Golok Sakti 20
Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 20
Golok Sakti Karya dari Chin Yung Dalam tempo lima tahun mereka gentayangan mencari kitab pusaka itu, akan tetapi tidak mendapatkan hasilnya, karena belum paham benar apa yang tersebut pada sembilan lencana itu. Akhirnya satu persatu merayap pada suatu tempat, sehingga mati mereka tidak saling berjumpa lagi. Kemudian turunannya membentuk perserikatan yang dinamai "Perserikatan Benteng perkampungan" Dengan tujuan mempererat hubungan, tapi belakangan ini mereka telah ngalamkan keretakan, Satu dengan lain saling curiga mencurigai dan masing-masing pada mengambil jalannya sendiri-sendiri mengumpulkan kawan yang gagah gagah untuk nanti menjagoi diantara kawan-kawannya perserikatan.." Ho Tiong Jong setelah mendengar riwayat sembilan lencana tersebut, lalu angguk-anggukkan kepalanya, kemudian menyekal tangannya si gadis, katanya. "Adik Giok. bagaimana kalau kita sama-sama berusaha mengumpulkan lencana itu, hingga berjiwalah lengkap sembilan dan kita sama-sama memahamkannya arti dalam lencana itu? Aku tidak percaya kalau kita tidak paham dan mendapatkan pedang pusaka itu. Bagaimana pikiranmu?" Giok cin bersenyum manis, diam-diam merasa bahagia atas perhatian pemuda pujaannya itu dan tangan yang menyekal tangannya itu rasanya hangat dan mesra. "Adik Giok. kau sudah diusir oleh ayahmu, rasanya tidak ada halangannya kau mengikuti aku merantau bukan?" Tanya si pemuda, ketika melihat Seng Giok Cin diam saja. "Aku girang bila dapat menyertai kau merantau, tapi bukannya sekarang." "Kenapa begitu?" "Namamu jelek dipemandangan ayah, karena dituduh dengan sengaja kau mencuri benda pusakanya. Aku diusir juga lantaran dituduh sekongkol dengan kau. Hal ini perlu dibersihkan karena kau bukan sengaja membawa benda pusakanya dan aku juga bukan Sekongkolanmu. Maka perlu aku menemui ayahku untuk menyerahkan benda ini dan menerangkan bahwa kau membawanya dengan tidak disengaja, Bukan ini baik?" Ho Tiong Jong tidak menjawab, hanya kerutkan alisnya. "Jadi, kau tak mau ikut aku merantau?" "Bukannya begitu Engko Jong." "Habis bagaimana maksudmu?" Ho Tiong Jong seperti yang agak mendongkol karena kekasihnya menolak diajak bersamasama merantau, sebaliknya hendak kembali kerumah ayahnya. "Kasih, aku pulang dahulu untuk menemui ayahku, untuk membereskan salah paham lencana pusaka yang dibawa olehmu ini." Kata Seng Giok Cin sambil menunjukkan benda pusaka yang mengakibatkan kesulitan itu. "Kau tak usah ikut aku mungkin ada meminta tempo juga untuk aku membikin ayahku mengerti dan memaafkan pada kita, Kau boleh menantikan aku disuatu tempat untuk kita berjumpa lagi...." "Berapa lama kau pulang ke rumah?" Tanya si pemuda. "sebaiknya kau kasih tempo lamaan sedikit, paling lama tiga bulan dah." "Baik, baik, aku akan menanti kau." "Dimana sebaiknya kau menanti aku untuk kita bertemu pula?" Ho Tiong Jong tundukkan kepalanya, seakan-akan yang berpikir. "Aku kira dirumahnya co Kang cay di Yang-ce ada tempat yang paling baik untuk kita bertemu muka kembali, Disana aku sekalian dapat menyelidiki..." "Menyelidiki apa?" Memotong Seng Giok Cin. Ho Tiong Jong lantas menyeritakan ceritanya co Kang cay dalam penjara air perihal baskom ajaib dan patung kumala yang mempunyai khasiat luar biasa. Benda benda itu terdapat dalam gunung-gunungan yang telah dapat diselidiki jalan masuknya oleh co Kang cay didalam dua puluh tahun lamanya. la sudah berjanji dengan orang tua itu akan bersama-sama menyelidiki dua benda wasiat itu. Setelah mendengar penuturan sang kekasih. "sebaiknya kau jangan terlalu memikirkan yang bukan-bukan. orang semakin berilmu semakin dibuat iri hati oleh sesamanya. Maka paling baik kita jadi orang sederhana saja, selamat dan aman bukanlah ini ada lebih baik?" Si nona menutup matanya sambil mengerlingkan matanya dan bersenyum manis. Ho Tiong Jong tersenyum menyambutnya. Kemudian ia angguk-anggukan kepalanya, tandanya ia setuju dengan perkata anyasi Nona. Tiba-tiba IHo Tiong Jong ingat sesuatu, ia merogoh kantongnya sambil berkata. "Adik Giok kurasa kitab pusaka yang dimaksudkan dalam sembilan lencana itu ada Jilid ke-1, sebab Jilid kedua aku sudah punya. Nah, ini dianya." Ho Tiong Jong menyerahkan pada si nona buku yang tempo hari di bawa-bawa oleh si-pengemis beracun Kang ciong, Seng Giok Cin terkejut, ia lantas menyambuti dan memeriksa buku itu, ternyata tidak salah itu Jilid ke dua. "Engko Jong, kau dapat dari mana kitab berharga itu?" Tanya si nona heran. Ho Tiong Jong lalu menuturkan dengan rlngkas pengalamannya dengan Tok-ka y Kang Ciong dan ia peroleh buku itu diatas sebuah pohon yang sedang dipatokin burung. Kitab mana telah di sambitkan oleh si pengemis beracun itu dan nyangkut dipohon. "Kau simpanlah baik baik, Engko Jong." Kata sigadis setelah habis memperhatikan, seraya diserahkan kepada sipemuda lagi. "Aku ingin, setelah kita dapatkan yang ke satu, kitab ini menjadi lengkap dan kita bisa bersama sama mempelajarlnya disuatu tempat pegunungan-" "Kau ingin mengasingkan diri, Engko Jong?" Menyelak si gadis. "Memang maksudku demikian, asal kau selalu berada disampingku ..." Seng Giok Cin mengerlingkan matanya yang jeli, penuh dengan rasa bahagia dan kasih. sebelum ia membuka mulut, Ho Tiong Jong telah berkata lagi. "Adik Giok. asal kita sudah memahamkan dengan mahir isinya kitab ajaib itu pasti kita akan merupakan pasangan pendekar dalam dunia Kangouw tanpa tandingan-" "Bagus, bagus, kau boleh melamun muluk-muluk. Nah, sekarang aku hendak pergi." "Nanti dulu, adikku." Mencegah Ho Tiong Jong sambil tangannya menyamber pinggang yang langsing itu, ditarlk dan dipeluknya dengan hangat. "Adik Giok . ." "Engko Jong ..." Dua pasang mata beradu denganpenuh kasih sayang, itulah ada saat-saat yang sangat bahagia bagi sepasang merpati itu. Mulutnya tak dapat mengucapkan kata-kata, akan tetapi sorot mata dari kedua pihak cukup menyatakan seribu kata isi hatinya, Lama mereka saling berpelukan. "Engko Jong, aku hendak pergi..." Terdengar suara si nona pelahan, ia pelahanlahan meloloskan diri dari pelukan lengan yang kuat itu. "Adik Giok aku tidak ingin kau tinggalkan..." Sambil memeluk makin erat, hampir si nona tak berkutik. "Engko Jong, hanya untuk sementara waktu saja kita berpisah." "Kau akan ikut aku merantau bukan?" "Tentu, pasti aku akan ikut kau. Eh, kenapa kau menangis." Si nona kaget menampak IHo Tiong Jong berlinang-linang air mata. cepat-cepat ia mengeluarkan setangannya dipakai menyusuti air mata kekasihnya. "Engko Jong, kau jangan menangis. Kau kenapa?" Sambil menyeka air matanya. "Adik Giok . ." Sahut sipemuda dengan suara d iteng gorokan. "hidupku matang dalam penghinaan, hanya kau adik Giok ... hanya kau seorang yang memperhatikan aku dan menyayang diriku. Kau adalah jiwaku yang kedua..." Lengannya memeluk makin erat, seng Giok Cin sampai hampir tak bernapas, tapi ia rela dan biarkan diri dipeluk demikian rupa oleh pemuda pujaannya yang hendak melampiaskan rasa duka hatinya, mencari kehangatan dari orang yang mengasihinya. sebentar lagi pelukan sipemuda mengendur. Seng Giok gunakan ketika ini untuk melepaskan diri, sambil berkata. "Nah, Engko Jong, lepaskan aku, untuk menemui ayah membikin bersih namamu yang dituduh tanpa atasan, lepaskan Engko Jong ...." Agak tidak rela si pemuda melepaskan si nona yang bertubuh kecil langsing tapi lincah dan gesit sekali. Dilain saat kelihatan Ho Tiong Jong mengawasi berlalunya Seng Giok Cin sambil berdiri terbengong-bengong, semangatnya seolah-olah terbawa oleh bayangannya Seng Giok cin yang telah menghilang tidak lama kemudian-Ketika ia tersadar dari lamunannya, semangatnya terbangun. Ia sudah berkeputusan pasti, bahwa Seng Giok cinlah yang akan menjadi pasangannya yang setimpal. Meski ia ada puterinya seorang Pocu yang kaya raya anak yang dimanja sejak kecil, ternyata ia dapat menyesuaikan dirinya untuk menyinta dan dicinta oleh seorang miskin seperti dirinya. Ia memperhatikan sikap dan kelakuan si nona terhadap dirinya, begitu ramah dan telaten, ia mengingat akan kebalkan Seng Giok Cin yang berulang kali menolongnya. Semua ini seolah-olah merupakan "meterai" Pada hatinya akan tidak mencintai gadis lagi, kecuali si jelita Seng Giok Cin. Demikian ia melanjutkan perjalanannya dengan melamun- Tidak lama, ia sudah sampai dirumahaya co Kang cay di Yang-ce. Ketika ia mengetuk pintu rumah, yang membukanya adalah si cantik Ie Ya. Ho Tiong Jong agak tertegun menampik si iblis cantik ada dirumahnya co Kang cay sebelum ia membuka mulut telah didului oleh Ie Ya. "Adik Jong, aku memang sudah menduga kau akan datang lagi kesini, cuma saja begini cepat benar ada diluar dugaanku." Ie Ya berkata sambil menyilahkan Ho Tiong Jong masuk. seraya berjalan masuk Ho Tiong Jong menanya. "Encie le, kenapa kau ada di sini?" "Kenapa, apa tak boleh aku berada disini" "Bukannya begitu, hanya aku merasa heran saja" "ow, kau heran, kau baik sekali enci le." Kata Ho Tiong Jong tersenyum Ie Ya mengerlingkan matanya yang galak. tiba-tiba ia ingat akan kelakuannya sendiri ketika menghadapi sipemuda dalam pingsan- ia telah mencium Ho Tiong Jong dengan berlinanglinang, oh, bagaimana bahagianya ia dapat menyentuh pipi orang yang menjadi impiannya itu. justru ia ingat itu, maka selembar mukanya menjadi merah dan ia tundukkan kepalanya ketika Ho Tiong Jong mengawasi kepadanya. Diam-diam Ho Tiong Jong tidak enak hatinya, karena ia tahu benar, bahwa iblis cantik ini ada jatuh hati kepadanya. Bagaimana ia dapat menyambut cintanya si cantik karena hatinya sudah ditempati oleh Seng Giok Cin, gadis pujaannya yang kecil langsing, yang pandai dalam bun dan bu (sastra dan silat). Untuk membuat nona Ie tidak lebih menjadi lengket pula kepadanya, maka Ho Tiong Jong sebisa bisa unjukkan sikap tawar, ia terus berjalan masuk menemui co Kang cay yang saat itu datang menyambut dengan jalan dingkluk-dingkluk pakai tongkat. Ie Ya tidak enak hatinya melihat sikap sipemuda tetapi ia bisa bersabar dan mengikuti dibelakangnya masuk ke dalam. "Aaa, Tiong Jong, selamat ketemu lagi..." Co Kang cay berkata dengan gembira. "Selamat, selamat co lopek.,." Sambut Ho Tiong Jong gembira. Keduanya saling bergandengan jalan masuk keruangan tetamu. Li lo-sat ie Ya tidak turut masuk. karena ia anggap mereka baru ketemu lagi, sudah tentu keduanya merasa kangen untuk dapat berCakap cakap berduaan saja. Memang juga dugaannya ie Ya tidak meleset, sebab mereka terus bercakap cakap dengan sangat gembira agaknya. Terutama si orang tua she co nyerocos terus. Setelah masing-masing basahkan tenggorokannya dengan teh hangat, co Kang cay berkata pada Ho Tiong Jong. "Tiong Jong, bagaimana dengan maksud kita tempo hari?" "Urusaa apa itu co lopek?" "Ah, kau ini suka kelupaan, apa kau sudah lupa dengan baskom ajaib dan si cantik yang hebat khasiatnya." Ho Tiong Jong terkejut ia diam-diam saja, tidak lantas menjawab, hingga si orang tua tidak sabaran dan menanya pula. "Tiong Jong kau kenapa? Apa ada hal-hal yang menghalang kau turut aku melakukan penyelidikan kesana?" Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya. "Hei, bukankah kau sudah berjanji akan kita bersama-sama menyelidikinya?" "Tadinya memang begitu, tapi sekarang hatiku merasa tawar." "Tawarnya? Apa sebabnya, Tiong Jong?" Ho Tiong Jong kerutkan alisnya. "co lopek," Katanya kemudian, menurut katanya adik Giok penyelidikan itu kita jangan terus kan, karena banyak bahayanya." "Ah, Tiong Jong, Sudah dua puluh aku membuat penyelidikan bagaimana aku dapatkan rahasianya jalan masuk ke gunung-gunungan itu, dan sekarang aku sudah yakin benar theorlku itu akan berhasil. Tapi dengan mendadak kau berubah pikiran, apa kau mau membikin aku muntah darah karena kekesalan?" Ho TiongJoug tercengang mendengar bicaranya si orang tua yang diucapkan dengan sungguh-sungguh, ia lalu menghiburi. "co lopek, kau bersabar dahulu sebaiknya kau pikir matangmatang jangan sampai kita menyesal dibelakang hari" "Aku sudah yakin benar bahwa aku akan berhasil menyelidikinya, keuntungan toh bukannya untuk aku tapi untuk kau sendiri bukan ?" Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia memikirkan kata katanya Seng Giok Cin, yang tidak menyetujui ia ikut ikutan menyelidiki benda ajaib itu. "Nah, sekarang begini saja," Katanya. "Urusan itu baik kita tunda dahulu, Lain kali kita bicarakan pula. Sekarang aku membutuhkan bantuan lopek." "Bantuan apa ?" Tanya si orang tua heran- "Suheng lopek itu sekarang ada tinggal di mana ?" Co Kang cay gelengkan kepala. "Aku tak dapat mengatakan alamatnya Tiong Jong" "Lopek, bukankah kau menyayang pada Tiong Jong? Kenapa mau menyembunyikan tempat suheng mu ?" "Untuk apa kau hendak mengetahui tempat tinggalnya ?" "Penting. Aku ingin mengetahui rumahnya, sebab aku ingin pergi kesana " "Kau kau ..." Kata co Kang cay seperti yang ketakutan- Ho Tiong Jong ketawa. "Kau jangan ketakutan, co lopek. Bukankah kau pernah mengatakan rejekiku besar dan belakang hari akan menjadi orang ternama?" "Betul, tapi kenapa kau hendak mencari suhengku?" "itulah ada sebabnya." Sahut Ho Tiong Jong tenang, "Aku tahu sekarang, memang benar kepandaiannya suheng lopek ada sangat di segani dikalangan Kang-ouw, tapi sekarang sudah mengasingkan diri, Tidak ingin mencampuri urusan dunia lagi, Hal mana, sebenarnya sungguh dibuat sayang kalau dia pasti meninggal dunia tidak menurunkan kepandaiannya kepada salah seorang yang ia penuju untuk menjadi akhli warisnya.?" "Kau menebak jitu sekali, lopek" "Ha ha ha..." Co Kang cay tertawa. "Pengharapanmu sia-sia saja, dia tidak suka dirinya dikenali orang lagi, Aku takut memperkenalkan kau kepadanya." "Kapan rejekiku besar, untuk apa kau takuti padanya?" Co Kang cay terkejut, Diam diam ia berpikir memang kalau dilihat tampang mukanya Ho Tiong Jong rejekinya besar dan di kemudian hari akan menjadi orang ternama. Mungkin tidak ada bahayanya kalau nanti ketemu dengan suhengnya. Tiba-tiba ia seperti menemukan jalan untuk membikin suhengnya suka menemui Ho Tiong Jong, Maka dengan girang ia berkata. "Tiong Jong suhengku itu tak mau menemui orang, Tapi aku ada satu akal untuk ia keluar dari sarangnya. Kau pergi kesana, dengan sengaja membuat onar, membikin rusak apaapa dalam kampungnya, pasti dia akan keluar menemui kau, Kalau dengan sengaja kau minta-minta ketemu padanya, jangan harap dia bisa keluar menemui padamu, bagaimana kau pikir?" Ho Tiong Jong lerkejut. "Lopek mana bisa aku berbuat demikian? Bisa-bisa aku nanti diganyang oleh suheng mu." "Kapan rejekimu besar, apanya yang ditakuti, bukan?" Si orang tua ketawa nyengir, sementara Ho Tiong Jong berubah wajahnya seperti yang sakit gigi. Ternyata omongannya tadi dapat dibuat pentungan oleh si orang tua. Akhirnya ia ketawa juga dan menyetujui pikirannya co Kang cay. Selagi mereka uplek berunding. tiba-tiba muncul Li lo sat ie Ya. Dengan muka berseri-seri ia berkata. "Hei, kalian berdua begitu asyik berunding, apa sih yang dibicarakan yang begitu gembira? Ajak aku boleh tidak?" Ie Ya berkata sambit menghampiri kursi, diatas mana ia duduk tanpa dipersilahkan pula oleh dua orang yang sedang berunding itu. Ho Tiong Jong tidak enak hatinya, kalau terus berlaku tawar kepada ie Ya, sebab biar bagaimana juga, iblis cantik ini ada menjadi salah satu tuan penolongnya. Maka ketika Ie Ya mengambil tempat duduk sambit ketawa ia berkata. "Ah, encie Ie, tidak ada apa-apa yang penting dirundingkan. Hanya kita dapat bertemu lagi, rasa girang telah ditumpahkan oleh masing-masing." "Ouw, begitu? Bagaimana tentang perjalananmu setelah meninggaikan kuil Kong beng si? Betul-betul hebat kepandaian adik Jong, apalagi setelah kau digembleng oleh Tay-Hong Hosiang..." "Encie Ie..." Memotong Ho Tiong Jong, tapi ia tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena merasa sangat sedih mendengar disebutnya nama Tay Hong Hosiang. co Kang cay melihat sikapnya Ho Tiong Jong telah salah anggapan- Dikiranya pemuda itu ada kata-kata penting untuk di sampaikan kepada ie Ya, tak dapat dilampiaskan karena adanya ia disitu, Maka sambil berbangkit dari duduknya ia berkata. "Tiong Jong, dan kau nona Ie, aku mohon diri karena aku ada urusan lain ..." Ia berkata sambil angkat kakinya ngeloyor. Kali ini ia tidak dibentak "jangan bergerak" Oleh Ie Ya seperti temjo hari, hanya kepergiannya itu diawasi oleh si Nona dengan bersenyum manis. Setelah orang tua itu berlalu ie Ya telah menanya pula pada Ho Tiong Jong. "Adik Jong, bagaimana oh, sungguh kejam sekali kawanan gadis itu, mereka telah membakar kuil, sehingga rata dengan tanah, Sungguh mengerikan sekali waktu itu ketika aku mendengar jeritan dari hweshio yang tak dapat melarikan diri menjadi mangsanya si raja merah yang mengamuk tanpa dapat ditahan-" "Enci ie, bagaimana dengan Tay Hong Hosiang.... ?" "Aku sendiri tidak tahu, sebab sewaktu api hendak menjilat lebih luas, aku sudah meninggalkan Kong Goan suhu dan menyelamatkan diri. Kau tahu sendiri aku tak dapat dengan terang-terangan membantu pihaknya kawanan hweshio itu karena aku terikat dengan sumpahku kepada Khoe Pocu." Ho Tiong Jong menundukan kepala, sepasang matanya sejenak tampak beringas. "Aku akan membalas dendam kepada orang orang kejam itu Harus, harus aku membalaskan sakit hati atas kematiannya Tay Hong Hosiang yang baik budi...." Demikian ia terdengar bicara sendirian, Ie Ya yang paling tidak takuti segala apa, sejenak ketika Ho Tiong Jong beringas, bulu romanya pada bangun juga, ia tidak menyangka si pemuda yang tampan dan murah ketawanya itu dapat mengunjukkan sikap yang demikian menakuti. "Memang menjemukan perbuatannya itu," Kata Ie Ya. "tapi waktu itu kau terus ke- mana? Apa kau menyusul itu orang berkedok kuning? siapakah dia?" XXXIV SI CANTIK DARI KEBUN SAYUR Ho Tiong Jong terkejut mendengar disebutnya si kedok kuning. "Habis kau terus pergi kemana?" "Aku pikir, kau berlaku nekad-nekadan, tak ada faedahnya. Akhirnya aku akan dikepung oleh banyak musuh. Maka aku sudah meninggalkan mereka dengan maksud pada suatu hari aku akan mengunjungi pusatnya Perserikatan Benteng perkampungan untuk menuntut balas atas kekejaman mereka di Kong-beng si. Tapi aku tidak mengira kalau kekejaman mereka tidak hanya sampai pada membunuhi padri-padri disitu saja, tapi juga mereka sudah membakarnya kuil Kong beng-si yang dibangun oleh Tay Hong Hosiang dengan susah payah. Ie Ya tertawa tawar "Kekejaman demikian untuk mereka sudah biasa, Tapi yang mengherankan aku itu orang berkedok kuning, dengan mati-matian telah bertempur dipihak kita, ilmu pedangnya sangat hebat. Tidak gampang orang itu menemui tandingan yang setimpat. Khoe cong yang ganas, boleh dikata tidak nempilpada kepandaiannya." Ho Tiong Jong membisu. "Hei, kenapa kau tidak bicara? Apa kau tidak tertarik oleh pertolongannya si kedok kuning?" "Enci ie, justru aku sedang memikirkan dirinya. Aku sebenarnya pada waktu itu betul sudah menguber pada si kedok kuning, hanya sayang aku tak dapat menyandak, dia sungguh hebat ilmu mengentengi tubuhnya. Dia rupanya tidak ingin menerima pengucapan terima kasihku." "Aku menyesal, sebab aku juga kepingin tahu siapa adanya orang itu sudah kesudian turun tangan membela kita, kau rupanya membohongi aku, Adik Jong ?" "Bagaimana enci dapat berkata begitu?" Li-losat Ie Ya tertawa getir. "Adik Jong, aku percaya kau sudah menyandak dirinya si kedok kuning ber..." "Enci ie.." Memotong Ho Tiong Jong. "Aa, kau jangan mendustai encimu. Si kedok kuning itu ada hubungan erat denganmu, betul tidak tebakanku ?" Ho Tiong Jong gaga-gugu, ia sebenarnya tidak mau menyakiti hatinya le Ya, yang ia tahu benar ada menyintai dirinya, sebab kalau ia omong terus terang bahwa si kedok kuning ada Seng Giok Cin tentu hatinya nona Ie menjadi kecewa. Tapi, sekarang di tebak demikian oleh si iblis cantik Ho Tiong Jong jadi kebingungan bagaimana ia harus menjawabnya. "Adik Jong." Kata Ie Ya dengan suara agak tidak lancar. "aku tak perlu menyebutkan namanya si kedok kuning, karena dari sikapmu diam-diam kau sudah mengakui tepatnya tebakanku atas dirinya, Aku tidak harus menyampuri urusanmu dengan dia. hanya dalam urusan pembakaran Kong beng si bagaimana juga harus aku turut menginsafi semangatmu yang tenggelam dalam lautan asmara." Ho Tiong Jong merah selebar mukanya. "Adik Jong." Kata pula le Ya. "Tay Hong Hosiang sudah demikian baik hati terhadap dirimu. Dia telah mengorbankan tenaga dalam untukmu sehingga dia binasa dalam lautan api, ini harus kau ukir dalam otakmu benar-benar. Satu waktu kau harus cari orang yang telah bersalah, yang menyebabkan kuil Kong beng si terbakar dan menjadikan kematiannya orang terhadap siapa kau ada berhutang budi." Ho Tiong Jong merah matanya. Butiran air mata tanpa dirasa telah menerjang keluar dari kelopak sepasang matanya. Pemuda gagah itu melepas air matanya dengan pikiran sangat kalut. Ia memang berhutang budi pada Tay Hong Hosiang tapi siapa mau dikata, orang yang baik terhadap dirinya itu kini sudah berada ditempat baka. Baginya, tidak jalan lain, untuk membuat rochnya ditempat baka merasa senang, adalah mencari orang yang membakar kuil Kong-beng-si untuk membalaskan sakit hatinya. "Enci ie...." Jawab Ho Tiong Jong dengan suara parau. "perkataanmu tidak salah, terima kasih atas perhatianmu. Aku ingat betul akan nasehatmu ini." "Aku tidak perlu dengan terima kasihmu. Asal kau selalu ingat diriku, aku sudah merasa girang dan bahagia..." Ho Tiong Jong terkejut, matanya menatap pada nona Ie yang cantik, kecantikan dalam bentuk lain dan Seng Giok Cin kekasihnya itu. nona Ie ada mempunyai kecantikan dan daya penarik lain, hingga ketika matanya kebentrok dengan sorot mata Ie Ya yang haus dengan cinta pemuda impiannya itu, membuat hatinya Ho Tiong Jong tergetar. Tapi untung ia lekas sadar. Pikirnya dengan menimbulkan urusan asmara baru dengan si iblis cantik dirinya akan menemui kesulitan berlarut-larut, ia tak dapat melupakan gadis yang telah menempati hatinya terlebih dahulu, maka matanya yang tadi memandang dengan mesra telah berubah dan cepat-cepat ia tundukkan kepalanya. Li-lo sat Ie Ya bersenyum getir, ia mengerti anak muda itu tak dapat ia miliki. Hatinya sudah kena direbut oleh Seng-Giok Cin. Terdengar ia menghela napas panjang, Ho Tiong Jong rasakan hatinya pilu, ia mengerti bahwa Ie Ya seperti yang putus asa hendak merebut hatinya yang ia sudah berikan pada Seng Giok Cin. la tidak tahu saat itu bagaimana ia harus berbuat, untung ketolongan dengan munculnya co Kang cay yang mengundang Ho Tiong Jong dan Ie Ya datang diruangan makan, dimana sudah tersedia hidangan untuk mereka. "Tiong Jong, hidangan sudah siap untukmu. Mari kita makan, nona Ie mari kita makan-.." Demikian tuan rumah mengundang dengan ramah. "co lopek, kau terlalu memperhatikan padaku." Kata Ho Tiong Jong. "Kau habis melakukan perjalanan dari tempat jauh, seharusnya kau lekas-lekas menangsel perutmu. Anak muda, mari kita makan .... ha ha..." Co Kang cay berkata sambil menggandeng Ho Tiong Jong. Ie Ya kesal hatinya dengan munculnya si orang tua, tapi ia pikir lagi, memang benar juga Ho Tiong Jong datang dari tempat jauh seharusnya ia menemukan hidangan terlebih dahulu, baru bercakap-cakap dengan gembira. Maka ia dengan tidak berkata apa apa telah mengikuti dua orang itu berjalan ke ruangan makan, sesampainya disitu Ho Tiong Jong berkata. "co lopek perutku memang sudah minta diisi, tapi badannya rasanya lengket dengan debu diperjalanan maka aku permisi mandi dahulu saja..." Pemuda itu berkata dengan Jenaka. "Tentu, tentu ..IHei. cin Siang mari sini" Ia memanggil pelayannya, yang segera menyamperi. "kau bawa Ho Siauw ya kekamar mandi. Terlebih dulu kau bawa kekamarnya yang lalu sudah ku beritahukan padamu, baru kau antar kekamar mandi, Kau baik-baik melayani Siauw ya ya " Ho Tiong Jong ketawa nyengir, ia melirik pada ia Ya dan berkata. "Enci le, kau turut co lopek dulu menghadapi hidangan. Tak usah menantikan aku, makan saja lebih dahulu." Ie Ya hanya mesem, Kemudian ia mengikuti co Kang cay masuk keruangan kamar makan, disana ia bercokol menghadapi hidangan, Tapi ia tak mau makan sendirian, ia nantikan sampai Ho Tiong Jong datang supaya dapat makan bersama-sama. Lama juga Ho Tiong Jong pergi mandi sehingga si Nona kekesalan- "nona Ie, kau makan saja lebih dahulu, jangan tunggu Tiong Jong mungkin dia lama dikamar mandi." "Biar, biarlah aku menantikan dia." Co Kang cay tidak berkata apa-ala lagi, ia agaknya jerih kepada ini nona galak. sebentar lagi, Ho Tiong Jong muncul juga di ambang pintu. Ia melihat keduanya membungkam, hidangan masih belum ada yang ganggu, rupanya mereka menanti kedatangannya, Maka cepat-cepat ia masuk dan mengambil tempat duduk sambil berkata. "co lopek. enci Ie, kenapa kalian belum makan? Mari kita makan-" Ho Tiong Jong tanpa sungkan-sungkan lagi sudah kerjakan sumpitnya menyumpit daging ayam yang empuk lalu dimasukan kedalam mulutnya, kemudian disusul dengan nasi, ia makan dengan lahapnya. Dalam beberapa saat ia sudah menyikat tiga mangkok nasi. selama makan Ho Tiong Jong tidak banyak bicara. Ie Ya yang menunggu-nunggu Ho Tiong Jong bercerita ternyata kecele, ia terhadang timbulkan soal sebagai bahan pembicaraan, akan tetapi Ho Tiong Jong menjawab dengan "Ya" Atau anggukkan kepala saja. Setelah mereka selesai makan, Ho Tiong Jong omongomong sebentaran dengan co Kang cay dan ie Ya, kemudian permisi tidur siang-siang dengan alasan badannya sangat lelah. Kembali Ie Ya merasa kecewa, ia juga kemudian telah masuk tidur, Dalam kamarnya, Ho Tiong Jong tidak dapat tidur, pikirannya bekerja, Menurut pengunjukkan co Kang cay suhengnya itu ada bertempat tinggal tidak jauh dari pintu kota sebelah timur, Mereka ada muridnya In Kay, yang di maksudkan In Kay tentu In Kie Lojin- Dari otaknya yang cerdik, ia menduga pasti bahwa Sim Pek Hian, suhengnya co Kang cay itu bukan lain daripada akhli waris In Kie Lojin yang termasyhur ia telah menyembunyikan dirinya dalam sebuah tempat yang sunyi dengan penduduk beberapa gelintir saja, ia memperkenalkan namanya sebagai seorang she Sim. Dengan berbuat demikian ia tidak mengalami kesulitan dari pihaknya orang-orang Perserikatan Benteng perkampungan yang mengarah kitab "Kumpulan ilmu silat sejati" Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Yang ia sembunyikan pada suatu tempat rahasia. Meskipun sudah berjalan berpuluhan tahun tidak kedengaran orang-orang dari Perserikatan Benteng perkampungan menyelidiki akan kitab pusaka itu, akan tetapi ia selalu waspada, ia tidak ingin kitab wasiat itu jatuh ketangan orang sembarangan yang akan membuat huru-hara dalam dunia Kang ouw. Ho Tiong Jong gulak gulik dipembaringannya. Pikirnya. "bagaimana ia harus bertindak untuk menghadapi jago tua yang merahasiakan dirinya itu? ia harus memilih jalan sangat hati-hati, kalau tidak, niscaya maksudnya untuk minta diterima jadi muridnya si orang tua itu akan gagal." Ho Tiong Jong merasa kepandaiannya belum sempurna, ia harus belajar lagi kepada orang pandai itu, yang memiliki kitab pusaka Jilid ke satu, yang didalamnya ada dilukiskan berbagai ilmu silat yang sangat tinggi. cara ilmu silat berbagai cabang bagaimana dipraktekkannya ada ditulis dengan lengkap dalam kitab itu, Dalam Jilid kedua, yang demikian itu tidak ada. Hanya tertulis komentarnya saja dan sedikit petunjukpetunjuk bagaimana orang memelihara badannya supaya jadi kuat dan mempunyai tenaga dalam yang mahir. Demikianlah, pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Ho Tiong Jong sudah bangun, setelah cuci muka, lantas ia keluar pergi ketoko untuk membeli barang yang akan diberikan kepada jago tua itu sebagai bingkisan perkenalan. Ie Ya tatkala mana masih belum bangun dari tidurnya. Ho Tiong Jong setelah membeli barang-barang yang perlu sebagai bingkisan itu, tidak kembali kerumahnya co Kang cay, tapi langsung menuju kepintu kota sebelah timur untuk mencari Sim Pek Hian akhli waris dari in Kie Lojin. Mulutnya mudah bertanya, maka tidak heran ia sudah dapat pertunjukan yang diingini. Mula-mula ia menemukan jalannya yang buruk. disana ada berdiri kira-kira sepuluh rumah yang jelek. pada setiap sampingnya rumah-rumah itu ada pekarangan yang lebar dan kebun sayur. Ia berjalan sampai dirumah yang di ujung sekali, pintunya tertutup rapat dan sepi keadaan disitu, ia melihat kebun sayur yang terbentang disitu luasnya kira kira tiga bu sekitarnya dipagar oleh pohon-pohon berduri amat rapat, tingginya kirakira satu tumbak. Ditengah-tengah kebun sayur itu ada sebuah rumah kecil, mencil sendiri. Pikirnya, apakah dia itu rumahnya Sim-Pek Hian? Diam-diam ia menghela napas. orang pandai dalam dunia persilatan sampai mengumpat dalam rumah demikian kecil, tidak lain, karena maksudnya untuk melindungi kitab pusaka yang dimilikinya itu. Ia berjalan masuk kedalam kebun sayur itu, Tidak jauh dari ia berjalan ia mendapat lihat ada tanah sedikit muncul sebuah kuburan, Sekitarnya dikitari oleh kira-kira dua puluh pohon Tho. Kemudian ia menghampiri rumah kecil itu, justru ia hendak mengetuk pintunya, tiba-tiba sudah dibuka dari sebelah dalam dan tampak satu gadis remaja yang cantik sekali berjalan keluar. Ho Tiong Jong terpesona oleh kecantikan si nona. Dua pasang mata kebentrok, si nona sambil bersenyum telah tundukkan kepalanya dan meneruskan perjalanannya lagi. Mulutnya sudah terbuka hendak menanya, akan terapi urung, karena si nona tampak jalannya cepat-cepat saja, Ho Tiong Jong tidak berani mengetuk pintu, hanya ia keluar lagi dari kebun sayur itu, ia menghampiri seorang wanita tua yang sedang menjemur pakaian- Dengan laku hormat ia menanyakan rumah dalam kebun sayur itu siapa penghuninya? Benar seperti apa yang ia duga semula rumah kecil itu ada tempat tinggalnya Sim Pek Hian Ia seorang tua, dan sudah tinggal disitu sepuluh tahun lamanya-Ho Tiong Jong berjalan lebih jauh. Di depannya salah satu rumah ia lihat ada duduk seorang anak lakl-laki berumur kira-kira dua belas tiga belas tahun sedang asyik membaca buku. Rupanya ia sangat tekun dengan pelajarannya, Ho Tiong Jong berhenti dan menanya. "Adik kecii, kau kelihatan sangat tekun dengan pelajaranmu, sehingga melupakan keadaan disekitarmu, Siapa namamu adik kecil?" Anak laki-laki itu tak lantas menjawab- hanya ia mengawasi pada Ho Tiong Jong beberapa saat. "kau siapa? Aku bernama Kioe Kie Hok." Jawabnya kemudian, Ho Tiong Jong tertawa. "Aku mencari teman" Katanya. "tadi tak ketemu. Adik kecil, kalau kau suka terimalah bingkisan ini supaya aku tak berabe membawa pulang lagi." Ho Tiong Jong berkata sambil menyerahkan bingkisan yang dibawanya, akan tetapi anak itu tak mau menerimanya. "Tidak- tidak- aku tidak mau nerima." Katanya, sambil tangannya ditaruh ke belakang lucu sekali kelihatannya. "Kenapa kau tak mau terima, adik kecil?" Tanya Ho Tiong Jong. Tapi sebelum anak itu menjawab, tiba-tiba ada suara memanggil nama anak itu. "Kie Hok. Kie Hok. lekas masuk kedalam" Demikian terdengar suara merdu dari sebelah dalam rumah. Tidak lama kemudian orang yang memanggil tadi telah unjukkan dirinya dan bukan lain kiranya ada si nona yang barusan Ho Tiong Jong lihat dirumahnya Sim Pek Hian. "Enci, ini koko mau kasih bungkusan padaku, tapi aku telah menolaknya ..." Kata Kho Kie Hok. sambil menunjuk pada Ho Tiong Jong. Si nona memandang pada si pemuda dengan melototkan matanya. Ho Tiong Jong tidak enak hatinya, ia kuatir si nona menduga yang tidak-tidak bahwa ia dengan memberikan bangkusan itu hendak membuat jahat pada anak kecil itu. "Nona harap kaujangan salah paham. Aku memberikan bungkusan ini dengan setulus hati. Sebab orang yang kucari tidak ketemu, aku pikir dari pada aku bawa kembali bungkusan ini lebih baik diberikan pada adik kecil ini." "Kie Hok. hayo masuk kedalam " Memerintah sang enci, sinona ternyata tidak menghiraukan Ho Tiong Jong. "Nona apa kau tidak percaya atas perkataanku barusan ?" Si nona yang hendak berjalan masuk kedalam mengikuti adiknya, telah baliki badannya dan berkata. "Siapa yang berkata pada mu tidak percaya ? Kau bilang begitu sendiri, mungkin bicaramu tidak benar." Ho Tiong Jong melongo, ia tidak menduga sama sekali si nona akan berkat demikian-Hatinya sangat tidak enak. ia tak berjaya untuk melayani nona yang ketus dingin ini, kemungkinan besar, kalau diajak bicara lebih lama akan menimbulkan salah paham lebih hebat lagi. Ho Tiong Jong jadi serba salah. Untuk meninggalkan begitu saja, ia pikir kurang pantas, maka ia berdiri menjublek sekian lama. Tapi ia akhirnya berlalu juga dari depan rumah itu, ketika melihat sinonapun tinggal membisu saja. Tapi belum berjalan berapa langkah ia mendengar gerutuannya sinona. "Hm.. Masih baik kau tahu diri, kalau tidak sudah kuhajar kau." Ho Tiong Jong merandek dan balik badannya menatap wajahnya si gadis, Si nona ada dari familie Kho. Gadis remaja yang cantik jelita. entah dengan siapa ia tinggal ditempat itu. Ketika melihat dirinya diawasi, ia balas memandang pada Ho Tiong Jong. Wajah si pemuda yang tampan menawan dan pengawakannya yang tegap dan gagah, agaknya membuat tergetar juga hatinya si gadis cantik dari kebun sayur. Selebar mukanya menjadi merah, kemudian ia tundukkan kepalanya. Terdengar Ho Tiong Jong tertawa perlahan. ia berpendapat bahwa gadis ini hanya diluarnya galak. sedang hatinya ada lemah. Tertawanya si pemuda justeru menimbulkan salah paham pada nona Kho. Air mukanya tampak cemberut, dengan suar galak ia menanya. "Kau tertawakan apa ? Hm Kau tentu mentertawakan aku, ya ?" "Aku tertawakan kau juga bukan bermaksud jelek." "Habis apa maksudnya ?" Ho Tiong Jong kembali tertawa. "Kau jangan main gila dengan nonamu, ya ?" "Waduh galaknya. Kalah harimau..." Wajahnya nona Kho cemberut-cemberut ketawa, mendengar si pemuda berkelakar. "Niiih... harimau " Bentaknya, seraya menyerang dengan tangannya yang halus. "Eee... kok nyerang? Apa nona mau berkelahi dengan aku?" Si pemuda menggoda seraya berkelit dari serangan sinona. Gemas hatinya nona Kho, sebab giginya sampai bercatrukan. Ia tidak menyangka, serangannya yang hebat tadi dengan mudah saja dapat diegoskan oleh pemuda tampan didepannya itu. Nona Kho sebenarnya tidak ingin mengumbar napsu marahnya, karena biar bagaimana juga, barusan hatinya sudah kena ketusuk panah asmaranya Ho Tiong Jong, tapi karena keterlanjur barusan ia sudah menyerang, ia harus lanjutkan tindakannya. "Lelaki tolol.jangan banyak omong" Nona Kho membentak lantas menyerang lagi pada Ho Tiong Jong dengan gerakan yang gesit sekali. Kembali serangannya menemui tempat kosong. Ho Tiong Jong yang diserang, bukan saja dapat menghindarkan serangan, tapi seperti setan saja dengan mendadakan sudah berada disampingnya si nona. "Hei, nona, kau benar-benar ganas..." Terdengar suara berbisik, nyelusup ke telinganya nona Kho yang saat itu sedang kebingungan kehilangan lawannya. NONA Kho kaget bukan main, ketika nampak dirinya Ho Tiong Jong berada disampingny siapa kalau mau dengan mudah saja menyamber pinggangnya yang ceking langsing, cepat melompat menjauhkan diri. "orang liar kau berani main-main dengan nonamu? Barusan aku lihat gerak-gerikmu didepan rumahnya Sim loya, aku sudah tahu kau ini bukannya orang baik-baik." "Nona, kau jangan berkata sembarangan." "Kalau bukannya orang liar, kenapa kau datang mengacau disini ?" "Aku datang juga ada maksudnya." "Maksud apa? Hendak mencuri barang, atau sengaja hendak mempersulit orang?" Ho Tiong Jong tidak senang dikatakan hendak mencuri barang dan mempersulit orang, karena kedatangannya kesitu adalah dengan hati yang sujud hendak menemui orang pandai. Dengan sungguh-sungguh ia berkata. "Nona, aku hampir tidak percaya seorang nona cantik jelita seperti kau ini dapat mengeluarkan kata-kata yang tak enak bagi orang yang mendengarnya." "Habis, kau mau apa?" Tanyanya galak. Ho Tiong Jong membisu. "Kau tidak senang dikata-katai demikian, apa urusanmu. Kau boleh membela dirimu kalau ada mempunyai kepandaian- Kini sudah berhadapan dengan nonamu, jangan harap ka dapat lolos sebelumnya mendapat tanda mata atas perbuatanmu yang lancang." "Baiklah, aku ingin lihat kepandaianmu sampai dimana." Nona Kho ketawa ngikik, kepalannya yang kecil diayun menyerang si pemuda, tapi lagi-lagi menemui tempat kosong, Meskipun begitu telah mengejutkan juga si pemuda yang tidak mengira sama sekali kalau nona yang demikian sederhana ada mempunyai tenaga dalam yang mahir. Angin serangannya berkesiur mendampar seolah-olah gelombang laut. Dengan tenang Ho Tiong Jong meladeni si nona bertempur Rupanya nona Kho sangat penasaran akan serangannya yang sudah dilakukan sampai tiga kali, tapi tidak ada satu yang dapat menyentuh Ho Tiong Jong, meski hanya ujung bajunya saja, Si nona bergerak dengan lincah, menyerang dan membela diri dengan bagus sekali hingga diam-diam Ho Tiong Jong merasa sangat kagum. Pasti si nona sudah mendapat didikan orang pandai kalau tidak, dalam usia demikian muda mana bisa ia sudah mempunyai kemahiran dalam tenaga dalam? Mengingat bahwa dirinya datang kesitu bukannya hendak mencari musuh, mengingat juga bahwa sinona ketika pertama kali sepasang matanya kebentrok dengan sorot matanya seperti yang tertarik olehnya, maka perlawanan Ho Tiong Jong tidak dengan sungguh-sungguh, malah kasihkan dirinya dicecer dengan tidak memberikan perlawanan apa-apa. Hal mana membuat nona Kho jadi heran. "Hei, orang liar Lekas keluarkan kepandaianmu untuk dipertontonkan didepan nonamu, Aku mau lihat apa kau ada harganya untuk menjadi lawan dari nonamu ?" Biar bagaimana Ho Tiong Jong berdaya sebisanya menahan sabar, kini ia mendengar kata-kata si nona yang jumawa, hatinya merasa panas juga. "Nona sombong, aku she orang she Ho tidak mempunyai kepandaian-" Jawabnya, berbareng ia merubah cara bersilatnya. Kim-ci Gin-ciang dikombinasi dengan Tok liong ciang-hoat. Tubuhnya berkelebat gesit seka1i hingga si nona yang barusan menang diatas angin, dalam sedikit tempo saja jadi kelab akan- Sebentar-bentar ia merasa ditowel bahunya, kupingnya dan lengannya, semua itu menyatakan bahwa ilmu silatnya si nona bukan tandingannya si pemuda. Tapi nona Kho masih terus membandel dan memberikan perlawanan dengan gigihnya. Lama kelamaan ia kena dipermainkan Ho Tiong Jong menjadi gemas juga. Dari gemas menjadi marah dan dari marah menjadi sedih, akhirnya ia lompat dari kalangan berkelahi sambil banting-banting kaki seperti hendak menangis ia berkata. "orang she Ho, kau jangan kira ilmumu sudah tinggi hendak menghina pada seorang wantia. Betul-betul kau orang liar ini tidak tahu malu." "Aku bukannya hendak menghina padamu, nona. Maaf atas semua perbuatanku tadi sebab memang juga bukannya menjadi aku punya maksud untuk bertempur dengan seorang wanita." "Tutup mulutmu " Bentak si nona. "Kalau kau benar satu laki-laki, jangan kita bertempur disini, mari ikut aku kekebun sayur, disana nanti kita akan mendapat kepastian siapa yang lebih unggul kepandaiannya." Ho Tiong Jong geleng-geleng kepala. "Aku tidak berani bertempur lagi dengan kau?" Kata pula si pemuda. "Kenapa, apa kau takut? Hm Pengecut memang selalu merasa jerih hatinya." Kembali Ho Tiong Jong dibikin panas hatinya oleh kata-kata si nona. Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Apa kau kira aku takut padamu?" Katanya lagi kemudian- "Kalau tidak takut, kenapa jerih untuk berkelahi di kebun sayur?" "Baik, silahkan kau jalan lebih dulu." Si nona tanpa menjawab lagi, lantas enjot tubuhnya melesat dan sebentar saja sudah menghilang dari pemandangannya, Ketika Ho Tiong Jong sampai dikebun sayur, ia celingukan mencari si nona ternyata dia masih belum kelihaian- Tidak lama kemudian ia lihat pintu rumah kecil yang ada ditengah-tengah kebun sayur itu sudah terbuka dan nona Kho kelihatan keluar dengan muka berseri-seri. "Aaa.... dia tentu sudah lapor pada Sim Pek Hian untuk minta bantuan-" Pikir Ho-Tiong Jong. "itu memang lebih baik, aku jadi dapat bertemu dengan orang pandai yang tak mau menemui tetamunya. Ha ha ha.." Ia ketawa geli dalam hatinya. Tapi diam-diam ia memperhatikan kalau-kalau si tua ada ikut keluar dengan nona Kho. Ternyata Sim Pek Hian tidak unjukkan batang hidungnya, malah pintu rumah telah dirapatkan lagi oleh nona Kho, kemudian ia menghampiri si pemuda yang sudah berada di lapangan kebun sayur, Tampak air mukanya yang cantik mengunjukkan senyuman mengejek. "orang liar, dengan kepandaianmu yang tidak seberapa rupanya kau sengaja hendak menghina kaum perempuan, sekarang kau menghinakan aku di tengah jalan, tentu perbuatanmu ini bukannya kali ini saja. Entah sudah berapa banyak nona-nona yang sudah diperhina olehmu. Nah, sekarang nonamu akan membalas dendam untuk perbuatanmu yang tidak senonoh itu." "Nona..." Menyelak Tiong Jong. "kau jangan sembarangan berkata. Aku bukannya itu lelaki yang kau maksudkan- Kalau aku mau menghinamu. barusan untuk apa berlaku baik hati mengampuni kau. Aku siang-siang sudah menotok kau rubuh dan sekarang kau tak usah mengobralkan katamu yang menyakiti hati itu." Nona Kho tak dapat menjawab, pikirnya benar juga katakatanya si pemuda itu. Mungkin ia bukannya orang jahat, kalau ia sudah mencaci demikian karena ia menuruti napsu gemasnya saja kepada pemuda gagah itu. "Nona kalau aku berbuat salah, aku dengan senang hati memohon maaf dengan kau tapi kalau kau menuduh yang bukan-bukan benar-benar aku tak dapat menerima." Kata Ho Tiong Jong lagi dengan roman serius. Nona Kho mengawasi si pemuda, tanpa berkata-kata untuk sesaat lamanya. Ho Tiong Jong menduga sinona sudah dapat dibikin mengerti dan menyesal akan bicaranya yang sembarangan itu maka melihat si nona diam saja ia tidak berkata-kata lagi, hanya menantikan apa jawabannya sinona nanti. "Aaaa... kata-katamu boleh juga." Kata nona Kho. "Untuk mendapat maaf dari aku mudah saja, aku minta kau berdiri tegak dan aku akan tempiling pipimu, barulah aku merasa puas dan memaafkan padamu, Kau tidak boleh membalas atau menyerang aku karena kalau berbuat demikian kau bisa celaka. Nah, jagalah sekarang aku menyerang" Ho Tiong Jong mendongkol, ia tak mau diperhina orang perempuan maka ia sudah bersiap ketika sinona menyerang. Nona Kho ternyata telah melancarkan serangan dengan tangan kanannya hanya berpura-pura saja, sebab yang sebenarnya memukul ada tangan kiri mengarah mukanya. Bukan main si pemuda kagetnya, karena serangan yang dilakukan si nona ada demikian cepat dan tak diduga-duga hingga ia kena diakali. Selebar mukanya menjadi merah karena menahan marah. Ketika tangannya si nona hampir memukul mukanya, ia lantas mendongakkan kepalanya, berbareng tangannya bekerja mengirim serangan, hingga nona Kho sempoyongan terdorong oleh dahsyatnya angin pukulan Ho Tiong Jong. Nona Kho kaget dan ia tak berani menyerang lagi. "Ha ha ha.,." Terdengar Ho Tiong Jong ketawa. "Terima kasih atas seranganmu dan sekarang terimalah pembalasan seranganku." Sambil berkata Ho Tiong Jong menyerang dengan ilmu serangan berantai, sehingga nona Kho menjadi kelab akan menangkis. Tapi dengan pelahan-lahan nona Kho dapat melayani si pemuda dengan ilmunya yang sukar diterobosi serangan musuh, tangannya diputar membuat suatu lingkaran- Ilmu lingkaran tangan itu mengandung angin keras, hingga Ho Tiong Jong bingung juga bagaimana caranya memecahkan ilmu itu. ia lantas menggunakan beberapa tipu pukulan dari Tok liong ciang-hoat untuk melayaninya. Sayang tipu-tipu istimewa dari Tok- liong ciang-hoat warisan Tok-kay itu tak dapat menembusi pertahanan si nona, yang dengan gigihnya menangkis dan terkadang ia melancarkan serangan istimewa yang membuat Ho Tiong Jong bingung juga menghindarinya. Pada suatu saat tiba-tiba Ho Tiong Jong lompat keluar dari kalangan berkelahi, seolah-olah hendak menyudahi pertempuran yang belum ada keputusannya itu. Terdengar nona Kho tertawa dingin. "ow kiranya kau belajar lompat juga? Sejak tadi aku tak bergerak..." Sambil berkata ia melangkah mundur dan berdiri diatas galangan kebun sayur "orang liar, kau berani bertempur disini, mari kesini. Kita bertanding di sini siapa yang melangkah keluar dari galangan dia dinyatakan kalah, bagaimana akur?" Ho Tiong Jong tidak menjawab. Hatinya panas, seketika itu ia melesat dan dilain saat ia sudah berdiri didepan nona Kho. Si nona menyambut kedatangannya si pemuda, setelahnya berdiri tegak dengan jurus serangan kedua oleh tangan kanan dan ke-arah muka dengan serangan tangan kiri. Meski agak gugup, ternyata serangan-serangan itu dapat dihindarkan oleh Ho Tiong Jong. Kemudian ia membuka serangan membalas, pertandingan diatas galangan kebun sayur ternyata sangat menarik hati, mereka kelihatan bertempur dengan sungguh-sungguh dan masing-masing pada keluarkan ilmu simpanannya. Malah kali ini Ho Tiong Jong dibuat heran, sebab kalau tadi di jalanan ia menempur si gadis dengan mudah dapat mempermainkannya, menowel kuping, menyentuhnya bahunya dan lengannya, kini ternyata si gadis sangat gesit dan ia merasa kewalahan untuk meladeninya, ia kagum dengan kepandaiannya si nona yang sempurna. Pikirnya. "mungkin si nona tadi sudah mendapat pengunjukan dari si orang tua yang tak mau menemui tamunya, makanya nona Kho kali ini sangat lihay." Dengan muridnya saja rasanya sudah kewalahan bertempur, bagaimana nanti kalau melayani gurunya nona Kho? Pikiran ini mengaduk dalam otaknya Ho Tiong Jong. Sebaliknya nona Kho juga berpikir, kalau semua serangannya selalu luput, bagaimana nanti kesudahannya. Ho Tiong Jong perhebat serangan-serangannya, ia menyecar dari segala jurusan, akan tetapi si nona tetap dengan pembelaannya lingkaran tangan Lama-lama karena hatinya gentar juga rasanya badan sudah mulai letih, maka sinona sambil bertanding terus mundur saja, Akhirnya ia kabur dan menghilang diantara pepohonan- Kelakuan mana membuat Ho Tiong Jong tertegun, ia tidak mengira bahwa sinona akan meninggalkan ia demikian saja. Apakah sinona sudah tidak tahan oleh serangannya? Tidak, nona Kho masih tahan kalau ia mau terus bertempur. Tapi kenapa dia sudah melarikan diri? Rupa-rupa pikiran mengaduk otaknya Ho Tiong Jong. Ia ingin sekali dapat menemui sim Pek-Hian gurunya sinona tentu Pikir ia sudah sampai disitu, karena kalau tidak sampai menemui orang pandai itu sayang sekali. Selagi ia melamun sambil saban-saban mengawasi angkasa yang luas, tiba-tiba ia mendengar suara nona Kho yang merdu, ia cepat menoleh, ternyata si gadis sedang berdiri disampingnya salah satu pohon. Kini ia berdandan rapih, rupanya barusan ia habis tukaran, kelihatannya sangat elok hingga Ho Tiong Jong berdiri menjublek menyaksikan keelokan wanita yang seperti bidadari itu. "Hei, kau jangan bengong mengawasi saja, dengarlah aku bicara" Menegur sinona, sambil menekap mulutnya yang mungil menahan gelinya. Ho Tiong Jong seperti tersadar dari lamunannya. cepat-cepat in berdiri tegak dan balas tersenyum, kemudian berkata. "Nona, ada pesan apa untukku?" "Kau pasang kuping baik-baik dan dengarlah aku bicara." Nona Kho berkata lagi dengan suara sungguh-sungguh. "Baik nona, aku sudah siap" Jawab Ho Tiong Jong, sambil berdiri tegak menghadap si nona. Lagaknya lucu sekali, hingga mau tidak mau nona Kho yang tadi sudah mulai serius bicaranya sudah ketawa dibuatnya. "orang edan, jangan main sandiwara didepan nonamu. Aku akan bicara sungguh-sungguh, kau harus mendengarnya supaya dirimu tidak sampai binasa." "celaka tiga belas kenapa aku harus binasa?" "Kau dengar dahulu bicaraku, nanti tahu apa sebabnya." Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya. "Nah, lihat disana ada kuburan keramat," Kata si nona lagi, sambil menunjuk pada tanah yang muncul yang merupakan kuburan- "Sekali-kali kau tak boleh coba-coba mendekatinya. Kalau melanggar ini. akibatnya jiwamu akan melayang, ini ada pesan yang pertama, kau mengerti ?" XXXV. ILMU LINGKARAN BUMI LANGIT. HO Tiong Jong anggukkan kepalanya. "Dan yang kedua, peringatan apakah itu?" Tanyanya. "Yang kedua kau harus perhatikan- Tempat ini ada tempat keramat, kalau sebentar kau mau keluar dari kebun sayur itu tak mempunyai daya, janganlah kau berlaku tolol dengan membabi buta tabrak sana dan tabrak sini merusak kebunan. Kau harus bersumpahyalah setelah kau keluar dari tempat ini kau tak boleh mengatakan pada orang lain tentang pengalamanmu disini, barulah aku akan melepaskan padamu." Ho Tiong Jong geli dalam hatinya. Pikirnya. "kebun yang tidak seberapa luas itu, mana dapat menahan dirinya dan ia bisa linglung untuk keluarnya. Tak bisa jadi. Ah, ini nona rupanya mau menggertak ia saja supaya ketakutan-" "Dan yang ketiga?" "Terserah pada pikiranmu, mau mentaati peringatanmu atau tidak. sebab yang bakal mengalami kebinasaan bukannya aku." "Dan yang keempat?" "Kau, kau... harus bisa jaga diri." Ho Tiong Jong melengak mendengar kata-katanya si gadis paling belakang. Dalam kata-katanya itu seperti mengandung kasih sayang yang mesra. Entahlah, apa gadis cantik jelita itu juga jatuh hati padanya? Ah. sungguh runyam sekali kalau ia mesti dicintai oleh satu gadis lagi, Tapi gadis Seng Giok Cin, Kim Hong Jie, Ie Ya dan tak terhitung ceng ie, sudah membuat ia mabuk untuk memilihnya, semuanya ada cantik-cantik, masing-masing membawa gaya dan tingkah laku yang khusus untuk membuat lelaki terpikat. Hebat ia tidak berani memikirkan pula si nona dari kebun sayur itu. Ketika pikirannya tersadar dari tertegunnya, ia lantas memandang kearah sigadis berdiri, akan tetapi ternyata nona Kho sudah menghilang, entah sedari kapan ia sudah meninggalkan tempat itu. Ia celingukan mencarinya, akan tetapi tidak kelihatan gadis cantik itu. Pikirnya. "si nona mengatakan bahwa tempat kuburan itu keramat, mungkin ia tidak berdusta, ingin ia menemui Sim Pok Hian yang berkepandaiannya sangat tinggi, jikalau ia harus mati rasanya rela, peringatan si nona harus ditaati, karena perkataannya itu bukan perkatan mustahil akan menimbulkan kematian atas dirinya, kalau ia melanggar peringatan itu..Dengan pelahan-lahan ia meninggalkan tempat itu, pikirannya terus melayang layang ingin menemui sim Pek Hian- Ketika ia sampai pada pintu kebun. lantas ia menerobos keluar, tapi alangkah kagetnya ketika mengetahui bahwa sesuatu yang bermula ia apal betul kini tampaknya sudah berubah dan ia tak tahu harus jalan kemana buat bisa keluar dari tempat itu. Ia coba lompat melesat kesana sini tapi tidak juga menemui jalan keluar, ia sangat heran- Ketika diteliti pintu kebun sekarang kelihatan seperti sudah dipindahkan kelain tempat,yalah kesebelah belakang bagian kanan, ia terus mencari jalanan keluar, tapi ia terputar putar dan merasakan jalan sudah sangat jauh, tapi herannya itu kuburan kalau ia menengok kebelakang masih tetap saja berada tidak jauh dari padanya. Keadaan disitu makin lama makin membingungkan. Meskipun ia menggunakan ilmunya meng entengi tubuhnya yang sudah mahir, tidak menolong juga untuk mencari jalan keluar dari situ, ia sudah coba jalan sejauhnya bisa, tapi penghabisannya sampai disitu-situ juga. Tempat itu rupanya merupakan satu tin (barisan) yang membingungkan yang memang dengan sengaja dibuat oleh si kakek Sim Pek Hian untuk melindungi kitab pusakanya. orang yang masuk kedalam kebun sayur itu tidak gampanggampang bisa keluar, kecuali dengan pertolongannya si kakek atau orangnya yang mengantarkan ia keluar. Ho Tiong Jong diam-diam mengakui kebenarannya perkataan si gadis. Tadinya ia memandang rendah, kebun sayur yang demikian mana bisa menahan dirinya tapi kenyataanya sekarang ada demikian maka ia jadi teringat pada si cantik yang mengucapkan kata-katanya paling belakang suruh ia menjaga diri. Apakah ia akan menolong dirinya? Kalan sampai begitu kembali ia akan berhutang budi kepada seorang perempuan, ia berhutang budi kepada Seng Giok Cin. Ie Ya dan Kim Hong Jie, kini ia akan berhutang budi lagi kepada si cantik dari Kebun Sayur rupanya, memikir kesini diam diam ia jadi menghela napas. Setetah ia termenung-menung sebentaran, lalu memalingkan kepalanya memandang ke-tempat yang ada kuburannya yang dikitari oleh pohon-pohon tho. pikirnya sudah lupa akan peringatannya nona Kho, maka dengan pelahan-lahan ia datang menghampiri dan melihat lihat keadaan kuburan itu. Tiba-tiba matanya melihat pada papan yang ada tulisannya. KUBURAN KERAMAT SIAPA YANG MENGINTAI RAHASIANYA AKAN BINASA. Ho Tiong Jong seram juga membacanya, Lain papan yang terdapat disitu ada bertulisan. PINTU KELUAR DI DEKAT MATA. Kini hatinya girang, karena mendapat pengunjukan itu untuk keluar dari kebun sayur itu, ia tidak mengganggu kuburan keramat itu, dengan sangat hormat ia meninggalkan tempat itu. ia kembali berjalan terputar-putar hasilnya terupa saja ia disitu-situ juga. Kali ini ia menemui sebuah batu nisan yang bertulisan. XXXVI KUBURAN RAHASIA LANGIT DAN BUMI. Hatinya heran, ia ingin menyelidiki lebih mendalam kuburan itu, maka ia lantas lompat ke atas kuburan- Tiba-tiba ia dibikin kaget dengan berkelebatnya bayangan orang diantara pohon pohon tho, sebentar kemudian keluar dari balik salah satu pohon seorang tua berpengawakan tinggi besar dan kekar sekali hanya sayang agaknya dia itu bongkok. Matanya bersinar, menandakan bahwa tenaga dalamnya sangat tinggi. Ho Tiong Jong cepat lompat turun lagi dari atas kuburan dan menyambut kedatangan orang itu seraya menjura dalam dalam. "cianpwee, harap suka maafkan perbuatanku yang tidak becus. Apakah cianpwee ini ada Sim Pek Hian Locianpwee ?" Orang tua itu kerutkan alisnya yang putih. "Bocah, aku tidak menyalahkan kau, hanya aku ingin menanya kenapa kau telah menghina anak pungutku?" Tanya orang tua itu. Ho Tiong Jong kaget, ia terus menduga bahwa yang dikatakan anak pungutnya itu tentu ada sinona cantik yang bertempur dengannya. Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Pendekar Bunga Merah Karya Kho Ping Hoo Raja Silat Karya Chin Hung