Pedang Wucisan 16
Pedang Wucisan Karya Chin Yung Bagian 16
Pedang Wucisan Karya dari Chin Yung Su-to Yan berkata dingin. "Kau telah meracuni Ie Han Eng? Baik...-aku akan membunuhmu terlebih dahulu, baru meminta obat penawar racun itu." "Kukira sudah terlambat," Berkata Siang-tin Suthay "Aku mati tetapi Ie Han Engpun segera mati, berpikirlah baik-baik." "Kau tidak akan mati, bilamana kau rela mengeluarkan obat penawar racun itu." Berkata Su-to Yan. "Tidak mungkin." Siang Tin Suthay tertawa ringan. "Ujung pedang akan menembus dadamu." Su-to Yan memberi ancaman lagi. "Ketua kami sudah memperhitungkan akan adanya ancaman balasanmu ini." Berkata Siang tin Suthay. "Tapi ingatlah baik-baik, relakah kau mengorbankan jiwa Ie Han Eng, hanya ditukar dengan jiwaku yang tiada harga?" Su-to Yan terkejut, Alisnya dikerutkan ia berkata. "Kau berani mempertaruhkan jiwamu, mengeluarkan obat penawar racun itu.?" Hanya tidak mau Siang tin Suthay berkata. "Anggota Biarawati Jaya telah mengangkat sumpah, memandang hidup ini sebagai suatu impian ringan, ketahuilah tidak guna kau membunuh diriku, Aku boleh mati, tapi akan segera disusul oleh kematian Ie Han Eng, Dia keracunan hebat sekali." "Dimana ketua partaimu itu?" Bentak Su-to Yan. Siang-tin Suthay tertawa puas, kegarangan si pemuda, katanya. ia berhasil menundukkan "Mana boleh kuberitahukan kediaman ketua partai kami? Tenangkan hatimu bilamana Ie Han Eng bersedia diangkat menjadi anggota Biarawati Jaya, mendapat perhatian khusus dari ketua kami, Dari itu turutlah permintaanku." Darah panas Su-to Yan menjadi mencair kembali ia mengetahui bahwa Siang-tin Suthay itu tidak berkepandaian, tidak guna menekannya terlalu keras, pedang ditarik kembali dan disimpan. ia berpikir keras, Bagaimana harus mengatasi kesulitan ini. Siang-tin Suthay membuka suara. "Kukira kau tidak rela bukan? Bilamana sampai terjadi Ie Han Eng mati didepan matamu ?" Su to Yan belum bisa membuat jawaban, Siang-tin Suthay masih mendesak. "Lekas kau mengambil keputusan, jiwanya tidak bertahan lama." Sebelum Su-to Yan memberi jawaban yang pasti, melulusi atau menolak permintaan Siang tin Suthay yang hendak menjadikan Ie Han Eng sebagai calon ketua golongannya, dari balik sebuah batu melejit keluar bayangan seseorang, dengan suara yang dingin, menalangi memberi jawaban. "Bagaimana bila aku yang memberi keputusan." Siang-tin Suthay terkejut, Sengaja ia memancing Su-to Yan dan anak buahnya telah diberi perintah untuk menggagalkan setiap orang yang hendak merusak rencana mereka, karena itu dia percaya, tidak ada orang lain ditempat itu, kecuali mereka yang bersangkutan. Dengan tiba-tiba saja munculnya orang ini didalam keadaan yang sangat tegang, tentu saja membingungkannya, orang yang datang adalah seorang wanita ia adalah sipedang emas Jie Ceng Peng. Tampilnya Jie Ceng-Peng ditempat itu juga sangat mengejutkan Su-to Yan. Langsung Jie Ceng Peng menghadapi Siang-Tin Su-thay dan berkata. "Bolehkah aku turut serta ?" Siang-tin Suthay memperhatikan gadis golongan Thian-lam Lo sat itu, ia tidak berkepandaian silat, tapi semua tokoh-tokoh silat tidak lepas dari penilaiannya, ia bisa mengenali siapa adanya tokoh silat itu, katanya. "Kukira nona ini adalah tokoh Thian-lam Lo-sat yang ternama, si Pedang Mas Jie Ceng Peng, bukan ?" "Tepat." Berkata Jie Ceng Peng. "Kalian mempunyai penilaian yang tepat." Sebelum golongan Biarawati Jaya mengerjai seseorang, mereka sudah memperhitungkan segala akibat dari tugas-tugas itu, mereka menyelidiki lebih dahulu, siapa yang menjadi musuh-musuhnya dan siapa yang menjadi kawan-kawan dari orang yang bersangkutan. Semua kawan-kawan dan lawan Su-to Yan dan Ie Han Eng, tidak lepas dari penilaian Biarawati Jaya, termasuk juga Jie Ceng Peng. "Jie Ceng Peng" Berkata Siang-tin Suthay "Hubunganmu dengan Su-to Yan bukan hubungan biasa, bukan kawan juga bukan lawan inilah hubungan aneh. Tapi Seperti apa yang kutahu, hubunganmu dengan Ie Han Eng kurang begitu cocok, Kau juga pernah mengadu biru tentang hubungan Ie Han Eng dengan Su to Yan, hampir saja pertunangan mereka itu retak karena kesalahanmu, Kukira mereka tidak ingin turut sertanya kau ditempat ini. Dikala Su-to Yan belum tahu bahwa dirinya pernah ditunangkan dengan Ie Han Eng, si pemuda pernah mempunyai hubungan baik dengan Cin Bwe, juga mempunyai hubungan yang tidak buruk dengan Jie Ceng Peng. Terakhir, terbukalah rahasia hubungan Su-to Yan dan Ie Han Eng, tentu saja muncul rasa cemburu Cin Bwee dan Jie Ce -Peng. Cin Bwee bersifat makan dalam, dia merana dan makan hati diri sendiri. Berbeda dengan Cin Bwee, sifat Jie Ceng Peng bersifat keras, dia mengadu biru dan hampir saja menggagalkan pertunangan Su-to Yan dengan Ie Han Eng. Ini adalah sedikit ganjalan yang ada pada Su-to Yan dan Ie Han Eng. Sengaja Siang-Tin Suthay mengungkapkan hal tersebut agar kehadirannya Jie Ceng Peng dapat ditolak oleh Su to Yan. Tapi Su-to Yan masih bingung atas racun yang bersarang dalam tubuh Ie Han Eng. Jie Ceng Peng tertawa kecil, ia berkata. "Kalian membikin penyelidikan yang sangat cermat sekali, hee ?" "Kukira, kau tidak ada niatan untuk membantu Su-to Yan." Berkata Siang-tin Suthay. "Karena aku tahu, kau sudah kehilangannya untuk menguasai Su-to Yan, tidak mungkin dapat merebut sipemuda dari tangan Ie Han Eng." "Dilembah Cui goat kiok, Su-to Yan pernah menolong dirinya, Tapi waktu itu hubungannya dengan Ie Han Eng tidak bisa disamakan dengan hubungannya sekarang, Mereka lengket menjadi satu. Berpikirlah baik baik." Dengan tertawa tawa Jie Ceng Peng berkata. "Kau hanya mengetahui yang satu itu, tapi tidak tahu soal lainnya, ketahuilah dia menolong aku satu kali, tapi aku menolongnya sehingga beberapa kali." "Kau bertekad untuk mengikut sertakan diri dalam persengketaan ini?" Bertanya Siang tin Suthay. Jie Ceng Peng menganggukan kepala. "Sudahkah kau tahu, dengan golongan mana kau sedang berhadapan?" Siang tin Suthay mulai menggunakan tekanan. "Aku tahu, Menurut penuturanmu, kalian adalah golongan dari anggota Biarawati Jaya." "Nah bilamana kau sudah tahu, itu lebih baik pula. Ketahuilah, bahwa golongan Biarawati jaya tidak mudah dihadapi." "Golongan Biarawati jaya beliau tentu berani menempur Thiam lam lo-sat." Berkata Jie Ceng Peng. "Hayo serahkan obat penawar racun itu." Mata Siang tin Suthay bergerak-gerak, ia menghadapi dua gencetan musuh, tekanan dari Su-to Yan yang keras, dan tekanan baru dari Jie Ceng Peng. "Dimisalkan aku tidak mengeluarkan obat penawar racun itu, bagaimana?" Ia menentang. Jie Ceng Peng tertawa, badannya bergerak cepat sekali, dan entah dengan cara bagaimana, dia sudah berhasil menelikung kedua tangan Siang Tin Suthay, ditangan kanan Jie Ceng peng telah menggenggam sebutir obat, dengan lain tangan dia merentangkan mulut Siang tin Suthay, dijejalnya obat tersebut kedalam mulut biarawati itu, blek, mulut Siang Tin suthay dikatupkan kembali, cegluk, obat itu melalui tenggorokkan, masuk kedalam perut Siang tin Suthay sampai disini, berhasillah gerakkan-gerakkan Jie Ceng Peng, ia melepas kembali tokoh wanita cerdik pandai tersebut, berdiri dengan senyumannya yang sangat puas. Siang tin Suthay hendak mengadakan perlawanan tapi apa daya, kekuatannya tidak bisa disamakan dengan kekuatan Jie Ceng Peng obat itu sudah berada didalam perutnya, wajahnya berubah segera. Jie Ceng Peng berkata. "Sudah lama kunantikan kedatanganmu ditempat ini, semua Percakapan-percakapan tadi sudah masuk kedalam telingaku tapi aku percaya, tidak ada seorangpun yang tidak takut mati, belum lama, aku telah memberi hadiah sebutir racun Go hoa sinhoat, Racun ini bekerja lebih cepat dari racun yang kau berikan kepada Ie Han Eng, sebelum Ie Han Eng mati kukira kau kelojotan lebih dahulu." Wajah Siang-tin Suthay semakin menjadi pucat. "Nah," Berkata Jie Ceng Peng "Kau bisa merasakan, bagaimana rasanya seorang yang sudah ditekan dan diberi racun seperti Ie Han Eng, kau bisa merasakan, bagaimana rasanya orang yang sedang mau mati." Kejadian itu juga menegunkan Su-to Yan, ia tidak menyangka, tindakan si gadis Thian-lam Lo Sat lebih hebat, hanya beberapa gerakan, ia berhasil menekan kegarangan Siang-Tin Suthay. Jie Ceng Peng masih bersitegang dengan Siang-Tin Suthay. "Jangan kau samakan aku dengan Su-to Yan, aku adalah orang luar, mati hidupnya Ie Han Eng bukan tanggung jawabku, aku tidak membutuhkan dirinya, Tapi mati hidupmu tergantung didalam tanganmu sendiri, Bila kau bersedia memberi obat penawar racun itu, akupun bersedia menolong dirimu. Tapi bila kau tidak bersedia menghidupkan jiwa Ie Han Eng, aku pun berpeluk tangan, hendak kita saksikan, bagaimana kau bisa mati terlebih dahulu " Siang tin Suthay harus berpikir keras, sama saja dengan caracara yang tadi Su-to Yan berpikir bagaimana harus mengatasi kesulitan ini. Jie Ceng Peng berkata lagi. "Bagaimana sudah terpikir olehmu? Lekas serahkan obat penawar racun itu, Kukira tidak ada jalan lain bagimu. Ketahuilah, dimisalkan kau tidak mau menurut perintahku sesudah kau mati, kukira ketua golongan Biarawati Jaya segera muncul ditempat ini. Mereka mengharapkan kerelaan Ie Han Eng untuk menerima jabatan warisan, bukan menghendaki Ie Han Eng yang sudah mati, ia menghendaki Ie Han Eng yang segar bugar. Pasti ia memberi pertolongan yang secukupnya, Kau mati tidak menjadi soal baginya, Tetapi Ie Han Eng mati akan mengecewakan dirinya, Karena itu kukira dia bisa menolong Ie Han Eng, sesudah kau mati penasaran" Posisi kedudukan Siang tin Suthay menjadi begitu lemah, berkata dengan nada sedih. "Jie Ceng Peng, dengan alasan apa kau mencampurkan diri dengan persengketaan ini? Betul-betul aku tidak mengerti." Jie Ceng Peng berkata. "Kiramu, hanya golongan Biarawati jaya yang cerdik? Hanya golongan Biarawati yang pandai? Hanya golongan Biarawati jaya saja yang bisa memberi tekanan kepada orang? Di-sinilah letak kesalahanmu." Siang tin Suthay menghela napas, ia berkata. "Kehadiranmu berada diluar dugaan ketua golongan kami, inilah kesalahan Biarawati Jaya, Tapi kesalahan yang tidak disengaja, kesalahan yang mendadak diluar perhitungan." "Lekas." Bentak Jie Ceng Peng. "Lekas serahkan obat pemunah racunmu, belumkah terasa olehmu bahwa ada satu aliran panas yang mulai naik, merangsang kearah ulu hati ?" Disertainya ancaman Jie Ceng peng itu betul-betul membuat Siang tin Suthay bergidik seolah-olah ada satu hawa sangat merangsang ulu hatinya, mungkin juga racunnya mulai bekerja. "Baiklah." Berkata Siang tin Suthay lemah. "Aku bersedia menukar obat penawar racun." "Disini letak kepintaranmu." Berkata Jie Ceng Peng. "Aku bersedia menerima obat penawaranmu lebih dahulu." Sinar mata Siang tin Suthay memperlihatkan wajah yang ketakutan ia berkata gemetaran "Bila aku sudah mengeluarkan obat penawar racun, menolong Ie Han Eng, dimisalkan kau tidak menepati janji, tidak menyerahkan obat penawarmu bukankah aku yang dirugikan olehmu ?" "Kukira tidak mungkin terjadi, Ketahuilah dengan ilmu kepandaianku, dimisalkan sama-sama bertukar obat penawar racun. Sesudah mengobati Ie Han Eng dan berhasil, dengan mudah aku dapat membekuk batang lehermu kembali. Dengan mudah aku bisa menjejal kembali racun yang lebih hebat. Kukira, kau bisa maklum hal ini, yang kukuatirkan ialah obat penawar racunmu yang palsu, berani kau main kayu? Berarti menentang penderitaan yang lebih hebat. Karena itu, lebih baik kau Serahkan." Lagi-lagi Siang-tin Suthay terkena pukulan Knock Out, tidak bicara. Jie Ceng Peng membentak. "Lekas." Siang-tin Suthay merogoh-rogoh beberapa waktu dan mengeluarkan obat penawar racun, obat yang tersedia untuk menolong Ie Han Eng diserahkannya kepada Jie Ceng Peng dan berkata. "Baiklah. Betul-betul kami jatuh dibawah tanganmu." Jie Ceng Peng tertawa, menyambuti obat penawar racun itu dan membikin pemeriksaan. Sebagai jago dari Thian-lam Lo sat yang ahli menggunakan racun, ia mengerti, inilah obat penawar racun yang asli, diserahkan kepada Su-to Yan sambil menganggukkan kepala, ia berkata. "Obat betul! Lekas beri makan kepada Ie Han Eng." Su-to Yan menerima pemberian obat itu dengan rasa terima kasih, dia berkata. "Aku tidak bisa melupakan budimu." Cepat-cepat ia memasukkan obat tersebut kedalam mulut Ie Han Eng. Tidak lama sudah terjadi perubahan diwajah Ie Han Eng siuman kembali, sehat seperti biasa. Jie Ceng Peng menghadapi Siang-tin Suthay lagi, katanya kepada Biarawati tersebut. "Nah, kau boleh meninggalkan tempat ini." Wajah Siang-tin Suthay berobah, dengan tubuh gemetar dia berkata. "Kau..,.kau. ." Jie Ceng Peng tertawa berkakakan, ia tertawa geli. "Lekaslah kau pergi, dan beritahu kepada ketua partaimu itu, tidak ada semacam obat racun yang bernama Ngo-hoa-sin-hun. Yang kuberikan padamu tadi, hanya butiran tanah biasa, bukan racun. Legakan hatimu, Lekas pergi !" Siang-tin Suthay tertegun Sebentar, memandang kearah Jie Ceng Peng beberapa waktu, memperhatikan keadaan dirinya, dan ini waktu betul betul tiada tanda-tanda bahwa dia telah kena keracunan, ia telah kena tipu, dipermainkan mentah-mentah. Dia merasa malu kepada diri sendiri dikala mendapat tekanan dan ancaman hebat seperti itu, ia tidak menguasai diri sendiri dan terjungkal dibawah ketololannya, terlalu terburu nafsu ia kalah dibawah kelicinan Jie Ceng Peng. Dengan mengeluarkan helaan napas panjang, keluh kesah yang mengandung kekecewaan. Siang-tin Suthay membalikan badan, ia mengeloyor pergi. Untuk menempur dengan kekuatan, keras lawan keras, ia bukan tandingan Jie Ceng Peng. Untuk mengadu otak, mengadu kepintaran, diapun masih kalah setingkat. Hanya menggunakan beberapa gertakan, hanya memperlihatkan sedikit kegesitannya, hanya menggunakan ancaman yang kosong saja, Jie Ceng Peng berhasil menekan Siang-tin Su-thay, si Pedang Emas berhasil, meminta kembali obat penawar racun, ia berhasil menolong jiwa Ie Han Eng. Seharusnya, Jie Ceng Peng boleh menjadi bangga atas hasil yang gemilang ini. Tapi kenyataan tidak, matanya menjadi begitu suram memandang kearah Su-to Yan dan Ie Han Eng, hampir dia mengucurkan air mata. Didalam soal berebutan Su-to Yan, ia tidak berhasil memenangkan Ie Han Eng, Yang berhasil dimenangkan hanya Cin Bwee seorang. Didalam urutan tiga gadis, ia menduduki tempat kedua, inipun sudah cukup. Memandang kepada mereka beberapa saat, dan Jie Ceng Peng berkata. "Kuucapkan selamat kepada kalian, Aku Pergi." Tubuhnya melesat, dan didalam sekejap mata sudah lenyap tanpa bekas. Jie Ceng Peng pergi dengan hati penuh kekesalan, tapi dia boleh puas dengan hasil yang sudah dicapai olehnya itu, ia berhasil memberi pertolongan kepada orang yang dicintai olehnya. Tapi, belum tentu bisa menarik hati Su to Yan. Rasa terimakasih Su-to Yan, Ie Han Eng tidak bisa dilukiskan. Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mereka bersyukur kepada pertolongan Jie Ceng Peng, tapi sebelum mereka sempat memberi ucapan terima kasih, pada orang yang bersangkutan si Pedang Emas sudah pergi jauh. Hawa udara dipantai selatan begitu panas deburan ombak bergerak keras. Su-to Yan, Ie Han Eng berada dipantai laut selatan, memandang ke permukaan air laut yang jauh, Su-to Yan melayangkan pikirannya, apa yang dibuat, setelah dia tiba dipulau tonghay. Gulungan-gulungan ombak datang terus sambung menyambung tanpa istirahat. Tidak ada perahu dan tidak ada kapal, mereka tidak bisa berlayar tanpa kendaraan laut itu. Adanya ombak air yang pasang, mengingatkan Su-to Yan kepada ilmu sihir Thio Sek bun. Beberapa kali, Su-to Yan bertempur kepada Thio Sek Bun dengan kesusahan, hampir saja dia jatuh dibawah kekejamannya, Thio-Sek Bun adalah seorang tukang sihir dan sering kali bisa membuat tokoh silat yang seperti Su to Yan itu terjungkal. Memandang kearah laut yang jauh, didalam hati Su-to Yan berkata. "Kuharapkan saja, jangan bertemu kembali dengan Thio Sek Bun." Dari balik Su-to Yan, dari balik sebuah batu yang sangat besar muncul bayangan seseorang, tangannya buntung, dengan pakaiannya yang berwarna hijau berindap-indap maju menghampiri Su-to Yan. Deburan ombak itu cukup keras, tapi telinga Su-to Yan yang lihay tidak bisa dibiarkan begitu saja, ia sudah dapat menangkap derap kaki dibelakang dirinya. Cepat sekali, ia membalikkan badan dan ah...dia terkejut, itulah Thio Sek Bun. Hati Su-to Yan menjadi kebat kebit, lagi lagi dia harus berurusan dengan Thio Sek Bun. Thio Sek Bun memandangi Su-to Yan, langkahnya begitu cepat, sinar matanya lurus kedepan hendak menguasai kesejahteraan Suto Yan. "Su-to Yan," Panggil Thio Sek Bun perlahan. "Kukira tidak ada Seng-mo Leng Kho Tiok lagi yang menyertai dirimu. Siapa yang berani menantang aku." Menyaksikan kedatangan orang bertangan buntung itu, Ie Han Eng juga terkejut, dari logat dan lagu suara orang bersangkutan ia tahu bahwa orang inipun termasuk salah satu musuh Su to Yan. Tapi Ie Han Eng tidak berdaya sekali, ia melepaskan dirinya kedalam rangkulan Su-to Yan. Thio Sek Bun mendekati lagi, sinar matanya masih lurus, mencari dan hendak menemukan sinar mata Su-to Yan, dengan suara yang mantap ia berkata. "Su-to Yan, kau masih berada dalam keadaan terluka, jangan kira aku tidak tahu. Kini aku hendak menuntut balas. Meminta kembali sebelah tanganku yang sudah terpapas olehmu." Su-to Yan menyedot napasnya dalam-dalam dia harus lebih berhati-hati lagi, Bila ia menghadapi Pek Ie Kaucu Bong Bong Cu dan Pek Tong Hie sekalian dengan kekerasan, dengan ilmu pedangnya ia masih bisa membikin perlawanan. Lain lagi bila berhadapan dengan partay Biarawati Jaya, ia harus melawan dengan kepintarannya, kini dia harus menghadapi Thio Sek Bun, bukan dengan ilmu silat, juga bukan dengan siasat kepintaran akal. Tapi harus disertai ketekunan iman. Mendorong Ie Han Eng kearah Samping, Su-to Yan berkata. "Pergi kau kesana, Berdiri dipinggiran." Ie Han Eng menganggukkan kepala, melepaskan diri dari rangkulan Su-to Yan dan berdiri disatu posisi yang agak baik. Thio Sek Bun dan Su-to Yan sudah berhadapan. "Ha, ha, ha...." Thio Sek Bun tertawa besar. "Akan kulihat, bagaimanakah bisa lepas dari tanganku." "Sreet..." Su-to Yan mengeluarkan pedang, Disaat ini Thio Sek Bun sedang tertawa tangannya digapaikan, dan entah bagaimana didalam tangan itu, sudah bertambah sebuah tongkat. Tongkat itu agak aneh, ujungnya terdapat sebuah intan yang bercahaya, sangat terang sekali, memancarkan sinarnya yang menyilaukan pandangan. Sesudah mengalami ketegangan yang seperti itu haripun sudah menjadi gelap, dan didalam keadaan gelap, sinar gilang gemilang, sinar yang menyilaukan mata dan tongkat aneh Thio Sek Bun semakin bercahaya. Su-to Yan menyabetkan pedangnya kearah Thio Sek Bun, tapi tiba-tiba saja lenyaplah orang tersebut. Suara tertawa terdengar sudah berada dibelakang Su-to Yan. Cepat su-to Yan membalikkan badan, kini dia menghadapi laut, Keadaan sudah menjadi gelap, Hanya terlihat putih intan permata diatas tongkat aneh Thio Sek Bun. Hati Su-to Yan dirasakan semakin tegang, debaran jantungnya begitu keras sekali. Thio Sek Bun menudingkan tongkatnya. Dia mengeluarkan suara bentakan keras. "Lihat." "Bluumm..." Ombak memecah, tinggi sekali, terjadi satu pusaran air yang meletus, dan air ini berubah menjadi gunung, Diatas puncak gunung air tersebut berdiri seorang, itulah Cin Bwee. Hati Su-to Yan menjadi kaget, cepat-cepat ia menenangkan peredaran darahnya, ia tahu, ini hanyalah sebuah khayalan, ilmu sihir yang diciptakan oleh THo Sek Bun. ia harus bisa bersikap tenang, Berusaha sedapat mungkin agar tidak terjebak kedalam perangkap musuh. Dan betul saja, bayangan Cin Bwee itu pun sudah lenyap kembali. Hanya terdengar alunan dan deburan ombak dipantai laut. Agak sulit juga bertempur dengan seorang ahli sihir seperti Thio Sek Bun, dikala Su-to Yan membuka mata, tidak berhasil menemukan jejak kakek buntung itu. Tiba-tiba dari jauh terdengar suara orang yang menyebut nama budha, suara itu tidak asing bagi Su-to Yan, itulah suara sipadri saleh Put-in Taysu. Kedatangan Put-in Taysu ditempat itu tentu sangat menguntungkan Su-to Yan. Semua bayangan lenyap, Gununggunung air itupun lenyap. Dan semua tersirap. Terpeta kembali wajah Thio Sek Bun, dan terpeta kembali tubuh Thio Sek Bun, Tongkat ajaibnya sudah lenyap dari tangan si kakek tukang tenung itu. "Hari ini aku tidak berhasil menekanmu lagi." Berkata Thio Sek Bun. Tubuhnya dibalikkan, dan berjalan pergi. Su-to Yan menghembuskan napas lega, dia menengok kesamping, Ie Han Eng masih berada disana, Gadis tersebut memandang dirinya dengan penuh perhatian. Su-to Yan menengok lagi kelain arah, dari sinilah datangnya suara pujian nama Budha itu, tentunya Put-in Taysu segera akan tiba. Betul Put-in Taysu tiba mendadak, muncul bagaikan bayangan asap lewat, Disebelah Put-in taysu, juga terdapat lain orang, inilah seorang wanita, dia guru Cin Bwee yang bernama Cia Ciu Nio. Munculnya Put in taysu dan Cia Ciu Nio begitu mengherankan sekali, pertama-tama, melepas asap kecil, semakin lama semakin banyak dan baru berpeta bayangan Put in taysu dan bayangan Cia Ciu Nio. Sayang, Su-to Yan terlalu meremehkan ilmu sihir Thio Sek Bun. Dan dia percaya bahwa bayangan kedua orang ini adalah tokoh silat, yang betul-betul terjadi, tokoh silat yang hendak menolong dirinya. Su-to Yan menghampiri mereka dan memberi hormat. "Supek, sukow?" Put in taysu tertawa-tawa, dia diam. Cia Ciu Nio mengeluarkan suara dengusan dari hidung, dengan sikap yang tidak puas ia berkata. "Mengapa kau tidak datang kegunung Kun-lun, menjenguk Cin Bwee ?" Su-to Yan menundukkan kepala, ia telah mempunyai seorang istri, itulah Ie Han Eng. Bagaimana bisa memperistri Cin Bwee lagi? inilah yang menyulitkan dirinya. Karena itu dia tidak berani kegunung Kun-lun, dia tidak berani menemui Cin Bwee. Put-in Taysu berkata. "Mengapa kau bisa berada ditempat ini?" Su-to Yan menundukkan kepala ia berkata perlahan. "Kami hendak berlayar ke pulau Tong-hay." Wajah Cia Ciu Nio berobah, segera dia membentak. "Orang yang sudah lupa diri, tidak tahukah kau, betapa sengsara Cin Bwee yang menunggu kehadiranmu? Mengapa kau tidak pergi ke gunung Kun-lun? Cin Bwee tidak bisa makan, tidak mau makan, ia sangat kurus sekali, kukira tidak lama lagi, bila tidak mendapat perhatianmu dia bisa mati." Su-to Yan menundukkan kepala semakin rendah, apa yang bisa diperbuat olehnya? Cia Ciu Nio masih mengeluarkan suara bentakkan. "Su-to Yan,kan tega membiarkan Ciu Bwee mereres makan hati? Pikirlah baik-baik.!" Su-to Yan, semakin bimbang, bagaimana dia harus mengatasi keadaan ini? Dia berpikir dan terus berpikir. Mendadak, terdengar suara pekikannya seseorang, Su-to Yan tersentak kaget, ia sadar dari lamunannya, dan sebelum ini, terasa air yang merendam kaki, merendam lutut dan akhirnya merendam perut. Dikala dia membuka kedua matanya bayangan Put in taysu dan bayangan Cia Ciu Nio itupun sudah lenyap, Ternyata kejadian tadi hanya berupa hayalan belaka. Didalam keadaan tidak sadar, Su-to Yan sudah hampir bunuh diri, dia terjun kedalam laut, beruntung tidak sampai tenggelam. Cepat-cepat Su-to Yan berjumpalitan dan ia merayap naik lagi, Meninggalkan air laut yang hendak menelan dirinya. Semua kejadian ini berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Suara teriakan dan bentakan itulah membangunkan Su-to Yan.. Su to Yan memandang kearah datangnya suara, disana terdapat dua orang yang bergumul keras, cepat ia melesatkan diri, itulah sikakek buntung Thio Sek Ban, dia sudah terjatuh melompat lagi hendak melarikan diri, jatuh lagi, berlari lagi dan jatuh lagi, demikian seterusnya sehingga sikakek tukang tenung lenyap dari pandangan mata. Lawan dari Thio Sek Bun tidak asing, ialah Seng mo Leng Kho Tiok. Seng-mo Leng Kho Tiok tidak menderita luka, ia duduk bersila dan mengatur jalan pernapasannya. Kejadian ini mengejutkan Su-to Yan, cepat cepat dia lari menghampiri tokoh silat tersebut. Dikala dekat dengan Seng mo Leng Kho Tiok, jago itupun membuka kedua matanya. "Su-to Yan," Berkata Seng mo Leng Kho Tiok perlahan. "Bagaimana keadaanmu ?" "Lagi-lagi kau yang memberikan pertolongan" Berkata Su-to Yan penuh rasa terima kasih. "Imanmu masih kurang kuat." Berkata Seng mo Leng Kho Tiok. Lalu ia bangkit bangun berdiri, waktu itu keadaan kondisi badannya sangat lemah, ia telah menjalankan pertarungannya yang sangat serius, tidak mudah untuk mengusir Thio Sek Bun. Su-to Yan menerima kritik tersebut, jiwanya memang agak lemah, telah mudah ditipu dan diakali oleh Thio Sek Bun, ilmu sihir Thio Sek Bun hanya berhasil kepada mereka yang beriman lemah, tapi tidak mungkin berhasil kepada mereka yang beriman kuat. Su-to Yan beriman lemah, maka dia mudah terjerembab kedalam perangkapnya tapi Seng-mo Leng Kho Tiok juga cukup kuat, hingga tidak mempan oleh ilmu sihirnya. Disaat Su-to Yan menderita sihiran-sihiran Thio Sek Bun, Ie Han Eng memandang dengan penuh rasa bingung, bagaimana pemuda itu berkali-kali berlompatan disana sini, tanpa keruan juntrungannya, inilah membingungkan dia dan disaat itu muncul Seng mo Leng Kho Tiok, langsung menempur Thio Sek Bun, terjadi pertempuran yang sengit, perhatian Ie Han Eng tertarik kearah pertempuran itu, dan Su-to Yan lompat terjun kedasar laut, hampir saja dia bunuh diri. Semua kejadian-kejadian itu sudah berlalu, kini pertempuranpun sudah selesai, Ie Han Eng maju menghampiri Seng mo Leng Kho Tiok dan Su-to Yan. Su-to Yan berkata kepada sigadis. "Inilah Seng mo Leng Kho Tiok cianpwe lekas ucapkan terima kasih kepadanya." Ie Han Eng memberi hormat dan mengucapkan terima kasih atas pertolongan Seng-mo Leng Kho Tiok, Seng mo Leng Kho Tiok menganggukkan kepala, memandang Ie Han Eng beberapa waktu dan berkata. "Cukup cantik, memang cantik." Menoleh kearah Su-to Yan dan mengajukan pertanyaan. "Dimana saja kau, selama beberapa hari ini." Su-to Yan berkata. "Kami diganggu oleh sesuatu golongan yang menamakan dirinya sebagai partai Biarawati Jaya, maka itu perjalanan kita ke Tong hay terganggu." "Oh..." Seng mo Leng Kho Tiok menganggukkan kepala. Su-to Yan berkata. "Dan bagaimana keadaan cianpwee?" Seng mo Leng Kho Tiok berkata. "Selalu aku mengikuti dirimu, Tapi entah bagaimana, secara tibatiba saja, aku kehilangan jejakmu, Menyerap nyerap kabar beberapa waktu, tidak berhasil, dan terakhir aku mencium jejakmu yang menuju ke tempat ini, Maka aku menyusul." Su-to Yan tertawa, diceritakan pertarungan-pertarungan kepintarannya dengan golongan Biarawati Jaya, dan bagaimana akhirnya mereka bisa berada ditempat ini. Tiba-tiba, napas Seng mo Leng Kho Tiok memburu cepat, ia mengatupkan mata dan membenarkan peredaran jalan darahnya. Su-to Yan terkejut, cepat-cepat ia bertanya. "Cianpwee mengapa ?" Seng-mo Leng Kho Tiok bergoyang kepala, dia berkata perlahan, suaranya sangat lemah. "Aku menderita luka, Luka sangat berat." "Cianpwe istirahatlah !" Dan betul-betul Seng mo Leng Kho Tiok menyusun kembali peredaran jalan darahnya yang sudah kacau itu. Pertempurannya dengan Thio Sek Bun cukup lama, sehingga banyak makan tenaga. Malam itu bisa dilewatkan dengan aman, sehingga sampai hari kedua. Menyaksikan munculnya matahari pagi dipinggir laut adalah suatu kehidupan yang sangat menarik hati, pertama-tama wajah dunia memerah seperti api, dunia seperti marah, dan dari sana menongollah sebuah kepala yang perlahan-lahan menggelusur keatas, itulah sang batara surya. Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Su-to Yan, Ie Han Eng dan Seng-mo Leng Kho Tiok sudah bangun, mereka bisa turut menyaksikan keindahan alam tersebut. Mendadak Su to Yan berteriak kaget, dia memandang jauh kelangit yang biru, disana terdapat satu bintik hitam, semakin lama semakin besar dan akhirnya tiba diatas kepala mereka, itulah burung rajawali dari Tong-hay yang besar. Su-to Yan mengeluarkan suara kaget, karena dia bisa mengenali itulah burung tunggangan ibu angkatnya Khong Bung. Karena itu cepat-cepat dia berkata. "Lekas menyembunyikan diri." Tapi kedatangan burung itu cepat sekali, dari atas sudah meluncur satu bayangan, inilah Khong Bun, secepat itu pula dia sudah berada didepan ketiga orang dan mengeluarkan suara bentakan. "Tidak perlu sembunyi lagi." Memandang kearah Su to Yan, Khong Bun membentak keras. "Hei, mengapa kau tidak memberi hormat atas kedatangan ibu angkatmu? Mengapa kau hendak menyembunyikan diri?" "Huh," Su-to Yan mengeluarkan suara dari hidung. "Siapa yang menjadi ibu angkatku?" "Kurang ajar," Khong Bun membentak keras. "Anak durhaka, kau mengangkat Sam-kie Ju-Su In Hong sebagai ayah angkat, aku adalah istri dari Sam-kie Ju-su In Hong, Mengapa tidak mengakui ibu?" "Ha.ha..." Su-to Yan tertawa. "Betul ! Sam-kie Ju-Su In Hong adalah ayah angkatku, tapi suatu kenyataan tidak dapat disangkal bahwa kau adalah istri yang meracuni ayah angkatku? Siapa yang memberi racun Cek-sin-co kepada ayah angkatku?" Wajah wanita berbaju hijau itu berubah, ternyata rahasianya sudah terbongkar. "Seperti inikah kelakuan seorang istri?" Bentak Su-to Yan gagah. "Tutup mulut," Berkata Khong Bun. "Kedatanganku kemari adalah untuk meminta kembali kitab ilmu silat peninggalan pamanku ini." Sebelum Sam-kie Ju-su In Hong meninggal dunia, ia pernah bercerita tentang adanya kitab wasiat peninggalan Kie Tojin. Tapi kitab tersebut tidak diserahkan kepada Su-to Yan, Karena itu Su-to Yan tidak tahu. Dimisalkan Su-to Yan tahu, juga ia tidak mau menyerahkan kepada Khong Bun yang jahat. "Dimana adanya kitab ilmu pedang tersebut?" Berkata Su-to Yan. "Tentu berada padamu." "Tidak." "Aku tidak percaya." "Terserah, Kie Tojin adalah pamanmu sendiri, mengapa dia tidak menyerahkan kitab ilmu silatnya kepada keponakan, tetapi kepada lain orang?" Mendapat pertanyaan yang seperti ini, Khong Bun kalah berdebat Tentu saja, ia tidak bisa menjawab, ia tidak bisa memberi alasan yang cukup untuk mengatakan, mengapa sang paman tidak menyerahkan kitab silat itu kepadanya, tapi menyerahkan kepada orang luar, Sam-kie Ju-su In Hong itu sudah diterima sebagai murid, tokh hubungannya tidak begitu rapat, seharusnya ia menyerahkan kepada sang kemenakan, bilamana Khong Bun mempunyai hati yang cukup baik. "Su-to Yan," Bentak Khong Bun. "Tidak mau kau menyerahkan kitab peninggalan itu?" "Sudah kukatakan kitab tersebut tidak berada padaku." "Baik, Kukira kau tidak mau bicara sebelum aku melakukan kekerasan." Sampai disini, Seng-mo Leng Kho Tiok juga turut bicara. "Hemm menggunakan kekerasan? Baik.. kami akan melawanmu." Menengok ke arah jago tersebut, Khong Bun tertawa berkakakan, ia berkata. "Hendak menempur aku? kalian bertiga belum merupakan tandingan." "Tapi kami tidak bisa menerima hinaan." Jawab Su to Yan. Khong Bun adalah salah satu dari jago Tong hay, ilmu kepandaiannya hanya setingkat dibawah Sam-kie Ju-Su In Hong. Karena itu, ia mempunyai kekuatan untuk mengalahkan tiga kekuatan dihadapannya. Kini dia berkata. "Aku tidak akan menghina kalian, Begini sajalah kuatur. Aku membiarkan si Biru menukik kelangit sehingga tiga kali, dan bila mana sebelum dia terbang pulang pergi sampai tiga kali ini, kalian bertiga bisa melarikan diri, aku tidak akan mengganggu lagi, Tapi bila mana kalian bertiga tidak melarikan diri, satu persatu akan mati ditanganku." Sibiru adalah nama barang rajawali sakti dari Tong hay itu. Inilah kata-kata yang terkebur sekali, dimisalkan Seng-mo Leng Kho tiok dan Su-to Yan tidak berada dalam keadaan luka, tentu saja mereka bisa menempurnya dengan bebas, tidak perlu melarikan diri, tidak mungkin Khong Bun bisa membikin pengejaran. Tapi keadaan lain, Su-to Yan terluka, Seng-mo Leng Kho Tiok juga belum sembuh betul, Ie Han Eng tidak berkepandaian silat, mana mungkin mereka bisa melarikan diri? Tidak seorangpun dari mereka yang memberi jawaban. Khong Bun berkata lagi. "Bagaimana? Kukira kalian tentunya tidak puas, boleh saja kalian mengundang jago undangan, siapapun boleh. Aku memberi kesempatan waktu sibiru menukik keatas pulang pergi tiga kali, dan aku berpeluk tenang tetap ditempat ini, membiarkan kalian pergi lari, atau membiarkan kalian mengundang datang jago lain." Khong Bun terlalu percaya akan kecepatan terbang burung rajawali saktinya. Su to Yan dan Seng-mo Leng Kho Tiok masih berpikir pikir, mungkinkah mereka bisa menghindari kejaran Khong Bun? Mengingat adanya burung rajawali sakti yang hebat itu? Mereka diam, Tidak bicara. Khong Bun segera melaksanakan apa yang sudah dikatakan tadi, dia mengulurkan tangan dan memberi perintah kepada Sang rajawali sakti terbang keatas. Rajawali sakti dari Tong-hay itu sangat indah, juga mengerti tanda aba-aba yang diberikan kepadanya...wing...ia terbang langsung ke-langit yang tinggi. Semakin lama, bayangan burung rajawali itu sangat kecil, dan akhirnya menjadi satu titik hitam yang jauh diujung angkasa. Hingga sampai batas diujung langit itu, dia menukik kembali dan turun kearah permukaan tanah. Seng-mo Leng Kho Tiok menowel tangan Su-to Yan dan berkata. "Lekas lari? Apa lagi yang ditunggu?" Maka ketiga orang itupun lari, Ie Han Eng tidak berkepandaian silat, dengan sekali saup, Su-to Yan merangkul tubuh gadis tersebut dan dibawanya lari. Merendengi dirinya adalah Seng-mo Leng Kho Tiok. Jago wanita dari daerah Tong-hay Khong Bun tertawa dingin, dibiarkan saja ketiga orang muda itu melarikan diri. Dia menyaksikan dari jarak jauh, sampai dimanakah mereka bisa melepaskan diri dari kekangannya? Su-to Yan bertiga sudah mencapai puluhan tombak. Tapi, rajawali dari Tong-hay itu gesit sekali, dia sudah mematok tanah, berbangkit kembali dan sudah menjadi titik yang kedua kalinya, menerjang awan tinggi dan lenyap diawang-awang. Wanita berbaju hijau Khong Bun mengeluarkan tertawa dingin. Siburung sudah menukik kembali, mematok tanah yang kedua kalinya. Disaat ini Su-to Yan menengok kebelakang, menyaksikan gerakan sang burung, hatinya tergerak itulah salah satu jurus yang terdapat di dalam sari ilmu pedang Maya Nada ! Akh, Pemuda kita mengeluarkan teriakan tertahan. Rajawali Sakti sudah menerjang awan, inilah terjangan yang ketiga kali. Benak pikiran Su-to Yan berkilat cepat, ternyata, ilmu pedang Maya Nada adalah sari-sari dari satu macam ilmu silat peninggalan jaman purbakala, Kunci set berada didalam, Bagaimana merangkaikan ilmu-ilmu yang tidak sama itu, bagaimana menyambung gerakan dari ilmu yang tidak mempunyai hubungan itu. Beginikah tidak ada hubungan sama sekali? Betulkah tidak ada rangkaian yang menjadi satukan ilmu-silat itu ? Secara tidak disengaja, Su-to Yan menemukan kunci set tersebut, gerakan si Biru dari Tongthay itu mengilhamkan dirinya, bagaimana harus merangkaikan ilmu silat yang tidak sama. Ternyata, semua ilmu silat itu ditujukan untuk menyerang orang, menjaga diri sedikit banyak tentu terdapat persamaan ? Bakat2 orang tidak sama, kesukaan orang pun tidak sama, karena itu terjadi perbedaan dari aliran-aliran tokoh silat. Sepuluh macam ilmu silat peninggalan purbakala tidak terkecuali perbedaannya, ilmu-ilmu telah diyakinkan oleh seseorang Ilmu pedang Maya Nada Sudah diberi kombinasi yang lebih sempurna juga terdiri dari satu aliran. Sedikit banyak, masih ada keselarasan. Dari gerakan lukisan burung rajawali Sakti Tong-hay, Su-to Yan mendapat ilham, ia berhasil menemukan kunci Set, bagaimana harus mengkombinasikan ilmu-ilmu itu. Satu persatu, semua gerakan dari sepuluh macam ilmu peninggalan jaman purbakala memain dihadapannya. Su-to Yan berusaha menyatukan ilmu ini. Bukan ilmu biasa, dalam waktu yang singkat mana mungkin bisa berhasil cepat ? Kejadian ini membingungkan Seng-mo Leng Kho Tiok, segera membentak. "Hei, apa yang kau pikirkan ?" Su to Yan tersentak bangun dari lamunan nya, ia menengok lagi keatas, disana sudah tiada jejak burung rajawali sakti itu, sang burung sudah menukik lagi, sedang menutuk tanah. Inilah gerakan ketiga kalinya. Menoleh kearah samping, dimana terdapat sebuah gua batu, sangat kecil tapi cukup kiranya untuk menyembunyikan tiga orang. Su-to Yan melesatkan diri, masuk ke dalam goa tersebut. Seng-mo Leng Kho Tiok juga membayangi Su to Yan. ia menguatirkan keselamatan Su-to Yan dan Ie Han Eng. Bagaimana ketiga orang itu mengelakkan bahaya ancaman Khong Bun ? Dibawah ancaman Khong Bun. mau tidak mau, Su-to Yan, Ie Han Eng dan Seng-mo Leng Kho Tiok bertiga harus melarikan diri. Mereka mempertahankan diri memasuki sebuah goa yang sangat kecil. Rajawali sakti dari Tong hay sudah berhasil pulang pergi tiga rit, kini ia terjun kembali dan mematuk tanah. Khong Bun sangat percaya kepada kecepatan Sang burung piaraannya, maka ia berjanji, sebelum burung rajawalinya dapat menukik sehingga tiga kali, ia tidak akan turun tangan, dan membiarkan Su-to Yan bertiga melarikan diri atau mengundang jago lainnya, membela Su-to Yan dan menempurnya. Kegesitan Rajawali Sakti dari Tong-hay betul-betul tidak mengecewakan disaat itu dia sudah berhasil menempuh batasan yang ditentukan. Khong Bun melejitkan kakinya, menyusul kearah Su to Yan bertiga ini waktu, Su-to Yan bertiga sudah lenyap dibalik goa, tapi goa itu terlalu kecil, tidak berguna sama sekali. Didepan goa tersebut Khong Bun berteriak. "Su-to Yan, apa guna kau menyembunyikan diri didalam goa ini?" Seng-mo Leng Kho Tiok mengucurkan keringat dingin, menengok kearah Su-to Yan. Si pemuda acuh tak acuh. Seolah-olah tidak mendengarkan kata kata Khong Bun. Diluar goa masih terdengar suara Khong Bun, jago wanita dari daerah Tong Hay ini segera melengkingkan suaranya. "Su-to Yan, mungkinkah hendak memaksa aku menyeret kalian keluar?" Ie Han Eng menggoyang goyangkan Su-to Yan, dengan maksud agar sipemuda bisa memberikan jawaban. Seng-mo Leng Kho Tiok bisa memahami, apa yang sedang dipikirkan oleh Su-to Yan, karena itu ia segera memberi isyarat, Ie Han Eng tidak mengganggu ketenangan sipemuda. Seperti apa yang kita ketahui, Su-to Yan sudah merangkaikan sepuluh macam ilmu-ilmu peninggalan jaman purbakala, dengan intisari ilmu pedang Maya Nada, disatukannya dan dirangkaikannya semua ilmu-ilmu itu. Maka ia menekunkan diri memisahkan keadaan dengan dunia luar. Khong Bun diluar goa hilang sabar, berteriak-teriak berkali-kali tanpa ada hasilnya, ia mulai menampilkan diri, hendak memasuki goa. melongokkan kepalanya kedalam. Dikala kepala jago wanita dari Tong-hay itu menampilkan diri, Seng-mo Leng Kho Tiok mengayun tangan, disana telah bertambah sebuah kipas, dengan kipas ini dia menotok ke-arah hidung Khong Bun. Semua persiapan tempur telah disiapkan, Khong Bun bukan seorang yang sangat lemah, ia berani berlaku nekad karena mengunggulkan ilmu kepandaiannya yang cukup tinggi, melihat datangnya serangan kipas Seng-mo Leng Kho Tiok, dengan menggunakan tiga jari menangkap ujung kipas itu. Gerakkan Seng-mo Leng Kho Tiok lebih cepat, tapi gerakkan Khong Bun lebih cepat lagi, Sebelum Seng-mo Leng Kho Tiok berhasil merobah cara, atau menarik kembali kipasnya, ujung kipas itu telah berhasil ditekan oleh tiga jari Khong Bun, dan secepat itu pula, kipas ditangannya berhasil direbut oleh jago Tong-hay itu. Seng-mo Leng Kho menyerang tiga kali. Tiok dipaksa menggunakan tangan, Tiga kali pula Khong Bun menerima serangan serangan itu. Wajah Seng-mo Leng Kho Tiok menjadi pucat, cepat-cepat ia mundurkan diri, memasuki goa lagi. Sayang, sekali goa itu telah terlalu sempit, tidak bisa mundur kebelakang jauh, ia terjepit diujung tembok. Khong Bun merasa terhina, bila mana ia sampai harus menerjang orang memasuki goa yang seperti tikus, ia tidak mendesak lagi, dan mengundurkan diri, menantikan ketiga mangsanya dimulut goa. Kejadian ini melegakan hati Seng mo Leng Kho Thiok, Untuk sementara mereka bisa terhindar dari bahaya. Terdengar suara Khong Bun diluar goa. "Seng mo Leng Kho Tiok, berani kau bertempur diluar goa ?" Seng mo Leng kho Tiok malu untuk mengucapkan tidak berani, seharusnya ia menerima tantangan itu. Tapi keadaannya akan lebih buruk lagi, pasti ia akan celaka, besar juga kemungkinannya, mati ditangan si jago wanita Tong-hay itu. Walau jiwanya tertekan, walau mereka terhina, apa boleh buat, Seng mo Leng Kho Tiok mengumpat didalam goa. Sekali lagi Khong Bun bertindak memasuki goa itu. Seng-mo Leng Kho Tiok, tidak menjadi lengah karena mundurnya Khong Bun, ia lebih mengenal baik seluk beluk keadaan manusia, mengundurkan diri, bila hendak mencapai kesuksesan. Seng mo Leng Kho Tiok tidak berani berpikir ketempat lain, benak otaknya dipusatkan bagaimana harus menghadapi Khong Bun. Disaat bayangan Khong Bun terpeta untuk kedua kalinya, dengan mengerahkan penuh semua tenaga yang ada, Seng-mo Leng-kho Thiok mendorong kedua tangannya keluar goa, hendak memukul sijago wanita dari Tong-hay. Khong Bun juga pandai bersiasat, ia selalu siap sedia, bukan masuk sembarang masuk, dikala tangan Seng-mo Leng kho-thiok dijulurkan ke-depan, Khong Bun menjadi girang, inilah yang dikehendaki olehnya. Dengan melentikkan sepasang alis, ia memapaki datangnya serangan itu. Berbeda dengan serangan Seng-mo Leng Kho-thiok yang bersifat keras, juluran tangan Khong Bun sangat perlahan sekali, tenaga itu terlalu lunak. Hal ini menggirangkan Seng mo Leng kho thiok, dalam hati ia berpikir. "Sungguh kebetulan, Apa yang kau bisa lakukan atas tenaga penuhmu ini ?" Seng-mo Leng-Kho Tiok memperkeras mempercepat gerakan pukulan tadi. tenaganya, dan Disaat itu, telapak tangan keduanya membentur menjadi satu, tiba-tiba saja wajah Seng-mo Leng kho-thiok menjadi berobah sepasang telapak tangannya lengket ditempat tangan tidak ada hasilnya seperti memukul karet busa atau kapas yang empuk, terpendam begitu saja. Seng-mo Leng-kho-thiok lebih terkejut lagi, manakala dan tangan Khong Bun terdapat bawa sedotan yang sangat besar, kini ia terhisap ke-luar, posisinya bergoyang. Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Disini letak kepintaran Khong Bun, untuk memukul secara keras sangat mudah, bisa saja tapi akibatnya lain lagi, dari pada melakukan tenaga keras lawan keras, ia menggunakan sedikit tipu muslihat, menyedot sehingga Seng-mo Leng Kho Thiok meninggalkan goa persembunyian. Seng mo Leng kho Thiok berusaha mempertahankan kuda-kudanya, sepasang kaki ditancap keras. Tapi tidak berhasil, sedotan Khong Bun itu terlalu hebat, tubuhnya mencelat, meninggalkan tempat semula sehingga keluar dari dalam goa. Didalam waktu yang bersamaan, Su-to Yan sudah berhasil meyakinkan dan merangkaikan ilmu ilmu yang sudah dipelajari olehnya, ia membuka sepasang mata, dan kini ia kehilangan jejak Seng mo Leng Kho Thiok, disitu hanya Ie Han Eng. Sigadis menjerit kaget, karena tersedotnya Seng mo Leng kho thiok keluar goa. Bayangan sepasang kaki Seng mo Leng kho Thiok yang tersedot keluar dari goa tempat itu masih terpeta. Tidak ada kesempatan banyak untuk Su-to Yan berpikir tangan kanannya mengeluarkan pedang, dengan tangan kiri ia mengempit pinggang Ie Han Eng, pedang diputarkan demikian rupa, dengan desiran yang luar biasa, memapas semua dinding-dinding goa tersebut dan tubuhnya melejit keluar. Terdengar suara reruntuhan batu yang saling susul, goa dimana yang menjadi tempat sembunyi sementara Su-to Yan sekalian itu lelah lenyap begitu saja, beratap langit, itulah akibat dari serangan pedang Su-to Yan tadi. -ooo0dw0oo- Jilid 19 SU-TO YAN sudah menyusul keluar, sinar matanya masih bisa melihat, bagaimana Seng-mo Leng Kho Tiok terdesak terus menerus, sehingga sampai dibawah sebuah pohon yang sangat besar, numprah duduk dengan menderita luka hebat. Cepat-cepat Su-to Yan melepaskan tubuh Ie Han Eng, sepasang kakinya meluncur kearah Khong Bun. Disaat itu, Khong Bun baru saja berhasil menyedot Seng-mo Leng Kho Tiok, dan hawa sedotan itu diubah menjadi satu tekanan mendesak dan terus mendesak. Disaat baru saja ia berhasil, terasa sesuatu ancaman dari pihak lawan, itulah ancaman dari pihak Su-to Yan. Kaki kanannya digeser, dan tubuhnyapun berputar, ia harus cepat menghadapi Su-to Yan, apalagi mengingat bahwa keadaan Su-to Yan itu berada dalam keadaan luka, mana mungkin bisa menandingi dirinya ? Hawa pedang yang dingin dari serangan Su-to Yan membawa desiran-desiran mengancam kearah Khong Bun. Tenaga kekuatan Khong Bun meluncur dan membentur kekuatan itu. Terdengar suatu pusaran gemuruh yang luar biasa, Su-to Yan dan Khong Bun terpisah tanpa beradu terlebih dahulu, tenagatenaga mereka telah mementalkan balik tubuh kedua orang itu. Su-to Yan berdiri dengan mata beringas. Khong Bun terpaku dengan rambut kusut awut-awutan, sungguh di luar dugaan, tenaga Su-to Yan saat itu terlalu cepat, betul-betul berada diluar dugaannya. Terdengar lagi geraman Su-to Yan, pedangnya diluruskan, bersama-sama dengan tubuhnya melayang kearah Khong Bun. Khong Bun adalah jago wanita dari Tong hay yang terkenal, ia menggerakkan tangan dengan hanya mengeraskan kekuatan memukul pedang Su-to Yan, Terdengar suara jeritan kaget, Khong Bun terpelanting, hampir terjatuh rubuh ditempat itu, bila tidak cepat-cepat memperbaiki posisi kedudukkannya, Tokh ia sudah terluka. Dengan ilmu Pedang Maya Nada yang disertai dengan perobahan sepuluh macam ilmu Peninggalan jaman purbakala, Su-to Yan mengalahkan Khong Bun. Dengan pedang ditangan, Su-to Yan memandang dengan sinar matanya, tapi ia tidak membunuh wanita itu, biar bagaimana Khong Bun adalah ibu angkatnya. Sang ayah angkat Su In Sing tahu, bagaimana Khong Bun meracuninya, tokh Su In Seng tidak membunuh istri jahat itu. Terlebih Su-to Yan, apa yang sang ayah angkat tidak mau lakukan, tentu tidak mau dilakukan pula olehnya, Dibiarkannya saja Khong Bun berdiri dengan keadaan lesu. Khong Bun menggapaikan tangan, si Biru meluncur datang. Dengan langkah yang berat, dengan hati gundah gulana, Khong Bun lompat naik keatas burung tunggangan itu meluncur balik kearah pulau Tong-hay. Su-to Yan mendapat hasil yang sangat gemilang, itu waktu, Seng-mo Leng Kho Tiok sudah tidak bisa mempertahankan diri lagi, lukanya terlalu hebat, sesudah menyaksikan bagaimana Su-to Yan bisa mengusir Khong Bun, saking girangnya, ia jatuh menggeleser. Terdengar jeritan lengkingan panjang Ie Han Eng. Su-to Yan berpaling, dan rasa terkejutnya tidak kepalang, ia melejit cepat-cepat menghampiri Seng mo Leng Kho Tiok. "Toako, kau mengapa?" Dengan berat, Seng-mo Leng Kho Tiok membuka matanya, napasnya sudah memburu, ia berkata lemah. "Aku sudah tidak berguna, Aku memohon kepadamu, agar dapat ditolong menyempurnakan diriku." "Tidak," Berteriak Su-to Yan," Kau tidak boleh mati." "Takdir tidak bisa ditawar." Berkata Seng mo Leng Kho Tiok lemah. "Kekuatan Khong Bun bukan kekuatan biasa, tidak ada seorang yang bisa menerima serangannya, Kecuali kau! Aku bangga, jika bisa berkawan dengan seorang jago muda yang seperti dirimu, tidak kusangka kemajuan ilmu silatmu sungguh berada diluar dugaan." Su-to Yan juga seorang ahli silat, dengan sepintas lalu, ia mengetahui, betapa beratnya luka yang diderita oleh Seng mo Leng Kho Tiok, tidak mungkin dapat memberi pertolongan. Seng-mo Leng Kho Tiok masih berkata. "Tahukah kau, bahwa akupun bukan seorang baik. Tapi mengapa selalu membela dirimu? itulah takdir, aku bertaruh kepada orang. Dan akhirnya aku bisa memenangkan pertarungan itu." Su-to Yan tertegun, ia tidak mengerti maksud dari kata-kata Seng-mo Leng Ko Tiok tadi. Seng-mo Leng Ko Tiok menyengir, ia berkata lagi. "Ingat kepada lawanku Si hitam Su-mo Min Kho Siong? Aku bertaruh kepadanya, aku memegang dirimu bahwa kau bisa memenangkan keroyokan-keroyokan banyak orang, tapi Su-mo Min Kho Siong tidak percaya. Dikatakan olehnya bahwa kau pasti kalah lambat atau cepat kau pasti kalah. Aku membantah! Tidak mungkin! Su-to Yan tidak mungkin kalah. Demikian-berulang kali aku menolong kesulitan-kesulitanmu. Agar kau tidak kalah, Betul-betul kau tidak mengecewakan jerih payahku. Kau sudah mengalahkan Khong Bun. Maka kau bisa mengalahkan jago yang manapun juga, Kau tidak mengecewakan diriku... Kau tidak mengecewakan diriku..." Semakin lama, suara Seng-mo Leng Kho Tiok semakin lemah, akhirnya kepala sijago tua menjadi teklok, dengan senyuman dikulum, karena merasa sangat puas atas hasil gemilang yang dicapai oleh Su-to Yan, Seng-mo Leng Kho Tiok menghembuskan napasnya yang penghabisan. Rokhnya sijago tua telah melayang, diiringi oleh suara ketawanya yang sangat puas. Seng-mo Leng Kho Tiok menemukan kematiannya membela seorang kawan. untuk Su-to Yan menetes air matanya, ia bersedih atas kerelaan hati Seng-mo Leng Kho Tiok yang membela dirinya, ia bersedih karena ia tidak berdaya menghindari maut yang mengancam kawan tersebut. Ie Han Eng juga menangis, ia turut bersedih, seakan-akan menangisi kepada orang tuanya sendiri. Kiranya, walau mereka berkumpul tidak lama kelihatan, Kelihatan Ie Han Eng sangat suka kepada Seng-mo Leng Kho Tiok, mereka berdua begitu akrab, dan bila ia melepaskan cinta kasihnya kepada Su-to Yan sebagai cinta kasih seorang bakal suami, ia mendapatkan cinta kasihnya kepada Seng-mo Leng Kho Tiok, sebagai seorang yang lebih tua seorang kawan yang sangat memperhatikan dirinya. Kematian Seng-mo Leng Kho Tiok hanya untuk membela kepentingan mereka, bagaimana ia tidak bersedih? Untuk beberapa waktu, mereka mengucurkan air mata kesedihan, mengenangkan jasa Seng-mo Leng Kho Thiok yang telah dicurahkan ke pada umatnya. "Adik Eng," Akhirnya Su-to Yan yang membuka suara lebih dahulu. "Sudahlah, jangan kau menangis lagi, Menangis terus menerus akan memilukan hati sendiri. Seng-mo Leng Kho Tiok toako terluka berat, dimisalkan ia tidak mati, juga sulit untuk menyembuhkannya, suatu waktu malah bisa tersiksa." Didalam hati Su-to Yan bertanya-tanya, siapakah mereka itu ? Diam-diam sipemuda merasa cemas, teringat akan dirinya yang penuh godaan-godaan dunia, jago-jago rimba persilatan mengeroyok dirinya karena sebuah kitab yang tiada arti. Ie Han Eng memandang kearah Su-to Yan dan mengajukan pertanyaan. "Engkoh Yan ada apa lagi ?" "Lihat." Berkata Su-to Yan sambil menudingkan jarinya kearah perahu. "Mungkinkah musuh yang datang?" Bertanya Ie Han Eng. "Lebih banyak musuh, dari pada kawan." Berkata Su-to Yan. Su-to Yan sedang berpikir pikir, didalam tempat yang sangat sunyi yang sepi seperti yang kini ia berdiri, mana mungkin ada perahu yang berlabuh? Perahu itu meluncur cepat sekali, dan datangnya kearahnya, tentu perahu yang mengandung maksud buruk, Mungkinkah mencari kerewelan-kerewelan lagi ? Dikala Su-to Yan masih memikir-mikir, dari atas perahu telah muncul seorang langsung, lompat turun dan menghampiri Su-to Yan. Orang ini tidak terlalu asing, itulah Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu. Sesudah turunnya Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu, tampil lagi seorang, juga tidak asing, orang ini ialah Cit-su Hiat-kun. Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu memperlihatkan senyumannya, ia berkata lebar. "Betul-betul kau berada ditempat ini. Tidak mungkin kita menubruk tempat kosong, Betul, Betul, tidak mungkin kita menubruk tempat kosong." Su-to Yan segera menduga kepada hasil buah ciptaan golongan Biarawati Jaya, Hanya Biarawati jaya yang pandai menggunakan siasat, hanya Biarawati jaya yang pandai memperalat orang, memukul-mukul dengan tenaga orang lain. Bagaimana Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu dan Cit-su Hiat kun tahu? Bahwa dirinya berada ditempat ini. Bilamana bukan berita itu dari Biarawati Jaya? Pasti. tidak salah lagi, kedatangan Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu dan Cit-Su Hiat-kun terpancing oleh siasat Biarawati Jaya. Disatu pihak, Pek-ie Kaucu dan Cit-su Hiat-kun, dilain pihak, Suto Yan dan Ie Han Eng, kedua belah pihak ini sudah berhadapan. "Pek-ie Kaucu, apa maksudmu, selalu mencari urusan denganku?" Demikian Su-to Yan menegur dengan suara tidak senang, Pek-ie Kaucu tertawa, katanya. "Bah, apa perlu aku harus mengulang kata-kataku." Su-to Yan betul-betul tidak mengerti. apa maksud tujuan Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu yang terus menerus mencari dirinya? Mungkinkah bertujuan kitab ilmu pedang Maya Nada ? "Pek-ie Kaucu," Berkata lagi Su-to Yan. "Beranikah kau menjawab pertanyaanku secara terus terang ?" "Apa yang hendak kau tanya akan. Lekas ucapkan." "Pek-ie Kaucu. apakah sudah kau perhitungkan dengan hanya mengandalkan tenaga kalian berdua dengan hanya didampingi oleh Cit-su Hiat-kun, kau sudah pasti? Mempunyai pegangan kuat untuk memenangkan diriku ?" Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu melengak, tidak menduga sama sekali, bahwa Su-to Yan berani mengucapkan kata-kata begitu temberang. Meskipun ia tahu kepandaian sianak muda cukup tinggi, tapi belum tentu bisa menandingi keroyokannya ia dan Cit-Su Hiat-kun. Dengan dalih apa, Su-to Yan mengucapkan kata-kata seperti tadi ? Cit-Su Hiat kun juga merasa mendongkol ia turut bicara. "Bocah, jangan sombong! Dengan ilmu kepandaianmu ini, minta dikeroyok oleh dua orang? Phui tidak tahu malu." "Bagus." Rajawali Lembah Huai Karya Kho Ping Hoo Geger Solo Karya Kho Ping Hoo Si Tangan Halilintar Karya Kho Ping Hoo