Golok Sakti 11
Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 11
Golok Sakti Karya dari Chin Yung Bulan sabit nampak sebentar muncul dan sebentar lagi seperti selulup dibalik awan tebal, hingga keadaan menjadi gelap. Malam itu tampak nona Seng sedang berada ditaman bunga yang terdapat dipekarangan belakang rumahnya. Seng Giok Cin seperti tengah memikirkan banyak soal, karena kelihatannya sebentar duduk termenung-menung, sebentar berdiri jalan mundar mandir dan saban-saban terdengar helaan napasnya. Memang malam itu Seng Giok Cin dirundung banyak pikiran, Urusan ayahnya yang mengadakan pertemuan mengadu silat dengan maksud tertentu, halnya Kim Hong Jie menempuh bahaya bersama co Goen Liang pergi ketempatnya si kakek aneh Souw Kie Han diluar tahunya Kim Pocu dan Seng Pocu berdua, Bagaimana nasibnya dengan mereka masih belum tahu. Halnya tiga pemuda, yaitu berlomba hendak mendapatkan sepotong batu kumala berapi untuk dihadiahkan kepada Kim Hong Jie, masih belum ketahuan nasibnya mereka itu, apakah mereka akan pulang dengan selamat atau salah satu diantaranya menemukan halangan yang tidak diingini? Yang paling membikin hatinya berdebar kalau ia ingat akan penuturannya Kim Pocu tentang kematiannya Ho Tiong Jong terkena senjata rahasianya ceng ciauw Nikow yang beracun- Meski pada saat ia mendengar kabar itu tidak mengunjukkan reaksi yang menyolok tapi diam-diam dalam hatinya hanya tuhan saja yang tahu. Ho Tiong Jong meski bukannya satu anak hartawan, satu kongcu tapi tingkah lakunya yang polos dan jujur, serta wajahnya yang cakap menarik membuat nona Seng tidak bisa melupakannya, ia ingin menarik pemuda ini kedalam komplotannya mau menggunakan tenaganya dalam usahanya sang ayah yang hendak menjagoi dalam kalangan persilatan- Akan tetapi ternyata pemuda itu ada keras hati dan menolak keras ketika ia hubungi dan membujuknya. Anak muda itu sekarang sudah mati, Apakah benar dia sudah mati? Nona Seng masih menyaksikan anak muda itu pendek umur, apalagi kalau ia ingat ketika bertemu dengannya, ia kelihatan segar bugar. Banyak pemuda-pemuda cakap dari tingkatannya, tidak ada satu yang dapat merebut hatinya Seng Giok Cin. Tapi terhadap Ho Tiong Jong sekali ia pernah ketemu dibawah terang bulan ketika ia menyamar sebagai pemuda pelajar, lantas hatinya sudah jatuh dan tak dapat melupakannya. "Dia mati..." Demikian ia berkata sendirian, ia terbengong sesaat lamanya, kemudian terdengar pelahan napasnya . Matanya yang jeli tiba-tiba melihat ada bayangan dibalik pohon. Diam-diam dalam hatinya berpikir. "Malam-malam begini ada orang yang cari mampus." Ia pura-pura tidak mengetahui ada orang di balik pohon itu dengan maksud hendak mencekuk orang tadi. Ketika si nona sudah datang dekat, orang itu berkelebat dan sembunyikan diri lagi di balik pohon lain. Diam-diam Seng Giok Cin merasa kaget juga, karena kegesitannya orang itu ada diluar dugaannya, ia ragu-ragu apakah ia sebentar berhasil mencekuk batang lehernya? Ia masih tetap berpura-pura tidak mengetahui dan menghampiri pohon dibalik mana orang itu mengumpat. Kirakira dua tumbak jaraknya dari pohon itu, tiba-tiba Seng Giok Cin membentak. "Penjahat bernyali besar, jangan lari, nonamu akan bekuk batang lehermu" Berbareng ia melancarkan serangan kepada orang itu, yang saat mana rapanya hendak melarikan diri lagi. orang tahu dirinya diserang, orang itu berbalik dan menyambuti serangan Seng Giok cin bukan enteng, sebab ia mengerahkan tenaganya hampir delapan bagian, tapi heran, orang ini menyambuti serangannya dengan seenaknya saja, sedikitpun tidak bergeming dari tempat berdirinya. "Penjahat, kau siapa?" Tanya nona Seng, ketika melihat serangan dahsyatnya tidak membawa pengaruh apa-apa. Tapi orang itu tidak menyahut hanya lalu gerakkan kakinya hendak lari lagi, Seng giok cin jadi sengit " Orang jahat lihat nonamu akan mengambil jiwa anjingmu" Ia membentak. berbareng melancarkan serangannya yang kedua kali dengan tipu Pek-pok ciang-it atau Bangau putih mengibaskan sayapnya." Serangan ini ada berat, karena tenaga yang dikerahkan oleh si nona hampir sepuluh bagian, tapi herannya, lagi-lagi orang itu dapat menyambuti serangannya dengan seenaknya saja. Malah kali ini ia membalas menyerang dengan mengibaskan lengan bajunya yang mengeluarkan angin keras, hingga si nona terpotong mundur. Kesempatan ini digunakan oleh orang itu untuk enjot tubuhnya melesat melarikan diri. Tapi si nona tidak tinggal diam, ia mengejar dengan gesit sekali. "Nona Seng, kaujangan salah paham. Kedatanganku bukannya bermaksud jahat." Demikian sinona mendengar orang itu berkata, yang membikin seketika itu ia hentikan mengejarnya dan orang itu pun lantas lenyap dari pemandangannya. Nona Seng berdiri menjublek sekian lamanya. "dia, apa benar dia....?" Akhirnya ia menanya pada diri sendiri seketika itu lantas terbayang pemuda tampan dan polos didepan matanya. "kalau begitu dia tidak mati, oh, benar barusan ada suaranya dia..." Seng Giok Cin berkata-kata sendirian, ia seperti mengenangkan seseorang dan orang itu pun bukan lain Ho Tiong Jong adanya. Memang orang tadi ada Ho Tiong Jong. Karena gelap dan jaraknya pun ada sedikit jauh, maka Seng Giok Cin tak dapat mengenali dengan tegas, Hanya dari suaranya ia kenali betul, itu adalah suaranya Ho Tiong Jong, pemuda yang memikat hatinya. Dalam bengong memikir hatinya si pemuda tampan itu. Seng Giok Cin kalang- kadang tampak menyungging senyuman- "Aku tidak sangsikan, benar dia... dia tidak mati..." Kembali terdengar si nona berkata kata sendiri. "Tapi, dia sudah datang mengapa sudah lari lagi? Apa maksud kedatangannya kesini." Si nona jadi meragukan kelakuannya Ho Tiong Jong. Tapi biar bagaimana, hatinya sudah merasa lega karena kini seolah-olah ada angin mujijad yang menyapu kedukaannya tadi, ia mengenakan akan kematiannya si anak muda. Perlahan lahan ia berjalan masuk kerumah dan didalam kamarnya ia duduk termenung-menung. Tidak lama, ia memeriksa keadaan kamarnya. Ia menduga jangan-jangan Ho Tiong Jong sudah masuk kekamarnya, karena kedatangannya anak muda itu kesitu tentu mencari dirinya. Ketika matanya menyapu pada dinding tembok^ hatinya berdebaran, karena disitu sudah tidak kelihatan lagi golok pusakanya, sebagai gantinya ada secarik kertas menempel disitu ia lalu menghampiri dinding itu dan jumput secarik kertas tadi, yang ia baca bunyinya. "Nona Seng, aku harap kau rela meminjamkan golokmu padaku, karena seperti kau tahu, aku paling suka menggunakan senjata golok. Tapi ada suatu hari, aku nanti akan kembalikan padamu dengan tidak kurang suatu apa" Meskipun secarik kertas itu tidak ada tanda tangannya, Seng Giok Cin tahu bahwa itu ada tulisannya Ho Tiong Jong. Kembali Seng Giok Cin bengong, secarik kertas ditangannya tanpa dirasa telah diremas-remas, sejenak romannya tampak seperti yang geregetan, Memang ia gemas pada pemuda pujaannya itu, karena itu, karena dia datang dengan cara sembunyi-sembunyi, tidak mau terang-terangan menemui ia, yang sebenarnya ada kesempatan yang baik malam itu mereka berjumpa dalam taman bunganya yang indah. ---ooo0dw0ooo--- XVII. LOLOS DARI TAHANAN. MENGAPA Ho Tiong Jong tidak mau menemui Seng Giok Cin? Mari kita tuturkan keadaan pemuda itu, setelah ia diperiksa oleh Kim Toa Lip dan co Tong Kang yang dianggapnya sudah mati. Dengan kecerdikannya Ho Tiong Jong tatkala itu telah dapat melebihi dua tokoh kawakan dalam Perserikatan Benteng Perkampungan- Ia sebenarnya tidak mati, Tok kim-chi dari ceng ciauw Nikow sudah kena ia gigit, kemudian dibuang kedalam air yang merendam dirinya, tanpa dilihat oleh co Tong Kang yang terus menganggap bahwa senjatanya si nikow mengenakan dengan telak pada mulutnya Ho Tiong Jong, ia telah menggunakan kepandaiannya istimewa untuk membikin dirinya tidak bernapas seperti orang mati, kepalanya teklok dan tubuhnya lemas. Kalau saja ia tidak dirantai pada tiang batu, terang ia bisa rubuh dan tenggelam dalam air. Kepandaian istimewa itu telah membuat Kim Toa Lip dan co Tong Kang kena dikibuli mentah-mentah . Tatkala ia melihat dua orang itu berlalu meninggalkan dirinya, lantas ia menyelesaikan pekerjaannya mengikir rantai dan tidak lama kemudian ia sudah merdeka. Kebetulan sekali waktu ia bekerja itu tidak ada orangnya Seng Eng yang melongok dirinya. Bukan main girangnya Ho Tiong Jong setelah merdeka, ia lalu berdamai dengan co Kang cay bagaimana mereka bisa keluar dari "neraka" Itu. Si orang tua she co, yang mengetahui betul selak-beluknya bangunan penjara air itu lantas menunjukkan jalan keluar, yalah melalui got yang menyalurkan keluar air dalam penjara itu kalau sudah tak diperlukan lagi. Dengan mengikuti petunjuk co Kang cay tidak sukar Ho Tiong Jong sudah dapat keluar dan penjara air itu dengan melalui got tersebut. Sampai diluar, ia girang dapat menyedot lagi hawa udara yang segar. Pikirnya, ia hendak menemui nona Seng, minta penjelasan sebenarnya untuk apa ia di tahan dalam penjara air itu? Keadaan waktu itu sudah malam. Bulan sabit tampak selulup timbul saja di balik awan yang tebal. Dengan menggunakan kepandaiannya dalam sekejapan saja ia sudah sampai di rumahnya Seng Eng, saat itu sudah malam, tentu Seng Giok Cin berada dlkamarnya, ia mau pergi kesana, tapi ia tidak tahu dimana letaknya. Tiba-tiba sedang ia kebingungan dapat melihat ada pelayan perempuan mendatangi kearahnya, ia cepat mengumpat ditempat yang gelap. ketika pelayan itu datang dekat ia sudah sergap dengan tiba-tiba. Pelayan itu hendak berteriak. tapi keburu diancam oleh Ho Tiong Jong akan dibunuh kalau berani beterlak. maka ia jadi ketakutan setengah mati dan minta ampun Dari mulutnya pelayan itu Ho Tiong Jong dapat tahu dimana letak kamarnya nona Seng, maka setelah menotok si pelayan itu jangan dapat bergerak. Ia lantas pergi ke kamar Seng Giok Cin- Dari jendela yang terbuka ia mengintip. ternyata di dalam tidak ada nona Seng. Kemana dia? Demikian tanyanya dalam hati. Matanya tiba-tiba memandang pada golok pusaka yang tergantung didinding dekat tempat tidurnya sinona. Hatinya sangat ketarik, maka tanpa dirasa ia sudah manjat dan masuk kedalam melalui jendela tadi. Dalam kamar keadaannya sangat mewah perabotannya, bau harum menusuk kehidung-nya, hingga Ho Tiong Jong menghela napas, kapan mengingat nasibnya yang buruk. Ia ambil golok yang menarik hatinya itu lalu dihunusnya dan ia dapat kenyataan itulah ada golok pusaka yang luar biasa tajam. Mengingat dalam perjalanannya ia memerlukan golok. maka ia menulis di sepotong kertas dan ditempelkan sebagai gantinya dimana golok tadi tergantung, ia percaya Seng Giok Cin tidak akan marah goloknya itu dipinjam, mengingat tempo hari si nona dengan suka rela telah menghadiahkan kepadanya golok berikut kudanya sekali untuk ia pesiar dipegunungan Hui cui-san. Ia keluar lagi dengan pikiran masgul tidak menemui si jelita. Tiba tiba ia lewat di taman bunga ia nampak ada bayangan orang yang sebentar duduk dan sebentar berdiri, jalan mundar-mandir dengan saban-saban menarik napas seakanakan ada yang dipikirkan dalam-dalam oleh orang itu. Kapan ia datang lebih dekat, kiranya orang itu ada Seng Giok Cin sendiri, yang justeru ia sedang cari. Apa itu yang sedang dipikirkan oleh si nona ia tidak tahu, ia hendak menghampiri dan menegur, tapi tiba-tiba dalam otaknya berkelebat suatu pikiran yang mencegah ia berbuat sebagaimana dimaksud semula. Ia jadi menghela napas dengan diam-diam, Kenapa Ho Tiong Jong tidak berani menemui nona Seng. Itulah karena pemuda itu pikir, percuma saja, ia banyak bicara, karena tokh jiwanya bakal binasa dalam satu dua malam ini karena pengaruh racun Tok-kay. Ia tahu si nona ada menaruh hati padanya, ia tahu si nona sangat memperhatikan diri- nya, akan tetapi ia takut bicara terus terang pada nona Seng tentang dirinya terkena racunnya Tok-kay, karena ia tidak mau membikin orang berduka hatinya. oleh sebab itu, ia jadi mengumpet dibalik pohon mengawasi gerak-geriknya nona Seng, sehingga perbuatannya itu dipergoki dan terjadilah saling serang seperti dituturkan di sebelah atas. Ho Tiong Jong setelah meninggalkan Seng Giok Cin, lantas masuk pula kedalam penjara air melalui saluran dari mana ia semula keluar. Mukanya berseri-seri, tampaknya ia seperti kegirangan- Ho Tiong Jong girang? Memang benar, anak muda itu kegirangan, karena ia sekarang sudah mempunyai golok pusaka miliknya keluarga Seng. Dengan golok ini, pikirnya ia dapat menggempur kamar tahanan Co Kang Cay dan menolong keluar orang tua itu untuk diajak ke kota Yangclo melihat bangunan gununggunungan yang aneh yang riwayatnya sangat menarik hatinya. Pikirnya, kalau saja ia ada jodoh bisa mendapatkan dua benda ajaib itu yang berupa baskom gaib dan patung kumala hangat si cantik, ia selainnya menjadi seorang wangwee (hartawan) yang dermawan, juga ilmu silatnya akan mendapat kemajuan dan mungkin sukar mendapatkan tandingannya. Demikianlah, dengan penuh pengarapan ia telah mulai menggempur batu kokoh yang mengurung Co Kang cay didalamnya, Perlahan tapi tentu ia sudah bisa membobok tembok batu yang konon yang kuat itu berkat bantuan golok pusaka, akan tidak lama kemudian Ia sudah dapat membikin sebuah lubang dan masuk kedalamnya. Disitu ia dapatkan siorang tua sedang rebah, parasnya mengunjukkan ketakutan-"Aaaa, lopek" Kata Ho Tiong Jong. "akhir nya aku dapat masuk juga kekamarmu." "Tapi, ah, kau..." Orang tua itu terputus bicaranya. "Kau kenapa lopek?" Tanya Ho Tiong Jong. "Tapi, kau sebenarnya tidak seharusnya membongkar kamar tahananku, nanti kalau Seng Pocu tahu, celakalah diriku." "Dari sebab itu, kita harus lekas-lekas dapat keluar dari sini" Jawab Ho Tiong Jong "mari, kita lekas keluar." "Tiong Jong, mana dapat kau berbuat begitu, aku sudah tua, tak ada gunanya sekalipun kau dapat menolongnya keluar. Umurku juga sudah tidak seberapa lagi, Paling celaka, manakala aku nanti kena ditangkap lagi diriku akan disiksa, Seng Eng tentu tidak akan membiarkan aku pergi, ia akan mencarinya sampai dapat." "Lopek, kau jangan banyak berpikir kesitu. Bukankah kau pernah berkata bahwa satu waktu kau ingin melihat lagi sinarnya matahari?" Orang tua itu terdiam. "Lopek. disana diluar kamar tahanan ada menantikan matahari yang akan menyinari dirimu lagi. Dua puluh tahun kau dikeram disini tanpa dapat melihat lagi sinar matahari pagi dan sore, tidak heran kalau kau sangat merindukannya, bukan?" Kembali co Kang Kay tidak memberikan jawabannya. "Kau tidak mau ikut aku menyingkir dari neraka dunia ini?" Tanya Ho Tiong Jong. co Kang cay geleng geleng kepala. "Aku takut, betul-betul aku takut..." Katanya. "Baiklah, kalau begitu peryakinanmu yang sudah dua puluh itu akan percuma saja. Pengharapanmu selama duapuluh tahun itu akan sia-sia..." "Hai, urusan apa yang kau maksudkan ?" Menyelak si orang tua. "Ha ha ha, lopek, apa kau sudah lupa tempo hari ada berkata padaku, bahwa kau ingin melihat itu bangunan gunung-guuungan yang mengandung rahasia ajaib? Apa bukannya kau yang tadi berkata, bahwa kau sudah yakin akan dapat memecahkan jalanan rahasia di-sana menurut theorimu yang sudah kau yakinkan banyak tahun itu ?" "Kau maksudkan guuung-gunungan dikota Jang co ?" "Bagus kalau kau masih ingat." Co tiang cay tergerak batin ya, Memang ia berpengharapan ada satu waktu ia bisa keluar dari tempat tahanan itu dan mengunjungi bangunan aneh itu untuk membuktikan apakah theorinya betul akan mendapatkan jalanan rahasia masuk kedalamnya gunung-gunungan itu yang membawa riwayat aneh luar biasa, ia ingin pergi kesana, hatinya gembira, tapi lantas padam lagi kegembiraannya itu bila mengingat keadaan dirinya waktu itu. Ia jadi menghela napas dengan paras lesu. "Lopek, kau kenapa berduka?" Tanya Ho Tiong Jong. "Kau tidak tahu, Tiong Jong meskipun aku dapat keluar dari sini, cuma membikin kau berabe saja, sebab aku sekarang sudah tidak bisa bergerak leluasa seperti dahulu, Lengan tangan dan kakiku rasanya susah digerakan, ah...,..nasib." Orang tua itu sangat berduka, ia seperti kepingin nangis, tapi air matanya sudah kering. Maka hanya terdengar beberapa kali ia menghela napas. "Lopek. kau jangan kesal." Menghibur Ho Tiong Jong. Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "aku sanggup membawa kau keluar dari sini." "Tiong Jong, kau sangat berbudi. Semoga Allah selalu melindungimu....." Kata co Kang cay dengan penuh rasa terima kasih. Perlahan-lahan ia bangkit dari rebahannya dan coba berdiri, sebelum ia mencoba kakinya untuk berjalan, Ho Tiong Jong sudah menyamber tubuhnya dan dibawa keluar dari kamar " Neraka" Itu. Sambil menggendong co Kang cay, pemuda yang berbudi luhur itu, jalan sepanjang got untuk membuang air, yang cukup luas untuk mereka lewat tanpa mendapat halangan apa-apa. Tiba-tiba mereka mendengar dari arah depan ada kaki orang berjalan masuk. Mereka jadi kaget, siapakah orang itu? ia bukan lain dari Seng pocu yang gedang muncul sendiri. Seng Eng ketika mendapat laporan dari co Tong Kang, bahwa mayatnya Ho Tiong Jong dilarikan orang dalam hati sangat cemas, Maka lantas pergi kekamar bukunya dan dari tempat yang rahasia ia mengambil keluar segulung peta dari bangunan penjara air. ia meneliti dengan seksama jalanannya saluran air itu sampai dimana ternyata sampai dibelakang rumahnya di kebun bunga. Lalu dari ini ada lagi jalan melalui satu tutupan dari besi yang dapat terbuka dan tertutup sendiri, yalah jikalau air dalam kamar tahanan meluap dapat mendorong itu tutupan menjadi terbuka, jikalau sedang air surut tutup itu tertutup sendirinya. Dilihat dari keadaan dua jalan membuang air, itu yang tersebut duluan adalah jalanan yang paling gampang ditempuh untuk orang melarikan diri dari penjara air. Meskipun demikian menurut pikirannya Seng pocu adalah tidak gampang diketahui oleh orang orang tawanan, jikalau tidak mengetahui dengan betul jalanan itu, yang memang ada dirahasiakan- Pembangunan jalanan air itu Seng Eng telah borongkan pada satu pemborong she le, tapi orang ini bersama-sama anak buahnya setelah selesai membikin saluran rahasia itu telah dibunuh mati semuanya, inilah tindakan kejam, tapi Seng Eng anggap itu ada satu keharusan ia lakukan untuk menutup rahasia jalanan itu jangan sampai diketahui oleh orang luar. Orang shw ie itu sudah mati, tapi sekarang bagai mana orang dapat mengetahui jalanan rahasia saluran air itu? Seng Eng jadi bingung. orang-orang penting dari "Perserikatan Benteng Perkampungan" Memang mengetahui hal itu, akan tetapi mereka semua sudah bersumpah untuk tidak membocorkannya. Seng Eng mengingat akan kawan-kawannya yang mengetahui hal itu, hatinya timbul ragu-ragu, apakah diantaranya ada yang mengingkari sumpahnya? Maka pada malam itu, setelah ia memeriksa peta tersebut, lalu mengambil senjatanya ci Jit pian (cambukjari matahari), suatu senjata cambuk pusaka dari keluarga Seng, panjangnya satu tumbak, besarnya sebesar jari kelingking, bersinar berkilauan- Pada ujung pegangannya diperlengkapi dengan dua puluh dua butir mutiara merah sebesar senjata rahasianya. Dengan membekal senjata pusaka ini, Seng Eng telah bikin pemeriksaan dan masuk juga kedalam lobang got, dimana secara kebetulan ia sudah berpapasan dengan Ho Tiong Jong yang sedang hendak keluar melalui jalanan itu. Ho Tiong Jong telah turunkan co Kang cay dari gendongannya, lalu menghunus goloknya untuk siaga menghadapi kemungkinan. Berdua telah mencoba untuk sebisa- bisa menahan napasnya, jangan sampai terdengar oleh orang disebelah depan, tapi apa mau telinganya Seng Eng sangat tajam, suara tarikan napas mereka tidak terlolos sebagaimana yang diharap oleh merek berdua. Dengan pelahan-lahan Seng Eng jalan menghampiri mereka. Ho Tiong Jong cepat menggendong co Kang cay balik masuk. kemudian mengumpat dibalik kamar tahanan- Sebentar lagi tampak Seng Eng sudah lewat didepannya. siapa lantas melakukan pemeriksaan didalam situ, justeru kesempatan ini digunakan oleh Ho Tiong Jong untuk lari nerobos melalui got tadi lagi. Gerakannya tidak terluput dari perhatian nya Seng Eng, sebab ia lantas balikkan tubuhnya dan menguber. Ho Tiong Jong sudah berada diluar, Seng Eng juga cepat sudah menyusulnya . "co lopek, kau tunggu sebentar, aku akan tempur padanya,." Kata Ho Tiong Jong, sambil turunkan orang tua dari gendongannya dibawah sebuah pohon-Sebentar lagi Seng Eng sudah berada didepannya, membentak dengan suara keras "Hei, siapa kau, berani mati masuk bikin onar ditempatku ?" Matanya berbareng melirik pada co Kang cay, hatinya sangat mendelu, sebab pemuda didepannya ini rupanya hendak membawa lari pada orang she co yang ia sudah kurung selama dua puluh tahun lamanya Seng Eng tidak mengenali Ho Tiong Jong yang mukanya kotor hitam. Memang sengaja Ho Tiong Jong bikin mukanya yang tampan dilapis dengan lumpur, supaya orang tidak mengenali dirinya, yang dianggapnya sudah mati Bentakan Seng Eng tak mendapat jawaban Tentu Seng Eng Pocu menjadi marah, ia belum pernah mendapat sambutan acuh tak acuh dari seseorang yang ditegurnya. Maka ia lalu menyerang dengan angin kepalannya, tapi pemuda itu dengan seenaknya saja telah mengegos dan serangan Seng Eng telah mengenai sasaran kosong. Kembali Seng Eng melancarkan serangan hebat, tapi juga seperti yang pertama tidak mendapatkan maksudnya. Hal mana membikin jago benteng Seng kee-po itu menjadi heran lawannya hanya mengandalkan kegesitannya sudah dapat mengegoskan dua serangannya ya tidak sembarangan orang dapat meloloskan diri dari pukulannya itu Mengetahui lawanan berat, maka Seng Eng keluarkan cambuknya yang dibuat andalan dalam hidupnya malang melintang di rimba persilatan Lawannya telah mengeluarkan goloknya yang berkilauan kena kesoroti rembulan. Hatinya Seng Eng terkejut, karena ia seperti mengenali golok itu ada golok miliknya yang tergantung dalam kamarputerinya. "orang liar, lekas katakan, kau dapat curi darimana golok itu?" Ia membentak. Tapi lawannya tidak menjawab, hanya menyerang dengan senjatanya, hingga Seng Eng sangat mendongkol, ia pun lantas gerakkan senjata cambuknya, hingga lawan itu dalam sekejapan saja sudah bertarung ramai sekali. Co Kang cay menonton dibawah pohon dengan hati kuatir, diam-diam ia berdoa supaya Tiong Jong diberi kekuatan dapat mengalahkan Seng Pocu yang kejam. Ho Tiong Jong membikin bingung lawannya, sebentar ia mainkan tipu-tipu serangan keluaran Hoa-sanpay, lalu Siauwlim- pay, kemudian Bu tong-pay. Terutama permainan golokkeramatnya yang membikin Seng Eng sangat kagum. Dari mana datangnya anak liar ini? Demikian diam-diam Seng Eng menanya pada diri sendiri, sementara itu serangan yang gencar dari pihak lawan yang menggunakan tenaga im (lemas) dan yang (keras) membuat Seng Eng tak tetap menyerang dengan senjata cambuk pasakanya. Sebagai sat ujago kawakan, yang sudah mempunyai nama dalam kalangan kangouw, terang Seng Pocu tidak mau mengalah terhadap lawannya yang masih sangat muda. Tapi bagaimana juga ia ngotot, kenyataannya ia bukan tandingan sang lawan- Beberapa kali goloknya lawan hendak mampir ditubuhnya, akan tetapi tidak jadi, rupanya sang lawan seolah-olah menaruh belas kasihan- Perbuatan mana bukannya tidak diketahui oleh Seng Eng, maka juga diam-diam hatinya mulai gentar menghadapi lawannya yang lihay. Sebenarnya, baru kali ini ia menghadapi lawan berat. Satu kali cambuknya sudah dapat mendekati tubuh lawan, tapi goloknya musuh ada sangat cepat dengan satu sontekan yang oleh ujung golok, senjatanya Seng Eng telah dibikin terbang melayang-layang. Seng Eng kaget, cepat ia melesat menyambuti cambuknya, kemudian ia hadapi lagi pemuda lihay itu. ia sebenarnya keder, tapi sebagai satu jago kenamaan ia tidak mau menyerah kalah mentah-mentah. Apalagi hatinya sangat panas bila melihat co Kong cay pikirnya, kalau bisa ia akan membunuh dua orang itu. Kembali pertempuran telah berlangsung dengan ramai sekali. Cambuknya Seng Eng menari dan mengurung Ho Tiong Jong, akan tetapi anak muda itu dengan tenang putar goloknya yang tajam. Sungguh indah sekali kelihatannya dua senjata itu dimainkan oleh dua orang yang mahir menggunakannya. Dua-dua mengeluarkan ilmu serangannya yang hebat, maka tidak heran kalau kejadian itu telah membikin co Kang cay melongo, sekalipun ia sebenarnya tidak tahu apa-apa dalam hal ilmu silat, Hatinya merasa lega, karena melihat "jagonya" Seperti berada diatas angin. Meskipun cambuknya Seng Eng mengulung, tidak dapat berbuat banyak. Tubuhnya Ho Tiong Jong sangat gesit, ia pergi datang menyingkir dari sabetan pecut yang lihay, sementara goloknya berkelebatan seolah-olah malaikat elmaut hendak meminta korban, Berbagai tipu silat simpanan sudah dikeluarkan oleh seng Eng, tapi tetap lawannya yang masih sangat muda dapat melayaninya dengan bagus sekali. " Celaka?" Demikian ia menghela dalam hatinya. Ia kerahkan seluruh tenaganya untuk mendesak mundur lawannya, kemudian merogoh sakunya mengeluarkan senjata rahasianya sebuah mutira merah sebesar buah lengkeng, dengan mana ia menyambit. Mutiara merah ini mengenakan dengan jitu pada dadanya si anak muda, akan tetapi heran, lawannya tidak rubuh. Malah, sekali ia bersiul nyaring lantas menyambar tubuhnya co Kang cay dibawah lari terbang. Seng Eng kaget betul-betul, ia jadi bengong sejenak. Hatinya mulai jerih dangan tiba-tiba itulah tidak heran, karena Seng-Eng selama menjagoi dalam kalangan rimba persilatan senjata gelapnya itu belum pernah meleset kalau ia gunakan, korbannya akan rubuh dengan luka berat paling sedikit kalau tidak binasa seketika itu juga. Tapi kali ini korbannya yang terkena jitu senjata rahasianya itu tidak apa apa, malah dapat melarikan diri demikian gesitnya, siapa yang tidak jadi kaget oleh karenanya? Tapi ketika Ho Tiong Jong sudah berada tiga tumbak jauhnya, ia baru sadar dan paksakan menguber, cuma saja mengubernya tidak sungguh karena direm oleh perasaan takut kalau-kalau pemuda itu balik lagi dan menempur dirinya dengan kesudahan ia menjadi pecundangnya . Setelah mengejar melewati beberapa tikungan, Seng Eng hentikan kakinya, ia tidak mau spekulasi dengan jiwanya, apa lagi kalau ingat tempat rahasia dari mana ia mengeluarkan peta saluran air d ipenjara air itu masih belum ia tutup rapih. Oleh karenanya, ia balikkan tubuhnya dan kembali ke kamar bacanya, dimana ia menutup rapih-rapih tempat rahasia itu. Setelah ia mengasoh sebentaran, lalu pergi keruan-gan tempat berkumpul. Ia menyuruh orangnya untuk panggil beberapa kaki tangannya dan sebentar lagi dalam ruangan itu sudah berkumpul PekBoe Taysu, Kim Toa Lip. co Tong Kang, Ban Slong Tojin, song Boe Kie, dua saudara oet-ti dan co Goen Tiong. Rapat kilat ini membikin mereka heran, tapi mengerti Seng Kee Po sudah kedatangan musuh kuat, makanya Seng Pocu demikian repot kelihatannya. Apa yang mereka duga memang tak salah, ketika sebentar lagi Seng Eng menerangkan adanya seorang pemuda yang lihay telah melarikan orang tawanan yang sudah dua puluh tahun lamanya ditahan dalam penjara air. Ia bicara sengit dan minta supaya mereka dengan sungguh bikin penjagaan dan menangkap orang yang mengacau itu. "Dia sangat lihay, meski orangnya masih sangat muda. Maka, kalau orang begini memusuhi kita dan tidak dapat dibekuk siang-siang niscaya kedudukan kita akan ambruk oleh karenanya, Maka itu, aku minta sekali lagi, haraplah sekalian saudara dengan sepenuh hati menjaga benteng kita dan menangkap padanya." Demikian Seng Eng tutup bicaranya, ia tidak menceritakan yang ia barusan sudah bertanding dengan pemuda itu dan hampir menjadi pecundangnya. Diantara mereka tidak ada yang majukan pertanyaan apaapa, hanya menerima perintah dan melakukan penjagaan terpencar. Setelah mereka berlalu, Seng Eng tinggal termenungmenung sendirian-Terdengar beberapa kali ia menghela napas. "Ayah." Tiba-tiba ia mendengar suara halus menyelusup dalam telinga. Itulah suara puterinya, yang masuk keruangan menghampiri padanya. Seng Eng hanya mengawasi puterinya tidak mengucapkan apa-apa. "Ayah, kau sudah mengadakan sidang kilat malam-malam begini apa sebenarnya yang telah terjadi ?" Si nona menanya dengan laku yang sangat manja. Sang ayah tinggal membisu, seolah-olah ingatannya masih belum kumpul. "Ayah, mengapa kau sampai begitu terpengaruh ?" "Giok-jie. kau ... kau ..." "Kau apa? Ada apa dengan giokjie ?" "Kau tidak tahu, benteng kita sudah kemasukan satu pemuda yang lihay ilmu silatnya. Dia sudah menculik co Kang cay, tawanan kita yang sudah dua puluh tahun lamanya sungguh celaka sekali, kalau co Kang cay dapat meloloskan diri dari sini. ia tahu banyak tentang keadaan benteng kita, kalau ia membocorkan pada musuh kita dengan mudah mereka dapat membuat bentengan kita ambruk pertahanannya dan ludeslah sekali angan-angan kita untuk menjadi jago dalam rimba persilatan-" "Ayah, bagai mana kau tahu pemuda itu sangat lihay?" Si nona memotong. "giok-jie, benar-benar dia sangat lihay, cambuk ayahmu yang telah mengangkat namaku dalam rimba persilatan tidak ada gunanya dihadapkan kepadanya, malah.... malah senjata rahasia ayahmu mutiara merah yang ampuh luar biasa tidak mempan menembusi dadanya yang terkena telak betul, Ah, dia.... dia memang lihay..." Seng giok cin bingung juga melihat kelakuan ayahnya. Adatnya sang ayah sangat angkuh, tidak gampanggampang memuji kepandaian orang. Kalau kini ia sampai memiiji-muji demikian rupa, sudah tentu pemuda itu bukan main lihaynya. "Apa pemuda itu bukannya dia?" Ia tanya dirinya sendiri. Sedang pikirannya melayang layang, tiba-tiba dibikin kaget oleh pertanyaan ayahnya. "Giok-Jie, aku ada mencurigakan senjatanya." "Senjata apa dia gunakan?" "Golok pusaka .... kita..." "Ayah..." Hanya ini yang keluar dari mulutnya yang mungil, dadanya berdebaran seketika itu, parasnya yang pucat agak kemerah-merahan- Sang ayah menatap parasnya sang putri sekian lama, hingga Seng Giok cin tundukan kepalanya. "Betulkah itu golok pusaka kita?" Tegurnya. " ... mungkin... " Jawabnya perlahan. Puterinya yang biasa lancar bicara dan sangat tangkas mengatur sesuatu urusan, kini kelihatan agak gugup seolaholah yang mempunyai kesulitan, membuat Seng Pocu menjadi heran dan mau mendesak puterinya tapi urung ketika satu pikiran berkelebat dalam otaknya. Kalau melihat kelakuan pemuda lihay itu dan anaknya sekarang, seperti ada mempunyai hubungan apa-apa yang ia tidak tahu. Tadi ketika ia bertempur, beberapa kali goloknya si pemuda hampir berhasil melukai dirinya, tapi heran tidak diteruskan, seolah-olah sengaja tidak ingin melukainya. Kalau benar-benar pemuda itu bertempur dengan maksud membunuh, tadi rasanya tidak sukar mengambil jiwanya, Mungkin pemuda itu ada memandang pada dirinya, maka telah mengasih kelonggaran yang tidak diduga-duga. Seng giok cin ada puteri tunggalnya, ia sangat sayang pada si nona yang otaknya sangat cerdik dan banyak akalnya, Maka melihat anaknya seperti mempunyai kesukaran untuk menuturkan kepadanya soal golok pusaka itu, ia tidak mau mendesak lebih jauh, hanya simpangkan pembicaraan kelain jurusan. "Sudahlah Giok-jie mari ikut aku membantu mereka menangkap pemuda itu." Kita Seng Eng, sambil berbangkit dari duduk nya dan berjalan keluar diikuti oleh seng Giok Cin dengan tundukkan kepala. Selama mengikuti ayahnya, pikirannya terkenang pada pemuda pujaannya. Ia tidak mengira sama sekail, kalau Ho Tiong Jong ada mempunyai kepandaian yang tinggi, dapat mengalahkan ayahnya yang tersohor mempunyai kepandaian jarang tandingannya. Barusan, ketika bertempur dengan Ho Tiong dengan acuh tak acuh memberikan perlawanannya. Sebab kecuali anak muda itu memang tidak bermaksud jahat padanya, juga menang benar-benar kepandaiannya telah meningkat diluar dugaannya. Tapi kenapa Ho Tiong Jong tidak mau menemuinya. Pertanyaan ini adalah yang mengaduk dalam otaknya. Ia paham Ho Tiong Jong tentu mengerti bahwa ia ada mencintai padanya, tapi kenapa pemuda itu tidak terangterangan menemui padanya? Malah ia sudah menculik Co Kang Cay hendak dibawa keluar benteng, apakah maksudnya itu? Rupa-rupa pertanyaan mengaduk dalam otaknya akan tetapi sulit ia dapat memecahkannya, Tindakkannya pemuda she Ho itu seolah-olah merupakan teka-teki yang sukar ditebaknya. Kini ia dihadang oleh jago-jago kenamaan, apakah Ho Tiong Jong dapat meloloskan diri sambil membawa beban yang berupa dirinya Co Kang Cay. Seng giok cin baru tersadar dari lamunan nya ketika mendengar ayahnya berkata. "giok Jie, kau menjaga disini. Awas jangan kasih dia lolos, Kalau mereka lolos berarti membahayakan pada kedudukan kita, kau mengerti?" "Aku mengerti ayah" Jawab si nona seperti yang masih linglung. Dengan cepat Seng Eng sudah melesat ke lain jurusan dan menghilang ditempat gelap. Tempat yang ditugaskan untuk Seng giok cin juga adalah jalanan penting untuk orang dapat keluar dari Seng Kee Po. Meskipun ia mencurigai anaknya, tapi Seng Eng percaya puterinya tak akan menghianati ayahnya sendiri. Kita kembali melihat Ho TioagJong, Pemuda itu setelah lari meninggalkan Seng Eng atas petunjuk co Kang cay telah mengumpat dalam satu bangunan di bawah tanah Sebelumnya masuk ia turunkan co Kang cay dari gendongannya dibawah suatu pohon yang rindang, Ia memeriksa goloknya, diam diam ia merasa terkejut ketika melihat goloknya gompal karena tadi dipakai menahan senjata rahasianya Seng Eng. Ia mengerti hebatnya senjata rahasia mutiara merah itu, kalau saja tidak golokrya barusan yang menalangi merangkis nya, jiwanya tentu bisa melayang saat itu. "Lihay .... " Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ia menggerendeng sambil menghela napas. Pikirnya mengalami bahaya maut tadi tidak sampai mati, apakah nasibnya tidak jadi mati karena racunnya Tok kay didalam tubuhnya? Setelah sekali lagi ia menghela napas lalu pondong tubuh co Kang cay masuk kedalam bangunan rahasia tadi, dimana mereka sembunyi untuk sementara waktu dari kejarannya Seng Eng, setelah mengasoh beberapa lama, Ho Tiong Jong ajak Co Kang Cay ke luar lagi, supaya malam itu juga mereka bisa meloloskan diri dari kekuasaannya Seng Eng dan kawankawannya. Tapi ia tidak jadi keluar mengambil jalanan masuk tadi, karena ketika ia mengintip keluar mendapat lihat ada si muka merah Kim Toa Lip yang sedang menjaga. "Lopek, bagaimana sekarang kita bertindak? Semua tempat rupanya sudah dijaga oleh orang orang kuat dari Seng Kee Po, apakah lopek tidak punya jalanan lain untuk kita keluar dari sini dengan selamat?" Tanya Ho Tiong Jong Co Kang Cay. "Tiong Jong, kau jangan kuatir. Masih banyak jalanan untuk kita bisa keluar dari sini dengan selamat," Jawab sikakek lumpuh. Hatinya Ho liongJong lega mendengar perkataannya sang kawan tua. "Bagus," Katanya,"kita berusaha, kita mencoba, bagaimana juga harus kita berhasil meninggalkan tempat terkutuk ini." Mereka lalu pergi ke lain bagian keluar, disini baru saja Ho Tiong Jong menongolkan kepalanya lantas melihat ada dijaga oleh seorang yang bersenjatakan bendera segi tiga. Sipemuda kenali ia ada Co Tong Kang, salah satu orang lihay dalam Perserikatan Benteng perkampungan yang ia saksikan sendiri kepandaiannya ketika Co Tong Kang bertempur dengan Ceng Ciauw Nikow. IA kembali pada Co Kang cay dan berkata padanya. "Lopek jalanan ini juga tidak aman- Diluar ada dijaga oleh Co Tong Kang, sulit kita melewatkan dia tanpa ada pertempuran yang hebat." Co Kang cay berpikir sejenak. kemudian ia berkata. "Masih ada jalanan lain, entah disana dijaga oleh siapa, mari kita kesana ?" Ho Tiong Jong lalu pondong lagi si kakek jalan mengikuti jalanan yang berbiluk-biluk, kemudian ia letakkan si kakek dan ia sendiri menghampiri tutup lubang yang merupakan pintu jala n keluar untuk mengintip siapa yang jaga disitu. Hatinya tiba-tiba berdebar, karena ia melihat satu bayangan kecil langsing yang sedang menjaga dibagian itu. ia bukan lain tentu nona Seng, pikirnya. Harapan dapat lolos dengan mendadak muncul dalam otaknya, ia paham akan besarnya cinta Seng giok cin atas dirinya, maka ia percaya si nona tidak ingin melihat ia mengalamkan kesulitan dan tentu akan memberi jalan kepadanya untuk keluar dari tempat itu. ^ Maka tanpa ragu-ragu ia telah gendong co Kang cay diajak keluar dari bangunan dibawah tanah itu, Ketika ia hendak menghampiri sinona telah dibikin merandek melihat ada bayangan seseorang yang mendatangi menghampiri si nona, cepat-cepat Ho Tiong Jong menyelingkar dibalik pohon besar. Terdengar orang tadi berkata. "giok-jie, apakah kau tidak melihat apa-apa?" "Ah, dia Seng Pocu" Pikir Ho Tiong Jong dibalik pohon- "Tidak. ayah." Jawab si nona ringkas. "Hati-hatilah kau menjaga, jangan sampai bocah itu lolos membawa co Kang cay. Aku banyak urusan mengontrol tidak lama-lama menemani kau. Nah, perhatikan apa yang ayahmu kata barusan-.." Omongannya belum habis, orangnya sudah lompat melesat menghilang dari pemandangan- Diam-diam Ho Tiong Jong bersyukur dirinya tidak sampai dipergoki oleh kepala benteng yang kejam telengas itu. Setelah keadaan sudah aman untuk ia menghampiri si nona, maka dengan perlahan-lahan sambil menggendong Co Kang Cay ia datang pada Seng Giok Cin- Nona Seng terkejut melihat seseorang dengan menggendong orang datang menghampiri padanya tapi lekas hatinya menjadi tenang lagi ketika mengetahui bahwa orang itu bukan lain ada Ho Tiong Jong. Ia menanti serangan Ho Tiong Jong, tapi heran pemuda itu tidak menyerang, sebaliknya malah mendekati padanya dan berkata. "Nona Seng, aku mohon kemuliaan hatimu supaya memberi jalan lolos kepada kami, untuk pertolongan mana kami seumur hidup tidak akan melupakannya . " Seng Giok Cin hatinya berdebaran mendengar suara itu yang ia kenali betul. "Hai, kau ini siapa?" Si nona pura-pura menanya. "Aku Ho Tiong Jong," Jawabnya. "Hai, bukan Ho Tiong Jong sudah mati?" "Giam-lo ong masih belum mau menerima aku." Si nona menekap mulutnya yang mungil menahan ketawanya mendengar jawaban Ho Tiong Jong yang lucu. "Nona Seng, aku harap sekali pertolonganmu itu," Kata pula si pemuda, yang jadi mesem melihat kelakuannya si nona terasa geli sambil menekap mulutnya. Tiba-tiba ia rasakan tangannya dicekal si nona. "Tiong Jong. "kata si nona. "kau ini bukankah sudah mati dibawah senjata rahasianya ceug ciauw Nikow yang dinamai Tok kim-chi? cara bagaimana kau bisa hidup. Selain dari itu, apa maksudmu kau hendak pergi dari sini dengan membawabawa orang tua ini?" Sambil menunjuk pada co Kang cay yang digendong. "Tidak. malam ini juga kau harus datang dikamarku." Ho Tiong Jong terkejut, Dalam hatinya berpikir kalau ia tidak menurut permintaannya si nona, sudah pasti ia tidak bisa keluar dari situ, Untuk dirinya sendiri tidak menjadi soal, hanya kasian kepada co Kang cay yang sudah dua puluh tahun lamanya belum pernah melihat matahari lagi, Ia cepat mengambil putusan, jawab nya. "Ya, baiklah nona Seng, sebentar jam tiga aku akan datang ketempatmu." Seng giok ceng girang mendengar janjinya si anak muda, maka ia lalu berkata. "Nah, sekarang cepat-cepat kau melarikan diri " Ho Tiong Jong mengucapkan terima kasih, kemudian meninggalkan tempat itu menuju kekuil bokbrok yang tempo hari ia dengan Tok-kay pernah meneduh dan telah membunuh pengemis beracun itu. Ia lalu menurunkan co Kang cay dari gendongannya. Berdua duduk diatas lantai, berCakap cakap akan bertindak selanjutnya. Selama itu pikirannya si pemuda kalut, karena memikirkan nasibnya yang hanya sampai besok malam temponya jam tiga, jiwanya pasti melayang karena racun jahatnya Tok kay. Pikirnya, orang telah mengetahui dirinya telah binasa dibawah Tok-kim-chi ceng ciauw Nikow, sekarang hidupnya dalam rahasia sudah bocor diketahui orang juga. Untuk apa sebenarnya hidupnya yang sesingkat waktu itu? Sambil menghela napas ia berkata pada Co Kang Cay "Co Lopek. baru sekarang aku ingat bahwa pekerjaanku menolong kau akan terlantar setengah jalan-.." "Hei, kenapa kau bilang begitu?" Memotong Co Kang Cay kaget. kembali Ho Tiong Jong menghela napas. "Lopek." Katanya lesu", sebenarnya badanku sudah terkena racunnya Tok kay. Besok jam tiga malam racun itu akan bekerja dalam tubuhku. Kecualinya sebelum jam tiga itu aku ketemu dengan si Dewa obat Kong Jat Sin yang dapat menolongku, jiwaku tidak melayang karenanya, Aku menyesal tidak bisa melanjutkan tugasku menolong dirimu sampai ditempat yang aman-" Co Kang Cay kaget bukan main mendengar bicaranya Tiong Jong. Mukanya menjadi pucat seketika. "Hai, bagaimana baiknya ini?" Katanya gugup. "Kakiku sudah tak dapat berjalan, kalau nanti dapat diketemukan oleh Seng Eng tentu dia akan menyiksa diriku dengan lebih kejam lagi daripada yang sudah." Ho Tiong Jong yang berhati budiman, merasa terharu dan kasihan pada si kakek yang jadi gelabakan ketakutan- Perkataannya Co Kang Cay memang beralasan- Ditempat itu, malah disekitarnya sejauh ratusan li masih dibawah kekuasaannya Seng Eng, mana mereka dapat bersembunyi disitu, apalagi kalau Co Kang Cay ditinggal sendirian, terang ia akan ditemukan lagi oleh Seng Eng. "Tiong Jong, kalau begitu baik kau bawa lagi aku ke tempatnya Seng Eng," Kata co Kang cay dengan tiba-tiba. Ho Tiong Jong kaget dan mengawasi si kakek dengan perasaan tidak mengerti. "Tiong Jong, kau jangan kaget," Kata si kakek nyengir. "kau tidak tahu, kita sembunyi ditempatnya Seng Eng ada lebih aman, karena disaaa ada banyak tempat yang rahasia dan aku sendiri yang mengetahuinya, jikalau kita masuk dalam salah sebuah kamar yang kiranya tidak akan menjadi perhatian mereka, tentu kita sembunyi dengan selamat kau pikir bagaimana?" Ho Tiong Jong pikir jalan itu memang ada berbahaya, tapi karena sudah tidak ada jalan lain, pikirnya jalan itu baik ditempuh- nya. "Tapi, bagaimana kita balik kesana, apa tidak akan dipergoki oleh mereka?" Tanyanya sangsi. "Kaujangan kuatir, turut saja petunjukku kau jalan akan selamat" Jawab si kakek yang sudah tahu betul selak seluknya tempat di benteng Seng-kee Po itu. ---ooo0dw0oo--- XVIII. TOTOKAN SI CANTIK IE YA DEMIKIAN setelah mereka mengasoh sebentar lantas Ho Tiong Jong menggendong si kakek dan dia akan sendiri, Maka nya semuanya ada tujuh koper penuh dengan isi nya emas semua, Betul-betul dalam seumur hidupnya Ho Tiong Jong baru mengalami melihat harta dunia yang demikian hebatnya, Mustahil maka berapa harganya emas itu dapat dibayangkan bawa kembali ke tempatnya Seng Eng. Betul saja, dengan melalui jalanan yang jarang dilalui orang atas pengunjukan co Kang cay, akhirnya Ho Tiong Jong dapat membawa si kakek kembali ke-tempatnya Seng Eng dengan tidak menemui rintangan apa-apa. Dengan mengikuti petunjuk Co Kang cay ia menggendong masuk keluar kamar-kamar batu rahasianya? Akhirnya mereka memasuki sebuah kamar batu yang lebarnya dua tombak dan tingginya enam kaki, pintunya dapat didorong dan menutup sendiri. Inilah ada kamar yang merupakan pusatnya dari sekalian kamar batu lainnya, di atasnya kamar ini ada kamar tempat tidurnya Seng Eng, penerangan disini terpancar dari dua buah batu mustika. Co Kang Cay memilih kamar ini dianggapnya tempat yang aman, karena jarang di datangi oleh Seng Eng. Kamar-kamar batu rahasia disitu, merupakan gudang hartanya Seng Eng. Atas pengunjukan Co Kang cay supaya si pemuda dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana besar hartanya Seng Eng. Ho Tiong Jong pergi ke kamar sebelahnya dimana benar saja terdapat harta benda yang tak ternilai harganya. Di atas meja panjang ia lihat ada tersebut barang mustika, mutiara dan sebagainya yang sangat berharga. Lebih jauh ia lihat ada tujuh buah koper besi, ia membukanya koper itu isinya ada barang barang yang terbikin dari bahan emas. Ditaksir timbangan koper itu ada puluhan ribu. Setelah puas melihat-lihat dalam kamar harta itu, Ho Tiong Jong balik lagi kekamar dimana Co Kang cay ada menantikan padanya. "Bagaimana ?" Tanya Co Kang cay ketika melihat si pemuda menghampiri padanya. Sambil ambil tempat duduk. l Ho Tiong Jong menjawab. "Ya, betul-betul aku seumur hidupku baru melihat harta yang demikian besarnya, Tujuh buah koper penuh dengan emas sedang diatas meja ada berserakan benda-benda mustika, berlian, batu kumala, mutiara dan sebagainya. Betul-betul Seng Pocu ada satu hartawan besar..." Ia berkata sambil menghela napas. "Hei, kenapa kau menghela napas?" Tanya co Kang cay. "Ya." Katanya lesu. "kalausaja aku tidak merasa hutang budipada nona seng, aku pasti akan mencari akal untuk mengambil harta benda itu dan kemudian dibagi-bagikan kepada orang yang melarat supaya mereka dapat bernapas legahan dalam penghidupannya yang serra sempit." "Bagus, Tiong Jong," Kata sikakek sambil mengelus- elus jenggotnya, kau yang begini muda mempunyai pikiran begitu dermawan, kelak di kemudian hari kau akan mendapat pembalasannya. Memang benar, kalau harta kekayaan itu kita bagi-bagikan kepada orang miskin, tentu mereka merasa sangat berterima kasih dan akan membalas budi pada kita..." "Tidak. lopek" Memotong Ho Tiong Jong. "bukan maksudku untuk menerima pembalasan budi, Aku kalau sampai dapat membagi harta kepada pihak si miskin, aku sudah merasa puas dan tidak mengharap akan pembalasan budinya mereka." Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com / Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com / Demikian mereka melamun, jikalau menguasai harta akan dibagi bagikan kepada rakyat miskin- Selagi si kakek tersenyum-senyum sambil mengurut- urut jenggotnya, tiba tiba ia seperti kaget dan berkata pada Ho Tiong Jong. "Tiong Jong, bukankah kau sudah berjanji dengan nona Seng? Kini sudah dekat jam tiga, kau harus pergi kesana, Harap kau lekas pergi dan cepat kembali, aku disini kesepian di tinggal sendirian." "Tidak apa," Jawab Ho Tiong Jong bersenyum. " Lambatlambatan sedikit tidak menjadi soal, asal aku pergi menemuinya. Kau jangan kuatir, aku pergi dan tidak lama akan balik kembali." Ia lalu meninggalkan Co Kang Cay, tapi di luar ia merandek dan memikirkan halnya Sikakek yang sudah dua puluh tahun ditahan sungguh tersia sia kepintarannya selama dua puluh tahun itu tak dapat digunakan- Pikirnya, baik sekali kalau ia masuk pula ke gua harta tadi dan mengambil beberapa potong emas dan mutiara untuk diberikan kepada Co Kang Cay, ia sudah tua dan tak dapat bekerja berat lagi maka emas dan mutiara itu ada untuk ongkos hidup selanjutnya. Setelah mengambil putusan, ia lalu mampir lagi keg udang harta tadi, dimana ia mengambil potong emas dua, dua puluh butir matiara. Ketika ia hendak kembali kekamar Co Kang Cay, ia melihat disitu ada patung tembaga yang besar, yang bermula ia datang kesitu tidak diperhatikan- Kini ia perhatikan patung tembaga yang besar itu. Pikirnya, patung beginian apa gunanya ditaruh dalam gudang harta ini? ia lalu menghampiri dan merabah patung tembaga itu dari kepala sampai kebawah. Dilihatnya dibawahnya ada satu bantalan, ia iseng dan menggosok-gosok bantalan ini tiba-tiba bantalan itu mengeluarkan cahaya dan terbuka. Didalamnya pun ada sebuah perisai gading lebarnya tiga jari dan panjangnya tiga dim, pada gading itu ada benang merah, mulai dari sudut atas bagian kiri terus berputar-putar ketengahnya dan sampai ditengah-tengah sebelah kanan benang itu Sudah-putus, ia tidak mengerti apa rahasianya benda itu, kemudian ia benahi lagi seperti sedia kala, ia balik lagi ketempatnya Co Kang Cay. orang tua itu heran sianak muda balik kembali. Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kau balik kembali, kenapa, apa tidak jadi menemui nona Seng ?" Tegurnya. "Aku balik kembali membawa ini. "jawab si pemuda sambil menunjukkan emas dan mutiara yang dibawanya dari kamar harta. "Untuk apa kau bawa bawa yang demikian?" Tanya si kakek. "Kau sudah ditahan disini sudah dua puluh tahun lebih, maka lebih dari pantas kalau kau dapat bagian ini. Maka harap lopek terima ini." Sambil diberikan pada si kakek. Co Kang Cay tertawa bergelak-gelak pelahan sambil menerima barang tersebut. "Hmm.... Tiong Jong memang betul katamu tadi, Aku harus mendapat kerugian untuk tempoku yang ditahan disini. Tapi aku tidak mau harta ini, aku mau tempoku itu, Nah, karena sudah ketelanjur kau membawanya, maka kita bagi seorang separuh saja. Kau perlu gunakan untuk diperjalananmu kelak, untukku separph sudah cukup," Ho Tiong Jong menolak. tapi setelah dipaksa ia hanya menerima lima butir saja, yang ia anggap itu ada pemberian Co Kang Cay bukannya harta haram. "Nah, sekarang sudah saatnya aku pergi menemui nona Seng, Aku sudah paham dengan jalanan rahasia disini, maka aku tidak sampai salah jalan- Harap kau baik-baik menantikan disini." Ho Tiong Jong segera meninggalkan tempat itu sebentar saja ia sudah sampai dikamarnya nona Seng. ia lalu mengetuk jendelanya sampai dua kali, tapi tak kedengaran reaksi apaapa dari dalam. Ia sudah hendak meninggalkan tempat itu, tapi di pikirannya tak baik ia mengingkari janji, maka ia lalu mengetok pula sekali. Tapi tak juga mendapat jawaban, Ketika ia hendak pasang kupingnya meneliti, ia mendengar suara mengorok disebelah dalam. Kapan ia menyelidiki dari renggangannya jendela, ia dapat kenyataan yang tidur ngorok itu ada satu pelayan perempuan. Ia sudah putar tubuhnya hendak kembali, tiba-tiba ia melihat ada berkelebat bayangan orang menuju kepinggir rumah, dimana ia menghilang. Ho Tiong Jong bercekat hatinya, Apa ia Seng Eng? Badannya kurus dan ilmu mengentenGi tubuhnya bagus sekali. Tertarik oleh penglihatannya, maka ia lantas mengejar, tidak jadi kembali kekamar rahasianya, ia melihat bayangan orang itu lompat melewati tembok pekarangan, maka ia juga menyusul lompati tembok tadi. Diluar tembok pekarangan itu ternyata ada lapangan, dan sawah, sedang orang tadi entah kemana perginya tidak kelihatan bayangan-nya. Tapi ia terus mengejar pula beberapa li, tiba-tiba ia hentikan tindakannya karena mendengar seperti ada orang yang sedang bertempur. Dari suara bentakan-bentakan, ia kenali suaranya Li-lo sat Ie Ya. "Apakah Ie Ya terjebak disini?" Tanyanya dalam hati sendiri. cepat-cepat ia pergi ketempat pertempuran disana, dibelakangnya kebun buah, ia melihat ada tiga orang sedang bertempur. Dua lelaki melawan satu perempuan- Perempuan yang dikerubuti itu ia kenali betul ada Li lo-sat Ie Ya, sedang yang mengeroyoknya juga ia kenali ada oet-ti Kang dan oet-ti Koen. Dilihat jalannya pertandingan kelihatan tak menguntungkan untuk le Ya. ia ini menggunakan selendang sutra sebagai senjata, sebenarnya ada meminta banyak tenaga karena orang yang menggunakannya harus menyalurkan tenaga dalamnya ke selendang sutra itu, barulah selendang itu dapat digunakan dengan sesuka hatinya. Maka Ho Tiong Jong pikir, lama lama le Ya akan kewalahan dan kalah melawan dua musuhnya yang bukan lemah kepandaiannya. Mengingat le Ya pernah menolong dirinya tempo hari maka perasaan hendak membalas kebaikan orang timbul seketika dalam hatinya. Tambahan ia merasa gemas, seorang perempuan dikeroyok oleh dua lelaki pantes. Tidak ayal lagi ia lantas menyerbu dalam pertempuran membantu Li-Iosat le Ya. Co Tong Kang yang juga ada disitu telah keluarkan bentakan nyaring. "Hei, kau manusia liar dari mana berani mengacau ditempatnya Seng Pocu" Tapi Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia hanya putar goloknya menyerang kepada dua saudara oet-ti yang mengerubuti le Ya. Oet-ti Kang sambil berkelit dari sambaran goloknya Ho Tiong Jong, telah meneruskan serangan pedangnya kepala Lilo- sat le Ya. Oet-ti Koen telah menangkis serangan hebat Ho Tiong Jong pedangnya membentur golok sampai lelatu api. Ketika dilihatnya, oet-ti Koen merasa sangat terlihat berduka, karena pedang cit seng-kiamnya telah menjadi gompal karenanya. le Ya dilain pihak ketika pedang cit-Seng kiam Oet-ti Kang mengarah dirinya lantas gunakan selendang suteranya dengan tipu Sin liong cut hay (Naga sakti keluar dari laut), ia menggulung senjatanya lawan. Oetti Kang kerahkan tangannya menarik pulang pedangnya, tapi selendang suteranya Ie Ya terus menyerang kearah jalan dari seorang yang penting, Untung co Tong Kang itu waktu keburu menyelak. menggunakan senjata benderanya menahan serangan selendang suteranya Ya, hingga oet-ti Kang terhindar bahaya kena ketotok. Ho Tiong Jong tidak tinggal diam, dengan gaya co imSuyang (tiba-tiba lunak berubah keras) yang telah menangkis benderanya co Tong Kang, Golok dengan Panji Api telah beradu, serangan im (lunak) dari Ho Tiong Jong telah berubah menjadi yang (keras) membikin co Tong Kang sangat terkejut, sampai ia mundur dua tindak. oet-ti Kan mengenali golok yang digunakan Ho Tiong Jong ada golok pusaka, maka ia berteriak. "Hei, kau jangan berlaku pengecut Kau ini pendekar dari mana, lekas katakan, aku tidak ingin bertempur dengan segala orang yang tidak punya nama." Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia hanya tertawa dingin. Ie Ya sekarang sudah mundur, menonton penolongnya bertempur dengan co Tong Kang, Diam diam ia heran sebab apa pemuda tidak dikenal ini telah turun tangan membantunya. Ho Tiong Jong sebenarnya menyerbupada saat mereka bertempur, maksudnya supaya Ie Ya lekas-lekas melarikan diri, tapi kenyataannya tidak demikian, Ie Ya daripada angkat kaki malah diam menonton dipinggiran, Hatinya jadi gelisah. Ho Tiong Jong dikeroyok co Tong Kang dan oet-ti Koen, tapi pemuda itu dengan tenang telah memberikan perlawanannya. Tipu-tipu golok seperti "Bulan keluar bintang lenyap dan Dimana hati melewati perbatasan gunung telah dimainkan oleh si anak muda dengan bagus sekali. Tenaganya besar, hingga tekanan golok dirasakan oleh co Tong Kang sangat berat, Maka ia tidak berani menangkis goloknya Ho Tiong Jong dengan keras lawan keras, hanya ia mengandalkan kegesitannya untuk menyingkir dari serangan sang lawan Dengan gaya Thian lie San-hoa, (Bidadari menyebar bunga) Ho Tiong Jong, menyalakan api membakar langit. oet-ti Koen yang melihat saudara tuanya tertindih, kuatir pedangnya akaa mengalami nasib seperti pedangnya sendiri gompal, maka ia lalu menyerbu memberikan bantuannya Kini- Ho Tiong Jong jadi dikerubuti bertiga. Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo Raja Silat Karya Chin Hung