Ceritasilat Novel Online

Pedang Wucisan 15


Pedang Wucisan Karya Chin Yung Bagian 15


Pedang Wucisan Karya dari Chin Yung   "Aku percaya keteranganmu."   Berkata lagi gadis itu. Setelah berkata demikian, dia menoleh kebelakang dan berteriak.   "Ayo, sediakan perahu." Itulah perintah kepada orang-orangnya. Kini dihadapinya lagi Suto Yan dan berkata.   "Kudengar kau masih mempunyai hubungan erat dengan golongan Tong-hay, dan salah satu jago dari golongan itu yang bernama In Hay Hong, begitu berani, dia menantang golongan Khong Kiok kiong? suatu hari, aku hendak menempurnya, untuk urusan ini lebih baik kau tidak melibatkan diri."   Su-to Yan termangu-mangu ditempat ini. Waku terlihat sersan lima Tiang Sun Ho memasuki geledak perahu besar, dengan sepasang tangannya yang diluruskan kebawah dia menunggu perintah. Maka sigadis berkata.   "Antar Su-to Kongcu kedaratan."   Tiang Sun Hoa bingung hampir dia tidak percaya, bahwa perintah pemimpin itu adalah untuk mengantarkan Su-to Yan, dengan susah payah mereka menangkapnya setelah berhasil, tanpa berkompromi lagi, harus diantar pulang kembali? Setelah memberi perintah tadi.   Bun In Hiang membalik badan dan memasuki kamar dalam, dia meninggalkan Tiang Su-Hoa, dan juga meninggalkan Su-to Yan.   Tiang Sun Hoa harus menjalankan kewajiban, maka dia memberi hormat kepada Su-to Yan dan berkata.   "Silahkan Su-to Kongcu turut kami, Kiongcu memberi perintah untuk mengantarmu."   Dengan diantar oleh Tiang Sun Hoa, Su-to Yan meninggalkan perahu besar itu, menggunakan sebuah perahu yang kecil, meluncur kearah tepi.   Didalam sekejap mata, Tiang Sun Koa sudah mengayuh perahu kecil itu sehingga jauh sekali, mereka menepi.   Su-to Yan memberi hormat dan berkata.   "Terima kasih." Tubuhnya melejit dan meninggalkan si Sersan Lima dari Istana Khong kiok kiong, Tiang Sun Hoa juga kembali, dia menyusul rombongannya. Bercerita tentang Su-to Yan. Kini dia baru sadar, kemana perginya Seng mo Leng Kho Tiok? Mengingat tindak tanduk golongan istana belang Khong Kiok kiok yang tidak begitu kejam, tidak mungkin membunuh jago tua itu, Karena inilah dia dapat mengeluarkan napas lega, melanjutkan perjalanannya. Su-to Yan melangkah kakinya kearah timur. Didepan sipemuda meluncur satu bayangan. cepat sekali sudah berada didepannya, inilah seorang wanita muda yang memanjangkan rambutnya, ia adalah padri wanita, memberi hormat pada Su-to Yan dan berkata.   "Numpang tanya, apakah Siecu yang bernama Su-to Yan?"   Su-to Yan terkejut, bagaimana orang ini dapat menyebut namanya? Tanpa dia mengetahui asal usul orang yang bersangkutan? "Ya,"   Su-to Yan membenarkan pertanyaan itu.   "Aku bernama Bu Hian."   Wanita itu memperkenalkan dirinya "Mendapat tugas dari guru kami mengundang dirimu."   Su-to Yan berpikir, tidak ada faedahnya untuk melayani orang yang tidak dikenal, lebih baik dia melanjutkan perjalanannya, mencari jejak Ie Han Eng yang dikatakan sudah lenyap tanpa bekas. Karena itu, dia berkata.   "Terima kasih atas undangan gurumu, tapi menyesal sekali, aku tidak dapat pergi, aku harus melanjutkan perjalananku." -ooo0dw0ooo-   Jilid 17 PADRI wanita yang bernama Bu Hian itu tertawa, dia berkata. "Siecu, kalau kau tidak ada waktu untuk menemui ketua kami, mungkin kau tidak dapat menemui nona Ie Han Eng."   "Apa?"   Su-to Yan membelalakan matanya.   "Ie Han Eng?"   Menyaksikan keadaan Su-to Yan yang seperti kaget terpagut ular, hati Bu Hian Nikouw menjadi geli.   "Kami mempunyai banyak urusan? Hendak meneruskan perjalanan lagi? demikian dia berkata.   "Baiklah biar kusampaikan kesukaran kesukaranmu kepada suhuku, akan kukatakan kepada beliau, bahwa kau tidak mempunyai tempo. Aku hendak kembali."   Serta merta dia membalikkan badan, seolah-olah hendak meninggalkan Su-to Yan. Su-to Yan menjadi gugup "Hei,"   Dia berteriak.   "tunggu dulu,"   Cepat-cepat ia menyusul. Bu Hian Nikouw membalikkan kepala.   "Ada apalagi?"   Kini dia jual mahal.   "Kudengar kau menyebut nama Ie Han Eng, dimanakah nona itu berada?"   "Nona Ie Han Eng berada ditempat kami."   Demikian Bu Hian Nikouw memberi keterangan.   "Kalau kau hendak bertemu dengannya, ikut aku"   Baru kini Su-to Yan tahu, ternyata Ie Han Eng yang dikatakan lenyap tanpa bekas itu telah diculik oleh orang-orang itu.   Bu Hian Nikouw? Mengapa dia belum pernah mendengar nama ini? Golongan dari manakah yang bisa menculik Ie Han Eng dari tangan Ie Hay Hong ? Itu waktu betul-betul Bu Hian Nikouw sudah berjalan pergi.   Karena telah diajak terlebih dahulu.   Su-to Yan mengintil dibelakangnya.   Disepanjang jalan, tidak henti-hentinya Su-to Yan berpikir.    "Dengan susah payah.   aku hendak menyelidiki jejak Ie Han Eng.   Kini tanpa disengaja ada orang yang hendak memberitahukan kepada ku.   Entah betul? Entah tidak."   Terbayang wajah Ie Han Eng yang cantik molek, lemah gemulai jarang sekali ada gadis yang dapat menandingi kecantikan gadis ini.   Muncul bayangan lain, inilah bayangan Jie Ceng Peng, bayangan Cin Bwee, dan bayangan sigadis pemimpin dari istana Khong kiokkiong Bun In Hiang.   Kiranya tidak satupun yang dapat menandingi kelemahan dan kecantikan Ie Han Eng.   Suto Yan tidak bisa berpikir lama, Nikouw itu sudah mengajaknya ke sebuah kuil, inilah kuil kawanan kepala gundul wanita.   Demikian hati sipemuda berpikir.   Su-to Yan diajak memasuki kelenteng Cee-in-am itu, cukup besar dan juga sangat luas, didalam kelenteng Cee-in-am pemandangannya sangat menarik hati, banyak ditanami pohonpohon dan bunga-bunga, Kurang lebih berjalan lima puluh langkah, Bu Hian Nikouw menghentikan kakinya dan sambil menoleh kearah Su-to Yan ia berkata.   "Bagaimana, apa kongcu hendak langsung bertemu dengan guruku, atau bertemu dengan nona Ie Han Eng lebih dahulu ?"   Su-to Yan berpikir sebentar dan menjawab pertanyaan itu.   "Aku hendak bertemu dengan nona Ie Han Eng."   "Baik. ikut aku."   Berkata Bu Hian Nikouw, seraya bertindak membelok kearah kiri.   Tidak jauh lagi, mereka telah menemukan sebuah pintu yang terbuat dari batu merah, disitu terdapat sebuah bangunan lain sambil menunjuk kearah pintu tersebut, Bu Hian Nikouw berkata.    "Nona Ie Han Eng berada didalam kamar, masuk sajalah, disana kau dapat menemuinya.   Aku tidak bisa mengawani kau lebih lama lagi, aku harus segera memberi tahu tentang kedatanganmu."   Tanpa menunggu jawaban Su-to Yan, tubuh Bu Hian Nikouw dibalikkan dan berjalan pergi, lenyap dibalik pohon itu.   Hati Su to Yan menjadi ragu-ragu, haruskah dia memasuki bangunan ini ? Bukan satu dua kali Su-to Yan ditipu orang, karena itulah ia berhati-hati.   Terbayang kembali wajah In Han Eng.   dan wajah itu mempunyai daya magnit yang luar biasa, memaksa dia mendorong pintu tersebut.   Dengan hati-hati, Su-to Yan berjalan masuk, matanya celingukan, siap waspada.   Didalam kamar itu duduk seorang gadis berbaju hitam, dengan membelakangi pintu, masuknya Su-to Yan tidak diketahuinya sama sekali.   Derap langkah Su-to Yan telah mengejutkan gadis tersebut, cepat dia membalikkan tubuhnya, dan itulah sigadis dari lembah "Awan Terbang"   Ie Han Eng.   "Adik Ie."   Terdengar suara Su-to Yan hampir tidak terdengar.   Ie Han Eng seperti berada didalam impian, ia masih belum begitu percaya kepada pandangan matanya bahwa ia kini sedang berhadapan dengan Su-to Yan.   Oleh seorang Nikouw tua yang menyapa dengan suaranya yang lemah lembut, dia berkata.   "aku yang bernama Ie Han Eng? Kubenarkan jawaban itu, Lantas ia mendekati aku, entah bagaimana, aku sudah tidak sadarkan lagi, Aku juga tidak tahu, bagaimana dia berhasil melewati penjagaan In Hay-hong dan ketika aku sadar, aku berada ditempat ini."   Ternyata Ie Han Eng telah diculik oleh orang yang mendiami kelenteng ini. Entah, dari golongan mana mereka? Su-to Yan bertanya lagi.   "Apa maksud mereka menculik dirimu?"   "Menurut katanya, aku hendak dijadikan sandera, sehingga kau tiba ditempat ini. Dan kini kau telah berhasil datang. Tentunya aku akan mendapat kebebasan kembali."   Dikala mereka hendak mengutarakan kesan masing-masing, biarawati yang bernama Bu Hian Nikouw itu memasuki ruangan, dia berkata kepada Su-to Yan.   "Su-to Siecu, guruku mengundang."   Su-to Yan menganggukkan kepala, memandang kepada Ie Han Eng dan ia berkata.   "Aku hendak menemuinya dahulu, sebentar aku balik kembali."   Mulut Ie Han Eng terbuka sedikit, seperti hendak mengucapkan kata-kata, tapi dibatalkannya segera, dikatupkannya kembali dia gagal mengatakan sesuatu.   Bu Hian Nikouw sudah membalikkan tubuh, dan mengajak Su-to Yan untuk bertemu dengan gurunya.   Su-to Yan dibawa memasuki keruangan besar, disana kelihatan seorang nikouw tua, dia duduk bersemedi diatas satu buntalan bantal.   Melihat kedatangan Su-to Yan, Nikouw tua itu bangkit berdiri, memberi hormat sedikit dan berkata.   "Lonie bernama Siang Tin, sengaja mengundang Su-to Siecu datang ketempat ini, hendak menyelesaikan satu urusan yang sangat penting, silahkan duduk."   Nikouw tua ini memperkenalkan dirinya sebagai Siang Tin Suthay, Su-to Yan membungkukan badan, dan membalas hormat tersebut, ia berkata. "Su-to Yan memberi hormat kepada suthay."   Kini dia memperhatikan wajah Siang Tin-Suthay, rambutnya sudah putih semua, alisnya panjang menurun kebawah, jidatnya menonjol keluar.   matanya bercahaya sekali, inilah menandakan kepintarannya, tapi pelipisnya biasa saja, dilihat sepintas lalu, tidak mungkin ia mempunyai ilmu kepandaian.   Su to Yan mengerutkan alis, inikah orang yang menculik Ie Han Eng? Tampaknya ia tidak pernah melatih diri, bagaimana mempunyai kepintaran dan kepandaian untuk membawa gadis ketempat ini ? Su-to Yan mengambil tempat duduk didepan Siang-tin-Suthay, Mereka berpandangan beberapa lama, dan berkatalah Siang-tinSuthay.   "Su-to Siecu, tahukah kau, apa maksud tujuan kami yang mengundangmu ketempat ini ?"   Suto Yan menggoyangkan kepala, dengan terus terang dia berkata.   "Tidak tahu."   Siang Tin suthay berkata.   "Tidak mudah untuk mengundang dirimu, karena itu aku mengundang Ie Han Eng lebih dahulu."   Tanpa terasa, hati Su-to Yan jadi bergidik, nikouw tua yang bernama Siang Tin Suthay ini adalah lawan yang hebat, bilamana ia tidak berhati-hati, besar kemungkinan jatuh terjungkal.   Meskipun belum diketahui dengan cara bagaimana Siang Tin Suthay membawa Ie Han Eng, keluar dan meninggalkan lembah Hui-in.   Tapi itulah kenyataan, suatu bukti bahwa Siang Tin Suthay bukan manusia biasa.   Siang Tin Suthay sebetulnya dapat melihat perubahan hati si pemuda, dengan tertawa berkatalah Nikouw tua ini.    "Jangan takut, Aku tidak bermaksud jahat."   Su-to Yan menatap wajah Nikouw tua tersebut dia selalu siap sedia.   "Katakanlah,"   Mengundang."   Berkata Su-to Yan, "Apa maksud Suthay Terjadi lagi perobahan suasana yang tegang, ternyata Su-to Yan tidak mudah digertak, Dari sikap yang seperti ini, Siang Tin Suthay tahu, bahwa jago kita ini adalah lawannya yang terkuat.   Tapi dia sangat percaya kepada kepintaran dan kecerdikan diri sendiri, dengan perlahan-lahan dan sepatah demi sepatah dia berkata.   "Terus terang kukatakan kepadamu, bahwa maksud tujuan kami adalah kitab ilmu pedang Maya Nada."   Su to Yan tertawa.   "Hampir setiap orang yang mengejar diriku berpokok pangkal kepada kitab ilmu pedang tersebut."   Suara si pemuda mengandung cemoohan. Cepat-cepat Siang Tin Suthay menggoyangkan tangan, ia berkata.   "Salah ... Salah.... orang lain tidak tahu, bahwa kitab peninggalan Kong-sun Put-hay itu adalah sebuah kitab palsu, Tapi aku sudah tahu, aku tidak menghendaki kitab palsu itu."   Su-to Yan tertegun. Dan dia bertanya lagi.   "Kitab ilmu pedang yang mana yang Suthay maksudkan ?"   "Kitab ilmu pedang yang mana? Ha, ha, ha, ...". Siang Tin Suthay tertawa. Setelah Siang Tin Suthay puas tertawa, ia berkata lagi.   "Tahukah kau, bagaimana hubungan ilmu pedang tersebut dengan golongan kami?"   "Belum tahu,"   Berkata Su-to Yan terus terang.   "Ilmu pedang Maya Nada berasal dari Sucouw golongan kami yang bernama Liu Ang Ciauw."   Siang Tin Suthay memberi keterangan "Turun temurun hingga pada suatu hari lenyap mendadak, digubah oleh Thian Kho Cu, diperbaiki oleh Kong-sun Put-hay. Sebagai anak-anak murid kelenteng ini kami patut meminta kembali kitab tersebut."   "Tapi kitab itu kitab palsu."   Berkata Su-to Yan.   "Kitab palsupun hendak kami tarik kembali dari permukaan rimba persilatan. Kau harus maklum, partai kami berpantangan melatih ilmu silat, juga tidak dibenarkan, membiarkan ilmu kepandaian kami disebar luaskan secara meluas. Karena itu, kami wajib menarik kembali semua pelajaran-pelajaran yang ada."   Su-to Yan berkata.   "Partai aliran dari manakah yang dianut oleh Su-thay ?"   "Partai Biarawati Jaya."   Siang Tin suthay memberi keterangan.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Biarawati jaya ? inilah partai baru, Su-to-Yan belum pernah mendengar nama partai itu, juga belum pernah mendengar tentang berdirinya partay yang bersangkutan.   Partay Biarawati jaya didirikan oleh Liu Ang Ciauw setelah Liu Ang Ciauw Patah hati, atas cinta kasihnya kepada Liu Cu Kok yang tidak tersampai, dia lari kedaerah Tong-hay, disana mendirikan satu komplotan kemudian menyerang kearah Tionggoan, usahanya tidak berhasil.   Dan dia lari kembali.   Setelah menekunkan dirinya sekian lama, putusan Liu-Ang Ciauw berbeda, ilmu silat belum tentu dapat menguasai rimba persilatan tanpa disertai dengan kecerdikan otak yang luar biasa, karena itulah dia mendirikan Partai Biarawati Jaya, semua anggotanya terdiri dari wanita, semua wanita pilihan wanita yang memiliki kecerdasan otak luar biasa.   Tanpa ilmu silat, mereka dapat mengatasi segala kesulitan, hanya mengandalkan tipu muslihat dengan disenjatai oleh pikiran yang cerdik pandai.   Su-to Yan masih menjublak.   Menyaksikan keadaan Su-to Yan seperti orang linglung, Siang Tin suthay berkata.    "Hei, tahukah kau, maksud tujuan kami menculik Ie Han Eng ?"   Tanpa banyak pikir, Su-to Yan menjawab pertanyaan tadi.   "Memaksa aku untuk menyerahkan kitab yang bersangkutan."   "Hanya benar sebagian."   Berkata Siang Tinsuthay.   "Kami mempunyai maksud tujuan lain, tahukah kau maksud tujuan kedua itu ?"   Su-to Yan menggelengkan kepala. Dengan tertawa puas, Siang Tin suthay berkata.   "Kami menculik Ie Han Eng, karena gadis ini memiliki sifat-sifat yang cerdas, Ketua kami sangat tertarik atas ketekunan yang diperlihatkannya, juga tertarik dengan kecerdikan otaknya. Ketua kami berniat untuk menjadikannya sebagai calon tunggal, untuk jabatan ketua partai Biarawati Jaya. Sayang sekali, Ie Han Eng menolak dengan getas, betul-betul membuat kami kecewa."   Siang Tin suthay menghentikan pembicaraannya sejenak, mengawasi sipemuda yang duduk dengan lesu, dan kini dia berkata lagi.   "Ketahuilah, para anggota partai dari golongan Biarawati jaya bekerja tidak sembarang bekerja, belum pernah kami memaksa seseorang yang tidak mau melakukan sesuatu, Kami mengharapkan kerelaan, demikianpun dalam urusan perkara Ie Han Eng, kami mengharapkan kerelaan dirinya untuk dinobatkan menjadi calon ketua partai kami. Dia membantah, kami tahu bahwa hubungan kalian cukup baik, dengan harapan kau dapat membujuknya, untuk menerima tawaran baik ini."   "Mengapa suthay bicara seperti itu?"   Su-to Yan tidak sepaham.   "Masih ada urusan yang kau belum ketahui, dahulu Ie Han Eng memutuskan pertunangannya denganmu, hanya disebabkan menuruti cemburunya yang besar, dia tahu, bagaimana hubunganmu dengan Cin Bwee, karena itulah dia bersedia melepaskan dirimu, dengan harapan..." "Kukira tidak perlu membicarakan soal ini,"   Memotong Su to Yan.   "Salah... kau salah, ketahuilah pertunangan kalian telah ditetapkan oleh kedua belah pihak oleh keluarga masing-masing, inilah resmi! Wajib! Apa lagi kecantikannya Ie Han Eng yang yang luar biasa, sikapnyapun lemah lembut, hatinya jujur sekali, siapakah yang tidak beruntung mendapatkan dirinya sebagai isteri?"   Su-to Yan tidak menjawab, pikirnya mengapa nikouw tua ini menjadi melantur kedalam urusan rumah tangga orang? Su-to Yan sedang merencanakan suatu pikiran lain, dia sedang mencari jalan, bagaimana harus menolong Ie Han Eng, keluar dari lembah kekangan anak buah golongan partai Biarawati jaya itu.   Siang Tin Suthay diam2 dengan sepasang sinar matanya yang tajam, dia memperhatikan segala gerak gerik Su-to Yan.   Dia segera dapat menebak, jalan pikiran sianak muda, dengan tertawa ia berkata.   "Lebih baik kau jangan mempunyai pikiran yang menyeleweng terhadap golongan kami, ketahuilah Partai biarawati jaya bukan partai biasa, pikiran manusia itu seperti terletak diatas kertas putih, jangan coba-coba untuk menodainya. Kami tahu apa yang sedang kau pikirkan, hendak kabur dari sini? percuma saja. Kami telah membuat persiapan yang cukup, Apalagi kau masih berada dalam keadaan terluka, kukira, kau harus membutuhkan berapa hari untuk menghilangkan semua luka-luka dalam pada dirimu itu. Lebih baik, jangankan kau bentrok pada golongan kami."   Betul-betul hebat! Sesudah sadar kalau rencananya sudah diketahui lebih dahulu, Su-to Yan harus mencari jalan lain, persiapan untuk membendung dirinya melarikan diri, tentu akan menghadapi banyak kesulitan.   Ada lebih baik dia memilih jalan kompromi.   Kini dia menunggu, apa yang dikehendaki betul betul oleh golongan Biarawati Jaya ini? itu waktu Siang Tin-suthay seperti hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba, dari luar berlari masuk seorang biarawati kecil langsung menghampiri Siang Tin Suthay dan membisiki sesuatu.    Wajah Siang Tin suthay berubah, tapi secepat itupun ia dapat menenangkan pikirannya, dengan senyuman sinis ia berkata.   "Tetap jalankan rencana yang sudah kita gariskan."   Biarawati kecil itu memberi hormat dan meninggalkan ruangan. Kini Siang Tin suthay menghadapi Su-to Yan, serta dia berkata kepada sipemuda.   "Kau kenal dengan jago wanita Tong-hay yang bernama Khong Bun ?"   "Aaaah..."   Lagi-lagi Khong Bun, Su-to Yan memperlihatkan rasa keterkejutannya "Dengan menunggang seekor burung raksasa, Khong Bun berada diatas kita."   Siang Tin Suthay memberi keterangan.   Hati Su-to Yan tercekat, mungkinkah mencari dirinya? Atau mencari jejak Ie Han Eng? Atau atas permintaan In Hay Hong untuk mencari Ie Han Eng ? "Burung peliharaan Khong Bun tidak mau pergi dari atas kita, Terus menerus mengadakan pengintaian yang seksama."   Siang Tin Suthay menyambung pembicaraannya. Disaat ini, tiga biarawati memasuki ruangan, seolah-olah menunggu perintah Siang Tin-Suthay. Kepada ketiga orang itu Siang Tin Suthay berkata.   "Jalankanlah rencana ketua partay kita.."   Ketiga biarawati itupun meninggalkan ruangan kembali.   Didalam hati Su-to Yan masih berpikir-pikir.   Kecerdikan dan kepintarannya Siang Tin-suthay ini sudah demikian hebat, ternyata diapun belum dapat menduduki jabatan ketua partay golongan Biarawati Jaya? Urusan ini dihubungkan kembali dengan Ie Han Eng, Mengapa ketua partay golongan Biarawati jaya hendak mewariskan kedudukan itu kepada si gadis ? Datangnya gangguan dari pihak Tong-hay memberi ilham lain kepada Su-to Yan, karena itulah ia berkata.   "Suthay, ada lebih baik kalian menyerahkan Ie Han Eng kepadaku agar tidak diganggu oleh golongan Tong-hay lagi."   "Hei ... hei. ."   Siang Tin suthay tertawa menghina.   "Ketua kami sudah memperhitungkan gangguan dari pihak Tong-hay, maka dia berani menculik Ie Han Eng dari bawah pengawasannya In Hay Hong, hanya Khong Bun seorang dengan binatangnya, tidak perlu dikhawatirkan. Untuk memancing mereka pergi dari tempat ini, terlalu mudah sekali."   Su to Yan pernah berkenalan dengan Khong Bun, ibu angkat itu memiliki ilmu kepandaian yang tinggi, dan dia hendak melihat, bagaimana pihak Biarawati jaya hendak menghadapi gangguannya. Siang Tin suthay berkata.   "Kukira Khong Bun mengikuti jejakmu, dia dapat melihat, bagaimana kau masuk kedalam kelenteng ini, Dia hendak menunggu, bagai mana pula kau keluar dari kelenteng ini."   Su-to Yan belum mengerti, apa yang dimaksudkan oleh Siang Tin suthay. Dia memperhatikan biarawati tua itu. Siang Tin suthay seperti dapat menduga apa yang sedang dipikirkan oleh lawannya, dia membuka mulut.   "Mau tahu mudah saja. Khong Bun mengincar dirimu. Sudah kubuat seseorang yang memalsukan dirimu. Maka orang ini akan mengubah dirinya menjadi Su-to Yan, dia keluar meninggalkan kelenteng, tentu saja Khong Bun mengikuti Su-to Yan, tapi itulah Su-to Yan palsu, Ha...ha... Su-to Yan. kau masih berada ditempat kami."   "Tapi aku bisa berteriak,"   Berkata Su-tu Yan. "Berteriaklah."   Berkata Siang Tin suthay.   "Ini akan membawa akibat yang lebih buruk lagi bagi pihakmu."   Hebat! Sungguh luar biasa ! Semua jalan yang terbentang dihadapan mata Su-to Yan adalah jalan-jalan yang sudah ditetapkan oleh golongan partai Biarawati jaya itu.   Agaknya sulit juga untuk mengatasi kesulitan-kesulitannya.   Su-to Yan diam, Mencari jalan lain, Untuk menjamin keselamatan mereka.   Setelah beberapa lama mengobrol kebarat dan ketimur, Siang Tin Suthay berkata.   "Kelenteng Cee-in-am adalah kelenteng pinjaman, bukan tempat kami, mari kita berangkat."   Siang Tin Suthay mengajak Su-to Yan meninggalkan kelenteng tersebut.   "Kemana?"   Bertanya sipemuda.   "Turutlah kepada kami."   Berkata Siang Tin suthay.   "Bagaimana dengan Ie Han Eng?"   "Ie Han Eng sudah diberangkatkan lebih dahulu, mungkinkah kau tidak mau pergi?"   "Kalian kira aku Su-to Yan mudah ditenteng kesana kesini?"   "Terserah, bila kau mau mengikuti Ie Han Eng, kau boleh turut serta, Tapi bila mana kau sudah tidak butuh dengan tunanganmu itu, kau bebas bergerak, Kau bebas kemana kau hendak pergi."   Tanpa menunggu reaksi Su-to Yan, Siang Tin suthay sudah mengajak orang-orangnya meninggalkan kelenteng tersebut persiapan ini sudah berjalan, hanya empat orang saja yang menyertainya.   Su-to Yan boh-hoat, dia tertegun untuk beberapa waktu, apa yang direncanakan dan dijalankan oleh golongan Biarawati jaya ini Sungguh hebat.   Begitu rapi sekali, begitu cermat sekali.   Tidak ada tawar menawar untuknya kecuali mengikuti mereka, dibawa kesuatu tempat yang ia belum tahu sama sekali.   Mengikuti Siang Tin Suthay sekalian, Su-to Yan meninggalkan Tie-in-koan.   Diluar kelenteng itu sudah tidak tampak seorang pun, diatas kelenteng juga sudah tidak terlihat burung Khong Bun, jago wanita dari Tong-hay itu sudah pergi, mungkin telah dapat dipancing pergi oleh anak murid dari golongan Biarawati Jaya.   Jauh didepan Su-to Yan, Siang Tin suthay tersenyum tawar, dia dapat mengetahui bahwa si pemuda mengikuti dibelakang mereka, inilah maksud tujuannya, menekan Su-to Yan, dan membujuk Ie Han Eng.   Mereka menuju kearah utara.   Berjalan dan berjalan terus, akhirnya merekapun tiba disebuah kelenteng lain, kelenteng ini tidak berbeda jauh keadaannya dari kelenteng Cee-in am.   Sangat sepi dan sunyi sekali, Siang Tin suthay beserta keempat orangnya memasuki kelenteng itu Su-to Yan juga mengikuti masuk kedalam kelenteng tersebut.   Baru sekarang Siang Tin suthay berkata lagi.   "Tahukah kau, bagaimana kami hendak menghadapi kau dan Ie Han Eng?"   Su-to Yan melentikkan alisnya tinggi-tinggi, dengan tertawa tawar dia berkata.   "Kalian anggota partai dari golongan Biarawati jaya memang pintar, memang pandai, memang hebat, dan sungguh-sungguh luar biasa. Tapi kukira kalian sudah lupa, bahwa kalian belum berhasil menangkapnya. Aku datang ke-tempat ini dengan kemauanku sendiri."   Atas reaksi Su-to Yan yang tidak gentar itu, hati Siang Tin suthay juga terkejut. Dia berpikir. "Bocah ini memang hebat, dia berani mengadu kecerdikan."   Dengan tersenyum pertanyaan. kecil Siang Tin Suthay mengajukan "Dimisalkan, kita mengganti kedudukan, kau menjadi aku, dan aku menjadi dirimu, apa yang hendak kau lakukan ?"   "Karena aku berkepandaian, kau tidak berkepandaian Kukira langkah-langkah kita tidak dapat disamakan."   Berkata Su-to Yan gagah. Siang Tin Suthay berkata.   "Partai Biarawati jaya hendak menggunakan sedikit tekanan kepadamu, mau tidak mau, harus memaksa Ie Han Eng menjadi ahli waris ketua partai kami."   Su-to Yan tersenyum mengejek, katanya.   "Kukira Ie Han Eng tidak mungkin mau dipaksa."   "Kami tidak memaksa Ie Han Eng, kami memaksamu."   "Lebih baik aku bunuh diri, maka gagallah semua rencana busuk kalian itu."   Hati Siang Tin suthay semakin terkejut, inilah cara-cara perhitungan yang paling terburuk, bila menghadapi cara seperti ini, buyarlah semua rencananya.   "Apa yang kau katakan ini sudah berada dibawah perhitungan ketua partai kami, Kuanjurkan, agar kau tidak mengambil langkah yang buruk itu."   "Tentu."   Berkata Su-to Yan.   "Bilamana kau tidak memaksa aku melakukan sesuatu yang tidak menjadi kehendak hatiku."   Kini, mereka telah memasuki kelenteng tersebut, menuju kearah ruangan besar.   Seorang biarawati memapaki Siang Tin Suthay, berbisik-bisik sebentar, dan mereka pun berpisah kembali.    Siang Tin suthay menganggukkan kepala.   Suatu tanda bahwa dia telah mengerti apa yang diintruksikan kepadanya, dengan mengajak Su-to Yan, dia menuju kelain ruangan.   Ruangan ini berupa sebuah kamar yang cukup besar, setelah mengajak ketempat itu, Siang Tin suthay berkata.   "Baik-baiklah kau beristirahat ditempat ini. Berpikirlah lebih seksama lagi, Kuberi kau waktu dua jam. Nanti aku balik kembali, untuk mendengar keputusanmu."   Seolah-olah Siang Tin suthay telah mempenjarakan Su-to Yan ditempat tersebut.   Siang Tin Suthay meninggalkan Su-to Yan tapi ia tidak mengunci pintu ruangan itu, dibiar kan saja terbuka.   Inilah cara yang sangat istimewa dari partai Biarawati Jaya, bagaimana mereka mempenjarakan seseorang tawanannya.   Su-to Yan ditinggal seorang dia, pikirannya bekerja keras, bagaimana dia harus menghadapi partai Biarawati Jaya itu.   Tidak perlu takut, ia berkepandaian tinggi, walau berada dalam keadaan terluka parah, dengan sekali enjot atau dua kali lompatan, tidak mungkin anggota-anggota dari Biarawati Jaya itu dapat menahan dirinya, toh mereka tidak berkepandaian silat.   Yang memberatkan Su-to Yan dan memaksa dia terkekang ditempat itu adalah keselamatan Ie Han Eng.   Kini Su-to Yan mulai memperhatikan ruangan yang mengekang dirinya itu, Tidak ada penjaga, juga tidak terkunci Partay Biarawati jaya adalah partay yang lain dari pada partay yang lain.   Partay istimewa yang khusus menerima seluruh anggotanya yang terdiri dari wanita-wanita.   Seringkali, kecerdikan wanita itu melebihi kecerdikan kaum pria, dan Biarawati jaya adalah pilihan dari wanita-wanita cerdik pandai tersebut, karena itulah tokoh-tokoh mereka seperti Siang Tin suthay dan lain-lainnya memiliki kecerdikan-kecerdikan dan kecerdasan otak yang luar biasa.   Su-to Yan tidak mau membiarkan dirinya terkekang seperti itu.   Dia berpikir.   "Mereka mengurung Ie Han Eng, tentunya pada tempat ini juga, Bila aku berhasil mengajaknya melarikan diri, apa yang dapat dibuat oleh golongan Biarawati Biarawati tadi ?"   Untuk memulai tugas kerjanya, Su-to Yan memeriksa seluruh isi ruangan tersebut, Betul-betul tidak ada orang.   Su-to Yan kurang percaya, dia menelungkupkan telinga ditanah, kemudian digeser kedinding, tidak terkenal deburan-deburan atau gesekan suara, itulah suatu tanda bahwa dirinya tidak berada didalam pengawasan siapa pun juga.   Betulkah Su-to pengawasan ? Yan dikurung didalam kamar itu tanpa Salah ! Suatu kesalahan yang terbesar, bilamana menganggap bahwa partai Biarawati Jaya itu adalah suatu partai yang terlemah.   Mereka tidak berkepandaian silat, tetapi benak pikirannya melebihi tokohtokoh tempur kelas satu.   Mereka berani mengajak Su-to Yan ketempat itu, mereka berani meninggalkan Su-to Yan dalam satu ruangan yang bebas bergerak, tanpa pengawasan seorang manusiapun.   Tapi mereka meletakan seekor burung hantu ditempat yang tidak jauh dari Su-to Yan dikurung.   Su-to Yan memperhatikan keseluruh ruangan, dan akhirnya dia berhasil menemukan adanya burung hantu itu.   Untuk beberapa saat, Su-to Yan tertegun hatinya berpikir keras.   "Partai Biarawati Jaya ini betul-betul hebat. Hanya menggunakan seekor burung hantu, hendak mengekang kebebasanku ?" Hanya menggunakan sedikit kepintarannya. Su-to Yan bisa menduga, apa kegunaan dari burung hantu yang dipasang tidak jauh dari ruangan yang mengekang dirinya itu. Disinilah letak keistimewaan partai Biarawati Jaya. Belum pernah ada orang yang terpikir, bagaimana menjaga seorang tawanan penting, tanpa pengawasan manusia. Tapi Siang Tin Suthay sekalian, sudah bisa memanfaatkan seekor burung, mereka meletakkan burung hantu itu disangkar kayu yang tidak jauh diri jendela, maka bilamana Su-to Yan melakukan sesuatu gerakkan yang tidak menguntungkan, burung hantu yang sudah terlatih itu akan berteriak, dan merekapun sadar bahwa Su-to Yan hendak melarikan diri. Dimisalkan Su-to Yan melarikan diri, bagaimana mereka bisa mencegahnya? Mengingat para anggota partai Biarawati jaya itu tidak berkepandaian silat ? Inilah keistimewaan yang lebih istimewa dari golongan Biarawati Jaya, untuk jelasnya kita tuturkan secara terperinci. Bercerita tentang Su-to Yan, setelah dia mengetahui bahwa dirinya dijaga seekor burung, dia menjadi tertawa dingin. Ilmu kepandaian silat Su-to Yan telah mencapai ketaraf yang sempurna, dia sudah bisa menemukan jalan, bagaimana untuk menghilangkan pengawasan burung ini. Su-to Yan menggerakan tangannya, maka dia berhasil memungut pecahan kayu, diputar-putarkannya pecahan kayu itu hingga berkeping keping, dengan menggunakan bidikannya yang sangat tepat, dilemparkan kearah burung hantu itu. Sinar mata burung hantu itu hebat sekali, gerakan tangan Su-to Yan tentu tidak menguntungkan dirinya, dia hendak berteriak, memekik atau melengking, tapi sudah terlambat ! Gerakan Su-to Yan terlalu cepat dilukiskan begitu tangannya bergerak, disaat itu pula tenggorokan dan isi perut si burung hantu itu tertembus, tanpa bisa mengeluarkan pekikan sama sekali, ia mati pada saat itu juga. Su-to Yan sudah siap sedia, dia menyusul dengan gerakan tangannya, maka jatuhlah burung hantu itu. Tidak terdengar suara sama sekali, Su-to Yan sudah menghabiskan riwayat hidup binatang yang membikin pengawasan itu. Su-to Yan mengadakan pemeriksaan lain, tidak ada orang kedua, juga tidak ada burung hantu kedua, ia bebas. Rencana Su-to Yan yang pertama berakhir sukses, maka dia harus dengan rencana rencana berikutnya. Betul mengetahui bahwa dia tidak berada didalam pengawasan orang, dengan sekali mengenjot diri, Su-to Yan meninggalkan ruangan itu. dan kini dia sudah berada diatas wuwungan rumah. Su-to Yan hendak mencari dan menemukan Ie Han Eng. Su-to Yan berlari-larian diatas genteng, kini dia memeriksa, ruangan demi ruangan, dia hendak menemukan Ie Han Eng. Beberapa ruangan digunakan oleh para Biarawati itu, waktu sudah menjadi malam, inilah waktu tidur dan istirahat. Mereka itu terlena dan terpulas diatas tempat tidur. Tidak tahu bahwa orang tawanannya sudah siap-siap untuk melarikan diri. Seperti apa yang Siang Tin Suthay sudah katakan, anggota dari partai Biarawati jaya itu tidak mempunyai kepandaian, Mereka hanya mementingkan kecerdasan dan kecerdikan otak mengilmiah segala sesuatu dan bagaimana harus menghadapinya. Adanya Su-to Yan yang berada ditempat itu tidak dapat membangunkan seorangpun juga, tidak lama kemudian, Su-to Yan berhasil menemukan Ie Han Eng, Sang bidadari dari lembah Hui-in, sedang tertidur, dia terkurung dilain ruangan yang lebih kecil. Berbeda dengan keadaan dirinya, tidak ada burung hantu yang menjaga keselamatan Ie Han Eng. Tapi Su-to Yan tidak lemah, maka ia dapat melihat seorang biarawati muda yang tertidur tidak jauh dari pintu, biarawati muda ini adalah yang ditugaskan untuk menjaga Ie Han Eng. Dengan satu kali loncatan, Su-to Yan memasuki ruangan itu. Biarawati muda yang sudah hampir tertidur, yang menjaga Ie Han Eng itu terkejut dia membelalakan matanya menatap tubuh Suto Yan. Gerakan Su-to Yan terlalu cepat, dengan hanya dua kali totokan berhasil mengekang kebebasan biarawati muda tersebut, serta merta dia membentak.   "Jangan banyak bicara !"   Adanya suara bisik itu juga mengejutkan Ie Han Eng dia tersentak bangun dari tidurnya dan menampak kedatangan Su-to Yan, diapun menjadi girang.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Su-to Yan menggapaikan tangan kearah Ie Han Eng, dan sigadis sudah menubrukkan tubuhnya kedalam rangkulan Su-to Yan.   Mereka sudah siap-siap hendak meninggalkan kelenteng tersebut.   Disaat inilah, secara tiba-tiba saja, terdengar suara kaki orang banyak disertai dengan obor-obor yang dinyalakan terang para biarawati-biarawati sudah bangun dari tidur mereka, dan menuju kearah tempat ruangan yang mengurung Ie Han Eng.   Dikala Su-to Yan dan Ie Han Eng hendak meninggalkan ruangan tersebut, para biarawati biarawati yang dipimpin oleh Siang Tin Suthay sudah menghadangnya.   Rasa terkejutnya Su-to Yan tidak kepalang, entah dengan cara bagaimana, para anggota partai Biarawati jaya ini dapat mengikuti jejaknya? Dengan sepasang sinar matanya yang sangat dingin dan kejam, Siang Tin suthay mengeluarkan suara dengusan.   "Sudah kuperhitungkan, akan adanya rencana larimu ini." Su-to Yan berkata tawar.   "Tapi kau salah perhitungan, aku lari disaat ini juga."   "Kau hendak mengajak Ie Han Eng meninggalkan kami?"   Bertanya Siang Tin suthay.   "Tentu,"   Jawaban Su-to Yan sangat singkat sekali.   "Baiklah,"   Siang Tin suthay menganggukkan kepala.   "Ajaklah tunanganmu itu, ajaklah kemana kau suka, kau perhatikan baik dan bersiap-siaplah untuk menghadapi penghadangan kami."   Su-to Yan sudah siap mengeluarkan pedangnya, dengan pedang ditangan dia hendak menghadapi anggota-anggota partai Biarawati jaya itu.   Hendak disaksikan, bagaimana musuh tidak berkepandaian silat itu menghadang dirinya? Yang berada diluar dugaan, Siang Tin suthay tidak hendak menempur.   Tidak memberi perintah kepada orang orangnya untuk mengurung, dibiarkan saja Su to Yan dan Ie Han Eng seperti itu.   Dengan menggandeng tangan Ie Han Eng, Su-to Yan berjalan pergi.   Tidak seorangpun yang keberangkatan mereka.   menghadang atau menghalangi Siang Tin Suthay beserta anak buahnya hanya diam ditempat inilah keistimewaan dari partai Biarawati Jaya.   Mengikuti perjalanan Su-to Yan dan Ie Han Eng, cepat sekali mereka sudah meninggalkan kelenteng itu, memasuki semaksemak, dan menjauhi musuh-musuh mereka.   Latihan Ie Han Eng tidak disamakan dengan latihan Su-to Yan, tidak lama kemudian napasnya sudah terengah-engah, dan napas itu memburu keras.   Menggandeng tangan sigadis, yang diajak duduk disebuah pohon besar Su-to Yan berkata.    Mereka tidak membikin pengejaran, mari kita istirahat sebentar.   Ie Han Eng sangat setuju, dia mengikuti segala kemauan sipemuda, Dan duduk dibawah pohon besar itu.   Sesudah kira-kira cukup istirahat, Su-to Yan dan Ie Han Eng melanjutkan perjalanan mereka.   Betul tidak ada pengejaran dari musuh, anak buah dari partai Biarawati jaya yang tidak berkepandaian senjata mereka adalah kecerdikan dan kepintaran otak, tentu saja tidak bisa menandingi Su-to Yan.   Demikian sampai pagi hari, Su-to Yan dan Ie Han Eng sudah berjalan jauh.   Tiba tiba satu bayangan putih meluncur cepat, Dikala Su-to Yan melihat, bayangan itu hanya berupa satu bintik putih saja, tapi dalam tiga kedipan mata bayangan putih itu sudah membesar, dan kini sudah berdiri didepan Su-to Yan dan Ie Han Eng, itulah seorang tua dengan jenggot panjang berbaju putih, inilah Pek Tong Hie, salah satu dari empat jago silat peninggalan jaman purbakala.   Memandang kearah Su-to Yan, sambil menyodorkan tangannya Pek Tong Hie membentak.   "Su-to Yan, lekas serahkan kitab ilmu pedang."   Su-to Yan menjadi bingung, Pek Tong Hie juga mengingini kitab ilmu pedang ? Betul-betul membingungkan dirinya."   Menurut perkiraan Su-to Yan tidak seharusnya Pek Tong Hie melakukan gerakkan minta seperti ini.   Tapi itulah kenyataan, sekali lagi Pek Tong Hie membentak.   Dari sepasang sinar mata Pek Tong Hie yang begitu beringas, pertempuran tidak mungkin dielakkan lagi, mengetahui bahwa Ie Han Eng tidak berkepandaian silat, Su-to Yan mendorong gadis itu serta berkata kepadanya.   "Kau pergilah lebih dulu, Jauhi tempat ini." Ie Han Eng terdorong mundur ia menjauhi Su-to Yan. Disaat ini Pek Tong Hie membentak.   "Kau juga jangan pergi,"   Dan jago tua peninggalan purbakala itu sudah menghadang didepan Ie Han Eng.   Su-to Yan terkejut, cepat-cepat dia merendengi kekasihnya.   Dia sudah membikin persiapan untuk menempuh jago tua tersebut.   Pek Tong Hie mengeluarkan suara dengusan dari hidung, dia berkata.   "Su-to Yan, jangan kau menjadi sombong, anggapanmu dengan adanya kitab ilmu pedang Maya Nada itu kau bisa meremehkan semua orang, hee? Hmm....Aku Pek Tong Hie tidak bisa digertak oleh kecongkakanmu seperti ini. Sebelum meninggalkan kitab ilmu pedang itu, jangan harap kau bisa pergi hidup-hidup."   Su-to Yan memandang jago tua itu dan ia berkata menantang.   "Hendak bertempur ?"   "Haaa, haaa...haa..."   Pek Tong Hie tertawa berkakakan "Kau kira aku tidak tahu ilmu kepandaianmu sudah surat beberapa bagian, kau masih berada dalam keadaan luka, hendak menempur aku? Haa...ha...ha..."   "Jangan banyak bacot!"   Bentak Su-to Yan.   Tangannya direntangkan ke depan, dia hendak mendorong Pek Tong Hie.   Pek Tong Hie mengeluarkan suara dengusan dari hidung, ia segera mengerahkan ilmu Thiat-tan Kie-kang, begitu tangannya didorong kedepan satu uap putih yang datangnya seperti embun itu menyerang Su-to Yan.   Su-to Yan kaget, dia menarik kembali serangannya, tadi, sret,dia mengeluarkan pedang dan tubuhnya melejit keatas, berjumpalitan dua kali.   Siiiing ...   pedang Su-to Yan meluncur ke arah kepala Pek Tong Hie.    Giliran Pek Tong Hie yang terkejut, dia tidak menyangka, bahwa Su-to Yan yang masih dalam keadaan terluka itu, didalam waktu yang sangat singkat sekali, dapat mengelak dan menyerang dirinya, itulah ilmu pedang yang sangat hebat.   Pek Tong Hie mundur sedikit kesamping dan ke belakang, dengan mengeluarkan suara geraman, dia menghindari serangan Su-to Yan.   Kini Pek Tong Hie mendorong kedua tangannya, membawa suara bunyi, pletak pletok dan mengurung Su-to Yan.   Inilah ilmu Thiat-tan Kie-kang yang terlihay, dengan jurus tipu yang bernama Seng-pok gie-hui atau berarti Bintang Bintang Berpecahan.   ilmu tipu Pek Tong Hie ini, khusus digunakan untuk menghadapi Pek ie Kaucu Bong Bong Cu, tapi didalam keadaan yang terdesak, ia lupa bahwa Su-to Yan itu masih berada didalam keadaan terluka, bahwa musuh yang sedang dihadapinya adalah anak muda yang baru saja menongolkan kepala didalam rimba persilatan, tidak seharusnya dia menggunakan tenaga kejam tersebut.   Betul-betul Pek Tong Hie berhasil, tenaga Su-to Yan seperti terpelintir, pedangnya terlempar jauh, dan masih beruntung sipemuda memiliki ilmu It-bok-cin kie, cepat-cepat mengundurkan diri, sehingga tidak sampai mengalami kerugian yang lebih hebat.   Ilmu Thiat-tian Kie-kang Pek Tong Kie, tidak hanya sampai disitu, berulang kali dia menyerang lagi.   Duk...   satu pukulan mengenai dada Su-to Yan tubuh sipemuda itu terlempar jauh dan jatuh, ditanah.   Buk....tidak bangun lagi.   Su-to Yan jatuh dalam keadaan pingsan, Dia tidak sadarkan diri.   Terdengar suara lengkingan Ie Han Eng yang berteriak nyaring, dia menubruk sipemuda itu, dan bagaikan menubruk bangkai, dia berteriak sedih.    Tubuh Su-to Yan seperti ikan mati, terlena begitu saja, dari hidung dan mulutnya mengucurkan darah, begitupun dari telinganya.   Ie Han Eng menangis diatas tubuh Su-to Yan, dikiranya bahwa sang kekasih sudah mati.   Su-to Yan terpukul jatuh, terlena dan pingsan ditanah, tak berkutik lagi.   Pek Tong Hie menatap dari jarak jauh, memperhatikan drama yang sudah diperbuat olehnya.   Ie Han Eng menangis untuk beberapa waktu, kemudian seperti orang yang kesetanan, ia bangun berdiri, meninggalkan Su-to Yan, menghadapi Pek Tong Hie.   Dengan menudingkan tangan, ia membentak.   "Manusia telengas, kau kejam! Hanya berani kepada anak kecil, hanya berani menghina orang yang sudah terluka, Tapi, belum tentu kau berani menantang tokoh-tokoh silat yang sederajat dan setingkat dengan golonganmu, takut kepada mereka, gemetaran. Sungguh tidak tahu malu."   Pek Tong Hie marah karena dimaki oleh Ie Han Eng, dicemoohkan seperti itu. Tapi kemarahannya ini tidak beralasan, Terpikir olehnya, bagaimana ia bisa terperosok oleh tipu orang, karena itu, hawa amarahnya mereda.   "Baringkan dia."   Pek Tong Hie memberi perintah.   "Kemudian, Sedotlah jalan pernapasannya. Dia masih mempunyai kesempatan hidup."   "Huh! Mukamu begitu bengis. Kau kira aku Ie Han Eng takut kepadamu? Percuma saja aku menjadi cucu le Siauw Hu. Hm, ., jangan kau banyak lagu, kalau kau seorang lelaki sejati. bunuhlah aku, jangan kau menganiaya kekasih-ku."   Mata Ie Han Eng mendelik dan jelalatan, seolah-olah benar-benar kemasukan setan, katanya lagi.    "Kau tidak tahu malu, bagaimana kau bisa menemukan engkoh Su-to Yan dialam baka? perbuatanmu yang menganiaya Cucunya? Arwah Su-to Pek Eng akan membayangimu selalu."   Betul-betul Pek Tong Hie malu kepada diri sendiri, teringat akan perbuatan Su-to Pek Eng-yang luhur, pernah juga ia menerima budinya, Dan budi ini belum terbalas.   Tidak layak baginya melakukan sesuatu yang berlebihan kepada cucu orang yang bersangkutan.   Sebagai seorang pendekar Su-to Pek Eng sering melakukan kebajikan, salah satu kebajikan itu adalah memberi pertolongan kepada Pek Tong Hie.   Kini, Pek Tong Hie membalas air susu dengan air tuba, tentu saja ia merasa jengah.   "Kakek jahat,"   Maki lagi Ie Han Eng.   "Tidak bisa kau melepas tanggung jawab mu dihari ini."   "Dengar dulu."   Berkata Pek Tong Hie.   "Kekasihmu hanya mengalami sedikit cedera, bila kau bersedia menyedot jalan pernapasannya, pasti ia segar kembali. Hanya ini yang bisa kuberi tahu kepadamu. Selamat tinggal."   Tubuh Pek Tong Hie melesat, meninggalkan Ie Han Eng dan Suto Yan.   Ie Han Eng menangis lagi, merangkul tubuh kekasihnya yang sudah disangka mati, Membalikkan pipi sipemuda, kekanan dan kekiri, diusap usap olehnya, memanggil-manggil nama Su-to Yan.   Tetapi Su-to Yan tidak mau sadarkan diri.   Ie Han Eng menjadi gelisah.   Tiba-tiba ....Teringat akan kata-kata peninggalan Pek Tong Hie, sebelum jago purbakala meninggalkan tempat itu, ia harus membantu peredaran jalan Su-to Yan yang buntu.   Pikirnya, apa betul perkataan orang tua tadi? Seketika itu, ia mengurut-urut badan Su-to Yan, juga tidak berhasil.   Dengan menggigit bibir, Ie Han Eng menempelkan bibirnya kearah mulut Su-to Yan disedotnya keras-keras, terdengar suara krokok krokok yang mengejutkan, jalan tenggorokan Su-to Yan yang buntu telah mengalir kembali, darah menyembur keluar dari tempat itu, masuk kedalam mulut Ie Han Eng.   Tentu saja dikala itu, dua mulut menjadi satu, hal itu tidak dielakkan.   Su-to Yan mengeliat, dikala ia sadar, ia merasakan sesuatu yang menindih dirinya, ia merasakan sesuatu yang hangat menempel dibibirnya.   Jilid 17 Halaman 57/58 Hilang Su-to Yan tersenyum getir, katanya.   "ilmu Thiat-tan Sin kang betul-betul menakjubkan, pukulan itu yang membuat aku muntah darah dan pingsan, Tapi, adik Eng, bagaimana kau membuat aku siuman?"   "Engkoh Yan, dengar dulu ceritaku, segera kau mengerti duduk perkara."   "Ya, ia.. Aku dengar ceritamu."   "Itu waktu, ketika aku tangisi kau, lantas teringat akan pesan kata-katanya tua bangka itu, katanya, dengan menyedot peredaran napasmu, kau bisa bangkit kembali, segera kucoba dan kuusahakan. Berhasil, Dan...."   Sinona tidak meneruskan cerita itu, ia menatap wajah sipemuda.   "Dan aku menjadi sadar, bukan?"   "Sesudah kau menyemburkan darah, kau sadarkan diri. Masih kau berpura-pura?"   Berkata Ie Han Eng seraya mencubit tangan pemuda itu. "Eh, mengapa kau mencubit?"   Bertanya Su-to Yan sambil mengusap-usap kulit yang terjewer itu.   "Kau nakal."   "Heran,"   Berkata sipemuda.   "Matamu bisa memancarkan cahaya seperti itu. Dikala pertemuan kita pertama kali, seolah-olah pernah bertemu, dimana? Aku tidak tahu. Seperti impian saja."   "Hidup manusia hanya berupa impian dunia."   "Tentu aku tidak bisa mengimpi lagi bila pukulan Pek Tong Hie tadi diperkeras beberapa kali."   "Legakan hatimu, Pek Tong Hie sudah pergi."   Su-to Yan memandang wajah kekasih itu, keterangan Ie Han Eng tidak perlu disangsikan, Tapi, betulkah Pek Tong Hie itu sudah pergi, Menurut apa yang ia tahu, tokoh silat purbakala tersebut tidak memiliki sifat seperti itu.   Su-to Yan berpikir dan berpikir, benak pikirannya tergeser kearah partay Biarawati Jaya.   Mungkinkah hasil buah tangan golongan Biarawati Jaya? Salah satu dari rencana golongan tanpa kekerasan itu ? Menyaksikan keadaan Su-to Yan yang seperti orang bingung, Ie Han Eng mengajukan pertanyaan.   "Apa yang sedang kau pikirkan?"   "Oooohh...."   Su-to Yan tersadar dari lamunannya.   "Mari kita berangkat."   Dengan bergandengan tangan, sepasang muda melanjutkan perjalanan, Ie Han Eng mengajukan usul. mudi itu "Lebih baik kita mencari tempat sepi untuk istirahat."   Su-to Yan setuju, Mereka menemukan sebuah tempat yang agak sunyi, berdampingan dengan sebuah sungai yang berair jernih, air sungai itu mengalir dengan tenang, tersorot sinar matahari sore, bercahaya terang.   Langit biru berubah seperti kemerah merahan itulah tanda matahari terbenam.   "Suatu tempat yang baik."   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ie Han Eng mengeluarkan kata-kata pujian.   "Mana bisa menandingi tempat tinggalmu "   Berkata Su-to Yan.   "Aku lebih tertarik dengan lembah Hui in."   Ie Han Eng mendongakkan kepala, memandang langit jauh, tidak bicara lagi.   Su-to Yan menarik tangan gadis itu, dimana mereka duduk bersama, menikmati pemandangan senja yang indah.   Tidak lama hari menjadi gelap, Dua orang yang sudah menjadi sangat letih itu, tertidur bersama.   Kejadian ini tidak disadari oleh kedua insan yang bersangkutan.   Dihari kedua, pagi-pagi sekali, Su-to Yan sudah terbangun.   Dia menjadi malu kepada diri sendiri, sebagai seorang yang melatih silat, mengapa ia tidur begitu lelap? Ie Han Eng juga sudah bangun, menuju kearah sungai dan membersihkan diri.   Sesudah itu, mereka melanjutkan perjalanan.   Tidak ada gangguan, sepanjang jalan ini, mereka bergerak.   Su-to Yan masih berpikir-pikir, mungkinkah golongan Biarawati jaya melepaskan mereka? Dia lebih mengenal sifat-sifat Siang Tin Suthay, kiranya, tidak mungkin golongan wanita pandai itu menyudahi perkara.   Bahaya Biarawati jaya tidak terlalu ditakuti mengingat ilmu kepandaian Su-to Yan yang cukup tinggi.    Berjalan lagi beberapa waktu, mereka sudah mendekati tepi laut, Memilih tempat yang agak tinggi, Su to Yan bisa memperhatikan kalau-kalau ada perahu atau kapal yang mendekati tepi.   Dia hendak berlayar kearah pulau Tong-hay, bersama-Sama dengan Ie Han Eng.   Hal ini sudah diajukan kepada sigadis, disaat inilah.   mata Su-to Yan terbelalak Tidak jauh disana, berdiri seseorang itulah Siang Tin Su-thay.   Dengan gayanya yang khas, perlahan-lahan Siang Tin Suthay berjalan maju mendekati muda mudi itu.   Menyaksikan kedatangan Siang Tin Suthay, Ie Han Eng juga terkejut, apalagi yang dikehendaki oleh biarawati ini? Sesudah berjalan dekat, Siang Tin Suthay merangkapkan kedua tangannya memberi hormat.   dia berkata.   "Bagaimana keadaan kalian? Apa lagi masih baik baik saja?"   "Terima kasih,"   Berkata Su-to Yan.   "Apa maksud kunjungan Siang Suthay?"   Siang Tin Suthay berkata.   "Su-to Yan, kau benar-benar menjadi manusia kurang terima."   Su-to Yan melengak.   "Apa maksud perkataan Suthay?"   Tegurnya. -oo0dw0ooo-   Jilid 18 "KEDATANGANKU ditempat ini menantikan kalian atas perintah ketua kami, kedatangan kalian masih sangat diharapkan."   "Haaa, ha, ha.,."   Su-to Yan tertawa besar.   "Hendak menangkap kami? Haaa, ha, ha..." Siang Tin suthay tidak merasa terhina, ia menganggukkan kepala dan berkata.   "Betul! Ketua kami hendak memaksa membikin undangan keras. Akulah yang mendapat tugas. Kedatangan kalian sangat diharapkan."   "Sudah lupakan kebebasan?"   Suthay bahwa kami berhasil mencari "Kau kira, kebebasan kalian itu hasil buah tangan atas ilmu pedangmu? Salah, Kami membebaskan dirimu, hal itu disebabkan oleh perintah ketua kami.   Kalian telah ditunangkan sedari kecil, tapi belum pernah menjadi satu.   Hubungan kalian berdua, hendak melihat reaksi, bagaimana hubungan kalian, Kini, ketua kami sudah tahu pasti, maka dia masih mengharapkan kalian berdua, terlebihlebih Ie Han Eng, kekasihmu ini sudah siap untuk dinobatkan menjadi calon ketua partai Biarawati Jaya."   "Aku tidak mau."   Ie Han Eng berteriak.   "Semua kemauan Biarawati jaya belum pernah bisa ditolak,"   Berkata Siang-tin Suthay tegas.   "Lebih baik kau terima saja usul ini."   "Aku tidak bisa terima,"   Berkata Ie Han Eng.   "Aku juga tidak bisa menerima."   Su-to Yan memperkuat kedudukan kekasihnya.   "Terpaksa, apa boleh buat, Biarawati jaya harus menggunakan kekerasan. Memaksa kalian kembali kepada kami."   Su-to Yan bengong dengan kata-kata Siang-Tin Suthay ini, Dengan kekuatan apakah golongan Biarawati jaya hendak memaksa dirinya? Siang-tin Suthay seperti bisa menduga isi hati orang, ia tertawa sebentar dan berkata.   "Kau sudah bertemu dengan Pek Tong Hie, bukan ?"   Su-to Yan terkejut.    Siang-Tin Suthay mengetahui bahwa dirinya telah dipukul oleh Pek Tong Hie? Wah, dari sini terbukti bahwa mata-mata golongan Biarawati jaya memang hebat sekali.   Mereka dapat mengetahui segala sesuatu yang sudah terjadi, mungkinkah termasuk salah satu rencana dari golongan Biarawati jaya ? Siang-tin Suthay berkata lagi.   "Pek Tong Hie memukul jatuh dirimu, inilah instruksi ketua kami."   "Instruksi?"   Bertanya Su-to Yan heran.   "Betul, Pek Tong Hie telah mendapat perintah dari ketua kami, dia ditugaskan menghadang dirimu."   "Haaa ha....,"   Su to Yan tertawa.   "Tapi di sini tidak ada Pek Tong Hie kukira belum tentu dia bisa melukaiku lagi."   "Kau jangan terlalu percaya, ketahuilah puteri Pek Tong Hie itu telah berada dalam tangan kami, demikianpun dengan barang kesayangannya yang bernama simerah itu, belum lama telah dapat kami tangkap, dengan adanya jaminan itu, kami dapat menangkap puteri Pek Tong Hie, Dengan adanya jaminan puteri Pek Tong Hie kami bisa memaksa tokoh silat itu melakukan sesuatu yang berada diluar keinginannya, bila kami mau, kami bisa memaksa Pek Tong Hie memukul kau lagi."   "Silahkan "   Su-to Yan menantang.   "Panggillah Pek Tong Hia, panggillah tokoh silat itu, biarlah ia melukai lagi."   "Tapi kukira tidak perlu,"   Berkata Siang-tin Suthay.   "Kami telah mempunyai rencana lain yang lebih baik, kami bisa memaksa kalian berdua turut serta kedalam markas besar golongan Biarawati Jaya, tanpa adanya Pek Tong Hie lagi!"   "Biar bagaimanapun aku tidak bersedia mengikutimu."   "Tapi Ie Han Eng akan turut serta."   "Tidak,"   Secara berbareng dan serentak Ie Han Eng dan Su-to Yan berteriak. Dengan suara yang sangat tenang, Siang-tin Suthay berkata.   "Ie Han Eng telah menderita keracunan, itulah racun yang kami tebarkan, Racun itu khusus tersedia bagi golongan kami, hanya Biarawati Jayalah yang bisa mengobatinya, Hanya obat Biarawati jaya yang bisa memunahkan racun tersebut."   Su-to Yan menoleh kearah Ie Han Eng betul-betul sudah terjadi perobahan, wajah gadis itu sudah mulai membiru, walaupun hanya sedikit, tetapi sudah kentara sekali, bahwa Ie Han Eng sudah menderita keracunan.   Inilah yang mengejutkan Su-to Yan, dengan cara bagaimana, Siang tin Suthay bisa menyebar racunnya, dengan cara bagaimana Ie Han Eng bisa keracunan seperti itu.   Siang tin Suthay mengeluarkan tertawa dingin, katanya.   "Lekas beri jawaban, Bilamana bertambah lama, aku tidak bertanggung jawab. Didalam satu jam lagi, bilamana tidak ada pengobatan-pengobatan yang sempurna, racun itu akan menjalar cepat, sulit untuk diohati."   Seperti apa yang Siang Tin Suthay sudah katakan, racun yang ditaburkan ke arah Ie Han Eng, sangat jahat tiba-tiba saja, gadis itu terbelalak, tubuhnyapun jatuh, itulah tanda dari racun yang mulai bekerja.   Cepat sekali Su-to Yan menangkap tubuh gadis itu, dipepayang agar tidak jatuh, walaupun demikian, Ie Han Eng sudah tidak sadarkan diri ia jatuh pingsan.   Siang-Tin Suthay berkata lagi.   "Kepintaran dan kecerdikan Ie Han Eng lebih cocok untuk dinobatkan menjadi anggota Biarawati Jaya. Karena itu, ketua kami tertarik kepadanya, Dia dicalonkan untuk diangkat jadi wakil ketua golongan mengapa kau menolak?"   "Sudah kukatakan aku menolak! Pergi!"   Berkata Su-to Yan tegas, "Baik, kuberi waktu satu jam. Bilamana kau tidak memberi jawaban yang memuaskan, jiwa Ie Han Eng sudah diantar oleh maut."   Hati Su-to Yan dirasakan menjadi begitu dingin.   Setiap langkah dari Biarawati jaya sudah diperhitungkan masak-masak.   Hebat sekali, Kejadian sekali.   Tidak ada kesempatan baginya untuk menangkis.   Ie Han Eng diracun orang? Secepat itu pula, tangan Su-to Yan Sudah menarik pedang, sreet, ujung senjata sudah berada dibagian ulu hati Siang-tin Suthay, Dengan memberi ancaman yang keras, Su-to Yan berkata.   Siang-tin Suthay sudah memperhitungkan akan adanya langkah balasan yang seperti ini.   Ia tidak terkejut, ia tertawa berkakakan.   "Haaa, ha.... tidak berguna, kau tidak bisa menolong dirinya dengan ancaman pedang."    Ratna Wulan Karya Kho Ping Hoo Asmara Dibalik Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini