Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bunga 5


Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 5


Pendekar Bunga Karya dari Chin Yung   Beberapa kali Eng Song berusaha untuk menerobos dari jilatan lidah api itu, tetapi selalu gagal.   Akhirnya Eng Song jadi bingung juga.   "Aku tidak boleh mati! Aku tidak boleh mati! Aku harus hidup terus, untuk membalas sakit hati ayah, sakit hati Thio Peh-peh, sakit hati Bin An Lonie! Aku harus hidup terus!!"   Karena berpikir begitu, Eng Song jadi bertekad, biar bagaimana harus dapat mencari jalan untuk meloloskan diri dari kurungan api yang tengah berkobar itu.   Tetapi api telah berkobar demikian besar, maka sulit bagi si bocah untuk keluar dari kurungan lautan api yang telah membubung tinggi begitu.   Dan jalan satu-satunya yang masih terhindar oleh jilatan lidah api itu adalah sebuah sungai yang terdapat tidak begitu jauh dari tempat tersebut.   Tetapi letak sungai itu sangat berbahaya sekali, selain penuh oleh batu cadas yang runcing- runcing juga penuh oleh tikungan-tikungan yang tajam, disamping memang sungai itu mengalir kebawah.   Namun Eng Song telah nekad.   Sudah tidak ada jalan lain buatnya, dia menjejakkan kakinya, tubuhnya telah mencelat cepat sekali.   Dia telah terjun kedalam sungai itu.   Seketika itu juga tubuhnya telah terbawa oleh arus sungai yang memang mengalir begitu cepat.   Tetapi celakanya.   Eng Song segera merasakan tubuhnya sakit-sakit oleh benturan batu cadas dan pedih bukan main karena kulit ditubuhnya banyak yang terluka.   Eng Song mengeluh, dia tidak tahu apakah dia akan dapat terloloskan dari kematian.   Akhirnya air sungai itu dirasakannya mengalir jauh lebih cepat lagi, tentu saja hal ini membuat Eng Song jauh lebih menderita lagi.   Dia mengeluh dan berdoa kepada Thian (Tuhan) agar dirinya dilindungi.   76Kolektor E-BookDisaat itulah, Eng Song telah berusaha menggerak-gerakkan kaki tangannya.   Dan dia berusaha menjambret batu cadas yang dilaluinya.   Tetapi meleset, terlampau licin, dan tubuhnya tetap saja terbawa oleh arus air sungai itu dengan cepat sekali.   Padahal, waktu Eng Song berusaha memandang sekelilingnya, dia melihat dirinya sudah terpisah jauh dari kuil Gobie-pay.   Diantara kegelapan malam itu, tampak api yang tengah merajai kuil Gobie-pay itu terlihat terang sekali, membubung ketengah udara.   Dan yang membuat Eng Song jadi terkejut bukan main, karena segera juga dia melihat dikejauhan sebuah tepian dari air ini terjun kebawah begitu tajam.   Eng Song jadi menggidik.   Kalau memang dirinya sampai terseret arus itu terjerumus masuk kedalam jurang yang begitu dalam, tentunya dia akan terbinasa disaat itu juga.   Apa lagi Eng Song juga segera terbayang, pasti didasar dari air terjun tersebut banyak sekali batu-batu ganung yang tajam-tajam.   Dengan bingung Eng Song berusaha meraih batu yang menonjol keluar.   Dia berusaha untuk memeluknya.   Tetapi arus itu begitu cepat sekali, maka dari itu dia tidak mempunyai kesempatan untuk dapat meraih batu itu.   Tubuhnya tetap saja terseret arus air tersebut.   Jarak antara Eng Song dengan air yang terjun kedalam lekukan yang dalam itu hanya terpisah belasan tombak.   Diam-diam Eng Song jadi tambah gugup disaat jarak itu semakin mendekat juga.   Dia telah memandang dengan mata terbelatak.   Disaat mana tubuhnya terus juga terseret semakin mendekati tepian dari lekukan air yang terjun kebawah itu...   suara air yang tumpah terdengar semakin jelas.   Gemuruhnya air yang tumpah itu, menunjukkan air terjun ini mempunyai ketinggian yang bukan main.   Tubuh Eng Song terseret semakin dekat, semakin dekat.....   Dan dia mengeluarkan suara jeritan yang melengking tinggi sekali, karena tubuh dengan cepat dan tidak tertahankan lagi telah terseret kedalam arus air itu turut terjun kebawah berikut dengan tumpahn air.....   Eng Song merasakan tubuhnya melayang-layang....   pandangan matanya juga jadi gelap seketika....   Arus air sungai yang membawa Eng Song merupakan air terjun yang memiliki ketinggian hampir lima puluh tombak dan juga memang air terjun itu memiliki arus yang kuat.   Namun dibawah air terjun itu terdapat sebuah kolam yang luas dan lebar menyerupai danau, yang menampung tumpahnya air, dan memiliki saluran disebelah utara, untuk terus menurun kekaki gunung.   Eng Song telah pingsan tidak sadarkan diri waktu dirinya jatuh di air kolam dibawah kaki air terjun itu, dan tubuhnya terus saja tenggelam kedalam danau itu.   Disebabkan air yang tumpah begitu keras, air danau tersebut memiliki pusaran air yang cukup luas, dan pusaran air itu yang telah menyeret Eng Song kedalam kolam itu, kedasarnya.   Sedangkan Eng Soug tetap dalam keadaan pingsan waktu tubuhnya berputar-putar dipermainkan oleh pusaran air tersebut.....   sampai akhirnya tubuh Eng Song telah terseret sampai di sebuah tepian air yang indah bukan main, penuh oleh pasir putih yang lembut, dan dia telah terlemparkan sampai ditepian kolam itu, dalam keadaan tidak sadar, rebah dipasir putih yang lembut itu bagaikan sesosok mayat belaka.   * * * MATAHARI fajar mulai memperlihatkan sinarnya yang kuning keemas-emasan.   Dan juga cahayanya yang hangat itu telah menghangati tubuh Eng Song yang masih rebah dipasir putih itu dalam keadaan pingsan.   Keadaan disekitar tepi kolam itu ternyata indah sekali.   Terlebih lagi memang matahati fajar itu telah memberikan kehidupan yang begitu nyaman dan tenteram bagi tempat ini.   77Kolektor E-BookKetika Eng Song menggerakan pelupuk matanya dan tersadar dari pingsannya.   Dia jadi mengeluarkan suara jeritan.   Rupanya bayang-bayang yang mengerikan ketika tubuhnya akan terseret ketepi jurang dari air tumpah itu, telah terlekat dibenaknya dan dia menduga bahwa dirinya masih juga terbawa oleh arus air.   Tetapi waktu Eng Song memandang sekelilingnya, dia jadi silau oleh sinar matahari pagi yang telah menyinari sekitar tempat itu.   Samar-samar Eng Song juga mendengar suara kicau burung.   Waktu Eng Song memperhatikan keadaan disekitar tempat itu, dia melihatnya betapa indahnya tempat dimana dia rebah.   Dengan tubuh yang letih bukan main, Eng Song telah merangkak untuk bangun, dan dia berusaha mengerak-gerakkan kedua tangan dan kakinya.   Dan Eng Song jadi seperti terpaku ditempatnya waktu dia melihatnya pemandangan disekitar tempat tersebut sangat indah luar biasa.   Dengan sendirinya mau tidak mau hal ini telah nnembuat Eng Song terpesona, sambil meluruskan jalan darahnya yang di rasakan tidak lancar.   Dan Eng Song juga memperoleh kenyataan bahwa tubuhnya sakit, bajunya sudah tidak keruan, telah koyak disana-sininya, dan juga tubuhnya luka-luka..........   Keadaan bocah ini sudah tidak keruan sama sekali.   Tentu saja Eng Song bersyukur kerena dia memperoleh kenyataan dirinya selamat dari bantingan didasar air tumpah itu, tidak sampai menemui kematian.   Perlahan-lahan Eng Song telah melangkah untuk memeriksa keadaan disekitar kolam itu, suara gemuruh air tumpah masih terdengar begitu gemuruh.   Tetapi jarak antara tempat Eng Song terdampar dengan air terjun itu sudah terpisah cukup jauh.   Eng Song melangkah perlahan-lahan, karena merasakan seluruh tubuhnya sakit.   Tidak dilihatnya seorang manusiapun disekitar tempat itu.   Sinar matahari yang menyilaukan mata itu membuat pandangan Eng Song berkunang- kunang dau juga kepalanya pening sekali.   Tetapi Eng Song berusaha untuk bertahan, dia tidak mau kalau dirinya sampai rubuh.   Kenyataan seperti ini telah membuat Eng Song harus berhenti sejenak, dan dia duduk dipasir putih yang lembut itu untuk beristirahat sambil mengatur jalan pernapasannya.   Setelah mengerahkan tenaga murni yang menimbulkan pergolakan dalam peredaran darahnya itu, Eng Song kemudian memusatkan pikirannya menurut apa yang diajari oleh Thio Sun Kie, untuk bersemedhi memulihkan tenaga.   Memang hasilnya luar biasa, karena perasaan letih dan peningnya itu perlahan-lahan berkurang.   Dia telah membuka matanya, tetapi tidak lantas bangkit, karena dia duduk sambil mengawasi pemandangan sekitar tempat itu.   Betapa indahnya pemandangan disekitar tempat ini, Eng Song telah memandang dengan terpesona.   Begitulah, dari tempatnya itu, Eng Song kemudian memutari kolam tersebut dan memeriksa keadaan disekitar tempat dimana ia terdampar.   Tidak seorang manusiapun juga yang dijumpainya, karena memang ditempat ini tidak terlihat sebuah rumah pendudukpun.   Eng Song menghela napas.   Dia telah terdampar disebuah daerah yang memang masih asing baginya, dan juga tampaknva daerah ini seperti dari bagian gunung yang tertutup dan jarang didatangi orang.   Diam-diam Eng Song jadi berpikir keras, dia duduk terpekur disebuah batu gunung dan mengawasi air yang tengah tumpah tak hentinya.   78Kolektor E-BookSuasana yang tenang tenteram disekitar tempat itu membuat hati Eng Song jadi nyaman.   Tetapi Eng Song juga sadar, bahwa banyak tugas yang berada dipundaknya.   Lagi pula, yang menjadi pemikiran Eng Song, entah bagaimana nasib Pedang Bunga yang merupakan benda pusaka itu, karena Bin An Sienie dan Thio Sun Kie telah terbunuh.....   Dan akhirnya Eng Song mengambil keputusan, dia harus meninggalkan tempat ini, untuk pergi mencari Ku Kuay Kiehiap, karena memang Thio Sun Kie pernah menyinggung-nyinggung perihal diri jago aneh itu, karena menurut Thio Sun Kie si bocah she Ma memang ingin dikirimnya ke Kun Lun, untuk mencari Ku Kuay Kiehiap itu....   Dan Eng Song mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan ke Kun Lun, untuk menceritakan seluruh peristiwa yang telah terjadi pada Ku Kuay Kiehiap....   Dan setelah berpikir begitu, Eng Song segera mencari jalan keluar dari tempat yang tertutup itu, berusaha mencari jalan yang bisa membawanya keluar dari tempat yang menyerupai sebuah lembah tertutup itu.......    ooo O ooo 6 LEMBAH tertutup itu merupakan sebuah lembah yang banyak sekali ditumbuhi oleh pohon-pohon yang beraneka macam, juga pohon-pohon bunga banyak sekali terdapat didaerah ini.   Ma Eng Song telah menyusuri hampir seluruh bagian dari lembah ini, tetapi tetap saja dia tidak menemui jalan keluar untuk kedunia ramai.   Empat hari lamanya Ma Eng Song telah berputar-putar didalam lembah itu, dan selama itu hanya daun-daunan yang telah menangsel perutnya, atau buah-buahan yang memang banyak tumbuh liar dilembah tersebut.   Tetapi biar bagaimana, dengan hanya memakan buah-buahan belaka dan daun-daun saja, tanpa memperoleh daging secuilpun juga, membuat Eng Song merasakan seluruh tubuhnya lemas hampir tidak bertenaga.   Tetapi Eng Song tidak putus asa, dia terus juga berusaha untuk menemui jalan keluar.   Biar bagaimana Eng Song yakin lembah ini memiliki jalan untuk keluar.   Namun setelah putar-putar selama hampir satu bulan dilembah itu, Eng Song tetap saja tidak berhasil menemukan jalan keluar.   Hal ini lama kelamaan telah membuat Eng Song jadi panik juga.   Dia mulai putus asa.   Apa lagi pakaiannya juga sudah tidak keruan rupa dan hampir tidak bentuk seperti baju lagi, telah koyak disana-sini dan kotor sekali.   Walaupun Eng Song telah berulang kali mencucinya ditepi kolam itu, tetap saja baju itu tidak bisa bersih dari noda darah.   Malahan bertambah banyak saja yang pecah dan robek, sampai akhirnya Eng Song tidak mau mencucinya lagi.   Dalam putus asa yang begitu mendalam dihati si bocah...   Eng Song perlahan-lahan juga mulai menyukai keadaan alam sekitar lembah itu.   Setelah beberapa hari lagi dia mencari-cari jalan keluar tanpa berhasil menemukannya, akhirnya Eng Song telah benar-benar putus asa dan mulai saat itu tidak mau mencari-carinya lagi jalan keluar itu.   "Sudahlah! Mungkin memang sudah nasibku harus hidup terkurung dilembah ini! Cuma saja.... hai, hai, dendam yang begitu berat terlantar begitu saja! Betapa membuat hati menjadi penasaran sekali!"   Dan berulang kali Eng Song telah menghela napas. Teringat pada mendiang 79Kolektor E-Bookayah dan ibunya, tanpa disadarinya menitiklah air mata dipipi Eng Song.   Dia telah menangis seperti anak kecil kehilangan barang mainannya.   Hari demi hari telah dilewati Eng Song penuh kekosongan, dan dia hanya setiap harinya mengelilingi lembah itu.   Dan walaupun pemandangan dilembah itu demikian dan menawan hati, tetapi jiwa si bocah tak dapat tenang.   Malam itu Eng Song tengah rebah direrumputan yang tebal, sehingga dapat dipergunakan sebagai penggantinya pembaringan.   Dia memandangi rembulan yang terpancar terang keemas- emasan.   Di antara kesunyian malam, suara gemuruhnya air tumpah terdengar bagaikan pengganti musik, diiringi oleh suara binatang malam yang berdendang, ditambah dengan siliran angin menimbulkan suara kresekan pada daun-daun.   Pikiran si bocah tengah melayang-layang teringat akan masa lalunya.   Dia jadi tidak habis mengerti mengapa dirinya dan keluarganya tidak habis dan tidak hentinya mengalami kemalangan yang tidak kunjung habis?! Dan juga perihal dendam dan sakit hati pada musuh- musuhnya...! Kalau memang dia terkurung terus menerus dilembah ini, berarti urusan sakit hati itu hanya merupakan urusan diotak Eng Song belaka, tanpa ada kenyataan untuk penyelesaiannya.   Tetapi dikala Eng Song tengah rebah dengan pikiran melayang-layang seperti itu, tiba-tiba menyambar sebutir batu kerikil kecil, menghantam keningnya, sampai mengeluarkan suara Bretak! keras sekali.   Tentu saja Eng Song jadi kaget dan kesakitan setengah mati, dan sampai mengeluarkan seruan kaget waktu dia melompat berdiri.   Diawasinya sekelilingnya, tidak terlihat seorang manusiapun juga, dan ketika Eng Song merabah keningnya, dijidatnya itu telah benjol akibat benturan batu itu.   "Apakah batu diatas tebing ini yang telah terlepas dan kebetulan telah menimpah jidatku ?"   Diam-diam Eng Song berpikir didalam hatinya.   Tetapi sedang dia berpikir begitu tiba-tiba Eng Song merasakan pinggulnya sakit seperti didupak orang, dan tubuhnya kontan terjungkel rubuh.   Untung saja dia terguling diatas tumpukan rumput-rumput yang tebal itu, sehingga tidak begitu sakit.   Cepat-cepat Eng Song melompat berdiri dengan muka agak pucat.   Dan Eng Song yakin tidak mungkin dia rubuh begitu disebabkan sampokan angin! "Si....   siapa yang telah mempermainkan aku?"   Tegur Eng Song dengan suara yang nyaring. Dia tidak marah, malah mengharapkan ada orang yang menggodanya, karena berarti dia bisa bertemu dengan manusia. Tetapi jawaban yang didengarnya membuat bulu kuduknya jadi berdiri .   "Aku, setan penasaran!!"   "A......... apa?"   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Suara Eng Song jadi tergetar keras sekali, tubuhnya agak menggigil, karena hatinya seketika itu juga berdebar keras, dan kepalanya seperti diguyur segayung air yang dingin sekali.   "Hemmm.... aku setan penasaran!"   Terdengar suara orang menyahuti dengan suara yang dingin, tidak berperasaan sama sekali.   Jilid 5 80Kolektor E-BookMATA Eng Song jadi jelalatan memandang sekitar tempat itu, dia ketakutan setengah mati dan mencari-cari kalau-kalau orang yang mempermainkan dirinya berada disekitar dirinya.   Tetapi Eng Song tidak melihat seorang manusiapun juga menambah perasaan ngeri dihatinya lagi saja.   Dia jadi ragu-ragu, dan berpikir, apakah didunia ini memang terdapat setan penasaran? "Bocah! Mau apa kau datang di tempatku ini, heh?"   Terdengar orang membentak lagi. Eng Song saat itu tengah kebingungan dicampur perasaan ngeri, mendengar dirinya ditanyai dengan suara membentak begitu. Eng Song jadi gugup dan menyahut sekenanya .   "Aku...... aku juga tidak mau lama-lama berdiam disini! Malah kalau memang kau bisa menunjukkan jalan untuk keluar dari tempat ini, aku malah sangat berterima kasih sekali......"   "Cissss! Enak saja kau bicara!"   Terdengar suara orang berkata dengan tawar.   "Kau bisa datang, tentunya kau bisa pergi, buat apa kau mau merepotkan diriku untuk mengasih unjuk padamu jalan keluar?"   "Tetapi aku datang kemari bukan atas kemauanku sendiri........"   Kata Eng Song.   "Siapa yang membawamu?"   "Air!"   "Apa?"   Terdengar suara itu mengandung kemarahan bercampur mendongkol.   "Air yang telah membawaku kemari,"   Menambahkan Eng Song.   "Aku telah terjatuh dari air terjun itu!"   "Ihhh....!"   Terdengar seruan nyaring, seperti juga orang itu terkejut sekali. Eng Song hanya diam saja dengan hati berdebar, dia jadi ketakutan, karena ngeri kalau membayangkan yang tengah diajaknya bercakap-cakap ini adalah setan penasaran.   "Mengapa kau tidak terbanting mampus dikaki air tumpah itu?"   Terdengar suara itu bertanya dengan ucapan yang dingin sekali.   "Aku mana tahu? Aku dalam keadaan pingsan......... Yauwkwie (setan).........! menyahuti Eng Song dengan nada takut-takut.   "Apa? Kau panggil aku ini apa?"   Tegur si setan penasaran yang tidak terlihat ujutnya itu, didengar dari suara menegurnya itu memperlihatkan bahwa dia gusar bukan main.   "Hemmmmm......... bukankah tadi kau yang mengatakan sendiri bahwa kau setan penasaran? Apakah panggilanku itu salah?"   Tanya Eng Song tambah gugup.   "Bocah tidak tahu adat! Apakah dengan memanggilku dengan sebutan Yauwkwie itu merupakan panggilan yang sopan?"   Tegur si setan penasaran.   "Lalu aku harus memanggilmu dengan sebutan apa?"   Tanya Eng Song tambah bingung.   "Yauwkwie Loya (Tuan besar setan).........!!"   Menyahuti suara itu.   "Ohhhh!"   Eng Song jadi berseru kaget dan heran, bercampur perasaan geli didalam hatinya, karena dia baru tahu bahwa setan juga mengerti tata-krama kesopanan.   "Maafkanlah kalau tadi aku salah memanggilmu Yauwkwie Loya.........!"   "Apakah kau ingin bertemu denganku?"   Terdengar si Yauwkwie Loya telah bertanya lagi, suaranya sabar dan tidak sekeras seperti tadi. Tetapi pertanyaan seperti ini malah telah membuat semangat Eng Song seperti terbang meninggalkan raganya. 81Kolektor E-Book"A......... apa?! Bertemu dengan kau?"   Menggigil suara Eng Song.   "Kenapa kau kaget? Apa kau jijik untuk bertemu denganku? Apa kau anggap aku ini setan yang tidak ada harganya dan sangat hina bertemu dengan kau?"   Mendengar nada suara si Yauwkwie Loya yang mengandung perasaan mendongkol bukan main begitu, membuat Eng Song tambah gugup.   "Bu......... bukan begitu... bukan begitu!"   Kata Eng Song cepat. Sedangkan didalam hatinya sendiri membathin .   "Bertemu dengan setan? Hu? Itulah pekerjaan gila!"   "Hahahahahahaha!"   Terdengar suara tertawa orang itu dengan suara yang nyaring.   "Kulihat wajahmu pucat sekali, apakah kau ketakutan, bocah"   "Ti..... tidak! Mengapa aku harus ketakutan?"   Tanya Eng Song cepat. Dan suaranya dibuat agar terdengarnya gagah. Tetapi suara yang aneh dan tidak terlihat ujudnya itu telah berkata lagi dengan suara yang nyaring . Hmmmmmm, baiklah! Kalau begitu kau setuju untuk bertemu denganku?"   "Tunggg...... tunggu dulu!!"   Kata Eng Song jadi gugup dan tergesa-gesa.   "Aku...... aku mau bertanya dulu padamu, tuan Setan.......!"   "Apa yang ingin kau tanyakan?"   "Apakah kau tidak akan marah, tuan Setan?"   Tanya Eng Song lagi.   "Mengapa harus marah? Apakah pertanyaan yang akan kau ajukan itu merupakan pertanyaan gila-gilaan?"   Tanya suara si tuan Setan itu.   "Tidak! Aku hanya ingin tahu saja."   Kata Eng Song.   "Tolong kau beritahukan kepadaku, tuan Setan, apakah keadaanmu, wajahmu, sangat mengerikan atau tidak?!"   Tidak terdengar suara sahutan untuk sementara waktu, sampai jantung Eng Song jadi tergoncang keras sekali, karena dia menduga pertanyaannya itu telah menyinggung perasaan dan hati si tuan Setan.   Akhirnya telah terdengar si tuan Setan telah menghela napas, dan berkata lambat-lambat .   "Sesungguhnya memang nasibku terlalu buruk, sebab aku memang telah menjadi setan penasaran, dengan sendirinya keadaanku sangat buruk sekali. Karena engkau ingin mengetahui perihal wajah dan tubuhku, maka engkau dengarkanlah baik-baik. Mataku tidak ada, tetapi aku bisa melihat walaupun kedua mataku itu bulat berlobang saja. Hidungku juga tidak sebagus hidungmu, karena aku hanya berlubang belaka, mulutku juga hanya terdapat gigi-gigi yang bertonjolan tidak rata, karena aku tidak memiliki bibir! Tubuhku juga hanya tinggal tulang, bukannya terbalut oleh kulit. Itulah keadaanku, apakah kau mau bertemu denganku?"   Eng Song jadi berdiri bengong dengan hati yang berdenyut duk-duk-duk tidak hentinya.   Semakin didengar, dia jadi semakin merasa ngeri.   Bayangkan saja, situan setan itu tidak lain hanya bentuk dari tengkorak, karena seperti katanya, kedua matanya hanya bentuk lubang belaka, hidungnya juga hanya lubang pula, dan bibirnya tidak ada, hanya giginya yang bertonjolan tidak rata dengan tulang-tulangnya belaka...............! Itulah ciri-ciri dari tengkorak hidup! Siapa yang tidak akan merasa ngeri dan jeri untuk berhadapan dengan setan? Apa lagi si tuan Setan itu telah menamakan dirinya sebagai setan penasaran.   82Kolektor E-BookDan yang menambah rasa takut dan ngeri dari Eng Song, dia memperoleh kenyataan dirinya berada dilembah yang sunyi seperti ini, tidak ada seorang manusiapun juga, ditambah lagi memang keadaan malam itu hanya diterangi oleh sinar rembulan yang redup.   "Bagaimana? Kau belum menjawab pertanyaanku?!"   Bentak si tuan Setan dengan suara mendongkol, karena Eng Song hanya berdiri seperti orang kesima, bagaikan patung saja.   "A............... apa?"   Eng Song seperti baru tersadar dari mimpi buruknya, keringat dingin telah mengucur keluar deras sekali.   "Kau mau bertemu denganku atau tidak?"   Bentak si tuan Setan.   "Ti............. tidak kalau memang bisa."   Menyahuti Eng Song gugup.   "Kurang ajar kau.............!"   Bentak si tuan Setan yang rupanya gusar.   "Mengapa kau mengatakan tidak ingin bertemu kalau memang bisa!? Memangnya aku memaksamu? Aku hanya bertanya kau ingin bertemu denganku atau tidak?! Jawab saja tidak kalau memang tidak mau bertemu denganku, sudah cukup. Dan jawab mau kalau memang kau ingin bertemu denganku!"   "Ihhhh............. manusia mana sih yang mau bertemu dengan setan?"   Berpikir Eng Song didalam hatinya mendongkol dan gugup sekali. Tetapi si bocah berusaha untuk tersenyum sambil katanya .   "Tuan Setan jangan marah................ kalau memang kau tidak keberatan aku memang tidak ingin bertemu dulu dengan kau!"   "Takut?"   "Tidak!"   "Eh, tidak takut kau?"   "Ya......... hanya belum berselera."   "Kunyuk kau! Mengapa bertemu denganku saja harus menunngu berselera atau belum?!"   Memaki si tuan Setan.   "Memangnya aku ini makanan? Tetapi kalau memang kau mau, memang dapat kau memakan tulang-tulangku ini, lumayan bisa menangsel perutmu, agar tubuhmu jangan kurus kerempeng seperti itu!"   Serasa berdiri seluruh bulu-bulu ditubuh Eng Song. Memakan tulang-tulang belulang dari tengkorak hidup?! Ihhh, betapa menjijikkan dan mengerikan. Hampir Eng Song muntah-muntah disebabkan rasa mualnya yang datang begitu tiba-tiba sekali.   "Baiklah!"   Terdengar suara si setan penasaran itu.   "Kau tidak mau bertemu denganku. itupun tidak apa-apa. Cuma saja hal ini memperhatikan bahwa kau tidak bersahabat denganku!"   Dan membarengi dengan habisnya suara si Tuan Setan itu, tahu-tahu .   ketepok, pipi Eng Song telah kena ditempeleng keras sekali.   Tubuh Eng Song sampai berputar-putar, dia kesakitan dan ketakutan.   Karena tempilingan yang begitu keras tanpa Eng Song mengetahui siapa sesungguhnya yang telah menempilingnya itu.   Hal ini tentu saja membuatnya jadi tambah ketakutan.   Dan belum lagi Eng Song merangkak untuk berdiri, tahu-tahu pantatnya telah kena didupak oleh dupakan yang keras bukan main.   Tubuh Eng Song sampai terjerambab kedepan, dan mukanya mencium tanah.   Kontan darah mengucur deras dari hidungnya yang terantuk membentur tanah.   83Kolektor E-BookKepalanya jadi pusing dan hidungnya pedas bukan main.   "Kau.............. kau............."   Suara Eng Song begitu gugup sekali, dia gusar berbareng ketakutan. Biar bagaimana setan mana bisa dilayani?! "Mengapa kau-kauan begitu?"   Bentak si Setan Penasaran dengan suara yang bengis.   "Mengapa kau menyiksa diriku? Apa salahku?"   Tanya Eng Song, tetap hatinya keder kalau dibayangkan olehnya bahwa yang diajaknya bicara itu tidak lain dari setan penasaran.   "Hemmmm............ bukankah engkau sendiri tadi telah memperhatikan sikap yang tidak bersahabat? Maka dari itu, buat apa aku memperlakukan kau manis-manis dan bersahabat! Paling tidak aku menginginkan kau mati agar bisa bersama-sama dengan aku menjadi setan penasaran! Setidak-tidaknya menemani aku agar tidak kesepian.....! Kau mau, bukan?"   Eng Song seketika itu juga merasakan kepalanya jadi membesar dan juga hatinya tergoncang keras sekali.   Dirinya mau diajak untuk menjadi setan penasaran? Celaka benar! Bukankah hal itu sangat mengerikan sekali, dia jadi mengeluh sendirinya, karena biar bagaimana dia mana bisa melawan setan penasaran seperti itu?! Di kala Eng Song berdiam diri begitu, di saat itu pula telah menyambar sebutir batu dengan gerakan yang cepat.   Dan Eng Song tidak bisa menangkisnya, karena telak sekali batu itu telah menghajar batok kepalanya, sampai mengeluarkan suara Pletak! dan Eng Song merasa kesakitan bukan main, dia sampai mengeluh dan saking takutnya si bocah hampir menitikkan butir air mata, sebab Eng Song tidak mengetahui bagaimana harus menghadapi setan penasaran yang demikian ugal-ugalan?! "Baiklah!"   Kata Eng Song kemudian terpaksa.   "Kalau begitu aku mau bersahabat dengan kau!"   "Hemmmmm, sudah terlambat! Sekarang ini sudah apa gunanya? Sudah terlambat! Sudah terlambat! Kau mau bersahabat dengahku juga dalam keadaan terpaksa, saking ketakutan dan kewalahan, maka kau baru mau bersahabat denganku! Apa gunanya semua itu!?"   "Tetapi aku sungguh-sungguh akan bersahabat dengan kau!"   Kata Eng Song, dengan suara yang nyaring, saking kewalahan.   "Benarkah itu?"   Terdengar si Tuan Setan telah bertanya dengan suara mengandung kegembiraan yang sangat.   Eng Song merasakan dirinya tergetar dan juga hatinya berdenyut semakin keras saja, dia malah telah mengangguk, walaupun dirasakan bulu-bulu disekujur tubuhnya telah meremang berdiri.   "Benar! Aku ingin bersahabat dengan kau."   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Bukankah dengan bersahabat dengan kau maka aku tidak perlu menderita diganggu oleh kau lagi?"   "Hemmmmm, kalau begitu kau mau bersahabat denganku dengan hati yang palsu!!"   Bentak si tuan Setan dengan gusar dan segera juga muka Eng Song jadi sakit karena telah terdengar suara ketepak-ketepok yang nyaring, mukanya telah kena ditempiling oleh si tuan Setan yang tidak terlihat ujutnya itu.   Tubuh Eng Song telah terpental lagi, dia menderita kesakitan yang sangat.   Tetapi Eng Song benar-benar tidak berdaya menghadapi setan penasaran seperti ini.   Dia telah merangkak bangun dan dalam keadaan terdesak seperti ini telah membuat si bocah jadi nekad, dia telah mengeluarkan suara bentakan .   "Baiklah! Kalau memang kau mau membunuhku, bunuhlah! Aku tidak takut menghadapi kematian!!" 84Kolektor E-Book"Ohhhh............... benarkah itu?"   Terdengar si tuan Setan penasaran telah bertanya dengan suara mengejek.   "Itu memang lebih bagus, karena dengan kau mampus, berarti kau akan menjadi setan penasaran, berarti juga aku akan mempunyai seorang sahabat!!"   Mendengar perkataan si setan penasaran itu, hati Eng Song jadi tergetar keras, dia jadi menggidik ngeri bukan main, karena biar bagaimana mana ada sih manusia yang tidak takut mati untuk dijadikan setan penasaran.   Di kala Eng Song sedang berdiri terpaku seperti itu, karena disebabkan terlalu kaget, maka si Hantu penasaran itu telah tertawa gelak-gelak.   "Dan sekarang kau bersiap-siaplah untuk menjadi setan penasaran!!"   Kata si setan penasaran itu dengan suara yang nyaring.   Eng Song berdiam diri saja, dia tidak menyahuti, karena dia anggap tidak ada gunanya dia melayani setan penasaran tersebut.   Si tuan Setan rupanya juga jadi penasaran melihat Eng Song berdiam saja.   "Kau tidak takut mampus?"   Bentak si Tuan Setan mendongkol rupanya, sebab suaranya begitu keras.   "Hemmmm, buat apa takut? Apa lagi memang aku mati bisa menjadi setan penasaran, tentu aku bisa untuk melihat kau dan aku tentunya dapat mengejarmu, untuk mencekik mampus dua kali buat kau!!"   "Ihhhhhhh................"   Terdengar suara seruan yang nyaring dari si Tuan Setan itu. Tetapi kemudian terdengar suara gelak-gelak tawanya. Dia telah menghela napas, dan kemudian katanya .   "Bocah, ternyata kau memang cukup tabah! Baiklah! Baiklah! Aku akan keluar memperlihatkan diri padamu!!"   Mendengar perkataan si tuan Setan itu, maka Eng Song tergoncang kembali hatinya.   Biar bagaimana dia sanggup untuk berhadapan dengan setan penasaran?.   Si bocah jadi tegang sendirinya, dia telah membuka matanya lebar-lebar mengawasi sekelilingnya.   Bola matanya jadi terpentang lebar-lebar dan jelalatan memandang sekitar lembah itu, karena si bocah merasa ngeri kalau-kalau nanti setan penasaran itu muncul dibelakangnya.   Dan sedang Eng Song merasa takut dan gugup seperti itu, tahu-tahu bahunya ada yang colek.   Kontan Eng Song merasakan kepalanya jadi membesar dan sekujur tubuhnya telah menggigil dengan bulu-bulu yang meremang berdiri ditengkuknya.   Darah Eng Song telah mendesir semakin cepat.   "Kau......... kau jangan main-main....! kata Eng Song dengan perasaan ngeri.   "Siapa yang main-main dengan kau?"   Membalik si Setan penasaran itu.   "Apakah kau anggap aku ini sebagai kekasihmu sehingga mau bergurau dengan kau?"   Ditanggapi begitu oleh si setan penasaran.   Eng Song jadi tambah gugup.   Biar bagaimana dia memang tengah diliputi oleh perasaan seram dan gugup.   Tetapi dikala Eng Song sedang panik begitu, dia mendengar si setan penasaran itu telah tertawa gelak-gelak.   Menyusul mana telah muncul seseorang dari balik batu gunung.   Orang yang baru muncul itu melangkah dengan tindakan kaki perlahan-lahan.   85Kolektor E-BookTampaknya dia melangkah tenang sekali dan Eng Song mementang matanya lebar-lebar karena dia ingin melihatnya apa sesungguhnya yang dinamakan setan penasaran itu.   Dengan hati yang tergoncang keras, Eng Song mementang matanya lebar-lebar untuk mengawasi sosok tubuh yang baru muncul itu.   Dan Eng Song melihatnya sosok tubuh itu seorang manusia biasa.   Seorang lelaki tua yang memelihara jenggot yang telah memutih.   Hanya pakaiannya yang tambal sulam, memperlihatkan cara berpakaiannya itu dia adalah seorang pengemis tua belaka.   Tetapi Eng Song yang sejak tadi diliputi oleh perasaan ngeri dan seram, waktu melihat pengemis tua ini, si bocah jadi berpikir, apakah tidak boleh jadi setan penasaran itu tengah menyamar untuk menjadi pengemis seperti itu? Bukankah setan penasaran memang paling pandai menyamar? Dengan sendirinya, hati Eng Song masih tergoncang keras saja.   Dia beberapa kali melirik kearah kaki pengemis itu.   Sering Eng Song mendengar jika setan maka kakinya tidak menginjak bumi.   Tetapi orang tua yang baru keluar ini menginjak bumi dengan mempergunakan kedua kakinya.   Dengan adanya hal ini, berarti orang ini memang sesungguhnya seorang manusia.   Hati Eng Song jadi agak tenang.   Apa lagi orang tua itu telah berkata .   "Anak............. maafkan atas gurauanku tadi!!"   Eng Song menarik napas dalam-dalam.   "Siapakah lopeh (paman)?"   Tanya Eng Song ingin mengetahuinya.   "Dan......... dan apakah memang sesungguhnya Lopeh seorang manusia?"   Orang tua itu tertawa.   "Di dunia mana ada setan?"   Balik tanya si orang tua dengan suara yang sabar.   "Tadi aku hanya ingin bergurau dengan kau saja! Hal ini disebabkan aku melihat kau berada ditempat sesunyi seperti ini hanya berseorang diri! Apa lagi mengingat kau hanyalah seorang bocah kecil belaka! Entah apa yang sedang kau lakukan ditempat yang sesunyi ini, anak"   Mengetahui bahwa orang tua dihadapannya ini memang manusia sesungguhnya, hati Eng Song jadi girang bukan main, walaupun tadi dia telah dipermainkan oleh orang tua ini tetapi Eng Song tidak jadi kecil hati.   Malah Eng Song sangat bergirang hati dapat bertemu dengan seorang manusia dilembah seperti ini, setelah sekian lama terkurung disitu saja.   "Siapakah Lopeh?"   Tanya Eng Song.   "Aku seorang pengelana yang tidak tetap tempat tinggalku!!"   Kata orang tua itu dengan suara yang sabar.   "Dan kebetulan lewat ditempat ini, aku sempat melihatmu, maka aku jadi heran bukan main.......... mengapa anak sekecil engkau bisa berada ditempat seperti ini..........!!"   Melihat kakek tua itu seperti menghindarkan diri dari pertanyaan Eng Song, dan tidak mau menyebutkan namanya, Eng Song mengerti orang tua itu tentunya keberatan untuk memperkenalkan dirinya.   Dia tidak mendesak lebih jauh.   Dan Eng Song telah menceritakan pengalaman yang telah dialaminya.   "Apa?"   Teriak orang tua itu dengan suara yang menunjukkan dia terkejut bukan main. Gobie-pay telah diserbu orang-orang buas seperti itu?!"   Eng Song mengangguk dan meneruskan ceritanya menuturkan apa yang diketahuinya.   Juga Eng Song telah menceritakan, betapa selain Ciangbunjin dari Gobie-pay, yaitu Bin An Sienie, yang telah terbunuh bersama seluruh murid-muridnya, juga Thio Sun Kie dijumpai Eng Song telah menggeletak menjadi mayat.   Muka pengemis tua dihadapan Eng Song jadi berobah agak hebat, dan tubuhnya juga telah menggigil, rupanya berita yang didengarnya telah mengejutkan hatinya.   86Kolektor E-Book"Thio............ Thio Sun Kie telah terbunuh juga?"   Terdengar pengemis itu telah bertanya dengan suara yang tergetar menahan pergolakan dihatinya. Eng Song telah mengangguk dengan wajah yang berduka sekali, karena jika dia teringat akan peristiwa yang telah terjadi itu, hatinya sedih bukan buatan.   "Ya............!"   Jawab Eng Song dengan suara yang parau menahan kedukaan hatinya.   "Hemmmmm............ manusia-manusia hina dina itu ternyata telah membuat kerusuhan yang demikian hebat?!!"   Mengumam si pengemis tua itu dengan suara tergetar.   "Aku tidak menyangka bahwa akan muncul badai yang demikian hebat didalam rimba persilatan! Dengan dibakarnya kuil Gobie-pay berarti akan timbulnya urusan yang hebat sekali! Karena murid-murid Gobie Pay tersebar luas didalam rimba persilatan!! Tentunya kematian dari Bin An Sienie akan membangkitkan kemarahan dari murid-murid Gobie Pay!! Dan lagi pula, seorang pendekar besar dan bijaksana Thio Sun Kie telah ikut menjadi korban, inilah hebat! Terlalu berani orang-orang yang menyerbu kuil Gobie Pay itu!!"   Dan setelah berkata begitu, si pengemis tua ini telah menarik napas berulang kali.   "Maukah mengantarkan aku untuk melihat-lihat keadaan kuil Gobie Pay?"   Tanya si pengemis itu. Eng Song jadi memandang bengong sejenak pada si pengemis itu.   "Kenapa?"   Tanya pengemis tua waktu melihat Eng Song tidak menyahuti, hanya memandang kearahnya dengan tatapan mata mendelong begitu.   "Ba.......... bagaimana kita bisa keluar dari lembah ini?!"   Kata Eng Song.   "Aku sudah berbulan-bulan lamanya mencari-cari jalan untuk keluar dari lembah ini, namun kenyataannya tidak pernah berhasil, sebab lembah ini merupakan lembah yang tertutup dan tidak memiliki sebuah jalan kecil untuk keluar dari lembah ini.........!"   Mendengar perkataan Eng Song, si pengemis telah tersenyum sabar.   "Jangan takut, aku Ang Sam Kay akan membawa kau keluar dari lembah ini!!"   Kata pengemis tua itu. Mendengar perkataan si pengemis tua tersebut, Eng Song jadi girang bukan main.   "Be......... benarkah itu, Lopeh?"   Tanyanya dengan suara tergetar. Pengemis tua Ang Sam Kay, telah menganggukkan kepalanya perlahan-lahan.   "Ya! Mari kita berangkat!"   Kata Ang Sam Kay.   Dengan girang Eng Song telah mengangguk.   Dan belum lagi Eng Song menyahuti tahu-tahu Ang Sam Kay telah mengulurkan tangannya, tahu-tahu pinggang Eng Song telah dikempitnya.   Kemudian Ang Sam Kay telah menjejakkan sepasang kakinya, dengan ringan tubuhnya itu telah mencelat tinggi ketengah udara.   Walaupun ditangannya dia mengempit tubuh Eng Song, namun gerakannya tidak terganggu.   Waktu tubuhnya akan meluncur turun, si pengemis tua Ang Sam Kay ini telah menggerakkan tangan kanannya, dari telapak tangan kanannya itu telah meluncur keluar serangkum angin serangan yang kuat sekali.   Angin pukulan itu telah menghantam dinding lembah tersebut.   Terdengar suara benturan yang keras, dan dengan meminjam tenaga benturan itu, tubuh si pengemis Ang Sam Kay telah mencelat keatas lagi, walaupun dia masih tetap mengempit Eng Song.   87Kolektor E-BookDengan cara demikian, beberapa puluh kali dia memukul dinding lembah itu, akhirnya tibalah si pengemis di permukaan bibir lembah.   Eng Song diturunkannya, sehingga si bocah ketika melihat dirinya telah berada diatas bibir lembah itu, tentu saja jadi girang.   Dan Eng Song juga sangat kagum sekali atas kepandaian yang dimiliki oleh pengemis tua itu.   Dengan hanya mengandalkan ginkangnya, pengemis tua tersebut bukan hanya dapat melompat naik berseorang diri, melainkan telah membawa serta Eng Song.   Setelah Eng Song diturunkan dari kempitan tangannya, pengemis tua tersebut, Ang Sam Kay, telah duduk bersemedhi untuk mengatur jalan pernapasannya.   Hal ini disebabkan tadi apa yang dilakukan oleh pengemis tua itu sangat melelahkannya.   Maka dari itu, mau tidak mau dia memang harus meluruskan kembali jalan pernapasannya.   Eng Song melihat apa yang dilakukan oleh pengemis itu, maka Eng Song tidak berani mengganggunya.   Dia hanya duduk diam di batu gunung yang kebetulan menonjol keluar dan juga dia duduk ditempatnya itu Eng Song hanya mengawasi apa yang tengah dilakukan oleh pengemis itu.   Mau tidak mau Eng Song sangat berterima kasih sekali pada Ang Sam Kay.   Karena pengemis tua ini telah menyelamatkan jiwanya dari kematian terkurung di dalam lembah yang sangat rapat dan merupakan lembah yang tertutup.   Saat itu, Ang Sam Kay telah selesai bersemedhi memulihkan tenaga dalamnya, dia telah melompat berdiri.   "Mari kita tengok kuil Gobie-pay yang kau ceritakan tadi telah dibakar oleh manusia- manusia pengecut yang beraninya hanya main keroyok itu..........!"   Eng Song mengangguk.   Dan menurut Ang Sam Kay, untuk menghemat waktu, dia telah mengempit si bocah, diajaknya berlari-lari dengan gerakan yang cepat bukan main, sebab si pengemis tua Ang Sam Kay telah mempergunakan Ginkangnya yang sempurna.   Eng Song merasakan hanya angin dingin yang telah menerpah-nerpah wajah dan tubuhnya, karena sampokan angin itu menerjang dikarenakan larinya Ang Sam Kay terlampau cepat, seperti terbang belaka.   Eng Song memejamkan matanya, dia tidak berani melihat betapa pohon-pohon yang dilalui mereka itu seperti saling kejar dan berterbangan.   Di dalam waktu yang singkat Ang Sam Kay telah mencapai tempat yang ditujunya.   "Kita telah sampai!!"   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kata Ang Sam Kay dengan suara yang nyaring dan dia menurunkan Eng Song dari kempitan tangannya.   Eng Song telah turun berdiri ditanah, tetapi disaat itulah si bocah melihat betapa kuil Gobie-pay yang tadinya begitu gagah dan megah, ternyata telah musnah dimakan api dan yang terlihat hanyalah sisa puing-puingnya belaka..........   Pemandangan yang ada pada saat itu telah membuat hati Eng Song jadi berduka bukan main, karena si bocah segera teringat kembali, betapa Bin An Sienie menemui kematian dengan cara yang begitu mengenaskan dan mengerikan sekali.   Sedangkan Thio Sun Kie juga telah terbinasa dianiaya oleh lawan-lawannya dengan kejam.   Sakit hati seperti ini sangat besar sekali.   Maka dari itu Eng Song telah bersumpah, disamping dia akan mencari dan nanti membalas sakit hati kematian ayahnya, juga dia akan menuntut balas atas kematian Bin An Sienie dan juga Thio Sun Kie.   Orang-orang yang 88Kolektor E-Booktersangkut didalam pembunuhan terhadap Bin An Sienie dan juga Thio Sun Kie akan segera diselidikinya.   Saat itu, muka Ang Sam Kay telah berobah merah padam, tampaknya dia murka bukan kepalang.   Juga matanya memancarkan sorot yang sangat tajam bukan main, dia memandang sekeliling dengan perasaan kaget bercampur murka.   Kaget karena melihat kuil Gobie-pay yang tadinya begitu mewah dan besar, ternyata sekarang telah menjadi puing-puing belaka, disamping Ciangbunjin dari Gobie-pay yang telah terbinasa juga.   Sedangkan perasaan murka yang berkecamuk didalam hati si pengemis tua tersebut disebabkan dia penasaran sekali orang-orang yang menyerbu kuil Gobie-pay telah melakukan perbuatan yang sangat pengecut sekali, telah main keroyok dan tidak mengenal malu.   Dengan sendirinya, maka Ang Sam Kay telah memandang perbuatan itu adalah suatu perbuatan yang rendah dan juga sangat hina dina.   Setelah memandang bengong sejenak kearah puing-puing dari kuil Gobie-pay, Ang Sam Kay telah menghela napas panjang-panjang.   Dengan wajah murung, dia telah bertanya pada Eng Song .   "Apakah kau mengetahui nama dari orang-orang yang telah melakukan penyerbuan kekuil ini?"   "Menurut keterangan yang diberikan oleh Thio Peh-peh, orang yang memimpin jago-jago untuk menyerbu dan mengacaukan Gobie-pay ini bernama Ong Peng Hin......!"   "Ong Peng Hin?"   Tanya Ang Sam Kay terheran-heran dan mementang matanya lebar-lebar. Eng Song telah mengangguk.   "Ya....! Ada sesuatu yang tidak beres, Lopeh?"   Tanya Eng Song. Ang Sam Kay telah menggelengkan kepalanya perlahan-lahan, lalu katanya .   "Aku baru pertama kali ini mendengar nama Ong Peng Hin ini.... cuma saja anehnya, justeru dia yang telah memimpin jago-jago dari berbagai golongan untuk melakukan penyerbuan kekuil Gobie-pay?!"   Dan benar-benar Ang Sam Kay jadi terheran-heran karenanya.   Tetapi sedikitpun, maupun Ang Sam Kay atau memang Eng Song tidak mengetahuinya, bahwa sesungguhnya Ong Peng Hin sendiri telah dapat dibinasakan oleh Thio Sun Kie didalam pertempuran itu.   Waktu itu, Ang Sam Kay telah menghela napas.   "Sungguh suatu kehancuran yang sangat menyedihkan sekali!!"   Mengumam pengemis tua ini.   "Sesungguhnya Gobie-pay merupakan partai dan pintu perguruan yang cukup besar, sejajar dengan pintu perguruan Siauw Lim Sie! Tetapi dengan dihancurkannya demikian rupa, aku yakin didalam rimba persilatan akan timbul bermacam-macam pergolakan yang mengerikan!!"   Di saat itulah, Eng Song tiba-tiba teringat akan sesuatu, maka tanyanya .   "Dan kalau memang boleh aku bertanya Lopeh, sesungguhnya Pedang Bunga itu sebangsa pedang apa itu?"   Mendengar disebutnya perihal Pedang Bunga itu, tentu saja si pengemis tua Ang Sam Kay jadi kaget bukan main, mukanya juga telah berobah hebat.   "Kau....... kau tahu dari mana perihal Pedang Bunga itu?"   Tegur Ang Sam Kay sambil menatap Eng Song tajam-tajam, seperti ingin menyelidikinya. Tetapi Eng Song segera menceritakannya, bahwa dia memang telah direncanakan oleh Thio Sun Kie dan Bin An Sienie untuk membawa Pedang Bunga itu kepada seseorang.   "Thio Peh-peh yang telah banyak bercerita mengenai Pedang Bunga itu.........!!"   Menjelaskan Eng Song pada akhir ceritanya. Ang Sam Kay telah menghela napas. 89Kolektor E-Book"Sungguh diluar dugaan, kalau demikian urusannya, tentu pengeroyokan dan juga pembakaran kuil Gobie-pay tentunya disebabkan urusan pedang itu!"   Mendengar perkataan Ang Sam Kay, Eng Song telah mengangguk cepat.   "Benar Lopeh, karena memang Bin An Sienie telah mengatakan bahwa dengan adanya Pedang Bunga ditangan, berarti pemiliknya akan mengalami kesulitan yang tidak kecil. Maka dari itu memang kenyataannya sekarang Bin An Sienie mengalami urusan yang demikian mengenaskan sekali, setelah dia berhasil memiliki Pedang Bunga itu, atas titipan dari Siauw Sin Cing Lopeh....!"   Mendengar perkataan Eng Song yang terakhir, orang tua yang berpakaian seperti pengemis itu telah menghela napas lagi berulang kali. Tampaknya dia jadi begitu masgul sekali, dicampur oleh perasaan duka yang tiada taranya.   "Baiklah!"   Mari kita berlalu!!"   Kata Ang Sam Kay.   "Kau ingin menuju kemana? Aku bersedia mengantarkan kau!"   Eng Song menghela napas panjang waktu ditanya begitu oleh pengemis tersebut.   Ia sendiri tidak mengetahui harus kemana dirinya ini pergi, karena memang ia telah menjadi anak yatim piatu, tanpa sanak famili dan juga memang sudah tidak memiliki sahabat atau juga kenalan.   Dengan sendirinya, mau tidak mau Eng Song hanya dapat menggelengkan kepalanya saja.   Ang Sam Kay ketika melihat si bocah menggelengkan kepalanya, seperti mengerti perasaan si bocah, maka tanyanya .   "Apakah kau tidak memiliki sanak famili?"   Tanyanya lagi dengan suara yang lembut. Eng Song mengangguk.   "Ya.....!"   Sahutnya dengan suara yang perlahan dan tampaknya berduka sekali. Si pengemis tua itu telah menghela napas waktu mendengar penyahutan Eng Song.   "Baiklah....... kalau begitu kau turut denganku saja!"   Kata pengemis tua tersebut.   "Kemana aku pergi, maka kau kesana pula pergi.... kau akan kulindungi, agar tidak diganggu oleh orang- orang jahat...........!"   Mendengar perkataan si pengemis Ang Sam Kay, Eng Song jadi girang bukan main. Cepat ia telah merangkapkan sepasang tangannya, menjurah pada si pengemis.   "Terima kasih atas maksud baik dari paman....."   Katanya kemudian dengan terharu.   Ang Sam Kay tersenyum, ia telah cepat-cepat meminta si bocah agar tidak banyak peradatan.   Maka kedua orang itu telah berangkat meninggalkan tempat tersebut......    ooo O ooo 7 HAWA udara diluar perkampungan Wie-san-cung, terasa nyaman dan sejuk sekali.   90Kolektor E-BookWalaupun disaat itu tengah hari dan seharusnya matahari bersinar terik, nyatanya hawa udara disekitar diluar perkampungan Wie-san-cung tersebut sangat cerah dan sejuk, karena matahari tidak lagi bersinar dengan sinarnya yang terlalu terik.   Di dalam cuaca yang demikian baik, tampak dua orang tengah melakukan perjalanan.   Yang seorangnya itu berpakaian seperti pengemis dan telah berusia lanjut, sedangkan yang seorangnya lagi merupakan seorang bocah yang baru berusia belasan tahun.   Wajah bocah itu cakap sekali, walaupun agak dekil dengan pakaian yang kotor.   Sambil berlari-lari kecil bocah itu telah memetiki bunga-bunga yang turnbuh di pohon- pohon bunga yang banyak bertumbuhan disekitar tepi jalan tersebut.   Sedangkan pengemis tua itu sambil berjalan telah bersiul-siul kecil.   Wajahnya juga cerah sekali, tampaknya memang pengemis tua itu dan juga si bocah melakukan perjalanan dalam keadaan gembira.   Namun, disaat mereka berjalan tidak lama lagi, dari arah jurusan kampung Wie-san-cung tampak berdiri beberapa ekor kuda dengan cepat sekali.   Semua penunggang kuda itu terdiri dari lelaki yang bertubuh tinggi besar dan wajah mereka juga tampak bengis-bengis bukan main.   Di samping itu juga tampaknya mereka tengah memburu waktu, terlihat dari cara mereka telah melaratkan kuda tunggangan mereka dengan cepat dan tampaknya begitu tergesa-gesa sekali.   "Minggir! Minggir! Buka jalan!!"   Teriak penunggang-penunggang kuda itu dengan suara yang lantang dan nyaring bukan main, di samping bengis.   Si bocah dan pengemis tua itu bermaksud untuk menepi guna membuka jalan kepada penunggang-penunggang kuda itu.   Tetapi gerakan si bocah kurang cepat, terlambat sedikit, sehingga kuda yang berlari paling muka telah sampai, penunggangnya jadi sengit menduga bahwa si bocah ingin menghadang jalannya.   "Tarrrr.....!"   Keras bukan main cambuk ditangannya telah bergerak.   Punggung si bocah telah kena dihajar oleh cambuk itu keras sekali, sehingga si bocah selain menderita kesakitan dan kaget, juga telah terguling diatas tanah...........   menderita kesakitan bukan main.   Si pengemis yang menjadi kawan perjalanan si bocah waktu melihat apa yang dialami oleh bocah tersebut, tentu saja jadi terkejut bukan main.   Kegusaran si pengemis disebabkan ia telah melihat betapa penunggang kuda itu terlalu telengas dan juga galak sekali.   Dengan cepat dan mengeluarkan seruan perlahan, pengemis tua tersebut telah menggerakkan tangan kanannya menghantam kearah punggung si penunggang kuda.   Ternyata pengemis tersebut telah melancarkan serangan jarak jauh.   Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali .   "Rubuhlah!"   Dari telapak tangannya itu telah meluncur angin serangan yang kuat bukan main, dan meluncur cepat sekali kearah punggung kuda itu.   Sedangkan penunggang kuda yang tadi telah menghajar punggung si bocah dengan cambuknya, merasakan samberan angin serangan yang kuat bukan main, serangkum angin serangan yag menuju kepunggungnya.   91Kolektor E-BookDengan mengeluarkan suara seruan tertahan karena terkejut, ia telah memutar tubuhnya sambil mengibaskan tangan kanannya, maksudnya akan menangkis angin yang tengah menyambar kearah dirinya.   Tetapi apa lacur, justeru ia menangkis, seketika juga ia merasakan tekanan tenaga yang bukan main kerasnya.   Dan tubuhnya telah terjungkel dari punggung kuda tunggangannya itu, jatuh bergulingan diatas tanah.   Kuda tunggangannya itu telah meringkik dengan sepasang kaki depannya diangkat tinggi- tinggi, lalu berhenti.   Seperti juga binatang tunggangan tersebut mengerti bahwa majikannya telah terguling rubuh dari punggungnya.   Kawan-kawan si penunggang kuda yang memang berlari disebelah belakangnya, jadi terkejut melihat apa yang dialami kawan mereka yang seorang itu.   Dengan mengeluarkan suara yang keras, mereka telah menahan larinya kuda masing- masing.   Dengan gerakan yang ringan, mereka telah berlompatan turun dari kuda masing-masing.   Lalu mereka telah memandang kearah si pengemis tua dengan sorot mata yang bengis dan wajah memancarkan kemurkaan.   "Siapa kau pengemis buruk?"   Bentak mereka hampir berbareng.   "Mengapa kau demikian usil telah berani begitu kurang ajar mengganggu kawan kami?"   Suara orang itu bengis dan bukan main galaknya, mereka memperlihatkan sikap seperti ingin menghajar pengemis tua tersebut. Tetapi pengemis tua tersebut bersikap tenang sekali. Dia malah tertawa dingin, katanya dengan suara yang tawar.   "Hemmm, seharusnya bukan kalian yang bertanya kepadaku, tetapi justeru akulah yang harus bertanya kepada kalian, mengapa kawanmu itu begitu usil, tidak hujan tidak angin telah menghajar kawan kecilku itu dengan cambuknya, sehingga kawan itu terjungkel? Aku Ang Sam Kay paling tidak senang melihat orang berlaku sewenang-wenang! Jika memang kalian tidak bersikap usil, tentu akupun tidak akan mau tahu apa yang ingin kalian kerjakan!"   Maka penunggang-penunggang kuda itu telah berobah hebat, mereka berjumlah enam orang dan telah mengeluarkan suara erangan yang sangat bengis, karena rupanya tengah diliputi kemarahan yang bukan main.   Tampaknya perkataan pengemis tua itu telah membuatnya jadi begitu gusar.   "Hemmm, pengemis busuk yang tidak tahu mampus! Kau berani mencari urusan dengan Liok Sian Wie San (Enam Dewa dari Wie-san-cung)?"   Bentak salah seorang diantara mereka dengan suara yang seram sekali. Bengis bukan main.   "Berarti kau mencari mampus untuk dirimu sendiri dan juga si setan kecil itu...!"    Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini