Ceritasilat Novel Online

Pendekar Sakti Suling Pualam 29


Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Bagian 29


Pendekar Sakti Suling Pualam Karya dari Chin Yung   Siang Koan Goat Nio tidak menyahut, namun mendengarkan dengan penuh perhatian. Yo Kiam Heng menatapnya, kemudian melanjutkan.   "Aku tidak mencekoki Nona Lam Kiong dengan obat itu...."   Yo Kiam Heng memberitahukan tentang itu dan menambahkan.   "Bahkan aku akan mengusulkan agar ketua perintahkan mereka menyerbu ke Pulau Hong Hoang To, karena hal itu merupakan jalan satu-satunya menolong mereka."   "Kenapa engkau ingin menolong mereka?"   Tanya Siang Koan Goat Nio juga menggunakan ilmu menyampaikan suara.   "Sebab aku tidak setuju terhadap perbuatan ketua,"   Sahut Yo Kiam Heng.   "Temanku bernama Kwan Tiat Him juga orang baik. Dia adalah Jie Hu Hoat. Yang jahat adalah Ngo Sat Kui, para anggota dan ketua."   "Oh?"   Siang Koan Goat Nio menatapnya dalam-dalam.   "Kalau begitu, kenapa kalian berdua tidak mau berontak secara terang-terangan?"   "Kepandaian kami berdua masih di bawah tingkat kepandaian ketua, maka kalau kami berontak secara terangterangan, sama juga cari mati,"   Ujar Yo Kiam Heng melanjutkan.   "Kami tidak mau mati sia-sia, maka harus bergerak secara diam-diam."   "Oh ya, kenapa aku dikurung di ruang ini tidak bersama mereka?"   "Ketua sangat mengistimewakanmu, karena dia tertarik kepadamu."   Yo Kiam Heng memberitahukan.   "Hmm!"   Dengus Siang Koan Goat Nio dingin.   "Nona Siang Koan,"   Pesan Yo Kiam Heng.   "Engkau harus bersabar dan jangan membuat ketua gusar, sebab engkau pasti celaka bila dia menggunakan Toh Hun Tay Hoat terhadapmu, engkau pasti menurutinya!" "Oh?"   Wajah Siang Koan Goat Nio berubah pucat.   "Aku... aku harus bagaimana?"   "Yang penting engkau jangan membuatnya gusar,"   Sahut Yo Kiam Heng.   "Aku disuruh ke mari untuk membujukmu. Agar ketua lebih mempercayaiku, engkau harus pura-pura bersikap agak baik terhadapnya. Seandainya ketua Kay Pang dan lainnya diperintahkan untuk menyerbu ke Pulau Hong Hoang To, aku akan berpesan kepada Nona Lam Kiong, agar pihak Pulau Hong Hoang To ke mari menolongmu."   "Terimakasih!"   Ucap Siang Koan Goat Nio.   "Ingat! Jie Hu Hoat Kwan Tiat Him adalah temanku, namun engkau harus berhati-hati terhadap Ngo Sat Kui, karena mereka sangat jahat sekali!"   Pesan Yo Kiam Heng, lalu berbicara seperti biasa, tidak menggunakan ilmu menyampaikan suara.   "Engkau harus tahu, ketua sangat baik terhadapmu, maka engkau harus baik pula terhadapnya!"   Siang Koan Goat Nio mengangguk, kemudian bertanya mendadak menggunakan ilmu menyampaikan suara.   "Siapa ketua Kui Bin Pang?"   "Kami semua tidak mengetahuinya,"   Jawab Yo Kiam Heng menggunakan ilmu menyampaikan suara.   "Yang jelas dia masih muda seperti aku dan Kwan Tiat Him."   "Oh?"   Siang Koan Goat Nio terbelalak.   "Nona Siang Koan, aku tahu kekasihmu adalah Tio Bun Yang,"   Ujar Yo Kiam Heng serius menggunakan ilmu menyampaikan suara.   "Aku akan berusaha menemuinya untuk memberitahukannya tentang dirimu di sini."   "Terimakasih, Saudara Yo!"   Ucap Siang Koan Goat Nio.   "Oh ya, kelihatannya engkau tertarik kepada Soat Lan, bukan?"   "Ya."   Yo Kiam Heng mengangguk. Tapi...." "Jangan khawatir!"   Siang Koan Goat Nio tersenyum.   "Kalau aku berhasil meloloskan diri dari sini kelak, aku pasti membantumu."   "Terimakasih, Nona Siang Koan!"   Ucap Yo Kiam Heng kemudian berbicara seperti biasa tanpa menggunakan ilmu menyampaikan suara.   "Ketua begitu baik terhadapmu, maka engkau pun harus baik terhadapnya...."   Disaat bersamaan, mendadak pintu ruang itu terbuka, tampak ketua Kui Bin Pang berjalan masuk.   "Ketua!"   Panggil Yo Kiam Heng.   "Ngmm!"   Ketua Kui Bin Pang manggut-manggut dan berkata.   "Urusanku di ruang itu telah beres. Bagaimana urusanmu di sini?"   "Juga sudah beres. Ketua,"   Sahut Yo Kiam Heng sambil tertawa.   "Aku telah berhasil membujuknya."   "Oh?"   Ketua Kui Bin Pang kurang percaya, lalu mendekati Siang Koan Goat Nio.   "Nona Siang Koan, bagaimana keadaanmu? Baik-baik saja?"   "Aku...."   Siang Koan Goat Nio menundukkan kepala.   "Baikbaik saja."   "Ha ha ha!"   Ketua Kui Bin Pang tertawa gelak, karena biasanya Siang Koan Goat Nio tidak pernah menjawab, melainkan terus mencacinya, namun kali ini gadis tersebut justru menjawab.   Tentunya hal itu sangat menggembirakan ketua Kui Bin Pang itu, maka ia lalu memandang Yo Kiam Heng seraya berkata.   "Toa Hu Hoat, engkau boleh ke kamar untuk beristirahat."   "Ya, Ketua."   Yo Kiam Heng mengangguk dan segera meninggalkan ruang itu.   "Ha ha ha!"   Ketua Kui Bin Pang tertawa gelak, kemudian mendadak memegang bahu Siang Koan Goat Nio. "Kalau ketua berlaku kurang ajar terhadapku, aku pasti akan marah!"   Ujar gadis itu sungguh- sungguh.   "Baik! Baik!"   Ketua Kui Bin Pang cepat-cepat menurunkan tangannya.   "Oh ya, apa yang dikatakan Toa Hu Hoat itu kepadamu?"   "Dia... dia menyuruhku bersikap baik terhadapmu, sebab...."   Siang Koan Goat Nio memandang ke arah lain.   "Katanya, ketua sangat menaruh perhatian kepadaku."   "Betul! Betul! Ha ha ha...!"   Ketua Kui Bin Pang tertawa.   "Aku memang sangat menaruh perhatian kepadamu. Kalau engkau menjadi isteriku kelak, pasti hidup senang dan bahagia."   Ucapan tersebut nyaris membuat Siang Koan Goat Nio muntah seketika, bahkan juga nyaris mencaci makinya. Namun ia tetap bersabar, karena teringat akan pesan Yo Kiam Heng.   "Nona Siang Koan, percuma engkau mencintai Tio Bun Yang. Sebab banyak gadis menyukai nya, dia pasti akan menyeleweng di belakangmu"   Ujar ketua Kui Bin Pang.   "Kakak Bun Yang tidak bersifat begitu, aku mempercayainya,"   Sahut Siang Koan Goat Nio.l "Oh? Ha ha ha!"   Ketua Kui Bin Pang tertawa.   "Kini engkau mempercayainya, tapi kelak engkau pasti membencinya."   "Aku tidak akan membencinya."   "Kalau engkau melihat dia berbuat yang bukan-bukan dengan gadis lain, apakah engkau tetap tidak membencinya?"   "Aku...."   "Ha ha ha!"   Ketua Kui Bin Pang tertawa lagi.   "Setelah terbukti, engkau pasti mempercayaiku!"   "Aku...."   Siang Koan Goat Nio menundukkan kepala. "Nona Siang Koan...."   Ketua Kui Bin Pang mulai merayunya, namun tidak menggunakan ilmu Toh Hun Tay Hoat.   Seandainya ia menggunakan ilmu sesat itu, Siang Koang Goat Nio pasti celaka.   -oo0dw0oo- Di dalam kamar Yo Kiam Heng juga sedang berlangsung pembicaraan serius.   Yang duduk di hadapannya adalah Jie Hu Hoat Kwan Tiat Him.   "Tiat Him!"   Tanya Yo Kiam Heng menggunakan ilmu penyampai suara, agar tidak terdengar nleh orang lain.   "Apakah ketua telah menggunakan ilmu sesat itu mempengaruhi mereka?"   "Ya,"   Sahut Kwan Tiat Him, yang juga menggunakan ilmu tersebut.   "Ketua telah berhasil mengendalikan pikiran mereka."   "Aaaah...!"   Yo Kiam Heng menghela nafas panjang.   "Oh ya, aku tidak mencekoki Nona Lam kiong dengan obat penghilang kesadaran."   "Itu telah kuduga."   Kwan Tiat Him manggut-manggut. Tapi... apakah dia bisa berpura-pura setelah sadar nanti?"   Aku yakin dia bisa, sahut Yo Kiam Heng.   "Sebab dia bukan gadis bodoh."   Kiam Heng, kelihatannya engkau sangat tertank kepada gadis itu. Ya, kan?"   Kwan Tiat Him menatapnya.   "Ya."   Yo Kiam Heng mengangguk.   "Aku memang sangat tertarik kepadanya, maka aku menempun bahaya demi dia pula.."   Cinta memang bisa membuat orang menjadi nekad. Kwan liat Him menggeleng-gelengkan kepala. Biar bagaimana pun, kita berdua harus berhati-hati!" "Oh ya, aku pun sudah bercakap-cakap dengan Nona Siang Koan."   Ujar Yo Kiam Heng "Yah!"   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kwan Tiat Him menghela nafas panjang.   "Mudahmudahan dia bisa menahan diri untuk bersabar! Kalau tidak, gadis itu pasti celaka di tangan ketua."   "Itu yang kukhawatirkan. Oleh karena itu timbullah suatu ide."   "Ide apa?"   "Aku ingin mengusulkan agar ketua perintahkankan mereka menyerbu ke Pulau Hong Hoang To secara tidak langsung aku menyelamatkan mereka."   "Maksudmu ketua Kay Pang dan lainnya?"   "Ya."   Yo Kiam Heng mengangguk.   "Sudah barang tentu ketua juga akan perintahkan puluhan anggota untuk menyertai mereka "   "Ide itu memang bagus. Tapi...."   Kwan Tiat Him menggeleng-gelengkan kepala. Belum tentu ketua akan menerima idemu itu."   "Justru itu, engkau harus mendukung ideku,"   Ujar Yo Kiam Heng.   "Barulah ketua akan menerimanya"   "Aku pasti mendukung idemu, namun... belum tentu Ngo Sat Kui akan setuju lho!"   "Itu tidak iadi masalah. Yang penting kita harus menemukan alasan-alasan yang tepat,"   Kwan Tiat Him mengangguk.   "Oh ya, hingga kini aku masih tidak habis pikir. Sebetulnya siapa ketua itu, dan kenapa begitu mendendam kepada Tio Bun Yang "Kalau kita melihat wajahnya, belum tentu kita akan mengenalnya,"   Sahut Yo Kiam Heng.   "sebab kita bukan orang Tionggoan. "Yaaah! Kwan Tiat Him menghela nafas panjang.   "Entah bagaimana nasib Nona Siang Koan...."   "Kita...."   Yo Kiam Heng menggeleng-gelengkan kepala.   "Tiada jalan sama sekali untuk melolongnya. Aaaah...!" -oo0dw0oo- Sementara itu, Tio Bun Yang terus melanjutkan perjalanan ke kota Kang Shi. Beberapa hari kemudian, ia telah tiba di tempat tujuan dan langsung ke markas Ngo Tok Kauw.   "Adik Bun Yang...."   Ngo Tok Kauwcu-Phang Ling Cu menyambut kedatangannya dengan mata terbelalak saking tercengang.   "Kakak Ling Cu!"   Sahut Tio Bun Yang sambil tersenyum getir.   "Duduklah!"   Ucap Ngo Tok Kauwcu. Tio Bun Yang duduk, kemudian menghela nafas panjang dengan kening berkerut-kerut.   "Adik Bun Yang...."   Air muka Ngo Tok Kauwcu berubah.   "Kenapa engkau? Apa yang telah terjadi?"   "Kakak Ling Cu...."   Tio Bun Yang menggeleng-gelengkan kepala.   "Telah terjadi sesuatu..."   "Beritahukanlah!"   "Engkau sudah dengar tentang para ketua tujuh partai besar itu?"   "Ya."   Ngo Tok Kauwcu mengangguk.   "Aku sudah dengar tentang itu, para ketua semuanya telah gila."   "Engkau tahu siapa yang membuat para ketua itu menjadi gila?"   "Seng Hwee Sin Kun." "Tidak salah."   Tio Bun Yang manggut-manggut.   "Namun Seng Hwee Sin Kun telah mati di tangan Bu Ceng Sianli dan Kam Hay Thian."   "Oh?"   Ngo Tok Kauwcu terbelalak.   "Adik Bun Yang, tuturkanlah mengenai kejadian itu!"   "Pada waktu itu, aku dan Goat Nio ke kuil Siauw Lim untuk memeriksa Hui Khong Taysu. Ternyata ketua Siauw Lim Pay itu terkena semacam ilmu pukulan, maka menjadi gila. Namun masih dapat disembuhkan dengan rumput Tanduk Naga, yang tumbuh di daerah Miauw."   "Engkau ke daerah Miauw mengambil rumput Tanduk Naga itu?"   "Ketika kami kembali ke markas pusat Kay Pang, justru telah terjadi sesuatu di sana,"   Lanjut Tio Bun Yang.   "Seng Hwee Sin Kun telah mati, lapi kakekku dan Kakek Gouw telah diculik."   "Oh?"   Ngo Tok Kauwcu tersentak.   "Siapa vang menculik mereka?"   "Kui Bin Pang,"   Sahut Tio Bun Yang sambil menghela nafas panjang.   "Atas saran Bu Ceng Sianli, aku dan Goat Nio pergi ke daerah Miauw untuk mengambil rumput Tanduk Naga, kebetulan aku kenal ketua suku Miauw."   "Engkau berhasil mengambil rumput obat itu?"   "Berhasil, namun...."   Tio Bun Yang menggeleng-gelengkan kepala.   "Ketika pulang, kami menginap di sebuah penginapan dengan kamar terpisah. Keesokan harinya Goat Nio...."   "Kenapa dia?"   Tanya Ngo Tok Kauwcu tegang.   "Hilang entah ke mana,"   Sahut Tio Bun Yang dengan wajah murung.   "Dia hilang?"   Ngo Tok Kauwcu mengerutkan kening.   "Mungkinkah dia diculik oleh pihak Kui Bin Pang?" "Memang mungkin."   Tio Bun Yang mengangguk, sekaligus memperlihatkan sepucuk surat kepada Ngo Tok Kauwcu.   "Heran!"   Gumam Ngo Tok Kauwcu seusa membaca surat tersebut.   "Nadanya si penulis surat ini sangat mendendam kepadamu. Apakah engkau punya musuh?"   "Seingatku aku sama sekali tidak punya musuh."   "Kalau begitu...."   Ngo Tok Kauwcu berpikir sejenak lalu melanjutkan.   "Yang menculik Goatl Nio bukan pihak Kui Bin Pang."   "Kakak Ling Cu!"   Tio Bun Yang menghela nafas panjang.   "Aku... bingung sekali, tidak tahu harus berbuat apa."   "Adik Bun Yang!"   Ngo Tok Kauwcu menatapnya seraya bertanya.   "Engkau belum kembali ke markas pusat Kay Pang?"   "Aku sudah kembali ke sana, justru telah terjadi sesuatu lagi di sana."   "Oh?"   Air muka Ngo Tok Kauwcu berubah.   "Apalagi yang terjadi di markas pusat Kay Pang?!"   "Kam Hay Thian. Sie Keng Hauw, Lie Ai Ling dan Lu Hui San yang berada di sana pun telah hilang."   "Apa?"   Betapa terkejutnya Ngo Tok Kauwcu.   "Siapa yang menculik mereka?"   "Kui Bin Pang,"   Sahut Tio Bun Yang.   "Cian Chiu Lo Kay yang memberitahukan kepadaku."   "Itu...."   Ngo Tok Kauwcu menggeleng-gelengkan kepala.   "Lalu bagaimana?"   "Aku berangkat ke kuil Siauw Lim...."   Tio Bun Yang memberitahukan dan menambahkan.   "Kemudian aku langsung ke mari." "Sungguh di luar dugaan!"   Ngo Tok Kauwcu menggelenggelengkan kepala.   "Setelah Seng Hwee Kauw musnah, malah muncul Kui Bin Pang!"   "Yaaah!"   Tio Bun Yang menghela nafas panjang, kemudian bertanya.   "Di mana Pat Pie Lo Koay? Kok tidak kelihatan?"   "Dia pergi mengurusi sesuatu, mungkin dalam satu dua hari ini dia akan pulang."   Ngo Tok Kauwcu memberitahukan.   "Kakak Ling Cu!"   Tio Bun Yang memandangnya.   "Engkau tahu di mana markas Kui Bin Pang?"   "Aku...."   Ngo Tok Kauwcu menggelengkan kepala.   "Aku tidak tahu."   "Aaaah...!"   Tio Bun Yang menghela nafas panjang.   "Kakak Ling Cu, beri aku petunjuk!"   "Petunjuk apa?"   Ngo Tok Kauwcu heran.   "Aku harus bagaimana?"   Tio Bun Yang memberitahukan dengan wajah cemas sekali.   "Aku... aku tidak tahu harus berbuat apa."   "Begini!"   Ngo Tok Kauwcu menyarankan.   "Engkau harus segera pulang ke Pulau Hong Hoang To, memberitahukan tentang kejadian itu."   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Tapi...."   "Engkau harus pulang memberitahukannya, ujar Ngo Tok Kauwcu sungguh-sungguh.   "Kalau tidak, engkau pasti dipersalahkan. Sebab engka harus tahu, Goat Nio adalah putri kesayangan Kim Siauw Suseng dan Kou Hun Bijin. Bagaimana sifat Kou Hun Bijin itu, tentunya engkau tahu."   "Itu...."   Tio Bun Yang berpikir lama sekali, akhirnya mengangguk.   "Baiklah, aku akan pulang ke Pulau Hong Hoang To." "Adik Bun Yang!"   Ngo Tok Kauwcu tersenyum.   "Aku pun akan mengutus beberapa orang untuk menyelidiki markas Kui Bin Pang. Kalau pihakku berhasil memperoleh informasi tentang markas Kui Bin Pang, aku pasti ke markas pusat Kay Pang memberitahukan kepada Cian Chiu Lo Kay."   "Terimakasih, Kakak Ling Cu!"   Ucap Tio Bui Yang lalu berpamit.   "Aku mau mohon diri!"   "Hati-hati!"   Pesan Ngo Tok Kauwcu.   "Ya."   Tio Bun Yang mengangguk.   "Sama jumpa. Kakak Ling Cu!" -oo0dw0oo- Setelah meninggalkan markas Ngo Tok Kauwcu, Tio Bun Yang melanjutkan perjalanan dengan hati cemas dan kacau. Ketika ia berada di dalam sebuah rimba, tiba-tiba melayang turun sosok bayangan di hadapannya, terdengar pula suara tawa cekikikan. Tio Bun Yang mengenali suara tawa itu, maka langsung berseru dengan girang sekali.   "Kakak Siao Cui! Kakak Siao Cui...!"   "Adik Bun Yang!"   Terdengar suara sahutan. Tidak salah, yang berdiri di hadapannya memang Bu Ceng Sianli-Tu Siao Cui.   "Eeeh? Kenapa engkau tampak kurusan? Kok tidak bersama Goat Nio?"   "Kakak Siao Cui...."   Tio Bun Yang tersenyum getir.   "Mereka semuanya telah hilang."   "Siapa mereka?"   Bu Ceng Sianli tersentak. 'Kenapa bisa hilang?"   "Goat Nio hilang di kamar penginapan..."   Tutur Tio Bun Yang, lalu memperlihatkan sepucuk surat kepada wanita itu.   "Eh?"   Kening Bu Ceng Sianli berkerut.   "Aku yakin penculiknya kenal denganmu. Bahkan dia sangat mendendam kepadamu. Coba engkau ingat, kira-kira siapa musuhmu itu!" "Kakak Siao Cui!"   Tio Bun Yang menggelengkan kepala.   "Aku tidak pernah punya musuh."   "Buktinya si penculik itu sangat mendendam kepadamu, pertanda engkau punya musuh. Namun engkau masih bilang tidak. Mungkin engkau lupa."   "Seingatku, selama aku berkecimpung di dalam rimba persilatan,' sama sekali tidak pernah membunuh siapa pun. Lalu dari mana muncul musuh itu? Aku sungguh tidak habis pikir!"   "Aku yakin engkau memang tidak pernah membunuh siapa pun, namun tentunya engkau pernah memusnahkan kepandaian para penjahat. Nah, mungkin si penculik itu salah satu penjahat yang pernah engkau musnahkan kepadaiannya."   "Mungkin."   Tio Bun Yang manggut-manggut.   "Tapi aku tidak ingat siapa penjahat itu."   "Yaaah!"   Bu Ceng Sianli menghela nafas panjang.   "Adik Bun Yang, biar bagaimana pun engkau harus tabah."   "Ya."   Tio Bun Yang mengangguk.   "Kakak Siao Cui, aku justru bingung, apakah si penculik itu punya hubungan dengan Kui Bin Pang?"   "Entahlah!"   Bu Ceng Sianli menggelengkan kepala.   "Aku sudah ke sana ke mari menyelidiki markas Kui Bin Pang, tapi tiada hasilnya sama sekali."   "Kakak Siao Cui pernah menangkap anggota Kui Bin Pang?"   Tanya Tio Bun Yang mendadak.   "Pernah. Tapi... tiada gunanya sama sekali."   "Lho? Kenapa?"   "Karena sebelum kutanyakan pada mereka, mereka sudah mati duluan."   Bu Ceng Sianli mcmberitahukan.   "Ternyata di bawah lidah mereka menyimpan semacam racun. Apabila mereka tertangkap, maka mereka akan menggigit hancur racun itu."   "Oooh!"   Tio Bun Yang manggut-manggut.   "Jadi Kakak tidak bisa mengorek keterangan dari mulut mereka?"   "Ya."   Bu Ceng Sianli mengangguk.   "Oh ya, teman-temanmu itu juga ditangkap oleh pihak Kui Bin Pang?"   "Ya."   Tio Bun Yang menghela nalas panjang.   "Itu membuatku cemas sekali."   "Adik Bun Yang!"   Bu Ceng Sianli menatapnya.   "Engkau harus tenang, tidak boleh putus asa."   "Aaaah...!"   Tio Bun Yang menghela nafas panjang lagi.   "Oh ya, aku sudah ke markas Ngo Tok Kauw di kota Kang Shi."   "Jadi engkau sudah bertemu Phang Ling Cu?"   "Ya.' "Dia juga tidak tahu di mana markas Kui Bin Pang?"   "Tidak tahu. Namun dia menyarankan agar aku segera pulang ke Pulau Hong Hoang To untuk memberitahukan tentang kejadian ini."   "Ngmm!"   Bu Ceng Sianli manggut-manggut.   "Itu memang baik juga, sebab Goat Nio adalah putri kesayangan Kou Hun Bijin. Kalau engkau tidak pulang memberitahukan kepadanya, dia pasti marah besar."   "Ya."   Tio Bun Yang mengangguk.   "Adik Bun Yang, aku pasti membantumu mencari Goat Nio!"   Ujar Bu Ceng Sianli berjanji.   "Jadi engkau tenang saja!"   "Terimakasih, Kakak!"   "Oh ya!"   Bu Ceng Sianli menatapnya.   "Lebih baik engkau mampir di markas pusat Kay Pang, siapa tahu pihak Kay Pang sudah mendengar informasi tentang markas Kui Bin Pang." "Baik, aku akan mampir di markas pusat Kay Pang."   "Adik Bun Yang!"   Bu Ceng Sianli tersenyum.   "Sampai jumpa! Semoga engkau cepat berkumpul kembali dengan Goat Nio! Hi hi hi...!"   "Kakak Siao Cui!"   Panggil Tio Bun Yang Namun Bu Ceng Sianli sudah melesat pergi.   "Adik Bun Yang! Aku pasti membantumu mencari Goat Nio!"   Serunya sayup-sayup.   Tio Bun Yang menghela nafas panjang.   Ia berdiri termangu-mangu di tempat, berselang sesaat barulah melesat pergi.   Arah tujuannya adalah markas pusat Kay Pang.   -oo0dw0oo- Dua hari kemudian, Tio Bun Yang sudah tiba di markas pusat Kay Pang.   Cian Chiu Lo Kay menyambutnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Lo Kay!"   Tanya Tio Bun Yang.   "Apakah sudah ada informasi mengenai markas Kui Bin Pang?"   "Tidak ada."   "Selama kepergianku, apakah pernah terjadi sesuatu di sini?"   "Tidak pernah."   Cian Chiu Lo Kay menggelengkan kepala lalu memberitahukan.   "Aku su-ilah mengutus beberapa pengemis handal untuk menyelidiki tentang markas Kui Bin Pang, tapi tiada hasilnya sama sekali."   "Bu Ceng Sianli juga tidak berhasil menyelidiki tentang markas Kui Bin Pang, namun dia berjanji membantuku mencari Goat Nio."   "Oooh!"   Cian Chiu Lo Kay manggut-manggut. Syukurlah dia bersedia membantumu, sebab kepandaiannya tinggi sekali!" "Aku justru bingung sekali."   Tio Bun Yang menghela nafas panjang.   "Mungkinkah Goat Nio diculik pihak Kui Bin Pang?"   "Belum bisa dipastikan, maka kita hanya menyelidikinya.   "   Sahut Cian Chiu Lo Kay dan menambahkan.   "Yang penting kita hanya menyelidiki markas Kui Bin Pang, sebab Pangcu dan lainnya pasti dikurung di sana!"   "Aaaah...!"   Tio Bun Yang menghela nafas panjang.   "Oh ya!"   Cian Chiu Lo Kay memandangnya seraya bertanya.   "Apa rencanamu sekarang?"   "Aku harus pulang ke Pulau Hong Hoang To."   "Memang benar engkau pulang ke sana, sebab engkau harus memberitahukan tentang semua kejadian ini. Tapi... alangkah baiknya engkau tinggal di sini beberapa hari, siapa tahu ada informasi mengenai markas Kui Bin Pang."   "Ng!"   Tio Bun Yang mengangguk.   "Oh ya, engkau sudah mengobati Hui Khong Taysu?"   Tanya Cian Chiu Lo Kay.   "Sudah."   Tio Bun Yang mengangguk sekaligus memberitahukan tentang itu, kemudian menggelenggelengkan kepala.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Kedua orang tua Goat Nio sangat mempercayaiku, tapi... kini Goat Nio malah diculik. Aku...."   "Itu kejadian di luar dugaan, mereka pasti tidak akan mempersalahkanmu."   "Tapi...."   Tio Bun Yang menghela nafas panjang.   "Kalau terjadi sesuatu atas diri Goat Nio entah bagaimana aku jadinya!"   "Jangan cemas!"   Hibur Cian Chiu Lo Kay.   "Tidak akan terjadi suatu apa pun atas diri Goat Nio. Percayalah!"   "Lo Kay...."   Tio Bun Yang menggeleng-gelengkan kepala. "Tinggallah engkau di sini beberapa hari, siapa tahu akan memperoleh informasi mengenai markas Kui Bin Pang!"   "Baiklah."   Tio Bun Yang mengangguk.   "Aku akan tinggal di sini beberapa hari, setelah itu baru berangkat ke Pulau Hong Hoang To." -oo0dw0oo- Bagian ke lima puluh sembilan Penyerbuan ke Pulau Hong Hoang To Ketua Kui Bin Pang duduk diam di kursi, kelihatannya sedang mempertimbangkan sesuatu. Sedangkan Toa Hu Hoat- Yo Kiam Heng memandangnya dengan hati berdebar-debar, dikarenakan menyangkut keselamatan Lim Peng Hang, Gouw Uang Tiong, Lam Kiong Soat Lan dan lainnya.   "Usul Toa Hu Hoat memang masuk akal,"   Ujar ketua Kui Bin Pang kemudian sambil manggut-manggut.   "Itu agar mereka saling membunuh."   "Ketua!"   Toa Sat Kui kurang setuju.   "Para penghuni Pulau Hong Hoang To berkepandaian tinggi, tentu Lim Peng Hang dan lainnya tidak akan sanggup melawan mereka."   "Itu tidak jadi masalah,"   Sela Jie Hu Hoat-Kwan Tiat Him.   "Yang penting mereka saling membunuh. Apabila pihak Pulau Hong Hoang To membunuh mereka, bukankah pihak Pulau Hong Hoang To akan menyesal seumur hidup?"   "Betul!"   Ketua Kui Bin Pang tertawa gelak.   "Ha ha ha! Itu merupakan pukulan hebat bagi para penghuni Pulau Hong Hoang To!"   "Ngmmm!"   Toa Sat Kui manggut-manggut.   "Kalau begitu, siapa yang akan mengepalai mereka?"   Tanyanya. "Itu..."   Sahut ketua Kui Bin Pang setelah berpikir sejenak.   "Akan kuperintahkan dua puluh anggota berkepandaian tinggi untuk ikut menyerbu ke Pulau Hong Hoang To."   "Bagus!"   Toa Hu Hoat-Yo Kiam Heng tertawa gelak.   "Ha ha ha! Pulau Hong Hoang To pasti kacau balau!"   "Ketua,"   Ujar Toa Sat Kui sungguh-sungguh.   "Siapa yang akan memimpin mereka itu?"   "Salah seorang anggota yang berkepandaian tinggi,"   Sahut ketua Kui Bin Pang dan menambahkan.   "Kalian punya suatu usul mengenai itu?"   "Aku punya usul, Ketua,"   Ujar Toa Sat Kui.   "Apa usulmu? Beritahukanlah!"   Ketua Kui Bin Pang memandangnya.   "Usul yang baik dan tepat pasti kuterima."   "Setahuku..."   Ujar Toa Sat Kui sambil memandang kedua Hu Hoat.   "Kepandaian mereka berdua sangat tinggi, maka bagaimana kalau mereka berdua yang memimpin penyerbuan itu?"   "Itu...."   Ketua Kui Bin Pang menatap Toa Hu Hoat dan Jie Hu Hoat.   "Bagaimana menurut kalian?"   "Kalau Ketua perintahkan kami untuk memimpin penyerbuan itu, tentu kami menurut,"   Sahut Toa Hu Hoat-Yo Kiam Heng.   "Baiklah."   Ketua Kui Bin Pang manggut-manggut.   "Kuperintahkan kalian berdua memimpin penyerbuan ke Pulau Hong Hoang To."   "Tapi..."   Tanya Toa Hu Hoat-Yo Kaim Heng mendadak.   "Apakah Lim Peng Hang dan lainnya akan menuruti perintahku?"   "Mereka tidak akan menuruti perintah kalian berdua,"   Sahut ketua Kui Bin Pang dengan tertawa.   "Ha ha ha! Namun ada satu cara untuk membuat mereka patuh kepada perintah kalian berdua."   "Bagaimana caranya?' tanya Yo Kiam Heng. Ketua Kui Bin Pang tidak menyahut, melainkan bersiul panjang. Seketika juga muncul Lim Peng Hang. Gouw Han Tiong dan lainnya. Mereka berbaris rapi di tengah-tengah ruangan itu, kelihatannya sedang menunggu perintah dari ketua Kui Bin Pang.   "Kalian semua harus patuh kepada perintah kedua orang itu!"   Ujar ketua Kui bin Pang sambil menunjuk kedua Hu Hoat.   "Ya,"   Sahut Lim Peng Hang dan lainnya.   "Toa Jie Hu Hoat!"   Ketua Kui Bin Pang memandang mereka.   "Kalian pendengarkan suara!"   Kedua Hu Hoat itu segera memperdengarkan suara masingmasing, Lim Peng Hang dan lainnyajl mendengarkan dengan penuh perhatian.   "Lim Peng Hang! Kalian semua sudah mengenali suara kedua orang itu?"   Tanya ketua Kui Bin Pang.   "Kami sudah mengenali suara kedua orang itu,"   Sahut Lim Peng Hang dan lainnya serentak.   "Kami semua harus mematuhi perintah mereka berdua."   "Bagus! Bagus!"   Ketua Kui Bin Pang tertawa gembira.   "Ha ha ha! Toa Sat Kui, cepat ambilkan kedok setan warna biru!"   "Ya, Ketua."   Toa Sat Kui segera melaksanakan perintah itu. Tak lama ia sudah kembali dengan membawa beberapa buah kedok setan warna biru.   "Berikan kepada mereka!"   Perintah Ketua Kui Bin Pang..Toa Sat Kui langsung membagi-bagikan kedok setan warna biru itu kepada Lim Peng Hang dan lainnya. "Kalian semua harus memakai kedok setan itu!"   Seru ketua Kui Bin Pang. Lim Peng Hang dan lainnya segera memakai kedok setan tersebut. Ketua Kui Bin Pang tertawa gelak.   "Ha ha ha! Kini kalian semua dipanggil Setan Muka Biru!" .   "Ya,"   Sahut Lim Peng Hang dan lainnya serentak.   "Toa Hu Hoat!"   Ujar ketua Kui Bin Pang.   "Coba berilah mereka perintah!"   "Ya."   Toa Hu Hoat-Yo Kiam Heng mengangguk, kemudian berseru.   "Setan Muka Biru! Cepatlah kalian duduk di lantai!"   Lim Peng Hang dan lainnya langsung duduk di lantai. Kemudian Toa Hu Hoat memberi perintah lagi.   "Setan Muka Biru, kalian berdirilah!"   Lim Peng Hang dan lainnya cepat-cepat bangkit berdiri. Itu sungguh menggirangkan ketua Kui Bin Pang.   "Nah! Kini mereka semua sudah di bawah peintah kalian berdua. Besok pagi kalian berdua dan mereka serta dua puluh anggota yang berkepandaian tinggi harus berangkat ke Pulau Hong Hoang To!"   "Ya, Ketua."   Kedua Hu Hoat itu mengangguk. Kami berdua siap berkorban demi Kui Bin Pang!"   "Bagus! Bagus!"   Ketua Kui Bin Pang tertawa lerbahakbahak.   "Ha ha ha! Ha ha ha...!" -oo0dw0oo- Keesokan harinya, berangkatlah mereka ke Pulau Hong Hoang To. Yang menjadi penunjuk jalan adalah Lim Peng Hang. Enam tujuh hari kemudian, tampak sebuah perahu layar berlabuh di pantai Pulau Hong Hoang To. Ternyata mereka telah tiba ke pulau tersebut "Siapa kalian?"   Mendadak terdengar suar; bentakan, yang tidak lain adalah Lie Man Chiu Betapa terkejutnya Lie Man Chiu ketika melihat para pendatang itu memakai kedok setan. Tahulah ia bahwa mereka dari perkumpulan Kui Bin Pang "Ha ha ha!"   Toa Hu Hoat-Yo Kiam Heng tertawa gelak.   "Kami ke mari ingin bertemu Tocu (Majikan Pulau)!"   "Itu..."   Kening Lie Man Chiu berkerut.   "Baik lah. Mari ikut aku!"   Lie Man Chiu melesat pergi. Kedua Hu Hoat dan lainnya segera mengikutinya dengan menggunakan ginkang. Berselang beberapa saat kemudian, sampaila mereka di tempat tinggal Tio Tay Seng, dan Li Man Chiu segera berseru.   "Kui Bin Pang datang berkunjung...!"   Belum juga suaranya sirna, muncullah Tio Ta Seng, Kou Hun Bijing, Kim Siauw Suseng. Sa Gan Sin Kay, Tio Cie Hiong, Lim Ceng Im da Tio Hong Hoa.   "Ha ha ha!"   Tio Tay Seng tertawa gelak "Angin apa yang meniup kalian ke mari? Ingin damai atau bertarung di sini?"   "Kami ingin membasmi para penghuni pulau ini!"   Sahut para anggota Kui Bin Pang serentak.   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa terbahak-bahak.   "Sungguh kebetulan, tanganku sudah gatal sekali!"   "Toa Jie Hu Hoat,"   Ujar salah seorang anggota.   "Cepatlah perintahkan Setan Muka Biru menyerang mereka!"   "Baik."   Yo Kiam Heng mengangguk dan berseru.   "Setan Muka Biru, cepatlah kalian bunuh mereka yang memakai kedok setan muka putih!" "Toa Hu Hoat! Engkau,,, engkau berani berkhianat?"   Salah seorang anggota menudingnya. Ketua pasti tidak akan mengampuni kalian berdua...."   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Ucapannya terhenti, karena orang itu mulai diserang oleh salah seorang yang memakai kedok setan warna biru. Di saat itu mendadak seseorang yang memakai kedok setan biru berlari ke arah Tio Cie Hiong sambil melepaskan kedok setan yang dipakainya.   "Paman! Cepat bantu orang-orang yang memakai kedok setan warna biru!"   Orang itu ternyata Lam Kiong Soat Lan.   "Mereka adalah Kakek Lim, Kakek Gouw, Kam Hay Thian dan lainnya!"   "Oh?"   Tio Cie Hiong terkejut bukan main. Sebelum ia bergerak, Kou Hun Bijin, Sam ? ian Sin Kay, Kim Siauw Suseng dan Tio Tay Seng sudah bergerak lebih dahulu membunuh para anggota Kui Bin Pang.   "Jangan membunuh orang yang memakai kedok setan warna kuning!"   Teriak Lam Kiong Soat Lan memberitahukan.   "Mereka berdua berpihak kepada kita!"   Dalam waktu sekejap, para anggota Kui Bin Pang itu sudah menjadi mayat Sam Gan Sin Kay tertawa terbahak-bahak.   "Ha ha ha! Sungguh puas hatiku!"   "Pengemis bau,"   Tanya Kou Hun Bijin.   "Engkau berhasil membunuh berapa orang?"   "Empat."   "Hi hi hi!"   Kou Hun Bijin tertawa cekikikan "Aku berhasil membunuh lima orang."   "Bangga ya?"   Tanya Sam Gan Sin Kay bernadaj sindiran.   "Dasar...."   "Pengemis bau...."   Kou Hun Bijin melotot. "Istriku,"   Bisik Kim Siauw Suseng.   "Sudahlah! Jangan ribut dengan pengemis bau!"   Sementara kedua Hu Hoat berdiri mematung di tempat, Lam Kiong Soat Lan menghampiri mereka sambil tersenyum.   "Siapa di antara kalian yang bernama Yo Kiam Heng?"   Tanya gadis itu lembut.   "Aku,"   Sahut Yo Kiam Heng.   "Saudara Yo, bolehkah engkau melepaskan! kedok setan yang menyeramkan itu?"   Tanya Lam Kiong Soat Lan sambil memandangnya.   "Boleh."   Perlahan-lahan Yo Kiam Heng melepaskan kedok setan yang di mukanya.   "Haaa...!"   Seru Lam Kiong Soat Lan tak tertahan. Ternyata dia menyaksikan seraut wajah yang sangat tampan.   "Engkau...."   "Aku Yo Kiam Heng."   "Oooh!"   Lam Kiong Soat Lan manggut-manggut dengan wajah kemerah-merahan.   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   "Tak disangka sama sekali, engkau begitu tampan"   "Terimakasih atas pujian lo cianpwce!"   Ucap Yo Kiam Heng.   "Engkau!"   Sam Gan Sin Kay menunjuk yang lain.   "Cepat lepaskan kedok setan yang menjijikkan itu!"   "Ya."   Kwan Tiat Him segera melepaskan kedok setan itu.   "Hah?"   Mulut Sam Gan Sin Kay terngangga lebar, karena Kwan Tiat Him juga seorang pemuda tampan.   "Siapa engkau?"   "Namaku Kwan Tiat Him, lo cianpwee."   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   "Bagus! Bagus!"   Sementara Lim Peng Hang dan lainnya terus berdiri mematung di tempat, tidak bergerak sama sekali.   "Saudara Yo. cepat perintahkan mereka melepaskan kedok setan itu!"   Ujar Lam Kiong Soat Lan sambil tersenyum.   "Ya."   Yo Kiam Heng mengangguk lalu berseru.   "Setan Muka Biru, cepatlah lepaskan kedok setan kalian!"   Lim Peng Hang dan lainnya segera melepaskan kedok masing-masing seketika terdengari suara seruan yang tak tertahan.   "Ayah! Ayah...!"   Yang berseru itu adalah Lim Ceng Im, dan langsung berlari mendekatinya.   "Ayah...!"   Akan tetapi, Lim Peng Hang tetap diam dani berdiri mematung, sama sekali tidak menghiraukan Lim Ceng Im.   "Ayah! Ayah...!"   Lim Ceng Im memegang lengan Lim Peng Hang erat-erat.   "Ayah...!"   "Adik Im,"   Ujar Tio Cie Hiong.   "Ayah terkena semacam ilmu sesat, tidak akan mengenalimu!"   "Benar."   Yo Kiam Heng mengangguk.   "Lo cianpwee itu terkena ilmu Toh Hun Tay Hoat, hanya ketua yang mampu menyadarkannya."   "Oh?"   Tio Cie Hiong mengerutkan kening.   "tapi kenapa Soat Lan tidak terpengaruh oleh ilmu sesat itu?"   "Sebab aku tidak mecekokinya dengan obat penghilang kesadaran,"   Jawab Yo Kiam Heng memberitahukan.   "Maka ilmu sesat itu cuma beri tahan sekitar sepuluh hari."   "Oooh!"   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "Bagaimana mereka yang dicekoki obat itu?"   Tanyanya.   "Itu berarti Toh Hun Tay Hoat akan bertahan tahunan, dan membuat mereka menjadi gila,"   Jawab Yo Kiam Heng dan menambahkan.   "Namun ada satu macam ilmu yang dapat menghilangkan ilmu sesat itu."   "Ilmu apa itu?"   Tanya Tio Cie Hiong cepat.   "Ilmu Penakluk Iblis."   Yo Kiam Heng memberitahukan.   "Oooh!"   Tio Cie Hiong manggut-manggut sambil tersenyum.   "Aku memang memiliki ilmu tersebut."   "Oh?"   Wajah Yo Kiam Heng dan Kwan Tiat Him berseri.   "Kalau begitu... syukurlah!"   "Kakak Cie Hiong."   Ujar Lim Ceng Im.   "Cepatlah sadarkan mereka dengan ilmu itu!"   "Baik."   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "Karena sulingku tidak ada, maka aku akan menggunakan suara siulan untuk menyadarkan mereka."   "Cepatlah!"   Desak Lim Ceng Im.   Tio Cie Hiong menarik nafas dalam-dalam, kemudian bersiulan panjang menggunakan ilmu Penakluk Iblis.   Di saat bersamaan, terdengar pula suara suling mengiring suara siulan tersebut, yang juga menggunakan ilmu Penakluk Iblis, lalu melayang turun seseorang yang tidak lain adalah Tio Bun Yang.   Hal 80-81 hilang "Dia...   dia...."   Tio Bun Yang menghela nafas panjang.   "Ketika kami pulang dari daerah Miauw, kami bermalam di sebuah penginapan...."   "Apa?"   Betapa cemasnya Kou Hun Bijin.   "Goat Nio diculik? Siapa yang menculiknya?"   "Aku... aku tidak tahu."   Tio Bun Yang menggelengkan kepala.   "Aku tidur di kamar lain...." "Goblok sekali engkau!"   Bentak Kou Hun Bijin.   "Kenapa engkau tidak tidur sekamar dengan dia? Karena engkau tidak tidur sekamar dengan dia, maka dia diculik! Engkau...."   "Tenanglah, isteriku!"   Ujar Kim Siauw Suseng.   "Mari kita masuk rumah dulu, setelah itu barulah kita tanyakan kepada Bun Yang!"   "Goat Nio telah diculik, bagaimana mungkin aku bisa tenang?"   Bentak Kou Hun Bijin.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tenang!"   Bisik Kim Siauw Suseng.   "Ayohlah! Mari kita masuk!"   Kim Siauw Suseng menariknya ke dalam.   Yang lain pun ikut ke dalam.   Setelah duduk, Kou Hun Bijin terus melotot ke arah Tio Bun Yang.   Sedangkan Lim Ceng Im segera pergi ke dapur untuk menggodok rumput Tanduk Naga.   Berselang beberapa saat kemudian, ia sudah kembali ke ruang depan dengan membawa obat yang telah dimasaknya.   Ia memberikan obat itu kepada Lim Peng Hang, Gouw Han Tiong dan lainnya.   Kemudian ia duduk sambil menunggu bagaimana reaksi mereka yang telah diberi minum obat tersebut.   Beberapa saat kemudian, mendadak Toan Beng Kiat berlari ke arah Gouw Han Tiong seraya berseru.   "Kakek! Kakek...!"   "Beng Kiat cucuku!"   Sahut Gouw Han Tiong.   "Beng Kiat...."   "Kakek! Kakek...!"   Panggil Toan Beng Kiat. Sementara yang lain saling memandang, kemudian Bokyong Sian Hoa berseru girang.   "Hui San! Hui San...!" "Sian Hoa! Sian Hoa...!"   Sahut Lu Hui San penuh kegirangan. Itu membual suasana agak ramai, tapi jadi semarak.   "Ha ha ha!"   Tio Tay Seng tertawa gelak. Ayoh, duduklah!"   Mereka segera duduk. Sementara Kou Hun Bijin terus memandang Tio Bun Yang. Setelah mereka semua duduk, barulah ia membuka mulut.   "Bun Yang, beritahukan bagaimana Goat Nio bisa diculik orang!"   "Setelah memperoleh rumput Tanduk Nada di daerah Miauw, kami pulang dengan hati riang gembira."   Tio Bun Yang mulai menutur.   "Kemudian kami bermalam di sebuah penginapan...."   "Mana surat itu?"   Tanya Kou Hun Bijin. Tio Bun Yang segera menyerahkan sepucuk surat kepada Kou Hun Bijin. Setelah membaca bersama Kim Siauw Suseng, Kou Hun Bijin bertanya.   "Engkau tahu siapa penculik itu?"   "Tidak tahu."   "Engkau memang goblok!"   Tegur Kou Hun Bijin melotot.   "Kenapa engkau berpisah kamar dengan Goat Nio?"   "Aku...."   Wajah Tio Bun Yang memerah.   "Aku...."   "Bijin, mereka berdua cuma merupakan sepasang kekasih, bukan sepasang suami isteri. Nah, bagaimana mungkin mereka tidur sekamar?"   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Itu tidak apa-apa,"   Ujar Kou Hun Bijin lantang.   "Yang penting tidak berbuat begitu."   "Kalau sudah sekamar, mungkinkah mereka tidak akan kontak?"   Tanya Sam Gan Sin Kay sambil tertawa. "Kalau mau kontak, di tempat mana pun bisa,"   Sahut Kou Hun Bijin, lalu menatap Tio Bun Yang seraya bertanya.   "Kenapa.engkau dan Goat Nio pergi ke daerah Miauw?"   "Untuk mengambil rumput Tanduk Naga."   "Jadi kalian berdua sudah tahu mereka minuml obat penghilang kesadaran?"   Tanya Kou Hun Bijinl "Kami sama sekali tidak tahu, itu dikarenakanl ingin menolong para ketua partai-partai besar yang terkena pukulan yang dilancarkan Seng Hwe Sin Kun."   Tio Bun Yang memberitahukan.   "Mereka menjadi gila, hanya dapat disembuhkan dengan rumput Tanduk Naga. Justru aku tidak menyangka sama sekali, rumput Tanduk Naga itu pun dapat menyembuhkan kakek dan lainnya."   "Seng Hwee Sin Kun?"   Tio Tay Seng tampak terkejut.   "Jadi dia telah berpihak pada Kui Bin Pang?"   "Dia...."   Tio Bun Yang memberitahukan tentang keadaan Seng Hwee Sin Kun, kemudian menambahkan.   "Namun dia telah mati di tangan Bu Ceng Sianli dan Kam Hay Thian."   "Betul,"   Sambung Kam Hay Thian.   "Bu Ceng Sianli membantuku membunuh Seng Hwee Sin Kun. Di saat itulah Kakek Lim dan Kakek Gouw ditangkap Kui Bin Pang."   "Oooh!"   Tio Tay Seng manggut-manggut.   "Aaaah...."   Mendadak Tio Bun Yang menghela nafas panjang.   "Aku sudah ke sana ke mari mencari Goat Nio, tapi tiada hasilnya! Aku... aku bingung dan cemas sekali, entah dia diculik oleh siapa?"   "Ketua kami yang menculiknya,"   Sahut Yo Kiam Heng.   "Apa?"   Seru Tio Bun Yang tak tertahan.   "Ketua Kui Bin Pang yang menculik Goat Nio?"   "Ya."   Yo Kiam Heng mengangguk. "Bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja?"   Tanya Tio Bun Yang tegang sambil rnenanlapnya.   "Dia baik-baik saja,"   Sahut Yo Kiam Heng memberitahukan.   "Bahkan aku pun sempat bercakap-cakap dengan dia...."   Yo Kiam Heng menutur mengenai ketua Kui Bin Pang menyuruhnya membujuk gadis itu.   "Ketua Kui Bin Pang memang sangat tertarik kepada Goat Nio,"   Ujar Kwan Tiat Him.   "Sebab dia berpesan kepada kami, harus baik-baik memperlakukannya."   "Kalian tahu siapa ketua Kui Bin Pang itu?"   Tanya Tio Cie Hiong.   "Maaf, Paman,"   Jawab Yo Kiam Heng.   "Kami tidak tahu. Yang jelas dia semuda kami."   "Aku pun yakin, ketua Kui Bin Pang itu punya dendam pribadi dengan Saudara Bun Yang."   Kwan Tiat Him memberitakukan.   "Karena dia pernah bilang akan mencincang Saudara Bun Yang."   "Heran?"   Gumam Tio Bun Yang.   "Siapa ketua Kui Bin Pang itu? Kenapa dia begitu dendam kepadaku?"   "Siapa ketua Kui Bin Pang itu tidak perlu dibicarakan,"   Tandas Kou Hun Bijin sambil memandang Yo Kiam Heng.   "Yang penting kalian berdua harus mengantar kami ke markas Kui Bin Pang itu."   "Tidak bisa."   Yo Kiam Heng menggelengkan kepala.   "Kenapa?"   Bentak Kou Hun Bijin.   "Sebab di sana banyak sekali jebakan."   Yo Kiam Heng memberitahukan.   "Kalau aku mengantar kalian ke sana, sama juga pergi cari mati."   "Engkau tidak tahu jebakan-jebakan itu?"   Tanya Kim Siauw Suseng. "Kami semua tidak tahu, kecuali ketua sendiri,"   Jawab Yo Kiam heng jujur dan menambahkan.   "Tapi kami akan berusaha menolong Nona Siang Koan."   "Aaaah...!"   Kou Hun Bijin menghela nafas panjang.   "Kiam Heng!"   Tio Cie Hiong menatapnya seraya bertanya.   "Sebetulnyanya siapa kalian berdua?"   "Kakek kami adalah anggota Kui Bin Pang. Kedudukan kakek kami tinggi sekali, yakni Dua Pelindung,"   Jawab Yo Kiam Heng memberitahukan.   "Kakek kami menutur tentang Kui Bin Pang kepada ayah kami, lalu ayah kami menutur kepada kami. Maka kami tahu jelas mengenai Kui Bin Pang. Ketika melihat kembang api aneh di angkasa, kami pun tahu bahwa itu kode dari Kui Bin Pang untuk memanggil para anggotanya berkumpul. Aku berangkat ke tempat tujuan, di tengah jalan bertemu saudara Kwan. Kami bercakap-cakap, dan sejak itu kami menjadi teman baik."   "Oooh!"   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "Lalu kenapa kalian berdua berkhianat?"   "Karena kami tahu bahwa Kui Bin Pang itu perkumpulan jahat. Lagi pula sebelum kami mencapai tempat tujuan, kami bertemu seorang tua."   Ujar Yo Kiam Heng.   "Orang tua itu adalah anak Tetua Kui Bin Pang. Beliau menasihati kami dan lain sebagainya. Setelah kami bertemu ketua Kui Bin Pang, kami pun sering memberi informasi tentang kegiatan Kui Bin Pang kepada orang tua itu"   "Oooh!"   Tio Cie Hiong manggut-manggut lagi dan bertanya.   "Bagaimana kepandaian ketua Ku Bin Pang?"   "Sangat tinggi sekali."   Yo Kiam Heng memberitahukan.   "Bahkan dia pun memiliki sebuah genta maut."   "Genta maut?"   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tio Cie Hiong mengerulk; kening.   "Ya."   Yo Kiam Heng mengangguk.   "Apabil genta maut itu dibunyikan, maka pihak lawan pasti mati." "Oh?"   Tio Cie Hiong mengerutkan kening lagi, namun kemudian manggut-manggut.   "Kini para anggota itu telah mati semua, apa rencana kalian sekarang?"   "Tentunya kami harus kembali ke markas", jawab Yo Kiam Heng.   "Sebab kami harus berusaha menolong Nona Siang Koan."   "Terimakasih, Saudara Yo! "   Ujar Tio Bun Yang.   "Oh ya! Bagaimana kalau aku meny; salah seorang di antara kalian?"   "Jangan!"   Yo Kiam Heng menggelengkan kepala.   "Sebab akan membahayakan diri kita. Biar kami saja yang berupaya menolong Nona Siang Koan karena ketua Kui Bin Pang telah mempercayai kami".   "Itu..."Tio Bun Yang nampak ragu.   "Saudara Tio!"   Kwan Tiat Him tersenyum.   "Percayalah! Kalau Saudara yang muncul justru akan membahayakan diri Nona Siang Koan."   "Kalau begitu...."   Tio Bun Yang memandang Kou Hun Bijin seakan minta pendapat.   "Baiklah."   Kou Hun Bijin manggut-manggut. Kalian berdua harus dapat menolong putriku!"   "Ya."   Yo Kiam Heng dan Kwan Tiat Him mengangguk.   "Agar aman dan tidak terjadi lagi hal-hal yang tak diinginkan, maka alangkah baiknya Sie Keng Hauw, Lie Ai ling, Lu Kam Hay Thian dan Lu Hui San tinggal di pulau ini, tidak boleh ke Tionggoan."   "Kami..."   Mereka berempat saling memandang.   "Benar."   Tio Cie Hiong manggut-manggut dan menambahkan.   "Sedangkan Toan Beng Kiat, Lam Kiong Soal Lan dan Bokyong Sian Hoa harus segera pulang ke Tayli." "Memang harus begitu,"   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Ilu agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan."   "Paman,"   Tanya Lam Kiong Soat Lan pada Tio Cie Hiong.   "Mereka berdua pulang ke markas Kui Bin Pang, apakah ketua Kui Bin Pang tidak akan mencurigai mereka?"   "Kalau mereka berdua pulang dalam keadaan seperti sekarang, tentunya akan menimbulkan kecurigaan ketua Kui Bin Pang itu,"   Sahut Tio Cie Hiong sungguh-sungguh.   "Oleh karena itu, sebelum mereka ke Tionggoan, aku harus melukai mereka seberat-beratnya."   "Paman...."   Lam Kiong Soat Lan terkejut bukan main.   "Adik Soat Lan,"   Ujar Yo Kiam Heng.   "Memang harus begitu, agar ketua Kui Bin Pang tidak mencurigai kami."   Wajah Lam Kiong Soat Lan agak memerah, karena Yo Kiam Heng memanggilnya adik, namun gadis itu bergirang dalam hati.   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay yang usil itu langsung tertawa terbahak-bahak.   "Soat Lan, pemuda itu memanggilmu adik, maka engkau pun harus memanggilnya kakak lho! Jangan malu-malu, aku tahu kalian berdua sudah saling jatuh hati! Ha ha ha...!"   "Kakek Tua!"   Wajah Lam Kiong Soat Lan bertambah merah.   "Kami...."   "Hi hi hi!"   Kou Hun Bijin tertawa cekikikan seraya berkata.   "Kiam Heng, kalau engkau berhasil menolong putriku, barulah kuijinkan Soat Lan mencintaimu."   "Isteriku!"   Bisik Kim Siauw Suseng.   "Tidak boleh mengatakan begitu."   "Itu mendorong semangatnya untuk menolong Goat Nio,"   Sahut Kou Hun Bijin dengan berbisik pula.   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa.   "Bisik-bisik nih ya!" "Pengemis bau, jangan terus menyindir!"   Bentak Kou Hun Bijin sambil melotot.   "Hati-hati engkau, sebab aku sedang kesal nih!"   "Oh?"   Sam Gan Sin Kay tertawa lagi.   "Ayah,"   Tanya Lim Peng Hang mendadak.   "Apakah Bun Yang seorang yang menyertai kami ke Tionggoan?"   "Ya."   Sam Gan Sin Kay mengangguk.   "Cukup dia seorang diri saja."   "'Kapan kami kembali ke Tionggoan?"   Tanya Lim Peng Hang.   "Peng Hang!"   Bentak Sam Gan Sin Kay.   "Engkau sudah sedemikian tua, tapi masih seperti anak kecil! Pikir sendiri harus berangkat kapan, tidak perlu bertanya padaku! Dasar!"   "Baik."   Lim Peng Hang mengangguk.   "Kami akan kembali ke Tionggoan esok pagi."   "Ayah kok begitu cepat kembali ke Tionggoan?"   Mata Lim Ceng Im mulai basah.   "Ceng Im!"   Lim Peng Hang tersenyum.   "Anakmu sudah begitu besar, kok engkau malah seperti anak kecil!"   "Hi hi hi!"   Kou Hun Bijin tertawa cekikikan.   "Tadi pengemis bau menegur Lim Peng Hang, kini Lim Peng Hang menegur anaknya! Dasar penyakit turunan!"   "Eh? Bijin...."   Sam Gan Sin Kay melotot.   "Engkau sudah bisa tertawa? Bukankah engkau masih kesal?"   "Sudahlah!"   Ujar Tio Tay Seng.   "Kalian jangan terus ribut saja! Urusan akan jadi runyam lho!"   Kou Hun Bijin dan Sam Gan Sin Kay masih saling melotot, namun mulut mereka tidak mengeluarkan suara. "Kalian...."   Tio Tay Seng memandang Toan Beng Kiat, Lam Kiong Soal Lan dan Bokyong Sian Hoa seraya berkata.   "Kalian bertiga pun harus pulang ke Tayli esok pagi!"   "Kami...."   Toan Beng Kiat, Lam Kiong Soat Lan dan Bokyong Sian Hoa saling memandang.   "Beng Kiat,"   Ujar Gouw Han Tiong.   "Kalian bertiga memang harus pulang esok pagi. Setelah ketua Kui Bin Pang dibasmi, barulah kalian boleh pesiar kemari lagi."   "Ya, Kakek."   Toan Beng Kiat mengangguk.   "Oh ya!"   Gouw Han Tiong memandangnya sambil tersenyum.   "Kalau memang engkau dan Sian Hoa sudah saling mencinta, lebih baik cepat-cepat menikah saja!"   "Kakek...."   Wajah Toan Beng Kiat kemerah-merahan.   "Kakek tidak salah,"   Ujar Bokyong Sian Hoa.   "Setelah sampai di Tayli, kami pasti segera menikah."   "Ha ha ha!"   Gouw Han Tiong tertawa gembira.   "Bagus! Bagus!"   "Adik Sian Hoa, engkau tidak bohong?"   Tanya Toan Beng Kiat dengan wajah berseri.   "Aku tidak bohong. Tapi...."   Bokyong Sian Hoa menghela nafas panjang.   "Dalam keadaan begini, pantaskah kita melangsungkan pernikahan?"   "Itu...."   Toan Beng Kiat menggeleng-gelengkan kepala.   "Memang tidak pantas, maka aku lidak akan mendesakmu."   "Kakak Beng Kiat, engkau sungguh berpengertian!"   Ujar Bokyong Sian Hoa dengan tersenyum mesra.   "Yaaah...!"   Gouw Han Tiong menghela nafas panjang.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Kalau begitu, selelah Bun Yang berkumpul kembali dengan Goat Nio, barulah kalian menikah."   "Ya, Kakek."   Toan Beng Kiat mengangguk. "Kini hari sudah mulai gelap, kalian boleh beristirahat,"   Ujar Gouw Han Tiong.   "Ya. Kakek."   Toan Beng Kiat mengangguk, lalu menarik Bokyong Sian Hoa ke belakang, Lam Kiong Soat Lan terpaksa ikut ke belakang. Sedangkan Yo Kiam Heng terus memandang gadis itu, tentunya tidak terlepas dari mata Sam Gan Sin Kay.   "Ha ha ha!"   Pengemis tua itu tertawa.   "Anak muda, tunggu apalagi? Cepatlah susul dia ke belakang!"   "Kakek Pengemis, aku...."   Yo Kiam Heng tampak ragu-ragu dan malu-malu.   "Cepat susul gadis pujaan hatimu itu!"   Seru Sam Gan Sin Kay.   "Dia sangat mengharap kedatanganku, lho!"   "Ya."   Yo Kiam Heng segera ke belakang.   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gembira.   "Kini Soat Lan pun sudah punya kekasih! Bagus! Bagus!"   "Dasar pengemis bau!"   Kou Hun Bijin melotot.   "Sudah hampir mampus tapi masih tetap usil!"   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   "Kalau aku mampus, pasti jadi setan usil!"   Sementara Tio Bun Yang, Kwan Tiat Him, Kam Hay Thian dan Lu Hui San terus memJ bungkam..   "Bun Yang, kalian pun boleh ke belakang. Temanilah mereka!"   Ujar Tio Cie Hiong sambil tersenyum.   "Ya, Ayah."   Tio Bun Yang mengangguk, lalui mengajak Kwan Tiat Him, Kam Hay Thian dara Lu Hui San ke belakang. -oo0dw0oo      Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com   / Setelah berada di halaman belakang, suasana di situ pun menjadi ramai, diselingi pula dengan suara tawa yang riang gembira.   "Aku sama sekali tidak menyangka,"   Ujar Toan Beng Kiat sambil memandang Kam Hay Thian dan Lu Hui San.   "Kalian berdua bisa akur, bahkan saling mencinta pula."   "Ini yang disebut jodoh,"   Sahut Kam Hay Thian sambil tertawa.   "Seperti kalian berdua."   "Oh, ya?"   Toan Beng Kiat juga tertawa, kemudian memandang Lam Kiong Soat Lan.   "Benarkah engkau sudah jatuh hati kepada Saudara Yo?"   "Eh?"   Lam Kiong Soat Lam cemberut.   "Kok sekarang engkau jadi usil sih? Mau tahu saja urusan orang!"   "Aku boleh dikatakan sebagai kakakmu, ten-tunva aku harus tahu. Ya, kan?"   Sahut Toan Beng Kiat sambil tersenyum, lalu memandang Yo Kiam Heng serava bertanya.   "Saudara Yo. engkau belum punya anak isteri kan?"   "Belum,"   Sahut Yo Kiam Heng.   "Bahkan aku pun belum punya kekasih."   "Kalau begitu...."   Toan Beng Kiat tersenyum.   "Engkau sungguh-sungguh jatuh hati kepada Soat Lan?"   "Ya,"   Sahut Yo Kiam Heng cepat tanpa berpikir sejenak pun.   "Aku memang telah jatuh hati kepadanya. Maka, aku tidak mencekokinya dengan obat penghilang kesadaran."   "Saudara Yo,"   Sela Kam Hay Thian.   "Seandainya engkau tidak jatuh hati kepada Soat Lan, tentu kami celaka semua."   "Jangan berkata begitu, Saudara Kam!"   Ujar Yo Kiam Heng sungguh-sungguh.   "Kalau pun aku tidak jatuh hati kepada Soat Lan, aku juga akan berupaya menolong kalian."   "Terimakasih, Saudara Yo!"   Ucap Kam Hay Thian. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, dan langsung memandang Toan Beng Kiat seraya bertanya.   "Bagaimana kalian tertangkap oleh pihak Kui Bin Pang?"   "Ketika kami sedang melakukan perjalanan menuju markas pusat Kay Pang, mendadak muncul lima orang berpakaian putih dan memakai kedok setan warna hijau. Mereka mengundang kami ke markas Kui Bin Pang dengan alasan bahwa kalian berada di sana. Maka, kami memenuhi undangan mereka. Ternyata undangan itu cuma merupakan perangkap saja."   Toan Beng Kiat memberitahukan.   "Oooh!"   Kam Hay Thian manggut-manggut.   "Karena itu, Soat Lan pun bertemu saudara Yo!"   "Jodoh!"   Sahut Toan Beng Kiat sambil tertawa, kemudian memandang Tio Bun Yang, yang duduk diam dari tadi.   "Eh? Kenapa engkau terus melamun?"   "Aaah...."   Tio Bun Yang menghela nafas panjang.   "Aku sedang memikirkan Goni Nio "   "Jangan khawatir, Saudara Bun Yang!"   Ujat Yo Kiam Heng.   "Aku dan Tiat Him pasli hei upaya menolongnya, percayalah!"   "Aku mempercayai kalian, namun tetap mengkhawatirkannya,"   Sahut Tio Bun Yang sambil menggeleng-gelengkan kepala. Di saat bersamaan, Tio Bun Yang melihat Lam Kiong Soat Lan berjalan ke tempat lain, dan memandang ke arah Yo Kiam Heng.   "Saudara Yo!"   Tio Bun Yang tersenyum.   "Soat Lan ke tempat lain, cepatlah engkau susul dia! Mungkin dia ingin membicarakan sesuatu kepadamu."   "Oh?"   Yo Kiam Heng segera menoleh. Dilihatnya Lam Kiong Soat Lan berjalan ke arah sebuah pohon. Segeralah pemuda itu berlari ke arahnya.   "Adik Soat Lan...." "Kakak Kiam Heng..."   Sahut Lam Kiong Soat Lan sambil duduk di bawah pohon itu.   "Mari kita duduk di sini!"   "Ya."   Yo Kiam Heng duduk di sebelahnya.   "Kakak Kiam Heng,"   Tanya Lam Kiong Soat Lan dengan suara rendah.   "Setelah engkau berhasil menolong Goat Nio, maukah engkau ke Tayli menengokku?"   "Itu sudah pasti. Tapi...."   Yo Kiam Heng menatapnya dalam-dalam.   "Entah engkau merasa senang apa tidak?"   "Aku senang sekali bila engkau ke Tayli menengokku,"   Sahut Lam Kiong Soat Lan sambil menundukkan kepala.   "Kakak Kiam Heng, betulkah engkau sudah jatuh hati kepadaku?"   "Betul."   Yo Kiam Heng mengangguk dan bertanya.   "Engkau juga sudah jatuh hatikah kepadaku?' "Ya."   Lam Kiong Soat Lan tersenyum manis.   "Adik Soat Lan...."   Mendadak Yo Kiam Heng menggenggam tangannya erat-erat seraya berbisik.   "Aku sungguh gembira sekali!"   "Sama,"   Bisik Lam Kiong Soat Lan sekaligus balas menggenggam tangannya. Di saat Yo Kiam Heng dan Lam Kiong Soat Lan sedang saling mencurahkan isi hati masing-masing, di saat bersamaan Tio Bun Yang dan Kwan Tiat Him juga sedang berbicara serius.   "Sudara Kwan, aku sangat mengharapkan bantuanmu."   "Tapi itu akan membahayakan dirimu,"   Sahut Kwan Tiat Him sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Biar aku dan Kiam Heng menolong Nona Siang Koan."   "Aku ingin tahu berada di mana markas Kui Bin Pang itu,"   Desak Tio Bun Yang. "Engkau ingin ke sana menolong Nona Siang Koan kan?"   "Ya."   "Aaaah...!"   Kwan Tiat Him menghela nafas panjang.   "Engkau harus tahu bahwa di sana banyak jebakan. Kalau aku beritahukan itu sama juga mencelakai dirimu."   "Saudara Kwan,"   Ujar Tio Bun Yang sungguh sungguh.   "Biar bagaimana pun aku harus ke sana menolong Goat Nio, tidak bisa cuma mengandalkan kalian."   Kwan Tiat Him berpikir lama sekali, akhirnya mengangguk seraya berkata dengan kening berkerut-kerut.   "Baiklah, aku akan memberitahukan kepadamu"   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Terimakasih, Saudara Kwan!"   Ucap Tio Bun Yang girang.   "Tapi engkau tidak boleh berangkat ke sana sekarang!"   Pesan Kwan Tiat Him.   "Engkau harus ke markas pusat Kay Pang dulu, setelah itu barulah ke markas Kui Bin Pang, sebab aku dan Kiam Heng akan membantumu dari dalam."   "Ya."   Tio Bun Yang mengangguk.   "Markas Kui Bin Pang terletak di puncak Gunung Mo Kui San (Gunung Setan Iblis),"   Bisik kwan Tiat Him memberitahukan.   "Namun engkau harus berhati-hati, karena banyak jebakan di sana!"   "Terimakasih! Terimakasih!"   Ucap Tio Bun Yang girang.   "Terimakasih!"   Keesokan harinya, Tio Cie Hiong menyuruh Tio Bun Yang memanggil Yo Kiam Heng dan Kwan Tiat Him.   "Paman panggil kami?"   Tanya Yo Kiam Heng dan Kwan Tiat Him setelah berdiri di hadapan Tio Cie Hiong.   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk dengan wajah serius.   "Hari ini kalian semua harus ke Tionggoan. Oleh karena itu, aku harus melukai kalian berdua." "Silakan turun tangan, Paman!"   Ujar Yo Kiam Heng dan Kwan Tiat Him serentak.   "Paman!"   Lam Kiong Soat Lan dengan wajah agak memucat.   "Adik Soal Lan,"   Ujar Yo Kiam Heng lembut.   "Paman Cie Hiong memang harus melukai kami. Kalau tidak, ketua Kui Bin Pang pasti mencurigai kami."   "Tapi...."   Mata Lam Kiong Soal Lan mulai basah.   "Soat Lan, engkau tidak usah cemas, aku cuma melukainya, tidak akan membuat dirinya celaka."   Sela Tio Cie Hiong dengan tersenyum.   "Paman...."   "Soat Lan, engkau harus tenang. Kalau mereka tidak dilukai, justru mereka akan celaka,"   Sambung Lim Ceng Im lembut.   "Bibi...."   Sementara Tio Cie Hiong sudah bangkit dari duduknya, lalu dengan perlahan-lahan mendekati Yo Kiam Heng dan Kwan Tiat Him. Setelah itu, mendadak Tio Cie Hiong mengibaskan lengan bajunya.   "Aaaaakh...!"   Jerit Yo Kiam Heng dan Kwan Tiat Him. Mereka berdua terpental beberapa depa. kemudian roboh dengan mulut mengeluarkan darah.   "Kakak Kiam Heng! Kakak Kiam Heng!"   Terriak Lam Kiong Soat Lan sambil menghampiri pemuda itu.   "Bagaimana lukamu? Apakah parah sekali?"   "Adik...."   Wajah Yo Kiam Heng pucat pias, begitu pula Kwan Tiat Him.   "Aku yakin ketua Kui Bin Pang mampu mengobati kalian,"   Ujar Tio Cie Hiong dan menambahkan.   "Walau kalian berdua telah terluka parah, namun jangan khawatir! Aku akan memberi kalian obat. tapi jangan dimakan sekarang, harus dimakan nanti! Kalau kalian makan sekarang, ketua Kui Bin Pang pasti curiga, karena dia akan memeriksa luka kalian."   "Te... terimakasih, Paman..."   Ucap Yo Kiam Heng dan Kwan Tiat Him. Tio Cie Hiong tersenyum, kemudian memberi mereka seorang sebutir obat, lalu kembali ke tempat duduk.   "Sekarang kalian boleh meninggalkan pulau ini."   Ujar Tio Tay Seng dan melanjutkan.   "Beng Kiat. Sian Hoa dan Soat Lan pun boleh berangkat ke Tayli sekarang."   "Ya."   Toan Beng Kiat mengangguk.   "Peng Hang!"   Sam Gan Sin Kay memandangnya.   "Engkau dan Han Tiong serta Bun Yang boleh kembali ke markas sekarang."   "Kakek...!"   Seru Lim Ceng Im tak tertahan, karena merasa berat berpisah dengan ayahnya.   "Ceng Im, mereka harus berangkat sekarang, kalau tidak, Kay Pang pasti berantakan,"   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Benar."   Lim Peng Hang manggut-manggut.   "Ceng Im, ayah dan Han Tiong serta Bun Yang memang harus berangkat sekarang.' "Ayah...."   Lim Ceng Im mulai terisak-isak.   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   "Sudah berusia empat puluh lebih, tapi kok masih cengeng?"    Pendekar Bunga Karya Chin Yung Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini