Golok Sakti 21
Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 21
Golok Sakti Karya dari Chin Yung "Siapa namamu?" Tanya si kakek, sebelum Ho Tiong Jong sempat membuka suara. "ow..... aku bernama Ho Tiong Jong." Jawabnya "Tapi cianpwe aku tidak merasa sudah menghina kau punya anak pungut. Karena salah paham kita jadi bertengkar, mana berani aku menghina orang perempuan ? Bolehkah aku meniapat tahu nama cianpwe yang terhormat?" Orang tua itu menguruturut jenggotnya. "seperti yang kau katakan semula, itulah ada namaku." Jawabnya. Ho Tiong Jong terkejut. cepat-cepat ia menjura lagi dengan hormatnya dan berkata. "Aku Ho Tiong Jong sudah berlaku tidak hormat didepan cianpwee, harap cianpwee tidak menjadi kecil hati dan suka memaafkannya." Sim Pek Hian tertawa tergelak- g elak. "Bocah, kau pintar sekali membawa diri, Aku Sim Pek Hian sudah tinggal disini mengasingkan diri sepuluh tahun tidak lagi menyampuri urusan Kang-ouw, tentu saja tidak mengenal siapa aku. Kau rupanya dalam kalangan Kang-ouw ada sedikit nama juga, makanya kau pandang rendah semua orang." Kini dia berkata telah memanggil nona Kho. "Siujie, ayo lekas keluar, Dan keluarkan lagi beberapa ilmu mu untuk dipertonton-kan didepan bocah jumawa ini." Ho Tiong Jong bingung menghadapi sikapnya Sim Pek Hian, tapi ia tidak takut, ia sebenarnya ingin membantah katakatanya si orang tua, tapi sebelum ia buka mulut sudah didahului oleh nona Kho yang merdu menyahuti panggilannya Sim Pek Hian kemudian dirinyapun segera muncul dari balik pohon- Ia menghampiri si orang tua dan dengan lagak kolokan ia berkata. "Gihu, kau panggil aku bertempur dengan dia, mana aku bisa menang." "Anak tolol. Aku suruh kau maju, tentu saja tidak mengijinkan kau menjadi kerugian-" "Habis, memberi pelajaran ilmu silat begitu-begitu juga mana aku dapat mengalahkan dirinya?" "Bocah tolol, jangan banyak rewel, Lekas maju tempur padanya." "GihU, sebaiknya kau ajari dahulu aku, bagaimana aku dapat memukuli dia. Kemudian kita bekuk padanya dan memunahkan ilmu silatnya, supaya dia jangan bikin susah orang lagi." Sim Pek Hianpelototkan matanya, Ho Tiong Jong sementara itu tinggal membisu saja, ia ingin menonjolkan keberaniannya, hanya menantikan saja apa yang anak dan ayah angkat (gihu) itu akan bertindak atas dirinya yang tidak bersalah itu. Melihat kelakuan Ho Tiong Jong yang demikian sopan santun dan tidak ceriwis, Sim Pek Hian mendapat anggapan lain atas pengaduan anak pungutnya. "Sin-jle, apakah benar anak muda ini jahat?" "oh, gihu pasti dia seorang jahat, kalau tidak mana ia berani..." Si gadis tak dapat melampiaskan kata katanya Karena ia merasa jengah, karena ia teringat belum lama ia kena dipermainkan si anak muda ditowel kuping, bahu dan lengannya sehingga ia merasa gemas sekali. "cianpwee." Kata sipemuda, ketika melihat si gadis seperti yang merasa jengah untuk menjelaskan bicaranya. "Kalau aku bersalah, aku minta maaf, sebab aku bukan sengaja. juga, kalau kau mendengar pengaduan jangan sepihak saja, harus didengar keterangan dari kedua pihak, baru adil." Sim Pek Hian melototkan matanya. "Masa iya Siujie mendustai aku? Dia masih menganjurkan supaya aku memusnahkan ilmu silatmu, bukankah dia sangat benci kepadamu?" Setelah berkata demikian, orang tua itu lalu berpaling pada anak angkatnya. "Hai, Sin-jie hayo maju dan tempiling mukanya..." Nona Kho kali ini tak main tawar tawar lagi, ia lantas berteriak. "Bocah liar, kali ini pasti aku dapat menempiling mukamu, baru hatiku merasa puas" Ia berkata sambil menyerang pada Ho Tiong Jong. Ho Tiong Jong tak tinggal diam, sebab ia lantas berkelit, hingga tangan si nona yang kecil mungil tak dapat menemui sasarannya. Sim Pek Hian melihat itu terus berteriak "Hei siujie, kenapa kau tidak memukulnya? Hayo, lekas maju lagi danpukul mukanya." "Ah, gihu, aku tak dapat melakukannya, dia sudah menghindarkan diri jauh-jauh." Sim Pek Hian tertawa bergelak- gelak melihat kelakuan sang anak angkat. "Siujie, kau jangan kasih dia menghindarkan diri." Kata sang ayah angkat. "kau harus menyerang dia dari kiri kanan dengan tepat, Apa kau sudah lupa dengaa gerakan co cu Hun hoa (membelah bunga kanan dan kiri) ? Dengan gerakanmu ini pasti kau berhasil menggaplok mukanya.,., Ha ha ha...." "Ah, aku tidak tega meludahi mukanya." Jawab Kho Siu (Nona Kho) Sim Pek Hian kembali tertawa ngakak. Gaya pukulan co yu Hun hoa itu harus dilakukan dengan cepat, mencecar musuh dari kiri kanan, hingga membuat musuh gelabakan dan akhirnya mukanya kena ke pukul, terus mukanya diludahi. Sebenarnya Kho Siu sungkan mengeluarkan ilmu pukulan itu, karena tidak meludahi mukanya Ho Tiong Jong yang tampan, tapi karena ia sangat penasaran tidak bisa menjatuhkan pemuda gagah itu, maka apa boleh buat ia jalankan juga. "Bocah liar" Bentaknya pula. "Lihat nonamu akan bikin mukamu menjadi bengkak " Berbareng ia menyerang dengan gesit sekali. Benar saja, gerakan co yu Hun hoa ada hebat sekali. Si nona dengan lincah dan gesit luar biasa telah menyerang dari kanan dan kiri laksana angin. Repot juga Ho Tiong Jong menangkisnya. ia tidak tahu entah bagaimana nona Kho bergerak. datang datang ia merasakan pipinya seperti kena ditempiling. Panas rasanya bekas tempilingan itu dipipinya. Ho Tiong Jong sangat mendongkol, ia mengawasi pada si nona yang saat itu sedang mengawasi padanya juga, matanya melotot dan mulutnya bergerak-gerak seperti juga yang hendak meludahi mukanya. Sialan betul kalau musti kena diludahi nona Kho pikirnya si pemuda. Dalam jengkelnya Ho Tiong Jong telah mengeluarkan ilmunya Tok liong cianghoat, ilmu pukulan telapak tangan naga berbisa, warisannya Tok-kay Kang clong. Dengan ilmu serangan ini, kembali si nona kedesak ia sangat repot, terpaksa ia mainkan pula ilmu nya cuan lay cian goan (dalam lingkaran langit bumi), Tangannya membuat lingkaran menangkis serangannya si pemuda yang bertubi-tubi. Hebat serangan pemuda itu, karena angin pukulannya saja yang menderu- deru cukup membuat lawannya merasa jerih. Dalam tempo pendek si Nona sudah mandi keringat melayani lawannya yang gesit. "GihU, kau jangan pergi jauh-jauh. Diam di sini dan lekas kasih petunjuk pada Siu jie untuk menggebuk budak liar ini, oh... gihu..." Si nona saat itu sudah meramkan matanya, karena satu serangan ganas segera menghajar tubuhnya, itulah Ho Tiong Jong kejengkelannya mau turun tangan sedikit berat terhadap si Nona yang bandel. Tiba-tiba satu bayangan berkelebat dan pukulanya Ho Tiong Jong menghajar pada bayangan tadi yang menalangi tubuhnya Nona Kho, kiranya bayangan itu Sim Pek Hian sendiri yang cepat turun tangan melihat anak angkatnya dalam bahaya. sim Pek Hian yang menyaksikan jalannya pertandingan diam-diam telah memuji kepandaiannya Ho Tiong Jong. ia memang sudah menduga, menghadapi kepandaiannya sipemuda sang anak angkat bukan tandingannya. Ketika mendengar keluhannya Kho Siu, hatinya diam diam sangat geli. ia paham, bahwa anak angkatnya itu ke-pincuk hatinya oleh pemuda cakap itu. Kalau tokh ia masih mau menempur Ho Tiong Jong karena sifatnya yang angkuh dan tidak mau mengalah, ia penasaran dikalahkan oleh si pemuda. Ketika sinona datang padanya mengadu halnya Ho Tiong Jong yang mempermainkan dirinya dalam suatu pertempuran dan minta sang ayah angkat untuk membalaskan penasarannya, Sim Pek Hian sudah mengerti akan isi hatinya Kho Siu. Sebab ketika ia mengatakan bahwa ia akan memusnahkan ilmu silat sipemuda yang sudah lancang masuk ketempatnya dan menghina anak angkatnya Kho Siu berubah wajahnya dan memohon supaya sang ayah angkatjangan turun tangan berat. Cukup dengan sedikit hajaran enteng saja. Waktu itu Sim Pek Hian belum melihat yang mana satu pemuda yang menghina Kho Siu, tapi hatinya sudah dapat menduga tentu ada satu pemuda cakap dan tinggi ilmu silatnya, Sebab Kho Siu bukannya gadis biasa, ilmu silatnya tinggi atas didikannya sendiri, kalau tokh sampai kena dipermainkan tandanya pemuda yang menjadi lawannya tentu lihay. Balik menceritakan Ho Tiong Jong, ketika merasakan pukulannya menghajar tubuh orang hatinya sangat terkejut, ia menyesal dan pikirnya si nona tentu tidak tahan akan pukulannya yang berat, tapi tidak dinyana pukulannya itu tertolak balik hingga ia mundur sampai tiga tindak. Ketika ia mengawasi, kiranya yang menjadi sasaran pukulannya tadi bukannya si jelita melainkan Sim Pok Hian yang saat itu tampak berseri-seri kepadanya. "Bocah kau terlalu kejam. Masa melayani satu wanita saja mau turun tangan begitu berat? Tidak pantas bukan?" Ho Tiong Jong tundukan kepala, ia merasa bersalah maka ia mengucapkan rasa menyesalnya pada nona Kho dan minta maaf. Tapi Kho Siu hanya deliki matanya dan tidak mengatakan apa apa. "Siujie " Kata orang tua itu pada anak angkatnya "kau barusan tentu kaget, bukan? Nah, sekarang giliranku akan membalaskan sakit hatimu menghajar dia." "Jangan, jangan-" Menyelak sigadis. "Jangan gihu yang mengajarnya, harus dengan tanganku sendiri barulah aku merasa puas ow, coba lihat, dia seperti yang hendak melarikan diri." Sim Pik Hian kewalahan dengan anak angkatnya yang manja. Ia melihat Ho Tiong Jong tidak bergerak dari berdirinya, bagaimana anak angkatnya mengatakan ia hendak melarikan diri? Ho Tiong Jong berdiri alisnya, lalu tertawa dingin. "Aku Ho Tiong Jong," Katanya sambil tepuk-tepuk dada. "meski kepandaiannya rendah, tak nanti gentar menghadapi musuh yang mana pun juga,janganlah kalian memandang begitu hina, aku tidak akan lari." Sim Pek Hian tertawa bergelak gelak. "Bocah sombong." Katanya. "Kau telah permainkan anak angkatku, tentu juga kau bukannya orang baik-baik. Nah, keluarkanlah senjatamu." Ho Tiong Jong tertawa dingin. "Kau juga harus keluarkan senjatamu." Jawabnya. "Aku tak perduli pandanganmu terhadapku bagaimana, tapi aku akan memegang kesopanan, tidak berani aku menggunakan senjata menempur orang tua yang bertangan kosong." Sim Pek Hian geleng-gelengkan kepala. "Bocah, kau jangan mimpi dengan tangan kosong melawanku kau dapat menang." "Aku tidak perduli." Berbareng saat itu si pemuda telah menerjang pada Sim Pek Hian- Sim Pek Hian tidak bergerak dari berdiri-nya. Ketika tangannya sipemuda membentur tubuhnya, Ho Tiong Jong rasakan ia seperti memukul gundukan kapas, ia mengerti bahwa orang tua itu Iwekangnya sudah sampai pada taraf yang tertinggi. Tidak boleh sembarangan ia menempurnya. Ia lalu menyerang pula. Tapi benar-benar Sim Pek Hian ada seorang tua yang matang dalam hal ilmu silat, karena sekali berkelebat satu pukulan sipemuda lelah jatuh ditempat kosong, orangnya sudah ada dibelakangnya sipemuda. Ho Tiong Jong diam-diam merasa kagum akan kegesitannya Sim Pek Hian. Tapi ia ada satu pemuda bandei dan pantang mundur. Meskipun tahu lawan ada lebih tinggi kepandaiannya ia tidak menjadi jerih, malah sambil tertawa tawar ia berkata. "orang tua jagalah beberapa pukulan aku si orang muda " Berbareng ia telah mengeluarkan ilmunya Kim cie Gin ciang satu, jari emas telapakan perak. ia gunakan gaya Thian lie Sahoa (Bidadari menyebarkan bunga), sepasang tangannya dikerjakan cepat sekali, menotok dan membabat lihay sekali. Ternyata ilmu serangan Kim-gi Gin Ciang yang dia pelajari dari sahabat karibnya, Kho Kie siorang gaib yang bisa menembusi tanah, telah ia yakinkan betul-betul dan sekarang ilmu itu dimainkan olehnya bukan main lihay nya, mungkin Kho Kie yang mengajarnya juga tidak sampai demikian lihay nya. Sim Pek Hian melayani dengan tenang akan tetapi hatinya diam-diam sangat kaget menyaksikan kepandaian pemuda lawannya itu. serangannya sangat cepat dan berbahaya, sedang penjagaannya jaga rapat sekali. Mengetahui musuh ada sangat tinggi ilmu silatnya, maka Ho Tiong Jong sangat hati-hati melayaninya, ia hanya berani menyerang dengan tenaga lima bagian, ia kuatir serangannya akan gagal dan tenaganya digunakan oleh Sim Pek Hian untuk memukul baik dirinya, oleh karena pasti ia akan mendapat luka parah didalam tubuhnya. Dugaan Ho Tiong Jong tidak salah. Beberapa kali Sim Pek Hian kasihkan dirinya ditotok dan dipukul, tapi totokan dan pukulan itu menyentuh tubuhnya si jago tua seperti juga membentur benda yang empuk lunak. Hal mana membuat Ho Tiong Jong diam-diam merasa gelisah juga melayaninya. Pelahan-lahan ia merasa dirinya seperti dipermainkan oleh jago tua itu. Maka Ho Tiong Jong lalu membentak. "orang tua, kau benar lihay, Aku Ho Tiong Jong tidak kecewa Kalau musti jatuh dengannya seorang pendekar ulung seperti kau ini. Namaku akan menjadi harum dalam dunia persilatan Ha ha, ha." "Bocah kau jagalah serangku" Balas membentak Sim Pek Hian, Ho Tiong Jong tidak gentar, ia sangat andaikan ilmu golok keramatnya yang delapan belas jurus itu. Saat mana ia tidak menggunakan senjata golok, hanya telapakan tangan saja digunakan sebagai senjata tajam, membabat dan membacok hebat sekali. Melihat gerakan sipemuda yang demikian itu, Sim Pek Hian kenali itulah ada ilmu golok simpanan dari Siauw-lim sie. Pada suatu saat, setelah berkelit dari serangannya Ho Tiong Jong, ia lompat menjurus satu tumbak kemudian berkata pada kawannya. "Wah, benar-benar kau lihay, ilmu yang kau mainkan itu ada ilmu golok delapan belas jurus dari Siauw lim-sie. maka sekarang coba hunus golokmu supaya aku dapat melayani dengan lebih bersemangat lagi. Aku mau tahu, apakah kepandaianku dapat menandingi ilmu golok yang sangat lihay itu?" Sim Pek Hian berkata dengan alis berdiri dan kumis serta jenggotnya juga kelihatan pada berdiri inilah menandakan, bahwa orang tua itu sedang marah. Dalam keadaan demikian, wajahnya orang tua itu menyeramkan dan bengis sekali, Hal mana membuat nona Kho yang menyaksikan menjadi sangat kuatir cepat-cepat ia berkata. "Gihu, harap kau jangan marah begitu rupa, nanti kesehatanmu terganggu..." "Siujie, kau berdiri jauhan" Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Jawab sang ayah angkat. "Kau tidak tahu maksudku sekarang ini. Seperti aku pernah ceritakan padamu, pada dewasa ini yang tahan bertempur dengan aku dalam tiga jurus tanya ada tujuh orang saja yalah dua jurus aku berikan kesempatan lawan menyerang. Satu jurus lagi giliranku menyerang, Kalau bocah ini bisa tahan seranganku sejurus itu, dia akan terhitung orang yang kedelapan yang tahan bertempur denganku dalam tiga gebrakan." Ho Tiong Jong mendengar perkataanya Sim Pek Hian, pikirnya orang tua ini sombong amat, maka saat itu tanpa menawar lagi ia sudah menghunus goloknya Lam tian to golok pusakanya keluarga Seng. "orang tua kau jangan begitu takabur," Kata Ho Tiong Jong, siap dengan golok ditangan- Sim Pek Hian tertawa tergelak-gelak sambil menguruturutjengotnya. "Bocah, nyalimu benar besar, Baiklah, sebentar akan jajal kepandaianmu tapi harap kau jangan sungkan-sungkan turun tangan. kau menyerang saja menurut suka hatimu, kau mengerti ?" Ho Tiong Jong sangat mendongkol hatinya. "Nah, mulailah menyerang" Kata Sim Pek Kian- Ho Tiong Jong tidak sungkan-sungkan lagi, lantas menyerang dengan satu tipu serangan yang hebat sekali, ia mengarah pada orang punya jalan darah mati, tapi sebelum goloknya dapat mengenai sasarannya tiba tiba ia merasakan telapakan tangan dan jarinya seperti yang terkena strom listrik. Bukan main kagetnya si pemuda, Itulah tenaga dalamnya yang disalurkan kegolok sudah kena dipunahkan oleh serangan yang tidak kelihatan dari Sim Pek Hian, yang menggunakan salah satu tipu serangan dari buku "Kumpulan ilmu silat sejati." Ho Tiong Jong sekali digetarkan telapakan danjari tangannya, hampir saja golok yang dicekalnya jatuh ditanah juga ia tidak tahan berdiri tegak. ia terdorong mundur oleh tenaga tidak kelihatan hingga lima tindak jauhnya. Matanya Ho Tiong Jong terbelalak, keheranan- "Ha ha ha,...Tiong Jong, meskipun kau mahir ilmu silat, terhadap aku tak bisa berbuat apa apa." Kata Sim Pek Hian bangga. Ho Tiong Jong tertawa dingin. "Atu tidak menduga ditempat ini ada seorang jago ulung dalam kalangan Kang ouw yang mengasingkan diri, Bicara terus terang, meskipun kepandaianku tak tinggi, ilmu golok keramatku hanya dapat dilawan oleh ilmu dari kitab "Kumpulan ilmu silat sejatii." "Hai, kau...?" Memotong Sim Pek Hian terkejut. orang tua itu kaget karena Ho Tiong Jong menyebut nama kitab pusakanya "Hm...." Ia menggerang. "karena kau sudah dapat tahu asalnya ilmuku ini, hari ini jangan harap kau bisa keluar dari kebun sayurku, Meskipun kau tumbuh sayap. jangan harap kau bisa kabur, bocah " Ho Tiong Jong terkejut dan dia merasa heran, cepat ia menanya. "Apa memangnya in Kie Lojin yang dahulu namanya terkenal dalam kalangan Kang ouw mempunyai hal yang rahasia dan tak dapat diumumkan? Kau yang menjadi akhliwarisnya dan memiliki benda pusaka terpaksa mengasingkan diri dan bersembunyi di tempat ini untuk menjaganya bukan?" Sim Pek Hian dibuat melengak oleh kata-katanya Ho Tiong Jong. "Darimana bocah ini mendapat tahu nama suhunya, Dari mana dia dapat tahu tentang Kitab "Kumpulan ilmu silat sejati" ? Demikian Sim Pek Hian menanya-nanya pada dirinya sendiri. Matanya mengawasi tajam sekali pada pemuda didepannya. Ho Tiong Jong tak jerih, ia lawan ketawa, sorot mata yang memandang tajam kearahnya itu. "Bocah," Kata Sim Pek Hian. "aku tak perdulikan nama kosong dan harta dunia, makanya aku menyepi di tempat ini. Karena kau sudah mengetahui hal riwayatku, maka tak dapat keluar lagi kau dari kebun sayur ini." Perkataannya ditutup dengan sambaran tangannya kearah tangan yang menyekal golok, hingga hampir saja Ho Tiong Jong goloknya terampas, ia cepat menarik tangannya dan menangkis dengan tangan Tay kang Beng-beng (Sungai besar tak terbatas), suatu ilmu serangan yang dapat dipakai menyerang dan menangkis. Sim Pek Hian tertawa tergelakgelak. "Bocah, apakah kau tidak punya ilmu lagi selainnya ilmu golok keramatmu itu?" "Ya aku hanya mempunyai ilnu silat itu. Tapi, tak mudah kau menjatuhkan aku." "Apa benar?" "Boleh coba saja." "Baik, lihat aku akan menjatuhkan kau..." Ho Tiong Jong ketawa, ia siap dengan kuda-kudanya dan hendak melayani orang tua itu dengan ilmu Tok liong cianghoat. Sim Pek Hian menunggu sampai goloknya datang dekat, lantas ia menyampok dengan tangan kiri, sedang tangan kanannya meluncur hendak menotok jalan darah didadanya si anak muda, Ho Tiong Jong cepat lompat mundur. Sim Pek Hian merangsak. sepasang tangannya berkelebatan seperti kilat. Ho Tiong Jong gunakan jurus Ji lay Tong pei (Ji-iay hud menghajar punggung) untuk pertahanan, tapi Sim Pek Hian tubuhnya gesit sekali, berkelebatan dan tangannya sabansaban meluncur hendak menotok jalan darah yang penting. Ho Tiong Jong putar goloknya sebagai titiran hingga untuk sementara Sim Pek Hian tak bisa menembusi pertahanannya sipemuda. Segera delapan belas jurus ilmu goloknya dimainkan habis, kepaksa ia telah mulai lagi dari bermula. Sang lawan tak memberikan lawannya bernapas. Tak heran, kalau lima belas j urus sudah dilewatkan pula Ho Tiong Jong sudah lelah sekali. Sim Pek Hian gunakan ilmu lingkaran bumi langit dari buku "Kumpulan ilmu silat sejati". Beda dengan nona Kho, ilmu ini dimainkan oleh Sim Pek Hian hebat sekali dan mengeluarkan angin menderu- deru, hingga Ho Tiong Jong menjadi gentar juga menghadapi lawan yang berkepandaian lebih tinggi itu. Kalau sampai sebegitu jauh ia masih bisa melayani karena mengandal kepada ilmu golok keramatnya dan anggapan bahwa si orang tua tak bersenjata, mana dapat mengalahkan dirinya?" Ia tidak menduga sama sekali kepandaiannya Sim Pek Hian sangat tinggi, pengalaman bertempur pun sudah sangat matang dalam Kalangan Kang ouw, maka tak sampai Ho Tiong Jong memainkan habis babak kedua dari ilmunya delapan belas jurus, sudah kena dibikin kewalahan oleh ilmu "Lingkaran bumi langit" Sim Pek Hian. "orang liar, rasakan akibat kesombongan- mu" Teriak nona Kho. melihat sipemuda tidak berdaya kena dikurung oleh serangan lingkaran tangan Sim Pek Hian Ho Tiong Jong jengkel mendengar ejekan si nona sebelum ia menyahut Kho Siu sudah berkata lagi. "Kalau kau jempol" Sambil unjukan jempolnya yang kecil mungil. Ia bersuara sambil mesem, hingga hatinya si pemuda menjadi panas. Tapi badannya yang sudah letih menekan hatinya untuk bersabar, justru ia sedang repot menghalau serangan siorang tua, dengan mendadak berkelebat satu tubuh yang kecil langsing menyerang padanya dan tidak ampun lagi ia kena dirubuhkan- Pelahan-lahan ia merangkak bangun, kiranya bayangan langsing tadi adalah Kho Siu yang saat itu sudah lari menghilang ke dalam pepohonan lebat. "Kurang ajar ini gadis cilik...." Ia menggerendeng sendirian, tapi ia merasa lega hati nya, karena dengan dirubuhkannya ia oleh Kho Siu, niscaya si nona akan merasa senang hati nya. Tidak lama si nona sudah muncul lagi dan wajahnya ramai dengan senyuman- Ho Tiong Jong mesem, sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, sementara Sim Pek Hian tampak berdiri ketawa mengawasi kelakuannya dua muda mudi itu. "Hei, Siu, kenapa bocah liar ini tahu rahasia disini?" Tiba tiba Kho siu berkata hingga sang-ayah angkat mendelik matanya "Anak tolol." Bentak Sim Pek Hian- "Dengan berkata demikian kau membuka rahasia disini yang hanya diketahui oleh kita saja, kau tahu?" Hatinya Ho Tiong Jong bercekat, pikirnya mungkin si nona berkata demikian seakan-akan memberi kisikan padanya bahwa ditempat itulah ada rahasianya jikalau keluar dari kebun sayur itu. Ho Tiong Jong celingukkan dan jalan ke sana sini, yang dilihat saja oleh Kho Siu dan Sim Pek Hian, Ternyata Ho Tiong Jong sangat cerdas otaknya, berdasarkan petunjuk-petunjuk lukisan perkataan dipapan yang di tancap sana sini, ia sudah mulai paham jurusan jalan keluar. Hal mana membuat Sim Pek Hian memuji kecerdasan otaknya si pemuda. Ketika Ho Tiong Jong setelah terputar-putar balik kembali, ternyata Sim Pek Hian sudah tidak berada disitu, hanya ketinggalan Kho Siu yang sedang berdiri mengawasi kepadanya. Ketika ia datang dekat, hatinya sangat heran, karena nona Kho berlinang-linang air mata. "Kenapa dia menangis?" Tanyanya dalam hati sendiri. Tadi ia begitu lincah dan berandalan, mengejek menusuk hati, kenapa kini dia menangis? Sunggrh mengherankan. Dengan kelakuan sopan Ho Tiong Jong menanya. "Nona Kho, kau kenapa menangis? Apa kau merasa sakit hati karena perbuatanku terhadapmu kurang sopan? Baiklah sekarang aku mohon maaf padamu..." "orang tolol, bukan karena itu aku menangis..." Sahut si nona dengan terisak-isak dan tundukan kepala, tangannya yang mungil memegang setangan dan dipakai menyeka air matanya yang berlinang-linang. Ho Tiong Jong mendapat jawaban demikian jadi melengak. "Habis kenapa kau menangis?.." Ia menanya pula. Si nona tidak menjawab. Tapi ketika Ho Tiong Jong dengan lemah lembut menanya lagi, Kho Siu sudah mulai berkata. "Kau sekarang sudah kena ditangkap oleh gihu, rasanya sukar kau dapat lolos dari tempat ini. Kau pasti dikurung ditempat rahasia didalam tanah, yaitu didalam kuburan itu." Kata si nona sambil menunjuk pada sebuah kuburan yang tidak jauh dari mereka letaknya. Kho Siu melototkan matanya diiringi dengan sebuah senyuman manis. "celaka tiga belas" Pikir Ho Tiong Jong. "Apakah memang sudah nasibnya harus berhutang budi kepada perempuan, apa sudah ditakdirkan sepanjang hidupnya terus-terusan terlibat dalam asmara? Sudah ada empat gadis jelita yang meny intai dirinya,yalah Seng Glok cin, ceng Ie, Ie Ya Kim Hong Jie. Sekarang kembali ada gadis cantik yang berupa dirinya Kho Siu. "Tidak. aku harus keraskan hati, supaya jangan terlibat dalam asmara. Aku sudah ada seng Giok Cin, kenapa harus membuat orang patah hati lagi ?" "Terima kasih Nona Kho, tapi.." Ia tidak melampiaskan bicaranya, hanya enjot tubuhnya dan sebentar lagi ia sudah berada diatas kuburan termaksud, ia celingukan di atasnya, lalu matanya dapat melihat sebuah rawa berlumpur disampingnya kuburan, panjangnya tiga tumbak dan lebarnya delapan kaki. Tidak jauh dari padanya ada papan yang bertulisan "KUBURAN DIJAGA DEWA, YANG TAHU RAHASIANYA PASTf MATI." Apa rawa berlumpur itu ada kuburannya suci sampai dijaga oleh dewa? ia menanya pada diri sendiri. Betul-betul ia penasaran, kepingin melihat apa sebenarnya dalam rawa berlumpur itu. Maka dengan tidak memikir pula akan akibatnya, ia sudah siap hendak melompat kerawa lumpur itu. Tiba tiba terdengar suara teriakan Sim Pek Hian. "Bocah tolol, kau cari mampus." Tapi teriakan itu tidak dihiraukan oleh Ho Tiong Jong, ia sudah lantas lompat masuk kedalam rawa berlumpur itu. Alangkah kagetnya ia ketika kakinya menginjak lumpur lantas melesak. makin lama dirinya terbawa masuk oleh lumpur sehingga batas lutut, ia kebingungan karena bagaimana juga ia berdaya hendak menggunakan ilmu mengentengi tubuhnya tetap tak berhasil, lumpur itu seolah-olah telah menyedot tubuhnya dibawa kedalam. XXXVII. DALAM GUA KUBURAN. TiBA-tiba terdengar suara ketawanya Sim Pek Hian dibelakangnya. "Bocah, kau benar-benar sangat gegabah, lumpur ini sangat lengket sekali, jangan kata manusia, sedang burung saja yang kakinya nempel di lumpur lantas tidak bisa terbang lagi. Dalamnya ada satu tumbak, kau disini setelah melesak tujuh hari tujuh malam akan melayang jiwamu dan badanmu akan berubah menjadi lumpur Ha ha ha..." Ho Tiong Jong sebenarnya tidak takut mati. Cuma saja, menghadapi kematian secara konyol itu benar-benar ia tidak rela, Apalagi kalau ia ingat pada kekasihnya Seng Giok Cin yang cantik jelita, pikirannya menjadi cemas dan ia menghela napas beberapa kali. Tarikan napas itu terdengar tegas oleh Sim Pek Hian, hingga si orang tua kelihatannya tidak tega melihat si anak mudah harus melayang jiwanya oleh lumpur. "Ha ha.. bocah kau kelihatannya seperti tidak rela mati dimakan lumpur." "Aku bukanya takut mati, orang tua " "Habis, kalau bukan takut mati, kenapa kau romannya seperti yang berduka ?" "Kau lihay melihat roman muka orang, memang juga aku tidak rela kalau mesti mati konyol begini karena aku masih mempunyai tugas yang belum kulaksanakan-" "Tugas apa yang masih kau beratkan ?" "Aku harus melaksanakan tugasku menuntut balas." "Haa.... menuntut balas pada siapa ?" "Menuntut balas kepada... oh. sudahlah, percuma saja aku omong, sebab kau orang tua toch tidak ada sangkut pautnya. Biarlah aku mati saja." Sim Pek Hian kasihan melihat keadaan Ho Tiong Jong. "Baiklah aku tolong kau keluar dari rawa lumpur ini...." Katanya, berbareng ia gunakan ilmu mengentengi tubuhnya "Rajawali menyambar korban-" Dengan satu lompatan seperti burung rajawali menyambar, tubuhnya Ho Tiong Jong diangkat oleh Sim Pek Hian dan dilain saat anak muda itu sudah berada ditepi rawa dengan selamat, sungguh hebat sekali ilmu mengentengi tubuhnya Sim Pek Hian, hingga diam diam Ho Tiong Jong sangat memuji. Disamping itu Ho Tiong Jong juga merasa heran, kenapa orang tua ini menolongi dirinya? Bukankah ia lebih suka melihat dirinya mati? Tengah ia keheranan, terdengar Sim Pek Hian berkata. "Bocah, kan bilang tak takut mati. Nah, sekarang baik baiklah menjawab pertanyaan ku." "Silahkan menanya, lotiang." Jawab Ho Tiong Jong. "Aku lihat kau bawa bawa golok Lam tian to senjata itu mula mulanya ada miliknya orang she Ho dari Lok-yang, setelah turun termurun akhirnya jatuh pada Seng An, ayahnya seng Eng. Apa betul golok itu berasal dari keluarga Seng?" "Betul" Jawab Ho Tiong Jong sambil anggukkan kepala. "Apa kau datang kemari diutus oleh Seng Eng dari Seng kepo?". "Bukan." "Siapa yang mengutus kau datang kemari?" "Adalah keinginanku sendiri datang ke-sini." "Kau datang tentu ada membawa itu sembilan Lencana Rahasia Tuhan, bukan?" Ho Tiong Jong geleng-geleng kepala. "Tempo hari aku dapat satu benda pusaka itu, tapi aku sudah kembalikan lagi pada pemiliknya." Kata Ho Tiong Jong. "Siapa pemiliknya." "Seng Eng, pocu dari Seng- ke po." "Apa mereka bersembilan orang itu kini sudah bersatu lagi?" "Aku tidak tahu?" Jawab Ho Tiong Jong dan mulai ogahogahan kelihatannya melayani pertanyaan si orang tua yang mendesak padanya seperti juga polisi yang sedang mengempos persakitan- "Apa kau tahu rahasia dari benda pusaka itu?" Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mendesak Sim Pek Hian. "Aku tidak tahu-" Suaranya perlahan, hampir tidak kedengaran. "Bagaimana kau bisa tahu tentang kitab. "Kumpulan ilmu silat sejati?" Dan tentang mendiang suhuku?" Ho Tiong Jong tidak menjawab. Ketika pertanyaan tadi diulangkan, juga Ho Tiong Jong membisu. orang tua itu menjadi jengkel, Dengan kecepatan kilat ia menotok jalan darah Ho Tiong Jong yang melumpuhkan badannya, seketika itu Ho Tiong Jong rubuh tak bertenaga. "Bocah kau menghina aku? IHmm, kau berani tak menjawab segala pertanyaanku? Bagus, bagus Pasti satu hari sembilan benda pusaka itu ada ditanganku dengan mana aku tak melanggar janjiku untuk mendapatkan kitab "Kumpulan ilmu silat sebati", setelah aku mahir. sembilan orang itu tak akan luput dari tanganku, Aku akan menghajar mereka habishabisan, Ha ha ha...." Ho Tiong Jong meskipun tertotok tubuhnya tapi penglihatan dan kupingnya bekerja sebagaimana biasa. Ia heran si orang tua marah-marah dan tidak mengerti dengan ocehannya barusan- Sim Pek Hian tampak menghampiri kuburan, dimana ia melihat ada anak angkatnya selang berdiri dengan wajah seperti yang ketakutan- Mungkin si nona sangat menguatirkan tentang dirinya Ho Tiong Jong sipemuda cakap jatuh ditangan ayah angkatnya bakal tidak dapat pengampunan dan akan dibunuhnya. Ketika ia melihat ayahnya muncul, ia cepat cepat menyambut "Gihu...." "SiuJie, kau pulang lebih dahulu" Sang ayah angkat memerintah. Kho Siu cemberut, tapi ia tak berani membantah perintah Sim Pek Hian- DENGAN tidakan ayal-ayalan ia melangkahkan kakinya. Dilain saat orang tua jtu sudah balik kembali dan lalu angkat tubuhnya Ho Tiong Jong, dikempit dibawa kekuburan, ia merabah pada tulisan yang berbunyi DEWA dan menekan dengan telunjuknya, tak lama kemudian batu nisan menggeser dan terbukalah sebuah lubang. Ia masuk kedalamnya dan ketemu dengan pintu besi kecil yang tidak berlubang kunci, tapi ketika ia menggeserkan batu nisan tadi ketempat biasa, lantas ada terbuka sebuah lubang, ia mengulur tangannya dimasukkan kelubang itu, tak lama lantas terdengar suara gedobrakan, piatu besi itu lantas terbuka dan dengan menggendong Ho Tiong Jong orang tua itu berjalan masuk. Pintu digebrukkan dan tertutup pula dengan sendirinya seperti semula keadaannya. Keadaan didalam situ ada sangat gelap. Ho Tiong Jong rasakan dirinya dibawa menurun dan terputar-putar, Sebentar lagi Sim Pek Hian masuk kesuatu ruangan kamar yang diterangi api lilin yang cukup terang. Kiranya ruangan itu ada sebuah kamar batu yang lebar, ditengah-tengahnya ada ditaruh tiga buah peti mati, tubuhnya Ho Tiong Jong lantas diletakkan ditanah, kemudian Sim Pek Hian menghadapi tiga peti mati tersebut dan berdiri beberapa saat dengan mulut kemak- kemik seperti juga ada mengucapkah apa-apa. Kemudian berkata pada Ho Tiong Jong. "Bocah, kau ini sebenarnya ada satu pemuda yang berbakat hanya saja kau terlibat didalam sebuah komplotan Persatuan benteng perkampungan. Barusan sebenarnya aku hendak membunuhmu, tapi mengingat aturan kami tidak boleh membunuh sembarangan orang kalau tidak terhadap orang yang sangat jahat, maka aku urungkan tindakanku itu, Aku sekarang didepan peti mati memutuskan untuk menghukum kau. Kau bebas dari hukuman mati, tapi tak terluput daii hukuman hidup," "Ya, sesuka lotiang. Sekali aku sudah ditawan," Katanya dengan gagah "aku menyerahkan nasibku padamu. Kau boleh punya suka menghukumku." "Hmm... bocah bernyali besar" Ho Tiong Jong tinggal tenang-tenang saja. "Bocah, kau jangan enak enakan." Kata pula Sim Pek Hian. "apa kau tahu hukuman macam apa yang aku sudah tetapkan untuk dirimu?" "Aku mana tahu?" Jawab Ho Tiong Jong acuh tak acuh. "Dengarlah, pertama ku bikin buta matamu, kedua potong lidahmu dan ketiga telingamu aku tusuk supaya tidak dapat mendengar. Setelah kau menjadi seorang cacad yang tidak melihat mendengar dan bicara, tentu kau tidak dapat membocorkan halnya tempat disini kepada orang lain-" Sim Pek Hian menduga sianak mula akan terkejut mendengarnya dan menggigil karena ketakutan, tapi kenyataannya Ho Tiong Jong tinggal tenang-tenang saja, hingga membuat orang tua itu sangat heran- "Bagaimana, apa kau tidak jeri dengan hukuman yang barusan aku sebutkan sebagai gantinya hukuman mati?" Tanya Sim Pek Hian, ketawa nyengir. Ho Tiong Jong tertawa dingin. "Lotiang," Katanya. "soal kematian aku pandang seperti juga aku pulang kerumah. Aku tak takut mati, Kau akan menghukum aku dengan cara yang barusan kau sebutkan tidak menjadi soal, hanya..." "Hanya apa, bocah ?" "Hanya aku perlu meninggalkan pesan" "Bagus, memang baik begitu, sebelum kau menjadi cacad kau boleh nyatakan keinginanmu, mungkin aku dapat melakukannya." Ho Tiong Jong menghela napas. "Ingin aku meninggalkan pesan, supaya disampaikan kepada tiga orang." "Lalu, siapa mereka itu ?" "Mereka itu semuanya ada wanita." Sim pek Hian melengak. "Kau maksudkan mereka itu ada ibumu dan dua saudaramu?" "Bukan, Aku Ho Tiong Jong tidak punya anak saudara dalam dunia ini, Mereka bertiga mengasihi diriku yang bernasib buruk maka perlu mereka diberi penjelasan tentang menghilangnya aku. Karena kalau tidak. mereka akan mencarinya dengan hati patah dan ini aku tidak mau." "Habis bagaima aku harus berbuat?" Memotong Sim Pek Hian- "Meskipun kau tidak langsung membunuh aku tapi dengan hukuman mu itu akibatnya toch sama juga aku bakalan mati, Maka aku ingin kau sampaikan pesanku pada mereka." "Baik, sebutkanlah apa pesanmu." "Pertama aku minta kau menyampaikan pada nona Giok Cin puterinya Seng Eng dari Seng kepo." "Seng Glok Cin puterinya Seng Pocu?" Sim Pek Hian menegasi heran- "Ya, dia, Katakan padanya bahwa racun yang ada dalam tubuhku tiba-tiba telah kambuh dan karena tidak tahan sakitnya aku telah membunuh diri dan mayatnya hanyut dalam sungai. Giok Cin dalam perjalanan menemui ayahnya, untuk mengembalikan lencana pusaka itu, entah, apakah dia dapat diterima atau tidak oleh ayahnya? Karena dia dituduh oleh ayahnya telah berkomplot dengan aku mencuri benda pusakanya itu, maka ayahnya menjadi begitu murka dan mengusir anaknya yang paling dikasihinya itu.,." Sampai disini Ho Tiong Jong berhenti, sejenak pikirannya ia tak dapat menemui mukanya pula. "Lalu, selanjutnya bagaimana?" Tegur Sim Pek Hian. "Pesan kedua, tolong disampaikan kepada nona ie Ya yang bergelar Li lo sat. Katakan padanya bahwa aku Ho Tiong Jong sudah bersuami isteri dengan seorang gadis yang dipenujunya. Kini sudah membuang semua ilmu silatnya dan hidup dengan isterinya disebuah desa yang sepi sebagai petani..." Kembali Ho Tiong Jong berhenti sejenak sampai disini, ia membayangkan wajahnya Ie Ya yang cantik menarik. iblis cantik yang sangat ditakuti kawan dan lawan, tapi terhadap dirinya ada demikian ramah dan telaten, senyumannya yang segar dan perbuatan perbuatannya yang banyak menolong pada dirinya tak dapat ia melupakan nona itu. "Dan... pada nona yang ketiga, apa pesanmu?" Tegur Sim Pek Hian- "Dia adalah nona Kim Hong Jie, puteri nya Kim Po cu dari Kim liong po. Katakan padanya bahwa Ho Tiong Jong dalam suatu pertempuran melawan banyak orang sudah jatuh dalam jurang yang dalam, Dia telah binasa dan bangkainya dimakan binatang liar. Nona Kim tak usah mengharap akan ketemu kembali dengannya..." Ho Tiong Jong mengembang air mata setelah mengucapkan pesannya. Pikirannya melayang pada nona cantik jelita dua sujennya yang memikat tak dapat ia lupakan, Masa lampau terbayang dimatanya, dimana Kim Hong Jie masih jadi gadis cilik, itulah pada masa ia menerima pelajaran dua belas jurus ilmu golok keramatnya si engkong nya si nona. Ia paham, bahwa setelah dewasa, nona Kim tampaknya telah merubah cinta dalam arti adik terhadap engkonya menjadi seorang gadis terhadap pemuda impiannya. Bagaimana mesra ia bergurau dengan sinona ketika pertemuannya di sarangnya kakek Souw Kie Han. Cubitannya yang hangat, sampai saat itu ia masih rasakan Entahlah, bagaimana dengan keadaannya nona Kim sekarang ini? Sim Pek Hian dapat mengerti dengan kesedihannya sipemuda saat itu. Ia paham, bahwa Ho Tiong Jong tidak akan berkedip menghadapi kematian, Tapi ia mengucurkan air mata kalau mengingat tiga gadis yang mencintainya dengan besar, sebelumnya menjadi tua, Sim Pek Hian juga tentu pernah mengalami saat-saat romantis, maka juga ketika melihat sipemuda tundukkan kepala, ia diam diam merasa terharu. Saat itu pikirannya pun melamun pada masa mudanya. Kemudian terdengar ia menghela napas beberapa kali. "Bocah." Katanya. "sebenarnya aku mau menghukum kau dengan apa yang aku katakan barusan, tapi mengingat pesanmu yang demikian dan mengharukan aku jadi tak tega untuk membuat dirimu menjadi cacad. Sekarang aku mau menanya padamu, apa maksudmu sebenarnya kau datang kemari." "Kedatanganku sebenarnya bermaksud baik baik saja."jawab Ho Tiong Jong. "Apa maksudmu itu?" "Tadinya aku berniat untuk mengangkat lotiang menjadi guruku." "Kau mau angkat aku jadi gurumu?" "itulah maksudku. cuma sayang kedatanganku tak disambut sebagaimana pantasnya, malah diajak setori oleh nona Kho, kemudian lotiang sendiri juga ikut-ikutan membuat aku jadi kecewa dengan maksudku yang semula itu." Sim Pek Hian tampak termenung. Pikirnya ia sudah tua, belum ada seorang yang berbakat untuk menjadi akhli warisnya, Kebetulan Ho Tiong Jong ada satu pemuda yang mempunyai tulang-tulang bakat yang sukar didapatkan keduanya pada waktu itu, sebenarnya baik sekali kalau ia menerima anak muda itu menjadi muridnya. Tapi ia tak dapat memberi putusan ketika itu juga, maka ia berkata. "Bocah, kau sudah berguru kepada berapa banyak guru? Aku lihat ilmu silatmu campur aduk banyak sekali macamnya." "Aku belum pernah mempunyai guru." "Habis darimana kau dapat itu kepandaian?" "Aku belajar sendiri dengan beberapa pengunjukan dari kawan-kawan." Sim Pek Hian tidak percaya, tapi ia tidak mendesak lagi. "Baiklah, sekarang kau tinggal dahulu disini untuk sepuluh hari lamanya, aku akan pikir dahulu, apakah aku akan terima kau jadi muridku atau tidak. tergantung dari keputusanku nanti." Ho Tiong Jong tidak menjawab. "EH, darimana kau tahu aku ada disini dan mempunyai sedikit kepandaian yang diturunkan oleh mendiang guruku ?" Tiba tiba Sim Pek Hian menanya. "oh, hal itu dari pikiranku saja, dari dugaan-dugaanku saja bahwa lotiang ada akhli waris dari In Kie Locian-pwee almarhum." "Mana bisa begitu, kalau tidak ada pengunjukan orang lain tentu kau tak dapat mengetahui asal usulku disini ." "Itulah terserah pada lotiang, mau percaya syukur, tidak mau percaya ya apa mau dikata. Sebab apa yang aku terangkan ada dengan sejujurnya hati." Sim Pok Hian kewalahan ketika mendengar jawaban sipemuda. orang tua itu kemudian menepok pundaknya dan bebokongnya sipemuda, yang satu untuk membuka totokan, lainnya katanya ada totokan untuk menghilangkan tenaganya, ia berkata. "Aku sudah bebaskan kau dari totokan, tapi aku menotok jalan darahmu yang penting, supaya kau jangan bergerak berat-berat, Kalau kau bergerak yang berat-berat, tahu sendiri akibatnya, tenaga dalammu akan musnah dan kau akan menjadi orang biasa lagi, Kau mengerti? Nah, setelah sepuluh hari aku akan menengoki kau disini, apakah aku nanti dapat menerima kau menjadi murid atau tidak?" Setelah berkata, Sim Pek Hian lalu meninggalkannya anak muda itu dalam goa kuburan sendirian Kini ia gerakkan badannya, ternyata tidak lemas lagi. ia bisa bergerak dengan baik. Tapi untuk bergerak berat-berat ia masih takut, sebab ia seperti benar ada merasakan totokan Sim Pek Hian- Diwaktu sore ia diantari makanan oleh nona Kho dengan melalui lubang pada pintu, beda dengan sikapnya yang sudah, ternyata kali ini ia bertemu si nona bersikap sangat ramah dan manis budi. "Toako, aku membawakan makanan untukmu, Harap kau terima dan makan biar kenyang" Demikian sinona berkata sambil bergurau. Sebenarnya Ho Tiong Jong tidak mau makan, tapi dipikir lagi kalau ia tidak terima makanan itu diwaktu malam ia kelaparan ia nanti makan apa? ia masih ada harapan hidup, maka adatnya yang badung ia tekan, ia sebenarnya jengkel pada nona Kho, karena gara-garanya menyebabkan ia bentrok dengan orang yang ia ingin jadikan gurunya. ia pura-pura menolak. "Nona Kho, terima kasih, Biar saja aku mati kelaparan, buat apa kau perhatikan aku membawaKan makanan segala ?" "oh, masih marahan nih? Hi hi hi...." Sinona kata sambil tertawa cekikikan. "Memang juga aku marah padamu, karena gara garamu aku jadi dikeram begini." "Tidak apa hitung-hitung mengasoh bolehkan Maksud baik kau tak mau terima, kau dapatkan maksud apa lagi ?" Ho Tiong Jong bercekat hatinya mendengar kata-kata si nona paling belakang. Apa maksudnya?, tapi ia masih gemas saja pada nona jumawa itu. "Sudahlah, bawa lagi saja makanan itu ." Katanya. "Jangan begitu toako, Kau terima saja, kalau malam kau tidak lapar tak usah kau makan, Tapi kalau lapar, kau sudah ada makan yang buat diganyang ?" Ah, ini nona bawel amat sih ? Kata-katanya amat jenaka, beda dengan ketika ia menghadapi pada saat yang lalu, Maka akhirnya ia terima juga makanan yang disodorkan itu sambil mengucapkan terima kasih. "Tak usah pakai terima kasih, toako. cuma aku pesan, kalau api lilin yang menerangi ini sudah dekat habis kau sambung terus, sebab dalam ruangan ini tak boleh apinya padam. Lilin sudah sedia banyak disitu, bukan?" Ho Tiong Jong melirik pada empat lilin, benar saja ada sedia banyak sekali lilin- "Baiklah nona Kho," Jawabnya. "tapi nona Kho, apa maksud sebenarnya ayah angkatmu menahan diriku ini disini ?" Si nona ketawa manis. "Kau nanti tahu sendiri, kau tenangtenang saja tinggal dalam goa kuburan ini, aku nanti sabansaban antari kau makanan ..." Si nona sambil berkata telah meninggalkan Ho Tiong Jong, hingga si pemuda tiiak mendapat kesempatan untuk berbicara terlebih jauh. Setelah menaruh makanan diatas meja, Ho Tiong Jong duduk termenung. Ia memikirkan kata-katanya si nona tadi. "Maksud baik kau tidak mau terima kau mau maksud apa apa. ia menebak nebak sekian lama, tak dapat ia menecahkannya. Keisengan, ia lalu jalan lihat-lihat tiga peti mati yang ada disitu. Pada peti nomor satu ia melihat tulisan "TEMPAT ISTIRAHAT SIANSU KUI KOK CU USIA 152 TAHUN, yang nomor dua "TEMPAT ISTIRAHAT THIAN KIE TEE PIT USIA 220 TAHUN" Dan yang ke tiga. "TEMPAT ISTIRAHAT IN KIE LOJIN, USIA 150 TAHUN." Hatinya Ho Tiong Jong ketarik oleh peti mati yang ketiga (in Kie Lojin), maka didepan peti mati siapa ia lantas berlutut, memohon kerelaan hatinya in Kie Lojin untuk ia membuka peti matinya. Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Demikian setelah ia cukup berkemak-kemik, lantas perlahan tangan membuka tutup peti mati. ia tidak berani mengerahkan tenaganya, karena kuatir totokannya Sim Pek Hian bekerja dan dirinya berbahaya, ia geser peti mati itu perlahan-lahan, didalamnya ternyata sangat bersih, sebagai gantinya mayat ada kedapatan, disitu sebuah kitab dan sebuah pedang dengan gagangnya terbuat dari kayu pohon tho. pedang dan kitab itu terbungkus oleh sehelai kain warna kuning. Ia dapat melihat ini semua dengan bantuan penerangan lilin yang dibawa kedalam peti mati, Ketika tersorot oleh terangnya api lilin, pedang tadi memancarkan sinar berkeredepan menandakan bahwa pedang itu ada pedang pusaka. Sedang bukunya, ketika ia buka lembaran pertama, lantas dapat melihat dengan kalimatnya. "KITAB KUMPULAN ILMU SILAT SEJATI Jilid KE-SATU." HATINYA Ho Tiong Jong terkesiap membaca kalimatnya buku. Buku keduanya ia sudah miliki, kalau ia dapat memahami buku yang ke satu ini terang ilmu silatnya akan meningkat sangat tinggi. Dengan tangan gemetar ia mengambil buku itu. Dalam hati berdoa dengan sujut, minta karunianya in Kie Lojin supaya ia dapat memahami isinya kitab itu, kalau memangnya ia ada berjodoh menjadi muridnya orang tua yang sangat tersohor itu pada jamannya. Kemudian ia tutup rapih lagi peti mati itu. Dengan hati berdebar debar Ho Tiong Jong mulai membaca isinya kitab pada sebuah kursi disisi meja diatas mana ada barang hidangan yang dikirim oleh nona Kho. Saking asyiknya ia memahami isinya sampai ia lupa ada makanan dari nona Kho, kalau tidak perutnya berkeroncongan minta diisi. ia baru engah, perutnya sudah lama minta diisi, maka ia tangsal perutnya sebentara n, setengah mana ia melanjutkan memahami isinya kitab. Pada lembaran pertama Ho Tiong Jong sudah dapat pengunjukan penting yalah cara-cara bagai mana mengembalikan tenaga asli, misalnya kena totokan jalan darah atau kena keracunan bagaimana jalannya untuk mengetahui dan memunahkannya bahaya itu. ia rajin sekali mempelajari bagian ini, lantas dicoba menurut pengunjukan itu, mencari tahu bagaimana keadaan dirinya sendiri. Ternyata ia sekarang sudah bebas dari keracunan dan juga .... totokan- Jadi tidak benar bahwa Sim Pek Hian telah menotok jalan darahnya yang penting dan dilarang mengerahkan tenaganya berat-berat. Setelah dapat mengunjukkan itu, ia coba gerakan tenaga dalamnya, mengerahkan dengan sungguh-sungguh seluruh kekuatannya ternyata tidak apa apa, jadi bohong apa kata nya Sim Pek Hian itu. Diam-diam hatinya Ho Tiong Jong menjadi heran dan menanya pada dirinya sendiri. "apa maksudnya Sim Pek Hian membohongi dirinya?" Tadi ia tak dapat memikirkan hal itu, karena perhatiannya sangat ketarik oleh isinya buku yang memuat berbagai ilmu silat, Semuanya pada mempunyai keistimewaannya, ilmu silat dengan pedang, golok dan lain-lain senjata termuat lengkap dalam kitab itu, juga ilmu pukulan tangan kosong. banyak sekali yang menarik hatinya Ho Tiong Jong, terutama ia ketarik oleh dua macam ilmu yang dinamai "Tan-ci Sin kang atau "Sentilan satu jari tenaga sakti" Dan "Te-it Thiam hiat" Atau "llmu menotok jalan darah No. Wahid." Pikirnya, ia dapat memahami ilmu ini saja, rasanya sudah cukup menjagoi dikalangan rimba persilatan, karena jarang sekali orang mempunyai ilmu yang demikian hebatnya. Tapi semua itu harus diyakinkan dengan betul oleh orang yang berbakat dan yang mengalami keanehan sepanjang hidupnya, justru Ho Tiong Jong ada satu pemuda berbakat untuk menjadi jago silat ternama, juga ia pernah menemui keanehan dalam hidupnya, yalah makan dua pilnya si Dewa obat Kong Yat Sin dari pelayannya Seng Giok Cin, tidak jadi mati, kemudian kena racunnya Tok kay, lantas dihajar oleh Uang Emas Beracun (Tok-kim chi) ceng ciauw Nikou, belakangan racun dari Souw Kie Han punya jarum maut tidak juga ia dapatkan kematiannya. Semuanya itu sudah merupakan keanehan dan membuat tenaga sakti dalam tubuhnya Ho Tiong Jong jadi luar biasa. Sejak malam itu Ho Tiong Jong meyakinkan betul-betul segala ilmu silat yang terdapat dalam kitab Jilid ke satu itu. Berkat otak nya yang cerdik, juga karena ia meyakinkan Jilid ke duanya, maka semua pelajaran hampir dapat dicangkok semua dalam otaknya. Yang ia utamakan dari semua petunjuk petunjuk ilmu silat itu, adalah Tan-ci Sin- kang dan Te-it Thiam hiat, yang lainnya, pikirnya, akan meyakinkan lebih jauh diluar goa kuburan itu, jikalau tidak sampai keburu diyakinkan- Asal ia tahu garis garis besarnya saja, selanjutnya ia dapat memperaktekkan sendiri dengan pecahan ciptaannya sendiri. Boleh dikata siang dan malam Ho Tiong Jong meyakinkan kitab tersebut. Nona Kho terus saban saban mengantarkan makanan untuknya, yang ia sambut dengan penuh terima kasih, ia tidak marah lagi kepada sinona, malah kalau sinona bergurau ia lawan bergurau lagi, hingga keduanya kelihaian sangat gembira. Tepat sepuluh hari Ho Tiong Jong juga tepat mencatat semua isinya dalam kitab Jilid kesatu itu, kemudian ia simpan pula dalam peti mati ia berlutut mengucapkan banyak terima kasih atas karunia in Kie Lojin yang sudah menurunkan ilmu kepandaiannya kepada dirinya. Ia justru sedang berlutut, tiba-tiba ia mendengar ada suara pintu dibuka. Ketika ia menoleh, kiranya yang datang ada Sim Pek Hian- Ho Tiong Jong dalam sepuluh hari itu dalam goa kuburan sudah dapat memahami apa arti kata-katanya nona Kho tempo hari. Maksud baik kau tidak mau terima kan mau dapatkan maksud apa ? Artinya Sim Pek Hian menjebloskan ia dalam goa kuburan itu, adalah supaya Ho Tiong Jong dapat memahami isinya kitab "Kumpulan lima Silat Sejati" Lalu menjadikan dirinya seorang jago tanpa tandingan- Tak usah ia berguru lagi kepala Sim Ptk Hian, sudah cukup dengan apa yang ia dapat pelajari dari kitab itu. dia seorang cerdik, mempraktekkannya sangat mudah. Mungkin, dengan kecerdikannya, berdasarkan dari ilmu yang didapat dari kitab itu bisa dipecah-pecah digodok menjadi lebih lihay lagi. Sikap sim Piek Hian sekarang berubah. Kalau sepuluh hari yang ia ia selalu bersikap mengejek dan memanggilnya juga "bocah" Saja, tapi sekarang lain- Ketika melihat Ho Tiong Jong datang memburu padanya dan menjatuhkan diri berlutut, ia sambil mengusap-usap kepalanya si anak muda berkata. "Ho Tiong Jong, kau bangunlah. Aku datang kemari bukannya mau menerima engkau menjadi muridku, akan tetapi aku mau memberi selamat padamu, yang kau sudah dapat memahami isinya kitab "Kumpulan ilmu Silat Sejati", Jilid keduanya sudah ada padamu maka untukmu ada lebih mudah lagi meyakinkannya." "Lotiang, oh... bagaimana kau dapat tahu itu?" Menyelak Ho Tiong Jong. "Ha ha ha..." Tertawa Sim Pek Hian- "Dari ilmu silatmu yang campur aduk itu aku tahu kau ada menggunakan beberapa tipu ilmu silat yang ada tersebut dalam kitab "Kumpulan Ilmu Silat Sejati" Cuma sayang itu kurang benar sebab kau tak meyakinkan ilmu silat itu dalam Jilid ke 1, yang kau yakinkan ada dari dalam Jilid ke dua, hanya keterangan kebagusannya ilmu silat yang kau mainkan itu." Ho Tiong Jong terbengong mendengar penjelasan itu. "Lotiang benar, nah inilah ada Jilid kesatu," Kata Ho Tiong Jong sambil merogoh kitab yang dimilikinya. Sim-Pek Hian ketawa sambil menyambuti kitab Jilid ke duanya dibulak balik lembarannya sebentaran, kemudian diserahkan kembali pada Ho Tiong Jong. "Ya ini benar ada Jilid kedua, Kau simpan baik-baik, sebab isinya ada petunjuk lebih terang dari ilmu silat dalam Jilid kesatu, jangan sampai jatuh ditangannya orang sembarangan sebab berbahaya sekali kalau orang jahat yang mendapatkannya, ibarat macan nanti tumbuh sayap. Aku sebenarnya sudah merasa kurang tenteram untuk melindungi kitab pusaka disini, hanya terpaksa sebab tidak ada lagi yang jadi akhli warisnya." "Apa sampai begitu berat menjaganya?" Menyelak Ho Tiong Jong. "Ya, begitulah, sembilan jago dari Perserikatan Benteng perkampungan mengarah buku pusaka itu. Kalau seandainya mereka sudah dapat memahami apa artinya yang tertulis pada sembilan "Lencana Rahasia Tuhan" Sudah pasti mereka akan menyerbu kemari, Kalau sampai sebegitu jauh mereka belum berhasil memahaminya karena mereka satu dengan lain saling curiga. coba mereka persatu padu, pasti dapat diketahui dimana disimpan nya kitab pusaka yang dicarinya." "Lalu apa lotiang tidak ungkulan mengusir mereka pergi?-" "Aku bukannya takut, hanya kuatir mereka merusak peti mati mendiang suhu dan su-couwku . Mereka tentu datang dengan bergelombang. sembilan orang datang menyerbu atau membawa kawan lainnya siapa tahu." Ho Tiong Jong angguk anggukan kepalanya "Sebenarnya," Kata pula Sim Pek Hian. "aka sudah mau berikan buku itu padamu, cuma saja sudah terikat dengan perjanjian, yalahpada siapa yang membawa sembilan buah "Lencana Rahasia Tuhan" Kepadanya kitab itu diberikan. jadi kalau umpama kau ung kulan merampas pulang sembilan lencana itu, baik sekali, kau bawa disini dan ditukar dengan kitab pusaka." Ho Tiong Jong termenung. "Baiklah, aku nanti akan mencobanya." Katanya. "Bagus, aku harap kau berhasil. Sebab aku sangat kuatir kitab itu akan jatuh di tangan orang jahat dan membikin repot dunia persilatan oleh karenanya. Nah, sekarang kau bangunlah" Ho Tiong Jong menurut atas undangannya siorany tua, anak muda itu duduk berhadap hadapan diatas kursi, Atas pertanyaan Sim Pek Hian, Ho Tiong Jong tuturkan pengalaman hidupnya yang penuh kegetiran, ia tidak tahu dimana adanya orang tuanya, ia merasa berhutang budi terhadap orang-orang yang telah berlaku baik terhadap dirinya seperti kepada Seng Giok Cin, Kho Kie, Li-lo sat ie Ya. Kim Hong Jie dan menuturkan pula persahabatannya dengan co Kang Hay sejak dalam penjara air sampai sudah keluar dari penjara neraka dunia itu. Sim Pek Hian angguk anggukkan kepala beberapa kali selama Ho Tiong Jong menutur dan ia tak memotong orang punya pembicaraan. Sehabis pemuda itu bercerita, Sim Pek Hian lantas menanya. "sekarang kau mau pergi kemana kalau sudah keluar dari sini." "Aku akan menemui adik Giok, dengan siapa kita telah berjanji akan menikah dan merantau bersama sama." "Apa janji itu sudah tiba waktunya." "oh, tidak. Masih ada kira kira dua bulan lagi." "Nah, kaiau begitu kau tinggal saja disini barang sebulan disini, supaya dapat memberikan kau pengunjukan yang amat perlu dalam banyak macam ilmu silat yang kau dapatkan dari buku pusaka mendiang suhu- ku. " Ho Tiong long bangkit dan duduknya dan kembali berlutut. "Terima kasih atas perhatian lotiang, memang ada maksudku yang suci untuk mengangkat kau menjadi guruku..." "oo, tidak. tidak- bukan begitu maksud-ku," Menyelak Sim Pek Hian, sambil angkat pemuda itu bangun lagi. "Kau sudah belajar langsung dari kitab pusaka siansu, otomatis kau sudah menjadi murid siansu, Kau selanjutnya boleh anggap aku sebagai su-hengmu, bukan sebagai gurumu, Ha ha ha..." Ho Tiong Jong melongo. Tapi kemudian dengan hati terharu dan air mata bercucuran ia memeluk Sim Pek Hian sambil berseru. "... Su ... heng..." "Sute..." Jawab Sim Pek Hian dengan suara sangat terharu. Sejenak lamanya kedua orang itu saling peluk dengan hangat. Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo Raja Silat Karya Chin Hung