Pedang Wucisan 8
Pedang Wucisan Karya Chin Yung Bagian 8
Pedang Wucisan Karya dari Chin Yung Dia melirik kearah Su-to Yan. Lee Pin bergeram marah. "Hai, masih hendak merasakan tajamnya kuku jariku lagi ?" Dia sudah siap menubruk itu waktu rombongan srigala telah dipisahkan jauh, dengan maksud agar tidak mengganggu perjalanan mereka. Tanpa panggilan Lee Pin, para srigala tak akan menampilkan diri, hal itu penting, mengingat munculnya ratusan ekor binatang yang seperti itu akan mengejutkan semua orang. Mendengar berdengus. cemohan Lee Pin, Seng-mo Leng Kho Tiok "Huh, dengan ilmu kepandaian yang kalian punyai, berani menentang Seng-mo Leng Kho Tiok ? "Bagaimana bila aku meminta bantuan pasukan srigalaku?" Lee Pin teringat kepada kawan-kawannya. Seng mo Leng Kho Tiok terkejut "Aaaa...." Dia membuka mulut. "Kau si Anak Srigala Lee Pin?" "Kau memang lihay." Lee Pin memberi pujian. "segala tebakanmu tepat!" Mengetahui bahwa dugaannya tidak salah, bulu tengkuknya Seng-mo Leng Kho Tiok bangun berdiri, pasukan Srigala adalah kekuatan yang terganas, siapakah yang dapat meloloskan diri dari kepungannya binatang haus darah itu? Belum pernah ada orang yang dapat meloloskan diri dari keroyokan srigala, apa lagi Srigala Lee Pin yang terlatih baik. -ooo0dw0ooo- Jilid 9 DENGAN adanya bantuan Lee Pin beserta pasukan srigalanya, tentu tidak mungkin menangkap Su-to Yan. Tapi Seng-mo Leng Kho Tiok tidak mau menyerah begitu saja, maka dia mengadakan gertakan. "Kau dengan binatang liarmu itu memang ditakuti orang, Tapi bukan berarti tanpa tandingan Bila kau tidak berhati-hati, semua induk pasukanmu itu menjadi korban lain kekuatan, tahu ?" "Siapakah yang dapat memusnahkan pasukan Srigalaku?" Lee Pin tidak percaya. "Pernah dengar nama Thian-lam Lo-sat?" Bertanya Seng-mo Leng Tiok. Giliran wajah Lee Pin yang berubah. Racun Thian-lam Lo-sat sangat terkenal, bila anak murid golongan itu yang menghadapi pasukan srigalanya, bila mereka menggunakan racun jahat untuk menghadapi binatang-binatangnya, tentu sulit untuk mendapat kemenangan. "Ketua partay dari golongan Thian-lam Lo-Sat telah berada di daerah ini, hanya satu pekikan panjang, aku dapat memangginya datang, Seng-mo Lee Kho Tiok meneruskan gertakannya. "Lee Pin, baik-baiklah kau diam disini, jangan turut campur dengan urusanku." Kemudian, dihadapinya Su-to Yan dan membentak. "Bagaimana dengan kitab ilmu Bersediakah kau menyerahkannya ?" Pedang Maya Nada itu? Sret, Su-to Yan telah menarik keluar pedang Lay-hong. "Ha, ha ha ... ." Seng-mo Leng Kho Tiok tertawa. "Masih belum kapok? Sudahkah kau lupa, bahwa jiwamu hampir mati di tanganku, tahu? Bila tidak ada sibrengsek dari Tong-hay itu, mana mungkin kau dapat mempertahankan diri sampai hari ini?" Su-to Yan membentak. "Jangan banyak kepadamu." Komentar. Kitab tidak akan kuserahkan Mata Seng-mo Leng Kho Tiok mendelik, srek, dia mengeluarkan kipas jibaku, dibuka dan ditutupkan, kemudian menusuk jalan darah leng-tay lawannya, Gerakan tadi sangat cepat sekali. Sedari merekatkan kekuatan dingin Kiu-han Sin-kun Ko Cio dan kekuatan panas Hauw thian Mo kun Thiat Kiam-Seng kedalam tubuh dirinya, Su-to Yan belum menggunakan kekuatan istimewa itu menempur orang tangan kanan yang memegang pedang mendapat tambahan hawa dingin, menangkis kipas Seng-mo Leng Kho Tiok. Trannggg ... Tangan Seng-mo Leng Kho Tiok yang memegang kipas hampir beku karenanya, sangat dingin sekali. Didalam hati tokoh tua ini berkata, oh, bukankah itu kekuatan Kiu-han-ciang dari ketua lembah Cui-goat-kok, bagaimana dapat berada didalam tubuh bocah ini ? Rasa bingung Seng-mo Leng Kho Tiok belum dapat tempat pemecahan, tiba-tiba datang lain pukulan, itulah tangan kiri Su-to Yan yang membawa kekuatan panas Hauw-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng. Seng mo Leng Kho Tiok mengeluarkan jeritan panjang, dia tidak sanggup menahan rasa hawa dingin, lebih-lebih lagi tidak sanggup menerima hawa panas yang menyusul datang, memukul dua kali dan dengan membawa suara lengkingannya yang panjang, dia melarikan diri. Tentu saja didalam keadaan terluka. Siapakah yang sanggup menahan kekuatan yang terdingin dan terpanas? Manakala kita mengisi air panas dan air es di suatu gelas secara bergantian, pasti gelas itu pecah segera. Masih untung bagi Seng-mo Leng Kho Tiok yang mempunyai latihan sangat dalam, tubuhnya tidak hancur pecah, Mulai saat itu, dia harus mencari daya upaya untuk mengatasi dua macam kekuatan Su-to Yan yang luar biasa. Sebentar kemudian, bayangan Seng-mo Leng Kho Tiok sudah lenyap tidak terlihat. Lee Pin terbelalak matanya lebar-lebar, mana mungkin seorang memiliki dua macam ilmu yang bertentangan? Tapi itulah kenyataan, Su-to Yan mempunyai kekuatan dingin, juga memiliki kekuatan panas, Sungguhlah suatu ke jadian yang tidak masuk diakal. Su-to Yan mengeluarkan keluhan napas lega. Diapun tidak tahu, bahwa dirinya mempunyai kedua kekuatan maha hebat hu, Berkat adanya perekat obat Tong-hay Sin-ciauw, dia dapat menyedot kekuatan si Dewa Panas Hauw-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng dan Si ketua lembah Cui-goat-kok Kiu-han sin-kun Ko Cio yang memiliki sifat dingin. Dia masih merasakan hawa dingin dibagian kanan dan hawa panas di bagian kiri tubuhnya. Lee Pin maju, menghampiri kawan itu. "Saudara Su-to," Dia berkata. "Tidak kusangka, kau memiliki ilmu yang sehebat tadi," Su-to Yan menyengir. "Aku sendiripun tidak tahu," Dia berkata terus terang. "inilah kejadian untuk pertama kalinya, aku menggunakan ilmu-ilmu tadi." Gangguan Seng-mo Leng Kho Tiok telah mereka sisihkan, dan kedua pemuda, itu melanjutkan perjalanan. Ie Han Eng adalah cucu dari keluarga Yang Mulia Ie Siauw Hu yang dijunjung tinggi oleh setiap tokoh rimba persilatan, betul dia tidak berkepandaian silat, tidak seorangpun berani memasuki atau mengganggu lembah Hui-in. Mereka tidak berani mengacau lembah Hui-in, ini melepaskan kesempatan untuk merebut kitab Maya Nada, berkumpul di luar lembah tersebut, ada juga yang menutup tersebut, seperti si pedang Utara Auw-yang le dan Pedang Kong-Sun Giok, mereka akan mengganggu orang yang memasuki lembah Hui-in. berarti mereka lembah Selatan hendak Orang yang memata-matai lembah Hui-in bukan Kong-Sun Giok dan Auw-yang Ie dua orang saja, Golongan Thian-lam Lo-sat juga tidak melepaskan kesempatan ini. Bercerita Su-to Yan dan Lee Pin yang mendekati lembah Hui-in, tiba-tiba mereka dihadang oleh delapan orang berbaju hitam, itulah orang-orang dari golongan Thian-lam Loo-sat. "Berhenti!" Bentakan. Kedelapan orang berbaju hitam mengeluarkan Su-to Yan dan Lee Pin memperhatikan kedelapan orang yang berani menghadang perjalanan mereka. "Siapa kalian?" Si Anak Srigala membentak. "Atas perintah ketua kami, kalian dilarang meneruskan perjalanan." Berkata salah satu dari orang-orang berbaju hitam itu. "Siapa ketua kalian?" Bertanya Su-to Yan. "Siapakah yang tidak kenal kepada ketua Thian-lam Loo-sat Lam Kiong It?" "Aha, kalian dari golongan Thian-lam Loo-soat?" "Tidak salah." "Lekas minggir !" Lee Pin membentak. "Agar tidak menjadi korban penasaran. Kalian bukanlah tandingan kami orang." Delapan orang itu mendapat tugas untuk menghadang Su-to Yan, tentu saja harus mentaati perintah ketuanya. Tidak seorangpun dari mereka yang mengundurkan diri, Bukan saja tidak mau mengundurkan diri, malah mereka mengurung lebih dekat lagi, Masing-masing mengeluarkan senjata. Su-to Yan dan Lee Pin saling pandang, mereka menganggukkan kepala, itulah suatu tanda, bergebrak untuk menyingkirkan halangan mengganggu jalan "Ciaaaatttt..." Terdengar suara Lee Pin yang melengking, dia telah menerjang orang berbaju hitam itu. Su-to Yan tidak mau ketinggalan dia mendorong sebelah tangannya, tangan kanan yang dingin dapat membekukan jalan peredaran darah lawan. Terdengar suara jeritan-jeritan yang riuh, hanya satu gebrakan, delapan orang berbaju hitam telah gugur berjatuhan, dua orang mati dibawah cengkraman Lee Pin, dan sisanya mendapat luka parah. Su-to Yan dan Lee Pin mengeluarkan senyum mengejek, mereka tidak memperdulikan orang itu, mereka mulai perjalanan lagi. Tidak lama, hanya tiga tikungan, lagi-lagi dihadang oleh 8 orang baju hitam. Adanya pengalaman dibagian depan, Su-to Yan maklum, tentunya orang dari Thian-lam Lo-sat lagi. Timbul rasa muak kepada orang-orang itu, mereka terlalu tamak dan serakah, dengan ilmu kepandaian seperti ketua Thian-lam Losat Lam Kiong It, mengapa masih menghendaki ilmu pedang Maya Nada ? Bukan saja Lam Kiong It yang mempunyai sipat serakah, Tokohtokoh lainnyapun demikian seperti Seng-mo Leng Kho Tiok, siapakah yang dapat mengalahkan iblis ini? Mengapa masih tidak puas kepada ilmu kepandaian sendiri? Dengan alasan apa menghendaki ilmu pedang Maya Nada ? Delapan orang berbaju hijau yang menghadang didepan kedua orang adalah jago-jago biasa, mana mungkin mereka menandingi Su-to Yan yang gagah perkasa? Apalagi didampingi oleh si Anak Srigala Lee Pin. Hanya setengah gebrakan, merekapun sudah dikucar-kacirkan. Demikianlah Su-to Yan menyingkirkan regu-regu delapan orang itu, setiap muncul delapan orang berbaju hitam, mereka tidak banyak bicara, bila bukan jatuh dibawah cengkeraman Lee Pin, tentu terpental oleh kekuatan Su-to Yan. Dan yang terakhir, dikala mendapat rintangan delapan orang lagi, Seorang tua dengan pakaian warna-warni sudah melesat turun, langsung menghadapi Su-to Yan. Delapan orang berbaju hitam berdiri di belakang orang tua berpakaian warna-warni itu. Orang tua itu memandang Su-to Yan seraya membentak. "Bocah, tentunya belum kenal kepadaku Lam Kiong It, bukan ?" Inilah ketua Thian-lam Lo-sat yang bernama Lam-kiong It, namanya pernah menggemparkan rimba persilatan, Mengingat tidak ada jaringan yang sedang mengganggu perjalanan Su-to Yan, dia menampilkan diri. Su-to Yan dan Lee Pin telah siap siaga, mereka mempunyai sifat pantang mundur, betapa tinggipun ilmu kepandaian Lam Kiong It, mereka tidak segan-segan untuk menempurnya. Lam Kiong It membuka mulut. "Siapa diantara kalian yang bernama Su-to Yan ?" "Aku." Su-to Yan memajukan diri, Memperhatikan sipemuda beberapa saat, Lam Kiong It berkata. "Tinggalkan ilmu Pedang Maya Nada, maka kau bebas dari kematian." "Bila tidak?" Su-to Yan masih menantang. "Kau belum pernah merasakan racun Thian lam Lo-sat? Ha, ha ..." Lam Kiong It tertawa. "Bila aku mau, dengan menggerakan racun Cian-tok Tay-tin, mungkinkah kalian dapat meloloskan diri dari racun-racun itu ?" Lee Pin telah kehilangan sabar, dengan satu terkaman liar, dia menerjang ketua Thian-lam Lo-sat. Lam Kiong It pandai menggunakan racun didalam hal ini bukan berarti tiada berkepandaian silat, tampak dia berlompat gesit, menghindari diri dari terjangan-terjangan sianak srigala. Hanya bergebrak beberapa jurus Lee Pin sudah tidak berdaya.. Su-to Yan tidak berpeluk tangan, pedang Lay-hong keluar dari kerangkanya, segera dia menerjunkan diri kedalam arena pertempuran. "Awas pedang!" Sebelum menyerang, dia memberi peringatan. Di saat itu, orang-orang berbaju hitam telah berkumpul. Menyaksikan ketua mereka dikeroyok oleh dua jago kelas satu tanpa perintah, mereka turut mencampurkan diri, terjadi pertempuran yang sangat kalut. Lee Pin memekik panjang, itulah tanda untuk memanggil pasukan srigala. Dengan bantuan binatang-binatang itu, dia mengharapkan kemenangan. Betul saja. Pekikan panjang si Anak Srigala mendapat penyambutan cepat, terdengar lolongan-lolongan yang melengking tinggi, saling susul, suara itu sangat gemuruh, mendatangi tempat pertempuran. Didalam waktu yang amat singkat, ratusan ekor srigala telah berada ditempat itu, terjadi pertempuran diantara manusia dan binatang. Berkat bantuan srigala itu, Su-to Yan dan Lee Pin menarik diri dari kepungan Lam Kiong It dan anak buahnya. Thian-lam Lo-sat mengalami kegagalan. Dari gerakan-gerakan Su-to Yan yang memiliki kekuatan panas dan dingin, Lam Kiong It tidak berani mengadakan pengejaran, kekuatan panas Hauw-thian Mo-kun Thiat Kiam Seng tidak asing baginya, karena orang ini adalah kawan baiknya, kekuatan dingin Kiu-han Sin kun Ko Cio juga dikenal baik, itulah ilmu kepandaian musuh utama, telah berulang kali dia mengadu kekuatan dengan Kiu-han Sin-kun Ko Cio, sampai dimana keistimewaan ketua lembah Cui-goat kok itu, dia sangat paham. Karena keragu-raguan itulah, Lam Kiong It tidak tahu, bagaimana hubungan Su-to Yan dengan dua tokoh silat hebat, Lebih baik menunggu kesempatan lain. Menceritakan perjalanan Su to Yan dan Lee Pin. mereka berhasil meloloskan diri dari kepungan golongan Thian-lam Lo-sat, membiarkan pasukan srigala memelihara keamanan pion belakang, Mereka meneruskan perjalanan. Lee Pin tertawa, dia sangat bangga kepada pasukan srigala yang sangat banyak membantu itu. "Mereka tidak berani membikin pengejaran." Demikian dia berkata, Yang diartikan dengan mereka adalah anak buah Thian lam-lo-sat. "Dengan adanya kawan-kawan berkaki empat itu siapakah yang ingin mencari mati?" Su-to Yan juga tertawa. Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Mulai saat ini, tidak ada orang lagi yang berani menghadang perjalananmu." Berkata Lee Pin. "Akan kuhajar mereka akan kucarkacir." "Siapakah yang hendak menghadang perjalananku lagi?" Su-to Yan menganggap sudah berada ditempat yang aman, Lembah Huiin sudah tidak jauh. Tiba-tiba... Satu suara menyertai kata-kata Su-to Yan. "Aku yang hendak menghadang perjalananmu." Tidak ada orang yang menghadang perjalanan. Su to Yan bermata dan bertelinga tajam, menangkap arah datangnya suara, dia mendongak keatas, disana, diatas sebuah tangkai pohon yang berdaun rindang, diatas cabang ranting pohon yang cukup besar, dia menggendong pacul. Suatu pemandangan yang jarang terlihat. Hwesio itulah yang mengatakan hendak menghadang perjalanan Su-to Yan. Mengetahui dirinya telah dapat dilihat orang, hwesio tinggi besar itu lompat turun dari atas pohon, gerakannya ringan sekali, dia masih membawa paculnya, itulah senjata yang paling khas bagi hwesio gemuk itu. "Kau juga hendak mengadakan penghadangan?" Bertanya Su-to Yan dengan suara lantang. Hwesio itu menganggukkan kepalanya. "Hendak meminta kitab ilmu Pedang Maya Nada?" Bertanya lagi Su-to Yan. "Guruku menghendaki catatan ilmu pedang itu, maka beliau mengutus aku menemuimu." Berkata hwesio tinggi besar itu. "Siapakah orang yang menjadi gurumu itu?" Bertanya Lee Pin. Hwesio itu melirik kearah si Anak Srigala. "Aku bernama Bwee-goat." Dia memperkenalkan diri. "Dengan julukan Hwesio Tukang Pacul, Pernah dengar nama ini? Tentunya kau tahu, siapa orang yang menjadi guruku." Su-to Yan dan Lee Pin saling pandang. Hwesio itu memikul paculnya, kemudian mementil cepat, ting, ting, ting, dan dia tersenyum-senyum kepada kedua anak muda dihadapannya. "Kit-hian-cie." Su-to Yan berteriak kaget. "ilmu jari Kit hian-cie." "Betul." Hwesio pembawa pacul itu berkata. "Salah satu dari sepuluh macam ilmu silat dari jaman purbakala." "Ah," Su-to Yan berteriak. "Kau adalah murid dari Tokoh Silat Tiga jaman Bong Bong Cu" "Kau memang liehay." Hwesio Tukang Pacul Bwee-goat menganggukkan kepala. "Guru ku mengatakan bahwa kau telah berhasil meyakinkan Uap Hijau It-bok Cin-khie, cengkeraman Maut Thian tau nie hun ciauw dan ilmu Pie pa cap Sa san chiu. Dengan adanya tiga macam ilmu silat peninggalan jaman purbakala itu, kau menjadi seorang yang sangat berbahaya. Apalagi memiliki ilmu pedang Maya Nada, bahaya itu semakin besar." "Maksudmu?" "Guruku menghendaki ilmu pedang Maya Nada itu." Berkata Hwesio Tukang Pacul Bwee goat. Lagi-lagi ada orang yang mengincar catatan ilmu Pedang Maya Nada. Lee Pin mengeluarkan jeritan2 panjang, jeritan mana disambung oleh lolongan pasukan srigalanya, susul-menyusul tiada hentihentinya. Wajah hwesio Tukang Pacul berubah. Segera dia sadar, suara lolongan-lolongan apa yang mendekati mereka. "Hei." Dia berteriak "Kau yang membawa binatang-binatang liar itu?" "He, he..." Lee Pin sangat puas. "Kau takut?" "Huh ! Siapa yang takut kepadamu?" Mengincar beberapa srigala yang terdekat, Bwee goat mengayun paculnya, terlalu cepat untuk di ceritakan. "Nah, Lihatlah." Kata-kata tadi disertai dengan ayunan cangkul. Aingggggg... Aaingggg..." Dua ekor srigala Lee Pin telah mati dengan otak kepala hancur berceceran, Kecepatan dan kekuatan si Hwesio Tukang Pacul Bweegoat memang luar biasa. Wajah Lee Pin berobah, srigala-srigala yang dibawa memasuki daerah Tionggoan adalah srigala pilihan, mendapat didikan dirinya, mereka dapat menyingkirkan diri dari setiap serangan tokoh rimba persilatan. Kini dua ekor diantaranya dibunuh mati dengan mudah, tanpa ada perlawanan sekali, itulah suatu kejadian yang belum pernah dialami. Su-to Yan mengeluarkan suara pujian. "Tenaga dalam yang hebat." Belasan ekor srigala menerjang orang yang telah membunuh kawan mereka, gerakan itu gesit sekali. Bwee-goat mengayun pacul, satu demi satu, dia membunuh atau melukai srigala-srigala itu. tubuhnya tinggi besar, tapi mempunyai gerakan dan lincah, tenaganya besar, arah bidikannya tepat, belasan ekor srigala itu telah menjadi korban ketajaman cangkulnya. Belasan ekor srigala lainnya menerkam Bwee-goat, jumlah pasukan binatang ganas itu kian membesar. Bwee goat mengetahui akan datangnya gelagat yang kurang baik, untuk mengalahkan belasan ekor atau puluhan ekor tidak menjadi soal, tapi dilihat dari suasana seperti itu, jumlah srigala yang dibawa oleh Lee Pin berjumlah diatas ratusan, untuk meloloskan diri dari kepungan-kepungan binatang tersebut, tentu saja tidak mudah. Si Hwesio Tukang pacul Bwee-goat menerjang kearah timur, membunuh dan melukai belasan ekor lagi, cepat sekali, tubuh orang itu telah lenyap. Lee Pin membanting banting kaki, pasukan srigalanya dikucar kacirkan oleh orang tadi, Memeriksa luka-luka para srigala, dia menggeleng-geleng kepala. Su-to Yan menghampiri kawan kita, Dengan sedih, Lee pin berkata. "Maksud hendak menemani kau masuk kedalam lembah Hui-in, kukira maksud ini tidak dapat kesampaian. Aku harus mengadakan pertolongan kepada mereka, Waktu yang diperlukan terlalu lama, ada baiknya kau pergi dahulu, aku akan menyusul kemudian." "Baiklah." Su-to Yan dapat menerima usul itu, Lembah Hui-in sudah berada diambang mata, tentang Lee Pin dan srigala-srigala itu diapun harus menempuh perjalanan. Melewati dua puncak lagi, Su-to Yan segera dapat memasuki lembah Hui-in, tiba-tiba ada bayangan putih yang melayang datang, itulah bayangan seorang gadis, langsing yang mengenakan pakaian warna putih, menghampiri Su-to Yan. Su-to Yan mengendurkan langkah kecepatannya, dia menantikan gadis baja putih itu, tentunya orang yang hendak meminta kitab ilmu Pedang Maya Nada. Gadis berbaju putih menatap Su-to Yan beberapa saat, dia berkata. "Ternyata kau yang bernama Su-to Yan,.bukan?" "Aku Su-to Yan." Berkata sipemuda. "Ada urusan apakah nona mencari seorang yang tidak terkenal ?" "Ha. ha, ha.. Su-to Yan, Su-to Yan, kau tidak terkenal? Siapa yang terkenal? Bila bukan si pedang Bara yang gagah perkasa, haha." Gadis tersebut tertawa terpingkal-pingkal. "Nona ada urusan dengan diriku?" Bertanya Su-to Yan. "Tentu, Bila tidak ada urusan, tentu tidak mencari dirimu, bukan?" Berkata gadis itu. Su-to Yan menunggu keterangan tentang maksud kedatangan gadis tersebut, dia memperhatikan gadis tersebut, sangat putih, berbaju putih juga berkulit putih, sangat menarik, rambutnya hitam panjang, terurai kebelakang, agak mirip dengan tipe Jie Ceng Peng, tapi lebih menarik, seolah-olah seorang dara yang baru menginjak dewasa. Diantara ketiga gadis yang baik dengan Su to Yan, Ie Han Eng mempunyai perangai yang halus, tipe wanita ideal untuk menjadi seorang istri yang lunut, dan jinak, Jie Ceng Peng mempunyai sifatsifat yang gagah perkasa, cukup agung untuk menjadi seorang pemimpin, tapi gadis yang seperti ini bukan calon bagus untuk dijadikan seorang istri, dia akan nangkring di atas kepala sang suami, membentak bentak dan hendak berkuasa seorang diri. Cin Bwee nakal berandalan, sifatnya suka cemburu, Gadis yang seperti inipun tidak mudah untuk didamping seumur hidup. Gadis berbaju putih menyampurkan dua macam tipe Cin Bwee dan Jie Ceng Peng. "Hei." Tiba-tiba gadis itu membentak. "Mengapa kau diam bungkam ?" Su-to Yan disadarkan dari lamunannya. "Kau belum mengutarakan maksud kedatanganmu, bukan?" Dia balik bertanya akan maksud kunjungan orang. "Aku tahu namamu Su-to Yan." Berkata sigadis baju putih. "Mengapa kau tidak menanyakan namaku ?" Seorang gadis yang masih bersifat kanak-kanak. Dengan sungguh-sungguh, Su-to Yan bertanya. "Boleh aku mengetahui nama dan julukan nona yang mulia?" Bertanya Su-to Yan dengan nada yang penuh rasa hormat. "Hi, hi, hi,.," Gadis itu tertawa cekikikan "Aku bukan yang mulia, Aku seorang gadis biasa, Namaku Pek Leng Soat. Pek Leng Soat, berarti Keluarga Pek Yang Suka Kepada Salju, Mengertikah kau akan makna arti kata-kata tadi" Su-to Yan tersenyum-senyum. "Suatu nama yang bagus." Dia memberikan pujiannya. "Sangat cocok dengan arti yang terkandung didalam nama itu. Begitu cocok dengan wajah dan potongan seorang gadis cantik yang sepertimu." "Tentu saja." Berkata gadis yang bernama Pek Leng Soat itu. "Kau memang sedang berhadapan dengan aku." "Eh, bagaimana maksud mengulang pertanyaannya. kedatangan nona?" Su-to Yan "Kedatanganku?" Bertanya Pek Leng Soat menunjuk hidungnya yang kecil dan mungil. Hal ini sangat menarik sekali. "Kedatanganku ada hubungannya dengan kau!" Gadis itu hampir menyentuh hidung si pemuda. Dia menudingkan telunjuk jarinya lurus kedepan. "Aku?" Su-to Yan mundur dua langkah. "Kau belum tahu, bahwa kedudukan dirimu berada didalam posisi yang sangat berbahaya?" Berkata lagi Pek Leng Soat. "Atas perhatian nona, dengan ini, aku Su-to Yan mengucap banyak terima kasih." Si-pemuda memberi hormat. "Huuh..." Pek Leng Soat mengeluarkan suara dari hidung. "Catatan ilmu pedang Maya Nada itulah yang menjadi bibit bencana, Telah di rencanakan masak-masak. Bila kau bersedia menyerahkan kitab catatan ilmu silat itu, jiwanya bebas dari segala macam gangguan dan ancaman." Lagi-lagi soal ilmu pedang Maya Nada. Su-to Yan tertawa tawar, dia berkata. "Dimisalkan catatan ilmu pedang Maya Nada tidak diserahkan, mungkinkah nona akan memberikan tekanan yang berat?" "Tentu saja." Pek Leng Soat memberi senyuman manis. "Nona begitu baik kepadaku?" Bertanya Su-to Yan. "Apakah yang menjadikan tujuan utama dari maksud nona itu ?" Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "ilmu Pedang Maya Nada." Berkata Pek Leng Soat. "Aku menolak." Su-to Yan segera berkata. "Kau jangan tidak tahu diri!" Pek Leng Soat membentak "Maksudku baik. tahu? Aku datang dengan tujuan membebaskan kau dari aneka macam gangguan yang datangnya dari luar, Mengapa kau begitu bandel? Di manakah catatan ilmu pedang itu ?" Su-to Yan memperhatikan keadaan gadis berbaju putih, begitu agung, begitu manis dan ramah, mengapa mempunyai hati yang sama dengan manusia tamak lainnya? inilah yang membuat dia tidak mengerti sama sekali. "Siapakah yang memberi mengajukan pertanyaan. perintah kepada nona?" Dia "Kau tidak mau mengeluarkan kitab pelajaran ilmu silat itu?" Pek Leng Soat membentak. "Dengan amat menyesal, harus kuberitahu kepadamu." Berkata Su-to Yan. "Bahwa kitab ilmu pedang Maya Nada bukan milikku, Karena itu belum dapat kuserahkan kepadamu." "Kau tidak takut kurebut dengan cara kekerasan ?" Pek Leng Soat naik darah. Su-to Yan tidak melayani terus, dia membalikkan tubuh, mengangkat kaki dan berkata. "Maaf, aku masih ada urusan, Selamat tinggal." Pek Leng Soat mengikuti gerakan pemuda itu, dia menyusul, tangannya bergoyang-goyang, memukul sehingga delapan kali. "Su-to Yan." Dia berteriak keras. "Kau mau melarikan diri? Tidak mudah, kawan." Su-to Yan dipaksa melayani datangnya senangan itu, mengegos kekanan dan kekiri, dia membiarkan serangan tadi lolos dari kedua sisinya. Ujung kaki menutul tanah, siuttt....melejit lagi, sangat tinggi dari sana, dia meneruskan usahanya hendak menjauhi si gadis berbaju putih. Pek Leng Soat terbang menyusul. Hal ini sudah berada didalam perhitungan Su-to Yan. Gadis itu berani menghadang dirinya, tentu mempunyai ilmu kepandaian tinggi, dengan ilmu Cek-khie Leng-in. Su-to Yan berjumpalitan jauh, melepaskan dirinya dari kekuatan Pek Leng Soat, kemudian, Su-to Yan meneruskan peluncurannya. Bagaikan awan yang terapung terbang, dia melayang pergi. Itulah ilmu kepandaian Cek-khie Leng-in yang luar biasa ! Didalam sekejap mata, tubuh Su-to Yan telah melayang tiga puluh tombak tingginya, atau kepandaian sendiri ini tak mungkin dapat dipadu oleh Pek Leng Soat. Sigadis memandang lenyapnya bayangan pemuda itu, hatinya mendongkol tapi tidak berdaya, dia membanting-banting kaki. Su-to Yan berhasil meloloskan diri dari pengejaran Pek Leng Soat, melewati dua puncak gunung lagi, dia akan segera tiba di lembah Hui-in. Tempat bersemayamnya si Bidadari dari gunung Busan. Dari arah depan sipemuda, melayang datang satu bayangan, cepat sekali, inilah Cia Ciu Nio, jago wanita dari Kun lun-pay, orang yang menjadi guru Cin Bwee. Cia Ciu Nio menghampiri Su-to Yan dan menegur sipemuda. "Dimana Cin Bwee?" Hubungan Su-to Yan dan Cin Bwee begitu intim sekali, adanya sipemuda ditempat ini seorang diri menandakan bahwa si gadis menemukan suatu kesukaran yang berada diluar dugaan, karena itu Cia Ciu Nio wajib memberi teguran. Su-to Yan menjawab pertanyaan itu. "Dia jatuh kedalam tangan Jie Ceng Peng." "Huh," Cia Ciu Nio kaget, tentu saja dia gemes. "Mengapa kau tidak berusaha untuk menolong? Apa maksudmu datang ketempat ini seorang diri?" "Sedang melakukan perjalanan kearah lembah Hui-in," Su-to Yan memberi jawabannya dengan hormat. "Mengapa seorang diri?" Tegur lagi Cia Ciu Nio. "Boanpwee harus membikin penyelesaian dengan Ie Han Eng. Dengan menyerahkan catatan ilmu pedang Maya Nada. Dan urusan dapat diselesaikan maka boanpwee segera akan menemui Jie Ceng Peng, meminta Cin Bwee dari tangannya." Cia Ciu Nio tertawa tawar, katanya. "Hendak mengembalikan kitab ? Betul-betulkah kau hendak mengembalikan kitab? Bila kau ada niat untuk menolak perjodohan itu, mengapa menerima pertunangan?" Su-to Yan menundukkan kepalanya, Apa yang dapat dikatakan? Pertunangan dengan Ie Han Eng ditetapkan oleh kakeknya, hal itu berada diluar dugaan sama sekali. Dia tidak tahu-menahu tentang hal itu. "Sebelumnya, akupun tidak mengetahui sama sekali." Dia mengadakan pembelaan. "Dan bagaimana kau hendak menyelesaikan urusan kalian ini?" "Ie Han Eng sudah memberi keputusan tentang ini." Berkata Suto Yan. "Bagaimana putusannya?" Cia Ciu Nio mendesak terus. "Dia memulangkan pedang In-liong." Jawab Su-to Yan sedih. Cia Ciu Nio berpikir lama, setelah itu dia berkata lagi. "Ilmu pedang Maya Nada benda yang membawa malapetaka, Aku tidak mengharapkan Cin Bwee terlibat oleh persengketaanpersengketaan yang ditimbulkan karenanya, Mengerti akan maksud tujuanku?" Su-to Yan menganggukkan kepalanya, memaklumi bahwa Cia Ciu Nio mengadakan teguran atas terlibatnya Cin Bwee pada urusan kitab pusaka. "Nah kau boleh pergi." Berkata Cia Ciu Nio. "Urusan Cin Bwee boleh kau serahkan kepadaku, Biar aku yang membikin penyelesaian dengan Jie Ceng Peng." Sekali lagi Su-to Yan menganggukkan kepala. Cia Ciu Nio memperhatikan pemuda itu, kesannya tidak begitu buruk, yang disayangkan adalah tersangkutnya Cin Bwee yang menyintai Su-to Yan sedikit banyak, murid itu kerembet juga, inilah yang dipusingkan olehnya. "Kuanjurkan agar kau tidak usah pergi kelembah Hui-in lagi." Dia berkata. "Dan ilmu Pedang Maya Nada?" Su-to Yan salah paham. Tidak mengembalikan kitab catatan silat itu berarti menerima perjodohan yang telah ditetapkan oleh kedua orang tua Ie Han Eng dan orang tuanya. Cia Ciu Nio memberi keterangan. "Catatan ilmu pedang adalah bibit penyakit. Buang saja kepada orang yang memintanya. Ketahuilah, karena adanya kitab itu, perjalanan yang menuju lembah Hui-in sudah ditutup beberapa lapis, mereka terdiri dari jago-jago ternama. Tidak mudah kau mengalahkan mereka semua." Su-to Yan tertawa tawar, dia mengemukakan pendapatnya. "Catatan ilmu Pedang Maya Nada kudapat dari tangan Ie Han Eng. Dan sudah selayaknya, bila aku mengembalikan kedalam tangan gadis itu lagi. Penjegalan-penjegalan para manusia tamak yang menghendaki ilmu pedang ini tidak kutakuti. Betapa bahayapun akan kuterjang mereka." Cia Ciu Nio menarik napas. "Kau terlalu kukuh." Dia berkata. "Baiklah, Aku pergi lebih dahulu." Meninggalkan Su-to Yan, jago wanita itu pergi kearah markas Thian-lam Lo-sat. disana dia harus menolong Cin Bwee. Su to Yan tidak menahan, memandang bayangan punggung belakang orang, dia menghembuskan keluhan napas. Apa yang dikatakan oleh Cian Ciu Nio bukan berupa gertakan sambal. Di hadapannya sudah menunggu banyak jago-jago dari berbagai golongan, maksud tujuan mereka tentu mengingini kitab ilmu Pedang Maya Nada. Sebagai seorang kesatria, dia wajib menerjang rintangan itu, satu persatu harus dijatuhkan lebih dulu. Su-to Yan meneruskan perjalanan. Tidak ada sesuatu pekerjaan yang tidak mengandung unsur kebahayaan. Termasuk juga perjalanan Su-to Yan kearah lembah Hui-in. Lebih berbahaya dari segala sesuatu yang berbahaya. Baru saja masuk di tikungan gunung, ditengah jalan sudah berdiri seorang hwesio. Bukannya hwesio biasa, inilah hwesio istimewa, pada tangannya terpancung pacul, inilah hwesio Tukang Pacul Bwee Goat, Manakala orang menggunakan pacul yang tajam untuk menggarap tanah, tetapi hwesio ini menggunakannya terbalik. Dia memegang alat penggarap itu pada bagian yang tajam. Su-to Yan terkejut, ilmu kepandaian Kui-hie Sin-kang dari hwesio Tukang Pacul Bwee-goat luar biasa, Tidak mudah dihadapi. Bwee-Goat memperhatikan makin dekatnya sipemuda. Su-to Yan sudah sesumbar, bahaya apapun yang melintang dihadapannya akan diterjang, nah, kini dia harus menerjang Hwesio Tukang Pacul Bwee Goat, jarak mereka semakin dekat. Dengan dingin Bwee Goat membuka suaranya. "Dimana kawanmu yang membawa-bawa srigala itu ?" Dia menanyakan Si Anak Srigala Lee Pin. Adanya pasukan srigala dari pendekar muda itu sangat menyegankan dirinya, Su-to Yan tertawa. "Aku niat bertemu dengan Ie Han Eng, dia tidak mau turut serta." Demikian pemuda ini memberikan jawaban. Hwesio Tukang Pacul Bwee Goat tertawa, dia berkata. "Luar biasa.. Aku memuji keberanianmu." "Tanpa bantuan orang, kau kira dapat mengalahkan orang? sampai dimanakah taraf kepandaianmu, sehingga begitu berani? Aku adalah orang yang tiada guna, tapi belum tentu dapat dikalahkan." Su-to Yan mengerutkan kedua alisnya yang kereng, dengan tertawa dia membalas tanggapan-tadi. "Dengan ilmu yang kau miliki, mungkinkah dapat mengganggu perjalananku ?" "Ha... ha ha ..." Bwee Goat harus memuji kepintaran lawannya. "Jalan ini sudah ku-tutup. Bila kau dapat mengalahkan aku, baru dapat meneruskan perjalananmu." Su-to Yan mendekati hwesio Tukang Pacul itu. "Kukira, kau juga menghendaki kitab ilmu pedang Maya Nada ?" "Ada dua jawaban, Betul dan bukan," Bwee Goat menutup katakatanya dengan satu serangan buntut pacul. Sret, sret, sret, tiga jalur angin serangan meluncur kearah Su-to Yan. Su-to Yan menyedot peredaran jalan napasnya, tubuh itu melejit keatas, berputar sehingga tiga kali, menghindari serangan angin ujung pacul Bwee Goat. "Ha, ha... Hanya seperti ini?" Su-to Yan meletakan ujung kaki ditempat lain, Dimana mengeluarkan suara mengejek. "Crut, crut, crut..." Tiga kali serangan lain yang menyerang Su-to Yan. Dengan bangga Bwee Goat berkata. "Nah, boleh rasakan serangan berikutnya, inilah ilmu Kit-hian-cie." Dengan tipu Hun-hoa Hut-liu atau Menyingkap Bunga Menyingkirkan Rumput, Su-to-Yan mengenyampingkan serangan lawannya. "Sampai disini saja ilmu Kit-hian cie?" Su-to Yan memandang rendah. "Hm...." Bwee Goat mengeluarkan suara dari hidung. "Bila ilmu Kit-hian-cie hanya seperti ini, tentu dia tidak dipanggil salah satu dari 10 ilmu silat dari jaman purbakala." Lagi-lagi dia memainkan paculnya, begitu aneh, dari sana meluncur desiran angin yang amat kuat, datangnya begitu cepat, amat banyak, seolah-olah jaring yang tidak terlihat, semua serangan terarah kepada Su-to Yan. Su-to Yan terkejut, tangan kanannya dikebutkan dengan menyedot napas yang sangat dalam, dia mempertahankan diri Jurus Hun-song Cian-lie, Han-in dan Ciok-goat saling menyusul, menyentil balik semua serangan-Serangan si Tukang Pacul. Tiga jurus yang kita sebut diatas adalah jurus perubahan dari ilmu Pie pa cap sa chiu, ilmu utama dari sepuluh macam tipu silat dari jaman purbakala. Datangnya serangan begitu hebat, pertahanannya pun tidak lemah, mereka seimbang sama kuat. Suatu saat, badan kedua orang itu terpisah. Bwee-goat mundurkan diri. Su-to Yan melewati kepala hwesio itu itu dan langsung maju kedepan. Bwee Goat tidak mengejar. Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dengan suara keras dia berkoar. "ilmu kepandaianmu memang sulit mendapat tandingan. Didepan masih ada beberapa percobaan. Baik-baiklah kau menghadapinya." Su-to Yan belum mengerti akan maksud tujuan Bwee Goat. Dia lebih penting mengutamakan perjalanannya dengan langkah yang keras, dia tetap maju kearah lembah Hui-in. Menikung lagi satu jalan, seseorang tosu melintang ditengah jalan, tosu ini bersenjata pecut panjang, mengenakan pakaian baju biru. Menunggu sampai Su-to Yan datang dekat, dia membentak. "Su-to Yan!" Su-to Yan menghentikan langkahnya. "Bagaimana sebutan dan gelar totiang yang mulia? Mengapa menghadang di tengah jalan?" Dia bertanya sabar. "Aku Giok Hie." ToSu itu memperkenalkan diri. "Sudah lama menunggu kedatanganmu." "Totiang menghendaki ilmu pedang Maya Nada?" Bertanya Su-to Yan blak-blakan. "Boleh juga." Berkata tosu pembawa pecut itu. Dia tersenyumsenyum. "Boleh Totiang menggeser sedikit badan, agar aku dapat melanjutkan perjalanan?" Su-to Yan masih bersikap sabar. "Boleh saja, bila kau dapat memaksa aku menggeser badan," Berkata si Tosu tukang Sado Giok Hie. Sepasang alis Su-to Yan terjengkat. "Nah, sebelumnya aku meminta maaf." Dia berkata. Tangannya bergerak menyodok kedepan. Terarah ke pundak tosu itu. Giok Hie memeramkan kedua matanya, seolah-olah dianggap enteng. Puk, tangan Su-to Yan berhasil mengenai pundak suto tukang Sado itu. Tidak berhasil menjatuhkan lawannya, begitu kuat dan kekar, Giok Hie tidak bergeming dari tempat yang semula. Su-to Yan tertegun, inilah ilmu Bambu Bung Hay-tiok-kang, juga salah satu dari sepuluh macam ilmu silat dari jaman purbakala. Pikiran dan gerakan Su-to Yan bekerja pada saat dan waktu yang sama, mengikuti dan meneruskan gerakan tadi, dia meneruskan serangannya kearah jalan darah ditangan tosu itu. Giok Hie mementang sepasang mata, begitu besar, penuh kemarahan, pecut ditangan terayun mengincar batok kepala Su-to Yan. Su-to Yan membungkukkan diri, meluncur kedepan, demikianlah masing-masing menerima kegagalan, Kaki Giok Hie bergerak, dari arah yang tidak terduga sama sekali, menyepak bagian bawah Su-to Yan. Lagi-lagi sipemuda dikejutkan, itulah ilmu Kaki Kepiting Mo-liongtui ! "Aha, tosu ini memiliki dua macam ilmu silat dari jaman purbakala." Satu demi satu, ilmu-ilmu jaman purbakala itu bertampilan kembali. Pinggang Su-to Yan terancam, hampir dia diremukkan, Beruntung dia cepat, gesit laksana-kucing, mengegos ke samping, uap hijau mengepul sedikit-sedikit, inipun termasuk salah satu dari sepuluh macam ilmu silat dari jaman purbakala, ilmu Kabut Hijau Itbok Cia khie. Ilmu purbakala kontra ilmu purbakala! "Awas!" Su-to Yan berteriak, dia memberi peringatan Dia pun memiliki beberapa macam ilmu purbakala, mungkinkah dia kalah dengan musuhnya? Sepuluh jari Su-to Yan direntangkan itulah Tiga Belas jari Sakti Pie-pa-cap-sa-San-chiu, Tujuannya mengincar beberapa jalan darah lawan. Giok Hie menggentak pecut, datangnya dari bawah keatas, mengancam jari jari Su-to Yan. Tangan Su-to Yan dibalikkan, menelungkup dan meraup pecut musuh. Giok Hie menarik diri ke samping sedikit dan dari sana naik kembali, langsung kearah leher Su-to Yan. "Su-to Yan memutar kepala, bayangan itu terlalu cepat, tahutahu sudah berada dibelakang musuhnya. Sepasang tangan didorong ke depan. "Bek bek..." Dia berhasil menggeser kedudukan posisi Giok Hie. Giok Hie bergeser dari membelakangi Su-to Yan, dia sudah membalikkan diri berhadap-hadapan. Tapi tidak menyerang lagi, dia diam. Su-to Yan membungkukkan setengah badan, inilah tanda penghormatan kepada orang yang berada didepannya. Setelah itu, dia melayang pergi, meneruskan perjalanan. Sesudah tahu, Su-to Yan menoleh kebelakang, si Tosu Tukang sado Giok Hie masih berdiri ditempatnya. Tidak bereaksi sama sekali. Dengan hati yang penuh tanda pertanyaan pertanyaan, Su-to Yan meluncur kearah lembah Hui-in. Dia belum mengerti, mengapa Giok Hie itu memiliki dua macam ilmu kepandaian silat dari jaman purbakala ? Kepercayaan kepada ilmu kepandaiannya semakin tebal, dia percaya, bahwa masih banyak gangguan-gangguan yang menunggu didepan, perjalanan lembah Hui-in- sudah begitu dekat. Dengan ilmu kepandaian yang dimiliki, mungkinkah tidak dapat mengatasi kesulitan-kesulitan lain ? Dia berjalan dengan langkah ringan. Dua tikungan lagi dilewatkan, kini dia melewati jalan lurus, Didepannya ada dua orang yang sedang mengadu catur ditengahtengah jalan, inilah cara-cara si Hwesio tukang Pacul Bwee Goat dan Tosu Tukang Sado Giok Hie, cara mereka untuk menunggu kedatangan Su-to Yan ditengah jalan. Kecuali meja batu yang terpasang ditengah jalan, dua bangku batu menghias dikanan dan kirinya, pada kedua bangku batu duduk dua orang, yang membelakangi Su-to Yan adalah seorang tua berpakaian sastrawan, dan seorang lagi adalah laki-laki setengah umur. Kedua orang ini sedang asyik bercatur di tengah jalan. Jarak ini sudah dekat dengan lembah Hui-in, dikala Su-to Yan enak-enakan meluncur, dua orang yang main catur ditengah jalan itu tiba-tiba mengejutkan dirinya. Untuk meneruskan usahanya menemui Ie Han Eng di lembah Hui-in. Su-to Yan berjalan maju. Laki laki setengah umur dapat melihat kedatangan pemuda itu, dia menahan gerakan lang kah permainan catur, itu hanya isyarat. Orang tua yang membelakangi Su-to Yan mendongakkan kepala. "Suhu." Dia memanggil "Su-to Yan kah yang datang?" Sastrawan tua itu memanggil laki-laki setengah umur dengan panggilan suhu yang berarti guru, hal ini tentu mengherankan orang yang tahu. Hanya beberapa jago silat golongan tua yang dapat memahaminya, Ternyata, sastrawan tua adalah murid laki-laki setengah umur itu, namanya Kong-yat Chiu-jit dengan gelar pendekar jago pelajar Tua. Sedangkan laki-laki setengah umur adalah seorang jago silat dari tiga aliran zaman. namanya Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu. Su-to Yan tidak kenal kepada dua orang itu, dia memberi hormat dan berkata. "Maaf, boanpwee meminta jalan." Jago tiga jaman Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu memandang dan menatap pemuda itu, disertai juga dengan pertanyaan. "Kau yang bernama Su-to Yan? Bagaimana perlakuan kedua muridku ? Adakah mereka membikin banyak kerewelan?" Su-to Yan terkejut, Dia memperhatikan kedua orang ini, ternyata Hwesio Tukang Pacul Bwee Goat dan Tosu Tukang sado Giok Hie adalah murid orang ini. Dia telah menyaksikan ilmu kepandaian Bwee Goat dan Giok Hie, cukup tinggi, memiliki beberapa macam ilmu silat dari jaman purbakala, mungkinkah laki-laki setengah umur ini mempunyai kepandaian itu ? Perasaan gentar menjalani Su-to Yan, jelaslah sudah bahwa Giok Hie dan Bwee Goat mendapat tugas dari orang ini. Memikirkan kejadian-kejadian itu, sehingga Su-to Yan lupa menjawab pertanyaan orang. "Aku bernama Pek-ie Kauw-cu Bong-Bong-Cu." Berkata lelaki setengah umur itu. "Tentu-nya kau pernah dengar?" Dan dia bangun berdiri. Su-to Yan semakin kaget, Ternyata orang yang pernah menghilang dari kalangan rimba persilatan pada satu abad yang lalu muncul kembali ? Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu adalah tokoh silat kenamaan, umurnya sudah genap se-abad, mengapa lebih muda dari muridmuridnya? Ternyata Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu pernah memakan sekepal buah Noho merah, buah ini sangat mujarab, dapat menyembuhkan aneka macam luka dan derita, juga memelihara kulit-kulitnya. Orang yang tidak tahu seluk-beluk ini akan mengatakan sebagai Pek-ie Kauw-cu Bong BOng Cu yang palsu. Kepada jago yang masih hidup sampai tiga jaman ini. Su-to Yan wajib memberi hormat, dia mengulang kata salamnya. "Maafkan boanwee yang tidak kenal kepada cianpwee, dengan ini Su-to Yan menerima salah." "Ha, ha...."Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu tertawa. "Kudengar kau memiliki beberapa macam ilmu silat dari jaman Purbakala, Dia juga memiliki kitab catatan ilmu pedang Maya Nada, Betulkah hal yang aku katakan itu?" "Hal itu betul." Berkata Su-to Yan tanpa menyangkal. Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu tertawa lagi. "Kau memang seorang pemuda jujur." Dia memberikan pujiannya. "Tidak seharusnya aku mengganggu perjalananmu Tapi aku tertarik kepada ilmu kepandaianmu. Disini aku hendak menguji, betulkah ilmu-ilmu pelajaran ilmu silat dari jaman purbakala? Betulkah ilmu kepandaian yang asli? Ketahuilah, bahwa sepuluh ilmu silat dari jaman purbakala tersebar dari tangan Thian Kho Cu, tidak mudah untuk meyakinkannya. Aku hanya mendapat beberapa bagian, dan alangkah indahnya, bila dapat memiliki semua pelajaran-pelajaran itu, Dan tentang ilmu pedang Maya Nada, ilmu itu dapat membahayakan jiwamu sendiri. Akupun hendak meminjamnya. Maukah kau memberikan kitab itu ?" "Sangat menyesal." Berkata Su-to Yan lantang. "Boanpwee belum dapat mengabulkan permintaan itu." "Jawaban yang sudah kuduga." Berkata Pek ie Kauw-cu Bong Bong Cu. "Dan kata-kataku yang berikutnya adalah menyediakan dua jalan.. Mau tidak mau, kau harus memilih salah satu dari jalan ini." "Dipersilahkan cianpwee menyebut jalan-jalan itu?" Berkata Su-to Yan hormat. "Jalan pertama, yaitu menerima kau menjadi muridku. Dengan jaminan bahwa ilmu pedang Maya Nada dan pelajaran dari jaman purbakala tetap berada padamu." Berkata sijago Tiga Jaman Pek-ie Kauw-Cu- Bong Bong Cu. "Dan jalan yang kedua?" Bertanya Su-to Yan cepat. sikapnya tenang. "Jalan yang kedua lebih mudah lagi." Berkata Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu. "Dengan ilmu kepandaian yang kumiliki, tentu tidak sulit untuk mengambil ilmu kepandaianmu tentu saja berikut ilmu pedang Maya Nada." "Boanpwee menolak kedua jalan yang cianpwe ajukan itu." Berkata Su-to Yan gagah. "Tentu saja kau menolak." Berkata Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu. "Karena kau belum belajar kenal dengan siapa dan bagaimana adanya Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu. Tapi bagi mereka yang sudah hidup diatas 70 tahunan, tidak satupun yang berani menolak permintaanku. Aku akan melumpuhkan semua ilmu kepandaianmu Bila tidak mendapat persetujuanmu Bagaimana ?" "Tidak seorangpun yang akan setuju membiarkan kepandaiannya dipunahkan orang." Berkata Su-to Yan. ilmu "Kulihat kau begitu tenang." Berkata Pek-Ie Kouw-Ce Bong Bong Ce "Karena kau menganggap tidak mempunyai tandingan? Ha-ha, ha... biar murid pertamaku yang berhadapan denganmu." Pek Ie Kauw-Cu Bong Bong cu menoleh ke arah sastrawan yang sudah ubanan itu. dan berkata padanya. "Kau boleh menerima pelajaran Saudara Su-to Yan." "Tecu menerima perintah!" Berkata sipelajar Tua Kang yat ChiuJit. Pek-Ie Kauw Cu Bang Bong Cu memandang Su-to Yan lagi, dia berkata. "Inilah muridku yang pertama, namanya-Kong-yat Chiu Jit. Dengan gelar julukan si pelajar Tua. Diantara ketiga muridku, hanya dia seorang yang mewarisi ilmu kepandaian terbaik." Su-to Yan kaget, Dia pernah menyaksikan ilmu kepandaian Hwesio Tukang pacul Bwee Goat, juga menggebraki si Tosu Tukang Sado Giok Hie, kedua-duanya memiliki ilmu pelajaran dari jaman purbakala, cukup hebat dan luar biasa. Dikatakan lagi bahwa Kong-yat Chiu-jit memiliki ilmu kepandaian yang berada diatas adik-adik seperguruannya, Bukan-lah lebih hebat lagi? Si Pelajar Tua Kong-yat Chiu-jit menghampiri Su-to Yan. Berdiri didepan anak muda itu, lalu mengeluarkan senjatanya. Serta, itulah sebilah pedang, dengan sikapnya yang angkuh, dia melempar kerangka senjata. Dengan pedang di tangan, dia terlihat galak memang cukup keren, sayang dia terlalu tua, betapa kerenpun seorang yang sudah tua keangkerannya tersisihkan sebagian. Demikian juga keadaan Kong-yat Chiu-jit, umurnya sepertiga dari Sang guru, tapi keadaan yang seperti itu, bagi mereka yang tak tahu, tentu menganggap kakek atau orang tuanya Pek-ie Kauw-Cu Bong Bong Cu. "Dipersilahkan saudara Su-to Yan bersiap sedia." Su-to Yan memperhatikan jago tua ini dan berpaling kearah Pekie Kauw-cu Bong Bong Cu, seolah-olah sedang membandingkan kedua murid dan guru itu. Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu berkata. "Kau harus berhati-hati kepada ilmu pedang nya. Muridku ini mempunyai kecepatan yang luar biasa." Su-to Yan mengeluarkan pedang, memandang Kong-yat Chiu-jit tanpa mata berkedip. "Silahkan." Pedang Wucisan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia menerima tantangan. Si Pelajar Tua Kong-yat Chiu-jit meluruskan pedang, langsung disodorkan kedepan, gerakannya perlahan sekali, Dengan tujuan ulu hati Suto Yan, ujung pedang itu maju bergerak jalan. Tentu saja, Su-to Yan belum dapat memahami maksud tujuan gerakan lawan yang begitu lambat, dia manyontek pedang itu, dan membalas dengan satu serangan yang mengincar pergelangan tangan lawan. Pedang Kong-yat Chiu-jit tersentak keatas, gerakannya masih begitu lambat, sangat ayal-ayalan, tanpa menghiraukan ancaman yang mengarah pergelangan tangannya, dia menurunkan pedang, menusuk kearah pundak. Su-to Yan terkejut, apa-apaan nih? Dia hendak diajak mengadu jiwa? Betul-betul luar biasa! Dia dapat memapas pergelangan tangan lawan, tapi karena itu, juga dia menderita luka. Untuk menghindari diri dari tusukan pedang itu, dia menarik pulang senjatanya. Kong-yat Chiu-jit mengambil alih pimpinan penyerangan dia berhasil memaksa lawan menarik diri, dan karena itu, dia meneruskan tusukannya. Pedang Su-to Yan terangkat menangkis tusukan itu. Kong-yat Chiu-jit menjatuhkan pedang, begitu aneh sekali, cepat sekali, dia menyusul larinya pedang itu, maka dengan cara seperti ini arah pedang berganti, dari bawah menusuk keatas, mengancam ketiak Su-to Yan. Hampir Su-to Yan berteriak, belum pernah dia menemukan ilmu silat yang seaneh apa yang Kong-yat Chiu-jit perlihatkan Kedua tangannya repot, lenyaplah semua kesempatannya untuk menyingkirkan serangan aneh itu. Su-to Yan tidak kehilangan akal, sepasang kaki bergerak, menendang sampai beberapa kali, Dan dengan kekuatan tendangan itu, dia menjauhkan serangan. Bagaikan seekor bayangan, pedang Kong-yat Chiu-jit menyusul datang. Terlalu cepat untuk ditangkis, lagi-lagi Su-to Yan yang dipaksa melarikan diri. Nah, disinilah letak kecepatan ilmu pedang Kong-yat Chiu-jit, terus menerus dia membayangi gerakan sipemuda. Kemanapun Suto Yan menggeser badan, selalu diikuti oleh serangan-serangan, tidak lepas dari beberapa dim sejarak dari kulit dagingnya. Su-to Yan sudah dapat menduga bahwa ilmu kepandaian Kongyat Chiu-jit berada di atas Bwee Goat dan Giok Hie. Karena itu dia melayani dengan hati-hati, tokh masih repot. Didalam keadaan terpaksa, Su-to Yan menggunakan gagang pedang menotok ujung serangan Kong-yat Chiu-jit. Kong-yat Chiu-jit mengembangkan variasi permainan pedangnya, sret, dia berhasil menyobek baju sipemuda. Disaat yang sama, Su-to Yan sudah lari kebelakang, Potongan bajunya terbang terbawa angin lalu. Kong-yat Chiu-jit belum puas dengan kesudahan seperti itu, maksudnya melukai daging atau kulit Su-to Yan. Lawan itu gesit sekali, ia hanya berhasil menyobek sedikit kain bajunya. Tentu saja belum dianggap selesai, meneruskan serangan tadi, ujung pedang diluruskan lagi. Su-to Yan belum berhasil menemukan cara yang baik untuk menghadapi ilmu permainan pedang Kong-yat Chiu-jit, lagi-lagi dia terpaksa mengundurkan diri. Bergeser jauh kebelakang. Pertempuran ini berjalan tidak seimbang terus menerus Kong-yat Chiu-jit memaksa Su-to Yan terdesak, sehingga sampai ke tebing gunung. Mundur empat langkah lagi, Su-to Yan tentu akan terjun ke dalam jurang dalam. Inilah yang menjadi tujuan si pelajar Tua Kong-yat Chiu-jit. Su-to Yan juga maklum akan keadaan dirinya, jarak mereka terlalu dekat dia kehilangan daya gerak, hanya menggunakan gagang pedang melayani tusukan-tusukan Kong yat Chiu-jit, tentu saja sangat berbahaya. Sekali lagi si Pelajar Tua menyerang dengan tajam, Su-to Yan mengegos kekanan, tidak berhasil, darah merah muncrat dari pundak si pemuda. Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu sangat puas, disaat ini dia berkata girang. "Kong-yat Chiu-jit, jangan terlalu kejam." Si Pelajar Tua Kong-yat Chiu-jit menjawab peringatan gurunya. "Suhu, legakan hatimu, Tidak akan kubunuh mati orang ini." "Su-to Yan," Pek-ie Kauw-cu Bong Bong cu meneriaki pemuda itu "Menyerahlah." Mata Su-to Yan berkilat-kilat, dia sedang mencari daya upaya untuk mengelakkan diri dari kekalahan itu. Disaat ini, pedang Kongyat Chiu-jit berkelebat lagi, menyontek kearah mukanya. Su-to Yan bingung untuk mengelakkan serangan ini. Menangkis, tidak mungkin. Lompat kebelakang, dia akan jatuh kedasar jurang. Pada saat kritis itulah, tiba-tiba terdengar suara alunan tabuh khim yang mengalun diudara. Hati Su-to Yan tergerak, dengan gagang pedang, ia membentur datangnya senjata lawan, dan sepasang kakinya tidak tinggal diam, yang akan terangkat sedikit, disusul oleh gerakan kaki kiri, menendang lagi. Dari atas dan bawah dia menutup serangan Kongyat Chiu-jit. -ooo0dw0ooo- Jilid 10 DATANGNYA suara tabuh khim itu mengejutkan si jago tiga jaman Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu, dan kejadian berikutnya sudah dapat diduga, pertahanan Su-to Yan adalah kematian bagi tipu silat dari sang murid pertama. Khim adalah nama dari semacam alat musik yang berbentuk seperti tabuh, hanya seorang yang pandai memainkan alat itu, si Tabuh Maut Wie Biauw, juga seorang jago silat dari jaman purbakala. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, kita kemukakan empat tokoh dari jaman purbakala yang memegang peranan penting di dalam cerita ini. Tokoh pertama dari jaman purbakala adalah Pendekar Rajawali Mas Kie Eng. Tokoh kedua dari jaman purbakala adalah akhli waris Guha Kematian Pek Tong Hie. Tokoh ketiga dari jaman purbakala adalah si Tabuh maut Wie Biauw, orang ini yang ditakuti oleh Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu. Dan tokoh keempat dari para jago purbakala itu adalah Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu. Dari keempat orang yang kita uraikan di atas, Pendekar Rajawali Mas Kie Eng menduduki urutan pertama, dia memiliki kepintaran dan kecerdasan otak yang tiada taranya. Dan untuk ilmu kepandaian Pek-ie Kauw-Cu Bong Bong Cu berkuasa penuh. Disusul oleh si Tabuh Maut Wie Biauw yang dapat merendenginya. Kita kembali pada pertempuran yang sedang terjadi. Mendapat gemblengan semangat suara tabuh khim Wie Biauw, tenaga Su-to Yan bertambah cepat, dengan hanya genggaman gagang pedang, dia membentur tajamnya serangan Kong-yat Chiujit. Kakinya tidak nganggur, membarengi gerakan tangan, menjebak dari bawah, inilah pelajaran yang didapat dari Sam-kie Ju-su In Hong. Serangan Kong-yat Chiu-jit tertahan sebentar, dia tertegun. Mundur sebentar dan mengirim serangan lainnya, kali ini mengincar iga Su-to Yan. Adanya irama tabuh khim itu telah membantu Su-to Yan untuk mengimbangi kekuatan dirinya, kini dia dapat bernapas, peredaran darah yang lancar menjadikan suatu tata pertahanan yang lebih menyenangkan. Dia menangkis setiap serangan yang datang. Kong-yat Chiu-jit mempergencar serangannya, kali ini dia tidak berdaya, beberapa banyakpun serangan-serangan yang dilontarkan kepada Su-to Yan, semua itu dapat ditangkis dengan baik. Semakin lama, pertempuran itu semakin cepat, ilmu kepandaian pulau Tong-hay memang luar biasa, memainkan tipu-tipu pemberian ayah angkatnya, Su-to Yan dapat melayani dengan lebih sempurna. Giliran Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu yang mengerutkan alisnya, memperhatikan lagi beberapa waktu dia berteriak. "Kong-yat Chiu-jit, hentikan pertempuran ini." Si pelajar Tua Kong-yat Chiu-jit mentaati perintah sang guru, tubuhnya mencelat ke belakang, keluar dari arena pertempuran. Dan Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu menghadapi Su-to Yan. "Tidak kusangka, kau masih ada hubungan dengan pulau Tong hay." Dia mengangukkan kepala. Su-to Yan menyedot napasnya dalam-dalam, dia telah melakukan pertempuran yang cukup lama. Sebelum dapat menjawab pertanyaan itu, suara tabuh khim itu berdering lagi, sangat tinggi, kemudian lenyap mendadak, Itu adalah peringatan dari orang yang membantunya, Su-to Yan belum tahu bahwa si Tabuh maut Wie Biauwlah yang menolong diri nya dari kehancuran. "Siapakah orang ini?" Ia bergumam seorang diri. Pek-ie Kauw-cu Bong Bong Cu tertawa. "Dia mengacaukan usahaku." Dan menghadapi Su-to Yan lagi. "Baik kuatur seperti ini," Mustika Gaib Karya Buyung Hok Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo Kidung Senja Di Mataram Karya Kho Ping Hoo