berkumandang suara jawabannya.   "Aku memang Hwi te ling cu!"   Semua orang dalam pendopo sekian lama nya menjublek tak bersuara dan tidak bergerak akhirnya Koan San gwat yang membuka kesunyian.   "Tak terduga unta terbang kita adalah dia."   "Koan siapa,"   Ujar Lok Heng kun dengan wajah kaku "Ada persoalan aku mohon bantuanmu."   "Cianpwe ada pesan silakan karakan saja!"   "Aku hanya punya anak tunggal Siau hong, biasanya terlalu kuumbar jadi sifatnya suka aleman dan bugal untuk selanjutnya kuharap Siau hiap luka memberi petunjuk dan bimbingan, supaya dia tidak menjurus kejalan sesat" "Kenapa Cianpwe berkata demikian."   "Bukankah Siauhiap saksikan sendiri, tiga bulan ini kami harus melaporkan diri sekali pergi entah mati atau hidup sulit diduga apakah bisa kembali lagi, sukar di ramal kami harap adanya hubungan kental kami denga gurumu, kau pandang patriku.."   Hembusan angin musim ronrok yang deras menghamburkan daun pohon yang beterbangan, sinar surya redup menyinari Tay san koan, benteng pertempuran kuno yang sunyi sepi.   Bertengger diatas kuda, cahaya matahari menarik panjang bayangan badannya kesebelah samping.   Hatinya sedang gundah dan, gelisah, waktu yang telah dijanjikan oleh Unta Terbang.   Hari yang sudah dinanti nantikan sekian lamanya untuk mendapat jawaban berbagai pertanyaan yang selalu mencekan dalam sanubarinya.   Tapi dari pagi ia menunggu sempai magrib bayangan Unta terbang tak kunjung tiba.   "Apakah dia ingkar janji?"   Tidak jauh di sebelah sana Lok Siem hong dan Lam Sam thay sedang duduk di atas tunggangannya, menunggu dengan tenang.   Biasanya Lok Siau hong paling lincah, namun kini ia berusaha pendiam, dalam waktu yang pendek ini, banyak pengalaman dan perubahan yang dialami.   Hari ketiga setelah kedatangan Cu hay ih siu, ibu, dan pamannya sama menghilang, ia tahu bahwa mereka menuju, ke suatu tempat untuk melaporkan diri, namun semua kejadian ini justru meninggalkan teka teki baginya.   Kini dalam dunia ini ia tidak punya sanak kadang lagi, terpaksa ia ikut Koan San gwat.   Sang surya sudah tenggelam, hari sudah mulai gelap, Koan San gwat jadi tidak sabar lagi, sambil keprak kudanya menghampiri kearah Lok Siauw hong berdua mulutnya mengomel .   "Mungkin dia tidak datang!"   Tiba tiba dari kejauhan didengarnya derap langkah kuda yang ramai mendatangi, seketika terbangkit semangat Koan San gwat gumamnya.   "Sudah datang! Kenapa terlambat selama ini!"   Setelah dekat tampak dua kuda berlari mendatangi, kedua penunggangnya jelas adalah dua laki laki, perasaan Koan San gwat kembali tenggelam, ia tahu bahwa yang mendatangi terang bukan unta terbang, alias Ki thian mo kun Ki Houw.   Setelah tiba di hadapan lebih jelas lagi ke dua penunggang kuda itu ternyata adalah Sun Cit dari Siang ing Piaukiok, seorang yang lain adalah Ciong lam Ciangbun Lu bu wi.   Kedatangan Lu bu wi ini jelas hendak menuntut balas bagi kematian kedua muridnya yaitu Loh he siang ing, tapi kenapa datang sendiri tanpa membawa pengiring.   Tapi bergegas ia bersoja.   "Cianbujin apa khabar, apakah anda hendak mencari unta terbang? Dia ingkar janji!"   Diluar dugaan Lu bu wi malah menjawab "Tidak! Sebentar lagi Unta terbang akan tiba!"   Koan San gwat melengak, katanya.   "Dari mana Ciangbunjin tahu?"   "Waktu datang sebenarnya Losiu membawa enam murid yang paling kuat ditengah jalan tadi kena dibunuh orang semuanya menurut laporan Sun Cit bahwa perempuan adalah unta terbang!"   "Apa! unta terbang seorang perempuan?"   Sambil melelehkana air mata Lu bu wi berkata menarik napas "Benar! perempuan memiliki kepandaian silat yang aneh, dalam empat lima juru saja enam muridku yang terkuat itu dirobohkan mandi darah.   Kalau dia tidak menaruh belas kasihan, Losiu juga tidak luput dari kematian!"   Koan San gwat tertunduk, ia menerawang unta terbang mana yang tulen. Terdengarlah Lu Bu wi melanjutkan.   "Setelah membunuh keenam muridku seru Unta terbang ada titip kabar supaya disampaikan kepada Lingcu katanya karena Unta sakti dan patung emas Ling cu terlambat tiba, maka diapun baru akan tiba setelah bulan bercokol dicakrawala!"   "Aku jadi bingung,"   Kata Koan San gwat sebenarnya yang mana yang tulen.   "Maksud Lingcu Unta terbang ada yang tulen dan ada yang palsu?"   "Ya, beberapa waktu yang lalu aku pernah berhadapan langsung dengan Unta terbang, dia adalah laki laki tulen bernama Ki Houw.."   "Salah!"   Ujar Lu Bu wi menggeleng kepala.   "Unta terbang yang Losiu hadapi jelas adalah seorang perempuan!"   Koan San gwat menerawang sebentar lalu katanya tegas.   "Peduli apa laki atau perempuau yang jelas sepak terjang unta terbang terlalu culas dan kejam, nanti aku harus menumpas nya supaya tidak meninggalkan bibit bencana pada masyarakat ramai!"   Ditengah malam nan sunyj jauh dibawah sana sayup sayup terdengar suara kelentingan unta yang nyaring nan jelas. Seketika bergerak Koan San gwat, serta merta seperti akan dirinya ia berteriak sekeras keras.   "Sahabatku! Aku disini!"   Tak lama kemudian seekor unta tingi besar berbulu putih berlari cepat bagai terbang, menghampiri kearah dirinya, kelenting dibawah lehernya berbunyi semakin nyaring.   Lekas Koan San gwat melompat terbang maju memapak dan memeluk lehernya dengan perasaan haru ia berteriak .   "Sahabatku, akhirnya kita bertemu lagi, sungguh aku sangat kangen kepadamu!"   Unta putih itu juga mengusupkan kepalanya dalam pelukan Koan San gwat, lidahnya menjilat punggung tangannya, manusia dan binatang saling berpelukan sedemikian akrab dan mesra.   Dibawah cahaya rembulan yang redup dari balik semak semak pohon muncul pula sebuah bayangan hitam yang tinggi besar.   Itulah seekor Unta hitam mulus di punggung nya bercokol seorang gadis yang memakai baju serba hitam pula, terdengarlah ia mejengek dingin, Koan San gwat bertanding kita boleh dimulai sekarang.   Waktu Koan San gwat angkat kepala dalam keadaan yang masih diliputi keharuan seketika ia terperanjat.   Raut wajah sigadis yang dingin dan kaku ini lapat lapat masih berkesan dalam sanubarinya sejenak ia berpikir, baru ingat gadis ini ternyata bukan lain adalah Khong Ling ling adanya.   Kontan menjerit kaget .   "Bagaimana bisa kau!"   Khong Ling ling tertawa tawar, sahutnya.   "Kenapa tidak boleh aku, kau bisa jadi Bing tho ling cu, akupun boleh saja menjadi Hwi tho ling cu."   "Aku pernah ketemu dengan orang yang bernama Ki Hauw, diapun mengatakan dirinya sebagai Hwi tho ling cu"   "Itupun tidak salah, Hwi tho ling cu tidak terbatas cuma satu orang saja, boleh dia boleh juga aku. Aku adalah dia, dia adalah aku.."   Sudah tentu Koan San gwat menjadi bingung dan tak mengerti, sekian lama ia menjublek mengawasi gadis dihadapannya ini, bukan saja ia tidak mengerti maksud kata katanya, iapun tidak percaya bahwa dia adalah Hwi tho ling cu itu.   Melihat orang berdiri rnenjublek, Khong Ling ling jadi berang teriaknya "Koan San gwat jangan kau pura pura pikun, masa kau tidak kenal aku"   "Sudah tentu aku kenal kau, waktu di Kun lun san"   "Jangan kau singgung tempat itu?"   Tukas Khong Ling ling dengan sikap kasar dan uring uringan.   "Sudah tentu kau tidak berani menyebut pula nama tempat itu karena disana kau melakukan perbuatan durhaka, dan berusaha membunuh guru sendiri"   "Kejadian itu bukan apa apa bagiku nenek tua renta tidak setimpal menjadi guruku. Meskipun selama sepuluh tahun dia mengajar ilmu silat kepadaku tapi diapun telah nenyia nyiakan waktuku 10 tahun permainan cakar ayamnya itu dalam pandanganku sekarang, tidak berharga sepeserpun"   "Kentut, jangan mengudal mulutmu yang busuk. Nada bicaramu ini masa terhitung seorang manusia"   "Orang she koan, kaupun jangan memaki orang. Kau tahu kenapa aku tidak suka kau menyinggung urusan lama di Kun lun san itu. Aku cuma benci pada diriku kenapa aku menyiakan kesempatan untuk membunuh musuh besar ayahku. Waktu itu bila aku tahu kau adalah pembunuh ayahku, tentu"   "Khong Ling Iing! kedengarannya mulutmu manis, sedangkan terhadap guru yang berbudi sedalam lautan kau berani membangkang, aku tidak percaya kau begitu simpatik akan kematian ayahmu."   "Orang she Koan!"   Desis Khong Ling ling dengan marah yang meluap luap, serunya sambil melolos pedang .   "Jangan cerewet lagi, patung emasmu ada diatas untamu, ayo keluar kan dan kita tentukan siapa menang siapa kalah. Hari ini adalah pertempuran mati atau hidup jangan berhenti bila satu pihak belum roboh binasa."   "Hari ini aku berjanji dan hanya bertanding melawan Unta terbang yang tulen!"   "Akulah Unta terbang adanya!"   "Tapi yang mengikat perjanjian bukan aku, dia bernama Ki Houw seorang laki laki."   "Dia adalah suamiku, kami menggunakan julukan yang sama, kau paham!"    Suling Pusaka Kumala Karya Kho Ping Hoo Kidung Senja Di Mataram Karya Kho Ping Hoo Tiga Dara Pendekar Siauwlim Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini