Ceritasilat Novel Online

Golok Sakti 2


Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 2


Golok Sakti Karya dari Chin Yung   Ia memesan pada pelayan makanan dan minuman yang istimewa, sementara menanti barang hidangan disiapkan ong Kong Gie lah menanya pada Ho Tiong Jong.   "Saudara Ho, apakah kau datang dikota Lok-yang ini hanya sendirian saja? Bagaimana dalam perjalanan apa tidak menemui apa-apa yang mengherankan?"   "Betul, aku hanya datang sendirian saja, Di perjalanan tidak ada apa-apa yang aku ketemukan mengherankan- "jawab Ho Tiong Jong ia tidak mau menceritakan pengalamannya sudah bertempur dengan "Sepasang orang ganas, dan pertemuannya dengan si pemuda pelajar yang berbadan sangat mewah.   "Saudara Ho, sebenarnya ada sesuatu yang aku ingin bicarakan denganmu, oh, sebentar saja jikalau sudah habis makan"   Seiring dengan kata-katanya, ong Kong Gie membantu pelayan mengatur makanan yang dipesan diatas meja.   Demikian mereka telah makan minum dengan diseling oleh pembicaraan yang tidak ada hubungannya dengan jalannya cerita.   Begitu selesai makan, ong Kong Gie telah berkata.   "Saudara Ho, aku harus mengucapkan selamat kepadamu."   "Hei, selamat apa. saudara ong?"   "Selamat lantaran namamu sekarang telah naik tinggi."   "Sebabnya?"   "Kau sudah berani bermusuhan dengan "Sepasang orang ganas"   Yang sangat ditakuti dalam kalangan kang-ouw, Kau berani menempur dan mengalahkan mereka, sudah tentu namamu menjadi terkenal dimana- mana.   Kantor kami sudah mengetahui tentang saudara punya pengalaman, meskipun saudara sendiri kelihatannya sungkan untuk menuturkannya ketika aku menanyakan pengalaman saudara di perjalanan-"   "Saudara ong, kau terlalu memuji tinggi, Aku tidak mempunyai kepandaian apa-apa, kalau tokoh aku berani menempur pada "Sepasang orang ganas"   Disebabkan sang hati tidak tega melihat keganasan yang dilakukan oleh mereka terhadap orang-orang yang tidak salah berdosa, Maka, apa yang aku perbuat hanya sekedar untuk membela keadilan, bukannya dengan sengaja mau mencari nama dalam kalangan kangouw."   Ong Kong Gie angguk-anggukan kepalanya. Sambil mengacungkan jempolnya, ong Kong Gie berkata lagi.   "itulah ada perbuatannya satu pendekar tulen- Dengan tidak menghiraukan diri sendiri dan tidak memikirkan akan akibatnya urusan yang diperbuatnya, saudara sudah tunjukan diri untuk membela keadilan, jarang orang yang seper..."   Ong Kong Gie tidak meneruskan kata-katanya, karena diganggu oleh masuknya tiga orang laki laki berbadan tegap dengan sikap yang sombong sekali.   Mereka datang dengan berkuda, satu diantaranya yang berjalan di depan sungguh menjemukan lagaknya, ia berjalan lewat diantara tetamu yang pada makan di situ seolah-olah tidak memandang mata, sangat angkuh sikapnya, hingga yang melihatnya menjadi sebal.   Ho Tiong Jong yang melihat ong Kong Gie tidak meneruskan kata-katanya dan matanya mengawasi kesatu jurusan, ia pun berpaling mengikuti kemana ong Kong Gie mengarahkan penglihatannya .   Hatinya Ho Tiong Jong juga jadi mendelu melihat sikapnya orang sombong tadi.   ong Kong Gie udah sedari tadi menundukkan kepalanya lagi ia melihat Ho Tiong Jong masih mengawasi kepada tiga orang yang baru datang tadi, lalu berkata dengan suara berbisik "saudara Ho sebaiknya jangan kita mengawasi mereka, kita bicara tentang urusan kita saja."   "Kenapa? Apa saudara ong, kenal pada mereka?"   Tanya Ho Tiong Jong.   ong Kong Gie punya pengalaman sebagai piauwsu sudah tiga puluh tahun, ia sudah kawakan dan mengenal banyak orang gagah dari rimba persilatan, baik yang gagah budiman maupun yang gagah jahat, pengalamannya banyak dan pengetahuannya sangat luas, Dengan suara berbisik ia menjawab pertanyaannya Ho Tiong Jong.   "Ya, kalau tidak keliru mereka itu ada murid-muridnya dari si siluman Khoe Tok yang sudah mengasingkan dirinya selama tiga puluh tahun belakangan ini dari dunia kangouw."   Ho Tiong Jong berpaling pula mengawasi bajunya mereka agak aneh.   "Hei, saudara ong, apakah kau kenal orang yang berbaju disulam mata satu siapakah gerangan dia? Kelihatannya dia sangat tajam."   "Memang betul demikian, pemandanganmu tepat sekali. Tentang riwayatnya siluman Khoe Tok sedikit sekali orang lain, di kota Lok yang ini barangkali hanya akulah yang dapat menyediakan riwayatnya."   Tiga tetamu congkak tadi ambil tempat agak berjauhan juga dari Ho Tiong Jong dan ong Kong Gie, sementara suara berisik dari tetamu yang pasang omong, membuat apa yang dibicarakan oleh Ho Tiong Jong dan ong Kong Gie tidak dapat didengar oleh yang lain- "Kalau begitu,"   Kata Ho Tiong Jong.   "aku harap saudara ong suka, menceritakan kepadaku ada baiknya sekedar menambahkan pengalaman ku."   Ong Kong Gie angguk-anggukkan kepala.   "Khoe Tok yang terkenal julukannya si "Siluman,"   Ong Kong Gie mulai menutur.   "pada masanya ia malang melintang dalam dunia kangouw perbuatannya sangat kejam, ia suka sekali menghisap atau minum darahnya manusia. Darah dari wanita yang datang bulan ia bikin menjadi obat, entah obat untuk apa? Ketika ia beraksi dalam kalangan kangouw telah menggemparkan rimba persilatan karena kekejaman dan keganasannya. Dia punya kebiasaan menghisap dan meminum darah manusia, membuat banyak pendekar yang berilmu silat dan budiman menjadi marah besar. Banyak yang sudah mencari padanya, tapi ilmu silatnya Khoe Tok yang tinggi sukar dijatuhkan bahkan bukan sedikit kawanan pendekar yang menjadi korban kekejamannya."   "Kalau begitu dia sukar dibunuh sukar disingkirkan jiwanya untuk menolong banyak korban dari keganasannya."   Menyelak Ho Tiong Jong.   "Memang begitu kenyataannya. Rimba persilatan gempar dibuatnya kekejaman dan keganasannya si Siluman Khoe Tok semakin menjadi-jadi. Saban kali ia membunuh orang dia hisap atau minum darahnya. Yang paling gila, dia kumpulkan banyak wanita yang tengah datang bulan, masing-masing disuruh kumpulkan darahnya untuk dijadikan obat. Wanita-wanita itu setelah berhenti datang bulan, lalu diganggu kehormatannya, siapa yang tidak menuruti digeragot lehernya dan dihisap darahnya, sehingga si korban mati seketika itu karena kehabisan darah..."   "   Celaka"   Seru Ho Tiong Jong tertahan- "Husssst..."   Ong Kong Gie tempelkan jarinya dimulut.   "Kau jangan sibuk tidak karuan, nanti aku tidak mau meneruskan ceritanya, Sebab urusan ini kalau tiga muridnya itu tahu, terang jiwaku akan melayang."   "Hmm"   Ho Tiong Jong menahan hawa amarahnya.   Ia sebenarnya sudah ingin berteriak-teriak mencaci maki Khoe Tok si siluman yang kejam dan ganas, akan tetapi mengingat kalau ia berbuat demikian akan menimbulkan onar yang tak diingini dan ong Kong Gie kena kejiret oleh karenanya, maka ia paksa tekan amarahnya yang hampir meluap dari takarannya.   "Teruskan, aku tak akan mengganggu kau cerita"   Kata Ho Tiong Jong dengan air muka agak beringas. ong Kong Gie ketakutan, ia berpikir sebenak untuk meneruskan ceritanya, hingga membuat Ho Tiong Jong tak sabaran.   "Teruskan, kenapa saudara ong diam saja?"   Katanya menegur. ong Kong Gie pikir, kalau tidak diteruskan akibatnya bisa runyam, melihat Ho Tiong Jong sangat bernapsu untuk mendengarnya, maka dengan apa boleh buat ia melanjutkan ceritanya.   "Perbuatannya Khoe Tok itu membuat gusar satu pendekar pedang kawakan yang bernama cin Tong, siapa ada tergolong salah satu diantara "Lima Tokoh"   Yang tertinggi ilmu silatnya dalam dunia persilatan- cin Tong dengan seorang diri telah mencari sarangnya Khoe Tok dan menantang kepadanya, setelah membeber kejahatannya si siluman yang jahat kejam itu."   "Bagus, bagus,"   Menyelak Ho Tiong Jong "tapi bagaimana, apa dia juga mati dibawah tangannya siluman kejam itu?"   Ong Kong Gie geleng-geleng kepala.   "Tidak."   Jawabnya.   "kali ini dia ketemu batunya, Dalam suatu pertempuran seru, Khoe Tok keteter, hingga perlu dibantu oleh muridnya yang terpandai bernama oet-ti Haa. pertandingan bertambah seru. cin Tong dikerubuti dua orang guru dan murid tapi cin Tong betul-betul gagah, Dia dengan pedangnya telah berhasil menusuk oet ti Hin hingga roboh, sedang dengan telapakan tangannya ia menyerang telak pada Khoe Tok hingga terpaksa siluman itu melarikan diri. Sejak mana Khoe Tok tidak kedengaran lagi namanya dalam kalangan Kangouw, ia menyembunyikan dirinya sehingga sekarang sudah tiga puluh tahun lamanya. Halnya siluman Khoe Tok itu hanya akulah yang dapat menceritakan seterang ini, orang lain barang kali tidak dapat."   Ho Tiong Jong setelah mendengar habis ong Kung Gie cerita, lantas berpaling ke arahnya tiga muridnya si siluman kejam, seakan-akan ia hendak memandang atau menegasi bagaimana sih rupanya murid-murid dari Khoe Tok itu? "Sekarang keadaan disini amat genting."   Kata pula ong Kong Gie.   "aku lihat banyak orang dari rimba persilatan yang jalan putih dan hitam mengalir masuk kota, Mungkin yang berjalan hitam ada hubungannya dengan "Sepasang orang ganas", Saudara Ho sudah menanam bibit permusuhan dengan "Sepasang orang ganas", kantor kantor piauwkiok disini menganggap ada berbahaya untuk menerima kau bekerja, maka sebaiknya kau angkat kaki dari sini pergi ke Kang- lam umpamanya, siapa tahu disana kau bisa mendapat pekerjaan, sekalian untuk menyelamatkan diri, entah bagaimana ada pikiran saudara Ho?"   Ho Tiong Jong tidak menjawab akan nasehatnya ong Kong Gie, la termenung, pikirnya.   Lim piauwTao rupanya sengaja mengirim ong Kong Gie untuk menyuruh aku lekas angkat kaki dari sini, itu sih tidak jadi apa, cuma saja dalam kantongku tidak membekal uang barang Sepeser, bagaimana dengan ongkos dalam perjalananku? Dan kemana aku harus pergi? Betul-betul dalam dunia ini orang harus kejam dan telengas, baru bisa beruntung, orang seperti aku ini, tidak lebih seperti sampah masyarakat, Kesana-sini melamar pekerjaan ditolak.   apakah nasibku memangnya ada demikian buruk ? Apa sebenarnya keyakinanku sehingga aku mengalami meski penderitaan hidup begini? Diam-diam ia merasa putus asa.   Dalan bengong memikirkan nasibnya, tiba tiba ong Kong Gie berkata.   "Saudara Ho, kau dari tempat jauh datang disini, mungkin ada kekurangan ongkos dijalan, maka sukalah kau terima sedikit pemberianku ini sebagai tandanya persahabatan kita, untuk menambah bekal diperjaianan yang akan kau tempuh."   Setelah berkata ia meletakkan uang tiga tahil perak diatas meja.   Dalam keadaan setengah sinting adatnya, Ho Tiong Jong yang angkuh timbul dengan tiba-tiba, ia menggebrak meja, hingga yang diatasnya suaranya yang nyaring.   Para tetamu pada menoleh kearah dua orang itu dengan wajah merasa heran dan menduga-duga, apakah dua orang itu hendak bertempur? sambil berbangkit dari duduknya Ho Tiong Jong berkata.   "Saudara ong, banyak terima kasih atas pemberianmu, aku masih ada cukup uang di kantong untuk melanjutkan perjalananku Disini aku sudah tidak dapat tempat untuk tancap kaki, semoga dilain tempat ada yang suka pakai aku punya tenaga."   Ketika matanya melirik kepada tiga orang jumawa tadi, jusru mereka punya mata pun sedang ditujukan kearah nya, hingga berbentrokan. Satu antaranya yang muda, yang sang at jumawa tadi, telah berkata pada dua kawannya.   "Hei, kalian lihat, itu tikus matanya menyala pada kita, kelihatannya sangat menantang"   Ia berkata seraya berbangkit dari duduknya menghampiri mejanya Ho Tiong Jong, hingga ong Kong Gie menjadi ketakutan dan mukanya pucat pasi.   Ketika ia datang dekat, ia melihat uang yang jatuh tadi telah melesak diatas meja, Diam- diam ia bersenyum, katanya.   "Kau main-main didepan kami orang seperti juga yang menantang, apa artinya itu?"   Ia tutup kata-katanya sambil menggebrak meja hingga uang yang nancap tadi telah mencelat keluar.   Masing-masing telah menggunakan tenaga dalamnya yang mahir, hingga para tetamu lainnya yang menyaksikan menjadi sangat kagum.   orang tadi mengawasi pada Ho Tiong Jong dengan roman menghina.   "Kau ini anjing kecil berani unjuk lagak didepan tuan besarmu, lekas kalian berdua berlutut baru ada harapan diampuni jiwa kalian-"   Mendengar hinaan itu, Ho Tiong Jong diam-diam berpikir.   "Lebih baik aku mati dari pada menelan hinaan orang."   Tengah ia berpikir untuk berlaku nekad, tiba-tiba ia melihat ong Kong Gie telah menjatuhkan dirinya berlutut, Sambil manggut-manggutkan kepalanya seperti ayam yang matokin gabah.   ong Kong Gie meratap minta ampun- Tiga orang jahat itu tertawa tergelak- gelak, tapi kemudian wajahnya beringas, karena melihat Ho Tiong Jong masih tinggal berdiri tegak, tidak mau berlutut seperti kawannya telah berbuat.   Anak muda itu telah unjuk sikapnya yang tenangkan sorot matanya yang dingin mengawasi kepada tiga penjahat itu.   "IHmm ... ."   Menggeram si jumawa tadi.   "Sayang kami ada urusan penting yang meminta lekas diurus, kalau tidak hmm.."   "Kalau tidak kenapa?"   Tanya Ho Tiong Jong dengan berani.   "Siapa namamu?"   Sijumawa tidak menjawab pertanyaan Ho Tiong Jong.   "Aku belum pernah menukar nama dalam perjalananku aku she Ho nama Tiong Jong, kau mau apa?" "Ho Tiong Jong."   Menggerutu sijumawa.   "Ho Tiong Jong kau mau apa? Siapa nama kalian, aku juga mau tahu bukan?"   Sijumawa marah sekali mendengar ceritanya Ho Tiong Jong.   "Aku oet-ti Koe dan ini engkoku oet ti Kang, yang itu ada suhengku Song Boe Ki yang bergelar si "Tangan Telengas", Kalau kan orang she Ho ada bernyali besar, sebentar malam jam tiga boleh datang ditempat yang bernama Lian-mang kang, kau boleh pilih diantara kami bertiga siapa yang kau taksiran menempur."   "Hmm..."   Ho Tiong Jong keluarkan suara dihidung.   "Kau boleh membawa kawan untuk mengerubuti salah satu diantara kami bertiga,"   Meneruskan sijumawa, hatinya mendongkol sekali melihat sikapnya Ho Tiong Jong yang kelihatannya tidak jerih sedikitpun terhadap mereka.   "Hm..."   Kembali Ho Tiong Jong menggeram.   "   Kenapa kau menggeram?"   "Aku sebal mendengar kata katamu yang tengik, Kenapa aku harus membawa pembantu, kalau aku sendirian saja menghadapi kalian masih kekurangan lawan? Ha ha ha, kau terlalu memandang rendah padaku."   Sijumawa panas hatinya.   "Bagus bagus"   Katanya "Kaiau sebentar malam kau tak muncul ditempat yang barusan aku sebuikan, kami bertiga saudara akan mencari kau sampai dapat meskipun sampai diujung langit sekalipun- Kami akan menghisap dan meminum darahmu yang masih hangat, untuk menghilangkan rasa haus, kau ngerti?"   Ho Tiong Jong geli dalam hatinya mendengar kata-kata sombong itu, setelah ia tertawa terbahak-bahak. berkata.   "Kalian tak usah mencari aku, sebab aku sendiri yang akan mencari kalian, ini bukan sudah bagus untuk menghemat tempo kalian?"   Bertiga saudara itu sebenarnya sudah sangat marah dan ingin turun tangan saat itu pun kalau tak terhalang oleh urusannya yang penting, Lantaran mana, mereka hanya mengawasi dengan sorot mata mendelu ketika Ho Tiong Jong dengan agak sempoyongan lewat diantara mereka pergi keluar rumah makanla sudah ambil putusan nekad, Mati dan hidup sudah maunya takdir, ada ditangannya Yang Maha Esa, maka ia tidak harus takuti segala orang jahat itu.   Meskipun ia agak sinting, matanya awas dan dapat melihat berkelebatnya bayangan Bhe Kong, yang sudah lantas hendak menjauhkan diri ketika melihat Ho Tiong Jong.   "Ha ha ha, Bhe toako kau mau kemana?"   Kata Ho Tiong Jong sambil menyekal orang punya bahu, hingga Bhe Kong terpaksa hentikan tindakannya, ia kelihatan ketakutan dan mukanya meringis ringis kesakitan bahunya dicekal Ho Tiong Jong.   "Bhe toako, kau ini sangat pengecut. Lihat aku Ho Tiong Jong, dikemudian hari pasti akan tersohor namanya dikalangan kangouw, ha ha ha..."   "Mungkin demikian-"   Jawab Bhe Kong.   "tapi lebih dahulu lepaskan cekelanmupada bahuku, sakit, nih". Ho Tiong Jong segera melepaskan cekelannya, hingga Bhe Kong merasa lega hatinya.   "Tiong Jong, namamu dikantor pengantar barang sangat dikagumi, tapi..."   "Tapi, kenapa?"   Tanya Ho Tiong Jong tidak sabaran.   "Tapi karena demikian tenagamu tidak ada orang yang mau pakai dalam kantor Piaukiok, sebabnya?"   "Sebabnya kau terlalu polos dan mau campur saja urusan orang untuk membela keadilan-Lebih-lebih kau ada menanam bibit permusuhan dengan "Sepasang orang ganas", tidak ada satu kantor piauwkiok yang mau pakai tenagamu, karena mereka takut pembalasan si Sepasang orang ganas, yang kejam telengas."   Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Aku tidak perduli. Aku berbuat menurut kemauanku berdasarkan keadilan-"   "Sebenarnya, ilmu silatmu belum dapat menandingi sepasang orang ganas. Hanya nyalimu saja yang besar membuat kau berlaku nekad, Andaikata kau dipakai oleh salah satu kantor Piuuw-kiok. yang menjadi sasaran si sepasang orang ganas, bukan hanya pada dirimu saja, akan tetapi juga kantor pengantar barang tersangkut sekalian disikat habis, ini bukan merugikan? Maka nya bagaimana juga setelah kau menanam bibit permusuhan dengan dua orang jahat itu, kau tak dapat bekerja lagi di kantor Piauw-kiok."   Ho Tiong Jong bengong sejenak, pikirnya apa yang dikatakan oleh Bhe Kong memang beralasan- Tapi ia penasaran dan hatinya mendongkol katanya.   "Hmm.... Memangnya penghidupanku tergantung pada kantor Piauw-kiok saja? Tanpa bekerja pada kantor demikian aku jadi kelaparan ? Ha ha ha. Bhe toako kau salah hitung. Bicara terus terang, sejak hari ini aku tidak akan menghiraukan aku yang jadi urusan Piauwkiok. Kau lihat saja sendiri, dikemudian hari aku Ho Tiong Jong akan mengangkat nama menjadi seorang lihay. Nah, selama tinggal..."   Ia segera meninggalkan Bhe Kong, siapa menjadi melongo dibuatnya.   Ho Tiong Jong jalan menuju kepintu utara.   Setelah berada diluar kota, mabuknya perlahan-lahan telah hilang kena disapu oleh angin musim rontok.   ia mencari salah satu pohon besar dan memanjat keatasnya, ia baringkan dirinya pada sebatang dahan setelah mengikat dirinya sendiri dengan ikat pinggang kepada dahan pohon dimana ia berbaring supaya jangan sampai jatuh.   Dalam sekejapan saja ia sudah tidur menggeros dengan nyenyaknya.   Entah berupa lama ia tertidur, sang rembulan yang terang telah memancarkan sinarnya, sehingga sang jagat menjadi terang benderang.   Ketika ia mendusin, tengah mengucek-ngucek matanya ia melihat kebawah ada seorang wanita dengan rambut riap- riap sedang berlutut sembahyang kepada sang dewi malam.   Wanita itu mengenakan baju putih mukanya ketika berdongak tampak pucat seperti mayat, Tersorot oleh terangnya sang dewi malam tampaknya lebih pucat lagi dan menyeramkan hati.   Sebentar lagi ia bangkit berdiri, mukanya mendongak keatas memandang rembulan, mulutnya berkemak-kemik seperti yang sedang berdoa.   Selainnya tiupan angin yang membuat cabang pohon dan daun daunnya berkresekan saling bentur, keadaan disitu sunyi senyap.   Tiba tiba terdengar sayup,sayup suaranya seperti orang menangis, pelahan-pelahan suara itu, semakin terdengar nyata dan menusuk kuping, hingga Ho Tiong Jong tanpa terasa menjadi bergidik.   Suara tangisan itu seperti telah keluar dari mulutnya si wanita yang berada dibawah pohon, Ho Tiong Jong dengan hati berdebaran mengikuti terus gerak-geriknya wanita aneh itu.   Sebentar lagi wanita itu menundukkan kepalanya, kemudian tekuk lututnya menghadap lurus kedepan, Dua tangannya dilonjorkan dan sepuluh jarinya dibuka lebar.   Perlahan-lahan dari ujung jari-jarinya wanita itu ada keluar sinar lemah berwarna hijau.   la tertawa, tapi tertawanya itu seperti mengandung perasaan yang kurang puas, dengan hasil latihannya belum sempurna, sinar hijau yang keluar dari sepuluh jarinya masih lemah, belum memuaskan hatinya.   Sinar itu adalah yang dinamai api setan, ia rupanya sedang meyakinkan ilmu nyeleweng, ilmu gaib yang dapat membikin celaka sesamanya.   Tengah ia sedang memainkan api senjatanya, tiba dari luar rimba ada meluncur sebuah batu besar kearahnya dibarengi dengan teriak-kan seseorang.   Wanita itu tidak jadi kaget diserang dengan batu yang tidak kurang dari lima puluh kati beratnya, ia menggunakan api senjatanya untuk menyambuti, begitu batu itu kebentur dengan api bikinannya, lantas saja sang batu nyeleweng dari tujuannya dan jatuh diatas lapangan rumput yang hijau.   Kemudian dengan cepat-cepat ia menyimpan kembali api senjatanya, dua tangannya diulur kekepalanya untuk membereskan rambutnya yang riap-riapan dan disanggul rapih sebentar lagi tampaklah wajahnya yang cantik luar biasa, sehingga Ho Tiong Jong yang berada diatas pohon menjadi melongo saking kagum.   Pada saat wanita itu sudah beres menyanggul rambutnya, tampak mendatangi kearahnya seorang pemuda sambil cengar cengir dan berkata.   "Bagus bagus, memang ilmumu.   "Telapakan tangan setansangat lihay, cuma sayang wanita yang termasyhur cantik bernama ie Ya dengan gelar Li-lo-sat sudah mengorbankan dirinya menjadi mayat hidup karena meyakinkan ilmu setan itu, ha ha ha..."   Pemuda itu pengawakannya tegap.   bahunya lebar dan pinggangnya langsing.   Sayang alisnya besar dan kasar, sedang hidungnya melesak.   hingga tampak nyata mukanya yang buruk.   umurnya ditaksir kira-kira dua puluh lima tahun- Ho Tiong Jong tertegun ia pikir, berani benar pemuda itu terhadap pendekar wanita yang menguasai daerah Huang-ho (sungai kuning) bernama le Ya yang bergelar Li lo-sat (Wanita telengas), bahkan dengan seenaknya saja menyindir dengan kata-katanya, siapakah gerangan anak muda yang berwajah buruk itu.   Li- lo-sat ie Ya selama beberapa tahun ini namanya terkenal dikalangan kangouw sebagai Li-mo-tao atau Kepala Wanita Setan, ia bukan saja parasnya sangat cantik, tapi kepandaian silatnya sangat tinggi.   ia malang melintang dalam dunia kang ouw menuruti sesuka hatinya, kalau diwaktu marah ia dapat membunuh orang dengan mata tidak berkesiap.   ia marah dan gembira sesenang hatinya saja, Banyak pendekar dalam kalangan kang-ouw yang sungkan berurusan dengan wanita aneh ini.   Ho Tiong Jong sudah lama mendengar nama wanita telengas itu, tapi belum melihat bagaimana macam orangnya, Kini dengan mata kepala sendiri ia melihatnya, Ternyata Li- losat Ie Ya ada sangat cantik dan menggiurkan siapa yang melihatnya.   Entah, bagaimana macamnya kalau ia sedang marah? Li-lo-sat Ie Ya ketika mengetahui siapa yang datang, dengan tersenyum berkata.   "Aku kita siapa, tidak tahunya Khoe-ya (tuan Khoe). Apakah Khoe- ya sudah lama datang? Lo Pocu bagaimana, apakah tidak datang?"   "Ya, ayah telah meninggalkan benteng "jawab orang itu.   "dikalangan kangouw terus onar tidak habisnya, Bagatmana tentang kau ini, apa baik-baik saja? Apa kau tak pernah mendengar tentang ayahku ada dimana."   "Tidak."   Jawabnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Pemuda wajah jelek itu mengawasi paras nya le Ya yang cantik menarik.   "Aku juga datang kesini hanya sebentaran saja."   "Ah, apa betul-betul katamu?"   Menyela si pemuda sambil bertindak maju menghampiri si cantik.   Tangannya diulur hendak memegang tangan yang putih mulus, tapi le Ya cepat menarik tangannya, hingga tidak sampai terpegang.   Pemuda itu itu merangkak hendak menubruk dan memeluk sicantik, tapi le Ya dengan gesit sudah bisa menghindarkan dirinya.   "IIHhh... Siauw pocu suka main-main,"   Katanya sambil bersenyuman genit.   "le Ya, kau benar-benar sangat cantik, kenapa kau selalu menjauhkan diri dariku..? oh, kau.... cantik benar le Ya..."   Matanya beringas, seolah-olah hendak menelan korbannya.   "Siauw Pocu kau terlalu memuji aku,"   Jawab le Ya dengan wajah ramai senyuman.   "tapi kau tak tahu kalau dalam Seng keepo ada nona Seng yang kecantikannya seratus kali melebihi aku. Nah, sebentar kalau kau sudah melihatnya, kau lantas akan melupakan wajah ku yang buruk. Hi hi hi"   Le Ya tertawa genit, sambil menekan mulutnya.   "Hmm.... mana ada wanita yang melebihi kecantikanmu, Aku tak percaya, eh, le Ya apa kau hendak terus-menerus berlaku kejam tidak memberi kesempatan padaku untuk memeluk pinggangmu yang ramping dan-.."   "Masih belum, Siauw Pocu..."   Le Ya menyelak.   "Belum bagaimana?"   "Belum sampai waktunya, hi hi hi..."   Pemuda itu melengak.   semakin dipandang wajahnya Ie Ya yang genit menarik semakin mengobarkan napsunya untuk memeluk dan memberikan beberapa ciuman hangat kepada iblis wanita itu.   Keadaan pun disitu ada sangat sepi dan ada kesempatan baik untuk ia melakukan sesuatu menuruti napsu hatinya terhadadap si genit apa mau ia sedang menjalankan tugas yang memaksa ia harus pergi dari situ.   Memikir akan tugasnya, seketika itu napsunya telah tertekan dan lumer sendirinya, ia mengelah napas.   "   Ya h, sudahlah aku harus pergi sekarang, Harap lain kali kita bisa bertemu muka lagi disini, Selamat tinggal, sampai ketemu lagi Ie Ya..."   Kata-katanya belum habis, orangnya sudah melesat dan menghilang dari pemandangan- "Sungguh hebat kepandaiannya dia"   Ho Tiong Jong diam diam berkata dalam hatinya sendiri, sementara itu ia melihat Te Ya berdiri mengawasi perginya si orang she Khu sambil tolak pinggang. Bibirnya yang halus mungkin memperlihatkan senyuman mengejek.   "Hmm..."   Kedengaran ia berkata sendirian.   "Macammu yang seperti kodok buduk. Jangan harap dapat menggerakkan hatinya Li-lo sat Ie Ya..."   Tiba-tiba ia melihat dibawah seperti ada bayangan orang yang berada diatas pohon, ia cepat mendongakkan mukanya mengawasi keatas dan melihat benar saja ada manusia diatas pohon- ia perdengarkan tertawanya yang aneh, badannya berbareng melesat ke atas, hingga tidak jauh dari dahan di mana Ho Tiong Tong tadi merebahkan dirinya.   Saat itu sipemuda sedang repot membuka tali yang mengikat dirinya dengan dahan pohon tak tahu kalau Li-lo-sat le Ya sudah berada dibadapannya.   Matanya si iblis wanita berkilat-kilat menakutkan, ia marah benar, sebab adegan barusan antara ia dan Siauw Pocu (kepala benteng muda) tentu telah dilihat dengan nyata oleh orang-orang yang sekarang berada dihadapannya, ia sudah demikian beringas, napsu membunuhnya timbul seketika.   Tapi Tiba-tiba Ho Tiong Jong mendongakkan mukanya memandang kepadanya membikin semua amarahnya telah terbang entah kemana, ia berdiri kesima, karena melihat wajah yang cakap tampan dari si pemuda dihadapannya.   "Apa mungkin ada orang begini cakap?"   Ia menanya dalam hatinya sendiri. Ho Tiong Jong sementara itu sudah menjadi ketakutan menghadapi wanita telengas itu, tapi dengan ramah tamah si iblis wanita datang mendekati dan menanya dengan lemah lembut.   "Kau siapa berada di atas pohon? Apa dengan sengaja kau mengintai aku barusan?"   Ho Tiong Jong melihat le Ya tidak bersikap bengis, sebagaimana yang ia duga semula hatinya menjadi tenangan "Aku Ho Tiong Jong,"   Jawabnya. Li-lo-sat ie Ya berpikir sejenak.   "Oh, kau yang telah bertanding dengan Sepasang orang ganas"? Meskipun dalam pandanganku dua setan itu tidak ada artinya, tapi kau berani menempur mereka sesungguhnya harus dipuji juga nyalimu yang besar, sebab mereka dalam kalangan kangouw terkenal kejam dan ganas serta banyak yang rubuh ditangannya, hingga mereka menjadi sangat sombong."   "Ya, aku Ho Tiong Jong yang menempur mereka, ini bukannya aku sengaja, rapi karena terdorong oleh perasaan ingin menolong orang yang diperbuat sewenang-wenang oleh mereka maka aku terpaksa turun tangan."   "Nah baik, sekarang kau jawab pertanyaanku. Kenapa kau berada diatas pohon ini? Kau tentu menyaksikan dan mendengarkan pembicaraan kami dengan Siauw Pocu, bukan? Lekas jawab"   Nada suaranya agak dingin dan sikapnya juga berubah bengis.   Ho Tiong Jong tidak menjawab lantas hanya terus membuka tali yang mengikat dirinya, setelah bebas, ia menatap wajahnya ie Ya.   Roman bengis dan nada suara dingin barusan entah bagaimana telah menjadi hilang tanpa bekas diawasi si anak muda.   "Betul- betul dia cakap "   Demikian suara hatinya berkata sambil tundukan kepala. Sesaat kemudian ia dongak lagi dan balas mengawasi si pemuda yang masih terus memandang padanya.   "orang she Ho, lekas dijawab pertanyaanku."   Katanya dengan suara lemah. Ho Tiong Jong tertawa manis.   "Aku berada disini tidur lantaran mabuk."   Jawabnya.   "Apa perbuatanmu dengan si orang she Khoe itu secara kebetulan aku telah mendengar dan melihatnya. tapi betulbetul bukan sengaja aku mengintai."   Ie Ya merah selebar mukanya, ia merasa jengah sendirinya.   "Kau..."   Hanya ini yang meluncur dari mulutnya.   Sementara itu Ho Tiong Jong sudah lompat turun dari atas pohon, tapi sebelum ia berdiri tegak Li-losat ie Ya sudah berdiri dihadapannya dengan pedang terhunus ditangannya, wajahnya yang pucat tampak dingin sekali.   Napsu membunuhnya timbul lagi, tapi lenyap lagi ketika matanya yang berkilat-kilat bentrok dengan matanya si pemuda yang jernih diantara mukanya yang cakap tampan- "celaka"   Ia kata dalam hatinya sendiri. Mana aku tega membunuh dia yang secakap ini? oh, kemana perginya ketelengasanku... ia jadi gelisah tak dapat mengambil putusan, Akhirnya ia berkata pada Ho Tiong Jong.   "orang she Ho, kau sudah mendengar dan menyaksikan percakapanku dengan siauw Pocu, aku harap kau suka pegang rahasia, tidak menceritakan kepada orang lain, Apa kau suka berjanji ?"   "Aku suka berjanji."   Jawab Ho Tiong Jong sungguhsungguh.   "Bagus, seorang laki-laki akan memegang janjinya dengan betul."   Le Ya kata, sambil memasukkan pula pedang nyakedalam sarungnya . Mendadak Ho Tiong Jong ingat sesuatu.   "Hei, apa kau tahu tentang ilmu silatnya orang yang bernama Khoe Tok dengan julukan si "Siluman dan anak muridnya?"   Ia menanya.   Li-losat le Ya agak kaget mendengar ditanya demikian- Hatinya yang telah terpincuk oleh kecakapannya Ho Tiong Jong membuat ia ingin lama-lamaan pasang omong dengan pemuda itu.   Maka ia sambil mengawasi wajah yang tidak membosankan dari sipemuda, ia berdiam lama juga sebelum memberikan jawabannya, Ho Tiong Jong tidak sabaran- Tapi sebelum ia menegur lagi le Ya sudah menjawab katanya.   "Yang kau maksudkan bukankah ong Boe Kie si Tangan Telengas dan dua saudara oet ti yang terkenal namanya? Aku memang tahu ilmu silatnya mereka berapa tinggi mereka amat sombong. tidak memandang mata kepada orang lain seolaholah dirinya punya kepandaian sudah tidak ada yang menandinginya, Memang mereka punya kepandaian ada lebih tinggi sedikit dari "Sepasang orang ganas ^, cuma saja diantara mereka semua ada bangsa berengsek, tidak ada satu yang boleh dipilih "   Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya Pikirnya, tiga musuhnya itu lihay lihay kepandaiannya, maka ia harus waspada menghadapinya. Saat itu ia sudah hendak meneruskan perjalanannya, maka ia ambil selamat berpisah dari Li lo-sat ie Ya.   "Nona ie, biarlah sampai disini saja kita berpisahan ."   "Hei, kau ada urusan apa yang penting yang dapat aku membantunya."   "Oh, tidak ada apa-apa, selamat tinggaL"   Ho Tiong Jong sudah lantas angkat kaki dari hadapan Li losat ie Ya, hingga si iblis wanita menjadi melongo karenanya.   Ho Tiong Jong percepat tindakannya.   dalam sekejapan sudah menghilang dari pemandangan le Ya.   waktu itu sudah jam tiga malam, bulan sedang terangnya, maka Ho Tlong Jong tidak begitu takut masuk keluar rimba.   Tapi apa mau ketika ia melewati satu tempat yang sangat sunyi, ia jadi jerih juga.   Sebab disitu selainnya terdengar berkreseknya cabang-cabang pohon yang beradu satu dengan lain, adalah suaranya burung hantu terdengar menyeramkan.   Ia menabahkan hatinya dan berjalan terus, pengharapannya kalau-kalau ia dapat menjumpai salah satu orang, rasa takutnya pasti akan hilang.   Apa celaka, justru ia jalan melewati tempat yang banyak kuburan malang melintang, hingga hatinya semakin dak dik duk saja.   ia berhenti beristirahat di bawahnya sebuah pohon yang rindang, Matanya celingukan melihat ke kanan kiri, tibatiba ia seperti melihat ada seorang berbaju putih berdiri di bawahnya sinar rembulan yang terang.   Mukanya tak dapat dilihat tegas, Ketika ia meneliti orang berbaju putih itu hanya seorang diri saja, Tapi sebentar setelah ia alihkan pandangannya ke lain jurusan sejenak dan melihat lagi kepada orang berbaju putih tadi ternyata ia sudah menghilang entah pergi kemana.   -ooo00dw00ooo- III BERANI KARENA BENAR HO Tiong Jong melihat kejadian itu jadi tertegun Perlahan-lahan ia meraba goloknya, kemudian dihunus keluar, Pikirnya, setelah memegang golok ia tak usah kuatir apa-apa.   Apakah mungkin pikirannya keingatan saja kepada Li-lo-sat yang membikin kaget padanya ketika dengan tiba-tiba ia sudah berada diatas pohon? Tengah memikirkan si baju putih tadi, mendadak bayangan putih tadi muncul lagi.   Kini hanya berjarak dengannya dua tumbak saja, Hatinya mendongkol lalujalan menghampiri pada si baju putih, apa mau bayangan itu kembali telah menghilang.   Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Hei, apakah dia setan? Diam-diam ia menanya dalam hatinya sendiri.   Ia lalu memalingkan kepalanya ke lainjurusan, kembali ia nampak seorang berbaju putih sedang berdiri sebelumnya ia menegasi kembali orang itu telah menghilang.   Di lihat keadaan disitu banyak kuburan, kemungkinan besar si baju putih tadi ada setan penasaran yang gentayangan diwaktu malam, ia tabahkan hatinya seberapa bisa.   "Hmm"   Ia menggeram "Jangan main-main terhada tuan besarmu, kalau kau benar manusia lekas unjukkan cecongormu, aku nanti kasih rasa golokku yang tajam ini.   Apa dengan menakut-nakati orang itu kiranya aku si orang she Ho akan jadi gentar? Ha ha bisalah hitung sana..."   Kata-katanya tersendat seketika, karena merasa bahunya tiba-tiba dipegang orang dari belakang, ia bergidik dan bulu romanya berdiri, sebab dikiranya yang memegang bahunya itu setan yang marah karena ia barusan menantang dengan sengitnya.   cepat ia memalingkan kepalanya, kiranya yang memegang bahunya tadi adalah Si tangan Telengas Song Boe Ki, muridnya si siluman Khoe Tok.   Dari kaget Ho Tiong Jong berubah menjadi gusar, sebelum ia membuka mulut telah didahului oleh Song Boe Ki.   "Nyalimu memang besar, tidak punya rasa takut, sayang kepandaian silatmu sangat rendah.   coba barusan aku pegang bahumu dan mengerahkan tenaga dalamku, pasti tulangtulangmu akan menjadi remuk karenanya, Ha ha ha"   Ho Tiong Jong panas hatinya.   "Apa kau kira aku takut dengan kepandaianmu yang tinggi? Hmm Kau salah sahabat, Siapa yang lebih unggul kepandaiannya barulah dapat ditetapkan jikalau diantara kita sudah mengadu ilmu silat, Dan-.."   Ho Tiong Jong berhenti bicaranya, karena dari jauh ada meluncur dua buah benda melayang kearahnya, ia mengira akan senjata rahasia musuh, maka ia cepat-cepat mengerahkan tenaganya untuk menyambuti, sebab-benda yang diluncurkan itu ada besar seperti bungkusan- Setelah dua benda itu berada ditangannya kiranya itu hanya dua jubah putih.   Selagi ia bengong mengawasi dua jubah putih itu, tiba-tiba dari kedua sampingnya muncul dua orang yang bukan lain daripada oet ti bersaudara.   Sambil tertawa terbahak-bahak dua saudara oet ti mengejek pada Ho Tiong Jong, siapa dikatakan nyalinya kecil, karena melihat bayangan putih saja sudah ketakutan setengah mati.   Kini Ho Tiong Jong mengerti, bahwa dua bayangan putih yang muncul saling susul dan menghilang kembali kiranya ada oet ti bersaudara yang main sandiwara, Tidak heran kelau ia sangat marahnya, apalagi dikatakan, pengecut dan bernyali kecil oleh mereka.   Dengan keras ia berkata.   "Kalian kita aku takut mari? Meskipun betul kalian sudah mampus menjadi roh gentayangan mengganggu aku, juga aku tidak takuti kalian- Apalagi kalian masih segar bugar begini, siapa yang takuti kalian? Hmm" "Aduh sombongnya "Oet-ti Koen mengejek "Baru dapat menempur "Sepasang orang ganas"   Saja sudah kepala gede, Apa sih kepandaianmu?"   Ho Tiong Jong tertawa tergelak- gelak.   Kelakuannya yang demikian tenang mau tidak mau telah membikin tiga muridnya si siluman Khoe Tok menjadi kagum juga.   Apakah mungkin tidak takuti mereka bertiga? Demikian ada pertanyaan dalam hatinya masing-masing.   Terdengar Ho Tiong Jong berkata.   "Mungkin orang memuji tinggi ilmu kepandaian kalian bertiga, hingga mendengar namanya saja sudah lari ketakutan- Tapi, hmmm... Aku si orang she Ho tidak gentar barang sedikit terhadap kalian, Nah, marilah sekarang kalian boleh maju, Satu demi satu sekaligus maju tiga-tiganya, aku bersedia untuk melayaninya, Sebentar, kalau kita sudah bertanding sepuluh jurus baru ketahuan siapa yang lebih unggul dan boleh bicara lagi tentang siapa yang ilmu silatnya rendah"   Suatu tantangan yang hebat sekali. Mereka seolah-olah tidak dipandang mata oleh Ho Tiong Jong, tidak heran kalau oet-ti Koen yang berangasan menjadi berjingrak karenanya. Dengan amarah meluap-luap oet-ti-K.oen menjawab.   "Kalau kami bertiga dalam sepuluh gebrakan dikalahkan olehmu, kami akan membunuh diri saja"   "Bagus, bagus..."   Kata Ho Tiong Jong sambil tertawa.   "Seorang laki-laki kalau sudah mengeluarkan perkataannya seperti juga ludah tidak boleh diji..."   "Samte, pelahan dahulu"   Si Tangan Telengas Song Boe Ki menyelak ditujukan kepada oet-ti Koen "Menghadapi macam tikus begini, untuk apa kita salah satu yang maju kalau kemudian kenyataan satu persatu kita dikalahkan olehnya, kita boleh melepaskan ia pulang saja."   Oet-ti Kang menimbrung.   "Memang sebenarnya begitu, tapi biarpun demikian rasanya aku merasa jijik untuk turun tangan kepada tikus begini, sebab hanya mengotor-ngotori tangan saja, Dia tidak punya kepandaian yang berarti untuk kita ambil sebagai pelajaran-"   Ho Tiong Jong mendelik matanya.   "Jangan banyak rewel hayo maju Lihat aku membuka serangan lebih dahulu ...."   Seiring dengan kata-katanya, Ho Tiong Jong sudah mainkan golok bajanya.   Ilmu golok keramat delapan belas jurus ia mulai kasih unjuk golok bekelebatan demikian cepatnya, seolah-olah yang mengurung kepada mereka bertiga.   oet-ti Kang yang menyambuti Ho Tiong Jong bertarung untuk melayani ilmu golok keramat Ho Tiong Jong, si orang she oet-ti telah mainkan ilmu pedang Tujuh bintang.   Untuk menambah hebatnya serangannya, oet-ti Kang telah menyalurkan tenaga dalamnya ke pedang, Tidak heran, ketika pedang dan golok beradu membuat Ho Tiong Jong terhuyunghuyung mundur, karena merasakan gempuran yang dahsyat sekali dari oet-ti Kang Melihat itu, Song Boe Ki berteriak "Jite, ia begitu, Jangan kasih kesempatan lolos kepadanya sebab kalau ia bisa lolos berarti nama kita buruk dikalangan kang-ouw.   Ya, begitu terus cecer saja bikin dia tidak berdaya..."   Mendengar anjurannya sang suheng, oet-ti Kang lantas merubah serangan dengan ilmu pedang "Tiga belas gerakan pedang terbang keawan-.   Pedangnya berkilat-kilat menyambar dari segala jurusan- Song Boe Ki sementara itu juga sudah turun tangan, ia menggempur dua kali pada Ho Tiong Jong, ia lantas dapat tahu bahwa ilmu tenaga dalamnya Ho Tiong Jong tidak seberapa, ia hanya bernyali besar saja menantang mereka bertiga turun tangan semua.   Maka mengingat ini, ia terus lompat mundur, kasihkan jitenya menempur sendiri.   Song Boe Ki tidak tahu, Ho Tiong Jong punya ilmu golok ada sangat mempesonakan-Golok bajanya berkelebatan menangkis serangan dan balas menyerang lawancepat sekali pertarungan sudah berjalan tujuh jurus, oet-ti Kang diam-diam mengeluh karena ia masih belum dapat menjatuhkan Ho Tiong Jong, sebentar kalau sudah sepuluh jurus dilewati apa tidak menjadi runyam urusan? Maka dia telah mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya dipakai menyerang pada Ho Tiong Jong.   Tekanan tenaga yang hebat itu, membuat Ho Tiong Jong merasa kewalahan, ilmu golok keramatnya dimainkan mulai pelahan, tidak segencar tadi sebelumnya oet-ti Kang menindih dengan kekuatan tenaga dalamnya yang ampuh.   Ho Tiong Jong masih terus bandel, ia tidak mundur terus ia bikin perlawanan dengan jurus jurus berikutnya, Pikirnya, kalau ia sudah menjalankan dua belas jurus yang ia miliki ilmu golok keramat itu, masih juga tidak dapat merubuhkan musuhnya ia akan angkat kaki begitu mendapat kesempatan- Jurus kesebelas tampak sudah dimainkas habis, belum juga ada perubahan yang menguntungkan kepadanya, maka dalam jurus kedua belas, ia mendesak oet-ti Kang, goloknya satu kali dikelebatkan demikian rupa hingga oet-ti Kang harus lompat mundur untuk mengasih lewat bahaya, justru ini ada lowongan untuk Ho Tiong Jong melarikan diri ia tidak mensiasiakan ketika.   Badannya melesat keluar dari kalangan berkelahi dan mabur, hingga tiga musuhnya yang melihat kejadian itu telah dibikin melongo, Tiba-tiba Song Boe Ki tertawa tergelakgelak.   "Aku bilang juga apa."   Katanya dengan bangga.   "   Orang bersemangat tikus begitu mana kuat lama bertanding, Biarlah kasih kesempatan dia lari duluan sampai sepuluh tumbak baru kita mengejarnya, siapa diantara kita yang dapat menangkapnya terlebih dahulu sipengecut itu. Ha ha ha..."   Sementara itu Ho Tiong Jong terus lari.   Setelah melewati beberapa pohon besar, pikirnya lebih baik ia menyembunyikan dirinya dibelakang salah satu pohon, Selagi ia celingukan memilih pohon yang dapat digunakan tempat sembunyinya, tiba-tiba mendengar siulan saling susah itulah ada siulan Song Boe Ki dengan dua saudara oet-ti.   Ho Tiong Jong kebingungan juga, ia tidak jadi sembunyi dipohon yang ia hampiri dan teruskan larinya kelain pohon, dimana ia melihat samar-samar seperti ada yang menghadang, ia kira ada ikat pinggang merah yang segera melihat pada goloknya yang saat itu ia hendak ayunkan menyabet pada ikat pinggang itu yang dikiranya ada manusia.   Bukan main Ho Tiong Jong kaget, Kiranya itu ada ikat pinggangnya Li-losat le Ya yang segera terdengar suaranya diatas pohon berkata.   "Hei, hayo kau lekas lekas naik pohon, aku yang nanti menyesatkan mereka"   Berbareng dengan naiknya Ho Tiong Jong, Ie Ya juga sudah lompat turun dan menyelinap dibalik sebuah pohon, Tidak lama, Song Boe Ki dengan dua saudaranya telah datang, Ie Ya melontarkan dua cabang pohon kepadanya, hingga Song Boe Kijadi kaget, dengan angin telapak tangannya ia menangkis dua cabang pohon itu hingga jatuh ketanah, kemudian ia teriaki dua saudaranya untuk menguber lebih lanjut.   Ie Ya sudah lari jauh, disusul terus oleh mereka sebab mengiranya ia ada Ho Tiong Jong.   suaranya siulan nyaring saling susul perlahan-lahan telah hilang sendirinya, menyatakan bahwa mereka sudah berada jauh dari Ho Tiong Jong.   Dengan perlahan-lahan pemuda itu turun dari atas pohon Ia menghela napas, memikirkan kepandaiannya masih belum cukup sempurna untuk digunakan bertanding dengan lawan yang kuat ia menyesal kalau mengingat akan adanya yang tinggi hingga pada enam tahun yang lampau ia mensiasiakan kesempatan, tidak balik lagi kerumahnya Hong Jie dan menerima pelajaran enam jurus lagi ilmu goloknya dari Yayanya si nona.   coba kalau ia sudah mainkan lengkap delapan belas jurus ilmu golok keramat, tentu ia sudah menjadi seorang jago yang memiliki ilmu golok tanpa tanding (Bu-tek Sin-to).   Semua sudah berlalu, menyesal juga percuma saja.   Setelah berpikir sejenak.   ia mengambil putusan- ia pikir, ie Ya telah membawa tiga muridnya Khu Tok lari kelurusan barat, maka sebaiknya ia mengambil jurusan ketimur supayah tidak berjumpa pula dengan mereka.   Tapi kemana ia harus pergi? Malam itu telah berubah gelap keadaan sunyi mulai terasa lagi olehnya.   Sambil berjalan pelahan ia segera ia memikirkan nasibnya dikemudian hari, dan sekarang kemana ia harus pergi? Tanpa merasa ia berjalan sudah melewati puluhan li, hari pun tampak sudah mulai terang, Tidak jauh dari ia berjalan tampak ada sebuah kelenteng (kuil), ia cepatkan tindakannya menuju kesana untuk mengasoh beberapa saat lamanya.   PADA pagi hari udara tampak terang terdengar diluar kelenteng ada lewat beberapa orang yang menunggang kuda menuju ke satu jurusan- Ho Tiong Jong ketarik hatinya, diamdiam ia telah mengikuti jejak mereka.   Kira-kira berjalan setengah lie dari kelenteng.   Ho Tiong Jong nampak sebuah benteng yang kokoh kuat, diatasnya terpentang dua bendera tiga segi.   Satu dengan latar putih tulisan merah ada tersulam kuda terbang.   Satunya lagi latar merah tulisan putih ada berbunyi.   "Mengadu kepandaian mengumpulkan Sahabat,"   Ho Tiong Jong menghampiri dan memeriksa keadaan benteng yang besar dan tinggi itu.   Didepan benteng ada lapangan yang hias, pintu benteng terdapat disebelah depan dan belakang.   Bagian belakangnya tampak bangunannya ada lebih tinggi dan kekar.   Dilihat bangunan itu ada demikian besarnya, maka didalamnya tentu ada luas dan banyak rumah rumah seperti suatu perkampungan saja.   Pikirnya Ho Tiong Jong.   Dengan dipancangnya bendera yang bertulisan "mengadu kepandaian mengumpulkan sahabat", tentu pocu (kepala benteng) dari benteng besar itu hendak memilih mantu.   Dipasangnya tulisan itu maksud yang sebenarnya tentu hendak memilih pemuda-pemuda, yang kiranya cocok bakal menjadi mantunya.   Perutnya dirasakan lapar.   Pikirnya ia tidak ada urusan apaapa dan untuk terpilih menjadi mantunya pocu juga tidak mungkin, se-baiknya ia masuk kedalam untuk melihat-lihat keadaan disitu.   Untuk memuaskan pemandangan, sekalian menonton orang yang akan mengadu kepandaian- Saat itu tiba-tiba ia melihat ada dua orang muda berkuda berhenti didepan pintu masuk disambut oleh penjaganya dengan berseri hormat.   Setelah menyerahkan kudanya kepada pelayan disitu, mereka merapihka n pakaiannya dan langsung masuk kedalam.   Ho Tiong Jong menghela napas.   "Begitulah kalau orang ternama, kedatangannya disambut dengan muka berseri-seri dan dilayani demikian hormatnya."   Demikian ia berkata sendirian.   Sebelumnya ia bertindak untuk turut juga masuk, tiba-tiba ia melihat ada dua ekor kuda lagi mendatangi dinaiki oleh satu pemuda dan satu wanita cantik.   Ketika mereka pada turun dari kudanya didepan pintu benteng sejenak mengawasi keatas pintu yang tertulis Seng- keepo".   .Pemuda itu berpinggang langsing, mukanya merah dan gagah, sayang agak bengkok badannya.   Umurnya kira-kira tiga puluh tahun- Yang perempuan parasnya cantik sekali perawakannya tidak ada celanya, umurnya ditaksir duapuluh tahun.   Dengan paras bersenyum-senyum ia mengikuti yang lelaki jalan menghampiri pintu benteng, dimana mereka disambut oleh orang yang jaga disitu dengan kelakuan hormat.   Kepada si penjaga anak muda bengkok itu perkenalkan namanya.   "Aku adalah murid dari oey-san-pay bernama Him Toa Ki dan ini ada sumoyku bernama Tiong Ie. Secara kebetulan lawat di- kota Lok-yang ini mendengar bahwa disini ada berkumpul banyak orang gagah maka kami datang untuk bantu meramalkan sebagai penonton-oleh sebab kesusu, maka semua antaran tidak keburu disediakan-..   "   Mengetahui slapa yang datang penjaga benteng dengan kelakuan lebih hormat lagi telah menyilahkan tetamunya ia masuk ke-dalam setelah dua ekor kudanya diserahkan kepada pelayan yang sudah ditugaskan untuk itu.   Kembali Ho Tiong Jong menghela napas.   Pikirnya, kalau ia sebentar mau masuk.   apakah penjaga benteng akan menyambut padanya demikian hormatnya pula? Tentu tidak sebab ia ada berpakaian kumel dan tidak ternama.   Habis, bagaimana? Apakah ia bisa masuk ke dalam benteng? Tengah ia berjalan mundar mandir sambil menggendong tangan, telah dihampiri oleh seorang yang berbadan tegap.   yang sudah lama mengawasi kepadanya.   "Hei. sahabat, kau disini jalan mundar-mandir ada urusan apa?"   Tegur orang itu. Ho Tiong Jong menatap wajah penegurnya sejenak.   "oh, aku bernama Ho Tiong Jong. sebagai seorong kangouw dimana juga aku merdeka untukjalan-jalan, untuk apa kau menegurku?"   Orang itu tampak berubah parasnya. Ho Tiong Jong ada satu nama yang barusan saja terkenal karena mengalahkan Sepasang orang ganas. Sikapnya orang itu tiba-tiba berubah lunak.   "oh, kau yang bernama Ho Tiong Jong, Perkenalkan, namaku Tham-Khek dan orang telah memberi julukan pa daku si "Ular Kumbang."   Ho Tiong Jong tertawa melihat sikap orang itu hormat padanya. Ia memang sedang mencari sahabat, maka kebetulan sekali ia dapat berkenalan dengan orang she Tham ini. la sendiri tidak pernah dengar nama si Ular Kumbang, tapi sengaja ia mengumpak.   "oh, nama saudara dengan julukan si Ular Kumbang telah lama aku kagumi, apa Saudara juga ada penghuni dari benteng besar ini ?"   Si Ular Kumbang girang mendengar namanya di kagumi.   "Sebaiknya saudara Ho turut masak ke-dalam benteng, untuk menyaksikan keramaian, belajar kenal dengan banyak orang gagah yang sudah pada berkumpul,"   Jawab si Ular Kumbang yang tidak menjawab langsung pertanyaannya si anak muda.   "Ya, memang ada maksudku demikian- cuma dikuatirkan yang menjaga pintu tidak memperkenankan aku masuk."   Jawab Ho-Tiong Jong.   "Ah, mustahil. Mari aku antar saudara masuk."   Si Ular Kumbang lantas jalanjalan menghampiri penjaga pintu benteng diikuti oleh Ho Tiong Jong Si Ular Kumbang bicara beberapa patah perkataan dengan penjaga pintu, ia ini lalu memanggil pelayan dan menyilahkan Ho Tiong Jong masuk.   Pelayan antar Ho Tiong Jong ke sebuah rumah berloteng yang bertulisan- Tempat berkumpul tetamu.   Dikanan kirinya rumah berloteng itu ada dibangun rumah-rumah yang bagus bagus.   Mengikuti si pelayan Ho Tiong Jong masuk kedalam sebuah kamar yang diperlengkapi komplit dan menarik hati.   "Disinilah ada tempat tidur Ho Siang kong?"   Kata si pelayan, ketika hendak meninggalkan Ho Tiong Jong.   "Harap Ho Siangkong perhatikan tanda jam makan tetamu, yalah bunyi kentongan tiga kali. Tidak akan dipanggil sendirisendiri."   "Terima kasih."   Kata Ho Tiong Jong sambil anggukkan kepalanya bersenyum^ Ho Tiong Jong setelah berada sendirian dalam kamar, pikirannya terkenang pada masa lima tahun yang telah berselang, makan dirumahnya si orang tua engkongnya Hong Jie ia juga mendapat kamar seperti itu, yalah kamar ia untuk bersemedhi.   Tingkah lakunya dan romannya yang mungil menarik dari si dara cilik Hong Jie, yang sekarang entah bagaimana kecantikannya sebab sudah dewasa, saat itu telah terbayang d ihadapan matanya Ho Tiong Jong.   Ia diam-diam menghela napas.   Dalam kamar itu ia tidak tiduran, tiduran terus bersemedhi sampai kemudian terdengar ada tiga kali suara kentongan- Perutnya sudah lama minta diisi, maka tidak heran kalau ia sudah tergesa-gesa meninggalkan kamarnya untuk pergi ke ruangan makan-Beberapa orang yang melihat dandanannya diam-diam pada bersenyum.   Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      la merasa asing setelah berada dalam ruangan makan, karena tidak ada seorangpun yang ia kenali.   Untung ada orang yang memanggil padanya untuk diajak sama sama duduk makan, ia tanpa sungkan sungkan lagi sudah menghampiri dan ambil tempat duduknya.   Satu meja untuk empat orang makan.   Tiga kawannya semeja Ho Tiong Jong memperkenalkan namanya Kiauw Jang, Hoi Jang dan Soe coe Liang, tiga orang yang Ho Tiong Jong ingat pernah dengar namanya ada dari kalangan penjahat yang ulung.   Dalam tempo sebentar saja mereka sudah bikin Ho Tiong Jong tidak merasa asing lagi akan dirinya dan saban-saban menyalahkan ia mengambil makanannya tanpa malu malu.   Diam diam Ho Tiong Jong menanya pada dirinya sendiri.   Apakah mereka kenal dengan "Sepasang orang ganas"?"   Tapi kemudian ia tidak pikirkan lagi tiga-orang itu dari kalangan jahat atau baik, sebab buktinya menyenangkan padanya dalam makan minum itu.   Mereka bersenda gurau dengan jenaka sekali seperti juga terhadap kawan lama.   Ho Tiong Jong merasa puas dapat kawan semeja dengan mereka ini.   Setelah selesai makan, Ho Tiong Jong balik lagi kekamarnya untuk tiduran menghilangkan mabuknya karena banyak menenggak arak.   Tapi saat itu sedang panasnya, mana ia betah tinggal didalam kamar? ia tidak bisa tidur, lalu pergi keluar untuk mencari hawa adem.   Baru saja ia berjalan dipintu luar, tiba-tiba ia berpapasan dengan seorang wanita yang sangat cantik.   Hatinya Ho Tiong Jong berdebaran ketika matanya berbentrokan dengan mata si nona yang jeli halus, mulutnya yang mungil menyungging senyuman memikat hati.   Pikirnya, ia tentu ada nona dari Seng- keepo.   Tidak baik ia berpandangan dengan seorang gadis yang belum dikenalnya, maka ia lalu tundukkan kepalanya.   Sejenak.   ketika ia mengangkat kepalanya lagi si cantik sudah menghilang entah kemana.   Ia terus berjalan keluar, dimana ia berjumpa dengan nona cing ie yang cantik didampingi oleh suhengnya Him Toa Ki yang terkenal dengan julukannya cek- bin Thian-ong (Raja Langit Muka Merah) yang sedang mengobrol dengan Song Boe Ki dan dua saudara oet ti.   Sebenarnya Ho Tiong Jong mau pura-pura tidak melihat mereka, tapi Song Boe Ki tiba-tiba menegur "oh, sahabat Ho juga ada disini? Betul seperti kata peribahasa, sebegitu lama manusia bernapas satu waktu dapat berjumpah lagi.   Bagaimana dengan sahabat Ho setelah kita berpisahan-"   Berkata demikian manis untuk yang tidak tahu duduknya urusan, tapi pahit untuk Ho Tiong Jong yang menjadi pecundang dari tiga murid Siluman KhuTok. Ho Tiong Jong tidak bisa menjawab, ta tebalkan muka untuk tertawa.   "Ya. saudara Song.   "Tiba-tiba Him Toa Ki berkata pada Song Boe Kie.   "dia siapa gurunya ? Apa kau suka jadi perantara untuk aku belajar kenal dengan-.."   "oh, dia ada seorang yang tidak laku di- semua kantor Piauwkiok. Banyak kali ia melamar pekerjaan jadi Piauwsu selalu ditolak."   Sebelum Song Boe Ki bicara habis. Ho Tiong Jong menyelak.   "Aku yang rendah bernama Ho Tiong Jong seorang tidak berguna sudah lama aku mengagumi nama Him Tay hiap dan sumoy nona .."   "Sudah, sudah, jangan mengumpak-ngumpak orang."   Memotong Him Toa Kie.   "Menurut saudara song di dekat sebuah gunung Hui cui yang banyak binatangnya itu. bagaimana kalau kita sama-sama pergi ke sana untuk berburu ?"   Belum Ho Tiong Jong menjawab, cong Ie menyeletuk.   "Hei, bukankah kau bernama Ho Tiong Jong yang menga..." "Husst...."   Memotong suhengnya, sambil mengedipkan matanya pada sang sumoy hingga nona cong tak jadi meneruskan kata-katanya. Ho Tiong Jong hanya bersenyum "Mari, mari kita pergi, bagaimana, apa saudara Ho suka turut?"   Him Toa Ki berkata lagi pada Ho Tiong Jong "Aku mau turut, cuma cuma aku tidak punyaku..."   Belum lampias kata-katanya ia dibikin heran dengan munculnya seorang pelayan menuntun seekor kuda bagus, komplit dengan golok baja kegemarannya.   "Ho Siang kong"   Kata si pelayan.   "karen tentu kau ingin pesiar dengan naik kuda, maka majikanku sengaja telah mengirim kuda ini untukmu?"   Ho Tiong Jong kemekmek. belum ia membuka mulutnya atau pelayan tadi sudah menghilang dari pandangannya.   "Bagus, bagus..."   Kata Him Toa Ki sambil ketawa terbahakbahak.    Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Mustika Gaib Karya Buyung Hok

Cari Blog Ini