Ilmu Golok Keramat 10
Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung Bagian 10
Ilmu Golok Keramat Karya dari Chin Yung Sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba ia dengar ceng ciauw Nikouw berkata. Baiklah, kau boleh bersedia. Berbareng ia gerakkan kebutannya menyerang pada co Tong Kang. Kebutan itu ketika digerakkan lantas perlihatkan sinar ke kuning-kuningan, mengurun pada dirinya co Tong Kang. Tapi orang she co itu juga sudah siap sedia untuk menangkisnya. ia menggunakan senjatanya yang dinamai Liat-hwe-kie atau Panji Api . Gerakan mereka cepat sekali. Kebutan dan Panji Api menari-nari dengan indahnya, masing-masing mengarah jalan darah lawannya. Pertandingan berjalan seru, tapi setelah sepuluh jurus lantas dapat diketahui bahwa nikow itu berada dibawah angin. Serang-serangannya yang gencar tadi mulai kendor kena tekan oleh serangan hebat co Tong Kang. 236 Tiba-tiba ceng ciauw Nikow keluarkan bentakan keras, kebutannya digetarkan dan dimainkah lebih cepat lagi. hingga dirinya seperti terbungkus oleh sinar kuning yang keluar dari kebutannya. Dengan merubah permainan pukulannya ceng ciauw Nikouw dapat memperhatikan diri dari desakannya co Tong Kang yang dahsyat. ceng ciauw Nikouw mengerti, bahwa senjata Liat hwe kie, lawan adalah senjata khusus untuk memunahkan senjata gelap yang kecil-kecil, maka juga ia tidak berani sembarangan menggunakan senjata rahasianya Tok-kim chi. Ia kebingungan juga melihat ilmu silatnya kalah dari lawan, mau mengeluarkan senjata gelapnya merasa ragu ragu, habis bagaimana baiknya menyudahi pertempuran ini? Ho Tiong Jong melihat si nikouw keteter, lalu berteriak Hei, cong ciauw Nikouw cepat-cepat kau melarikan diri Tiong Jong, kau jangan bikin gelisah hatinya, kata Tong Kang sambil ketawa terkekeh-kekeh, kau lihat aku bikin dia terputar-putar, ha ha ha... ceng ciauw Nikouw mendelu hatinya mendengar kata-katanya co Tong Kang. Ia ada satu wanita yang biasa jalan hitam (Jahat). tabeatnya telengas dan kejam, bukan nya sedikit orang yang binasa dibawah tangannya. Kini ia harus menempur lawan berat, ia sukar mengalahkannya, kalau kesudahannya ia pecundang bagaimana ia ada muka menemui kawan-kawannya? co Tong Kang sangat cerdik dalam tiap pertempuran, Ia selalu menempur musuh dengan didahului perang urat syaraf, membikin musuhnya menjadi meluap amarahnya dengan beberapa perkataannya yang menusuk hati. Kini siasat perang urat syaraf menang dari ceng ciauw Nikouw, maka tinggal ia mendesak musuhnya lebih hebat lagi sehingga ia tidak berdaya, akan kemudian dapat dibunuhnya. NIKOUW itu timbul keganasannya ketika terus menerus kena desakan oleh lawannya. sekejap saja ia sudah ambil over penyerangan, kebutannya berkelebatan mengeluarkan sinar kuning yang berkeredepan. 237 Tapi coTong Kang melayani padanya dengan tenang malah ia tidak mau membuka serangan membalas, hanya menutup dirinya dengan senjatanya yang ampuh Liat hwe kie. Sebentar lagi kelihatan ceng ciauw Nikouw mengayun tangannya, segera tiga sinar keemas-emasan melayang mengarah dirinya co Tong Kang dan satu sinar melayang ke arahnya Ho Tiong Jong. Itulah senjatanya ceng ciauw Nikouw yang sangat diandalkan, yalah Tok kim-chi atau Uang emas beracun, yang berupa uang dengan pinggirannya tajam bergigi direndam dalam racun. Maka, siapa yang terkena senjata rahasianya ini pasti akan melayang jiwanya menemui Giam lo ong. ci Tong Kang melihat si nikow telah melepaskan senjata rahasianya, menjadi gelisah karena selainnya ia harus menjaga dirinya sendiri dari serangan musuh, juga ia harus melindungi dirinya Ho Tiong Jong. Senjata rahasia tiga biji yang mengarah dirinya dengan mudah ia gulung dengan Panji Apinya, tapi Ho Tiong Jong bagaimana? Pemuda itu menjadi kaget ketika senjata rahasia nikow jahat itu mengarah dirinya, ia bingung karena rantai yang merintangi dirinya masih belum dapat putus semua, hingga ia tidak dapat bergerak dengan leluasa. Dengan apa boleh buat, ketiga senjata rahasia itu menyamber kemukanya ia telah membuka mulutnya dan menggigit dengan tepat sekali. Kejadian ini tak dilihat oleh co Tong Kang ia ini hanya melihat Ho Tiong Jong sudah terkena senjata rahasianya si nikow jahat, ia menduga Ho Tiong Jong tentu binasa oleh karenanya. Ho Tiong Jong pura-pura terkena oleh senjatanya si nikow, ia telah tundukkan kepalanya dengan teklok seolah-olah ia telah binasa co Tong Kang yang melihatnya sudah tidak mengambil perduli lagi. Kenapa ceng ciaw Nikouw menyerang Ho Tiong Jong? Itulah karena dalam anggapan nikow jahat itu Ho Tiong Jong ada orangnya Seng Eng dan ditahan dalam tempat tahanan itu hanya merupakan umpan untuk menjebak orang saja. ia tidak tahu pemuda itu tidak mau diperalat Seng Pocu. 238 cong Tong Kang pikir Ho Tiong Jong tak termasuk partainya, maka kematiannya untuk apa diambil pusing, lebih baik ia mengerahkan tenaganya meneruskan pertempuran dengan ceng ciauw Nikouw. Ia terus mendesak lawannya. Meski kebutannya si Nikouw berkelebatan mengurung dirinya, tidak dapat mendekati tubuhnya yang dilindungi oleh Panji api. ceng ciauw Nikouw menjadi jengkel. Kembali ia merogoh sakunya dan mengeluarkan dua buah senjata rahasianya disambitkan kepada musuhnya. Lagi-lagi senjata rahasianya tidak berdaya menghadapi senjata Panji Api co Tong Kang dan telah kena digulung mentah-mentah. ceng ciauw Nikouw semakin jengkel. Ia jadi nekad. kebutannya dimainkan lebih hebat lagi menyerang musuhnya. Tapi co Tong Kang juga tidak tinggal diam. Ia mengerti nikouw jahat itu hendak angkat kaki melihat serangan-serangannya yang bertubi-tubi seperti mencari kesempatan untuk melompat keluar dari kalangan perkelahian. Ia lalu mengerahkan tenaganya ke telapak tangannya, dengan ilmunya Thiat-cian kang (telapakan tangan besi), sambil menggulung senjata rahasia sang lawan, ia telah mengirimkan serangannya yang maha dasyat itu. Kebetulan ceng ciauw Nikow menjadi tertahan kena angin serangan tadi. Tapi hanya sebentar saja, sebab di lain saat kebutan itu bergerak lagi dan dapat memukul jalan darah pada sikunya co Tong Kang. Keadaan orang she co itu menjadi berbalik buruk. Ia terdesak musuhnya co Tong Kang juga jadi nekad. Ia lalu bersiul nyaring, tampak tubuhnya melesat tinggi dan dari atas menyerang musuhnya dengan tipu pukulan Kuda Pemberani melayang diudara , tapi Nikow jahat itu juga cerdik dan sudah bisa menghindarkan serangan lawan, kemudian ia cepat melarikan diri diuber oleh co Tong Kang. Tiba tiba ia mendengar suara orang membentak disebelah depan. Hatinya Nikow jahat itu kebingungan, didepan ada musuh dan dibelakang dikejar musuh, ia jadi tergencet ditengah-tengah. celaka, pikirnya, bagaimana ia bisa meloloskan diri? orang yang menghadang didepannya itu berbadan gemuk, laki-laki setengah tua dengan muka merah. orang itu kelihatan mendorong dua tangannya, dari mana meluncur keluar angin yang dahsyat sekali. ceng ciauw Nikow menjadi nekad, dengan kebutannya ia coba 239 menangkis serangan orang. Tapi tidak tahan dan tubuhnya telah terdorong mundur hingga dua tindak. Hatinya tambah gelisah. Siapakah gerangan orang yang demikian kuat tenaga dalamnya? ceng ciauw Nikouw sudah lemas, tinggal dibekuk saja. ALAM keadaan demikian, nikouw jahat itu sudah mandah terima nasib akan tertawan oleh musuhnya. Tapi ketika si muka merah datang menghampiri, tiba-tiba ada berkelebat bayangan kecil langsing dan turun menyelak di antara mereka. Si muka merah menjadi kaget. Oh. ciauw Toa-nio juga datang kemari? serunya. Kiranya yang menyelak itu ada seorang nenek yang dikenal dengan nama ciauw Toa-nio dalam kalangan kang ouw. Ia disegani oleh kawan dan lawan, maka juga kedatangannya telah membikin kaget si gemuk muka merah tadi. setelah tertawa terkekeh-kekeh. ciauw Toa-nio berkata. Maafkan aku. Melihat kalian sudah turun tangan bertempur, maka tidak enak kalau aku si nenek tinggal enak-enakan berpeluk tangan, bukan? Menggunakan kesempatan si muka merah pasang omong dengan ciauw Toa-nio, si nikow yang sudah kepepet, telah gerakan kakinya meninggalkan tempat itu. ciauw Toa-nio juga sudah gerakan tubuhnya mencelat hilang dari situ. Co Tong Kang melihat itu, lantas berteriak. Hei, Kim toako, kaujangan kasih lolos nikow itu Berbareng tubuhnya melesat hendak mengejarpada ceng ciauw Njkouw, akan tetapi orang berbadan gemuk muka merah tadi sudah mencegahnya. Sementara itu ceng ciauw yang sudah dapat meloloskan diri, terdengar suara ketawanya yang bergelak- gelakjauh disebelah luar. Terdengar Ang-bin Lojin (orang tua muka merah) berkata. Co hiante, kaujangan berlaku sembarangan. Kini belum waktunya untuk kita membuka kartu. Kau harus banyak bersabar. Oo, kau hanya menggertak saja. jawabnya sambil ketawa nyengir. Tapi begitu mengetahui nikouw itu sudah jauh, ia menambahkan. Sayang, nikouw itu lolos. Akn sebenarnya ingin membunuhnya. Ang bin Lojin ketawa gelak-gelak. 240 Co hiante, buat apa kau mencari urusan Nikouw itu sudah sepuluh tahun lamanya ada bertinggal digunung Siauw-tong Kit-sin san dalam goa ceng ciauw teng. Tenaga dalamnya cukup mahir. Aku bicara terus terang. ceng ciauw Nikow memang ada musuh kita yang terhitung kuat. Kalau suhu nya yang bernama Ya Sin Bo nanti muncul bersamanya, benar-benar urusan akan jadi runyam, terpaksa kita harus mencari bantuan. Ya, co hiante rupanya masih ragu-ragu yang Ya Sih Bo itu sudah mati. Memang juga ada kemungkinan dia belum mati. coba pikirkan, orang yang melatih silat tubuhnya ada banyak lebih sehat dari orang biasa, seperti kau tahu dalam golongan kita masih ada tiga orang yang masih sehat-sehat saja keadaannya dan tiga orang itu umurnya hampir bersamaan dengan Ya Sin Bo. Sepuluh tahun yang lalu Ya Sin Bo ada tinggal di Siauw tong Kit sin-san. Setelah ini ia telah pindah ketempat yang lebih kesebelah timur dari tempatnya yang ditinggali semula. Aku sangsikan bahwa dia kini sudah mati, sebab siapapun belum pernah ada yang pergi kesana. Ya. Kim toako, barusan aku menyatakan ingin membunuh ceng ciauw karena mengingat ketelengasannya. Dengan senjata rahasianya yang beracun, bukan saja dia serang aku, tapi Ho Tiong Jong yang dalam keadaan tidak berdaya juga diserang hingga binasa. Oo, itu orang yang terendam dalam air yang kau maksudkan? Ya, betul dianya. Aku lihat dia seperti masih hidup dan badannya bergerak Berdua lalu pergi memeriksa keadaan Ho Tiong Jong. Keadaan Ho Tiong Jong memang seperti sudah mati, kepalanya teklok dan hidungnya hampir kerendam air. Mereka berpendapat bahwa Ho Tiong Jong sudah binasa, karena kalau masih hidup dan bernapas, air didekat hidungnya itu tentu bergerak gerak kena tiupan hidungnya. Kini toh diam diam merasa heran. Ya, aku heran sekali, dia betul betul mati. Apakah dia mati karena serangan ganas si nikow tadi? 241 Ya, sudah tentu karena serangan nikow itu. Dia menyerang dengan kejam kearahku dan kearah Tiong Jong dengan berbareng. Aku tidak bisa melindunginya dari sebab aku sendiri juga repot untuk menghindari serangan si nikouw. Ha ha ha... Kim Toa Lip tertawa. Dalam hal ini, mana dapat orang menyalahkan padamu. Kau tak usah kuatir orang akan mencelamu? Setelah berkata. Kim Toa Lip lalu turun mendekati Ho Tiong Jong yang ketika itu dapatan masih dirantai pada sebuah tiang batu. Ia meneliti sejenak. tiba-tiba ia menghela napas. Sungguh sayang orang ini mati konyol. Tulang-tulang bakatnya untuk menjadi satu akhii silat bagus sekali. Dalam seratus tahun belum tentu ada muncul satu orang yang mempunyai bakat seperti dia bagusnya. Sampai disini tiba-tiba ia seperti ingat sesuatu setelah menatap wajahnya Ho Tiong Jong, lalu berkata lagi kepada co Tong Kang. Hei, co Hiante, kau tentu tahu. orang ini pada lima tahun yang lalu pernah datang ke rumahku, dia telah mendapat hadiah pelajaran delapan belas jurus ilmu golok keramat dari Siauw-lim pay. cuma sayang, baru dua belas jurus, ia sudah meninggalkan rumah kami Bagaimana dia dapat hadiah begitu mudah, apakah dia sudah berbuat jasa? Duduknya perkara sederhana saja. Gara-gara boneka anakku Hong Jie kecemplung kedalam sawah, dia yang telah menolong ambilkan. Hong Jie sudah merasa sangat berterima kas ih kepadanya dan merasa kalau dia dalam keadaan kedinginan. Maka atas desakan Hong Jie pada ayahku, maka ia diberi hadiah ilmu golok terkenal itu. Tapi kenapa dia baru belajar dua belas jurus sudah meninggalkan rumah toako? Kau tentu kenal tabeat ayahku, yang paling suka dengan kebersihan. Waktu itu Tiong Jong masih merupakan anak gelandangan, Ayahku meskipun benar memberi pelajaran dengan sungguh sungguh, tapi beliau sikapnya agak dingin terhadapnya. Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sedang Tiong Jong bertabeat angkuh, tidak bisa terima perlakuan ayahku itu. Keduanya tidak cocok. maka ketika Tiong Jong disuruh pulang dahulu setahun untuk melatih dalam peraktek apa yang diajarkan dan diminta kembali setelah tempo setahun itu, ternyata 242 dia tidak balik kembali Jadi masih ada enam jurus ilmu yang lihay itu belum diturunkan kepadanya. Sungguh sayang sekali. Co Tong Kang menganggukkan kepalanya. Memang harus dibuat sayang ia menggrendeng. Ayahku sebenarnya tahu bahwa bakat Tiong Jong sangat bagus, sukar didapatkan yang keduanya, akan tetapi karena tabeatnya pun ada luar biasa, maka ketika Tiong Jong tidak kembali lagi beliau sudah tidak mau ambil pusing lagi. Sayang. kata co Tong Kang. Aku tidak nyana, setelah lima tahun berselang Tiong Jong berubah demikian rupa. Kalau waktu itu dia sudah begini gagah, tentu ia sudah diangkat menjadi wakil dari Kim pocu. co Tong Kang hanya anggukkan kepala dan mengikuti Kim Toa Lip naik tangga lagi dan keluar dari kamar tahanan itu. sebelum melangkah pintu, Kim Toa Lip berkata co Tong Kang. Eh, hal kematian Tiong Jong sebaiknya ditutup pada rapat-rapat, jangan sampai tersiar keluar, sebab darinya kita bisa gunakan sebagai umpan untuk membasmi musuh kita. Mana bisa, jawab co Tong Kihg. Kita bisa menutup rahasia ini, tapi ceng ciauw Nikouw bagaimana? Dia tentu tak dapat merahasiakan, apalagi senjata rahasianya yang mengambil jiwanya Tiong Jong tentu dia akan suruh orang minta kembali bersama dengan yang aku sudah punahkan dengan senjataku. Kim Toa Lip jadi melongo. Pikirnya, betul juga soal kematiannya Ho Tiong Jong itu sukar dirahasiakan berhubung cong ciauw Nikow sudah mengetahuinya. Ya, apa mau dikata. akhirnya ia berkata. Tapi baiknya kau tidak sampai membunuh ceng ciauw Nikow, kalau sampai kejadian demikian, wah, bisa runyam kita meladeni suhunya yang tentu tidak mau mengerti. Harap saja dia pulang ke kiauw teng Kit-sin- san tidak berurusan lagi dengan kita. Sambil berjalan mereka bercakap-cakap. dengan tidak terasa sudah sampai ke pintu gerbang dari tempat tahannan itu. 243 Nah, sampai disini saja kita berpisah. kata co Tong Kang. Aku-harus bertugas, harap toako saja yang menyampaikan apa yang telah terjadi disini kepada Seng Pocu. Kim Toa Lip anggukkan kepalanya. Setelah Pocu dari Kim-Liong-po itu berlalu, co Tong Kang lalu balik lagi ketempatnya dengan mengambil jalan dari pintu rahasia. Kim Toa Lip juga melalui jalanan rahasia sampai kerumahnya Seng Pocu, yang saat itu sedang duduk dikursi kebesaran berunding dengan empat anak muda, dua yalah laki laki, dan dua anak perempuan. Munculnya Kim Toa Lip telah membikin satu antaranya dua pemudi tadi berjingkrak kegirangan dan lari menubruk pada Kim Toa Lip. dengan roman yang aleman telah menyenderkan kepalanya didadanya Kim Pocu. Ayah, kau baru datang? kemana saja kau pergi? Pemudi itu bukan lain Kim Hong Jie adanya. Sebagai anak yang di manjakan, kelihatannya Kim Hong Jie tidak malu malu lagi di- depan orang menggelendot terus dan nyerocos bicara pada ayahnya. Hai, kau ini budak kecil memang paling aleman, apakah kau tidak malu dilihat oleh orang orang yang ada disini? Kau toch sudah bukan gadis cilik lagi? Demikian sang ayah menegur, tapi dengan suara menyayang dan Ia antapkan anaknya menggelendot didadanya yang lebar. Tangannya juga tidak tinggal diam, telah mengusap usap rambutnya si nona yang hitam sangat halus. Seng Eng yang melihatnya telah tertawa gelak-gelak. Hong Jie anak tunggal, tentu saja dia kolokan. Asal tahan saja yang menjadi ayah. katanya. Nona Kim cemberut dikatakan anak kolokan matanya mengerling penasaran kepada Seng Pocu yang ganda tertawa saja kelakuannya, hingga nona Kim kewalahan dan ia juga turut ketawa gembira. Ayah. katanya, kau baru datang, disini banyak urusan-.. Aku tahu semua. memotong sang ayah ketawa. Kim Hong Jie deliki matanya. Ayah memang begitu, orang ngomong belum habis sudah main potong saja kata sinona agak cemberut. Habis, apa yang mau kau katakan lagi, semua aku sudah tahu. jawab ayahnya. 244 Ayah... si nona urung melanjutkan bicaranya karena dipotong oleh Seng Eng yang berkata. Sudah, sudah Hong jie kau suka mau menang sendiri saja. Sedikit-sedikit mau debat dengan ayah sendiri, sebaiknya kita beritahukan kepada ayahmu kabar yang hangat menyangkut pada dirimu. Ha ha ha... Hei. ada urusan apa dengan Hong jie? tanya Kim Toa Lip. Kim Hong Jie tundukkan kepalanya sambil buat main ujung bajunya. Hei, Hong jie, kau ini macam anak kecil saja. Ada apa urusan lekas cerita, kenapa malu-malu, apa memangnya rahasia? Kim Toa Lip tegur anaknya sambil ketawa. Tapi Kim Hong Jie tidak menjawab, ia masih terus tundukkan kepalanya. Kim Toa Lip jadi heran, lalu berpaling pada Seng Eng, matanya dikedipkan seakan- akan menanyakan ada urusan apa, tapi Seng Eng hanya ketawa saja juga Seng Giok cin kelihatan bersenyum-senyum mengawasi si nakal yang seperti kemalu-maluan. Baiklah, kata Kim Toa Lip tiba-tiba, Kalian ada kabar penting belum mau menceritakan kepadaku. Sekarang aku juga ada punya kabar penting yang tidak mau diceritakan pada kalian sebelum kalian bercerita terlebih dahulu. Kim Hong Jie yang dari tadi tundukan kepalanya, kini mendengar ayahnya ada kabar penting lantas dong akan mukanya yang cantik menarik. Dua sujennya memain memikat ketika ia bersenyum-senyum dan berkata pada ayahnya. Ayah, tidak bisa. Ayah yang harus cerita lebih dahulu. Mana bisa, kalian mau tutup rahasia, ayahmu juga mau tutup mulut. Ha ha ha... Kim Hong Jie sudah timbul lagi adatnya yang kolokan. Ia memeluk ayahnya dan mendesak. Ayah yang baik, kau tentu tidak bikin kecewa anakmu yang hanya satu- satunya maka lekas ceritakanlah, ayah bawa kabar penting apa ? Kim coa Lip bohwat (kewalahan) melihat kelakuan anak tunggalnya ini. Betul adik Hong, kita dengar dahulu ayahmu cerita kabar pentingnya, baru sebentar kita beritahukan urusan itu. demikian co Goen Tiong menimbrung, tapi ia tak dapat melampiaskan bicaranya, karena Kim Hong Jie sudah pelototkan matanya. Kim Toa Lip menyaksikan itu semua, kembali perdengarkan tertawanya yang terbahak-bahak. hingga nona Kim jadi tidak sabaran. 245 Ayah, kau memangnya mau terus tutup mulut saja? HmmmA ayah jangan bikin Hong jie ngambek.. Huaha. menyela k Seng Eng sambil ketawa. Ayah sih... Kim Hong Jie mengerlingkan matanya dengan senyum urung pada ayahnya yang ketawa terbahak-bahak. Sudah, sudah. Seng Pocu berkata lagi, ayoh, kau Goen Tiong yang menerangkan pada Kim pekhu. Co Goen Tiong tidak berlaku ayal. ia lalu ceritakan pada Kim Toa Lip tentang perlombaan yang dilakukan oleh tiga pemuda Khoe cong, In Kie seng dan Kong soe Tek, pergi ke tempatnya orang aneh dipuncak Si-ban-lenggoa Pek se ong-tong untuk mengambil Hwe giok guna dihadiahkan kepada Kim Hong Jie. Kim Toa Lip terkejut setelah mendengar co Goen Tiong cerita. Mukanya berubah. Sungguh berbahaya ia menggrendeng, matanya melirik pada Seng Eng dan berkata. Itu ada perbuatan yang sangat berbahaya. Aku juga sedang memikirkan hal itu, tapi yang penting orang tua kukway itu harus disingkirkan jiwanya, karena dengan adanya dia kita tak leluasa bergerak. Demikian Seng Pocu menyatakan pikirannya.. Masih bagus dia belum muncul, jawab Kim Pocu, Kalau dia muncul rasanya runyam juga urusan kita. Tapi tidak apa, lihat saja nanti bagaimana perkembangannya, kita akan berusaha untuk mengatasinya. Tadi, ada nikouw tua dalam penjara air sudah bercakap-cakap dengan Tiong Jong. Hei, pekhu. menyelak Seng Giok cin yang dari setadian berdiam saja. ada kabar penting yang hendak disampaikan oleh pekhu itu mengenai dirinya Tiong Jong. Bukan- jawab Kim Toa Lip sambil geleng-gelengkan kepala ketawa nyengir. Apa Tiong Jong ikut pada nikow tua itu? menimbrung Kim Hong Jie. Besar perhatian dua gadis jelita itu yang terpikat hatinya oleh Ho Tiong Jong yang gagah dan tampan parasnya. Tampak Kim Toa Lip menggeleng-gelengkan kepalanya. Ayah, hayo lekas cerita... Kim Hong Jie tidak sabaran kelihatannya. 246 Betul, adik Hong betul.... kata Seng giok Cin. Kim Toa Lip mengerti bahwa dua gadis ini menaruh perhatian besar atas dirinya Ho Tiong Jong, maka ia sengaja perlambat meneruskan bicaranya. Ayah, Kim Hong Jie tidak meneruskan bicaranya, karena Kim Toa Lip sudah menggoyang-goyangkan tangannya dan berkata. Kalian berdua kelihatan begitu bernapsu hendak mendengar berita Tiong Jong, kenapa sih? Dua gadis jelita itu bungkam. Nona Seng melirikan matanya pada si paman yang nakal, parasnya merah seketika. Sedang nona Kim mendeliki matanya cemberut tapi tidak mengurangi parasnya yang cantik menarik. malah kelihatannya lebih-lebih manis. Dua saudara co bengong, sedang Seng Eng tertawa geli. Kim Toa Lip sendiri bersenyum-senyum melihat nona Seng tundukkan kepalanya, sedang puterinya ngambek cemberut. Tapi akhirnya ia tidak ingin menggoda lebih-jauh pada dua gadis jelita itu, maka ia lalu cerita lagi. ceng ciauw mau menolong Tiong Jong keluar dari penjara air, tapi dia tidak mau. hingga ceng ciauw jadi marah. Aku telah menyerang ceng Ciauw, apa mau nikow tua itu amat kejam. Tahu bahwa dia tidak bisa membawa keluar Tiong Jong, maka dengan senjata gelapnya Tok kim-chi dia menyerang Tiong Jong... kalian tahu sendiri senjata gelapnya nikouw tua itu sangat berbisa. Ayah, apa Tiong Jong binasa? menyelak sang puteri. Sen giok Cin jaga saat itu berbareng hendak membuka mulutnya menanya, akan tetapi sudah didahului oleh adik Hongnya. Mereka kelihatan gelisah. Hatinya berdebaran menguatirkan akan keselamatan pemuda pujaannya. Kau dengar dahulu aku cerita habis kata Kim Toa Lip pada puterinya, sambil urut- urut jenggotnya. Aku lihat dengan mata kepala sendiri, senjatanya Ceng Ciau amblas dalam mulutnya Tiong Jong rupanya dia punya gigi ada beberapa buah yang rontok karena terkena serangan Ceng Ciauw... Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo celaka Seng Giok Cin dan Kim Hong Sio mengeluh dalam hatinya masing-masing. 247 Tapi tidak ada yang menyelak dalam lanjutan kata-katanya Kim Pocu yang jail itu, mereka mendengarkan terus dengan hati berdebaran. Ya.... Tiong Jong sudah mati karena senjata gelapnya ceng ciauw. Senjata nikow tua itu sangat berbisa, rasanya si. Dewi obat, Kong Yat Sin meski datang menolong juga tidak dapat mencegah melayang jiwa Tiong Jong. Dua gadis jelita itu rasakan hatinya seperti mencelos. Tiong Jong sudah mati, apa betul? Mereka masih belum mau percaya, mereka memang tidak mau percaya, kalau tidak dengan kepala sendiri menyaksikan pemuda pujaannya itu binasa. Apa kabar penting yang dimaksudkan pekhu itu tentang binasanya Tiong Jong? Ya, betul jawab Kim Toa Lip sambi anggukan kepalanya. Dua gadis jelita itu rupanya tahan hatinya menerima kabar buruk itu, karena masing-masing masih dalam ragu-ragu untuk mempercayai kebenarannya kalau tidak dengan mata sendiri melihatnya kematian Tiong Jong. Wajahnya mereka hanya sebentaran saja berubah, kemudian tampak tenang kembali hingga membuat batinya Kim Toa Lip menjadi lega, karena sebermula ia menduga kabar buruk tentang Tiong Jong yang disampaikannya itu akan membuat mereka mengalami yang tidak diingini. Tempo hari aku pernah meramalkan anak muda itu panjang umur, bahkan ia akan menjadi seorang ternama dikemudian hari. Tapi tidak dinyana ia ternyata telah menemukan kematiannya secara demikian, untuk selanjutnya aku tidak mau meramalkan lagi orang punya umur. demikian Kim Toa Lip berkata, seolah-olah berkelakar sambil melirik pada puterinya. Tapi nona Kim kelihatan tidak segembira seperti semula sebelumnya ia mendengar kabar tentang kematiannya Ho Tiong Jong, malah tampak lesu. Perkataannya sang ayah ia sambut dengan adem saja. Ya, serangan yang diterima Tiong Jong itu. memang hebat sekali, kata pula Kim Toa Iip. sayang sebelumnya nikouw itu kena kita bekuk, ada menyelak sinenek Ciauw dengan tiba-tiba hingga ia bisa lolos dari kepungan kita. Hmm. terdengar Seng Eng menggeram, semua jago-jago sudah pada bergerak. Tapi tidak ada satujago boleh menghina kita . 248 Tapi laote, kata Kim Toa Lip. urusan mereka itu memang tidak menjadi soal apa- apa, hanya dikuatirkan gurunya si nikow itu Ya Sin Bo yang amat jahat. Kalau dia turun tangan membela muridnya kita boleh runyam. Semua urusan yang kita kerjakan dapat di kacaukan olehnya. Apa tidak lebih baik kita pancing keluar itu kakek dari goa Pek- cong-tong supaya dia berhantam dengan sinenek yang memang ada musuh buyutnya. Mereka lalu berunding mencari akal bagaimana baiknya supaya dapat memancing pada kakek aneh itu kemudian biar kita bertempur dengan Ya Sin Bo. Biarkan salah satu ada yang mati, berarti hilangnya satu rintangan untuk komplotannya. Tiba-tiba Co Goan Liang majukan diri, menyatakan ingin mencoba-coba untuk memancing keluar kakek dari goa Pek cong tong. Hal mana membikin Kim Pocu merasa girang, sebab co Goan Liang ada putranya co Tong Kang, kalau anaknya kenapa-napa tentu co Tong Kang iuga tidak tinggal diam. co Tong Kang tentu akan bertempur mati-matian dengan si kakek Souw Kie Han- kesudahannya siapa yang mati masa bodo, kalau co Tong Kang berani, hilang lagi satu lawan dalam usaha mereka mengatasi rimba persilatan. Dalam Perserikatan Benteng-perkampungan meskipun sudah retak, tapi masing- masing belum mengunjukkan terang-terangan, satu sama lain dengan diam-diam mengatur akalnya sendiri-sendiri untuk menjatuhkan saingannya. Jadi co Tong Kang mati, berarti hilang satu Pocu saingan Kalau engko Liang pergi, aku juga mau turut tiba-tiba nona Kim nyeletuk. Kim Toa Lip. Seng Pocu menjadi kaget. Kau mau apa kesana? tegur Seng Pocu. Akan membantu engko Liang mengerubuti si kakek. jawab nona Kim. ooOOoo TIDAK, nanti aku pikir lagi. Urusan ini tak perlu tergesa-gesa dilakukan, tak begitu penting kata pula pocu dari Seng Kee Po. Seng Eng rupanya tidak senang Kim Hong Jie menempuh bahaya ikut-ikutan dengan co Goan Liang. 249 Pikiran Pocu dari Seng Kee Po ini sama dengan mulutnya sudah didahului oleh kawannya. Kim Hong Jin dan co Goen Liang membungkam. Mereka tidak membantah putusannya Seng Pocu. Kim Hong Jie makanya berlaku nekad hendak pergi bersama-sama dengan co Goen Lian, lantaran pikirannya menjadiputus asa dengan kematian Ho Tiong Jong pemuda pujaannya. Ia pikir, tanpa Ho Tiong Jong, untuk apa ia hidup lama-lama dalam dunia, maka lebih baik ia mati sekali ditangannya si kakek aneh supaya rokhnya dapat menyusul Ho Tiong Jong yang sudah pergi lebih dahulu.. Kita kembali menuturkan tiga pemuda yang mengadakan perlombaan. Kong Soe Jin dan Kong soe Tek tampak sudah berada dipuncak gunung Hui cui-san yang menjulang tinggi. Berdua telah meneliti sekitar tempat itu, melihat kebawah umpak serentetan gunung-gunung kecil sama sekali tidak kedapatan ada sawah dan ladang. Dari puncak Hui-cui-san tampak lembah Liusoa kok (lembah pasir berjalan) yang dikelilingi oleh gunung-gunung kecil, yalah daerah yang akan dikunjungi oleh tiga pemuda yang berlomba hendak mengambil batu kumala hangat untuk dihadiahkan kepada nona Kim Hong Jie. Di lembah itu ada terbentang padang pasir yang angker. Yalah orang yang datang ke situ dansalah menginjak kakinya niscaya akan amblas kedalam pasir itu dan tidak dapat ketolongan lagi jiwanya. Bukan saja manusia, juga binatang liar yang salah menginjakkan kakinya akan ambles dikubur oleh pasir. Siapapun yang datang ketempat itu belum tentu dapat pulang dengan selamat. Dua saudara Kong itu memandang dengan hati berdebaran ketempat yang bakal dilaluinya oleh Keng soe Tek. Terdengar Kong Soe Jin menghela napas dan sambil menunjuk dengan jarinya berkata pada adiknya. Sute, itulah yang dinamai lembah Liu-soa-kok, yang kau akan lalui. Kakek aneh itu tinggal menyepi dalam goa Pek cong tong dipuncak Sin ban leng. Kau harus waspada betul betul. Kalau kiranya tidak ungkulan lebih baik kau balik dengan tangan hampa saja daripada binasa ditempat itu yang tidak ada artinya sama sekali, Kau keliru toako sang adik menjawab. Satu laki-laki tidak gentar menempuh bahaya, itulah baru satu jantan tulen. Kenapa kita harus takuti mati? Kalau kita sudah 250 di takdirkan mati, dimanapun kita harus mati. Kau legakan hatimu, aku tidak membuat kecewa namanya suhu. Jawaban ini berada diluar dugaannya sang engko, Kong Soe Jin menjadi merasa jengah sendirinya, mendengar kata-katanya sang adik yang demikian mantap Meskipun begitu tetap Kong Soe Jin tak tega melepas adiknya. Dalam perjalanan turun gunung, kembali Kong Soe Jin berkata. Sute, kau dengan aku ada saudara sekandung, maka tidak perlu kita malu-malu bicara. Terus terang saja aku merasa tak tega melepaskan kau mengunjungi tempat yang berbahaya itu. Usulku, lebih baik kau batalkan saja perlombaan ini dan marilah kita cari tempat sembunyi. Besok pagi-pagi baru kita pulang. Tentu tidak seorang pun yang mengetahui perbuatanmu..... Hei, toako. memotong Kong soe Tek, perbuatan ini membuat malu suhu kita, yang waktu ini namanya sedang harumnya dalam kalangan kangouw. Dengan berbuat begitu juga berarti aku tidak memperhatikan pada Kim Hong Jie. Wajahnya Kong Soe Jin berubah mendengar disebutnya Kim Hong Jie. Ia bersenyum pada adiknya. Sute, kalau hatimu naksir pada nona Kim, aku juga tidak bisa kata apa apa atas niatanmu. Katanya dengan nada suara menyayang. Hanya aku pesan, harap Ialah kau berlaku hati-hati dan dapat kembali dengan selamat. Aku akan menunggu kau disana, digunung yang tinggi itu. sambil menunjuk kesebuah gunung. orang tidak akan melihat pada kita. Kong soe Tek anggukkan kepalanya. Dua saudara yang terkenal dengan julukannya im-yang Siang-kiam itu, memang ada besar cintanya satu dengan yang lain, tidak heran kalau perpisahannya itu membuat keduanya merasa berat. Setelah mereka berjalan melewati beberapa gunung kecil, sampailah mereka diperbatasan lembah Liu-soa kok, dimana ada terbentang padang pasir. Aaaa, aku ingin juga mencoba menginjak pasir yang dikatakan berbahaya dan dapat menelan manusia... tiba tiba Kong Soe Jin berkata, berbareng ia jalan menghampir dan lompat kepasir. 251 Tiba-tiba mukanya berubah, seperti juga ia mendapat kesulitan. Adiknya yang melihat engkonya dalam keadaan demikian cepat-cepat mengulurkan tangannya menolong sang engko. Tapi ternyata engkonya tak apa apa. Pasir diinjak oleh Kong Soe Jin tadi bukannya bagian yang berbahaya maka ia berkata pada adiknya. Aku tidak apa apa. hanya barusan aku gugup lantaran kaget. Berbareng ia genjot tubuhnya lompat lagi ketempatnya tadi. Ya sute, aku hanya dapat mengantar sampai disini saja. Selanjutnya, kau harus menempuh perjalanan sendiri. Aku akan menantimu digunung yang barusan aku katakan padamu, disana aku akan mengawasi perjalananmu sebegitu jauh dapat dilihat oleh mataku. Ya, toako, legakan hatimu. Kau boleh kembali, aku akan menjaga diriku dengan hati- hati. jawab Kong Soe Tek. matanya mengawasi pada engkonya dengan perasaan berat. juga demikian halnya dengan sang engko. Setelah menghela napas panjang, Kong Soe Jin telah berpisahan dengan adiknya dan ia terus naik lagi kegunung Hui-ci-san. Koen cong diantar oleh nona Lauw Hong In dan dua adiknya si nona bernama Lauw cian dan Lauw Seng, malah Hui seng Kang juga turut mengantarnya. Mereka berpisahan diperbatasan lembah Liu-soa kok. mereka ini tidak berpapasan dengan dua saudara Kong yang mengambil jalan dari jurusan lain. In Kle Seng diantar oleh Gong Ci dan cong Yong, dalam mana turut serta juga nona yang lincah, ialah ciauw Soe soe. Merekapun mengantar hanya sampai diperbatasan lembah Lu-soa-kok dan kembali lagi ke gunung Hu-cui san. Goa Pek oong tong dipuncak Si ban-leng itu berdinding batu buatan alam yang licin sekali. Untuk sampai pada kamar yang tinggi, orang harus melalui tiga kamar batu dan beberapa undakan dari batu yang diatur sangat kokoh dan rapat. Dalam kamar batu yang tertinggi, di empat penjurunya berjendela satu kaki persegi. Dari jendela kamar ini orang dapat melihat semua keadaan lembah Liu-soa kok, Keadaan dalam goa Pek-cong-long tidak begitu luas. Pertama masuk orang menemui kamar yang pertama keadaannya sederhana saja. Dinding batunya kasar dan tidak rata. 252 Kamar yang kedua diperaboti lengkap juga, seperti kursi meja dan tempat tidur yang semuanya terbikin dari pada batu. Suasana dalam kamar ini amat sunyi dan tentram, walaupun luasnya hanya tiga tumbak saja. Diatasnya jalanan ke kamar ketiga ada sebuah papan batu licin mengkilat yang dapat menutup jalanan. Kamar yang ketiga ini lebar dan luas. inilah ada kamar batu terbesar diantara kamar-kamar batu lainnya. Didalamnya terang, dindingnya dibuat dari pada batu kamala putih yang amat halus. Penerangan disini dipancarkan dari sebutir mutiara sebesar buah leci yang digantung ditengah-tengahnya kamar. Perabotannya tampak lengkap. seperti meja kursi, ranjang, lemari buku besar dan lain-lainnya perabotan rumah tangga. Mejanya diberi taplak yang disulam indah, kursinya dikasih bantalan empuk dan pakai sarung yang disulam juga. Kelambu pembaringan dipajang indah. Dipinggir lemari buku ada sebuah meja panjang, diatas mana ada ditaruh buku-buku dan anglo dari batu giok. Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Api dalam anglo itu terus menyala. Pada dinding dihiasi dengan gambar gambar kuno-dimana juga ada tergantung sebilah pedang pusaka. Keadaan dalam kamar itn pendeknya serba resik menarik siapa yang memasukinya. Barang barang yang serba indah dalam kamar itu membuat orang terpesona melihatnya. Kamar yang diperaboti serba indah ini adalah kamarnya kakek Souw Kie Han, seorang kakek aneh yang sudah lama mengasingkan diri dari dunia kang-ouw, dimana dahulunya ia sangat terkenal namanya. Saat itu ia sedang berdiri di jendela memandang keadaan disebelah luar goa nya. Tiba-tiba ia berseru. Eh Kiranya olehnya telah dilihat ada tiga bayangan manusia yang sedang mendatangi kearah goa nya, mereka sudah dapat melewati padang pasir yang berbahaya. Jauh ia mengasingkan diri dalam goa nya tidak ada satu manusia yang berani menginjak tempatnya, tapi kini ada tiga orang yang berbareng menyatroni. Apakah maksudnya mereka? Apakah mereka itu ada orang-orang kuat yang akan mengganggu ketentramannya dalam tempat pengasingannya? Matanya terus mengawasi gerak-geriknya tiga orang itu. 253 Ia rupanya merasa kaget, karena sampai begitu jauh tampak mereka sudah memasuki daerah puncak si-ban-leng. Keistimewaan disekitar puncak gunung Si-ban leng adalah gundul (tidak berpohon), hanya batu batu besar saja yang tampak malang melintang, Goa-goa yang terdapat di situ, entah berapa banyaknya menurut katanya orang ada seribu buah goa lebih. Setiap goa entah berapa dalamnya, tidak terawat dan dari dalamnya menyiarkan bau yang tidak enak untuk hidung. Buruk seperti baunya jamur beracun yang basah. Diceritakan Khoe Tiong setelah naik jauh keatas gunung, tiba-tiba memalingkan mukanya kebelakang, dilihatnya padang pasir yang berwarna putih, padang pasir yang dikatakan orang sangat angker dan dapat menelan manusia. Kini ia sudah dapat melewatinya dengan selamat, Tapi kemana dua orang kawannya? Ia celingukan mencarinya, akan tetapi tidak melihat mereka berdua, hingga diam- diam dalam hatinya yang jahat jelas merasa kegirangan, ia menduga bahwa dua kawannya itu tentu telah ditelan oleh padang pasir yang angker itu. Ia melanjutkan perjalanannya, tampak di-sekitarrya sudah tidak ada pepohonan yang tumbuh. Hanya batu-batu besar saja yang pada malang melintang seolah-olah yang menghadang perjalanan orang yang berkunjung kesitu. Hatinya diam-diam merasa girang. Goa Pek-cong-tong sudah berada didepan matanya. Apakah benar disekitarnya hanya kedapatan binatang-binatang berbisa saja? ia menanya pada dirinya sendiri. Tapi bagaimana juga ia harus dapat membawa Hwe-giok untuk dihadiahkan kepada Kim Hong Jiu, gadis yang memikat hatinya. Siapa tahu, karena hadiah itu nona Kim akan jatuh hati kepadanya dan ia berjodoh dengan-nya. Ia gerakkan pula langkahnya sampai pada jarak dua tumbak dari ia berdiri ia melihat ada sebuah goa. cepat-cepat ia menghampiri untuk menyelidikinya. Gua disitu amat banyak, dimana ia dapat mencari si kakek aneh itu? Pikirnya, terpaksa ia harus menyelidiki satu persatu goa. Tapi sampai berapa lama? Ya. apa boleh buat, sudah kelanjur datang kesitu bagaimanapun ia harus berdaya mencarinya di goa mana kakek aneh itu bertempat tinggal. 254 Satu demi satu goa diperiksanya, Ia menggunakan batu besar dilemparkan kedalam goa untuk mengetahui didalamnya ada penghuninya atau tidak. Sudah ada beberapa goa yang diuji dengan batu lemparannya, semua batu seperti amblas kedalam lumpur. Tidak ada reaksi apa-apa yang menandakan bahwa didalamaya ada penghuninya. Pada salah satu goa Koe cong hampir kena digigit oleh ular-ular kecil berbisa yang datang berbaris kearahnya dan hendak mencantol kakinya. Untung masih dapat kelihatan, ia melompat tinggi, kemudian menggempur dengan angin telapakan tangannya, hingga barisan ular ular kecil itu terbang berikut batu batu dan pasir. Dilain goa ia coba lagi dengan pancingannya melemparkan batu ked alamnya. Kali ini batu yang dilemparkannya itu seperti terjatuh ketanah, bukannya kedalam lumpur. ia coba menyelidiki lebih seksama. Kiranya dalam goa itu sangat gelap. Ia lalu membikin api, dengan obor api ia coba masuk kedalamnya. Tidak dikira, dalam goa itu ada sarangnya belalang. Begitu melihat api, kawaran belalang itu pada menyerbu, hingga Khoe cong ketakutan dan lekas-lekas mundur hendak keluar lagi. Tapi kawanan belalang yang jumlahnya puluhan ribu, tidak memberi ketika ia meloloskan diri dan menyerbu demikian rupa sehingga Khoe cong pikir jiwanya kali ini akan mati dikerubuti kawanan belalang. Meskipun ia menggunakan tenaga angin pukulannnya untuk mengusir kawanan belalang itu, hasilnya sia-sia saja. Entah berapa banyak binatang itu yang telah mati oleh gempurannya yang dahsyat, akan tetapi yang menyerbu jumlahnya ada berlipat ganda dari yang mati. Tidak heran kalau Khoe cong telah menjadi kewalahan oleh karenanya. Sementara itu Kong soe Tek di lain bagian telah mencari goa kakek souw Kie Han juga menggunakan lemparan batu sebagai penanya jalan. Ia juga kena diserbu kawanan semut merah yang galak. hingga keadaannya repot sekali. Sedang In Kie Seng dilain pihak bekerja cepat ia gunakan kakinya menendang batu- batu yang ada dimulut goa, sebagai alat untuk mencari tahu apa didalamnya goa goa itu ada penghuninya? Ia sudah lewati sepuluh goa, akan tetapi belum juga berhasil menemui goa yang diingininya. 255 Kakek souw Kie Han melihat tegas semua yang diperbuat oleh tiga anak muda itu. Ia kenali orang-orang itu tentu ada dari Perserikatan Benteng Perkampungan, hanya ia tidak mengerti, dari sebab apa mereka menerjang bahaya datang kesitu? Ia pikirkan, tindakan apa yang harus diambil terhadap tiga anak muda yang mengacau tempatnya itu? Tiba tiba ia melihat In Kie seng dengan menggunakan perisai dari gading telah menerjang masuk kedalam sebuah goa. Terdengar suara tertawa dingin kakek Souw Kie Han. In Kie Seng dengan perisainya menggempur dinding disana sini, hingga banyak bagian yang semplak. Ia masuk terus kesebelah dalam. tampak keadaan disitu ada terang. Hatinya berdebaran. Pikirnya, inilah gua yang dicarinya tentu. Sebelum ia dapat bertindak maju, tiba-tiba ada sebuah batu menghadang didepannya. Bukan main kagetnya. Dibelakang batu itu sudah tidak ada jalan lagi, hanya ia melihat ada sarang laba-laba dengan penghuninya seekor laba-laba hijau yang luar biasa besar, tampak matanya mencorong seperti yang sedang mengawasi pada In Kie Seng. LABA-LABA besar itu tiba-tiba perdengarkan suara aneh, lalu bergerak menghampiri In Kie Seng, Kaki-kakinya yang runcing hendak mencengkeram tenggorokan orang, In Kie Seng kaget dan lompat mundur, tangannya berbareng digerakan menyerang, hingga laba-laba itu nyeleweng cengkeramannya, Batu yang telah menjadi pengganti sasarannya kaki-kakinya yang runcing tampak berbekas. orang she In itu ketakutan dan cepat-cepat lari, apa lacur dimulut goa sudah penuh dengan jaring laba-laba yang berkilat dan sangat lengket, kiranya laba-laba itu bukannya sendirian saja, ada kawan-kawannya lagi yang sama sekali berjumlah sepuluh, hingga membikin In Kie Seng matanya dibuka lebar dan ketakutan setengah mati. Hampir rata-rata-laba-Iaba itu sebesar kerbau, yang paling kecil ada sebesar baskorn cuci muka. Bukan main sikapnya menakutkan, mereka merayap dengan keluarkan sinar matanya ya bengis, hendak menerkam korbannya. Dalam gugup In Kie seng lompat keatas batu kemudian menendang batu-batu didekatnya ke arah laba-laba yang kecilan, jitu tendangannya, karena batu yang diiendangnya tadi mengenakan persis pada tubuhnya si laba-laba yang sial, hingga seketika ita juga setelah mengeluarkan suara 256 cet telah melayanglah jiwanya. Laba-laba kawannya dalang memakan bangkainya laba laba apes tadi. Lalu lainnya menyerbu lagi kepada In Kie Seng hingga anak muda itu terpaksa keluarkan kepandaian nya lompat sana dan lompat sini menghindarkan bahaya. Kadang kala ia menyerang dengan batu yang ditendang kakinya atau dengan angin pukulan telapakan tangannya. Lantas itu, maka untuk sementara In Kie Seng masih dapat menyelamatkan dirinya dari terkamannya kawanan laba laba berbisa itu. Kita melihat Khoe cong yang dikerubuti ribuan belalang. Meskipun ia berusaha keras menyapu mundur binatang-binatang yang mengerubuti dirinya, tidak juga kelihatan hasilnya, karena kawanan belalang itu makin lama jumlahnya telah makin banyak saja.. pikirnya ia akan mati konyol kalau tidak dapat lekas-lekas meloloskan diri. Matanya celingukan, tidak jauh dari situ ia lihat ada goa lain, Tanpa memikirkan lagi apa isinya goa itu, ia sudah lantas lari masuk kedalam gua diuber oleh kawanan belalang, yang seolah-olah tidak mau kasih korbannya lolos. Tapi heran, ketika Khoe cong sudah masuk kedalam goa lain ini, kawanan belalang itu tidak turut nyerbu kedalam. Tampak mereka bergulung-gulung saja diluar goa, tidak ada satupun yang berani menerjang masuk. Khoe cong pikir, tentu dalam goa itu ada binatang musuhnya kawanan belalang itu yang ditakuti, maka nya kawanan belalang itu tidak berani menyerbu masuk. orang dengki hati itu tampak lega hati-nya, ia melihat kesekitar tempat, disitu tanahnya demak. banyak rumput basah dan keadaannya kotor sekali. Ia menjadi bengong memikirkan nasibnya nanti bagaimana? Keluar lagi takut diserbu belalang, tidak keluar lagi disitu keadaannya sangat tidak menyenangkan. Tengah ia berada dalam kebingungan tiba-tiba ia mendengar suara aneh. Ketika ia menoleh kebelakang nya, kiranya disitu sejarak dua tumbak daripada- nya ada seekor binatang tokek yang besar sekali dan bentuknya menakutkan. Binatang itu tengah merayap mendekati kepadanya, celaka ia menghela dalam hatinya. Kita balik menengok Kong Soe Tek. Barisan semut merah tidak kurang-kurang menyeramkannya, karena bukan ribuan lagi tapi sudar tidak dapat dihitung banyaknya, 257 Kemana Kong soe Tek lari telah dikejarnya hingga orang she Kong itu menjadi mengeluh, ia tidak menyangka, bahwa kepergiannya ke tempat itu akan mendapat banyak halangan yang menyeramkan. Dengan susah payah ia bisa juga menyingkirkan diri ketempat yang ada lumpurnya. dimana kawannya semut merah itu tidak berani datang dekat, Ada beberapa puluh yang sudah nempel dibajunya dapat dibunuh mati oleh Kong soe Tek. Matanya celingukan. Tiba-tiba ia dapat lihat tidak jauh dari padanya seperti ada jalanan untuk keluar, melalui jalan kebawah tanah. Hatinya girang karena pikirnya ia bisa meloloskan diri dari serbuannya semut merah yang galak-galak itu. Ia beristirahat tidak lama, karena begitu ia dapat menenangkan pula pikirannya, lantas enjot tubuh menancap kakinya dimulut jalanan keluar tadi. Untuk sementara Kong soe Tek kelihatan terhindar dari serbuan semut merah yang tak kehitung jumlahnya itu. In Kie Seng dilain pihak terus dikeroyok oleh laba laba besar dan beracun. Laba laba yang sebesar besar kerbau itu, sangat menakutkan Matanya memancarkan sinar buas, untung In Kie Seng dapat menabahkan hatinya, dengan kepandaian yang ia miliki ia sudah terputar-putar menghindarkan diri dari serangan kawanan laba laba yang sangat bernapsu menyengkeram dirinya. Disamping senjata batu yang dihidangkan pada kawanan laba-laba itu, In Kie Seng tidak kasih perisainya tinggal nganggur. Dengan kegesitan dan kepandaiannya, beruntun ia sudah dapat membunuh enam sampai tujuh, laba-laba betina yang paling besar, menjadi marah. Satu yang meluncur di tendang In Kie Seng kearahnya, dengan mata beringas ia sudah tangkis dengan kaki depannya. Batu itu mental balik dan hampir kena menghantam pada In Kie Seng, kalau ia tidak keburu berkelit kesamping menghindarkannya. Sungguh berbahaya diam-diam In Kie Seng mengeluh, Tapi disamping itu, bagaimana juga ia sudah dapat membunuh banyak juga kawanan laba-laba itu, hingga mengurangi bahaya kena dicengkeram oleh kaki-kakinya yang runcing. Untungnya laba-laba itu tidak mengejar terus-terusan, karena jika melihat ada kawannya mati, dengan sendirinya laba-laba itu berhenti mengejar In Kie Seng ditunda makan bangkai kawannya dahulu, Air hijau yang keluar dari mulutnya laba-laba yang 258 mati menyiarkan hawa busuk. yang hampir hampir membuat In Kie Seng tidak tahan sampai muntah-muntah.. Akhirnya ketinggalan hanya dua laba-laba lagi, dengan begitu In Khie Seng setelah main petak beberapa lama lantas menyingkirkan dirinya kemulut goa dan lari keluar. Laba-laba betina rupanya penasaran dan menguber tapi terlambat, karena In Kie Seng sudah nerobos masuk kedalam goa lain. Rupanya laba laba itu pikir, tidak ada gunanya ribut-ribut disarang orang lain, maka ia sudah kembali masuk dalam goanya sendirinya. Dalam sarang laba-laba itu In Kie Seng kehilangan perisainya, yang nyangkut pada jaring laba-laba yang lengket, ia menduga tentu sudah beracun, maka ia sudah tak menghiraukan pula perisai gadingnya yang ia sangat andalkan dalam perjalanan mengambil batu kumala hangat itu. Dalam goa yang ia masuki itu, ia merasa aman. Tapi perasaan aman itu hanya sebentara n saja, karena ketika ia mengingat kepada perisainya, lantas merasa dirinya tidak aman tanpa perisai ditangannya, perisai itu ada benda pusaka, benda turunan dari leluhurnya maka dengan hilangnya benda itu, apakah ia ada muka nanti ketemu kawan kawannya dalam dunia persilatan? Memikir kesitu hatinya jadi nekad akan mengambil kembali perisainya yang nyangkut pada jaring laba laba didekat mulut goa. kalau perlu, pikirnya ia harus adu jiwa dengan laba-laba betina yang luar biasa besarnya itu. Setelah mengambil putusan tetap. lantas ia keluar dari goa menghampiri lagi goa laba-laba tadi, sebelumnya masuk ia telah kumpulkan seikat rumput kering dan membikin api untuk menyalakannya. Dengan api ini, ia menerjang masuk dan membakar jaring laba-laba yang menahan perisainya. Laba-laba betina menjadi kaget ia tidak berdaya melihat api berkobar, rupanya ia takut. Ia hanya tinggal mengawasi dengan mata bersinar buas kepada In Kie Seng yang sedang berusaha untuk mengambil pulang perisainya. Setelah mendapat kembali perisainya. dengan segera In Kie Seng meninggalkan goa laba-laba itu dan masuk kedalam goa yang lainnya tadi. Khoe cong dilain pihak. yang dihampiri binatang tokek yang luar biasa besarnya, lantas mencelat tinggi menyingkirkan diri, ia rapatkan tubuhnya pada dinding didekat 259 mulut goa sebentar lagi ia dibikin kaget melihat sang tokek telah mengulurkan lidah nya yang panjang, ia mengira lidah itu akan ditujukan kearahnya, tapi ternyata diarahkan kelain jurusan ialah keluar apa dimana ada kawannya belalang yang sedang bergulung-gulung seolah-olah sedang menanti Khoe cong keluar lagi. Kawanan belalang itu seolah-olah sayapnya pada patah sebelah, tidak bisa melarikan diri didekati oleh lidahnya sang tokek, sebentar saja ribuan belalang sudah kena dicaploki oleh binatang raksasa itu. Seperti juga pada lidahnya itu ada getahnya, kawanan belalang ketika nempel pada lidah sang tokeh ia lantas saja tidak bisa terbang lagi. Ilmu Golok Keramat - Halaman yoza collection Ilmu Golok Keramat - Halaman yoza collection Entah berapa ribu banyaknya belalang yang sudah jadi mangsanya sang tokek, hingga binatang itu tampak kekenyangan dan baringkan dirinya disatu sudut. Matanya merem melek, tidurlah ia dengan nyenyaknya. Pantasan kawanan belalang tadi ketika lihat Khoe cong masuk kedalam goa itu tidak berani menerjang masuk kedalamnya kalau begitu didalam goa itu ada musuhnya yang sakti dan tak dapat dilawan. Khoe cong untung besar, coba kalau tidak ada belalang yang menalangi menjadi korbannya binatang tokek itu, pasti ialah yang dijadikan mangsanya. Diam-diam Khoe cong telah menarik napas panjang, merasa lega oleh karenanya kemudian ia keluar dari goa itu. Kong Soe Tek dan In Kie Seng pun sudah pada keluar dari dalam goa berbahaya mereka berkumpul lagi dan berdamai hendak kembali.saja dengan tangan kosong. Mereka sekarang tidak berani menonjolkan kesombongannya, karena dengan mata kepala sendiri mereka menyaksikan bagaimana berbahayanya keadaan ditempat itu. Dari pada jiwa melayang tanpa kepentingannya yang menguntungkan, mereka lebih baik kembali saja dengan tangan hampa, biarpun untuk itu mereka akan menjadi buah tertawaannya orang banyak. Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Meskipun demikian, masing-masing dalam hatinya sangat menyesal tidak memperoleh batu Hwe giok. untuk dihadiahkan kepada sijelita Kim Hong Jie. Kakek Souw Kie Han yang telah menyaksikan semua kejadian yang dialamkan oleh tiga pemuda itu, diam-diam merasa tidak puas. Pikirnya. Tempatku disini orang sudah tahu tidak boleh dibuat sembarangan tapi tiga pemuda brengsek ini apa-apaan datang 260 mengacau kesini membuat ketenangan menjadi terganggu oleh karenanya? Banyak binatang-binatang berbisa penunggu tempat ini kena dibinasakan oleh mereka, maka kalau mereka tidak dikasih rasa, mana bisa? Bagaimana nanti katanya orang luar, Kalau mereka dapat kembali pulang dengan selamat. Tidak, aku mesti kasih contoh untuk yang lain-lainnya, supaya mereka tahu keangkeran tempatku. orang dapat datang tapi tak dapat kembali pulang dengan selamat. Ha ha ha... Seram juga kalau tiga pemuda itu mendengar tertawanya si kakek. Souw Kie Han mengawasi perjalanan tigapemuda itu, yang hendak kembali pulang ke rumahnya Seng Eng. saat itu matahari sudah mulai naik tinggi. Keadaan dipadang pasir tampaknya menyilaukan, Khoe cong dan dua kawannya melalui lagi padang pasir yang dikatakan angker itu, mereka kelihatan tenang-tenang saja dan menganggap akan selamat kembali menemui kawan-kawannya di Seng-kee po. Melihat tiga pemuda itu sudah mulai menginjak padang pasir, Sou Kie Han yang mengawasi dari jendela kamar nya, lantas mengulurkan tangannya memencet alat rahasia, sebentar lagi terdengar teriakannya Khoe coe, yang mendadakan dapatkan dirinya ambas ditelan pasir. In Kie Seng kaget, tapi sebelumnya ia engah, bahaya apa yang akan menimpali pada dirinya, ia juga tubuhnya amblas ditelan pasir, hingga ia berteriak-teriak minta tolong juga tidak ada gunanya. Kong soe Tek melihat kejadian itu mukanya pucat seketika, ia coba gerakkan kakinya untuk lari, tapi sang kaki tidak mau menurut perintah hatinya, ia jatuh lemas dan ia juga kemudian telah mengalami nasib serupa seperti dengan dua kawannya kena dicaplok oleh pasir. Meskipun mereka berontak keras, berusaha untuk keluar dari pasir itu, ternyata tidak menolong balik, makin lama mereka terbenam makin dalam, sehingga sebatas hidungnya. Bukan main ketakutannya mereka, maka satu demi satu sudah menjadi pingsan oleh karenanya. 261 Souw Kie Han yang menyaksikan itu semua lantas perdengarkan suara ketawanya yang aneh lagi, kemudian ia mengambil lima utas rantai kecil halus dan keluar dari kamar batunya. Lebih dahulu ia menghampiri sebuah goa dalam mana kelihatan sudah ada dua sosok tubuh orang menggeletak dalam keadaan pingsan. Siapa mereka itu? Kiranya mereka itu bukan lain dari pada Kim Hong Jie dan Co Goen Liang. Mereka tidak tahu keadaannya si kakek yang terus merantai tangannya masing-masing sambil menggerendeng sendiri. Ya, bukainya aku kejam, Tapi karena kalian datang mengganggu ketenanganku, maka kalian boleh terima hukuman ini untuk kelancangan kalian-... Setelah menyelesaikan tugasnya merantai dua orang itu dan yakin mereka tidak akan bisa lolos dari dalam goa itu, karena rantai itu diganduli sebuah gandulan yang luar biasa beratnya, ia telah meninggalkan mereka menghampiri pada tiga pemuda yang sedang pingsan, mereka pun dirantai seperti dua yang lainnya tadi. Rantai itu meski halus bentuknya, kuatnya bukan main, terbuat dari baja murni tak mempan diputuskan dengan pedang yang tajam bagaimanapun. Sampai disini kita ajak pembaca menengok keadaan dirumahnya Seng Pocu diwaktu malam. Bulan sabit nampak sebentar muncul dan sebentar lagi seperti selulup dibalik awan tebal, hingga keadaan menjadi gelap. Rajawali Lembah Huai Karya Kho Ping Hoo Pendekar Gila Dari Shantung Karya Kho Ping Hoo Geger Solo Karya Kho Ping Hoo