Ceritasilat Novel Online

Pendekar Sakti Suling Pualam 19


Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Bagian 19


Pendekar Sakti Suling Pualam Karya dari Chin Yung   "Apa?"   Bokyong Sian Hoa terbelalak, kemudian tertawa geli.   "Aku tak menyangka Paman Tio suka bergurau juga."   "Sian Hoa,"   Ujar Tio Cie Hiong sungguh-sungguh.   "Aku sama sekali tidak bergurau."   "Benar,"   Sambung Tio Bun Yang.   "Adik Sian Hoa, ayahku memang tidak bergurau. Kou Hun Bijin sudah berusia di atas seratus dua puluh, sedangkan Kim Siauw Suseng berusia hampir seratus."   "Tapi...."   Bokyong Sian Hoa terus memandang Kou Hun Bijin dan Kim Siauw Suseng.   "Mereka kelihatan baru berusia enam puluhan."   "Mereka awet muda...."   Tio Cie Hiong memberitahukan tentang mereka.   "Karena itu, kami semua sama sekali tidak berani berlaku kurang ajar terhadap mereka berdua." "Oooh!"   Bokyong Sian Hoa manggut-manggut.   "Kou Hun Bijin, aku mohon maaf karena berani bersikap kurang ajar!"   Katanya.   "Hi hi hi!"   Kou Hun Bijin tertawa nyaring.   "Tidak apa-apa! Tidak apa-apa! Terus terang, aku suka kepadamu!"   "Terimakasih!"   Ucap Bokyong Sian Hoa.   "Oh ya, aku harus memanggil apa?"   "Maksudmu memanggil aku apa?"   "Ya."   "Panggil saja bibi!"   "Bibi yang baik!"   Panggil Bokyong Sian Hoa.   "Aku ingin belajar ilmu silat tingkat tinggi, sudikah Bibi mengajarku?"   "Hi hi hi!"   Kou Hun Bijin tertawa nyaring lagi.   "Jangan khawatir! Pokoknya kami semua pasti mengajarmu ilmu silat tingkat tinggi."   "Terimakasih, Bibi! Terimakasih..."   Ucap Bokyong Sian Hoa dengan wajah berseri-seri.   "Oh ya! Bibi, di mana Kakak Goat Nio?"   "Dia dan Ai Ling sudah berangkat ke Tionggoan beberapa hari yang lalu."   Kou Hun Bijin memberitahukan sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Goat Nio ingin menyusul Bun Yang, sedangkan Ai Ling menemaninya."   "Apa?"   Wajah Tio Bun Yang langsung berubah kecewa.   "Goat Nio sudah berangkat ke Tionggoan?"   "Ya."   Lim Ceng Im mengangguk.   "Mereka ke Tionggoan menuju ke markas pusat Kay Pang, setelah itu barulah berangkat ke Gunung Thian San."   "Aaaah...!"   Keluh Tio Bun Yang.   "Kami selisih jalan...."   "Itu tidak apa-apa."   Lim Ceng Im tersenyum. "Engkau boleh segera berangkat ke Tionggoan menyusulnya."   "Ya."   Tio Bun Yang mengangguk.   "Bun Yang, bagaimana kauw heng?"   Tanya Tio Cie Hiong sambil menatapnya.   "Kauw heng...."   Wajah Tio Bun Yang berubah murung sekali.   "Sudah mati, jantungnya hangus terkena pukulan Seng Hwee Sin Kun."   "Aaaah!"   Keluh Tio Cie Hiong dan Lim CcnJ Im.   "Kauw heng...."   "Sungguh kasihan monyet bulu putih itu!"Sam Gan Sin Kay menghela nafas panjang.   "Sebelum menghembuskan nafas penghabisan, kauw heng berpesan kepadaku agar ke gua es, yang terletak di sebelah timur puncak Gunung Thian San."   Tio Bun Yang memberitahukan.   "Oh?"   Tio Cie Hiong tertegun.   "Untuk apa kauw heng berpesan begitu kepadamu? Engkau ke sana setelah kauw heng mati?"   "Aku ke sana...."   Tio Bun Yang menuturkan tentang itu.   "Oooh!"   Tio Cie Hiong manggut-manggut seraya berkata.   "Ternyata Kan Kun Taylo Sin Kang terdiri dari hawa Im' dan 'Yang, jadi boleh disebut Kan Kun Taylo Im Yang Sin Kang."   "Kalau begitu..."   Sela Kou Hun Bijin.   "Kan Kun Taylo Im Kang pasti mampu menandingi Seng Hwee Sin Kang."   "Mungkin,"   Sahut Tio Cie Hiong sambil mengangguk.   "Oh ya!"   Tio Bun Yang teringat sesuatu.   "Ketika aku melewati Gunung Hong San, aku mendengar suara pekikan yang sangat menyeramkan."   Tio Bun Yang menutur tentang Thian Gwa Sin Hiap-Tan Liang Tie, semua orang mendengar dengan mulut ternganga lebar.   "Engkau bertemu dia?"   Kou Hun Bijin kelihatan kurang percaya.   "Ya."   Tio Bun Yang mengangguk.   "Yang membelenggunya adalah Tu Siao Cui, muridnya. Bahkan muridnya itu juga membawa kabur kitab pusaka Hian Goan Sin Kang."   "Benar apa yang diceritakan Tayli Lo Ceng,"   Ujar Sam Gan Sin Kay.   "Oh ya!"   Ujar Tio Bun Yang memberitahukan. 'Orang tua itu pun berpesan kepadaku agar mencari seseorang."   "Mencari siapa?"   Tanya Tio Cie Hiong.   "Tayli Sin Ceng-Kong Sun Hok,"   Jawab Tio Hun Yang dan bertanya.   "Ayah kenal siapa Tayli In Ceng-Kong Sun Hok!"   "Ayah tidak kenal."   Tio Cie Hiong menggelengkan kepala.   "Aku kenal,"   Sahut Kou Hun Bijin sambil tertawa.   "Tayli Sin Ceng-Kong Sun Hok adalah Tayli Lo Ceng."   "Haaah?"   Tio Bun Yang tertegun.   "Ternyata Tayli Sin Ceng adalah Tayli Lo Ceng!"   "Ketika masih muda, julukan Tayli Lo Cefl adalah Tayli Sin Ceng!"   Kou Hun Bijin memberitahukan.   "Oooh!"   Tio Bun Yang manggut-manggut.   "Aku yakin..."   Ujar Sam Gan Sin Kay mendadak.   "Tu Siao Cui pasti sudah mati, sebab dia tidak pernah muncul di rimba persilatan."   "Mudah-mudahan!"   Sahut Kim Siauw Suseng kemudian bertanya kepada Kou Hun Bijin.   "isteriku, bagaimana kalau kita juga mengajar Sian Hoa ilmu silat?" "Aku setuju."   Kou Hun Bijin menganggul sambil tersenyum, lalu memandang Bokyong Sian Hoa seraya berkata.   "Mulai besok kami semua akan mengajarmu ilmu silat tingkat tinggi."   "Terimakasih, Bibi!"   Ucap Bokyong Sian Hoa dengan wajah berseri.   "Terimakasih...."   "Oh ya, Ayah,"   Tanya Tio Bun Yang mendadak.   "Bagaimana keadaan Kam Hay Thian Apakah dia sudah sembuh?"   "Dia sudah sembuh,"   Jawab Tio Cie Hiong memberitahukan.   "Tapi kalau dia tidak memiliki Pak Kck Sin Kang dan engkau tidak memberinya makan pil Sok Beng Tan (Pil Penyambung Nyawa), nyawanya pasti sudah melayang sebelum sampai di sini.   "Ayah, Hui San masih berada di sini?"   "Ya."   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tio Cie Hiong mengangguk.   "Gadis selalu menemaninya, mereka berdua merupakan pasangan yang serasi."   "Ayah, Hui San...."   Ucapan Tio Bun Yang terputus karena mendadak muncul Kam Hay Thian dan Lu Hui San.   "Bun Yang!"   Seru gadis itu girang.   "Hui San!"   Tio Bun Yang tersenyum, kemudian memandang Kam Hay Thian seraya bertanya.   "Saudara Kam, engkau sudah pulih?"   "Aku sudah pulih,"   Sahut Kam Hay Thian sambil menatapnya tajam.   "Terimakasih atas pertolonganmu!"   "Tidak usah mengucapkan terimakasih kepadaku."   Tio Bun Yang tersenyum lagi dan melimbahkan.   "Seharusnya engkau berterimakasih kepada Hui San."   "Ya."   Kam Hay Thian mengangguk.   "Adik Sian Hoa!"   Tio Bun Yang memperkenaikan.   "Dia adalah Lu Hui San dan Kam Hay Thian." "Selamat bertemu!"   Ucap Bokyong Sian Hoa samhil memberi hormat kepada mereka berdua. Kalian berdua memang merupakan pasangan yang serasi lho!"   "Eh? Adik Sian Hoa...."   Wajah Lu Hui San memerah.   "Memang benar kok."   Bokyong Sian Hoa tertawa kecil.   "Jadi kakak Hui San tidak usah merasa malu."   "Benar."   Tio Bun Yang manggut-manggut "Mereka berdua sungguh merupakan pasangan yang sepadan."   "Engkau pun sepadan dan serasi dengan Goat Nio,"   Ujar Lu Hui San.   "Kakak Hui San,"   Tanya Bokyong Sian FlA mendadak.   "Betulkah kakak Goat Nio begitu cantik?"   "Betul!"   Lu Hui San mengangguk.   "Kakak Hui San, siapa yang lebih cantik aku atau Kakak Goat Nio?"   Tanya Bokyong Siai Hoa.   "Kalian berdua sama cantiknya,"   Sahut Lu Hu San sambil tersenyum.   "Namun sifat kalian berbeda. Dia bersifat lemah lembut, kalem dan anggun, sedangkan engkau bersifat periang, lincah dan masih kekanak-kanakkan."   "Usiaku sudah tujuh belas, bukan kanak-kanak lagi lho!"   Sahut Bok Yong Sian Hou dia menambahkan.   "Kami suku Manchuria, berusia tiga belas sudah boleh menikah."   "Oh?"   Lu Hui San terbelalak.   "Engkau gadis Manchuria?"   "Betul."   Bokyong Sian Hoa memberitahukan "Sesungguhnya aku adalah putri raja Manchuria tapi kedua orang tuaku sudah mati dibunuh oleh pamanku."   "Engkau...."   Lu Hui San tersentak.   "Engkau putri raja Manchuria?" "Sekarang sudah tidak,"   Sahut Bokyong Sian Hoa.   "Karena kedua orang tuaku sudah mati, maka aku menjadi gadis biasa."   "Oooh!"   Lu Hui San manggut-manggut.   "Hui San, ajaklah Sian Hoa ke kamarmu, kalian tidur sekamar saja!"   Ujar Lim Ceng Im.   "Ya."   Lu Hui San segera mengajak Bokyong Sian Hoa ke kamar.   "Aaaah...!"   Tio Cie Hiong menghela nafas panjang.   "Patoho sudah mati, aku yakin tidak lama lagi pasukan Manchuria akan menyerbu Tionggoan!"   "Itu adalah urusan kerajaan, kita tidak usah memusingkannya,"   Sahut Lim Ceng Im sambil tersenyum.   "Seandainya pasukan Manchuria menyerbu ke mari, barulah kita menghabiskan mereka."   "Aaaah...!"   Sam Gan Sin Kay menghela nafas panjang.   "Kita adalah bangsa Han, apakah kita harus diam saja melihat daratan Tionggoan di serbu bangsa liar itu?"   "Ha ha ha!"   Kim Siauw Suseng tertawa.   "Kita sudah tua, percuma memikirkan itu!"   "Benar."   Tio Tay Seng manggut-manggut.   "Kita bukan pembesar, jadi tidak perlu memusingkan tentang itu."   "Yaaah!"   Tio Cie Hiong mcnggeleng-gelengkan kepala.   "Mungkin sudah waktunya dinasti Beng runtuh."   "Ayah,"   Ujar Tio Bun Yang mendadak.   "Aku akan berangkat ke Tionggoan esok menyusul Goai Nio."   "Apa?"   Tio Cie Hiong terbelalak.   "Engkau baru pulang kok sudah mau pergi?"   "Nak,"   Ujar Lim Ceng Im.   "Tinggal di sini beberapa hari, setelah itu barulah engkau berangkat." "Ibu...."   "Jangan bantah, Nak!"   "Ya, Ibu."   Tio Bun Yang mengangguk.   Beberapa hari kemudian, barulah Tio Bun Yang berangkat ke Tionggoan.   Karena tertunda beberapa hari, maka ia tidak bertemu Siang Koan Goat Nio.   -ooo0dw0ooo- Bagian ke tiga puluh tujuh Gadis Jepang Siang Koan Goat Nio dan Lie Ai Ling telai memasuki daerah Tionggoan.   Kedua gadis itu terus melakukan perjalanan menuju markas pusat Kay Pang.   Ketika hari mulai gelap, mereka tiba disebuah lembah.   Mendadak terdengar semacam suara siulan yang amat menyeramkan.   Mereka saling memandang dengan sekujur badan merinding.   "Goat Nio,"   Bisik Lie Ai Ling dengan wajah agak pucat.   "Apakah itu suara siulan setan iblis?"   "Kita harus cepat bersembunyi,"   Sahut Siang Koan Goat Nio sambil menarik Lie Ai Ling ke balik sebuah pohon. Tak seberapa lama kemudian, terdengar pula suara derap kaki kuda, dan suara siulan aneh yang menyeramkan itu pun makin terdengar jelas.   "Iiiih!"   Bisik Lie Ai Ling bergemetar.   "Jangan-jangan memang suara setan iblis!"   "Ai Ling!"   Siang Koan Goat Nio menggeleng-gelengkan kepala.   "Bagaimana mungkin setan iblis menunggang kuda?"   "Tapi...."   Suara derap kaki kuda itu makin mendekat, kemudian tampak belasan kuda berpacu kencang.   Dalam waktu sekejap, kuda-kuda itu telah melewati mereka yang bersembunyi di balik pohon.   Para penunggang kuda itu berpakaian putih semua, muka memakai kedok setan yang menyeramkan.   "ih! Seram sekali kedok yang dipakai mereka itu!"   Ujar Lie Ai Ling sambil menarik nafas.   "Yang jelas mereka bukan setan iblis,"   Sahut Siang Koan Goat Nio dan menambahkan.   "Aku yakin mereka adalah para anggota suatu perkumpulan."   "Benar"   Lie Ai Ling manggut-manggut "Mereka menuju utara, bagaimana kalau kita kuntit?"   "Jangan cari masalah!"   Sahut Siang Koan Goat Nio.   "Lagi pula kita sedang memburu waktu menuju markas pusat Kay Pang."   "Goat Nio!"   Lie Ai Ling tertawa.   "Engkau kok begitu ngebet sih terhadap Kakak Bun Yang?"   "Eh?"   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Siang Koan Goat Nio melotot.   "Mula! menggodaku ya?"   "Aku tidak menggodamu, melainkan berkata sesungguhnya."   Lie Ai Ling tertawa lagi.   "Sudahlah!"   Siang Koan Goat Nio menggeleng-gelengkan kepala.   "Kita harus segera berang kat ke kota yang terdekat, sebab hari sudah mulat malam."   "Tidak mungkin kita akan sampai di kota terdekat,"   Sahut Lie Ai Ling sambil tersenyum "Kelihatannya malam ini kita harus bermalam di sini, besok pagi kita baru berangkat."   "Baiklah."   Siang Koan Goat Nio mengang guk. Kedua gadis itu terpaksa bermalam di lembah tersebut. Keesokan harinya barulah mereka berangkat ke markas pusat Kay Pang. Ketika meteka sampai di suatu tempat, tiba-tiba terdengar suara benturan senjata tajam.   "Eh?"   Lie Ai Ling mengerutkan kening.   "Itu suara pertempuran, mari kita ke sana!"   "Ai Ling!"   Siang Koan Goat Nio menggeleng kepala.   "Jangan mencampuri urusan itu!"   "Kalau begitu..."   Ujar Lie Ai Ling sungguh-sungguh.   "Engkau menunggu di sini, aku akan ketempat pertempuran itu!"   "Ai Ling...."   Siang Koan Goat Nio menghela nafas.   "Baiklah! Mari kita ke sana!"   Kedua gadis itu segera melesat ke arah suara pertempuran. Sampai di tempat itu, mereka melihat seorang gadis berpakaian aneh sedang bertarung dengan beberapa orang berpakaian hijau.   "Mereka para anggota Seng Hwee Kauw,"   Bisik Lie Ai Ling memberitahukan.   "Aku tahu,"   Sahut Siang Koan Goat Nio sambil memperhatikan gadis yang sedang bertarung itu. 'Dia menggunakan suling."   "Hi hi hi!"   Lie Ai Ling tertawa.   "Sulingnya berwarna putih, jangan-jangan suling perak!"   "Eeeeh?"   Mendadak Siang Koan Goat Nio terbelalak.   "Ai Ling, perhatikanlah gerakannya! bukankah gerakannya mirip dengan ilmu Giok Siauw Bi Ciat Kang Khi ciptaan Paman Cie Hiong?" "Betul."   Lie Ai Ling mengangguk.   "Dia memang menggunakan ilmu itu. Heran? Kok dia mahir menggunakan ilmu itu?"   "Mungkin gadis itu punya hubungan dengan Paman Cie Hiong,"   Ujar Siang Koan Goat Nio.   "Tidak mungkin."   Lie Ai Ling menggeleng kepala.   "Gadis itu masih begitu muda, bagaimana mungkin dia punya hubungan dengan Paman Cl Hiong?"   "Kalau begitu..."   Pikir Siang Koan Goat Nio "Mungkin orang tuanya punya hubungan dengan Paman Cie Hiong."   "Itu, memang mungkin. Tapi dia bukan gadis Tionggoan,"   Sahut Lie Ai Ling sambil tertawa kecil.   "Pakaiannya begitu aneh, entah dia berasal dari mana?"   "Dia mulai terdesak."   Siang Koan Goat Nio mengerutkan kening.   "Para anggota Seng Hwei Kauw itu berkepandaian tinggi sekali."   "Tapi...."   Lie Ai Ling terbelalak.   "Dia masih mampu berkelit."   "Benar."   Siang Koan Goat Nio manggut-mangut.   "Dia menggunakan Kiu Kiong San Tian Poh (Ilmu Langkah Kilat). Aku semakin yakin orang tuanya punya hubungan dengan Pamam Cie Hiong."   "Betul."   Lie Ai Ling mengangguk.   "Cuma sayang, dia belum begitu mahir menggunakan Kiu Kiong San Tian Poh."   "Ai Ling, dia semakin terdesak,"   Ujar Siang Koan Goat Nio.   "Kita harus segera turun tangan membantunya."   "Baik."   Lie Ai Ling mengangguk. Kedua gadis itu membentak keras sambil melesat ke tempat itu. Kemunculan mereka berdua sangat mengejutkan para anggota Seng Hwee Kauw. "Haah...?"   Seru mereka serentak.   "Kim Siauw Siancu dan Hong Hoang Li Hiap! Kita harus hati-hati menghadapi mereka!"   "Hmm!"   Dengus Lie Ai Ling dingin, gadis itu bertolak pinggang.   "Seng Hwee Sin Kun masih belum sembuh, kalian sudah berani berlaku sewenang-wenang! "   "He he he!"   Salah seorang dari mereka tertawa gelak.   "Bagus sekali kalian muncul!"   "Kami akan bersenang-senang dengan kalian bertiga! He he he...!"   "Oh?"   Lie Ai Ling tertawa dingin sambil menghunus Hong Hoang Po Kiam (Pedang Pusaka Gunung Phoenbc). Siang Koan Goat Nio juga mengeluarkan suling emasnya. Kedua gadis itu sudah siap bertaung.   "Serang mereka!"   Seru Kepala anggota Seng Hwee Kauw itu.   Para anggota Seng Hwee Kauw langsung menyerang kedua gadis itu dengan berbagai macam senjata tajam.   Siang Koan Goat Nio dan Lie Ai Ling segera berkelit, kemudian balas menyerang.   Siang Koan Goat Nio menggunakan Cap Pwee Kim Siam Ciat Hoat (Delapan Jurus Maut Suling Emas) sedangkan Lie Ai Ling menggunakan Hong Hoan Kiam Hoat (Ilmu Pedang Burung Phoenix), maka terjadilah pertarungan sengit.   Sementara gadis berpakaian aneh itu cuma berdiri diam sambil menyaksikan pertarungan itu Ia kagum sekali akan kepandaian Siang Koa Goat Nio dan Lie Ai Ling.   Mendadak gadis itu terbelalak, ternyata Siang Koan Goat Nio mulai menyerang mereka dengan ilmu Giok Siauw Bit Ciat Kang Khi, menggunakan jurus San Pang Te Liak (Gunung Runtuh Bumi Retak).   "Aaaakh...!"   Terdengar suara jeritan. Salah seorang anggota Seng Hwee Kauw terhuyung huyung dengan mulut mengeluarkan darah. Punggungnya terhajar suling emas, bahkan salah satu uratnya putus, sehingga musnahlah kepandaianya.   "Aaakh...!"   Terdengar suara jeritan lagi.   Ternyata Lie Ai Ling juga berhasil melukai salah seorang anggota Seng Hwee Kauw yang menyerangnya.   Gadis itu menggunakan jurus Hong Hoang Coan Sin (Burung Phoenix Memutari Badan).   Menyaksikan itu, Kepala anggota Seng Hwe Kauw itu pucat wajahnya, lalu berseru.   "Mari kita kabur!"   Mereka segera lari pontang-panting meninggalkan tempat itu. Lie Ai Ling tertawa geli, Siang koan Goat Nio dan gadis itu cuma tersenyum.   "Terimakasih atas pertolongan kalian!"   Ucap gadis berpakaian aneh itu.   "Sama-sama,"   Sahut Siang Koan Goat Nio sambil memandangnya dengan penuh perhatian. 'Maaf, engkau berpakaian begitu aneh. Bolehkah kami tahu engkau berasal dari mana?"   "Aku berasal dari Jepang."   Gadis itu memberitahukan.   "Namaku Yatsumi. Kepandaian kalian berdua tinggi sekali, bolehkah aku tahu siapa kalian?"   "Namaku Siang Koan Goat Nio, dan dia bernama Lie Ai Ling,"   Sahut Siang Koan Goat Nio sambil tersenyum lembut.   "Tadi engkau mempergunakan ilmu Giok Siauw Bit Ciat Kang Khi. Dari mana engkau mendapat ilmu itu?"   "Ibuku,"   Jawab Yatsumi heran.   "Engkau pun lisa menggunakan ilmu itu, apakah engkau punya hubungan dengan Paman Cie Hiong?" "Eeeeh?"   Lie Ai Ling terbelalak.   "Engkau kenal Paman Cie Hiong?"   "Aku tidak kenal, tapi ibuku kenal dia,"   Sahut Yatsumi dengan mata bersimbah air.   "Ibuku bernama Michiko."   "Michiko?"   Lie Ai Ling dan Siang Koan Goat Nio saling memandang. Kedua gadis itu sama sekali tidak tahu tentang Michiko, karena Tio Cie Hiong tidak pernah menceritakannya kepada mereka.   "Paman Cie Hiong pernah mengajar ibu ilmu Giok Siauw Bit Ciat Kang Khi, maka ibuku berhasil membunuh ketua Ninja."   Yatsumi mem beritahukan.   "Setelah itu, ibuku pulang ke Jepang lalu menikah."   "Oooh!"   Siang Koan Goat Nio dan Lie Ai Ling manggutmanggut.   "Ternyata begitu! Kemudian bagaimana?"   "Beberapa bulan lalu, mendadak muncul se orang ninja berkepandaian tinggi,"   Tutur Yatsuni dengan air mata berlinang linang.   "Ninja itu adalah adik seperguruan ketua ninja yang dulu. Dia berhasil membunuh ayahku dan melukai ibuku Akan tetapi, ibuku berhasil meloloskan diri bersamaku. Di tengah jalan ibuku berpesan."   "Apa pesan ibumu?"   Tanya Siang Koan Goi Nio dan merasa kasihan pada gadis Jepang itu.   "Ibuku berpesan...."   Yatsumi memberitahu kan.   "Aku harus berangkat ke Tionggoan menemui Paman Cie Hiong, dan aku pun harus belajar ilmu silat kepadanya, agar bisa membalas dendam kelak."   "Oooh!"   Siang Koan Goat Nio manggut manggut.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Engkau tahu Paman Cie Hiong tinggal dimana?"   "Aku tidak tahu."   Yatsumi menggelengkan kepala.   "Tapi ibuku menyuruhku harus ke markas puisat Kay Pang, karena Paman Cie Hiong punya hubungan dengan Kay Pang." "Betul,"   Sahut Lie Ai Ling.   "Kami pun tahu tempat tinggal Paman Cie Hiong, tapi alangkah baiknya kita ke markas pusat Kay Pang dulu, kita runding di sana saja."   "Terimakasih!"   Ucap Yatsumi.   "Oh ya!"   Lie Ai Ling menatapnya kagum.   "Kok engkau begitu lancar berbahasa Han?"   "Sejak kecil aku sudah belajar bahasa Han, bahkan aku pun bisa menulis huruf-huruf Han."   Yatsumi memberitahukan.   "Oh ya, kita harus segera berangkat ke markas pusat Kay Pang."   "Memangnya kenapa?"   Lie Ai Ling heran.   "Aku khawatir Takara Nichiba akan menyusul kemari,"   Ujar Yatsumi dengan wajah agak memucat.   "Siapa Takara Nichiba?"   Tanya Siang Koan ilnat Nio.   "Dia adik seperguruan ketua ninja lama, juga membunuh kedua orang tuaku. Dia tahu aku kabur ke Tionggoan, maka kemungkinan besar dia akan menyusulku ke mari,"   Sahut Yatsumi bernada ketakutan.   "Kepandaiannya tinggi sekali, bahkan kini dia sebagai ketua ninja di Jepang."   "Oh?"   Lie Ai Ling terbelalak tapi kemudian malah tertawa.   "Kalau dia menyusul ke mari, kami akan menghajarnya hingga dia pulang ke Jepang."   "Kepandaian kalian berdua memang tinggi, namun...."   Yatsumi mengerutkan kening.   "Menurut aku, kalian berdua masih bukan tandingannya."   "Oh, ya?"   Siang Koan Goat Nio menatapnya.   "Apakah dia memiliki kepandaian luar biasa?"   "Ya."   Yatsumi mengangguk.   "Dia bisa menyusup ke dalam tanah dan menghilang mendadak. Itulah ilmu istimewa kaum ninja Jepang." "Hebat!"   Ujar Lie Ai Ling.   "Tapi biar bagaimana pun, aku harus melawannya!"   "Ai Ling, kita harus segera berangkat ke markas pusat Kay Pang."   Siang Koan Goat Nio mengingatkannya.   "Jangan terus mengobrol di sini!"   "Betul."   Lie Ai Ling tersenyum.   "Engkau ingin buru-buru bertemu Kakak Bun Yang. Baiklah. Mari kita berangkat sekarang!" --ooo0dw0ooo-- Betapa gembiranya Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong ketika mengetahui kedatangan Siang Koang Goat Nio serta Lie Ai Ling. Namun mereka juga merasa heran karena kedua gadis itu datang bersama seorang gadis asing.   "Kakek Lim, Kakek Gouw!"   Panggil Siang koan Goat Nio dan Lie Ai Ling sekaligus memperkenalkan gadis Jepang itu.   "Dia berasal dari Jepang, namanya Yatsumi, putri Michiko."   "Oooh!"   Lim Peng Hang manggut-manggut. 'Kami kenal baik ibunya."   "Yatsumi, bagaimana kabar ibu dan ayahmu?"   Tanya Gouw Han Tiong sambil memandangnya.   "Ibu dan ayahku sudah meninggal,"   Jawabnya sambil menangis terisak-isak dengan air mata berderai-derai.   "Oh?"   Gouw Han Tiong dan Lim Peng hang tersentak kaget.   "Kedua orang tuanya dibunuh oleh Takara Nichiba, adik seperguruan ketua ninja lama."   Lie Ai Ling memberitahukan.   "Oh?"   Lim Peng Hang mengerutkan kening.   "Sungguh tak disangka, ketua ninja itu punya adik seperguruan!"   "Kepandaiannya tinggi sekali, hanya beberapa jurus dia berhasil membunuh ayah dan melukai lbuku,"   Ujar Yatsumi dan menambahkan.   "Sabetan pedangnya secepat kilat." "Ngmm!"   Lim Peng Hang manggut-manggut.   "Lalu apa rencanamu sekarang?"   "Aku harus menemui Paman Cie Hiong,"   Sahut Yatsumi.   "Itu adalah pesan dari ibuku, bahkan aku pun harus belajar ilmu silat kepada Paman Cie Hiong, agar kelak bisa membalaskan dendam kedua orang tuaku."   "Tapi...."   Lim Peng Hang mengerutkan kening.   "Cie Hiong tidak berada di sini, dia tinggal di Pulau Hong Hoang To."   "Tidak apa-apa,"   Ujar Yatsumi.   "Aku akan ke Pulau Hong Hoang To menemuinya. Itulah tekadku."   "Kalau begitu...."   Lim Peng Hang memandang Siang Koan Goat Nio dan Lie Ai Ling.   "Salah satu di antara kalian harus mengantarnya ke Pulau Hong Hoang To."   "Kakek Lim,"   Ujar Lie Ai Ling.   "Kami kemari ingin menemui Kakak Bun Yang, apakah dii sudah ke mari?"   "Dia belum ke mari."   Lim Peng Hang memberitahukan.   "Tapi Ngo Tok Kauwcu yang kemari mengabarkan tentang pertarungan di Lembah Ka but Hitam. Kalian berdua dan Lu Hui San membawa Kam Hay Thian ke Pulau Hong Hoang To sedangkan Bun Yang membawa kauw heng ke Gunung Thian San."   "Hingga kini dia belum ke mari?"   Tanya Siang Koan Goat Nio cemas.   "Ya."   Lim Peng Hang mengangguk.   "Mungkin dia menemani kauw heng di Gunung Thian San.' "Mungkin."   Siang Koang Goat Nio manggut manggut.   "Oh ya! Bagaimana keadaan Kam Hay Thian? tanya Gouw Han Tiong.   "Apakah dia sudah pulih?"   "Dia sudah pulih,"   Sahut Lic Ai Ling.   "Paman Cie Hiong sudah mulai memberi petunjuk kepadanya mengenai ilmu silat." "Oooh!"   Gouw Han Tiong manggut-manggut.   "Oh ya!"   Siang Koan Goat Nio teringat sesuatu.   "Beng Kiat dan Soat Lan sudah pulang ke Tayli."   "Kami sudah tahu."   Gouw Han Tiong tersenyum.   "Mereka juga mampir di sini, setelah itu barulah mereka berangkat ke Tayli."   "Kakek Lim!"   Mendadak wajah Siang Koan Hoat Nio berubah serius.   "Ketika kami melewati sebuah lembah sebelum bertemu Yatsumi, kami melihat segerombolan orang berpakaian putih menunggang kuda. Mereka mengeluarkan suara siulan yang menyeramkan, bahkan mereka memakai kedok setan. Kakek Lim tahu mereka dari perkumpulan apa?"   "Berpakaian putih, mengeluarkan siulan seram dan memakai kedok setan..."   Gumam Lim Peng Hang sambil berpikir. Kemudian ia memandang Gouw Han Tiong seraya bertanya.   "Engkau pernah dengar tentang perkumpulan itu?"   "Tidak pernah."   Gouw Han Tiong menggelengkan kepala.   "Mungkin perkumpulan baru."   "Mereka menuju utara."   Lie Ai Ling memberitahukan.   "Aku ingin menguntit mereka, tapi Goat Nio tidak setuju."   "Memang tidak baik kalian menguntit mereka, sebab akan menimbulkan masalah,"   Ujar Lim Peng Hang.   "Aaaah...!"   Gouw Han Tiong menghela nafas panjang.   "rimba persilatan akan bertambah kacau!"   "Oh ya!"   Lim Peng Hang memandang Siang Koan Goat Nio dan Lie Ai Ling.   "Bagaimana rencana kalian?"   "Rencana apa?"   Tanya Lie Ai Ling.   "Siapa di antara kalian yang akan mengantar Yatsumi ke Pulau Hong Hoang To menemui Cie Hiong?"   Sahut Lim Peng Hang. "Goat Nio! Bagaimana kalau kita berdua mengantarnya ke Pulau Hong Hoang To?"   Tanya Ai Ling seakan mengusulkan.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Aku di sini saja menunggu Bun Yang. Engkau yang mengantar Yatsumi ke sana."   "Itu...."   Lie Ai Ling mengerutkan kening sambil berpikir, lama sekali barulah ia berkata.   "Baik lah. Tapi engkau harus menungguku di sini!"   "Ya."   Siang Koan Goat Nio mengangguk.   "Ai Ling,"   Tanya Lim Peng Hang.   "Kapan engkau akan mengantar Yatsumi ke Pulau Ho Hoang To?"   "Besok pagi,"   Sahut Lie Ai Ling dan menai bahkan.   "Biar Goat Nio berada di sini menunggu Kakak Bun Yang, sebab dia rindu sekali kepadanya."   "Oh?"   Lim Peng Hang tertawa gelak.   "jadi Goat Nio dan Bun Yang sudah saling mencinta?' "Tidak salah,"   Sahut Lie Ai Ling sambil tertawa.   "Kelihatannya Goat Nio sudah menderita sakit rindu."   "Ai Ling!"   Wajah Siang Koan Goat Nio langsung memerah.   "Engkau...."   "Hi hi hi!"   Lie Ai Ling tertawa geli.   "Mengaku sajalah, tidak usah berpura-pura!"   "Ha ha ha!"   Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong tertawa terbahak-bahak.   "Bagus! Bagus sekali!"   Keesokan harinya, Lie Ai Ling dan Yatsumi meninggalkan markas pusat Kay Pang, menuju pulau Hong Hoang To.   ---ooo0dw0ooo--- Beberapa hari kemudian, kedua gadis itu suka tiba di sebuah kota.   Mereka bermalam di kota itu, dan keesokan harinya melanjutkan perjalanan lagi.   Sepanjang jalan, Lie Ai Ling terusku menerus bertanya ini dan itu kepada Yatsumi.   "Bagaimana keadaan di Jepang? Apakah aman di sana?"   "Kalau aman..."   Sahut Yatsumi sambil menggelenggelengkan kepala.   "Tidak mungkin aku kabur ke sini."   "Di sana juga banyak penjahat?"   "Banyak sekali."   Yatsumi memberitahukan "Seperti di Tionggoan ini, bukankah juga banyak penjahat?"   "Ya."   Lie Ai Ling manggut-manggut.   "Yatsumi, engkau sudah punya kekasih belum?"   "Cuma punya teman biasa,"   Sahut Yatsumi jujur.   "Dia pemuda yang baik, namun kepandaian nya tidak begitu tinggi."   "Itu tidak jadi masalah,"   Ujar Lie Ai Lim sambil tersenyum.   "Yang penting dia mencintai mu. Engkau tidak boleh mempermasalahkan kepandaiannya."   "Tapi...."   Yatsumi menggeleng-gelengkan kepala.   "Dia berasal dari keluarga pembesar, mungkin ayahnya tidak akan setuju."   "Itu urusan kalian berdua. Kalau kalian berdua saling mencinta, berarti tiada urusan dengan orang tuanya."   "Itu tidak bisa."   Yatsumi menghela nafas.   "Apa bila dia berani menentang kemauan ayahnya, pasti dihukum mati."   "Haaah?"   Lie Ai Ling tersentak.   "Begitu kolot adat Jepang?"   "Bukan kolot...."   Yatsumi memberitahuku "Itu memang sudah merupakan adat di Jepan Orang biasa tidak boleh menikah dengan keluarga-pembesar."   "Sebetulnya di sini pun sama,"   Ujar Lie Ai ling.   "Tapi kalau sudah saling mencinta, tentu ada jalannya." "Jalan apa?"   "Kelak setelah berhasil membunuh ketua ninja itu, engkau harus mencari pemuda itu, lalu kalian berdua kabur ke Tionggoan. Pokoknya kami pasti akan melindungi kalian."   "Terimakasih!"   Ucap Yatsumi.   "Aku...."   "Ha ha ha!"   Terdengar suara tawa, setelah itu muncul beberapa orang berpakaian hijau.   "Hmm!"   Dengus Lie Ai Ling.   "Ternyata mereka para anggota Seng Hwee Kauw!"   "Tidak salah, Nona manis,"   Sahut Kepala anggota Seng Hwee Kauw sambil mendekatinya.   "Kelihatannya kalian berdua sedang melakukan perjalanan. Tentu kalian merasa lelah dan kesepian. Nah, bagaimana kalau kalian beristirahat sambil bersenang-senang dengan kami berenam?"   "Cepat kalian enyah dari sini!"   Bentak Lie Ai tjng sambil menghunus Hong Hoang Po Kiam.   "Kalau kalian tidak enyah, aku akan bunuh kalian!"   "He he he!"   Kepala anggota Seng Hwee Kauw tertawa terkekeh-kekeh.   "Aku tahu, engkau adalah Hong Hoang Li Hiap! Namun engkau tidak mampu melawan kami berenam! Maka dari pada engkau harus celaka, bukankah lebih baik melayani kami bersenang-senang?"   "Diam!"   Bentak Lie Ai Ling gusar, kemudian mendadak menyerangnya dengan Hong Hoan, Kiam Hoat.   "Wuah!"   Kepala anggota Seng Hwee Kau-itu tertawa.   "Ha ha ha! Sungguh sadis! Ingin membunuhku ya?"   Lie Ai Ling tidak menyahut, melainkan terus menyerangnya.   Sementara yang lain dan Yatsumi cuma berdiri diam sambil menyaksikan pertarungan itu.   Kepala anggota Seng Hwee Kauw-memang berkepandaian tinggi, karena dengan gampang sekali ia berkelit menghindari serangan serangan Lie Ai Ling.   Mendadak Lie Ai Ling menghentikan serangannya, dan Kepala anggota Seng Hwee Kau itu tertawa gelak.   "Ha ha ha! Kenapa berhenti? Engkau bersedia bersenangsenang denganku?"   "Aku tidak mau menyerang orang yang bersenjata!"   Sahut Lie Ai Ling dingin.   "Cepat keluarkan senjatamu!"   "Baik!"   Kepala anggota Seng Hwee Kauw segera mengeluarkan senjatanya.   Ternyata sebuah pedang tipis yang memancarkan cahaya putih "Engkau memiliki pedang pusaka, aku pun miliki pedang pusaka ini.   Ayoh, mari kita ber tarung! Kalau engkau kalah, harus melayani bersenang-senang!"   "Hmm!"   Dengus Lie Ai Ling dingin, kemudian membentak.   "Lihat serangan!"   Lie Ai Ling langsung menyerangnya. Kali ini ia menggunakan Thian Liong Kiam Hoat. Lie Man Chiu yang mengajarnya ilmu pedang tersebut.   "Hebat!"   Seru kepala anggota Seng Hwee Kauw sambil berkelit, lalu balas menyerang.   Terjadilah pertarungan sengit.   Lie Ai Ling menyerangnya mati-matian, tapi Kepala anggota Seng Hwee Kauw itu selalu dapat berkelit.   Betapa penasarannya gadis itu, mendadak ia bersiul panjang sambil menggerakkan pedangnya.   Ketika melihat gerakan pedang Lie Ai Ling, Kepala anggota Seng Hwee Kauw itu terbelalak, karena gerakan pedang gadis itu kacau balau.   Ternyata Lie Ai Ling menggunakan Cit Loan Kiam Hoat (Ilmu Pedang Pusing Tujuh Keliling), ciptaan Tio Cie Hiong.   Menghadapi ilmu pedang yang amat aneh itu, Kepala anggota Seng Hwee Kauw langsung meloncat ke belakang sambil berseru.   "Cepat serang dia!"   Para anggota Seng Hwee Kauw segera menyerang Lie Ai Ling.   Gadis itu membentak keras, sambil menangkis seranganserangan lawan dengan jurus Ban Kiam Hui Thian (Selaksa Pedang Terbang Di Langit).   Tampak pedangnya berkelebat secara kacau balau ke sana ke mari, membuat para anggota Seng Hwee Kauw itu menjadi berkunang-kunang.   Trang! Trang...! Terdengar suara benturan senjata.   Para anggota Seng Hwee Kauw terhuyung huyung beberapa langkah.   Namun sungguh sayang sekali, lweekang Lie Ai Ling masih belum begitu tinggi.   Kalau lweekangnya tinggi, para anggota Seng Hwee Kauw itu pasti sudah terluka.   "Serang dia lagi!"   Seru Kepala anggota Seng Hwee Kauw. Ketika para anggota Seng Hwee Kauw baru mau menyerang lagi, mendadak terdengar suara bentakan keras, kemudian melayang turun seorang pemuda berwajah tampan di sisi Lie Ai Ling.   "Jangan takut, Nona! Aku akan membantumu!"   Ujar pemuda itu sambil tersenyum.   "Engkau beristirahatlah! Biar aku yang melawan mereka' "Terimakasih!"   Ucap Lie Ai Ling dengan hati berdebar-debar aneh ketika melihat pemuda itu. lalu melangkah ke sisi Yatsumi.   "Kalian sungguh tak tahu malu!"   Bentak pemuda itu sambil menuding para anggota Seng Hwee Kauw.   "Mengeroyok seorang gadis! Kini aku akan merobohkan kalian semua!"   "Oh?"   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kepala anggota Seng Hwee Kauw itu tertawa gelak.   "Anak muda, jangan omong besar"   "Aku tidak omong besar!"   Sahut pemuda itu sambil menghunus pedangnya. Sungguh aneh bentuk pedangnya, karena bergerigi-gerigi.   "Serang dia!"   Seru Kepala anggota Seng Hwee Kauw.   Para anggota Seng Hwee Kauw segera menyerang.   Pemuda itu masih tetap berdiri diam di tempat.   Namun ketika senjata-senjata itu hampir menyentuhnya, sekonyongkonyong badan pemuda itu berputar-putar melambung ke atas, dan pedangnya bergerak secepat kilat menyambar kesana ke mari.   Trang! Trang! Trang...! Terdengar suara benturan senjata, kemudian tampak beberapa buah senjata terlempar ke atas.   "Bagus!"   Seru Lie Ai Ling sambil bertepuk tangan.   "Jurus yang hebat sekali!"   "Terimakasih atas pujian Nona!"   Sahut pemuda itu sambil melayang turun.   "Cukup tinggi kepandaianmu!"   Ujar Kepala mggota Seng Hwee Kauw.   "Sekarang aku akan menghadapimu!"   "Baik!"   Pemuda itu manggut-manggut.   "Lihat serangan!"   Bentak Kepala anggota Seng Hwee Kauw itu sambil menyerangnya.   Pemuda itu tertawa dan sekaligus berkelit, kemudian balas menyerang.   Mulailah mereka bertarung dengan seru, dan masing-masing mengeluarkan jurus-jurus andalannya.   Tak terasa pertarungan sudah melewati puluhan jurus.   Di saat itulah pemuda tersebut bersiul panjang.   Mendadak badannya berputar-putar ka arah Kepala anggota Seng Hwee Kauw, dan pedangnya, yang aneh itu berkelebat dan menyambal ke sana ke mari.   Itu membuat Kepala anggota Seng Hwee Kauw tidak bisa berkelit, maka terpaksa menangkis.   Trang...! Terdengar suara benturan keras, dan bunga api berpijar ke mana-mana.   Kepala anggota Seng Hwee Kauw itu memang berhasil menangkis serangan itu, tapi sungguh diluar dugaan, sebab mendadak pemuda itu meng gerakkan pedangnya membentuk sebuah lingkal an, sehingga membuat pedang lawannya harui berputar juga.   Di saat itulah ujung pedang pe muda itu menerobos mengarah ke dada lawannya.   "Aaaakh...!"   Kepala anggota Seng Hwee Kauw itu menjerit sambil menyurut mundur beberapa langkah, dadanya sudah berlumuran darah.   "Aku tidak akan membunuhmu,"   Ujar pemuda itu sambil tersenyum.   "Cepatlah ajak mereka pergi, jangan coba-coba mengganggu nona ini lagi? "Sebutkan namamu!"   Bentak Kepala anggota Seng Hwee Kauw itu, namun kemudian malah merintih-rintih.   "Aduuuh...!"   "Namaku Sie Keng Hauw!"   Sahut pemuda itu "Kalau engkau ingin balas dendam kelak, silakan Tapi... saat itulah engkau akan mati di ujung pedangku!"   Kepala anggota Seng Hwee Kauw itu menatapnya dengan mata berapi-api, lalu melangkah pergi sambil mendekap dadanya. Para anak buahnyaa segera mengikutinya dari belakang dengan kepala tertunduk.   "Terimakasih, Saudara Sie!"   Ucap Lie Ai Ling, yang ternyata sangat tertarik padanya.   "Kok Nona tahu margaku?"   Pemuda itu heran.   "Bukankah barusan engkau memberitahukan kepada Kepala anggota Seng Hwee Kauw itu?"   Sahut Lie Ai Ling sambil tersenyum manis.   "Oooh."   Pemuda itu manggut-manggut.   "Nona, naaku Sie Keng Hauw. Bolehkah aku tahu namamu?"   "Aku bernama Lie Ai Ling,"   Gadis itu memperkenalkan.   "Dia bernama Yatsumi, berasal dari Jepang." "Selamat bertemu! Selamat bertemu!"   Ucap Sie Keng Hauw.   "Aku sungguh gembira sekali berkenalan dengan Nona!"   "Engkau merasa gembira berkenalan dengan-ku atau gadis Jepang itu?"   Tanya Lie Ai Ling sambil menatapnya.   "Aku merasa gembira berkenalan denganmu,"   Sahut Sie Keng Hauw blak-blakan.   "Sebab Nona cantik sekali."   "Oh, ya?"   Hati Lie Ai Ling berbunga-bunga mendengar pujian pemuda itu.   "Aku pun gembira sekali berkenalan denganmu."   "Sungguh?"   Wajah Sie Keng Hauw cerah ceria.   "Nona tidak bohong?"   "Aku tidak bohong. Saudara Sie, jangan memanggilku nona, panggil saja namaku!"   "Baik, Ai Ling."   Sie Keng Hauw menatapnya dengan mata berbinar-binar.   "Oh ya! Bolehkah aku tahu kalian mau ke mana?"   "Kami mau ke Pulau Hong Hoang To,"   Jawab, Lie Ai Ling jujur.   "Engkau mau ke mana?"   "Aku mau pergi menemui ayahku."   Sie Keng Hauw memberitahukan.   "Sudah belasan tahun aku tidak bertemu ayahku."   "Engkau berada di mana selama belasan tahun ini?"   Tanya Lie Ai Ling heran.   "Berada di tempat guruku belajar ilmu silat"   Sahut Sie Keng Hauw.   "Aku telah berhasil menguasai seluruh ilmu guruku, maka aku diperbolehkan pulang."   "Siapa gurumu?"   "Maaf! Guru melarangku menyebut nama nya."   "Tidak apa-apa." "Ai Ling...."   Sie Keng Hauw menatapnya dalam-dalam.   "Sayang sekali, aku harus segera pulang. Kita berpisah di sini."   "Yaaah!"   Lie Ai Ling menghela nafas panjang "Baru bertemu sudah mau berpisah! Kapan kita akan berjumpa kembali?"   "Itu...."   Sie Keng Hauw mengerutkan kening "Oh ya! Aku harus ke mana mencarimu?"   "Kalau engkau ingin menemuiku, carilah aku di markas pusat Kay Pang!"   Sahut Lie Ai Ling.   "Aku menantimu di sana."   "Baik."   Mendadak Sie Keng Hauw memegang bahu gadis itu.   "Kita akan berjumpa lagi, aku pasti ke markas pusat Kay Pang menemuimu."   "Aku...."   Lie Ai Ling menundukkan kepala, namun bergirang dalam hati karena pemuda itu memegang bahunya.   "Aku pasti menantimu."   "Baiklah,"   Ucap Sie Keng Hauw.   "Sampai jumpa?"   "Sampai jumpa, Keng Hauw!"   Sahut Lie Ai ling sambil mendongakkan kepala memandangnya.   "Aku pasti menantimu di markas pusat Kay Pang."   "Ai Ling! Sampai jumpa...."   Sie Keng Hauw meleset pergi. Walau pemuda itu sudah tidak kelihatan, namun Lie Ai Ling masih berdiri termangu-mangu disitu.   "Ai Ling!"   Yatsumi menepuk bahunya sambil 'tersenyum.   "Pemuda itu sudah pergi jauh, engkau k masih melamun di sini?"   "Haah...?"   Lie Ai Ling tersentak kaget, wajah-nya tampak kemerah-merahan.   "Aku____"   "Aku tahu...."   Yatsumi tertawa kecil.   "Engkau sudah jatuh cinta kepada pemuda itu. Kelihatannya dia memang pemuda baik, sabar, jujur dan tampan." "Benar!"   Lie Ai Ling mengangguk lalu bergumam.   "Sie Keng Hauw! Sei Keng Hauw...."   "Eh?"   Yatsumi menatapnya heran.   "Ai Ling kenapa engkau?"   "Rasanya aku pernah mendengar nama tersebut,"   Sahut Lie Ai Ling sambil berpikir.   "Hanya saja aku lupa dengar di mana?"   Siapa sebenarnya Sie Keng Hauw itu? Di tidak lain adalah putra Sie Kuang Han, saudara Lu Hui San.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Ketika Tio Bun Yang, Lu Hui Sai-Siang Koan Goat Nio dan Lie Ai Ling berada di rumah Sie Kuang Han, orang tua itu pernah menyebut nama putranya yaitu Sie Keng Hauw Namun, Lie Ai Ling sudah tidak ingat itu lagi.   "Ai Ling...."   Yatsumi menatapnya dalam-dalam.   "Kelihatannya pemuda itu juga sangat tertarik kepadamu."   "Oh?"   Lie Ai Ling tertawa gembira.   "Bagimana menurutmu, apakah aku cocok dengan dia "Kalian berdua memang cocok,"   Sahut Yatsumi sambil tertawa.   "Ai Ling, aku mengucapkan selamat kepadamu! Engkau telah bertemu p muda idaman hatimu, aku turut gembira."   "Terimakasih!"   Ucap Lie Ai Ling.   "Yatsumi mari kita melanjutkan perjalanan agar bisa cepat tiba di Pulau Hong Hoang To!"   "Baik."   Yatsumi mengangguk.   Mereka berdua lalu melanjutkan perjalanan Kali ini dalam perjalanan wajah Sie Keng Hauw terus bermunculan di pelupuk mata Lie Ai Ling, sehingga membuat gadis itu tersenyum sendiri.   Diam-diam Yatsumi tertawa geli, namun sikap Lie Ai Ling justru membuatnya teringat kepada pemuda idaman hatinya yang di Jepang.   ---ooo0dw0ooo--- Bagian ke tiga puluh delapan Berangkat ke Gunung Thian San Tiga hari setelah Lie Ai Ling mengantar Yatsumi ke Pulau Hong Hoang To, Siang Koan Goat Nio yang berada di markas pusat Kay Pang mulai tak sabar menunggu, sebab Tio Bun Yang, yang dirindukannya masih belum muncul.   Hal itu membuat gadis tersebut sering duduk melamun.   Sikapnya itu tidak terlepas dari mata Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong.   "Goat Nio...."   Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong mendekati gadis yang sedang duduk melamun di ruang tengah itu.   "Kakek Lim, Kakek Gouw!"   Panggil Siang Koan Goat Nio, kemudian menundukkan kepala.   "Goat Nio!"   Lim Peng Hang menatapnya seraya bertanya.   "Kenapa engkau duduk melamun di sini? Apa yang engkau pikirkan?"   "Aku...."   Siang Koan Goat Nio menghela nafas panjang.   "Memikirkan Bun Yang?"   Tanya Lim Peng Hang lembut.   "Ya!"   Siang Koan Goat Nio mengangguk "Aku mencemaskannya, kenapa hingga saat ini dia belum ke mari? Mungkinkah telah terjadi sesuatu atas dirinya?"   "Engkau tidak usah cemas,"   Ujar Lim Peng Han menghiburnya.   "Dia tidak akan terjadi suatu apa pun, percayalah!"   "Tapi...." "Goat Nio...."   Gouw Hang Tiong tersenyum "Aku yakin dia sedang merawat monyet bulu putih itu di Thian San, maka dia belum ke mari."   "Tapi sudah sekian lama."   "Engkau tahu, kan?"   Gouw Han Tiong ter senyum lembut.   "Monyet bulu putih itu terluka parah, tentunya membutuhkan waktu untuk merawatnya."   "Terus terang, aku...."   "Katakanlah!"   Ujar Lim Peng Hang dan menambahkan.   "Bun Yang adalah cucuku, maka engkau jangan ragu mengutarakan sesuatu ke padaku!"   "Kakek Lim, aku ingin menyusulnya."   "Apa?"   Lim Peng Hang terbelalak.   "Maksud mu ingin ke Gunung Thian San?"   "Ya."   Siang Koan Goat Nio mengangguk.   "Goat Nio____"   Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala.   "Engkau harus tahu! Gunung thian San begitu luas dan dingin sekali, bagaimana mungkin engkau mencarinya di sana?"   "Tentunya lebih baik aku mencarinya di sana dari pada terus melamun di sini."   "Goat Nio!"   Lim Peng Hang menatapnya tajam.   "Pikirkan baik-baik jangan terlampau cepat mengambil keputusan! Lagi pula bukankah engkau harus menunggu Ai Ling?"   "Kakek Lim, aku sudah mengambil keputusan iu,"   Ujar Siang Koan Goat Nio sungguh-sungguh. Besok pagi aku akan berangkat ke Gunung Thian san."   "Goat Nio...."   Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku tidak bisa melarangmu, kalau memang engkau sudah mengambil keputusan itu, besok pagi engkau boleh berangkat kegunung Thian San!"   "Terimakasih, Kakek Lim!"   "Kalau engkau bertemu dengan Bun Yang, ajak dia ke mari!"   Pesan Lim Peng Hang.   "Sebaliknya apabila engkau tidak berhasil mencarinya ke Gunung Thian San, engkau harus segera Kembali."   "Ya,"   Siang Koan Goat Nio mengangguk.   Keesokan harinya, berangkatlah Siang Koan Goat Nio ke Gunung Thian San.   Seandainya ia bisa bersabar dua tiga hari.   gadis itu pasti bertemu Tio Bun Yang.   Akan tetapi, saking rindunya kepada Tio Bun Yang membuatnya tidak bisa sabar menunggu, maka ia mengambil keputusan berangkat ke Gunung Thian San.   Tiga hari kemudian, sampailah Tio Bun Yang di markas pusat Kay Pang.   Begitu melihat pemuda itu, Lim Peng Hang langsung menghela nafai panjang.   "Kakek...."   Tio Bun Yang tercengang.   "Kenapa Kakek menghela nafas?"   "Kakek tahu, engkau ke mari ingin menemui Goat Nio. Tapi...."   Lim Peng Hang menggeleng gelengkan kepala.   "Kenapa dia?"   Tanya Tio Bun Yang tegan.   "Telah terjadi sesuatu atas dirinya?"   "Dia sudah berangkat ke Gunung Thian Sal tiga hari yang lalu."   Lim Peng Hang memberitahu kan.   "Maksudnya menyusulmu. Kakek menyuruhnya bersabar menunggu di sini, namun dia ber keras berangkat kc Gunung Thian San."   "Lalu adik Ai Ling, apakah dia juga ikut keunung Thian San?"   Tanya Tio Bun Yang.   "Ai Ling mengantar Yatsumi ke Pulau Hong Hoang To,"   Sahut Lim Peng Hang melanjutkan.   "Sedangkan Goat Nio menunggumu di sini. Namun dia tidak sabar menunggu akhirnya mengambil keputusan berangkat ke Gunung Thian San. Kakek tahu, dia rindu sekali kepadamu.   "Kakek, siapa Yatsumi itu?"   "Gadis Jepang."   Lim Peng Hang menjelaskan. 'Ketika Goat Nio dan Ai Ling menuju ke mari, ketika tengah jalan bertemu gadis Jepang itu, yang ternyata putri Michiko, kenalan ayahmu."   "Kenapa Adik Ai Ling mengantarnya ke Pulau Hong Hoang To?"   "Yatsumi ingin belajar ilmu silat kepada ayah-mu, karena kedua orang tuanya mati dibunuh ketua ninja..."   Tutur Lim Peng Hang tentang Michiko, ibu Yatsumi.   "Oooh!"   Tio Bun Yang manggut-manggut setelah mendengar penuturan itu.   "Bun Yang!"   Lim Peng Hang menatapnya seraya bertanya.   "Bagaimana keadaan kauw heng? Kenapa engkau tidak membawanya ke mari?"   "Kakek...."   Mata Tio Bun Yang mulai basah. 'Kauw heng sudah mati."   "Haaah?"   Lim Peng Hang terperanjat, kemudian wajahnya berubah murung.   "Itu sungguh di luar dugaan!"   "Kauw heng terkena pukulan yang kan Seng Hwee Sin Kun, padahal pukulan itu diarahkan padaku. Kauw heng telah berkorban demi menyelamatkan nyawaku."   "Aaaah...!"   Lim Peng Hang menghela nafai panjang.   "Oh ya! Selama ini engkau berada di mana?"   "Aku berada di dalam goa es, di Gunung Thian San..."   Jawab Tio Bun Yang dan menutur. "Oooh!"   Lim Peng Hang manggut-manggul "Jadi kini engkau telah berhasil menguasai ilmu Kan Kun Taylo Im Kang?"   "Ya, Kakek."   Tio Bun Yang mengangguk dan menutur lagi tentang Bokyong Sian Hoa, putri Manchuria itu.   "Pantas engkau tidak ke mari, ternyata engkau membawa putri Manchuria itu ke Pulau Hong Hoang To menemui ayahmu!"   Ujar Lim Peng Hang.   "Tapi Goat Nio dan Ai Ling malah berangkat ke mari, jadi kalian selisih jalan."   "Kakek, aku mohon pamit untuk berangkat ke Gunung Thian San. Aku harus segera menyusul Goat Nio."   "Itu____"   Lim Peng Hang berpikir sejenak, lama sekali barulah mengangguk seraya berkata.   "Baik lah. Engkau boleh berangkat sekarang, mudah mudahan engkau berhasil menyusulnya!"   "Terimakasih, Kakek!"   Ucap Tio Bun Yang Pemuda itu segera meninggalkan markas pusat Kay Pang, dan langsung berangkat ke Gunung thian San.   Setelah berada di tempat sepi.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      barulah ia menggunakan ginkangnya.   ---oo0dw0ooo--- Sementara itu.   Lie Ai Ling dan Yatsumi sudah tiba di Pulau Hong Hoang To.   Tentunya mengherankan para penghuni pulau itu, dan Kou Hun bijin langsung menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan.   "Kenapa engkau pulang seorang diri? Di mana goat Nio? Siapa gadis berpakaian aneh ini? Kenapa engkau membawanya ke mari?"   "Aduuuh!"   Keluh Lie Ai Ling sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku harus bagaimana menjawabnya?"   "Ai Ling,"   Sahut Tio Hong Hoa sambil memandangnya.   "Jawablah pertanyaan-pertanyaan itu satu persatu!" "Ibu, aku sudah lupa apa yang ditanyakan Bibi Mijin,"   Ujar Lie Ai Ling.   "Langsung mengajukan begitu banyak pertanyaan sih!"   "Baik."   Kou Hun Bijin manggut-manggut.   "Aku akan mengajukan satu persatu pertanyaanku. Kenapa engkau pulang seorang diri?"   "Aku mengantar Yatsumi ke mari."   "Di mana Goat Nio?"   "Siapa gadis berpakaian aneh ini?"   "Dia berada di markas pusat Kay Pang."   "Dia bernama Yatsumi, gadis berasal dai Jepang."   "Kenapa engkau membawanya ke mari?"   "Dia ingin bertemu Paman Cie Hiong, maka aku membawanya ke mari."   "____"   Ketika Kou Hun Bijin ingin bertanyi lagi, mendadak Sam Gan Sin Kay tertawa gelak "Bijin! Jangan terus bertanya, kapan gilian Cie Hiong bertanya kepadanya?"   Ujar pengemi tua itu.   "Gadis Jepang itu ke mari menemuinya biar Cie Hiong yang bertanya."   "Pengemis bau!"   Kou Hun Bijin melotot.   "Memangnya aku tidak boleh aku mewakili Cie Hong untuk bertanya ?"   "Tentu boleh. Tapi...."   Sam Gan Sin Kj tertawa lagi.   "Ha ha ha! Apakah engkau tidak merasa capek terus-menerus bertanya?"   "Justru tidak."   Kou Hun Bijin tertawa nyaring kemudian memandang Tio Cie Hiong seraya berkata.   "Adik, sekarang engkau boleh bertanya padanya."   "Biar Kakak saja yang bertanya,"   Sahut Cie Hiong sambil tersenyum. "Kalau aku terus-menerus bertanya, pengemis bau yang mau mampus itu pasti bertambah tidak senang,"   Ujar Kou Hun Bijin.   "Maka lebih baik engkau saja yang bertanya."   Tio Cie Hiong mengangguk, lalu memandang Yatsumi seraya bertanya.   "Engkau berasal dari Jepang?"   "Maaf!"   Ucap Yatsumi sambil menatap Tio Cie Hiong.   "Apakah aku sedang berhadapan dengan Paman Cie Hiong?"   "Betul."   "Paman, terimalah hormatku!"   Yatsumi segera membungkukkan badannya, kemudian memberitahukan.   "Aku memang berasal dari Jepang, namaku Yatsumi."   "Siapa yang menyuruhmu ke mari menemuiku?"   Tanya Tio Cie Hiong heran.   "Ibuku,"   Jawab Yatsumi dengan air mata berlinang-linang.   "Ibuku bernama Michiko."   "Oh?"   Tio Cie Hiong. Lim Ceng Im dan lainnya terbelalak. Mereka memang kenal Michiko.   "Duduklah, Yatsumi!"   Ujar Lim Ceng Im.   "Terimakasih, Bibi!"   Yatsumi duduk dan memberitahukan.   "Sebelum menghembuskan nafas penghabisan, ibuku berpesan kepadaku harus ke Tionggoan mencari Paman."   "Jadi...."   Tio Cie Hiong mengerutkan kening. 'Ibumu sudah meninggal?"   "Ya."   Yatsumi terisak-isak.   "Ibu dan ayahku meninggal karena dibunuh oleh ketua ninja baru."   "Ketua ninja baru?"   Tio Cie Hiong terkejut.   "Siapa ketua ninja baru itu?" "Dia adik seperguruan ketua ninja lama, nama nya Takara Nichiba. Kepandaiannya tinggi sekali maka ibuku menyuruhku kabur ke Tionggoan untuk mencari Paman. Aku pun disuruh belajar ilmu silat kepada Paman agar bisa membalas dendam,"   Ujar Yatsumi dengan air mata berderai derai.   "Aaaah...!"   Tio Cie Hiong menghela nafas panjang.   "Itu merupakan kejadian yang sungguh di luar dugaan!"   "Oh ya!"   Kou Hun Bijin menatapnya seraya bertanya.   "Bagaimana engkau bisa bertemu Ai Ling dan putriku?"   "Secara kebetulan."   Tutur Yatsumi dan menambahkan.   "Setelah itu, Ai Ling dan Goat Nio mengajakku ke markas pusat Kay Pang. Sesudah berunding, akhirnya Ai Ling mengantarku kemari menemui Paman Cie Hiong."   "Ooooh!"   Kou Hun Bijin manggut-manggut kemudian bertanya kepada Ai Ling.   "Kalian belum bertemu Bun Yang?"   "Belum,"   Jawab Lie Ai Ling.   "Dia tidak berada di markas pusat Kay Pang, mungkin masih berada di Gunung Thian San!"   "Itu gara-gara kalian tidak bisa bersabar,"   Tegur Kou Hun Bijin.   "Maka kalian tidak bertemu Bun Yang."   "Memangnya kenapa?"   Lie Ai Ling bingung "Setelah kalian berangkat ke Tionggoan, beberapa hari kemudian Bun Yang justru pulang."   Tio Hoang Hoa memberitahukan.   "Dia pulang bersama Bokyong Sian Hoa."   "Oh?"   Lie Ai Ling terbelalak.   "Ibu, siapa Bokyong Sian Hoa itu?"   "Mantan putri Manchuria."   Tio Hoang Hoa menjelaskan.   "Ayahnya adalah raja Manchuria, teman baik pamanmu, tapi kedua orang tuanya sudah meninggal."   "Oooh!"   Lie Ai Ling manggut-manggut.   "Jadi kakak Bun Yang sudah berangkat ke Tionggoan?" "Ya."   Tio Hoang Hoa mengangguk.   "Kalau begitu...."   Lie Ai Ling tersenyum.   "Dia pasti bertemu Goat Nio di markas pusat Kay Pang, sebab Goat Nio menunggu di sana."   "Syukurlah!"   Ucap Kou Hun Bijin sambil tertawa gembira.   "Legalah hatiku!"   Sementara Tio Cie Hiong terus memandang Yatsumi. Ia merasa iba pada gadis Jepang itu.   "Yatsumi,"   Tanya Tio Cie Hiong sungguh-sungguh.   "Jadi engkau ingin belajar ilmu silat?"   "Ya, Paman,"   Sahut Yatsumi sambil menganggukkan kepala.   "Baiklah."   Tio Cie Hiong manggut-manggut. Aku akan mengajarmu ilmu silat tingkat tinggi.' "Terimakasih, Paman!"   Ucap Yatsumi gembira. 'Setelah aku berhasil menguasai ilmu silat tingkat tinggi, aku akan segera pulang ke Jepang untuk membalas dendam kedua orang tuaku."   "Oh ya!"   Tio Cie Hiong menatapnya seraya bertanya.   "Engkau pernah belajar ilmu silat kepada ibumu?"   "Ibuku mengajarku ilmu Giok Siauw Bit Ciat Kang Khi. Katanya Paman yang mengajarkan padanya,"   Ujar Yatsumi.   "Betul."   Tio Cie Hiong manggut-manggut dan menambahkan.   "Besok aku akan mulai menggemblengmu."   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Terimakasih, Paman!"   Ucap Yatsumi, kemu dian melirik Lie Ai Ling seraya berkata.   "Paman, di tengah jalan kami dihadang beberapa panjahat Untung muncul seorang pendekar muda membantu kami. Pendekar muda itu tampan sekali."   "Oh?"   Tio Cie Hiong tersenyum.   "Siapa pendekar muda itu?" "Dia bernama Sie Keng Hauw,"   Jawab Yatsumi memberitahukan.   "Kelihatannya dia dan Ai Ling sudah saling jatuh hati."   "Yatsumi!"   Wajah Lie Ai Ling kemerah-merahan.   "Jangan omong yang bukan-bukan! Aku akan marah lho!"   "Aku berkata sesungguhnya, kenapa engkau akan marah?"   Yatsumi heran.   "Seharusnya engkau berterus terang kepada orang tuamu."   "Eh? Engkau...."   Lie Ai Ling melotot.   "Kok engkau banyak mulut sih?"   "Ai Ling!"   Lie Man Chiu menatapnya tajam "Bagaimana pemuda itu, apakah dia tergolong emuda baik, jujur, ramah tamah dan sopan?"   "Ayah...."   Wajah Lie Ai Ling bertambah merah.   "Hi hi hi!"   Mendadak Kou Hun Bijin tertawa berkikikan.   "Man Chiu, kenapa engkau begitu kalut?"   "Ai Ling adalah putriku satu-satunya, tentu-iya aku kalut karena dia sudah jatuh hati pada seorang pemuda,"   Sahut Lie Man Chiu sungguh-sungguh.   "Hi hi hi!"   Kou Hun Bijin tertawa cekikikan lagi.   "Engkau memang keterlaluan dan tidak bisa bersabar. Bukankah engkau boleh bertanya kepadanya di dalam kamar? Bertanya secara terang-terangan di sini sama juga mempermalukannya."   "Benar."   Lie Man Chiu manggut-manggut.   "Sungguh mengagumkan!"   Ujar Sam Gan Sin Hay sambil tertawa gelak.   "Ha ha ha! Bahkan juga sungguh diluar dugaan. Kali ini Bijin bisa berpikir sampai sejauh itu."   "Memangnya aku tidak punya pikiran?"   Sahut ou Hun Bijin sambil melotot.   "Hm! Dasar pengemis bau!" "Ha ha ha...!"   Sam Gan Sin Kay terus tertawa gelak, sedangkan Kou Hun Bijin pun terus melototinya.   "Oh ya!"   Mendadak Lie Ai Ling teringat suatu.   "Ayah, Ibu, ketika aku dan Goat Nio nuju markas pusat Kay Pang, di tengah jalan aku mendengar suara siulan aneh yang sangat menyeramkan. Setelah itu terdengar pula suara derap kaki kuda."   "Oh?"   Lie Man Chiu mengerutkan kening "Kemudian apa yang kalian lihat?"   "Kami melihat segerombolan orang menung gang kuda, mereka terus mengeluarkan siulan aneh yang menyeramkan, bahkan juga memakai kedok setan."   "Apa?"   Tio Tay Seng, majikan pulau Hong Hoang To itu tampak terkejut sekali.   "Mereka juga berpakaian serba putih?"   "Ya."   Lie Ai Ling mengangguk.   "Kui Bin Pang (Perkumpulan Muka Setan)!"   Seru Tio Tay Seng tak tertahan dan wajahnya tampak berubah.   "Mungkinkah mereka itu para anggota Kui Bin Pang?"   "Tio Tocu!"   Kou Hun Bijin menatapnya.   "Engkau tahu jelas tentang perkumpulan itu?"   "Aku cuma dengar dari almarhum ayahku!"   Sahut Tio Tay Seng dan menutur.   "Ketika ayahku baru muncul di Tionggoan menggunakan Hong Hoang Leng, di luar perbatasan dekat gurun pasir Sih Ih juga muncul sebuah perkumpulan misteri yang para anggota maupun ketuanya memakai kedok setan, dan berpakaian serba putih. Kemunculan mereka pasti disertai dengan suara siulan aneh yang menyeramkan. Mereka membantai ma nusia seperti membunuh semut. Para anggota perkumpulan itu rata-rata berkepandaian tinggi sekali, apalagi ketuanya."   "Aku pernah dengar mengenai Kui Bin Pang itu, kira-kira sudah hampir seratus tahun yang lalu,"   Ujar Kou Hun Bijin. "Tapi Kui Bin Pang itu cuma bergerak di luar perbatasan, tidak pernah memasuki daerah Tionggoan."   "Benar."   Tio Tay Seng manggut-manggut.   "Pada waktu itu, ayahku memperoleh informasi tentang Kui Bin Pang, maka segera berangkat ke kota Giok Bun Kwan (Kota Perbatasan). Namun ketika sampai di sebuah desa, ayahku justru malah bertemu dengan ketua Kui Ban Pang."   "Oh?"   Sam Gan Sin Kay tertarik.   "Lalu apa yang terjadi?"   "Ternyata ketua Kui Bin Pang memasuki daerah Tionggoan dengan maksud menyelidiki keadaan rimba persilatan Tionggoan. Setelah itu, barulah ia akan membawa para anggotanya untuk menyerbu ke rimba persilatan Tionggoan,"   Ujar Tio Tay Seng memberitahukan.   "Oleh karena itu, ayahku menantangnya bertarung."   "Mereka berdua jadi bertarung?"   Tanya Kou iiun Bijin.   "Tentu jadi,"   Jawab Tio Tay Seng dan melanjutkan.   "Sebab ketua Kui Bin Pang bersifat angkuh, maka terjadilah pertarungan yang amat seru dan sengit. Beberapa ratus jurus kemudian, ayahku berhasil memukulnya hingga jatuh ke jurang. Namun dada ayahku juga tertendang oleh tendangannya, sehingga membuat ayahku mengalami luka dalam yang cukup parah. Beberapa bulan kemudian, barulah ayahku bisa pulih.' "Pantas sejak itu tiada kabar beritanya mengenai Kui Bin Pang yang misteri itu!"   Ujar Kou Hun Bijin. 'Ternyata ayahmu berhasil memukul ketua itu jatuh ke jurang!"   "Tio Tocu,"   Tanya Kim Siauw Suseng.   "Tentang kejadian itu tiada seorang pun yang mengetahuinya?"   "Memang tidak,"   Jawab Tio Tay Seng.   "Bahkan para anggota Kui Bin Pang pun tidak tahu tentang itu"   "Kalau begitu...."   Tio Cie Hiong mengerutkan kening.   "Kenapa kini malah muncul para anggota Kui Bin Pang itu?" "Aku pun tidak habis pikir,"    Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Badik Buntung Karya Gkh Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok

Cari Blog Ini