Pedang Wucisan 4
Pedang Wucisan Karya Chin Yung Bagian 4
Pedang Wucisan Karya dari Chin Yung Gerakan Su-to Yan hanya terlambat satu detik dari kawannya, tapi ia tiba lebih dahulu, tangannya terjulur, mengkait leher baju si penunggang kuda berkerudung. Dikala jarinya hampir mengenai sasaran, hidung Su-to Yan yang lihay dapat mengendus sesuatu yang aneh, kepalanya agak pusing. "Celaka!" Ia mengeluh. Cepat-cepat membatalkan serangan, menarik diri jauh-jauh. Su-to Yan melirik kearah Sie An, terlihat kawan itu sudah jatuh menggeletak, lawan mereka menggunakan racun. Dia berteriak. "Awas! Musuh menggunakan gas racun!" Cin Bwee yang hendak menggusur kusir kereta menarik diri, dia lebih tahu bahaya, maka sangat berhati-hati. Tubuh Sie An sudah jatuh menggeletak Su-to Yan juga mengendus semacam bau harum, cepat cepat ia menutup jalan pernapasannya. Dua penunggang berkerudung berpisah, mereka mengancam Suto Yan, maksudnya hendak menangkap pemuda itu. Su-to Yan telah menutup jalan pernapasan, obat bius tidak mengganggu ketenangan pikirannya, dengan menggunakan ilmu cengkraman Maut Thian-mo-nie-hu-cauw, dengan satu tangan satu, ia menyengkelit kedua orang itu. Cin Bwee turut memburu datang, orang-orang berkerudung tidak berhasil membius Su-to Yan, untuk melawan si jago pedang Baru, tentu tidak mungkin. Mereka bersuit, melarikan diri ! Karena iapun menggelinding cepat, Su-to Yan dan Cin Bwee memeriksa keadaan Sie An, sipendek merapatkan kedua matanya, telah diusahakan untuk menyadarkan kawan itu, mereka tidak berhasil. Su-to Yan menengok kearah kereta. Sudah jauh, memasuki kota. Terdengarlah teriakan Cin Bwee. "Celaka, Sie toako keracunan, Lekas kau kejar mereka, meminta obat pemunahnya." Su-to Yan ragu-ragu, memandang Cin Bwee sebentar, dan berkata kepada gadis itu. "Baik-baik kau menjaga Sie toako, aku hendak mengejar mereka." Su-to Yan mengejar orang-orang berkerudung, dia tidak takut kehilangan jejak mereka, waktu itu sudah agak gelap, orang-orang yang berjalan sangat sedikit, masih terlihat bayangannya kereta aneh itu, dia meluncur diantara jalan-jalan kecil. Menikung disuatu persimpangan jalan, Su-to Yan kehilangan jejak kereta yang dikejar! Hatinya sangat gelisah, bila tidak cepatcepat mendapatkan obat penawar racun, keadaan Sie An sangat membahayakan jiwa jago itu. Dia membikin pemeriksaan yang lebih teliti, kini sudah berdiri didepan sebuah pintu besar yang dicat merah, itulah pekarangan suatu bangunan yang agak besar. Keadaan bangunan itu sangat sepi dan sunyi, diduga keras bahwa kereta misterius yang dikejar telah berada didalam bangunan megah ini. Su-to Yan berpikir. "Mungkinkah kereta itu masuk kedalam rumah ?" Mengingat waktu yang sangat mendesak, memikir keadaan luka Sie An yang harus cepat-cepat mendapat pengobatan, tanpa memberi tahu atau mengetuk pintu lagi, Su-to Yan lompat ke atas tembok dari bangunan rumah itu. "Hut ...Hut..." Dua bayangan saling susul menyusul datangnya pemuda itu. Kecepatannya tidak dapat dilukiskan dengan pena. Su-to Yan telah siap, dengan tipu Cui-pie-chiu, dia menolak dua serangan tadi. Terdengar gedebruknya benda keras, dua tubuh orang yang menyerang dirinya telah dibanting jatuh. Matanya memandang keadaan pekarangan depan dari bangunan itu, kereta yang sedang dikejar telah berhenti dipojok, tidak, salah masuk, Hatinya menjadi lega. Empat orang berbaju hitam telah mengurung Su-to Yan. Si pemuda meletakan. kakinya ditanah, memberi hormat kepada mereka dan berkata. "Majikan kalian ada dirumah ?" Empat orang berbaju hitam menyerang semakin gencar, dua kawan mereka telah dilukai inilah sakit hati, mereka hendak menuntut ganti rugi, dan langkah pertama harus menjatuhkan lawannya. Su-to Yan menangkis beberapa kali, dia harus lebih berhati-hati. Karena yang hendak ditemukan berada dalam pekarangan rumah itu, hal ini bukan berarti ia harus bermusuhan dengan tuan rumah, besar kemungkinan salah seorang tamu dan penghuni rumah itu. Agar tidak menanam banyak permusuhan, ia berteriak lagi. "Dimanakah tuan rumah ?" Orang berbaju hitam tidak memberi jawaban, muncul lagi enam orang, jumlah mereka tepat angka sepuluh dan semua mengurung sipemuda. Su-to Yan tidak gentar, bila ia mau, dengan beberapa jurus, ia dapat membunuh atau melukai orang-orang itu. Tapi ia cukup sabar. Bukanlah suatu langkah bijaksana untuk mengembangkan pembunuhan-pembunuhan atau menjalankan ilmu silat sendiri. "Hei, siapakah yang menjadi tuan rumah?" Ia mengulang pertanyaannya. Jumlah orang-orang berbaju hitam semakin besar, satu persatu bermunculan di pekarangan yang memang cukup luas untuk di gunakan sebagai medan pertempuran, satu persatu mencampurkan diri mereka kedalam gelanggang! Su-to Yan melayani keroyokan orang berbaju hitam. Merangsek mereka, setapak demi setapak, ia melangkahkan kaki ke tanah bagian dalam. tidak seorang pun yang dapat menghadang perjalanannya. Tangannya di rentangkan, dengan tipu silat dari jaman purbakala yang sudah hampir di lupakan orang, dengan Tiga Belas jari Mengkuasai Alat Pie-pa, Pie-pa-cap sa-san-chiu, dia mengirim beberapa kaitan, di dalam sekejap mata sembilan orang berbaju hitam telah di terbangkan. "Hut....Hut...!" Dua kali pukul lagi, dia bisa mengusir semua orang. Kakinya di ayun, hendak masak ke dalam ruang tengah rumah itu. Terdengar satu suara yang tertawa gelak-gelak, di susul oleh munculnya satu bayangan tinggi besar, meluncur dan memapaki kehadiran nya Su-to Yan. Mereka mengadu tangan. Hasil dari perpaduan itu sangat mengejutkan Su-to Yan, juga mengherankan orang tua yang bersangkutan, dia adalah orang tinggi besar itu. Untuk pertama kalinya dia menjumpai jago muda yang mempunyai kekuatan tidak muda. Su-to Yan menduga kepada tuan rumah ia berteriak. "Cianpwee yang menguasai rumah ini?" Orang tua tinggi besar itu tertawa bergelak-gelak. "Ha...ha...!" Ia membuka suara. "Ingin berjumpa dengan orang yang berkuasa di dalam rumah ini?" "Betul !" "Untuk berjumpa dengannya, kau harus menjatuhkan aku lebih dahulu," Berkata orang tua itu. Dia mengenakan pakaian warna hijau. "Siapa kau?" Bertanya Su-to Yan. "Aku adalah Cang-leng Bangsat," Berkata orang itu. "Kepala keamanan dari tuan rumah ini." Su-to Yan menjadi gentar, seorang penjaga pintu mempunyai tenaga latihan yang seperti Cang-leng Bang-Sat? Sampai dimanakah ilmu kepandaian tuan rumah? siapakah jago silat itu? Dia memperhatikan wajah orang tua itu. tidak ada keistimewaannya, wajah itu penuh jembros, hidungnya bengkung, matanya besar, pelipisnya cekung kedalam, menandakan betapa tinggi tenaganya. "Cang-leng Bang-Sat berkata. "Bagaimana? Kau hendak bertemu dengan majikanku?" Su-to Yan menganggukkan kepala. "Tolong beritahu kedatanganku," Ia berkata. "Ha, ha,.,." Cang-leng Bangsat berkata. "Sudah kukatakan, hendak bertemu dengannya, Kau diwajibkan mengalahkan aku. Orang dusun yang tidak berkepandaian dilarang mengganggu ketenangannya." Su-to Yan marah besar, dia dicemohkan sebagai orang dusun yang tidak berkepandaian? Hmm! Siburuk ini belum tahu ilmu kepandaiannya. Bila ia mau, begitu pedang baru keluar dari sarungnya, mana mungkin sicongkak mengelakkan kematian? Dia tersenyum-senyum. "Baik, Aku segera menyerangmu. Sudah bersediakah menerima serangan?" Su-to Yan hendak memberi hajaran kepada orang ini. "Selalu." Cang-leng Bangsat menantang, Tanpa banyak rewel, Su-to Yan membuka serangannya dengan satu lompatan kesamping,tangannya menyodok perut. Cang-leng Bangsat bukan manusia lemah, dia juga menangkis sambil menotok jalan darah Ki-bun-hiat. Su-to Yan menggunakan cengkeraman maut Thian-mo-nie-huncauw, yang mana ditangkis oleh satu lompatan jauh oleh orang itu. Maksud si pemuda hendak mengejar, dan terkilas bayangan Sie An yang terluka, ia harus memburu waktu, menggunakan kesempatan ini, dia menerjang masuk kedalam ruang tengah dari rumah besar itu. Cang-leng Bang-Sat kaget, dengan mengeluarkan suara teriakan, ia memukul punggung Su-to Yan. Su-to Yan sudah siap siaga, tanpa menengok lagi, sepasang tangan dikibaskan kebelakang, menangkis serangan itu, Dengan cara ini ia menambah kelajuan dirinya. Dia sudah berada diruangan tamu, disana berkumpul banyak orang, semua mata ditujukan dan diarahkan kepadanya. Orang yang msngepalai orang-orang ini adalah seorang gadis cantik, berpakaian hijau, dia sedang mengadakan rapat, munculnya Su-to Yan juga mengejutkannya. Siapakah gadis itu? Dia adalah sipedang Emas Jie Ceng Peng! Pertemuan dengan Jie Ceng Peng sangat mengejutkan Su-to Yan. Ternyata orang yang memiliki gedung besar adalah sinona Thian-lam Lo sat? inilah salah satu markas dari golongan mereka. Jie Ceng Peng pernah menanam budi kepada dirinya, bagaimana ia dapat menempurnya? Dikala Su-to Yan memandang Jie Ceng Peng gadis yang bersangkutanpun memandang pemuda itu, dengan memberikan suatu kerlingan mata yang menarik, dia berkata. "Ooo. Su-to kongcu yang datang? Ada urusan apa?" Su-to Yan sedang mengenangkan kejadian diatas sungai Tiangkang, bila tidak ada pertolongan sigadis ini, dia telah menjadi mayat terapung diatas permukaan sungai. Mendapat teguran tadi, cepat cepat ia berkata. "Maaf, nona Jie, bila kedatanganku mengganggu rapat kalian." "tidak mengapa." Berkata Jie Ceng Peng. "Ada urusan apa? Katakanlah saja." "Terus terang, aku hendak meminta obat pemunah racun." "Untuk siapa, kongcu?" "Untuk seorang Sahabat, dia mendapat serangan racun anak buahmu." "Ada kejadian itu?" "Bertanyalah kepada mereka yang ada didepan." Berkata Su-to Yan, Jie Ceng Peng memanggil seorang berbaju hitam, mereka berkasak kusuk sekian lama, dan Sinona memberi perintah kepada orang itu untuk mengadakan penyelidikan. tidak lama, orang itu balik kembali, dia memberi laporan kepada sang majikan. Jie Ceng Peng menganggukkan kepala, Dia memandang Su-to Yan. "Maaf, Su-to kongcu." Berkata si gadis yang menunjukkan sikapnya yang sangat ramah wajahnya semakin manis. "Mereka telah berani berlaku kurang ajar, akan kuberikan hukuman yang setimpal, Obat penawar racun akan kuberikan kepadamu." Su-to Yan cepat mengucapkan terima kasihnya. "Tunggu dulu." Berkata Jie Ceng Peng. "Aku bersedia memberikan obat itu. Disini masih banyak cianpwee-cianpwee yang mempunyai tingkat derajat diatasku, mungkin mereka tidak puas, Beginilah kuatur, akan kulayangkan obat itu kepadamu, bagi mereka yang tidak puas diperbolehkan merebutnya, bila kau berkelit menghindari rebutan itu, obat boleh kau bahwa pergi. Sebaliknya, bila kau tidak berhasil menyanggah obat, sehingga direbut oleh orang, Akupun tidak berdaya." Su-to Yan menganggukkan kepala, dia menyetujui usul itu. Jie Ceng Peng telah mengeluarkan obat yang diminta oleh Su-to Yan. Dia sudah bersiap-siap untuk melontarkannya. Tiba-tiba masuk seseorang, dia adalah Cin Bwee, diatas punggungnya tergembol seorang, itulah si pendekar pedang Bayangan Sie An. Sie An masih belum sadarkan diri, keadaannya tidak mengalami perubahan. Jie Ceng Peng mengkerutkan alis, dia marah kepada penjagaanpenjagaan anak buahnya yang dianggap kurang ketat. membiarkan lawan memasuki ruang siang. Su-to Yan memandang Cin Bwee. "Eh, bagaimana kau berhasil menyusul aku sampai di tempat ini?" Ia heran. Cin Bwee melihat Situasi ditempat itu, hadirnya Jie Ceng Peng sangat menjengkelkan dirinya, ditegur oleh sang kawan, ia semakin bersungut-sungut. "Bagaimana kau berhasil menyusulnya sampai ditempat ini?" Ia menggunakan kata-kata orang mengulang pertanyaannya, Sangkanya, Su-to Yan mengintil dibelakang Jie Ceng Peng, Melupakan pengambilan obat penawar racun. Su-to Yan tersengit. Cin Bwee telah salah mengerti. Dia wajib memberi penjelasan. "Aku hendak meminta obat penawar racun, jangan kau memikir yang bukan-bukan." Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ia berkata. "Huh! Siapa yang memikir yang bukan-bukan?" Cin Bwee menjebikan bibirnya. Kemudian, dia menyodorkan tangan kearah Jie Ceng Peng. "Hei,kita orang datang untuk meminta obat penawar racun," Ia berkata tanpa tedeng laing-laing lagi. Jis Ceng peng berkata. "Bertanyalah kepada dia, adakah aku menolak permintaannya ?" Dia menunjuk kearah Su-to Yan. Sipemuda semakin canggung, Untuk menghindari diri dari ketidak serasian itu, cepat-cepat Su-to Yan berkata. "Serahkanlah obat itu." Jie Ceng Peng mengacungkan obatnya, suatu tanda bahwa dia tidak mempunyai hati untuk mempersulit Su-to Yan. "Nah, bersiap-siaplah." Su-to Yan telah bersiap-siap. Seorang hweshio yang duduk dipojok ruangan bangkit berdiri, dia hendak menguji kecepatan tangan Su-to Yan. Dikala obat itu dilemparkan, dia hendak merebutnya. Jie Ceng Peng melemparkan obat, sangat perlahan sekali. Su-to Yan sudah menyedot napas dalam-dalam dia menyerobot obat tersebut. Hweeshio berjubah kuning itu turut bergerak. Mereka bertemu ditengah jalan, Su-to Yan tidak berani lengah, adanya gangguan telah di perhitungkan lebih dulu, ilmu Kabut Hijau It-bok-cin-khie menjaga diri dan dengan cengkeraman Maut Thianmo-nie-hun-caw, dia hendak mencakar tangan hweeshio itu. Hweeshio berjubah kuning bernama Kim Pun Ceng, dia bermukim di gunung Thian-tay-san namanya pernah menggemparkan rimba persilatan itulah kejadian yang telah berselang dua-puluh tahun, Kini dia menampilkan dirinya kembali. Kim Pun Ceng tidak puas kepada sikap Jie Ceng Peng yang dianggap terlalu merendahkan gengsi Thian-lam Lo-sat, maka dia menampilkan diri. Maksudnya hendak merebut mengangkat naik derajatnya. obat itu, maka dia dapat Kabut hijau Su-to Yan sangat mengejutkan, lebih-lebih serangan cengkeraman Maut Thian-mo-nie-hun-cauw, dari dua ilmu yang di perlihatkan oleh lawannya, dia tidak boleh mendekati tempattempat disekitar obat itu, cepat-cepat Kim Pun Ceng menarik diri. Su-to Yan meraih obat. Kim Pun Ceng gagal dengan rencana pertama, disusul dengan rencananya yang kedua, dia menyedot hawa, dan menghembuskannya keras, kedua tangan didorong kedepan, membawa angin-angin itu, memukul ke arah obat, maksudnya membuyarkan harapan Su-to Yan untuk memiliki obat, dengan pukulan angin kosong, dia hendak memberantakannya. Mata Su-to Yan berkilat-kilat, dia tidak akan membiarkan obat dipukul hancur oleh kekuatan Kim Pun Ceng, tangan kirinya dijulurkan kesamping, cepat dan gesit, seolah belut bermain dilumpur,, badannya merendah ke bawah dan dari situ mumbul cepat, memotong tangan Kim Pun Ceng. Wajah Kim Pun Ceng berubah, itulah ilmu tipu Pendekar Silat Raja Sesat Ciok Pek Jiak, Bagaimana berpindah kepada anak muda yang berada dihadapannya? Bila ia tidak menarik ke dua tangan, pasti akan menderita cacad. Cepat-cepat Kim Pun Ceng membatalkan serangan, tubuhnya mundur jauh. Su-to Yan berhasil mendapatkan obat penawar racun, ia mengundurkan diri, takut diserang oleh orang lainnya. Kim Pun Ceng mendelikkan mata, dia membentak. "Hei, bagaimana hubunganmu dengan Ciok Pek Jiak?" Su to Yan telah berhasil mendapatkan obat penawar racun, dia tidak menghiraukan bentakan Kim Pun Ceng, tugasnya menolong Sie An, dan tangan membawa obat itu, dia menerima Sie An dari tangan Cin Bwee. Kemudian memandang Jie Ceng Peng dan bertanya. "Bagaimana cara-cara penggunaan obat ini?" "Pasang didepan hidungnya, dia segera sembuh." Berkata gadis itu. Mengikuti petunjuk si pedang Emas Jie Ceng Peng, Su-to Yan berhasil menyadarkan Sie An. Setelah itu, dia bangkit kembali. Kim Pun Ceng belum mendapatkan jawaban, untuk menghilangkan keragu-raguannya, sekali lagi ia membentak. "Hei, bagaimana hubunganmu dengan Ciok Pek Jiak?" Su-to Yan belum sempat menjawab Jie Ceng Peng sudah memberi perintah. "Antar rombongan Su-to kongcu keluar." Su-to Yan memberi hormat. "Budi nona Jie tidak akan kami lupakan." Sie An baru siuman dari nyenyak tidurnya, mendengar disebutnya nama nona Jie itu, dia segera teringat kepada si Pedang Emas Jie Ceng dari golongan Thian lam Lo-sat, ternyata dirinya hampir jatuh kedalam tangan orang-orang dari golongan itu, dia sangat marah sekali. Su-to Yan mengajak Cin Bwee dan Sie An untuk meninggalkan ruangan itu. Cin Bwee sudah siap meninggalkan ruangan, semakin cepat, semakin aman baginya untuk menjaga Su-to Yan dari rebutan Jie Ceng Peng. Tiba-tiba Sie An berteriak. "Tunggu dulu." Su-to Yan memandang sang kawan, kemudian menoleh kearah Cin Bwee. Cin Bwee berakal panjang, segera dapat menduga, keonaran apa yang hendak dilakukan oleh si gemuk pendek, dia lebih senang keramaian pada ketentraman apa lagi keonaran yang hendak dilakukan oleh Sie An kepada Jie Cie Peng, pertanyaan mata Su-to Yan dijawab dengan satu senyuman. Su-to Yan memandang kearah Sie An. "Ada apa?" Dia bertanya. Sie An memberikan penyahutan yang berada diluar dugaan Su-to Yan. Katanya. "Aku Sie An belum mengucapkan terima kasih kepada nona Jie, bagaimana harus pergi begitu saja ?" Jie Ceng Peng sedang berpikir-pikir, siapakah manusia gemuk ini? Mendengar Sie An menyebut nama sendiri, gadis itupun terkejut. Seperti inilah si Pedang Bayangan Sie An? Dia menunjukkan sikapnya yang agung, dia adalah pemimpin dari jago-jago yang berada ditempat itu, sudah wajib mempertahankan keagungannya. "Ada sesuatu yang membingungkan Sie tayhiap?" Ia bertanya. Sis An menganggukkan kepalanya. "Kecuali mengucapkan terima kasih, ada sesuatu yang hendak kutanyakan kepadamu." Dia berkata. "Apakah persoalan yang Sie tayhiap hendak ajukan ?" "Persoalan yang menyangkut dengan pedang In-liong." "Pedang In-liong ?" "Ng ..,Pedang In-liong yang kau ambil dari tangan saudara Suto Yan." Alis mata Jie Ceng Peng berjengkit, dia berkata. "Urusan padang In-liong adalah urusan Su-to kongcu dengan urusanku, ada hubungan apa dengan urusanmu ?" Sungguh aneh dengan alasan apa si Pedang Bayangan Sie An mengadakan gugatan soal pedang In-liong ? Jie Ceng Peng tidak puas. Sie An berdengus, dia berkata. "Hm, apa kau kira pedangku tidak cukup tajam untuk bertanding ?" Sie An mulai menantang blak-blakan. "Bagus." Berkata Jie Ceng Peng. "Berani kau memandang rendah golongan kami, kau kira Thian-lam Lo-sat sudah kehabisan orang? tidak ada yang dapat menandingimu ?" Sie An tertawa terbahak-bahak, Dia mengeluarkan pedangnya. "Aku Sie An sedang bersiap-siap untuk menerima tantangan para jago dari golongan Thian-lam Lo-sat." Sie An penasaran, masakan dia ditaburkan racun, hanya satu gebrak, dia dikalahkan orang, bila bukan Su-to Yan yang meminta obat anti racun itu, bagaimana ia meneruskan usahanya yang hendak menampilkan diri? Kemarahan itu dijatuhkan kepada Jie Ceng Peng. Jie Ceng Peng pernah dengar nama si Pedang Bayangan Sie An dari daerah Tiang-pek, itulah jago pedang yang tidak boleh dipandang ringan. Didalam ruangan itu, kecuali dirinya mungkin tidak ada orang kedua yang sanggup menundukkan si manusia pendek. Haruskah dia turun tangan sendiri? inilah yang meragu-ragukan dirinya. Kim Pun Ceng menampilkan diri. "Nona Jie. biar aku yang menghadapinya." Dia meminta ijin. Jie Ceng Pang menjatuhkan pilihannya kepada Kim Pun Ceng, dia sedang berpikir-pikir, bagaimana meminta hweshio itu mewakili dirinya, memberi hajaran kepada Sie An. Disaat itu juga Kim Pun Ceng meminta tanda tempur, Jie Ceng Peng menganggukkan kepala. "Berhati-hatilah menghadapinya," Ia memberi peringatan Kim Pun Ceng menghadapi Sie An. "Biar kedua telapak tanganku yang melayani kau bermain-main untuk beberapa jurus." Dia berkata. Sie An mengeluarkan suara bentakan. "Sebutkan namamu." "Kim Pun Ceng dari Ngo-tay-san." Wajah Sie An berubah, nama Kim Pun Ceng pernah menggemparkan rimba persilatan walau telah berselang sampai dua puluh tahun, nama itu masih disebut oleh beberapa orang. Kalau ia harus berhadapan muka dengan orang tersebut, bagaimana tidak terkejut. Kim Pun Ceng tertawa terkekeh-kekeh. "Bagaimana?" Ia menantang. "Masih hendak bertanding ?" Kemarahan Sie An mengalahkan tekanan nama seram hweesio itu, matanya liar kembali, diapun bukan manusia tanpa nama, siapakah yang tidak tahu kepada pedang Bayangan Sie An? "Ha, ha, ha,.," Sie An tertawa. "Nama Kim pun Ceng pernah menciutkan hati orang. Kejadian itu telah terjadi dua puluh tahun yang lalu, bukan hari ini. Generasi muda telah menggantikan semua kedudukan generasi tua, sudah waktunya kau mendapat apel pensiunan, hari ini sudah bukan jamanmu lagi, berlakulah tahu diri, Ha ha, ha..." Cin Bwee turut berteriak. "Lawan Sie toako, kami berdua tidak akan tinggal diam, dua Kim Pun Ceng lagi boleh mereka tampilkan." Su-to Yan mendelikkan mata, dia menatap sang kawan yang sering usil. Seolah-olah tidak melihat larangan itu, Cin Bwee memandang kelain tempat. Kim Pun Ceng tidak dapat menahan kemarahannya, tanpa bicara dan mengayun tangan, mengirim delapan kali pukulan. Sie An melompat kesamping, dia masih mengejek. "He, he he... Kemanakah senjata mangkuk emas ?" Delapan kali ia menghindari pukulan-pukulan Kim Pun Ceng. Nama Kim Pun Ceng berarti padri mangkuk Emas, hal itu disebabkan oleh Senjata si-hweesio yang tidak lepas dari sebuah mangkuk Emas, mangkuk tersebut sering digunakan sebagai tempat untuk sedekah, juga dapat digunakan sebagai senjata, demikianlah asal mulanya nama Kim Pun Ceng. Sie An mendapat gelaran Pendekar Pedang Bayangan, mudah diduga, betapa lihaynya ilmu meringankan tubuhnya, bila ia tidak dapat mengelakkan serangan tangan kosong, apa guna ia menampilkan diri didaerah Tionggoan? Kim Pun Ceng terlalu percaya kepada kepandaian diri sendiri. inilah kecongkakkan, kecongkakkan seseorang akan mengakibatkan kegagalan demikian juga keadaan Kim Pun Ceng, namanya pernah menggemparkan rimba persilatan anggapnya dunia ini tidak berputar, tetap seperti sedia kala, dia mendapat nama, tidak ada orang yang baru menggantikan kedudukannya, kekalahannya dibawah Su-to Yan belum memelekkan matanya, dia belum sadar akan kesalahan itu, masih membawakan sikapnya yang sok agung, melawan Sie An dengan tangan kosong. Menyusul delapan kali pukulan-pukulannya, dia maju lagi, mengirim sembilan jotosan-jotosan, lebih cepat dan lebih keras, lebih banyak mengandung parubahan-perubahan tipu silat luar biasa. Sie An hendak mempermainkan orang, sengaja memperolokolok, maka keseimbangan kondisi Kim Pun Ceng terganggu, bila pikiran seseorang yang terganggu, dia lebih mudah terkalahkan. Pedang Sie An dilayangkan, melayani sembilan jotosan. Kim Pun Ceng sadar dari kesalahannya, setelah hawa dingin pedang Sie An melayang-layang dikanan dan kirinya, diatas dan dibawah kakinya. Didalam sekejap mata, sembilan jotosannyapun telah dilontarkan semua, kini dia berada dipihak yang terdesak, Tangan merogoh saku, hendak mengeluarkan mangkuk Emas. Karena itu, Sie An mendapat kesempatan, pedang kekelewangan, mengirim empat tebasan. Kim Pun Ceng tidak mempunyai kelebihan tangan, terpaksa lari jauh kebelakang, melesat mundur. Sie An tidak mengejar, dia tertawa tergelak-gelak. "Ha, ha, ha, ha..." Disaat yang sama, Kim Pun Ceng telah mengeluarkan senjatanya, itulah mangkuk emas, dengan membawa desiran suara yang mengaum-ngaum, dia menerjang datang. Sie An menangkis burung pedang. Traannggg... Dua macam senjata beradu, mereka saling melotot. Lagi-lagi Kim pun Ceng menggeram, dikedepankan menelungkup kepala lawan. mangkuk emas Sie An meninggikan pedang. Trangg... Lagi-lagi mereka mengadu kekuatan, tidak seorangpun dari mereka yang mundur kebelakang, sama kuat! Tangan Sie An agak kesemutan, tiga kali lagi mangkuk emas memukul kearahnya, pasti dia tidak sanggup bertahan. Kim Pun Ceng mempunyai perasaan yang sama, tenaganya telah dikerahkan penuh. sangat lelah, tidak sanggup untuk mengirim tiga pukulan mangkok Emas lagi. Mereka saling menunggu reaksi lawan. Sie An dapat menduga kekuatan lawan itu, dia menantang. "Masih ingin mengadakan adu pukulan?" Kim Pun Ceng berdengus. "Mangapa tidak ?" Dia sudah bersiap-siap. Jie Peng Ceng pertempuran. mengulapkan tangan, dia menghentikan "Tahan!" Suara sigadis bergema sehingga seluruh ruangan, sangat agung sekali. Kemudian memandang Sie An, mengeluarkan pedang In-liong, dimainkannya sebentar dan menantang si pendekar pedang Bayangan. "Sie tayhiap, dengan kekuatanmu disaat ini, masih sanggupkah merebut pedang dari tanganku?" Sie An berusaha untuk menggerakkan bibirnya, bagaimana ia dapat membuka mulut, sedangkan kekuatannya sudah tiada? Si Pendekar pedang Emas Jie Ceng Peng adalah jago Thian-lam Lo-Sat, ilmu kepandaiannya berada diatas Kim Pun Ceng, dapatkah dia memenangkannya? Gugatan pedang In-liong segera berakhir sampai di disitu. Jie Ceng Peng tersenyum, dia berkata. "Kukira Su-to kongcu berat kepada pedangnya, maka dia mengutus kau mengadakan gugatan? Baiklah !" Dan dia berpaling kearah Su-to Yan. "Su-to kongcu." Suara Jie Ceng sangat merdu. "Aku Jie Ceng Peng tidak ada niatan untuk mengangkangi milik orang, apa lagi benda-benda kesayanganmu ambillah." Pedang In-liong disodorkan kedepan. Su-to Yan sedang memikir-mikir, apa yang terkandung didalam arti kata-kata Jie Ceng Peng tadi? Dia belum dapat menebaknya, Bingung di tempat, dan tidak menyambut pedang itu. Jie Ceng Peng berkata lagi. Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Terimalah. Kuharap Su-to kongcu tidak melupakan, bahwa padang In-liong didapat kembali atas kebijaksanaan Jie Ceng Peng." Su-to Yan menyambuti pedang itu. "Terima kasih." Sahutnya hampir tidak terdengar. Cin Bwee menjebikan bibir, Sie An membelalakan mata. Jie Ceng Peng berkata lagi. "Berhati-hatilah menjaga pedang In-liong, dia menyangkut erat dengan ilmu pedang Maya Nada, Banyak orang yang mengintil di belakangnya." Sekali lagi Su-to Yan mengucapkan terima kasih. Mengajak Cin Bwee dan Sie An, mereka meninggalkan gedung Thian-lam Lo-Sat. Jie Ceng Peng telah memberi perintah kepada orangnya, agar tidak mengganggu ketiga tamu itu. Su-to Yan keluar tanpa gangguan. Pedang In-liong telah didapatkan kembali, itulah jasa Sie An yang berani mengadakan gugatan, itulah budi Jie Ceng Peng yang ingin menarik simpatik Su-to Yan. Su-to Yan, Cin Bwee dan Sie An melakukan perjalanan. Masingmasing memikirkan kejadian yang belum lama mereka alami. Su-to Yan berterima kasih kepada Jie Ceng Peng, pedang In-liong telah dikembalikan kepada dirinya, suatu kejadian yang tidak pernah diimpikan sama sekali. Bila menggunakan kecerdikan otak dan menggunakan ilmu kepandaian silat, tidak mungkin dia dapat merebut pedang, barang yang sudah berada ditangan si gadis yang lihay. Sie An tidak mengerti kepada sikap yang dibawakan Jie Ceng Peng, dengan alasan apa, jago Thian-lam Lo-Sat itu mengabulkan gugatannya? Mungkinkah takut kepada nama pendekar pedang Bayangan? Hal ini tidak mungkin terjadi. Cin Bwee cemburu dan benci kepada Jie Ceng Peng, didalam biang apapun, dia tidak dapat menandingi saingan itu, bagaimana harus merebut hati Su-to Yan? Suatu ketika, Su-to Yan menengok ke arah kawan itu, melihat wajah Cin Bwee yang tidak bercahaya, dan maklum akan kemurungan hati si gadis. Untuk memberi hiburan, Su-to Yan berkata. "Seharusnya kau bergembira, karena aku berhasil mendapatkan pedang In-liong kembali, mengapa membawakan sikap seperti itu?" "Hmm, tentu saja kau gembira." Berkata Cin Bwee. Su-to Yan seperti disiram oleh air dingin. "lnilah kegembiraan kita bersama." Ia berkata. "Siapa yang kau maksudkan dengan kita itu? Kau, Jie Ceng Peng dan Ie Han Eng?" -ooo0dw0ooo- Jilid 5 CIN BWEE mengucek-ngucek matanya, Dia menangis, melarikan diri kedepan, meninggalkan Su-to Yan dan Sie An. Gadis itu sedih mengenangkan nasib dirinya, ilmu kepandaian-nya berada dibawah Jie Ceng Peng, kecantikannya berada dibawah Jie Ceng Peng, kepintaran dan kecerdasan otaknyapun berada dibawah Jie Ceng Peng, mana mungkin Su-to Yan cinta kepadanya? Cin Bwee lari masuk kedalam rimba, meninggalkan dua kawannya. Su-to Yan dan Sie An saling pandang. "Hei..." Su-to Yan berteriak. Tapi bayangan Cin Bwee sudah lenyap dari pandangan mata. Sie An menyengir-nyengir. Berunding sebentar, Su-to Yan dan Sie An mengejar gadis itu. Kecepatan Cin Bwee sangat luar biasa, dia bergerak lebih dahulu. tentu saja dapat meninggalkan kedua orang itu. Apalagi memasuki daerah rimba, Su-to Yan tidak berhasil mengejarnya. Su-to Yan terpekur dibawah pohon besar. Sie An menepuk pundak kawan itu. "Saudara Su-to," Ia berkata. "Mengapa bengong seperti orang sakit ingatan ? Ha-ha-ha... sebagai laki-laki, kita tidak perlu takut kehilangan kawan wanita, Mengapa memikirkan yang bukan-bukan ? Hilang Satu, dua kita dapatkan, hilang dua, tiga kita cari kembali hilang tiga, kita pilih lagi empat gadis yang..." Kata-kata Sie An terputus oleh munculnya seorang wanita yang setengah umur, wanita itu segera membentak. "Orang she Sie, mengapa kau mengucapkan kata-kata yang melantur kemana-mana." Ditegur secara blak-blakan, Sie An melengak. Wajahnya jadi merah karena jengah. "Kau siapa?" Tanya Sie An, dia mendahului Su-to Yan yang sudah bersedia membuka mulutnya, untuk menanyakan asal-usul wanita setengah umur itu. "Aku Cu Ciu Nio dari Kun-lun-pay." Wanita setengah umur memperkenalkan diri sikapnya sangat tawar. Sie An dan Su-to Yan terkejut. Si seruling Kumala Cia Ciu Nio berkepandaian tinggi, dialah guru Cin Bwee. Cepat-cepat Su-to Yan mengunjuk hormatnya. Cia Ciu Nio membalas hormat itu. "Saudara Su-to, ada suatu yang hendak ku ketahui." Berkata Cia Cin Nio. "Betulkah bahwa gurumu itu bernama Ciok Pek Jiak ?" Su-to Yan menganggukkan kepala. "tidak salah." "Ada sesuatu yang tidak cocok." Berkata Cia Cin Nio. "Dimanakah letak ketidak cocokkan itu?" "Pendekar Raja Sesat Ciok Pek Jiak mengembangkan ilmu silat dikedua telapak tangan, sedangkan kau lebih mahir menggunakan pedang, dua macam ilmu yang tidak bersamaan bukan?" "ilmu pedang bukan kudapat darinya." Su-to Yan memberi keterangan. "Ng.... Berhati-hatilah. Gurumu itu menanam banyak bibit permusuhan, kukira mereka tidak mau mengerti, kau harus berhatihati melakukan perjalanan." "Terima kasih, Cianpwee telah bertemu dengan Cin Bwee?" "Ng. Dia menantikanmu ditempat itu." Seruling Kumala Cia Ciu Nio menunjukan kesuatu tempat. Su-to Yan minta permisi dan meluncur ke arah Cin Bwee. Su-to Yan memasuki rimba, tidak jauh dari mana dia berada, terlihat dari bayangan seorang yang langsing, rambutnya terurai panjang, dia adalah itu kawan yang melarikan diri Cin Bwee, Dengan hati berdebaran, Su-to Yan menghampiri tubuh itu. "Cin Bwee, masih marahkah kepadaku?" Dia menegur perlahan Cin Bwee berpaling kearah si pemuda, menatap wajah kekasih itu dalam-dalam, tanpa bicara, matanya memancakan kerinduannya. "Cin Bwee...." Su-to Yan memanggil lagi. "Ng..." "Marahkah kepadaku ?" "Aku mana berani." Cin Bwee mengirim satu kerlingan mata. "Beruntung ada petunjuk gurumu, mengapa kau tidak menyahut panggilanku ?" Berkata Su-to Yan. "Mana kau ingat kepadaku ?" Berkata Cin Bwee. "Bila aku tidak ingat, tentu aku tidak mengejarmu sampai disini." "Huh, dikala aku pergi, kau diam mematung ditempat, Tentunya sedang menimbang-nimbang, yang mana lebih penting. si genit Jie Ceng Peng, atau aku yang tolol, bukan ?" "Ha, ha...Kau bukan seorang tolol." "Jie Ceng Peng yang bukan seorang tolol." "Eh, mengapa menyebut-nyebut namanya?" Berkata Su-to Yan. "Mengapa? Kau suka kepadanya, didalam hati, selalu menyebutnyebut nama itu. Untuk menutupi kesalahanmu, seolah-olah kau benci kepada nama itu, Melarang orang lain!" "Siapa yang mengatakan ?" "Masih tidak mengaku ?" "Apa yang harus diakui? Yang jelas aku cinta padamu !" "Huh..." Ucapan inilah yang telah dinanti-nantikan lama, Cin Bwee menjadi berbunga2. "Keadaanmu seperti ini semakin menarik hati." Berkata Su-to Yan. "Semakin cantik." "Betul ?" "Mengapa tidak ?" "Katakan sejujurmu, siapakah yang lebih cantik, aku atau Jie Ceng Peng itu ?" "Aku melarang kau menyebut nama Jie Ceng Peng lagi." Berkata Su-to Yan. "Hanya kau yang boleh menyebut namanya ?" Cin Bwee menantang. "Baiklah, Aku sungguh tidak berdaya kepadamu." "Hayo, katakan, siapa yang lebih cantik diantara kami berdua ?" "Aku belum pernah membandingkan kecantikan kalian. Aku sudah cukup puas, bila selalu dapat mendampingimu." Su-to Yan memegang tangan halus gadis itu. Cin Bwee tidak meloloskan diri dari elusannya. "Bersediakah kau menerima nasehatku?" Berkata Cin Bwee. "Katakanlah." "Cintakah kau padaku ?" "Mengapa tidak? jangan kau sangsikan cintaku." "Mulai saat ini, aku melarang kau bergaul dengan gadis lain." Berkata Cin Bwee tegas, cemburunya sangat besar sekali. Su-to Yan tertegun. Maksudnya turun gunung untuk menyerahkan pedang In-liong kepada seorang gadis yang bernama Ie Han Eng. Tugas itu belum selesai, kini ia kesandung asmara, bahkan asmara yang banyak api cemburunya, melarang dia bergaul dengan gadis lain? Termasuk Ie Han Eng dan Jie Ceng Peng. Larangan bergaul dengan Jie Ceng Peng masih dapat dimengerti masuklah diakal bila Cin Bwee jatuh cemburu, mengingat Jie Ceng Peng ada menaruh hati kepada pemudanya. Dengan dalih dan alasan apa Cin Bwee melarang dia menyerahkan pedang In-liong kepada Ie Han Eng? Su-to Yan harus memikir lama, demi memberikan jawaban yang sangat hati-hati. "Bagaimana ?" Cin Bwee menegur lagi. "Ya, kalau tidak ada urusan, aku melarang kau bergaul dengan gadis lain." Berkata Cin Bwee dengan besar cemburunya. "Baik." Berkata Su-to Yan. "Bila tidak ada urusan, aku tidak mau bergaul dengan gadis lain." Cin Bwee puas, janji itu akan mengikat ke dua hati mereka, tidak mungkin si pemuda mengingkari janji, dia akan marah dan mengganggunya. Mereka keluar dari rimba itu. Mereka tidak berhasil menemukan letak si seruling Kumala Cia Ciu Nio, juga tidak berhasil menemukan pendekar pedang Bayangan Sie An, jejak kedua orang itu telah lenyap tanpa bekas. Su-to Yan mengajak Cin Bwee meneruskan perjalanan, mereka menuju kearah gunung Bu-san. Singkatnya, sepasang muda-mudi itu telah memasuki daerah yang dituju. Bu-san adalah nama dari suatu tempat yang cukup luas, terdiri dari bukit-bukit, lembah-lembah dan gunung-gunung, pegunungan Bu-san. Puncak Bu-San adalah puncak yang tertinggi. Su-to Yan dan Cin Bwee telah berada dibawah kaki gunung. Tiba-tiba melesat satu bayangan meluncur ke arah mereka. "Ha, ha, Sudah lama kutunggu kalian berdua." Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Demikian orang itu berkata, Dia adalah si Pendekar Bayangan Sie An. Su-to Yan sangat girang. Cin Bwee tertawa. Gadis itu berkata. "Sie Toako mengapa pergi tanpa pamit?" Sie An berkata. "Aku tidak mau mengganggu ketenangan orang, Apalagi kepada pasangan yang sedang asyik-asyikan." Cin Bwee mendelikkan mata. "Manusia pendek." Ia memaki. "Ha. ha.,,." Sie An tertawa. Mereka melanjutkan perjalanan, lembah Hui-in berada dibagian timur dari gunung Bu-san, mereka datang dari daerah Barat, harus melewati lembah boh-hoat. Kabut putih mengelilingi pemandangan di sekitar tempat itu, samar-samar seperti ada bayangan yang merintangan dijalan. Su-to Yan maju tanpa gentar. Bayangan itu membentak. "Berhenti !" Su-to Yan mementang mata lebar-lebar, didepannya telah berdiri seorang lelaki, diduga umurnya berkisar diantara empat puluhan. Sie An lebih tidak sabar, ia membentak. "Siapa kau ?" "Ha, ha, ha...." Orang itu tertawa. Dia mengeluarkan pedangnya, diacungkan tinggi, tanpa memberi sahutan yang diminta orang. Sie An, Cin Bwee dan Su-to Yan saling pandang. "tidak ada yang kenal denganku ?" Bertanya lagi orang itu. Hati Su-to Yan tergerak, caranya memegang pedang orang itu sangat berlainan, bila orang menggunakan pedang dengan tangan kanan orang ini mengacungkan pedangnya dengan tangan kiri, itulah ciri-ciri yang paling khas dari si Pendekar Pedang kidal Tonghong Cie Bun. Hanya Tong-hong Cie Bun seorang yang menggunakan pedang dengan tangan kiri, dahulu dia pernah ditekan oleh pendekar Raja Sesat Ciok Pok Jiak, dipaksa mengundurkan diri, dilarang menginjakan kaki didalam rimba persilatan. Sangat jelas, maksud tujuan Tong-hong Cie Ban adalah untuk menuntut balas, Hati Su-to Yan tercekat. Orang yang menghadang perjalanan mereka adalah Pendekar pedang kidal Tong-hong Cie Bun, umurnya telah mencapai 60 tahun, dia pandai merawat diri, pernah memakan obat anti tua yang sangat mujijat. maka sepintas lalu, orang menganggap dirinya sebagai jago muda, jago yang belum berumur 50 tahun, Tong-hong Cie Bun memperhatikan ketiga anak muda yang berdiri dihadapannya, kemudian melepaskan sinar pandangan matanya kearah Su-to Yan. "Tentu kau yang menjadi murid Ciok Pek Jiak, bukan?" Ia mengajukan pertanyaan. Su-to Yan tersenyum. Dia menganggukkan kepalanya. "tidak salah." Dia membenakan pertanyaan itu "Cianpwee tentunya Pendekar Pedang kidal Tong-hong Cie Bun, bukan ?" Sie An dan Cin Bwee terkejut, mereka sedang berhadapan dengan pendekar pedang kidal Tong-hong Cie Bun? Orang yang telah lenyap tanpa kabar pada 40 tahun yang lalu? Sinar mata Tong-hong Cie Bun memancakan pujian. Dia bangga, masih ada orang yang menyebut namanya, itulah suatu tanda bahwa betapa besar pengaruh kekuasaan pendekar pedang kidal Tong-hong Cie Bun. "tidak mudah untuk mencari orang yang masih kenal kepadaku." Ia berkata. Tanpa memberi kesempatan orang bicara, dia meneruskan kata katanya. "Tentunya, kau dengar cerita dari gurumu bukan? Seharusnya, gurumu itu memberi pesan, agar kau berhati-hati kepadaku, bukan? Aku adalah musuhnya. tidak akan kulupakan, bagaimana ia mematahkan pedangku, itulah ilmu Iblis Sakti bersilat Sin-mo-cappat-Sek. Kau adalah muridnya, aku mempunyai kesempatan untuk mengenal lebih mendalam ilmu itu." "Kukira, cianpwee akan dikecewakan olehku." Berkata Su-to Yan. "Mengapa?" Tong-hong Cie Bun membelalakkan mata. "Ilmu iblis sakti bersilat Sin-mo-cap-pat-sek belum kupelajari sempurna." Berkata Su-to Yan. "Huh! ingin memyembunyikan kepandaian gurumu? Ha, ha,,,., Hanya tiga jurus serangan pedang, aku akan memaksa kau menggunakan ilmu itu." Sebelum Su to Yan sempat memberikan jawaban, pendekar pedang Bayangan Sie An menampilkan dirinya kedepan, seraya ia berkata. "Saudara Su-to, berilah kesempatan padaku untuk melawan dirinya." Jago dari daerah Tiang-pek Sie An telah berhadapan dengan si pendekar pedang Tong-hong Cie Bun. Tong-hong Cie Bun membentak. "Sebutkan namamu." "Sie An dari daerah Tiang-pek." "Ha, ha, ha..." Tong-hong Cie Bun tertawa. "Aku dengar kabar bahwa belakangan ini ada muncul tiga jagoan berengsek, tapi aku tidak nyana bahwa disini aku dapat menjumpai salah satu diantaranya. Kau, manusia pendek ini yang menjadi tiga jago pedang dimasa ini? Ha, ha..." Sie An naik pitam. "Berani kau menghina orang?" Dia lompat menerkam. Tong-hong Cie Bun menggeser kaki ke samping, dia memutarkan pedang dari tangan, kemudian, hekk,., gagang pedang berada didalam genggaman tangan yang semula, dengan tangan kiri, inilah ciri yang paling khas dari si pendekar Pedang kidal. didalam rimba persilatan, hanya dia seorang yang memainkan ilmu pedang tanpa menggunakan tangan kanan. "Didalam sepuluh gebrakan, aku akan mengalahkanmu." Ia sesumbar. Sie An tidak berani memandang ringan, lawannya adalah jago yang pernah menggemparkan rimba persilatan kecuali kalah dibawah tangan si pendekar Raja Sesat Ciok Pek Jiak, belum pernah ada orang yang mengalahkannya. Menimbang kekuatan diri sendiri, mengingat lawan itupun telah mengeluarkan pedang, dia tidak lengah, sret, pedang telah keluar dari serangkanya. Tong-hong Cie Bun menggunakan tangan kiri, segala tipu menyimpang dari tokoh tokoh silat lainnya, melengkungkan pedang, dia mengincar jalan darah Kie-hun hiat. Serangan Sie An terbawa kesamping, dan dia merasakan ancaman pedang lawan, hatinya menjadi dingin, menarik kembali senjata, melintangkannya, menutup pedang Tong-hong Cie Bun. "Tranggg..." Akhir pertarungan senjata mengejutkan si pendekar pedang kidal, didalam anggapannya Kong-sun Giok, Auw-yang Ie dan Sie An tidak mempunyai kepandaian yang berarti, hal itu dapat masuk diakal, mengingat umur mereka yang masih muda, sehingga dia berarti menyebutnya sebagai tiga jago pedang brengsek, dan kini ia dapat melihat bagaimana hasil dari akhir pertarungan pedang itu, sehingga tidak bisa menyebutnya sebagai jago brengsek. Kekagetan Tong-hong Cie Bun tidak mengganggu jalannya permainan pedang, jurus pertama telah gagal, dan dia sudah melontarkan jurus yang kedua, pedangnya digetarkan dan bergoyang-goyang cepat, seolah-olah ratusan pedang menyerang posisi pertahanan belakang Sie An. Sie An mendapat gelar pendekar pedang Bayangan, diapun pandai menggoyang-goyangkan pedang, yang belum berhasil dipelajari olehnya adalah kecepatan untuk menperlipat gandakan bayangan-bayangan itu, seperti apa yang Tong-hong Cie Bun perlihatkan kepada dirinya, itulah perbedaan mereka. Bila memaksakan diri, mengikuti permainan pedang yang sama, dia hanya dapat mengubah puluhan bayangan saja, kurang cocok untuk mengadakan pembelaan cepat. Dia menggenjot tubuhnya, dengan kedua kaki yang dilekukkan keras, tubuhnya melesat jauh keatas, melewati kepala lawan, cepat-cepat menikungkan diri, dan kini berada dibelakang Tong-hong Cie Bun, mengirim satu tusukan kearah leher orang. serangan Sie An adalah serangan yang ganas dan kejam, rupanya tidak ada jalan kedua untuk menghindari ribuan bayangan pedang si pendekar pedang kidal, tidak tanggung-tanggung mengadakan serangan nekad, agar dirinya-tidak terdesak lagi. Pikiran Sie An sangatlah beralasan, disaat yang sama, mengetahui musuhnya terbang tinggi, Tong-hong Cie Bun telah membalikkan badan dengan pedang yang diputar jauh, dari sana, Siuuutt.... menarik kembali, seolah-olah orang yang menyabit diladang. Inilah serangan Tong-hong Cie Bun yang ketiga! Pedang Sie An yang menurun berhasil di tempel olehnya. Ditarik kedekat tubuh pendekar pedang kidal itu. Sangat berbahaya. Tubuhnya akan menubruk pedang tajam. Sie An melepas tenaga, sangat mendadak tubuhnya jatuh cepat, dan tiba-tiba saja ia menggentaknya, pedang terlepas, membacok berulang kali. Trang.... trang... trang... Tubuh Sie An melayang, sangat jauh sekali. tidak berani ia menyerang kembali, bergulingan ditanah, dan memperpanjang jarak perpisahan itu. Tong-hong Cie Bun tertawa berkakakan. Nyali Sie An berhasil dimengkeretkan, nama pendekar pedang kidal memang luar-biasa, dia harus mengakui keunggulan itu, dia dikalahkan, hanya memakan waku tiga gebrakan saja. Tong-hong Cie Bun menghadapi Su-to Yan kembali. "Nah, katakanlah." Dia berbicara. "Katakanlah dengan terus terang, dimana suhumu sekarang?" Itu waktu, Cin Bwee sudah menghampiri Sie An, sipendek tidak menderita luka, hal itu menggirangkan mereka. Su-to Yan berhadapan dengan Tong-Hong Cie Bun, Dia memberikan jawaban. "Cian pwee, bukankah sudah boanpwee katakan, bahwa suhu telah meninggal dunia?" Tong-hong Cie Bun berdengus. "Bagus, Kau masih mau merahasiakan suhumu ada dimana ? Akan kulihat, setelah kulukai muridnya, setelah kau terluka, mungkinkah dia tidak menampilkan dirinya?" Agaknya, si Pendekar Pedang kidal Tong-hong Cie Bun masih tidak mau percaya, bahwa pendekar Raja Sesat Ciok Pek Ciak sudah tiada. Maka dia mengajukan dan mengulang pertanyaannya. Memanglah masuk diakal, mengingat dia yang sudah berumur 60 tahun belum mati di panggil tuhan, sedangkan Ciok Pek Ciak yang mempunyai latihan tenaga dalam lebih mahir, mempunyai kondisi badan yang lebih kuat, bukanlah suatu keadilan, bila sampai terjadi orang seperti Ciok Pek Jiak sudah mati lebih dahulu. Tong-hong Cie Bun menatap Su-to Yan tanpa mata terkedip. Su-to Yan tidak gentar, dengan sikapnya sangat gagah dia berkata. "Boanpwee bersedia menerima pelajaran Cianpwee." Cin Bwee sangat terkejut, telah disaksikan bagaimana Tong-hong Cie Bun mengalahkan Sie An, hanya tiga gebrakan, bagaimana kekasih itu boleh menghadapi jago golongan tua yang ternama? Kegagahan Su-to Yan menimbulkan kecurigaan Tong-hong Cie Bun. Dia berpikir. "Tentunya kau telah mewarisi seluruh ilmu kepandaian gurumu, maka berani menantang aku, he?" Dia mengeluarkan kata-kata pujian. "Bagus, ..Bagus! ... tidak kusangka, jago-jago muda pemberani masih cukup banyak." Tidak lagi dia menggunakan istilah jago brengsek, tapi menyebut lawan-lawannya menjadi jago muda. Memainkan pedangnya, Tong-hong Cie Bun berkata. "Keluarkanlah pedang! Lima-puluh jurus untukmu." Si pendekar pedang kidal Tong-hong Cie Bun memperlipat gandakan kekuatan Sie An sampai lima kali. Suatu bukti, penilaiannya kepada Su-to Yang lebih tinggi. Su-to Yan tertawa. "Lupakah Cianpwee, bahwa suhu boanpwee terkenal dengan tipu-tipu pukulan tangannya?" Si pemuda memberi peringatan kepada jago tua itu, bahwa pendekar Raja sesat Ciok Pek Jiak tidak menggunakan senjata pedang. Tong-hong Cie Bun mengkerutkan alis, Su-to Yan adalah murid Ciok Pek Jiak, Ciok Pek Jiak tidak menggunakan pedang, bagaimana muridnya menggendong-gendong pedang? "Baiklah." Dia mengalah. "Karena kau tidak menggunakan pedang, tiga-puluh jurus saja pun cukup untuk pertahananmu." Dia mengurangi angka gebrakan sampai dua puluh jurus banyaknya. Tong-hong Cie Bun terkenal karena permainan pedang kirinya, Ciok Pek Jiak terkenal karena iblis Sakti bersilat, tipu tipu telapak tangan kosong yang luar biasa. Su-to Yan-adalah murid Ciok Pek Jiak, dengan pedang melawan tangan kosong, bukan berarti mau menang sendiri. Walaupun demikian, dia mengurangi jumlah-jumlah batas jurus serangannya menjadi tiga puluh gebrakan. Su-to Yan wajib menerima semua tantangan-tantangan yang hendak menuntut balas kepada gurunya, Betapa tinggipun ilmu kepandaian lawan itu, dia wajib berambekan pantang mundur. Tong-hong Cie Bun berdengus, pedangnya dicongkelkan kedepan, itulah ciri-ciri khas dari pembukaan serangan partay Cengshia-pay. Su-to Yan telah menyaksikan bagaimana Sie An jatuh ditangan jago ini, dia lebih berhati hati, tubuhnya bergeser kesamping, dengan jurus Hun-hoa-hut-liu atau mengelus bunga menyampingkan badan, memperlunak datangnya serangan. Tong-hong Cie Bun meneruskan dengan serangan yang kedua. Su-to Yan maklum bahwa Hun-hoa-hut-liu tidak dapat menekan serangan lawannya, sebelum serangan lainnya datang, dia telah bersiap-siap, dengan tipu Hui-song-cian lie atau Mengantar tuan sehingga ribuan lie, dan menyisihkan pedang Tong-hong Cie Ban menjauhi dirinya. Dua jurus yang diperlihatkan oleh Su-to Yan mengejutkan Tonghong Cie Bun. Betul-betul berhadapan dengan musuh lihay! jurus itu juruS-jurus tipu Ciok Pek Jiak! Lebih hebat dari Ciok Pek Jiak, itulah perubahan dari tipu silat dijaman purbakala Kabut Hijau It-bok-cin khie, digunakan dengan ilmu campuran iblis Sakti Bersilat Sin-mocap-pat-sek. Gerakan Tong-hong Cie Bun terlalu cepat dipisahkan, disaat yang sama, dengan jurus "Jie-it-kay-hap" Atau sepasang tipu perangkap, tanpa desiran angin, pedangnya menyelusup kearah pinggang Su-to Yan. Sipemuda sadar akan bahaya, setelah pedang Tong-hong Cie Bun berada beberapa senti lagi dari tubuhnya, Su-to Yan kaget, cepat-cepat mempertebal kekuatan Kabut Hijau li-bok-cin khie, tubuhnyapun menyingkir pergi. Dia berhasil meloloskan diri dari tusukan pedang Tong-hong Cie Bun! Hanya bajunya yang terobek sebagian. Tong-hong Cie Bun menarik pedangnya, dengan dingin dia membentak. "Lekas katakan, kau murid siapa ?" Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Serangan-serangan yang digunakan tadi pernah digunakan menghadapi Ciok Pek Jiak, bila pemuda yang berada dihadapannya ini betul murid dari si Pendekar Raja Sesat, tentunya dengan mudah dapat menghindari serangan, tapi kenyataannya tidaklah demikian, Su-to Yan belum mahir betul, maka hampir dia ditusuk tembus. Karena kecurigaan itulah, Tong-hong Cie Bun membentaknya. "Siapa gurumu ?" Si Pendekar pertanyaannya. Pedang kidal mengulang "Guru boanpwee bernama Ciok Pek Jiak," Berkata Su-to Yan dengan sikap patuh, Dia masih tertawa. "Aku tidak percaya." Tong-hong Cie Bun membentak. Dia membacok tiga kali, kedepan, kekanan dan kekiri, setelah itu, tubuhnya melesat, menggunakan tangan kanan memukul si pemuda, Su-to Yan sudah mundur, tangannya bergerak, dengan Kim-kapso-mo atau Batok Emas Menolak ibis, salah satu perubahan dari tipu iblis Sakti Bersilat, menahan serangan sijago tua. Tong-hong Cie Bun mengeluarkan suara dengusan. "Hm ... Kukira kau bukan murid Ciok Pek Jiak, tetapi setelah menyaksikan kepandaianmu ini, aku harus percaya kepada keteranganmu." "Aku tidak memaksa orang mau percaya atau tidak." Berkata Suto Yan. "Bagus! Gurumu telah mematahkan pedangku, hari ini, aku hendak menuntut balas, seharusnya memutuskan sebelah lenganmu." Berkata Tong-hong Cie Bun. Su-to Yan semakin berhati-hati. Dia siap menerima lanjutan penyerangan musuh. Sie An dan Cin Bwee terkejut, masing-masing mengeluarkan pedang, berdiri dikanan dan kiri Su-to Yan. Maksud mereka, dengan kekuatan mereka bertiga, mereka akan melawan si jago tua. Tong-hong Cie Bun tertawa berkakakan. "Ha, ha, ha... Telah kukatakan hendak menguntungi sebelah tangannya, perkataanku itu pasti benar, ditambah sepuluh orang yang sebangsa kalian lagipula tiada guna." Sie An berteriak. "Baik. Kami hanya bertiga." Berbareng suara tawanya, Tong-hong Cie Bun telah mengirim lima tusukan pedang, dua untuk Su-to Yan, dan tiga lainnya menolak kekanan dan kiri, dimana ada Sie An dan Cin Bwee. Tiga anak muda itu telah mengeluarkan pedang masing-masing menangkis serangan pedang Tong-hong Cie Bun. Hasil dari perpaduan senjata dari ketiga jago muda itu ternyata terdesak mundur. Tubuh Tong-hong Cie Bun melesat diudara, dia mencari posisi bagus, untuk meneruskan usahanya, menyerang tiga jago muda itu. Pendekar Pedang Bayangan Sie An turut mumbul tinggi, ditengah udara, dia memapaki musuh. Menyaksikan keberanian Sie An, Tong-hong Cie Bun mengeluarkan tawa dingin, pedangnya menunjuk-nunjuk, bergerak kearah lima jalan darah si pendek. MakSud Sie An dengan mencelat keudara adalah hendak mendahului musuhnya, menggunakan kedudukan yang lebih menguntungkan dia hendak menggencet ahli pedang tangan kiri itu. Tapi diluar dugaannya, gerakan Tong-hong Cie Bun melebihi kecepatannya, dan disaat yang sama, Tong-hong Cie Bun telah mengirim lima tikaman. Sie An menjadi sangat gugup. Beruntung ada bantuan dari bawah, Cin Bwee dan Su-to Yan memapas sepasang kaki Tonghong Cie Bun. Tong-hong Cite Bun meninggikan tubuhnya. Sie An menangkis dengan pedang. Berhasil mengelakkan diri dari elmaut. Tiga lawan satu ! Pertempuran masih berlangsung terus. Tong-hong Cie Bun menyerang tiga anak muda itu dengan bergantian, tetapi lebih dititik beratkan kepada Su-to Yan. Kekalahannya ditangan Ciok Pek Jiak sangat didendamnya, sakit hati itu harus mendapat tempat pelampiasan dan inilah Su-to Yan, dia akan mengutungi sebelah tangan jago muda itu. Mendapat bantuan kedua kawannya, Su-to Yan dapat bersilat lebih bebas, lebih leluasa. Bertahan belasan jurus, Su-to Yan dapat melihat akan adanya kekosongan-kekosongan musuh, perlahan tapi pasti, dia memperkuat kedudukan posisinya, tahap demi tahap, dia dapat mengimbangi serangan si pendekar pedang kidal, membuat sesuatu fondamen prima, mereka menjepitnya. Lebih dari satu kali, Su-to Yan mengalami benturan senjata, kepercayaannya kepada diri-sendiri semakin tebal, dia terdesak karena tidak berani memforsir tenaganya, kini tenaga Tong-hong Cie Bun dapat diselami, kemungkinan besar mereka dapat mengalihkannya, sipemuda tidak segan-segan mengirim tusukan, membentur dan menangkis pedang lawan. Cin Bwee dan Sie An membantu memperkokoh kedudukan kawannya. Inti kekuatan dipegang oleh Su-to Yan, dia mulai membikin penyerangan-penyerangan. Tong-hong Cie Bun menghembuskan napas dingin, tidak disangka, tiga anak muda yang tidak dipandang mata dapat mengimbangi kekuatannya, bahkan lebih daripada itu, giliran dia yang mendapat tekanan. Su-to Yan mengeluarkan suara pekikan, kedua tangannya direntangkan tangan kanan yang memegang padang yang menusuk kedepan, dan dengan tangan kiri, dia melakukan sikap seperti orang yang hendak mengempo anak. itulah yang bernama Sin mo ju-sian atau iblis Sakti Menampilkan diri. Jurus tipu yang tidak asing bagi Tong-hong Cie Bun, dari pertempuran-pertempurannya dengan Ciok Pek Jiak sering kali harus berurusan dengan tipu ini. Tangan kirinya yang memegang pedang agak gemetar. Secepat itu juga, serangan Su-to Yan ter kunjung datang. Tong-hong Cie Bun tidak diberi kesempatan untuk banyak berpikir, pedang ditangan kiri menyolok ke bawah, dengan maksud memapas putus sepasang kaki Su-to Yan. Dan tangan kanannya menahan datangnya Si-mo ju sian. Suara pekikan Su-to Yan masih berkumandang, belum lenyap dari permukaan udara, tipu gerakannya telah berganti, tangan kanan di keataskan, itulah tipu Kiu-thian-hoat-jit atau Sorga ketujuh menggantikan langit Cepat sekali! Sebelum Tong-hong Cie Bun sadar dari kesalahannya, tangan Su-to Yan sudah berhasil meremas hancur pedang itu ! Sungguh luar biasa ! Dengan gagang pedang ditangan, si pendekar pedang kidal Tong-hong Cie Bun mengundurkan diri. Bangau Sakti Karya Chin Tung Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Pendekar Bego Karya Can