Ceritasilat Novel Online

Pendekar Sakti Suling Pualam 16


Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Bagian 16


Pendekar Sakti Suling Pualam Karya dari Chin Yung   Sahut Lu Hui San dengan mata bersimbah air.   "Tadi Lu Thay Kam telah memberitahukan, bahwa kedua orang tuamu mati dikarenakan politik dai istana. Maka, engkau harus mengerti. Lagi pula tadi Lu Thay Kam sama sekali tidak melawan. Apakah engkau tega membunuh orang yang tiilak melawan?' ujar Tio Bun Yang.   "Aku... aku..-"   Lu Hui San menundukkan kepala.   "Bun Yangl Kenapa engkau ke mari mencampuri urusan ini?" "Aku ke mari dengan maksud ingin menolongmu, tapi tidak tahunya____"   Tio Bun Yang menghela nafas panjang, kemudian memandang Lu Thay Kam sambil memberi hormat.   "Maafkan aku. Lu Kong Kong'"   "Anak muda...."   Lu Thay Kam terbelalak, lalu tertawa gelak.   "Engkau ke mari ingin menolong San San, tapi malah menyelamatkan nyawaku. Anak muda, kenapa engkau menyelamatkan nyawaku?"   "Karena Lu Kong Kong ayah angkat Hui San. Lagi pula tadi Lu Kong Kong tidak melawan sama sekali,"   Sahut Tio Bun Yang sambil tersenyum.   "Itu membuktikan betapa sayangnya Lu Kong Kong kepada Hui San."   "Ha ha ha!"   Lu Thay Kam tertawa terbahak-bahak.   "Tidak salah, aku memang sayang sekali kepada San Sanl Oleh karena itu, aku bersedia mati di tangannya."   "Aku tak menyangka sama sekali, Lu Kong Kong memiliki perasaan itu,"   Ujar Tio Bun Yang sambil menghela nafas panjang.   "Padahal Lu Kong Kong sangat terkenal akan kekejamannya."   "Anak muda! Aku kejam karena politik dalam istana. Kalau aku tidak kejam, mungkin aku sudah mati di tangan para menteri. Tentunya engkau mengerti tentang itu."   "Maaf! Aku tidak mengerti dan tidak mau mengerti tentang itu sebab aku bukan pembesar."   "Ha ha hal"   Lu Thay Kam tertawa gelak.   "Kalau engkau ingin menjadi pembesar, aku bersedia mengangkatmu."   "Terimakasih, Lu Kong Kong!"   Ucap Tio Bun Yang. Tapi aku tidak berniat menjadi pembesar."   "Oh ya!"   Lu Thay Kam menatapnya tajam.   "Engkau memasuki istanaku ini, apakah engkau membunuh para pengawalku?" "Tidak,"   Tio Bun Yang menggelengkan kepala.   "Aku hanya menotok jalan darah mereka, agar mereka tidak bisa bergerak maupun berteriak." *Oooh!"   Lu Thay Kam manggut-mangguL "Anak muda, engkau punya hubungan apa dengan San San?"   Tanyanya.   "Sebagai teman,"   Sahut Tio Bun Yang memberitahukan.   "Masih ada dua temannya berada di rumah penginapan."   "Goat Nio dan Ai Ling juga datang di ibu kota?"   Tanya Lu Hui San.   "Ya."   Tio Bun Yang mengangguk.   "Mereka ingin ikut, tapi kularang. Mereka menunggu di rumah penginapan."   "Aaah...!"   Tiba-tiba Lu Hui San menghela nafas panjang.   "Karena engkau mencampuri urusan ini, sehingga aku tidak jadi membunuh penjahat ini!"   "Hui San"   Tio Bun Yang menggeleng-gelengkan kepala.   "Lu Kong Kong bukan penjahat, dia adalah ayah angkatmu Ihol"   "TapL..."   "San San"   Ujar Lu Thay Kam sungguh-sungguh.   "Kalau engkau masih ingin membunuhku, aku tetap bersedia mati di tanganmu." 'Tidak mungkin!"   Lu Hui San menggelengkan kepala.   "Bun Yang berada di sini"   "Hui San,"   Sahut Tio Bun Yang.   "Kalau engkau masih ingin membunuh Lu Kong Kong, aku tidak akan turut campur lagi."   "Oh?"   Lu Hui San mengerutkan kening.   "Kenapa?"   "Sebab aku tahu engkau masih punya perasaan,"   Jawab Tio Bun Yang.   "Dari kecil engkau hidup bersama Lu Kong Kong, bagaimana mungkin engkau tega membunuhnya?"   "Aku... aku____"   Lu Hui San mulai terisak-isak. "San San!"   Lu Thay Kam mendekatinya, kemudian membelainya seraya berkata.   "Aku membunuh kedua orang tuamu karena ada surat perintah dari kaisar."   "Kalau engkau tidak memfitnah ayahku, bagaimana mungkin keluargaku akan dihukum mati oleh kaisar?"   Ujar Lu Hui San dengan air mata berderai.   "San San!"   Lu Thay Kam menghela nafas panjang.   "Sebetulnya bukan aku yang memfitnah ayahmu. Ketika aku baru mau memfitnah ayahmu, justru muncul seorang menteri memfitnah ayahmu. Oleh karena itu, kaisar mengeluarkan surat perintah untuk menghukum mati seluruh keluargamu. Aku yang melaksanakan tugas itu, namun____"   "Kenapa?"   "Aku tidak membunuhmu dan membiarkan Sie Kuang Han meloloskan diri dengan membawa putranya."   Lu Thay Kam memberitahukan.   "Kalau aku memang berhati kejam, tentunya engkau, Sie Kuang Han dan putranya sudah mati."   Lu Hui San tak menyahut. Lu Thay Kam menghela nafas seraya melanjutkan.   "Karena aku tidak membunuhmu dan membiarkan Sie Kuang Han meloloskan diri dengan membawa putranya, maka menteri itu memfitnah diriku. Tapi aku berhasil menuduh menteri itu dengan berbagai alasan, akhirnya menteri itu bersama keluarganya dihukum mati oleh kaisar."   "Oh?"   Lu Hui San terbelalak.   "Karena itu...."   Lu Thay Kam menggeleng-gelengkan kepala.   "Sie Kuang Han tidak seharusnya menyuruhmu membalas dendam."   "Pamanku tahu tentang itu?"   Tanya Lu Hui San.   "Dia tahu."   Lu Thay Kam manggut-manggut dan menambahkan "Terus terang, aku dan ayahmu merupakan kawan baik, tapi kami berdua selalu berselisih paham, akhirnya menjadi musuh. Aaah. Itu telah berlalu, tidak perlu kuungkit lagi"   "Kalau begitu, kenapa tadi Lu Kong Kong tidak mau menjelaskan?"   Tanya Tio Bun Yang.   "Apabila aku terlambat datang, bukankah Lu Kong Kong."."   "Yaaahl"   Lu Thay Kam menghela nafas panjang.   "Memang aku yang membunuh kedua orang tuanya, maka kalau dia ingin membunuhku, aku pun bersedia mati di tangannya."   "Aaaakhl"   Keluh Lu Hui San.   "San San!"   Lu Thay Kam menatapnya dalam-dalam seraya bertanya.   "Engkau masih sudi mengaku aku sebagai ayah angkatmu?"   "Aku____"   Lu Hui San manggut-manggut.   "San San anakkul"   Lu Thay Kam memeluknya erat-erat "Tidak sia-sia aku membesarkanmu, sebab engkau adalah gadis baik yang kenal akan budi kebaikan."   "Ayah_"   Panggil Lu Hui San sambil terisak-isak.   "San Sanl"   Lu Thay Kam membelainya.   "Jangan menangis, tidak baik menangis di hadapan pemuda tampani"   "Ayah."   Wajah Lu Hui San agak memerah.   "Anak muda, aku belum tahu namamu,"   Ujar Lu Thay Kam sambil tertawa gelak.   "Bentahukan lahl"   "Namaku Tio Bun Yang."   "Engkau masih muda, tapi memiliki Iweekang yang begitu tinggi. Aku sungguh kagum kepadamu."   "Ayah"   Lu Hui San memberitahukan.   "Dia putra Tio Cie Hiong, yang sangat terkenal itu." . "Oh!"   Lu Thay Kam terbelalak.   "Pek Ih Sin Hiap adalah ayahmu?"   "Ya."   Tio Bun Yang mengangguk.   "Kalau begitu...."   Lu Thay Kam teringat sesuatu.   "... engkau adalah Giok Siauw Sin Hiap?"   "Ya."   Tio Bun Yang mengangguk lagi.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tapi____"   Lu Thay Kam mengerutkan kening.   "Setahuku, ada seekor monyet bulu putih menyertaimu. Kenapa tidak tampak monyet bulu putih itu?"   "Aku tidak ajak kauw heng ke mari,"   Ujar Tio Bun Yang.   "Kauw heng berada di dalam kamar penginapan menemani Goat Nio dan Al Ling."   "Kenapa tidak engkau ajak mereka ke mari?"   Tanya Lu Thay Kam mendadak.   "Aku khawatir akan terjadi sesuatu di sini, maka aku tidak mengajak mereka ke mari,"   Sahut Tio Bun Yang dan menambahkan. Tapi apabila aku tidak kembali pagi hari, mereka akan menyusul ke sini."   "Kalau begitu, biar mereka menyusul ke sini sajal"   Ujar Lu Thay Kam sambil tertawa.   "Maaf. Lu Kong Kongl"   Ucap Tio Bun Yang.   "Aku harus mohon diri sekarang, sebab urusan di sini sudah beres."   "Ayah, aku juga mau mohon pamit,"   Sambung Lu Hui San dan melanjutkan.   "Karena masih ada urusan lain yang harus kuselesaikan"   "San San____"   Lu Thay Kam menghela nafas panjang.   "Engkau baru pulang-..." "Ayah, kalau urusanku itu sudah beres, aku pasti kembali,"   Ujar Lu Hui San sungguh-sungguh.   "Jadi Ayah jangan melarangku pergi sekarang, sebab aku harus menemui Goat Nio dan Ai Ling."   "Baiklah,"   Lu Thay Kam manggut-manggut.   "Tapi..."   "Ada apa, Ayah?"   Tanya Lu Hui San heran.   "Pemuda ini harus bertanding tiga jurus dengan ayah, barulah ayah memperbolehkan engkau pergi,"   Sahut Lu Thay Kam sambil memandang Tio Bun Yang.   "Ayah____"   Lu Hui San mengerutkan kening.   "Anak mudai"   Lu Thay Kam tertawa.   "Bagaimana, engkau bersedia bertanding tiga jurus dengan aku?"   "Lu Kong Kong..."   Tio Bun Yang menggelengkan kepala.   "Kita tidak perlu bertanding. Bagaimana kalau aku mengaku kalah saja?"   "Mengaku kalah? Ha ha ha Tentunya aku tidak terimal Nah, alangkah baiknya kita bertanding tiga jurus sajal"   Desak Lu Thay Kam.   "Anak muda, jangan mengecewakan aku dan mempermalukan Pek lh Sin Hiap, ayahmu!"   "Lu Kong Kong, aku ke mari bukan untuk bertanding"   "Kalau engkau tidak bersedia bertanding de ngan aku, tentu aku akan melarang San San pergi,"   Tegas Lu Thay Kam.   "Ayah"   Lu Hui San mengerutkan kening."Kenapa Ayah mendesaknya untuk bertanding?* "Ha ha ha!"   Lu Thay Kam tertawa.   "San San,, engkau harus tahu, ayah mau bertanding dengan dia, itu berarti ayah menghargai dia."   "Oh?"   Lu Hui San memandang Tio Bun Yang.   "Kalau begitu"   Pemuda itu menghela nafas.   "maafkan atas kelancanganku bertanding dengan Lu Kong Kong!" "Ha ha hal Anak muda!"   Lu Thay Kam tertawa gelak.   "Engkau memang pemuda yang sopan, aku suka kepadamu. Nah, bersiap-siaplah, aku akan menyerangmu dengan tangan kosong!"   Tio Bun Yang mengangguk, sekaligus mengerahkan Pan Yok Hian Thian Sin Kang, sedangkan Lu Thay Kam juga mengerahkan Iweekangnya.   "Anak muda, hati-hati!"   Seru Lu Thay Kam dan langsung menyerangnya dengan ilmu Ie Hoa Ciap Bok Ciang Hoat (Ilmu Pukulan Memindahkan Bunga Menyambung Pohon), ia mengeluarkan jurus Hoa Kay Cang Cun (Bunga Mekar Sepanjang Musim Semi).   Sungguh hebat jurus tersebut, sebab sepasang tangan Lu Thay Kam berubah menjadi ratusan kuntum bunga mengarah kepada Tio Bun Yang.   Tio Bun Yang terperanjat menyaksikan jurus itu la ingin berkelit tapi sudah terlambat.   Maka, ia terpaksa menangkis dengan ilmu Jari Sakti Bit Ciat Sin Ci.   mengeluarkan jurus Cian Ci Soh Te (Ribuan Jari Menyapu Bumi).   Betapa terkejutnya Lu Thay Kam menyaksikan jurus tersebut.   Cepat-cepat ia menarik kembali serangannya, kemudian menyerang lagi dengan jurus Ki Yauw Yap Lok (Dahan Bergoyang Daun Rontok).   Daaar! Terdengar suara benturan dahsyat.   Lu Thay Kam berdiri tak bergeming, sedangkan tubuh Tio Bun Yang tampak bergoyang-goyang.   "Ha ha ha!"   Lu Thay Kam tertawa terbahak-bahak.   "Sungguh luar biasa! Ternyata engkau memang berisi! Kini hanya tinggal satu jurus, engkau harus berhati-hati! Karena jurus ini akan kusertai dengan Iweekang sepenuhnya, maka eng kau jangan menganggapku main-main!" "Ya."   Tio Bun Yang mengangguk, lalu menghimpun Kari Kun Taylo Sin Kang.   Lu Thay Kam menatapnya tajam, kemudian mendadak bersiul panjang sambil menyerang dengan jurus le Hoa Ciap Bok (Memindahkan Bunga Menyambung Pohon), jurus tersebut amat lihay dan hebat, bahkan disertai pula dengan Iweekang sepenuhnya.   Menyaksikan serangan itu, wajah Lu Hui San langsung memucat.   Gadis itu tidak menyangka kalau ayah angkatnya akan mengeluarkan jurus tersebut untuk menyerang Tio Bun Yang.   "Ayah...."   Lu Hui San memejamkan matanya karena merasa tidak tega menyaksikan tubuh Tio Bun Yang akan hancur berkeping-keping.   Kenapa Lu Thay Kam mengeluarkan jurus tersebut? Ternyata Lu Thay Kam tahu Tio Bun Yang berkepandaian sangat tinggi.   Kalau ia tidak menyerangnya dengan sungguhsungguh, tentunya pemuda itu tidak akan mengeluarkan jurus andalannya pula.   Oleh karena itu, Lu Thay Kam terpaksa harus mengeluarkan jurus andalannya.   Ketika menyaksikan serangan itu, Tio Bun Yang tahu Lu Thay Kam tidak main-main, maka iapun menggunakan Kan Kun Taylo Ciang Hoat, mengeluarkan jurus Kan Kun Taylo Hap It (Segala-galanya Menyatu Di Alam Semesta) untuk menangkis.   Blaaaml Terdengar suara benturan dahsyat.   Tio Bun Yang terhuyung-huyung ke belakang tiga langkah.   Lu Thay Kam begitu juga, bahkan wajahnya tampak pucat pias.   Sedangkan wajah Tio Bun Yang tetap tampak seperti biasa.   "Bun Yang..."   Keluh Lu Hui San tidak berani membuka matanya. Gadis itu yakin tubuh Tio Bun Yang telah hancur berkeping-keping.   "Anak muda!"   Ujar Lu Thay Kam sambil menatapnya terbelalak.   "Engkau memang luar biasa sekali! Aku sungguh kagum kepadamu!"   "Tenmakasih atas kemurahan hati Lu Kong Kong!"   Sahut Tio Bun Yang dan sekaligus memberi hormat. Mendengar suara itu, barulah Lu Hui San membuka matanya. Begitu melihat Tio Bun Yang tidak kurang sualu apa pun, berserilah wajahnya.   "Bun Yang!"   Serunya girang.   "Engkau tidak apa-apa?"   "Aku tidak apa-apa,"   Sahut Tio Bun Yang sambil tersenyum.   "Terimakasih atas perhatianmu!"   "Sungguh keterlaluan!"   Ujar Lu Thay Kam dengan tertawa.   "San San, engkau sama sekali tidak menaruh perhatian pada ayahmu, malah menaruh perhatian pada Bun Yang."   "Ayah...."   Wajah Lu Hui San memerah.   "Ayah tidak apaapa?"   "Kalau ayah tak memiliki leekang le Hoa Ciap Bok, ayah pasti sudah terkapar tak bernyawa di sini,"   Sahut Lu Thay Kam sungguh-sungguh.   "Oh?"   Lu Hui San tampak kurang percaya.   "Ayah jangan bergurau!"   "Ayah tidak bergurau, sesungguhnya memang begitu"   Ujar Lu Thay Kam sambil menatap Tio Bun Yang.   "Anak muda, tadi engkau menggunakan ilmu apa untuk menangkis seranganku?"   "Aku menggunakan Kan Kun Taylo Ciang Hoat."   Tio Bun Yang memberitahukan.   "Kalau aku tidak menggunakan ilmu tersebut, aku pasti sudah menjadi mayat." "Sungguh bebat ilmu itul"   Ujar Lu Thay Kam sambil menghela nafas.   "Dapat balik menyerang dengan Iweekang Si Penyerang pula. Apabila Iweekang le Hoa Ciap Bok tak memiliki keistimewaan, nyawaku pasti sudah melayang."   "Lu Kong Kong! Sungguh luar biasa ilmu le Hoa Ciap Bok itu, sebab Kan Kun Taylo Sin Kangku tidak mampu membalikkan seluruh Iweekang le Hoa Ciap Bok tersebut, bahkan masih menerobos menyerangku."   "Itulah keistimewaan Iweekang tersebut, tapi tetap tidak mampu melukaimu."   "Karena aku masih memiliki Pan Yok Hian Thian Sin Kang yang melindungi diriku."   "Ooohi"   Lu Thay Kam manggut-manggut.   "Pantas engkau tidak terluka sama sekalil Ternyata engkau masih memiliki Iweekang pelindung tubuh, sungguh bukan main!"   "Tapi kalau Lu Kong Kong tidak mengurangi Iweekang di saat menyerang, mungkin aku sudah terluka,"   Tio Bun Yang memberitahukan.   "Kalau aku tidak mengurangi Iweekangku itu, aku pun sudah terluka parah,"   Sahut Lu Thay Kam sambil tertawa gelak.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Ha ha ha! Pertandingan tadi sungguh memuaskan! Oh ya, apabila engkau bersedia menjadi pembesar, aku pasti mengangkatmu setinggi-tingginya."   "Maaf, Lu Kong Kong, aku tidak berniat menjadi pembesar! Kini sudah hampir pagi, aku harus segera kembali ke rumah penginapan."   "Baiklah."   Lu Thay Kam manggut-manggut.   "Mudahmudahan kita akan berjumpa lagi kelak!"   "Permisi!"   Ucap Tio Bun Yang. Lu Thay Kam mangut-manggut lagi, kemudian memandang Lu Hui San seraya berpesan. "San San, setelah urusanmu itu beres, engkau harus kembali ke sinil"   "Ya, Ayah,"   Lu Hui San mengangguk.   "Sampai jumpa, Ayah!"   "San San,"   Tanya Lu Thay Kam mendadak.   "Engkau sudah punya kekasih belum?"   "Ayah...."   Wajah Lu Hui San langsung memerah.   "San San,"   Ujar Lu Thay Kam sambil tertawa.   "Bun Yang adalah pemuda tampan dan baik, janganlah membiarkannya terbang ke dalam pelukan gadis lain!"   "Ayah!"   Lu Hui San tersenyum.   "Bun Yang sudah punya kekasih, maka Ayah jangan mengharapkan yang bukanbukan!"   "Oh?"   Lu Thay Kam menghela nafas panjang.   "Sungguh sayang sekalil"   "Lu Kong Kong,"   Ucap Tio Bun Yang.   "Sampai jumpa!"   "Sampai jumpa, anak mudai"   Sahut Lu Kong Kong sambil tertawa.   "Ingat! Pintu tempat tinggalku ini selalu terbuka untukmu!"   "Terimakasih, Lu Kong Kongl"   Tio Bun Yang melangkah pergi Lu Hui San segera mengikutinya, sedangkan Lu Thay Kam memandang punggung mereka sambil menghela nafas panjang.   Di dalam kamar penginapan, Lie Ai Ling berjalan mondarmandir dengan kening berkerut-kerut, sedangkan Siang Koan Goat Nio duduk tenang di kursi.   "Goat Niol"   Mendadak Ue Ai Ling menunjuknya seraya berkata.   "Aku sangat cemas, sebaliknya engkau malah begitu tenang duduk di kursi. Engkau tidak memikirkan Kakak Bun Yang dan Lu Hui San?" "Tentu memikirkan mereka "   Sahut Siang Koan Goat Nio, yang tetap tampak tenang.   "Namun aku yakin Bun Yang tidak akan terjadi sesuatu, maka aku bisa tenang dan berlega hati."   "Sudah hampir pagi, bagaimana kalau kita menyusu! ke istana?"   Usul Lie Ai Ling, yang kelihatan tidak sabaran.   "Kita tunggu lagi sebentar, jangan terburu-buru menyusul ke sana!"   Ujar Siang Koan Goat Nio.   "Jadi tidak akan selisih jalan."   "Tapi___"   Ketika Lie Ai Ling baru mau mengatakan sesuatu, tiba-tiba kamar itu terbuka, Tio Bun Yang dan Lu Hui San berjalan masuk.   "Ai Ling, Goat Nio!"   Panggil Tio Bun Yang sambil tersenyum.   "Kakak Bun Yang!"   Seru Lie Ai Ling girang.   "Syukurlah kalian tidak terjadi apa-apa!"   "Al Ling!"   Lu Hui San tersenyum.   "Terima kasih atas perhatianmu!"   "Hi hi hil"   Lie Ai Ling tertawa.   "Dari semalam kami tidak bisa tidur. Aku terus berjalan mondar-mandir, sedangkan Goat Nio terus duduk mematung di kursi."   "Oh7"   Tio Bun Yang memandang Siang Koan Goat Nio.   "Goat Nio...."   "Bun Yang..."   Sahut Siang Koan Goat Nio lembut.   "Aku... aku sangat mencemaskan mu "   "Goat Nio____"   Tio Bun Yang tersenyum.   "Terimakasihl"   "Eh? Goat Niol"   Lie Ai Ling terbelalak.   "Tadi engkau kelihatan begitu tenang, kenapa sekarang bisa bilang mencemaskan Kakak Bun Yang?"   "Aku mencemaskannya dalam bati, maka tetap kelihatan tenang,"   Sahut Siang Koan Goat Nio memberitahukan. "Oooohl"   Lie Ai Ling manggut-manggut sambjl tertawa.   "Mencemaskan Kakak Bun Yang dalam hati...."   Siang Koan Goat Nio tersenyum dengan wajah agak kemerah-merahan, kemudian memandang Tio Bun Yang seraya bertanya.   "Engkau bertemu Lu Thay Kam?"   "Ng!"   Tio Bun Yang mengangguk, lalu menutur dan menambahkan.   "Aku tak menyangka sama sekati kalau Lu Thay Kam begitu menyayangi dan mencintai Hui San."   "Itu memang sungguh di luar dugaan."   Siang Koan Goat Nio menghela nafas panjang.   "Ternyata Lu Thay Kam masih punya rasa kasih sayang dan cinta terhadap Hui San."   "Kalau begitu..."   Ujar Lie Ai Ling.   "Lu Thay Kam sesungguhnya tidak jahat, sebab dia masih mau membesarkan Hui San, bahkan juga membiarkan Sie Kuang Han meloloskan diri dengan membawa anaknya."   "Yaaahl"   Tio Bun Yang menghela nafas panjang.   "Semua itu dikarenakan politik dalam istana, sehingga menimbulkan berbagai pergolakan."   "Kakak Bun Yang,"   Lie Ai Ling menatapnya.   "Urusan di sini telah beres, kita akan langsung berangkat ke Gunung Hek Ciok San?"   Tanyanya.   "Ya."   Tio Bun Yang mengangguk.   "Sekarang sudah pagi, mari kita berangkat!"   "Kita harus makan dulu, setelah itu barulah berangkat,"   Sahut Lie Ai Ling dengan tersenyum.   "Jangan berangkat perut dalam keadaan kosong, bahkan kita pun harus beli sedikit makanan kering!"   "Benar."   Tio Bun Yang mengangguk.   "Mari kita pergi makan dulu lalu berangkat! Kita tidak boleh membuang waktu lagi." -ooo0dw0ooo- Bagian ke tiga puluh tiga Pertarungan Dimulut Lembah Kabut Hitam Kam Hay Thian memang benar berangkat ke Lembah Kabut Hilam di Gunung Hek Ciok San. Namun ia belum tiba di lembah itu karena mengambil jalan putar Hal itu dilakukannya agar Seng Hwee Sin Kun tidak mengetahui kedatangannya, tapi justru banyak menyila waktunya. Ketika dia hampir mendekati Gunung Hek Ciok San, sekonyong-konyong melayang turun seorang gadis di hadapannya. Betapa terkejutnya Kam Hay Thian, ia menatap gadis itu dengan Lajam dan siap bertarung.   "Selamat bertemu Saudara Kam!"   Ucap gadis itu sambil tersenyum dan sekaligus memberi hormat.   "Namaku Phang Ling Cu, ketua Ngo Tok Kauw."   "Nona Phang. kok kenal aku?"   Kam Hay Thian mengerutkan kening.   "Padahal kita tidak pernah bertemu."   "Aku bertemu Bibi Suan Hiang, ketua liong Ngie Pay, dia yang menceritakan kepadaku tentang dirimu,"   Sahut gadis itu, yang ternyata Phang Ling Cu, ketua Ngo Tbk Kauw.   "Oooh!"   Kam Hay Thian manggut-manggut.   "Bahkan____"   Ngo Tok Kauwcu memberitahukan sambil tersenyum.   "Aku pun sudah bertemu Tio Bun Yang!"   "Oh?"   Kam Hay Thian menatapnya.   "Maaf! Ada urusan apa Nona Pbang muncul di sini menemuiku?"   "Saudara Kam!"   Ngo Tok Kauwcu tersenyum lagi.   "Terus terang, kita punya musuh yang sama." "Siapa musuhmu?"   "Seng Hwee Sin Kun."   "Apa?"   Kam Hay Thian tertegun.   "Dia musuhmu juga?"   "Betul."   Ngo Tok Kauwcu mengangguk.   "Dia pembunuh ayahku, maka aku harus membalaskan dendam."   "Dia pembunuh ayahmu?"   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kam Hay Thian terbelalak.   "Nona Phang, bolehkah engkau menutur mengenai kejadian itu?"   "Tentu boleh."   Ngo Tok Kauwcu mengangguk lalu menutur.   "Dia membunuh ayahku gara-gara sebuah kitab pusaka Seng Hwee Cin Keng."   "Apa?"   Kam Hay Thian mengerutkan kening.   "Dia membunuh ayahku juga dikarenakan kitab pusaka itu. kalau begitu"   "Ayahmu bernama Kam Pek Kian, bukan?"   "Betul. Dari mana Nona Phang lahu?"   "Ketika ayahku terluka parah oleh pukulan Seng Hwee Sin Kun, tiba-tiba muncul ayahmu berusaha menolong ayahku."   Ngo Tok Kauwcu memberitahukan.   "Ayahku memberikan kitab pusaka itu kepada ayahmu, setelah itu ayahku menghembus nafas penghabisan. Sungguh lak terduga. Seng Hwee Sin Kun tahu kitab pusaka itu jatuh ke tangan ayahmu...."   "Ooooh!"   Kam Hay Thian manggut-manggut.   "Ternyata begitu! Namun kenapa Seng Hwee Sin Kun bisa tahu ayahmu memperoleh kitab pusaka itu?"   "Sebetulnya dia dan ayahku merupakan kawan akrab. Dia memperoleh Seng Hwee Tan (Pil Mujarab Api Suci), sedangkan ayahku memperoleh kitab pusaka Seng Hwee Cin Keng. Akan tetapi, dia berhati serakah dan berupaya membunuh ayahku demi memperoleh kitab pusaka itu." "Ooohl Kam Hay Thian menghela nafas.   "Gara-gara kitab pusaka itu, kawan pun jadi lawan, bahkan ayahku mati lantaran kitab pusaka tersebut."   "Karena Itu, dia musuh kita berdua,"   Ujar Ngo tok Kauwcu dengan mata membara.   "Kita harus membunuhnya."   "Kalau begitu, mari kita ke Lembah Kabul Hitami"   Ajak Kam Hay Thian dan memberitahukan.   "Markas Seng Hwee Kauw berada di lembah itu."   "Baik."   Ngo Tok Kauwcu mengangguk. Mereka berdua lalu melesat ke arah lembah tersebut. -oo0dw0oo- Sementara itu, di dalam markas Seng Hwee Kauw terdengar suara tawa terbahak-bahak, ternyata Seng Hwee Sin Kun yang tertawa.   "Ha ha ha! Chu Ok Hiap (Pendekar Pembasmi Penjahat) dan Ngo Tok Kauwcu sedang menuju ke mari! Berarti mereka mengantar diri, bagus Bagus sekali!"   "Kauwcu, apa rencanamu sekarang?"   Tanya Leng Bin Hoatsu "Aku akan membunuh Chu Ok Hiap, sedang kan kalian berlima menghadapi Ngo Tok Kauwcu tapi harus berhati-hati terhadap racunnya!"   Sahut Seng Hwee Sin Kun dan melanjutkan.   "Mengingat almarhum ayahnya adalah kawan baikku, maka kalian tidak usah membunuhnya, cukup menahan nya saja."   "Menahannya?"   Lcng Bin Hoatsu tidak mengerti.   "Maksud Kauwcu?"   "Maksudku kalian menahannya agar dia tidak ikut menyerangku, sebab aku tidak ingin melukainya."   Seng Hwee Sin Kun menjelaskan.   "Kalian mengerti?" "Ya."   Leng Bin Hoatsu dan lainnya mengangguk.   "Ha ha ha!"   Seng Hwee Sin Kun tertawa gelak sambil bangkit dari tempat duduknya.   "Mari kita ke mulut lembah menyambut kedatangan merekal Hari ini aku harus turun tangan membunuh Chu Ok Hiap."   Mereka berenam menlngalkan ruang itu.   Begitu sampai di luar markas, mereka mengerahkan ginkang menuju mulut lembah.   Sementara itu, Kam Hay Thian dan Ngo Tok Kauwcu teiah sampai di mulut lembah tersebut.   Mereka berdua tidak langsung masuk, melainkan cuma berdiri di mulut lembah itu.   "Mungkinkah di dalam lembah terdapat jebakan?"   Tanya Kam Hay Thian dengan kening berkerut.   "Mungkin."   Ngo Tok Kauwcu mengangguk.   "Maka kita harus berhati-hati, jangan bergerak scmbaranganl"   "Biar bagaimana pun, kita harus memasuki lembah ini. Aku...."   Ucapan Kam Hay Thian di putuskan oleh suara tawa keras.   "Ha ha hal Chu Ok Hiap, sungguh besar nyalimu untuk ke mani"   Melayang turun Seng Hwee Sin Kun di hadapan Kam Hay Thian. Setelah itu, melayang turun lagi Leng Bin Hoatsu dan lainnya, yang langsung mengurung Ngo Tok Kauwcu.   "Engkaukah Seng Hwee Sin Kun?"   Tanya Kam Hay Thian dingin sambil menatapnya dengan mata berapi-api.   "Betul!"   Sahut Seng Hwee Sin Kun.   "Hari ini engkau barus mampus! Ha hal"   "Seng Hwee Sin Kun!"   Bentak Kam Hay Thian mengguntur.   "Aku ke mari untuk membalas dendam! Bersiap-siaplah untuk mati!" "Anak muda!"   Seng Hwee Sin Kun tertawa terkekeh.   "He he he! Kematianmu sudah berada di ambang pintu, namun masih berani omong besari"   "Hmm!"   Dengus Kam Hay Thian sambil mengerahkan Pak Kek Sin Kang (Tenaga Sakti Kutub Utara).   "Eh?"   Seng Hwee Sin Kun mengerutkan kening.   Ternyata ia merasa ada hawa dingin.   Seketika juga ia menghimpun Seng Hwee Sin Kang (Tenaga Sakti Api Suci).   Kam Hay Thian tampak terkejut, karena merasa ada hawa panas.   Mereka berdua saling menatap, kemudian mendadak Kam Hay Thian mulai menyerang.   "Ha ha ha!"   Seng Hwee Sin Kun tertawa.   "Bagus, bagus!"   Seng Hwee Sin Kun berkelit sekaligus balas menyerang, maka terjadilah pertarungan sengit.   Mereka bertarung dengan tangan kosong.   Ngo Tok Kauwcu menyaksikan pertarungan itu dengan penuh perhatian, begitu pula Leng Bin Hoatsu dan lainnya.   Tak terasa pertarungan sudah melewati belasan jurus.   Kam Hay Thian tampak mulai berada di bawah angin.   Karena itu, ia mulai mengeluarkan jurus-jurus andalannya.   Sekonyong-konyong ia menyerang Seng Hwee Sin Kun dengan jurus Han Thian Soh Swat (Menyapu Salju Hari Dingin).   Menyaksikan serangan itu, Seng Hwee Sin Kun tertawa gelak.   "Ha ha ha! Serangan yang bagus! Nah, bersiap-siaplah menghadapi jurusku!"   Serunya sambil berkelit, kemudian mendadak balas menyerang dengan jurus Seng Hwee Sauh Thian (Api Suci Membakar Langit).   Bukan main lihay dan dahsyatnya jurus terbut karena sepasang telapak tangan Seng Hwee Sin Kun memancarkan cahaya kehijau-hijauan yang mengandung api.   Kam Hay Thian tidak bisa berkelit, maka terpaksa menangkis dengan jurus Leng Swat Teng Hai (Salju Menutupi Laut), sekaligus mengerahkan Pak Kek Sin Kang sepenuhnya.   Sepasang telapak tangannya mengeluarkan hawa dingin.   Daaar! Terdengar suara benturan dahsyat.   Kam Hay Thian terhuyung-huyung beberapa langkah ke belalang, pakaiannya telah hangus.   Sedangkan Seng Hwee Sin Kun tetap berdiri di tempat, keningnya tampak berkerut-kerut.   "Hebat juga engkaul"   Ujar Seng Hwee Sin Kun.   "Mampu menangkis serangankul"   "Hmml"   Dengus Kam Hay Thian.   Wajahnya pucat pias, ternyata dadanya terkena pukulan itu.   Mendadak ia membentak keras sambil menyerang dengan mengeluarkan jurus Swat Hoa Phiau Phiau (Bunga Sarju Berterbangan).   Seng Hwee Sin Kun tidak berkelit, melainkan menangkis dengan jurus Seng Hwee Jip Te (Api Suci Masuk Ke Bumi).   Daaaarl Terdengar suara benturan yang amat dahsyat memekakkan telinga, disusul suara jeritan Kam Hay Thian.   "Aaaakh...!"   Badannya terpental belasan depa, kemudian roboh telentang dengan dada hangus dan nafasnya tampak lemah sekali.   "Ha ha hal"   Seng Hwee Sin Kun tertawa gelak.   "Chu Ok Hiap, ajalmu telah tibal Ha ha ha...l"   Seng Hwee Sin Kun mendekati Kam Hay Thian selangkah demi selangkah. Sementara wajah Ngo Tok Kauwcu tampak memucat, kemudian perlahan-lahan menggerakkan tangannya.   "Jangan bergerak sembaranganl"   Bentak Pat Pie Lo Koay melotot sambil menyerangnya, sekalgus berbisik kepadanya menggunakan ilmu menyampaikan suara.   "Nona Phang, cepat kabur!"   Ngo Tok Kauwcu berkelit meloncat ke belakang.   Sungguh mengherankanl Ngo Tok Kauwcu tidak tampak terkejut sama sekali akan suara bisikan itu, sepertinya mereka berdua punya suatu hubungan.   Sementara Seng Hwee Sin Kun terus mendekati Kam Hay Thian, kelihatannya ia ingin menghabisi nyawa pemuda itu.   Namun di saat bersamaan, terdengarlah suara bentakan keras.   "Berhenti!"   Tampak seseorang melayang turun di hadapan Seng Hwee Sin Kun, yang ternyata Tio Bun Yang bersama monyet bulu putih yang duduk di bahunya.   "Haah?!"   Seng Hwee Sin Kun tertegun ketika metibat kemunculan Tio Bun Yang, yang mendadak itu, ialu tertawa gelak.   "Ha ha ha! Tak disangka Giok Siauw Sin Hiap yang muncull Bagus, bagus!"   "Seng Hwee Sin Kun!"   Tio Bun Yang menggelenggelengkan kepala.   "Sungguh kejam hatimu!"   "Ha ha ha!"   Seng Hwee Sin Kun tertawa lagi.   "Aku memang kejam, karena akan membunuhmu juga!"   Sementara Ngo Tok Kauwcu tampak gembira sekali, tapi juga merasa cemas karena tidak begitu yakin Tio Bun Yang mampu mengalahkan Seng Hwee Sin Kun.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Adik Bun Yang, hali-hatil"   Serunya mengingatkan.   "Terimakasih atas perhatian Kakak Ling Cui"   Sahut Tio Bun Yang sambil tersenyum. "Oooh"   Seng Hwee Sin Kun manggut-manggut.   "Ternyata kalian adalah teman, bagus. Aku akan membunuh kalian semual"   Pada waktu bersamaan, berkelebat tiga sosol bayangan ke sisi Tio Bun Yang. Tiga sosok bayangan itu ternyata Siang Koan Goat Nio, Lie A Ling dan Lu Hui San.   "Goat Nio, Adik Ai Ling"   Bisik Tio Bun Yang "Kalian bantu Ngo Tok Kauwcu! Hui San menjaga pemuda itul"   "Tapi engkau..."   Lie Ai Ling mengerutkan kening.   "Jangan khawatir!"   Sahut Tio Bun Yang.   "Aki mampu melawan Seng Hwee Sin Kun, percaya lahl"   "Bun Yang, hati-hati!"   Pesan Siang Koan Coa Nin, lalu bersama Lie Ai Ling mendekati Ng Tok Kauwcu. Sedangkan Lu Hui San segera berlari menghampiri Kam Hay Thian.   "Kakak Hay Thian!"   Panggil gadis itu terisak isak.   "Bagaimana keadaanmu?"   "Hui San, aku... aku____"   Suara Kam Hay TTiia lemah sekali.   "Aku telah terluka parah, mungkin... mungkin tidak hisa hidup lama lagi...."   "Kakak Hay Thian, engkau jangan berkata begitu!"   Air mata Lu Hui San berderai-derai.   "Engkau... engkau tidak akan mati...."   "Hui San...."   Kam Hay Thian menatapnya dengan mata redup.   "Aku... aku sudah tidak tahan. Aku,..."   "Bertahanlah Kakak Hay Thian! Bertalianlah!"   Lu Hui San memeluknya erat-erat. Menyaksikan Itu, Seng Hwee Sin Kun justru tertawa terkekeh-kekeh, kelihatan gembira sekali.   "He he hel Chu Ok Hiap, nasibmu sungguh tragis. Di saat akan menemui ajal, malah muncul gadis cantik menemanimu!" "Diam!"   Bentak Lu Hui San mendadak sambil nrenghunus pedang Han Kong Kiam Begitu melihat pedang tersebut, kening Seng Hwee Sin Kun berkerut.   "Pedang apa itu?"   Tanyanya.   "Pedang Han Kong Kiam."   "Kalau begitu...."   Seng Hwee Sin Kun menatapnya tajam.   "Engkau adalah putri Lu Thay Kam. Ya, kan?"   "Ya."   Lu Hui San mengangguk.   "Ngmm"   Seng Hwee Sin Kun manggul-mang-nt.   "Aku tidak akan membunuhmu, lebih baik engkau segera meninggalkan tempat inil"   "Aku tidak akan pergi!"   Sahut Lu Hui San.   "Engkau boleh membunuhku, pokoknya aku tidak akan pergi!"   "Oh?"   Seng Hwee Sin Kun tertawa, kemudian menatap Tio Bun Yang dengan dingin sekali.   "Kecuali Lu Hui San, kalian semua harus mampus hari mil"   "Belum tentu,"   Sahut Tio Bun Yang. Sedangkan monyet bulu putih bercuit-cuit dan menyeringai, kelihatan marah sekali.   "He he he"   Seng Hwee Sin Kun tertawa terkekeh.   "Monyet bulu putih itu pun harus mampus!"   "Oh?"   Tio Bun Yang tertawa dingin. Ia mengeluarkan suling pualamnya sekaligus menghimpun Pan Yok Hian Thian Sin Kang untuk melindungi diri, karena tahu Seng Hwee Sin Kun pasti menyerangnya.   "Ha ha hal"   Seng Hwee Sin Kun tertawa gelak sambil mengerahkan Iweekangnya, kelihatannya sudah siap bertarung.   Suasana di tempat itu mulai mencekam.   Leng Bin Hoatsu dan lainnya langsung mengarah pada mereka, begitu pula Siang Koan Goat Nio, Lie Ai Ung, Ngn Tok Kauwcu dan Lu Hui San Sementara Kam Hay Thian diam saja, temyata pemuda itu telah pingsan.   "Giok Siauw Sin Hiap!"   Seru Seng Hwee Sin Kun.   "Berhatihatilah! Aku akan menyerangmu! "Seng Hwee Sin Kun, terimakasih atas peringatanmu!"   Sahut Tio Bun Yang.   "Aku sudah siap menyambut seranganmul"   "Bagusi Lihat serangan!"   Bentak Seng Hwee Sin Kun sambil menyerangnya. Tio Bun Yang berkelit, kemudian berbisik kepada monyet hulu putih.   "Kauw heng, turunlah!"   Monyet hulu putih langsung meloncat turun, sedangkan Seng Hwee Sin Kun mulai menyerang lagi.   Tio Bun Yang cepat-cepat berkelit menggunakan Kiu Kiong San Tian Pou (Ilmu Langkah Kilat), kemudian halas menyerang dengan ilmu Giok Siauw Bit Ciat Kang Khi (Ilmu Suling Kumata Pemusnah Kepandaian), mengeluarkan jurus San Pang Te Liak (Gunung Runtuh Bumi Retak).   "Ha ha ha!"   Seng Hwee Sin Kun tertawa gelak. 'Bagus! Engkau masih mampu menyerangl"   Ketua Seng Hwee Kauw itu mengelak, sekaligus balas menyerang dengan ujung lengan jubahnya.   Tio Bun Yang tidak berkelit, melainkan menangkis serangan itu dengan jurus Hoan Thian uoan Te (Membalikkan Langit Memutarkan Bumi).   Blaml Terdengar suara benturan.   Seng Hwee Sin Kun berdiri tak bergeming di tempat, sedangkan Tio Bun Yang terpental beberapa langkah.   Dapat dibayangkan, betapa terkejutnya pemuda itu.   "Ha ha hal"   Seng Hwee Sin Kun tertawa.   "Hebat juga engkau, mampu menangkis seranganku! Nah, sambut lagi seranganku"   Seng Hwee Sin Kun menyerangnya dengan sepasang telapak tangan.   Mendadak Tio Bun Yang bersiul panjang sambil menggerakkan sulingnya.   Seng Hwee Sin Kun tersentak ketika menyaksikan gerakan suling itu, karena tampak kacau balau dan membuat matanya berkunang-kunang.   Ternyata Tio Bun Yang menggunakan Cit Loan Kiam Hoat (Ilmu Pedang Pusing Tujuh Keliling), mengeluarkan jurus Ban Kiam Hui Thian (Selaksa Pedang Terbang Di Langit).   Tampak suling itu berkelebatan tidak karuan ke arah Ser.g Hwee Sin Kun.   "Haaah?"   Bukan main terkejutnya Seng Hwee Sin Kun. Ia segera meloncat ke belakang. Akan tetapi, suling itu tetap berkelebatan menyerangnya, bahkan membuatnya pusing sekali. Breeetl Jubah Seng Hwee Sin Kun telahi berlubang.   "Hiyaatl"   Teriaknya sambil mengibaskan lengan jubahnya, kemudian secepat kilat meloncat ke samping. Akan tetapi, Tio Bun Yang terus menyerangnya, sehingga Seng Hwee Sin Kun kalang kabut menghindar ke sana ke mari.   "Kakak Bun Yang"   Seru Lie Ai Ling sambi bertepuk tangan.   "Terus serang dia, jangan membiarkan dia lolos!"   Suara seruan itu membangkitkan kegusaran Seng Hwee Sin Kun. Mendadak ia bersiul panjang sambil bersalto ke belakang secepat kilat. Ketika melayang turun, sepasang matanya telah dipejamkan. Tentunya membuat Tio Bun Yang terheran heran.   "He he he!"   Seng Hwee Sin Kun tertawa terkekeh-kekeh.   "Coba serang aku lagi!"   Tio Bun Yang mengerutkan kening.   Ia tidak tahu apa sebabnya Seng Hwee Sin Kun memejamkan sepasang matanya.   Kemudian ia mulai menyerang lagi menggunakan Cit Loan Kiam Hoat.   Akan tetapi, kali ini Seng Hwee Sin Kun dapat berkelit dengan mudah sekali, bahkan mampu balas menyerang.   Tio Bun Yang tersentak.   Kini ia sudah tahu bahwa Seng Hwee Sin Kun mengandalkan ketajaman pendengarannya.   Hal itu dikarenakan sepasang matanya berkunang-kunang dan merasa pusing menghadapi ilmu pedang tersebut, maka kini ia menghadapi ilmu pedang itu dengan mata dipejamkan.   Walau mata dipejamkan, namun Seng Hwee Sin Kun lebih dapat bergerak dengan gesit menghindari serangan-serangan yang dilancarkan Tio Bun Yang, bahkan balas menyerangnya.   Setelah pertarungan melewati belasan jurus, mendadak Seng Hwee Sin Kun bersiul panjangi dan berdiri diam.   Tio Bun Yang menyaksikannya.   Ia pun berhenti menyerang, namun memandangnya dengan penuh perhatian.   Berselang sesaat, wajah Tio B-uti Yang tampak berubah karena melihat sepasang telapak tangan Seng Hwee Sin Kun berubah agak kehijau-hijauan.   Pemuda itu tahu, bahwa Seng Hwee Sin Kun akan mengeluarkan ilmu andalannya.   Oleh karena itu, ia segera menyimpan sulingnya lalu menghimpun Kan Kun Taylo Sin Kang.   Tak seberapa lama kemudian, sepasang telapak tangan Seng Hwee Sin Kun mengeluarkan hawa yang panas sekali.   Betapa terkejutnya Siang Koan Goat Nio, Li AI Ling, Lu Hui San dan Ngo Tok Kauwcu menyaksikannya.   "Hati-hati Kakak Bun Yangl"   Seru Lie Ai Ling, tak tertahan.   Sementara itu, monyet bulu putih yang berdiri tak jauh dari tempat itu pun tampak tegang sekali Mendadak Seng Hwee Sin Kun membentak keras sambil menyerang Tio Bun Yang dengan Seng Hwee Ciang Hoat (Ilmu Pukulan Api Suci) mengeluarkan jurus Seng Hwee Sauh Thian (Api Suci Membakar Langit).   Sepasang telapak tangan Seng Hwee Sin Kun yang kehijauhijauan berkelebatan ke arah Tio Kun Yang.   Tak ada waktu bagi Tio Bun Yang untuk berkelit, maka terpaksa menangkis menggunakan Kan Kun Taylo Ciang Hoat (Ilmu Pukulan Alam Semesta), mengeluarkan jurus Kan Kun Taylo Bu Pien (Alam Semesta Tiada Batas).   Blaaam! Kedua tenaga sakti itu beradu sehingga menimbulkan suara ledakan dahsyat.   Perlu diketahui, ilmu Kan Kun Taylo Sin Kang berfungsi untuk bertahan sekaligus membalikkan Iweekang pihak lawan, sedangkan pan Yok Hian lliian Sin Kang berfungsi melindungi diri.   Akan tetapi, terjadi suatu hal yang sungguh di luar dugaan.   Ternyata Kan Kun Taylo Sin Kang hanya mampu membalikkan sebagian kecil Seng Hwee Sin Kang itu, sebaliknya Seng Hwee Sin Kung tersebut malah dapat membobolkan pertahanan Kan Kun Taylo Sin Kang.   Maka, ketika terjadi benturan.   Seng Hwee Sin Kang pun menerobos menyerang Tio Bun Yang.   Itu membuat Tio Bun Yang terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah dengan wajah pucat pias, dan pakaiannya pun telah hangus.   "He he he!"   Seng Hwee Sin Kun tertawa gelak.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Giok Siauw Sin Hiap, hari ini engkau pasti pampus! Ha ha ha.   "   Seng Hwee Sin Kun mulai menyerangnya lagi.   kali ini Tio Bun Yang bergerak cepat menghindar menggunakan Kiu Kiong Sen Tian Pou (Ilmu Langkah Kilat).   Ia memang berhasil menghindar, namun Seng Hwee Sin Kun terus menyerangnya Tio Bun Yang kewalahan berkelit, sehingga terpaksa menangkis dengan mengeluarkan jurus Kan Kun Taylo Hap It (Segala-galanya Menyatu Di Alam Semesta).   Blaaam! Terdengar suara benturan dahsyat.   Seng Hwee Sin Kun terhuyung-huyung be berapa langkah, sedangkan Tio Bun Yang terpental beberapa depa, barulah bisa berdiri tegak.   Betapa terkejutnya Siang Koan Goat Nio, Lie Ai Ling, Lu Hui San dan Ngo Tok Kauwcu, karena melihat dada Tio Bun Yang telah hangus.   "Bun Yang.   "   Jerit Siang Koan Goat Nio.   "Kakak Bun Yang!"   Teriak Lie Ai Ling denga suara gemetar. Lu Hui San dan Ngo Tok Kauwcu juga menjerit tak tertahan.   "Ha ha ha!"   Seng Hwee Sin Kun tertawa gela "Giok Siauw Sin Hiap, engkau memang harus mampus hari ini! Ha ha ha !"   Kini Tio Bun Yang tahu jelas dirinya bukan tandingan Seng Hwee Sin Kun, karena itu harus meloloskan diri. Mendadak ia bergerak ke arah Kam Hay Thian yang tergeletak pingsan itu, sekaligus menyambarnya dan berseru.   "Mari kita pergi!"   Lu Hui San, Siang Koan Goat Nio, Lie I Ling dan Ngo Tok Kauwcu langsung melesat pergi secepat kilat.   "He he he!"   Seng Hwee Sin Kun tertawa kekeh-kekeh "Giok Siauw Sin Hiapl Engkau tidak akan bisa kabur!"   Seng Hwee Sin Kun melesat ke arahnya.   Sepasang telapak tangannya tampak memancarkan cahaya kehijau-hijauan.   Ternyata ia telah menghimpun Seng Hwee Sin Kang sampai pada puncaknya, bahkan mengeluarkan jurus yang paling dahsyat untuk menyerang Tio Bun Yang, yaitu jurus Thian Te Seng Hwee (Api Suci Langit Humi).   Apabila Tio Bun Yang terkena pukulan itu, biarpun tidak mati, tapi pasti terluka parah, pada waktu bersamaan, tampak sosok bayangan putih melesat secepat kilat menghadang Seng Hwee Sin Kun, sekaligus menangkis serangannya.   Sosok bayangan putih itu ternyata monyet hulu putih.   Di saat itu pula Tio Bun Yang melesat pergi dengan mengapit Kam Hay Thian.   Daaaarf Terdengar suara seperti ledakan.   Monyet bulu putih berhasil menangkis serangan Seng Hwee Sin Kun.   Akan tetapi, monyet itu terpental berapa depa dan bulunya telah hangus, begitu pula dadanya.   Namun monyet itu masih mampu melesat pergi menyusul Tio Bun Yang.   Sedangkan Seng Hwee Sin Kun terhuyung-huyung beberapa langkah, kemudian mulutnya memuntahkan darah segar.   Leng Bin Hoatsu dan lainnya segera menghampirinya.   Seng Hwee Sin Kun menarik nafas dalam-dalam untuk mengatur pernafasannya.   "Kauwcul Bagaimana keadaanmu?"   Tanya Lena Bin Hnatsu.   "Aaaah "   Seng Hwee Sin Kun mengheli nafas panjang.   "Aku sama sekali tidak menyangka, kalau monyet bulu putih itu memiliki lwekang begitu tinggi. Aku... aku telah terluka dalam."   "Kauwcul Bagaimana kalau kami pergi kejar mereka?"   Tanya Pek Bin Kui.   "Tidak usah!"   Seng Hwee Sin Kun mengg4 lengkan kepala.   "Mari kita kembali ke markas saja!"   Sementara itu, Tio Bun Yang dan lainnya telah berhenti di dalam sebuah rimba. Tio Bun Yang segera memeriksa luka Kam Hay Thian, lal mengeluarkan sebutir pil dan dimasukkannya ke mulut pemuda itu.   "Bun Yang, bagaimana lukamu?"   Tanya Sian Koan Crnnl Nio cemas.   "Cuma luka ringan,"   Sahut Tio Bun Yang dai memberitahukan.   "Namun Kam Hay Thian mengalami luka parah, maka kita harus segera membawanya ke Pulau Hong Hoang To. Kalau tidak ? dia pasti akan mati."   "Kalau begitu...."   Lu Hui San cemas sekali "Mari kita segera berangkat, jangan membuang buang waktu lagi"   Di saat bersamaan, muncullah monyet bulu putih terhuyung-huyung lalu roboh di hadapan Tio Bun Yang.   "Kauw hengl"   Seru Tio Bun Yang sambil mendekatinya.   "Engkau terluka?"   Monyet bulu putih manggut-manggut, kemudian bercuit lemah sambil memandang Tio Bun Yang dengan mata redup.   "Kauw heng____"   Tio Bun Yang segera menggendongnya.   "Aaaakh! Tubuhmu telah hangus, engkau..."   Monyet bulu putih bercuit lemah lagi. Tio Bun Yang segera mengambil sebutir pil lalu dimasukkannya ke mulut monyet butu putih. Berselang sesaat, monyet bulu putih itu puri bercuit-cuit sambil menunjuk ke atas.   "Kauw heng...."   Tio Bun Yang memandangnya dengan air mata berderai-derai.   "Engkau menyuruhku membawamu ke Gunung Thian San, tempat tinggalmu?"   Monyet bulu putih manggut-manggut, kemudian menunjuk dadanya sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Apa? Dadamu terluka parah?"   Monyet bulu putih mengangguk dan terus menunjuk ke atas, lalu menunjuk dirinya sendiri. "Aku harus segera membawamu ke Gunung Thian San? Engkau sudah tidak bisa bertahan lama?"   Tanya Tio Bun Yang dengan suara bergemetar. Monyet bulu putih mengangguk. Tio Bun Yang memeluknya erat-erat sambil terisak-isak.   "Kauw heng,"   Ujarnya dengan air mata bercucuran.   "Engkau telah menyelamatkan nyawaku, namun...."   Monyet bulu putih bercuit lemah dalam pelukan Tio Bun Yang, dan nafasnya pun tampak lemah sekali.   "Baik. Aku akan segera membawamu ke Gunung Thian San,"   Ujar Tio Bun Yang sambil memandang Siang Koan Goat Nio.   "Kalian bertiga harus segera membawa Kam Hay Thian ke Pulau Hong Hoang To, mungkin ayahku dapat menolongnya."   "Tapi engkau...."   Siang Koan Goat Nio merasa berat berpisah dengan Tio Bun Yang.   "Aku harus segera membawa kauw heng ke Gunung Thian San, sebab dia... dia sudah sekarat,"   Tio Bun Yang memberitahukan.   "Bagaimana kalau aku Ikut ke sana?"   Tanya Siang Koan Goat Nio penuh harap.   "Lebih baik engkau menyertai Adik Ai Ling dan Hui San ke Pulau Hong Hoang To, sebab lebih aman di sana,"   Sahut Tio Bun Yang lalu berkata kepada Ngo Tok Kauwcu.   "Kakak Ling Cu, aku mohon bantuanmu!"   "Katakanlah apa yang harus kubantu!"   "Pergilah ke markas pusat Kay Pang menemui kakekku, beritahukan tentang kejadian ini!"   "Baik."   Ngo Tok Kauwcu mengangguk.   "Aku pasti segera ke sana." "Terirnakasih, Kakak Ling Cu!"   Ucap Tio Bun Yang, kemudian memandang Siang Koan Goat Nio seraya berkata.   "Setelah membawa kauw heng ke Gunung Thian San, aku pasti segera kembali ke Pulau Hong Hoang To."   "Bun Yang...."   Wajah Siang Koan Goat Nio tampak murung.   "Aku"   "Goat Nio,"   Ujar Tio Bun Yang sungguh-sungguh- "Kam Hay Thian sudah sekarat, cepatlah kalian hawa ke Pulau Hong Hoang Tol Jangan membuang waktu di sini, sebab kalau terlambat, dia tidak akan tertolong."   "Biar aku berangkat duluan."   Ujar Lu Hui San yang langsung menggendong Kam Hay Thian lalu melesat pergi.   "Goat Nio, Adik Ai Ling, cepat ikut dial"   Seru Tio Bun Yang.   "Baik."   Siang Koan Goat Nio dan Lie Ai Ling mengangguk, kemudian keduanya segera melesat pergi menyusul Lu Hui San.   "Maaf, Kakak Ling Cul"   Ucap Tio Bun Yang.   "Aku pun harus segera pergi."   "Baik,"   Sahut Ngo Tok Kauwcu.   "Aku pasti ke markas pusat Kay Pang menemui kakekmu memberitahukan tentang kejadian ini."   "Terirnakasih, Kakak Ling Cul Sampai jumpa!"   Ucap Tio Bun Yang kemudian melesat pergi dengan menggendong monyet bulu putih yang terluka parah -ooo0dw0oo- Phang Ling Cu Ngo Tok Kauwcu telah tiba di markas pusat Kay Pang.   Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong menyambut kedatangannya dengan penuh keheranan sebab mereka sama sekali tidak kenal wanita itu.   "Maaf! Bolehkah kami tahu siapa Nona?"   Tanya Lim Peng Hang.   "Namaku phang Ling Cu,"   Sahut Ngo Tok Kauwcu sambi! memberi hormat.   "Aku adalah Ngo Tok Kauwcu, sengaja ke mari untuk menemui Lim Pangcu."   "Ngo Tok Kauwcu?"   Lim Peng Hang tersentak, sebab selama ini Kay Pang tidak punya hubungan dengan Ngo Tok Kauwcu, lagi pula Ngo Tok Kauwcu tergolong perkumpulan sesat.   "Ya."   Ngo Tbk Kauwcu mengangguk sambil tersenyum.   "Adik Bun Yang yang menyuruhku ke mari."   "Oh?"   Lim Peng Hang terkejut. 'Di mana cucuku? Kenapa dia menyuruh Anda ke mari?"   "Adik Bun Yang sudah berangkai ke Gunung Thian San."   Ngo Tok Kauwcu memberitahukan.   "Monyet bulu putih terluka parah."   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Apa?!"   Bukan main terperanjatnya Lim Peng liang.   "Bagaimana kauw heng bisa terluka parah? Apa yang telah terjadi? Cepat tuturkan!"   "Lim Pangcu!"   Ngo Tok Kauwcu tertawa kecil.   "Apakah aku harus menutur dengan cara berdiri?"   "Maaf, maaf]"   Ucap Lim Peng Hang- "Silakan duduk!"   "Terirnakasih!"   Ngo Tok Kauwcu duduk.   "Ngo Tok Kauwcu,"   Desak Lim Peng Hang.   "Tuturkanlah apa yang telah terjadi, bagaimana kauw beng bisa terluka parah?"   "Adik Bun Yang bertarung dengan Seng Hwee Sin Kun. Monyet bulu putih menolongnya sehingga terkena pukulan yang dilancarkan Seng Hwee Sin Kun."   Ngo Tok Kauwcu memberitahukan. "Ngo Tok Kauwcu,"   Ujar Gouw Han Tiong.   "Harap tuturkan lebih jelas!"   "Baik, aku akan menutur dari awal."   Ngo Tok kauwcu menutur tentang pertemuannya dengan !io Bun Yang dan lain sebagainya. Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong mendngarkan dengan penuh perhatian, kemudian Gouw Han Tiong menghela nafas seraya berkata.   "Kalau begitu, kita punya musuh yang sama."   "Oh?"   Ngo Tok Kauwcu tertegun.   "Maksud Gouw Tianglo?"   "Seng Hwee Sin Kun juga membunuh ayahku, bahkan membunuh para anggota kami."   Lim Peng Hang memberitahukan.   "Oooh!"   Ngo Tok Kauwcu manggut-manggut.   "Kepaudaian Seng Hwee Sin Kun memang tinggi sekali. Kelihaiannya Adik Bun Yang juga masih bukan tandingannya."   "Cucuku cuma mengalami luka ringan?"   Tanya Lim Peng Hang tampak cemas.   "Adik Bun Yang cuma terbakar ringan. Yang terluka berat adalah Kam Hay Thian dan monyet bulu putih "   "Goat Nio, Ai Ling dan Lu Hui San membawa Kam Hay Thian ke Pulau Hong Hoang To?"   Tanya Gouw Han Tiong.   "Ya."   Ngo Tok Kauwcu mengangguk.   "Monyet bulu putih menyuruh Adik Bun Yang membawanya ke Gunung Thian San. Kelihatannya monyet bulu putih sudah sekarat."   "Aaaakh!"   Keluh Lim Peng Hang.   "Kauw heng.""   "Ngo Tok Kauwcu,"   Tanya Gouw Han Tiong.   "Seng Hwee Sin Kun sama sekali tidak terluka oleh tangkisan monyet bulu putih?" "Dia juga terluka dalam. Kalau tidak, mungkin kami semua tidak akan bisa meloloskan diri,"   Jawab Ngo Tok Kauwcu.   "Tapi...."   Gouw Han Tiong mengerutkan ke ning.   "Bukankah Seng Hwee Sin Kun punya bawahan yang berkepandaian tinggi? Kenapa mereka tidak mengejar kalian?"   "Mereka bukan tandingan Adik Bun Yang, maka mereka tidak berani mengejar kami,"   Ujar Ngo Tok Kauwcu dan menambahkan.   "Lagi pula Pat Pie Lo Koay adalah saudara angkat ayahku."   "Apa?"   Gouw Han Tiong tercengang.   "Pat Pie Lo Koay saudara angkat ayahmu?"   "Ya."   Ngo Tok Kauwcu mengangguk.   "Namun Seng Hwee Sin Kun tidak mengetahuinya, maka tidak bercuriga sama sekali."   "Oh yaf"   Gouw Han Tiong teringat sesuatu.   "Toan Beng Kiat pernah memberitahukan kepadaku, ketika dia bertarung dengan Pat Pie Lo Koay, kelihatannya Pat Pie Lo Koay tidak bersungguh-sungguh menyerangnya. Tahukah engkau apa sebabnya?"   "Toan Beng Kiat?"   Ngo Tok Kauwcu kebingungan.   "Dia adalah anak Gouw Sian Eng putriku, ayahnya adalah Toan Wie Kie."   Gouw Han Tiong memberitahukan.   "Oooh!"   Ngo Tok Kauwcu manggut-manggut.   "Itu disebabkan Tui Hun Lojin."   "Apa?"   Gouw Han Tiong terbelalak.   "Kenapa disebabkan almarhum ayahku?"   "Sebab Tui Hun Lojin pernah menyelamatkan nyawa Pai Pie Lo Koay,"   Ujar Ngo Tok Kauwcu menjelaskan.   "Maka ketika bertarung dengan Toan Beng Kiat, Pat Pie Lo Koay tidak menyerangmu dengan sungguh-sungguh." "Oooh!"   Gouw Han Tiong manggut-manggut "Kalau begitu, engkau yang mengutus Pat Pie Ia Koay memata-matai Seng Hwee Sin Kun?"   "Itu cuma kebetulan saja. Karena Seng H Sin Kun yang menguudangnya untuk bergabung jadi kumanfaatkan kesempatan untuk memata-matai gerak-gerik Seng Hwee Sin Kun melalu Pat Pie Lo Koay,"   Ujar Ngo Tok Kauwcu dai menambahkan sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku justru tak menyangka, Seng Hwee Si Kun berkepandaian begitu tinggi."   "Benar"   Lim Peng Hang manggut-manggut "Dia mampu melukai kauw heng, pertanda 'kepandaiannya memang tinggi sekali. Mungkin cuma Tio Cie Hiong yang mampu melawannya."   "Itu pun belum tentu,"   Sahut Gouw Han Tion, sambil mengerutkan kening.   "Sebab kepandaian Bun Yang sudah begitu tinggi, tapi masih terluka."   "Aku yakin itu karena Bun Yang kurang berpengalaman, maka Seng Hwee Sin Kun dapat melukainya,"   Ujar Lim Peng Hang.   "Belum tentu karena itu,"   Sela Ngo Tok Kaucu.   "Aku menyaksikan pertarungan itu, kepadaian Adik Bun Yang memang masih di bawah tingkat kepandaian Seng Hwee Sin Kun."   "Oh?"   Lim Peng Hang mengerutkan kenin "Kalau begitu, mungkinkah Seng Hwee Sin Kun mampu mengalahkan Tio Cie Hiong?"   "Menurut aku, tidak gampang bagi Seng Hwee Sin Kun mengalahkan Tio Cie Hiong,"   Sahut Gouw Han Tiong, kemudian menghela nafas panjang.   "Kita entah harus bagaimana, perlukah kita berangkat ke Pulau Hong Huang To?" "Tidak perlu."   Lim Peng Hang menggelengkan kepala. Tapi kita harus tahu bagaimana gerak-gerik Seng Hwee Kauw. Mungkinkah mereka akan menyerang ke mari?"   "Itu tidak mungkin,"   Ujar Ngo Tok Kauwcu.   "Sebab Seng Hwee Sin Kun telah terluka, lagi pula Pat Pie Lo Koay pasti akan mencegah penyerangan ke mari."   "Benar."   Gouw Han Tiong manggut-manggut.   "Maafl"   Ngo Tok Kauwcu bangkit dari tempat duduknya lalu berpamit.   "Aku mau mohon diri!"   "Baiklah."   Lim Peng Hang mengangguk sambil herdiri.   "Terimakasih atas kedatanganmu untuk menyampaikan tentang kejadian itu!"   "Adik Bun Yang menyembuhkan wajahku, maka aku pun harus membantunya,"   Ujar Ngo Tok Kauwcu sungguhsungguh.   "Maka Lim Pangcu tidak usah berterimakasih kepadaku."   "Ngo Tok Kauwcu!"   Lim Peng Hang tertawa. 'Aku harap engkau jangan memanggilku Lim Pangcu, lebih baik panggil saja aku paman!"   "Baik, Paman!"   Ngo Tok Kauwcu tersenyum. Tapi Paman pun jangan memanggilku Ngo Tok Kauwcu, cukup panggil namaku saja!"   "Baiklah."   Lim Peng Hang tertawa.   "Oh ya, engkau mau ke mana?"   "Aku harus segera kembali ke markas, karena aku masih harus menghimpun kekuatan Ngo Tok Kauw, agar kelak mampu melawan Seng Hwee Kauw,"   Ujar Ngo Tok Kauwcu.   "Paman, sampai jumpa!"   "Selamat jalan, Ling Cu!"   Sahut Lim Peng Hang dan bersama Gouw Han Tiong mengantarnya sampai di luar. Setelah Ngo Tok Kauwcu melesai pergi, barulah mereka berdua kembali masuk.   "Entah bagaimana keadaan kauw heng?"   Gumam Lim Peng liang dengan wajah muram "Mudah-mudahan monyet bulu putih itu tidak apa-apa"   Bagaimana keadaan luka Seng Hwee Sin Kun ? Apakah separah luka monyet bulu putih? Luka ketua Seng Hwee Kauw itu memang parah. Ketika sampai di markas, ia pun berkata kepada Leng Bin Hoatsu.   "Tangkisan monyet bulu putih itu membuat aku terluka dalam, maka aku harus beristirahat setahun agar bisa pulih. Karena itu, mulai saat ini engkau harus menangani semua urusan Seng Hwee Kauw."   "Ya, Kauwcu."   Leng Bin Hoatsu mengangguk. 'Dalam waktu setahun, janganlah kalian mengganggu aku"   Pesan Seng Hwee Sin Kun sungguh-sungguh.   "Sebab aku harus memperdalam Seng Hwee Sin Kang. Tentunya kalian masih ingat, aku masih menyimpan Seng Hwee Tan (Pil Api Suci). Nah, kini sudah waktunya aku makan sisa pil itu."   "Oooh!"   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Leng Bin Hoatsu manggut-manggut.   "Kauwcu,"   Tanya Pek Bin Kui.   "Setahun kemudian, Iweekang Kauwcu pasti bertambah tinggi. Ya, kan?"   "Betul."   Seng Hwee Sin Kun mengangguk.   "Kalau begitu,"   Ujar Pek Bin Kui sambil tersenyum.   "Sudah waktunya kita menguasai rimba persilatan."   "Tidak salah."   Seng Hwee Sin Kun manggut-manggut dan berpesan.   "Oh ya, dalam waktu setahun ini, kalian pun harus memperdalam kepandaian masing-masing."   "Ya."   Pek Bin Kui dan lainnya mengangguk. "Sekarang aku akan ke ruang rahasia untuk mengobati luka dalamku, setahun kemudian barulah kita bertemu,"   Ujar Seng Hwee Sin Kun lalu melangkah ke dalam menuju ruang rahasia.   Leng Bin Hoatsu dan lainnya saling memandang, kemudian mereka duduk dengan kening berkerut kerut "Kini Seng Hwee Sin Kun telah memasuki ruang rahasia, setahun kemudian kita baru bertemu dia.   Menurut kalian apa yang harus kita lakukan sekarang?"   Tanya Leng Bin Ituatsu.   "Seng Hwee Sin Kun telah berpesan tadi, kita harus memperdalam kepandaian masing-masing, itu yang harus kita lakukan,"   Sahut Pek Bin Kui.   "Menurut aku,"   Ujar Hek Sim Popo dengan tertawa.   "Bagaimana kalau kita menyerang Kay Pang?"   "Itu tidak boleh."   Pat Pie Lo Koay menggelengkan kepala.   "Karena kita harus mentaati pesan Seng Hwee Sin Kun, maka alangkah baiknya kita memperdalam kepandaian saja."   "Benar."   Tok Chiu Ong manggut-manggut dan menambahkan.   "Setahun kemudian barulah kita berunding dengan Seng Hwee Sin Kun, apakah kita perlu menyerang Kay Pang atau tidak?"   "Ngmm!"   Leng Bin Hoalsu mengangguk.   "Memang harus begitu, jadi kita tidak melanggar apa yang dipesankan Seng Hwee Sin Kun."   "Lalu bagaimana para anggota kita?"   Tanya Hek Sim Popo mendadak.   "Apakah kita masih perlu melatih mereka?"   "Tentu perlu,"   Sahut Leng Bin Hoatsu.   "Ka rena setahun kemudian, kita harus menyerang Kay Pang dan tujuh partai besar lainnya."   "Ha ha hal"   Pek Bin Kui tertawa gelak.   "Setahun kemudian, Seng Hwee Kauw pasti akan menguasai dunia persilatan!" "Betul."   Leng Bin Hoatsu manggut-manggut dan tertawa terbahak-bahak.   "Ha ha ha.   "   "Setahun kemudian, Kay Pang dan tujuh partai besar harus tunduk kepada Seng Hwee Kauwl"   Ujar Hek Sim Popo sambil tertawa terkekeh-kekeh.   "He he hel"   "Eh?"   Pek Bin Kui memandang Pai Pie Lo Koay.   "Lo Koay, kenapa engkau diam saja?"   "Dulu Bu Lim Sam Mo ingin menguasai rimba persilatan, tapi akhirnya mereka bertiga malah mati. Oleh karena itu...."   Pat Pie Lo Koay menggeleng-gelengkan kepala.   "Maksudmu Seng Hwee Kauw tidak mampu menguasai rimba persilatan?"   Tanya Pek Bin Kui dengan kening berkerut.   "Kita harus tahu, kepandaian Tio Cie Hiong tinggi sekali,"   Sahut Pat Pie Lo Kuay "Kelihatannya Seng Hwee Sin Kun masih tidak mampu mengalahkan putranya, apalagi melawan Tio Cie Hiong."   "Tapi kita pun harus tahu,"   Ujar Pek Bin Kui sungguhsungguh.   "Kini Seng Hwee Sin Kun sudah memasuki ruang rahasia untuk mengobati lukanya, sekaligus memperdalam lwekangnya. Nah, setahun kemudian Iweekangnya pasti tinggi sekali. Aku yakin Tio Cie Hiong bukan lawannya."    Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Kemelut Blambangan Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini