Ceritasilat Novel Online

Pedang Wucisan 7


Pedang Wucisan Karya Chin Yung Bagian 7


Pedang Wucisan Karya dari Chin Yung   Dengan cara itu, dia berhasil memasuki lembah Cui goat-kok tanpa gangguan.   Betulkah tidak ada gangguan? Terlalu cepat untuk bergirang, dikala hampir mendekati dasar lembab beberapa sinar perak meluncur kearah pemuda itu.   Su-to Yan terkejut, adanya serangan gelap sangat menyulitkan dirinya, dia belum mendapat cara baik untuk menyingkirkan serangan serangan itu, menangkis berani melepaskan pegangan dan dia akan jatuh kedasar jurang.   Sungguh hebat! Terlihat Su-to Yan melepaskan pegangannya, maka tubuh itu jatuh terlentang dengan demikian dia berhasil melepaskan diri dari ancaman senjata senjata gelap.   Dan badan itu masih jatuh terus.   Beberapa detik kemudian, dengan satu jurus Sin-mo Hui tauw atau iblis Sakti membalikkan Badan, Su-to Yan berhasil membenarkan keseimbangan tubuhnya, memilih satu tempat yang agak menonjol, dia menutulkan kakinya, berjumpalitan beberapa kali, dia tiba didasar lembah dengan selamat.   Tiga orang, berbaju hitam lompat keluar dari tempat persembunyian mereka.   Seorang tua langsung menghampiri Su-to Yan.   Su-to Yan mengeluarkan suara dari hidung.   "Seperti inikah cara menyambut lembah Cui goat kok kepada seorang tamu?"   "Huh...!"   Orang tua berbaju hitam tidak mau kalah.   "Seperti inikah cara-caranya seorang tamu yang hendak memasuki lembah Cui-goat-kok?" "Aku datang untuk memenuhi tantangan Cu kat Hong."   Berkata Su-to Yan. Orang tua itu berkata.   "Cu kat Hong adalah Sutee kami, dia telah mengundang orang luar masuk kedalam lembah Cui goat kok, undangan itu belum dapat ijin kami, karena itu dia wajib menerima hukuman. Dengan ini, kami menolak kedatanganmu."   "Baik."   Su-to Yan tidak menarik urusan.   "Aku segera meninggalkan tempat ini, setelah kalian melepaskan seorang kawanku yang dilarikan oleh Cu kat Hong."   "Seorang kawanmu telah dilarikan oleh Cu kat Hong?"   Orang itu mengkerutkan alis.   "Betul, Namanya Cin Bwee."   Berkata Su-to Yan.   "Kami tidak kenal kepada seorang yang bernama Cin Bwee."   Berkata orang itu.   "Cu-kat Hong pulang ke lembah tanpa membawa orang luar, jangan kau mencoba untuk mencari onar."   "Huh? Siapa yang mencari onar."   Debat Su-to Yan."   Aku tidak meninggalkan tempat ini, sebelum berhasil menemukan jejak Cin Bwee."   Orang tua berbaju hitam itu marah besar.   "Dengan alasan apa kau mengatakan bahwa kawanmu yang bernama Cin Bwee itu berada didalam lembah cui goat kok?"   Dia mendelikan mata.   "Panggil keluar Cu-kat Hong, maka kau dapat mengajukan pertanyaan ini kepadanya."   Berkata Su-to Yan.   "Cu-kat Hong tidak berani membawa orang luar memasuki lembah cui-goat-kok."   Orang tua itu berkata keras.   "Kukira dia berani."   Berkata Su-to Yan.   "Ha, ha....Kau kira namaku dapat menakutkan orang?"   Berkata orang tua itu. "Bagus... Aku akan menempur dirimu."   Su-to Yan siap menghadapi datangnya serangan. Dua laki-laki berbaju hitam dikanan dan kiri orang tua itu menyelak keluar, mereka berkata di saat yang sama.   "Suheng, serahkan orang ini kepadaku."   "Suheng, jangan kau menurunkan derajat diri sendiri, Akupun dapat mengusir pergi anjing ini."   Orang tua berbaju hitam memandang kedua suteenya, dia sedang menimbang-nimbang, dapatkah sang sutee menandingi Suto Yan? Disaat itu, dari atas tebing melayang satu bayangan, dengan tertawa dia menyelak perdebatan orang-orang yang ada disana.   "Saudara Su-to, aku datang untuk membantu usahamu."   Demikian orang yang datang berteriak, inilah Pendekar pedang Bayangan Sie An.   Su-to Yan hampir bertepuk tangan, adanya Sie An ditempat itu penting bagi dirinya, dia mendapat tenaga bantuan yang luar biasa.   Dua laki-laki berbaju hitam membalikkan tangan mereka, mendorong kekuatannya kearah si Pedang Bayangan.   Su-to Yan berteriak.   "Awas, Sie toako, mereka menggunakan pukulan Hek-sat ciang."   Hek-sat-ciang berarti Pukulan iblis hitam, sangat jahat, dan mengandung tujuan yang jahat maka Su-to Yan memberi peringatan.   Sie An mengeluarkan sepasang pedang, dengan kedua pedang ini, dia melayani dua orang berbaju hitam dari lembah Ciu goat-kok.   Pukulan Hek-san ciang adalah ciri-ciri yang khas dari anak buah lembah Cui-goat-kok, dengan sepasang pedang ditangan, Sie An harus memberikan pelayanan yang hati-hati.    Orang tua berbaju hitam membiarkan kedua kawannya bertanding dengan Pendekar Bayangan.   Kini dia menghadapi Su-to Yan.   "Mari... mari... kepandaianmu?"   Akan kulihat, berapa hebatkah ilmu Su-to Yan menganggukkan kepalanya, untuk memberi suatu kesaksian, bahwa dia mempunyai kekuatan untuk menolong CinBwee, maka penting sekali mengalahkan orang tua berbaju hitam.   Orang tua ini mengaku dirinya sebagai suheng Cu kat Hong? Dia kurang percaya.   Mereka telah siap bertanding, Dari arah tebing melayang seorang lain, dia mempunyai potongan badan langsing, siapa lagi bila pendekar pedang Emas Jie Ceng Peng dari Thian lam Lo-Sat.   Jie Ceng Peng menyelak ditengah mereka-dan gadis itu berteriak.   "Su-to kongcu, serahkan orang ini kepada ku."   Jie Ceng Peng maklum bahwa orang-orang dari lembah Cui goatkok mempunyai banyak macam permainan yang mengandung racun, kelengahan Su-to Yan dapat membawa akibat besar maka dia menalangi si pemuda.   Orang tua berbaju hitam tertegun, memperhatikan musuhmusuhnya, kekuatan mereka tidak kuat untuk menandingi ketiga akhli pedang itu.   Memandang Sie An, Jie Ceng Peng dan akhirnya Su-to Yan.   "Tidak kusangka, kau membawa banyak tenaga bantuan, he?"   Demikian dia mengeluarkan cemoohan. Jie Ceng Peng mengeluarkan pedang emasnya, dia membentak.   "Jangan banyak mulut."   Menghindari tusukan pedang Jie Ceng Peng, orang tua itu mengeluarkan suara pekikan, tubuhnya melesat, meninggalkan ketiga tamunya.   Gerakan mana diikuti oleh kedua kawannya, mereka melarikan diri, masuk kedalam lembah.   Sie An tidak segera mengejar, dia belum bicara dengan kawannya, segera menghampiri Su-to Yan.   "Aku tahu."   Dia berkata.   "Kau pasti berkunjung ketempat ini, maka mendahului kau. aku menunggu lama. Dan betul saja akhirnya kau tiba."   Su-to Yan mesem geli, pengalaman-pengalaman pahitnya selama diperjalanan telah mengganggu usahanya yang hendak cepat-cepat menolong Cin Bwee dari kekuasaan Cu-kat Hong adanya hadanganhadangan dari tokoh-tokoh rimba persilatan memperlambat perjalanannya, keadaan sangat mendesak, belum waktunya menceriterakan kejadian-kejadian tadi, menjabat tangan Sie An, dia berkata.   "Bagaimana keadaanmu selama belakangan ini?" -oo0dw0oo-   Jilid 8 "CUKUP baik."   Berkata Sie An.   "Kudengar ketua partai Siauw-lim-pay, Im-ie Taysu telah mengeluarkan perintah, mencari dan mengundang dirimu, Di hari Tiongyang, kau harus membawa kitab pusaka dan bertandingnya."   "Aku tahu."   Berkata Su-to Yan.   "Hei,"   Jie Ceng Peng nimbrung bicara.   "Apa maksud kalian datang ditempat ini, bercerita tentang pengalaman masing-masing?"   Su-to Yan memandang gadis itu.   "Bagaimana kau tiba ditempat ini?"   Dia balik mengajukan pertanyaan yang sama. "Tidak boleh ?"   Debat Jie Ceng Peng.   "Hanya memperbolehkan kalian yang datang ? Melarang orang lain turut serta ? Hendak melarang aku datang?"   "Bukan tidak boleh,"   Su-to Yan memberi penjelasan "Kau tahu, pikiran Cin Bwee terlalu sempit, bila dia tahu, bahwa kau telah mengeluarkan sebagian tenaga untuk menolong dirinya, tentu akan terjadi kejadian yang berekor panjang."   "Ha, ha..."   Jie Ceng Peng tertawa.   Demikian ketiga ahli pedang melanjutkan penyelidikan mereka, Keadaan batu gunung di dalam lembah Cui-goat-kok, sangat hitam pekat, berkilat-kilat, menyaksikan pemandangan seperti itu disaat malam, tentu saja lebih menyeramkan.   Mereka tiba didepannya sebuah patung raksasa, juga terbuat dari batu gunung yang hitam, patung itu berbentuk orang duduk, seluruhnya terbuat dari batu, dibagian kakinya terdapat pintu dengan tulisan LEMBAH CUI GOAT KOK..   Su-to Yan, Jie Ceng Peng dan Sie An memperhatikan patung raksasa.   "Seperti inikah tempat yang diberi nama Cui-goat-kok?"   Mereka berpikir didalam hati masing-masing.   Tiada ada pilihan lain, kecuali memasuki patung itu.   Su-to Yan masuk kedalam pintu yang terdapat di bawah kaki gunung raksasa, diikuti oleh Sie An dan Jie Ceng Peng.   Tangga batu melonjor naik keatas, tinggi sekali, berliku-liku, seolah-olah berada disuatu tempat yang merupakan jalan menuju ke neraka.   Patung batu yang terbuat dari ciptaan alam dibuat atas dasardasar yang sudah ada, patung itu bukan patung pujaan, isi patung kosong, dan disertai dengan aneka macam alat rahasia.   Masuknya Su-to Yan bertiga menggirangkan orang berbaju hitam, hanya menekan sebilah tombol, dia berhasil menutup mati semua pintu pintu dari patung itu.    Su-to Yan sudah berada ditengah perut patung batu, tiba-tiba dia sadar akan tipu perangkap musuh, dikala turun kembali kebawah, dia dapat menyaksikan Sie An dan Jie Ceng Peng yang saling geleng kepala, mereka telah berusaha untuk mencari jalan keluar, tapi tidak berhasil, tangga-tangga yang berliku liku itu terlalu banyak, beberapa diantaranya adalah jalan buntu, diatur menurut ajaranajaran tertentu, tidak mudah untuk memecahkan problem itu.   Melihat Su-to Yan menghampiri mereka, Jie Ceng Peng berkata.   "Rahasia-rahasia didalam lembah ini terlalu banyak, kita harus berhati-hati."   Sie An dapat menyetujui pendapat itu, dia berkata.   "Ada lebih baik kita keatas."   Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh satu suara, datangnya dari atas patung raksasa.   "Su-to Yan, kalian bertiga boleh tinggal terus ditempat ini, Kecuali Kokcu kami mengeluarkan perintah untuk membebaskanmu."   Su-to Yan, Jie Ceng Peng dan Sie An mengejar kearah datangnya suara, tangga batu di dalam perut patung raksasa menuju keatas, mereka naik semakin tinggi, mereka tidak berhasil menemukan suara orang yang memberi ancaman.   Mereka terkurung didalam perut patung raksasa itu.   "Toako."   Tiba tiba Su-to Yan memandang kearah Sie An.   "Garagara urusanku, kalian turut terkurung didalam perut patung terkutuk ini."   "Jangan kau mengucapkan kata-kata seperti itu."   Berkata Sie An.   "Sudah menjadi kewajibanku untuk menolong kawan, Apa lagi belum tentu kita mati ditempat ini, belum apa-apa mengapa putus harapan?"   "Su-to Kongcu,"   Si pedang Emas juga berkata.   "Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan, Kau bukan seorang pemuda yang cepat menyerah kepada kenyataan. Kami bersedia mendampingi dirimu, itu berarti tidak takut mati."   Su-to Yan berterima kasih kepada kedua orang itu.   Sie An memperhatikan Su-to Yan dan Jie Ceng Peng, sikap dia agak aneh sekali, diam-diam mengiri kepada kebahagian Su-to Yan.   Bukan seperti dirinya yang mempunyai ukuran badan pendek dan gemuk, walau berkepandaian tinggi, belum ada satu gadispun yang menaruh simpati kepada dirinya.   Mereka masih berada didalam perut patung raksasa, itu berarti belum lepas dari bahaya, Jie Ceng Peng berkata.   "Masih belum ada gerakan, tentunya ada sesuatu yang menyebabkan terjadi hal ini. Besar kemungkinan lembah Cui-goatkok tidak menginginkan kematian kita."   "Betul,"   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Berkata Sie An.   "Giliranku yang-maju didepan."   Dengan susah payah, akhirnya ketiga orang itu berhasil tiba dileher patung raksasa. Tidak ada rahasia-rahasia yang mengganggu di tempat itu.   "Apa maksud mereka, mengurung kita di dalam perut patung sialan ini?"   Tiba-tiba Sie-An ngedumel.   "Dimana larinya Cu-kat Hong?"   Su-to Yan turut mengeluarkan keluh kesah. Jie Ceng Peng berkata.   "Tentunya telah mendapat hukuman!"   "Mengapa?"   Bertanya lagi Su-to Yan.   "Cu-kat Hong menantang dirimu masuk kedalam lembah Ciu goat kok, ini melanggar larangan."   "Melanggar larangan?"   Sie An juga tidak paham.   Jie Ceng Peng mengerti banyak tentang keadaan lembah Cui goat kok, dia memberi keterangan.    "Kokcu Cui-goat kok bernama Kim-han Sia mo Ko cio, dia mempunyai seorang musuh lihay yang bernama Hauw thian Mo-kun Thiat Kiam Seng, selama sepuluh tahun terus menerus mereka mengadu silat, tanpa ada yang menang dan kalah.   Karena itulah semua anak murid dilarang mengajak orang luar memasuki lembah Cui-goat-kok.   Maksudnya agar tidak mengganggu pertandingan silat mereka, Cu-kat Hong melanggar peraturan ini, tentu saja wajib menerima hukuman."   Kokcu berarti ketua lembah.   "Kudengar lembah Cui-goat-kok banyak mengandung racun, Sedari pertama kali aku masuk ke daerah ini, belum ada tandatanda dari racun-racun jahat itu, mengapa?"   Lagi-lagi Jie Ceng Peng memberi keterangan.   "Barisan racun Cui-goat-kok terkenal dengan nama Cian-tok Taytin atau berarti barisan Tin Juta Racun, sangat jahat sekali, bila bukan untuk menghadapi musuh kuat, mereka tidak sembarang melepas racun-racun ini, mengingat situasi tempat yang sudah cukup menguntungkan tidak ada orang luar yang dapat masuk kemari, apalagi Kiu-han Sin-mo Ko Cio sedang bertanding, siapakah yang berani bertanggung jawab atas terjadinya sesuatu keonaran didalam lembah ?"   "Kau pernah menyaksikan barisan Cian-tok Tay-tin ?"   Bertanya Su-to Yan.   "Belum."   Berkata Jie Ceng.   "Karena itulah aku hendak menyaksikan dengan mata sendiri. Sengaja aku menggabungkan diri denganmu, Terus terang kukatakan, bahwa Cin Bwee sudah tidak berada didalam lembah ini."   "Apa ?"   Su-to Yan terbelalak.   "Cin Bwee sudah tidak berada didalam lembah Cui-goat-kok ? Dimanakah dia disimpan ?"   "Dengar aku,"   Berkata Jie Ceng Peng.   "Cin Bwee telah dibawa lari oleh Cu-kat Hong, Aku tahu akan kejadian itu. Segera aku memberi perintah kepada anak buahku, mencegat mereka, Dan Cin Bwee telah berhasil kutolong."   Su-to Yan memandang gadis itu, matanya memancarkan ketidak percayaan.   "Cin Bwee sudah tidak berada didalam lembah,"   Dia berkata.   "Mengapa, kau turut masuk kemari ?"   Dengan wajah tidak berubah, Jie Ceng Peng berkata.   "Belum pernah aku bertemu dengan pemuda congkak seperti kau, apakah perbedaanku dengan Cin Bwee? Dimanakah letak kelebihannya ?"   Sie An memandang sepasang muda-mudi itu.   "didalam perut patung raksasa yang mengandung banyak pesawat rahasia, mereka masih mempunyai kelebihan waktu itu untuk merundingkan soal asmara dan kecantikan, sungguh kelewatan!"   Su-to Yan tidak menjawab pertanyaan Jie Ceng Peng. Dan si gadis berkata lagi.   "Hayo jawab pertanyaanku ! Mengapa kau bungkam didalam seribu bahasa ?"   Su-to Yan menarik napas, Matanya menatap wajah Jie Ceng Peng, Pikirnya, kalau tadi dia memberi tahu kepadaku bahwa Cin Bwee sudah tidak berada didalam lembah Cui-Goat-kok.   Tentu tidak sampai terjadi kejadian ini.   Melihat pemuda itu termenung-menung, Jie Ceng Peng berkata.   "Marahkah kau kepadaku ?"   "Tidak."   Su-to Yan menggelengkan kepala.   "Mengapa kau tidak mau bicara ?"   Bertanya lagi Jie Ceng Peng.   "Dimana kau menyimpan Cin Bwee ?"   Bertanya Su-to Yan kepada sigadis. "Legakan hatimu, dia berada disuatu tempat yang sangat aman,"   Berkata si pedang Emas.   Su-to Yan tidak mendesak, seperti apa telah diduga, si Pedang Emas Jie Ceng Peng jatuh cinta padanya, terbukti dari pertolonganpertolongan gadis tersebut kepada dirinya, diatas Sungai Tiangkang, Jie Ceng Peng pernah menyelamatkan dia, di kota Hin-yang, gadis itu menyerahkan pedang In-liong, sehingga pedang dapat disampaikan kepada le Han Eng.   Tiba-tiba...   Lamunan Su-to Yan dibangunkan oleh datangnya satu suara Bannggg yang keras.   Sie An berhasil menjebolkan suatu pertahanan.   Mengikuti jalan baru itu, mereka tiba dilain ruangan dari isi patung raksasa.   Su-to Yan, Jie Ceng Peng dan Sie An baik lagi, mereka sampai di bagian kepala dan patung batu raksasa, bagian ini agak kecil, lebih mudah untuk mencari jalan keluar.   Dari bagian tenggorokan mereka naik kebagian lidah, bagian telinga dan bagian mata.   Hawa dirasakan menjadi sangat besar, dari bagian-bagian yang terbuka itu, angin sejuk memasuki bagian tubuh patung raksasa.   Mereka berdiri dibagian lidah patung batu, Memandang kebawah, keadaan masih gelap, sebagai manusia-manusia yang berkepandaian tinggi, Su-to Yan bertiga merayap keluar, maksudnya hendak meninggalkan patung batu aneh itu.   Mereka berteriak girang, tingginya si patung raksasa tidak akan mengganggu sebagai tiga akhli pedang yang berkepandaian tinggi, mereka merayap keluar, melewati mulut sipatung, mereka hendak turun kebawah.   Tiba-tiba....   Aaaa...   Aaaa...   Aaa...   Su-to Yan, Jie Ceng Peng dan Sie An jatuh tergelincir batu hitam itu sangat licin, tidak dapat disamakan dengan batu-batu gunung biasa, tidak ada tempat untuk meletakkan tangan, karena itulah mereka jatuh.   Su-to Yan jatuh lebih cepat, tiba-tiba dia mendapat akal, diatas Suto Yan adalah Sie An dan Jie Ceng Peng.   memusatkan perhatiannya kepada kedua orang itu dia berteriak.   "Awas, kalian lompat naik ke atas lagi."   Dengan satu tangan satu, Su-to Yan memegang kaki Sie An dan Jie Peng Ceng, didorongnya keras, maka kedua tubuh kawan itu naik kembali, menggunakan ilmu meringankan tubuh mereka Sie An dan Jie Ceng Peng berhasil tiba dimata kanan dan kiri patung dari raksasa batu itu.   Su-to Yan berhasil menolong kedua kawannya, tapi karena adanya benturan tenaga tadi, tubuh sipemuda menurun semakin cepat, dia jatuh kebawah.   Diatas mata patung batu, Sie An dan Jie Ceng Peng mendengarkan suara jeritan, mereka sedih atas nasib Su-to Yan.   Badan Su-to Yan jatuh ke bawah patung batu raksasa, semakin lama semakin cepat, dia telah berusaha untuk menolong diri sendiri, tapi tidak berhasil, batu-batu ditempat itu sangat licin, tidak terpegang sama sekali.   Dikala hampir mengenai dasar lembah ada dua tenaga yang menyanggah tubuh Su-to Yan, Dua tenaga itu datang dari arah yang berlainan yang satu mengandung hawa kekuatan panas dan lainnya mengandung hawa kekuatan dingin, menggencet sipemuda dan demikianlah, tubuh-Su-to Yan turun mengenai tanah.   Su-to Yan nyaris dari bahaya kematian.   Tapi tidak luput dari bahaya lain, dia jatuh dan tidak sadarkan diri.   Beberapa lama kemudian...   Kuping Su-to Yan dapat menangkap suara orang yang bicara.   "Hei, bocah ini mempunyai tenaga dalam yang sangat tinggi sekali." Satu suara lain berkata.   "Dia berani mengganggu pertandingan kita, hayo, gencet bikin mati saja."   "Jangan."   Suara yang menggunakan dirinya."   Pertama mencegah "Kita dapat "Maksudmu?"   "Kita telah bertanding sepuluh tahun dengan tanpa hasil sama sekali, Kukira sudah waktunya untuk mendapat kepastian."   Su-to Yan telah membuka mata, dia terlena diantara kedua orang yang bercakap-cakap itu, yang berada dikanannya adalah seorang tua, berbaju merah dan seorang lagi mengenakan pakaian putih juga.   Dua orang tua berbaju merah dan putih adalah ketua lembah Cui-goat-kok Kiu-han Sin kun Ko Cio, orang ini yang berada disebelah kiri Su-to Yan, orang tua yang mengenakan pakaian putih.   Dan orang tua berbaju merah adalah lawan tandingannya yang bernama Hauw-thian Mo-kun Thiat Kiam seng.   Kiu han Siu kun Ko Cio dan Hauw-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng telah meletakkan kedua tangan mereka pada tubuh Su-to Yan, Memiringkannya, dan segera didudukan, Kiu-han Sin-kun Ko Cio berada didepan Su-to Yan, maka menempelkan kedua tangan pada dadanya, Hauw-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng berada dibelakang Su-to Yan, dia menempelkan kedua tangan digeger sipemuda.   Mengikuti percakapan kedua tokoh silat tua itu, Su-to Yan menduga kepada ketua lembah Cui-goat kok, dia mengeluarkan keringat dingin digencet oleh dua tangan raksasa, mungkinkah dia tidak menjadi gepeng ? Hauw-thian Mo kua Thiat Kiam Seng berkata.   "Kukira, dia bukan anak muridmu."   "Memang bukan."   Berkata Kiu-han Sin kun Ko Cin. "Tenaganya terlalu kuat, dimasa kecilku tatkala berumur sebaya dengan dirinya, belum pernah memiliki tenaga dalam setinggi ini."   Berkata lagi Hauw-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng.   "Tidak dapat kuduga, siapakah yang mendidiknya?"! Berkata Kiuhan Sin-kun Ko Cio. Dia mulai menyalurkan tenaganya. Sangat dingin. Disaat yang sama, Hauw-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng menggerakan tenaga pukulan yang bernama Hauw-thian-sin-hweeciang, sifatnya panas. Hek.... Dada Su-to Yan hampir muntah , dada bagian depan yang ditempel sepasang telapak tangan ketua lembah Cui-goat-kok mengepul asap, bukan asap panas, inilah kabut dingin, semua peredaran darahnya dirasakan mau membeku. Bukan siksaan dingin saja yang menekan kondisi badan si pemuda, di punggungnya menempel sepasang telapak tangan berapi panas sekali, lebih panas dari gunung berapi, menggolakkan peredaran darahnya, Dua macam siksaan yang tidak sama, dua macam akibat dari kejadian itu memaksa Su-to Yan untuk mengerahkan tenaga, membuat perlawanan. Lapisan es membekukan bagian dada Su-to Yan. Dibagian belakang, keringat-keringat sebesar kacang kedele meluncur deras membasahi semua bagian punggungnya. Hampirhampir dia terbakar. Masih saja Su-to Yan bertahan dari dua macam kekuatan panas dan dingin, Dia berhasil mempertahankan diri dari gencetan dua kekuatan luar biasa, hawa dingin yang datang dari depan mengalir kearah kanan sedangkan kekuatan panas yang bersalur dari belakang bergeser kearah kiri. Gulungan-gulungan dua kekuatan itu tidak saling bentur, menyusur jalan-jalan darah tertentu, masing- masing melanjutkan usahanya. Dan suatu ketika, dua gumpalan tenaga itu berhenti. Su-to Yan heran, dia membuka matanya. Ketua lembah Cui-goat-kok, si Kiu han Sin kun Ko Cio mendelikkan matanya, seolah-olah hendak meletus keluar dari tempatnya yang ada. Su-to Yan tidak tahu, bahwa dia telah memakan dua kekuatan dari dua tokoh terkemuka dari jaman yang sudah silam. Seperti keadaan Kiu-han-sin kun Ko Cio, keadaan Hauw thian Mokun Thian-kiam Seng tidak lebih dari lawan tandingan itu. Maksudnya hendak menyalurkan kekuatan panas, melalui Su-to Yan membawa kekuatan si pemuda, memukul ketua lembah Cui-goat kok. Tapi dia tidak berhasil, kekuatan itu tersedot masuk ke-dalam tubuh Su-to Yan, tentu saja mengejutkan dirinya. Dia hendak menarik kekuatan yang sudah dilepas, tidak berhasil. Maka siasatnya berganti, bukan bersifat menyerang lagi, sedapat mungkin, dia menarik kembali kekuatan-kekuatan tenaga yang hampir ambles kedalam tubuh sipemuda. Terdengar suara geraman yang maha dahsyat, disaat yang sama, Kiu-han Sin kun Ko Cio dan Hauw-thian Mo-kun Thian Kiam seng menarik diri, tubuh mereka terbang melesat, meninggalkan su-to Yan, meninggalkan sebagian tenaga-tenaga kekuatan mereka kedalam tubuh sipemuda. Su-to Yan membuka mulut, maksudnya memanggil kedua orang tua itu, dia tidak berhasil, Kiu-han Sin Ko Cio dan Hauw-thian Yo kun Thiat kiam Seng telah melenyapkan diri, Su-to Yan menjadi heran. Tenaga dingin dari ketua lembah Cui-giok kok dan kekuatan panas dari Hauw-ghian Mo kun Thiat kiam Seng masih tertinggal pada dirinya. bagaimana dia tidak terluka? Su-to Yan berpikir beberapa saat untuk memecahkan persoalan ini, tiba-tiba teringat kepada obat Tong-hay Sin-ciauw yang merekatkan kekuatan dirinya, merekatkan kekuatan dingin Kiu ban Sin-kun Ko Cio dan juga mengambil alih kekuatan panas Hauw thian Mo kun Thiat Kiam Seng. Su-to Yan duduk bersila mengatur peredaran jalan darah nya. tidak berhasil, kekuatan pribadi tergencet diantara dua kekuatan raksasa panas dingin, sebagian kanan masih sangat dingin, seolaholah dapat membekukan, dan bagian kanan panas sekali, mungkin dapat menggolakkan air sehingga diatas seratus derajat. Su-to Yan menggeleng-gelengkan kepalan dia bangun sendiri, masih untung baginya jika kekuatan-kekuatan itu tidak merangsang kekuatan kepribadiannya. Seekor burung raksasa terbang diatas pemuda itu, menukik turun dengan pesat, dari atas burung, lompat satu bayangan seseorang berdiri didepan Su-to- Yan dan berkata kepada-pemuda itu.   "Kau yang bernama Su-to Yan?"   Su-to Yan sedang dirundung rasa heran, bagaimana seorang dapat menunggang burung? memperhatikan orang tersebut dan menganggukan kepalanya.   "Aku telah bertemu dengan kedua kawanmu,"   Berkata lagi orang yang lompat dari atas burung."   Katakan oleh mereka, jangan kau khawatir atas keselamatan kedua kawan itu, mereka telah bebas dari bahaya."   Su-to Yan menjadi heran, Bagaimana orang ini tahu, bahwa dia mempunyai dua orang kawan yang turut datang didalam lembah cui Goat-kok? Dan dengan alasan apa orang ini mengatakan bahwa Sie An dan Jie Ceng Peng telah berada di suatu tempat yang aman? Sebelum Su-to Yan mengajukan pertanyaan akan keraguraguannya, orang itu sudah berkata lagi.   "Jangan kau tidak percaya kepada keteranganku, Aku bernama Sam kie Ju su datang dari kepulauan Tong-hay." "Oh... ."   Su-to Yan lebih kaget tadi.   Tentu saja dia tahu, bahwa seorang yang bernama Sam kie TuSu dari daerah Tong hay mempunyai ilmu kepandaian silat yang sangat tinggi, ternyata laki-laki yang pandai menaklukkan burung yang besar ini.   Menduga kepada jago silat yang menghendaki kitab catatan ilmu pedang Maya Nada, segera Su-to Yan bertanya.   "Ternyata Sam kie Ju-su dari Tong-hay yang ternama, kau datang dengan kepentingan ilmu pedang Maya Nada?"   "Ha, ha, ha, ha...!!"   Sam kie Ju su tertawa besar.   "Kau keliru! ilmu Pedang Maya Nada memang semacam pelajaran yang hebat dan dahsyat. Tapi bagi aku, Sam kie Ju su tidak memandang dengan sebelah mata. jangan kau meremehkan ilmu kepandaian dari daerah Tong-hay."   "Apa maksud kedatangan Cian Pwee."   Sam kie Ju su tidak menjawab pertanyaan Su-to Yan, sebaliknya dia mengajukan pertanyaan lain.   "Aku ingin mengetahui jawabanmu, bersediakah kau menjadi muridku?"   Mendapat pertanyaan yang seperti itu, Su-to Yan sangat tercengang. Suatu kejadian yang berada diluar dugaannya.   "Aku sudah mempunyai guru."   Dia memberi keterangan.   "Bagaimana dapat berguru lagi? Sangat menyesal, aku harus menolak tawaran jasa baik cianpwee."   Sam kie Ju Su tertawa.   "Aku pernah bertemu dengan gurumu dan menurut katanya, kepandaian masih banyak kekurangan, apa lagi kau bertanding dengan menggunakan senjata pedang, pasti kau mengalami kekalahan, mengingat kekuranganmu dibagian kepandaian pedang, orang tua itu minta agar aku menurunkan beberapa jurus ilmu pedang yang akan menambah keangkeran dirimu. Terus terang kukatakan, jika bukan memandang wajah terang gurumu, mana mungkin aku mau menurunkan ilmu kepandaian?"   Demikian dia memberi keterangan panjang. Su-to Yan membisu, dia tidak mengira bahwa tokoh dari daerah Tong hay ini pernah menemui gurunya. Dapatkah dia mempercayai keterangan tadi? "Aku tahu,"   Berkata lagi Sam kie Ju su.   "Kau meragu-ragukan ilmu kepandaianku? Nah keluarkanlah pedangmu, mari kita bertanding jangan sungkan-sungkan, aku akan memberi kepuasan kepadamu, Ketahuilah, tidak sedikit dari anak-anak muda yang menghendaki ilmu pedangku, mengingat bakat-bakat mereka yang terbatas, tidak satupun yang kukabulkan."   Su-to Yan mengeluarkan pedang Lay-hong.   Sam Kie Ju-su menggunakan sebatang seruling sebagai senjata, mengingat bentuk dan ukuran saling yang mempunyai banyak persamaan dengan pedang, dia dapat menggunakan seruling itu dengan tipu-tipu jurus permainan pedang.   Sebelum bergerak, Sim-kie Ju-su memberi isyarat kepada Su-to Yan, agar sipemuda tidak menyimpan ilmu kepandaian yang ada.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Dan betul-betul Su-to Yan menyerang secara ganas, gesit dan tangkas, itulah ilmu pedang Cian-San Kiam-hoat yang didapat dari ketua partay Cian San-pay Su In Seng.   "Nah! Kau juga berguru kepada Su In Seng?"   Bertanya Sam-kie Ju-su.   Su-to Yan diam.   Sam-kie Ju-su bersilat lambat seolah-olah sedang melakukan suatu demontrasi gerakan ilmu pedang, Maksudnya hendak menundukkan si pemuda itu dan menerimanya sebagai murid.   Su-to Yan mengirim satu tusukan, itulah sejurus Seng-liat Samcay yang tajam, salah satu dari permainan ilmu pedang Cian-San Kiam hoat.    "Bagaimana kau menghindari tusukan pedang ini?"   Demikian Suto Yan berteriak didalam hati.   Sam-kie Ju-su mengangkat sebelah kakinya, sangat tinggi, menunggu sampai ujung pedang hampir mengenai sasaran, baru dia memutarkan lain kaki, tidak bergerak dari tempat kedudukan yang semula hanya mengegoskan diri, dia berhasil menghindari serangan pedang Su-to Yan.   "Ternyata kau dapat memainkan ilmu pedang Cian-san-pay dengan baik."   Berkata sijago dari Tang-hay.   "Masih kurang matang, Kau telah mencampurkan ilmu pedang ini dengan tenaga kekuatanmu yang ada, Belum sempurna betul. Suatu hari, bila kau dapat menggabungkan semua ilmu-ilmu dan kekuatan yang ada pada dirimu, tentu kau dapat menduduki urutan tertinggi didalam rimba persilatan, tidak seorang pun yang dapat mengalahkanmu."   Su-to Yan memainkan semua tipu permainan pedang yang didapatnya, menyerang Sam-kie Ju-su.   Jago Tong-hay itu bergoyang kekanan dan kekiri, sangat indah sekali, setiap waktu, dia dapat meloloskan diri dari ancaman Su-to Yan, hanya menggunakan kegesitan tubuhnya, menggunakan kecepatan matanya.   Belum pernah dia menangkis atau menggunakan seruling mengadakan serangan balasan.   Hati Su-to Yan sangat terkejut seseorang yang dapat bermain silat seperti Sam-Kie Ju-su adalah jago silat tanpa tandingan, gerakannya begitu indah, begitu cepat, tidak mudah untuk mencari kekosongan lawan itu.   Sam-kie Ju-Su selesai mendemonstrasikan ilmu kepandaian kelincahan badan, dan kini dia mulai menggunakan seruling, menyerang setiap kekosongan lawan, perlahan sekali, sehingga memberi kesempatan agar Su-to Yan dapat menghindari diri dari serangan-serangan itu.   Semakin lama semakin cepat, dan akhirnya Su-to Yan mandi keringat.    Suatu saat, Sam-kie Ju-su berkata.   "Perhatikan betul-betul tiga jurus ini."   Dia mengulang pelajarannya yang telah dimainkan tadi, Diikuti oleh Su-to Yan dengan penuh perhatian.   Suatu saat, Sam-kie Ju-su menarik diri.   Tamatlah pelajaran yang hendak diberikan kepada Su-to Yan.   Su-to Yan sangat berterima kasih, dia menjatuhkan dirinya, berlutut sehingga empat kali.   Sam-kie Ju-Su membangunkan pemuda itu.   "Aku tahu,"   Dia berkata.   "Kau masih berat untuk mengucapkan panggilan guru, Baiklah, Aku tidak mempunyai anak, mau kau menjadi anak angkatku?"   "Ayah,"   Sekali lagi Su to Yan menunjukkan hormatnya. Sam-kie Ju-su menerima penghormatan dari seorang yang telah diangkat menjadi putra pungut. Dia menyerahkan serulingnya.   "Ambilah hadiah ini, seruling Han-khek-cek giok-tiok."   Kemudian jago Tong-hay itu memekik panjang, seekor burung besar melayang turun, dengan melompatkan diri, dia telah berada diatas punggung burung.   "Aku masih ada urusan."   Katanya.   "Baik-baik kau menjaga diri."   Su-to Yan mengucapkan selamat jalan kepada sang ayah angkat.   Dia meninggalkan lembah Cui goat-kok.   Perjalanan Su-to Yan kedalam lembah Cui goat kok dengan maksud tujuan menolong Cin Bwee dari tangan Cu kat Hong, Ternyata Cin Bwee telah ditolong oleh orang-orang Jie Ceng Peng, setelah mengalami banyak gangguan akhirnya Su-to Yan tiba ditempat yang dituju, dia kembali dengan tangan kosong.   Dia meninggalkan lembah Cui-goat-kok.   Matahari telah menyingsing dari arah Timur, cahaya terang menyinari bumi, Disaat itu Su-to Yan telah berada disebuah desa, dia memilih rumah makan untuk mengisi perut.   Sambil menunggu pesanan makanan Su-to Yan melamun apa yang harus dilakukan oleh dirinya? Dia telah menyerahkan pedang In-liong dan mendapat pedang Lay Hong.   Ternyata diantara orang tuanya dan orang tua le Han Eng telah terjadi persepakatan untuk menjodohkan anak-anak mereka, le Han Eng adalah tunangan yang telah ditetepkan sedari kecil.   Bagaimana yang harus diperbuatnya pada Cin Bwee ? Pikiran Su-to Yan sangat kalut sekali.   Disaat itu pelayan rumah makan telah membawa santapan yang dipesan olehnya, Suto Yan menyampingkan semua pikiran-pikiran yang memusingkan kepala, dia melahap makanan yang di meja.   Tengah makan, tiba-tiba dia dihampiri oleh seorang hweesio.   "Numpang tanya."   Hweesio itu membuka suara.   "Sicu inikah yang bernama Su-to Yan?"   Hweesio itu mempunyai potongan tubuh tinggi besar, berdiri didepan Su-to Yan, dia seperti seorang raksasa yang sedang memandang kebawah. Su-to Yan mendongakkan kepalanya.   "Betul, Aku Su-to Yan."   Berkata sipemuda.   "Pinceng bernama U-hoat,"   Berkata hwesio tinggi besar itu.   "Mendapat tugas untuk mengundang sicu."   "Taysu dari Siauw-lim-pay?"   Bertanya Su-to Yan.   "Tidak salah."   Berkata U-hoat Hweesio.   "Pinceng menunggu sicu diluar untuk bicara lebih leluasa, Sicu boleh makan perlahan-lahan."   U-hoat Hwesio meninggalkan Su-to Yan.   Su to Yan mengerti, kedatangan hwesio tinggi besar yang bernama U-hoat itu tentu mempunyai hubungan dengan kitab ilmu pedang Maya Nada.   Dia tidak mau memusingkan urusan itu.   Maka dengan tenang, setelah kenyang, baru dia memanggil pelayan, membayar dan berjalan keluar meninggalkan rumah makan.   Su-to Yan berjalan kejurusan Timur, disana telah berdiri belasan hwesio, mereka menantikan kedatangan pemuda kita.   Seorang hwesio yang beralis putih adalah pemimpin rombongan itu, segera ia menampilkan diri, menyambut kedatangan Su-to Yan.   "Pinceng bernama In-tie."   Demikian hwesio beralis putih ini memperkenalkan diri.   "Atas perintah ketua partai kami, berunding dengan sicu."   Su-to Yan memandang kearah belasan hwesio itu, dia berkata.   "Katakanlah urusan itu."   In-tie hwesio berkata.   "Pada hari Tiongyang, Siauw-lim-pay mengadakan pesta keramaian, mengundang semua tokoh-tokoh partay kenamaan berkumpul ditempat kami, Sudahkah Sicu dengar tentang berita ini?"   "Aku tahu dari seseorang."   Berkata Su-to Yan.   "Masih ada urusan lain,"   Berkata In-tie Hwesio.   "Tahukah sicu, bahwa ketua lembah Cui-goat-kok Kiu-han Sin-kun Ko Cio sedang mengajak anak buahnya membikin pengejaran? Dan tahukah sicu, bahwa sianak Srigala Lee Im sudah memasuki daerah Tionggoan, tentu saja beserta dengan pasukan srigalanya yang terkenal ganas dan telengas itu."   "Aku belum tahu,"   Berkata Su-to Yan In-tie Hwesio meneruskan keterangannya.   "Rombongan dari lembah Ciu-goat kok bertujuan untuk menuntaskan pertikaiannya dengan dirimu, Tapi belum jelas, apa tujuan dari pasukan srigala yang langsung berada dibawah pimpinan si Anak Srigala Lee Pin itu? Besar kemungkinan untuk mengadu gerakkan rimba persilatan didaerah Tionggoan." Su-to Yan berkata.   "Banyak terima kasih kepada peringatan taysu, aku akan memperhatikan kejadian ini."   In-cie Hwe-sio mengagumi nyali sianak muda yang sikapnya masih tenang-tenang saja. Dengan menarik napas, Hwe-sio beralis panjang ini berkata.   "Ya, dimisalkan kitab ilmu pedang Maya Nada jatuh kedalam tangan lembah Cui goat kok kami tidak begitu sedih, mengingat letak lembah Cui-goat kok berada dibawah kekuasaan Tionggoan, tapi bila sampai terjatuh kedalam tangan si Anak srigala Lee Pin, kejadian itu . ."   Lagi-lagi soal ilmu pedang Maya Nada, Su-to Yan diam.   "Kami bersedia untuk menjamin keselamatan ilmu pedang tersebut."   Dan In-tie Hwesio mengakhiri kata-kata diplomatiknya. Su-to Yan bersenyum.   "Maaf, taysu,"   Berkata pemuda itu.   "ilmu Pedang Maya Nada bukan menjadi milik Siauw lim-sie. Aku tidak berhak menyerahkan catatan ilmu pedang ini kepada seorang yang bukan menjadi miliknya."   Wajah In-tie Hwe-sio berubah.   "Su-to Yan."   Dia membentak.   "Catatan ilmu pedang Maya Nada adalah milik le Han Eng. Dengan alasan apa kau mengangkangi hak milik orang ?"   "Ha, ha. .."   Si pemuda tertawa.   "Betul, ilmu Pedang Maya Nada adalah hak milik le Han Eng. Karena itulah, aku harus menyerah kepada orang yang bersangkutan, bukan kepada anak murid Siauwlim.-pay."   "Demi menjaga keamanan dunia persilatan Siauw lim pay berhak untuk menyimpan catatan ilmu pedang tersebut."   In-tie Hwesio masih bertarik urat. "Aku kira, aku berhak untuk memulangkan kitab ilmu Pedang Maya Nada kepada orang yang bersangkutan,"   Berkata Su-to Yan sengit.   "Kau hendak memaki kami menggunakan Pertengkaran mulut mencapai klimaksnya. kekerasan?" "Ha, ha..."   Su-to Yan tertawa tergelak-gelak.   "Silahkan, Aku girang, bila mendapat pelajaran dari Siauw lim pay yang sangat istimewa."   In-tie Hwesio sudah kehilangan sifat sabarnya, dia marah sekali karena kata-kata sombong Su-to Yan, maka dia berkata.   "Baiklah...!"   Perlahan-lahan In-tie Hwesio menghampiri Su-to Yan.   Dua belas hwesio mengikuti gerakan In tie Hwesio, mereka mengurung sipemuda.   Su-to Yan berada dalam kurungan ke tiga belas hwesio dari Siauw lim pay, Lingkaran para hwesio mulai mengecil.   Diluar mereka, lain rombongan bergerak cepat, mereka terdiri dari orang-orang yang mengenakan pakaian yang berwarna hitam, itulah anak buah lembah Cui goat kok.   Lingkaran dari anak buah Cui goat kok jauh lebih besar dari kekuatan Siauw lim Sie, mereka mengurung belasan orang di pusat.   Dikala In-tie Hwesio hendak mengeluarkan aba-aba penyerangan, dia juga merasakan adanya kurungan pihak ketiga, memandang kearah kelilingnya, dimana terdapat banyak pohon lebat.   Dari balik pohon-pohon itulah, bermunculan orang-orang berbaju hitam, mereka berada dibawah pimpinan seorang tua, orang yang pernah ditemui Su-to Yan didalam lembah Cui goat-kok, inilah anak murid tertua dari Kiu-han Sin-kun Ko Cio.   In-tie Hwesio dan dua belas hwesio lainnya telah berada didalam kurungan anak buah lembah Cui goat kok.    Su-to Yan berada didalam dua lapis kurungan itu.   Orang tua berbaju hitam itu membuka suaranya yang lantang.   "Anak murid ketua lembah Cui-goat-kok Ciok Pan Tan mendapat tugas untuk menangkap Su-to Yan, diharapkan para hwesio Siauw lim pay mengundurkan diri dari pertikaian ini."   In-tie Hwesio mengerutkan kedua alisnya yang putih. sikap Ciok Pan Tan yang terlalu meremehkan kekuatan Siauw lim pay membawa akibat lain.   "Orang luar dilarang turut campur."   Dia berkata lantang.   "Siauw lim pay sedang ada urusan, dan untuk ini kami persilahkan golongan lain menyingkir."   Ciok Pan Tan mengeluarkan suara dingin.   "Sebelum Su-to Yan memberikan tanggung jawabnya kepada lembah Cui-goat-kok, tidak dibenarkan untuk partay lain mendahului gerakan kami."   In-tie Hwesio tidak mau kalah suara, dengan keras dia mengeluarkan suara tantangan.   "Siauw-lim"pay sedang ada urusan, golongan lain dilarang turut serta."   Ciok Pan Tan berdengus.   "Bagus, Mari kita menentukan dengan kekuatan, siapa yang harus bergerak lebih dahulu, Siauw-lim-pay atau lembah Cui goat kok?"   Dia mengulapkan tangan, maka puluhan orang berbaju hitam mulai bergerak.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      In-tie Hwesio memecah kekuatannya men jadi dua kelompok, atau untuk menghadapi Su-to Yan dan lain kekuatan untuk menandingi kekuatan lembah Cui-goat-kok.   In-tie Taysu sudah berhadapan dengan Ciok Pan Tan.   Tanpa suara, Ciok Pan Tan menggerakkan tangan, memukul hwesio itu.   Intie Hwesio adalah jago dari urutan In, tentu saja tidak mudah di "makan"   Seperti itu.   kakinya bergerak, dengan tangannya ditekuk kedalam, dia menangkis datangnya serangan.    Ciok Pan Tan adalah anak murid tertua dari ketua lembah Cuigoat-kok Kiu-han Sin-kun Ko Cio, dia mengegos kekiri, menjotos dua kali.   In-tie Hwesio menggunakan ilmu Tay-im Nu-chiu, sepasang tangannya direntangkan, hendak menyambar musuh.   Masingmasing menyerang dan bertahan, selanjutnya kedua orang ini menyerang dengan hebat, keduanya telah mengeluarkan ilmu kepandaian yang ada, demi dapat mengalahkan musuh mereka.   Su-to Yan yang menyaksikan pertandingan dari kedua jago itu, diam-diam dia menjadi kagum, banyak tipu-tipu silat yang belum di lihat, pertempuran itu mengandung pelajaran-pelajaran tertentu.   Tiga puluh jurus telah dilewatkan, belum ada tanda-tanda siapa yang akan memenangkan pertandingan itu.   Tujuh puluh jurus lagi dilewatkan, dan kini mulai tampak perbedaan dari kedua jago tersebut, menggunakan kelengahan Ciok Pan Tan, In-tie Hwesio meluruskan jari-jarinya, dan dia berhasil mengenai pundak lawan.   Ciok Pan Tan lompat mundur, dia merasakan sebelah tangannya kesemutan.   Disaat yang sama terdengar jeritan-jeritan dari orang-orang berbaju hitam, perhatian berpindah ke arah datangnya kegaduhan, Disana-terlihat seorang anak muda bermuka panjang, maksudnya hendak memasuki gelanggang keramaian.   Orang-orang Ciok Pan Tan menghadang maka pemuda tersebut menjadi marah, dengan satu tangan, dia mencengkeram orang-orang berbaju hitam itu, dilemparkannya kesamping, tidak seorangpun dari mereka yang dapat mengelakkan diri dari cengkeraman sianak muda, di dalam sekejap mata, terbukalah jalan.   In-tie Hwesio mengeluarkan seruan kaget.   "Anak Srigala Lee Pin." Pemuda yang datang adalah anak yang dibesarkan oleh Srigala, namanya Lee Pin, datang dari daerah luar Tionggoan, karena dia ada membawa pasukan srigala, semua orang menakutinya. Didalam sekejap mata, si Anak Srigala Lee Pin telah memasuki gelanggang keramaian itu, tidak satupun dari anak buah lembah Cui-goat-kok yang dapat mengganggu usahanya menjebolkan kurungan itu.   "Saudara manakah yang ternama Su-to Yan?"   Demikian Lee Pin berteriak ke arah banyak orang. Su-to Yan menampilkan diri.   "Ada apa?"   Dia tidak kenal kepada pemuda yang dibesarkan oleh binatang srigala itu, juga belum dapat menduga akan maksud tujuannya. Lee Pin hendak menghampiri Su-to Yan. Disaat ini, Ciok Pan Tan telah menghadang di tengah jalan.   "Eh, apa artinya ini?"   Lee Pin melototkan mata. Ciok Pan Tan membentak.   "Berani kau melukai anak buah lembah Cui-goat-kok? Sudah bosan hidup ?"   "Ha, ha..."   Anak Srigala Lee Pin tertawa.   "Siapa kau ?"   "Ciok Pan Tan, murid pertama dari ketua lembah Cui-goat-kok."   Ciok Pan Tan memperkenalkan dirinya.   "Maksudmu?"   Lee Pin merasa terganggu "Kau telah melukai beberapa anak buah kami, kau harus membikin suatu pertanggungan."   Ciok Pan Tan berkukuh.   "Nah, terimalah tanggung jawabku."   Berkata Lee Pin yang segera meloncat, cepat sekali, bret, terdengar suara sobekan baju, serangan tadi ditujukan kepada Ciak Pan Tan, dan betul-betul orang yang dijadikan sasaran tidak berdaya, sebagian baju depannya pecah2 masih terlihat goresan kuku si Anak srigala dikulit dadanya.   Ciok Pan Tau mundur dengan wajah pucat, Lee Pin berteriak sombong.    "Hayo, siapa lagi yang berani menentang aku."   In-tie Hwesio menampilkan dirinya.   "Biar aku yang mengusir kau,"   Dia berkata, Lee Pin memperhatikan hwesio tersebut, tiba-tiba dia tertawa.   "Ha ha, ha ... Kau ?"   "Mengapa ?"   In-tie Hwesio tidak puas.   "Sampai dimanakah ilmu kepandaianmu? Sudahkah terpikir olehmu, siapa yang sedang berada didepannya?"   Berkata Si Anak srigala.   "Aku tahu."   Berkata In-tie Hwesio.   "Kau adalah Anak Srigala Lee Pin yang ganas dan telengas. Aku melarang kau memasuki daerah Tionggoan. Daerah ini bukan tanah kekuasaanmu pergilah pulang ketempat asalmu."   "Bagus, Aku memang ganas. Aku cukup telengas, Tapi aku ganas kepada mereka yang tidak menggunakan aturan, aku telengas kepada mereka yang bersifat kejam. Kau melarang aku memasuki daerah Tionggoan, apa alasanmu ? Hendak berkuasa sendiri, takut pada campur tanganku? Ha ha, ha..."   "Tutup mulut."   In-tie Hwesio membentak, disertai dengan satu terjangan kuat, Dia memukul kearah batok kepala si Anak Srigala.   Lee Pin menunjukan senyumnya, dia diserang mendadak, tapi gerakannya lebih cepat dari In-tie Hwesio sebelum terjangan itu sampai didepan dirinya, dia sudah berpencak silat aneh luar biasa, dia sering kali menerkam, dan mengurung si hwesio dengan bayangannya.   In-Tie Hwesio harus mempertahankan diri dari gencaran serangan Lee Pin, dia menyelubungkan dirinya didalam pertahanan kuat, Dan lenyaplah harapannya untuk menandingi Anak Srigala itu.   Didalam sekejap mata, keadaan In-tie Hwe-sio semakin terjepit.   Tiba-tiba Su-to Yan berteriak.   "Hentikan pertempuran ini !" Siuuut, tubuh Lee Pin melayang tinggi, tiba-tiba dia sudah berada didepan Su-to Yan. Meninggalkan In-tie Hwe-sio yang masih bengong kesima.   "Mengapa pertanyaan. kau menghentikannya?"   Lee Pin mengajukan "Kau mencari aku, bukan?"   Balik bertanya Su-to Yan kepada pemuda yang dibesarkan dalam asuhannya binatang srigala itu.   "Betul."   Lee Pin menganggukkan kepala.   "Apa maksud tujuanmu?" . Bertanya Su to Yan.   "Kau ada membawa kitab catatan ilmu pedang Maya Nada, bukan?"   Bertanya Lee Pin memancar sinar matanya yang tajam. Lagi lagi kitab catatan ilmu Pedang Maya Nada ! Su to Yan menganggukkan kepala.   "Betul, Kau juga ingin merebut kitab ini?"   Dia sudah bersiap-siap untuk menandingi jago muda yang kuat itu.   "Ha, ha, ha, ha..."   Lee Pin tertawa.   "Dugaanmu meleset."   "Meleset?"   Su-to Yan belum dapat percaya kepada keterangan si Anak Srigala, Apa maksud tujuan jago itu, bila bukan merebut catatan ilmu Pedang Maya Nada ? Lee Pin berkata.   "Aku datang didaerah Tionggoan untuk menyaksikan dengan lebih dekat, perkembangan ilmu silat didaerah ini. Kudengar tradisi umum didaerah ini sangat buruk sekali, sudah lazim dan kejadian yang jamak, bila seseorang yang berkepandaian tinggi menghina yang lemah, merebut barang silemah, menindas di bawah kekuasaannya, suatu tradisi nasional yang sangat buruk didalam dunia persilatan. Dan desas-desus itu telah kusaksikan sendiri, Kau adalah satu korban ketamakan mereka itu. Aku suka kepadamu, aku ingin bersahabat denganmu."   Si Anak Srigala mengulurkan tangannya Su-to Yan menarik diri. Dia belum sepaham dengan apa yang apa Lee Pin katakan.   "Ha, ha..."   Lee Pin tertawa lagi.   "Takut kepadaku ? Seorang anak yang dibesarkan oleh srigala? Ketahuilah, Srigala itu galak, tamak, tapi manusia lebih galak dan lebih tamak dari srigala."   "Hm,"   Su-to Yan berdengus.   "Mengapa harus takut?"   "Bagus. Kudengar kau berkepandaian tinggi, ingin sekali aku mendapat bukti itu,"   Berkata Lee Pin.   "Aku selalu siap menerima tantanganmu."   Berkata Su-to Yan.   Disaat itu, kekuatan lembah Cui goat kok dan kekuatan Siauw lim pay telah bersatu padu untuk menghadapi Su-to Yan dan Lee Pin, mereka menggabungkan diri, mengurung kedua orang, para hwesio dan orang-orang berbaju hitam mengurung semakin ketat.   Mereka berada dibawah pimpinan In-tie Hwesio dan Ciok Pan Tan.   Kejadian tersebut tidak lepas dari sudut mata Lee Pin, tiba-tiba saja anak srigala ini mengeluarkan suara pekikan panjang.   Wajah In-tie Hwesio berubah.   "Awas.,"   Dia peringatan.   "Lee Pin memanggil pasukan srigalanya."   Memberikan Betul saja, sayup-sayup terdengar suara lolongan srigala, semakin lama semakin dekat, binatang-binatang ini saling sahut, menerima panggilan Lee Pin.   Wajah In tie Hwesio semakin pucat, pasukan srigala itulah yang paling ditakuti, dan betul saja Lee Pin membawa anak buah ganas itu, Ratusan ekor Srigala mendatangi tempat itu, sebentar kemudian, sudah terjadi perkelahian diantara manusia, Korban saling berjatuhan.   Srigala-srigala diajak memasuki daerah Tionggoan adalah srigala-srigala pilihan Lee Pin besar dan ganas, cukup terlatih.   Beberapa orang berbaju hitam sudah mendapat gigitan mereka Su-to Yan turut menyaksikan terjadinya drama tersebut, dia mengajukan protes.   "Hei, mengapa kau tidak melarang binatang peliharaan-mu mengganggu orang?"   Anak Srigala Lee Pin mengeluarkan lain pekikan, maka pasukan Srigala mundur keluar rimba, belum mau pergi, disana mereka mengurung semua orang. Su-to Yan masih belum puas.   "Mengapa kau tidak memberi perintah untuk melepaskan kurungan?"   Dia menegur Lee Pin.   "Prakarsamu patut mendapat pujian. Tapi kau tidak tabu, hati manusia itu lebih kejam dari hati srigala, Kau hendak menolong mereka, tapi mereka hendak mencelakakan dirimu, seekor srigala yang sudah kenyang makan tidak mengganggu mangsanya, tapi seorang manusia yang sudah lebih dari cukup masih menghendaki sesuatu yang melebihinya. Bila tidak memandang dirimu, aku akan membiarkan kawan-kawanku itu mendapat kepuasan."   Su-to Yan berkata.   "Kukira, kita harus mempunyai rasa kasih. Sedapat mungkin menghindari pertumpahan darah."   "Ha, ha... Dimisalkan tidak ada bantuan kawan-kawan ini. mungkinkah kita dapat menghindari pertumpahan darah?"   Apalagi srigala Lee Pin, tidak dapat menyetujui filsafat hidap Su-to Yan. Si pemuda bungkam. Berkat bantuan pasukan Srigala Lee Pin, Su-to Yan berdua bebas dari gangguan anak buah Siauw-lim-pay dan lembah Cui-goat kok.   "Saudara Su-to, kemana kau hendak pergi?"   Lee Pin mengajukan pertanyaan.   "Aku harus kembali kedalam lembah Hui ln."   Berkata Su-to Yan.   "Eh, kau tidak ada maksud untuk menghadiri pesta Tiongyang, di Siauw-lim-sie?"   Lee Pin pernah menerima kabar tentang adanya pesta Tiongyang digereja Siauw-lim-Sie, dan tujuan utama dari pesta itu adalah hendak mendapatkan kitab pelajaran ilmu pedang Maya Nada yang berada didalam tangan Su-to Yan, Maka dia mengajukan pertanyaan seperti tadi.   Su-to Yan menggelengkan kepalanya, dia sedang berpikir, kitab catatan ilmu pedang Maya Nada harus dikembalikan kepada Ie Han Eng, bagaimana menyerahkan kepada si Bidadari, dari lembah Huiin itu? Dia telah mengetahui bahwa orang tua mereka telah mengikatkan perjodohan, dan inilah yang membingungkan dirinya.   Terdengar suara Lee Pin.   "Aku agak tertarik juga kepada kepribadimu, aku bersedia menemanimu ke gereja Siauw-lim-sie, jangan takut kepada mereka, kawan-kawanku selalu siap sedia."   Yang diartikan dengan kawan-kawan sianak srigala adalah pasukan anjing srigalanya binatang-binatang itu berjumlah besar, mengikuti mereka jauh dibelakang.   Su-to Yan segera menduga bahwa si Anak Srigala ingin membesarkan hatinya, agar tidak takut kepada para hwesio Siauwlim-pay, tujuan nya yang hendak mengembalikan kitab catatan ilmu Pedang Maya Nada kepada Ie Han Eng dianggap melarikan diri dari kenyataan, menghindari pertemuan.   "Aku bukan takut kepada mereka."   Su-to Yan memberi penjelasan "Belum pernah ada orang yang kutakuti, Aku harus mengembalikan catatan ilmu pedang Maya Nada dilembah Hui-in. inilah maksud tujuanku."   "Bagus, Aku menemani kau pergi ke lembah Hui-in."   Demikian Lee Pin menawarkan jasa baiknya.   Su-to Yan tidak menolak, mereka segera menuju kearah lembah Hui-in digunung Bu-san.   Mereka melakukan perjalanan dengan kecepatan luar biasa, ternyata Lee Pin ada niatan untuk mengadu ilmu meringankan badan, langkahnya menderu-deru, hendak meninggalkan Su-to Yan.    Dan tentu saja, Su-to Yan mengikuti kemauan kawan baru itu, tanpa memperhitungkan jarak perjalanan, mereka mengadu lari.   Singkatnya cerita, Su-to Yan dan Lee Pin telah tiba di gunung Busan.   Lee Pin harus mengakui, ilmu meringankan tubuh Su-to Yan tidak berada dibawah dirinya, mereka tiba di waktu yang hampir bersamaan.   Menghitung jumlah hari, mereka masih mempunyai waktu untuk menghadiri pesta Tiongyang digereja Siauw limsie, Dengan tertawa Lee Pin berkata kepada kawannya.   "Saudara Suto, sekarang baru awal bulan sembilan, setelah menyelesaikan urusanmu, masih cukup waktu untuk pergi kegunung Siong-san. Maukah kau mengunjungi pesta keramaian itu?"   Gunung Siong-san adalah letak tempat gereja Siauw limsie. Su-to Yang tidak keberatan. Dia berkata.   Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Betul. Setelah menyerahkan kitab, kita boleh pergi kesana."   Dikala mereka tiba di puncak Leng-heng, didepan mereka telah melintang seorang tua berbaju putih, inilah salah satu dari Sepasang Manusia Jibaku, si Seng-mo Leng Kho Tiok. Dengan tertawa tergelak-gelak, Seng-mo Leng Kho Tiok berkata.   "Ha ha ha... Bocah Su-to Yan, tidak kusangka, kau masih mempunyai hubungan erat dengan pihak Tong-hay."   Su-to Yan ingat akan kejadian lama, bagaimana dia dipukul rusak oleh tokoh jahat ini, beruntung ada laki-laki berbaju hijau dari daerah Tong-hay yang memberi obat Tong-hay Sin-kiauw, maka luka-luka itu dapat direkatkan kembali.   Dendam sakit hari itu belum diselesaikan, ternyata Seng-mo Leng Kho Tiok telah mendahului dirinya, menghadang ditengah jalan, Lee Pin belum kenal kepada orang tua berbaju putih yang berani menghadang perjalanan mereka, dia mengajukan pertanyaan .   "Saudara Su-to, siapakah orang ini?" "Dia adalah Seng-mo Leng Kho Tiok,"   Su-to Yan memberi keterangan.   Lee Pin terkejut, nama Sepasang Manusia Jibaku itu pernah mendengung ditelinga setiap jago rimba persilatan, termasuk juga si Anak Srigala, dan disini dia dapat menemukan salah satu dari mereka.   Mendapat sorotan mata Lee Pin yang bercahaya agak liar, Sengmo Leng Kho Tiok terkejut.   Melirik kearah Su-to Yan sebentar, dia bergeram.   "Hei ditangan siapa kitab ilmu pedang Maya Nada itu."   Lee Pin maju dua langkah, dia membentak.   "Hei, kau juga menghendaki ilmu Pedang Maya Nada?"   "Kau siapa ?"   Seng-mo Leng Kho Tiok belum kenal kepada si Anak Srigala.   "Orang yang menghendaki jiwamu."   Berkata Lee Pin yang segera lompat menerkam, ceker-cekernya yang tajam berhasil menarik sobek baju orang itu.   Seng-mo Leng Kho Tiok terkejut, dia sangat tidak memandang mata kepala si anak muda yang berwajah muka panjang karena itu dia tidak membikin persiapan.   Kecepatan Lee Pin memang luar biasa, karena itu, dia berhasil menyobekkan bajunya, Karena ini, dia sangat marah.   "sret"   Kipas jibaku telah keluar dari tempatnya, menotok pergelangan tangan Lee Pin.   Lee Pin berlompat-lompatan, menyobek dan menerkam, gesit sekali.   Karena Seng-mo Leng Kho Tiok telah menyiapkan diri, maka serangan berikutnya tidak berhasil lagi.   Seng-mo Leng Kho Tiok tidak memandang mata kepada lawannya yang masih muda, hanya dua kali lompatan, dia berhasil keluar dari kurungan dan incaran jari si anak Srigala.    "Pantas kau berani datang lagi kegunung Bu-san, kiranya sudah mendapat bala bantuan? Kekuatan tukang pukulmu ini agak lumayan."    Tiga Dara Pendekar Siauwlim Karya Kho Ping Hoo Mustika Gaib Karya Buyung Hok Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini