Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bunga 3


Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 3


Pendekar Bunga Karya dari Chin Yung   "Maafkan.... Siauwnie sungguh tidak tahu mati, telah berani kurang ajar pada Thio Locianpwe! Suhu memang tengah menanti-nantikan dengan sangat kedetangan Thio Locianpwe!"   Dan setelah memberi hormat begitu, dia bangkit dan mempersilahkan Thio Sun Kie dan Eng Song, yang saat itu telah di turunkan oleh Thio Sun Kie dari kempitannya, untuk memasuki kuil. 40Kolektor E-BookDulu, belasan tahun yang lalu, memang Thio Sun Kie sering kali datang di kuil Gobie Pay.   Dengan sendirinya niekouw ini masih mengenalinya.   Tadi disebabkan keadaan cukup gelap dan juga memang selalu telah diliputi oleh perasaan tegang menantikan serangan lawan, dengan sendirinya dia main serang saja, sebab menduga bahwa Thio Sun Kie adalah kawannya Ong Peng Hin.   Thio Sun Kie dan Eng Song telah di ajak kesebuah ruangan.   Setelah melewati tiga pintu dan sebuah taman, akhirnya mereka telah sampai diruangan perpustakaan.   Si niekouw telah meminta agar Thio Sun Kie dan Eng Song menanti sebentar.   Dia sendiri telah cepat-cepat memberikan kabar kepada gurunya.   Dan tidak menanti lama, tampak mendatangi seorang niekouw yang sudah lanjut usianya.   Dibelakangnya berjalan beberapa orang niekouw yang berusia masih muda.   Salah seorang diantaranya yang tadi telah melancarkan serangan pada Thio Sun Kie di pintu kuil itu.   Bin An Sienie segera dapat mengenali tamunya itu.   "Hai! Hai! Selamat bertemu, Thio Kiehiap!"   Katanya sambil merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepada Thio Sun Kie.   Tentu saja Thio Sun Kie jadi sibuk untuk membalas pemberian hormat dari si niekouw tua itu.   Setelah itu, Thio Sun Kie juga memerintahkan kepada Eng Song untuk memberi hormat kepada niekouw tua itu dan murid-murid si niekouw.   Bin Ang Lonie telah mengawasi Eng Song sambil tersenyum.   Dia menyukai bocah ini.   "Siapa engko kecil ini, Thio Kiehiap!"   Tanya si niekouw tua dengan suara yang ramah.   "Dia adalah sahabat cilikku!"   Menyahuti Thio Sun Kie sambil senyum. Tentu saja jawaban Thio Sun Kie mengejutkan Bin An Sienie.   "Sahabat? Kalian bersahabat?"   Tanyanya dengan suara mengandung keheranan yang sangat. Thio Sun Kie telah mengangguk dengan tegas.   "Ya!"   Sahutnya.   "Akhhh, tadinya Pienie kira dia adalah muridmu, Thio Kiehiap!"   Kata si niekouw. Thio Sun Kie tersenyum.   "Apakah Lonie tidak ingat akan sumpahku yang tidak akan menerima murid?"   Tanya jago tua she Thio itu. Si niekouw seperti baru tersadar.   "Akhh, benar juga! Inilah suatu peristiwa yang sangat langka sekali! Yang seorang adalah seorang tua bangka yang hampir masuk kubur, sedangkan yang seorang lagi adalah bocah cilik...! Benar-benar sangat menakjubkan!! Sangat menakjubkan sekali!!" 41Kolektor E-BookSetelah itu, setelah basa-basi sesaat, merekapun telah mengambil tempat duduk masing- masing.   "Tentunya Thio Tayhiap telah menerima surat Pienie?"   Tanya niekouw tua yang menjadi Ciangbunjin dari Gobie-pay itu. Thio Sun Kie mengangguk.   "Kalau memang aku si tua bangka she Thio tidak menerima surat Lonie, mana mungkin hari ini aku berada disini..."   Kata Thio Sun Kie. Bin An Sienie telah tersenyum.   "Ya... dan semua itu tentunya telah Thio Kiehiap pelajari...! Maksud Pienie, tentunya Thio Kiehiap telah mengerti mengapa Pienie mengundangmu untuk berkunjung kemari, bukan?"   Thio Sun Kie mengangguk.   "Ya...!"   Katanya tertawa.   "Memang Lonie tampaknya tengah menghadapi ancaman yang tidak kecil!!"   Muka si niekouw ini jadi muram.   Dia menghela napas panjang.   Murid-muridnya, niekouw-niekouw muda itu berdiri berjajar dimuka pintu.   Tampaknya mereka tidak berani mendengarkan percakapan antara guru mereka dengan Thio Sun Kie.   Semuanya hanya menundukkan kepala mereka saja.   Sesungguhnya...!"   Kata Bin An Sienie lagi dengan suara yang perlahan "Urusan ini adalah persoalan belasan tahun yang lalu, tetapi siapa sangka akhirnya berbuntut demikian hebat!"   "Tunggu dulu Lonie... ada sesuatu yang ingin kukatakan!"   Kata Thio Sun Kie cepat memotong perkataan dari si niekouw tua itu.   "Ya?"   Dan Thio Sun Kie telah menceritakan semua apa yang disaksikan olehnya dikaki gunung Gobie San ini. Tentu saja si niekouw tua Bin An Sienie jadi terkejut sekali.   "Akhh, benarkah hal itu?"   Tanyanya dengan suara ragu-ragu sekali. Thio Sun Kie tertawa lebar.   "Apakah aku si orang she Thio ini suka berdusta pada Lonie?"   Katanya. Si niekouw tua itu telah menghela napas panjang berulang kali dengan wajah yang murung sekali.   "Pantas! Pantas saja!"   Dia menguman seorang diri dengan suara yang tidak jelas.   "Kenapa Lonie....?"   Tanya Thio Sun Kie ingin mengetahuinya.   "Pantas saja akhir-akhir ini banyak sekali orang-orang rimba persilatan yang selalu bergiliran datang kemari dengan berbagai cara mereka... ada yang datang secara baik-baik, untuk menginap disini, didalam kuil, ada juga yang datang dengan kekerasan ingin meminta Pedang Bunga! Tidak tahunya semua sumber berita itu dari mulutnya orang she Ong yang jahat itu! Hemmmm, ayahnya bangsat, tentunya putranya juga penjahat!"   Dan niekouw tua ini telah menghela napas panjang lagi. Dia memandang jauh sekali keluar dengan tatapan mata yang kosong. 42Kolektor E-Book"Sebetulnya Pienie sudah bosan dengan segala keramaian dunia dan urusan duniawi... dan sesungguhnya Pienie ingin hidup tenang seperti Thio Tayhiap...... Tetapi sayangnya, saat ini, Pienie belum memperoleh kesempatan!!"   "Lonie....."   Kata Thio Sun Kie dengan suara hati-hati dan mengawasi pendeta wanita yang sudah lanjut usianya itu.   "Sekarang ini aku si tua bangka she Thio ingin berlaku lancang sejenak untuk menanyakan sesuatu entah Lonie mau menjawabnya atau tidak...?"   "Apa yang ingin Thio Kiehiap tanyakan?"   Tanya pendeta wanita itu sambil mengawasi Thio Sun Kie dengan tatapan mata yang tajam. Thio Sun Kie memperlihatkan wajah yang bersungguh-sungguh waktu dia bertanya .   "Yang ingin Lohu tanyakan mengenai Pedang Bunga itu... apakah memang sesungguhnya telah berada ditangan Lonie?"   Tanya Thio Sun Kie. Mendengar pertanyaan Thio Sun Kie, Bin An Sienie telah menghela napas. Wajahnya tampak murung sekali.   "Membicarakan persoalan Pedang Bunga itu, ada ceritanya tersendiri!"   Kata Bin An Sienie dengan suara yang perlahan.   "Baiklah! Pienie akan segera menceritakannya...!"   Dan setelah berkata begitu, dia mulai bercerita dengan kisah Pedang Bunga yang sekarang memang telah berada ditangannya .   Waktu empat tahun yang lalu, ketika itu kebetulan sekali Bin An Sienie tengah turun gunung untuk mencari daun obat-obatan.   Maka dia telah berkelana dari gunung yang satu kegunung yang lainnya.   Pada suatu pagi, ketika Bin An Sienie tengah memeriksa pohon-pohon yang terdapat di kaki gunung Heng-san, tiba-tiba dikejutkan oleh suara rintihan seseorang.   Di dengar dari suara rintihan itu menandakan orang yang merintih itu sedang menderita kesakitan yang hebat.   Dengan cepat Bin An Sienie menyelidiki asal dari rintihan itu.   Dia memperhatikannya baik-baik dan mencari sumber dari asal suara rintihan itu.   Dan akhirnya dia mendengar semakin jelas ketika telah mengambil arah kebarat.   Di sebelah barat pegunungan Heng San merupakan tempat yang terjal sekali.   Juga penuh oleh goa-goa yang sangat banyak jumlahnya.   Dan suara rintihan itu keluar dari salah satu goa yang berada disamping gunung.   Tanpa ragu-ragu, Bin An Sienie telah melompat turun dan memasuki goa itu.   Dia mendengar semakin jelas suara rintihan itu.   Namun melangkah beberapa tindak memasuki goa itu, tiba-tiba sekali suara rintihan itu lenyap.   "Siapa... diluar?"   Dan sebagai gantinya terdengar suara seorang lelaki yang menegur dengan suara yang sangat parau sekali. Bin An Sienie cepat-cepat menyahutinya .   "Pienie... dari Gobie-pay... dan kebetulan tengah lewat ditempat ini dan mendengar suara rintihan!"   Menyahuti Bin An Sienie tidak mau memperkenalkan dirinya secara berterang.   "Karena mendengar suara rintihan itu, dan menduga ada orang yang tengah terluka dalam 43Kolektor E-Bookkesulitan, Pienie telah memberanikan diri untuk kemari, guna kalau dapat menolongi orang yang tengah menderita itu....!"   Sunyi sejenak. Bin An Sienie mengetahui bahwa orang didalam goa itu bimbang. Dia mendiami saja. Sampai akhirnya terdengar suara orang berkata dengan suara yang lamban .   "Masuklah...!"   Tanpa ragu-ragu, Bin An Sienie telah melangkah masuk.   Goa itu ternyata sempit sekali, semakin kedalam, semakin sempit.   Namun setelah menikung dua kali, akhirnya Bin An Sienie melihat goa itu mulai melebar.   Dan pendeta wanita dari Gobie-pay ini telah melihat sebuah ruangan yang cukup luas.   Ruangan itu merupakan ruangan terowongan juga.   Cuma saja, ditempat itu terlihat cerek dan tempat memasak air dengan kayu bakar.   Selain dari benda itu tidak dilihatnya benda lainnya.   Dan disudut ruangan goa itu, dilihatnya menggeletak seorang lelaki.   Usia lelaki itu sangat tua sekali.   Mungkin juga telah mencapai usia seratus tahun, karena rambutnya telah berwarna perak, putih keseluruhannya, dan juga janggutnya telah panjang sekali.   Jilid 3 CEPAT-CEPAT Bin An Sienie merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat. Biar bagaimana dia tidak bisa berlaku kurang ajar pada orang yang lebih tua.   "Siapakah Kiesu...? Mengapa berada disini?"   Tanya Bin An Sienie. Orang tua itu menghela napas. Sebelum menyahuti, dia telah merintih dulu untuk mengurangi rasa sakit yang menyerang dirinya. Lalu perlahan-lahan dia menyahuti .   "Aku Siauw Sin Cing dan telah kena dilukai musuh...!"   "Dapat Pienie memeriksa luka kau si orang tua?"   Tanya Bin An Sienie tanpa ragu-ragu. Orang tua itu terdiam. Tampaknya dia ragu bukan main. Namun akhirnya dia telah mengangguk juga.   "Baiklah!"   Katanya.   Bin An Sienie telah menghampiri dan memegang nadi dipergelangan tangan orang tua itu.   Si niekouw jadi terperanjat bukan main karena merasakan ketukan nadi dari si orang tua itu tidak beraturan, sebentar cepat dan sesaat lagi lalu perlahan.   44Kolektor E-BookTentu saja keadaan demikian menunjukkan bahwa kesehatan orang tua itu dalam keadaan tidak beres.   Cepat-cepat Bin An Sienie telah membuka baju orang tua yang dalam keadaan menggeletak tidak berdaya itu.   Begitu baju lelaki tua ini dibukanya.   Bin An Sienie mengeluarkan seruan tertahan.   Karena pada saat dada orang tua itu terlihat bekas tapak tangan.   Telapak tangan itu berwarna ungu, dan jelas sekali.   Lagi pula, dada lelaki tua yang mengaku bernama Siauw Sin Cing itu, telah melesak.   Hal ini menunjukkan bahwa penyerangnya yang telah berhasil melukai kakek tua she Siauw itu, tentunya seorang yang memiliki tenaga lwekang yang kuat sekali, karena dada kakek tua she Siauw itu sampai melesek.   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Dan juga disamping kekuatan tenaga dalamnya itu, tentunya orang yang telah meninggalkan telapak tangannya itu pada dada si kakek tua yang tercetak begitu jelas, menunjukkan dia memiliki tangan yang beracun sekali.   Apa lagi melihat warnanya yang ungu.   Dengan sendirinya, mau tidak mau sepasang alis dari Bin An Sienie jadi mengkerut dalam- dalam.   Dia telah mengawasi sejenak luka di dada dari orang tua itu.   "Inilah pukulan dari Hwe-sin-ciang (pukulan sakti berapi)....!"   Kata Bin An Sienie kemudian dengan suara perlahan sekali. Siauw Sin Cing yang rebah tidak berdaya itu telah mengangguk perlahan.   "Be.... benar! Memang aku terluka terkena pukulan dari Hwe-sin-ciang!"   Katanya dengan suara yang serak.   "Apakah Sienie bisa menyembuhkan lukaku ini?"   Mendengar pertanyaan si kakek tua itu. Bin An Sienie jadi ragu-ragu. Dia tidak segera menyahuti. Tampaknya pendeta wanita yang sudah lanjut usianya ini tengah berpikir keras. Sampai akhirnya dia telah mengangguk.   "Aku tidak berani berjanji bahwa aku dapat menyembuhkan lukamu itu, Kiesu (orang pandai), tetapi aku mau mengusahakannya sedapat mungkin menurut kemampuan yang dimiliki oleh Pienie". Setelah berkata begitu, Bin An Sienie telah bekerja cepat sekali. Dia telah mencabut pisau kecil dari pinggangnya, dia membelek kulit dada orang tua itu, sehingga darah hitam segera juga mengucur keluar. Dan kemudian membersihkan darah hitam itu, Bin An Sienie duduk bersila. Dia menempelkan telapak tangannya pada telapak tangan si kakek tua. Dan pendeta wanita ini telah mengempos menyalurkan tenaga dalamnya. Dengan sendirinya, serangkum tenaga dalam yang halus menerobos keluar dari telapak tangan Bin An Sienie dan menyelusup masuk kedalam telapak tangan kakek tua itu. 45Kolektor E-BookDengan cara demikian, Bin An Sienie ingin agar racun yang sudah mengendap itu dapat didorong keluar lagi oleh kekuatan tenaga dalamnya.   Dan hawa murni yang memasuki telapak tangan si kakek begitu halus dan panas.   Perlahan-lahan dari luka belekan dari pedang Bin An Sienie pada dada orang tua itu, maka terlihat darah hitam telah mengucur semakin banyak juga.   Dan kennudian perlahan-lahan warna darah itu berobah mulai merah.   Tetapi Bin An tidak berhenti sampai disitu, dia telah mengempos terus kekuatan tenaga dalamnya, sehingga darah yang keluar dari bekas luka didada orang itu masih saja mengucur deras.   Dan tampaknya Bin An Sienie juga sangat letih sekali, karena keringat juga telah mengucur deras bukan main dari muka dan sekujur tubuhnya.   Tetapi Bin An Sienie tetap juga tenis mengeluarkan dan menyalurkan seluruh kekuatan tenaga dalam yang dimilikinya itu.   Dia telah mengemposnya.   Sampai ketika dia melihatnya bahwa darah benar-benar telah membening dan murni, baru dia berhenti menyalurkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.   Tetapi tetap saja telapak tangannya itu ditempelkan pada telapak tangan si kakek tua.   Karena Bin An Sienie ingin menyalurkan tenaga murninya pada sekujur jalan darah kakek tua itu, agar dapat disalurkan untuk memulihkan semangat kakek tua itu.   Setelah berselang sesaat lamanya lagi, barulah dia menghentikan penyaluran tenaga dalamnya itu.   Dia telah mengambil kantong obat-obatannya.   Dikeluarkannya beberapa macam obat, dan kemudian membalurkannya pada luka didada dari si kakek tua itu.   Dengan diborehinya obat itu, si kakek merasa nyaman bukan main.   Perasaan sakit yang tadinya terlalu menyiksa dirinya telah lenyap.   Harnpir sama sekali dia sudah tidak merasakan perasaan sakit apa-apa lagi.   Dan juga, malah saking tenang dan nyamanya, dia sampai tertidur nyenyak.   Dengan sabar, Bin An Sienie telah menantikan dipinggir si kakek.   Karena dia takut kalau-kalau nanti ada orang jahat yang memasuki goa ini dalam keadaan si kakek tengah tidur nyenyak begitu.   Tentu bisa membahayakan jiwa si kakek tua tersebut.   Maka dia tidak pergi kemana-mana.   Lama juga kakek tua yang telah lanjut usianya itu tertidur nyenyak.   Sampai akhirnya terdengar suara seruan tertahan dari mulutnya, disusul tubuhnya yang telah melompat bangun berdiri dengan sikap yang garang bukan main.   Tentu saja Bin An Sienie jadi terperanjat bukan main.   Dilihatnya wajah si kakek sangat garang dan bengis sekali.   Tengah menatap kearahnya.   Tubuh Bin An Sienie jadi tergetar ditatap oleh si kakek tua dengan sorot mata seperti itu.   46Kolektor E-BookNamun disaat itu juga si kakek tua telah mengenali bahwa niekouw inilah yang telah menolongi jiwanya dari keracunan yang dideritanya. Dan sorot matanya jadi meredup kembali.   "Akkkhhh...!"   Dia mengeluh sambil duduk pula.   "Kukira aku masih dalam pertempuran! Rupanya aku hanya bermimpi saja..."   Dan berulang kali dia telah menghela napas. Diluar kesadarannya, ternyata dia telah dapat melompat berdiri dengan sikap yang gagah. Dan ketika dia teringat akan hal itu, membuat si kakek tua ini jadi girang bukan main.   "Ini.... ini... oohhh, sungguh menggembirakan sekali!"   Katanya. Dan dia telah cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepada Bin An Sienie.   "Benar-benar Sienie memiliki tangan dewi!"   Katanya dengan suara berterima kasih.   "Jiwaku yang sudah lapuk dan tua ini ternyata masih diselamatkan oleh kau...!"   Berulang kali kakek tua itu telah memberi hormat kepada Bin An Sienie. Si niekouw cepat-cepat menyingkir. Dia tidak mau menerima pemberian hormat dari kakek tua itu.   "Semuanya itu hanya usaha belaka, Kiesu!"   Katanya cepat. Dan yang menentukan adalah Thian (Tuhan)..... dan ternyata memang Thian menginginkan Kiesu tetap sehat kembali, maka usahaku untuk mengobati Kiesu berhasil dengan baik!"   "Namun aku si tua bangka telah merepotkan kau benar!"   Kata kakek tua itu. Si niekouw telah tersenyum dengan sikapnya yang sabar sekali.   "Soal itu tidak perlu Kiesu terlalu pikirkan!"   Katanya sabar.   "Dan.... ku kira cukup sampai disini saja, kesehatan Kiesu telah pulih sebagian besar! Tinggal mengasoh beberapa hari saja, tentu seluruh kesehatan Kiesu akan pulih semuanya....!"   Setelah berkata begitu, Bin An Sienie telah merangkapkan sepasang tangannya.   Dia memberi hormat untuk pamit.   Si kakek hanya diam saja mengawasi.   Ketika niekouw itu memutar tubuhnya untuk melangkah keluar dari goa itu, dia juga hanya mengawasi saja.   Dan waktu Bin An Sienie sampai mulut goa, dia telah memanggilnya .   "Tahan.... tunggu dulu sebentar teriaknya!"   Teriaknya. Bin An Sienie jadi heran. Dia telah merandek dan memutar tubuhnya.   "Apakah Kiesu masih memerlukan bantuanku?"   Tanya si niekouw dengan sabar. Muka si kakek tua itu jadi tegang.   "Apakah kau benar-benar menolongku tanpa mengharapkan sesuatu balasan atas imbalan jasamu?"   Tanya kakek tua itu dengan ragu-ragu. 47Kolektor E-BookMendengar pertanyaan si kakek tua itu, si niekouw telah senyum manis.   "Kiesu jangan memiliki pikiran yang tidak-tidak! Tenangkan saja hatimu! Dan sebagai seorang yang beribadat dan patuh pada ajaran Budha, maka dari itu, Pienie mana boleh mengharapkan sesuatu balasan atas perbuatan dan bantuan yang Pienie berikan itu? Semua itu telah menjadi kewajiban Pienie untuk menolong siapa saja yang sedang dalam kesulitan!"   Tetapi kakek tua Siauw Sin Cing itu seperti benar-benar kebingungan.   "Ini...... ini...."   Katanya dengan suara yang ragu sekali.   "Ya..... apakah ada sesuatu yang tidak beres?"   Tanya Bin An Sienie sambil mengerutkan sepasang alisnya. Tetapi kakek tua itu telah menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Hanya ada satu yang benar-benar membingungkan hatiku!"   Kata Siauw Sin Cing.   "Katakanlah Kiesu, kalau memang aku bisa membantu, aku pasti akan berusaha untuk membantu kesulitan Kiesu itu, agar urusan menjadi beres.....!"   Kata Bia An Sienie dengan suara yang sabar.   "Justeru urusnn yang membingungkan hatiku itu menyangkut persoalan diri Lonie....!"   Kata si kakek she Siauw itu ragu-ragu.   "Hah?"   Bin An Sienie jadi kaget setengah mati.   "Mengapa begitu? Ada urusan apakah yang memiliki sangkut pautnya dengan Pienie?"   Muka kakek tua Siauw Sin Cing tampak berobah tegang sekali.   "Sekarang kau jawablah yang jujur, apakah pertolongan yang kau berikan kepadaku itu bukan terkandung maksud-maksud tertentu dan hanya pura-pura?"   Tanya si kakek tua itu. Mendengar pertanyaan si kakek tua she Siauw yang demikian, hati Bin An Sienie jadi tersinggung. Wajahnya juga telah berobah hebat.   "Kiesu!"   Katanya tidak senang.   "Kalau memang Kiesu mau menerima pertolonganku itu, tanpa mengucapkan terima kasih, aku telah puas! Tetapi mengapa sebaliknya Kiesu menuduhku yang bukan-bukan! Lagi pula seperti kita lihat sekarang ini, Kiesu terkurung didalam goa ini, baju Kiesu saja telah robek-robek begitu, maaf bukan Pienie menghina Kiesu.... tetapi memang kenyataannya aku telah melihat sendiri, betapa Kiesu tidak memiliki harta apapun juga! Biar aku mengharapkan imbalannya, tentu Kiesu juga tidak bisa memberikannya!"   Mendengar nada suara dari si niekouw yang tampaknya tersinggung itu, cepat-cepat si kakek tua Siauw Sin Cing telah merangkapkan tangannya. Dia telah memberi hormat.   "Maaf! Maaf! Bukan begitu maksudku!"   Katanya dengan cepat.   "Maukah Lonie berdiam sejenak lagi disini untuk mendengar ceritaku?!"   Bin An Sienie yang telah tersinggung hatinya, jadi tidak begitu gembira. Namun sebagai seorang yang berhati welas asih dan sangat sabar, maka Bin An Sienie telah mengangguk. Dia telah duduk untuk mendengarkan cerita dari lelaki tua tersebut.   "Begini Lonie..... sesungguhnya aku dilukai oleh musuhku itu, disebabkan mereka menginginkan sesuatu barang dariku, yang ingin direbut oleh mereka! Itulah sebabnya aku telah terluka demikian! Namun barang yang mereka inginkan itu telah kusimpan baik-baik disuatu 48Kolektor E-Booktempat, maka tidak mungkin mereka bisa memperoleh benda itu, biarpun akhirnya aku harus binasa, tidak oleh luka ini, tentu oleh usiaku yang telah sangat lanjut sekali.....!"   Bin An Sienie hanya mendengarkan saja, karena dia sendiri tidak mengetahui, entah peristiwa hebat apa yang telah menimpah diri si kakek. Sampai-sampai dirinya Bin An Sienie telah dicurigai begitu keras.   "Maka dari itu.......... maaf Lonie..... waktu kau menawarkan diri untuk mengobati lukaku itu, aku telah menduganya bahwa kau tentu mengharapkan sesuatu dariku dan pura-pura berbuat baik untukku.......! Tetapi kenyataannya, setelah aku sembuh demikian, kau pamitan begitu saja.... dan yang mengherankan lagi, aku telah melihatnya, Lonie bersungguh-sungguh, tidak memperlihatkan perasaan apapun juga, selain perasaan girang telah dapat dan berhasil menyembuhkan diriku! Itulah suatu hal yang sangat menakjubkan sekali!"   Bin An Sienie semakin tidak mengerti.   "Mengapa harus memiliki perasaan begitu, Kiesu?"   Tanyanya.   "Karena semua orang menginginkan Pedang Bunga yang berada ditanganku !"   Menyahuti orang tua itu dengan suara yang tegas.   "Pedang Bunga?"   Berseru Bin An Sienie dengan suara terkejut. Lelaki tua yang sangat lanjut usianya itu telah mengangguk.   "Ya....!"   Katanya.   "Dan akupun dilukai oleh musuhku karena dia berusaha keras untuk merebut Pedang Bunga dari tanganku! Tetapi siapa sangka, begitu aku dilukainya, malah aku telah berhasil melarikan diri dan bersembunyi disini, sehingga aku dapat ditolong oleh kau...!!"   Bin An Sienie hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja.   "Dan.... kau tentu pernah mendengar perihal Pedang Bunga itu, bukan?"   Tanya lelaki tua she Siauw itu dengan suara sungguh-sungguh. Bin An Sienie telah mengangguk cepat.   "Ya, yang Pienie dengar perihal Pedang Bunga itu, senjata itu merupakan senjata nomor wahid didalam rimba persilatan!"   Kembali lelaki tua Siauw Sin Cing itu, telah mengangguk perlahan. Dan dia telah bangkit dari duduknya, sambil katanya .   "Kau tunggu sebentar, Lonie....."   Setelah berkata begitu, dia melangkah memasuki goa lebih dalam.   Waktu dia kembali, dia telah membawa sebilah pedang yang sangat bercahaya sekali, berkilauan, sehingga waktu itu, keadaan didalam goa itu jadi terang menderang disebabkan sinar pedang ini.   "Pedang yang bagus!"   Berseru Bin An Sienie dengan suara yang nyaring, terlihat dia kagum sekali. Siauw Sin Cing telah mengangguk.   "Ya!"   Dia menyahuti sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tidak henti-hentinya dan telah menggerak-gerakkan pedang pusaka yang ada ditangannya itu.   "Baiklah Kiesu..... kukira telah cukup banyak waktu kubuang begini saja, aku masih mempunyai banyak urusan yang harus kuselesaikan!"   Siauw Sin Cing telah berdiam ragu, tetapi kemudian dia telah mengangguk. 49Kolektor E-Book"Apakah Lonie tidak berselera untuk memiliki pedang ini, pedang pusaka?!"   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tanya Siauw Sin Cing dengan suara ragu-ragu. Si niekouw jadi terkejut. Dia cepat-cepat telah merangkapkan sepasang tangannya.   "Omitohud! Siancai! Siancai! Janganlah Kiesu mempunyai pandangan begitu rendah pada Pienie!"   Kata si niekouw yang tersinggung. Si lelaki she Siauw itu cepat-cepat telah merangkapkan tangannya dan telah menjurah memberi hormat.   "Bisakah Lonie meninggalkan gelaranmu yang harum?"   Tanyanya kemudian dengan suara yang halus. Bin An Sienie ragu sejenak, namun dia telah mengangguk juga akhirnya.   "Baiklah... aku akan menceritakan, persoalan ini dari hal yang sesungguhnya! Sebetulnya aku adalah Ciangbunjin dari Gobie-pay.... biasanya Pienie digelari oleh orang-orang dan sahabat- sahabat rimba persilatan dengan gelaran Bin An Sienie."   "Hah?"   Muka lelaki tua itu telah berobah, memperlihatkan perasaan girang bukan main.   "Kebetulan sekali Lonie! Kebetulan sekali!"   Katanya berulang kali penuh kegembiraan. Si niekouw jadi heran.   "Apa yang kebetulan itu, Kiesu?"   Tanyanya tidak mengerti sama sekali.   "Memang aku sedang mencari orang pandai untuk melindungi pedang pusaka ini....!"   Kata Siauw Sin Cing sambil mengacungkan pedang pusakanya itu keatas.   "Dan tentunya Lonie bersedia untuk menerima pedang pusaka ini dan merawatnya baik-baik?"   Mendengar pertanyaan orang, Bin An Sienie telah tersenyum tawar.   "Menyesal sekali aku tidak bisa meluluskan permintaanmu! Aku sendiri jadi jeri untuk berurusan dengan Pedang Bunga itu! Karena Pienie telah banyak mendengar perihal pedang itu, yang selalu membawa sial dan kematian buat majikannya!"   Muka si lelaki tua Siauw Sin Cing jadi berobah.   "Jadi...... jadi benar-benar memang Lonie tidak berselera terhadap pedang ini?"   Tanyanya ragu. Bin An Sienie mengangguk cepat sekali dan juga sikapnya tegas.   "Ya.... Kiesu simpan saja sendiri, mungkin nanti dibutuhkan oleh Kiesu.......!"   Kata si niekouw. Sekarang si lelaki Siauw Sin Cing baru yakin bahwa niekouw tua ini bukanlah sebangsa manusia baik-baik. Maka tahu-tahu Siauw Sin Cing telah menekuk kedua kakinya, dia telah berlutut memberi hormat.   "Lonie... aku mempunyai satu permohonan padamu! Kalau kau tidak mau mengabulkannya, tentu aku berlutut dalam keadaan begini, sampai aku menemui kematian!"   Mendengar perkataan jago tua she Siauw itu, tentu saja Bio An Sienie jadi kaget.   "Apa maksud dari Kiesu?"   Tanyanya bingung dan tidak mengerti. 50Kolektor E-Book"Aku akan berlutut terus dalam keadaan demikian kalau memang Lonie tidak mau untuk menerima pedang pusaka ini sebagai hadiah dariku...!"   Tetapi baru saja Siauw Sin Cing berkata sampai disitu, Bin An Sienie telak mengulap- ulapkan tangannya.   "Jangan berkata begitu, biarpun Kiesu mendesak bagaimana hebatnya, tetap saja Pienie menolaknya dengan keras, karena menurut pandangan mata Pienie, bahwa seorang dengan memiliki Pedang Bunga itu, pasti akan menghadapi banyak rintangannya! Itulah sebabnya. Pienie pikir, ada baiknya jika memang Pienie tidak menerima pedang itu, dengan begitu, dengan begitu, kesulitan yang akan menimpah diri Pienie jadi tidak ada...!"   Tetapi disaat itulah muka orang she Siauw tersebut jadi berobah hebat. Karena dia telah melihatnya, betapa si niekouw tua tetap dengan pendiriannya tidak mau menerima pedang pusaka tersebut.   "Benar"   Lonie tetap tidak mau menerima pedang ini?"   Tanyanya lagi. Si niekouw telah menggelengkan kepalanya sambil tersenyum ramah.   "Baiklah!"   Kata Siauw Sin Cing dengan suara yang dingin.   "Kalau memang Lonie tetap tidak mau menerima Pedang Bunga ini, biarlah pedang ini yang akan membuntungi batang leherku!"   Dan setelah berkata begitu, sengaja Siauw Sin Cing menggerakkan pedang di tangannya itu akan menebas batang lehernya sendiri.   Dia memang telah nekad.   Karena Siauw Sin Cing merasa berputus asa pada pendirian si niekouw.   Dia telah melihatnya, bahwa hari ini dia merasa cocok dan telah menemui orang yang sesuai untuk memegang pedang pusaka ini.   Dia bernafsu sekali untuk menyerahkan pedang pusaka yang menjadi rebutan tokoh rimba persilatan itu kepada Bin An Sienie.   Tetapi celakanya, justeru Bin An Sienie adalah seorang niekouw, yang sudah menjauhkan diri dari urusan keduniawian, maka dia tidak mempunyai selera untuk memiliki benda pusaka seperti Bunga itu.   Dan disebabkan putus asa, maka Siauw Sin Cing telah berpikir, kalau memang dia membunuh diri dengan pedang itu tentunya si niekouw akan menyesal dan akhirnya akan mengambil pedang itu untuk disimpannya.   Tetapi disaat pedang itu meluncur cepat sekali kebatang leher dari Siauw Sin Cing, disaat itulah dengan cepat sekali si niekouw Bin An Sienie telah bergerak.   Lengan jubahnya telah bergerak mengibas pedang yang tengah menyambar kearah batang leher Siauw Sin Cing.   Gerakan yang dilakukan oleh Bin An Sienie sangat cepat sekali.   Lengan baju yang mengandung tenaga dalam itu melibat pedang pusaka itu.   Dan sekali gentak, si niekouw telah berhasil menahan melajunya pedang itu.   "Tahan!"   Teriak Bin An Sienie. Siauw Sin Cing menahan meluncurnya pedang itu. 51Kolektor E-BookWajahnya tampak berseri-seri waktu dia bertanya .   "Apakah Lonie telah merobah pikiran dan mau menerima pedang ini sebagai hadiah dariku?"   Tanyanya. Bin An Sienie telah mengerutkan sepasang alisnya, lalu tanyanya .   "Sebetulnya apa maksud dari Kiesu?"   Siauw Sin Cing telah tersenyum.   "Usiaku sudah terlalu lanjut, dan orang-orang didalam rimba persilatan terlalu banyak yang mengincar pedang ini, maka dari itu aku memang merasakan bahwa aku sudah tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankan terus! Mau tidak mau aku mencari seseorang yang mau menyimpan pedang ini baik dan melindunginya agar tidak jatuh ditangan orang jahat..."   Dan setelah berkata begitu, Siauw Sin Cing menghela napas panjang. Tampaknya dia sangat berduka sekali. Dan Bin An Sienie jadi sangsi bukan main. Dia berdiam diri sejenak, dan kemudian telah berkata dengan suara ragu .   "Baiklah... kalau memang begitu juga yang menjadi persoalannya, aku tidak bisa mengatakan apa-apa....! Cuma terus terang kukatakan, bahwa pedang ini jika disimpan oleh Pienie, maka akan Pienie simpan disebuah tempat yang sukar di ketahui orang! Satu kalipun tidak akan Pienie pergunakan!"   "Bagus!"   Berseru Siauw Sin Cing dengan suara yang nyaring.   "Dan nanti kalau memang Lonie sudah bertemu dengan seseorang yang Lonie rasa cocok sebagai pewaris pedang ini, dapat Lonie serahkan kepadanya!"   Si niekouw telah mengangguk mengerti.   Maka terjadilah serah terima pedang pusaka Pedang Bunga itu.   Untuk selanjutnya Pedang Bunga berada ditangan Bin An Sienie.   Sedangkan, orang tua itu dengan senang hati telah berlalu.   Wajahnya berseri-seri, karena dia merasakan seperti terlepas dari suatu tanggung jawab yang sangat berat sekali.   Sedangkan Bin An Sienie sendiri selanjutnya mengalami gangguan yang tidak kecil.   Karena setiap harinya, sejak dari peristiwa itu, dia selalu dikejar-kejar oleh jago-jago rimba persilatan.   Dan setiap kali pula, ada-ada saja jago-jago rimba persilatan yang memiliki kepandaian lumayan tingginya telah berusaha untuk merebut pedang itu.   Keruan saja hal tersebut membuat Bin An Sienie jadi kaget sendirinya.   Bukan main terkejutnya dia memperoleh kenyataan bahwa Pedang Bunga itu membawa suatu malapetaka yang bukan main hebatnya.   Dan juga memang suatu saat memang Bin An Sienie terlalu hebat menerima serbuan dari orang-orang rimba persilatan.   Malah sampai pernah sampai duapuluh lebih dari jago-jago rimba persilatan telah mengepung Gobie Pay.   Namun berkat kepandaian dari Bin An Sienie yang bukan main tingginya, dengan sendirinya dia dapat mengusir dan menghadapi jago-jago itu.   52Kolektor E-BookDan juga diantara kedua puluh jago-jago yang datang menyerbu itu, ada beberapa orang yang telah dapat dibinasakan oleh si niekouw.   Diantaranya termasuk orang she Ong, Dan semua itu akhirnya ternyata orang she Ong tersebut adalah ayah dari Ong Peng Hin.   Itulah buntut dari persoalan dendam yang membara dihati Ong Peng Hin.   Dengan sendirinya, mau tidak mau memang hal ini telah membuat Ong Peng Hin berusaha mengumpulkan kembali orang-orang rimba persilatan untuk melancarkan penyerbuannya.    ooo O ooo 3 SETELAH menceritakan segalanya itu, maka akhirnya Bin An Sienie telah menghela napas panjang.   Tampak wajahnya sangat berduka bukan main.   Biar bagaimana memang kenyataannya dia menghadapi kesulitan yang tidak kecil.   Dan masalah Pedang Bunga ini termasuk sebagai masalah rimba persilatan.   Karena terlalu banyak jago-jago yang berusaha untuk memiliki Pedang Bunga itu.   Mau tidak mau memang kenyataan seperti ini telah memaksa Bin An Sienie untuk memeras otak untuk mencari jalan keluarnya.   Kalau memang keadaan seperti ini terus menerus, pasti lama kelamaan Gobie Pay akan mengalami kehancuran juga.   Karena dari hari kehari, penyerbuan orang-orang rimba persilatan semakin banyak saja.   Thio Sun Kie yang mendengar cerita sahabatnya ini jadi ikut bingung.   Dia telah menyaksikan tadi, berapa banyaknya orang-orang rimba persilatan yang dari berbagai golongan telah berhasil dikumpulkan oleh Ong Peng Hin.   Dengan sendirinya, jika sudah tiba waktunya, yaitu Sie-gwe Cap-go tentunya Gobie Pay akan dilanda oleh suatu yang sangat hebat.   Maka dari itu, biar bagaimana keadaan seperti ini pasti bisa membahayakan keselamatan kuil Gobie-pay itu.   Dan diantara semua itu, Bin An Sienie telah mencarikan daya.   Dia tidak pernah berhasil menemukan jalan yang dirasa paling baik.   Saking kewalahan, maka dia telah meminta agar Thio Sun Kie untuk datang berkunjung ke Gobie Pay.   Maksudnya dia ingin meminta pertimbangan dari sahabatnya ini.   Dengan sendirinya, mau tidak mau Thio Sun Kic menghadapi urusan yang cukup rumit.   Maka dia tidak bisa memberikan pertimbangan disaat itu juga.   53Kolektor E-BookSetelah bercakap-cakap sesaat lagi dengan Ciangbunjin dari Gobie Pay ini, merekapun telah pergi beristirahat ketempat masing-masing.   Sedangkan Thio Sun Kie dan Eng Song telah diberikan sebuah kamar tamu yang terletak dibelakang kuil.   Besok paginya, tentu dia bisa mencarikan jalan yang baik untuk kawannya itu.   Biar bagaimana Bin An Sienie harus memperoleh petunjuk dan jalan keluar yang tidak menimbulkan kegoncangan hebat buat Gobie Pay.   Malam itu Thio Sun Kie jadi tidak bisa tidur nyenyak.   Dia mengawasi Eng Song yang tidur disebelahnya dengan nyenyak.   "Kasihan bocah ini, dia belum sempat mempelajari ilmu silat yang berarti, sudah harus terlibat didalam pergolakan seperti ini! Dengan sendirinya waktuku jadi berkurang dan perhatianku juga jadi berkurang pula...! Hai! Hai!"   Dan berulang kali Thio Sun Kie telah menghela napas tidak hentinya.   Hari telah menjelang malam, suara kentongan sudah dipukul dua kali.   Hal itu menunjukkan malan telah larut benar.   Tetapi Thio Sun Kie masih juga belum dapat tertidur.   Otaknya berpikir terus.   Dan dia tetap berpikir ketika menjelang fajar.   Tetapi sampai begitu jauh, dia masih belum menemui jalan yang sebaik-baiknya buat Bin An Sienie.   Dengan sendirinya, Thio Sun Kie sendiri jadi bingung, karena dia menyadari bahwa Bin An Sienie ternyata menghadapi urusan yang tidak kecil.   Keesokan paginya, Bin An Sienie telah mengundang Thio Sun Kie dan Eng Song untuk sarapan pagi bersama.   Disaat itulah si niekouw telah berkata dengan suara mengharap .   "Bagaimana sahabatku, apakah kau telah memperoleh pikiran yang baik untuk memecahkan persoalan ini?"   Tanya si niekouw.   "Sudah!"   Mengangguk Thio Sun Kie.   "Bagus! Jalan apakah yang sekiranya kau anggap baik untuk mengatasi segala persoalan yang ada ini?"   Wajah si niekouw tampak berseri-seri. Dia girang mendengar sahabatnya ini telah memperoleh jalan keluar.   "Semalam aku telah memeras otak untuk berpikir terus menerus..... tetapi menemui jalan buntu! Sampai akhirnya dikala fajar, aku baru teringat kepada seorang sahabat lama!"   "Siapa dia?"   Tanya si niekouw tua itu dengan suara yang mengharap.   "Sahabat lamaku itu seorang aneh sekali sifatnya, dia juga sangat mudah tersinggung. Juga mudah marah. Tetapi hatinya sesungguhnya sangat lembut. Disebabkan sifatnya yang buruk itu, dia akhirnya memutuskan untuk hidup mengasingkan diri dipuncak gunung Kun Lun....!!"   "Oh aku tahu!"   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Berseru si niekouw dengan suara yang nyaring.   "Siapa?"   "Ku Kuay Kiehiap!" 54Kolektor E-Book"Tepat!"   Berseru Thio Sun Kie dengan suara yang nyaring.   "Memang dia yang kumaksud!"   "Lalu apa hubungannya antara urusan Pienie dengan Ku Kuay Kiehiap?"   Tanya si niekouw kemudian sambil mengawasi tajam pada Thio Sun Kie.   "Jelas dia yang bisa menolong kita!"   Menyahuti Thio Sun Kie.   "Seperti Lonie tentu mengetahuinya, bahwa kepandaian yang dimiliki Ku Kuay Kiehiap sangat luar biasa sekali, sukar diukur dan sulit di terka! Tetapi jelasnya untuk saat-saat sekarang ini, dialah merupakan jago nomor wahid didalam dunia persilatan, tidak ada tandingnya! Bukankah begitu, Lonie?"   Si niekouw telah mengangguk.   "Tetapi untuk mengundang Ku Kuay Kiehiap kita mempunyai banyak kesulitan! Kesatu, dia seorang yang beradat aneh, belum tentu dia mau datang kemari! Lagi dari tempat ini ke Ku Lun San sangat jauh sekali, mungkin memakan waktu perjalanan selama dua bulan......! Bagaimana kita keburu untuk menghadapi orang-orang yang diundang oleh Ong Peng Hin untuk mengacau Gobie Pay ini?"   Waktu berkata begitu tampak jelas terlihat diwajahnya, niekouw ini jadi gelisah sekali.   "Tetapi Thio Sun Kie telah tersenyum sabar.   "Begini Lonie.....!"   Kata Thio Sun Kie kemudian.   "Sesungguhnya bukan aku menganjurkan untuk mengundang Ku Kuay Kiehiap...... tetapi maksudku, ialah kita meminta agar Songjie pergi menemuinya!"   "Hah!"   Tampaknya Bin An Sienie jadi terkejut sekali.   "Kenapa Lonie?"   Tanya Thio Sun Kie dengan sikapnya yang tetap tenang.   "Ini mana mungkin? Song-jie masih terlalu kecil, dengan sendirinya tidak mungkin dia bisa melakukan perjalanan yang sejauh itu! Dan umpama memang dapat, tetapi tidak mungkin dia bisa mencari tempat tinggal dari Ku Kuay Kiehiap! Bukankah urusan akan menjadi kapiran?"   Dan setelah berkata begitu, Bin An Sienie telah menghela napas berulang kali. Tampaknya si niekouw sangat masgul sekali. Tetapi Thio Sun Kie tetap tersenyum sangat tenang sekali.   "Dengar dulu keteranganku Lonie jangan kau memotongnya sebelum aku menyelesaikan perkataanku ini!"   Kata Thio Sun Kie. Si niekouw mengangkat kepalanya, katanya .   "Nah, coba kau jelaskan, Thio Kiesu!"   Thio Sun Kie telah mengambil cawannya, dia telah menghirup air tehnya. Kemudian baru berkata .   "Maksudku mengutus Song-jie untuk membawa Pedang Bunga untuk dipersembahkau kepada Ku Kuay Kiehiap!"   "Hah!!"   Kembali satu kali lagi si niekouw jadi kaget bukan main.   "Mana mungkin itu?!"   "Mungkin saja! Aku yang akan menulis sepucuk surat kepada Ku Kuay Kiehiap.... dan menjelaskan segala-galanya! Pedang Bunga bukan diberikan kepadanya, cuma kau titipkan sementara waktu padanya! Bukankah kepandaian Ku Kuay Kiehiap telah tidak ada taranya diwaktu sekarang-sekarang ini? Maka siapa yang bisa merampas pedang itu dari tangannya?" 55Kolektor E-Book"Tetapi.... aku kuatir sekali kalau-kalau dijalan Song-jie mengalami halangan! Inilah yang sangat memberatkan hatiku! Karena justeru didalam perjalanan itulah yang terlalu berat risikonya.....!"   "Kita bungkus biar rapih Pedang Bunga dan Song-jie sebagai seorang bocah cilik tidak mungkin menarik perhatian siapapun juga."   Niekouw tua yang menjadi Ciangbunjin dari Gobie-pay itu telah menghela napas panjang.   "Ya.... hal ini memang merupakan masalah yang sulit sekali! Aku telah merepotkan kau, Thio Kiesu! Tetapi didalam hal ini, biarlah kita hadapi dulu, kita lihat perkembangannya, orang- orang macam bagaimana yang diundang oleh Ong Peng Hin itu!"   Thio Sun Kie juga telah mengangguk, dia menyetujui saja usul kawannya itu.   Biar bagaimana yang memegang peranan didalam persoalan ini adalah si niekouw tua itu.   Dialah yang berkepentingan.   Dan mereka telah makan minum sesaat lamanya lagi.   Setelah selesai sarapan, Thio Sun Kie mempergunakan waktunya yang luang untuk melatih Eng Song.   Masih ada beberapa hari lagi menantikan tibanya Sie-gwe Cap-go.   Rembulan juga mulai bulat tergantung diatas langit.   Malaman Cap-go dibulan empat itu, tampak Thio Sun Kie jadi agak gelisah.   Dia merasa tidak enak sekali dihatinya.   Maka Thio Sun Kie telah keluar dari kamarnya, dia telah jalan perlahan-lahan menyusuri pekarangan kuil Gobie Pay.   Suara para niekouw yang tengah membaca Liam-keng terdengar sayup-sayup diiringi oleh ketukan pada kayu bokkhie.   Dikeheningan dan kesunyian malam dikuil tersebut, seharusnya membuat hati jadi tenang.   Namun peristiwa yang akan terjadi dan mengancam kuil tersebut, membuat hati Thio Sun Kie jadi gelisah bukan main.   Kentongan pada saat itu telah dipukul dikejauhan berbunyi tiga kali.   Sudah larut malam benar.   Disaat itulah, pendengaran Thio Sun Kie yang sangat tajam sekali telah dapat mendengar suara sesuatu yang sangat mencurigakan.   Dia telah melompat kebelakang sebatang pohon.   Dia orang she Thio tersebut telah mengintai.   Terlihat diatas genting dari wuwungan kuil itu, tampak berkelebat sesosok bayangan.   Gerakan dari bayangan itu sangat cepat sekali, bagaikan seekor kucing saja.   Dari wuwungan yang satu, dia telah melompat kewuwungan yang satunya.   Setelah sosok bayangan itu agak jauh, Thio Sun Kie keluar dari tempat persembunyiannya.   Dia telah menguntitnya.   56Kolektor E-BookTetapi baru menguntit beberapa jauh, sosok bayangan itu telah menghentikan langkah kakinya.   Rupanya dia merasakan ada seseorang yang tengah mengawasi dirinya.   Dia telah memutar tubuhnya.   Dengan gerakan secepat kilat, tubuhnya telah berlari kembali kearah yang tadi dia datang.   Dan gerakannya itu sangat cepat sekali, sehingga dia memergoki Thio Sun Kie yang tidak keburu bersembunyi lagi.   Sebab dia tidak menyangka sama kali orang itu akan datang didalam waktu yang secepat itu.   "Sahabat....!"   Kata sosok bayangan itu, yang ternyata seseorang yang memakai topeng pada mukanya.   "Mengapa kau berada dikuil ini?"   Rupanya orang tersebut bertanya begitu, dia melihat Thio Sun Kie seorang lelaki tua.   Sedangkan kuil ini adalah kuil para niekouw.   Maka menduga tentunya Thio Sun Kie adalah tamu malam juga.   Thio Sun Kie yang mendengar partanyaan orang itu, segera memperoleh seruan ingatan.   "Aku tengah menyelidiki keadaan kuil ini atas permintaan dari Ong Peng Hin....!"   Katanya.   "Hah?"   Orang itu telah mengeluarkan suara seruan tertahan.   Dan orang itu telah mengawasi Thio Sun Kie dari ujung rambut sampai ujung kaki.   Tentu saja diawasi dengan cara begitu membuat Thio Sun Kie jadi tidak senang.   Biar bagaimana dia adalah seorang tokoh rimba persilatan.   Dan sekarang dirinya telah diawasi begitu rupa, darahnya jadi meluap.   "Mengapa kau mengawasi aku seperti memandang seorang maling kecil saja heh?"   Tegurnya tidak senang.   "Ada sesuatu yang membuat aku jadi heran!"   Kata orang yang memakai topeng itu.   "Apa yang kau herankan?"   "Sangat mengherankan sekali!"   "Soal apa?"   Tanya Thio Sun Kie yang memang sudah naik darah dan gusar sekali.   "Soal Ong Peng Hin!"   "Itu adalah urusan dia!"   Kata Thio Sun Kie dengan suara mendongkol.   "Tetapi termasuk urusanmu juga!"   Kata orang bertopeng tersebut.   "Karena tadi kau mengatakan bahwa kau diminta oleh Ong Peng Hin untuk menyelidiki kuil ini....!"   "Memang benar!"   Menyahuti Thio Sun Kie cepat.   "Hemm.... apakah kau tidak salah menyebut nama itu?"   Tanya orang bertopeng tersebut. Hati Thio Sun Kie mulai tidak tenang, kegusarannya mulai meluap.   "Apa yang telah membuat kau berkata begitu, heh?"   Bentaknya dengan sengit.   "Aku telah mengatakan bahwa aku datang kekuil ini atas permintaan dari Ong Peng Hin. Titik. Dan kau sendiri, mau apa kau berkeliaran dikuil ini juga?!" 57Kolektor E-Book"Akupun telah diperintah Ong Peng Hin!"   Menyahuti orang bertopeng itu.   "Tetapi Ong Peng Hin tadi telah mengatakan bahwa hanya aku seorang diri saja yang bertugas malam ini untuk melakukan penyelidikan dikuil ini."   "Aku tidak tahu! Itu urusan dari Ong Peng Hin sendiri! Mengapa harus diributkan?! Aku hanya memenuhi permintaannya dan telah melakukan penyelidikan dikuil ini. Habis perkara!"   Mendengar perkataan Thio Sun Kie, orang bertopeng itu mengeluarkan suara tertawanya.   "Tetapi kau salah sahabat.... kau jangan marah dulu! Tetapi sudah kukatakan ada sesuatu yang sangat mengherankan sekali bagiku! Kau mengatakan bahwa dirimu telah dimintai oleh Ong Peng Hin untuk melakukan penyelidikan ditempat ini, tetapi setahuku, Ong Peng Hin tidak kenal dengan kau!"   Kata orang tersebut dengan suara yang dingin sekali.   Mendengar perkataan orang bertopeng itu, tentu saja Thio Sun Kie jadi gusar bukan main.   Dia tidak bisa membendung perasaan amarahnya.   Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras bukan main, dia telah melancarkan serangan yang tiba-tiba dengan tangan kanannya.   "Jaga serangan!"   Dia memperingati.   Serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie bukan main hebatnya.   Tenaga dalam yang dipergunakannya itu juga sangat kuat sekali.   Sebagai seorang tokoh rimba persilatan, jelas dia melancarkan serangannya itu dengan mempergunakan perhitungan yang matang sekali.   Dan memang maksud dari Thio Sun Kie menguntit orang yang bertopeng ini, yang sikapnya sangat mencurigakan sekali, untuk membekuknya.   Dengan membekuk orang ini, jelas dia bersama si niekouw Bin An Sienie bisa mengorek keterangan yang sangat banyak sekali.   Tetapi orang bertopeng itu rupanya juga memiliki kepandaian yang sangat tinggi.   Karena biarpun dirinya telah diserang dengan pukulan yang tiba-tiba begitu, dia tidak menjadi gugup.   Dengan mengeluarkan suara tertawa dingin, dia telah melompat kebelakang.   Dengan gerakan tubuh yang manis dan indah sekali, dia telah membarengi melompat kesamping lagi.   Dengan cara mengelakkan diri begitu rupa, ternyata si orang bertopeng telah berhasil untuk menghindarkan diri dari tenaga dalam yang bergelombang dari Thio Sun Kie.   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Kenyataan seperti ini menambah kemarahan hati Thio Sun Kie saja.   Dengan mengeluarkan suara bentakan yang cukup keras kedua tangannya tahu-tahu telah digerakkan sekaligus.   "Weeeerrrrr.....!"   Serangkum angin serangan yang bukan main kuatnya telah menerjang orang bertopeng.   Gerakan yang dilakukan oleh Thio Sun Kie dengan kekuatan dan perhitungan yang matang.   Dia juga melancarkan serangannya itu pada jurusan yang berbahaya ditubuh orang bertopeng ini.   Sedangkan orang bertopeng itu juga jadi kaget bukan main.   58Kolektor E-BookDia telah melihatnya bahwa kepandaian yang dimiliki oleh Thio Sun Kie bukan merupakan kepandaian yang dapat diremehkan begitu saja.   Angin serangannya saja sudah kuat bukan main, mendatangkan tenaga serangan yang dahsyat.   Dengan sendirinya, orang bertopeng telah berlaku lebih waspada.   Sambil menangkis dengan tangan kanannya, dia telah membentak .   "Katakanlah yang sebenarnya, siapa kau ini sesungguhnya!"   Bentakannya itu nyaring sekali, dibarengi dengan terbenturnya tangan mereka.   "Bukkkk!"   Dan tubuh mereka telah terhuyung mundur, sama-sama terpengaruh oleh akibat benturan tenaga dalam mereka itu. Dengan sendirinya, Thio Sun Kie jadi tambah murka saja, kepalanya dirasakan berdenyut- denyut saking murkanya yang belum dapat dilampiaskan.   "Aku tidak pernah mengganti she dan nama! Akulah Thio Sun Kie!"   "Hah?!"   Berseru orang bertopeng itu waktu mendengar nama Thio Sun Kie.   "Ini.... ini....!"   Suaranya jadi begitu tergetar dan gugup sekali.   Rupanya dia sering mendengar kehebatan dari kepandaian yarg dimiliki oleh Thio Sun Kie.   Dan dia juga telah mendengar banyak mengenai kepunsuan Thio Sun Kie yang disegani lawan dan kawan.   Dengan sendirinya, sekarang dikala dia mengetahui orang tua berjanggut ini yang tengah dihadapinya ternyata adalah Thio Sun Kie yang sangat terkenal didalam rimba persilatan itu, membuat orang bertopeng itu jeri sendirinya.   Maka ketika Thio Sun Kie melancarkan serangan pula kearahnya, cepat-cepat dia telah mengelakkan diri.   "Wuttttt....!"   Angin serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie lewat dekat sisi dari orang bertopeng itu.   Dengan sendirinya, dia cepat-cepat telah menjejakkan kakinya dan melompat mundur lagi.   Sebab orang bertopeng ini ngeri kalau-kalau Thio Sun Kie membarengi untuk melancarkan serangan susulan padanya.   Maka dari itu, dia telah mencelat sejauh mungkin.   Namun Thio Sun Kie mana mau melepaskan orang bertopeng ini.   Dia memang ingin membekuknya untuk ditawan.   Melihat orang menjejakkan kaki menjauhkan diri, maka Thio Sun Kie telah membentak .   "Mau kabur kemana kau?"   Dibarengi kedua tangannya bergerak lagi.   "Wuttttt! Weeerrrrrr!"   Keras bukan main serangkum angin serangan menyambar kearah orang bertopeng itu. Dan terpaksa orang bertopeng ini tidak melihat ada jalan lain untuk mengelakkan diri. 59Kolektor E-BookDia telah mengangkat kedua tangannya dan menangkisnya dengan kekerasan juga.   "Bukkkk!!"   Tubuh orang bertopeng itu jadi terpental keras sekali.   Tubuhnya bagaikan sehelai daun kering, telah terlontarkan empat tombak lebih ketengah udara.   Tentu saja hal ini membuat orang bertopeng itu jadi kaget setengah mati.   Untung saja dia memiliki kepandaian yang tinggi dan ginkang yang cukup sempurna.   Maka dalam saat yang berbahaya buat dirinya, dia telah menggentakkan kedua kakinya.   Tubuhnya seketika itu juga telah berpoksay.   Dengan cara berjumpalitan seperti itu, orang bertopeng ini telah mengurangi daya luncur dari tubuhnya yang akan terbanting jatuh ditanah.   Dan dia telah mengeluarkan suara seruan sambil menjejakkan kakinya begitu kedua kakinya itu menginjak tanah.   Tubuhnya dengan cepat sekali telah mencelat lagi ketengah udara.   Tetapi dia melompat begitu untuk menjauhkan diri.   Maksudnya tentu saja ingin kabur dari tempat itu.   Dan tampaklah jelas sekali, bahwa orang bertopeng ini memang merasa jeri bukan main pada Thio Sun Kie.   Karena orang bertopeng itu juga menyadarinya bahwa dia tidak mungkin dapat menandingi kepandaian yang dimiliki oleh Thio Sun Kie.   Mau tidak mau memang jalan satu-satunya ialah melarikan diri.   Tetapi Thio Sun Kie yang tengah bergusar itu dan bernafsu sekali untuk membekuknya, tidak mau melepaskan begitu saja orang kabur.   "Hemmm, engkau memang mudah untuk datang kemari, tetapi tidak semudah itu kau meninggalkan tempat ini!"   Mengejek Thio Sun Kie dengan suara yang dingin.   Dan dengan cepat sekali tubuh Thio Sun Kie telah mencelat gesit sekali.   Bagaikan seekor burung elang, dia telah meluncur cepat bukan main.   Kedua tangannya telah diulurkan akan mencengkeram baju orang bertopeng itu.   Tentu saja kegesitan yang dimiliki oleh Thio Sun Kie membuat orang bertopeng itu jadi kaget setengah mati.   Dengan sekuat tenaga yang ada padanya, dia telah berusaha untuk mengelakkan diri.   Tetapi sayang, kepalanya bergerak agak lambat sedikit.   Jari-jari tangan dari Thio Sun Kie, telah berhasil menjambret topeng mukanya.   "Breeeettt.....!"   Topeng itu telah berhasil ditarik terlepas oleh Thio Sun Kie. Dengan sendirinya wajah orang bertopeng itu dapat dilihat oleh Thio Sun Kie. Namun orang bertopeng itu masih berusaha untuk melarikan diri. 60Kolektor E-BookNamun Thio Sun Kie dengan kegesitan yang bukan main telah berusaha menghadangnya.    Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Darah Daging Karya Kho Ping Hoo Pendekar Dari Hoasan Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini