Ilmu Golok Keramat 4
Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung Bagian 4
Ilmu Golok Keramat Karya dari Chin Yung Nona in merandek. matanya yang bening halus menatap kepada pemuda cakap didepannya, hingga Ho Tiong Jong merasa kikuk, Tapi toch ia menanya Nona in, kenapa kau berhenti menutur, apa sih yang sebutir lagi? Nada suaranya nona ia agak tergetar ketika menerangkan Ya... yang satunya lagi adalah pil maut (beracun) orang yang menelannya akan menderita hebat, keluar darah dari semua bagian tubuh yang berlubang misalnya hidung, mulut, kuping dan sebagainya sekarang kau diharuskan memilih salah satu diantara dua pil ini. Kalau kau memang nasibmu bagus, tentu kau akan memilih Siauw hoan tan, tapi kalau sebaliknya tentu ang membikin jiwamu melayang ke akherat. Ho Tiong Jong kerutkan alisnya, Barusan ia menerima bingkisan diam-diam merasa kegirangan sebab itu ada bingkisan dari puterinya Pocu dari seng-ke-po, pikirnya baik betul nona itu telah menaruh perhatian atas dirinya yang belum dikenal. Tapi kini, setelah bicaranya nona in, hatinya merasa tidak enak. Benar soal mati hidup ada ditangan Tuhan Yang Maha Esa, akan tetapi kalau mati karena makan pil itu, benar-benar ia mati konyol dan penasaran sekali. Meskipun berpikir demikian, adatnya yang tinggi dan pantang mundur mendorong ia untuk membukanya juga kotak kecil itu dengan perlahan-lahan. Begitu terbuka, segera bau wangi menerjang keluar dari kotak itu. Pil itu diperiksa, keduanya berwarna merah dan sama bentuknya, setelah menatap wajahnya nona in sebentar, ia berkata. Nona in, aku akan ambil salah satu pil ini, mati hidupnya ada terserah ditangan Tuhan, tapi aku ada satu permintaan- Nona In bersenyum, Ho Siang kong, katakanlah ada permintaan apa ? Justeru aku hendak menerangkan pada Ho Siang kong. jawab nona In kau tentu masih ingat diwaktu lohor ini gunung Hui-cui ada pesuruh menyerahkan seekor kuda dan sebilah golok baja padamu, itulah nona Seng majikanku yang memberikannya. 80 Kau tentu heran sebab apa nonaku berbuat demikian? sebetulnya ia sudah tahu Ho Siang kong ada seorang jujur dan polos sifatnya, ia amat memperhatikan apa-apa yang dibutuhkan oleh Ho Siang-kong, ia sangat menaruh perhatian kepada seorang yang baik hati, maka Ho Siangkong jangan salah mengerti padanya. Dan itu pakaian baru? menyelak Ho Tiong Jong. juga nonaku yang telah memberikannya jawab nona In. Ho Tiong Jong tundukkan kepalanya. Diam-diam ia merasa bersyukur kepada nona Seng yang begitu memperhatikan dirinya tapi siapakah nona itu? ia belum pernah melihat kenal padanya. Terdengar ia menghela napas. la budi nonamu dan kau sendiri aku tidak bisa lupakan, sebenarnya dalam hidupku selainnya kau berdua yang menaruh perhatian begitu baik, hanya toako ada satu-satunya kawan karibku. Nah, kalau sebentar lagi aku mati juga tidak akan merasa penasaran aku sudah rela. Nona Seng. menyelak nona In, sudah tahu ilmu silat Ho Siangkong, meskipun tinggi, tapi latihannya kurang. Jadi, kalau harus bertanding dengan orang-orang yang sudah berkumpul disini, perbedaannya jauh sekali, Apa lagi mengingat itu Siluman Khoe Tok punya anak murid yang jahat dan kejam. Malam itu tentu mereka mencari akal keji untuk mencelakakan pada Ho siang kong. Nona Seng pikir bulak-balik untuk menolong Ho Siang kong, akhirnya dia telah mengambil dua butir pil ini sudah disimpan lima tahun lamanya untuk diberikan kepada Ho Siangkong. Ho Tiong Jong merasa heran sekali, demikian besar ada perhatian nona Seng. Ya, memang juga aku lebih baik mati makan pil ini daripada menerima hinaan orang, Hanya aku tidak menduga sama sekali kalau nonamu ada begitu besar menaruh perhatian atas diriku yang rendah Sambil berkata, tangannya menjemput salah satu pil dan di telannya seketika. Ia menatap wajahnya nona In yang tertegun melihatnya pemuda itu menelan pil. Ho Tiong Jong berseyum. Nona in, sebenarnya aku tidak ingin mati, tapi, ia, karena hatiku yang angkuh dan pantang menyerah membuat aku memilih kematian dengan menelan ini daripada menerima hinaan orang. Nona In merasa terharu mendengar kata-katanya anak muda itu. 81 Sebenarnya pil ini selalu dibawa-bawa oleh nona Seng, tapi ia tak berani menerjang bahaya untuk menelannya, kata nona In. Dari mana nonamu mendapat pil mujarab dan beracun ini? tanya Ho Tiong Jong sambil menyerahkan kembali kotak yang masih terisi satu butir pil lagi. Sambil menyambuti kotak tadi, nona In lalu menceritakan kisah nona Seng. Nona Seng pada suatu hari ada menonton gurunya, Kok Lo-lo, bermain catur dengan si Dewa Racun (Tok-sin) Khong Yat Sin, suatu saat nona Seng merasa kesal melihat kedua lawan itu terus mengasah otaknya, tak mau menggerakkan biji caturnya, sedang ia sudah tahu kemana jalannya untuk gurunya dapat memperoleh kemenangan dalam pertandingan itu. Ia yang berdiri dipinggiran mesem-mesem melihat dua jago tua itu memutar otaknya, hal mana dapat dilihat oleh Kong Jat Sin. siapa telah berkata, Hei, nona kecil kau mesem-mesem apakah sudah menemukan jalan untuk gurumu memperoleh kemenangan? Nona Seng hanya anggukkan kepala sambil melirik pada gurunya tidak berani membuka mulut. ETELAH gurunya mengijinkan untuk ia menunjukkan jalannya bagaimana dapat menjatuhkan lawannya, nona Seng baru mau berikan pengunjukan. Dua orang tua itu merasa heran. Benar saja tidak lama kemudian Kong Jat Sin kena dikalahkan oleh Kok Lo lo atas bantuannya sang murid. Ha ha ha... demikian Kong Jat Sin tertawa bergelak-gelak sambil mengurut-urut jenggotnya yang panjang, Kau sungguh cerdik nona kecil, Nah untuk Kecerdikanmu aku si orang tua pecundang menghadiahkan padamu dua pil mustajab dan beracun, untuk suatu waktu bila diperlukan kau boleh menelannya. Kong Jat Sin berkata sambil mengeluarkan dari sakunya dua ples kecil, dikeluarkannya sebutir pil dari masing-masing ples dan diberitahukan khasiatnya, hingga nona, Seng kegirangan bukan main. 82 Bagaimana selanjutnya kisah pil mustajab dan beracun itu. kata nona in yang menutup ceritanya itulah Ho Siang kong sendiri dapat menanyakan kepada nonaku Nona In kemudian minta diri meninggaikan kamar Ho Tiong Jong, Di pekarangan tiba- tiba ia melihat Kho Kie sedang jongkok sambil memainkan batu-batu? Melihat nona in mau lewat didepannya, tiba-tiba Kho Kie bangun dan menghalang- halangi sambil cengar-cengir ketawa dan mengucapkan beberapa perkataan bergurau jenaka.. Nona In sebenarnya suka pada Kho Kie yang Jenaka lucu ini, akan tetapi ia ketika itu sedang ada urusan penting menyampaikan laporan kepada nonanya, maka hatinya mendelu juga ketika dihalang-halangi dan diajak bergurau. Nona In, parasmu yang cantik ada muram sedikit kenapa sih? Nona In menjebikan bibirnya, tidak menyahut. Ketika ia mau jalan, kembali Kho Kie menghalang-halangi, ia jadi tidak sabarandan sikutnya sudah membentur dadanya si orang aneh yang bisa masuk dalam tanah. Benturan itu telak sekali, sebenarnya tidak dirasakan apa-apa oleh Kho Kie, tapi saat itu ia menemukan jalan rupanya untuk menarik perhatiannya si nona pelayan yang cantik maka ia sudah pura-pura sempoyongan sambil memegang dadanya, ia membentur dinding pekarangan dan rubuh. Nona In matanya membelalak kaget, Apakah pukulannya sangat keras barusan? Tanyanya dalam hati, cepat ia sudah menghampiri Kho Kie yang pura-pura menggeletak pingsan. Dirabalah dada si konyol dan diurut-urut. Kau kenapa, apa sakit kena disikut aku barusan? Makanya jadi orang jangan konyol, ini bagiannya orang yang suka godain orang. Kho Khie tinggal diam saja, hingga hatinya nona In menjadi lebih kuatir lagi. Diam-diam sebenarnya Kho Kie merasa sangat bahagia, dadanya diuruti oleh tangan yang halus mungil, bau wangi dari badannya nona In menusuk hidungnya, hingga dirasakan seketika itu semangatnya seperti sedang melayang layang dikayangan. Nona In coba angkat ia bangun, tapi sengaja Kho Kie memberatkan badannya hingga si nona menjadi kewalahan Kepinginnya ia berdiam terus di uruti oleh si nona pelayan yang telah menawan hatinya. Tapi nona In rupanya ada cara lain untuk mengangkat bangun padanya, ia selusupi tangannya yang mungil dalam ketiak orang, kemudian mengerahkan tenaganya menyeret Kho Kie. MMi 1H1 KM Ml JIW. H I H Kali 83 ini, ternyata ia berhasil sebab Kho Kie tidak bisa memberatkan dirinya lagi, karena tidak tahan merasa geli ketiaknya disodok tangan si nona, ia paling takut kalau ketiaknya kena dikitik, maka dalam sekejapan saja ia sudah dapat dibawa ke kamarnya untuk direbahkan. Kamarnya Kho Kie berhadap hadapan dengan kamarnya Ho Tiong Jong. setelah ia merebahkan Kho Kie, ia tidak mendengar suara apa-apa dari kamarnya Ho Tiong Jong, ia lupa Ho Tiong Jong telah menelanpil, karena hatinya sedang kusut memikirkan Kho Kie yang diduganya mendapat luka parah didalam karena sikutnya tadi, ia merasa simpati pada orang Jenaka ini, terutama ketika sudah mendengar riwayatnya yang sedih yang ia diam-diam mencuri dengar ketika Kho Kie ngobrol dengan Ho Tiong Jong, ia memeriksa jalan napasnya Kho Kie, kenyataan sebagaimana biasa, maka hatinya merasa lega juga. Sebaliknya Kho Kie yang berpura-pura diam-diam merasa tidak enak. karena ia membuat orang ketakutan. Sambil memejamkan matanya ia memikir jalan bagaimana untuk bisa menghibur hatinya sinona pelayan cantik ini. Tiba-tiba nona In ingat Ho Tiong Jong telah menelan pil maka ia cepat-cepat keluar dari kamar Kho Kie dan masuk kekamamya si pemuda. Apa yang ia lihat? Hatinya berdebaran keras, ia melihat Ho Tiong Jong rebah dalam keadaan tidak berkutik Mati, oh dia mati.. pikirnya dengan sangat sedih. Ia jalan menghampiri ketika ia memeriksa keadaan, Ho Tiong Jong, betut-betul badannya sudah dingin, maka ia telah mengucurkan air mata karena sedih. Pada saat hatinya gelisah tiba tiba pintu terbuka dan masuklah Keng Jie. Nona In cepat-cepat menutupi badan Ho Tiong Jong dengan selimut dan berkata pada Keng Jie, bahwa Ho Tiong Jong entah kenapa dengan mendadakan saja telah mati. Setelan berkata, ia terus ngeloyor ke kamarnya Kho Kie, meninggaikan Keng Jie yang jadi berdiri melongo mendengar kata-katanya nona In tadi. Nona In mendekati Kho Kie dan menanya Hei, apa kau sudah mendingan sakitnya? Tidak enak kalau ia tidak memberikan jawaban, maka Kho Kie menjawab. Ya, lukaku sudah mendingan. it Nona In girang mendengar Kho Kie menyahut, maka ia datang lebih dekat lagi dan menyampaikan kabar kematiannya Ho Tiong Jong. 84 Kali ini Kho Kie bukan pura-pura lemas badannya, betul-betul ia lemas dan gelisah halnya mendengar apa yang diceritakan oleh nona In, Sahabat karibnya dengan mendadak telah mati sebab apa? Ah, tak mungkin, Tapi, kenapa mati? Kho Kie tidak susah menanti jawaban, sebab nona in sudah menceritakan tentang dua pil yang diberikan pada Ho Tiong Jong dan satu diantaranya telah ditelan oleh pemuda itu. Rupanya ia telah menelan yang beracun maka ia telah menemui kematiannya. Kemudian ia menyerahkan pil yang satunya lagi kepada Kho Kie, berkata. Nih, sebutir lagi aku serahkan padamu, aku tidak tahu kau akan berbuat apa dengan pil ini untuk menolong sahabat karibmu itu. Kho Kie menjublek. seolah-olah tidak mendengar apa yang dikatakan si nona, semangatnya saat itu seperti sudah tidak ada lagi dalam tubuhnya, terbawa oleh kabar kematian atas sahabat karibnya itu. Ya, sungguh harus dibuat sayang orang yang demikian baik hatinya seperti Ho Siang-kong telah menemui ajalnya. kata nona in, sementara itu ia sudah gerakan kakinya untuk meninggaikan kamarnya Kho Kie. Melihat nona In sudah berlalu dari kamarnya, Kho Kie jadi melamun. Pikirnya, Betul-betul peristiwa dalam dunia ini tak dapat diduga-duga, Kawan karibnya yang segar bugar mengadakan telah mati, bagaimana akan terjadi dengan dirinya sendiri? Semua kejadian orang alami seperti dalam mimpi saja. Saat ia dalam berduka demikian, tiba-tiba ia mendengar ribut ribut dikamarnya Ho Tiong Jong. Kiranya kesitu sudah datang orang-orang yang mengurus kematian, hendak mengangkut mayatnya Ho Tiong Jong. Mereka dikepalai oleh seorang bernama Ie Yong dengan julukan si Rajawali Botak. Kepalanya botak klimis, tapi ia bertenaga besar dan ilmunya ada Eng-jiauw-kang suatu ilmu mencengkeram yang ganas dan terkenal dalam kalangan kangouw. Ketika Ie Yong masuk ke kamar Ho Tiong Jong, lantas bikin pemeriksaan mayat, kemudian menyuruh dua orang sebawahannya mengambil usungan untuk mengangkut mayat pindah kekuil Po-im-yan yang terletak dibelakang rumah penginapan tamu itu. Kepada yang lainnya ia menyuruh supaya mengambil peti mati yang belum jadi di gudang nomor dua, menyuruh tukang kayu untuk menyelesaikannya cepat-cepat. Ketika Ie Yong mengulurkan tangannya membuka selimut yang menutupi wajah IHo Tiong Jong, tiba-tiba ia berkata pada dirinya sendiri Ah, sungguh sayang orang 85 begini cakap telah mati mendadak Entah apa.yang dia sudah makan sehingga menemukan ajalnya begini? Betul-betul lucu... Sampai disini ia berhenti, karena dua orang yang disuruh membawa usungan sudah tiba untuk mengangkut mayatnya Ho Tiong Jong, Letaknya kuil Po im-yan kira-kira setengah lie dari rumah penginapan tamu, Disitu terdapat rimba bambu, Menurut kebiasaan orang yang mati lantas ditanam, malah petinya disiapkan juga ada peti yang bagus dan mahal harganya, ia betul-betul merasa heran ia hanya menurut perintah dari nona Seng saja. Sebenarnya ia banyak mengetahui segala rahasia dalam benteng itu, Misalnya kedatangan Ho Tiong Jong yang mendapat sambutan lain daripada tetamu yang lainnya, kemudian kamarnya dipindahkan kekamar yang sekarang, juga yang memberi kuda dan golok serta pakaian baru pada Ho Tiong Jong ia tahu ada perintah nona Seng, tapi ia tak mau membocorkan rahasia ini kepada yang lainnya. Hanya kematian Ho Tiong Jong yang mendadak ini benar-benar ia dibikin tidak habis mengerti, mengingat perhatiannya nona Seng ada demikian besar pada anak muda itu. Dilain pihak Kho Kie yang sedang dalam kedukaan tiba-tiba dipanggil oleh Keng Jie untuk menghadiri perjamuan. Kho Kie mengikuti Keng Jie, ketika sampai diruangan perjamuan, ia nampak banyak pendekar sudah pada hadir dengan roman yang angker. ia tidak ambil pusing semua ini, hanya terus nyelonong mencari tempat duduk. Sebentar kemudian ketika ia mengangkat kepalanya, ia lihat diantara yang hadir ada beberapa imam dari Kongtong-pay, Im yang Siang-kiam Kong Soe Jin dan Kon Soe Tek diri Ngo biepay, Kauw Seng Ngo dan Hong Siang Ju dari Kun-lun-pay, kemudian murid-murid dari Siluman Khoe Tok ialah Song Boe Kie, oet ti Kang dan Oet-ti-kun Li losat juga tidak ketinggalan, iblis wanita cantik yang banyak menarik perhatian, Yang duduk dikursi sebelah kanan tuan rumah adalah seorang paderi tua teman karibnya Lo Pocu ( majikan tua ) Seng Eng yang dikenal dengan nama Pek-Boe Taysu, disebelah kirinya seorang nikow (paderi wanita) ceng Bice Sian-kow berumur kira-kira empat puluh tahun, lalu orang-orang dari oei-san-pay Him Toa Ki danTlong le serta dua padri Tibet bernama Pua Dho Ka dan Li Dho. 86 Selainnya ini, banyak hadir pemuda pemudi yang Kho Kie tidak kenal semuanya kelihatan gagah, cantik dan tampan, murid-murid dari orang bukan sembarangan. Boleh dikata para hadirin disitu campur aduk dari golongan jalan putih dan hitam, jadi ada mengunjukkan luasnya pergaulan Seng Eng sebagai majikan dari benteng Seng ke-po, cong le yang melihat Kho Kie wajahnya seperti bersedih dan tidak melihat munculnya Ho Tiong Jong, hatinya berCekat ingin ia menanyakan pada Kho Kie, tapi sayang ia tidak ada tempo, karena matanya saat itu saling melotot dengan Tok-it Tojin dari Kong-tong-pay.. Rupanya diantara partai Kong-tong dan oei-san ada terbit ganjelan yang berlarut- larut, makanya juga kehadiran wakil-wakil kedua partai disitu telah menampakkan rasa bencinya masing-masing. Lo-pocu Seng Eng tampak berseri-seri diantara banyak tetamu yang berisik bercakap-cakap satu dengan lain, tampaknya ia gembira sekali melihat kehadiran begitu banyak tetamu. Sayang Seng Giok Cin, puterinya, tidak turut muncul. Kalau tidak. tentu nona yang sangat cantik itu akan menjadi sasarannya mata semua pemuda yang ada disitu. Tapi para pemuda itu tidak usah terlalu kecewa karena ada gantinya Kim-Hong Jie putri kesayangan dari majikan benteng Kim-hong-po. Usianya Kim Hong Jie kira-kira tujuhbelas tahun, parasnya cantik luar biasa, Yang menjadi ciri yang menyolok adalah sujennya di-pipinya yang botoh. Semang kin ia tertawa sujen itu semakin dekik, mempesonakan dan menawan hati yang melihatnya. Kim Hong Jie adalah nona cilik yang pada lima enam tahun yang lalu menangis ditepi sawah, menangisi bonekanya yang kecemplung kedalam sawah dan Ho Tiong Jong yang menolong mengambilkan barang mainannya itu. sebagai jasa untuk pertolongan itu Ho Tiong Jong mendapat dua belas jurus ilmu golok keramat dari ayahnya Kim Hong Jie. Hanya sayang anak muda itu tinggi hati, ia tidak mau balik kembali kerumahnya Kim Hong Jie setelah lewat satu bulan yang dijanjikan, Kalau tidak ia sudah mahir dengan tiga belas jurus semuanya ia boleh menjagoi dikalangan Kang-ouw. Para hadirin berhenti bercakap-cakapnya ketika Lo-pocu Seng Eng sebagai tuan rumah berdiri angkat bicara. Dalam pidatonya ia mengucapkan terima atas perhatian 87 para tetamu yang datang hadir, kemudian ia memperkenalkan satu demi satu sekalian tetamu-nya agar masing masing dapat mengenal satu dengan lain dalampibu (adu silat) nanti. Ia mohon maaf padapara tamu kalau ada sesuatu pelayanannya yang tidak menyenangkan Kemudian ia mempersilahkan sekalian tetamunya untuk makan minum sepuasnya dalam perjamuan itu menjelang esok hari pibu di adakan. Sebagai penutup bicaranya Seng Eng telah memberitahukan syarat-syarat dalam pibu nanti. Untuk memimpin pibu ini ditetapkan mengangkat tiga Taycu masing-masing Teng cu ada wakilnya semuanya menjadi enam orang. orang yang berminat pibu diatas luithay (panggung berkelahi), pemuda harus menghadapi wakil Taycu kesatu, bertanding dengan tangan kosong. Kalau kalah boleh turun panggung, tapi kalau dalam tiga puluh jurus masih belum kalah, boleh maju untuk menghadapi wakil Taycu kedua dan bertanding dengan menggunakan senjata. Kalau dalam dua puluh jurus dapat menjatuhkan wakil Taycu itu, seterusnya boleh maju ketemu dengan Taycu sendiri, Menghadapi Taycu orang boleh sesukanya memilih pertandingan, dengan tangan kosong atau senjata, juga boleh menggunakan senjata gelap. Syaratnya, pertandingan dengan tangan kosong atau menggunakan senjata ditetapkan dalam lima belas jurus berhenti, tak perduli pertandingan masih berjalan berimbang, Tapi kalau menggunakan senjata gelap. harus berjanji dahulu dalam gerakan beberapa yang menentukan kalah menangnya. Pada siapa yang keluar sebagai pemenang, tuan rumah berjanji akan menghadiahkan apa-apa sebagai tanda kenang-kenangan untuk kegagahan dari orang yang bersangkutan Semua hadirin paham dengan syarat-syarat yang disebutkan tuan rumah, tapi mereka menghadapi teka-teki, apakah diantara tiga Taycu itu ada terdapat tuan rumah sendiri? Lohu pikir, kata pula tuan rumah, semua syarat yang disebutkan tadi dapat di- setujuinya oleh para sahabat, cuma yang paling penting adalah pertandingan terakhir, harap sekalian sahabat suka mengeluarkan kepandaiannya yang istimewa untuk menggembirakan para kawan yang menontonnya. 88 Pidato tuan rumah mendapat sambutan tepuk tangan riuh rendah dari para hadirin- Mereka kemudian sambil bersenda gurau melanjutkan pestanya dengan gembira sekali. Terdengar pula Lo-pocu Seng Eng berkata. Anak perempuanku saat ini masih ada sedikit urusan maka ia belum dapat datang Baiknya kalian adalah orang-orang sendiri,aku pikir semuanya tidak akan menyalahkan kepada kami berdua. Kim Hong Jie mendengar ini kelihatan bersenyum manis, sujennya yang menyolok menggiurkan siapa yang melihatnya, menambah kejelitaannya. Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Seng sick-sick, apa tidak lebih baik lekas-lekas panggil encie Seng keluar untuk menghadiri perjemuan? Sore tadi aku hanya sebentar saja bercakap cakap dengannya dan mendapat tahu kalau encie Seng berkepandaian sastra dan silat sangat sempurna sukar orang mencari kepadanya. Betul, betul. menimbrung nona Lauw Eng dari Kauw ke chung di Kim leng. Sick sick harap menyurut orang untuk mengundang dia datang tiba aku ingin sekali berkenalan dengannya. Saat itu tiba-tiba ada orang datang mendekat Seng Eng bicara bisik bisik dikupingnya. Ha ha ha ha...... tertawa Seng Eng, sambil mengurut-urut jenggotnya yang bagus Kebetulan lohu ada urusan masuk kedalam biarlah lohu akan memanggilnya dia keluar untuk berjumpa dengan kalian- Setelah berkata, ia berbangkit dari tempat duduknya dan ngeloyor masuk. Melihat tuan rumah tidak ada ditempatnya, ceng Ie dan it Tok Tojin kembali saling pandang dengan mempelototkan matanya masing-masing. Keduanya kelihatan bernapsu untuk bertempur, cuma saja tidak baik disitu banyak tetamu dan malu hati terhadap tuan rumah, yang tentu tidak mengijinkan mereka bertempur begitu saja. Sebentar lagi tampak cong Ie meninggalkan tempat duduknya dan menghampiri pada Kho Kie ia menanya. Hei, Kho toako, kau sendirian saja? Mana Tiong Jong? Kho Kie unjuk muka lesu, ia tak lantas menjawab, hanya menatap wajahnya nona cong yang cantik. 89 Toako, kau kenapa? desak si nona. melihat Kho Kie seperti yang ragu-ragu untuk berbicara. Sebelum Kho Kie dapat membuka mulut menjawab, tiba-tiba terdengar suara tertawa gelak-gelak diantara tiga muridnya siluman Khoe Tok. Mereka kelihatan iri hati melihat si nona seperti yang sangat memperhatikan sekali atas dirinya Ho Tiong Jong, itu pemuda yang ia incar mau dianiayainya. Nona cong... kata oet-ti Koen mengejek. itu siorang she Ho sudah mati, apa kau belum pergi sembahyang didepan peti matinya? Ha ha ha... ciong Ie terkejut sekali mendengarnya. Ia tidak ambil perduli kata katanya oet-ti Koen yang mengejek hatinya saat itu tergetar oleh kabar kematiannya Ho Tiong Jong, Dia mati... ia mendumel setelah bengong sejenak. Kemudian ia mengawasi pada Kho Kie. Kho toako, apakah benar engko Ho ma...? Ia tak dapat melampiaskan kata penghambisan ti , karena tenggorokannya terasa seperti tersumbat oleh kesedihan. Kho Kie hanya anggukkan kepalanya ia mengerti bahwa kabar itu telah menggetarkan hatinya si nona yang tampaknya ada menaruh perhatian besar kepada si anak muda. Kho toako, mari antar aku kesana... kata pula si nona, seraya gunakan setangan- nya yang harum semerbak untuk menyeka air matanya yang mengembeng. Kho Kie bangun dari tempat duduknya, Diam-diam dua orang itu telah ngeloyor pergi. cek-bin Thian ong Kim Toa melihat Su-moynya mau berlalu sudah lantas menanya. Hei, sumoay, kau mau pergi kemana? Aku mau pergi sembahyang pada jenazahnya engko Ho, jawabnya. Him Toa Kie mengkerutkan aslinya. Diam-diam ia berpikir sumoay baru saja berkenalan dengan orang she Ho itu, ternyata hatinya sudah tertawan olehnya, Buktinya, air matanya berlinang-linang mendengar kabar kematiannya si pemuda. 90 Dia ada begitu besar menaruh perhatian, mungkin hatinya jatuh cinta pada Ho Tiong Jong, Untung dia sudah mati, kalau tidak. bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan kelakuannya sumoayku itu didepan ayahnya? Setelah berpikir demikian, ia pun meninggalkan tempat itu berjalan masuk keruangan dalam. Kho Kie yang belum tahu jenazahnya Ho Tiong Jong ada ditempatkan dimana, lalu mencari keterangan pada orang-orang Seng kee-po, kiranya jenazahnya pemuda itu ditaruh dalam kuil Po-in-yan. Untuk kesana, mereka harus mencari sungai kecil dan masuk kedalam rimba bambu yang ada di sebelahnya. Disitu tidak ada jembatan, hingga orang harus lompat menyebrang. cong le yang sudah tidak sabaran untuk melihat jenazahnya Ho Tiong Jong, sudah enjot tubuhnya melesat dan sebentar saja sudah berada diseberang, kemudian terus berjalan ke kuil Po-im-yan. Tinggal Kho Kie yang jadi kebingungan sendiri, karena ia tidak pandai mengentengi tubuh, ia tidak ungkulan untuk lompat menyebrangi sungai itu yang jaraknya ada setombak lebih, tapi karena hatinyapun sudah ingin lekas-lekas melihat jenazahnya sang kawan, ia sudah pejamkan matanya dan paksa lompat menyebrang. Bagaimana selanjutnya? Apa Kho Kie rupanya lebih pandai masuk kedalam tanah dari pada lompat menyebrang kali karena saat itu tidak ampun lagi ia kecebur kedalam sungai dan terpaksa berenang sebentar untuk mencapai kelain tepi, setelah naik didarat pakaiannya menjadi basah kuyup, ia tidak perdulikan itu, terus menyusul nona cong yang entah sudah sampai dimana. Sesampainya dalam kuil ia mencari kesana kemari dimana jenazahnya Ho Tiong Jong ada ditaruh ia segera menemui kamar yang terang benderang lalu masuk kedalamnya. Pada dekat dinding sebelah kanan tampak ada satu tempat tidur, dimana ada diletakkan jenazahnya Ho Tiong Jong. Dengan badan bergemetar menahan rasa sedihnya Kho Kie datang menghampiri. Ia membuka kelambu dan menatap wajahnya sang kawan beberapa lamanya. Wajahnya Ho Tiong Jong seperti masih hidup hingga diam-diam Kho Kie tidak mengerti mengapa dengan wajah yang begini Ho Tiong Jong dikatakan sudah mati. 91 Ia menghela napas berulang-ulang, Ho laote, melihar air mukanya kau ini seperti yang tidak rela meninggal dunia, sebab apa kau tidak mau hidup kembali? Ah, sebaiknya kau hidup lagi, jangan sampai banyak nona-nona itu menjadi sedih karena mu, Ho Tiong Jong seperti yang yang mendengar kata-katanya Kho Kie, matanya yang tertutup tampak seperti bergerak terbuka separuh. Kho Kie menjadi terkejut. Terus ia memegang nadinya, tapi tidak terasa denyutan juga badannya sudah dingin seperti mayat, Kho Kie benar-benar merasa sangat duka Saat itu, ia merasa sangat sayang sahabat karibnya ini telah menemui ajalnya dengan cara yang luar biasa. Dalam termenung-menungnya, tiba-tiba ia mendengar ada suara wanita dan senjata yang saling bentur seperti orang yang sedang bertempur, ia menjadi heran. Tapi tanpa memperdulikan siapa wanita yang bertempur itu, ia sudah lantas keluar melihatnya. Suara pertempuran itu terjadi dibalik tembok pekarangan yang ia tak mungkin melompatinya karena sangat tinggi, Lantas ia keluarkan topi lancipnya untuk masuk kedalam tanah. Ia nerobos dan keluar dibalik tembok pekarangan tadi, dilihatnya yang bertempur itu ada nona in dan cong Ie. Mereka bertempur sengit sekali, nona in menggunakan pedang dan nona cong berpegangan sepasang golok tajam sudah lima puluh jurus mereka bergebrak, sudah kelihatan nyata bahwa nona in bukan tandingannya lagi cong Ie, pikirannya Kho Khie yang sudah menjadi sibuk, apalagi melihat serang-serangan cong-le ada berbahaya sekali, Mungkin suatu saat nona in kena dihajar oleh sepasang goloknya yang tajam. Tiba-tiba terdengar suara nona In tertahan pedangnya kena dipukul jatuh goloknya nona cong yang tersebut duluan ketakutan dan sudah meramkan matanya untuk menerima nasib, tapi apa mau, ketika goloknya nona cong membabat, mendadak nona in sudah menghilang entah kemana, hingga goloknya hanya membabat angin. cong le tertegun sekian lamanya, ia Celingukan mencari-cari musuhnya, akan tetapi tidak kedapatan disekitarnya. Meskipun ia penasaran ingin mencarinya, tapi keinginan lekas lekas ingin melihat wajahnya Ho Tiong Jong ada lebih mempengaruhi hatinya. 92 cepat ia enjot tubuhnya melompati tembok peka rangan, kemudian masuk kedalam kuil Po-im-yan untuk melihat jenazahnya Ho-Tiong Jong. Ketika ia memasuki kamar jenazahnya Ho Tiong Jong, dengan airmata berlinang- linang ia membuka kelambu tempat tidur ia menatap wajahnya si pemuda yang cakap tampan sambil bercucuran air mata. Ia berlutut ditepi pembaringan dan mengusap-usap pipinya sipemuda yang sudah menjadi dingin. Hatinya sedih seperti disayat pisau. Belum lama ia berkenalan dengan pemuda ini, hatinya sudah tertawan dan ia meskipun diluarnya bersikap keras dalam hatinya sangat memuja kepada pemuda yang sekarang sudah jadi mayat ini. Ia menangis terisak-isak sekian lamanya, Sambil menatap lagi parasnya Ho Tiong Jong, ia mengusap-usap lagipipinya danjidatnya si anak muda, Engko Ho, aku tidak nyana kau sebegini pendek umur, Kau kelihatannya segar bugar, kenapa kau bisa mati secara mendadakan? oh. Engko Ho kau... Si nona tidak dapat melanjutkan kata-katanya, karena mendadak ia lihat wajahnya Ho Tiong Jong seperti yang bersenyum, ke dua matanya yang tertutup bergerak-gerak seperti hidup, Kejadian mana membuat cong Ie menjadi ketakutan. Kakinya lemas dibuatnya, hingga hampir saja ia tak dapat berbangkit dari berlututnya dan jatuh lemas. Untung dia masih bisa tabahkan hatinya, dengan sekali gerakan lututnya ia lompat mundur kedekat pintu, kemudian tanpa menghiraukan lagi apa yang akan terjadi lebih jauh dengan jenasahnya Ho Tiong Jong, si nona sudah angkat kaki melarikan diri terbirit- birit. Dengan napas masih tersengal-sengal ia sudah berada pula di ruangan perjamuan, dimana banyak orang tengah bercakap-cakap sambil tertawa-tertawa ramah. Rasa ketakutannya sudah tidak mencengkeram lagi hatinya. Him Toa Ki yang selalu memperhatikan sumoaynya, melihat wajahnya sang sumoay datang pula kedalam ruangan demikian pucat dan napasnya tersengal-sengal, sudah lantas menanya. Hei sumoay, kau menemui apa seperti yang ketakutan dan wajahmu pucat sekali? Kiii kata cong Ie sambil bergidik. Kau kenapa, sumoay? 93 Si nona tidak lantas menjawab, hanya menatap wajahnya sang suheng seperti yang sudah tidak sabaran sekali, karena pertanyaannya belum dijawab. Setelah di tanya pula, cong le lalu menjawab Suheng, apa kau percaya adanya setan dalam dunia ini? Aku tidak percaya, karena belum melihatnya. Suheng, mungkin setan itu ada. Hanya orang yang bintang terang saja tak dapat melihatnya ia... Hei, ada apa? Him Toa Ki mendengus, Tapi cong Ie tidak menjawab, hanya kepalanya digeleng-gelengkan dan matanya mengawasi ketempat seorang udna yang sedang dirubung-rubung oleh banyak tetamu perempuan, kelihatannya mereka riang sekali bercakap-cakap KlRANYA nona yang menjadi pusat perhatian itu ada nona Seng Giok Cin, puterinya Pocu dari Seng-kee-po yang cantik luar biasa. ooOOoo Bagaimana dengan mendadak nona menghilang ketika mau dihajar dengan goloknya nona Ceng? Mari kita ajak pembaca menengok pada nona In. Nona In yang mendadak menghilang, adalah perbuatannya Kho Kie didalam tanah. Kho Kie yang melihat nona In dalam bahaya, sudah lantas menarik masuk kedalam tanah, Nona In sebenarnya sudah terbang dengan semangat ketika pedangnya di pukul jatuh oleh goloknya nona Ceng, kemudian ia pejamkan matanya terima binasa, Tak dinyana ia rasakan dirinya seperti ada yang telah menolongi dan masih hidup dalam dunia. Saat itu dalam pelukannya Kho Kie. Apakah aku ini masih hidup atau sudah berada dalam neraka? terdengar ia berkata-sendirian. Nona In, kau masih hidup, Karena aku tarik kau masuk kedalam tanah, tak sampai putus batang lehermu dan menghadap Giam-lo-ong. Ha ha ha apa kau kenali aku ini Kho Kie? Nona In menghela napas. Karena kuatir lama-lama nona In dalam tanah bisa mati pengap. maka Kho Kie sudah cepat-cepat bawa lagi si nona keluar dari tanah untuk menghirup udara segar lagi. 94 Nona In sudah berdiri lagi menginjak tanah. Sambil merapihkan bajunya yang kusut dan rambutnya yang tidak karuan, matanya telah melirik pada Kho Kie yang dalam pakaian hitam dan bertopi lancip hitam, persis seperti setan penunggu gunung. Tidak heran kalau nona In agak kaget dan hampir keluarkan jeritan tertahan, kalau tidak lekas lekas Kho Kie membuka topi lancipnya dan wajahnya yang asli tampak didepan matanya si nona. Ah, Kho toako, betul-betul kau bikin aku mati ketakutan-.. kata si nona bersenyum. Kho Kie tertawa nyengir. Kho toako, kau baik sekali sudah menolongku. coba kau tidak ada, tentu rohku sudah melayang dan menemui GIaM-lo-ong seperti barusan kau katakan-. Eh, nona In kau jangan bilang begitu, Aku menolong karena merasa senang kepada MU.. tapi ah, aku terlalu banyak bicara, nanti kau marah. Nona In bersenyum manis. Nona pelayan ini selain romannya cantik manis, juga ramah tamah dan lincah sekali, hingga menarik perhatiannya Kho Kie. ia senang terkadang suka melamun, kalau boleh ia akan jadikan nona In itu sebagai kawan hidupnya. Nona In mengerti kemana juntrungannya Kho Kie bicara, maka ia tidak menegur dan hanya bersenyum manis, Kho toako, atas pertolongan ini aku tidak tahu bagaimana aku harus membuang terima kasih kepadamu kata si nona sambil matanya mengerling kearahnya Kho Kie, hingga membuat hatinya Kho Kie berdebaran. Ah, tidak apa, tidak apa, asal... Kho Kie berkata tidak lampias, Hei, Kho toako, kau jelaskan asal apa? Kho Kie ketawa nyengir. Lagak-lagunya yang Jenaka ini yang membuat nona In suka kepadanya, tambahan si nona tertarik hatinya oleh riwayatnya Kho Kie yang sedih. Kho toa ko, jangan main-main, lekas jelaskan, asal apa sih? sambil mengerling. Tidak, tidak, ah, biarlah lain kali saja... Nona In kewalahan, ia meng kerutkan alisnya yang lentik bagus dan menatap wajahnya. 95 Si Setan tanah hingga yang diawasi menjadi tundukkan kepalanya, sebentar kemudian Kho Kie mengangkat kepalanya dan menanya. Nona In, bagaimana kau bisa ketemu nona dan bertempur? oh, iya, aku belum menuturkan padamu, jawab nona In Aku dengar nonaku barusan ada dalam kamarnya jenazah Ho Siangkong.Tiba tiba ada pelayan mengabarkan bahwa Lo-pocu ada mencari nonaku, maka ia dengan terburu-buru sudah meninggalkan kamar jenazah dan memesan aku menyusul belakangan, justru aku mau menyusul nonaku, aku telah berpapasan dengan nona cong. Aku menanyakan maksud kedatangannya ia menjawab angkuh sekali, hingga hatiku merasa tidak senang, Kita jadi bertengkar kesudahannya telah diselesaikan dengan pertempuran yang hampir hampir saja... Ia cukup perkataannya dengan menjura hormat sekali pada Kho Kie, mengucapkan rasa terima kasihnya, hingga Kho Kie menjadi gugup menyambutnya. Jangan, jangan-.. buat apa mengucapkan terima kasih aku hanya... Ia berkata sambil tangannya diulur menyekal lengannya si nona, yang menjerit tertahan karena kesakitan itulah lengan yang terluka barusan bertempur dengan cicng ie, maka tidak heran kalau tersentuh oleh Kho Kie menjadi kesakitan. Kho Kie tarik pulang tangannya. Maaf, maaf aku tidak sengaja menyentuh lenganmu yang terluka, Nona In, mari kasih aku lihat bagian mana yang terluka aku dapat mengobatinya. Nona In tidak menjawab, hanya matanya menatap Kho Kie dan selebar mukanya menjadi merah karena merasa jengah. Setelah melemparkan senyuman, ia enjot tubuhnya melalui tembok pekarangan meninggalkan Kho Kie yang jadi melongo dibuatnya. Nona In ketika mampir kekamamya Ho Tiong Jong dan melihat jenazahnya Ho Tiong Jong bergerak-gerak seperti mau bangun, bukan main kagetnya. Lantas saja ia melarikan diri tanpa menoleh lagi kebelakang. Kho Kie yang jadi kebingungan karena tidak dapat melompati tembok pekarangan lalu mengeluarkan pula topi wasiatnya dan masuk kedalam tanah. sebentar lagi ia sudah berada pula didalam kamarnya Ho Tiong Jong. 96 Kali ini ia kaget benar-benar, karena Ho Tiong Jong dilihatnya sudah duduk dipembaringan sambil menggerak-gerakannya tulang-tulangnya yang telah berbunyi kretek kretek beberapa kali. Diam-diam dalam halnya Kho Kie berkata, Ho laote, kau mati penasaran makanya juga kau menjadi mayat hidup, Aku adalah sahabat karibmu, janganlah kau membikin ketakutan sampai mati konyol. Ia pikir lagi, dirinya berbaju kulit kebal yang tak mempan senjata tajam atau pedang maka kalau benar-benar IHo Tiong Jong mencekik padanya, paling banyak ia mati konyol tidak sampai dirinya kena dibakar. Memikir kesini hatinya menjadi besar lagi tidak takut menghadapi mayat hidup Ho Tiong Jong. Sebentar lagi kelihatan Ho Tiong Jong turun dari pembaringan mengulurkan tangan dan kakinya digerak-gerakan dan tubuhnya juga bergerak-gerak seperti kepegelan. Tiba-tiba terdengar ia berkata. Hei, aku ini sekarang berada dimana? Kho Kie yang mendengarnya menjadi heran, matanya terbelalak. Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia tidak mati , katanya dalam hati, Terus ia lompat menghampiri dan berteriak. Hei, loate, kau tak jadi mati? Suaranya Kho Kie menyelusup ketelinga Ho Tiong Jong yang masih dalam linglung. Perlahan-lahan ingatannya berkumpul lagi, Teriakannya Kho Kie mengingatkan ia kepada kejadian ia telah menelan pil dari nona In atas suruhannya nona Seng. Ia pikir, dirinya ternyata tidak mati. Hei, apakah aku ini tidak mati? Tidak mati, sebab apa? ia berkata sendirian sambil lompat kegirangan memeluk Kho Kie. Sebentar lagi Ho Tiong Jong mendorong badannya Kho Kie dan berkata. Hm, Kho toako, apa barusan kau masuk ke dalam tanah? Bajumu begini dingin, bahkan masih banyak lumpurnya. ya memang barusan aku keluar dari tanah. jawab sang kawan sambil nyengir. Kemudian ia menceritakan pengalamannya yang barusan terjadi. Ho laote. katanya sebagai penutup bicaranya, bajuku ini terbikin dari sutera ular es dari kutub utara, tak dapat robek atau di-lekati lumpur. Badanku terlindung dari goresan apapun, senjata tajam maupun peluru. Tapi ya, baju karena kelamaan akhirnya bisa robek dan hilang juga pengaruhnya terhadap lumpur, seperti buktinya sekarang kau lihat..Ha ha ha... 97 Ho Tiong Jong tidak memperhatikan bicaranya sang kawan, hanya matanya berputaran melihat kesekelilingnya. Bukan main girangnya diam-diam dalam hatinya berkata Aku tidak matinya betul aku... Bagaimana aku bisa tidak mati sesungguhnya ada suatu teka teki, Ah. Tuhan rupanya kasihan orang yang tak berdosa, aku tidak mati. Kho Khie melihat sahabatnya seperti sedang melayang-layang pikirannya, saat itu ia ingat akan sesuatu, maka ia cepat ulur tangannya merogoh kedalam sakunya dan dikeluarkan kotak pil yang diberikan nona In kepadanya. Ho laote. katanya, dalam kotak ini ada sebutir pil lagi yang kau belum telan, apa kiranya kau berani menelannya. Ho Tiong mengawasi kotak kecil itu beberapa lamanya, kemudian perlahan-lahan mengulurkan tangannya untuk menerimanya dari Kho Kie. ia membuka, dalam mana memang masih ada sebutir lagi temannya pil yang telah ia telan, matanya mengawasi pil ajaib itu sejenak. kemudian berkata. Kho toako apa pil ini yang tulen?. Ya, aku tidakjelas, menurut katanya nona In yang tulen, tapi kenyataannya sekarang kau tidak mati. Ho Tiong Jong sudah ambil keputusan, ia tidak perduli pil itu yang tulen atau beracun, ia sudah jumput dan menelannya lagi, Kemudian ia jatuhkan diri dipembaringan, berkata kepada Kho Kie. Kho toako, kali ini kalau aku benar-benar mati, kau jangan bersusah hati. Soal mati hidup ada ditangannya Tuhan Yang Maha kuasa, Orang semacamku perlu apa hidup lama-lama dalam penderitaan, lebih baik mati tidak ada ceritanya lagi. Kho Kie bengong melihat keberaniannya sang sahabat yang tanpa ragu-ragu telah menelannya pil yang masih dalam teka-teki beracun atau tidaknya. Ho laote. katanya. aku harus memuji padamu yang demikian tabah sudah berani menelannya. Kalau untuk orang lain, aku berani pastikan tentu tidak berani. Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia pejamkan matanya rebah diatas pembaringan seolah-olah ia sedang menantikan reaksinya pil yang ditelannya tadi. 98 Ho Tiong Jong merasa heran. Ternyata dengan menelan pil yang satunya itu bukannya ia mati, akan tetapi pelahan-lahan ia rasakan perubahan yang tidak diduga- duga dalam tubuhnya, semangatnya dirasakan tambah berlipat ganda, bukan main segarnya dan badannya dirasakan kuat sekali. Mendadak ia lompat bangun dan berkata pada Kho Kie. Kho toako, pil tadi bukannya pil kematian sebab aku rasakan perubahan dalam tubuhku. Bukan saja semangatku bertambah, tapi kekuatanku juga bukan main rasanya, Badanku merasa sangat segar, yang tadi ini tentu betul Siauw hoan-tan- Kho Kie yang nendengarnya pun merasa girang. Kalau begitu, coba kau mainkan ilmu pukulan tangan kosong yang aku ajari padamu. katanya pada sianak muda. Ho Tiong Jong menurut. Kho Kie setelah melihat Ho Tiong Jong habis memainkan ilmu pukulannya menjadi putus asa, karena dilihatnya Ho Tiong Jong tidak mendapat kemajuan apa-apa. Hanya semangatnya saja betul tampak berubah banyak. Maka ia pikir, pil itu hanya untuk menipu orang saja, tidak ada faedahnya. Pil itu sudah lama disimpan- kata Ho Tiong Jong, mungkin kasiatnya sudah lumer. sebab menurut katanya nona In pil ini kalau dimakan kita akan mendapat keuntungan seperti juga kita sudah berlatih tenaga dalam puluhan tahun lamanya. Kho Kie tidak menjawab, Kedua-duanya terdiam beberapa lama, kemudian Kho Kie yang membuka suara mengajak Ho Tiong Jong untuk meninggalkan kamar jenazah itu. Tapi toako kata IHo Tiong Jong, bagaimana aku bisa pulang ke benteng karena mereka menganggap aku ini sudah mati? Aku pikir, biarkan saja mereka menganggap aku sudah mati, Kelak kemudian hari aku dapat malang melintang didUnia kangouw dengan nama baru, tentu saja sebelumnya ini aku harus mencari dahulu suhu yang berkepandaian tinggi. Baiklah, kata Kho Kie setelah berpikir sejenak cuma aku harus mengambil buntelanku dan golokmu dahulu di benteng kita baru bersama-sama melarikan diri dari sini. orang lihat aku berlalu sendirian, mereka tentu tidak curiga aku melarikan jenazahmu, bukan? Ho Tiong Jong setuju dengan pikirannya sang kawan-Mereka lalu keluar dari kuil Po-im yan. 99 Setelah melewati rimba bambu, IHo Tiong Jong sembunyi dibawahnya sebuah pohon besar, sedang Kho Kie meneruskan langkahnya menuju ke benteng. Ho Tiong Jong menengadah ke langit yang diterangi oleh sinarnya bintang-bintang. Malam itu ada demikian sunyi, hingga pikirannya jadi melayang-layang kemasa lampau yang terus terusan hidup menderita kesedihan. Dalam keadaan termenung-menung demikian, ia tidak berasa ada dua bayangan yang mendekati kepadanya. Kapan mereka itu perdengarkan suara ketawanya yang aneh, barulah Ho Tiong Jong menjadi kaget. Ia berpaling kebelakang dan dilihatnya ia punya musuh tampak berdiri dihadapannya. Mereka itu ada Sepasang orang ganas Teng Hong dan Lauw cica Teng. Bagus, bagus... kata Teng Hong, Kita dapat berjumpa muka lagi disini. Lauw coe Teng menambahkan Ho Tiong Jong, meskipun kau bersembunyi di tempatnya orang she Seng, kau tidak akan berluput dari kepala besarku ini sambil memperlihatkan kepelannya yang gede. Ho Tiong Jong marah mendengar kata-katanya Lauw coe Teng, Sahabat, kau jangan banyak jual lagak. Kalau ada kepandaian boleh keluarkan semua untuk menghadapi kau punya tuan muda. Sepasang orang ganas murka bukan main, terus mencabut senjatanya masing- masing dan berbareng menyerang kepada Ho Tiong Jong yang tidak bersenjata. Tapi Ho Tiong Jong berani, ia tidak menghiraukan senjatanya, sepasang orang ganas itu, ia keluarkan kepandaiannya ilmu pukulan telapak tangan Kunci Gi Nio lang ajaran Kho Kie, yang ia mainkan mengeluarkan angin hebat sekali. Teng Hong dan Lauw coeTeng lompat mundur, mereka menjadi heran sekali ilmu yang dimainkan Ho Tiong Jong lihay sekali. Sebenarnya sianak muda sendiri tidak menginsafi pukulannya yang ampuh itu, ia hanya merasakan bahwa tenaganya sudah bertambah berlipat ganda ia mainkan ilmunya seperti gapah sekali. Ia terus mendesak kepada Lauw coe Teng dengan serangan totokan dan telapakan tangan hingga orang she Lauw itu terdesak mundur, senjata Poan-koanpil ditangannya tidak berdaya menangkis ceceran IHo Tiong Jong. 100 Teng Hong yang melihat saudaranya terdesak lantas menggerakkan senjata gaetannya nyerbu mengerubuti Ho Tiong Jong, tapi pemuda itu tidak takut. Hanya semakin tabah setelah mendapat kenyataan reaksi dari hasil latihan Iweekang yang dipelajari dari ayahnya Kim Hong Jie tempo hari. Kalau tadinya, sebelum ia mendapat tambahan tenaga yang berlipat ganda itu, tenaga dalamnya tidak memberikan pengaruh apa apa, kini telah memperlihatkan kefaedahannya yang membuat Ho Tiong Jong diam-diam menjadi sangat kagum sendiri. Meskipun bersenjata, Teng Hong dan Lauw coe Teng tidak berdaya menghadapi Ho Tiong Jong yang bertangan kosong, Ho Tiong Jong merasakan tenaganya sangat kuat, seperti ada tenaga yang tidak kelihatan membantunya ia menggempur musuhnya. Sebenarnya, bukanlah begitu adanya, Ho Tiong Jong punya latihan Iweekang tempo hari yang sudah mahir, belum kelihatan reaksinya karena ia belum mempunyai tenaga yang luar biasa dan kuat, sekarang karena sudah mendapat tenaga ajaib dari dua pil yang telah ditelannya itu, membikin latihannya seperti sudah mencapai puluhan tahun, hingga dengan kontan latihan Iweekang tempo hari telah memperlihatkan reaksinya yang luar biasa. Semakin lawannya menyerang hebat, Sin kang (tenaga sakti) Ho Tiong Jong semakin kuat dan lincah sekali gerakannya. Serangannya dengan totokan yang lihay dan telapakan tangan yang menghembuskan angin dahsyat, cukup membikin sepasang orang ganas mengeluh dan copot nyalinya untuk menghadapi lebih jauh. Ho Tiong Jong yang dianggapnya tadi akan menjadi mangsanya yang empuk. Sebentar lagi tanpa senjata Poan koanpit Lauw coe Teng sudah terlepas dari pemiliknya, lalu disusul oleh teriakan dan tubuhnya Lauw coe Teng rubuh sambil memuntahkan darah segar karena pukulan telak telapakan tangan Ho Tiong Jong. Teng Hong juga kemudian rubuh dengan dapat luka parah didadanya kena totokan jarinya Ho Tiong Jong. Betul-betul Ho Tiong Jong seperti sudah salin rupa, ia seolah-olah bukan Ho Tiong Jong si calon piauwsu tidak laku, hanya ada Ho Tiong Jong yang akan menjadi pendekar ulung dalam rimba persilatan. 101 Setelah melihat dua musuhnya menggeletak ditanah, diam-diam Ho Tiong Jong mengucapkan rasa syukurnya kepada ayahnya Kim Hong Jie yang telah melatih lweekang kepadanya demikian baiknya, disampingnya sudah tentu kepada nona Kam Hong Jie sendiri yang menjadi perantarannya, perasaan terima kasih lainnya ia tujukan kepada nona Seng yang telah menaruh perhatian besar kepadanya dengan memberi kuda dan golok pakaian, serta pil mujijat yang membikin dirinya dirasakan seperti Ho Tiong Jong yang baharu dijelmakan lagi. Ho Tiong Jong melirik pada sepasang orang ganas yang menggeletak ditanah, satu sudah melayang jiwanya dan yang satunya lagi napasnya sudah empas-ampis menanti saatnya untuk pergi ke neraka. Diam-diam IHo Tiong Jong merasa bersyukur sudah menjatuhkan dua orang jahat iiu, ia tidak menyesal akan pukulannya yang terlalu berat tadi atas dirinya dua penjahat itu. karena dipikirnya, ia berbuat demikian ada satu kebaikan telah menyingkirkan kejahatan untuk keselamatannya rakyat. Tiba-tiba ia pikir, dua manusia jahat diwaktu malam keluyuran dalam benteng Seng kee-po, apa perlunya? Tentu mereka ada mempunyai maksud jahat, ia lalu jalan menghampiri dua penjahat itu untuk menggeledah badannya. Tiba-tiba Teng Hong yang terluka parah telah menggeram. Hmm... ada satu waktu nanti pembalasan datang untuk perbuatanmu terhadap kami orang Seng Giok Cin benar benar nasibnya baik, hingga aku tidak bisa tidur sama-sama dengannya. Kau ini orang she Teng tidak takut mampus memotong Ho Tiong Jong bengis. Hmm... hmm... ia menggeram. Kalau aku takut mati, sudah tentu tak datang kesini, Kau berani membunuh aku? Hmm... benar-benar kau ada satu jagoan-.. Belum lampias omongannya, kakinya Ho Tiong Jong sudah diayun menendang tubuhnya penjahat licin itu, hingga terpental beberapa tombak jauhnya, setelah berkelejetan sebentar ia minta berhenti jadi orang, menyusul rohnya Lauw cu Teng yang sudah berangkat lebih dulu keneraka. Setelah membunuh dua orang jahat itu, mayatnya mereka disembunyikan oleh Ho Tiong Jong dibaliknya pohon besar, ia sendiri juga mencari tempat sembunyi menanti kedatangannya Kho Kie. 102 Saat itu angin meniup kencang, hingga daun-daun yang membentur satu dengan lain lelah menerbitkan suara berisik, Di langit hanya kilauan bintang-bintang yang berkelap-kelip menerangi sang malam yang gelap. Tiba-tiba pikirannya melayang kepada kejadian beberapa waktu berselang, ketika ia melihat pertemuannya dua orang ialah si hidung pesek she Khoe dan Li-Io sat le Ya. Dipikir bulak-balik, dilihat dari tingkah lakunya itu, mereka seperti ada bersekongkol, dan ancamannya Li-lo sat kepadanya supaya ia tidak mengeluarkan tentang pertemuannya mereka. Ho Tiong Jong menduga akan maksud jahat dari kedua orang itu terhadap keluarga Seng dari Seng-kee-po itu, Entah apakah yang menjadi sebabnya. Selagi ia memikirkan hal itu, tiba-tiba telah dibikin kaget oleh sesosok bayangan hitam dibarengi oleh suara aneh meluncur turun dari udara. Ketika ditegasi, kiranya ada satu pengemis tua dengan pakaiannya yang compang- camping dan kaki telanjang dipegangnya ada melihat senjata bandringan, Melihat keadaannya orang tua pengemis itu orang bisa merasa kasihan, akan tetapi bila melihat wajahnya yang beringas dan matanya bersinar kejam, sepertinya orang akan merasa ketakutan dibuatnya. Ho Tiong Jong menduga pengemis tua ini ada seorang kejam dan telengas. Memang tidak, orang itu ada Tok-kay Kang Kicng (si Pengemis Beracun Kang ciang). Sudah lama ia mengasingkan diri. Tadinya ia ada kepala rampok dan menganggap membunuh jiwa manusia itu sebagai barang mainan saja. Ilmu silatnya tinggi, banyak orang sungkan berurusan dengannya dan sangat ditakuti, Tempat tinggalnya tidak ketentuan, sebentar disana dan sebentar banyak musuhnya ia takut dengan pembalasan mereka itu. Tok-Kay Kang ciong tampak Celingukan memeriksa keadaan disekitarnya, lalu mengerutkan alisnya seperti yang merasa cemas. Terdengar ia berkata sendirian- Hm... dua tikus itu berani main sandiwara padaku? Kemana mereka sudah pergi? Setelah berpikir sejenak. dilihatnya kembali keadaan disekitarnya. Ya, sungguh heran sekali dua tikus itu berani menipuku, Mereka tentu sudah berhasil membawa pergi benda itu, Entah kemana perginya? Ho Tiong Jong menduga dua tikus yang di maksudkan oleh Tok-kay Kang ciong tentu ada sepasang orang ganas yang ia barusan binasakan, Mungkin Kang ciong 103 sudah berjanji matang dengan Sepasang orang ganas untuk menyatroni Seng-kee-po dan membawa kabur suatu benda, yang kemudian akan dibagi rata atau Sepasang orang ganas dapat upah untuk mereka punya capai lelah. Kalau demikian, semua itu ada maksud membuat rugi keluarga Seng. Entahlah, apa Kang ciong juga akan iseng-iseng mempertontonkan ilmunya dalam pertemuan pibu atau tidak. Tok-kay Kang ciong tiba-tiba terdengar lagi berkata sendirian. Ya, setelah aku membalas dendam, aku akan dapat benda wasiat yang berharga, tapi mereka dapat nona cantik, Hm perdagangan begini sebenarnya tidak menguntungkan diriku, Nah, baiknya mereka tidak mentaati janji datang kemari. Sudahlah, kau pengemis tua, nanti kau dapat marah dari sinenek Rumah Es di Tay-pek- sa serakah amat sih... Kata-kata ini dapat didengar tegas oleh Ho Tiong Jong. Kini ia tahu, bahwa nona Seng itu ada muridnya dari Kok Lo-io, pemilik Rumah Es di Tay-pekssan, hatinya menjadi berdebar-debar. Tiba-tiba terdengar suara sat... sat dari tanah yang rendah, Tok-kay Kang ciong terkejut, lalu memasang telinganya. Gerak-geriknya ditonton oleh Ho Tiong Jong. Anak muda ini pikirannya telah melayang kepada nona Seng yang baik hati, memperhatikan dirinya luar biasa, maka ia telah mengambil keputusan apa juga akan terjadi ia musti membela nona seng. Kembali terdengar suara tadi dibarengi dengan keluhan. Tok kay Kang ciong yang mendengar itu cepat enjot badannya melesat kearah tempat darimana keluarnya keluhan tadi, Diam-diam Ho Tiong Jong menanya pada dirinya sendiri, Apa itu keluhan Teng Hong yang belum mati? Kalau dia belum mati setelah ketemu Tok-kay niscaya dia akan menceritakan hal diriku yang membunuh kepadanya, selain itu, Tok-kay tentu mengambil benda wasiat yang ada d isaku bajunya. Ah. Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kenapa aku bodoh amat tidak menggeledah bajunya tadi? Tok-kay dilain pihak ketika melihat dua mayat didepan matanya, tampak mengunjukkan wajah beringas, Alisnya dikerutkan, setelah menghela napas sejenak terus memeriksa tubuhnya dua mayat itu, dua tikus yang tadi ia maki-maki. Lauw coe Teng ternyata kena pukulan telepak tangan, hatinya tergetar dan mati karenanya. Ketika melihat lukanya Teng Hong, ia terkejut juga, sebab Teng Hong terkena pukulan Kim ci Gini ciang ilmunya San-yu Lo long, ia memaki-maki dengan gemas 104 kepada orang yang mencelakakan dua kawannya itu, lalu ia menggeledah seluruh badannya Teng Hong dan Lauw coe Teng, tapi tidak kedapatan benda wasiat yang dimaksudkan. Setelah puas memeriksa, lantas ia perdengarkan suara ketawanya yang panjang tubuhnya berbareng melesat dan menghilang di telan oleh kegelapan. Ho Tiong Jong saat itu bengong terlongong-longong. Tiba-tiba ia disadarkan oleh suara sat, sat lagi tidak jauh daripadanya, dilihatnya tanah mumbul, kemudian disusul dengan munculnya benda lancip, Inilah ada topi wasiat-nya Kho Kie yang keluar dari tanah, sebentar lagi orangnya juga telah muncul dari dalam tanah. Ketika Ho Tiong Jong datang menghampiri Kho Kie berkata padanya. Hmm... kau laote masih untung kau tak dapat dilihat oleh Tok kay Kang ciong, seorang yang jahat dan kejam hatinya Kho toako, aku sudah menbunuh dua orang penjahat disini. kata Ho Tiong Jong yang tidak meladeni kata katanya sang kawan tentang Tok-kay. Dua penjahat siapa? Dua penjahat yang dikenal dengan julukannya, sepasang orang ganas, yang terkenal kejam dan teleng as kepada rakyat jelata. Oh, mereka? Tapi bagaimana kau dapat menang dari mereka yang ilmu silatnya tidak rendah, apalagi kau dikerubuti tentunya Berkat pil Siauw-hoan-tan yang mujijad Apa? Pil Siauw hoan-tan? Ya, pil siauw hoan-tan? Ah, laote, itu tidak mungkin, Paling banyak pil itu menambah kekuatan tenaga berlipat ganda, tapi apa gunanya kalau tidak berkepandaian ilmu tenaga dalam (lwekang) yang mahir. Suling Pusaka Kumala Karya Kho Ping Hoo Mustika Gaib Karya Buyung Hok Pendekar Muka Buruk Karya Kho Ping Hoo