Pendekar Bunga 4
Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 4
Pendekar Bunga Karya dari Chin Yung "Hemmm, sudah kukatakan tidak semudah kau datang jika ingin pergi dari tempat ini!" Ejek Thio Sun Kie dengan suara yang bengis. Karena jago tua she Thio ini telah murka bukan main. "Wuttt......!" Keras bukan main angin serangan tangan dari Thio Sun Kie. Dan serangkum angin yang bagaikan gunung runtuh itu menyambar orang bertopeng yang telah terlucutkan topengnya itu. Mau tidak mau orang bertopeng yang sudah kena dirobek topeng mukanya oleh Thio Sun Kie, telah menangkisnya dengan sekuat tenaganya. "Bukkkk!" Genting dari wuwungan kuil itu telah kena terpijak pecah satu oleh orang bertopeng itu. Tubuhnya juga telah terhuyung akibat benturan keras dari dua kekuatan tenaga raksasa ini. Dan tubuh orang itu hampir saja terjungkel rubuh diatas tanah. Untung saja dia masih bisa mengempos semangat dan tenaga dalamnya. Disalurkan pada kedua kakinya. Dengan sendirinya, kedua kakinya itu dapat berdiri tetap lagi. Dan dia telah berdiri berhadapan dengan Thio Sun Kie. Saat ini, Thio Sun Kie juga telah berhasil melihat wajah orang bertopeng itu. Dia mendengus. "Hemmmm.... kiranya kau!" Kata Thio Sun Kie dengan suara yang dingin. Karena segera juga Thio Sun Kie mengenalinya bahwa orang bertopeng ini kiranya Ong Peng Hin sendiri. Pantas saja waktu Thio Sun Kie mengatakan bahwa dia telah diminta oleh Ong Peng Hin untuk menyelidiki keadaan kuil ini. Orang bertopeng itu telah berkata-kata seperti menyelidiki dan mengejek. Sekarang Thio Sun Kie baru mengerti, pantas saja orang she Ong itu sendiri yang telah berhadapan dengannya. Dan disebabkan telah melihat lawannya adalah biang keladi kerusuhan yang bisa menimbulkan badai di Gobie Pay, maka darah Thio Sun Kie jadi meluap. "Manusia kadal seperti kau ini memang tidak pantas untuk dibiarkan hidup!!" Memaki Thio Sun Kie dengan penuh kemarahan. Kedua tangannya telah bergerak lagi, dia telah melancarkan serangan yang bukan main kuatnya. Angin serangan yang menyambar datang kearah Ong Peng Hin dahsyat sekali. "Wutttt....! Burrr!!" 61Kolektor E-BookAngin serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie mempergunakan hawa murni yang sifatnya Yang (panas), maka dari itu, tenaga ini juga merupakan tenaga yang mengandung unsur- unsur kekerasan. Ong Peng Hin yang melihat tibanya serangan yang dahsyat dari lawannya ini, jadi terkesiap hatinya. Biar bagaimana sekarang memang Ong Peng Hin telah mengetahui bahwa lawannya itu adalah seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi. Dan memang juga Ong Peng Hin telah melihatnya, betapa setiap kali Ong Peng Hin melancarkan serangan, selalu serangannya itu mengandung tenaga yang bukan main hebatnya. Maka, sekarang dia berlaku jauh lebih waspada dan hati-hati sekali. Setidak-tidaknya Ong Peng Hin juga menyadarinya, kalau sampai dia berlaku lengah, niscaya dia akan terserang dan binasa disaat itu juga. Inilah yang tidak diinginkan oleh Ong Peng Hin. Sekarang melihat Thio Sun Kie telah melancarkan serangan lagi, mau tidak mau dalam keadaan terdesak Ong Peng Hin telah menggerakkan sepasang tangannya. Dia telah menangkisnya dengan sekuat tenaga yang ada padanya. "Bukkkk!" Tempat itu telah tergetar lagi. Dengan sendirinya, mau tidak mau tubuh Ong Peng Hin juga telah terlontar lagi ketengah udara sejauh empat tombak, saking dahsyatnya kekuatan tenaga pukulan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie........ Tampak Ong Peng Hin berdiri agak terhuyung, tampaknya dia begitu tergempur oleh serangan yang dilancarkan oleh kakek tua she Thio itu. Kenyataan seperti ini memang telah membuat hati Ong Peng Hin ciut dan nyalinya mulai pecah, keberanianya, sebab orang she Ong ini merasakan dadanya agak sakit dan juga dia sudah dapat mengukur berapa tinggi tenaga dalam yang dimiliki oleh Thio Sun Kie. Tetapi Thio Sun Kie yang tengah murka bukan main, telah mengeluarkan suara bentakan yang nyaring, dan telah melompat tinggi sckali ditengah udara, dengan gerakan Jie Liong Jo Cu (Sepasang Naga Memperebutkan Mustika), kedua tangannya itu telah digerakkan dengan berbarengan dan dari kedua telapak tangannya itu telah meluncur angin serangan yang kuat bukan main, mengandung angin serangan yang bisa mematikan. Ong Peng Hin jadi mengeluh, karena dia melihat kalau keadaan demikian terus menerus, tentu yang akan celaka adalah dirinya. Maka dari itu, mau tidak mau dia harus dapat berusaha, agar dapat meloloskan diri dari serangan Thio Sun Kie. Jalan satu-satunya yang paling baik memang cepat-cepat angkat kaki dari kuil ini. Angin serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie telah menderu-deru keras sekali, dan didalam waktu yang singkat telah hampir sampai, dengan sendirinya, Ong Peng Hin tidak memiliki banyak kesempatan untuk dapat berpikir lagi, mau tidak mau dia memang harus dapat menangkis atau mengelakkan serangan tersebut. Di saat itulah, dengan cepat sekali, Ong Peng Hin terpaksa mengempos seluruh kekuatan yang ada padanya, dengan nekad dia telah menangkisnya. Tidak ada jalan lain baginya, maka mau tidak mau memang dia harus menangkisnya jika tidak mau tergempur lebih hebat oleh serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie. 62Kolektor E-BookTetapi siapa sangka, begitu Ong Peng Hin menangkisnya, disaat dua kekuatan saling bentur ditengah-tengah udara di saat mana tenaga Thio Sun Kie telah tiba dengan kekuatan yang dahsyat bagaikan gunung yang runtuh, maka terdengarlah suara yang menggelegar keras sekali. Ong Peng Hin merasakan dirinya seperti diterjang oleh suatu gempuran tenaga yang terlampau hebat, karena seketika itu juga dadanya dirasakan menyesak dan juga dia merasakan matanya berkunang-kunang, kepalanya berat dan juga tenaga murninya seperti juga bergolak hebat, naik sampai kedada. Hati Ong Peng Hin jadi mencelos, karena dia tahu apa artinya dari semua yang tengah terjadi itu. Kalau memang dia memaksakan diri untuk mempertahankan diri dari gempuran tenaga yang dilancarkan lawannya, dia pasti akan memuntahkan darah. Dan jika hal itu terjadi, disaat dia memuntahkan darah berarti dia akan terluka hebat sekali dan akan menemui kematiannya. Dengan nekad, dia telah mengempos seluruh sisa tenaganya, lalu dengan mengeluarkan suara bentakan, dia telah berusaha mendorong dengan mempergunakan seluruh tenaga yang ada padanya. Membarengi mana, begitu tiba-tiba dia menarik pulang tenaga dalamnya dan melompat kesamping, menjatuhkan tubuhnya bergulingan diatas tanah! Thio Sun Kie merasakan goncangan yang cukup kuat ketika Ong Peng Hin mendorong sekuat tenaganya itu, dan dia jadi terkejut waktu tubuhnya tiba-tiba ringan, karena seluruh kekuatan tenaga dalam yang dimiliki oleh Ong Peng Hin telah ditarik pulang. Tetapi waktu dia melihat Ong Peng Hin membuang dirinya bergulingan diatas tanah, Thio Sun Kie mendengus gusar. "Hemmmm, mau kabur kemana kau?" Bentaknya sambil melompat akan menerjang lagi. Ong Peng Hin menyadari, biar bagai mana dia tidak mungkin menandingi kepandaian Thio Sun Kie. Maka cepat-cepat dia mendekati jari tangannya kebibirnya dan terdengarlah suara siulan yang panjang. Membarengi dengan suara siulannya yang panjang itu, maka dari tempat-tempat yang gelap sekeliling kuil itu telah melompat keluar belasan sosok tubuh dengan gerakan yang gesit bukan main. Thio Sun Kie sebetulnya sedang bersiap-siap akan melancarkan serangan kepada lawannya ini, tetapi ketika dia melihat belasan sosok tubuh yang telah menerjang keluar dengan gerakan yang bukan main gesitnya,dia jadi terkejut. Karena seketika itu juga Thio Sun Kie menyadarinya bahwa kuil Gobie-pay telah dikurung dan dikepung oleh orang-orangnya Ong Peng Hin. Dan orang she Ong tersebut ternyata tidak datang hanya seorang diri. Tentu saja kenyataan seperti ini telah membuat Thio Sun Kie tambah murka saja. Dengan mengeluarkan suara teriakan yang mirip-mirip raungan kemarahan, kakek tua she Thio tersebut telah menjejakkan kakinya. Tubuhnya dengan cepat telah mencelat ketengah udara akan melancarkan serangan yang mematikan kepada Ong Peng Hin. Namun Ong Peng Hin sendiri rupanya menyadari akan bahaya yang akan menimpah dirinya. Dengan cepat dia telah menyingkir kesamping. Dan disaat itulah, sesosok bayangan justeru itu telah menggantikan kedudukan Ong Peng Hin, menangkis serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie. Dua kekuatan tenaga yang dahsyat bukan main saling beradu ditengah udara, dan kesudahannya memang sangat luar biasa sekali. Tubuh Thio Sun Kie telah terpental kebelakang ditengah udara, dan orang yang menggantikan kedudukan Ong Peng Hin untuk menangkis serangan kakek tua she Thio itu, juga telah terlambung ketengah udara. Hal itu telah memperlihatkan, bahwa dua kekuatan yang tadi telah saling bentrok itu masing-masing memiliki tenaga yang dahsyat sekali. 63Kolektor E-BookThio Sun Kie sendiri jadi terkejut, waktu dia tengah terlambung ditengah-tengah udara, dia jadi berpikir entah siapa orang liehay ini. Dan dengan mempergunakan gerakan "Burung Hong Melayang", tubuhnya telah menjadi ringan, dan telah bergerak mengganti kedudukan dirinya. Meluncur turun ketanah dengan kedua kaki terlebih dulu, sehingga dia tidak perlu sampai terbanting ketanah. Sedangkan lawan Thio Sun Kie sendiri telah berhasil hinggap diatas tanah tanpa kekurangan suatu apapun juga. Ternyata orang ini seorang lelaki tua, dengan bentuk muka yang sangat menyeramkan, karena giginya tampak bertonjolan tidak rata, kulitnya seperti telah dirusak oleh api, dan matanya memancarkan sinar yang sangat mengerikan sekali. Usianya diantara lima puluhan tahun, dengan pakaian yang berwarna hijau tua. Dia tampak berdiri dengan memperlihatkan sikap memandang enteng pada Thio Sun Kie. "Aku Ban Ouw Hie, memang sudah lama mendengar nama besar dari engkau orang she Thio" Katanya dengan suara yang dingin sekali. "Dan hari ini, sungguh beruntung aku bisa main- main beberapa ratus jurus dengan kau!" Dan tanpa menantikan jawaban dari Thio Sun Kie, orang yang mengakui dirinya bernama Ban Ouw Hie itu telah mengeluarkan suara seruan keras sekali, dia telah melancarkan serangan kearah Thio Sun Kie. Saat itu Thio Sun Kie tengah terkejut bukan main mendengar orang dihadapannya ini adalah Ban Ouw Hie. Karena orang she Ban itu adalah seorang tokoh rimba persilatan yang sukar diterka dari jalan hitam atau jalan putih. Hal ini disebabkan Ban Ouw Hie memiliki watak yang ugal-ugalan dan selalu melakukan sesuatu sekehendak hatinya. Kalau dia senang, tentu dia akan melakukan pekerjaan yang baik untuk membela seseorang yang lemah, namun jika sedang sintingnya datang, tidak keruan juntrung dia bisa membunuh duapuluh orang yang tidak bersalah! Namun disebabkan serangan Ban Ouw Hie telah menyambar datang dengan cepat, dengan sendirinya, Thio Sun Kie tidak bisa berpikir terlalu lama. Dengan cepat dia mengempos tenaga murninya, karena dia mengetahui orang she Ban ini tidak boleh dianggap remeh. Jilid 4 BAN OUW HIE merasakan tenaga gempurannya itu telah kena ditangkis oleh lawannya, dan dia merasakan betapa tenaga serangan yang dilancarkannya itu seperti macet ditengah udara terbentur oleh hadangan yang kuat sekali. Dengan sendirinya, dia tidak berhasil dengan serangannya itu. Dan sebagai orang yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali, dia tidak mau membuang-buang waktu. Dengan cepat dia telah mengeluarkan suara erangan, dan telah menambah tenaga serangannya. Begitu dia menarik pulang tangannya, dia sudah lantas membarengi dengan serangan lainnya pula. Gerakan yang dilakukannya begitu beruntun, sehingga mau tidak mau Thio Sun Kie harus mengimbanginya. Sebab dia merasakan tenaga dalam yang mengancam dirinya bukanlah serangan sembarangan, mau tidak mau dia memang harus dapat menghadapinya jika tidak mau dirinya kena dicelakai oleh orang she Ban itu. Dengan sendirinya pula, mereka berdua jadi saling tempur dengan mengeluarkan kepandaian masing-masing. Ong Peng Hin telah berdiri dikejauhan dengan belasan orang lainnya. Semuanya bersiap-siap disuatu saat akan turun tangan untuk mengeroyok Thio Sun Kie. Memang dikala Thio Sun Kie menghadapi Han Ouw Hie ini, hati Thio Sun Kie sendiri telah tergoncang keras, dia merasakan bahwa ancaman yang ada tentunya tidak kecil. Jika saja belasan orang itu telah menyerbu mengeroyok dirinya, tentunya dia akan menghadapi kesulitan yang tidak kecil dan hal ini dapat dibanding-bandingkan dengan kepandaian Ban Ouw Hie. 64Kolektor E-BookBelum lagi kepandaian dari belasan orang-orang itu yang tentunya tidak rendah. Tanpa dirasakannya, Thio Sun Kie jadi mengeluh. Angin serangan Ban Ouw Hie datangnya begitu bertubi-tubi, sedikitpun tidak memberikan kesempatan kepada Thio Sun Kie untuk bernapas. Dan disaat tengah pertempuran terjadi begitu hebat, disaat itulah dari arah belakang kuil terlihat sinar merah yang membubung, agak menerangi sekitar tempat itu. "Apiiiiii!!" Tiba-tiba terdengar suara teriakan ramai dari suara niekouw-niekouw dibelakang kuil. Rupanya semua ini pekerjaan orang-orangnya Ong Peng Hin, yang bermaksud membakar kuil Gobie-pay juga. Tentu saja Thio Sun Kie jadi tambah murka saja, dia mengempos seluruh kekuatan tenaga dalam yang ada padanya, dia melancarkan serangan yang hebat sekali, maksudnya akan meloloskan diri dari libatan serangan orang she Ban itu, guna pergi kebagian belakang dari kuil itu. Namun Ban Ouw Hie mana mau melepaskannya begitu saja? Berulang kali dia telah melancarkan serangan-serangan yang mematikan, memaksa Thio Sun Kie tidak bisa melepaskan diri dari serangan-serangannya. "Manusia-manusia jahat!!" Mendesis Thio Sun Kie. "Kalian terlalu licik!!" Dan dengan penuh kemurkaan Thio Sun Kie telah mengempos seluruh kekuatan yang ada padanya, dengan cepat dia membalas melancarkan serangan-serangan yang mematikan. Ong Peng Hin melihat Ban Ouw Hie agak sibuk juga menerima serangan-serangan Thio Sun Kie yang sedang dalam keadaan marah itu, maka cepat-cepat dia telah memberi isyarat. Jago-jago dari berbagai golongan yang telah bekerja pada Ong Peng Hin segera bergerak. Mereka telah melompat dan melancarkan serangan-serangan untuk mengeroyok Thio Sun Kie. Tentu saja Thio Sun Kie jadi tambah murka, tetapi disamping itu dia juga mengeluh. Apa lagi dia merasakan betapa tenaga serangan lawan-lawannya itu telah saling samber dengan kekuatan yang bukan main dahsyatnya, menunjukkan bahwa lawan-lawannya itu memang memiliki kekuatan dan kepandaian yang tinggi dan kosen sekali. Ong Peng Hin sendiri juga telah melompat maju dan ikut melancarkan serangan. Thio Sun Kie sibuk mengelakkan diri dari serangan-serangan yang mematikan dari jago- jago yang mengurung dirinya. Tetapi karena terlampau banyaknya jago-jago yang melancarkan serangan-serangan itu padanya, suatu kali, ketika Thio Sun Kie tengah mengelakkan serangan Ong Peng Hin, tahu-tahu punggungnya telah kena dihantam oleh serangan yang dilancarkan oleh salah seorang lawannya. Gempuran itu kuat bukan main, sampai rubuh Thio Sun Kie telah terhuyung akan rubuh terjungkel. Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Lawannya yang lainnya tidak mau membuang-buang kesempatan yang ada. Dengan mengeluarkan seruan-seruan bengis dan mengandung hawa nafsu membunuh, tampak mereka telah saling lompat untuk melancarkan serangan dan pukulan yang mematikan. Ban Ouw Hie sendiri telah menyalurkan sembilan bagian dari kekuatan sakti yang dimilikinya, dia telah melancarkan pukulan hebat sekali. Thio Sun Kie mencelos hatinya, dia mengeluh sendirinya, karena dia melihat betapa serangan-serangan yang tengah menyambar kearahnya itu demikian cepat dan kuat sekali, sukar untuk dapat dielakkannya. Mau tidak mau memang didalam hal ini Thio Sun Kie merasakan bahwa dirinya sulit dapat meloloskan diri dari kepungan lawan-lawannya. Apa lagi serangan- serangan yang mereka lancarkan itu masing-masing memiliki kekuatan yang mematikan dan juga sukar untuk dipunahkan, karena memang lawan-lawan Thio Sun Kie ini terdiri dari tokoh- tokoh rimba persilatan yang masing-masing memiliki kepandaian yang bukan main dahsyatnya. 65Kolektor E-BookAngin serangan yang kuat dan mematikan menyambar dari beberapa jurusan. Dan juga serangan Ban Ouw Hie telah menyambar kearah jalan darah Pie-tu-hiat dari Thio Sun Kie, jalan darah yang mematikan. Keadaan Thio Sun Kie benar-benar terancam bahaya kematian yang mengerikan..... ooo O ooo 4 DI BELAKANG kuil juga saat itu tengah terjadi pertempuran yang berlangsung hebat sekali. Bin An Sienie dengan beberapa orang niekouw tengah menghadapi beberapa orang- orangnya Ong Peng Hin, yang berusaha untuk membakar gedung kuil tersebut. Tampak Bin An Sienie telah memutar pedangnya dengan gerakan yang begitu cepat dan dahsyat, dan setiap gerakan yang diperlihatkannya itu demikian kuat dan cepat sekali, mengandung jurus-jurus yang mematikan. Mau tidak mau memang orang-orang dari Ong Peng Hin harus dapat berusaha menghadapi kilatan pedang si niekouw tua ini jika memang mereka tidak mau terbinasa diujung pedang. Maka mereka terbendung sementara tidak memiliki kesempatan untuk membakar kuil. Mau tidak mau mereka harus menghadapi tikaman daa tabasan pedang dari Ciangbunjin Gobie Pay ini berikut beberapa niekouw lainnya. Keadaan seperti ini berlangsung agak lama juga, dimana teriakan marah bercampur kesedihan karena melihat kuil yang terbakar itu, Bin An Sienie telah melancarkan serangan yang luar biasa. Baru beberapa jurus, pedangnya telah berhasil menggores dua orang lawannya. Walaupun tidak sampai mematikan kedua lawannya itu, setidak-tidaknya telah membuat kedua lawannya itu melompat mundur. Api yang membakar ruangan belakang kuil semakin berkobar saja. Dan Bin An Sienie bersama beberapa orang murid-muridnya berusaha untuk memukul mundur lawan-lawannya itu untuk dapat segera berusaha memadamkan api. Tetapi kenyataannya itu, orang-orangnya Ong Peng Hin malah telah mengepung semakin rapat, mendesak niekouw tua yang menjadi Ciangbunjin dari Gobie Pay ini dan bersama beberapa orang niekouw lainnya, harus menghadapi mereka. Diantara suara kayu yang terbakar di makan api, bercampur juga dengan suara bentakan- bentakan yang mengerikan sekali. Sinar pedang dan senjata-senjata lainnya yang berkilauan tertimpah cahaya api yang berkobar besar itu, telah membuka keadaan tegang bukan main. Melihat api yang membakar ruangan belakang kuil semakin berkobar dan bisa menjalar lebih luas, Bin An Sienie jadi kalap bukan main, dia telah mengeluarkan suara teriakan yang bengis, dan pedangnya telah bekerja. Dan gerakan yang dilakukannya itu menyerupai seekor gajah yang terluka dan sedang mengamuk. Beberapa orang yang mengepung didekatnya segera menjauhi diri. Tetapi Bin An Sienie kembali berhasil melukai tiga orang lawannya, tidak urung dirinya sendiri kena dilukai oleh lawannya. 66Kolektor E-BookPaha kanan Bin An Sienie terkena tusukan Sam-cio (tombak cagak tiga) lawannya, sehingga tubuh niekouw tua ini terhuyung. Beberapa orang muridnya terkejut, dua orang niekouw telah melompat kedekat Bin An Sienie, untuk melindungi Ciangbunjin mereka. Tetapi Bin An Sienie yang telah murka bukan main, sudah tidak mau menyudahi segalanya sampai disitu. Dengan mengeluarkan suara bentakan kalap, pedangnya telah diputar dan mata pedang si niekouw tua ini telah tergetar seperti telah menjadi ratusan mata pedang. Dengan cara demikian, Bin An Sienie membuat musuh-musuhnya tidak berani terlalu mendesak. Namun, ketika Bin An Sienie tengah memutar pedangnya dengan cepat begitu, terdengar suara jerit kematian dari tiga orang niekouw, yang telah rubuh terguling diatas tanah. Mereka telah terbinasa dalam keadaan yang mengerikan sekali. Tentu saja Bin An Sienie jadi tambah murka saja, dia telah mengeluarkan suara bentakan yang menguntur dan mengamuk dengan kalap. Tetapi lawan-lawannya terlalu licik, mereka tidak mau menghadapi dengan kekerasan, melainkan hanya main kucing-kucingan belaka. Menambah kemurkaan dari Bin An Sienie saja. Apa yang dilakukan oleh lawan-lawan Bin An Sienie, mereka memang ingin menahan niekouw tua ini, melibatkannya didalam suatu pertempuran, sebab dengan demikian berarti mereka bisa membendung agar si niekouw tidak berdaya untuk memadamkan api yang tengah membakar kuil. Sedangkan beberapa orang-orangnya Ong Peng Hin, dua orang Tojin (pendeta agama To, yang memelihara rambut), dengan seorang lelaki bertubuh pendek, telah pergi kebagian lainnya. Mereka masing-masing membawa obor ditangan, maksud mereka ingin membakar ruangan sembayang dari kuil itu. Tentu saja hal ini bisa memusnahkan kuil Gobie-pay jika saja mereka berhasil membumi- hanguskan kuil tersebut. Bin An Sienie jadi mengeluh dan murka sekali, tetapi dia dalam keadaan tidak berdaya, maka dia hanya bisa melihati saja orang-orang itu pergi dengan membawa obor. Karena Bin An Sienie sendiri harus menghadapi serangan-serangan yang gencar dari lawan-lawannya. Dan apa yang dapat dilakukan oleh Bin An Sienie hanyalah memutar pedangnya dengan gerakan yang hebat sekali, untuk dapat merubuhkan lawan-lawannya sebanyak mungkin. Kehancuran Gobie-pay telah berada diambang pintu. Dua orang tojin dan seorang lagi bertubuh pendek itu telah menghampiri ruangan sembayang yang terletak didekat tembok luar dari kuil Gobie-pay tersebut, disebelah utara dari kuil ini. Mereka bersiap-siap akan membakarnya. Tetapi deagan tidak terduga, dari balik sebatang pohon, telah melompat sesosok bayangan kecil, disertai suara bentakannya yang melengking nyaring . "Manusia jahat! Hentikan perbuatan busukmu!!" Ketiga orang-orangnya Ong Peng Hin ini jadi terkejut, mereka cepat-cepat memandang orang yang membentak itu. Tetapi ketika mereka dapat melihat jelas, mereka jadi tertawa, karena orang yang baru saja muncul itu tidak lain hanyalah seoraag bocah cilik. Bocah itu tidak lain dari Eng Song. Tadi sebetulnya si bocah she Ma ini tengah tertidur nyenyak. Dan dia jadi terkejut sekali sebab mendengar suara ribut-ribut. Waktu dia keluar dari kamarnya, dilihatnya api telah berkobar begitu besar dan menyilaukan pandangan matanya. Cepat-cepat Eng Song berlari keluar untuk melihat apakah yang sesungguhnya telah terjadi, karena si bocah tidak melihat Thio Sun Kie dikamarnya. Disamping itu, Eng Song mendengar suara bentak-bentakan yang menyeramkan dikejauhan. 67Kolektor E-BookDi saat Eng Song sedang berlari begitu, dia melihat tiga orang yang tengah mendatangi dengan ditangan masing-masing membawa obor. Cepat-cepat Eng Song telah menyelinap kebatang pohon didekatnya untuk mengintai. Ketika mengetahui bahwa dua orang tojin dan seorang lelaki yang bertubuh pendek itu, akan membakar ruangan sembahyang kuil yang terdapat tidak jauh dari tempat tersebut, Eng Song jadi terkejut bakan main. Itulah sebabnya dia segera melompat keluar. Kedua tojin dan seorang kawannya yang bertubuh pendek itu waktu melihat Eng Song telah tertawa gelak-gelak mengejek. Tadinya mereka menyangka yang membentak begitu adalah seorang jago yang tentunya merupakan tokoh rimba persilatan, yang menjadi orang undangan dari Bin An Sienie. Tetapi siapa nyana kenyataannya malah sebaliknya. Hanya seorang anak lelaki kecil belaka. Salah seorang Tojin telah melangkah maju menghampiri Eng Song, dengan sikap mengejek dia telah membentak . "Anak haram dari mana kau bisa muncul disini? Apakah kau anak haramnya dari salah seorang niekouw didalam kuil ini?" Mendengar perkataan si Tojin yang begitu menghina dan mengejeknya keterlaluan, Eng Song merasakan darahnya meluap, dia mengeluarkan bentakan dan mengayunkan kepalan tangan kanannya yang berukuran kecil. Si Tojin tidak mengelakkan diri dari serangan tersebut, malah sambil tertawa gelak-gelak dia memasang perutnya, menerima tibanya serangan yang dilancarkan Eng Song. Kepalan tangan Eng Song singgah telak sekali diperut Tojin itu, tetapi kesudahannya malah celaka buat Eng Song. Sebab pukulan yang dilancarkan Eng Song tidak memperlihatkan hasil sedikitpun juga, tubuh si Tojin berdiri tegak ditempatnya, dan malah masih tertawa mengejek. Dan celakanya ketika Tojin itu mengembungkan perutnya, maka segera ada serangkum tenaga yang mendorong Eng Song. Tanpa bisa ditahan lagi oleh si bocah, tubuhnya telah terguling ditanah, dia merasakan kepalanya seperti diputar-putar, matanya berkunang-kunang karena tubuhnya seperti juga sehelai daun kering yang telah terhembus angin yang keras. Ternyata, Tojin itu memang telah mempergunakan tenaga dalamnya yang tinggi. Dia merupakan seorang tokoh dari rimba persilatan yang memiliki kepandaian yang tinggi sekali, maka sekali saja dia menggerakkan tenaga dalamnya, walaupun hanya tiga bagian belaka, tetap saja telah membuat Eng Song terguling-guling begitu hebat. Dengan menahan perasaan sakit bukan main, Eng Song telah melompat berdiri. Karena si bocah sendiri terkejut waktu dia teringat bahwa malam ini mungkin juga penyerbuan yang dilakukan oleh Ong Peng Hin dan orang-orangnya terhadap Gobie Pay. Dan disaat itulah Eng Song baru teringat, mungkin juga Thio Sun Kie dan Bin An Sienie, bersama beberapa niekouw dari Gobie-pay tengah sibuk menghadapi penyerbuan ini. "Bocah! Lebih baik kau menggelinding pergi dari mata Pinto (aku) sebelum Pinto merobah pikiran dan menginginkan selembar jiwamu itu!" Bentak si Tojin dengan suara yang bengis. Tetapi tidak terduga, dengan nekad, justeru Eng Song telah melompat menerjang lagi, dia bermaksud akan memukul lagi dengan kedua tangannya. Pukulan yang dilancarkan oleh Eng Song mana dipandang sebelah mata oleh Tojin itu. Sambil tertawa-tawa mengejek, dia malah telah mengibaskan lengan jubahnya, dan tanpa ampun lagi malah telah membuat tubuh Eng Song jadi terguling-guling keras sekali diatas tanah. Namun Eng Song benar-benar kedot, dia telah bangun kembali biarpun telah jontor terantuk batu waktu dia terguling diatas tanah. Dengan mengeluarkan suara teriakan yang sangat nyaring, dengan kalap Eng Song telah menerjang lagi. Si bocah pikir, memang biar bagaimana dia harus berusaha agar ketiga orang ini 68Kolektor E-Booktidak sempat untuk membakar kuil dan ruang sembahyang Gobie-pay. Tanpa memperdulikan keselamatan jiwanya lagi, Eng Song malah bermaksud akan memukul lagi. Tetapi, si Tojin sendiri rupanya telah habis sabar. Obor ditangan kirinya telah di lemparkannya kesamping, keatas tanah, lalu ketika tubuh si bocah she Ma itu telah menerjang lagi, dengan cepat tojin ini telah mencengkeram baju bagian dada dari Eng Song, dia mengangkatnya tinggi-tinggi tubuh si bocah, lalu dia telah membantingnya dengan keras. "Bukkkkk!" Tubuh Eng Song telah terlempar tinggi ketengah udara dan terbanting keras diatas tanah dengan mengeluarkan suara menggabruk keras. Dan seketika itu juga Eng Song merasakan dunia seperti berputar, dan juga tanah yang menerima jatuhnya dia telah bergoyang-goyang seperti terjadi gempa, langit juga seperti akan runtuh menimpah kepalanya, pandangan matanya gelap berkunang-kunang. Tetapi rupanya tojin itu masih belum puas. Dia telah menghampiri Eng Song dan telah mencengkeram bajunya lagi. Dan dia mencengkeram dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya telah menempiling berulang kali muka si bocah. Keras sekali tamparan-tamparan yang dilakukan oleh si Tojin, sampai terdengar suara ketepok-ketepak berulang kali membuat muka Eng Song seketika itu juga jadi bengap dan dia merasakan telapak tangan dari si Tojin bagaikan lempengan besi yang selalu singgah di kepala dan pipinya. Dalam keadaan kepala yang puyeng seperti itu, Eng Song jadi nekad. Tanpa memperdulikan perasaan sakit pada mukanya, dia tahu telah mengulurkan kedua tangannya, dicekalnya pergelangan tangan dari si Tojin, lalu ditariknya tangan pendeta itu, sedangkan Eng Song telah membarengi pentang mulutnya, mata jari telunjuk dari tangan si Tojin telah kena digigitnya! Sekeras-kerasnya dia menggigit, sehingga si Tojin menjerit-jerit kesakitan. Sedikitpun juga Tojin ini tidak menyangka bahwa Eng Song dapat melakukan hal seperti itu. Mimpi juga Tojin ini bahwa jari telunjuknya bisa digigit dengan nekad oleh Eng Song, maka dari itu, dia berjingkrak-jingkrak saking kesakitan, namun Eng Song tetap menggigit jari telunjuk dari pendeta itu dan saking kesakitannya, Tojin itu melayangkan tinju tangan kirinya. "Bukkkkk!" Kening Eng Song kena dihajarnya telak sekali oleh kepalan tangan si Tojin, tetapi Eng Song tetap saja tidak mau melepaskan gigitan pada jari telunjuk tangan si Tojin, malah dia terus juga menggigit dengan keras. Tentu saja Tojin itu kesakitan bukan main, saking kesakitan, dia telah melompat-lompat tidak tahu harus berbuat bagaimana. Sedangkan Eng Song yang telah nekad, merasakan waktu keningnya dihajar oleh kepalan tangan Tojin itu, sakit bukan main. Otaknya seperti tergetar dan seperti mau bercopotan keluar. Kepalanya juga pusing bukan main, disamping pandangan matanya yang berkunang-kunang gelap. Tetapi disebabkan bocah ini telah nekad, maka dia menggigit terus jari telunjuk Tojin ini. Dan dihatinya dia berpikir . "Hemmmm, aku mau lihat, apa yang bisa kau lakukan!!? Akan kugigit putus jari telunjukmu ini, biar seumur hidup kau menjadi manusia bercacad!!" Dan waktu Eng Song berpikir begitu, dia memang merasakan betapa asinnya darah. Dan juga, dia telah merasakan betapa giginya terbenam dalam sekali. Dikala itu, tentunya si Tojin kesakitan bukan main, sebab kalau Eng Song menggigit terus, dia bisa mematahkan tulang jari telunjuk itu, yang berarti putusnya jari telunjuk si Tojin. Setelah berjingkrak-jingkrak saking kesakitan, sampai menitikkan air mata, si Tojin mengerang murka bukan main. 69Kolektor E-BookSedangkan Tojin yang seorangnya lagi bersama kawannya yang bertubuh pendek itu, memandang seperti orang kesima, mereka kaget dan hampir tidak mau mempercayai apa yang mereka lihat. Seumur hidup mereka, baru kali ini melihat pemandangan seperti ini, seorang tokoh rimba pelsilatan seperti Tojin yang seorang itu, telah digigit jari telunjuknya oleh seorang bocah cilik seperti Eng Song. Saat itu, saking kesakitan yang tidak tertahan, si Tojin baru teringat, mengapa tadi waktu dia menghantam kening si bocah tanpa mempergunakan tenaga dalam? Bukankah kalau dia membuka tenaga dalamnya yang disalurkan pada kepalan tangan kirinya, dia bisa menghajar hancur batok kepala si bocah. Berarti gigitan pada jari telunjuknya itu akan dapat dibuka? Teringat begitu, si pendeta saking gusarnya, telah menyalurkan lima bagian tenaga saktinya pada kepalan tangan kirinya, dia telah mengayunkannya untuk menghajar batok kepala si bocah. Tetapi biarpun Eng Song melihat bahaya yang dapat mengancam jiwanya, tetap saja si bocah tidak jeri, dia sudah nekad sekali, maka dia pikir paling tidak batok kepalanya yang akan hancur dihantam oleh kepalan tangan kiri si imam, tetapi dia tetap akan menggigit terus, binasa dengan gigi yang akan menggigit putus jari tangan si imam. Dia puas biarpun pembalasan dan gigitannya itu harus dibayar mahal dengan jiwanya. Tetapi dalam kenekadan yang sangat seperti itu, Eng Song mana mau memikirkan pula perihal kematian dan jiwanya lagi? Dia lebih mementingkan asal dapat mengigit putus jari tangan si Tojin, hatinya sudah puas. Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tetapi si Tojin sendiri waktu tangannya itu meluncur akan menghantam kepala Eng Song. disaat itu juga dia terkejut bukan main, sebab dia merasakan betapa kalau dia sampai menghajar kepala si bocah, maka si bocah akan terkejut dan kesakitan? Dan dalam kaget dan kesakitan itu, bukankah si bocah bisa saja jadi menggigit putus jari tangannya? Karena berpikir begitu si Tojin jadi menggidik sendirinya, dia telah membatalkan maksudnya untuk menghajar batok kepala Eng Song sampai hancur, dia hanya menarik pulang tenaga dalamnya dan meneruskan hantamannya kekening Eng Song dengan pukulan yang memiliki tenaga biasa saja. Begitu kepalan tangan dari Tojin itu mendarat dikening Eng Song, si bocah merasakan pandangan matanya gelap sekali dan dia tidak memperdulikan perasaan sakit dari keningnya itu, dan Eng Song telah menggigit lebih keras lagi. "Aduhhhh.... jangan menggigit begitu keras!!" Pendeta itu telah menjerit kesakitan bukan main. Tetapi Eng Song tidak mau memperdulikannya, dia telah menggigit terus dengan keras, maksudnya memang ingin menggigit putus jari tangan itu. Tojin itu telah berjingkrak-jingkrak kesakitan bukan main. Dia telah menjerit-jerit kesakitan berulang kali seperti seekor anjing yang terjepit ekornya. Di saat itulah, si Tojin yang seorangnya lagi yang melihat kejadian seperti ini telah melompat mendekati Eng Song, dengao cepat dia mengibaskan telapak tangannya. "Plaaakkkk!!" Dia telah menempiling muka Eng Song dengan keras, sampai si bocah saking kaget rahangnya kena dihajar telapak tangan itu, telah celangap mulutnya terbuka. Dan mempergunakan kesempatan itu, si Tojin telah menarik pulang tangannya. Dilihatnya jari telunjuknya sudah tergigit dalam sekali. Dan kalau sampai tergigit lebih lama pula, tentunya akan putus. Si Tojin jadi menggidik ngeri bercampur perasaan gusar bukan main. 70Kolektor E-BookDengan mengeluarkan seruan penuh kemarahan, dia telah melompat dan tahu-tahu tangan kanannya telah menghajar telak sekali dada Eng Song. "Bukkkkk!!" Tubuh Eng Song telah terpental keras sekali, lalu ambruk terguling-guling diatas tanah, tampknya dia menderita sekali, kesakitan dan merasakan dadanya seperti mau remuk. Waktu Eng Song akan merangkak berdiri, tampak si Tojin telah menggerakkan kaki kanannya, dia telah menyepak si bocah lagi dengan keras. Tendangan yang dilakukan oleh pendeta ini bukan main kuatnya, karena dia telah menyepak dengan mempergunakan kekuatan tenaga dalam yang bukan main. Seketika itu pula tubuh Eng Song telah terpental keras dan rubuh ditanah terguling-guling, seketika itu pula bukan hanya pandangan mata Eng Song saja yang telah menjadi gelap, tetapi napasnya juga telah menjadi sesak seketika itu pula dan dia telah mengeluh, lalu rubuh tidak sadarkan diri pula. Tetapi sebelum dia pingsan, Eng Song masih sempat mendengar samar-samar makian dari si Tojin yang tadi digigit jari telunjuknya . "Hemmmmmm, biar kau mampus!" Eng Song juga merasakan dadanya seperti diinjak dan seperti juga ada sebuah benda berat yang hinggap didadanya, napasnya seketika itu juga tambah sesak saja dan akhirnya memang Eng Song sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi, sebab dia telah pingsan..... Ternyata Tojin itu yang jari telunjuknya hampir tergigit putus, rupanya sangat penasaran dan murka sekali. Dialah yang telah menginjak dada Eng Song, maksudnya membunuh si bocah. Setelah melihat Eng Song rebah tidak berkutik, dia menyangka Eng Song telah terinjak mati, maka dia telah meninggalkannya dengan penuh kemarahan. Lalu dengan diliputi kemurkaan dan rasa dengki, dibakarnya kuil Gobie-pay itu, sehingga api berkobar semakin besar saja. Diluar, pertempuran masih berlangsung dengan hebat dan seru sekali. Sebab Bin An Sienie telah melancarkan serangannya dengan gerakan seperti juga mengadu jiwa. Tetapi disamping itu, diantara gerak-gerak yang ada, memperlihatkan bahwa senjata dari Ciangbunjin Gobie-pay ini sudah tidak selincah dan segesit tadi. Karena pedangnya itu menyambar-nyambar agak lambat. Dengan sendirinya, hal ini menandakan bahwa Bin An Sienie memang sudah lelah, dan pertempuran yang ada telah meletikkan benar niekouw tua ini. Apa lagi memang Bin An Sienie telah melihatnya berapa api telah berkobar semakin besar saja. Tentu saja hal ini telah membuat si niekouw tua Bin An Sienie jadi murka setengah mati. Tetapi Bin An Sienie dalam keadaan tidak berdaya, dia sedang dalam keadaan terkepung seperti itu, mau tidak mau hal ini telah membuat niekouw tua itu terlibat oleh pertempuran yang tidak berkesudahan. Saat itu, dua orang lawan dari Bin An Sienie telah memperdengarkan suara bentakan yang mengguntur lalu tampak keduanya telah melompat dengan gerakan seperti dua ekor elang yang menyambar mangsanya. Senjata mereka yang berbentuk golok itu juga telah bekerja cepat sekali. Kenyataan seperti ini memaksa Bin An Sienie harus bergerak cepat. Dia harus dapat mengelakkan diri sekaligus dari kedua serangan golok itu. Namun waktu tubuh niekouw itu tengah miring kesamping, disaat itulah salah seorang lawannya telah menghantamkan ruyung ditangannya, dia telah menghajar dengan keras kearah bahu si niekouw tua ini. 71Kolektor E-Book"Bukkkk!!" Telak sekali ruyung itu telah menghajar pundaknya. Dan Bin An Sienie merasa kesakitan yang bukan main, dia sampai mengeluh dan terhuyung-huyung akan rubuh. Di saat itulah, dikala tubuh si niekouw yang menjadi Ciangbunjin dari Gobie-pay ini tengah terhuyung begitu, salah seorang lawannya telah menggerakkan pedangnya, dan tepat sekali mata pedang itu telah menikam paha kiri dari Bin An Sienie, maka tanpa dapat dipertahankan lagi, si niekouw telah terguling diatas tanah. Darah juga telah mengucur keluar dari lukanya itu, dan Bin An Sienie merasakan betapa pundaknya dan pahanya sakit bukan main. Di saat itu serangan-serangan yang dilancarkan oleh lawan-lawannya telah menyambar datang lagi. Dan semuanya ingin mengarahkan senjata mereka kebagian-bagian yang berbahaya dan mematikan ditubuh Bin An Sienie. Dengan sendirinya, mau tidak mau, memang Bin An Sienie terancam bahaya kematian, apa lagi memang senjata-senjata itu meluncur cepat dari segala penjuru dirinya. Tetapi Bin An Sienie bukan orang sembarangan, tidak percuma dia menjadi Ciangbunjin Gobie-pay, sebuah pintu perguruan yang sangat besar. Melihat senjata-senjata itu menyambar datang padanya, dan sudah tidak ada jalan lain baginya mengelakkan diri, Bin An Sienie tidak menjadi putus asa. Dia telah mengeluarkan suara bentakan nekad yang nyaring sekali, membarengi mana dia juga telah memutar pedangnya. Dengan cara memutar pedangnya itu, maka sekujur tubuhnya telah dilindungi oleh sinar pedang yang berputar begitu cepat sekali. Segera juga terdengar suara benturan dari senjata? tajam itu. Rupanya pedang Bin An Sienie telah menyampok semua senjata lawan-lawannya itu, dan malah beberapa Tan-to ada (golok) dari lawannya yang terlepas dari cekalannya. Hal itu disebabkan kuatnya Bin An Sienie memutarnya yang disertai oleh kekuatan tenaga dalam yang bukan main. Dengan sendirinya, waktu pedangnya itu menyampok senjata-senjata lawannya, pada pedangnya itu telah tersalur tenaga dalam yang bukan main kuatnya. Dia telah mempergunakan kesempatan dikala lawannya tengah melompat kebelakang mencelat mundur. Bin An Sienie telah cepat-cepat melompat berdiri. Tetapi tubuhnya terhuyung seperti akan rubuh lagi, hal ini disebabkan luka pada pahanya yang cukup parah dan banyak mengeluarkan darah. Niekouw tua ini jadi mengeluh, karena dia merasakan, kalau keadaan seperti berlangsung terus, berarti dia akan menghadapi ancaman yang tidak kecil bagi jiwanya. Saat itu lawannya si niekouw telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring. Dan mereka telah meluruk lagi melancarkan serangan pula. Malah kali ini senjata dari lawannya Bin An Sienie telah menyambar begitu kuat dan lebih cepat lagi. Dengan sendirinya Bin An Sienie mati-matian telah berusaha untuk dapat menghadapinya semua serangan tersebut dengan menahan perasaan sakit pada pahanya. Sedangkan niekouw-niekouw lainnya seorang demi seorang telah berjatuhan binasa. Mereka rupanya telah kena dicelakai dengan berbagai akal licik oleh lawan-lawannya. Kenyataan seperti itu memang mendukakan hati si niekouw. Dia sampai mengeluh dan berusaha merubuhkan lawan-lawannya untuk melampiaskan kemurkaan hatinya. 72Kolektor E-BookDengan cepat sekali, hanya dalam waktu sekejap mata Bin An Sienie telah melancarkan serangan belasan jurus. Tetapi disebabkan lawannya itu memang masing-masing memiliki tenaga dan kepandaian yang sangat tinggi, maka dia tidak berdaya sama sekali. Mau tidak mau Bin An Sienie tetap terlibat dalam pertempuran itu. Dalam kenyataan seperti ini, telah membuat Bin An Sienie jadi penasaran, tetapi tidak berdaya selain memberikan perlawanan terus terhadap lawan-lawannya itu. Thio Sun Kie sendiri ternyata tengah menghadapi kesulitan yang tidak kecil. Karena yang mengepung Thio Sun Kie terdiri dari jago-jago yang masing-masing memiliki kepandaian sangat tinggi dan merupakan jago-jago pilihan dari Ong Peng Hin. Maka dari itu tidak mengherankan jika memang Thio Sun Kie terdesak hebat. Salah seorang dari lawannya itu merupakan seorang datuk penjahat nomor satu, yang sangat ditakuti oleh orang-orang dalam rimba persilatan. Dan serangan-serangan telapak tangannya itu selain kuat sekali, juga mengandung racun. Dengan sendirinya, mau tidak mau di dalam hal ini membuat Thio Sun Kie benar-benar sangat terdesak. Dia sampai mengeluh. Terlebih lagi, memang ditubuhnya telah terdapat beberapa buah luka yang membuat gerakan Thio Sun Kie jadi lamban bukan main. Ketika itu, Ong Peng Hin dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras bukan main telah melancarkan serangan kearah punggung Thio Sun Kie. Serangan orang she Ong ini mengandung tenaga serangan yang bukan main kuatnya. Dan juga memang dia sengaja melancarkan serangan dengan cara demikian, separoh membokong. Tentu saja Thio Sun Kie jadi murka bukan main, dan dengan mengeluarkan suara bentakan marah, dia telah memutar kedua tangannya. Dari kedua telapak tangannya itu telah mengalir keluar serangkum angin serangan yang kuat sekali. Ong Peng Hin terkejut, karena dia merasakan senjatanya tergetar dan mencong. Dan bclum lagi orang she Ong ini menyadari apa yang terjadi, dia merasakan dadanya sakit bukan main. Tubuh Ong Peng Hin juga telah terhuyung-huyung hampir rubuh. Untung saja beberapa orang diantara kawannya orang she Ong ini telah melompat dan melancarkan serangan-serangan yang mematikan pada Thio Sun Kie, sehingga mau tidak mau Thio Sun Kie harus membalas dan mengelakkan serangan itu. Dengan demikian, maka jiwa Ong Peng Hin tertolong, sebab Thio Sun Kie tidak bisa melancarkan serangan lagi pada dirinya. Keringat dingin jadi mengucur keluar dari tubuh orang she Ong ini. Dengan penuh kemurkaan Thio Sun Kie telah mengeluarkan suara teriakan yang mengguntur, dia telah melancarkan serangan yang hebat bukan main. Dengan cara demikian, Thio Sun Kie ingin cepat dapat menyudahi jalan pertempuran itu. 73Kolektor E-BookTetapi, dengan cepat sekali, lawan-lawannya telah mengelak dan sengaja telah main kucing-kucingan, karena biar bagaimana memang mereka ingin mengulur waktu. Dengan mengandalkan jumlah yang banyak, tentunya mereka memang bisa berbuat banyak. Dan juga Thio Sun Kie kalau bertempur terus menerus dengan cara demikian, tentu akan kewalahan, dan dia pasti akan dapat dirubuhkan, sebab lama kelamaan Thio Sun Kie pasti akan kehabisan tenaga. Dan apa yang direncanakan oleh lawan-lawannya itu telah diketahui oleh Thio Sun Kie. Dia juga sadar bahwa memang dia harus dapat berusaha dapat meloloskan diri atau juga dapat merubuhkan lawannya itu sebanyak mungkin. Dikala Thio Sun Kie sedang melancarkan serangan kearah Ban Ouw Hie dengan pukulan tangan kirinya dan juga tengah menangkis dengan sampokan serangan dari Ong Peng Hin, disaat itulah, sebatang pedang dari lawannya yang lain telah menancap tepat dibahunya. Thio Sun Kie telah menggerang, dia telah membalikan tubuhnya. Dengan sekuat tenaganya dia telah menghantam telak sekali orang yang telah melancarkan serangan dengan cara membokong seperti itu. Tubuh orang itu telah terpental keras sekali dan dengan cepat telah terbanting diatas tanah. Seketika itu juga napasnya telah terhentikan dan dia telah berhenti menjadi manusia. Mati. Ong Peng Hin dan lawan-lawannya dari Thio Sun Kie yang lainnya tidak mau membuang- buang kesempatan yang ada, dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, mereka serentak telah melancarkan serangan dengan mempergunakan senjata masing-masing gerakan yang mereka lakukan ini memang sangat luar biasa sekali. Cepat bukan main, batang leher dari Thio Sun Kie kena tergores oleh mata golok salah seorang lawannya, karena Thio Sun Kie mengelakkan serangan itu kurang cepat dan kurang miring, maka dari itu, darah seketika itu juga telah mengucur keluar deras sekali. Betapa murkanya Thio Sun Kie, dengan mengeluarkan suara bentakan . "Aku akan mengadu jiwa dengan kalian!" Cepat bukan main dia telah memutar kedua tangannya dan telah mengamuk dengan mengeluarkan seluruh sisa tenaga yang masih ada padanya, karena dia ingin mengadu jiwa dengan lawan-lawannya itu. Biar bagaimana Thio Sun Kie memang telah menyadarinya, bahwa kali ini dia sudah tidak mungkin dapat menghindarkan diri dari kematian. Karena itu dia bermaksud untuk mempergunakan sisa tenaga yang ada padanya untuk mengadu jiwa dengan lawan-lawannya dan berusaha untuk dapat membinasakan lawan- lawannya itu sebanyak mungkin. Saat itu, Thio Sun Kie melihat betapa Ong Peng Hin tengah mengangkat pedangnya akan melancarkan serangan pula, tetapi Thio Sun Kie tidak bermaksud mengelakkannya. Dia telah melihat pedang itu meluncur, tetapi Thio Sun Kie tidak bermaksud menghalaunya dengan kibasan telapak tangannya, melainkan dia telah mengulurkan kedua tangannya itu kedepan dan "Wuttt...!" Keras bukan main, angin serangan dari kedua telapak tangannya itu keras sekali, tubuh Ong Peng Hin kontan terpental keras. Dada orang she Ong itu juga telah kena terhajar sampai melesek. Dan juga terlihat betapa orang she Ong, terbanting ditanah seperti sebatang pohon yang telah kering, karena sejak tubuhnya terapung ditengah udara, memang orang she Ong itu telah tidak bernapas lagi. Gempuran tenaga dalam dari Thio Sun Kie telah begitu keras membentur dadanya, sehingga menghancurkan dadanya. 74Kolektor E-BookOrang-orang yang menjadi lawan dari Thio Sun Kie terkejut melihat kematian Ong Peng Hin. Tetapi Ban Ouw Hie yang melihat ini jadi murka. Dan disaat Thio Sun Kie belum dapat memecahkan perhatiannya, Ban Ouw Hie telah mengeluarkan suara bentakan yang keras, dan dia telah melancarkan serangan dengan pukulan yang telak sekali menghajar batok kepala Thio Sun Kie. Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Seketika itu juga Thio Sun Kie merasakan pandangan matanya jadi gelap. Tubuhnya sempoyongan, karena batok kepalanya telah rengat. Dan disaat dia belum bisa melakukan sesuatu, disaat itulah salah seorang lawannya yang lain telah menggerakkan pedangnya, dan "Ceeeppp!" Mata pedang telah menancap dalam sekali, tubuh SEBAGIAN TEKS TELAH HILANG yang mengucur begitu banyak membuat kedua kakinya gemetaran. Ban Ouw Hie sendiri telah mengeluarkan suara erangan keras dan melancarkan serangan. Kawan-kawannya juga meluruk cepat sekali melancarkan serangannya. Bin An Sienie masih berusaha memberikan perlawanan, tetapi keinginan hatinya sudah tidak dapat dituruti pula karena tenaganya seperti telah habis sama sekali, dia terjungkel ditanah, dan senjata tajam lawan- lawannya itu bagaikan hujan telah berdatangan membacok, menikam dan memotong-motong tubuh niekouw tua tersebut....! Suatu peristiwa yang tragis sekali, seorang Ciangbunjin dari sebuah pintu perguruan yang sangat harum namanya dan setingkat dengan Siauw Lim Sie telah kena dibinasakan dalam kecelakaan yang begitu mengerikan, pembunuhan yang keji bukan main...............! Ban Ouw Hie melihat telah berhasil membinasakan niekouw tua tersebut dan membinasakan lagi dua orang sisa niekouw murid dari Bin An Sienie, segera juga meneriakkan agar segera membakar kuil itu...... api semakin berkobar besar sekali. Jago-jago yang tengah membakari kuil Gobie-pay tersebut seperti telah berobah menjadi serigala-serigala yang bengis menakutkan....... ooo O ooo 5 ENG SONG ketika membuka kedua matanya, yang pertama-tama dirasakan adalah hawa panas yag bukan main. Dirinya seperti terpanggang. Dia kaget setengah mati, dengan cepat melompat berdiri. Tetapi bocah ini terhuyung, karena dia baru teringat bahwa dirinya tadi dibikin seperti bola oleh tojin yang menyiksanya. Ketika itu Eng Song terkejut bukan main, sebab begitu dia memandang sekelilingnya, dia melihatnya api yang tengah berkobar besar sekali, disekitar kuil tersebut. Teringat apa yang telah terjadi, Eng Song jadi gugup sekali, dia berlari kebelakang kuil itu. Pertama-tama yang dilihatnya mayat-mayat yang bergelimpangan ditempat tersebut, mayat dari niekouw-niekouw Gobie-pay. Dan salah seorang mayat lainnya lagi telah rusak seperti dihujani senjata tajam, tetapi wajahnya masih dapat dikenali oleh Ma Eng Song, dia tahu mayat yang rusak itu tidak lain dari Bin An Siense. 75Kolektor E-BookHati Eng Song mencelos, dia menghampiri dan memeriksanya. Waktu dia yakin sosok mayat itu memang Bin An Sienie, tanpa terasa mengucur air matanya. Seorang Ciangbunjin dari sebuah pintu perguruan yang begitu besar dan ternama seperti Gobie-pay telah kena dibinasakan oleh rombongan orang-orang yang begitu buas. Di saat itulah Eng Song segera teringat kepada Thio Sun Kie. Dia segera berlari dengan cepat keluar dari kuil itu. Kembali Eng Song jadi berdiri terpaku memandang mayat-mayat yang bergelimpangan. Salah satu sosok mayat dikenali sebagai Thio Sun Kie. Waktu si bocah memeriksanya, dilihatnya memang benar sosok mayat itu tidak lain dari Thio Sun Kie. Tubuh Eng Song gemetaran dilanda oleh kedukaan dan kemarahan yang bukan main. Dia mengucurkan air mata sambil bersumpah . "Aku Ma Eng Song bersumpah akan membalas sakit hati dari Thio Peh-peh dan Bin An Lonie dan segenap penghuni Gobie Pay yang telah kena dianiaya oleh orang-orang busuk dan buas itu....!" Waktu Eng Song bersumpah begitu, tubuhnya gemetaran keras sekali karena selain dia menangis sedih sekali atas kematian dari orang-orang yang dicintainya, juga dia sangat gusar dan murka bukan main. Api berkobar menjilati tempat-tempat lainnya lagi membakar kuil lebih luas. Eng Song melihatnya, dirinya sudah terkurung oleh kobaran api. Dia telah berdiri perlahan-lahan. Kemudian setelah memandangi sosok-sosok mayat itu sejenak lagi Eng Song telah berusaha menerobos keluar dari kurungan api yang tengah berkobar begitu besar. Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo