Ceritasilat Novel Online

Kesatria Baju Putih 17


Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung Bagian 17


Kesatria Baju Putih Karya dari Chin Yung   "Guruku adalah bibinya. Dia pernah mempelajari tentang jebakan-jebakan pada bibinya, maka aku yakin dia dapat melewati jebakan-jebakan di markas sam Mo Kauw ini."   "syukurlah kalau begitu"   Ucap Toan Wie Kie.   "Aku tetap merasa heran,"   Ujar Toan Pit Lian sambil mengerutkan kening.   "   Heran kenapa?"   Toan Wie Kie memandangnya.   "Padahal Bu Lim sam Mo boleh menantang langsung pada Tio Cie Hiong, tapi kenapa mereka tidak mau menantang langsung? Apakah mereka bertiga masih bukan tandingan Tio Cie Hiong?"   Sahut Toan pit Lian dan melanjutkan.   "Apakah kepandaian Tio Cie Hiong sudah begitu tinggi, sehingga nyali Bu Lim sam Mo menjadi ciut untuk menghadapi Tio Cie Hiong?" (Bersambung ke Bagian 21)   Jilid 21 "Di rimba persilatan Tionggoan terdapat It ceng Ji Khie dan Sam Mo,"   Ujar Toan Wie Kie dan menambahkan.   "Kepandaian It ceng paling tinggiJi Khie dan Sam Mo boleh dikatakan seimbang, sedangkan Tio cie Hiong...."   Toan Wie Kie menggeleng-gelengkan kepala dan melanjutkan.   "Sungguh mengherankan, kenapa kepandaiannya bisa begitu tinggi?"   "Pada waktu itu..."   Ujar Gouw Sian Eng.   "Kakek dan ayahku pun tidak habis pikir tentang Kakak Hiong. Padahal Kakak Hiong tidak mau belajar itmu silat, tapi malah...."   "Kini berkepandaian begitu tinggi. Ya, kan?"   Sambung Toan Wie Kie sambil tersenyum.   "Ya."   Gouw Sian Eng mengangguk.   "Mungkin..."   Sela Toan Pit Lian.   "Itu sudah merupakan takdir, seperti kalian berdua...."   "Kalau begitu...."   Gouw Sian Eng tertawa kecil.   "Kak Lian juga akan ditakdirkan bertemu pemuda tampan yang baik dan berkepandaian tinggi."   "Mudah-mudahan"   Sahut Toan Pit Lian dan ikut tertawa iuga.   Wajah Lim Peng Hang ketua Kay Pang tampak serius sekali.   Begitu pula Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Gouw Han Tiong, Tok Pie Sin Wan, Tio cie Hiong, Lim ceng Im dan para ketua tujuh partai.   Di hadapan mereka berdiri seseorang berpakaian hitam, yaitu utusan Sam Mo Kauwcu atau Bu Lim sam Mo.   "Jadi sam Mo Kauwcu mengutusmu ke mari?"   Tanya Lim Peng Hang.   "Ya, Pangcu"   Orang berpakaian hitam mengangguk.   "Aku diutus ke mari untuk menyampaikan sesuatu kepada Pek Ih sin Hiap." "   Engkau ingin menyampaikan apa, beritahukanlah"   Ujar Tio Cie Hiong.   "sam Mo Kauwcu mengundang Pek Ih sin Hiap ke markas,"   Jawab orang berpakaian hitam memberitahukan.   "Dalam waktu tiga hari, Pek Ih sin Hiap harus sampai di sana."   "Hua ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa gelak.   "Mau apa sam Mo undang Pek Ih sin Hiap ke sana?"   "Maaf, aku tidak tahu."   "seandainya Pek Ih sin Hiap tidak bersedia memenuhi undangan sam Mo?"   Tanya Kim siauw suseng.   "Toan wie Kie, Toan pit Lian dan Gouw sian Eng berada di sana, tentunya Pek Ih sin Hiap tidak akan berkeberatan ke sana,"   Sahut orang berpakaian hitam.   "Apa?"   Gouw Han Tiong terkejut bukan main.   "putriku berada di sana?"   "Ya."   Orang berpakaian hitam mengangguk.   "Kini dia calon isteri Pangeran Tayli, maka kalau Pek Ih sin Hiap tidak ke markas sam Mo Kauw, mereka pasti...."   "Pasti apa?"   Tanya Gouw Han Tiong karena orang berpakaian hitam tidak melanjutkan.   "   Kalian ingin membunuhnya?"   "Itu tergantung pada Pek Ih sin Hiap."   Sahut orang berpakaian hitam sambil memandang Tio Cie Hiong.   "Beritahukan kepada Sam Mo Kauwcu, bahwa aku pasti memenuhi undangannya"   Ujar Tio Cie Hiong tenang.   "   Kalau begitu, aku mau mohon diri,"   Ujar orang berpakaian hitam sambil memberi hormat lalu meninggalkan tempat itu.   "Cie Hiong"   Ujar Lim Peng Hang.   "Engkau akan ke sana?"   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "sesung-guhnya yang mereka inginkan adalah diriku, maka kalau aku ke sana, mereka pasti melepaskan Toan Wie Kie, Toan Pit Lian dan Adik sian Eng."   "Tapi...."   Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala.   "Kami akan menyertaimu ke markas sam Mo Kauw,"   Ujar Tui Hun Lojin dan Gouw Han Tiong serentak.   "Ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa.   "Apakah Bu Lim Ji Khie harus ketinggalan?"   "Masih ada aku,"   Sambung Tok Pie sin wan sambil tertawa.   "sudah lama aku tidak bertarung, kali ini aku harus bertarung sepuas-puasnya."   "omitohud Kami ketua tujuh partai juga ikut."   Ujar Hui Khong Taysu. sementara Lim Ceng Im hanya diam saja, namun terus memandang Tio Cie Hiong seakan menunggu pendapatnya .   "Terimakasih"   Ucap Tio Cie Hiong.   "Tapi pendapatku, lebih baik aku pergi seorang diri"   "Mana boleh"   Sahut sam Gan sin Kay.   "Cie Hiong"   Kim siauw suseng menatapnya.   "   Kalau engkau pergi seorang diri, sangat membahayakan dirimu."   "omitohud Ada baiknya kami ikut,"   Sambung Hui Khong Taysu.   "cie Hiong"   Tambah Lim Peng Hang serius.   "Kay Pang berdiri di belakangmu, artinya kita menyerbu ke markas sam Mo Kauw." "Maaf"   Ucap Tio Cie Hiong.   "   Kalau kita semua menyerbu ke sana, yang akan mati duluan Adik sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya. Ini yang harus dipikirkan jangan bergerak menuruti emosi, haruslah dipikirkan dengan tenang. Karena itu, lebih baik aku pergi seorang diri."   Bu Lim Ji Khie dan lainnya langsung membungkam, sebab apa yang dikatakan Tio Cie Hiong memang masuk akal. Namun kalau Tio Cie Hiong pergi ke markas sam Mo Kauw seorang diri, itu sangat membahayakannya.   "Cie Hiong"   Sam Gan sin Kay menatapnya dalam-dalam.   "   Engkau pernah bilang bahwa di sana pasti dipasang berbagai macam jebakan, apakah engkau...."   "jangan khawatir, Kakek pengemis"   Tio Cie Hiong tersenyum sambil memberitahukan.   "Bibi-ku pernah menguraikan tentang berbagai macam jebakan, jadi aku sudah mengerti, tidak akan celaka dalam jebakan di markas sam Mo Kauw."   "Tapi... tapi...."   Lim Peng Hang terus menerus menggeleng-gelengkan kepala, dan tampak cemas sekali. Tentu. sebab Tio Cie Hiong boleh dikatakan calon menantunya.   "Tidak usah cemas, Paman"   Tio Cie Hiong tersenyum.   "Aku bisa menjaga diri"   "Cie Hiong, katakanlah engkau dapat melewati jebakan-jebakan itu, tapi bagaimana mungkin engkau menghadapi Empat Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo?"   Ujar Kim siauw suseng.   "Apakah engkau sudah memikirkan itu?"   "Paman sastrawan, aku sudah memikirkan itu."   Tio Cie Hiong memberitahukan.   "Tidak mungkin Empat Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo akan mengeroyokku, karena Empat Dhalai Lhama bergerak sesuai dengan semacam formasi, jadi kalau ditambah Bu Lim sam Mo, mereka bertujuh jualah akan kacau balau, dan mungkin akan saling menyerang. Karena itu, mereka pasti tidak akan mengeroyokku."   "Kami tahu kepandaianmu jauh di atas Empat Dhalai Lhama,"   Ujar Sam Gan sin Kay.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tapi kalau menghadapi Bu Lim sam bertiga...."   "Kakek pengemis, bukankah selama ini Kakek pengemis selalu bilang, cuma aku yang dapat menghadapi Bu Lim sam Mo? Nah, kini sudah waktunya aku membuat perhitungan dengan Empat Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo."   Bu Lim Ji Khie saling memandang, kemudian mereka manggut-manggut.   "Cie Hiong, engkau harus berhati-hati"   Pesan sam Gan sin Kay.   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Sialan Betul-betul sialan"   Caci Kim siauw suseng mendadak dengan wajah penuh kegusaran.   "Memang Memang sialan"   Sam Gan sin Kay juga ikut mencaci dengan mata melotot- lotot.   "Kakek mencaci siapa?"   Tanya Lim Ceng Im.   "Paman sastrawan mencaci siapa?"   Tanya Tio Cie Hiong. Yang lain pun memandang Bu Lim Ji Khie dengan penuh keheranan.   "Kami mencaci Lam Hai sin ceng,"   Sahut Bu Lim Ji Khie serentak.   "Padri keparat itu entah hilang ke mana, sama sekali tidak berani memunculkan diri"   "Mungkin...,"   Ujar Tui Hun Lojin.   "Lam Hai sin ceng sudah hidup tenang di suatu tempat, maka tidak mau mengotori tangannya lagi untuk mencampuri urusan persilatan."   "Hm"   Dengus sam Gan sin Kay.   "Dengan begitu dia kira dirinya bisa naik ke sorga. Padahal pintu neraka yang sudah terbuka untuk dirinya"   Tio Cie Hiong diam saja, sama sekali tidak berani memberitahukan tentang Lam Hai sin ceng.   "Cie Hiong, kapan engkau berangkat?"   Tanya Lim Peng Hang. "Besok pagi,"   Sahut Tio cie Hiong.   "Kakak Hiong"   Ujar Lim Ceng Im sambil menundukkan kepala.   "Aku ikut ya"   "Adik Im"   Tio cie Hiong tersenyum.   "Engkau tidak boleh ikut, sebab aku pergi menempuh bahaya, bukan pergi pesiar."   "Kakak Hiong...."   "Adik Im, jangan membantah"   Ujar Tio Cie Hiong dan memberitahukan.   "Apabila engkau ikut, aku pasti celaka."   "   Kenapa?"   Tanya Lim Ceng Im heran.   "Aku harus terus melindungimu, sehingga membuat diriku tidak bisa berkonsentrasi, maka aku pasti celaka. Mengerti? Adik Im"   "Itu... itu...."   Lim Ceng Im mengerutkan kening.   "   Cucuku"   Ujar sam Gan sin Kay.   ",Apa yang dikatakan cie Hiong memang masuk akal, engkau harus mengerti."   "Ceng Im"   Sambung Lim Peng Hang.   "   Kalau engkau ikut, jelas dia harus mencurahkan perhatiannya untukmu. Kalau perhatiannya terpecah, bagaimana akibatnya pasti engkau tahu, kan?"   "Ya."   Lim Ceng Im mengangguk.   "Aku... aku mengerti."   Bab 33 Terkurung di dalam ruang batu Pagi ini, Tio Cie Hiong berpamit pada semua orang, setelah itu barulah ia mendekati Lim Ceng Im yang telah membengkak matanya, karena menangis semalaman memikirkan Tio Cie Hiong yang akan berangkat ke markas sam Mo Kauw.   "Adik Im...."   Tio Cie Hiong menatapnya lembut.   "Engkau tidak usah cemas, aku pasti kembali dengan selamat Percayalah"   "   Kakak Hiong...."   Air mata gadis itu tak terbendung lagi, langsung meleleh membasahi pipinya.   "Adik Im"   Tio Cie Hiong membelainya.   "Jangan menangis, tersenyumlah"   Bukannya tersenyum, Lim Ceng Im malah menangis tersedu-sedu, sehingga air matanya berderai-derai.   "   Cucuku"   Sam Gan sin Kay menggeleng-gelengkan kepala.   "Tidak baik engkau mengantar Cie Hiong dengan air mata. Engkau harus yakin Cie Hiong pasti kembali dengan selamat"   "Kakek...."   Lim Ceng Im langsung mendekap di dada sam Gan sin Kay.   "Engkau harus tenang, itu merupakan dukungan bagi Cie Hiong"   Bisik sam Gan sin Kay. Mendadak Lim Ceng Im berhenti menangis, kemudian mendekati Tio Cie Hiong sambil tersenyum.   "Kakak Hiong, doaku selalu menyertaimu,"   Ucapnya.   "Terimakasih, Adik Im"   Tio Cie Hiong membelainya. Ternyata Lim Ceng Im telah mengambil keputusan, apabila Tio Cie Hiong mati di markas sam Mo Kauw, maka ia akan membunuh diri Dengan adanya keputusan tersebut, gadis itu menjadi tenang. "cie Hiong"   Gouw Han Tiong menghampirinya sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "sian Eng telah menyusahkanmu."   "Paman jangan berkata begitu"   Tio Cie Hiong tersenyum.   "Aku memang harus membuat perhitungan dengan mereka. Adik sian Eng tidak bersalah dalam hal ini. Mudah-mudahan mereka akan melepaskan adik sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya setelah aku tiba di markas itu."   "cie Hiong...."   Tui Hun Lojin memegang bahunya.   "Aku yakin engkau pasti kembali dengan selamat."   "Terimakasih atas dukungan Kakek"   Ucap Tio Cie Hiong, lalu melangkah pergi.   semua orang mengantarnya sampai di luar markas pusat Kay Pang.   Tio Cie Hiong membalikkan badannya.   Ia menjura kepada semua orang, lalu memandang Lim Ceng Im sambil tersenyum lembut, setelah itu mendadak melesat pergi menggunakan ginkang.   "   Kakak Hiong..."   Teriak Lim Ceng Im. Akan tetapi, Tio Cie Hiong sudah tidak kelihatan.   "Nak...."   Lim Peng Hang memegang bahu Lim Ceng Im.   "Jangan khawatir, dia pasti pulang dengan selamat"   "Ayah"   Lim Ceng Im langsung mendekap di dada Lim Peng Hang.   "Dia... dia seorang diri pergi menempuh bahaya, sebaliknya kita semua malah cuma berdiam diri."   "Nak"   Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala, lalu mengajaknya ke dalam, dan yang lain pun mengikuti dari belakang. Mereka semua duduk di ruang depan dengan mulut membungkam, sehingga suasana menjadi hening sekali.   "Ayah"   Ujar Lim Peng Hang kepada sam Gan sin Kay.   "Apakah kita semua diam saja?"   "Aaakh..."   Sam Gan sin Kay menghela nafas.   "Apa yang bisa kita lakukan?"   "Kita harus berpikir tentang itu,"   Ujar Kim siauw Suseng.   "Kita semua tidak bisa duduk diam."   "Benar."   Tui Hun Lojin manggut-manggut.   "Ayah"   Ujar Lim Ceng Im mendadak.   "Aku punya usul, bolehkah aku mengemukakannya?"   "Nak, apa usulmu?"   Tanya Lim Peng Hang.   "Begini...,"   Jawab Lim Ceng Im memberitahukan.   "Kita susul Kakak Hiong...."   "Itu...."   Lim Peng Hang menggeleng-gelengkan kepala.   "Bukankah dia tadi telah berpesan? Kalau kita susul dia...."   "Usui Ceng Im bisa diterima,"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Ujar Kim siauw suseng mendadak.   "Aku setuju mengenai usulnya."   "Eh?"   Sam Gan sin Kay menatapnya.   "sastrawan sialan, engkau ingin membuat keruh urusan ini?"   "Aku justru ingin menjernihkannya,"   Sahut Kim siauw suseng dan melanjutkan dengan wajah serius.   "Aku tahu maksud Ceng Im, dia menghendaki kita menyusul cie Hiong bukan untuk menyerbu ke dalam markas sam Mo Kauw, melainkan menunggu di luar. ceng Im, maksudmu begitu, kan?"   "Betul."   Lim Ceng Im mengangguk.   "Nah"   Ujar Kim siauw suseng.   "Bukankah usul itu tepat?"   "Tidak salah."   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "   Kalau begitu, mari kita berangkat ke markas sam Mo Kauw ujar Lim Peng Hang dan menambahkan. "Aku akan memilih puluhan pengemis handal untuk ikut."   "   Kupikir itu tidak perlu,"   Ujar Kim siauw suseng.   "sebab kita ke sana secara diam-diam, jadi jangan sampai pihak sam Mo Kauw mengetahui kehadiran kita di sana."   "Jadi cukup kita-kita saja?"   Tanya sam Gan sin Kay.   "Ya."   Kim siauw suseng mengangguk.   "Kita menunggu di luar markas sam Mo Kauw, siapa yang keluar dari markas itu, kita habiskan saja"   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Memang harus begitu"   "omitohud"   Ucap Hui Khong Taysu.   "Kamu ketua tujuh partai juga ikut"   "Terima kasih"   Ucap Lim Peng Hang, kemudian memandang putrinya.   "Nak...."   "Ayah, biar bagaimana pun aku harus ikut,"   Sahut Lim ceng Im cepat.   "Kalau aku tidak diizin-kan ikut...."   "   Engkau boleh ikut,"   Ujar sam Gan sin Kay, kemudian memandang semua orang.   "Mari kita berangkat sekarang"   Ooo)00000(ooo sementara itu, Tio Cie Hiong sudah tiba di depan istana Thian Mo atau markas sam Mo Kauw. Belasan orang berpakaian hitam segera menghampirinya, dan memberi hormat.   "Pek Ih sin Hiap dipersilakan masuk"   Ujar salah seorang dari mereka.   "Terimakasih"   Ucap Tio Cie Hiong, lalu melangkah ke dalam tanpa merasa gentar sedikit pun.   setelah melangkah ke dalam, Tio Cie Hiong melihat sebuah aula, dan beberapa orang duduk di situ.   Mereka adalah Bu Lim sam Mo, Empat Dhalai Lhama, Im Yang Hoatsu dan Ku Tek Cun.   Begitu melihat Ku Tek Cun, ia terbelalak seketika, sedangkan Ku Tek Cun tersenyum-senyum.   "Bu Lim sam Mo, aku sudah datang."   Ujar Tio Cie Hiong.   "Maka kuharap kalian melepaskan Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya"   "Ha ha ha"   Tang Hai Lo Mo tertawa gelak.   "Selamat datang Pek Ih sin Hiap Kami sungguh kagum akan keberanianmU"   "Bu Lim sam Mo Cepat lepaskan mereka"   Tandas Tio cie Hiong.   "Itu gampang"   Thian Mo tertawa terbahak-bahak.   "Duduklah, mari kita bercakap-cakap dulu sebentar"   Tio Cie Hiong mengangguk. sungguh mengagumkan karena pemuda itu tampak begitu tenang.   "Pek Ih sin Hiap"   Ujar Tang Hai Lo Mo.   "Terus terang, kami sangat kagum akan kepandaianmu. oleh karena itu, kami berminat mengangkat engkau sebagai wakil Kauwcu. Apakah engkau setuju?"   "Terimakasih atas penghargaan kalian, tapi...."   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan "Engkau tidak setuju?"   Tanya Te Mo bernada tidak senang.   "seharusnya aku setuju, tapi kedua orang tuaku dan kakakku telah mati. itulah yang menyebabkan aku tidak bisa setuju."   "Apa hubungannya dengan penawaran kami?"   Tanya Tang Hai LoMo heran.   "   Kedua orang tuaku mati di tangan kalian bertiga. Kakakku mati di tangan Empat Dhalai Lhama,Jadi bagaimana mungkin aku akan menerima penawaran itu?"   "siapa kedua orang tuamu?"   Tanya Thian Mo sambil mengerutkan kening.   "Hui Kiam Bu Tek dan sin Pian Bi jin,"   Sahut Tio Cie Hiong sambil menatap tajam pada Bu Lim sam Mo. "Itu karena Kotak Pusaka."   Tang Hai Lo Mo memberitahukan.   "   Lagi pula siapa pun ingin merebut Kotak Pusaka itu, tentunya juga akan membunuh kedua orang tuamu. sebelum kami membunuh mereka, sekujur badan mereka telah terluka parah."   "   Kalau kalian hanya menghendaki Kotak Pusaka itu, kenapa harus membunuh kedua orang tuaku?"   Tanya Tio cie Hiong dengan kening berkerut.   "Itu terpaksa,"   Sahut Tang Hai Lo Mo.   "sebab kedua orang tuamu terus-menerus mempertahankan Kotak Pusaka itu."   "   Kedua orang tuaku mati di tangan kalian, tentunya kalian pun tahu aku harus bagaimana, kan?"   Ujar Tio Cie Hiong dingin.   "Ha ha ha"   Tang Hai Lo Mo tertawa gelak.   "Engkau ingin menuntut balas?"   "Membuat perhitungan dengan kalian."   Sahut Tio Cie Hiong.   "Mari kita bertarung"   "Ha ha ha"   Tang Hai Lo Mo tertawa lagi.   "Bagus Bagus...."   Pada waktu bersamaan, mendadak tempat duduk Tio Cie Hiong merosot ke bawah.   Ternyata lantai di bawah tempat duduk itu telah terbuka, dan Tio Cie Hiong terlambat untuk meloncat ke atas.   Tak seberapa lama kemudian, barulah kaki Tio Cie Hiong menginjak dasar lubang.   la menengok ke sana ke mari, ternyata dirinya berada di sebuah ruangan kecil.   Tio cie Hiong berdiri diam.   Berselang sesaat, dinding ruang itu bergerak, lalu tampaklah sebuah pintu.   Tio Cie Hiong memandang ke dalam.   Dilihatnya sebuah ruangan yang tidak begitu gelap.   Perlahan-lahan Tio Cie Hiong mendekati pintu itu, lalu berdiri di situ dan memandang ke dalam lagi dengan penuh perhatian.   Lantai ruangan itu rata, dan dindingnya tampak biasa.   Tio Cie Hiong mengerahkan lweekangnya agar badannya jadi ringan, setelah itu barulah ia melangkah ke dalam ruang tersebut.   Begitu memasuki ruang itu, dinding yang merupakan pintu itu tertutup kembali.   Tio cie Hiong berdiri di tengah-tengah ruang itu, tetapi telah mengerahkan Pan Yok Hian Thian sin Kangnya untuk melindungi dirinya.   Lama sekali Tio Cie Hiong berdiri di situ.   Ketika ia baru mau melangkah, mendadak lantai itu bergerak dan muncullah lima buah patung tembaga mengurungnya.   la menatap tajam pada kelima patung tembaga itu.   Di saat bersamaan kelimapatung tembaga itu bergerak menyerangnya.   Tio Cie Hiong segera berkelit, namun kelima patung tembaga itu tetap mengurungnya.   Ternyata lima patung tembaga itu bergerak sesuai dengan semacam formasi.   Tio Cie Hiong tahu, bahwa percuma ia balas menyerang, maka ia terus berkelit sambil memperhatikan kelima patung tersebut.   Berselang sesaat, ia melesat ke atas sekaligus menginjak kepala kelima patung tembaga.   sudah barang tentu patung-patung itu menjadi rusak tidak karuan, dan seketika kelima-limanya tak bergerak lagi.   Tio Cie Hiong tersenyum.   Di saat itu pula dinding di ruangan itu bergerak dan tampak sebuah pintu.   la mendekati pintu itu, lalu memandang ke dalam.   Ternyata ruangan di balik pintu berupa sebuah terowongan.   Tio Cie Hiong tidak berani sembarangan masuk.   melainkan terus memperhatikan terowongan itu Lantai terowongan itu berpetak-petak.   begitu pula dindingnya.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      setelah memperhatikan terowongan itu, Tio Cie Hiong tahu bahwa ruangan itu merupakan sebuah jebakan maut.   Karena itu, ia tidak langsung masuk, melainkan terlebih dahulu memungut sebuah batu kecil lalu digelindingkannya di lantai terowongan.   Ternyata batu itu menimbulkan suara "Derrrrk".   Tiba-tiba lantai itu bergerak.   dan seketika dari empat penjuru meluncur ribuan anak panah.   Menyaksikan itu, Tio Cie Hiong menarik nafas dalam-dalam.   Apabila tadi langsung masuk.   walau berkepandaian tinggi, belum tentu ia dapat berkelit.   Jarak dari tempat ia berdiri sampai ujung terowongan itu, kira-kira sepuluh depa.   Karena bukan di tempat terbuka, maka sulit baginya menggunakan ginkang ke ujung terowongan.   Tio Cie Hiong terus berpikir, akhirnya menemukan jalan untuk mencapai ujung terowongan, yakni dengan cara melesat ke atas, sepasang tangannya menempel di langit-langit, lalu melesat lagi ke dinding dan sekaligus menendang dinding sehingga badannya melesat ke atas lagi, sepasang tangannya menekan langit-langit lagi, maka badannya melayang ke arah dinding, sepasang kakinya menendang dinding, akhirnya sampailah di ujung terowongan.   Akan tetapi, mendadak lantai yang diinjaknya bergerak, sehingga badannya terperosok ke bawah, kemudian lantai itu pun tertutup kembali.   Tio cie Hiong tidak bisa melihat apa-apa, sebab tempat itu gelap sekali.   setelah kakinya menginjak dasar, ia berdiri diam di tempat.   Ber-selang sesaat kemudian, ia mengibaskan lengan bajunya ke sana ke mari, tapi tidak terjadi apa pun, pertanda di ruang itu tidak terdapat jebakan.   Barulah ia melangkah mendekati dinding, sekaligus mengetuknya .   Ternyata dinding itu terbuat dari batu yang amat tebal, sehingga tidak mungkin dapat dihancurkan dengan Iweekang.   satu hal yang mengejutkannya, yakni di ruangan itu tiada udara.   Tio Cie Hiong bisa bertahan, beberapa hari dengan mengerahkan pan Yok Hian Thian sin Kang, tapi lewat dari itu tentunya ia tidak bisa bernafas.   Itu yang mencemaskannya.   Diperhatikannya seluruh ruangan itu, sama sekali tiada jalan ke luarnya.   Akhirnya ia duduk bersila di tengah-tengah ruang batu itu, lalu mengerahkan pan Yok Hian Thian sin Kang-nya.   Berselang beberapa saat kemudian, mendadak keningnya tampak berkerut.   Ternyata ia mendengar suara.   Kreeek "   Tak lama setelah itu, terlihat ada cahaya menerobos ke dalam. sungguh di luar dugaannya, karena muncul sebuah lubang di dinding.   "Pek Ih sin Hiap silakan masuk ke lubang ini"   Terdengar suara tetapi lirih. Tio cie Hiong segera masuk. seketika ia terbelalak. karena di situ merupakan sebuah ruangan pula. Tampak seorang berpakaian hitam berdiri di situ sambil tersenyum, lalu menjura pada Tio cie Hiong.   "Selamat bertemu, Pek Ih sin Hiap"   "Anda...."   Tio cie Hiong tercengang. orang itu tersenyum lagi, kemudian kakinya menekan lantai dan lubang itu tertutup kembali.   "Pek Ih sin Hiap jangan salah paham"   Ujar orang itu "Aku memang sengaja menjadi anggota sam Mo Kauw."   "oh? Nama Anda?"   Tanya Tio Cie Hiong.   "Namaku Lam Kiong Bie Liong."   Orang itu memberitahukan.   "Lam Kiong Bie Liong?"   Tio Cie Hiong agak tersentak, sebab keluarga Lam Kiong sangat terkenal dalam rimba persilatan, ahli senjata rahasia dan ahli membuat berbagai jebakan.   "Anda berasal dari keluarga Lam Kiong yang sangat terkenal itu?"   "Lam Kiong Hujin adalah ibuku."   Orang itu memberitahukan.   "oooh"   Tio Cie Hiong manggut-manggut sambil menatapnya. orang itu masih muda dan tampan.   "Pek Ih sin Hiap...."   "Namaku Tio Cie Hiong." "saudara Tio"   Lam Kiong Bie Liong memandangnya kagum.   "Engkau memang hebat, dapat melewati dua jebakan itu dengan selamat"   "Tapi aku tak berkutik di dalam ruang batu itu. Kalau saudara Lam Kong tidak menyelamatkan aku, mungkin aku akan mati di dalam."   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Itu merupakan ruang batu yang mematikan, tapi Bu Lim sam Mo justru tidak tahu di ruang batu itu terdapat sebuah lubang rahasia,"   Ujar Lam Kiong Bie Liong sambil tertawa.   "Kok saudara Lam Kiong tahu?"   Tio Cie Hiong heran.   "Sebab yang membuat berbagai jebakan di sini pamanku."   Lam Kiong Bie Liong memberitahukan.   "sebelum berangkat ke mari, pamanku telah meninggalkan selembar gambar mengenai berbagai jebakan di sini. Di samping itu, tanpa setahu Bu Lim sam Mo, pamanku juga membuat lubang dan pintu rahasia lain dijalan jebakan-jebakan tersebut."   "oooh"   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   "saudara Tio, di mana pamanmu?"   "Sudah mati di tangan Bu Lim Sam Mo, begitu pula para pekerja lain."   Lam Kiong Bie Liong memberitahukan sambil berkertak gigi.   "Bu Lim sam Mo membunuh pamanku dan para pekerja lain itu, agar rahasia jebakan-jebakan di sini tidak diketahui orang luar. Tapi Bu Lim sam Mo justru tidak menduga, kalau pamanku telah meninggalkan selembar gambar mengenai semua jebakan yang ada di sini."   "   Karena itu, engkau masuk jadi anggota sam Mo Kauw?"   Tanya Tio cie Hiong.   "Ya."   Lam Kiong Bie Liong mengangguk.   "lbu mengutusku ke mari, baru beberapa bulan aku jadi anggota sam Mo Kauw."   "oh?"   Tio cie Hiong tercengang.   "sebelum-nya engkau berada di mana?"   "Di rumah."   Lam Kiong Bie Liong memberitahukan.   "Pada waktu pamanku dibawa ke mari, aku sedang mempelajari semacam ilmu pedang. setelah berhasil, ibuku mengutusku ke mari untuk membunuh Bu Lim sam Mo. Tapi...."   "   Kenapa?"   "Bagaimana mungkin aku mampu membunuh mereka? Kepandaian mereka begitu tinggi, tapi aku tidak putus asa, sebab aku sudah mendengar tentang dirimu dan yakin engkau akan ke mari. oleh karena itu, aku menunggumu dengan sabar."   "oooh"   Tio Cie Hione manggut-manggut.   "Terimakasih, saudara Lam Kiong"   "sama-sama"   Lam Kiong Bie Liong tersenyum.   "ohya, engkau tahu tentang Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya disandera di sini?"   "Tahu."   "Engkau tahu mereka dikurung di mana?"   "Tahu."   Lam Kiong Bie Liong mengangguk.   "Mereka aman, maka aku tidak berusaha menolong mereka, sebab aku harus menunggumu. Lagipula kalau aku menolong mereka bertiga, mungkin akan menimbulkan hal lain."   "Benar."   Tio Cie Hiong manggut-manggut dan bertanya.   "ohya, engkau tahu Empat Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo berada di mana?"   "Tahu."   Lam Kiong Bie Liong mengangguk lagi.   "Mereka berada di ruang rahasia."   "Ruang rahasia mana?"   Tanya Tio Cie Hiong.   Lam Kiong Bie Liong memberitahukan, kemudian menambahkan pula.   "Aku akan merusak semua jebakan, jadi engkau gampang menemui mereka.   Tapi Bu Lim sam Mo berkepandaian tinggi sekali, sedangkan Im Yang Hoatsu mahir ilmu sesat, maka engkau harus berhati-hati"   "Ya."   "Setelah merusak semua jebakan, aku akan membawa Nona Gouw, Toan wie Kie dan adiknya meninggalkan markas sam Mo Kauw ini."   "Terima kasih"   Ucap Tio Cie Hiong.   "sama-sama"   Sahut Lam Kiong Bie Liong sambil tersenyum.   "ohya, apabila pintu ruang ini terbuka, pertanda aku telah membawa pergi mereka bertiga, maka engkau boleh meninggalkan ruang ini menuju ruang rahasia yang kuberitahukan tadi."   "Ya."   Tio Cie Hiong mengangguk.   "saudara Tio, sampai jumpa"   Ucap Lam Kiong Bie Liong, kemudian tangannya menekan dinding, dan tak lama dinding itu terbuka. sebelum pergi ia berpesan lagi.   "   Kalau pintu ini terbuka lagi nanti, engkau boleh keluar."   "Terimakasih, saudara Lam Kiong"   Ucap Tio Cie Hiong.   Lam Kiong Bie Liong masuk ke pintu itu, dan tak lama pintu itu tertutup kembali.   Tio Cie Hiong masih berdiri di situ, tetapi hatinya merasa lega karena bertemu Lam Kiong Bie Liong.   Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi? sementara Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya berjalan mondar-mandir di dalam kamar, mendadak mereka mendengar suara "Kreeek".   Lantai kamar itu terbuka sedikit.   Betapa terkejutnya mereka bertiga, apalagi muncul seorang berpakaian hitam dari lubang lantai itu.   Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan adiknya sudah siap menyerang orang itu.   "sabar sabar"   Ujar orang itu.   "Tio Cie Hiong menyuruhku ke mari untuk membawa kalian pergi."   "oh?"   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Toan wie Kie terbelalak.   "Tapi Anda...."   "Namaku Lam Kiong Bie Liong, cepatlah kalian ikut aku"   Ternyata orang itu Lam Kiong Bie Liong. Gouw sian Eng, Toan Wie Kie dan Toan pit Lian saling memandang, kemudian mereka mengangguk.   "   Engkau bernama Lam Kiong Bie Liong?"   Tanya Toan pit Lian sambil menatapnya. Ketika dilihatnya orang itu masih muda dan tampan, seketika wajahnya berubah kemerah-merahan.   "Benar."   Lam Kiong Bie Liong manggut-manggut.   "Barusan aku yang memberitahukan. Ayo, mari ikut aku ke luar melalui lubang itu"   Lam Kiong Bie Liong segera meloncat ke dalam lubang itu, lalu Toan wie Kie, Gouw sian Eng dan Toan pit Lian mengikutinya.   setelah mereka meloncat ke dalamnya, lubang itu tertutup kembali.   Ternyata lubang itu merupakan sebuah terowongan panjang.   Lam Kiong Bie Liong terus melangkah, dan mereka bertiga terus mengikutinya dari belakang.   "Kakak Kie, Lam Kiong Bie Liong itu sangat tampan,"   Bisik Gouw sian Eng.   "Tadi wajah Kakak Lian kelihatan kemerah-merahan, mungkin tertarik padanya."   "Pemuda itu kelihatan baik dan tampan, tapi...."   Toan wie Kie mengerutkan kening.   "Entah dia sudah punya isteri apakah belum?"   "Kakak Kie, akupunya akal untuk bertanya kepadanya."   Bisik Gouw sian Eng.   "oh?"   Toan wie Kie tersenyum-senyum.   "saudara Lam Kiong"   Ujar Gouw sian Eng.   "Kenapa engkau mau menjadi anggota sam Mo Kauw?" "Akan kuberitahukan nanti,"   Jawab Lam Kiong Bie Liong.   "ohya, saudara Lam Kiong"   Tanya Gouw sian Eng mendadak.   "Isterimujuga di sini?"   Lam Kiong Bie Liong tersenyum.   "Aku belum punya isteri."   "Setahuku, keluarga Lam Kiong sangat terkenal. Mungkin engkau sudah mempunyai tunangan atau kekasih,"   Ujar Gouw sian Eng sambil tersenyum.   "sama sekali tidak punya,"   Sahut Lam Kiong Bie Liong.   "ohya, kalau tidak salah, Nona Gouw adalah calon isteri Pangeran Toan ini, bukan?"   "Betul,"   Sahut Toan pit Lian.   "Dia calon isteri kakakku."   "Mereka berdua memang pasangan yang serasi."   Lam Kiong Bie Liong tersenyum.   "saudara Lam Kiong"   Ujar Toan wie Kie mendadak.   "Adikku ini belum punya kekasih lho"   "oh?"   Lam Kiong Bie Liong kelihatan girang sekali.   "Tadi aku mengira Tayli Kongcu sudah mempunyai suami atau kekasih, ternyata belum...."   "Soalnya dia belum ketemu pemuda idaman hatinya."   Gouw sian Eng memberitahukan.   "oh?"   Lam Kiong Bie Liong memandang Toan Pit Lian.   "Tayli Kongcu, kita... kita jadi teman ya"   "Jangan memanggilku Tayli Kongcu, panggil saja namaku"   Sahut Toan Pit Lian dengan wajah kemerah-merahan.   "   Nama ku Toan pit Lian."   "Toan pit Lian"   Lam Kiong Bie Liong mang-gut-manggut.   "Nama yang indah sekali...."   "Adikku pun sangat cantik,"   Sambung Toan wie Kie sambil tertawa.   "Kak...."   Toan pit Lian melotot. Berselang beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di ujung terowongan itu Lam Kiong Bie Liong menghentikan langkahnya, lalu mendekati dinding terowongan, dan tangannya menekan sesuatu.   "Bie Liong, apa yang kau lakukan?"   Tanya Toan pit Lian heran.   "setelah aku menekan tombol itu, semua jebakan di dalam markas sam Mo Kauw akan rusak."   Lam Kiong Bie Liong memberitahukan.   "oooh"   Toan pit Lian manggut-manggut "saudara Lam Kiong, bagaimana Tio Cie Hiong?"   Tanya Toan wie Kie.   "Pintu rahasia ruang batu itu akan terbuka, dia akan keluar,"   Jawab Lam Kiong Bie Liong memberitahukan, kemudian kakinya menginjak sebuah batu kecil. Kreeek Dinding terowongan itu terbuka, lalu tampak cahaya menerobos ke dalam, dan Lam Kiong Bie Liong tersenyum.   "Mari kita keluar"   Ujarnya.   Bab 34 Pertarungan mati hidup sementara itu, Tio Cie Hiong terus menunggu dengan sabar, tiba-tiba pintu rahasia di dinding terbuka.   la segera melangkah ke luar, Ternyata dirinya berada di sebuah koridor.   Tio Cie Hiong memperhatikan dinding di koridor itu.   Dilihatnya sebuah tombol lalu ditekannya.   Kemudian dinding itu terbuka dan tampak beberapa orang berada di dalamnya.   Mereka adalah Empat Dhalai Lhama danBu Lim sam Mo.   "Ha ha ha"   Tang Hai Lo Mo tertawa gelak.   "Pek Ih sin Hiap, engkau memang hebat"   "Bu Lim sam Mo"   Bentak Tio Cie Hiong.   "Kini udah saatnya kita bertarung" "Tidak salah"   Sahut Thian Mo.   "Tapi sebelumnya engkau harus menghadapi Empat Dhalai Lhama itu dulu"   "Baik"   Tio Cie Hiong mengangguk.   "Kalian berempat, majulah"   Empat Dhalai Lhama itu langsung mengurung Tio Cie Hiong dengan sepasang roda bergerigi di tangan.   "serang"   Seru Dhalai Lhama jubah merah.   seketika meluncur delapan roda bergerigi ke arah Tio cie Hiong.   Pemuda itu tertawa panjang sambil berkelit.   Empat Dhalai Lhama terus menyerang dengan senjata tersebut, bahkan sekali-sekali menyerang dengan pukulan.   Tio Cie Hiong tetap berkelit menggunakan Kiu Kiong san Tian Pou.   sedangkan Bu Lim sam Mo menyaksikan pertarungan itu dengan penuh perhatian.   Tak terasa pertarungan mereka sudah belasan jurus.   Empat Dhalai Lhama itu menyerang dengan jurus -jurus yang mematikan, dan bergerak sesuai dengan semacam formasi.   Ternyata mereka berempat terus berlatih setelah sembuh, karena mereka berempat pernah dikalahkan Tio Cie Hiong.   Mendadak Tio Cie Hiong membentak keras, lalu mulai mengeluarkan ilmu ciptaannya, yaitu Bit Ciat sin ci (Jari sakti Pemusnah Kepandaian), Man Thian sing sing (Bintang-Bintang Bertaburan Di Langit).   seketika semua senjata keempat Dhalai Lhama itu terpental.   Di saat bersamaan, Tio Cie Hiong pun menyerang mereka dengan jurus cian ci sao Te (Ribuan Jari Menyapu Bumi), Tampak jari tangan Tio Cie Hiong berkelebatan laksana kilat, bahkan memancarkan cahaya putih mengarah pada keempat Dhalai Lhama.   "Aakh..."   Terdengar suara jeritan. Keempat Dhalai Lhama roboh dengan mulut menyemburkan darah segar. Mereka ingin bangkit berdiri, tapi sudah tak bertenaga lagi.   "Aku mengampuni nyawa kalian, namun kepandaian kalian telah musnah"   Ujar Tio Cie Hiong dingin dan menambahkan.   "sebaiknya kalian berempat segera kembali ke Tibet"   Keempat Dhalai Lhama diam saja, sebab mereka sudah tidak mampu membuka mulut.   Ketika mereka berempat roboh, wajah Bu Lim sam Mo tampak berubah, karena tidak menyangka kalau Tio Cie Hiong berkepandaian begitu tinggi, hanya belasan jurus sudah merobohkan keempat lawannya.   "Bu Lim sam Mo"   Tio Cie Hiong menatap mereka bertiga dengan dingin.   "Kini giliran kalian"   "Baik. Tang Hai Lo Mo mengangguk.   "Tempat ini sangat sempit, mari kita bertarung di luar"   "Boleh"   Tio Cie Hiong mengangguk.   Mereka berempat lalu berjalan ke luar.   Lam Kiong Bie Liong, Gouw sian Eng, Toan wie Kie dan Toan pit Lian sudah berada di luar markas sam Mo Kauw Justru mereka terbelalak, karena melihat mayat-mayat anggota sam Mo Kauw berserakan di mana-mana.   Di saat mereka termangu- mangu, mendadak berkelebat beberapa sosok bayangan ke hadapan mereka.   Bayangan-bayangan itu ternyata Bu Lim Ji Khie, Tui Hun Lojin, Tok Pie sin Wan, Gouw Han Tiong dan Lim Ceng Im.   Kemudian menyusul pula para ketua tujuh partai dan Lim Peng Hang ketua Kay Pang.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Ayah"   Seru Gouw sian Eng girang.   "Nak"   Betapa girangnya Gouw Han Tiong begitu melihat putrinya selamat.   "Nak...." "Ayah"   Gouw sian Eng langsung mendekap di dada Gouw Han Tiong.   "Nak...."   Gouw Han Tiong membelainya.   "Anak muda Apakah engkau Toan wie Kie?"   Tanya Tui Hun Lojin sambil menatapnya tajam.   "   Ya,"   Jawab Toan wie Kie sambil memberi hormat.   "Bagus Bagus...."   Tui Hun Lojin tertawa girang.   "Eeeh?"   Sam Gan sin Kay memandang Lam Kiong Bie Liong dengan heran.   "Engkau siapa? Kek berpakaian hitam?"   "Namaku Lam Kiong Bie Liong, cianpwee,"   Jawab pemuda itu sambil memberi hormat.   "Lam Kiong Bie Liong..."   Gumam sam Gan sin Kay.   "Apakah engkau putra Lam Kiong siu?"   "Ya, Cianpwee,"   Lam Kiong Bie Liong mengangguk.   "Ha ha ha"   Sam Gan sin Kay tertawa gelak.   "Tidak disangka, engkau putra Lam Kiong siu"   "   Cianpwee kenal ayahku?"   Tanya Lam Kiong Bie Liong heran.   "Kenal."   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Tapi sudah belasan tahun kami tidak bertemu. Bagaimana kabar ayahmu? Baik-baik saja?"   "   Cianpwee, ayahku sudah meninggal beberapa tahun lalu."   Lam Kiong Bie Liong memberitahukan dengan wajah murung.   "ohya, bagaimana kabar pamanmu?"   Tanya sam Gan sin Kay mendadak.   "Pamanku mati di tangan Bu Lim sam Mo...,"   Jawab Lam Kiong Bie Liong dan menutur tentang kejadian itu.   "oooh"   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "Ternyata begitu...."   "Bie Liong, di mana Cie Hiong?"   Tanya Lim Peng Hang yang mencemaskan calon menantunya.   "Dia masih berada di dalam markas Sam Mo Kauw, mungkin- sedang bertarung dengan Empat Dhalai Lhama dan Bu Lim sam Mo."   "Ayah"   Lim Peng Hang menatap sam Gan sin Kay seraya bertanya.   "Bagaimana kita kalau menyerbu ke dalam?"   "Itu...."   Sam Gan sin Kay mengerutkan kening.   "Kakek"   Tegur Lim Ceng Im.   "Kakek sama sekali tidak menaruh perhatian pada Kakak Hiong"   "Tapi jebakan-jebakan itu...."   "cianpwee"   Lam Kiong Bie Liong memberitahukan.   "semua jebakan di markas ini telah kubikin rusak."   "Bagus"   Sam Gan sin Kay tertawa.   "   Kalau begitu, mari kita menyerbu ke dalam"   "Tunggu"   Cegah Kim siauw suseng. Ternyata ia melihat beberapa sosok bayangan melayang turun.   "Tuh Mereka Bu Lim sam Mo dan cie Hiong."   Mereka sebera memandang ke sana. Tidak salah yang melayang turun itu memang Bu Lim sam Mo dan Tio cie Hiong, maka seberalah mereka mendekati.   "Ha ha ha"   Bu Lim sam Mo tertawa gelak.   "Bu Lim Ji Khie dan lainnya telah hadir semua, bagus Bagus" "Ha ha ha"   Sam an sin Kay juga tertawa.   "Bu Lim sam Mo, para anggota kalian telah kami sikat habis"   "Hm"   Dengus Tang Hai Lo Mo.   "setelah kurobohkan Pek Ih sin Hiap. barulah giliran kalian"   "Huaha ha ha"   Sam Gan Sin Kay tertawa lagi.   "   Kalian bertiga mana mampu melawan Pek Ih sin Hiap? Aku yakin kalian bertiga pasti roboh di tangannya"   "Benar"   Sambung Kim siauw suseng sambil tertawa pula.   "Bu Lim sam Mo akan berubah menjadi Bu Lim sam Cut (Tiba Manusia Kecil Rimba Persilatan)."   "Kalian berdua berani menghina kami?"   Bentak Tang Hai Lo Mo.   "Ayoh, mari kita bertarung"   "Bu Lim sam Mo"   Sahut Tio Cie Hiong.   "   Urusan kita belum selesai, lebih baik kita mulai saja"   "Baik"   Tang Hai Lo Mo mengangguk.   Mereka bertiga lalu mengurung Tio Cie Hiong, setelah itu mulailah mereka mengerahkan Pak Kek sin Kang (Tenaga sakti Kutub Utara).   Bukan main terkejutnya Bu Lim Ji Khie dan lainnya, sebab mereka merasa ada hawa dingin sekali, membuat badan mereka menggigil seketika.   Maka cepatcepatlah mereka melangkah mundur belasan depa.   Tio Cie Hiong juga terkejut.   la segera mengerahkan Pan Yok Han Thian sin Kang, maka seketika juga badannya mengeluarkan hawa hangat.   Tentunya sangat mengejutkan Bu Lim sam Mo.   oleh karena itu mereka saling memandang, lalu mendadak menyerang serentak ke arah Tio Cie Hiong.   Lim Ceng Im ingin menjerit, namun Lim Peng Hang sebera berbisik di telinganya.   "Jangan menjerit Itu akan memecahkan perhatian cie Hiong"   Lim Ceng Im langsung diam, tapi wajahnya tampak memucat, sebab serangan Bu Lim sam Mo begitu dahsyat sekali.   Tio cie Hiong langsung berkelit dengan ilmu Langkah Kilat, walau berhasil berkelit tapi badannya menjadi agak dingin.   Ternyata Bu Lim sam Mo menyerangnya dengan Pak Kek sin ciang (Pukulan sakti Kutub Utara).   Ketika melihat Tio Cie Hiong berhasil berkelit, Bu Lim sam Mo langsung menyerang serentak lagi.   Tang Hai Lo Mo mengeluarkan jurus swat Hoa Phiauw Phiauw (Bunga salju Bertaburan), Thian Mo mengeluarkan jurus Han Thian soh swat (Musin Dingin Menyapu salju), sedangkan Te Mo mengeluarkan jurus Ling swat Teng Hai (salju Menutup Laut).   Betapa dahsyatnya ketiga jurus itu, sebab jurus-jurus itu adalah jurus-jurus yang amat lihay dariPek Kek sin ciang, bahkan mengandung hawa yang sangat dingin.   Bu Lim Ji Khie yang berdiri belasan depa masih merasa dingin, begitu pula yang lain.   Lim Ceng Im menyaksikan pertarungan itu dengan wajah pucat pias.   Lim Peng Hang memegang bahunya.   Ketua Kay Pang itu kelihatan tegang sekali.   Bu Lim Ji Khie menggeleng-gelengkan kepala, kemudian mereka berdua berbisik-bisik.   "pengemis bau Kalau kita berdua yang diserang sam Mo, apa yang akan terjadi di atas diri kita?"   Tanya Kim siauw suseng.   "   Langsung mati beku,"   Sahut sam Gan sin Kay.   "sungguh luar biasa ilmu peninggalan Pak Kek siang ong"   "Benar."   Kim siauw suseng manggut-mang-gut.   Blammm Mendadak terdengar suara benturan dahsyat.   Ketika diserang dengan jurus-jurus itu, Tio Cie Hiong tidak berkelit lagi, melainkan mengibaskan lengan bajunya sambil memutar badannya untuk menangkis ketiga serangan itu.   Bagaimana hasil benturan itu? Bu Lim Sam Mo terdorong ke belakang selangkah, sedangkan Tio cie Hiong tetap berdiri di tempat.   Mendadak Tio cie Hiong bersiul panjang sambil menyerang Bu Lim sam Mo dengan Bit ciat sin ci (Jari sakti Pemusnah Kepandaian).   la mengeluarkan jurus Hong siau Yun Hang (Angin Berhembus Awan Bergerak), yakni ilmu ciptaannya yang mengandung Pan Yok Hian Thian sin Kang dan bergerak dengan Kiu Kiong san Tan Pou.   Dapat dibayangkan, betapa cepat dan dahsyatnya serangan itu.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Bu Lim sam Mo terkejut bukan main.   Mereka sama sekali tidak menyangka, hawa dingin pukulan mereka tidak dapat mempengaruhi badan Tio Cie Hiong, sebaliknya badan Tio Cie Hiong malah mengeluarkan hawa hangat yang dapat membuyarkan hawa dingin pukulan mereka.   serangan Tio Cie Hiong yang cepat dan dahsyat itu membuat Bu Lim sam Mo harus cepat-cepat meloncat mundur, namun pakaian mereka telah berlubang.   Wajah Bu Lim sam Mo memucat, sebab mereka tidak tahu Tio Cie Hiong mengeluarkan ilmu apa, juga tidak tahu lweekang apa yang dimilikinya.   Tio Cie Hiong berdiri tegak di tempat, dan menatap dingin pada Bu Lim sam Mo.   sedangkan yang menyaksikan kejadian itu, tampak terbelalak dengan mulut ternganga lebar.   "Ayah, apakah kakak Hiong telah berhasil melukai Bu Lim sam Mo?"   Tanya Lim Ceng Im dan mulai berlega hati, karena Tio Cie Hiong mampu balas menyerang Bu Lim sam Mo, bahkan membuat mereka bertiga harus meloncat mundur.   "cie Hiong belum berhasil melukai Bu Lim sam Mo,"   Jawab Lim Peng Hang.   "   Kelihatannya kepandaian mereka seimbang."   "sastrawan sialan"   Bisik sam Gan sin Kay serius.   "Kalau kita berdua di serang cie Hiong, kita akan bagaimana?"   "Tentunya langsung roboh,"   Sahut Kim siauw suseng sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku sama sekali tidak menyangka kalau kepandaian cie Hiong begitu tinggi."   "Aaaakh..."   Sam Gan sin Kay menghela nafas.   "   Kelihatannya sudah waktunya kita mengundurkan diri dari rimba persilatan."   "Kira-kira begitulah."   Kim siauw suseng juga menghela nafas.   "Aku yakin kepandaian Cie Hiong masih jauh di atas Lam Hai sin Ceng."   "Itu sudah jelas,"   Sahut sam Gan sin Kay.   "Bu Lim sam Mo telah berhasil mempelajari ilmu peninggalan Pak Kek siang ong, maka sudah pasti kepandaian mereka bertiga di atas kita. Hanya Cie Hiong yang mampu menghadapi mereka bertiga...."   Ucapan sam Gan sin Kay terputus, karena Bu Lim sam Mo membentak keras sambil menyerang Tio Cie Hiong dengan jurus-jurus andalan, Tio Cie Hiong berkelit, menangkis dan sekaligus balas menyerang dengan jurus Man Thian sing sing (Bintang-Bintang Bertaburan Di Langit).   Tak terasa pertarungan mereka telah melewati belasan jurus.   Namun pertarungan itu semakin seru, sengit dan menegangkan hati yang menyaksikannya.   Bu Lim sam Mo menyerang dari kiri, kanan dan atas.   Tio Cie Hiong bersiul panjang sambil menangkis dan balas menyerang dengan jurus cian ci soh Te (Ribuan Jari Menyapu Bumi).   serangan itu membuat Bu Lim sam Mo termental ke belakang dua langkah.   Mereka bertiga saling memandang, sedangkan Tio cie Hiong berdiri tegak di tempat.   Berselang sesaat, perlahan-lahan Bu Lim Sam Mo mengeluarkan senjata masing-masing yaitu pedang lemas.   Namun begitu sampai di tangan mereka, pedang lemas itu berubah keras bagaikan baja.   "Ayah"   Lim Ceng im terkejut bukan main.   "Bu Lim sam Mo menggunakan senjata"   Serunya.   "Jangan cemas, Nak"   Ujar Lim Peng Hang dan berpesan.   "ingat, biar bagaimana pun engkau tidak boleh menjerit, sebab akan memecahkan perhatian dan konsentrasinya."   "Ya."   Lim Ceng im mengangguk. "sastrawan sialan Bu Lim sam Mo sungguh tak tahu malu. Mereka bertiga mengeroyok Cie Hiong, bahkan kini menggunakan senjata,"   Ujar sam Gan sin Kay bernada gusar.   "Pengemis bau"   Sahut Kim siauw suseng.   "Jangan khawatir, cie Hiong juga memiliki senjata pusaka."   "Oooh"   Sam Gan sin Kay manggut-manggut.   "suling kumala...."   Tidak salah. Ketika melihat Bu Lim sim Mo mengeluarkan senjata, Tio Cie Hiong mengeluarkan suling kumalanya.   "Hiyaaat"   Pekik Bu Lim sam Mo keras sambil menyerang Tio Cie Hiong dengan pedang.   Pedang Bu Lim sam Mo berkelebat mengarah pada Tio Cie Hiong.   Lim Ceng Im nyaris menjerit begitu melihatnya.   Yang paling kagum adalah Toan wie Kie Toan pit Lian, Gouw sian Eng, Lam Kiong Bie Liong dan para ketua tujuh partai.   Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Tio Cie Hiong berkepandaian setinggi itu.   "Aaakh..."   Lam Kiong Bie Liong menarik nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "   Kenapa engkau, saudara Lam Kiong?"   Tanya Toan wie Kie heran.   "Padahal aku telah berhasil mempelajari semacam ilmu pedang keluarga Lam Kiong. selama puluhan tahun, tiada seorang pun keluarga Lam Kiong dapat mempelajari ilmu pedang itu, hanya aku yang berhasil. Tapi...."   Lam Kiong Bie Liong menggeleng-gelengkan kepala lagi.   "setelah menyaksikan pertarungan itu, rasanya tiada artinya sama sekali ilmu pedangku."   "saudara Lam Kiong"   Toan wie Kie tersenyum.   "Jangan berkata begitu, aku pun sama seperti dirimu. Mungkin... Bu Lim Ji Khie juga berpikir demikian."   "Yang paling beruntung adalah Putri paman Lim, sebab Kakak Hiong sangat mencintainya."   Ujar Gouw sian Eng.   "Adik, sian Eng, semua itu telah merupakan takdir."   Toan wie Kie tersenyum lembut sambil memandangnya.   "Kita juga beruntung karena... telah saling mencintai untuk selama-lamanya. Ya, kan?" (Bersambung ke bagian 22)   Jilid 22 "Kakak Kie...."   Wajah Gouw Sian Eng memerah.   "oh ya, Adikku...."   Toan Wie Kie memandang Toan Pit Lian, lalu menoleh pada Lam Kiong Bie Liong seraya berkata.   "Saudara Lam Kiong, adikku itu terlampau dimanjakan, maka kadang-kadang sikapnya...."   "Kak Kenapa menyinggung diriku?"   Toan Pit Lian melotot.   "Ha ha"   Toan Wie Kie tertawa.   "Sesungguhnya...,"   Ujar Lam Kiong Bie Liong malu-malu.   "Saudara Toan, adikmu sangat lembut dan... cantik manis. Aku... aku terpukau melihatnya."   "Untung cuma terpukau,"   Sela Gouw Sian Eng sambil tersenyum.   "Belum mabuk kepayang...."   "Nona Gouw...."   Wajah Lam Kiong Bie Liong memerah, namun bergirang dalam hati, karena secara tidak langsung Gouw Sian Eng telah membantunya mencurahkan perasaannya pada Toan Pit Lian.   "Hi hi...."   Toan Pit Lian tertawa geli.   Sementara pertarungan tampak semakin tegang mencekam.   Sebab Bu Lim Sam Mo telah menyerang Tio cie Hiong, sedangkan Tio cie Hiong pun mengayunkan suling kumalanya.   Bu Lim Sam Mo menggunakan Pak Kek Kiam Hoat (Ilmu Pedang Kutub Utara), sedangkan cie Hiong menggunakan Glok SiauwBit ciat Kang Hoat (Ilmu Suling Kumala Pemusnah Kepandaian) yang diciptakannya sendiri.   Trang Trang Trang Terdengar suara benturan senjata.   Bunga api pun berpijar menyilaukan mata.   Mendadak Tio Cie Hiong bersiul panjang dan nyaring, kemudian menyerang Bu Lim sam Mo denganjurus Hai Lang Thau Thau (ombak Laut Menderu- deru).   Trang Trang Trang Terdengar lagi suara benturan senjata.   Bunga api pun berpijar ke manamana.   Pertarungan itu merupakan pertarungan antara mati dan hidup.   oleh karena itu siapa yang lengah, pasti roboh.   Lim Ceng Im menyaksikan pertarungan itu sambil menahan nafas, bahkan mengatupkan agar tidak menjerit tanpa sadar.   sedangkan Lim Peng Hang telah berkeringat dingin.   Begitu pula Bu Lim Ji Khie, Tui Hun, Lojin dan lainnya.   sementara pertarungan antara mati dan hidup itu terus berlangsung, tak terasa telah melewati puluhan jurus .   Mendadak Bu Lim sam Mo menyerang Tio cie Hiong bertubi-tubi dengan jurus-jurus andalan yang mematikan.   Tio Cie Hiong mengibaskan lengan kirinya.   Ternyata ia membendung seranganserangan lawan dengan lengan bajunya yang mengandung Pan Yok Hian Thian sin Kang, sehingga membuat pedang-pedang Bu Lim sam Mo tertahan sejenak.   Tio Cie Hiong tidak menyia-nyiakan kesempatan itu la langsung menyerang mereka denganjurus Hoan Thian coan Te (Membalikkan Langit Memutarkan Bumi) .   Tampak suling kumalanya berkelebatan ke sana ke mari.   Pada waktu bersamaan, Bu Lim sam Mo menyerang Tio Cie Hiong dengan Pak Kek sin ciang (Pukulan sakti Kutub Utara) yang mengandung hawa sangat dingin.   "Aaaakh..."Jerit Bu Lim sam Mo. Ternyata suling kumala Tio Cie Hiong telah berhasil memutuskan nadi Bu Lim sam Mo, sehingga membuat mereka roboh dan mulut mereka menyemburkan darah segar. Akan tetapi, Tio Cie Hiong pun terpukul oleh pukulan-pukulan yang dilancarkan Bu Lim sam Mo tadi. Namun ia tetap berdiri tegak di tempat, hanya saja wajahnya pucat pias. Cepat-cepat ia mengeluarkan dua butir obat, dan langsung ditelannya. Berselang sesaat, barulah ia berkata.   "Bu Lim sam Mo Walau kalian telah membunuh kedua orang tuaku, tapi aku tetap mengampuni nyawa kalian"   Tio Cie Hiong menatap mereka dengan dingin.   "   Cepatlah kalian enyah dari sini, dan melewati sisa hidup kalian dengan tenang di tempat terpencil Kini kepandaian kalian bertiga telah musnah"   "Pek Ih sin Hiap"   Ujar Tang Hai Lo Mo lemah.   "   Engkau jangan bergirang karena telah memusnahkan kepandaian kami Engkau pun telah terkena pukulan-pukulan kami, maka engkau tak akan bisa hidup lama"   "Aku tahu itu"   Tio Cie Hiong manggut-manggut.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tapi aku masih bisa mengobati diriku sendiri Nah, cepatlah kalian enyah"   Bu Lim sam Mo bangkit berdiri.   Mereka memandang Tio Cie Hiong dengan mata redup, kemudian dengan tertatih-tatih meninggalkan tempat itu.   Sesaat suasana di tempat itu menjadi hening.   Ketika Lim Ceng Im mau mendekati Tio Cie Hiong, tiba-tiba terdengar suara bentakan Lam Kiong Bie Liong.   "Mau kabur ke mana"   Lam Kiong Bie Liong langsung melesat pergi, Ternyata ia melihat sosok bayangan berkelebat.   la mengenali sosok bayangan itu, yang tidak lain Ku Tek Cun.   Toan wie Kie, Toan pit Lian dan Gouw sian Eng juga ikut melesat mengikuti Lam Kiong Bie Liong, begitu pula yang lain.   Tio Cie Hiong tidak tahu Lam Kiong Bie Liong mengejar siapa, namun ia pun melesat menyusul mereka.   Yang kabur itu memang Ku Tek Cun.   Ketika Bu Lim sam Mo bertarung dengan Tio Cie Hiong, ia bersembunyi di balik sebuah pohon.   setelah Bu Lim sam Mo roboh, segeralah ia kabur tapi terlihat oleh Lam Kiong Bie Liong.   Akhirnya Lam Kiong Bie Liong berhasil menyusul Ku Tek Cun.   Pemuda itu terpaksa berhenti, karena di hadapannya terdapat sebuah jurang yang ribuan kaki dalamnya.   "saudara Lam Kiong, kenapa engkau mengejarku?"   Tanya Ku Tek Cun dingin.   "Hm"   Dengus Lam Kiong Bie Liong.   "Engkau lebih jahat dari Bu Lim sam Mo Engkau ingin kabur? Tidak begitu gampang"   Ku Tek Cun menatap Lam Kiong Bie Liong dengan mata berapa api, lalu mendadak ia menyerangnya dengan pedang. Lam Kiong Bie Liong berkelit sekaligus menghunus pedangnya. Di saat bersamaan, muncullah Bu Lim Ji Khie, Lim Peng Hang dan lainnya.   "Ku Tek Cun"   Bentak Lim Peng Hang.   "Apa hubunganmu dengan Bu Lim sam Mo?"   "Mereka guru-guruku"   Jawab Ku Tek Cun sambil tersenyum dingin.   "Kalian ingin mengeroyokku? "   "Itu akan mengotori tangan kami"   Sahut Lim Peng Hang.   "   Kenapa engkau menodai Nona Yap. bahkan mempengaruhinya dengan ilmu sesat agar membunuh Tio Cie Hiong?"   "Ha ha ha Aku Ku Tek Cun. Aku memang ingin membunuh Tio Cie Hiong...."   "Ku Tek Cun"   Muncul Tio Cie Hiong sambit menatapnya tajam.   "Aku tiada permusuhan apa-apa denganmu, kenapa engkau begitu mendendam kepadaku?"   "Hm"   Dengus Ku Tek Cun.   "Sejak pertama kali melihatmu, aku sudah membencimu"   "Kenapa?"   Tanya Tio Cie Hiong heran.   "Gara-gara engkau, Hong Lui Kiam Khek jadi tidak menyayangiku, bahkan Phang Ling Hiang juga bersikap dingin terhadapku Nah, karena itulah aku mendendam kepadamu"   "Ku Tek Cun"   Tio Cie Hiong menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku tidak mempersalahkan itu, tapi... karena engkau menodai Yap In Nio dengan ilmu sesat, sehingga dia menuduhku?"   "Ha ha ha"   Ku Tek Cun tertawa gelak.   "Memang itu yang kuinginkan"   "   Engkau terlampau jahat dan licik, maka aku terpaksa memusnahkan kepandaianmu"   Ujar Tio Cie Hiong.   "oh?"   Ku Tek Cun tertawa dingin.   "Mari kita bertarung satu lawan satu"   "Baik,"   Tio cie Hiong mengangguk.   "   Lihat serangan"   Ku Tek Cun langsung menyerangnya dengan Pak Kek Kiam Hoat (Ilmu Pedang Kutub Utara).   "Ternyata engkau telah mempelajari ilmu pedang itu"   Ujar Tio Cie Hiong sambil berkelit, kemudian balas menyerang. setelah beberapa jurus, Ku Tek cun sudah berada di bawah angin. Tiba-tiba Ku Tek cun membentak dengan mata menyorot tajam. Ternyata ia mengerahkan ilmu sesatnya.   "Tio Cie Hiong Engkau harus berlutut di hadapanku"   "Ku Tek Cun"   Sahut Tio Cie Hiong halus.   "Engkaulah yang harus berlutut"   Sungguh di luar dugaan, mendadak Ku Tek Cun menjatuhkan diri berlutut di hadapan Tio cie Hiong. Tio Cie Hiong mengibaskan lengan bajunya, dan seketika Ku Tek cun terpental beberapa depa.   "   Engkau... engkau...."   Ku Tek cun menu-dingnya dengan jangan bergemetar. Ilmu kepandaiannya pun telah musnah.   "   Engkau memusnahkan kepandaianku?"   "Ku Tek Cun"   Sahut Tio Cie Hiong.   "Aku telah mengampuni nyawamu Maka mulai sekarang engkau harus menjadi orang baik-baik"   "Ha ha ha"   Ku Tek Cun terus tertawa seperti orang gila.   "Ha ha ha Tio Cie Hiong, engkau akan merasakan pembalasanku kelak Aku akan mencincangmu, aku akan mencincangmu^ "cie Hiong"   Bisik Lim Peng Hang.   "Dia begitu jahat, daripada menjadi penyakit dikemudian hari, lebih baik...."   "Jangan"   Tio Cie Hiong menggelengkan kepala.   "Aku pantang membunuh, Paman."   "Aaakh..."   Lim Peng Hang menghela nafas.   "Ku Tek Cun engkau boleh pergi sekarang"   Ujar Tio Cie Hiong sambil menatapnya.   "Ha ha ha Tio Cie Hiong Engkau akan merasakan pembalasanku kelak Ha ha ha...."   Mendadak badan Ku Tek Cun bergerak. ternyata ia meloncat ke dalam jurang yang menganga lebar. sayup,sayup masih terdengar suara tawanya.   "Aaakh..."   Tio Cie Hiong menarik nafas panjang.   "Aku tidak mau membunuhnya, tapi dia malah mencari mati sendiri..."   Usai berkata begitu, tiba-tiba Tio cie Hiong terkulai dengan wajah pucat pias, dan sekujur badannya menggigil kedinginan.   "Kakak Hiong..."   Jerit Lim Ceng Im sambil memeluknya.   "Haaah..."   La langsung melepaskan pelukannya, karena badan Tio Cie Hiong sedingin es. sedangkan Tio Cie Hiong berusaha duduk bersila, lalu memejamkan matanya. semua orang memandangnya dengan cemas, dan Lim Ceng Im sudah menangis terisak-isak.   "Dia juga terkena pukulan-pukulan sam Mo,"   Bisik sam Gan sin Kay sambil mengerutkan kening.   "Ya."   Kim siauw suseng mengangguk.   "   Kelihatannya dia telah mengalami luka dalam yang cukup parah."   Berselang beberapa saat kemudian, barulah Tio Cie Hiong membuka matanya lalu tersenyum kepada Lim Ceng Im.   "Adik Im...."   "   Kakak Hiong...."   Air mata Lim Ceng Im sudah meleleh.   "Bagaimana keadaanmu?"   "Ti... tidak apa-apa,"   Jawab Tio Cie Hiong dan tersenyum lagi. sesungguhnya ia telah menderita luka dalam yang sangat parah. Kalau ia tidak memiliki Pan Yok Hian Thian sin Kang dan pernah makan Kiu Yap Ling che, sudah mati dari tadi.   "   Kakak Hiong...."   L^m Ceng Im terus menangis.   "Ceng Im"   Ujar sam Gan sin Kay.   "Jangan terus menangis, kita harus segera kembali ke markas pusat"   "Kakek, aku akan menggendongnya,"   Ujar Lim Ceng Im dengan suara rendah.   "Jangan"   Sam Gan sin Kay menggelengkan kepala.   "   Lebih baik kita membuat usungan." "Betul."   Kim siauw suseng mengangguk.   Lam Kiong Bie Liong, Toan wie Kie, Toan pit Lian, Gouw sian Eng dan Lim Ceng Im sebera membuat sebuah usungan.   Tak lama mereka telah berhasil membuat sebuah usungan darurat, Lam Kiong Bie Liong dan Toan wie Kie menggotong Tio Cie Hiong, kemudian membaringkannya di usungan itu Lam Kiong Bie Liong dan Toan wie Kie ingin menggotong usungan tersebut, tapi Lim Peng Hang mencegah, lalu menyuruh beberapa pengemis peringkat kedua menggotong usungan itu Begitu sampai di markas pusat Kay Pang, Lim Ceng Im langsung memapah Tio Cie Hiong ke kamar.   Lam Kiong Bie Liong, Toan Wie Kie, Toan pit Lian dan Gouw sian Eng juga ikut ke kamar.   Kesatria Baju Putih Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo    Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini