Ceritasilat Novel Online

Pendekar Sakti Suling Pualam 40


Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Bagian 40


Pendekar Sakti Suling Pualam Karya dari Chin Yung   "Baik!"   Tio Bun Yang mengangguk.   "Kita bertanding cukup tiga jurus saja! Kalah atau menang sudah bisa diketahui!" "Cuma bertanding tiga jurus?"   Kim Ih Hoat Ong tertegun.   "Ya."   Tio Bun Yang manggut-manggut.   "Itu sudah cukup!"   "He he he!"   Mendadak orang tua pincang tertawa terkekeh-kekeh.   "Pendeta jelek itu sudah ciut nyalinya! He he he...!"   "Hi hi hi!"   Bu Ceng Sianli tertawa cekikikan mengejek Kim Ih Hoat Ong.   "Jangan-jangan pendeta jelek itu sudah terkencing-kencing?"   Betapa gusarnya Kim Ih Hoat Ong diejek begitu, dan langsung membentak dengan suara mengguntur.   "Giok Siauw Sin Hiap! Mari kita mulai bertanding!"   Kim Ih Hoat Ong mulai mengerahkan Tong Cu Sin Kang, sedangkan Tio Bun Yang mengerahkan Pan Yok Hain Thian Sin Kang, kemudian ia pun menghimpun Kan Kun Taylo Im Yang Sin Kang, bersiap untuk menangkis serangan Kim Ih Hoat Ong.   "Jurus pertama!"   Teriak Kim Ih Hoat Onp sambil menyerang Tio Bun Yang dengan dahsyat sekali.   Ia menggunakan San Hai Ho Liu Gang Hoat dan mengeluarkan jurus Teng Tia Jun San (Tenang Tegar Bagaikan Gunung).   Kedua lengan jubahnya melembung mengarah kepada Tio Bun Yang.   Tio Bun Yang tahu akan kehebatan Kim Ih Hoat Ong, maka ia menangkis dengan jurus Kan Kun Taylo Bu Pien (Alam Semesta Tiada Balas).   Blam! Terdengar suara benturan keras Tio Bun Yang termundur-mundur beberapa langkah dengan kening berkerut kerut, Kim Ih Hoat Ongpun termundur-mundur beberapa langkah dengan wajah pucat pias.   Betapa terkejutnya Kim Ih Hoat Ong, karena merasa Iweekangnya berbalik menyerang dirinya sendiri, karena itu ia pun penasaran sekali.   "Jurus kedua!"   Teriaknya sambil menyerang Tio Bun Yang dengan sepenuh tenaga.   Maksudnya ingin mengalahkan Tio Bun Yang dengan jurus ini, yakni jurus San Hai Ho Liu (Gunung Laut dan Arus Sungai), yang paling lihay dan dahsyat.   Tio Bun Yang sudah merasakan kelihayan dan kedahsyatan ilmu pukulan tersebut.   Ia pun mengerahkan Kan Kun Taylo Im Yang Sin Kang pada puncaknya, kemudian menangkis serangan itu dengan jurus Kan Kun Taylo Kwi Cong (Segala-galanya Kembali Ke Alam Semesta).   Daaar! Blaaaam...! Terdengar suara seperti ledakan.   Kim Ih Hoat Ong terpental beberapa depa, sedangkan Tio Bun Yang terhuyung-huyung ke belakang tujuh delapan langkah.   Setelah berdiri tegak, ia langsung melesat ke arah Kim Ih Hoat Ong yang telah terkapar dengan mulut mengeluarkan darah.   Ternyata ia telah terluka parah.   "Giok Siauw Sin Hiap, engkau... engkau memang hebat sekali. Aku... aku mengaku kalah."   "Hoat Ong...."   Tio Bun Yang menghela nafas panjang, kemudian menempelkan sepasang telapak tangannya pada punggung Kim Ih Hoat Ong, sekaligus menyalurkan Pan Yok Hian Thian Sin Kang ke dalam tubuhnya.   Berselang beberapa saat, wajah Kim Ih Hoat Ong mulai tampak segar.   Setelah Tio Bun Yang melepaskan sepasang telapak tangannya, Kim Ih Hoat Ong bangkit berdiri.   "Terimakasih, Giok Siauw Sin Hiap!"   Ucapnya.   "Kita tidak bermusuhan, kenapa harus saling membunuh?"   Sahut Tio Bun Yang sambil tersenyum. "Cap Sah Sin Ceng! Cepat bebaskan mereka berempat!"   Seru Kim Ih Hoat Ong. Cap Sah Sin Ceng segera membebaskan Toan Beng Kiat, Bokyong Sian Hoa, Yo Kiam Heng dan Lam Kiong Soat Lan.   "Kakak Bun Yang!"   Seru Bokyong Sian Hoa dan Lam Kiong Soat Lan serentak sambil menghampirinya.   "Kakak Bun Yang...."   "Adik Sian Hoa, Soat Lan!"   Sahut Tio Bun Yang sambil tersenyum.   "Goat Nio!"   Seru kedua gadis itu.   "Sian Hoa, Soat Lan!"   Siang Koan Goat Nio memandang mereka sambil tersenyum lembut. Sementara Toan Beng Kiat dan Yo Kiam Heng mendekati Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong, lalu memberi hormat.   "Kakek! Kakek Lim!"   Panggil Toan Beng Kiat.   "Syukurlah -kalian telah selamat!"   Ujar Gouw Han Tiong sambil tertawa gembira.   "Kakek!"   Toan Beng Kiat tersenyum.   "Sungguh tak disangka, ternyata Bun Yang dan Goat Nio masih hidup!"   Gouw Han Tiong manggut-manggut. Toan Beng Kiat dan Yo Kiam Heng menghampiri Tio Bun Yang.   "Bun Yang!"   Panggil mereka.   "Beng Kiat! Kiam Heng!"   Sahut Tio Bun Yang dengan gembira sekali.   "Kalian selamat!"   "Terimakasih atas pertolonganmu. Bun Yang!"   Ucap Toan Beng Kiat dan Yo Kiam Heng.   "Sama-sama."   Tio Bun Yang tersenyum. Sementara itu, Pancha terus-menerus memandang Bu Ceng Sianli, kemudian memberanikan diri mendekatinya, lalu memberi hormat.   "Nona, kami akan segera kembali ke Manchuria, bolehkah aku tahu nama Nona yang indah dan harum?"   "Hi hi hi!"   Bu Ceng Sianli tertawa cekikikan.   "Namaku Tu Siao Cui. Engkau harus ingat baik- baik, jangan sampai lupa lho!"   "Ya, ya."   Pancha mengangguk.   "Seumur hidup aku tidak akan melupakan nama Nona."   "Hi hi hi!"   Bu Ceng Sianli tertawa geli.   "Nona!"   Pancha menatapnya dengan mata berbinarbinar.   "Kalau Nona sempat, aicu harap sudi berkunjung ke Manchuria!"   "3*ik."   Pu Ceng Sianli manggut-manggut.   "Tunggu, aku pasti ke sana!"   "Terrmakasih, Nona'"   Wajah Pancha berseri- ser;. Putra Mahkota tu tidak tahu kalau Bu Ceng Sianf-' sedang mempermainkannya.   "Tani...,"   Ujar Bu Ceng Sianli setengah berbisik.   "Fngkau sudah punya kekasih di Manchuria."   "Sumpah'"   Sahut Pancha cepat.   "Aku sama seka!i tidak punya kekasih"   "Bohong"   Sela Bokjong Sian Hoa mendadak.   "Kekasihnya banyak sekalii Kakak Siao Cun, jangan meladen.nya!"   "Adik Sian Hoa.. ."   Pancha menggeleng-gelengkan kepala.   "Kenapa engkau begitu jahat terhadapku?"   "Engkau yang jahat! Merantaiku di ruang batu!"   Bokyong Sian Hoa memandang Tio Bun Yang seraya berkata.   "Kakak Bun yang, bunuhlah dia'" "Dia putra pamanmu, bagaimana mungkin aku tega membunuhnya? Lagi pula kalau aku membunuhnya, Kakak Siao Cu pasti marah padaku."   "Betul "   Sahut orang tua pincang mendadak. '"Kelihatannya Bu Ceng Sianli sudah tertarik pada Putra Mahkota Manchuria itu! Ha ha ha...!"   Plak! Ploook! "Aduh!"   Jerit orang tua pincang kesakitan. Ternyata pipinya telah di tampar oleh Bu Ceng Sianli.   "Hmm!"   Dengus Bu Ceng Sianli dingin.   "Sekali lagi menggodaku, engkau past'i mampus!"   "Bun Yang yang duluan menggodamu, tidak engkau apaapakan. Begitu aku menggodamu, engkau langsung menamparku Sungguh tidak adil!"   Ujar orang tua pincang bersungut-sungut.   "Pincang!"   Bentak Bu Ceng Sianli.   "Engkau harus tahu, Bun Yang adalah adikku lho!"   "Adik?"   Orang tua pincang manggut-manggut sambil menyengir.   "Betul, dia adalah adikmu."   "Memang!"   Bu Ceng Sianli melotot. Ia tahu kalau orang tua pincang itu sedang menyindirnya.   "Saudara Bun Yang...."   Pancha segera mendekatinya sambil tertawa-tawa, kemudian berbisik.   "Tolong bujuk kakakmu agar mau datang dr Manchuria!"   "Baik"   Tio Bun Yang mengangguk.   "Aku pasti membantumu dalam hal ini."   "Terimakasih!"   Wajah Pancha berseri.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Oh ya! Aku minta maaf kepadamu alas tindakan kami terhadap Toan Beng Kiat dan lainnya!"   Tio Bun Yang tersenyum "Itu telah berlalu, yang penting engkau harus mencegah ayahmu, agar tidak meminjamkan pasukannya kepada Menteri Bun!"   "Aku pasti membantu."   Ujar Pancha berjanji.   "Nah, kami harus kembali kerumah Menteri Bun. Sampai jumpa!"   "Sampai jumpa, Saudara Pancha!"   Sahut Tio Bun Yang.   "Giok Siaw Sin Hiap!"   Seru Kim Ih Hoat Ong.   "Kelak kita akan berjumpa lagi, aku tidak akan melupakan budi kebaikanmu!"   "Selamat jalan, Hoat Ong!"   Sahut Tio Bun Yang. Kim Ih Hoat Ong, Pancha dan Cap Sah Sin Eng segera meninggalkan tempat itu, diikuti oleh para pengawal Menteri Bun.   "Bun Yang, Bun Yang...!"   Yo Suan Hiang melesat ke arahnya.   "Engkau dan Goat Nio...."   "Kami masih hidup, Bibi!"   Tio Bun Yang tersenyum.   "Adik Bun Yang!"   Tan Giok Lan tertawa gembira.   "Kakak Bun Yang...."   Ma Giok Ceng menatapnya dengan air mata berlinang.   "Aku gembira sekali karena engkau sudah berkumpul kembali dengan Kakak Goat Nio."   "Terimakasih!"   Ucap Siang Koan Goat Nio sambil tersenyum, padahal sebetulnya ia tidak kenal gadis itu.   "Dia adalah Ma Giok Ceng,"   Tio Bun Yang memperkenalkan.   "Oooh!"   Siang Koan Goat Nio manggut-manggut.   "Ha ha ha!"   Lie Tsu Seng menghampiri mereka sambil tertawa gelak.   "Bun Yang, Goat Nio! Syukurlah kalian telah berkumpul kembali. Mulai sekarang kalian jangan berpisah lagi!"   "Ya, Paman."   Tio Bun Yang dan Siang Koan Goat Nio mengangguk. "Ayoh!"   Ajak Lie Tsu Seng.   "Mari ke markasku!"   "Maaf!"   Ucap Tio Bun Yang.   "Kami harus segera kembali ke markas pusat Kay Pang, sebab kami harus akan pulang ke pulau Hong Hoang To!"   "Bun Yang...."   Lie Tsu Seng menghela nafas panjang.   "Baiklah, sampai jumpa kelak dan kuucapkan selamat bahagia kepada kalian berdua!"   "Terimakasih, paman!"   Sahut Tio Bun Yang.   "Sampai jumpa...." -ooo0dw0ooo- Bagian ke delapan puluh Penuh kegembiraan dan semarak suasana di Pulau Hong Hoang To Lim Peng Hang, Gouw Han Tiong, Tio Bun Yang, Siang Koan Goat Nio dan lainnya telah tiba di markas pusat Kay Pang, tampak mereka sedang Hal 96-97 ga ada rah. Aaaah! Hati wanita memang sulit diselami. Untung aku tidak punya isteri, jadi tidak pusing tujuh keliling."   "Masih perjaka tuh!"   Bu Ceng Sianli balas menggodanya.   "Wuah! Bukan main!"   Seru orang tua pincang mendadak sambil tertawa.   "Ha ha ha! Engkau pun tahu kalau aku masih perjaka! Ha! Sungguh luar biasa!"   "Pincang!"   Bentak Bu Ceng Sianli.   "Ha ha ha...!"   Orang tua pincang terus tertawa. Bu Ceng Sianli diam saja dengan wajah merah padam, sedangkan Lim Peng Hang dan Gouw Han Tiong tersenyumsenyum.   "Bun Yang, kapan kalian akan pulang ke pulau Hong Hoang To?"   Tanya Lim Peng Hang.   "Besok pagi,"   Jawab Tio Bun Yang.   "Kakek ikut kan?"   "Kakek pasti ikut,"   Ujar Lim Peng Hang.   "Aku pun ikut,"   Sela orang tua pincang.   "Karena aku harus melamar Lie Ai Ling untuk muridku."   "Oh?"   Tio Bun Yang gembira sekali, kemudian bertanya kepada Gouw Han Tiong.   "Kakek Gouw juga ikut?"   "Tidak."   Gouw Han Tiong tersenyum.   "Aku akan pergi ke Tayli bersama Toan Beng Kiat dan lainnya untuk memberitahukan kabar gembira ini."   "Kakek mau ikut kami ke Tayli?"   Tanya Toan Beng Kiat dengan girang.   "Ng!"   Gouw Han Tiong mengangguk.   "Oh ya!"   Ujar Lim Peng Hang berpesan.   "Undang Wie Kie dan lainnya ke Pulau Hong Hoang To, Bun Yang dan Goat Nio akan melangsungkan pernikahan!"   "Baik."   Gouw Han Tiong manggut-manggut.   "Kakak mau ikut ke Pulau Hong Hoang To?"   Tanya Tio Bun Yang pada Bu Ceng Sianli. Bu Ceng Sianli tersenyum.   "Tidak, sebab aku akan segera mengasingkan diri di suatu tempat."   "Kakak...."   Tio Bun Yang tertegun.   "Baiklah."   Bu Ceng Sianli bangkit dari tempat duduknya.   "Sampai jumpa!"   Mendadak Bu Ceng Sianli melesat pergi. Seketika juga Tio Bun Yang berteriak-teriak memanggilnya.   "Kakak! Kakak! Kakak...!"   "Percuma engkau berteriak memanggilnya,"   Ujar orang tua pincang sambil menghela nafas panjang.   "Dia sudah jauh."   "Aaaah."   Keluh Tio Bun Yang.   "Alangkah baiknya kalau dia hidup tenang di Pulau Hong Hoang To!"   "Tapi sebaliknya Goat Nio pula yang tidak bisa tenang,"   Sahut orang tua pincang.   "Kenapa?"   Tanya Tio Bun Yang.   "Karena Bu Ceng Sianli sangat mencintaimu maka sudah barang tentu akan membuat Goat Nio tidak tenang."   Orang tua pincang memberitahukan.   "Oooh!"   Tio Bun Yang manggut-manggut.   "Sesungguhnya...,"   Ujar Siang Koan Goat Nio dengan suara rendah.   "Aku tidak berkeberatan kalau Kakak Bun Yang juga memperisterinya."   "Omong kosong!"   Sahut Tio Bun Yang sambil memandangnya.   "Adik Goat Nio, kenapa hari ini engkau omong yang bukan-bukan?"   "Aku merasa kasihan dan simpati padanya,"   Jawab Siang Koan Goat Nio sambil menundukkan kepala.   "Adik Goat Nio...."   Tio Bun Yang menggeleng-gelengkan kepala.   "Kalau aku berniat begitu, tentu aku tidak terjun ke jurang itu."   "Kakak Bun Yang, maafkan aku karena telah salah omong!"   Ucap Siang Koan Goat Nio.   "Tidak apa-apa."   Tio Bun Yang tersenyum. "Aku tidak bisa menduga kira-kira Bu Ceng Sianli akan pergi ke mana?"   Ujar orang tua pincang.   "Mungkinkah dia pergi menyusul Pancha?"   Tukas Tio Bun Yang.   "Tidak mungkin!"   Orang tua pincang menggelengkan kepala.   "Aku malah percaya dia akan hidup mengasingkan diri di suatu tempat."   "Aaah...!"   Tio Bun Yang menghela nafas panjang.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Mudah-mudahan dia bertemu pemuda yang baik!" -oo0dw0oo- Betapa gembiranya pihak Pulau Hong Hoang To melihat kedatangan Lim Peng Hang, orang tua pincang, Tio Bun Yang dan Siang Koan Goat Nio. Kou Hun Bijin langsung memeluk putrinya, sedangkan Lim Ceng Im memeluk Tio Bun Yang erat-erat sekaligus membelainya dengan penuh kasih sayang.   "Nak, engkau...."   Lim Ceng Im terisak-isak saking gembiranya.   "Ibu, aku dan Goat Nio sudah pulang,"   Ujar Tio Bun Yang sambil tersenyum.   "Ibu jangan bersedih lagi!"   "Nah, Ibu girang sekali karena kalian masih hidup. Thian (Tuhan) memang Maha Adil!"   "Nak!"   Tio Cie Hiong tersenyum-senyum memandangnya.   "Syukurlah kalian berdua sudah pulang!"   "Ayah...."   Tio Bun Yang tertawa gembira.   "Apa yang Ayah katakan memang benar, menghadapi apa pun harus tabah dan tegar."   "Ha ha ha!"   Tio Cie Hiong tertawa gelak dengan penuh kegembiraan.   "Ha ha ha...!"   Sementara Sie Keng Hauw juga bersujud di hadapan orang tua pincang dan gurunya itu pun tertawa terbahakbahak.   "Ha ha ha! Kini semuanya telah beres, jadi aku pun sudah boleh bergurau di pulau ini!"   "Guru...   "   Sie Keng Hauw bangkit berdiri sambil tersenyum, lalu berbisik-bisik.   "Bun Yang dan Goat Nio sudah pulang, kini sudah saatnya guru...."   "Guru tahu! Guru tahu!"   Orang tua pincang tertawa lagi.   "Kalau tidak, untuk apa aku ke mari?"   "Terimakasih, Guru!"   Ucap Sie Keng Hauw.   "Nah!"   Seru Tio Tay Seng mendadak dengan nada gembira.   "Semuanya silakan duduk!"   Mereka yang berdiri segera duduk, setelah itu Tio Tay Seng berseru lagi.   "Bun Yang! Tuturkanlah apa yang telah terjadi di dasar jurang itu!"   "Aku jatuh di telaga yang di dasar jurang itu...."   Tutur Tio Bun Yang sejelas-jelasnya. Tio Tay Seng dan lainnya mendengarkan dengan mulut ternganga lebar, kemudian seusai Tio Bun Yang menutur, Tio Tay Seng berkata.   "Kalau kami menyelam di telaga itu, tentunya akan bertemu kalian."   "Belum tentu,"   Ujar Tio Bun Yang menjelaskan.   "Sebab telaga itu sangat dalam, lagi pula belum tentu akan terjadi pusaran air di dasar telaga."   "Oooh!"   Tio Tay Seng inanggul manggut.   "Kenapa Gouw Han Tiong tidak ikut ke situ?" "Dia pergi ke Tayli bersama Toan Beng Kiat dan lainnya,"   Sahut Lim Peng Hang dan kemudian menutur tentang kejadian itu.   "Pihak Manchuria sudah meninggalkan Tionggoan."   "Begitu tinggi kepandaian Kim Ih Hoat Ong?,'"   Tanya Kou Hun Bijin kurang percaya.   "Betul."   Tio Bun Yang mengangguk.   "kalau aku tidak memiliki Pan Yok Hian Thian Sin Kang. tentu terluka oleh pukulannya."   "Syukurlah kini urusan itu telah beres. Hanya saja...."   Lim Ceng Im menggeleng-gelengkan kepala.   "Bu Ceng Sianli tidak ikut ke mari."   "Lebih baik dia tidak ke mari."   Ujar orang tua pincang.   "Sebab dia sangat mencintai Bun Yang. Kalau dia berada di sini, aku justru khawatir akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan."   "Itu tidak mungkin,"   Sahut Tio Bun Yang.   "Bun Yang!"   Orang tua pincang menatapnya.   "Cinta bisa membuat orang jadi buta dan nekad lho!"   Ujarnya.   "Paman tua!"   Tio Bun Yang tersenyum.   "Aku tetap mempercayai Bu Ceng Sianli tidak akan begitu, sebab aku sudah tahu bagaimana sifatnya."   "Betul."   Siang Koan Goat Nio manggut-manggut.   "Bu Ceng Sianli berhati mulia, dia tidak akan begitu."   "Kalian berdua...."   Orang tua pincang menggelenggelengkan kapala.   "Memang berhati polos."   "Ha ha ha! Kepolosan mereka justru menuntun mereka ke jalan yang benar dan penuh kebahagiaan!"   Terdengar suara sahutan, kemudian melayang turun seorang padri tua.   "Omitohud...."   "Tayli Lo Ceng!"   Seru Tio Tay Seng dengan gembira. "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   "Lo Ceng, angin apa yang meniupmu ke mari?"   "Omitohud!"   Sahut Tayli Lo Ceng.   "Aku ke mari karena ingin minum arak kebahagiaan."   "Kepala gundul!"   Kou Hun Bijin menatapnya.   "Di saat kami dilanda duka, engkau sama sekali tidak muncul! Kini dalam suasana gembira dan semarak, engkau malah ke mari! Dasar kepala gundul!"   "Ha ha ha! Kalau aku muncul di saat kalian di landa duka, tentu kalian akan bertambah duka. Kini aku ke mari, sudah pasti kalian akan bertambah gembira. Begitu pula aku. Ya, kan? Omitohud!"   "Sudahlah! Cepat duduk!"   Sahut Kou Hun Bijin.   "Oh ya!"   Tayli Lo Ceng memandang Si Pincang sambil duduk.   "Bukankah engkau ingin melamar Lie Ai Ling untuk muridmu? Kenapa malah diam saja?"   "Eh?"   Orang tua pincang terbelalak.   "Lo Ceng kok tahu?"   "Dia peramal yang tak laku,"   Sahut Kou Hun Bijin dan menambahkan.   "Tapi kepandaiannya tinggi sekali."   "Oh, ya?"   Tiba-tiba orang tua pincang teringat sesuatu.   "Lo Ceng adalah Tayli Sin Ceng?"   "Omitohud!"   Ucap Tayli Lo Ceng sambil mengangguk.   "Ayahmu yang memberitahukan?"   "Ya."   Orang tua pincang segera memberi hormat.   "Lo Ceng, terimalah hormatku!"   "Omitohud!"   Tayli Lo Ceng tersenyum.   "Cepatlah ajukan lamaranmu kepada Lie Man Chiu!"   "Ya, Lo Ceng."   Orang tua pincang mengangguk.   "Man Chiu, aku melamar putrimu untuk Sie Keng Hauw muridku." "Ha ha ha."   Tio Tay Seng tertawa gelak.   "Engkau tidak melamar pun mereka akan kami nikahkan!"   "Terimakasih, Tio Tocu!"   Orang tua pincang tertawa gembira.   "Ha ha ha!"   Tayli Lo Ceng memandang Tio Bun Yang dan Siang Koan Goat Nio seraya bertanya.   "Kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?"   "Setelah pihak Tayli ke mari,"   Jawab Tio Bun Yang.   "Ngmm!"   Tayli Lo Ceng manggut-manggut, Di saat itulah mendadak Lu Hui San bersuara.   "Lo Ceng sudah bertemu Khong Sim Ni Kouw?"   "Omitohud!"   Sahut Tayli Lo Ceng.   "Kami sudah bertemu."   "Lo Ceng, bagaimana keadaannya?"   Tanya Lu Hui San.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Dia lebih bahagia dari pada kita,"   Jawab Tayli Lo Ceng.   "Sebab kini dia telah berada di surga."   "Apa?"   Wajah Lu hui San langsung berubah murung.   "Khong Sim Ni Kouw sudah meninggal?"   "Ya."   Tayli Lo Ceng mengangguk.   "Omitohud...."   Di saat mereka sedang bercakapcakap, mendadak muncul Ngo Tok Kauwcu Phang Ling Cu.   "Kakak Ling Cu!"   Seru Tio Bun Yang girang.   "Kakak Ling Cu...."   "Adik Bun Yang,"   Sahut Ngo Tok Kauwcu sambil tersenyum,.   "Engkau dan Goat Nio...."   "Mereka berdua tidak jadi mati,"   Ujar orang tua pincang, yang bermulut usil seperti Sam Gan Sin Kay.   "Sebab mereka berdua harus melangsungkan pernikahan."   "Pincang!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   "Aku tidak menyangka kalau engkau pun begitu usil. Hati-hati terhadap Kou Hun Bijin, karena dia akan menamparmu." "Ha ha ha!"   Orang tua pincang tertawa.   "Sudah dua kali aku di tampar oleh Bu Ceng Sianli. Kalau sekarang ditampar Kou Hun Bijin, sudah tidak jadi masalah."   "Pengemis bau!"   Kou Hun Bijin melotot.   "Engkau berani menyindirku?"   "Aku tidak menyindir."   Sam Gan Sin Kay tersenyum.   "Bukankah engkau pernah menamparku?"   "Kalau engkau banyak omong lagi. gigimu pasti rontok!"   Ujar Kou Hun Bijin sengit "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa terbahak-bahak.   "Gigiku tidak bakal rontok, karena aku sudah ompong!"   "Dasar pengemis bau!"   Kou Hun Bijin tertawa cekikikan.   "Sama,"   Ujar orang tua pincang rnendadak.   "Persis seperti Bu Ceng Sianli yang suka tertawa cekikikan! Ha ha ha...!"   "Jangan-jangan mereka berdua kakak beradik!"   Sam Gan Sin Kay menyengir.   "Sayang sekali dia tidak ke mari!"   Kou Hun Bijin menghela nafas panjang dan menambahkan "Aku akan mengangkat saudara dengan dia."   Sementara Tio Bun Yang memperkenalkan mereka kepada Ngo Tok Kauwcu. Segeralah Ngo Tok Kauwcu memberi hormat. Setelah itu, Tio Bun Yang pun bertanya.   "Kenapa kakak Ling Cu ke mari? Apakah sudah tahu tentang aku dan Goat Nio?"   "Ya."   Ngo Tok Kauwcu mengangguk.   "Bu Ceng Sianli yang memberitahukan kepadaku."   "Dia?"   Tio Bun Yang tertegun.   "Dia ke markasmu memberitahukan padamu?" "Ng!"   Ngo Tok Kauwcu mengangguk lagi.   "Maka aku segera ke mari."   "Kakak Ling Cu tahu dia pergi ke mana?"   Tanya Tio Bun Yang mendadak. Ngo Tok Kauwcu menggelengkan kapala.   "Setelah memberitahukan, dia langsung melesat pergi tanpa pamit."   Ngo Tok Kauwcu menghela nafas panjang.   "Aaaah...!"   Tio Bun Yang menggeleng-gelengkan kepala. Ngo Tok Kauwcu memandang Tio Bun Yang seraya bertanya.   "Kapan engkau dan Goat Nio akan melangsungkan pernikahan?"   "Setelah pihak Tayli ke mari,"   Jawab Tio Bun Yang dengan wajah agak kemerah-merahan.   "Oooh!"   Ngo Tok Kauwcu manggut-manggut.   "Kakak Ling Cu, silakan duduk!"   Ucap Tio Bun Yang.   "Terimakasih!"   Ngo Tok Kauwcu duduk, kemudian bercakap-cakap dengan Siang Koan Goat Nio. -oo0dw0oo- Tujuh hari kemudian pihak Tayli tiba di Pulau Hong Hoang To. Betapa gembiranya mereka ketika melihat Tayli Lo Ceng, dan mereka bersujud di hadapan padri tua itu.   "Omitohud!"   Ucap Tayli Lo Ceng sambil tersenyum lembut.   "Bangunlah kalian!"   Mereka bangkit berdiri, lalu memberi hormat kepada tingkatan tua pihak Pulau Hong Hoang To.   "Ha ha ha"   Tio Tay Seng tertawa gembiia.   "Terimakasih atas kedatangan kalian!" "Cie Hiong!"   Toan Wie Kie dan Lam Kiong Bie Liong menghampirinya sambil tersenyum.   "Kami ucapkan selamat padamu!"   "Terimakasih, terimakasih!"   Sahut Tio Cie Hiong.   "Kini kita sudah tenang,"   Ujar Toan Wie Kie.   "Sungguh tak disangka, kemunculan Bun Yang dan Goat Nio justru menyelamatkan putraku dan lainnya!"   "Kita semua harus bersyukur kepada Thian (Tuhan) Yang Maha Adil, Bijaksana dan Pengasih,"   Ucap Tio Cie Hiong. Sementara itu, Gouw Han Tiong, Lim Peng Hang dan lainnya juga sedang bercakap-cakap dengan serius sekali.   "Kami mendengar suatu berita yang sangat mengejutkan di Tionggoan,"   Ujar Gouw Han Tiong.   "Berita tentang apa?"   Tanya Lim Peng Hang tegang.   "Menteri Bun telah tewas."   Gouw Han Tiong memberitahukan. Lim Peng Hang terbelalak.   "Siapa yang membunuhnya?"   "Salah seorang menteri yang menaruh dendam kepadanya."   Gouw Han Tiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Menteri itu memfitnahnya telah bersekongkol dengan Lie Tsu Seng, maka kaisar menurunkan perintah menghukum mati padanya."   "Aaaah...!"   Lim Peng Hang menghela nafas panjang.   "Kini pasti menteri itu yang berkuasa!"   Tukasnya.   "Betul."   Gouw Han Tiong manggut-manggut dan menambahkan.   "Karena menteri itu adalah kawan baik jenderal Gouw Sam Kui."   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa gelak.   "Gouw Sam Kui pasti familimu, karena kalian bermarga Gouw." "Sudahlah."   Sela Kou Hun Bijin.   "Jangan terus membicarakan itu, lebih baik membicarakan pernikahan putriku dengan Bun Yang. Kapan mereka berdua akan dinikahkan?"   "Bijin, kenapa engkau yang kalut?"   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Tentu. Sebab Goat Nio adalah putri kami satu-satunya,"   Ujar Kou Hun Bijin.   "Sama,"   Sahut Sam Gan Sin Kay.   "Bun Yang juga anak tunggal. Oleh karena itu, mereka berdua harus menikah besok."   "Setuju."   Kou Hun Bijin tertawa gembira.   "Hi hi hi! Putri kami akan menikah besok! Hi hi hi...!"   "Kalau begitu muridku juga harus menikah dengan Lie Ai Ling besok."   Sela orang tua pincang.   "Setuju. Memang sudah waktunya putriku menikah dengan Sie Keng Hauw."   Sahut Lie Man Chiu.   "Ha ha ha!"   Sam Gan Sin Kay tertawa terbahak-bahak.   "Pokoknya pesta harus berlangsung tiga hari tiga malam!"   "Omitohud!"   Ucap Tayli Lo Ceng sambil tersenyum.   Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Setelah Bun Yang menikah dengan Goat Nio dan Sie Keng Hauw menikah dengan Lie Ai Ling, maka kalian semua harus berangkat ke Tayli. Karena Toan Beng Kiat akan menikah dengan Bokyong Sian Hoa dan Yo Kiam Heng akan menikah dengan Lam Kiong Soat Lan."   "Baik."   Sahut Tio Tay Seng.   "Kami semua pasti ke sana."   "Aku punya usul,"   Ujar Tio Cie Hiong mendadak sambil tersenyum serius.   "Usul apa?"   Kou Hun Bijin tercengang. "Kam Hay Thian dan Lu Hui San juga harus menikah besok,"   Sahut Tio Cie Hiong.   "Setuju!"   Seru yang lain sambil tertawa gembira. Tio Bun Yang dan Siang Koan Goat Nio saling memandang, kemudian tersenyum bahagia. Begitu pula Sie Keng Hauw, Lie Ai Ling, Kam Hay Thian dan Lu Hui San, mereka pun tampak tersenyum bahagia. TAMAT       Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Raja Silat Karya Chin Hung Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong

Cari Blog Ini