Ceritasilat Novel Online

Pedang Wucisan 14


Pedang Wucisan Karya Chin Yung Bagian 14


Pedang Wucisan Karya dari Chin Yung   "Kau memang hebat!"   Demikian ia mengeluarkan pujian.   Lama juga orang-orang istana Belang Khong kiok-kiong sudah mengikuti Su-to Yan, mengetahui bahwa mereka bukan tandingan si jago muda, mereka mengundang Tian Sun Hoa.   Sersan empat Tiang Sun Hoa juga segan kepada Su-to Yan, karena itu dia tidak berani bergerak, hanya mengintil dibelakangnya.   Akhirnya dia berhasil bertemu dengan si Rajawali Merah Bin Hwee wee, dan disinilah dia membikin pencegatan.   Bin Hwee wee adalah jago nomor dua di Istana Belang, kedudukannya sangat tinggi sekali ilmu kepandaiannya hebat juga, tokh tidak berhasil menekan Su-to Yan.   Mengetahui bahwa kawannya membutuhkan bantuan, Sersan Empat Tiang Sun Hoa maju bergerak, dari kiri dan kanan, bersama sama Bin Hwee Wee ia mengepung Su-to Yan, Su-to Yan tahu bahaya, dia melejitkan kaki dan berkata kepada dua bocah berbaju merah.   "Mari kita pergi." Tapi gerakan Bin Hwee wee juga tidak kalah cepatnya, dia sudah membayangi gerakan sipemuda, tetap dengan ancamannya yang luar biasa.   "Jangan lari, demikian dia mengancam."   Su to Yan lari terus.   Seorang anggota Istana Belang mengeluarkan pedang, dan ditusukkannya kearah Su-to-Yan.   Su-to Yan hendak melepaskan kepungan itu, sebetulnya dengan mudah dia dapat menghindari atau mengelakkan tusukan pedang anggota Istana Belang ini, tapi dengan demikian karena kehebatan Bin Hwee Wee dan Tiang Sun-Hoa, ia dapat terkepung kembali, itulah berbahaya tidak mudah lagi untuk melepaskan diri.   Terdengar suara bentakan keras, Su-to Yan dengan ilmu kabut hijau It bok Cin khie yang dikerahkan ditangan kiri, ia memukul anggota istana belang yang menyerang diri itu, dan pedang ditangan kanan tetap ditusukkan kepadanya.   Kedudukan orang ini jauh berada dibawah Bin Hwee wee atau juga Tiang Sun Hoa, pukulan Su-to Yan itu begitu hebat, tidak dapat dielakkan lagi, Bleguuur, dia hancur jatuh..   Su-to Yan menjadi kesima, tidak disangka dia dapat menghancurkan orang seperti ini, remuk rendam sudah tidak berbentuk manusia lagi, daging itu mengenaskan sekali, inilah pertama kalinya Su-to Yan membunuh orang, pembunuhan yang terlalu kejam! Kesempatan ini digunakan baik oleh Tiang Sun Hoa dan Bin Hwee Wee, terdengar dua desiran angin yang keras, mereka memukul ke arah Su-to Yan.   Su-to Yan tidak berani berlaku lambat, ayal-ayalan berarti kematian, Begitu pedang di tangan kanan dikibaskan, memukul kebelakang dan tubuhnya melejit kedepan.    Kecepatan ini sudah cukup hebat.   Tapi terdengar bret..,.   bajunya dibelakang sudah tersobek orang, dan punggungnya terasa panas.   Su-to Yan terkurung lagi.   Disaat ini Tiang Sun Hoa, Bin Hwee Wee dan anggota-anggota istana belang Khong kiok kiong pun sudah tiba lagi.   Mereka mengurungnya ditengah, pada tangan Bin Hwee Wee masih terdapat sobekan baju belakang sipemuda kita.   Wajah Tiang Sun Hoa begitu tegang, dia menghadapi Su-to Yan.   Rajawali merah Bin Hwee Wee mengeremeskan tangannya, dia berkata.   "Kau kejam."   Su-to Yan tidak bicara Tiang Sun Hoa memandang Su-to Yan dan berkata.   "Su-to Yan, mengapa kau menurunkan tangan kejam, membunuh salah satu anggota kami seperti ini?"   Su-to Yan tertawa sedih, apa yang hendak dikatakan olehnya? Dia kejam, karena dia harus mengelakkan pengejaran pengejar itu.   Karena itulah dia telah melakukan kekejaman, dengan membunuh seseorang anggota istana belang sehingga hancur remuk.   Rajawali merah Bin Hwee Wee berkata kepada kawannya.   "Tidak perlu berdebat lagi."   Kata kata Bin Hwee Wee disertai dengan gerakan tangannya terjulur dan lagi lagi hendak mencengkeram Su-to Yan.   Su-to Yan masih memainkan pedang, dengan tipu Hiat kong cit hin, dia hendak mendesak lawannya.   Terdengar suara dengusan Bin Hwee Wee dia berkata.   "Inilah tipu Hiat kong cit hian dari Tong hay, tipu bagus ! Tapi dimainkan olehmu tidak bedanya dimainkan oleh anak kecil !"   Tangan kanannya diputar dan ditepuk beruntun sampai lima kali, menutup semua jalan-jalan pedang Su-to Yan.    Tangan Su-to Yan yang memegang pedang tergetar, dia menjadi kaget sekali.   Disaat inilah Tiang Sun Hoa juga menerjang maju, bersama-sama dengan Bin Hwee Wee, mereka mengeroyok Su-to Yan.   Su-to Yan terkejut, ia mengeluarkan gerakan rendah, pedangnya yang panjang terpental keatas terus menerus melakukan penyerangan dan dari situ meluncur keluar serangan pedang membuat satu barisan yang kuat.   Inilah jurus tipu dari ilmu pedang Maya Nada yang dinamakan Kit tu seng San atau berarti Mengumpulkan Tanah Menjadi Bukit.   Serangan-serangan dari Bin Hwee Wee dan Tiang Sun Hoa terbentur oleh serangan pedang Su-to Yan, dan masing-masing terpisah.   Baru Saja Su-to Yan hendak membuat posisi baru, maksudnya hendak meneruskan penyerangan, kini dia mengerti bahwa ilmu kepandaian Bin Hwee Wee betul-betul tinggi, tapi toch belum dapat menandingi Pek-ie Kaucu Bong-Bong cu sekalian, karena itu hatinya menjadi besar.   Entah bagaimana, tiba-tiba saja otak belakangnya dirasakan menjadi tergetar, itulah serangan jari, pikirannya bergoyang-goyang semakin lama semakin suram, dan satu pukulan lagi mengenai pundaknya, hawa anyir terasa ditenggorokan, segera dia bergoyang-goyang dan jatuh, Su-to Yan pingsan ! Su-to Yan dibokong.   karena itu dia jatuh pingsan.   Orang yang membokong Su-to Yan adalah Tiang Sun Hoa, dengan totokan yang lihay sekali, berhasil menjatuhkan jago kita, Entah berapa lama kemudian, Su-to Yan baru sadar dari ingatannya, dikala dia siuman kembali, dadanya dirasakan sangat sesak, sulit bernapas, dia membuka matanya dan darah mengambang disekujur tubuhnya.    Su-to Yan menghela napas, dia kini sudah jatuh kedalam kekuasaan tangan musuh, bagaimana bisa berusaha untuk membebaskan diri ? bagaimana keadaan ayah angkatnya itu? Mungkinkah dapat bertemu lagi ? "Bocah."   Bentak Bin Hwee Wee keras.   "Lekas katakan dimana kau simpan kitab ilmu pedang itu ?"   Su to Yan memeriksa sekelilingnya, dia tidak menemukan dua bocah berbaju merah dan Cian san pay yang mengantar dirinya, karena itulah dia bertanya.   "Dimana kedua bocah tadi ?"   "Dua bocah ?"   Bin Hwee Wee mengerutkan kening.   "Betul, Dua bocah berbaju merah yang mengantarkan diriku."   Tiang Sun Hoa berkata.   "Sudah kami bebaskan,"   "Betul ?"   Su-to Yan kurang percaya.   "Legakan hatimu,"   Berkata Tiang Sun Hoa "kami juga tidak bisa sembarang melakukan pembunuhan, apalagi pembunuhan kejam seperti apa yang telah kau lakukan kepada anggota kami itu, Dua bocah tadi telah bebas, Mereka telah pergi."   Disaat ini Bin Hwee membentak lagi.   "Katakan, dimana kau simpan kitab ilmu Pedang Maya Nada."   Su-to Yan merapatkan matanya, ia bungkam. Tiang Sun Hoa membentak.   "Hai, kau sudah tidak ingin hidup lagi?"   Maksud tujuan Su-to Yan yang memeramkan kedua belah matanya adalah untuk mengatur peredaran jalan darahnya, dia hendak membobolkan totokan-totokan yang menekan dirinya.   Bin Hwee Wee dapat mengetahui maksud tujuan sipemuda, karena itu dia berkata.    "Jangan coba berusaha hendak membebaskan luka-lukamu, atau akan kurusak dahulu semua kepandaian yang ada padamu."   Su-to Yan kaget, maka dibukanya lagi sepasang matanya, dengan tawar berkata.   "Bila aku tidak bisa mengeluarkan kitab catatan ilmu pedang, bagaimana ?"   "Apakah sudah bosan hidup?"   Kembali bertanya Tiang Sun Hoa. Bin Hwee Wee juga berkata.   "Apa lebih baik, bila kau bersedia mengatakan, dimana kau simpan kitab catatan ilmu pedang tersebut."   Su-to Yan tidak meladeni kedua orang itu, matanya menyapu kearah empat penjuru, dia sudah berpikir, kemana pula perginya kedua bocah berbaju merah? Dapatkah mereka meminta bala bantuan ? Tiba-tiba...telinganya Su-to Yan yang tajam dapat menangkap satu suara, dia menoleh kearah tempat datangnya suara tadi.   Tiang Sun Hoa dan Bin Hwee Wee juga menoleh kearah yang sama.   "Siapa yang datang ?"   Disana, ditempat yang diarahkan oleh ketiga jago itu sedang berjalan seorang, orang ini mengenakan pakaian warna hijau, inilah Ing-hay Hong, salah satu dari tiga jago Tong Hay yang ternama, jago silat yang merendengi kedudukan Sam-kie Ju-su In Hong.   In Hay Hong menghendaki kesucian Ie Han Eng, tapi siputri dari lembah Hui-in itu sudah dijodohkan dengan Su-to Yan, karena itulah antara In Hay Hong dan Su-to Yan terjadi sedikit ganjelan.   Bin Hwee Wie memandang In Hay Hong, seraya dia membentak.   "Siapa kau ?"   In Hay Hong tertawa gelak, inilah jawabannya, ia sangat tidak memandang mata kepada orang-orang dari istana Belang.    Melihat orang itu tidak menjawab pertanyaan seraya mengejeknya dengan tertawanya yang gelak-gelak tadi.   Bin Hwee Wee menjadi naik darah.   Tiang Sun Hoa ada maksud untuk mencegah terjadinya lain keonaran, maksudnya memberi peringatan kepada Bin Hwee Wee agar tidak mengganggu kedatangan orang yang baru datang itu, tapi dia sudah terlambat.   Gerakan Bin Hwe Wee lebih cepat, dan disaat ini sudah terjadi bentrokan senjata.   Dengan tipu gerakan tangan Lima iblis Mencari Roh.   Bin Bwee Wee menyerang dan mencengkeram kearah In Hay Hong.   -ooo0dw0ooo-   Jilid 16 IN HAY Hong berhasil mengelakkan diri dari serangan tadi, seraya dia membuka mulutnya.   "Kuanjurkan kepada kalian, lebih baik segera meninggalkan Su-to Yan. Dan katakan kepada ketua kalian, bahwa aku yang mengganggu usaha ini."   Sebetulnya Tiang San Hoa hendak diam, tapi lawan ini terlalu menghina sekali, karena itu dia berkata.   "Tuan ini siapa? Mengapa begitu sombong? Ketahuilah bahwa orang-orang dari istana belang Khong kiok kiong, bukanlah orang yang mudah dihina."   "Ha..,. ha.... ha...."   "Diam! Kau belum dikenali jangan banyak tingkah."   "Belum kenal?"   Mengejek In Hay Hong "Hendak belajar kenal? Boleh... boleh.... gunakanlah semua pelajaran ilmu silatmu, bertempur dengan aku, maka segera kalian tahu, siapa aku."   Hati Tiang Sun Hoapun menjadi panas, dengan tidak banyak rewel lagi, dia menyerang kearah In Hay Hong.    Benar-benar In Hay Hong lihay, hanya sekedar memiringkan badannya, dia membiarkan pukulan itu lewat begitu saja.   Tiang Sun Hoa blingsatan, dia menyerang sekali lagi, kali ini dengan terjangan yang sangat hebat.   Dan Bin Hwee Wee juga tidak tinggal diam, membarengi penyerangan kawannya, dia mengeroyok, dengan pukulan-pukulan yang ampuh dan luar biasa, dia membantu usaha Tiang Sun Hoa.   In Hay Hong melayani kedua jago tersebut, dia berlompatlompatan, begitu ringan sekali, begitu cepat sekali, tidak satu juruspun atau satu pukulanpun dari kedua jago istana belang tersebut yang bisa mengenainya.   Ternyata In Hay Hong mempunyai keistimewaan dalam ilmu meringankan badan, kegesitannya belum ada yang dapat menandingi.   Kini In Hay Hong puas mempermainkan kedua lawannya, dia mulai membikin inisiatif penyerangan, menyengkelit sekali dan badannya berkelebat, dari sana dia sudah berada dibelakang Tiang Sun Hoa, tangan kanannya dijulurkan dan menotok jalan darah Leng tay hiat.   Seketika itu juga, Sersan empat dari istana Belang Khong kiok kiong jatuh meloyor dengan menimbulkan suara keras kedubrak dia terlena ditanah.   Bin Hwee Wee kaget bukan main, ternyata lawan ini lebih lihay dari Su-to Yan, dia lompat mundur.   In Hay Hong tidak membikin pengejaran, ia berkata.   "Nah, inilah buktinya. Dia tidak percaya, dia tidak kenal siapa aku, kini tentunya sudah tahu, siapa diriku?"   Bin Hwee bergoyang kepala. In Hay Hong memberi keterangan. "Aku adalah seorang perantauan dari daerah Tong-hay, namaku In Hay Hong, ingat betul-betul."   "Aaaah..."   Bin Hwee Wee berteriak kaget.   "Nah, pergilah."   Berkata In Hay Hong.   "Beritahu kepada ketua kalian bahwa aku In Hay Hong yang telah menggagalkan rencananya."   Mengingat ilmu kepandaian In Hay Hong umumnya, ilmu meringankan tubuh jago Tong hay tersebut khususnya, Bin Hwee Wee harus menyudahi perkara tadi. Dengan apa boleh buat, Bin Hwee Wee harus menelan hinaan, katanya.   "Baiklah, aku menyerah kalah, Akan kuberi tahu kepada ketua kami tentang turut campurnya tanganmu urusan kami."   "Boleh saja, setiap waktu akan kutunggu pembalasan dari istana belang."   Berkata In Hay Hong tertawa.   Bin Hwee Wee memberi isyarat mundur, maka belasan orang dari istana belang itu menggabungkan diri, dan dengan menggendong tubuh Tiang Sun Hoa yang terluka, mereka meninggalkan tempat kejadian itu.   Didalam hal ini In Hay Hong telah memberikan bantuannya.   Su-to Yan sangat bersyukur sekali.   Sebelum Su-to Yan sempat mengucapkan ucapan terima kasihnya, tubuh In Hay Hong bergerak ringan, meninggalkan sipemuda.   Atas sikap In Hay Hong yang seperti itu, tentu saja membuat Suto Yan menjadi heran.   Rasa herannya tidak berlangsung lama, mengingat kedudukan Ie Han Eng ditengah mereka, tentu saja Su-to Yan maklum, betapa bencinya In Hay Hong itu.    Yang membuat Su-to Yan heran mengapa In Hay-hong pergi begitu saja? Tanpa mengucapkan sepatah dua patah kata lagi? Apa lagi mengingat kedudukan Sam kie Ju Su In Hong yang sedang berada didalam keadaan luka kritis, In Hong dan In Hay Hong adalah dua jago ternama dari daerah Tong-hay, mereka berasal dari satu daerah, mengapa seperti tidak akur?"   Tengah Su-to Yan melayang-layangkan pikirannya, tiba-tiba diapun dibuat kaget dengan kembalinya In Hay-hong..   Ternyata tubuh In Hay Hong yang sudah pergi itu balik kembali, Langsung menghampiri Su-to Yan dan sekarang dia membuka mulut bicara kepada pemuda kita.   "Suto Yan, tahukah kau, apa sebabnya aku mau menolong ?"   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Dimulut In Hay Hong berkata seperti itu, matanya memandang beringas dan bengis, sehingga membuat Su-to Yang sangat kaget. Su-to Yan mengangkat pundak.   "Tidak tahu !"   Dia menjawab terus terang, In Hay Hong berkata lagi.   "Urusan ini menyangkut persoalan In Han Eng."   "Ie Han Eng?"   Su-to Yan berteriak kaget "Betul. Katakanlah, dimana kini dia berada ?"   "Aaaah !"   Su to Yan semakin kaget.   "Dimanakah dia ?"   "Aku bertanya kepadamu !"   Berkata lagi In Hay Hong bengis.   "Aku tidak tahu."   Berkata Su-to Yan.   "Ie Han Eng telah lenyap diculik orang."   In Hay Hong memberi keterangan.   "Diculik orang ?"   Su-to Yan kurang percaya. Siapa yang menculik Ie Hay Eng ? Menculik dari bawah pengawasan In Hay Hong ? In Hay Hong berkata.   "Aku tahu, penculikan itu bukan dilakukan olehmu, tapi sedikit banyak kau harus bertanggung jawab, pasti mempunyai hubungan erat dengan dirinya, sejak kecil, dia belum pernah keluar dari lembah Hui-in, tidak mungkin mempunyai musuh. Hanya kaulah yang mempunyai banyak musuh, hanya karena hubungan kalianlah, maka Ie Han Eng turut terbawa-bawa, kini dia diculik orang, tentu diculik oleh musuh, pasti musuh yang tidak dapat mengalahkan mu, hendak mengalihkan persoalan, menculiknya, dan mungkin akan digunakan sebagai sandera. Kau pasti dipaksa untuk mengeluarkan catatan ilmu pedang Maya Nada untuk menebus dirinya, Untuk mengetahui dimana In Han Eng itu berada, kukira tidak terlalu sulit, pasti suatu hari orang itu akan mencarimu, dan baru kita dapat mengetahui siapa orang yang menculiknya."   Baru Su-to Yan mengerti, mengapa In Hay Hong menolong dirinya, ternyata dengan membebaskan dia dari kekuasaan istana Belang Khong kiok kiong, mereka dapat bersama-sama membikin penyelidikan tentang lenyapnya Ie Han Eng.   Sedari tadi, Su-to Yan berusaha membebaskan totokan Tiang Sun Hoa yang menekan dirinya, dia hanya berhasil sebagian, sampai saat ini dia masih belum dapat membebaskan dirinya.   Terdengar suara In Hay Hong bertanya.   "Sekarang, kau hendak kemana ?"   "Aku hendak menemui ayah angkatku In Hong, dia mendapat luka parah."   Jawab Su-to Yan.   Tidak ada perubahan sama sekali, In Hay Hong diam bungkam.   Su-to Yan memeramkan matanya, dia memusatkan kekuatan untuk menjebol totokan-totokan yang menekan dirinya, dengan ilmu kabut hijau It-bok cin khie, dia hendak mengembalikan tenaganya yang sudah hampir sirna.   Tentu saja, bilamana Su-to Yan mau membuka mulut, meminta bantuan tenaga In Hay Hong, dengan cepat sekali Tong Hay tersebut dapat membebaskan dirinya dari segala kekangankekangan totokan yang telah dijatuhkan oleh Tiang Sun Hoa.   Tapi Su-to Yan memang berkepala batu, sikapnya sangat angkuh sekali, dia tidak akan meminta bantuan orang.   Apa lagi orang yang pernah menjadi satu, memperebutkan Ie Han Eng.   Menyaksikan Suto Yan menyembuhkan luka-lukanya dan berusaha membebaskan totokan-totokan yang mengekang dirinya, In Hay Hong tertawa didalam hati, ia berkata perlahan.   "Kau sudah terluka, mana bisa pergi."   Su-to Yan tidak dapat mendengar kata-kata tadi, dia masih menekunkan dengan sungguhsungguh, In Hay-hong berdiri didepan si pemuda dengan mata didongakkan keatas, dia membiarkannya Su-to Yan begitu, hendak dilihat, berhasilkah Su-to Yan membebaskan kekangan-kekangan totokan luar biasa dari Istana belang ? Su-to Yan berhasil! Perlahan demi perlahan, uap hijau It-bok Cinkhie mengelilingi dirinya, hal ini mengejutkan In Hay-hong, maka dia tahulah bahwa ilmu kepandaian Su-to Yan tidak serendah apa yang diduga.   Dengan adanya latihan It bok Cin khie yang seperti ini, tentu saja tidak membutuhkan bantuannya.   In Hay-hong menganggukkan kepala, kini dia mengerti, mengapa Su-to Yan tidak meminta bantuannya untuk membebaskan totokan.   Dan tubuhnya melesat, dia pergi meninggalkan Su-to Yan.   Su-to Yan tidak tahu bahwa In Hay Hong sudah meninggalkan dirinya, dia sedang menekunkan dengan luar biasa.   Bayangan seseorang meluncur datang, inilah bayangan seorang wanita, wanita yang mempunyai wajah yang sangat cantik sekali, inilah wanita berbaju hijau Khong Bun.   isteri dari Sam kie Ju-Su In Hong.   Khong Bun diperhatikannya kekuatannya.   berdiri didepan sipemuda, bagaimana pemuda itu sekian lama, mengembalikan Diatas puncak Gunung Sihir, dikala terjadi pertempuran Su-to Yan dengan si Paman Tukang Tenung Hut In Khek, wanita berbaju hijau Khong Bun ini pernah menampilkan diri, itu waktu ia menunggang seekor rajawali dan menemui Cin Bwee, dengan sedikit akal bulus, dia berhasil menipu Cin Bwee sehingga memecahkan dan mengusutkan pikiran Su-to Yan, karena pikirannya yang bercabang itulah, membuat Su-to Yan terjatuh dari Tebing Sihir.   Akhirnya bertemu dengan si Pemuda Kakek Tenung Thio Sek Bun, dan rentetan-rentetan cerita ini masih jelas tercatat pada buku ilmu pedang Maya Nada   Jilid 4. Cin Bwee tentu kenal siapa wanita berbaju hijau Khong Bun ini. Tapi Su-to Yan tidak kenal kepada ibu angkatnya sendiri. Terdengar suara Khong Bun yang menarik hati.   "Kau sudah pulih ?"   Su-to Yan memperhatikan wanita tersebut, dia bertanya.   "Siapa cianpwe?"   Khong Bun berkata.   "Aku adalah ibu angkatmu. Khong Bun. Kau di angkat sebagai anak oleh Sam-kie Ju-Su In Hong bukan? Dia adalah Suaminya."   "Aaau...."   Su-to Yan berteriak kaget. Ternyata dia sedang berhadapan dengan iba angkatnya. Karena itu cepat-cepat dia memberi hormat. Khong Bun membangunkan Su-to Yan dan berkata.   "Kau baru berkenalan denganku, Bangunlah."   Su-to Yan menengok kekanan dan kekiri, jago Tong-hay tersebut sudah pergi.   "Kudengar bahwa ayah angkatmu itu telah menderita luka parah, dimanakah kini dia berada ?" Suaranya diwanita cantik berbaju hijau Khong Bun sangat lemah lembut, ramah tamah seperti juga terhadap anaknya sendiri, karena itulah hati Su-to Yan menjadi terharu. Su-to Yan membayangkan dirinya sendiri yang sudah menjadi seorang anak yatim piatu, dia masih membutuhkan kasih sayang orang tua, seumur hidupnya belum pernah merasakan kesayangan itu, dan adanya sedikit perhatian yang diperlihatkan oleh Khong Bun sudah berkesan sekali. Kata-kata lemah lembut Khong Bun adalah orang kedua yang memperlihatkan dirinya, kecuali Sang guru, si jago Sesat Nomor Satu Ciok Pek Jiak. Betapa girangnya, bilamana masih bisa men cicipi hidup dengan kecintaan dari kedua orang tua angkat itu. Memikir kejadian-kejadian tadi, Su-to Yan bengong terlongonglongong. Teringat pula bahwa dia harus segera menemui sang ayah angkat Sam-kie Ju-su In Hong, keadaannya berada didalam luka parah sekali, karena itulah dia berkata.   "Mari kita mencari ayah."   Demikian Khong Bun bersama-sama dengan Su-to Yan mencari jejak Sam-kie Ju-su In Hong.   Menurut cerita dua bocah berbaju merah dari Cian san-pay, Samkie Ju-su In Hong sedang berada dalam keadaan luka parah, hanya beberapa puncak gunung lagi dari tempat tadi.   Karena itulah, tanpa disadari oleh sipemuda dia mengajak untuk mencarinya.   Perselisihan apa yang telah terjadi antara Sim-kie Ju-su In Hong dan Khong Bun suami istri? Su-to Yan tidak tahu, karena itu dia tak sadar bahwa dirinya telah diperalat.   Khong Bun adalah seorang jago wanita yang lihay, lidahnya pintar sekali.   karena itulah dia berhasil menipu Cin Bwee, dengan menggunakan sedikit akal bulus hampir saja Su-to Yan mati terjatuh dari atas puncak Gunung Sihir.   Kini dia berhasil menipu lagi Su-to Yan.   Mereka telah melewati tiga puncak gunung, belum juga berhasil menemukan jejak Sam kie Ju-su In Hong.   Satu puncak gunung lagi dilewati, dan Khong Bun bertanya kepada sipemuda.   "Anak Yan, hayo beritahu, dimana adanya ayah angkatmu itu."   Su-to Yan menengok kepada wanita cantik berbaju hijau tersebut, wajah Khong Bun begitu menakutkan dia menjadi tercekat.   Kata-kata yang seperti di atas tadi tidak patut dikeluarkan oleh seorang isteri.   Su-to Yan mulai menaruh curiga, apa lagi melihat perubahan air muka Khong Bun, seperti seorang yang sangat cemas sekali, rasa curiga Su-to Yan itu timbul karena pengalaman-pengalamannya, bukan satu dua kali, ditipu orang, dan berada disampingnya adalah seorang lain yang hendak menipunya pula.   "Kukira dibalik puncak yang satu ini,"   Berkata Su-to Yan. Satu puncak lagi dilewatkan, timbul satu putusan untuk mendustai wanita itu, karena itu lah Su-to Yan berkata.   "Seharusnya beliau berada di tempat ini."   Khong Bun memeriksa tempat tersebut, tidak ada tanda-tanda yang menyatakan bahwa Sam kie Ju Su In Hong berada ditempat itu.   "Apa iya?"   Berkata Khong Bun.   "Kukira tidak salah."   Berkata Su-to Yan.   "la sedang menderita luka yang sangat hebat sekali, dikatakan bila terlambat, dia tidak dapat menunggu kita lagi." Su-to Yan sangat menyesal, karena dia sudah mengeluarkan kata-kata yang seperti itu, tidak ada maksud sama sekali untuk menyumpahi ayah angkat tersebut mati, untuk menjelajahi hati wanita berbaju hijau yang mengaku sebagai ibu angkatnya ini, terpaksa dia berkata demikian, karena itulah matanya menjadi merah, seolah-olah hendak mengucurkan air mata. Khong Bun memperlihatkan senyuman iblisnya. Melihat senyuman seperti, itu diam-diam Su-to Yan membenarkan dugaannya, bahwa wanita berbaju hijau itu mengandung maksud yang tidak baik. Bukan seorang istri sejati, bilamana ia mendengar berita kesusahan suaminya, dan dapat memperlihatkan senyuman yang seperti itu, Kini Khong Bun berkata.   "Kalau benar-benar ayah angkatmu sudah meninggal dunia, akupun hendak melihat kuburannya. Sayang ditempat ini tidak ada kuburannya."   "Bagaimana kalau mengajukan usul. kita berpisah mencarinya?"   Su-to Yan "Boleh juga."   Khong Bun menganggukkan kepala. Dia setuju.   "Bilamana ada sesuatu kabar, beritahulah kepadaku, aku menetap di pulau Tong-hay."   "Baik."   Demikian mereka berpisahan, Su-to Yan meneruskan usahanya yang hendak menemui Sam-kie Ju-su In Hong.   Khong Bun kembali kepulau Tong-hay, Betulkah Sam-kie Ju-su In Hong tidak berada ditempat itu? Sam kie Ju-su In Hong masih berada ditempat tersebut, dia mengetahui kedatangannya Khong Bun, mereka suami istri telah terjadi perselisihan besar.   Karena itulah ia tidak mau menampilkan dirinya, diikutinya percakapan diantara Su-to Yan dan Khong Bun, dia menganggukkan kepala.    Mengetahui bahwa Khong Bun sudah pergi dari tempat tersebut, Sam kie Ju Su In Hong menampilkan dirinya.   Su-to Yan berteriak girang.   "Ayah..."   Dia segera menghampiri dan bertekuk lutut, memberi hormat kepada ayah angkat. Sam kie Ju-su In Hong mengelus-elus kepala Su-to Yan, dengan sabar ia berkata.   "Aku sudah mengikuti langkahmu benar! Tepat!"   Pembicaraan kalian aku mengerti, Diajaknya Su-to Yan kesuatu tempat, itulah sebuah goa, mulut goa lebarnya setinggi manusia, ternyata Sam kie Ju Su In Hong menyembunyikan diri didalam goa ini. Mereka duduk dalam goa itu.   "Ayah, kau tidak terluka?"   Bertanya Su-to Yan.   "Duduklah, Biar kuceritakan panjang lebar"   Berkata Sam kie Ju su In Hong.   "Ayah, mengapa kau tidak mau menemuinya?"   Bertanya Su-to Yan. Orang yang dimaksudkan adalah istri Sam kie Ju su In Hong, wanita berbaju hijau yang bernama Khong Bun tadi.   "Kau harus bersabar, jiwaku sudah dekat menemui ajalnya, maka sedikit lagi tempo untuk berkumpul denganmu, Dari itu dengarlah apa yang hendak kuceritakan, tentang riwayat hidup ayah angkatmu ini."   Sam kie Ju su In Hong mulai bercerita.   "Dahulu kala, rimba persilatan berada di bawah kekuasaannya tiga tokoh jago silat, tokoh pertama adalah Thian Kho Cu, tokoh kedua Tan-sim Taysu, dan tokoh ketiga adalah jago dari daerah Tong-hay Kie Toojin." Su-to Yan memasang kuping panjang-panjang, tentang Thian Kho Cu, sudah lama dia kenal, nama itu seringkali disebut orang, ilmu pedang Maya Nada adalah salah Satu warisan yang sangat istimewa, Tentang Tan-sim Taysu, dia juga pernah dengar nama tersebut, si padri berwajah putih halus yang bernama Put-in Taysu, orang yang pernah mendorong pergi Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu itu, adalah murid tertua dari Tan sim-taysu, Su-to Yan juga pernah dengar cerita tentangnya. Tokoh ketiga yang dikatakan oleh Sam-kie Ju-Su In Hong, tokoh silat dari daerah Tong-hay yang bernama Kie Toojin itulah yang ia belum pernah dengar. Sam-kie Ju-Su In Hong meneruskan ceritanya.   "Aku adalah anak murid Kun-lun-pay, orang yang bernama Put-in Taysu itu adalah Suhengku, dan Cia Ciu Nio adalah sumoayku."   "Aaaa...."   Su-to Yan hampir berteriak kaget, Hubungan mereka begitu dekat sekali, ternyata diantara Sam-kie Ju-su In Hong, Put-in Taysu dan Cia Ciu Nio adalah tiga saudara seperguruan. Sam-kie Ju-su In Hong meneruskan lagi ceritanya.   "Aku dan Put-in bersama-sama mencintai Sumoay kami Cia Ciu Nio."   Lagi-lagi cerita yang mengejutkan Su-to Yan, dia mendongakkan kepala memandang sang ayah angkat. Sam-kie Ju-Su In HOng menghela napas, dia berkata perlahan.   "Itu waktu, hubungan diantara saudara-saudara perguruan kami itu sangat baik sekali, terjadinya cinta kasih segi tiga telah menimbulkan sedikit kericuhan, karena itulah aku pergi meninggalkan mereka menuju ke Tong-hay, maksudku membiarkan mereka menjadi suami isteri."   Sam kie Ju su In Hong berpikir sebentar dan meneruskan kembali ceritanya.    "Aku menuju kearah pulau Tong-hay, di sana menderita cidera, aku ditolong oleh tokoh silat ternama Kie Toojin, Kie Toojin itu adalah paman dari isteriku, Kie Toojin adalah paman Khong Bun.   itu waktu Khong Bun melayaniku dengan baik sekali, dan setiap hari kami bergaul bersama, dibawah persetujuan Kie Tojin, kami menikah menjadi suami isteri.   Kie Toojin pernah memberitahu kepadaku, bahwa kemenakannya itu mempunyai maksud tujuan yang tidak baik, betul-betul kini kudapat buktikan, belakangan kuketahui dengan pasti bahwa dia memiliki hasrat yang besar sekali, setiap maksud tujuannya yang tidak tercapai, pasti diganggu, Maksudnya menikah dengan aku adalah mengandung maksud tertentu."   Su-to Yan menganggukkan kepala, kini betul-betul ia mengerti, hampir saja dia ketipu oleh Khong Bun.   Sudah jelas maksud Khong Bun tidak baik, Entah apa yang hendak dicari oleh wanita berbaju hijau itu.   Dari cerita berikutnya, Su-to Yan tahu mengapa Put-in mencukur rambut dan menjadi padri.   Karena ditinggalkan begitu saja oleh Sam-kie Ju-Su In Hong, Cia Ciu Nio patah hati, diantara mereka bertiga, Put-in cinta kepada Cia Ciu Nio, Cia Ciu Nio cinta kepada Sam-kie Ju su In Hong, dan Samkie Ju Su In Hong hendak menjodohkan Sumoay dan suhengnya itu, karena itulah dia pergi ketempat jauh, menuju kepulau Tong-hay.   Maksud baiknya Sam-kie Ju-Su In Hong tidak menemukan tempat, Put-in juga sudah menyucikan diri menjadi seorang padri.   Dipulau Tong-hay, Sam-kie Ju Su In Hong sangat disayang oleh gurunya, semua ilmu kepandaian Kie Toojin telah diserahkan padanya, Karena inilah menimbulkan iri dan dengki hati Khong Bun, sebagai kemenakan dari Kie Tojin, dia tidak mendapatkan sebanyak apa yang Sam kie Ju su In Hong dapatkan.   Khong Bun mengharapkan sesudah menikah dengan Sam kie Ju su In Hong, diapun ingin memiliki semua ilmu kepandaiannya itu.    Bukan Khong Bun saja yang hendak memiliki ilmu kepandaian Sam-kie Ju-Su In Hong, disamping dirinya masih ada dua orang lagi, mereka adalah In Hay-hong dan Hoa Tie.   In Hay-hong dan Hoa Tie juga murid-murid dari Kie Toojin lebih suka kepada Sam-kie Ju Su In Hong, dia tidak begitu tertarik oleh sifat-sifat In Hay-hong dan Hoa Tie.   Lebih-lebih lagi tidak tertarik oleh sifat-sifat Khong Bun, karena itulah semua ilmu kepandaian dicurahkan kepada Sam-kie Ju-Su In Hong.   Menurut urutan, Hoa Tie adalah murid tertua, tapi dari sekian banyak tokoh-tokoh itu ilmu kepandaian Hoa Tie lah yang terendah.   Ilmu catatan Kie Toojin tercatat dan disembunyikan disuatu tempat tertentu, sebelum meninggal dunia, Kie Toojin berpesan kepada Sam kie Ju-Su In Hong, bahwa catatan ilmu itu terlalu ampuh sekali, dia, Sam-kie Ju su In Hongpun belum tentu dapat memahaminya, dan terlebih lebih lagi kedua murid lainnya, dan Sang kemenakannya juga, dia berpesan agar tidak menyebut letak nama tempat dari tempat penyimpanan catatan ilmu kepandaiannya kepada Hoa Tie, kepada In Hay-hong, dan juga kepada Khong Bun.   Sesudah Kie Toojin menutup mata, Betul-betul Sam kie Ju-su Hong merahasiakan hal tersebut.   Kejadian ini bersangkutan menimbulkan iri hati ke tiga orang yang Atas ajakannya Khong Bun, Hoa Tie dan In Hay-hong menggabung menjadi satu, mereka bertiga bersekongkol untuk menghadapi Sam-kie Ju-Su In Hong.   Selama beberapa tahun, terjadi perang dingin.   Hoa Tie dan Khong Bun telah begitu akrab sekali, dengan adanya Khong Bun yang menjadi istri Sam-kie Ju-su In Hong, mereka telah meracuninya, Sam kie Ju su In Hong di beri makan Cek-Sio-co, itulah rumput yang mengandung racun lambat, bekerjanya sangat perlahan sekali, bila tidak dirasakan oleh yang bersangkutan, tidak mudah diketahui.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo    Sedikit demi sedikit, Sam kie Ju Su In Hong diberi makan Ceksin-co, karena itulah isi dalamnya telah menjadi rusak perlahan demi perlahan, Sam kie Jusu In Hong tidak berhasil meyakinkan ilmu kepandaian yang lebih tinggi.   Mengetahui bahwa dirinya telah diperlakukan jahat oleh sang istri, Sam kie Ju su In Hong meninggalkan pulau Tong hay, menuju kearah Tionggoan.   Dia berusaha mencari obat, tapi tidak berhasil.   Khong Bun masih tidak puas, iapun menyusul.   Demikian singkatnya cerita Sam kie Ju su In Hong.   "Sepuluh tahun aku berkutet dengan racun-racun jahat yang bekerjanya perlahan didalam tubuhku, sepuluh tahun aku berusaha hendak menemukan bibit baru dalam rimba persilatan, akhirnya aku berhasil, aku berhasil menemukanmu, bakat-bakatmu baik, hatimu jujur, aku telah mewariskan sebagian ilmu kepandaian kepadamu, Maksudku adalah tidak melenyapkan ilmu kepandaian."   Demikian Sam-kie Ju su In Hong mengakhiri ceritanya, Dia terbatuk-batuk. Su to Yan kaget, cepat-cepat dia berkata.   "Oh, Sudahlah. jangan banyak cerita lagi, tunggu sesudah penyakit ayah sembuh!"   Sam-kie Ju su In Hong menggoyangkan kepala, dia berkata.   "Aku tahu, penyakit yang seperti ini tidak mungkin baik-baik, mereka terus mengintil dibelakangku, Mereka hendak memaksa aku menyebutkan dimana tempat disembunyikannya catatan ilmu silat Kie Toojin."   Setelah berkata Sam kie Ju-su menatap Su-to Yan.   "Aku hendak mewariskan ilmu kepandaian yang terakhir. Lihat baik-baik." Sam kie Ju Su In Hong segera memperlihatkan tiga tipu jurus ilmu pedang. Mata Su-to Yan terbelalak, tipu-tipu ini agak mirip dengan tipu Hiat kong cit hian dari Hui-eng-cap-pa-san, tapi arahnya bertentangan juruspun berlawanan. Sesudah mendengar cerita pendekar rajawali emas Kie Eng, Suto Yan mengerti, bagaimana harus menggunakan ilmu-ilmu menyingkirkan diri tapi dia tidak menyangka bahwa pedang yang ditangan kanan dapat digunakan juga ditangan kiri, dengan tipu yang sama, bahkan bisa mengandung siasat yang lebih sempurna. Sam-kie Ju-su In Hong selesai memperlihatkan tipu-tipu itu dan berkata.   "Nah, baik-baiklah kau pahami tipuan tadi,"   Dia melempar pedang dan bersila, memeramkan kedua matanya. Su-to Yan kaget, wajah ayah angkat itu sudah menjadi pucat pasi, segera dia berkata.   "Bagaimana?"   Sam-kie Ju su In Hong bergoyang kepala dan berkata.   "Aku terlalu banyak mengeluarkan tenaga."   Disaat ini telinga Su-to Yan yang tajam dapat menangkap suara derapan kaki orang diluar goa, segera ia membentak.   "Siapa ?"   Pada mulut goa terpeta bayangan seorang itulah bayangan seorang padri dengan wajahnya yang cakap dan halus, berdiri mendatangi ke arah mereka.   inilah suheng Sam-kie Ju-su In Bong yang bernama Put in Taysu.   Sam kie Ju SU In Hong juga menoleh ke-arah mulut goa, menyaksikan keadaan sang suheng segera ia berusaha hendak bangkit dari tempat duduknya.   Secepat itu pula Put in Taysu segera berkata.   "Sute, jangan banyak peradatan, duduklah."   Su-to Yan bertekuk lutut dan berkata. "Su-to Yan memberi hormat kepada supek."   Put in Taysu mengangguk-anggukan kepala, membangunkan Suto Yan. Kini ia duduk disebelah Sam kie Ju-su In Hong dan berkata dengan perlahan.   "Sutee, tidak kusangka kau berada ditempat ini, aku bersyukur bahwa kita masih dapat bertemu kembali, bagaimana keadaan selama perpisahan kita ini? Baik-baik sajakah? Sumoay juga mengharapkan bertemu muka denganmu."   "Terima kasih, Aku baik saja,"   Sam kie Ju-su In Hong berkata.   "lnilah nasib peruntungan yang buruk, betul-betul jiwa manusia berada ditangan yang kuasa, kukira inilah pertemuan kita yang penghabisan kali."   Ia berkata dengan wajah yang sangat sedih, dan kedua matanya dipejamkan duduk seperti sedia kala. Pat in Taysu menganggukkan kepala, lalu berkata.   "Aku dapat memahami kesulitanmu, aku juga tahu maksud tujuanmu, Legakanlah hatimu, aku bisa baik-baik menjaga Su-to Yan."   Sam-kie Ju su In Hong masih tetap duduk ditempatnya, dengan kedua mata tetap dipejamkan.   Put in Taysu lama sekali memandang keadaan Sang sutee, dan lama juga dia berdiam seperti itu, akhirnya in menundukan kepala rendah, dan berkata dengan nada suara yang sangat sedih.   "Ayah angkatmu telah berangkat kealam baka !"   Su-to Yan kaget, tidak disangka bahwa apa yang Put-in Taysu katakan itu betul-betul terjadi, sang ayah angkat meninggal dunia di hadapannya.   Semua kejadian-kejadian terbayang kembali Su-to Yan mengucurkan air mata, Dihadapan jenazah sang ayah angkat itu, ia menyembah sehingga empat kali.    Put-in Taysu juga menyebut nama Budha.   "Omitohud, ayah angkatmu hidup secara jujur kesatria, belum pernah dia meminta pertolongan orang juga belum pernah melakukan kejahatan, kau harus banyak mengikuti pelajaranpelajaran darinya."   Dengan air mata bercucuran Su-to Yan menerima petuah-petuah itu. Put-in Taysu berkata lagi.   "Jiwa raga jenazah ayah angkatnya dan rajawalinya akan kubawa ke gunung Kun-lun, bila ada waktu kau juga turutlah kegunung itu."   Su-to Yan memberikan janjinya.   Dan betul-betul Put-in Taysu membawa jenazah Sam-kie Ju-Su In Hong, keluar meninggalkan goa, gerakkannya begitu cepat sekali, hanya beberapa enjotan, dia sudah lenyap dari pandangan mata Suto Yan.   Lama sekali Su-to Yan berada ditempat itu.   Benak pikiran Su-to Yan masih mengenangkan kejadian-kejadian tadi, ia dapat melihat bagaimana Sam-kie Ju-su In Hong memejamkan mata meram, meram, meram, terus meram.   Pemuda itu melanjutkan perjalanannya, pikirannya sangat kusut sekali.   Su-to Yan berjalan pikirannya masih kusut.   disepanjang tepi sungai Tiang-kang, Apa yang harus dilakukan olehnya? Ayah angkatnya mati dibawah kekejaman dan komplotan Hoa Tie dan Khong Bun, Su-to Yan wajib menuntut balas ini.   Dikala dia sudah hendak mengambil putusan tepat, tiba-tiba seorang menghadang didepan dirinya, orang ini adalah Seng-mo Leng Kho Tiok.    Dengan tertawa berkakakan Seng-mo Leng Kho Tiok berkata.   "Ha, ha... senang sekali bertemu denganmu."   Su-to Yan mengerutkan alis, lagi-lagi dia bertemu dengan orang aneh ini. Tindak-tanduk Seng-mo Leng Kho Tiok susah sekali diduga atau diterka. Sambil menepuk dadanya sendiri Seng-mo Leng Kho Tiok berkata.   "Mengapa wajahmu begitu aneh? Kau jangan takut kepadaku, aku Leng Kho Tiok memang kukoay, tapi aku bersedia mengorbankan jiwaku untuk sahabat baik yang sepertimu ini."   Mendengar kata-kata Leng Kho Tiok tadi, Su-to Yan tertegun, Dia tidak menyangka sama sekali kalau bekas musuh ini mempunyai hati sangat setia, sehingga diam-diam ia merasa malu kepada dirinya sendiri. Segera Su-to Yan berkata.   "Maafkan aku."   Seng-mo Leng Kho Tiok tersenyum.   "Kau hendak kemana?"   Suaranya penuh perhatian.   "Ke pulau Tong-hay."   Berkata Su-to Yan, Seng-mo Leng Kho Tiok berkata.   "Keadaan dirimu belum begitu mengijinkan lebih baik kau memelihara kesehatanmu dahulu."   Su-to Yan tidak menjawab perkataan itu.   Leng Kho Tiok tidak perduli atas sikap yang Su to Yan perlihatkan kepada dirinya, ia bertepuk-tepuk tangan sebentar, maka didalam rimba muncul kacung-kacung dengan membawa dua ekor kuda, kuda itu kuda jempolan langsung menghampiri mereka.   Dengan tertawa berkakakan Seng-mo Leng Kho Tiok berkata.    "Sudah kuketahui bahwa kau menderita luka, maka sengaja kusediakan dua ekor kuda ini agar kita bisa melakukan perjalananku."   Lagi-lagi Su-to Yan terkejut, ia semakin tidak mengerti, mengapa Seng-mo Leng Kho Tiok bisa berbuat baik kepadanya? Mungkinkah mengandung sesuatu maksud tujuan? Apa maksud tujuan itu? Dia harus berhati-hati.   "Hei, tidak bersediakah kau melakukan perjalanan denganku?"   Berkata Seng-mo Leng Kho Tiok. Su-to Yan menatap orang tersebut, hanya beberapa saat akhirnya diapun berkata.   "Baik."   Dan mereka berdua mulai melakukan perjalanan.   Malampun tiba, setengah hari kedua orang itu berjalan bersamasama, tanpa pembicaraan lagi, masing-masing menutup mulut.   Menyusuri sungai Tiang-kang, akhirnya mereka sudah mendekati pantai, Menengok ke-arah air laut yang bergelombang tenang itu.   Seng mo Leng Kho Tiok berkata.   "Hari sudah menjadi malam, Lebih baik kita istirahat ditempat ini. Menunggu sehingga esok pagi, kita meneruskan perjalanan diatas air."   Su-to Yah menganggukkan kepala setuju.   Mereka lompat turun dari kuda masing masing, dan memandang kearah air laut yang jauh.   Seng-mo Leng Kho-tiok tidak bicara lagi, Su-to Yan sedang berpikir, apa yang terkandung didalam hati Seng-mo Leng kho-tiok mengapa dia tidak bertanya sebab musababnya?"   Kedua orang itu beristirahat ditepi pantai.    Malam makin larut, tiba-tiba telinga Su to Yan dapat menangkap satu suara terompet kiong yang ditiup, semakin lama semakin kencang dan akhirnya begitu menderu-deru.   Su-to Yan memeriksa kearah sekelilingnya, apapun tidak terlihat.   Kedatangan suara terompet kiong itu membuat ia heran sekali, aneh sekali.   Menengok kearah Seng-mo Leng Kho Tiok.   jago tersebut masih diam ditempatnya.   Disana Su-to Yan hendak beristirahat lagi, dia dapat melihat satu bintik merah diatas permukaan air.   Dia terbelalak, bintik merah itu semakin lama semakin besar, dan terjadi kebakaran ! Kebakaran itu mulai mengelilingi dirinya, Su-to Yan menoleh kearah Seng-mo Leng Kho Tiok, jago tersebut sudah lenyap secara mendadak.   Maka kini api itu membesar dan mengurung Su-to Yan.   Hati Su-to Yan tergerak, dia segera teringat kepada ilmu silat Thio Sek Bun.   Apa yang terjadi dihadapannya?"   Itulah ilmu sihir Thio Sek Bun! Dia masih hendak menyelakakan Su-to Yan.   Karena kelengahan sipemuda, maka dia seolah-olah merasa dirinya telah berada dikurung oleh lautan api.   Terbayang lagi didepan mata Su-to Yan, wajah-wajah Sam-kie Ju-Su In Hong, direndengi oleh Cin Bwee, dan dibelakang mereka juga ada Ie Han Eng, terlalu banyak sekali orang didepan mata Suto Yan.   Tanpa disadari sama sekali, Su-to Yan bergerak maju.   Tiba-tiba terdengar suara yang membentak keras.   "Tetap diam ditempatmu yang semula!"   Su-to Yan sadar, begitu dia membuka mata, Seng-mo Leng Kho Tiok sudah berdiri didepan mata, Baju Seng-mo Leng Kho Tiok penuh dengan darah, kiranya habis melakukan pertempuran hebat.    Orang yang menghardik dan menyadarkan Su-to Yan dari impian tadi adalah Seng-mo Leng Kho Tiok.   Su-to Yan memandang kearah jago tersebut, dia hendak meminta keterangan, apa yang telah terjadi? Dengan dingin Seng-mo Leng Kho Tiok berkata.   "Kau telah disihir oleh sikakek tukang tenung Thio Sek Bun, beruntung ada aku yang kulihat kau sudah mendekati air laut, dalam keadaan tidak sadar diri lagi, Hampir kau terjun membunuh dirimu sendiri."   Hati Su-to Yan mengkirik dingin, dia heran, mengapa kejadian itu terjadi begitu cepat sekali ? Terdengar suara Su-to Yan bergumam.   "Dia datang kesini ?"   Yang diartikan dengan dia adalah sikakek tua Thio Sek Bun.   "Betul."   Berkata Seng mo Leng Kho-tiok.   "Belum lama aku telah bertempur dengannya sengit sekali."   "Bertempur sengit sekali?"   Bertanya Su-to Yan, dia hanya merasakan kejadian itu berlangsung cepat.   "Tentu. Kau, kira belum lama? bukan main hebatnya."   Berkata Seng-mo Leng Kho-tiok.   Ternyata, dikala Su-to Yan mendengar suara terompet kiong itu berbunyi, Seng-mo Leng Kho Tiok juga dapat menangkap adanya suara orang ditempat tersebut, Dia menghampiri kesana, dan tampak olehnya seorang yang bertangan satu dengan rambut diriap-riapkan keatas dengan mulut berkemak-kemik membaca mantera, entah apa yang dilakukan orang itu.   Maka segera Seng mo Leng Kho Tiok membentak.   "Siapa kau ?"   Orang dengan bertangan satu, rambut riap-riapan kusut dan mulut terkumat-kamit itu adalah si kakek tukang tenung Thia Sek Bun, ia pedang membacakan menteranya, untuk menjatuhkan Su-to Yan.   Dibentak oleh Su-mo Leng Kho Thiok, Thio Sek Bun agak terkejut, dia menggunakan sihir lainnya, hendak menenung jago tua ini.   Seng mo Leng Kho Tiok tidak mempan diguna-guna, segera dia membentak.   "Manusia keparat, berani kau mencelakakanku?"   Dan pada saat itulah sukma Su-to Yan sudah mulai dapat diterbangkan, setapak demi setapak menuju kearah permukaan laut. Seng mo Leng Kho Tiok membentak lagi.   "Jahat kau, mengapa hendak mencelakakan kawanku?"   Dan dia meneriaki Su-to Yan, tapi pemuda itu tidak dapat mendengar teriakannya. Munculnya Seng mo Leng Kho Tiok mengejutkan Thio Sek Bun, segera kakek tukang tenung ini berkata.   "Sebetulnya aku tidak bermusuhan dengan kau, bagaimana kau hendak mencari setori denganku?"   "Hm mencari setori, enyahlah. Kau hendak mencelakakan Su-to Yan, dia sudah menjadi kawanku."   Membarengi kata-katanya, Seng mo Leng Kho Tiok menyerang kearah Thio Sek Bun. Dan terjadilah pertarungan yang sengit.   "Orang lain boleh takut kepada ilmu sihirmu, tapi aku, hmm... Seng mo Leng Kho Tiok dapat melayani dengan hebat."   Thio Sek Bun berkata.   "Kau dijuluki Setan Kehidupan, itu hanya untuk menakut-nakuti anak kecil saja, tetapi terhadap aku, hmm..." Tapi Thio Sek Bun tidak dapat memberikan perlawan yang lebih lama, dia terdesak terus menerus, akhirnya tidak berhasil menekan kekuatan Seng mo Leng Kho Tiok, karena itu dia melarikan diri.   "Awas pembalasanku, Thio Sek Bun belum pernah melupakan dendam."   Sebelum lari, sikakek meninggalkan ancamannya.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Seng mo Leng Kho Tiok menghampiri Su-to Yan dan membentak, itulah serentetan kejadian-kejadian yang sudah lalu.   Demikian singkatnya cerita bagaimana Seng mo Leng Kho Tiok mengusir Thio Sek Bun.   Su-to Yan berterima kasih kepada Seng-mo Leng Kho Tiok, adanya kawannya berhasil menghindarkan banyak kerewelan sikakek muda tukang tenung Thio Sek Bun, hampir saja dia terjungkal lagi.   Ternyata Thio Sek Bun sakit hati atas terpapasnya sebelah tangan.   Dia hendak menuntut balas, dan inipun tidak berhasil.   Seng mo Leng Kho Thiok memeramkan matanya, dia mengambil waktu untuk beristirahat.   Tiba-tiba...   Mata Seng mo Leng Kho Thiok yang dimeramkan itu terbelalak lebar, kupingnya dipanjangkan, dia seperti dapat mendengar ada suara berkeresek yang datang.   "Ada orang."   Dia memperingati Su-to Yan.   Su-to Yan juga dapat menangkap adanya suara itu, ia menganggukkan kepala.   Tampak Seng mo Leng Kho Tiok menaikkan sepasang alisnya, badannya ditelungkupkan sedikit, seperti seekor harimau yang hendak menerkam, dan siuut, dia melejit kearah datangnya suara berkeresek tadi.    Betul-betul disana ada orang, gerakannya Seng mo Leng Kho Tiok cepat dan gerakan kedua orang itupun cepat pula, berbareng dari kiri dan kanan menyerang Seng mo Leng Kho Tiok.   Seng mo Leng Kho Tiok mendorong tangannya, masing-masing dengan tangan kiri dan kanan menerima serangan kedua orang itu.   Terdengar geramnya yang keras, tubuh Seng mo Leng Kho Tiok terpental balik.   Ternyata, pertarungannya dengan Thio Sek Bun telah membuang banyak tenaga, dan itulah sebabnya mengapa dia tidak sanggup menjatuhkan kedua lawan itu.   Membarengi gerakan Seng-mo Leng Kho Tiok, Su-to Yan pun sudah menyusul, adanya kejadian tersebut mengejutkan sipemuda, dua orang yang berhasil menjatuhkan Seng mo Leng Kho Tiok adalah dua orang berbaju loreng, itulah jago-jago dari istana belang Khong kiok kiong.   Munculnya Su-to Yan yang hendak membantu Seng mo Leng Kho Tiok, dibarengi dengan munculnya beberapa orang, mereka berpakaian belang, inilah orang-orang dari golongan Khong kiok kiong.   Yang menjadi pemimpin rombongan ini adalah si Rajawali Merah Bin Hwee Wee dan Sersan Lima Tiang Sun Hoa.   Terdengar Bin Hwee Wee memberi perintah kepada orangnya.   "Tangkap kedua orang ini. Mereka sudah terluka."   Apa yang dikatakan oleh Bin Hwee Wee sangat tepat Keadaan Su-to Yan dan Seng-mo Leng Kho Tiok tidak mengizinkan mereka bertempur pula, mereka masih berada dalam keadaan terluka.   Orang-orang dari istana belang mulai mengurung maka dengan gelagat seperti itu, agak sulit juga bagi Su-to Yan.   Disaat inilah muncul satu bayangan berwarna kuning mas, dengan suaranya yang garing dan merdu bayangan ini membentak.   "Tunggu dulu." Orang-orang dari istana Belang, termasuk juga Bin Hwee Wee dan Tiang Sun Hoa, tidak satupun yang tidak terkejut, mereka menoleh dan segera memberi hormat kepada orang baru datang itu.   "Kiongcu."   Merekapun menyembah.   Disana telah bertambah seorang gadis berpakaian kuning emas, inilah yang dipanggil Kiongcu, inilah orang yang menjadi pemimpin istana Belang Khongkiok-kiong.   Kiongcu berarti tuan putri, Ternyata, istana Belang Khong-kiok-kiong berada dibawah pimpinan seorang gadis yang masih muda belia.   Gadis itu mengulapkan tangan, maka semua orang-orangnya bangkit kembali.   Su-to Yan memperhatikan gadis berbaju kuning emas itu, potongannya sedang, wajahnya cantik dan manis, sepasang sinar matanya memancarkan cahaya, agak mirip dengan Ie Han Eng, tapi memiliki keagungannya masih berada diatas Ie Han Eng.   Langsung gadis tersebut menghadapi Su-to Yan, kini ia membuka suara.   "Kau yang bernama Su-to Yan ?"   Su-to Yan menganggukkan kepala, dia membenarkan pertanyaan tersebut.   "Betul."   Gadis itu berkata lagi.   "Kudengar kau tidak bersedia menyerahkan kitab ilmu pedang Maya Nada, bukan ?"   "Kukira demikian."   Berkata Su-to Yan.   "Bisakah kau memberitahukan ilmu itu kepadaku?"   Bertanya lagi sigadis.   "Aku bersedia memberitahu padamu, tapi dengan syarat."   Berkata Su-to Yan.   "Syarat apakah itu ?" "Aku hendak mendapat sedikit berita tentang kakek dan kedua ayah bundaku."   Si nona tertegun, kemudian melirik kepada Tiang Sun Hoa dan Bin Hwee Wee, kepada kedua orang inilah dia mengajukan pertanyaan.   "Apa kau tidak memberitahukan kepadanya?"   Bin Hwee Wee dan Tiang Sun Hoa berkata dengan tersipu-sipu.   "Sudah kami beritahu. Tapi dia tidak percaya."   Maka gadis itu menghadapi Su-to Yan lagi, dia berkata kepada sipemuda.   "Kakek dan kedua orang tuamu itu telah tiada."   Sepasang sinar mata Su-to Yan memancarkan sinar buas, tapi tidak lama, sinar mata itu redup kembali. Gadis yang menjadi pimpinan golongan istana Belang Khongkiok-kiong berkata.   "Giliranmu yang harus memberi tahu, dimana adanya catatan ilmu pedang Maya Nada itu ?"   Dengan tawar Suto Yan berkata.   "Kitab ilmu pedang telah direbut oleh kalian."   Gadis istana Belang itu menjadi marah, segera dia membentak.   "Tidak mau kau berterus terang ?"   "Sudah kukatakan, bahwa kitab ilmu pedang Maya Nada telah direbut oleh kalian."   Berkata Su-to Yan.   "Hm.,."   Gadis itu mengeluarkan dengusan dari hidung, memandang kearah rombongan orang-orangnya memberi perintah.   "Tangkap mereka !"   Tiang Sun Hoa, Bin Hwee Wee dan lain-lain jago istana belang, mengurung Su-to Yan dan Seng-mo Leng Kho Tiok, maka puluhan tangan itu mulai menyerang mereka.    Su-to Yan mendelikkan mata, semula ia hendak melawan, tidak berhasil, sudah lama mereka menderita luka dalam, Su-to Yan menjadi agak lelah, satu kelengahan, dan ia telah tertotok orang, Disaat itu juga ia jatuh pingsan.   Su-to Yan dan Seng-mo Leng Kho Tiok jatuh kedalam tangan orang-orang istana Belang.   Beberapa lama kemudian, dikala Su-to Yan sadar dari pingsannya, dia mendapatkan dirinya telah berada dalam sebuah kamar yang bergoyang, inilah sebuah perahu besar, dia sudah dibawa berlayar entah hendak dibawa kemana? Su-to Yan mendongakkan kepala, tidak jauh dari mana dia terbaring, berdiri seorang gadis berpakaian belang, inilah pemimpin dari golongan Khong kiok-kiong, kini ia telah mengenakan pakaian seragamnya.   Gadis Khong-kiok kiong itu memperlihatkan senyuman yang menggiurkan, tanpa terasa, Su-to Yan menjadi tertarik.   Su-to Yaa seperti terbawa oleh arus kecantikan dari si tuan putri istana Khong-kiok-kiong, maka dia tidak dapat membuka mulut, beberapa saat menatapnya sedang dibanding-bandingkan, bagaimana perbedaannya dengan Ie Han Eng, Cin Bwee, dan gadis ini.   Si gadis bernama Bun In Hiang, dia sudah mewarisi dan menjadi penguasa penuh dari istana Belang Khong kiok-kiong, karena menurunkan kedudukan ayahnya.   Setelah berpandangan lagi beberapa lama Bun In Hiang berkata.   "Kau menatap wajahku saja, apa yang sedang kau pikirkan?"   Su-to Yan gelagapan.   "Oh, Oh..."   Dia menjadi gugup.   "Oh apa?"   Bertanya Bun In Hiang.   "Aku sedang membandingkan wajahmu dengan seseorang."   "Dengan siapa?" Su-to Yan menundukkan kepala.   "Mengapa kau tidak bicara?"   Bertanya Bun In Hiang.   "Aku belum tahu,"   Berkata Su-to Yan dengan suara rendah.   "Apa yang menjadi maksud tujuanmu?"   "Kitab ilmu Pedang."   Jawab Bun In Hiang singkat.   "Lagi-lagi urusan itu yang kau besar-besarkan."   "Su-to Yan."   Berkata Bun In Hiang sungguh-sungguh.   "Sebenarnya, aku hendak merusak ilmu kepandaian silatmu, mengingatkan kau ini sudah menjadi yatim piatu aku tidak tega. Aku hanya menginginkan kitab ilmu pedang Maya Nada itu. Kalau kau bersedia menyerahkan kepadaku kitab itu, segera kuberikan kebebasan."   Su-to Yan menggeleng-gelengkan kepala, dia berkata.   "Sebenarnya, kitab ilmu pedang Maya Nada sudah jatuh kedalam tangan kalian, bukan?"   Bun In Hiang memperlihatkan sikapnya yang tidak puas, dengan marah ia berkata.   "Kitab yang didapat oleh anak murid Istana Khong-kiok-kiong dahulu itu, telah direbut oleh kakekmu Su to Pek Eng, dihadiahkannya kepada Ie Siauw Hu, dan dengan susah payah kami berhasil merebut kembali, kakekmu datang menyusul keistana kami, dikatakan olehnya, bahwa kitab tersebut dapat mengganggu ketenangan daerah Tionggoan, dia hendak meminta kembali, kakekku bersedia menyerahkan kitab tersebut dengan janji, bilamana dia berhasil mengalahkannya, dan terjadilah pertarungan."   "Kemudian?"   "Dua puluh tahun kemudian, ayah dan ibumupun menyusul tiba, kakekku sangat percaya bahwa kitab itu adalah kitab yang asli, karena salah melatih diri, dia Masuk Api. Dan bersama-sama dengan kakekmu, kedua orang tuamu, mereka meninggal dunia." Su-to Yan berdiam sebentar, kemudian berkata.   "Yang kumaksudkan ialah kitab ilmu pedang yang berada pada Kong-Sun Put-hay."   Sigadis Bun In Hiang menjadi marah, bentaknya.   "Mungkinkah ada kitab ilmu pedang Maya Nada yang keluar?"   "Hmmm,.."   "Su-to Yan mengeluarkan suara dari hidung.   "Kitab yang kalian dapatkan itu adalah palsu, kitab yang berada dalam tangan Kong-sun Put-hay juga kitab palsu."   "Dari mana kau dapatkan ilmu pedang Maya Nada?"   Bertanya Bun In Hiang.   "Kepandaian ini kudapat dari sebuah goa kuno, disana Kong Sun Put-hay meninggalkan catatan-catatannya, Dan juga sembilan macam ilmu silat jaman purbakala pula."   Sigadis berpikir lama dan akhirnya ia dapat mempercayai keterangan sipemuda, karena itu ia berkata.   "Apa yang kau terangkan tadi masih bisa kuterima, Baiklah, Aku percaya."   Dengan tertawa Su-to Yan berkata.   "Tentu saja kau harus percaya."   Gadis itu membenamkan pikirannya kearah yang lebih dalam. Su-to Yan menghela napas, perlahan-lahan dia berkata.   "Goa dimana Kong-sun Put-hay meninggalkan catatan ilmu pedangnya, terdapat juga sembilan ilmu silat peninggalan jaman purbakala, itulah ilmu peninggalan dari Manusia Super Tanpa Tanding Thian Kho Cu semua terdapat disana."    Sepasang Pendekar Kembar Karya Kho Ping Hoo Perangkap Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini