Ceritasilat Novel Online

Golok Sakti 8


Golok Sakti Karya Chin Yung Bagian 8


Golok Sakti Karya dari Chin Yung   "Jangan banyak rewel, aku tidak memerlukan kau punya permohonan maaf"   "Kalau begitu, kau memaksa juga hendak bertempur dengan aku, biarlah aku mengaku kalah saja. Nah, selamat tinggal."   Ia berbareng mau melompat turun dari luitay, akan tetapi nona Seng sudah dengan gesitnya menghadap di hadapannya.   "Keluarkan dahulu kepandaianmu, kalau kau sudah dapat menjatuhkan aku. barulah kau turun daripanggang ini."   Kata Seng Giok Cin dengan suara ketus.   "Aku aku..."   Katanya gugup, sebab tidak diberi kesempatan bicara dan diserang dengan hebat oleh Seng Giok Cin la kelabakan sebentar.   Kemudian ia terpaksa melayani sinona bertempur, ia telah mengeluarkan ilmunya warisan Tok-kay yalah Tok-licng cianghoat yang ampuh Tampak telapakan tangan kirinya sedikit didorong uutuk menangkis serangan si nona sedang tangan kanannya dengan gaya "Kay-thian Pit-tee"   Atau membuka langit dan bumi, ia balas menyerang.   Tapi serangannya tidak di teruskan, di ganti dengan gaya "Kim-paw Lok tiauw (Macan tutul emas perlihatkan cakarnya).Jari tangannya dibuka sebagai gaetan terus hendak mencengkeram sikutnya si nona.   Seng Giok Cin tahu bahwa tenaganya si-pemuda ada sangat kuat.   Pikirnya, bertempur lima belas jurus saja belom pasti ia peroleh kemenangan- ia harus menggunakan kecerdasan diwaktu Ho Tiong Jong lengah, barulah dapat merebut kemenangan.   Serangan si pemuda di tangkis dengan telapakan tangan kanan dan telapakan tangan kirinya balas menyerang.   Kaki kanannya di geser maju, sedang yang kiri ditarik mundur.   Ia coba menyambuti serangan lawan, akan terapi ia kalah tenaga dan terus terdesak mundur oleh serangannya Ho Tiong Jong.   Dalam tempo sebentaran saja mereka sudah bertempur lima jurus.   Diam-diam Ho Tiong Jong mengeluh dalam hati.   Pikirannya, ia tak lama lagi tokh akan mati, untuk apa ia merebut kemenangan? Apa perlunya untuknya Maka lebih baik ia mengalah dan kasihkan dadanya dihajar si nona sampai binasa.   ia rela mati ditangannya orang yang pernah membuang budi padanya.   Lagi pula, dengan berbuat demikian ia sudah memberi muka kepada si nona didepannya orang banyak.   Ho Tiong Jong ingin si nona turun tangan betul-betul, maka ia berkata.   "Nona Seng kau boleh menyerang, jangan pakai sungkansungkan lagi, aku akan melayani kau dengan betul? Nah keluarkanlah ilmu simpananmu."   Seng Giok Cin diam-diam merasa gemas juga mendengar kata-katanya pemuda tampan itu, ia perhebat seranganserangannya.   Dilain pihak Ho Tiong Jong keluarkan ilmunya Kim ci gin-ciang menyerang dengan telapakan tangan dan menotok dengan jari-jarinya yang kuat, hingga sinona lagi-lagi ke-teter dan hatinya ada sedikit keder juga.   Ho Tiong Jong terus mendesak dengan totokannya yang berbahaya.   Dalam keadaan terdesak.   Seng Giok Cin menggunakan kegesitannya untuk meloloskan diri dengan melesat tinggi, diudara badannya berputaran sebentar, kemudian meluncur turun lagi, tahu-tahu sudah berada dibelakangnya Ho Tiong Jong.   Sebelumnya sipemuda dapat membaliki badannya, jarijarinya sinona yang halus telah menotok jalan darah dibagian pinggangnya hingga seketika itu juga ia jatuh lemas.   Kegalakannya yang barusan diunjuk menyerang sinona bertubi-tubi, telah lenyap tanpa bekas.   Segera seketika itu terdengar tampik sorak yang riuh sekali menyambut kemenangannya Seng Giok Cin.   Tapi sinona tidak menjadi bangga oleh karena kemenangannya itu, malah wajahnya tampak dingin ketika membalas hormat atas samburan yang meriah.   Seng Giok Cin suruh orang-orangnya angkut Ho Tiong Jong turun dari luitay.   Seng Eng sementara itu, dengan muka berseri-seri telah mengumumkan bahwa pertandingan dihentikan dan beristirahat dahulu.   Setelah habisan makan dipelataran yang di tanami banyak bunga-bunga terletak dibelakang rumah, kelihatan ada berkumpul beberapa orang ialah- Seng Eng, Kim Hong Jie, Pek Boe Taysu, Ban Siang Tojin, Siluman Khoe Tok dengan tiga muridnya dan si Rajawali Botak Ie Yong, yang menyolok sekali kepalanya botak.   Mereka berunding tentang Ho Tiong Jong yang sudah kena ditangkap.   bagaimana harus diambil tindakan terhadapnya.   Dua saudara oet-ti dengan ditunjang oleh song Boe Kie mengusulkan agar jiwanya pemuda itu dibereskan saja, supaya jangan jadi bibit penyakit di kemudian hari.   Pek Boe Taysu menyatakan pikirannya, sebaiknya Ho Tiong Jong ditahan saja dahulu jangan dibunuh sebab siapa tahu kalau ia muncul disitu bukan sendirian dan ada tulang punggungnya yang berkepandaian amat tinggi.   Ban Siang Tojin mufakat pemuda itu dibunuh mati, sebab ini berarti pihak Seng Pocu sudah menyingkirkan akhli waris Sanju Lo-Iong Khong Teng Shoe musuhnya golongan Liong Bun, hingga bisa diharapkan golongan Liong Bun akan tunduk kepada pihak Seng keepo.   Seng Eng sendiri belum dapat memutuskan bagai mana baiknya.   KARENA tidak ada keputusan, maka Ho Tiong Jong terus ditahan, dalam suatu kamar tahanan yang gelap tak dapat melihat sinar matahari sepanjang hari.   la dalam Keadaan tidak berdaya, karena masih tertotok.   Seng Eng telah meninggalkan kawan-kawannya untuk beristirahat dirumah belakang.   Belum lama orang tua itu berada didalam kamarnya pintu kamarnya terdengar diketuk dan kelihatan masuk Seng Giok cin dengan wajah berseri-seri manja.   "Hei, kau pergi kemana? Kenapa tidak menghadiri pertemuan kita ?"   Tanya sang ayah ketika nampak siapa yang masuk kedalam kamarnya. Seng Giok cin ketawa.   "Aku ada di kamar sembahyang ibu bagaimana dengan keputusan Ho Tiong Jong?"   Ia menanya.   "Semua orang mufakat dibunuh mati,"   Jawab sang ayah.   "   Dibunuh mati?"   Seng Giok Cin menegasi.   "Ya. Kalau ia dibunuh lantas golongan Liong- bun menyerah pada kita, tidak apa, aku bisa mufakat diambilnya tindakan itu."   "Tapi ayah, belum mengambil tindakan demikian, kata Seng Giok Cin "   Lebih baik kita jangan berhubungan lagi dengan golongan Liong bun, aku lihat mereka licik dan bisa membujuk Ho Tiong Jong supaya dia membantu pada kita.   Kasih saja ia memangku jabatan penting dalam benteng kita, aku lihat ilmu silatnya bukan sembarangan ?"   Seng Eng tidak menjawab, matanya mengawasi pada wajahnya sang putri yang cantik.   "Tapi. biarlah aku nanti coba yang membujuk dia. Kalau benar-benar dia mau menjadi orang kita. lantas kita boleh mengatakan pada para tetamu bahwa dia sudah melarikan diri berbareng kita pura-pura mengirim orang untuk mengejarnya. Barusan aku tidak menghadiri perundingan oleh karena aku hendak bicarakan dengan ayahaku punya pendapatan ini."   Seng Eng kembali tidak menjawab, tapi dari paras mukanya tampak seperti ia setuju dengan pikirannya sang anak yang berakal ini. Terdengar Seng Giok cin berkata lagi.   "Menurut pikiranku, kita hanya permainkan soal Ho Tiong Jong perlahan-lahan dapat melumpuhkan mereka. Sekarang usaha ayah, mengumpulkan banyak orang dari berbagai partai dengan maksud mengetahui sampai dimana masing-masing punya kepandaian, tapi kita tak dapat membasmi mereka guna apa? Kita terang-terangan membunuh mereka tidak bisa, maka kita harus menggunakan akal, bukan? coba ayah pikir benar tidak?"   "Hei akalmu baik sekali cin Jie."   Tiba-tiba Seng Eng berkata dengan muka girang.   "Kalau nanti berhasil, pihak kita menjagoi dikalangan persilatan, kaulah ada satu satunya orang yang berjasa besar."   Seng Giok cin tertawa.   Sementara itu Seng Eng lalu keluar dan memerintahkan pada Ie Yang supaya Ho Tiong Jong dipindahkan tempat tahanannya, ialah ketempat tahanan yang berair.   Ketika Ie Yong masuk kekamar tahanan Ho Tiong Jong.   kelihatan pemuda ini sedang rebah ditempat tidur dengan badan lemas tidak bisa bergerak karena tertotok.   Tapi pikiran dan matanya tetap terang.   Ketika Ie Yong mengatakan dirinya akan dipindahkan ia tidak berkata apa-apa.   Ia melihat ada dua orang yang membawa usungan keatas ia kemudian direbahkan dan dibawa keluar kamar itu.Jalan yang dilalui ada berliku liku dan melewati beberapa pintu, ia sangat kaget dirinya akan dibawa kemana sih? Diam-diam ia berpikir.   "   Kenapa aku masih belum juga dibunuh. Aku mau dibawa ke mana sebenarnya? Kenapa totokan pada jalan darahku masih juga belum dibuka."   Orang menyiksa aku sampai begini ada perlunya.   Dalam menanya nanya pada dirinya sendiri, tiba ia melihat ada berkelebat sesosok bayangan orang, Ketika ia tegasi bukan lain dari nona Seng.   Mulutnya bergerak-gerak seperti yang hendak bicara padanya akan tetapi Seng Giok Cin sebentar lagi sudah melenyapkan pada dirinya.   Ho Tiong Jong tidak ambil pusing.   Ia tenang tenang saja orang menggotong dirinya ia mau tahu sebenarnya orang mau bawa ia kemana? Pada suatu saat tiba-tiba orang-orang yang menggotong padanya berhenti, tampak Ie Yong menghampiri satu alat rahasia yang terdapat pada sebuah gambar yang melukiskan pemandangan alam tergantung didinding.   Setelah diputar beberapa kali, lantas terdengar suara "krekek"   Tiba-tiba telah terbuka sebuah pintu sempit.   ie Yong mengasih tanda pada yang membawa usungan, supaya Tiong Jong digotong masuk ke dalam kamar kecil itu..   Setelah berada didalam Ho Tiong Jong lihat dibawa turun melewati tangga batu, jalanan disitu sangat sempit kira-kira lebar tiga kaki dan tinggi satu tumbak.   Setelah berjalan kira kira tiga tombak.   telah diliwati empat belokan disitu keadaan ada terang karena ada dipasang lampu.   Tampak ada beberapa lubang hawa.   Melihat keadaan kamar dibawah tanah ini, Ho Tiong Jong menduga, kamar itu tentu memang disediakan untuk keperluan pemiliknya mengumpat disitu kalau menghadapi bahaya tak dapat diatasi.   Mereka tidak berhenti sampai disitu, karena usungan digotong terus, tiba-tiba mereka berjalan dijalanan yang sangat sempit, kemudian membiluk dan disitulah terdapat sebuah kamar batu, yang dinding dan pintunya semua terbuat daripada besi.   Dibagian atas pintu ada kedapatan lubang sebesar setengah kaki tapi ditutupi dengan besi juga.   Lubang ini dapat dengan sendirinya terbuka dan tertutup, Kamar itu ada mempunyai empat pintu.   Ie Yong telah membuka pintu yang sebelah kiri masuk kedalam kamar itu kira-kira hanya satu tombak persegi, bahkan tempat ini amat rendah.   "Hei, orang kasar, sebenarnya aku mau diapakan sih?"   Tanya Ho Tiong Jong pada ie Yong dengan tiba-tiba. Ho Tiong Jong rupanya sudah sangat jengkel, Karena diusung orang sampai sudah sekian lamanya belum mendapat kepastian mau diapakan dirinya.   "Kau jangan banyak rewel, aku melakukan ini hanya menurut perintah."   Jawab Ie Yong dengan dingin.   "Apa kau mau membunuh aku mati."   "Siapa yang hendak membunuhmu? Kecuali kau banyak rewel"   Ho Tiong Jong jadi sengit, ia berteriak "Kepala botak. lekas kau katakan orang mau berbuat apa atas diriku, kalau tidak, sebentar kalau aku sudah merdeka awas dengan kepala botakmu"   Ie Yong paling jengkel kalau dikatakan kepala botak. sekarang ia mendengar Ho Tiong Jong memakinya demikian, bukan main marahnya.   "Manusia, tidak kenal mampus"   Teriaknya.   "Kau berani memaki aku begitu, awas aku bikin remuk kepalamu, kau tahu ?"   "Hm mana kau ada kemampuan untuk berbuat demikian ?"   Ie Yong jadi naik darah. ia cepat menghampiri Ho Tiong Jong yang tak berdaya, tangannya diangkat dan hendak memukul dengan hebatnya, tapi terdengar suara halus berkata.   "Ie congkoan, kau tak dapat berbuat demikian."   Si kepala botak menjadi kaget, tangannya yang sudah diangkat telah ditarik kembali dan berpaling kearah suara tadi.   Kiranya yang berkata tadi ada nona Seng, yang telah mengunjukkan dirinya sekelebatan, kemudian menghilang lagi.   Ho Tiong Jong juga akan dapat melihat berkelebatnya tubuh yang langsing dari nona akan tetapi ia tampaknya acuh tak acuh.   "Hm "   Terdengar ie Yong menggeram sendirianla melihat kearahnya Ho Tiong Jong.   tampaknya sipemuda sedang menertawakan padanya.   bukan main mendongkolnya, akan tetapi ia tidak bisa berbuat apa apa, Didalam kamar tahanan itu Ho Tiong Jong diletakan dilantai, tangan dan lehernya di ikat dengan rantai besi.   Disitu ada mengalir air yang keluar dari sumbernya.   Ketika Ho Tiong Jong dirantai air mengalirkan tingginya hanya satu kaki saja, tapi air itu mengalir terus memenuhi ruangan hingga sebentar saja sudah naik setinggi mulut Kematian baginya tjdak menjadi soal.   Mati disitu dan di mana saja ia tokh akan menemui ajalnya karena pengaruh racun dari Tok kay, akan tetapi ia tidak tahan merasakan kakinya yang kerendam air seperti digerumuti semut hingga ia berteriak-teriak seperti orang kalap.   Tiba-tiba ia hentikan berteriaknya, ketika mendengar seperti seorang tua berkata kepadanya.   Suara itu datangnya dari sebelah kanan dinding kamar tahanan- "Hei.   bocah, untuk apa kau ribut-ribut? Diamkan saja.   nanti juga sudah menjadi biasa lagi kau tidak akan merasakan apaapa."   Ho Tiong Jong merasa malu mendapat teguran tadi.   Memang tidak semestinya ia berteriak-teriak seperti kebakaran jenggot disebabkan merasa seperti digerumuti semut saja kakinya.   Mungkin karena pengaruhnya air, yang sebentar lagi kalau sudah biasa kakinya terendam disitu akan tidak dirasakan pula yang demikian itu.   la celingukan mencari dari mana datangnya suara tadi.   ia tahu benar datangnya dari samping sebelah kanan, akan tetapi tidak kelihatan disitu mata hitungnya manusia.   Adakah setan penunggu disitu yang berkata-kata tadi? Demikian ia menanya pada dirinya sendiri.   "Kau siapa?"   Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tiba-tiba ia menanya, setelah mencari orangnya sia-sia saja.   "Ha ha ha "   Kedengaran orang tadi tertertawa "aku disini ditahan dikamar sebelah kau.   Aku ditahan disini sudah dua puluh tahun lamanya.   Aku tahu sudah banyak orang yang ditahan ditempatmu itu, akan tetapi di tahan tidak lama, maka aku percaya kaupun tidak akan mengalami penahanan yang lama."   Ho Tiong Jong lega hatinya, karena suara tadi suaranya manusia, bukannya setan seperti yang diduga semula.   Tapi, diam diam ia merasa heran, sebab apa orang itu ditahan disitu hingga sudah dua puluh tahun lamanya? Sementara itu ia merasakan air naik semakin tinggi, ia menanya.   "Lopek aku disini kerendam air sampai dipaha, apakah dikamarmu juga kerendam?"   "Tadinya betul ketika aku masih ditahan ditempat tahanan lain suka kerendam air akan tetapi sejak aku dipindahkan kesini, aku tidak mengalami lagi kerendam. Hanya saja kakiku sudah kena penyakit reumatik sehingga sukar digerakkan- Kalau sampai kini aku masih hidup terus, karena aku masih berpengharapan suatu hari aku dapat keluar dari kamar tahapanmu dan melihat lagi sinarnya matahari yang terang benderang."   Ho Tiong Jong berduka hatinya mendengar perkataannya si orang tua tadi.   Pikirnya, orang tua itu yang ditahan sudah dua puluh tahun lamanya masih memikirkan mau hidup, tapi dirinya sendiri bagaimana? Dalam tempo tiga hari setelah terkena racunnya Tok kay jiwanya akan melayang, mana ia berani mengharapkan hidup? Ia menghela napas beberapa kali, mukanya menjadi pucat dengan tiba-tiba.   Terdengar orang tua tadi berkata lagi.   "Bocah, kau ini berbuat kesalahan apa sehingga ditahan ditempat ini?"   "Ya, aku sendiri tidak tahu mengapa orang menahan aku disini? jawab Ho Tiong Jong dengan suara sedih.   "Bocah. kau ini rupanya terlalu banyak pikir hingga tidak tahu apa-apa. Tapi, ia, memang didunia ini banyak peristiwa yang tak dapat dijawab dan banyak kejadian yang tak dapat diusut sebab musababnya."   Ho Tiong Jong setengah mengerti, separuh tidak atas katakatanya si orang tua tadi. Ia menanya.   "Nah, lopek sendiri juga sebabnya apa ditahan disini, mengapa sampai ditahan begitu lama duapuluh tahun-"   Terdengar slorang tua menghela napas.   "Aku, aku..."   Jawab dengan suara getir.   "ditahan disini ada sebab. Mungkin aku akan ditahan seumur hidupku disini, mereka tidak akan melepaskan aku lagi. Sampai aku mati disini..."   "Kau kenapa, apakah kau ada bermusuhan dengan Seng Pocu?"   "oh bukan. Aku tidak punya permusuhan apa apa dengan Seng Pocu."   "Habis mengapa kau ditahan sampai begitu lama belum juga dikeluarkan-"   Terdengar orang tua itu menghela napas lagi. Sesaat lamanya keadaan menjadi sunyi, si orang tua belum memberikanjawa bannya. sedang Ho Tiong Jong tinggal menantikan dengan perasaan heran-Terdengar orang tua tadi berkata lagi.   "Bocah, kau tahu, aku ini ada satu akhli bangunan yang tersohor. Bangunan bangunan seperti benteng benteng, jembatan-jembatan dan lain-lainnya yang indah dan tersohor adalah aku yang membikinnya. juga rahasia banteng disini aku yang merencanakannya, justru lantaran mereka kuatir aku dapat membocorkan rahasia, maka mereka telah menghukum aku disini sampai puluhan tahun- Usiaku sekarang sudah tujuh puluh tahun, sedang benteng ini sudah dibangun setengah abad lamanya."   "oh, begitu ...?"   Menyelak Ho Tiong Jong.   "Ya, sebenarnya dalam benteng ini tidak ada rahasia apaapa yang berarti akan tetapi karena mereka takut oleh bayangannya sendiri telah menyekap aku sampai sudah dua puluh tahun lamanya. Sayang aku tidak berkepandaian silat, kalau ndak. hmm... orang orang macam itu dengan ilmu silat tidak seberapa tinggi juga sudah dapat dijatuhkan- Suhuku yang mengajar ilmu bangunan sebenarnya ada berilmu silat sangat tinggi, betul-betul sayang aku tidak belajar kepadanya."   Orang tua itu agaknya merasa sangat menyesal terdengar helaan napasnya beberapa kali, sehingga Ho Tiong Jong diamdiam ia merasa tahu juga.   "Tapi, bocah,"   Orang tua itu berkata lagi.   "kau jangan putus asa, karena dilihat dari air mukamu, kau ini dibelakang hari akan menjadi orang ternama. Apa yang dialami- mu sekarang, itu hanya sekedar melewati masa sialmu saja. Kau tentu mengerti, buat menjadi orang ternama, orang harus mengalami pahit getir dahulu, barulah mendapat nama yang termashyur."   Mendengar perkataannya si orang tua, Ho Tiong Jong geleng-geleng kepala dan hatinya sangat berduka mengingat akan jiwanya yang dapat hidup tidak lama lagi.   "Hmm...   "   Ia menggeram duka.   "kau mana tahu aku akan menjadi orang termasyhur? Sekarang saja aku sudah susah untuk meloloskan diri .Jangan lagi aku, sedang kau yang akhli dalam pembangunan tidak berdaya apa-apa. Jadi perkataan tentang orang harus bersusah payah dahulu baharu mendapat nama tersohor, semua itu hanya omong kosong saja...."   Ho Tiong Jong tekankan suaranya paling belakang begitu terharu. orang tua tadi terdengar tertawa, tapi padanya seperti yang sangat sedih. Setelah hening beberapa lamanya, Ho Tiong Jong menanya.   "Apa lopek ada murid satu satunya dari akhli silat dan bangunan itu.   "oh, tidak. tidak. Guruku ada mempunyai dua murid. Saudara seperguruanku bernama Sam Pek Sin, ia berguru dalam ilmu silat, sedang aku sendiri dalam ilmu bangunan."   "Lopek siapa namanya?"   "Aku co Kang cay."   "Dan guru lopek sendiri siapa namanya?"   "Suhu bernama In Kay."   Keadaan terdiam lagi beberapa lamanya. Terdengar sicrang ini yang mengaku bernama co Kang cay berkata lagi.   "Bocah, suhuku itu ilmunya sangat tinggi."Ia berilmu dua macam siiat dan bangunan-Suhengku Sam Pek Sin mendapat warisannya silat yang sangat tinggi sedang aku sendiri yang belajar ilmu bangunnya juga sudah menjadi akhli yang rasanya sukar mencari ke duanya, kecuali suhuku sendiri."   Ho Tiong Jong terbelalak matanya mendengar co Kang cay memuji dirinya sendiri punya kepandaian- "Begitu jempol"^ nyeletuk Ho Tiong Jong.   "Bocah, aku bukan bicara besar, tapi memang itu sudah menjadi kenyataan, Akhli-akhli bangunan lain, tidak ada yang ketika diajak masuk misalnya kedalam satu bangunan benteng dapat mengetahui lantas keadaannya disitu. Tapi aku sendiri begitu masuk dan memeriksa sebentara n keadaannya lantas mendapat tahu apa apa yang ada dalam bangunan itu, seperti umpamanya ruangan atau jalanan dibawah tanah dan lainlainnya, yang dirahasiakan oleh pemiliknya."   Ho Tiong Jong tertarik hatinya, ia angguk-anggukkan kepalanya.   "Aku mau ceritakan padamu suatu rahasia."   Melanjutkan co Kang cay.   "apakah, kau suka mendengarnya ?"   "Silahkan cerita."   Jawab Ho Tiong Jong tanpa ragu-ragu.   "Disatu kota bernama Yang co ada satu bangunan gunung. Kalau dilihat sepintas lalu seperti gunung kecil saja, puncaknya ada sangat lancip. Disitu ubin-ubinnya dari batu marmer yang serupa kembangnya. Indah sekali dan mengherankan- Bentuknya gunung ini segi empat, panjang lima tumbak. lebar lima tumbak dan tingginya juga lima tumbak. Di tengahtengahan ini kosong, keadaan sebelah dalamnya dihias sangat menarik hati dan di situ ditempatkan sebuah peti mati dari batu."   "Siapa punya peti mati ?"   Nyeletuk Ho Tiong Jong.   "Kau jangan potong ceritaku, kau dengarkan dahulu,"   Kata Co Kang Cay. Ho Tiong Jong nyengir dan anggukan kepalanya. Co Kang Cay meneruskan ceritanya seperti berikut.   "Bagunan gunung itu kiranya dibangun oleh seorang hartawan pada jaman akhirnya dinasti Sui. Untuk mengongkosi bangunan itu, si orang hartawan telah menghamburkan kekayaannya lebih dari separuhnya. Pada waktu bangunan itu sudah selesai tiba-tiba tidak kelihatan lagi akhli- akhli yang membangunnya. Menurut dugaan orang mereka telah dibunuh oleh seorang hartawan bernama Kim Pek Ban karena diatas gunung itu ada kedapatan dua mayat. orang menduga dua mayat itu adalah akhli- akhli bangunan yang tidak munculkan dirinya pula. Kedalam bangunan rahasia itu belum pernah ada orang yang- dapat masuk, karena dinding batu gunung itu tebalnya tidak kurang diti satu tumbak dari atas sampai kebawah tidak kedapatan barang satu lobang, sedang fondamennya, sedalam tujuh delapan tumbak. Bagaimana Kim Pek Ban menjadi seorang hartawan, menurut orang cerita katanya ia ada mempunyai dua benda ajaib. Yang satu berupa baskom. Barang apa saja yang ditaruh dalam baskom ini akan penuh sebaskom. Misalnya satu gram emas ditaruh dalam baskom itu akan menjadi sebaskom emas, dengan begitu mana Kim Pek Ban tidak menjadi seorang hartawan? Yang satu lagi ada sebuah benda merupakan patungnya satu nona cantik dan elok bahannya terbikin dari batu kumala yang bersifat hangat, batu ini didapat dari luar negri dalam gunung dewa, namanya Ban nian oen-giok (batu kumala yang hangat puluhan ribu tahun) Khasiatnya patung nona cantik dari bahan batu kumala hangat ini, adalah lebih aneh lagi. Patung itu lemas seperti juga tubuhnya satu gadis cantik, kalau dipeluk hawa hangatnya lebih dari nona cantik yang hidup, Keajaibannya bukan sampai disitu saja lantas keesokan harinya rasa letih dan tidak bernapsu menjadi hilang, terganti dengan rasa segar dan bersemangat. orang yang berkepandaian ilmu silat. jikalau tidur dengannya bukan hanya dapat hasil seperti disebut barusan saja, tapi semakin lama tidur dengannya semakin merasakan perubahan bagi dirinya. Urat-urat dan tulang-tulangnya menjadi kuat dan awet muda."   Ho Tiong Jong sangat ketarik dengan ceritanya co Kang cay.   Ia jadi ngelamun, apakah benar didunia ada dua benda yang demikian ajaibnya? Kalau benar patung sicantik itu dapat membikin orang awet muda dan tidak bisa mati.   mengapa Kim Pek Ban akhirnya mati juga? Memikir kesana, ia lalu menanya.   "Co lopek patung itu dapat membikin-orang terus muda, tapi mengapa Kim Pek Ban tokh menemui kematiannya juga ?"   Co Kang Cay tertawa terbahak-bahak.   "Bocah, memang kalau tidak tahu duduknya perkara yang akan mengadukan pertanyaan seperti barusan-"   Ho Tiong Jong membisu.   Co Kang Cay kemudian, memberikan keterangan seperti berikut tentang dirinya Kim Pek Ban- "Tentang Kim Pek Ban ada mempunyai dua benda ajaib itu telah sampai dikupingnya raja Sui yang-tek.   Keinginan untuk memilikinya lantas timbul sebegitu lekas sang raja mendapat kabar itu.   Karena kalau terang-terangan melakukan perampasan dirumahnya Kim Pek Ban ada kurang baik di pemandangan rakyat, maka dengan diam-diam raja sui yang-setelah mengirim beberapa orangnya untuk menangkap Kim Pek Ban- Kerajaan Sui yang-tepada waktu itu sudah bobrok, rakyat sudah tidak takut lagi kepada rajanya.   Maka ketika orangorangnya raja datang, dengan diam-diam Kim Pek Ban telah menyuruh jago-jagonya yang melindungi dirinya membasmi orang-orangnya raja dan mayatnya semua ditanam dengan cara rahasia.   Kejadian ini lama-lama diketahui oleh raja, maka beliau mengirim lagi beberapa orangnya yang berkepandaian silat tinggi, akan tetapi tidak juga berhasil, malah bukan sedikit orang-orangnya yang telah menemui ajalnya.   Karena mana, Sui-yang-tee menjadi sangat marah, beliau lantas mengirim sepasukan tentara untuk membasmi KimPek Ban sekeluarga.   Tapi justru waktu itu Kim Pek Ban sudah selesai dengan bangunan gunung- gunungannya, maka dengan membawa benda wasiatnya ia telah masuk kedalam bangunan itu dan mulai tidak ada kabar beritanya lagi.   "Tapi co lopek ada akhli bangunan yang jempolan, tentu sudah tahu disebelah mana jalanan masuknya kesitu, bukan?"   Nyeletuk Ho Tiong Jong.   "Bocah, memang mestinya begitu Tapi apa mau dikata, meskipun aku sudah mempelajari sekian lamanya hal bangunan itu masih belum mendapat tahu kunci jalan masuknya kedalam bangun itu."   Co Kang cay tidak meneruskan bicaranya, karena tiba-tiba mendengar ada suara tindakan kaki mendatangi, kemudian disusul dengan suara ketawanya dari orang perempuan-Pada saat itu air telah merendam Ho Tiong Jong sudah setinggi dadanya dan betul betul ia merasa kecewa kalau nanti mati konyol dengan cara begitu.   Ia menduga yang datang itu tentu Seng Giok Cin maka ia pura-pura memejamkan matanya, tidak mau melihat pada si nona.   Yang datang itu menang betul nona Seng.   Ia menghampiri Ho Tiong Jong dan memegang rantai yang mengikat lehernya si pemuda, apa mau bau harum dari si nona yang menusuk hidungnya Ho Tiong Jong telah membikin pemuda itu tak tahan untuk tidak membuka matanya yang dipejamkan tadi.   Hatinya berdebar juga ketika melihat sinona hanya dalam jarak setengah kaki saja daripadanya, pandangan mata muda mudi itu telah kebentrok.   Wajahnya si nona yang cantik jelita saat itu kelihatan menyungging senyuman yang tak mudah dilupakan oleh Ho Tiong Jong yang merasa menanggung budi besar pada si nona.   Untuk menekan debaran hatinya, Ho Tiong Jong tundukan kepala sambil melempangkan kakinya yang sudah jadi kepegalan sedari tadi direndam dalam air.   "oh, kau direndam dalam air? Kasian..."   Terdengar si nona berkata sambil bersenyum menggiurkan. Tapi Ho Tiong Jong tidak menjawab, ia hanya tundukkan kepalanya saja.   "Hei, kau sudah bisu. kenapa tidak menjawab orang berkata-kata?"   Tegur sinona.   -oo0dw0oo- XIII.   KIM HONG JIE SI LINCAH NAKAL Ho Tiong Jong masih tetap membisu dengan tundukan kepala, seakan-akan ia lebih suka memandang bayangannya si nona dimana air daripada melihat wajah aslinya.   Hal mana membuat si nona tidak sabaran, tangannya yang halus dan menyiarkan bau harum telah memegang janggutnya si pemuda didongaki.   "Hai kau jangan begini macam Lihat aku, kita dapat berunding bagaimana baiknya..."   "Berunding dalam hal apa?"   Memotong Ho Tiong Jong.   "Ayah sebenarnya hendak membunuh kau,"   Jawab si nona.   "tapi aku sudah mencegahnya, sebab aku ada mempunyai lain maksud terhadap kau."   "Bagaimana dengan Kho toako?"   Si pemuda menyimpang dari pembicaraan Seng Giok Cin mendelu juga hatinya, tapi ia terpaksa menjawabnya.   "Hmm Peristiwa Kho Kie dengan pelayanku Kang cice in sebenarnya agak mengherankan. Pelayanku amat cinta kepada Kho Kie yang bertubuh lucu itu. Berdua sudah sama-sama terbang meninggalkan rumahku, Pada saat Cioe in dengan Kho Kie hendak meninggalkan rumahku, aku telah memberi banyak uang kepada Cioe in. Aku tidak tahu mereka itu sudah terbang kemana."   "Aaaa itu baik sekali"   Mengejek Ho Tiong Jong.   "Kho toako seumur hidupnya sendirian saja, sekarang sudah mendapatkan jodonya, betul-betul aku mimpipun tidak menyangka akan kejadian itu. Tapi aku sudah berjanji dalam tempo tiga hari akan berjumpa dengannya."   "Kau jangan memikirkan diri lain orang pikirkan dirimu sendiri saja."   "Rasanya, aku sendiri tidak akan kawin Aku akan hidup seperti Tok kay..."   "Hei, apa hubunganmu dengan Tok kay?"   "Ya, sebenarnya aku tidak enak hati terhadap Tok-kay itu. ia sudah mengajari aku ilmu silat yang istimewa, tapi aku masih membunuhnya juga. Aiii..."   Kata-katanya dipotong oleh nona Seng.   "Aiii, kenapa sih?"   "Baiknya aku sudah menanam mayatnya sebagai perasaan terima kasihku."   Seng Giok Cin bersenyum urung mendengar bicaranya Ho Tiong Jong.   "Sekarang hatiku sudah merasa lega."   Katanya.   "Lega lantaran apa?"   Tanya si pemuda heran.   "Lega karena sekarang aku mendapat kepastian kau ada seorang pembasmi kejahatan dan kekejaman- Tadi pagi, hampir-hampir saja aku membunuh kau karena aku melihat gaya seranganmu seperti ilmu serangannya Tok kay, musuh suhuku."   Ho Tiong Jong menatap wajah si gadis dengan tidak berkata-kata. "Kau tahu..."   Kata pula si nona.   "   Lantaran gara-gara kematian Tok kay telah menyeret dua orangku menemukan ajalnya."   "Bukan mayatnya aku sudah tanam, bagaimana bisa menyeret dua orangmu?"   Tanya Ho Tiong Jong heran- "Itulah karena si Ular Kumbang Tham Kek yang konangan-"   Jawab si gadis.   "Kami ada mengirim orang ke kuil dimana kau berdua, dibawah pimpinannya Si Ular Kumbang, yang telah memberitahukan kepada kami halnya Tok- kay dengan kau ada disitu. Tidak tahunya kau dengan Tok-kay sudah tidak ada pula dalam kuil itu, hanya yang terlihat oleh si Ular Kumbang darah berceceran di lantai. Dalam penyelidikannya lebih jauh kedapatan olehnya satu kuburan disamping kuil tampaknya baru saja orang mengubur mayat didalamnya. si Ular Kumbang dengan orang-orangnya untuk membongkar kembali kuburan itu. dan ia dapatkan mayatnya Tok-kay dengan kepalanya yang sudah terpisah ..."   Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Ho Tiong Jong tampak kerutkan alisnya mendengar penuturan si nona.   "Setelah si Ular Kumbang kaget sebentaran,"   Meneruskan sinona.   "dilihat olehnya senjata bandringan Tok-kay yang seperti bola. ia lalu ambil benda itu dan dikocok-kocok di dekatkan kekupingnya. Tidak terdengar apa-apa isinya. Dalam penasaran ia sudah kocok kocok pergi datang lagi benda itu hingga terbuka sebuah lubang, ia lihat didalamnya seperti tidak ada apa-apa. Dasar dia harus mati, bolehnya dia ini sudah memasukkan sebuah jarinya kedalam lubang tadi. Berbareng jarinya dimasukkan matanya tampak terbelalak dan menjerit perlahan, kemudian telah rubuh dengan tidak ingat lagi dirinya untuk selama-lamanya. la telah mati disitu juga...."   Si nona berhenti sampai disini dan mengawaskan wajah Ho Tiong Jong yang tampan menawan, dua pasang mata telah kebentrok lagi. Dua-duanya berdebar hatinya.   "Lantas bagaimana?"   Ho Tiong Jong menanya. Seolah-olah dengan pertanyaan itu ia hendak menekan debaran hatinya. Setelah mengerlingkan matanya dan bersenyum memikat, Seng Giok Cin meneruskan ceritanya.   "Salah satu anak buahnya melihat si Ular Kumbang rubuh, sudah lantas turun tangan hendak menolonginya, tapi... ketika tangannya menyentuh tubuhnya dia pun lantas membelalakan matanya dan kemudian rubuh mati."   "Itulah tentu karena racun ularnya Tok-kay yang berbisa."   Nyeletuk Ho Tiong Jong.   "Ya, rupanya begitu. Maka, setelah melihat kejadian berbahaya itu, yang lain-lainnya tidak berani menyentuh badannya dua korban itu dan lalu melaporkan kerumah. Kami lalu mengirim si Rajawali Botak Ie Yong ke-sana untuk mengurusnya."   Ho Tiong Jong terdengar menghela napas.   "Kalau dipikir, perbuatanku membunuh Tok kay memang kejam, akan tetapi kalau mengingat bahwa perbuatanku itu untuk membebaskan sesama manusia dari keganasannya aku tidak merasa menyesal. Dia sudah mati tapi toch meminta dua orang korban, sungguh kematiannya itu tentu membawa penasaran"   La berkata demikian teringat akan dirinya sendiri yang tidak lama lagi juga akan meninggalkan dunia yang fana ini.   karena racun berbisa dari Tok-kay.   Tampak mukanya muram dan berduka sekali.   Seng Giok Cin melihat Ho Tiong Jong berduka dikiranya ia merasa cemas direndam di situ, maka ia lalu berkata.   "Kau sabar saja dahulu. Kabar tentang kau ditahan dalam tahanan disini telah kami uwarkan, nanti diam diam ada orang yang menyaksikan kau disini, setelah itu nanti aku akan melepaskan padamu."   "Hei, dari sebab apa kau mau melepaskanku?"   "   Karena kami perlu memakai tenagamu."   Ho Tiong Jong geleng-gelengkan kepala. "Meskipun jiwaku hanya tinggal semalam lagi, aku tidak mau mengerjakan urusan kalian, ah..."   Ia tak dapat melampiaskan kata-kata.   Sebenarnya ia hendak berkata bahwa nona Seng memang seorang yang baik, tapi ada seorang jahat.   Tidak mau diperalat oleh seorang jahat.   Hanya saja ia tidak mau berterus terang pada Seng Giok Cin kuatir kalau nona itu menjadi berduka.   "Kau jangan kuatir, Ayahku tak nanti menyuruh kau berbuat..."   Ho Tiong Jong menggeleng gelengkan kepala saja, seolaholah ia sudah menolak dengan pasti keinginannya orang yang hendak memperalat dirinya. Seng Giok Cin kecewa kelihatannya. Parasnya menjadi berubah sungguh-sungguh.   "Nah, kalau begitu aku tidak hendak minta pertolonganmu lagi. Aku sekarang pergi, harap saja aku dapat menengoki kau lagi disini selekasnya."   Sambil berkata Seng Giok Cin melepaskan rantai yang dipegangnya tadi dan mendorong pundak si pemuda, seolah olah yang ngambil karena kehendaknya.   Sebentar lagi si jelita sudah lenyap dari pemandangan Ho Tiong Jong, setelah lebih dulu terdengar suaranya pintu besi yang ditubruk.   Ho Tiong Jong menghela napas.   "IHm.... sebenarnya dia mau suruh aku bekerja apa?"   Ia menggerendeng sendirian. Terdengar suaranya Co Kang Cay berkata.   "Hei, bocah, kau tak perlu bersusah hati. Nona itu kelihatannya mau memperalat kau. tapi kau juga sebaliknya dapat memperalat mereka "   Ho Tiong Jong terkejut sejenak.   "Hm..... kau orang tua mana tahu urusan- ku."   Jawabnya kemudian "Urusan apa ?"   "Aku karena nona Seng telah membunuh Tok-kay."   "   Kenapa karena nona Seng, kau membunuh orang yang telah menurunkan pelajaran padamu?"   Ho Tiong Jong meughela napas.   "Co lopek kau tidak tahu, Nona Seng itu hatinya sangat baik, beberapa kali dia telah mengulurkan pertolongan padaku. Maka untuk membalas budinya, aku tak dapat menolak permintaannya. Cuma saja, aku tidak ingin diperalat oleh ayahnya yang jahat. Bagaimana aku harus berbuat? Kalau untuk nona Seng, sekalipun aku harus mengorbankan diriku, aku rela untuk membalas budinya yang besar."   "Kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa kau membunuh Tok-kay."   "Ya, aku membunuh dia karena pertama hendak melenyapkan kekejamannya terhadap sesama manusia dan kedua ingin membantu nona Seng menyingkirkan musuhnya."   "ow, begitu? Sayang kau tak dapat menggeserkan tubuhnya untuk mendekati aku disini, aku masih ada mempunyai cerita yang akan membikin kau kagum."   Ho Tiong Jong tidak perhatikan bicaranya Co Kang Cay, sebab pikirannya melayang kepada nona Seng, si cantik jelita yang telah membuang budi kepadanya. pikirnya.   "ayah nona Seng benar-benar hendak memperalat dirinya, maka juga jiwanya dikasih tinggal hidup, Melihat sendiri macam apa ayahnya si nona itu, ia yakin dirinya akan dipakai untuk melakukan kejahatan, la merasa cemas. nona yang begitu baik budi mempunyai ayah yang demikian jahat..."   Dilain pihak.   semua tetamu memikirkan jiwanya Tiong Jong.   Entah siapa yang membocorkan, semua orang telah tahu bahwa Ho Tiong Jong ditahan dalam kamar tahanan yang berair.   Kim Hong Jie yang memang sehaluan dengan Seng Giok Cin sudah tahu dimana Ho Tiong Jong ditahan, ialah diberitahu oleh yang disebut belakangan.   Hanya saja Seng Giok Cin tidak memberitahukan hal yang sebenarnya mengapa Ho Tiong Jong ditahan? tidak di bunuh.   Sementara itu si Rajawali Botak Ie Yong sudah kembali dari perjalanannya membereskan kematiannya si Ular Kumbang.   ia kembali dengan membawa senjata bandringannya Tok kay.   ialah bola yang didalamnya ada tersimpan ular berbisa yang telah menggigit jarinya si Ular Kumbang hingga binasa.   Benda ini ada sangat berbahaya, maka setelah diperiksa oleh Seng Pocu, sesuai dengan usulnya si Rajawali Botak.   benda berbahaya itu ditanam ditempat yang jarang dilalui orang.   sekarang kita ajak pembaca menengok keramaian orang pukul luitay.   Pada waktu itu yang menjadi wakil Tay-cu ada orang she Ho bernama Yaa.   ia seorang berpengawakan tinggi besar dan gagah sekali, ditambah dengan mukanya yang penuh berewok tampaknya ia beroman bengis, ia perkenalkan namanya pada sekalian tetamu Kemudian menyilahkan orang yang berminat naik keatas luitay.   Lama tidak ada orang yang menyambut undangannya itu, tiba-tiba seorang pemuda yang berpengawakan tegap dan gagah bangkit dari duduknya dan jalan menghampiri ke panggung luitay itu.   Kiranya ada, Hoan Siang Jie, seorang jago pemuda dari kun-lunpay.   Ia jalan melewati Seng Giok Cin dan Kim Hoan Jie duduk menonton dan bersenyum kearah dua nona elok ini, yang telah disambut dengan senyuman juga hingga membikin hatinya Hoan Siang Jie sangat girang.   Matanya tampak menatap pada Seng Giok Cin saja sambil terus bersenyum.   "Nah dia terus-terusan melihat kau saja encie Giok."   Kata Kim Hong Jie sambil mengutik lengan sang kawan- "Seharusnya jangan lupa kau sembahyang supaya dia peroleh kemenangan"   Sujennya semakin menyolok saja memikat hati jika nona Kim sedang tertawa. Nona Seng yang digodai sang kawan pelototkan matanya.   "Adik Llong, kau nakal."   Kata Seng Giok Cin sambil mencubit pelahan lengannya Kim Hong Jie.   "IHei, kau kenapa mencubit aku,"   Teriak nona Kim pelahan sambil tangannya mengusap-usap lengan yang dicubit barusan seperti yang kesakitan- "Sebentar aku akan suruh dia membalas mencubitmu."   "dia siapa, adik Hong?"   "Dia, janih, nah kau lihat dia sudah lompat naik keatas panggung."   Kembali Seng Giok Cin hendak mencubit adik hong-nya yang nakal, tapi Kim Hong Jie sudah mengegos sambil ketawa cekikikan- "Awas ya, ada satu waktu aku nanti bikin perhitungan denganmu,"   Kata Seng Giok Cin sambil bersenyum.   Kedua gadis elok yang merupakan kembangnya diantara semua gadis yang ada disitu, terus bercanda sambil ketawaketawa.   Hoan Siang Jie yang sudah berada diatas panggung melihat mereka sudah menjadi senang hatinya karena mengira bahwa dua gadis itu ada ketarik pada dirinya.   Ho Yan menyambut kedatangannya Hoan Siang Jie dengan hormat.   Meskipun ia tahu bahwa Hoan Siang Jie masih mudah belia, akan tetapi karena tahu anak muda itu ada dari partai Kunlun- pay, tidak berani sembarangan memandang rendah.   "Aku girang saudara Hoan ada minat untuk naik diatas panggung,"   Demikian katanya ketika Hoan Siang Jie sudah berhadapan dengannya.   "Saudara IHo, harap kau nanti tidak mencela kejelekannya kalau sebentar aku perlihatkan padamu.   "   Demikianlah, keduanya setelah mengucapkan perkataan perkataan sungkan, lantas mulai bergerak dengan tangan kosong.   Hoan Siang Jie tahu lawannya bertenaga sangat kuat, maka ia tidak berani keras lawan keras.   Serangan-serangan Ho Yan hebat dan menakutkan, karena anginnya saja sudah begitu kuat menyambernya.   Meskipun begitu ia berkelahi dengan hati-hati, karena tahu lawannya bukan lawan sembarangan- Demikian keduanya saling serang dengan seru.   Tampak Ho Yan mendesak lawannya dan tidak memberikan kesempatan untuk membalas menyerang, tapi Hoan Siang Jie telah beri perlawanan yang tenang sekali, ia kelihatan sangat gesit dan lincah sekali, badannya terputar-putar mengelilingi panggung untuk membebaskan diri dari serangan Ho Yan yang lihay.   Caranya ia beraksi sangat menarik perhatian hingga banyak penonton yang bersimpati kepadanya.   Kim Hong Jie gembira nampak jalannya pertandingan yang meski kelihatannya hebat dan seru tapi tidak telengas dan menggiurkan jiwa.   Maka ia berkata dengan pelahan pada Seng Giok Cin.   "Enci Giok, ini baru yang dinamakan mengadu kepandaian mengumpulkan sahabat yang sejati..."   Khoe Cong yang melihat mereka kasak-kusuk mata alap alapnya mengawasi saja pada si cantik Seng Giok Cin. "Hmm, pertandingan apa ini tidak menggerakan semangat sama sekali "   Demikian ia menyela. Seng Giok Cin mendelu hatinya mendengar perkataannya Khoe Cong, apalagi melihat ia terus-terusan mengawasi dirinya sudah makin jemu saja. Dengan tidak mengambil perduli kepadanya, nona Seng berkata pada Kim Hong Jie.   "Adik Hong, kau benar.. Coba lihat dia punya bermainan silat, benar-benar Kun lun-pay tidak sembarangan mendidik orang-orangnya. Dia gagah dan lincah. Kalau sebentar dia mengeluarkan kepandaiannya betul-betul rasanya HoJan tidak sampai tiga puluh jurus sudah kena dikalahkan olehnya."   "Enci Giok. pandanganmu tepat sekali, biar kita lihat bagaimana kesudahannya dua jago itu bertanding."   Khoe Cong mendengar dua gadis itu pada memuji dirinya Hoan Siang Jie, cepat tarik pulang celaannya tadi dan berkata.."Memang betul, ilmu silatnya orang she Hoan itu tinggi dan bagus sekali."   La berkata demikian untuk membikin senang hatinya dua gadis elok itu, karena ia sangat naksir kepala mereka.   Hanya saja ia tidak mengingat akan mukanya yang buruk dan tingkahnya yang menyebalkan, hingga gadis mana juga jemu kepadanya.   Diatas panggung, Hoan Siang Jie dapat kesimpulan bahwa lawannya seperti yang menghendaki pertandingan sampai tiga puluh jurus, kemudian diganti dengan pertandingan menggunakan senjata.   Oleh sebab mana, ia tidak balas menyerang lawannya, hanya berkelit berputaran diatas panggung.   Benar saja akhirnya pertandingan dinyatakan seri setelah melewatkan tiga puluh jurus.   Mereka tampak ketawa tawa dan saling memberi hormat.   Kemudian pertandingan dilanjutkan dengan menggunakan senjata.   Ho Yan menggunakan senjata sepasang pentungan, selang Hoan Siang Jie sebilah pedang untuk mempertahankan kehormatannya.   Ketika Ho Yan mencoba sepasang pentungannya.   kedengaran suara "wut wat"   Suatu tanda bahwa tenaga dalamnya orang she Ho tak boleh dipandang enteng.   juga Hoan Siang Jie mencoba kibas kibaskan pedangnya, jugalelah perdengarkan suara nyaring dan angin santar.   Jago Kun lun-pay iiu berdiri tegak dengan pedang dirapatkan pada sikutnya, kemudian sendai pedang dimiringkan mengacung ia mempersilahkan lawannya menyerang terlebih dahulu.   Dalam pertandingan ini Hoan Siang Jie menggunakan ilmunya yang dinamai "Tanduk naga menggempur, yang mempunyai dua daya guna, yalah menjaga diri dan menyerang.   Satu ilmu yang sangat diandalkan dalam partainya.   juga kun-lun-pay ada menurunkan pada anak muridnya ilmu yang dinamai Thian liong IHeng kang atau Berjalannya tenaga naga sakti suatu ilmu serangan yang dahsyat sekali.   Ho Yan tidak berani sembarangan menyerang, ia menggunakan sepasang pentungannya dengan sangat hatihati.   Belum beberapa lama bergebrak lantas terdengar suara "tang"   Kilaunya sebilah pedang.   Hoan Siang Jie, telah menyontek pentungan lawan- Gerakan itu tampaknya sederhananya, akan tetapi mengandung tenaga kekuatan yang tidak diduga-duga, sebab pentungannya ho Yan yang tersontek hampir saja terlepas dari cekalan- Tidak heran kalau siorang she Ho menjadi kaget dibuatnya.   Seng Giok Cin kagum melihat gerakan Hoan Siang Jie itu, maka ia berkata kepada Kim Hong Jie.   "Adik Hong kau lihat, apa salah kalau pandanganku dia akan merupakan pendekar ternama dikemudian hari? Lihat dia punya mata, semangat dan kemasan digunakan serentak dalam penyerangannya, betul-betul hebat...."   Kim Hong Jie kerutkan alisnya yang lentik menarik.   "Ya, katanya, kalau sontekan demikian saja tidak dapat memainkannya, mana dapat dia masuk dalam rimba persilatannya ?"   Ho Yan sudah keteter, untung baginya gwakang (tenaga luar) cukup mahir, hingga menggunakan pentungannya untuk menjaga diri terus-terusan- Biarpun bagaimana hebat serangan lawan, ternyata tak dapat menembusi pertahanannya.   Ia dapat mewaraskan dirinya pada pertandingan persahabatan, tidak mau berlaku nekad-nekadan yang tidak ada perlunya.   Hoan Siang Jie berdasarkan latihan Iwee-kang amat memperhatikan musuhnya punya gerak-gerik, kalau musuh menyerang pasti ia balas menyerang dengan kontan, tapi kalau lawannya diam ia nya hentikan serangannya.   Diantara tetamu yang menonton, banyak yang menilai bahwa Ho Yan bukan tandingannya Hoan Siang Jie.   Golok Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Penonton kini hanya tinggal menunggu, bagaimana sebentar kalau orang she Hoan itu menghadapi Pek Boe Taysu yang mendapat gilirannya menggantikan Ho Yan, apakah ia sanggup menandinginya atau tidak.   Pek Boen Taysu juga kelihatan sudah bersiap-siap bangkit dari duduknya.   Seng Eng yang melihat sahabat karibnya hendak naik panggung sudah berkata.   "Taysu.   orang itu benar bagus ilmu silatnya.   Apakah Taysu hendak menempurnya?"   Pek Boe Taysu sudah hendak menjawab, tapi urung karena melihat keatas panggung berkelahi tampak Ho Yan sedang marah marah katanya.   "Aku sudah menerima pelajaran istimewa dari Kun-lunpay. Ilmu silatmu tinggi. Aku mulai hari ini tidak akan melupakan untuk pelajaranmu ini."   Ho Yan berkata sambil lompat turun dari luitay.   Rupanya Hoan Siang Jie keterlaluan mengocok Ho Yan yang sudah tidak berdaya, maka telah membikin orang she Ho itu marah dan mengucapkan kata katanya tadi.   Kauw Sang Ngo, susioknya Hoan Siang Jie melihat kejadian tersebut telah mengkerutkan alisnya dengan tidak berkita apaapa.   Seng Giok Cin melihat Pek Boe Taysu yang akan naik panggung diam-diam dalam hatinya mengeluh.   Hoan Siang Jie mana dapat melayani Pek Boe Taysu yang ilmunya tinggi? Maka ia tidak bernapsu untuk menontonnya, lalu bangkit dari duduknya berjalan pulang kerumah.   Kim Hong Jie tidak membiarkan nona Seng pergi begitu saja, maka ia sudah lompat mengejar.   "Enci Giok. kau mau kemana?"   Tanyanya sambil memegangi lengan orang. Seng Giok Cin tidak menjawab.   "Aaa, aku tahu."   Katanya lagi Kim Hong Jie.   "kau tentu mau menengoki Tiong Jong dalam kamar tahanan berair, bukan?"   Seng Giok Cin bersenyum.   "Aku ikut,"   Kata Kim Hong Jie. Seng Giok Cin anggukkan kepalanya. Mereka kemudian jalan sama-sama menuju ke-tempat tahanan Ho Tiong Jong. Tidak berapa lama mereka sudah sampai ketempat tujuannya. Sambil menunjuk pada pintu besi, Seng Giok Cin berkata.   "Nah, didalam kamar itulah Ho Tiong Jong ditahan-"   "Mari kita masuk."   Kim Hong Jie mengajak seraya menarik tangannya Seng Giok Cin menghampiri pintu besi tadi.   Pintu dibuka, mereka berjalan mnsuk dan melihat dari atas tangga kebawah HoTiong Jong kelihatan sama sekali tidak takut mati.   la masih berdiri tegak di rendam dengan air hingga dadanya.   "Adik Hong, tuh dianya Ho Tiong Jong"   Kata Seng Giok Cin sambil menunjuk dengan jarinya. Kim Hong Jie mengawsi kearah yang ditunjukkan, benar saja Ho Tiong Jong ada disana.   "Mari kita turun"   Nona Kim mengajak.   "Dia suka marah-marah, kalau nanti di marahi dan angkar kaki, aku tanggung jawab, ia"   Jawab seng Giok Cin. Kim Hong Jie kerutkan alisnya bersenyum.   "Kalau betul dia berani berbuat begitu kepadaku awas, aku nanti tinju mukanya, baru dia tahu rasa."   Katanya dengan jenaka sekali.   Seng Giok Cin yang merasa geli dengan kelakuannya sang kawan telah menekap mulutnya yang mungil menahan ketawanya.   Mereka lalu turun kebawah, tapi Seng Giok tidak turut menghampiri ketika Kim Hong Jie nyelonong terus mendekati Ho Tiong Jong.   Ho Tiong Jong kenali sang dara, ada Kim Hong Jie, tapi ia pura-pura tidak tahu, ia tinggal diam saja.   Terdengar Kim Hong Jie menegur.   "Hei, kau ini apa bukannya yang bernama Ho Tiong Jong."   "Betul aku Ho Tiong Jong. Kau siapa?" "Aku Kim Hong Jie"   Jawabnya bersenyum sepasang sujennya memain karenanya. Ho Tiong Jong menatap wajah si gadis sebentar lalu tundukkan kepalanya.   "Aku mau tanya kau, apa kau takut mati tidak?"   Kim Hong Jie menanya lagi. Ho Tiong Jong membisu.   "Hei, aku tanya kau, apa kau tuli tidak menjawab?"   Ho Tiong Jong mendelu hatinya, tapi ketika menatap parasnya si nona yang ramai dengan senyuman amarahnya lumer seketika.   "Ya,"   Jawabnya.   "aku bukannya orang luar biasa, mana tidak takut mati?"   Pikirnya Ho Tiong Jong, dengan menjawab begitu si nona akan membukai rantai dan totokan pada tubuhnya, kemudian ia bisa merdeka lagi.   la rela untuk membantu nona disampingnya yang dahulu pernah berbuat baik kepadanya.   Tapi ia tidak tahu pikirannya Kim Hong Jie ada lain- si nona pikir, kalau Ho Tiong Jong menjawab "tidak takut mati"   Ia akan membuktikan matanya menghajar pemuda itu.   Keduanya menjadi salah paham dalam anggapannya masing-masing.   si nona tiba tiba unjuk roman serius, ia mendekati Ho Tiong Jong.   tangannya diangkat seakan akan yang hendak menghajar muka si anak muda itu.   Ho Tiong Jong melihat kelakuannya Kim Hong Jie telah tertawa.   "Nona Kim."   Katanya.   "Kalau kau mempunyai keberanian teruskanlah tanganmu memukul diriku. Aku tak dapat menipu dan berkata bohong kepadamu."   Kim Hong Jie melengah ia tarik pulang tangannya sebentara n akan kemudian secepat kilat tangannya digerakkan memukul lehernya.   Seng Giok Cin yang menyaksikan itu sudah menjadi sangat kaget.   Cepatlah ia menghampiri dan menarik tangannya Kim Hong Jie diajak berlalu dari situ.   Dengan tergesa-gesa mereka naik tangga dan kemudian menggabruti pintu tahanan- Kiranya pukulan tadi dari nona Kim bukannya pukulan yang membinasakan sekali-pun kelihatannya dilakukan dengan hebat sekali.   Pukulan itu justeru yang membuka totokan pada jalan darahnya sipemuda.   Ho Tiong Jong tidak menyangka akan kejadian itu, hingga diam-diam bukan main girangnya.   Kiai ia sudah bisa gerakkan lagi tubuhnya dengan leluasa.   Seng Giok Cin dan Kim Hong Jie setelah berada diluar, telah membicarakan halnya Khoe Cong punya kelakuan dan pertandingan Hoa Siang Jie dengan Pek Boe Taysu bagaimana kesudahannya.   Kelakuannya Khoe Cong sangat ceriwis, mata nya yang seperti alap-alap selalu mengawasi orang, hanya muka tidak bosan bosannya, maka keduanya telah mengambil keputusan untuk seberapa bisa menjauhkan diri dari Khoe Cong dan tidak mau mengajak bicara pula.   Selagi mereka sedang enaknya berjalan hendak ke tempat pertandingan pula, tiba-tiba ada satu bayangan meluncur datang.   Kiranya bayangan itu ada Khoe Cong yang mereka sangat benci.   "Hei, nona-nona kemana saja kalian pergi?"   Tanyanya sambil cengar-cengir.   Menurut keputusan mereka berdua, memang sudah tidak kepinginan lagi bicara dengan orang ceriwis ini, akan tetapi karena ingin mengetahui kesudahannya pertandingan Pek Boe Taysu dengan Hoan Siang Jie, maka Kim Hong Jie terpaksa tekan rasa ditemuinya dan menanyakan pada orang she Khoe itu halnya pertandingan Pek Boe Taysu dengan Hoan Siang Jie.   "Hmm...."   Jawabnya, dengan nada suara tidak enak.   "Benar Pek Boe Taysu sudah bertempur dengan Hoan Siang Jie. akan tetapi kelihatannya ia menempur lawannya secara main-main saja."   Seng Giok Cin mendengar itu, dalam hatinya berpikir, mungkin kesudahan itu atas pesan ayahnya, yang tidak ingin melukai hatinya Kun- lun-pay, jangan menambah musuh lagi yang tidak ada perlunya.   Demikian, Seng Giok Cin lalu mengajak kawan-kawannya untuk pergi ke lapangan adu silat untuk menyaksikan pertandingan selanjutnya.   Ketika mereka lewat ditempatnya Hoan Sian Jie, nona Seng bersenyum dan manggut-kan kepalanya, yang telah disambut dengan gembira oleh pemuda kosen itu Tapi Khoe Cong yang melihatnya merasa cemburu, lantas saja keluarkan perkataannya yang mengejek.   "Siauwhiap benar benar jempol ilmu silatnya Kun- lun-pay tak usah malu diwakili olehmu. Nah sutera yang indah itu yang didapatkan sebagai hadiah tadi kini boleh diterimakan kepada nona Seng."   Hoan siang Jie memang ada menantikan nona Seng.   maka ia tidak mengubris kata-katanya Khoe Ciong tadi ia hanya menerimakan sutera hadiah dari kemenangan dalam pertandingan kepada nona Seng.   Kong Soe Jin, yang tertua dari Im yang Siang-kiam, tibatiba telah mendengarkan suaranya berkata.   "Ya, aku Khong Soe Jin, juga hendak naik panggung untuk mendapat segeblok kain sutera yang akan ku hadiahkan kepada nona Seng ha ha ha..."   Para tetamu yang mendengarnya menjadi melengak.   Perkataannya Kong soe Jin itu sungguh kasar sekali sebab tidak seharusnya ia berkata demikian kalau memang hatinya ada niatan untuk memikat hatinya putri dari Seng Pocu.   Kelakuannya dengan otomatis tampak menjemukan-Matanya terus menerus mengawasi pada siJelita Seng Giok Cin Kim Hong Jie sebal melihatnya, ketika ia melirik pada Khoe Cong, tampak pemuda muka buruk ini unjuk sikap yang gusar sekali? Wabahnya berubah bengis dan menakutkan matanya bersinar buas mengawasipada Hoan Siang Jie yang tengah menerimakan geblokan sutra kepada nona Seng.   Diam-diam Kim Hong Jie menghela napas.   Pikirnya, karena banyak pemuda yang setolol Khoe Cong ini, maka didunia sering terbit keonaran yang tidak diingini.   Perkataan Kong Soe Jin dibuktikan dengan melompat naiknya ia keatas panggung, hingga si hati Khoe Cong melototkan matanya lebar-lebar, kemudian ia anjurkan kawannya bernama Hui Seng Kang untuk melayani Kong Soe Jin.   Hui Seng Kang lalu minta permisi pada Seng Pocu untuk ia melayani Kong Soe Jin, untuk mana Seng Pocu tidak berkeberatan- "KAU juga ingin naik panggung, boleh saja,"   Kata Seng Pocu sambil mengurut- urut jenggotnya.   "tapi aku harap kalian berdua akan mengunjukkan ilmu silat yang sebaik-baiknya supaya penonton merasa puas. Nah, pergilah kau layani dia..."   "Terima kasih atas perkenan Pocu."   Kata Hui Seng yang lantas menghampiri panggung luitay.   Dengan sekali enjot saja badannya telah melayang dan sebentar lagi ia sudah berhadapan dengan Kong Soe Jin dengan mata melotot.   Kong Soe Jin lihat wajahnya Hui Seng Kang yang hitam legam ditambah dengan mata yang kejam dan licik, maka pikirannya ia harus berhati-hati melayaninya orang ini.   Setelah ia bersedia, lantas mempersilahkan lawannya menyerang.   Hui Seng Kang tidak sungkan-sungkan lagi, lantas gerakkan tangannya menyerang.   Betul hebat tenaga dalamnya orang she Hui itu, karena serangan dengan telapakan tangannya itu telah perdengarkan suara "wut wut"   Yang hebat sekali.   Kong Soe Jin tidak mengira bahwa tenaga dalam dan luarnya sang lawan ada demikian lihay, maka ia berikan perlawanan dengan hati-hati, supaya dalam sepuluh gebrakan saja ia sudah dapat menjatuhkan lawan-lawannya.   Hui Seng Kang melihat Kong Soe Jin tak berani menyambut keras lawan keras, maka ia terus melancarkan serangan yang bertubi-tubi, hingga penontonnya dibikin kagum oleh ilmu silatnya yang lihay.    Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Pedang Karat Pena Beraksara Karya Tjan ID Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini