Ceritasilat Novel Online

Pedang Wucisan 6


Pedang Wucisan Karya Chin Yung Bagian 6


Pedang Wucisan Karya dari Chin Yung   Mengetahui bahwa pemuda itu tidak ada maksud untuk menyebut nama guru lainnya, Su In Seng tidak memaksa.   "Aku tidak mempunyai kesempatan untuk membalas budi gurumu, hari ini aku bertemu denganmu, kukira sangat berguna untuk mengajarimu ilmu Cian-San Kiam-hoat, ilmu pedang Cian-sanpay yang bernama Cian-San Kiam-hoat, Bersediakah kau menerima pelajaran ini?"   Su-to Yan tertawa, dengan halus dia menolak.   "Boanpwee belum pernah melakukan sesuatu untuk kepentingan Cian-san-pay, boan pwee kira tidak berhak untuk menerima pemberian yang maha besar itu. Terima kasih"   Su In Seng tertawa berkakakan, katanya.   "Seorang pemuda yang mempunyai ambekan besar. Bagus... Bagus... Tapi kau belum.tahu, betapa pentingnya ilmu pedang ini bagimu, Aku tidak akan mengikat kau dengan suatu perjanjian, juga tidak memaksa kau menjadi muridku, jangan kuartikan dengan pemberian, hanyalah semacam demontrasi ilmu silat, baik-baik kau perhatikan gerakanku, aku mainkan tiga kali, berapa banyak kau dapat tangkap dari permainan ini, terserah dari kepintaran otakmu. Nah, perhatikanlah baik-baik." Tanpa ambil peduli dengan orang yang hendak diberi ilmu pelajaran, sang ketua partay Ciansan pay Su In Seng bersilat dengan pedang, itulah ilmu pedang Cian San pay Kiam-hoat yang ternama. Su-to Yan adalah cucu dari Su-to Pek Eng yang sangat mahir didalam ilmu pedang, sangat disayangkan akhli-akhli pedang itu tidak mempunyai kesempatan untuk menurunkan keakhliannya kepada sang cucu, maka Su-to Yan jarang menggunakan pedang. Dia lebih mahir-menggunakan sepasang telapak tangan, pelajaranpelajaran yang didapat dari Ciok Pek Jiak, dan pelajaran-pelajaran dari beberapa macam ilmu silat jaman purbakala yang mengutamakan kelincahan jari-jari dan telapak tangan. Bilamana Su-to Yan menghadapi seorang penantang dengan tangan kosong, itu bukan berarti dia memandang rendah kepada lawan, melainkan menggunakan kemahirannya didalam telapak tangan, untuk mengalahkan musuh. Sampai disini, kita maklum, mengapa Su-to Yan mengalahkan Pendekar Pedang kidal Tong hong Cie Bun dan Pendekar Pedang Selatan Kong-sun Giok tanpa menggunakan pedang. Dia lebih mahir menggunakan sepasang tangannya ! Ilmu pedang sangat penting, mengingat di masa itu, semua orang mengutamakan gerakan-gerakan silat dibilang senjata tajam yang enteng dan ringan itu. Ketua partay Cian-San-pay Su In Seng telah bersilat khas dimasa itu, maksudnya agar Su-to Yan memperhatikan ilmu pedang CianSan Kiam-hoat. Selesai satu serie, Su In Seng mengulang kembali. Lebih lambat dan lebih perlahan. Su-to Yan memperhatikan ilmu pedang Cian-san Kiam-hoat yang dimainkan oleh ketua partay Cian san-pay. Su In Seng memainkan ilmu pedang partaynya untuk ketiga kali, Dengan kepintaran yang Su-to Yan miliki, cukup panjang waktu waktu untuk memperhatikan ilmu pedang yang didemontrasikan didepannya, Selesai bersilat Su In Seng tertawa berkakakan, tubuhnya melayang keluar gua, menyelipkan pedang, dan meninggalkan pemuda itu. Masih terdengar suara yang ditinggalkan oleh ketua partay itu, demikian bunyinya.   "Kau bukan anak murid Cian-san-pay, kau bebas bekerja untuk siapapun juga. Selamat bertemu dilain waktu."   Tubuhnya lenyap tanpa bekas.   Su-to Yan termenung memikirkan kejadian aneh yang dialami olehnya, Bayangan-bayangan ilmu pedang Cian-san-pay, yang mempunyai ciri ciri tertentu masih mengarungi benak pikirannya.   Dia mengeluarkan pedang Lay-hong.   mengikuti bayanganbayangan ilmu pedang tersebut pemuda kita bersilat.   Hebat ! Permainan Su-to Yan tidak kalah dengan apa yang telah dipertontonkan oleh Su In Seng.   Hanya kecepatan yang belum dapat memadai kecepatan ketua partay itu.   Su-to Yan menutup akhir pelajaran Cian-san Kiam-hoat, dia teringat kepada Sie An yang masih menunggu dirinya, mereka wajib segera kelembah Cui-goat-kok, disana Cin Bwee masih menderita.   Meninggalkan gua Su In Seng, haripun telah menjadi pagi, Su-to Yan tidak berhasil menemukan jejak Sie An, entah kemana perginya manusia pendek itu.   Dia melakukan perjalanan seorang diri.   Tugasnya untuk menyerahkan pedang kepada Ie Han Eng telah selesai, sebagai hadiah dia mendapatkan pedang Lay-hong.   Su-to Yan belum dapat menerka, apakah maksud kombinasi didalam pertukaran kedua pedang ini.   Dia boleh puas, karena dapat menyerahkan pedang ke tempat tujuan.    Su-to Yan sudah kecantol asmara, adanya Cin Bwee yang besar cemburu itu akan mengikat dirinya, Cin Bwee telah dibawa oleh Cukat Hong, kini dia menuju kearah lembah Cui goat-kok.   Satu bayangan kuning melesat, itulah Padri Mangkuk Mas dari gunung Ngo tay san Kim Pun Ceng.   Apa maksud tujuan Kim pun Ceng berlari seperti itu? Seolah-olah sedang melakukan suatu tugas penting, dia tidak melihat akan kehadirannya Su-to Yan.   Su-to Yan bukanlah seorang pemuda yang gemar bertempur musuh tidak mengganggu diri nya, diapun tidak pernah mengganggu orang, Dibiarkan saja Kim Pun Ceng berlalu.   Hweesio dari Ngo tay san telah berangkat pergi.   Su-to Yan melanjutkan perjalanan, menuju kearah lembah Cui goat kok.   Kadangkala nasib suka mengganggu usaha manusia, Su-to Yan tidak mempunyai maksud untuk mencari urusan, tapi urusan yang selalu mendatangi dirinya, lagi-lagi ada dua hweesio yang melintangi jalan, setelah menyebut nama Budha, kedua hweesio itu berkata.   "Su-to sicukah yang datang?"   Su-to Yan menghentikan langkahnya, menatap kedua hwesio itu, mereka mengenakan pakaian warna kelabu, pelipisnya cekung ke dalam, suatu tanda berkepandaian ilmu silat.   "Betul."   Dia membenakan pertanyaan mereka. Hwesio yang dikanan memperkenalkan diri.   "Pinceng Hian-hoat dari Siau-lim-Sie."   Dan menunjuk kawannya, dia berkata.   "Suheng pinceng yang bernama Hian-goan, Kami berdua mendapat tugas untuk mengundang Su-to Sicu."   Hwesio Siauw limpay yang mengadakan gangguan.   Su-to Yan maklum akan permusuhan gurunya dengan partay tersebut, pernah juga sang guru bercerita, suatu ketika guru itu menerjang gereja Siauw-lim-sie dan membunuh beberapa jago dari partai yang bersangkutan.   Bibit permusuhan Ciok Pek Jiak dengan pihak Siauw-lim-pay jatuh keatas dua pundak Su-to Yan.   Su-to Yan berkata.   "Siauw-lim-pay mengundang? Suatu keberuntungan bagi Su-to Yan. Sayang jika menolak undangan ini, apa mau urusan sangat penting, bolehkah kalian memberi tahu, bahwa aku ingin meninggalkan kunjungan itu?"   Hian-hoat dan Hian-goan berkata.   "Ketua partay telah memberi tugas kepada kami berdua untuk mengundang Su-to sicu, kami kira tanggung jawab ini terlalu berat."   "Maksud kedua taysu?"   Su-to Yan memandang kedua hwesio itu.   "Kami harapkan kedatangan sicu diatas gunung,"   Berkata Hiangoan.   "Bukan hari ini?"   Berkata Su-to Yan.   "Tung... tung..."   Dua hwesio itu mementingkan kedua tongkat mereka, itulah suara tanda bahwa pertempuran tidak dapat dihindari. Sret... Su-to Yan mengeluarkan pedang Lay-hong.   "Sicu tidak mau ikut, bagaimana kami harus memberikan pertanggung jawaban kami?"   Bertanya Hian-hoat. Su-to Yan berkata beringas.   "Aku akan ikut ke gereja Siauw-lim-Sie, manakala kalian dapat mengalahkan aku."   "Baik, terpaksa kami harus menggunakan kekerasan."   Berkata Hiat-goan yang mulai mengayun tongkatnya.   Gerakan mana diikuti oleh Hian-hoat.   Dari kiri dan kanan, kedua hweshio ini memberikan suatu tekanan kekuatan atas diri Su-to Yan.    Sebab musahab dari bentroknya Ciok Pek Jiak dan Siauw-lim-pay dikarenakan adanya persamaan ilmu silat, sedikit banyak Su-to Yan mempunyai penilaian tertentu atas gerakan Siauw lim-pay.   Cara penyerangan Hian-hoat dan Hiat-goan adalah cara-cara yang biasa digunakan oleh anak murid Siauw-lim pay.   Su-to Yan menunggu sampai kedua gerakan hwesio itu bekerja sampai setengah jalan, dan dengan suatu kecepatan kilat, dengan tipu Gim liong Nu-hauw atau Menangkap Naga Mencekal Harimau, menggunakan tangan dan pedang, mendahului gerakan lawan.   Tipu Gim-liong Nu"hauw juga termasuk salah satu tipu pelajaran Siauw lim-pay, sengaja Su-to Yan menggunakan ilmu tadi, maksudnya memberi tahu kepada kedua hwesio itu, bahwa diapun telah mewarisi kepandaian Ciok Pek Jiak, masih mahir menggunakan tipu-tipu silat Siauw-lim-pay.   Ada baiknya tidak meneruskan pertempuran itu.   Hian-hoat dan Hian-goan mendapat tugas khusus untuk mengundang Su-to Yan, perintah Siauw-lim-pay ini harus ditaati, mereka telah berhasil menemukan orang yang bersangkutan tentu saja harus membujuknya untuk turut serta.   Yang mengganggu usaha adalah kebandelan pemuda itu, Su-to Yan menolak undangan, maka terjadi pertempuran.   Su-to Yan memainkan tipu silat Gim-liong Nu-hauw.   Cara yang terbaik untuk menghadapi gerakan ini adalah permainan Cap-pat Lo-han-kun atau 18 jurus pukulan, Hian-goan dua saudara menggunakan tipu itu untuk menghadapi Su-to Yan.   Hian-hoat dan Hian-goan menggencet Su-to Yan ditengah tengah, dari kiri dan kanan, mereka menyerang bergantian.   Su-to Yan memutar badan, bayangannya menerjang kearah Hian-hoat, maka pedang mengikuti musuh itu.   Walau demikian, pukulan tangannya tidak meninggalkan Hian-goan, berbareng menyerang dua orang.    Hian-hoat lari menghindari tusukan pedang tajam, celaka lagi Hian-goan, ia mendapat tekan yang lebih erat, Menyingkirnya Hianhoat dari serangan Su-to Yan berarti menambah beban baginya.   Su-to Yan lebih mahir menggunakan sepasang telapak tangannya, dia berhasil menjauhkan Hian-hoat, tangannya mengibrik, dengan jurus Kui-ong Hui-san, dia mencengkeram pundak hwesio itu, disentil sedikit, melemparkan tubuhnya.   Hian-hoat merasa ditipu mentah-mentah, tongkatnya diayun datang, mengepruk kearah kepala Su-to Yan.   Su-to Yan sudah berhasil menyingkirkan Hian-goan, datangnya serangan tongkat sudah berada didalam perhitungan, dia kembalikan tangan, dengan tipu Sin mo da kie atau iblis Sakti Menarik Kereta, dia menangkap tongkat, membiarkan Senjata dan tubuh sipemiliknya melewati diatas kepala, terbang kedepan.   Dua hwesio Siauw-lim-pay telah di jatuh kan oleh jago kita.   "Masih ada minat untuk meneruskan pertandingan?"   Su-to Yan menantang kedua pecundangnya. Hian-hoat dan Hian-goan tidak mengalami cedera, hanya di dalam beberapa gebrakan saja, mereka telah di sisihkan oleh anak muda itu, tentu tidak berani memaksanya lagi.   "Kami berdua tidak mempunyai kekuatan untuk memaksa sicu turut kepada kami. Sampai disini saja pertemuan kita, jangan lupa, bila ada waktu, kedatangan sicu di gereja Siauw-lim pay masih sangat di harapkan."   Demikian kedua hweesio itu berkata.   "Aku tahu."   Berkata Su-to Yan.   Hian-hoat dan Hian goan merangkapkan kedua tangannya, mereka memberi hormat dan meninggalkan Su-to Yan.   Su-to Yan mengeluarkan napas lega, bukan satu dua orang saja yang mengganggu perjalanan itu, Hian hoat dan Hian-goan hanya dua diantaranya, kecuali mereka, entah masih berapa banyak lagi orang-orang yang ingin menempur dirinya? Mengingat keadaan itu, dia khawatir atas keselamatan Cin Bwee, gadis itu masih berada didalam lembah Cui-goat-kok.   Su-to Yan meneruskan usahanya.   Kini dia berada di bawah kaki sebuah puncak gunung, maksudnya hendak melintasi puncak itu, jauh diatas, terlihat satu bayangan orang berdiri tegak tidak bergerak.   Su-to Yan memperlambat langkahnya, cara-cara orang itu adalah cara Cu-kat Hong beserta orang-orangnya, hendak menipu dan memancing dia masuk perangkap? tidak, Orang di atas puncak pun telah melihat datangnya pemuda kita, bayangan itu bergerak, melayang turun, menghampirinya.   Kini terlihat semakin jelas, itulah bayangan seorang gadis cantik, tubuhnya sangat langsing, siapa lagi bila bukan pendekar pedang Emas Jie Ceng Peng? Jie Ceng Peng menghampiri Su-to Yan.   Hati sipemuda bergoncang keras, memberi hormat kepada gadis tersebut, dia berkata.   "Nona Jie, baik-baik sajalah kesehatanmu?"   "Terima kasih."   Berkata sigadis.   "Kesehatanku cukup baik, kesehatanmulah yang mungkin akan terganggu. Mari kau ikut aku."   "Eh, apa artinya kata-katamu tadi?"   Su-to Yan tidak mengerti.   "Lekas kau turut aku."   Berkata Jie Ceng Peng.   "Kau telah berada didalam kurungan orang-orang ayahku."   "Ayah nona?"   Su-to Yan membelalakkan mata.   "Bagaimanakah gelar sebutan ayah nona yang mulia ?"   "Pernah dengar nama Ie Han Liu ?"   "Aaa...."   Su-to Yan terkejut Ie Han Liu adalah musuh nomor satu dari Ciok Pek Jiak, Disini dia telah berhadapan dengan puteri musuh guru itu. "tidak percaya?"   Berkata lagi Jie Ceng Peng. Timbul sipat kejantanan Su-to Yan, maksud baik Jie Ceng peng tidak bisa dikabulkan, Dan mungkinkah dia takut kepada keroyokan orang-orang itu? Tentu tidak, Dengan sikapnya yang kaku, dia berkata.   "Atas kebaikan hati nona, dengan mengucapkan beribu-ribu terima kasih."   Ini, aku Su-to Yan Alis lentik Jie Ceng Peng terungkit kemudian menurun kembali, dia sangat sedih.   "Kau...."   Suaranya terputus.   "Aku hendak melanjutkan perjalanan,"   Berkata Su-to Yan.   "Selamat tinggal."   Tubuh sipemuda melesat ke puncak gunung, Jie Ceng Peng berteriak.   "Tunggu dulu..."   Su-to Yan menghentikan gerakannya, menoleh kebelakang, menunggu kata-kata penjelasan sigadis dari golongan Thian-lam Losat. Jie Ceng Peng berkata.   "Kemana kau hendak pergi?"   "Lembah Cui-goat-kok."   Berkata menyertai keterangan lainnya. Su-to Yan singkat, tidak "Hendak menolong Cin Bwee?"   "Kau....Kau bagaimana tahu?"   Su-to Yan terkejut.   "Mengapa tidak tahu?"   Jie Ceng Peng tertawa tawar.   "Cin Bwee telah dibawa oleh Cu-kat Hong. Kau telah mendapat kemajuan di biang ilmu pedang, Anggapanmu sudah bisa menguasai dunia? Hendak menjadi seorang raja Silat? Kau belum kenal keadaan lembah Cui-goat-kok, hendak mengantarkan jiwa ketempat itu." Semakin lama, mata Su-to Yan semakin besar, ternyata gadis dari golongan Thian-lam Lo-sat ini telah mengikuti geraknya, seolaholah bayangan saja. tidak satupun kejadian yang luput dari pemeriksaannya. -ooo0dw0ooo-   Jilid 7 "BAGAIMANA kau tahu?"   Dia bertanya.   "Kau hendak menolong Cin Bwee, bukan?"   Jie Ceng Peng tidak menjawab pertanyaan orang.   "Betul."   Su-to Yan menganggukkan kepalanya.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Mari ikut aku."   Su-to Yan batal meninggalkan gadis itu, diketahui bahwa Jie Ceng Peng mempunyai banyak jalan pikiran, tentu mempunyai caracara yang terbagus untuk menolong Cin Bwee dari lubang kesusahan, maka dia harus taat kepada gadis tersebut.   Jie Ceng Peng berjalan didepan, memasuki sebuah rumpun bambu, berliku-liku didalam pohon-pohon itu, dia membawa Su-to Yan ke suatu tempat.   "Sungguh membuat aku tidak mengerti."   Suatu ketika Jie Ceng Peng mengucapkan kata-kata itu.   "Bagaimana kau dapat tertarik kepada Cin Bwee yang nakal berandalan."   Su-to Yan tidak menjawab pertanyaan itu.   "Hei, kau tidak dengar kata-kataku?"   Bertanya Jie Ceng Peng menoleh ke belakang.   "Ng..."   "Hubunganmu dengan Cin Bwee hanya terjadi didalam hari-hari belakangan ini, bukan?"   "Ng..."   Su-to Yan menganggukan kepala. "Baikkah dia kepadamu?"   "Nggg..."   "Kalian telah saling cinta?"   "Kukira demikian."   Berkata Su-to Yan menundukkan kepala.   "Aku tidak mengerti."   Berkata Jie Ceng Peng.   "Dimanakah letak kecantikan Cin Bwee?"   "Setiap wanita mempunyai kecantikan-kecantikan yang tersendiri. Katakan dia cantik, tapi belum tentu orang lain dapat menyetujui kesan pendapatku itu."   "Betul."   "Kau menyetujui pandanganku?"   Bertanya Su-to Yan.   "Pandangan tentang apa?"   Bertanya Jie Ceng Peng.   "Tentang Cin Bwee."   Su-to Yan membanggakan gadisnya.   "Huh..."   Jie Ceng Peng menghentikan langkahnya, memandang Su-to Yun.   "Bagaimana kesanmu kepadaku?"   Su-to Yan tertegun, Dua pasang mata saling pandang.   "Bagaimana?"   Desak gadis itu.   "Cantikkah aku?"   Su-to Yan menganggukkan kepalanya.   "Kau pun termasuk salah seorang gadis yang sangat cantik,"   Dengan terus terang, pemuda itu mengucapkan kata-kata hatinya.   "Bagaimana kecantikanku, bila dibandingkan dengan Cin Bwee?"   Bertanya lagi Jie Cin Peng.   "Aku tidak tahu,"   Su-to Yan mengalihkan pandangan. Si Pedang Emas Jie Ceng Peng menarik napas, jawaban pemuda itu sangat mengecewakan dirinya. Akhirnya Su-to Yan mendongakkan kepala, masih menantang sinar mata Jie Ceng Peng yang sangat menantikan sesuatu.   "Sungguh."   Su-to Yan memberi ketegasan.   "Aku tidak tahu !" Jie Ceng Peng tidak mendesak lagi, dia mengangkat kaki melanjutkan perjalanan mereka. Su-to Yan mengikuti dibelakang bayangan gadis itu. Mereka telah tiba disebuah rumah kayu, memasuki rumah itu, Jie-Ceng Peng berkata.   "Duduklah sebentar."   Dan memanggil kedalam. Seorang gadis pelayan muncul didepan mereka, itulah dayang Jie Ceng Peng yang setia.   "Aaaa ...   "   Siauw In berteriak girang.   "Telah kembali? Ekh, Suto kongcu juga turut serta?"   "Bawakan air minum untuk Su-to kong-cu."   Jie Ceng Peng memberi perintah kepada sang pembantu. Cepat-cepat Siauw In membawakan air.   "Su-to kongcu, silahkan minum."   Gadis ini sangat ramah sekali, Su-to Yan memandang Jie Ceng Peng.   "Mengapa kau bawa aku ketempat ini?"   Dia menaruh curiga.   "Jangan khawatir."   Berkata sipedang Emas.   "Duduklah sebentar, aku hendak melihat keadaan mereka."   Tanpa menunggu reaksi sang tamu yang hendak mengajukan protes, Jie Ceng Peng meninggalkan ruangan itu.   Su-to Yan memperhatikan keadaan didalam rumah kayu, semacam bau wangi-wangian menusuk hidung, tentunya rempahrempah yang sering digunakan oleh kaum wanita, Jie Ceng Peng pandai ilmu silat, tapi sifat kewanitaannya tidak lepas, dia masih mempunyai kesenangan untuk hidup didalam alam kebenaran.   Dari bayangan Jie Ceng Peng, kenangan Su-to Yan lari kembali kerumah kayu Ie Han Eng.   Kecantikan Jie Ceng Peng tidak kalah dengan Sang bidadari dari lembah Hui-in, mengapa tidak ada yang memberi gelar bidadari kepada-Jie Ceng peng? Tiba-tiba satu suara tertawa memecahkan lamunan Su-to Yan.   "Kongcu,"   Inilah suara Siauw In.   "Apa yang sedang kau pikirkan?"   Su-to Yan menganggukan kepala, dia berkata.   "Siapakah yang menggunakan tempat ini"   "Nona Jie,"   Jawab Siauw In "Dan aku hanya menyediakan segala kebutuhannya. Kecuali ayahnya, dia melarang setiap orang masuk ketempatnya. Aku heran, mengapa ia mengundang kau datang? Dan membiarkan kau memasuki tempatnya?"   Su-to Yan merasakan sesuatu yang terselip dari kata-kata Siauw In tadi, dia tidak berani membayangkan kejadian-kejadian yang akan menimpa dirinya. Siauw In berkata lagi.   "Begitu baik nona Jie Ceng Peng memperlakukan dirimu, bagaimana kau membalas kebaikan itu?"   "Maksudmu?"   Su-to Yan semakin tidak enak. Sebelum Siauw In memberikan jawaban Jie Ceng Peng melayang masuk, maka pelayan tersebut menutup mulut. Jie Ceng Peng berkata.   "Mereka tidak berhasil menemukan jejakmu, kukira segera membubarkan diri. Sebentar lagi kau boleh pergi."   Su-to Yan tertawa nyengir, dia sedang berhadapan dengan musuh gurunya yang nomor satu, bukan memberi pelayanan yang selayaknya tapi bersembunyi ditempat putri musuh itu. Jie Ceng Peng berkata lagi.   "Eh. Kau berhasil menemukan Ie Han Eng?"   "Ng...."   Su-to Yan menganggukkan kepala.   "Cantikkah orang yang mendapat julukan bidadari itu?"   Bertanya lagi sipedang Emas. Lagi-lagi Su-to Yan menganggukan kepala.   "Bagaimana kecantikan Ie Han Eng, bila dibandingkan dengan diriku?"   Jie Ceng Peng tertawa.   "Kalian mempunyai ciri-ciri yang tersendiri dia lemah darimu, mempunyai tipe yang pendiam, Kau berkepandaian silat tinggi mempunyai tipe yang agak agung, wajib dijunjung orang. Kedua macam tipe yang tidak bersamaan ini tidak dapat dinilai dengan angka pertandingan.   "Dan tipe mana yang kau lebih suka ? Yang pendiam atau yang agung?"   Mata Jie Ceng Peng berkilat-kilat.   Su-to Yan tertegun, dia mendapat ujian berat, pertanyaan Jie Ceng Peng berarti memberi dua jalan untuk dirinya, Mana yang disukai olehnya? Jie Peng Ceng atau sibidadari dari lembah Hui-in Ie Han Eng ? "Aku tidak tahu."   Su-to Yan tidak mau membiarkan otaknya dikalutkan oleh pikiran-pikiran itu. Jie Ceng Peng tertawa, dia berkata lagi.   "Eh, bagaimana bila aku menyertaimu pergi kelembah Cui-goatkok?"   Nona itu menawarkan jasa baiknya, ilmu silat Jie Ceng Peng lihay, otaknya juga lihay, Bila mendapat bantuan dirinya, tentu lebih mudah untuk menundukkan lembah Cui-goat-kok.   Tujuan Su-to Yan yang hendak pergi ke lembah Cui-goat-kok untuk menolong Cin Bwee, sedang gadis itu mempunyai ambekan yang besar cemburu, bila dia tahu sang kekasih melakukan perjalanan dengan seorang gadis yang dicemburui olehnya, Tentu berakibat lain.   Su-to Yan terpaksa menolak, katanya perlahan.   "Dia akan menjadi tidak senang." tidak perlu menyebut nama itu, Jie Ceng Peng juga sudah dapat menduga, tentunya Cin Bwee yang diartikan oleh si pemuda.   "Aku tahu."   Dia berkata.   "tidak mungkinkan mau melakukan perjalanan dengan diriku, seorang gadis dari golongan Thian-lam Lo-sat yang ditakuti. Akupun tahu, cintamu kepada Cin Bwee tidak mungkin dipadamkan. Anggap saja aku yang tidak tahu malu, tidak tahu diri. Kata-kataku tadi hanya bersifat menjelajahi hatimu, bukan sungguh-sungguh."   Su-to Yan tidak pandai bicara. Lebih baik bungkam seribu bahasa.   "Mari kuantar kau dari daerah ini."   Berkata Jie Ceng Peng.   "Kuberi petunjuk, kemana Cu kat Hong melarikan kekasihnya itu."   Jie Ceng Peng mengantarkan Su-to Yan keluar dari tempatnya.   Mereka menuju kearah utara.   Sigadis hanya mengantar Su-to Yan sampai disuatu tempat yang aman, setelah itu, dia kembali kedalam lembah yang semula.   Su-to Yan menuju kearah lembah Cui-goat-kok.   Cepat sekali, dia telah keluar dari daerah Bu-san, tentunya sudah tidak ada orang yang hendak meminta ilmu pedang Maya Nada dan dia belum pernah melihat kitab ini.   Betulkah tidak ada orang yang mengganggu perjalanan Su-to Yan ? Kenyataan sering berlawanan dengan apa yang kita harapharapkan.   Satu bayangan putih memantul dari arah tebing gunung, langsung menuju kearah jalan yang hendak ditempuh oleh Su-to Yan.   "Ha, ha, ha, ha..."   Orang berbaju putih itu tertawa puas.   Didepan si pemuda telah muncul seorang berbaju putih, caracara dia mengenakan pakaian seperti kaum sastrawan, tapi sudah terlalu tua untuk menggunakan pakaian itu.    Su-to Yan tidak dapat menduga, siapa sastrawan tua yang melintangkan diri dihadapannya.   Orang itu memantek sepasang sinar matanya, seolah-olah hendak menembus isi badan Su-to Yan.   "Kau inikah yang bernama Su-to Yan?"   Akhirnya dia mengajukan pertanyaan.   "Betul."   Pemuda kita membenakan dugaan itu.   "Bagaimana dengan sebutan cianpwee yang mulia?"   Orang itu mengacungkan tangan kanannya, dia memegang kipas sastrawan dan dibukanya kipas tersebut.   "Kenalkah dengan kipas ini?"   Demikian dia bertanya. Diatas kipas terdapat tulisan yang berbunyi seperti ini.   "Berjibakulah untukku"   "Aaaaa..."   Su-to Yan hampir berteriak.   "Ha, ha..."   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Orang itu tertawa.   "Untuk mengenal diriku memang tidak mudah, tapi siapakah yang tidak kenal kepada kipas ini?"   Siapakah yang tidak kenal kepada sepasang Manusia Jibaku? Yang mendapat julukan sebagai Sepasang Manusia Jibaku adalah dua tokoh rimba persilatan, mereka bukan dua saudara juga bukan dua sahabat baik, tapi mereka mempunyai ciri-ciri yang sama, mereka mempunyai pengorbanan.   Arti dari pengorbanan adalah berkorban untuk menolong orang, boleh juga diartikan dengan orang lain harus berkorban untuk kejayaan diriku.   Dua macam pengertian yang tidak sama.   Sepasang Manusia Jibaku adalah dua orang yang tidak meninggikan pengorbanan, Seng-mo Leng Kho Tiok menggunakan kipas "Berjibakulah"   Untukku.   Dia mementingkan diri sendiri, demi kepentingan dan kejayaannya, semua orang diwajibkan memberi pengorbanannya.    Dan seorang lagi yang menggunakan motto pengorbanan adalah Su-mo Min Kho- Siong, dia menggunakan kipas, Aku Wajib Berjibaku, demi kepentingan umat manusia, dia wajib menyumbangkan tenaganya.   Karena itulah, pada suatu hari, dia kehilangan kipas itu, pengorbanannya telah banyak, Hampir-hampir kehilangan jiwa, betul-betul hendak berjibaku.   Bercerita Seng-mo Leng Kho Tiok pada Su-to Yan.   Su-to Yan agak gentar menghadapi tokoh silat yang satu ini Sepasang Manusia Berjibaku belum pernah menemukan tandingan, tentu saja mereka berani memaksakan orang berjibaku atau berjibaku untuk orang.   Seng-mo Leng Kho Tiok berkata.   "Bagaimana?"   "Ternyata Seng-Mo Leng Khio Tiok Cianpwee."   Su-to Yan memberi hormat.   "Ha, ha ha, ha... Belum melupakan namaku, bukan?"   Seng-mo Leng Kho Tiok sangat puas.   "Tentu belum melupakan peraturanperaturan yang kutetapkan juga?"   Su-to Yan berkata.   "Kedudukan cianpwee berada diatas generasi tertinggi, mungkinkah bersedia menurunkan martabat, menempur seorang anak muda yang baru menampilkan diri seperti aku?"   "Ha, ha..."   Seng-mo Leng Kho Tiok tertawa.   "Aku manusia, kau juga manusia, derajad manusia tidak ada perbedaan, bukan?"   Mengetahui bahwa Seng-mo Leng Kho Tiok tidak mementingkan urutan generasi tua dan muda, tidak sungkan-sungkan untuk menggempur siapa saja, lenyaplah harapan Su-to Yan untuk mencegah pertempuran.   "Apa yang kau ingini?"   Bertanya Su-to Yan secara blak-blakan. "Kau memiliki sebuah kitab ilmu yang bernama ilmu pedang Maya Nada, Aku tahu. jangan mencoba untuk menyangkal."   Sengmo Leng Kho Tiok sangat rakus kepada kekayaan dan kepusakaan, Dan masih menghendaki catatan ilmu silat itu.   "Dan aku menghendaki kitab itu."   Su-to Yan menggeleng-gelengkan kepala, lagi-lagi persoalan ilmu pedang Maya Nada, ilmu pedang yang tak diketahui sama sekali.   "Aku tidak mengerti."   Dia menyangkal. Seng-lo Leng Kho Tiok tidak marah, dia tertawa berkakakan.   "Ha, ha... jawaban yang sudah berada didalam perhitunganku Tentunya kau tidak mau nyerah, sebelum dikalahkan olehku, bukan ?". Memang demikian sifat-sifat manusia, maunya dipaksa saja, seperti seekor kuda, harus mendapat cambukan-cambukan, baru dia mau berlari kencang, setelah itu, dia lambat-lambatan lagi. Akan kupaksa kau mengeluarkan kitab tersebut, dan waktu itu, kau akan kehilangan kedua tangan dan kedua kaki."   Su-to Yan mengajukan protes.   "Kau kejam, Kau belum pernah merasakan, bagaimana sengsaranya seorang yang telah tiada berkepandaian, ingin sekali aku dapat memuaskan semua ilmu kepandaianmu, maka kau baru tahu, betapa sakitnya orang persakitan yang menjadi korban kejahatanmu."   "Ha, ha, ha .."   Seng mo Leng Kho Tiok tertawa.   "Sudah lama aku tidak menampakkan diri, hari ini dapat menjumpai Setelah kau kukalahkan maka kedua tangan dan kakimu tidak akan terhindar dari kerusakan."   Seng-mo Leng Kho Tiok hendak memapas putus kaki dan tangan Su-to Yan.   Berbareng kata-katanya yang terakhir, tubuh manusia yang senang mengorbankan kepentingan orang itu terbang keatas, dan begitu cepat gerakannya, dengan sepasang jari, dia mengancam jalan darah Leng-tay.    Su-to Yan bertepuk tangan, memecah kekanan dan kekiri, kemudian mendorong semua sisa tenaga kearah datangnya jari tangan Seng-mo Leng Kho Tiok.   Serangan Seng mo Leng Kho Tiok tertahan di luar benteng pertahanan Su-to Yan, tubuhnya mumbul tinggi, dengan kecepatan yang sangat luar biasa, dia menggunakan kipas menepuk kepala si pemuda.   Su-to gerakan datang, Pertama Yan menyedot napas, tubuhnya mumbul keatas, dengan yang tidak kalah cepat, dia lari, sebelum serangan musuh ini tipu yang bernama Sin-mo ju sian atau iblis Sakti Kali Menampilkan diri.   Seng-mo-Leng Kho Tiok mengeluarkan pujian.   "Luar biasa, tidak percuma kau menjadi murid Ciok Pek Jiak yang ternama."   Tanpa mengurangi kecepatannya, Seng-mo Leng-kho Tiok mengancam jalan darah kie-bun hiat lagi.   Menyaksikan kecepatan tubuh lawannya yang dapat bicara sambil menyerang tanpa mengurangi kecekatannya, Su-to Yan goyang kepala, dia mengerahkan ilmu It-bok Cin-khie atau ilmu Kabut Hijau untuk melindungi diri.   Seng mo Leng Kho Tiok menggunakan kipas dan jari, bergantian mencari lolongan dari penjagaan seluruh bagian tubuh Su-to Yan yang terlindung kuat, bermain seperti ular kecil.   Seolah-olah hendak melilit tubuh sang korban, Su-to Yan dikurung oleh bayanganbayangannya.   Perkutetan yang seperti itu memakan waktu yang cukup lama, siapa lengah, orang-orang itu lah yang akan kalah.   Seng mo Leng Kho-Tiok lebih berpengalaman, suatu saat, dia memberi kelonggaran-maksudnya memancing datang serangan balasan sipemuda, dan itulah waktu-waktu untuk menemukan kekosongan penjagaannya.    Su-to Yan mempunyai mata yang tajam, sayang belum dapat menembus tipu muslihat musuh, dia mengetahui suatu keuntungan, ketika kipas Seng-mo Leng Kho Tiok hampir tidak terjaga, dengan satu jurus tipu Thian-mo-nie hun-ciauw, melepaskan penjagaan dirisendiri, Su-to Yan menarik diri dari lingkaran Kabut Hijau, tangannya dipanjangkan, merebut kipas musuh.   Tepat! Kipas berhasil dicengkram, Seng mo Leng Kho Tiok tidak dapat disamakan dengan pendekar-pendekar muda yang kurang pengalaman, didalam hati tukang gasak harta benda milik orang ini tertawa, begitu kekuatan Su-to Yan menempel dikipas, Seng - mo Leng Kho Tiok menggentak keras, dengan satu geraman yang memekikkan telinga dia membentak.   "Lepas!"   Menyalurkan tenaga dalamnya yang menembus kipas, Seng-mo Leng Kho Tiok hendak menerbangkan tubuh lawannya.   Su-to Yan telah mewarisi semua kekuatan tenaga dalam Ciok Pek Jiak, walau belum dapat menguasai semua kekuatan-kekuatan itu, dia masih cukup tangguh.   Dirinya telah masuk kedalam jaring lawan yang terpasang bagus, jari-jarinya dikerahkan, masih berusaha merebut senjata kipas Sengmo Leng Kho Tiok.   Terjadi pergumulan tenaga dalam, Seng-mo Leng Kho Tiok berdengus.   "Tenagamu cukup hebat, hee?"   Secara bertahap, dia menambah tenaga dalamnya jalur-jalur ini saling susul diantara gagang kipas, menerjang Su-to Yan, Terasa betul selisih perbedaan tenaga kekuatan mereka.   Seng mo Leng Kho Tiok dapat memperhatikan turunnya butiran keringat diatas jiat lawan.   Su-to Yan menggeretek gigi, dia masih hendak mempertahankan kedudukannya, melepas tangan berarti mendatangkan maut tenaga dalam Seng-mo Leng Kho Tiok beserta tarikan tenaganya akan menghancur luluhkan isi badan, Maka dia wajib bertahan diatas kipas.   Seng-mo Leng Kho Tiok memperlihatkan senyum iblisnya.   Su-to Yan menyengir bukan waktunya dia mengadu tenaga, berapa lamapun dia bertahan pasti tidak sanggup menguasai diri sendiri, sedikit demi sedikit, Seng-mo Leng Kho Tiok mendesak dirinya.   Dari harus menyerahkan diri begitu saja, timbul niatan untuk mengadu jiwa.   Tangan kirinyapun turut maju, dia memecah kekuatan dikedua tangan, dan secara mendadak sekali, menarik semua kekuatan yang ada, tangan kanan memainkan tipu Kui-ong Hui-san, memukul Seng-mo Leng Kho Tiok, inilah cara mengadu jiwa, jika dia berhasil memukul musuh itu, karena semua kekuatan berpindah kekiri, dirinyapun tidak luput dari kematian.   Seng-mo Leng Kho Tiok tidak mau mati bersama, dia tidak meneruskan pukulannya dan menarik sebagian untuk mempertahankan diri.   Terdengar suara benturan, masing-masing menerima hadiah bagian lawan.   Tubuh Su-to Yan terpukul jatuh kebelakang, setelah berhasil memukul pundak lawannya.   Pukulan Kui-Ong Hui-san memaksa Seng-mo Leng Kho Tiok memuntahkan darah segar.   Su-to Yan hanya menerima setengah dari pukulan Seng-mo Leng Kho Tiok, inipun sudah cukup untuk dirasakan, lukanya lebih parah dari musuhnya, dia hampir jatuh tertelungkup, sedapat mungkin dia mempertahankan diri, dan dia berhasil, dia mempertahankan dirinya di hadapan musuh itu.   Mereka saling pandang.   Su-to Yan menelan semua luka-lukanya, dia berdiri dengan gagah.   Hampir Seng-mo Leng Kho Tiok berteriak, belum pernah ada orang yang dapat menerima seperempat bagian tenaga pukulannya, dan pemuda ini telah menerima sebagian besar dari pukulan dahsyat itu, yang aneh, dia belum mati, bahkan masih sangat sehat.    Kini musuh itu maju lagi, tentunya hendak menamatkan jiwanya yang sudah menderita luka.   Dia tidak tahu, bahwa Su-to Yan juga menderita luka parah.   Inilah cara cara Su-to Yan untuk menundukkan musuh, langkah kakinya digeser lagi kedepan.   Seng-mo Leng Kho Tiok adalah seorang kejam, dia sering melakukan pembunuhan-pembunuhan, belum pernah dia mengenal kasihan, dan kali ini dia mendapat giliran untuk menghadapi tangan elmaut, untuk mengadu kekuatan lagi, dia sudah kehilangan pegangan, demi memperpanjang hidup tuanya, dia membalikkan badan melarikan diri! Su-to Yan nyaris dari kematian, Bila meneruskan pertarungan seperti tadi, tentu dia akan mati lebih dahulu.   Seng-mo Leng Kho Tiok telah melarikan diri, iman sipemuda yang terpegang kuat jatuh runtuh, tubuhnya menggelesot, dan dia jatuh.   Dia masih berada didalam daerah berbahaya, bukan mustahil bila Seng-mo Leng Kho Tiok menerka kekosongan tenaganya, dan itu waktu, bila dia tidak cepat cepat lari dari tempat itu, pasti celaka.   Su-to Yan bangun dan melanjutkan perjalanannya.   Hanya belasan langkah, dia tidak kuat.   sekali lagi jatuh ditanah.   "Celaka."   Sipemuda mengeluh.   "Mungkinkah aku ditakdirkan untuk mati ditempat ini?"   Dia memiliki ilmu It-bok Cin khie, dengan ilmu ini, dia berusaha mengembalikan tenaganya.   Dia duduk bersila, menerangkan matanya dan mengatur jalan peredaran darahnya.   Berapa lama kemudian, Su-to Yan berhasil memutarkan jalan peredaran darah sehingga beberapa kali, pukulan Seng-mo Leng Kho Tiok terlalu kuat, tidak berhasil menghancurkan semua kekuatannya.   Perlahan-lahan, Su-to Yan membuka kedua matanya.    Tiba-tiba ...."Aaaa...."   Dia berteriak kaget.   Dihadapannya telah berdiri seorang tua berbaju hitam, entah kapan datangnya orang ini, tiada tanda tanda dan tiada terdengar suara geseran angin yang ditimbulkan boleh langkah langkah kakinya, Orang tua berbaju hitam sedang memperhatikan perubahan perubahan wajah Su-to Yan, mengetahui bahwa pemuda itu telah melek mata, dia berkata.   "Kau masih menderita luka."   Sikapnya cukup ramah. Su-to Yan menganggukan kepala, dia mempunyai kesan yang agak baik kepada orang tua berbaju hitam yang berdiri dihadapannya. Orang tua itu berkata lagi.   "Luka yang kau derita cukup parah, paling cepat, kau harus menggunakan waktu selama tiga bulan, baru dapat memulihkan semua kekuatan dan tenagamu."   Tiga bulan ? Su-to Yan mengerutkan alis, siapakah orang tua ini? Matanya cukup tajam, hati nya sepintas lalu, luka didalam tubuhnya telah dapat disebut tepat, Tiga bulan untuk memulihkan semua tenaganya lagi? Sungguh suatu jangka waktu yang cukup lama.   Bagaimana usahanya untuk menolong Cin Bwee dilembah Cui goatkok? Akh, sungguh kejadian yang memusingkan kepala.   Orang tua berbaju hitam itu masih mengoceh terus, katanya.   "Seng-mo Leng Kho tidak telah melarikan diri, Tapi dia mempunyai otak yang tidak cukup lihay, seharusnya dia tahu, bahwa kau juga menderita luka, luka yang kau derita lebih berat dari dirinya, Mana kala dia sadar dari kelengahan ini, pasti dia akan kembali lagi." Su-to Yan membuka mulut.   "Bagaimana kah sebutan cianpwee yang mulia?"   "Aku?"   Orang tua berbaju hitam tertawa.   "Pernah dengar nama Su-mo Min Kho Siong?"   Ternyata salah satu dari pasangan dua Manusia Jibaku, orang tua berbaju hitam adalah Su-mo Min Kho Siong. Su-to Yan terbelalak.   "Cianpwee..,. Cianpwee yang bernama Su-mo-Min Kho Siong?"   Dia agak gugup.   Mungkinkah ada kejadian yang begitu kebetulan? Belum lama Seng-mo Leng Kho Tiok munculkan diri, dan kini dia berhadapan dengan Su mo Min Kho Siong, sepasang Manusia Jibaku yang telah lama mengasingkan diri, manusia-manusia yang sudah lama tiada khabar cerita bermunculan didalam rimba persilatan kembali.   Su-mo Min Kho Siong menganggukkan kepala, dia berkata.   "Semua pokok persoalan ditimbulkan karena ilmu pedang Maya Nada."   "Ilmu pedang Maya Nada?"   Su-to Yan tidak mengerti, lagi-lagi ilmu pedang itu yang menjadi buah bibir orang, Bagaimanakah kehebatan dari ilmu pedang Maya Nada? Su-mo Min Kho Siong memberi keterangan.   "Kau cucu Su-to Pek Eng, bukan?"   "Betul."   "ltulah, Su-to Pek Eng menyerahkan ilmu pedang kedalam lembah Hui-sin, maka tidak seorangpun yang berani membuktikannya, Setelah kau meminta kembali ilmu pedang itu, seharusnya menekunkan didalam lembah Hui-sin, disana tidak terganggu Mengapa kau meninggalkan tempat tersebut?" "ilmu pedang tidak berada didalam tanganku."   Su-to Yan berteriak.   "tidak seorangpun yang akan percaya keteranganmu."   Berkata Su-mo Min Kho Siong.   "Betul."   Timbrung satu suara lain.   "tidak seorangpun yang akan percaya kepada keterangannya, termasuk aku."   Disana bertambah seorang tua berwajah putih, mempunyai potongan badan tinggi besar, orang inilah yang mengganggu percakapan Su-to Yan dan Su-mo Min kho Siong. Kemudian, orang tua berwajah putih itu menatap Su-mo Min kho Siong dan berkata kepadanya.   "Sahabat lama, belum melupakan diriku bukan?"   Su-mo Min kho Siong menganggukkan kepala, Dengan tenang ia berkata.   "Kukira siapa yang datang. Ternyata kawan lamaku, siapakah yang tidak kenal kepada Jie Han Liu yang ternama."   Hati Su-to Yan terkejut, dia sedang berhadapan dengan ayah Jie Ceng Peng, orang tua berwajah putih inikah yang bernama Jie Han Liu? Sungguh tidak disangka sama sekali. Dengan senyum riang, Jie Han Liu berkata.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Su-mo Min kho Siong, tahukah akan maksud kedatanganku ke tempat ini ?"   "Masih belum tahu,"   Berkata orang yang ditanya.   "Tapi kukira ada hubungan dengan ilmu Pedang Maya Nada, bukan ?"   "Salah besar!"   Berkata Jie Han Liu "Ketahuilah, bahwa Su-to Yan ini adalah cucu dari Su-to Pek Eng, seorang sahabat baikku juga, bagaimana aku dapat membiarkan sengsara dan terlantar didalam dunia persilatan? Aku ada maksud untuk mengajaknya pulang.   Aku wajib menjaga cucu sahabat lama." "Ha, ha, ha..."   Su-mo Min kho Siong tertawa.   "Kau memang pandai menggunakan istilah kata kata Sastra, bagaimana cara-cara kau menjaganya keamanan orang-orang? Mengurungnya didalam suatu kamar. Istilah "Diamankan", ini sudah terlalu umum. tidak guna kau menggunakan kata-kata diplomatik lama."   Jie Han Liu naik darah, ia membentak.   "Su-mo Min Kho Siong, kau kira aku takut kepadamu?"   "Ha, ha, ha . ."   Su-mo Min Kho Siong tertawa. Jie Han Liu mendekati Su-to Yan, dan mulut orang tua berwajah putih itu mengaco.   "Aku wajib memeriksa keadaan luka yang diderita oleh cucu dari seorang kawan lama."   Su-mo Min Kho Siong menghadang perjalanan Jie Han Siu.   "Tunggu dulu!"   Dia membentak.   Jie Han Liu meremehkan ancaman itu, dia membelakanginya dan masih mendekati Su - to Yan.   Su-mo Min Kong Siong membalikkan tangan cepat sekali, pukulannya sudah menempel digeger orang.   Jie Han Liu merendengi nama Ciok Pek Jiak, tentu saja mempunyai ilmu kepandaian yang ada isinya, sengaja menjajal kecepatan Su-mo Min Kho Siong, dia berputar, tangan kirinya termiring-miring membacok orang itu.   Su-mo Min Kho Siong tidak berani menerima bacokan tangan, dengan sepasang kaki, dia menendang, maksudnya menyingkirkan serangan.   Jie Han Liu menyusul dengan enam pukulan tangan kosong.   Su-mo Min Kho Siong dipaksa mundur ke belakang.   Tangannya telah menarik keluar sebuah panji hitam, inilah senjata yang menggantikan kipasnya, ternyata kipas aku Wajib Jibaku telah dihancurkan oleh beberapa musuh kuatnya, itu akibat dari suka ikut campur urusan orang lain.   Dikala masa mudanya, Su-mo Min Kho Siong sering melakukan perbuatan-perbuatan mulia, menolong siapa yang membutuhkan pertolongan, karena itu dia menanam banyak bibit permusuhan dan kekuatan musuh Su-mo Min Kho Siong bergabung menjadi satu, mereka mengeroyoknya.   Tentu saja Su-Min Kho Siong tidak sanggup melayani seranganserangan ribuan tangan, akhirnya dia melarikan diri, kipas hancur, demikian kisah cerita lenyapnya semula dari Manusia Jibaku ini.   Sedari saat itu, dia bersumpah, tidak mau usil perkara lagi, dan senjatanya digantikan oleh panji hitam, semacam senjata yang mempunyai banyak persamaan dengan kipas.   Bercerita Jie Han Liu yang melayani serangan-serangan panji hitam Su-mo Min Kho-Siong.   Mereka menemukan tandingan, Bilamana Su-mo Min Kho Siong dapat menyerang dengan gencar suatu saat, Jie Han Liu pun mempunyai kekuatan untuk mengadakan serangan balasan.   Dia mendesak orang berbaju hitam itu.   Su-mo Min Kho Siong mengebut panji hitam, terdengar suara benturan yang keras, untuk sementara mereka terpisah.   Su-to Yan menyaksikan suatu pertandingan seru dari kedua jago itu.   Dikala mereka hendak meneruskan pertarungan itu, lain bayangan melesat maju, bayangan itu berteriak.   "Hai, aku hendak turut serta didalam keramaian ini."   "ltulah Seng-mo Leng Kho tidak yang balik kembali, Dia menghentikan pertempuran yang terjadi diantara Su-mo Min Kho Siong dan Jie Han Liu. Terdengar lagi suara Seng-mo Leng Kho-Tiok.   "Kalian tidak menduga kepadaku, bukan?" Su-mo Min Kho Siong berdengus.   "Kedatanganmu untuk kedua kakinya sudah berada didalam perhitunganku."   Jie Han Liu tertawa, dia menyapa orang itu.   "Ah, bagaimana keadaanmu selama belasan tahun belakangan ini?"   "Atas perhatianmu, aku mengucapkan terima kasih."   Berkata Seng-mo Leng Kho Tiok"   Mengapa kalian mengadu urat? Ada yang sedang dicekcokkan?"   Jie Han Liu berkata.   "Ha, ha... Kedatanganmu juga bermaksud memiliki ilmu pedang Maya Nada? Bagus kita boleh mengadu kekuatan."   "Dugaanmu tidak benar."   Berkata Seng-mo Leng Kho Tiok.   "Aku tidak ada maksud untuk mengangkangi ilmu pedang Maya Nada."   "Huh,"   Su-mo Min Kho Siong berdengus.   "Siapa yang percaya kepada keterangan ini?"   Seng mo Leng Kho Tiok mendelikkan matanya dia berkata.   "Orang menyebut kita sebagai Sepasang Manusia Jibaku, seharusnya kita bekerja sama gandeng-bergandeng menjelajahi rimba persilatan. Tapi kau tidak, kau berdiri ditempat yang bertentangan dengan diriku, selalu bersitegang, Ketahuilah, bahwa ilmu pedang Maya Nada belum tentu berada didalam tangannya, Tapi dia lihay, dibiarkan hidup didalam dunia rimba persilatan bagaimana kita dapat mempertahankan gengsi kita! Dia akan menggantikan kedudukan semua tokoh-tokoh silat termasuk kita berdua, untuk melenyapkan bahaya latent, lebih baik kita menyingkirkan Su-to Yan. Su-mo Min Kho Siong menggoyangkan kepalanya.   "Aku tidak sependapat dengan pendirianmu."   Dia berkata.   Jie Han Liu juga mengemukakan pendapatnya, menyelak pembicaraan.    "Mungkin saudara Seng-mo Leng Kho Tiok tidak tahu, bahwa aku mempunyai hubungan baik dengan kakek pemuda ini, tidak dapat kubiarkan dia jatuh kedalam tangan orang, Aku melarang kau membunuhnya."   Seng-mo Leng Kho Tiok mendelikan mata, Su-mo Min Kho Siong tertawa gelak-gelak.   "Ha., ha, ha ... Betul ... Betul ...   "   Dia memberi tanggapan atas keterangan Jie Han Liu.   "Saudara Jie Han Lui ini melarang kau membunuh Su-to Yan, dia akan melarang setiap orang mendekati Su-to Yan. Hanya dia seorang yang boleh mendekatinya, Maka dikemudian hari, tentu saja ilmu pedang Maya Nada akan jatuh ke dalam tangannya."   Jie Han Liu bergeram! "Kurang ajar."   Dan tangannya memukul kearah orang tua berbaju hitam itu, dia meneruskan pertandingan yang terlantar. Su-mo Min Kho Siong melayaninya dengan senang hati, Mereka berkutet lagi. Suata ketika, Seng-mo Leng Kho Tiok menyelak ditengah, dia berkata.   "Kalian jangan melupakan kehadiranku."   Su-mo Min Kho Siong tertawa semakin riang.   "Bagus, mari kita mengadakan pertandingan segi tiga."   Dan dia menyerang kepada dua orang.   Jie Han Lui menerima saran ini, sehingga terjadi saling gebrakan, bilamana Seng-mo Min Kho Siong memukul Su-mo Leng Kho Tiok.   dia menyerang si kakek baju hitam Dan bila mana Su-mo Leng Kho Tiok yang menyerang Seng-mo Min Kho Siong, dia menerjang orang tua baju putih itu.   Sepasang Manusia Jibaku dan Jie Han Liu adalah tokoh-tokoh silat golongan tua, mereka telah gatal tangan, adanya kesempatan untuk melatih diri tidak akan dibuang percuma, hal itu sangat menggirangkan mereka.   Dan kejadian berikutnya ketiga orang itu saling serang.   Su-to Yan berada dalam keadaan kondisi badan terluka, angin angin pukulan dari ketiga jago tua bukan ditujukan kepada dirinya, tapi itupun cukup untuk menyesakkan peredaran jalan napas, dia tidak sanggup mengikuti jalannya pertandingan suatu saat, dia jatuh pingsan.   Pikiran Su-to Yan kosong melompong, apapun tidak teringat lagi.   Berapa lama Su-to Yan jatuh pingsan, dia sendiri tidak tahu, dikala sipemuda sadar dari ingatannya, suasana ditempat sekitar itu sudah menjadi sangat sunyi, sepi sekali, tidak terdengar deru angin dari pertempuran tiga jago yang mengadu tenaga.   Dia membelalakan sepasang mata.   Sebelum Su-to Yan dapat mengetahui apa yang telah terjadi, sebelum dia dapat memeriksa keadaan disekeliling dirinya, terdengar satu suara yang gagah menegur.   "Kau sudah ingat orang?"   Seorang laki laki setengah umur berdiri didepan pemuda itu, dia mengenakan pakaian warna hijau, dengan sikapnya yang tenang memperhatikan perubahan wajah Su-to Yan.   Su-to Yan melesetkan diri, dia mundur jauh, Haaa....   tenaganya telah pulih kembali.   Aneh, bukan? Siapa yang menyembuhkan dirinya dari luka-luka yang diderita karena pukulan Seng-mo Leng Kho Tiok? Dan kemana pula Su-mo Min Kho Siong? Dimana Jie Han Yiu? Dari mana munculnya laki laki berbaju hijau? Siapa yang menyembuhkan luka dalamnya? Pertanyaan ini mengejang alam pikiran Suto Yan.   Lelaki berbaju hijau itu membuka suara.   "Obat Tong-hay Sinkauw telah berhasil merapatkan semua luka-lukamu. Kau bebas untuk bergerak." "Cianpwee yang memberi obat Tong-hay-Sin-kauw?"   Su-to Yan bertanya.   Lelaki itu menganggukkan kepala.   Su-to Yan terkejut, obat Tong-hay Sin-kauw adalah obat pusaka dari daerah Tong-hay, sifatnya mujarab, dapat merapatkan segala luka-luka parah, mungkinkah sedang berhadapan dengan salah satu dari tiga tokoh silat dari daerah itu? Cepat-cepat dia mengucapkan terima-kasihnya.   Lelaki berbaju hijau membawakan sikapnya yang congkak, dia berkata.   "Tahukah kau, mengapa aku menolong diri mu? itulah atas permintaan Ie Han Eng."   "le Han Eng?!"   Su-to Yan tidak mengerti, ada hubungan apa tokoh silat dari golongan Tong-hay datang kemari? Bagaimana Ie Han Eng dapat berkenalan dengan tokoh-tokoh silat seperti ini ? Lelaki berbaju hijau memberi keterangan yang lebih jelas.   "Sepuluh tahun yang lalu, aku pernah berjanji dihadapan Ie Ceng Hauw untuk menjaga keselamatannya, dan melarang semua orang memasuki Lembah Hui-in, kecuali orang yang bersangkutan langsung dengan dirinya, dan orang itu tidak mempunyai maksudmaksud jahat. Dan hari ini, Ie Han Eng meminta pertolonganku untuk menarik dirimu dari kalangan orang."   Ie Cang Bauw adalah nama dari ayah-Ie Han Eng.   Su-to Yan, mengerti mengapa tidak seorangpun yang berani mengganggu ketenangan Ie Han Eng, ternyata ada beberapa tokoh kuat yang melindungi keselamatan gadis itu.   Lelaki berbaju hijau seperti dapat menduga isi hati Su-to Yan, dia berkata lagi.   "Jangan terlalu cepat gembira, tugasku bukan untuk mengawal Ie Han Eng seumur hidup, aku berjanji didepan ayahnya, Ie Han Eng hanya boleh mengajukan tiga permintaan. Dan lewat dari permintaan-permintaan itu, aku wajib memperistrikan dirinya."   Su to Yan meludah.   "Cih, kau ingin mendapatkan Ie Han Eng?"   Orang itu tidak marah. sikapnya masih tenang, seolah-olah tidak ada sesuatu yang dapat mengganggu usaha kerjanya.   "Aku tahu,"   Dia berkata.   "Kau telah ditunangkan kepadanya, Tapi aku tidak takut kepadamu."   "Aku?"   Su-to-Yan berteriak.   "Aku ditunangkan kepada Ie Han Eng?"   Laki-laki berbaju hijau tidak menjawab pertanyaan Su-to Yan, tubuhnya melesat, meninggalkan tempat itu.   Su-to Yan telah memakan obat Tong-hay Sin-kauw, obat mujarab yang mempunyai khasiat melengketkan luka-luka yang meletak, tenaganya telah pulih, dia melejitkan diri dan menghadang didepan laki-laki berbaju hijau.   "Jangan pergi."   Dia menahan orang.   "Eh, ingin mengadu silat ?"   Orang itu membalikkan tangan, maksudnya hendak menyingkirkan tubuh Su-to Yan. Su-to Yan berusaha mengelakkan serangan tadi. Tapi, lagi-lagi orang itu membalikkan tangannya, menelungkup kearah pergelangan tangan Su-to Yan.   "Kenalilah ilmu kepandaian khas dari daerah Tong-hay."   Berkata orang itu sangat sombong.   "lnilah ilmu yang bernama Siauw-hithian-hoan-chin."   Su-to Yan mendapat tandingan, dengan ilmu cengkeraman maut Thian-mo-nie-hun-cauw, dia melayani cengkraman-cengkraman lawannya.   "Kenalilah ilmu kepandaian dari Tionggoan."   Dia tidak mau kalah suara.   "lnilah ilmu Thian-mo-nie-hun-cauw."   Laki-laki berbaju hijau bergebrak sampai lima jurus, dan dia mengeluarkan suara pujian.   "Hebat, ilmu peninggalan jaman purbakala memang luar biasa. Aku lebih kenal dengan cengkraman maut Thian-mo-nie-hun cauw, sayangkan hanya pandai sebagian dari ilmu ini."   Su-to Yan terdesak. Laki-laki itu adalah jago ternama dari daerah Tong-hay, mendesak lagi beberapa gebrakan, dia menarik diri dari gelanggang pertempuran.   "Bagaimana ? Masih tidak mau mengakui akan keunggulan pihak Tong-hay?"   Tubuhnya mumbul, melesat tinggi dan meninggalkan Su-to Yan.   Sipemuda bengong kesima.   Dia menyesalkan diri sendiri yang kurang tekun mempelajari ilmu silat, sehingga tidak dapat menundukkan jago dari luar daerah itu.   Seorang gadis berjalan perlahan, mendekati Su-to Yan.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Cepat Su-to Yan berpaling kearah gadis itu.   hampir dia berteriak, itulah sang bidadari dari lembah Hui-in Ie Han Eng.   "Kau?"   Su-to Yan mulai mengerti akan permainan pertukaran pedang In-liong, itulah suatu tanda dari pertunangannya dengan gadis le Han Eng, Dan dia sedang berhadapan dengan tunangan itu.   Ie Han Eng mendekati Su-to Yan, dekat sekali, setelah itu, dengan suara yang datar, suara yang tidak membawakan kesan hidup manusia, dia berkata.   "Bagaimana dengan keadaan lukamu? Sudah sembuh?"   "Terima kasih."   Berkata Su-to Yan.   "Obat Tong-hay Sin-ciauw sungguh mujijat, aku telah sembuh."   Mereka saling pandang, lama sekali.   Ie Han Eng mendapat julukan bidadari dari lembah Hui-in, suatu bukti betapa cantik gadis ini.   Bila dibandingkan dengan Jie Ceng Peng atau Cin Bwee, tentu saja dia keluar sebagai juara.    Perbedaan dari ketiga gadis adalah ciri-ciri mereka yang berbedabeda, bila Ie Han Eng sangat halus dan lemah gemulai, Jie Ceng Peng gagah perkasa, Cin Bwee manja.   Tiga macam Tipe yang tidak sama.   Su to Yan sedang membandingkan ciri-ciri dari kecantikan ketiga gadis itu.   Ie Han Eng mengeluarkan se   Jilid kitab, diserahkan kepada Su-to yan dan berkata.   "Aku datang untuk menyerahkan ini kepadamu."   "Kitab?"   Su-to Yan terkejut.   "Betul, Kitab ilmu pedang Maya Nada."   "ilmu pedang Maya Nada?"   Su-to Yan terkejut, Dia mendapat ilmu pedang yang sedang diidam-idamkan orang? Catatan yang sedang di dambakan oleh setiap tokoh rimba persilatan? itulah suatu kenyataan, le Han Eng menyerahkan kitab catatan ilmu pedang tersebut kepada pemuda yang bersangkutan, Su-to Yan menolak cepat.   "Jangan."   Le Han Eng berkata.   "Kitab catatan ilmu pedang maya nada adalah benda yang menjadi hak milikmu. Berhubung adanya pertunangan kita yang telah di tetapkan oleh orang tua masing-masing, maka kitab catatan ilmu Pedang ini berada didalam tanganku. Aku tidak tahu bahwa kau tidak setuju dengan janji-janji itu, maka tidak menyerahkan kitab pusaka milikmu. Kini aku tahu, kau tidak membutuhkan aku, maka kitab ini harus kukembalikan kepadamu, Terimalah."   Melempar kitab catatan ilmu pedang Maya Nada kedalam pangkuan Su-to Yan, le Han Eng membalikkan badan dan pergi lagi. Su-to Yan berteriak.   "Tunggu! jangan kau pergi!" le Han Eng tidak menghentikan langkahnya, juga tidak menengok kebelakang, tanpa membalik, dia berkata.   "Bila kau ada maksud untuk memperbaiki hubungan kita, bagaimana kau menempatkan kedudukan Cin Bwee?"   "Aaa..."   Su-to Yan terkejut, Dia melamun ditempat.   Lupa mengejar le Han Eng.   Suatu kejadian yang membingungkan dirinya, bagaimana le Han Eng tahu, bahwa dia mempunyai hubungan baik dengan seorang gadis yang bernama Cin Bwee? siapakah yang memberitahu kejadian itu kepada Ie Han Eng? Dan Ie Han Eng menyekap diri didalam lembah Hui-in, dengan alasan apa, sigadis tersebut menyusul dirinya? Mengapa mengembalikan kitab catatan ilmu pedang Maya Nada? Mengapa cepat-cepat naik darah, tanpa menunggu keterangannya? Dia bingung memikirkan hubungan mereka, mana diketahui, bahwa dia telah ditunangkan kepada Ie Han Eng? Hubungan baiknya dengan Cin Bwee telah berekor panjang, karena urusannyalah, gadis itu tersangkut didalam lembah Cui-goatkok, maka dia wajib menolongnya.   Teringat akan lembah Cui-goat-kok, Su-to Yan harus segera menolong Cin Bwee.   Adanya sigadis didalam tangan Cu-kat Hong adalah suatu kejadian yang tidak menguntungkan dirinya.   Segera Su-to Yan melanjutkan perjalanan.   Singkatnya cerita, dia sudah ada diperbatasan lembah cui-goatkok.   Menjelang malam hari, keadaan disekitar lembah cui goat kok sangat gelap, racun-racun bertebaran disekitar tempat itu, sungguh berbahaya bagi mereka yang tidak paham seluk beluk tempat tersebut.   Su-to Yan memperhatikan disekitar lembah itu, untuk menghindari racun-racun yang terpasang disepanjang jalan masuk, dia mengitar ke-lain bagian, tempat ini sangat tinggi, adalah tebing curam, Memandang tinggi tebing, Su-to Yan bergumam.    "Aku harus berusaha mendaki tebing ini."   Dengan ilmu cek-khoe Leng in, dia merayap naik keatas tebing, Dari sana, memperhatikan letak yang tepat, Su-to Yan merayap turun kembali.    Ratna Wulan Karya Kho Ping Hoo Goda Remaja Karya Kho Ping Hoo Rajawali Lembah Huai Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini