Pendekar Bunga 7
Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 7
Pendekar Bunga Karya dari Chin Yung Dengan sendirinya, hawa serangannya dari angin yang meluncur kearah si gadis bukan main kuatnya dan juga mengandung hawa yang panas sekali. Gadis yang berpakaian serba putih itu tetap berlaku tenang-tenang saja, berdiri tegak ditempatnya dengan bibir yang tersenyum manis. Dia telah menggerakkan tangan kanannya dan menyentikkan jari telunjuknya, maka meluncurlah dua titik putih lagi. Cuma saja, kali ini dua titik putih itu telah meluncur demikian kuatnya. Dan dua titik putih itu, tidak dapat dihindarkan oleh Wie Ceng Siansu, sehingga dia terkejut bukan main, sampai mengeluarkan suara seruan kaget. Dengan cepat dia telah melompat kesamping, namun terlambat. Hawa dingin telah menerobos kedalam pori-pori kulitnya, menerjang daging tubuhnya dan ketulang. Pendeta tua ini jadi menggigil kedinginan. Walaupun Wie Ceng Siansu telah mengempos semangat murninya untuk menghangati tubuhnya, namun dia tidak berhasil sama sekali untuk menyalurkan kekuatan hawa murni ditubuhnya itu. sehingga dia tetap saja diserang oleh hawa dingin yang luas biasa. Tubuh pendeta ini jadi menggigil keras, mau tidak mau dia juga merasa malu juga. Seumur hidupnya baru mengalami kejadian aneh seperti ini. 109Kolektor E-BookWie Ceng Siansu merupakan seorang tokoh didalam rimba persilatan, dia memiliki nama yang sangat harum disebabkan kepandaian yang sangat tinggi dimilikinya. Maka dari itu, mau tidak mau hal ini telah membuat dia jadi terkenal sekali. Namun hari ini, dia bisa menggigil begitu, tentu saja hal ini telah membuatnya dia jadi malu sekali. Tetapi disebabkan hawa dingin yang menyerang dirinya begitu keras, sehingga giginya bercatrukan keras sekali, dengan sendirinya dia mau tidak mau jadi harus duduk bersemedhi guna memulihkan semangatnya. Si gadis yang berpakaian serba putih itu telah tertawa lebar. "Tadi Siauwlie hanya main-main dengan serangan Siauwlie, coba kalau Siauwlie bersungguh-sungguh, tentu jalan darah di sekujur tubuh Taysu telah membeku kaku, berarti kematian buat Taysu!!" Tentu saja Ang Sam Kay jadi kaget setengah mati. Begitu pula Wie Ceng Siansu, ia jadi kaget setengah mati. Namun disebabkan serangan hawa dingin terlalu hebat, maka mau tidak mau dia tidak memperhatikan perkataan si gadis, dia telah mengempos seluruh hawa murni ditubuhnya. Hawa hangat telah menyelubung naik kedadanya, kemudian kepusarnya, lalu kesekujur tubuhnya. Agak sulit juga dia menyalurkan hawa murninya itu, sampai akhirnya dia berhasil juga. Dengan bersusah payah dia dapat mengatasi serangan hawa dingin itu, maka membuktikan bahwa serangan hawa dingin tersebut memang sangat hebat. Dan mungkin juga perkataan gadis itu memang benar, karena kalau sampai hawa dingin itu menyerang lebih hebat kepada diri si hweshio, tentunya Wie Ceng Siansu akan mengalami ancaman yang tidak kecil. Wie Ceng Siansu jadi menggidik sendirinya membayangkan betapa beratnya tenaga serangan hawa dingin itu. Sambil menghela napas, dia telah bangkit berdiri dengan wajah yang agak pucat. "Terima kasih atas pelajaran Siauw Siocia (nona kecil)! Wie Ceng Siansu tidak akan melupakan budi kebaikan ini!" Kata Wie Ceng Siansu. Si gadis tertawa. "Jangan sakit hati, Taysu! Siauwlie hanya main-main!!" Katanya. Tetapi Wie Ceog Siansu tengah mendongkol, dia telah menyahuti . "Lolap kira, untuk bergurau itu ada batasnya....!" Katanya tawar. Tetapi Cu Sing Hong telah tertawa. Dia menoleh kepada Ang Sam Kay. "Dan kau paman pengemis, apakah kau bersakit hati juga padaku?!" Tanyanya. "Memang tidak adil! Kau telah melancarkan serangan satu kali, maka dari itu, kami juga harus melancarkan serangan satu kali pula!" "Silahkan!" Tantang si gadis. Ang Sam Kay bersiap-siap. Pengemis tua ini telah mengempos semangat yang dimilikinya, dia telah menyalurkan kekuatan murninya pada kedua telapak tangannya itu, dia telah mengeluarkan suara seruan 110Kolektor E-Booknyaring, lalu tahu-tahu menggerakkan kedua telapak tangannya, sehingga mengeluarkan suara angin serangan wuttttt! yang keras sekali. Rupanya Ang Sam Kay juga penasaran sekali melihat gadis yang muda usia ini bisa membuat dirinya bernama Wie Ceng Siansu kewalahan begitu. Di samping menduga-duga, entah murid siapa gadis cantik yang tangguh ini, Ang Sam Kay juga ingin melihat berapa tinggi sesungguhnya kepandaian dari si gadis yang cantik manis ini. Itulah sebabnya Ang Sam Kay telah melancarkan serangan dengan tenaga yang bukan main kuatnya. Dia melancarkan serangannya itu dengan mempergunakan tenaga yang luar biasa sekali. Karena dia memang ingin menerjang dengan kekuatan yang ada padanya untuk mencoba kehebatan tenaga tangkisan gadis manis itu. Namun si gadis Cu Sing Hong hanya berdiam diri saja ditempatnya. Sedikitpun dia tidak bergerak dari tempatnya berpijak, malah mengawasi saja datangnya serangan dari pengemis tua Ang Sam Kay. Sikap gadis ini tentu saja telak membuat Ang Sam Kay jadi mendongkol sekali. Maka dari itu tenaga serangannya itu tidak di kuranginya. Dia telah melancarkan serangan dengan pukulan yang bukan main hebatnya. Cu Sing Hong telah berseru . "Sebuah pukulan yang kuat dan indah!" Dan ketika pukulan yang dilancarkan oleh Ang Sam Kay hampir tiba, dengan gerakan yang gesit bukan main, tampak gadis cantik ini telah menjejakkan kakinya. Tubuhnya dengan cepat telah mencelat kesamping, dan mempergunakan kesempatan itu, tampak kaki kanan dan gadis she Cu tersebut bergerak. Dan gerakannya itu memiliki kecepatan yang sangat hebat, sukar diikuti oleh pandangan mata. Dengan sendirnya, ketika tendangan itu tiba, dan telak sekali menghantam pergelangan tangan dari Ang Sam Kay, menyebabkan Ang Sam Kay merasakan pergelangan tangannya sakit luar biasa. Hal ini mengejutkan sekali hati Ang Sam Kay, baru dia ingin menarik pulang tenaga serangannya, untuk melancarkan serangan lagi, disaat itulah telah terlihat gadis cantik she Cu itu telah melancarkan pukulan dengan telapak tangannya. Cu Sing Hong melancarkan serangannya itu dengan jarak jauh. Kalaupun telapak tangannya tidak bisa mencapai sasaran, tetapi yang dipentingkan olehnya adalah angin serangannya yang kuat sekali. Tubuh Ang Sam Kay jadi mengigil. Inilah yang sangat mengejutkan Ang Sam Kay! Tadinya pengemis tua ini menyangka bahwa serangan telapak tangan dari si gadis she Cu itu akan menimbulkan angin serangan yang kuat sekali. Namun siapa sangka, justeru dari telapak tangan si gadis she Cu itu mengeluarkan angin serangan yang mengandung hawa dingin luar biasaan. Maka dari itu serangan yang aneh seperti ini membingungkan hati Ang Sam Kay. Belum lagi mengetahui apa yang harus dilakukannya, disaat terasa hawa dingin yang menerjang dirinya dengan demikian hebat. 111Kolektor E-BookAng Sam Kay merasakan tububnya bagaikan direndam didalam kolam es. Dan belum lagi dia bisa menyadari apa yang tengah terjadi, giginya telah bercatrukan dengan tubuh yang menggigil keras sekali. Hawa dingin yang menerjang kearah dirinya bagaikan menerobos masuk ke dalam tulang sumsumnya. Itulah yang mengejutkan Ang Sam Kay, sehingga pengemis tua ini telah mencelat mundur kebelakang, dia telah melompat mundur begitu untuk menjatuhkan diri bersemedhi, mengatur jalan pernapasannya, mengerahkan tenaga murninya untuk menghangatkan tubuhnya. Sambil bersemedhi begitu, giginya tidak berhentinya bercatrukan, dia seperti orang yang kedinginan. Sedangkan si gadis sudah tidak melancarkan serangannya lagi, dia telah berdiri tegak sambil tertawa manis mengawasi apa yang dilakukan oleh Ang Sam Kay........ ooo O ooo 9 ENG SONG yang melihat apa yang dialami oleh si pengemis Ang Sam Kay, jadi memandang bengong, karena dia terkejut sekali. Biar bagaimana Eng Song tadi telah menyaksikan betapa Wie Ceng Siansu telah dibuat menggigil keras pula seperti yang dialami oleh Ang Sam Kay sekarang ini. Tentu saja hal itu telah memperlihatkan bahwa kepandaian yang dimiliki gadis she Cu tersebut memang tangguh sekali. Dengan sendirinya, mau tidak mau hal ini telah membuat dia jadi terbengong-bengong keheranan. Setahunya kepandaian yang dimiliki oleh Ang Sam Kay sangat tangguh sekali. Namun sekarang, hanya sekali gebrak saja Ang Sam Kay telah dapat di buat menggigil begitu rupa, tentu saja hal ini merupakan kejadian yang mengejutkan sekali. Setelah berselang semakin lama, akhirnya Ang Sam Kay mulai dapat menghangati tubuhnya dengan mempergunakan hawa murni ditubuhnya. Wie Ceng Siansu yang menyaksikan perihal ini, jadi kaget bukan main. Hatinya tercekat. Dia jadi membayangkan kalau sampai terjadi suatu pertempuran dan gadis yang sakti ini dapat melancarkan serangan yang sesungguhnya, tentu celakalah dia! Setelah hawa dingin lenyap menyerang dirinya, Ang Sam Kay berdiri dari duduknya, dia telah merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepada si gadis she Cu itu. "Aku Ang Sam Kay sungguh-sungguh kagum atas kepandaian dan ilmu yang dimiliki nona......! Kalau memang mati, sekarang aku dapat mati puas dan dengan mata meram, karena telah dapat menyaksikan ilmu yang demikian mujijat! Nah, selamat berpisah nona, mudah- mudahan nanti kita memiliki kesempatan untuk saling jumpa pula....!" Dan setelah berkata begitu, tanpa menoleh lagi kepada Wie Ceng Siansu, si pengemis tua ini telah menggapai Eng Song, lalu mengajak si bocah untuk berlalu dari tempat tersebut...... Eng Song telah mengintil saja dibelakang pengemis tua tersebut. Dan akhirnya, mereka telah meninggalkan kuil tersebut cukup jauh. 112Kolektor E-BookAng Sam Kay baru menghentikan langkah kakinya, dia menghela napas. "Benar-benar sangat mengagumkan!! kata Ang Sam Kay pada Eng Song. "Gadis itu memiliki ilmu yang luar biasa! Seumur hidupku, aku belum pernah mendengar atau melihat ilmu semacam itu, yang hebat luar biasa....!!" "Siapa sebenarnya dia, paman pengemis?" Tanya Eng Song dengan perasaan ingin tahu. "Justeru itu aku juga tidak mengetahui siapa dia!" Menyahuti Ang Sam Kay. "Karena diapun memang merupakan seorang gadis yang baru muncul didalam rimba persilatan....! Hemmm, entah siapa gurunya! Tetapi setidak-tidaknya guru gadis itu memang seorang yang memiliki kepandaian yang bukan main tingginya! Benar-benar mengagumkan sekali!!" Eng Song menghela napas. Pikiran si bocah jadi berputar di saat itu, karena segera juga dia berpikir, jika memang dirinya seandainya memiliki kepandaian yang tinggi seperti gadis itu, tentunya dia akan dapat melaksanakan apa yang diinginkannya. Tetapi disaat itulah, dengan cepat sekali terlihat dari jurusan depan tengah berlari dua ekor kuda dengan cepat sekali. Dua orang pemuda sebagai penunggang kuda tersebut, mereka melarikan kuda tunggangan mereka dengan cepat sekali. Waktu sampai didekat Ang Sam Kay dan Eng Song, kedua penunggang kuda itu telah berhenti melaratkan kuda mereka. Keduanya telah melompat turun dari punggung kuda dengan gerakan yang lincah dan gesit sekali. Mereka adalah dua orang pemuda yang berwajah cakap sekali. Salah seorang diantara mereka telah merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat. "Kami numpang bertanya paman pengemis! kata si pemuda yang seorang ini dengan suara yang ramah. "Apakah paman pengemis melihat seseorang yang berpakaian serba putih? Dia seorang gadis yang masih muda sekali....!!" Mendengar perkataan pemuda ini Eng Song dan pengemis tua Ang Sam Kay jadi terheran- heran. Karena segera juga mereka mengetahuinya bahwa yang dimaksud oleh kedua pemuda ini tentunya si gadis berbaju putih Cu Sing Hong. "Benar! Kami belum lama yang lalu saling jumpa!" Kata Ang Sam Kay sambil menganggukkan kepalanya. "Apakah kalian berdua mempunyai urusan dengan gadis itu?" Wajah kedua pemuda itu tampak berseri kegirangan. Mereka telah mengangguk. "Ya.... kami mempunyai urusan dengannya! Adik kami yang nomor tiga telah dibinasakan olehnya! Maka dari itu, kami ingin mengejarnya untuk melakukan pembalasan dendam padanya.....!" Mendengar ini, Ang Sam Kay jadi terkejut bukan main. Cepat-cepat dia telah mengulap- ulapkan tangannya. "Jangan! Jangan! Lebih baik kalian jangan mencari urusan dengan gadis itu! Dia terlalu tangguh dan memiliki kepandaian yang bukan main tingginya! Lebih baik kalian jangan bentrok dengannya!" Wajah kedua pemuda itu telah berobah seketika itu juga, tampaknya mereka tidak puas dan tidak senang. 113Kolektor E-Book"Hemmmm, paman pengemis mungkin telah menyaksikan kepandaian gadis itui?" Tanyanya. Ang Sam Kay telah mengangguk cepat sekali. "Ya, malah aku telah bertempur dengannya!" Kata Ang Sam Kay. Aku telah melihatnya bahwa kepandaian yang dimiliki oleh gadis itu terlalu tangguh!!" "Sekarang dia berada dimana, paman pengemis?" Tanya kedua pemuda hampir berbarengan, dan bagaikan mereka ini sangat bernafsu sekali, tidak sabar. "Dia mungkin masih berada di kuil yang tidak jauh dari tempat ini!!" Menjelaskan Ang Sam Kay. "Terima kasih! Terima kasih!!" Kata kedua pemuda itu hampir berbareng. Dengan cepat mereka telah mencelat keatas punggung kuda mereka dan telah berlari-lari dengan kecepaten yang bukan main. Ang Sam Kay yang melihat sikap kedua pemuda yang tampan itu, telah mengela napas. "Mereka hanya mencari pencari!" Menggumam Ang Sam Kay dengan suara yang perlahan. Eng Song jadi berkuatir sekali. Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Apakah kedua pemuda itu tidak akan dicelakai oleh gadis yang memiliki kepandaian yang tangguh itu?" Tanya Eng Song kemudian. Si pengemis tua Ang Sam Kay telah menghela napas lagi, dia telah menggelengkan kepalanya. "Entahlah! Aku mana tahu! Kalau saja gadis itu memang tidak bertangan telengas, tentunya kedua pemuda itu masih memiliki kesempatan untuk hidup......!" Mendengar perkataan Ang Sam Kay, Eng Song juga jadi menghela napas. Karena dia tidak mengelahuinya entah bagaimana nantinya nasib dari kedua pemuda itu. Ang Sam Kay telah mengajak Eng Song untuk melanjutkan perjalanan mereka. Di dalam waktu yang singkat, mereke telah meninggalkan perkampungan tersebut sejauh belasan lie. Dan Eng Song telah merasa letih sekali. Mereka mengasoh ditepi jalan. Namun ketika mereka tengah berangin untuk melenyapkan perasaan letih mereka, tiba-tiba dari arah jurusan perkampungan yang baru saja mereka tinggalkan itu, telah berlari-lari dua ekor kuda. Dan Ang Kay yang bermata jeli, dapat mengenali bahwa kedua kuda tunggangan itu adalah milik kedua pemuda tampan yang pernah bertemu dengan mereka. Maka dari itu, cepat-cepat Ang Sam Kay telah melompat berdiri. Begitu pula Eng Song. Mereka ingin mendengar bagaimana hasil pertemuan antara kedua pemuda ini dengan si gadis yang berpakaian serba putih dan bernama Cu Sing Hong itu. Namun Ang Sam Kay jadi terheran-heran. Karena dia melihatnya betapa kedua kuda itu tanpa penunggangnya, berlari dengan cepat sekali. Dan begitu juga Eng Song, dia sampai mengeluarkan seruan tertahan saking heran melihat betapa kuda itu tanpa penumpang. 114Kolektor E-BookNamun karena Ang Sam Kay memang memiliki penglihatan yang tajam, dia melihat pada kedua ekor kuda tunggangan itu terdapat sesuatu yang ganjil. Karena mereka telah melihatnya betapa pada kedua punggung kuda itu tergemblok sesuatu. Waktu kuda tunggangan itu berlari telah mendekat ketempat Ang Sam Kay dan Eng Song berada, maka dengan cepat pengemis tua itu telah melompat menghadangnya. Dia telah mencekal tali pelana kuda tersebut, dan menghentikan larinya kedua kuda tersebut. Ternyata dipunggung itu terdapat dua sosok tubuh manusia! Dan dua sosok tubuh manusia itu telah membeku menjadi mayat. Dari kedua sosok tubuh tersebut juga memancarkan hawa yang dingin bukan main. Seperti juga kedua sosok mayat ini memang telah direndam didalam air kolam es. Cepat-cepat Ang Sam Kay telah menurunkan kedua sosok tubuh itu. Ternyata kedua mayat itu tidak lain dari kedua pemuda yang pernah bertemu dengan mereka. Eng Song dan Ang Sam Kay sampai mengeluarkan suara seruan kaget karena tercekat hati mereka. Terlebih-lebih Eng Song, boah ini merasakan hatinya ngiris. Karena dia melihat kedua pemuda itu telah menemui kematiannya disebabkan tubuhnya telah kaku dingin, dan Eng Song yang memang memiliki kecerdikan yang bukan main segera dapat menerkanya, bahwa kematian kedua orang pemuda ini tentunya disebabkan oleh serangan senjata es yang dingin dari gadis yang bernama Cu Sing Hong, yaitu peluru Sin Tan yang tangguh itu. Kedua mata dari mayat kedua pemuda itu tampak mendelik lebar-lebar, tampaknya mereka sebelum menemui kematiannya, telah menderita ketakutan yang bukan main, dan juga tubuh mereka dingin memucat seperti juga telah terserang oleh hawa udara yang dingin sekali. Tampaknya kematian yang mereka alami begitu tiba-tiba dan membuat mereka menderita sekali. Tentu saja kenyataan seperti ini membuat Ang Sam Kay serta Eng Song jadi memandang bengong tanpa bergerak di tempat mereka. Begitu ngiris hati mereka melihat kematian yang dialami oleh kedua pemuda ini. Karena mereda mungkin juga telah mati tanpa mampu untuk memberikan perlawanan sama sekali, karena mereka didalam waktu sekejap mata telah menjadi mayat demikian rupa. Dan juga rupanya si gadis Cu Sing Hong yang telah sengaja meletakan kedua mayat mereka diatas punggung kuda mereka masing-masing. Dengan sendirinya, mau tak mau di dalam hal ini telah membuat Ang Sam Kay tidak senang juga, karena dari kematian kedua pemuda ini menunjukkan tangan si gadis Cu Sing Hong memang telengas. "Hemmmm.....!" Akhirnya Ang Sam Kay telah memhela napas panjang. "Kalau kulihat demikian keadaannya, tentu sangat menakutkan sekali perkembangan didalam rimba persilatan! Setidak-tidaknya tentu didalam rimba persilatan akan timbul pergolakan yang hebat! Entah mengapa, akhirnya ini telah bermunculan banyak sekali jago-jago yang muda usianya tetapi memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Sungguh suatu hal yang sangat menguatirkan. Dan juga, disamping itu, memang harus diakui bahwa gelombang dari golongan muda telah mendamparkan gelombang-gelombang tua." 115Kolektor E-BookEng Song telah memeriksa kedua mayat pemuda itu, dia tidak melihat luka pada tubuh kedua mayat itu. Hanya terlihat mereka menerima kematian dengan sepasang mata mendelik begitu saja dan dari mayat mereka memancarkan hawa udara yang dingin bukan main. Ang Sam Kay telah mengajak Eng Song untuk menggali tenah ditepi jalan itu. Mereka menggali kuburan untuk kedua pemuda yang telah menjadi mayat tersebut. Setelah mengubur baik-baik kedua mayat tersebut, maka tampak Ang Sam Kay menepuk pantat kedua ekor binatang tunggangan itu, agar pergi dari tempat tersebut. Sedangkan Ang Sam Kay dan Eng Song telah melanjutkan perjalanan mereka lagi dengan langkah kaki agak lesu. Eng Song memikirkan mengapa gadis yang bernama Cu Sing Hong dapat memiliki kepandaian begitu tinggi, sedangkan Ang Sam Kay memikirkan bahwa heboh dan pergolakan yang akan timbul didalam rimba parsilatan tentu hebat sekali. Karena belum lagi berselang lama, telah berguguran korba-korban ditangan gadis berbaju putih. Dan mungkin juga, jika gadis cantik Cu Sing Hong tidak melihat bahwa usia Ang Sam Kay dan Wie Ceng Siansu telah lanjut, maka kedua jago tua ini akan dibinasakan juga. Dan disebabkan Cu Sing Hong melihat bahwa Wie Ceng Siansu dan Ang Sam Kay merupaksn jago- jago tua, maka dia segan untuk turun tangan keras. Hanya mempermainkan belaka dengan mempergunakan Sin Tannya. Namun yang jelas, bahwa gadis berbaju putih yang menamakan dirinya Cu Sing Hong itu, pasti akan membuat gelombang dan badai yang sangat hebat sekali, kekacauan dan pembunuhan yang mengerikan akan bergolak di dalam rimba persilatan. Seperti gadis itu saja, dia memiliki Sin Tan, peluru saktinya itu, yang benar terlalu hebat, sehingga dapat membinasakan seorang korban dengan mati tubuh beku. Ang Sam Kay sendiri tidak bisa membayangkan, entah kejadian hebat apa yang akan melanda rimba persilatan dengan munculnya jago-jago muda seperti Cu Sing Hong ini.... karena peristiwa-peristiwa hebat seperti apa yang akan terjadi tidak dapat diramalkan oleh Ang Sam Kay. Hanya yang dapat dirasakan oleh pengemis tua ini, bahwa di dalam rimba persilatan akan terjadi pergolakan yang hebat. Hari telah mendekati senja, maka Ang Sam Kay dan Eng Song mencari salah satu rumah penduduk untuk bermalam, menghindarkan diri dari serangan hawa udara malam yang dingin. Namun malam itu, Ang Sam Kay tidak dapat tidur nyenyak, karena pengemis tua ini memikirkan betapa kalangan Kang-ouw yang akan diamuk oleh gelombang yang sangat hebat, kancah kekacauan dan juga banjir darah yang akan terjadi.... sebab jago-jago muda yang seperti Cu Sing Hong itu, jelas akan memiliki darah muda, sehingga akan mudah pula jago-jago seperti dia menurunkan tangan telengas pada lawan-lawannya, merenggut nyawanya si korban..... Keesokan paginya Ang Sam Kay telah mengajak Eng Song untuk melanjutkan perjalanan mereka. Pagi itu udara sangat cerah, matahari juga memancarkan sinarnya yang sangat cemerlang. Angin berhembus sejuk, diantara burung-burung yang berkicauan. Ang Sam Kay mengajak Eng Song mengambil kearah barat, karena Ang Sam Kay bermaksud untuk mengunjungi seorang sahabatnya yang lama tidak berjumpa, yaitu seorang jago tua yang bernama Cung So Liong, bergelar Kun Lun It Kiam (Pendekar Pedang Tunggal dari Kunlun-san), dikota Ma-leng-kwan. Letak kota itu dari tempat Ang Sam Kay berada terpisah seratus lie lebih. Dan kurang lebih memakan waktu masa perjalanan tiga hari. Hari pertama selama dalam perjalanan tidak terjadi suatu urusan yang menarik untuk diceritakan. Tetapi dihari kedua telah terjadi sesuatu yang sangat mengejutkan Ang Sam Kay dan Eng Song. 116Kolektor E-Book Jilid 7 WAKTU sore dihari kedua dalam perjalanan mereka itu, Ang Sam Kay dan Eng Song telah menumpang menginap di sebuah kuil kecil yang tampaknya agak mesum, yang merupakan satu-satunya kuil yang terdapat dikota Siang-ku-kwan. Kota ini memang merupakan sebuah kota yang tidak begitu besar. Penduduknya juga tidak begitu banyak. Di dalam kuil tempat Ang Sam Kay dan Eng Song menginap itu, diurus oleh delapan orang paderi yang masing-masing mengerti ilmu silat. Mereka terdiri dan hweshio-hwesio yang ramah dan menyambut kedatangan Ang Sam Kay serta Eng Song dengan sikap yang ramah dan baik hati. Ang Sam Kay berdua Eng Song telah diberikan kamar yang terletak dibelakang kuil, letaknya cukup baik dan kamar itu walaupun tidak begitu besar, namun merupakan kamar yang baik. Tetapi menjelang tengah malam, di saat Ang Sam Kay dan Eng Song tertidur nyenyak, telah terdengar beruntun suara jeritan yang menyayatkan hati. Dengan terkejut, Ang Sam Kay telah terlompat bangun dari tidurnya, dia membangunkan Eng Song. Di saat itu telah terdengar pula suara jeritan yang melengking tinggi, mengiriskan bahi, seperti juga orang yang mengeluarkan suara jeritan itu mengalami suatu bencana yang menakuti hatinya atau juga memang menghadapi suatu kematian yang mengerikan. "Kau dengar suara jeritan itu?" Tanya Ang Sam Kay pada Eng Song. Pada saat itu sesungguhnya Eng Song masih mengantuk, karena dia tadi tengah lelap sekali dalam tidurnya. Eng Song mengangguk, sambil menghapus matanya. "Suara jeritan itu mengerikan sekali, apa yang sesungguhnya telah terjadi, paman pengemis?" Tanya Eng Song kemudian dengan suara yang ragu-ragu. "Hemmmm...... tentu telah terjadi suatu urusan yang hebat! Mari kita pergi lihat!!" Kata Ang Sam Kay. "Atau engkau tunggu saja disini, aku yang pergi melihatnya keluar!" Eng Song mengangguk mengiyakan. Karena bocah ini berpikir, ia ikut serta juga hanya atau merepotkan belaka Ang Sam Kay jika suatu saat mereka menghadapi suatu ancaman bahaya. Maka dari itu, dia telah berdiam diri saja didalam kamar itu, untuk menantikan kembalinya Ang Sam Kay. Dengan cepat Ang Sam Kay telah keluar dari kamarnya itu. Dengan gerakan yang ringan pengemis tua ini telah berlari-lari keruangan depan kuil. Suasana saat itu sangat gelap, karena api-api penerangan disekeliling kuil itu tampak tidak ada yang menyala, semuanya telah mati. Maka dari itu, dengan sendirinya hal ini telah membuat pengemis tua tersebut jadi heran sekali. Tidak biasanya sebuah kuil tidak memasang api penerangan. 117Kolektor E-BookNamun sedang Ang Sam Kay berlari-lari begitu, tiba-tiba kakinya telah tersandung sesuatu. Benda yang agak lunak dan hampir membuat Ang Sam Kay tergelincir. Untung saja Ang Sam Kay memiliki kegesitan yang bukan main. Dengan cepat dia dapat mengimbangi keseimbangan tubuhnya, sehingga dia tidak perlu sampai jatuh terguling diatas tanah. Ang Sam Kay memperhatikan benda yang menggeletak ditengah jalan itu. Tampaknya seperti buntalan besar. Cepat-cepat Ang Sam Kay berjongkok mendekati dengan sikap yang hati-hati. Astaga.....! Rupanya sesosok mayat seorang manusia yang sudah tidak berjiwa lagi. Menggeletak dalam keadaan yang mengenaskan sekali, karena dadanya telah berlobang dengan batok kepala yang hancur bagaikan telah dihajar sesuatu. Darah merah juga telah menggenangi sekeliling sosok mayat tersebut. Mayat itu adalah mayat seorang hweshio! Tentu saja Ang Sam Kay telah terkejut bukan main. Kalau begitu yang mengeluarkan suara jeritan yang sangat mengerikan sekali tadi adalah si hweshio ini. Siapa yang membunuhnya? Dengan hati berdebar, Ang Sam Kay telah menjejakkan kakinya. Bergegas dia telah berlari kedepan untuk melihat keadaan diluar kuil. Tetapi kembali dia melihat beberapa sosok tubuh menggeletak. Waktu didekati, ternyata tiga orang hweshio telah menggeletak tidak bernapas lagi. Kematian mereka juga sama dengan hweshio yang satu itu, mengerikan sekali. Tentu saja hal ini telah membuat Ang Sam Kay semakin diliputi tanda tanya dan rasa bingung yang bukan main. Dia mengawasi sekitar tempat itu. Tidak dilihatnya seorang manusiapun disekitar tempat itu. Dan yang terlihat hanyalah kesunyian belaka. Dengan sendirinya, mau tidak mau Ang Sam Kay jadi semakin heran saja. Mengapa sekaligus bisa berjatuhan korban-korban yang terdiri dari hweshio-hwesio dikuil ini? Lagi pula, mengapa mereka telah mengalami kematian yang demikian mengerikan? Dengan sendirinya, mau tidak mau memang harus diakui, bahwa didalam hal ini pasti ada seseorang yang telah melakukan kekejaman ini dengan melampiaskan segala kemurkaannya. Dan juga, yang dilihat dari mayat-mayat hweshio itu, maka bisa di tarik kesimpulan bahwa orang yang melakukan pembunuhan tersebut merupakan orang yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi karena hweshio yang telah menemui ajalnya itu tidak sempat mengadakan perlawanan, dan telah menemui kematiannya dengan cara yang begitu mengerikan sekali. Belum sempat untuk Ang Sam Kay memeriksa ketiga mayat hweshio itu, dia telah mendengar suara jerit yang melengking mengerikan sekali dari dalam kuil. Secepat terbang Ang Sam Kay telah mencelat untuk berlari untuk menuju keruangan dalam kuil itu. 118Kolektor E-BookTetapi ketika dia sampai diruangan tengah dari kuil ini, yang hanya diterangi oleh lampu obor, maka terlihatlah ditengah lantai menggeletak sesosok tubuh pula. Waktu didekati, sosok tubuh itu ternyata sesosok mayat pula! Mayat inipun telah menemui kematian dengan cara yang sama dengan hweshio-hwesio lainnya. Dan hweshio yang seorang ini menemui kematiannya dengan cara yang menakutkan sekali. Di bawah cahaya lampu obor yang tergantung di dinding, maka terlihat jelas sekali, wajah hweshio ini memperlihatkan perasaan ketakutan yang bukan main. Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Melihat mayat-mayat yang bergelimpangan tersebut, tentu saja Ang Sam Kay jadi menggidik ngeri. Tadi sore baru saja dia bertemu dengan mereka dan bercakap-cakap. Namun siapa sangka, sekarang mereka telah menggeletak menjadi mayat-mayat yang sudah tidak bernyawa lagi. Dengan sendirinya, mau tidak mau hati Ang Sam Kay jadi ngiris. Siapa pembunuhnya? Dengan cepat dan tanpa membuang-buang waktu lagi, Ang Sam Kay telah memburu kedalam ruangan kuil itu. Telah lima hweshio yang menemui ajalnya dan tinggal tiga orang hweshio lagi. Dan ketiga hweshio itu tidak boleh dibiarkan terbunuh oleh pembunuh yang kejam itu. Namun Ang Sam Kay terlambat. Karena telah terdengar beruntun suara jeritan yang saling susul, memecahkan dan merobek-robek kesunyian malam. Suara pekik itu bukan main kerasnya dan juga mengerikan, seperti juga orang yang mengeluarkan suara jeritan tersebut menerima kematian dengan sangat menderita sekali. Waktu Ang Sam Kay berhasil memburu keruangan dalam, dia melihat tiga sosok tubuh menggeletak diatas lantai. Tiga mayat hweshio! Berarti seisi penghuni kuil tersebut telah dibinasakan ludes oleh pembunuh yang kejam itu. Dan di saat itulah, mata Ang Sam Kay yang jeli telah berhasil melihatnya betapa sesosok bayangan dengan gerakan yang gesit sekali telah melayang keluar dari ruangan dalam. Tanpa membuang-buang waktu, Ang Sam Kay memburu dan menghadangnya. "Berhenti!" Bentaknya. Tetapi bayangan tersebut tetap berlari menerjang kearah Ang Sam Kay. Malah sosok bayangan tersebut telah berkata dengan suara yang dingin. "Jangan usil mencampuri urusanku!" Dan tangan kanannya telah digerakkan. Dan luar biasa sekali! Tubuh Ang Sam Kay telah terpental. Waktu sosok bayangan tersebut menggerakkan tangan kanannya, Ang Sam Kay merasakan betapa meluncur serangan angin serangan yang bukan main kuatnya. Dan angin serangan itu telah menerjang kearah Ang Sam Kay dengan kekuatan raksasa. Maka tanpa ampun lagi, karena memang tidak menduga sebelumnya sehingga tidak mengadakan persiapan dan kewaspadaan, tubuh Ang Sam Kay telah terpental keras sekali. 119Kolektor E-BookLalu tubuh Ang Sam Kay ambruk diatas lantai. Namun Ang Sam Kay penasaran sekali. Dengan mengeluarkan suara seruan yang nyaring bukan main, telah menjejakkan kakinya mengejar pula bayangan itu, yang telah berlari keluar kuil. Dengan mengempos dan mengerahkan Ginkangnya (ilmu berlari cepatnya), Ang Sam Kay mengejarnya. Dia penasaran bukan main tadi dia dirubuhkan dengan cara begitu. Namun biarpua penasaran dan mendongkol, Ang Sam Kay juga telah berlaku hati-hati. Dia mengejar deagan penuh kewaspadaan, sebab biar bagaimana memang dia menyadarinya bahwa orang yang tengah dikejarnya ini memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Terbukti kedelapan pendeta itu yang telah kena dibinasakan dengan cara yang mengenaskan sekali. Mau tidak mau hal ini tentu saja membuat Ang Sam Kay jadi menyadari, bahwa kedelapan hweshio itu menerima kematian mereka tanpa berdaya memberikan perlawanan. Berarti mereka telah terbinasa dengan cara yang mudah, dan kepandaian orang yang membunuhnya memang sangat tinggi sekali. Mau tidak mau hal ini telah menjadi pemikiran Ang Sam Kay. Dia menduga-duga, entah siapa pembunuh ini sebenarnya? Dan apa maksud orang ini melakukan pembunuhan yang begitu bengis dan kejam. Mau tidak mau memang Ang Sam Kay telah merasakan hatinya gusar bukan main, dia ingin mengetahui tampang dari pembunuh yang kejam itu. Itulah sebabnya Ang Sam Kay telah mengempos seluruh kemampuannya untuk mengejar sosok bayangan itu. Tetapi sosok bayangan itu sendiri telah mengetahuinya bahwa dirinya dikejar seseorang, oleh pengemis tua itu. Dia telah mempercepat larinya. Dengan penuh perasaan penasaran, Ang Sam Kay mengejarnya terus. Mereka telah berlari-lari dengan cepat keluar dari kuil, meninggalkan kota itu. Di luar kota ini memang keadaan alam terbuka dan luas sekali, ditumbuhi oleh pohon yang banyak bukan main. Sehingga agak sulit bagi Ang Sam Kay melakukan pengejaran terhadap sosok bayangan tersebut. Hal itu disebabkan sosok bayangan itu selalu berlari-lari dengan tubuh yang menyelinap-nyelinap dari pohon yang satu kepohon yang satunya lagi. Dengan sendirinya, mau tidak mau didalam hal ini memang membuat Ang Sam Kay harus mementangkan matanya lebar-lebar dan memperhatikan sekelilingnya lebih waspada lagi. Tiba-tiba, ketika Ang Sam Kay kehilangan jejak dari buruannya itu, dia telah merasakan samberan angin dingin yang tajam sekali. Ang Sam Kay mengetahui bahwa dirinya tengah dibokong dengan serangan menggelap. Maka dari itu, dengan cepat dia telah mengengoskan kesamping. Dua buah piauw telah menyambar lewat didekat batok kepalanya. Ang Sam Kay menggilik, coba kalau tadi dia terlambat mengelakkan samberan dari senjata itu, tentunya ia akan binasa dengan batok kepala ditancapi dua batang piauw itu. Dengan cepat Ang Sam Kay membalikkan tubuhnya, dilihatnya orang buruannya tengah berdiri disisi sebatang pohon didekatnya dengan sikap yang tenang. 120Kolektor E-BookTernyata selain memakai baju yang serba hitam dan ringkas orang itu juga telah mengenakan sebuah topeng untuk menutupi wajahaya. Dengan sendirinya, mau tidak mau di dalam hal ini telah membuat Ang Sam Kay tidak berhasil melihat wajah orang itu dan juga tidak bisa mengenali siapa dia sesungguhnya?! "Hemmmm, kau terlalu usil!" Terdengar orang berkata dengan suara dingin. "Seharusnya kau tidak perlu mencampuri urusaa ini! Tetapi karena kau terlalu banyak ingin tahu, maka engkau juga diberikan ganjaran yang setimpal dengan perbuatanmu!!" Dan membarengi dengan perkataannya itu, tampak sosok tubuh dari orang bertopeng itu telah bergerak menerjang ke Ang Sam Kay. Dia menggerakkan tangan kanannya melancarkan serangan pada pengemis tua itu. Dan serangan yang dilancarkannya itu dengan mempergunakan tangannya, mengandung kekuatan yang bukan main dahsyatnya. Ang Sam Kay yang menerima serangan tersebut, apa lagi melihat kelima jari tangan dari orang berpakaian serba hitam dan mengenakan topeng itu, berlumuran darah, yang tentunya darah dari hweshio-hweshio yang telah dibunuhnya, dengan sendirinya Ang Sam Kay jadi diliputi kemarahan yang bukan main. Biar bagaimana rasa keadilan yang melekat dihatinya telah membuat Ang Sam Kay bertindak guna mengetahui siapa adanya pembunuh yang kejam ini. Memang didalam rimba persilatan terdapat sebuah peraturan bahwa tidak boleh seseorang mencampuri urusan dendam seseorang. Dan hal itu harus dihormatinya. Biarpun Ang Sam Kay melihat ada seseorang tengah melakukan pembunuhan karena urusan sakit hati yang telah lalu, maka Ang Sam Kay tidak boleh mencampurinya. Namun, biar bagaimana Ang Sam Kay berpikir tidak mungkin hweshio-hweshio yang baik hati itu bisa memiliki ganjalan hati dengan orang ini dan tidak mungkin pula orang tersebut memiliki dendam dengan hweshio-hweshio yang baik hati itu. Dengan sendirinya, Ang Sam Kay menarik kesimpulan bahwa orang ini melakukan pembunuhan terhadap hweshio-hweshio itu karena dia sedang melakukan sesuatu untuk merebut sesuatu barang atau juga ingin memiliki suatu pusaka yang dimiliki hweshio-hweshio tersebut, atau benda berharga lainnya. Dengan sendirinya, Ang Sam Kay ingin sekali dapat membuka topeng yang dikenakan orang itu, agar dia dapat melihat jelas wajahnya, sehingga dengan begitu dia akan mengetahui siapa sesungguhnya pembunuh ini. Tetapi, gerakan orang itu sangat cepat sekali, didalam waktu yang sangat singkat, telapak tangan kanannya itu telah meluncur datang. Namun Ang Sam Kay terpaksa menangkis sambil bermaksud mencengkeram pergelangan tangan orang itu. Tetapi Ang Sam Kay kecele, karena dia hanya menangkap angin belaka. Orang bertopeng itu telah menarik pulang tangan kanannya itu. Rupanya serangannya yang dilancarkannya itu hanyalah merupakan serangan menggertak belaka. Dan serangan yang sesungguhnya adalah tangan kirinya, yang dengan gerakan yang cepat bukan main telah menerobos dan menghantam telak sekali dada Ang Sam Kay. 121Kolektor E-Book"Bukkkkk!" Ang Sam Kay tidak dapat mengelakkan diri dari serangan telapak tangan kiri dari orang itu. Seketika itu juga tubuh Ang Sam Kay terhuyung-huyung mundur dan rubuh terguling ditanah. Dari mulutnya juga dia telah memuntahkan darah segar sekali. Dan dia telah mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali akan membalas menyerang. Namun begitu Ang Sam Kay, berusaha untuk berdiri dan mengerahkan tenaga dalamnya, seketika itu juga dia jadi memuntahkan darah lagi. Sebab dengan mengerahkan tenaga dalamnya, berarti pembuluh-pembuluh darahnya telah mengejang dan dia jadi menyebabkan darah bergolak hebat sekali. Maka dari itu, Ang San Kay jadi memuntahkan darah segar kembali. Cepat bukan main orang bertopeng itu telah melompat maju, dia berdiri tidak jauh dari Ang Sam Kay, katanya dengan dingin. "Seperti kau lihat, jika aku mau mencabut jiwamu, sebetulnya dapat kulakukan dengan mudah!" Katanya dengan suara yang dingin. "Tetapi aku masih mau mengampuni jiwa anjingmu ini! Jika lain kali kau berani mencampuri urusanku, hemm hemmm, aku tidak akan tawar menawar lagi, yang terpenting batok kepalamu itu hancur dulu!!" Dan setelah berkata begitu, orang bertopeng ini telah menjejakkan kakinya, dengan cepat tubuhnya telah mencelat. Gerakan yang dilakukannya itu sangat cepat sekali dan tubuhnya melambung bagaikan seekor burung garuda dan telah menghilang dalam kegelapan malam. Sedangkan Ang Sam Kay merasakan dadanya sakit bukan kepalang. Dengan perlahan-lahan akhirnya dia berhasil untuk berdiri, hanya dadanya itu sakit bukan buatan. Dia kembali memuntahkan darah segar. Tangan kanannya menekan dadanya keras-keras untuk mengurangi rasa sakit. Di saat itulah Ang Sam Kay telah menunduk untuk melihat dadanya yang terpukul itu. Kembali hati Ang Sam Kay tercekat. Karena pada dadanya yang terpukul itu, bajunya telah tercopotkan dengan bentuk bekas telapak tangan, dan dada Ang Sam Kay juga hangus. Dengan sendirinya, mau tidak man didalam hal ini telah membuat Ang Sam Kay jadi mengucurkan keringat dingin, sebab dia melihatnya, bahwa dia telah terluka hebat dan dengan tertinggalkan tanda bekas telapak tangan dari penyerang itu, menunjukkan bahwa pukulan itu sangat beracun sekali. Tetapi mengapa orang itu tidak membunuhnya? Bukankah kedelapan hweshio dikuil itu telah dibunuhnya? Dengan sendirinya hal itu merupakan tanda tanya dihati Ang Sam Kay. Mau tidak mau, didalam hal ini Ang Sam Kay harus berpikir keras. Dia ingin menduga- duga entah siapa orang yang memakai topeng itu. Dan dilihat dari cara dia bersilat, atau menggerakkan kedua tangannya untuk melancarkan serangannya itu, merupakan ilmu silat dari Bu Tong Pay. 122Kolektor E-BookTetapi tidak mungkin ada orang Bu Tong Pay yang mau melakukan perbuatan yang begitu keji. Maka dari itu, dugaan bahwa pembunuh itu yang berdarah dingin, adalah orang Bu Tong Pay, telah terhapus. Dia menduga, setidak-tidaknya orang itu memiliki kepandaian dan ilmu silat yang mirip-mirip dengan ilmu silat milik pintu perguruan Bu Tong Pay. Namun, siapa dia sesungguhnya? Lalu apa maksudnya dengan melakukan pembunuhan terhadap delapan hweshio itu dengan cara yang begitu kejam? Lagi pula, dia tentunya merupakan seorang tokoh rimba persilatan dari golongan tua. Karena kalau dari golongan muda, pasti tidak akan memiliki kepandaian yang begitu hebat, hanya setiap gebrakan dapat membinasakan korbannya. Ang Sam Kay sendiri yang memiliki kepandaian yang begitu tinggi, telah dapat dilukainya. Lalu siapa orang itu sesungguhnya? Pertanyaan seperti ini tetap saja menjadi tanda tanya dihati Ang Sam Kay. Dengan tubuh yang terhuyung-huyung, Ang Sam Kay telah kembali kekuil dimana Eng Song tentunya tengah menantikannya. Tubuh Ang Sam Kay terhuyung-huyung waktu dia tengah melangkah untuk menuju kekuil itu. Tampaknya dia memang terluka sangat parah sekali. Di antara semua itu, terlihat juga napasnya telah memburu keras bukan rnain. Ketika sampai dimuka kuil, dia sudah tidak tahan, sebetulnya akan rubuh disitu. Namun Ang Sam Kay telah menggigit, bibirnya dan berusaha sekuat tenaganya, untuk dapat memasuki kuil tersebut. Tetapi Ang Sam Kay hanya dapat mencapai ruangan belakaug kuil itu. Tubuhnya telah terkulai rubuh diatas lantai, dan ia berteriak . "Song-jie...!!" Dengan suara yang agak parau. Eng Song tengah menantikan kembalinya Ang Sam Kay jadi terkejut mendengar dia dipanggil oleh Ang Sam Kay. Cepat-cepat si bocah telah berlari keluar, dan dilihatnya keadaan Ang Sam Kay yang terluka parah. "Paman pengemis.......... apa yang telah terjadi?" Tanya Eng Song gugup dan berkuatir. "Bawa dulu aku kekamar....... bawa dulu aku kekamar........!" Kata Ang Sam Kay dengan napas yang memburu keras dan juga wajahnya pucat pias. Eng Song telah mengerahkan seluruh tenaga yang ada padanya, dia telah mengangkat tubuh si pengemis tua tersebut, yang dipayangnya. Cepat sekali dia telah merebahkan Ang Sam Kay dipembaringannya. Betapa terkejutnya Eng Song waktu melihat bekas telapak tangan yang berwarna hitam didada Ang Sam Kay. Sedangkan Ang Sam Kay sudah tidak sadarkan diri, ia telah rubuh pingsan. Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Eng Song jadi bingung, tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. 123Kolektor E-BookHanya duduk ditepi pembaringan dan mengawasi serta menunggui sampai pengemis itu tersadar nantinya. Lama juga Ang Sam Kay rebah pingsan begitu, sampai akhirnya dia membuka kedua matanya perlahan-lahan. Ketika melihat Eng Song duduk disampingnya, tengah menungguinya, pengemis tua itu telah menghela napas. "Aku telah dilukai oleh seseorang.........!!" Katanya dengan suara yang lemah. "Hanya didalam satu gebrakan saja dia berhasil melukai dadaku dengan pukulan telapak tangannya. Sebelumnya orang itu telah melakukan pembunuhan terhadap delapan hweshio penghuni kuil ini...!" Eng Song jadi terkejut bukan main mendengar cerita Ang Sam Kay. Dan diperhatikannya bekas telapak tangan yang berwarna hitam kehijauan didada si pengemis tua itu. "Paman pengemis.... ada keanehan ditelapak tangan yang bertanda pada dadamu!" Kata Eng Song tiba-tiba sambil mengawasi bekas telapak tangan itu. "Ada apanya yang aneh?" Tanya Ang Sam Kay dengan suara yang lemah. "Orang itu memiliki jari tangan hanya empat! Jari kelingkingnya tidak ada!" Kata Eng Song. "Ohhhhkkkk?!" Ang Sam Kay juga terkejut dan ingin mengetahuinya, dia menundukkan kepalanya. Dan dilihatnya, benar saja, bekas telapak tangan itu hanya memiliki tanda empat batang jari tangan belaka, dan kelingkingnya tidak ada. Seperti kutung. "Kalau begitu, orang yang telah melukai diriku ini memiliki tangan kiri yang jari kelingkingnya telah tidak ada!" Kata Ang Sam Kay. "Ya.... jadi nanti kita agak mudah untuk melakukan penyelidikan perihal dirinya!!" Kata Eng Song. Ang Sam Kay menghela napas, dan napasnya itu telah memburu lagi. "Kukira.... kukira aku telah terluka berat sekali, agak parah! Kesempatanku untuk dapat hidup terus sangat tipis sekali.... hanya aku minta agar kelak jika aku tidak memiliki umur panjang, agar engkau yang pergi mencari orang itu untuk melakukan pembalasan sakit hatiku ini! Engkau harus rajin mempelajari ilmu silat Eng Song, untuk melakukan perbuatan-perbuatan bejik dan mulia! Banyak tugas buatmu!! Karena dunia Kang-ouw tengah terancam oleh kekalutan dan kekacauan!!" Eng Song mengangguk sambil menitikkan air mata. Dia merasa kasihan bukan main pada keadaan pengemis tua yang baik hati ini. "Jangan berkata begitu, paman pengemis.... engkau pasti masih memiliki kesempatan untuk hidup panjang umur! Lukamu ini pasti akan sembuh....!" Mendengar perkataan Eng Song seperti itu, Ang Sam Kay menghela napas. "Hemmm.... sulit dibilang juga!" Katanya kemudian. "Tetapi aku merasakan bahwa lukaku ini.... lukaku ini sangat berat.....!" Berkata sampai disitu, napasnya telah memburu keras lagi. 124Kolektor E-Book"Sudahlah paman pengemis, engkau beristirahat saja dulu, jangan terlalu banyak berkata- kata!!" Kata Eng Song kemudian. "Mudah-mudahan saja, luka ini cepat sembuh." Tetapi Ang Sam Kay merasakan betapa lukanya itu sangat parah sekali. Biar bagaimana dia tidak dapat untuk berkata-kata terlalu banyak. Entah bagaimana napasnya jadi begitu pendek dan juga begitu tersendat. Di antara napasnya yang memburu keras seperti ini, terlihat jelas sekali, bahwa Ang Sam Kay memang terluka parah bukan main. Eng Song juga dihati kecilnya sangat kuatir sekali. Karena dia menyadarinya bahwa luka yang diderita oleh paman pengemisnya yang baik hati ini memang terlalu parah. Dia hanya diam-diam mengucurkan air mata. Ang Sam Kay merasakan tetesan air yang hangat dilengannya. Dia membuka kelopak matanya, dan dilihatnya Eng Song menangis dengan kedukaan yang sangat. Bibir pengemis tua itu tersenyum berduka, terharu sekali tampaknya. "Jangan menangis Eng Song....... jangan menangis? Kalau toh aku tidak dapat hidup lebih panjang lagi, maka engkau baik-baiklah membawa diri...... dan kudoakan semoga kelak engkau menjadi seorang pendekar yang memiliki kepandaian yang tinggi dan berhati mulia! Cuma sayangnya, aku tidak mempunyai kesempatan lagi uutuk mendidikmu! Hai...... hai...!!" Dan sambil berkata begitu, pengemis tua tersebut telah menarik napas berulang kali. Dengan sendirinya, Eng Song jadi tambah berduka saja. Dia menangis sesenggukan. Memang dia melihatnya bahwa keadaan paman pengemis itu sangat parah sekali. Tetapi, disamping semua itu, memang Eng Song jadi berpikir, mengapa selalu pula, jika ada seorang yang berbaik hati padanya, selalu orang itu menemui kecelakaan menemui kematian? Mengapa harus begitu? Apakah dirinya yang selalu membawa sial yang selalu mendatangkan malapetaka? Berpikir begitu Eng Song jadi tambah berduka dia telah menangis sesenggukan. Dan di antara suara tangis sesenggukannya itu, terlihat jelas bahwa bocah ini memang sangat berduka bukan main. Sedangkan si pengemis tua Ang Sam Kay telah bernapas memburu keras, tampaknya dia tengah berusaha untuk melawan segala gangguan dan terjangan rasa sakit pada lukanya. Muka Ang Sam Kay pucat pias. Dan di antara semua itu, terlihat jelas sekali, betapa keadaan pertahanan diri dari pengemis tua ini semakin lemah semakin lemahnya dari napasnya. Tentu saja Eng Song semakin berkuatir saja, dia sampai menangis sesenggukan dan berkata . "Paman pengemis..... kau jangan tinggalkan aku seorang diri didunia ini... paman pengemis....!" Tetapi dikala Eng Song tengah sesenggukan begitu, disaat itulah terdengar suara 'nggrrrroookkkk!' dari leher si pengemis tua. 125Kolektor E-BookDan pengemis tua Ang Sam Kay telah memburu keras napasnya, dia juga telah jatuh pingsan tidak sadarkan diri lagi. Dengan sendirinya, mau tidak mau memang keadaan seperti ini telah membuat Eng Song jadi tambah berkuatir saja. Dan dalam keadaan pingsan, suara ngrrroookkkk! itu tidak hentinya terdengar dari leher si pengemis. Maka, tampak jelas sekali, betapa si pengemis diambang kematian. Terlebih-lebih memang tubuhnya juga telah panas sekali, suhuna terlalu tinggi. Eng Song bmgung sekali, tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dan belum lagi si bocah mengetahui apa yang harus dilakukanaya itu, di saat itulah si pengemis tua telah habis napasnya. Mati dalam keadaan pingsan! Eng Song mengeluarkan suara pekikkan yang menyayatkan hati. Dia menangis menggerung-gerung dengan perasaan berduka bukan main. Dengan cepat dia telah menggoncang-goncangkan tubuh pengemis tua itu tersebut. "Paman pengemis! Paman pengemis!" Tetapi biarpun Eng Song sesambatan begitu, namun pengemis tua tersebut sudah tidak akan bangkit dan tidak akan hidup lagi. Maka dari itu, dengan sendirinya, di saat itu telah hilang pula seorang tokoh rimba persilatan yang sesungguhnya memiliki nama sangat harum dan nama yang sangat terkenal sekali di dalam rimba persilatan....! Pagi harinya dengan penuh kedukaan, Eng Soog telah mengubur jenazah Ang Sam Kay, juga dia telah mengubur mayat kedelapan pendeta dari kuil tersebut. Dihadapan kuburan mereka, Eng Song telah bersumpah . "Disaksikan langit dan bumi, maka aku bersumpah akan membalas sakit hati paman, paman pengemis dan kedelapan suhu-suhu ini! Biar bagaimana aku akan berusaha untuk dapat mempelajari ilmu silat yang tinggi dan kemudian mencari orang yang tangan kirinya memiliki jari empat buah itu, karena jari kelingkingnya telah putus!" Lalu setelah bersumpah begitu, Eng Song telah menangis berduka lagi. Setelah puas menangis, barulah si bocah itu bangkit dan kemudian meninggalkan tempat tersebut. Dia bertekad dihatinya, biar bagaimana dia harus mencari seorang guru yang liehay untuk berguru dan mempelajari ilmu silat padanya, untuk meyakinkan kepandaian yang tinggi, agar kelak dia bisa mencari musuh-musuhnya, untuk membalas sakit hati yang selama ini diterimanya. Seluruh penasaran dan rasa muak terhadap kehidupan yang selalu dibuntuti oleh penderitaan ini, Eng Song jadi bertekad, walau bagaimana dia harus berhasil. Dan hati bocah ini juga telah dingin sedingin es, dia hanya berpikir harus mencari seorang guru yang liehay untuk berguru padanya. Dan juga dibayangkannya, gadis cantik seperti Cu Sing Hong bisa memiliki kepandaian yang tinggi begitu. Maka dari itu Eng Song percaya, apa lagi dia seorang pria, tentunya dia akan dapat memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi dari kepandaian yang dimiliki gadis Cu Sing Hong. Mau tidak mau didalam hai ini memang kenyataannya Eng Song telah bertekad untuk mencari seorang guru yang pandai untuk diangkat menjadi gurunya. 126Kolektor E-BookDan dari hari itulah, Eng Song telah mengembara dari kota yang satu ke kota yang satunya lagi dan dari kampung yang satu ke kampung yang satunya. Dan juga, tampak jelas sekali, betapa Eng Song bertekad sungguh-sungguh, untuk dapat mencari seorang guru yang pandai.... karena setiap ada kesempatan, tentu Eng Song akan mendatangi tempat-tempat keramaian, untuk melihat-lihat, apakah ada seseorang yang memiliki kepandaian tinggi dan dapat diangkat sebagai gurunya. Serta Eng Song tidak jarang mendatangi gunung-gunung dan tempat-tempat sunyi lainnya. Karena menurut pikiran Eng Song, di tempat-tempat yang sunyi seperti itu tentu ada satu atau dua tokoh rimba persilatan yang telah hidup mengasingkan diri. Namun, selama itu, Eng Song masih belum juga berhasil untuk memperoleh seorang guru yang diinginkannya............. ooo O ooo 10 DI LUAR kampung Su-liang-cung, tampak sesosok bayangan tengah berlari-lari diantara lebatnya air hujan yang turun deras sekali. Asmara Dibalik Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Sepasang Pendekar Kembar Karya Kho Ping Hoo Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung