Golok Sakti 22
Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 22
Golok Sakti Karya dari Chin Yung Sungguh diluar dugaan sekali, maksudnya Ho Tiong Jong datang pada Sim Pek Hian hendak mengangkat orang tua itu menjadi gurunya, tidak tahunya tidak berjodo menjadi guru dan murid tapi berjodo menjadi suheng dan Sute. Atas pertanyaan Ho Tiong Jong, bagaimana orang tua itu dapat tahu kalau ia ada menyakinkan isi kitab "Kumpulan ilmu Silat Sejati" Dengan ketawa sang Suheng menjawab. "oo, itu mudah saja, Memang sengaja aku menahan kau sepuluh hari dalam goa kuburan ini, maksudku, kalau kau ada berjodo menjadi murid Siansu kau dapat memahami isinya kitab pusaka Siansu yang ada didalam peti matinya. Dugaanku benar tidak salah kau adalah orangnya yang berjodo, sebab selama sepuluh hari itu aku mengintip diluar tahumu gerak gerikmu mengapalkan isinya kitab sangat tekun dan otakmu sangat encer untuk mengingat semua isinya, sekarang isinya kitab boleh dikata sudah ada dalam otakmu dan dalam waktu ini kau hanya memerlukan latihan saja lantas semuanya dapat kau praktekkan dengan baik." Ho Tiong Jong sangat kagum akan kelihayan matanya sang Suheng. Sebelum ia membuka mulut, Sim Pek Hian sudah berkata pula. "Nah, Sutee, sekarang mari kita berlutut di depan peti mati siansu, untuk meneguhkan persaudaraan kita dalam seperguruan-" Ho Tiong Jong menurut, sim Pek Hian memperkenalkan suteenya dan Ho Tiong Jong yang menyatakan dengan hati tulus mengangkat saudara, In Kie Lojin sebagai gurunya, dan sebagai murid ia berjanji akan bantu melindungi kitab pusaka gurunya itu supaya tidak terjatuh dalam tangannya orang orang jahat, ia bersumpah dalam hidupnya selalu akan membela keadilan membasmi kejahatan dan menentramkan dunia persilatan, ilmu silat dari kitab pusaka akan diwariskan kepada orang-orang yang berjodoh atas pengunjukan abahnya sang guru dialam baka. Tidak akan diturunkan kepada sembarang orang. Demikianlah, sejak hari itu Ho Tiong Jong saban hari mendapat pertunjukan dari Sim Pek Hian untuk melancarkan ilmu ilmu silat yang sudah dicatat dalam otaknya, Tapi dalam hati diam-diam Ho Tiong Jong merasa heran, sebab ada ilmu silat yang hebat tapi sulit, ketika ditanyakan keterangannya pada Sim Pek Hian sang Suheng tak dapat menerangkannya, karena katanya ia belum menerima pelajaran itu dari suhunya. Rupanya, tidak semua kepandaian ilmu silat yang dikumpulkan dalam kitab pusaka itu, diturunkan pada Sim Pek Hian- Entahlah, apakah Sim Pek Hian kurang berbakat atau sebelum itu ilmu silat itu dipelajari Sang suhu sudah keburu meninggal dunia? Tapi hal ini tidak ditanyakan lebih jauh oleh Ho Tiong Jong. Hubungan Ho Tiong Jong dan Kho Siu juga, selama Ho Tiong Jong tinggal ditempatnya Sim Pek Hian menjadi bertambah erat, Sering-sering mereka pasang omong dengan gembira, Kini nona Kho berbalik bahasa kalau dulu mulai bertemu suka menyebut "orang liar" Kemudian berubah memanggil "toako", sekarang ia harus memanggil "susiok" (paman), derajat Ho Tiong Jong jadi lebih tinggi lagi. Sering panggilan "susiok" Ini dipakai bergurau nona Kho, tapi Ho Tiong Jong hanya ganda tertawa saja. Kecantikan nota Kho yang menggiurkan dan sikapnya yang Jenaka pandai bergurau membuat Ho Tiong Jong bimbang. XXXVIII. PENUTUP. DI LIHAT sikapnya makin hari makin berubah. Ho Tiong Jong mendusin bahwa si nona ada jatuh hati kepadanya, Hatinya menjadi bingung, ia kuatir akan terlibat dalam asmara lagi, pikirnya, sebaiknya ia siang siang pergi dari situ, Waktu ini ia sudah tinggal satu setengah bulan dalam rumahnya Sim Pek Hian- Pada suatu malam, ia gelisahan tak dapat tidur, karena romannya Seng Giok Cin selalu berbayang didepan matanya, ia seolah-olah mempunyai firasat kurang enak maka pada keesokan harinya ia mohon diri dari Sim Pek Hian-Sang suheng tidak berkeberatan, malah ia berkata sambil ketawa. "Memang sudah cukup kau dapat penjelasan dari aku, tak dapat memberikan penjelasan lainnya, malah aku percaya dikemudian hari ilmu silatmu akan jauh lebih tinggi dari padaku yang menjadi Suhengmu, Ha ha ha..... tapi aku tidak mengiri, malah merasa bangga mempunyai seorang Sutee yang lihay seperti kau Tiong Jong...." Ho Tiong Jong merendahkan diri. "Mana dapat aku akan lebih lihay dari Suheng, yang mendapat pendidikan langsung dari Siansu." Katanya sambil ketawa. Tiba tiba Sim Pek Hian seperti ingat sesuatu. "Eh, Sutee," Kafanya. "apakah kau tidak mau menunggu Siu-cie pulang dahulu menengoki orang tuanya." "Ah, tidak apa," Jawab Ho Tiong Jong sambil ketawa. "tolong Suheng sampaikan terima kasihku yang besar kepadanya dan minta maaf aku berlalu dari sini diluar kehadirannya." Ho Tiong Jong seperti yang kesusu. "Hatiku sudah dua hari ini merasa tak enak. aku kuatir adik Gok sudah kembali dan menanti kedatanganku," Ia berkata pula. Kemudian berpamitan sambil memberi hormat pada sang Suheng dan tidak lupa mengucapkan terima kasihnya atas kebaikannya orang tua itu, ia berjanji satu waktu akan datang kembali menyambangi tuan rumah. Sim Pek Hian tak dapat mencegah kepergiannya sipemuda, sambil berdiri ia mengelus elus jenggotnya pikirannya berduka. ingat kepada anak angkatnya, sebagai orang tua matanya tak dapat dikelabuhi bahwa anak angkatnya ada jatuh cinta kepada pemuda tampan dan lihay itu, tapi apa mau dikata, ia sendiri tak berdaya untuk mempersatukan mereka menjadi suami istri, karena Ho Tiong Jong sudah banyak pacarnya, yang menyintai dirinya. Terang Ho Tiong Jong tentu akan menolak kalau ia bicarakan urusannya Siu-jie untuk diambil istri oleh pemuda itu. orang tua itu menghela napas sambil mengawasi berlalunya si anak muda dari kebun sayurnya, sampai tidak kelihatanpula bayangannya. Mari kita ikuti Ho Tiong Jong yang kembali kerumahnya co Kang cay. Kebetulan saat itu tampak si orang tua sedang berdiri disamping pintu. Ia tampak sangat gelisah. Dengan jalan dingkluk-dingkluk dibantu oleh tongkatnya ia menyongsong kedatangannya Ho Tiong Jong. Ketika berhadapan ia lantas berkata. "Tiong Jong kau kemana sampai begitu lama? Aiya kau bikin susah orang saja, sekarang bagaimana baiknya ini? Ah, kau Tiong Jong..." Co Kang cay bicara sangat gugup, hingga Ho Tiong Jong tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh si orang tua itu, Maka ia menanya. "co lopek, ada apa sih kau begitu gugup?" "Nona Ie sudah pergi menyusulmu pada setengah bulan yang lalu, lima hari yang lalu ada datarg nona Seng mencarimu, menunggu sampai lima hari, maka ia sudah tidak sabaran dan menyusulmu lagi." "Ha Adik Giok sudah datang? Kapan dia perginya?" Tanya Ho Tiong Jong. "Kira-kira dua jam berselang ia sudah pergi, katanya hendak mencarimu." "Apa co lopek tidak kasih tahu aku pergi kemana kepada dua nona itu." "Tidak- sebab aku takut mtreka bikin huru-hara dirumahnya Suheng, nanti aku yang dimarahi oleh Suheng." "Bagus sekarang kasih tahu padaku, kejurusan mana nona Seng pergi?" "Ke jurusan Barat, entah dia sudah sampai dimana ?" "Baik, nah selamat tinggal, sampai lain kali kita ketemu lagi." Anak muda itu tampak menanti co Kang cay menjawab, sudah lantas putar badannya dan lari kejurusan Barat menyusul pada nona Seng Giok Cin. co Kang cay hanya berdiri melongo mengatasi berlalunya si anak muda. Perjalanan kejurusan Barat tidak banyak tempat tempat yang ramai, maka ia enak menggunakan ilmu jalan cepatnya untuk menyusul Seng Giok Cin. Kini kepandaian dalam hal mengentengi tubuhnya sangat hebat Tak lama ia sudah sampai pada suatu tempat pegunungan- Pikirnya, menurut dugaan ia sudah dapat menyandak nona Seng, tapi masih juga ia belum dapat menyusulnya. Ia celingukan dan memperhatikan disekitar tempat itu. Dalam herannya ia menghampiri sebuah pohon untuk meneduh, Belum lama ia duduk sambil menebak-nebak kemana jalannya sang kekasih atau kupingnya telah mendengar seperti ada beradunya senjata orang bertempur. Ia pasang kupingnya lebih hati-hati, suara itu ternyata datangnya seperti dari bawah jurang. Tanpa memikir lamalama lagi, ia lalu enjot tubuhnya melesat melayang seperti burung dan dilain saat ia sudah sampai d itempat pertempuran- Ternyata yang bertempur ada seorang wanita dikerubuti oleh tiga orang lelaki yang semuanya ada berkerudung kepalanya dengan kain hitam, hatinya Ho Tiong Jong sangat kaget ketika nampak wanita itu bukan lain daripada kekasihnya, siapa sedang keteter dikerubuti oleh tiga lelaki yang semuanya berkepandaian tidak rendah. Tapi ia tidak ingin turun tangan lekas-lekas, ingin melihat dahulu kepandaiannya sang kekasih, apakah ia dapat mempertahankan diri dari keroyokannya tiga laki laki berkerudung kain hitam itu? Seng Giok Cin ternyata sangat gesit, pedangnya menarinari diantara berkelebatnya tiga senjata musuh, hingga kelihatannya sukar ia dijatuhkan untuk sementara waktu. Diam-diam Ho Tiong Jong menghampiri lebih dekat pada medan pertempuran mereka satu juga tidak ada yang engah bahwa saat itu ada jago lihay. Satu diantara lawan Giok Cin berkata. "Sudah baik-baik kau menjadi orang penting dalam perserikatan kita, kenapa kau jadi tergila-gila kepada itu maling kecil? Hari ini kalau tidak dapat membekuk kau untuk dibawa ketempat kami, kami bersumpah untuk mengambiljiwamu ditempat ini juga." "Jangan banyak bacot manusia rendah, Apa kau kira nonamu takut pada kalian? IHm lihat pedang nonamu akan ambil kepalamu satu persatu." "Jangan kasih hati Samte, bekuk saja kita kerjain-" Kata yang satunya lagi. Mereka lantas mengurung rapat, ilmu silatnya berubah lebih cepat dan ganas, hingga biar bagaimana Seng Giok Cin menjadi gelisah juga. Kalau ia dikerubuti oleh dua saja masih ia dapat menandingi dan mungkin dapat mengalahkannya akan tetapi ia, ditigain, benar berat untuk melawannya. Hatinya jadi melamun pada Ho Tiong Jong, Dimana dia sekarang? Karena hatinya terpencar, maka Seng Giok cin jadi lengah memusatkan tenaga dalamnya, hingga ketika pedangnya kebentur dengan senjata musuh terpaksa ia mundur, Apa celaka justru ia diserbu dan hendak dipeluk oleh salah satu lawannya. Ia tak dapat meloloskan diri, karena dalam posisi sulit, ia sudah mandah terima nasib dengan meramkan mata. tapi tiba tiba ia mendengar lawannya keluarkan jeritan tertahan- Ketika ia membuka matanya, kiranya Ho Tiong Jong sudah berdiri diantara mereka. oooh bukan main girangnya si nona. "Engko Jong, kau." Serunya kegirangan sambil memburu dan berdiri disampingnya sang kekasih. "Adik Giok kau kaget barusan? Hm si manusia rendah tadi aku sudah kasih persen kau lihat dia sekarang sedang kesakitan-" Seng Giok Cin memandang pada orang tadi yang hendak memeluk dirinya, benar saja tampaknya seperti sedang merasakan kesakitan lengannya. Entah bagaimana rupanya ia dalam keadaan demikian, sebab mukanya ditutup kerudung kain hitam dan hanya mendengar rintihannya yang sakit. Barusan orang tadi ketika lengannya hampir menyentuh pinggangnya Seng Giok Cin yang langsing, tiba-tiba ia berjengit dan cepat menarik pulang sepasang lengannya, karena ia rasakan lengan kanannya seperti kena ditusuk-tusuk jarum sakitnya, ia heran dengan kesakitan ia mundur beberapa tindak. Tidak tahu dari mana datangnya, seketika itu sudah ada Ho Tiong Jong dihadapannya tengah bersenyum-senyum, ia jadi menggigil karena sudah tahu sampai dimana kelihayannya anak muda ini yang dahulunya ia sangat pandang rendah. Pelahan-lahan rasa sakitnya hilang dan lengannya dapat digeraki lagi, orang tadi lantas berkumpul dengan dua kawannya yang lain menghadapi si pemuda yang saat itu masih bersenyum-senyum mengawasi pada mereka . "Mereka sangat jahat engko Jong," Tiba-tiba Seng Giok Cin berkata. "kau harus kasih hajaran pada mereka supaya tahu diri." "Adik Giok. kau kenali mereka ini ?" "Aku sudah lantas kenali dari mereka punya lima silat dan juga suaranya." Ho Tiong Jong bersenyum lagi. "Siapa?" Tanyanya. "Mereka ada muridnya itu siluman Khoe Tok" Si pemuda anggukkan kepalanya. "Aku penasaran kalau belum menggampar mukanya satu persatu sebagai hadiah perbuatannya mereka yang tidak sopan barusan terhadapku." "Baik, kau boleh laksanakan sebentar." "Maling kecil, kau jangan banyak lagak. Apa kau kira kami bertiga boleh buat sembarangan? IHm... lihat kami bekuk batang lehermu dan sekalian dengan ini budak penghianat itu kami akan gusur kemarkas." Perkataannya tak lampias, karena tiba tiba mendengar suaranya Ho Tiong Jong yang aneh sekali, ia ketawa bergelak gelak seperti biasa kelihatannya, akan tetapi kedengaran di kuping masing-masing seperti guntur berbunyi hingga mereka menjadi berubah wajah nya dan merasa jerih. Seng Giok Cin mendengarnya seperti biasa saja, maka ia jadi heran tatkala melihat tiga orang itu pada menekap kupingnya masing-masing dengan tangannya dan matanya pada terbelalak mengawasi pada Ho Tiong Jong dengan penuh rasa heran dan jerih. Masing-masing dalam hatinya menanya. "Dari mana Ho Tiong Jong dapat ilmu yang lihay itu. Apa kepandaiannya lebih hebat dari duluan ?" Dari takut mereka jadi nekad, sebab pikirnya, daripada mereka sebentar mendapat hinaan lebih baik unjuk kepandaian dulu, siapa tahu dapat menjatuhkan sianak muda dengan mengandalkanjumlah mereka ada lebih banyak. Mereka mengasih tanda dengan isyarat mata. Kemudian dengan serentak telah menyerang pada Ho Tiong Jong yang barusan saja berhentikan ketawa nya, serangan mereka ada hebat sekali, tiga senjata berbareng berkelebat mengarah tubuhnya sang korban- Suara senjata terdengar "trang trang" Saling bentur tapi yang saling bentur ada senjata mereka sendiri, Sedang Ho Tiong Jong telah menghilang entah kemana? Mereka celingukan melihat sebentar ada dibela kang satu kawannya, kemudian dibelakang kawan lainnya begitu seterusnya, hingga mereka tak dapat menyerang dengan senjatanya dikuatirkan nanti salah menyerang kena kawan sendiri. Bukan main mereka herannya menyaksikan kepandaian Ho Tiong Jong. "Kau jangan keluarkan ilmu iblis, lekas hadapi kami, kalau kan benar satu laki laki, kau..." Belum kata-katanya ini lampias, tiba tiba telah terdengar suara . "Baiklah" Lantas tubuhnya Ho Tiong Jong berkelebat seperti kilat. Entah bagai mana ia bergerak, sebab dilain saat satu persatu tiga lawannya itu kena ditotok dan berdiri seperti patung, Hanya matanya saja yang berputaran mengawasi pada Ho Tiong Jong yang saat itu sudah berdiri pula disampingnya Seng Giok cin sambil ketawa. Seng Giok Cin sangat kagum dengan kepandaiannya sang kekasih, ia tidak tahu dari mana kekasihnya itu dapatkan kepandaian yang demikian hebat?, ia terbengong mengawasi Ho Tiong Jong, hanya bisa mengeluarkan kata kata. "Eng....koJong..kau..." Ho Tiong Jong ketawa, ia mengerti akan kagum dari kekasihnya itu. Tangan kananaya merangkul tubuh si cantik, dua pasang mara saling berpandangan dengan penuh rasa cinta dan bahagia. "Adik Giok. bukankah kau hendak menampar mereka satu persatu ..." Kata sipemuda pelahan. Seng Giok Cin anggukkan kepalanya sambil bersenyum manis. Hatinya sangat bangga mempunyai kekasih yang demikian tampan romannya dan demikian lihay ilmu kepandaiannya. "Ilmu apakah itu, Engko Jong?" Tanya si gadis. "ilmu mengentengi tubuh meminjam berkesiurnya angin dan ilmu menotok jalan darah nomor satu.,." "Aku mau diajar itu, engko Jong." "Tentu, kau akan jadi isteriku, segala apa milikku dan menjadi milikmU juga, cuma tergantung kepada kekuatan tenaga dalammu saja sesuai atau tidak untuk menerima pelajaran itu, bukan ?" Sambil mendongak menatap wajah sang kekasih yang tampan, Seng Giok Cin manggutkan kepalanya, kemudian rebahkan kepalanya yang berambut harum itu didadanya Ho Tiong Jong yang kokoh. Pelukan Ho Tiong dirasakan makin erat, itulah lebih lebih dari seratus kata-kata bahagia dengan lisan- Keduanya saling peluk sesaat lamanya pelukan bahwa adegan itu disaksikan oleh tiga orang musuhnya yang sedang pada berdiri dengan tak dapat menggerakkan tubuhnya. Hanya matanya yang pada melotot dan hatinya penuh rasa jelus dan iri hati, si cantik dari Seng-keepo berada didalam pelukannya orang yang mereka sangat benci dan ingin membunuhnya . "...adik, Giok. bukankah kau mau memberi persen pada mereka?" Bisik Ho Tiong Jong sesaat kemudian- Seng Giok Cin seperti yang baru mendusin dari kelelepnya dalam kebahagiaan mata, dengan perlahan-lahan ia melepaskan diri dari pelukan Ho Tiong Jong. "Kau benar, engko Jong." Katanya seraya menghampiri kepada mereka Masmg-masing dalam posisi mereka tadi bergerak hendak menghajar Ho Tiong Jong, senjata masih di tangan, kelihatannya lucu sekali. Senjata mereka dilucuti, lalu kerudungnya masing masing dibuka dan benar saja mereka ada Seng Boe Ki dan dua saudara oet ti "engko Jong kau lihat cecongornya tiga orang jahat ini.." Kata si nona, serentak ia menggampar mukanya satu per-satu hingga mereka meringis-ringis, pedas rasanya gamparan si nona. Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ketika dalam gemasnya si nona hendak persen gamparannya yang kedua kali, Ho-Tiong Jong mencegah "Sudah. sudah cukup, Biar kita bebaskan supaya mengadu kepada gurunya, aku mau lihat itu siluman jahat apa ada punya kepandaian serta nyali untuk membalas dendam muridmuridnya ini?" Ho Tiong Jong ingat akan cerita tempo hari yang ia dengar bahwa Khoe Tek ada sangat jahat, tukang hirup darah manusia dan darah darah wanita yang datang bulan dibuat obat, kemudian orangnya diperkosa dan dibunuh mati, ia sekarang sudah mempunyai kepandaian tinggi, ingin ia ketemu orang ganas kejam itu untuk membinasakannya. oleh sebab mengingat itu, maka tiga muridnya dilepaskan oleh Ho Tiong Jong. Ia hanya menepuk punggungnya masing-masing, lantas mereka sudah bebas dari totokan dan diusir dari situ. Dengan masing-masing membawa senjata, mereka ngacir terbirit-birit meninggalkan tempat itu. seng Giok Cin tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan mereka itu. Balik pada urusannya sendiri, atas pertanyaannya sang kekasih, Seng Giok Cin ber- cerita. Sepanjang perjalanan seratus lie sampai ke rumahnya orang orang ayahnya pada menghalang- halangi padanya, tidak mengijinkan ia berkunjung kerumahnya atas perintah ayahnya, ia lalu menulis sepotong surat mengabarkan maksud kedatangannya ada membawa Lencana Rahasia Tuhan yang hilang maka barulah perjalanannya lancar. Ayah girang mendapat kembali barang pusakanya itu, kepada sang ayah ia berterus terang, bahwa ia akan berumah tangga dengan Ho Tiong Jong. Ayah tidak ambil perduli, hanya kepala-kepala Perserikatan lainnya tidak puas dan menahan ia sampai Ho Tiong Jong datang baru dilepaskannya. Belakangan putusan dirubah, menyuruh ia kembali pada Ho Tiong Jong untuk mengabarkan bahwa pemuda itu ditunggu kedatangannya dalam tempo lima belas hari dikota Tong an pada sebuah kuil, untuk mengadu kekuatan- Sebagai penutup Seng Giok cin sambil berlinang air mata berkata. "engko Jong, karena cintaku yang besar pada dirimu, aku sampai tega meninggalkan ayahku hidup bersendirian dirumah, Entahlah bagaimana dengan kesehatannya nanti..." "Adik Giok. Ia orang tua tak dapat melupakan kasihnya kepada anaknya yang sangat disayang seperti kau. Maka senangkan-lah hatimu. Sekarang, kepaksa aku minta bantuanmu untuk pergi ke Siauw lim si di gunung Ko-san, tempatnya Beng Tie Taysu, Kau bawa ini gelang batu giok," Ho Tiong Jong sambit keluarkan gelang batu giok kepercayaan dari orang orang Siauw-lim-pay. "Serahkan padanya dan minta supaya Beng Tie Taysu hadir ditempat yang ditetapkan oleh orang-orang dari perserikatan pada hari pertemuan mereka dengan aku." "Kau mau minta bantuan dari Siauw-lim-sie?" Tanya Seng Giok Cin. "Terpaksa, karena aku belum tahu tenagaku apa cukup untuk menghadapi mereka sembilan orang dengan barisannya Kim liong-pat hong thian- bee tin-" "Ya memang barisan itu memang lihay, sekarang aku pergi dah." Dua kekasih itu terpaksa berpisahan pula, karena menghadapi urusan yang sangat penting dan berbahaya. Tanggal yang dijanjikan kebetulan jatuh pada harian capgo- meh. Menjelang magrib Ho Tiong Jong sudah ada di kelenteng Po in-si di kota Tang-san, tempat yang telah dijanjikan Dibawahnya terang bulan, Ho Tiong Jong jalan-jalan disekitar kelenteng tersebut sambil menikmati pemandangan yang permai, ia melamun, pada hari-hari yang akan datang, ia akan menghadapi pertempuran kemudian akan menikah dengan sicantik Seng Giok cinooh, bagaimana bahagianya kalau ia sudah berumah tangga dengan gadis yang menjadi pujaannya itu. Tengah ia enak-enakan melamunkan kebahagiaannya, tibatiba dari balik sebuah pohon muncul sesosok bayangan menghadang didepannya. "Ha ha ha...., Tiong Jong kau benar-benar satu kuncu dapat memegang janjimu." Orang itu adalan Khoe Cong, si muka jelek. yang jelus hatinya. "Kau jangan muncul sendirian, panggil keluar kawankawanmu sekalian-" Khoe Cong bersiul nyaring, segera pada muncul dengan beruntun delapan orang dari segala jurusan, Mereka lengkap sembilan orang yang merupakan kepala dari Perserikatan Benteng Perkampungan- Mereka dikepalai oleh Kim Toa Lip. ayahnya Hong Jie. Sambi tertawa nyaring Kim Toa Lip berkata "Kau kelihatannya tenang-tenang saja, aku tidak sangka kau belani muncul disini." "Jangan banyak omong, lantas jelaskan apa maksud kalian mengundang aku datang kesini?" Memotong Ho Tiong Jong dengan suara dingin. Seng Eng dan ciauw Toa Nio menanyakan halnya Lencana Rahasia Tuhan yang dibawa-bawa oleh Ho Tiong Jong, apakah diberitahukan kepada orang lain? "Meskipun aku bilang "tidak" Kalian toch tak akan percaya, sekarang mau apa, aku dapat mengiringinya" Tantang Ho Tiong Jong. "Bocah sombong itu tidak boleh dikasih hati h ayo kurung dia bersama barisan kita, Biar tahu kelihayan kita." Teriak ciauw Toa Nio Ho Tiong Jong tertawa bergelak gelak. "Kalian boleh atur barisan, aku Ho Tiong Jong tidak akan tinggal lari," Kata sipemuda sikapnya jumawa. Semua jago-jago tua itu pada heran melihat sikapnya Ho Tiong Jong yang demikian tenang, Apakah mungkin ia sudah tambah kepandaiannya lagi? Tapi ketelanjur sudah menonjolkan barisannya yang lihay, maka Kim Toa Lip sebagai kepala lantas perintah kawan-kawannya berbaris mengurung pada sipemuda. "Silahkan kau menerjang dan pukul pecah pecah barisan" Kata Kim Toa Lip. Ho Tiong Jong tidak tawar menawar lagi, ia hunus goloknya dan menerjang pada Kim Toa Lip. Siapa tinggal tidak bergerak. tapi ketika goloknya Ho Tiong Jong hampir sampai ia menangkis dengan pedangnya, ia terhuyung-huyung mundur tiga tindak. sedang Ho Tiong Jong masih tetap ditempatnya. Bukan main kagetnya orang she Kim itu. Ho Tiong Jong sampai demikian hebat tenaga dalamnya, sungguh diluar segala dugaan- Semua orang-orang Perserikatan pada membelalakkan matanya. Tiba-tiba terdengar suara-suara orang yang memuji Budha, ternyata yang datang ada Beng Tie Taysu diiringi oleh sembilan kawannya. orang-orang yang mau bergebrak urungkan bergeraknya, Kim Toa Lip dan kawan-kawannya saling pandang dan menduga-duga apa maksud kedatangannya Beng Tie Taysu dari Siauw lim si itu, Sedang Ho Tiong Jong diam-diam merasa girang. Ketika sudah datang dekat, Beng Tie Taysu sambil memberi hormat, berkata. "Harap kalian jangan bertempur dahulu, Loceng ingin bicara dengan Ho Sicu sebentar. Yang mana satu Ho Sicu harap suka datang pada Loceng." Ho Tiong Jong keluar dari kepungan musuh, sambil menjura ia memohon maaf untuk kelancangannya memohon kedatangannya sang paderi dengan mengirimkan gelang batu kumala. Diterangkan batu kumala itu dikasih oleh Ie Boen Hoei dari kantong Suheng-nya yang telah meninggal dunia. Asal usulnya permusuhan sehingga ia hendak bergebrak dengan sembilan orang itu diberitahukan dengan singkat. Beng Tie Taysu menghela napas, Tapi ketika ia mendengar kawanan orang dari Perserikatan pada beberapa bulan yang lalu telah membakar gerejanya Tay Hong Hosiang sehingga musnah, matanya Beng Tie Taysu berkilat sejenak. tapi kemudian tenang lagi. "Musnahnya Kong- beng si karena gara-gara orang orang jahat ini yang tidak kesampaian maksudnya mengambil jiwaku, ini ada tanggung jawab ku. Harap Taysu bersabar, setelah aku dapat membasmi sembilan orang ini sebagai balas dendam atas kematiannya Tay Hong Hosiang dan murid muridnya serta musnahnya gereja Kong- beng si, aku nanti serahkan diri pada Taysu, bagaimana Taysu hendak menghukumku, aku juga bersedia dengan rela.." "Ho Sicu jangan merendah begitu rupa, penanggung jawab dari musnahnya Kong beng-si dan kematiannya Tay Hong serta murid-muridnya adalah mereka ini." Sembilan orang itu terkejut mendengar pembicaraan mereka, Kiranya kedatangan Beng Tie Taysu itu adalah hendak membantu pada Ho Tiong Jong. "Anak haram, jangan banyak rewel, Lekas terima kematian untuk mengganti jiwa anakku" Demikian terdengar teriakan dari pihak Perserikatan- Yang berteriak itu ternyata Han Siauw ceng, ia yang sudah tidak sabaran menanti Ho Tiong Jong pasang omong dengan Beng Tie Taysu. "Ho Sicu, silahkan" Kata Beng Tie Taysu. Dilain saat Ho Tiong Jong sudah dikepung lagi oleh sembilan orang dalam barisan Kim liong pat-hong thian bee tin, setelah terlebih dahulu menyerahkan golok Lam-cun-tonya kepada Seng Giok Cin, ia menghadapi mereka dengan tangan kosong. "Anak haram." Bentak Hui Siauw Ceng. "Kau mau cari mampus siang-siang masuk dalam barisan kami dengan tangan kosong." Ho Tiong Jong sangat mendongkol dikatakan anak haram. "orang tua dekat mampus, jangan banyak bacot. Lihat saja nanti, siapa yang akan menemui Giam lo ong...." Kim Toa Lip sementara itu sudah memberi aba-aba kepada orang-orangnya untuk lantas turun tangan- Tidak tempo lagi Ho Tiong Jong dihujani senjata dan dikepung rapat sekali, tapi Ho Tiong Jong dengan bersiul nyaring badannya berkelebatan seperti kilat cepatnya ia menggunakan ilmu mengentengi tubuh. "Berkesiuran angin, Tanci Sin- kang dan Te it Thiam hiat Dari buku "Kumpulan ilmu Silat Seiati" Ia sudah paham benar, cara bagaimana memecahkan barisan yang sangat dibanggakan oleh sembilan orang itu. in Kie Lojin tempo hari kena dijatuhkan oleh barisan demikian, sejak mana ia sudah menyusun satu cara, bagaimana untuk memecahkan barisan tersebut dan ia telah menulisnya didalam kitab pusakanya. Bagian ini dipelajari oleh Ho Tiong Jong khusus untuk menjatuhkan sembilan orang dari Perserikatan Benteng Perkampungan- Menghadapi kegesitan seperti kilat itu, bukan main sibuknya sembilan orang jago kelas satu itu, mereka punya senjata saling bentur dengan kawannya sendiri sebagai ganti sasarannya yang menghilang pergi datang. Dalam tempo pendek saja ke-9 orang itu sudah kena ditotok semuanya dan masing masing pada berdiri dalam gerakannya masing-masing ketika kena tertotok. Lucu sekali, ada yang sedang angkat kaki menendang, ada yang sedang menyabetkan pedangnya, menusukkan senjata pitnya, menggunakan pentungannya dan lain-lain sebagainya. Hanya matanya saja yang dapat digerakan berputaran mulutnya tak dapat berbicara, inilah hasilnya dari ilmu Te-it Thiam hiat (ilmu menotok jalan darah nomor satu) yang dipelajari oleh Ho Tiong Jong yang istimewa untuk menghadapi mereka. Beng Tie Taysu geleng-geleng kepala dan memuji namanya Budha menyaksikan kepandaian Ho Tiong Jong yang luar biasa, Dengan tangan kosong dapat menjatuhkan sembilan jagoan dalam perserikatan yang telah tersohor namanya. Seng Giok Cin bengong saking kagum menyaksikan kepandaian sang kekasih. Ho Tiong Jong lalu menghampiri satu persatu dan mengompes siapa yang telah melakukan pembakaran kelenteng Kong beng-si, ternyata yang menjadi biang keladinya ada Hui Siauw Ceng. Sambil menghadapi dua orang tersebut, Ho Tiong Jong menengadah kelangit. Mulutnya kemak-kemik seperti yang mengucapkan apa-apa kata katanya yang penghabisan nyaring juga kedengarannya. "Taysu yang jadi orang alus harap saksikan Ho Tiong Jong membalas sakit hati Taysu." Berbareng ia mendekati Hai Siauw Ceng dan menepuk pinggangnya, kemudian Khoe Cong di tepuk pundaknya, sambil berkata. "Nah kalian boleh pulang, sebentar malam boleh merasakan akibat dari perbuatan jahat kalian-" Seiring dengan kata-katanya Ho Tiong Jong menendang satu demi satu, Dua-duanya terlepas dari totokan dan pada angkat kaki dari situ tanpa menoleh lagi kebelakang. "Taysu aku sudah membalaskan sakit hatinya Thay Hong Hosiang pada orang-orang yang bersalah, bagaimana pikirnya Taysu terhadap lainnya? Apakah hendak dibebaskan saja, sebab mereka tidak turut campur dalam pembakaran Kong bengsi." Beng Tie Taysu menghela napas, ia mengerti Ho Tiong Jong barusan sudah turun tangan berat terhadap orang yang bersalah, Mereka sebentar malam baru akan merasa tepukan Ho Tiong Jong yang lihay, sekujur tubuhnya seperti ditusuktusuk dengan jarum, setelah menderita tiga hari tiga malam mereka akan melayang jiwanya. Ia tidak hendak mencari musuh, maka ia lalu anggukkan kepalanya. "Ya, kasihlah mereka bebas...." Katanya. Satu persatu dibuka totokannya oleh Ho Tiong Jong dengan tendangan dan gamparan pada muka masing-masing kecuali ketika gilirannya Seng Eng dan Kim Toa Lip. orang muda itu masih ingat dan pandang mukanya Seng Giok Cin dan Kim Hong Jie, maka ia tidak mau keterlaluan ia gunakan Tan ci Sin-kang, menyentil dari kejauhan membuka totokanpada dua orang tua ini. Mereka semuanya tanpa mengucapkan apa apa sudah pada angkat kaki dari tempat itu dengan penuh rasa penasaran dan malu. Kejadian ini telah menggemparkan dunia persilatan ketika jago jago dalam kalangan Kang-ouw mengetahuinya, hingga namanya Ho Tiong Jong telah meningkat tinggi sekali. "Ho Sicu, hebat sekali kepandaian Ho Si-cu, Loceng belum pernah menyaksikan kepandaian yang demikian lihay, dengan tangan kosong dapat memecahkan barisan "Kim-liong-pat hong thian be-tin-.." Memuji Beng Tie Taysu. "Ah, ini berkat anjuran semangat dari Taysu saja..." Jawab Ho Tiong Jong merendah, hingga Beng Tie Taysu diam-diam memuji pada pemuda yang bisa membawa diri itu. "Nah, Ho Sicu, sampai disini saja kita berpisah, Kalau sicu dibelakang hari ada keperluan dengan tenaga kami orang dari Siauw-lim-si, boleh suruhan orang saja untuk membawa ini gelang batu kumala kepadaku..." Sambil menyerahkan kembali gelang batu kumala hijau kepada Ho Tiong Jong. Ho Tiong Jong menyambuti sambil mengucapkan terima kasih. Beng Tie Taysu ajak kawan kawannya berlalu dari tempat itu diawasi oleh Ho Tiong Jong dan Seng Giok Cin sampai lenyap dari pandangannya. Seng Giok Cin yang tengah melayang-layang pikirannya menjadi terkejut ketika tiba tiba satu tangan yang kuat menyambar pinggang nya yang langsing dan dipeluk eraterat? Suara bisikan yang tak asing lagi baginya mengusap ngusap dalam telinganya. " ....Adik Giok. mari kita pergi ... ." " ....Kemana engko Jong ?" " ....Merantau ... ." Dua pasang mata berpandangan diiringi senyuman pelukan makin erat... itulah lebih dari seratus satu kata-kata mesra dan yang dapat diucapkan dengan mulut mereka berdua.... TAMAT Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com / Tiraikasih Websitehttp.//kangzusi.com / Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Asmara Dibalik Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo