Seruling Samber Nyawa 11
Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Bagian 11
Seruling Samber Nyawa Karya dari Chin Yung "Benar takabur !" Telapak tangan yang tersembunyi didalam lengan bajunya yang gedobrahan besar itu mendadak mengebas dan menekan kebawah lambung Giok liong. Seketika segulung arus deras bagai damparan ombak menerpa dengan dahsyatnya. Giok liong bergelak tawa, serunya. "Ternyata Go bi-pay kalian memang banyak cecongor yang pandai membokong," Belum lenyap suaranya, tangan kanan Iantas dibalikkan seolah-olah sengaja atau tidak di kebalikan keluar, seperti mengebutkan debu kotoran yang melekat dilengan bajunya saja layaknya. "Blang...." Suara pecah bagai ledakan guntur menggelegar ditengah gelanggang. Ke-dua belah pihak berjarak setombak lebih, maka timbullah dua angin lesus seperti cagak kayu yang didirikan ditengah lapangan bertahan keras itu terus membumbung tinggi dan melayang keempat penjuru. Terdengar Hwat Khong menggereng keras seperti hendak muntah beruntun ia tersurut empat tindak baru bisa berdiri tegak lagi, air mukanya berubah hebat, sebelum ia dapat pernahkan diri untuk menerjang maju lagi, Hwat Bing, Hwat Hi dan Hwat Hay disampingnya serentak telah mengirim sebuah pukulan sambil melangkah maju setindak. Meskipun pukulan dilancarkan dari kejauhan namun tiga jalur aium pukulan ini bertemu dan bergabung ditengah jalan terus bergulung maju mengeluarkan bunyi guntur menggeledek menerjang kearah Giok-liong..Dengan gagah dan congkaknya Giok-liong berdiri tegak diujung mulutnya menyungging senyum ejek, dengusnya mengejek. "Aku tak percaya tidak dapat minta ciangbunjin kalian tampil kedepan." Setelah berkata, ia menarik napas, meminjam gaya kebasan, lengan tangan kanan tadi sekali lagi ia membalik sambil mendorong dengan rada jongkok. "Byaaaarrrr" Seperti gunung meledak dan batu batu hancur lebut beterbangan membumbung tinggi ketengah udara. Ditengah gelanggang kini terlihat tiga lubang besar sedalam beberapa kaki, Bayangan orang juga berkelebat sungsang sumbel di iringi pekik kesakitan. Kontan tiga Hu-hoat jubah merah lainnya juga tersurut mundur dua langkah. Sebaliknya Giok liong hanya menggeliat sedikit, tapi tubuhnya masih tetap tegak berdiri sedikitpun kakinya tidak tergeser, suasana mulai diliputi ketegangan yang mencekam hati dengan nafsu membunuh telah membakar hati. Air muka Ciang-bun-jin Go bi-pay Hian-Goan Taysu membeku dingin dan kaku, kedua matanya membelalak besar dengan sorot tajam berkilat, tiba-tiba badannya melejit ketengah udara tanpa kelihatan menggerakkan kaki atau pundakpun ia bergerak, kelihatan lambat tapi kenyataan sangat sebat dalam sekejap saja tahu tahu dia sudah berdiri di depan keempat Hu-hoat berkasa merah itu, Terdengar ia membuka suara. "Para Hu hoat diharap mundur kesamping untuk istirahat." Sebetulnya Hwat Khong berempat sudah bersiap hendak menerjang maju lagi, serta mendengar seruan Hian Goan Taysu, Mereka insyaf bahwa ketua mereka telah memberi sedikit muka kepada mereka. Tanpa berani ajal lagi beruntung mereka mengundurkan diri sambil mengiakan. Sementara itu, Goan-hwat Taysa dan seorang Hwesio tua lainnya juga telah ikut mendesak maju. Dengan wajah membesi penuh kelicikan berkatalah Goanhwat Taysu dingin. "Lapor Ciang bun-jin, bocah keparat ini telan mencuri buah ajaib yang telah lolap temukan sehingga membunuh binatang sakti menunggu gunung piaraan kita malah melukai dan membunuh para anak murid kita lagi. Betapa besar dosanya ini sudah terang tak terampunkan lagi, Tapi bocah ini telah menelan sari buah ajaib itu, Lwekangnya maju berlipat ganda lihay bukan main. Harap Ciang-bun-jin hati-hati dan waspada menghadapinya supaya tidak mendapat cidera." Ciang bun jin Go-bi-pay Hian Goan Tay-su hanya mendengus dingin saja, katanya. "Sudah tahu, harap Susiok mundur biar ku-hadapi." Walaupun Goan Hvvat Taysu sebagai Susioknya, tapi dihadapan Ciang-bun-jm dia tidak berani bersikap keras kepala, setelah membungkuk serta mengiakan segera ia mengundurkan diri, tapi masih menjubluk berkata. "Dosa keparat ini setinggi langit, haki-katnya dia tidak pandang Go bi-pay sebelah matanya saja...." Saat mana Hian Goan Taysu dengan sorot pandangan dingin mengamat-amati Giok-liong, tanyanya. "Siau-sicu ada permusuhan atau sakit hati apakah dengan pihak Go bi-pay kita, setelah membunuh harimau penunggu gunung, melukai beberapa murid dan mencuri buah ajaib lagi, sekarang masih belum puas menerjang kemari membuat keributan." (BERSAMBUNG Jilid KE 11) Jilid 11 Giok-liong tersenyum ewa, katanya memberi penjelasan. "Aku yang rendah secara kebetulan lewat digunung kalian tanpa masuk biara menyulut dupa bersembahyang, hal ini memang kekuranganku, Tapi tentang membunuh harimau, melukai orang dan mencuri buah ajaib adalah persoalan lain, Demi wibawa dan ketenaran nama Go-bi-pay selama ratusan tahun yang telah dijunjung tinggi itu, biarlah secara kenyataan dengan bukti-bukti yang ada kujelaskan seperlunya harap Ciang-bun-jin suka bersabar." Baru saja ucapan Giok-liong selesai, Goan-hwat Taysu sudah melesat maju sambil terkekeh-kekeh dingin, ejeknya. "Kunyuk yang sombong, wibawa dan ketenaran nama baik Gobi- pay selama ratusan tahun ini mana boleh dirusak oleh bocah berbau bawang macam kau Hm !" Lalu ia menghadap kearah Hian Goan Taysu serta memohon. "Tecu, mohon perintah untuk meringkus bocah keparat ini." Hian Goan Taysu Ciang-bun-jin Go-bi-pay sekarang bukan saja berkepandaian silat maha tinggi, otaknyapun encer dan cerdik, Melihat sikap terjang Susioknya yang kasar dan berangasan ini tergeraklah hatinya, katanya dengan rasa tak senang. "Harap susiok suka berlaku sabar ..." Tapi Goan-bwat Taysu sendiri juga bukan orang goblok, dia seorang yang licik dan cermat dalam segala tindakan, Tanpa menanti Hian Goan Taysu berkata habis dengan kecepatan kilat tiba-tiba tubuhnya menubruk maju sambil mengayun tangan kanan dengan jurus Koan-im-jatt-hud (Kenn ini menghadap Badha) serentak timbullah bayangan pukulan beratus kepalan yang membawa deru angin yang dilancarkan Goan-hwat Taysu ini sehingga kata kata selanjutnya dari ucapan Hian Goan Taysu tertelan hilang. Sebetulnya memang Giok-liong sudah merasa sebal dan murka melihat tingkah tengik pendeta serakah ini. batinnya. "Hm, kalau bukan karena memikirkan jaya dan rumahnya Go bi-pay kalian,mana aku sudi datang kemari...." Belum habis pikirannya melintas Goan-hwat Taysu sudah menubruk datang disertai serangan dahsyat bagai gugur gunung. Baru saja Giok-liong mendengus jengkel dan belum sempat turun tangan. "Tahan!" Tiba-tiba terdengar sebuah bentakan keras ditengah gelanggang. Disusul terlihatlah bayangan orang berkelebat terasa segulung tenaga lunak yang besar tiba tiba menerjang datang dari arah samping kiri. "Byaarrrr!" Terjadilah getaran angin, tahu tahu Hian Goan Taysu Ciang-bun jin Go bi pay sudah berdiri berdiri diantara Giok-liong dan Goan hwat Taysu dengan sikap kereng, Suaranva rendah sembari membentak kearah Goan hwat Taysu. "Harap Susiok segera mundur kesamping, urusan ini betapa juga harus kuselesaikan sampai beres." Goan-hwat Taysu melengak, sesaat ia terlongong longong lalu merangkap tangan mengundurkan diri, Tapi sepasang matanya mendelik mengawasi Giok liong, seolah-olah kuatir Giok-liong bergerak membokong secara tiba-tiba. Tapi samar-samar di ujung mulutnya menyungging senyum sinis dan seringai sadis yang mengerikan, sementara itu, seorang Hwesio tua lainnya juga sudah melangkah maju berjaga disamping kanan Hian Goan-Taysu. Bertanyalah Hian Goan Taysu kepada Giok liong dengan serius. "Siau-sicu, kalau punya omongan apa silakan katakan saja, Go-bi-pay kami tidak akan mempersukar kepadamu tanpa alasan." Giok-liong tertawa ringan. "Kalau minta aku yang rendah bicara terus terang, lebih baik suruh Goan-hwat Taysu menyingkir jauh dulu." Hian Goan Taysu tertegun heran, sebaliknya Goan-hwat Taysu tertawa dingin. "Kalau Lolap mengundurkan diri, kunyuk lantas kau berkesempatan mengobral mulut sembarangan ngotnong!" Giok-liong bergelak tertawa. "Apa boleh buat. Maksudku menyuruh tuan menyingkir sebab utamanya karena kwatir tuan nanti menggunakan Lan-cu-tok-yam untuk mencelakai ... , . " Maksud ucapan Giok-liong ini adalah akan memberi bisikan kepada Hian-Goan Taysu supaya beliau waspada dan berjaga-jaga. Bahwa Goan-hwat Taysu sebenarnya sudah menjadi kamprat atau anak buah istana beracun. Tidak nyana belum lagi perkatanya habis, tiba-tiba terdengarlah pekik panjang yang aneh dari tangan gelanggang disusul kabut biru bercahaya berkilat telah timbul di sekeliling Goan-hwat Taysu, Bersama itu terlihat tiga gumpal kabut biru melesat berkecepatan seperti kilat berpencar masing-masing menyerang kearah Giok liong, Hian Goan Taysu dan Goan Ci Taysu. Peristiwa terjadi begitu mendadak, memang tiada seorangpun mengira bahwa Goan hwat Taysu ternyata sudah menjadi anak buah istana beracun yang menyelundup di dalam Go bi-pay mereka, apalagi berani turun tangan secara berhadapan demikian. Terdengarlah jeritan ngeri, terlihat badan Goan Ci Taysu terpental jungkir balik. "bluk" Terbanting keras beberapa jauhnya, sejenak kaki tangannya berkelejetan dari tujuh lubang panca indranya mengalirkan darah, Terus tak bergerak lagi. Bertepatan dengan itu, terdengar pula sebuah suitan panjang yang melengking tinggi. Sinar perak berkelebat mega putih lantas mengembang berkelompok lewat disamping tubuh Hian Goan Taysu langsung menyerang kebelakangnya. Hian Goan Taysu sendiri juga menggerung gusar, gesit sekali badannya berputar terus melambung tinggi ketengah udara, Dimana ter-Jtr-ft leTK'i,n jubah Hwesionya dikebutkan, dua jalur angin kencang lantas diberondong keluar mulutnyapun menghardik murka. "Pengkhianat!" Baru saja badannya melenting ditengah jalan, mendadak paha kakinya terasa sakit kesemutan seperti digigit nyamuk, sejalur hawa dingin terus merambat naik dari pahanya, Keruan kejut hatinya bukan kepalang, Tahu dia bahwa dirinya sudah keserempet oleh kabut berbisa dari Lan cu- tok-yam, lekaslekas ia menarik napas dan mengerahkan hawa murni, menggunakan ilmu Cian-kin-tui membuat tubuh terus meluncur jatuh lurus kebawah. Dalam pada itu terdengarlah ledakan dahsyat yang menggetarkan seluruh gelanggang, dua bayangan lantas berpisah, tampak Giok-liong dan Goan hwat Taysu melompat mundur deagan cepat setelah saling adu pukulan keras. Perubahan yang terjadi secara mendadak ini berlaku begitu cepat, setelah Giok-liong beradu pukulan dengan Goat-hwat Taysu,baru seluruh hadirin diluar gelanggang insyaf akan situasi yang gawat dan mengancam. Serempak mereka berteriak dan membentak beramai-ramai maju merubung ketengah gelanggang, Pada saat mana Hian Goan Taysu telah duduk bersila di tanah mengerahkan tenaga murni mendesak menjalamya hawa beracun di dalam tubuh. Sekonyong-konyong rangkaian suitan panjang yang serak dan sember saling bersahutan dari segala penjuru, sedemikian riuh ramainya suitan sumbang itu melanda datang kearah puncak Go-bisan. Mendengar suitan-suitan sumbang dari berbagai arah penjuru itu, girang bukan main Goan-hwat Taysu, mendongak keudara ia menggembor keras berbarengkedua tangannya menarik serabutan dengan keras, jubah Hwesio yang besar gondrong itu seketika dirobek menjadi berkeping-keping, kini terlihatlah pakaian dalamnya yang mengenakan seragam biru ketat, teriaknya dengan beringas. "Yang ikut aku hidup yang menentang harus modar dengan diselubungi kabut biru yang bercahaya terang menyolok mendadak badannya pelan-pelan terbang ketengah udara. Udara pegunungan Go-bi-san seketika diliputi oleh kabut biru berbisa, udara menjadi gelap dan diliputi suasana yang seram menakutkan. Di tengah riuh rendahnya suara suitan yang bersahutan itu terdengar pula serangkaian tembang rendah tnengalun. "Seluas alam semesta. hanya kamilah yang teragung. Ibun Cosu, berkahilah aku panjang umur!" Tembang pemujaan ini mengalun saling bersahutan, suaranya terdengar serak sumbang menggiriskan sukma. Maka terlihatlah kelompak-kelompok kabut biru dengan bentuk seperti laba-laba tengah beterbangan mendatang dari segala jurusan jumlahnya ada puluhan banyaknya, seperti meteor terbang dengan kecekatan kilat terus meluncur memasuki gelanggang. "Tang ... tang ... taag tang , . ,tang tang tang - , . " Genta peringatan dari kelenteng Go-bi-san segera bergema bertalu-taIu. Tapi hanya sebentar saja lantas terdengarlah jeritan lengking tinggi yang mengerikan, suara genta juga lantas berganti ini menandakan bahwa penjaga atau Tianglo pemukul genta itu sudah mengalami nasib sial. Para anak murid Go-bi-pay menjadi geger, ditambah melihat Ciang-bun-jin mereka sudah terluka dan tengah duduk bersila mendesak hawa racun dalam tubuhnya, ini lebih mengejutkan lagi sebab mereka tahu kalau luka yang diderita Ciang-bun-jin mereka tidak parah dan tidak mungkin beliau tinggal mengurus diri sendiri tanpa hiraukan lagi anak muridnya, Dalam pada itu keempat Hu-hoat berjubah merah itu serentak melambung tinggi ditengah udara terus meluncur turun laksana empat gumpal awan merah berdiri di empat penjuru melindungi Hian Goan Taysu. Tepat pada anak buah istana beracun saling bermunculan itu, Goan-hwat Taysu menjerit keras seperti pekik setan, mendadak tubuhnya meluncur turun terus menerjang kearah Giok liong, dimana tangannya bergerak, puluhan utas sinar biru berkilat serentak meluncur mengarah puluhan tempat mematikan ditubuh Giok-liong. Diam-diam Giok-Iiong mengeluh dan kaget sungguh diluar tahunya bahwa para kamprat dari istana beracun bisa bergerak secepat itu. Apalagi dari gerak-gerik puluhan pendatang itu kelihatan bahwa kepandaian silat mereka rasanya tidak dibawah kepandaian Goan-hwat Taysu Naganaganya, malam ini Go-bi-pay bakal mengalami keruntuhan total. Sambil berpikir tanpa berayal Giok-Iiong kerahkan Ji-lo pada tingkat kesepuluh, saking bernafsu hawa murni dalam tubuhnya mengalir deras sampai terdengar bergeser dengan kencang, tubuhnya juga lantas memancarkan cahaya putih perak, yang samar-samar. Berbareng kedua tangannya digentakkan, sepuluh jalur angin kencang melesat ke luar dari ujung jari-jarinya. Bersama itu badannya juga lantas melejit ketengah udara, beruntun kedua tangannya mendelong bergantian gelombang tenaga halus yang empuk tak terasa bagai gugur gunung serentak menerpa dengan dahsyat kearah Goan-hwat Taysu. Dengan mengenakan pakaian ketat warna biru itu perbawa Goan-hwat Taysu makin menakutkan, air mukanya kini berubah hijau gelap, kedua biji matanya mendelik sebesar kelereng memancarkan sinar biru seperti mata dracula. Kaki tangannya bergerak-gerak seperti merambat kelakuannya sangat aneh dan mengerikan desisnya menyeringai. "Kunyuk, kalau kau tahu diri, lekaslah menyerah dan bergabung di bawah asuhan Ibun Cosu, mungkin kau diberi jalan hidup atau sebaliknya kematian tanpa liang kuburlah bagianmu." Habis berkata lekas-lekas ia miringkan tubuhnya sambil bergeser ke sebelah kiri. Serentetan suara mendesis menimbulkan gelombang angin yang membadai, tutukan angin jari saling beradu dan di tengah udara lantas sirna tanpa bekas. Giok-liong bergelak tawa, serunya. "jangan kau kira aku ini seorang linglung yang tengah terpojok. Malam ini tuan mudamu harus membuka pantangan, ketemu satu bunuh satu ..." Tangkas sekali kedua tangannya bergerak gerak di depan dada terakhir membuat setengah lingkaran lantas didorong dengan sepenuh tenaga. Dua gumpal mega putih dengan mengeluarkan desis keras yang memekik telinga terus memberondong kearah Goan-hwat Taysu. Dari sebelah barat meluncurlah mendatang dua sosok bayangan orang warna biru tua dengan seluruh tubuh diselubungi kabut biru terus meluncur memasuki gelanggang. Seketika terjadi perang tanding yang serabutan belum lama berselang lantas terdengarlah jeritan kesakitan saling susul darah menyemprot berceceran kaki tangan atau batok kepala manusia beterbangan kemana-mana. Giok-liong menggerung dengan murka kedua tangannya tiba-tiba membalik ditambah dengan landasan dua bagian tenaganya lagi terus dipukulkan kedepan pula. "Blang . , ..byuuurr" Kelihatan bayangan orang saling berjatuhan jungkir balik. Giok-liong seketika merasa napasnya sesak darah bergejolak dalam rongga dadanya. Badannya juga lantas mental balik dan meluncur dengan kencang dalam seribu kesibukannya ini cepat ia menarik napas panjang untuk mengendalikan darah yang hampir tak terbendung lagi. Mendongak keudara ia bersuit lantang, kedua lengannya dipentang dan sedikit bergetar, laksana seekor burung garuda dari tengah udara ia jumpalitan terus menubruk turun menerjang kearah salah seorang berpakaian biru lainnya. Tepat pada saat itu didalam kelenteng besarsana beruntun terdengar bentakan gusar dan jerit mengerikan yang saling bersahutan tanpa putus putus. Giok-liong insaf bahwa keruntuhan total bagi pihak Go bi pay malam ini sudah pasti dan tak mungkin tertolong lagi. Besar harapannya bahwa tokoh tertinggi dari pihak Go bi-pay yaitu Ngo hui-heng-cia berada di dalam biara, pasti keadaan tidak bakal terjadi sedemikian buruk ini, sayang sekali menurut gelagat apa yang dilihat sekarang, terang kalau Ngohui- heng cia tengah keluar kelana dan belum pulang kalau tidak mana mungkin dia mau berpeluk tangan melihat anak muridnya disembelih dan dibunuh begitu saja. Melihat keadaan mengerikan para anak murid Go-bi-pay yang bergelimpangan ditanah itu. Terbayang dalam mata Giok-liong akan kematian ibunya yang mengerikan itu, tanpa merasa menimbulkan gairah nafsu membunuh dalam benaknya, Dengan mendengus keras, luncuran tubuhnya berubah segulung bayangan putih secepat anak panah menyamber terus menerjang turun. Kebetulan siorang berpakaian seragam biru itu tengah mendorongkan kedua tangannya memukul roboh seorang murid Go-bi-pay sampai jungkir balik setombak lebih dengan muntah darah, saking puas ia tengah terkekeh-kekeh riang dan bersiap lagi menubruk kearah seorang murid Go-bi pay lainnya, Mendadak didengarnya suara tawa dingin memecah udara masuk kedalam telinganya, Belum lagi ia sempat bersiap, sebuah kekuatan besar bagai gugur gunung tahu tahu sudah menindih tiba diatas kepalanya. Agaknya murid istana beracun ini tidak mengira bahwa diatas Go bi-san ini ternyata ada seorang tokoh lihay yang masih hidup mempunyai lwekang tinggi. Dalam kejutnya secara gerak reflek badannya melenting miring kesamping kiri, berbareng kedua tangan nya diayun serentak untuk memapak ke-atas. Diluar perhitungannya Giok-liong sudah menjadi sengit dan timbul nafsu membunuhi menjengek dingin mendadak ia tarik kembali kedua tangannya, badannya bukan meluncur lurus lagi tetapi melengkung bundar melejit ke belakang orang itu, kelima jarinya berbareng menjentik bersama-sama! Angin keras mendesis memecah kesunyian. Murid istana beracun itu sangat bernapsu menyongsongkan kedua angin pukulan tangannya, tapi tiba-tiba terasa bayangan putih berkelebat kearah samping belakang, diam diam ia mengeluh. "celaka !" Lekas-lekas membuang tubuhnya kesamping, Tapi sudah terlambat jerit kesakitan lantas keluar dari mulutnya. Tampak dibawah lambung kanan kirinya berlubang terkena tutukan jari, darah mengalir deras seperti air leding. Sementara itu dengan ringan sekali kaki kiri Giok liong menutul diatas tanah badannya lantas meluncur ke tempat lain. Dalam anggapannya dengan tertutuk luka parah ditempat jalan darah penting, pasti murid istana beracun itu bakal mampus. Diluar dugaannya, sekilas matanya melirik, dilihatnya orang seragam biru itu tengah merangkak bangun dari tanah, mulutnya agaknya seperti mengunyah sesuatu apa, Sekali berkelebat ia terus lari kencang menuju kearah hutan sana. Tergerak hati Giok-liong, pikirnya."Mungkin mereka punya suatu obat mustajab yang dapat menolong jiwa orang dipinggir jurang kematian? Lebih baik kukuntit untuk melihat keadaan..." Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Baru saja pikirannya ini terlintas tidak jauh di sebelahnya sana terdengar lolong kesakitan yang panjang, tempatnya adalah dimana tadi Go bi Ciang-bun jin tengah duduk bersila berobat diri. Giok liong terkejut terpaksa ia batalkan niatnya semula, kakinya terus menjejak tanah tubuhnya meluncur seperti burung kepinis ditengah udara, selepas pandangannya, Terlihat keempat Hu hoat berkasa merah itu sudah pacing geletak di tanah, sedang Go bi Cian-bun-jin Hian Goan Taysu tengah berkutet dengan susah payah melawan keroyokan tiga orang berseragam biru, keadaan Hian Goan Taysu memang sangat berbahaya, terdesak dibawah angin dan terus mundur. Dengan pandangan Giok-liong yang tajam lantas je.ag olehnya, bahwa Hian Goan Tavsu menggigit giginya kencang, agaknya tengah menahan sakit, sedang air mukanya juga sudah bersemu kebiru biruan, keruan semakin kejut hati Giokliong, batinnya. "Celaka, agaknya racun dibadan Hian Goan Taysu sudah mulai bekerja." "Blang." Dengan kekerasan Hian Goan Taysu menangkis pukulan gabungan ketiga orang seragam biru, kakinya menjadi sempoyongan dan akhirnya ia terjerembab setombak jauhnya, begitu jatuh lantas tak dapat bangun lagi. Giok-liong menghardik gusar, beruntun ia gerakan kedua tangannya melancarkan serangan dahsyat, seperti dewa elmaut saja layaknya, tubuhnya melayang turun dari tengah udara langsung menerjang kearah ketiga orang berseragam biru itu. Ketiga orang seragam biru itu terkekeh-kekeh serak, mendadak mereka berputar bersama, enam tangan pukulan serentak dilancarkan menyongsong luncuran tubuh Giok-liong. Dilain pihak masih ada lagi empat orang seragam biru lainnya melejit turun disamping tubuh Hian Goan Taysu bersama berjongkok terus menjinjing tubuhnya dibawa lari pergi dengan cepat sekali. Betapapun gugup dan gelisah hati Giok-liong, namun apa yang dapat dibuatnya. Terpaksa ia kerahkan seluruh kekuatannya terus memukul kebawah, saking bernafsu kelihatan tubuh rada bergetar dan terus ceEerjar ke arah musuh. "Dar ..." Ledakan dahsyat menimbulkan bayangan kepalan tangan yang serabutan. Dua sosok bayangan biru tua meluncur tiba pula diarena pertempuran, sesaat itu keadaan menjadi bertambah seram, seluruh gelanggang mulai dilingkupi kabut biru yang tebal terang Giok-liong sudah terkepung rapat di dalam bayangan kepalan dan kabut beracun. Pikiran Giok liong hanya menguatirkan keadaan Hian Goan Taysu, maka gerik tangannya tidak mengenal ampun lagi, mega putih berkembang cepat dan bergulung-gulung, setiap kali ia menambah tenaga pukulannya terus meluas berlapislapis tiada putusnya. Sedang Giok liong sendiri sekarang berubah menjadi segulung bayangan putih yang samar-samar hampir tidak terpandang oleh mata telanjang, dengan gerak kecepatan seperti setan gentayangan, ia bergerak melincah dan menarinari diantara samberan berlapis bayangan pukulan Iawan, meskipun kabut berbisa sudah mengepung disekitar garis luar gelanggang, tapi masih terus diterjangnya keluar. Namun agakaya para musuh juga sudah menduga akan maksud tindakan Giok-liong ini, maka mereka menjadi semakin bernafsu nerintangi dengan segala daya upaya, sedemikian ganas dan keras pukulan mereka di tambah beracun lagi, sampai semburan anginnya juga berbau amis memuakkan. Kalau Giok-liong bertindak lambat sedikit saja pasti tempat-tempat penting diseluruh tubuhnya serentak bakal berlubang dan melayanglah jiwanya. Sampai pada detik yang menentukan ini Giok-liong menjadi semakin gelisah, hatinya membara seperti dibakar, tiba-tiba ia rontakan kedua tangannya sambil menggembor keras, seutas uap putih dan selarik sinar kuning lantas meluncur menembus udara sekitarnya. Ternyata Potlot mas bersama seruling samber nyawa sudah dikerjakan keluar. Seketika di udara berkumandang lima jalur macam irama seruling yang menusuk telinga, Pelangi putih itu bergerak begitu lincah seperti naga terbang tengah menari dengan iringan mega putih yang bergulung-gulung terus disapukan keluar, Ternyata Jan hun su-sek sudah dilancarkan sampai puncaknya. Kontan terdengar dua jeritan orang, empat bayangan biru lainnya segera melenting tinggi membawa aliran darah yang deras terus meluncur dengan kecepatan seperti burung terbang menyelinap hilang didalam hutan. Tatkala mana tubuh Giok-lioag masih melayang ditengah udara, waktu ia mendaratkan kakinya di tanah keadaan sekelilingnya sudah sunyi senyap, Selayang pandangannya menjelajah, mayat manusia bertumpuk bergelimpangan darah mengalir panjang menggenangi seluruh tanah lapang, semua mayat yang bergelimpangan itu adalah para anak murid Go-bipay melulu. Begitu banyak mayat manusia ini satu pun tiada mayat murid istana beracun. Keruan hawa amarah yang tidak terkendali lagi lantas membakar dadanya, Menjejakkan kaki ia terus berlari mengejar kemana para murid istana beracun tadi menghilang. Keadaan puncak Go-bi-san kembali diliputi kesunyian, pihak musuh mundur secara begitu cepat, begitu cepat sampai diluar prasangka. Sambil berlari kencang itu Giok-liong menyimpan kembali Potlot mas dan seruling samber nyawa, tanpa gentar dan banyak kwatir lagi ia terus menerjang masuk kedalam hutan, dengan cermat dan teliti ia cari jejak para anak murid istana beracun itu. Tapi suasana dalam hutan begitu hening, mana ada jejak manusia ?" Perasaan Giok-Iiong menjadi hampa dan tertekan. Sungguh tak terkira olehnya tokoh - tokoh istana beracun begitu berani muncul lagi dikalangan Kangouw, malah berkepandaian begitu tinggi, kalau tidak menyaksikan sendiri siapa bakal mau percaya. Apalagi justru Go bi-paylah yang dijadikan mangsa pertama dengan keruntuhan total ini, untuk selanjutnya entah pihak mana lagi yang bakal menjadi korban. "Ai." Giok liong menghela napas sedih, mulutnya menggumam. "Geger dunia persilatan sudah tiba diambang pintu! terpaksa ia memutar tubuh dan berlari kembali ke Gobi- san. Tak lansa kemudian ia sudah tiba di depan kelenteng besar yang berhau amis. Melihat pemandangan yang seram menyedihkan ini, sehingga membayangkan kenangan lama. Pelan-pelan ia angkat langkah memasuki kelenteng besar yang diagungkan ini, Besar harapannya didalam kelenteng sebesar ini dapat menemukan salah seorang murid Go-bi pay yang ketinggalan hidup, supaya ada yang disuruh turun gunung memberitakan bencana besar yang menimpa pihak Go-bi ini kepada aliran lurus dunia persilatan untuk bergabung mencari daya upaya untuk memberantas Istana beracun. Bersama itu perlu dimaklumkan kepada seluruh kaum persilatan di jagat ini bahwa Go-bi Ciang-bun-jin Hian Goan Taysu sendiri juga sudah jatuh dalam cengkeraman pihak istana beracun, Tak lupa pula diharapkan Ngo-hui-heng cia bisa segera pulang ksatan. Go-bisan untuk memimpin peristiwa pembalasan dendam. Demikian jalan pikiran Giok- Iiong. Keadaan didalam kelenteng ini kiranya tidak banyak bedanya dengan diluar, disini darah muncrat kemana-mana, sampai dinding yang putihpun berhiaskan lepotan darah yang menyolok mata banyak mayat lumer menjadi genangan air darah, kaki tangan atau kepala manusia berserakan setindak ia semakin dalam beranjak hatinya semakin tertekan dan terasa dingin, sungguh ngeri, satupun tidah yang ketinggalan hidup. Baru setengah jalan ia sudah tidak kuat lagi menahan hasi, Tiba-tiba ia mendongak dan bersuit panjang dengan penuh kesalahan dan kepiluan hati, Mendadak ia enjit tubuhnya melambung ketengah udara terus meluncur keluar kelenteng. Baru saja kakinya mendarat dttartah, lantas terdengar sebuah dengusan dingin di-pinggir kupingnya, Dengtisan dingin ini laksana sebatang anak panah dingin yang tepat menusuk kedalam kupingnya, Tanpa merasa Giok-liong tersentak kaget, batinnya. "Hebat benar Lwekang orang ini!" Sambil berpikir dengan kecepatan yang sukar diukur tiba-tiba ia memutar badan menghadap kearah mana suara dengusan dingin tadi datang. Baru saja ia bergerak lantas diujung matanya berkelebat sebuah bayangan abu abu, dengusan dingin tadi kini terdengar lagi dari belakangnya. "Kunyuk, pihak Go-bi-pay mempunyai dendam atau sakit hati apa terhadap kau, sedemikian kejam kau turun tangan." Baru saja lenyap suaranya segulung angin kencang seperti gugur gunung telah menerjang di belakang punggungnya. Kecepatan serangan dari belakang ini, hakekatnya tiada memberi kesempatan untuk Giok-Iiong sempat berkelit, Dalam keadaan gawat ini, tiba-tiba ia menarik napas dalam tubuhnya lantas melejit maju kedepan sebaliknya kedua tangannya ditepukkan kebelakang. "Plak !" Keras sekali terjadi bentrokan ditengah udara diseling suara bentakan nyaring . "Keparat, kiranya memang ada isi !" Angin menderu deru segulung kekuatan yang tidak kentera tahu-tahu sudah menindih diatas kepalanya. Giok liong kehilangan serangan penduhuIuan yang menguntungkan, dengan tepukan menangkis ke belakang tadi belum dapat melancarkan kekuatan sepenuhnya, maka begitu kedua pukulan saling bentrok lantas ia merasa darah bergolak, pandangan mata menjadi berkunang-kunang. Badannyapun tergetar keras sempoyongan kedepan. Belum lagi ia sempat berdiri tegak tenaga besar sudah menindih tiba lagi laksana air bah yang sukar dibendung. Merasa serangan ini adalah sedemikian dahsyat, otak Giokliong lantas berpikir. "Ini pasti ngo-heng-cia telah pulang...." Tapi dia tak kuasa membuka mulut untuk membela diri, tiada tempo untuk berpikir lagi, Sekuatnya ia memberatkan tubuh mendarat kaki di tanah, Ji-lo dikerahkan seluruhnya kedua lengannya terus disayang maju. "Pyaaarr" Angin badai berguIung-gulung membumbung tinggi ke tengah udara, dua bayangan putih dan abu-abu mendadak terpental berpencar ke dua jurusan, Giok-liong tak kuasa mengendalikan tubuhnya, beruntun ia tersurut mundur tujuh langkah baru bisa berdiri tegak. Dada terasa sesak seperti di-godam, segulung hawa panas sudah menerjang naik ke tenggorokannya, lekas-lekas ia melepas napas mentahmentah menelan kembali darah yang hampir menyemprot keluar. Bayaagan abu-abu berkelebat terdengar bentakan keras. "Kalau hari ini Lobu tidak dapat membunuh bocah iblis jahat seperti kau ini, sia-sia belaka aku menjadi Toang-lo Go bipay!" Sering dengan bentakan ini bayangan telapak tangan yang membawa deru angin kencang dengan kecepatan yang susah diukur laksana angin lesus tiba-tiba menggulung tiba dengan serangan yang mematikan. Baru sekarang Giok-liong dapat melihat tegas bahwa Ngohui heng-cia ternyata adalah seorang Hwesio tua yang berperawakan kurus kecil. Tapi kedua matanya itu karena marahnya telah memancarkan sorot kegusaran yang berlimpah-Iimpah, Meskipun Giok-liong dapat melihat tegas wajah Ngo hui-heng-ca, tapi saat itu juga kepalan tangan dan tutuIan jari musuh yang sengit itu sudah tiba didepan matanya. Dasar watak Giok liong terakhir ini suka uring Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com / uringan ditambah Ngo hui-heng cia mendesak sedemikian rupa, memuncaklah hawa amarahnya, bentaknya dengan sengit. "Berhenti dulu !" Aku ada omongan !" Sambil membentak tubuhnya bergelak lincah sekali berputar melancarkan gerak tangannya yang membawa deru angin membadai, dengan tipu terangan yang cukup ganas pula ia balas menyerang. Ngo-hui-heng-cia mandah tertawa dingin katanya. "jangan harap Lohu dapat kau tipu." Wajah Giok-liong semakin membesi ka-ku, hardiknya . ,,Tua bangka gundul, jangan kau menuduh semena-mena ! peristiwa hari ini adalah buah tangan anak murid istana beracun ... " Sekonyong-konyong Ngo-hui-heng-cia memperdengarkan serentetan gelak tawa dingin yang memilukan, teriaknya. "Kunyuk, hahahaha, kau kira gampang menipu Lohu... Kecuali kau sendiri adalah murid dari istana beracun ... " Mendadak serangannya semakin gencar, sekaligus berpetakan empat bayangan abu-abu, menyelinap masuk kedalam gelombang angin pukulan Giok-liong yang membadai itu. Giok-liong semakin penasaran, serunya sambil kertak gigi. "Memang Go-bi pay kalian setimpal dibunuh semua!" Sam-jiuchun- chia tak kepalang tanggung lantas dilancarkan, pertama jurus Cin-chiu, lalu Hiat bwe dan yang terakhir adalah Tiamceng, dilancarkan secara bergelombang sambung menyambung. Mega putih bergelombang mengikuti gerak tangannya menerjang kesana kemari, menyelubungi sebuah bayangan putih yang memancarkan cahaya putih perak, dengan gerak serangan kilat melancarkan beratusribu pukulan serta tutukan jari menyerang kesegala tempat kematian Ngo-hui-heng-cia. Tidak ketinggalan sebuah telapak tangan yang memutih laksana batu giok juga tanpa bersuara telah muncul, inalah dengan gerak kecepatan yang luar biasa mendadak menyelonong tiba menepuk kearah dada Ngohui-heng-cia tepat dijalan daran Yu-bun hiat. Bercekat hati Ngo-hui-heng cia melihat kehebatan serangan ini, tak kuasa tercetuspertanyaan dari mulutnya. "Sam hi cui hun chiu? Apa hubunganmu dengan Pang Giok." Baru saja ia berkata habis, telapak tangan putih sudah melayang dekat tinggal tiga kaki didepan dadanya mendadak bergerak semakin cepat menepuk tiba dengan kecepatan kilat. Tanpa banyak ragu-ragu lagi segera Ngo-hui-heng cia memutar kepalan tangan kanan menimbulkan gelombang angin deras, bersama itu telapak tangan kiri tiba-tiba diselonong kan maju kedepan untuk menangkis. Kontan terdengar samar-samar suara guntur yang bergemuruh semakin keras. Telapak tangan kiri Ngo hui-heng cia itu mendadak bersemu merah darah, seiring dengan getaran suara guntur yang gemuruh itu tangan kirinya sudah menyelonong maju memapak kearah telapak tangan putih yang sudah menyerang dekat itu. Giok-liong sendiri juga terperanjat sampai air mukanya berubah, batinnya. "lnilah Pik-lik-chiu kepandaian tunggal Gobi- pay mereka yang sudah beratus tahun putus turunan." Cepat cepat ia menarik kembali kedua tangannya berbareng tubuhnya ikut melompat kesamping menghindarkan benturan secara berhadapan lalu ia tambah dua lipat tenaganya untuk menyerang lagi dari arah yang lebih menguntungkan. Saat mana mendadak Ngo-hui-heng-cia berdiri tegak tanpa bergerak, mulutnya bersuit panjang berkumandang menembut langit, sampai menggetarkan seluruh alam pegunungan, daun menghijau diatas pohonpun sampai rontok berjatuhan. Wajah tuanya yang tirus kini memancarkan cahaya terang, pelan Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com / pelan kedua tangannya dirangkapkan terus pelan-pelan pula diangkat meninggi terus didorong kedepan. Gema tembang matram didalam lingkungan suasana yang hidup dibawah pancaran sinar kesunyian mendadak berkumandang ditelinga Giok-liong, Begitu mendengar suara mantram ini perasaan Giok-liong menjadi hampa dan kosong melompong. Giok liong tahu asal usul pukulan hebat yang dilancarkan tadi, Dulu tatkala Tat mo cosu melawat kedaerah timur, salah satu ilmu bekalnya yang berjumlah seratus delapan puluhan khusus untuk menundukkan iblis, yaitu Cu sim ti mo. Tat mo Cosu pernah bersabda kepada para muridnya. "Bahwa ilmu pukulan ini sangat jahat dan ganas tak mengenal belas kasihan setiap kali kau turun tangan kalau tidak sampai melukai lawan diri sendirilah yang bakal celaka. Maka kalau bukan menghadapi durjana yang benar benar jahat tidak digunakan, kalau bukan dalam saat-saat yang genting untuk membela diri ilmu ini dilarang digunakan," Maka ilmu Cu-simti- mo ( hati suci mengusir iblis ) ini lambat laun menjadi di lupakan orang dan akhirnya putus turunan. Sungguh tidak nyana hari ini ilmu yang ganas dan paling ditakuti itu bisa muncul ditangan seorang Go-bi-tiang-lo yang tinggal seorang ini. Lebih tidak terkira olehnya Ngo hui heng cia bisa melancarkan Cau sam-ti mo ini untuk menghadapi dirinya. Hati yang gelisah bingung dan marah ini semakin gentar dan takut mengingat perbawa kehebatan ilmu itu. Tak kira Ngo hui-heng cian menghadapinya sebagai durjana-yang patut dilenyapkan dari muka bumi ini kerana hatinya takkan berang mana dapat melampiaskan kedongkolan hati ini? Maka sambil menjengek dingin Ji-lo dikerahkan sampai puncanya cepat sekali ia merogoh ke pinggang dilain saat alunan kelima gelombang irama seruling segera memecah alam pegunungan dimalam nan sunyi. Dua jalur sinar kuning dan putih yang menyilaukan mata mendadak melejit ketengah udara terus menerjang turun pula. "Jan hun-ti" Terdengar mulut Ngo-hui-heng cia berseru kaget belum lenyap suaranya, suara ribut seperti hawa udara pecah bercerai berai berkumandang di tengah udara disusul dua jeritan keras berbareng bergema lantang. Hujan darah memenuhi angkasa berceceran kemana-mana Dua bayangan putih dan abu-abu seperti bayangan setan gentayangan terpental mundur terus melesat kedua arahjurusan yang berlainan Setelah itu Go bi-san kembali dilingkupi suasana sunyi, angin malam sepoi-sepoi menghembus lewat, tak lama kemudian diufuk timur terpencar sinar kuning yang cemerlang dengan munculnya sang Surya menerangi jagat raya. Kini lebih jelas lagi keadaan sekitarnya pemandangan yang seram mengerikan dengan mayat- mayat gelimpangan tergenang air darah menambah suasana yang sunyi lengang ini semakin menakutkan. Go bi-pay runtuh total hanya semalam saja. Kecuali Ngo-heng-hui-cia, Giok-liong dan para murid dari istana beracun, tiada seorangpun yang tahu dan takkan mungkin bisa tahu atau mengira, dengan kejayaan Go-bi-pay sekian tahun, hanya semalam saja seluruh penghuni atau anggauta Go-bi-pay telah diberantas dan dibunuh semua tanpa meninggalan satupun yang masih hidup. Akhirnya kabar jelek ini terdengar pula oleh kaum persilatan dari aliran lurus. Gelombang pembunuhan besarbesaran bakal bersemu di dunia persilatan dan kini mulai terpecahkan menjadi rahasia umum Terang dan gamblang, delapan aliran terbesar lainnya juga bakal mengalami nasib yang serupa. Hari kedua baru saja matahari muncul dari peraduannya, masih pagi pagi benar, Dikalangan Kangouw sudah tersiar berita gempar yang sulit dapat dipercaya. Kim-pit-jan-hun Ma Giok-liong pendekar tunas muda yang menggemparkan dunia persilatan itu membekal Jan-hun-ti, itu seruling pusaka yang menjadi incaran setiap insan persilatan yang tamak, beruntun sebelah melukai beberapa banyak tokoh-tokoh silat kenamaan cukup hanya semalam saja telah memberantas dan membunuh seluruh anak murid Go bi-pay yang tinggal diatas gunung. Pertama-tama delapan aliran besar serta para murid Go-bipay lainnya berteriak dan menyuarakan seruan penuntut balas. Begitu berita ini tersiar luas dikalangan Kangouw seperti jamur berkembang biak dimusim seni. Bagi kaum lurus satria gagah beramai-ramai angkat senjata berteriak hendak mengejar dan meringkus Kim-pit-jan-hun Ma Giok-liong. Dengan Hong-tiang Siau-lim sebagai pemimpin besar disebar luaskan Lok-Iim ciam serta Enghiong-tiap, Diminta kepada mereka untuk menegakkan keadilan dan kebenaran demi kesejahteraan kaum persilatan umumnya, menumpas dan menghukum berat durjana besar yang ganas untuk menuntut balas para murid Go-bi-pay yang telah mangkat dialam baka. Maka dikalangan Kangoaw bermunculan banyak gembonggembong silat yang telan mengasingkan diri sekian tahun lamanya, alasannya saja demi ketentraman dan keamanan hidup kaum persilatan tapi hakikatnya dan maksud tujuan mereka yang sebenarnya tiada seorangpun yang tahu. Kalau dunia Kangouw tengah digegerkan akan berita naas yang menimpa pihak Go-bi-pay. Adalah didalam sebuah gua dibawati jurang didalam pedalaman dipegunungan Go-bi-pay seorang pemuda berpakaian putih tengah duduk bersila mengheningkan cipta. Dia bukan lain adalah Kim-pit-jan-hun yang terluka parah dan melarikan diri setelah pukulan melawan Ngo hui-heng cia. Waktu pertama kali melihat Ngo-hui-heng cia, sebenarnya Giok-liong sudah mau membuka mulut memberi penjelasan asal mula kejadian yang mengenaskan ini, malah besar harapannya dapat mengajak beliau masuk didalam barisan besar kaum persilatan aliran lurus untuk menolong nasib buruk kaum persilatan yang bakal timbul tak lama ini, bersama menanggulangi dan melawan gembong gembong silat-silat jahat dan para iblis yang telah bermunculan kembali akan menimbulkan huru hara. Tak duga kesempatan untuk membuka mulut saja tiada baginya. sedemikian keras desakan Ngo-hui-heng-cia dengan serangan ganas malah melancarkan Cu-sim-ti-mo yang ganas itu untuk membunuh dirinya lagi. Dalam keadaan kepepet demi hidup terpaksa ia keluarkan seruling samber nyawa dan Potlot mas, dengan sekuat tenaga mengadu kepandaian secara kekerasan. Begitu kedua belah pihak saling bentrok, Giok-liong lantas merasa kepalanya seperti hampir pecah saking keras getaran yang menimpa dirinya, napas terasa sesak darahpun bergolak serasa hampir meledak dadanya. Mata berkunang-kunang kepala pusing tujuh keliling, tak tertahan lagi darah segar menyemprot keluar dari mulutnya. Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hebat penderitaan Giok-liong. Tapi ia pun mendengar jeritan Ngo hui heng-cia terbaur senada dan seirama dengan jeritannya menjadi perpaduan suara yang melengking tinggi Giok-liong insyaf bahwa dirinya sudah terluka teramat parah. Kalau lebih lama lagi ia tinggal ditempat ini, pasti lebih celaka dan tidak akan banyak bermanfaat. Maka sekuat tenaga ia bertahan sambil menahan napas, tubuhnya bergerak lincah secepat terbang kearah hutan yang lebat dan menghilang disana. Waktu menyingsing fajar, ditemukan sebuah gua yang tersembunyi dan terahasia, Pada saat mana ia sudah kehabisan tenaga dan susah bertahan lagi, mata tanpa banyak pikir dan kwatir lagi segera ia menerobos masuk kedalam gua itu. Dimana ditelannya beberapa butir pil peranti penyembuh luka-luka dalam lalu mulailah ia mengerahkan tenaga murni untuk berobat diri setelah memakan waktu sehari semalam baru seluruh luka-luka parahnya dapat disembuhkan seluruhnya. Dalam hati ia merasa beruntung! Jikalau ia tidak membekal seruling samber nyawa senjata pusaka yang ampuh mandraguna serta Potlot mas seumpama ia tidak menelan sari buah ajaib dan khasiatnya setelah menunjukkan perbawanya, pasti dan tentu jiwanya siangsiang sudah melayang di bawah ilmu Cu sim-ti-mo atau Hati suci melenyap iblis itu. Matahari mulai terbenam kearah barat, hari menjelang magrib dan mulai petang, pekerjaan Giok-liong dalam usahanya menyembuhkan luka-lukanya sudah mulai mencapai titik yang paling gawat. Alam pegunungan yang liar dan sunyi serta angin malam mulai menghembus keras menambah suasana terasa lengang menekan perasaan. Giok-liong duduk bersila, lambat laun dari badannya memancarkan cahaya putih perak yang cemerlang, kepalanya juga mulai menguap kabut putih yang bergulung-gulung seperti air mendidih. Demikian juga air mukanya selalu berganti warna dengan cepat, Lama kelamaan asap putih terus mengepul semakin tebal membungkus seluruh badan sampai tidak kelihatan lagi. "Krek!" Pada saati(n tiba-tiba terdengar sebuah suara lirih dari dalam gua, lalu disusul suara helaan napas panjang. sedemikian memilukan dan sedih sekali helaan napas itu dalam suasana yang lengang dan seram itu. Ditempat pegunungan sunyi serta hari pun mulai petang, maka suara helaan napas itu terdengar begitu jelas sekali. Beruntun suara helaan napas terdengar lagi, lalu terdengar pula suara rantai panjang yang terseret berbunyi gemerantang, sebentar saja lalu keadaan menjadi hening lelap. Meskipun Giok-liong tengah tekun mengerahkan tenaga mengobati luka-lukanya, tapi sesuatu gerakan sekelilingnya masih tetap dapat didengar dengan telinganya yang tajam. Maka begitu mendengar helaan napas itu bercekat hatinya, batinnya. "Mungkinkah di gua sebelah sana ada seseorang yang terkurung dan dibelenggu dengan rantai?" Sedikit terpencar perhatiannya, hawa murni dalam tubuhnya lantas menjadi kacau balau tak terkendalikan lagi, cepat-cepat ia himpun semangat dan pusatkan pikiran tak berani sembarangan banyak pikir segala tetek bengek. Lambat laun pernapasannya dapat teratur dan darah dapat mengalir lancar dan normal kembali, sekonyong-konyong sebuah suitan panjang memecah kesunyian alam pegunungan berkumandang diluar gua. Makin lama terdengar semakin keras dan malah mendekat menggetarkan bumi dan bergema didalam gua. setelah tiba diluar gua baru suara suitan itu berhenti. Dari suara serta kecepatan lari orang itu dapatlah diperkirakan betapa tinggi kepandaian silat pendatang ini, paling tidak juga sudah mencapai tingkat yang sempurna. Baru saja suata suitan itu berhenti, mendadak Giok-liong merasa hawa murni dalam tubuhnya bergejolak dan luber, Sesaat sebelum Giok-liong dapat mengendalikan diri, sebuah benda yang keras dingin tahu-tahu sudah menekan dijalan darah Bing hun hiatnya. Bersama itu terdengar bisikan lirih dari suara serak sambil berkata dipinggir telinganya. "Ai buyung, biarlah Lohu membantumu"" Baru selesai perkataan osang dari benda keras yang menekan jalan darahnya itu, tiba tiba tersalur segulung tenaga dingin yang menembus tulang belulang, laksana panah es meluncur memasuki seluruh sendi dan urat syaraf Giok liong. Dalam sekejap saja gelombang tenaga dingin itu laksana air bah terus menerjang dan menembus seluruh badannya berputar satu putaran, setelah Giok liong merasa seluruh badan kedinginan hampir membeku, perasaan lantas mulai berangsur pulih dan segar nyaman. Banyak jalan darah yang dulu belum pernah teroboskan oleh hawa murninya sekarang telah tertembus lancar oleh terjangan tenaga dingin bagai es itu. Sekarang sedikit ia kerahkan tenaga murninya semangatnya lantas bergairah dibanding sebelum ini seperti bumi dan langit. Ternyata Lwekangnya, semakin dalam dan kokoh, hawa murni dalam tubuhnya juga berjalan semakin lancar. Kini tak terasakan lagi sakit akan penderitaan oleh luka luka parahnya tadi. Karuan tersentak kaget sanubarinya, sungguh kokoh dan kuat benar lwekang orang yang membantunya ini, Tapi entah dari aliran atau golongan mana, mengapa tenaga dalamnya bisa begitu dingin dan hampir membekukan, selama itu Giok liong juga keheranan dan curiga. Mengapa orang berkepandaian begitu tinggi bisa di kurung dan dibelenggu didalan gua ini. Mengapa dia tidak membantu aku sejak mula tadi, setelah diluar gua kedatangan tokoh kosen baru dengan secara kilat membantu aku berobat? Apakah dia mempunyai maksud tertentu? Kalau dia menggukan alasan ini untuk menekan aku, apakah aku harus melulusinya ? Tengah pikirannya bekerja diluar gua tampak berkelebat sesosok bayangan orang kurus tinggi. Waktu Giok-Iiong menegas pendatang ini berbadan tinggi hampir setombak mengenakan jubah panjang warna abu abu, sedemikian panjang pakaian yang dikenakan sampai telapak kakinya teraling tidak kelihatan. Rambutnya yang memutih abu-abu riap-riapan tak teratur, wajahnya juga bersemu ungu kaku tanpa expresi, Hanya sepasang matanya yang celong itu memancarkan sinar kilat dingin yang menatap kedalam gua ini. Begitu pandangan Giok-liong bentrok dengan sorot mata orang hatinya lantas tergetar sungguh dingin pandangan orang ini ! Terdengar ia membuka mulut dengan suara dingin tertegun. " Buyung, dari mana kau datang? Berani masuk ke dalam gua ini apakah kau sudah tidak ingin hidup ?" Kata demi kata diucapkan dengan tekanan nada yang dingin dan jelas, membuat pendengarnya berdiri bulu romanya. Baru saja Giok-liong niat berdiri membuka mulut, suara lirih serak tadi terkiang di pinggir telinganya. "Duduklah jangan bergerak! jangan hiraukan orang ini. Dia adalah rasuI jubah abu abu dari Yo-Wog-mo-kek. Ada Lohu disini takkan berani masuk dan sembarangan bergerak." Giok-liong menurut nasehat orang duduk lagi tanpa bergerak namun diam-diam ia kerahkan hawa pelindung badan untuk berjaga dan siap siaga menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi. Melihat Giok-liong mematung tanpa menghiraukan pertanyaannya, orang aneh jubah abu-abu itu mendadak mendengus dingin, jengeknya. "Keparat, menyerah atau mati, pilihlah satu diantaranya." Suaranya terdengar dingin tanpa nada namun mengandung sifat sifat keangkuhan yang keluar batas. Giok-liong menjadi dongkol, katanya sambil seringai dingin. "Tuan bertampang seperti setan, sebenarnya dari aliran atau partai mana, lekas sebutkan asalmu," Memang Giok-liong menjadi pusing adanya Yu-bing-mo kek apa segala, belum pernah didengarnya di kalangan Kangouw ada golongan silat yang bernama demikian. Orang aneh jubah abu-abu mendadak terkekeh-kekeh aneh, suaranya sember seperti gembreng pecah. "Buyung, kau harus mampus." Baru lenyap suaranya tubuhnya mendadak melejit dengan kecepatan yang luar biasa meluncur kearah Giok-Iiong. Tergerak hati Giok Hong, baru saja ia hendak turun tangan, Mendadak dilihatnya gerak tubuh orang merandek ditengah jalan mendadak membalik-balik lagi tepat dan persis sekali ditempatnya tadi. Gerak pergi datang tubuhnya adalah begitu cepat dan cekatan, kalau Giok liong dapat melihat dengan mata sendiri sampai jelas, mungkin orang lain takkan dapat melihat tegas, paling-paling pandangannya terasa kabur, sampai si orang jubah abu-abu bergerak juga tidak diketahui! Begitu mencelat balik ketenipatnya semula lagi, kata sekata orang jubah abu-abu ini berseru. "Apakah Li-cianpwe ada di dalam ?" Nadanya terdengar sangat menghormat kepada orang di dasar gua itu, seakan-akan orang dalam sekeluarga saja. Tanpa merasa Giok-liong semakin bingung dan tak mengerti. Apakan mereka sejalan dan sehaluan ? Tidak mungkin ! curang di dasar gua ini lagak lagunya rada tidak simpatik terhadap si orang aneh jubah abu-abu ini ! Giok-liong menjadi tertawa geli dalam hati karena keraguannya ini, batinnya. "Mengandal kepandaian silat rasul jubah abu abu ini masih belum kuat berbuat sesuatu terhadapku, coba kulihat tingkah tengik apa yang akan dia lakukan di hadapanku !" Beruntun dua kali Rasul jubah abu-abu itu berteriak kedasar gua tanpa memperoleh penyahutan apa-apa, agaknya menjadi dongkol, dengusnya. "Li Hian, Pun-su-cia (aku si rasul) memanggilmu dengan sebutan Cianpwe, karena kau masih ada harapan masuk menjadi anggota kita dengan kedudukan Tongcu, Tak nyana kau tua bangka ini ternyata tidak mengenal kebaikan." Sebuah suara serak yang keras segera menyelak dari dasar gua sana. "Karena sedikit kelalaian Lohu maka telah tertipu oleh kalian kalah judi dan terkurung dalam gua ini selama lima puluh tahun, Begitu sampai pada batas waktunya Lohu dapat memutus rantai ini sendiri dan keluar dari tempat gelap ini, untuk membuat perhitungan dengan kalian, Minta lohu menjadi anggota iblis seperti kalian, itulah angan-angan mimpi belaka !" Rasul jubah abu abu berludah, tanyanya. "Apakah setan kecil ini orangmu ?" "Hahaha, dialah sahabat kecil yang baru Lohu kenal, apa yang kau dapat perbuat atas dirinya?" "Harus dibunuh !" "Dengan alasan apa kau hendak mencabut jiwa orang ?" "Bagi setiap orang yang berani melanggar ketentuan golongan kita, kalau tidak menyerah harus dibunuh!" "Sekarang dia berada didalam gua Lohu ini, tiada alasan kau mencari perkara dengan dia." "Hm, kau sendiri sebagai tahanan, pesakitan loyo, apa yang dapat kau lakakan?" "Hahahahahahaha ... ," Dari dasar gua sana mendadak terdengar kumandang gelak tawa panjang yang bergema keras menggetarkan bumi memekakkan telinga. Begitu lenyap suara gelak tawa lantas terdengar suara Li Hian berkata. "Mengandal Rasul jubah abu-abu macam tampangmu ini, kukira kau takkan berani!" "Hehehehehe .... kenapa kau tidak berani..." Saat itulah suara Li Hian berkumandang lagi di pinggir telinga Giok-liong. "Buyung, jangan takut, silakan kau turun tangan menggebahnya, asal kau tidak bergeser dari tempat dudukmu, Lohu dapat menyalurkan tenaga dalam untuk membantumu mengusir dia. Sebetulnya Giok-liong belum pernah berlatih cara mengirim gelombang suara, tapi dia tahu caranya, Maka wajahnya lantas mengunjuk senyuman, menghimpun tenaga lantas ia mendesak suaranya menjadi lirih sekecil benang menyusup kedasar gua. "Harap Cian-pwe tidak menjadi kuatir, Wanpwe percaya berkelebihan dapat mengatasi manusia macam setan ini." Dari dasar gua terdengar si orang tua berseru kejut, katanya. "Wah buyung, kiranya Lwekangmu memang sangat hebat dan kuat!" "Terima kasih akan perhatian Cian-pwe ini?" Mereka mengobrol terjadi dalam waktu yang sangat singkat sekali. Tapi agaknya si rasul jubah abu-abu sudah tidak sabaran menunggu, katanya dengan nada tinggi-kepada Giok-liong. "Bocah, mau menyerah atau rela mati?" Sambil tersenyum lebar Giok-liong pelan-pelan berdiri, benda yang melekat di belakangnya itu lantas di tarik kembali. Melihat Giok liong tersenyum lebar ke-arahnya, rasul jubah merah menjadi salah sangka ujarnya cemberut. "Bocah jadi kau sudi menyerah?" Melihat cecongor orang yang begitu takabur dan sombong sekali, timbul rasa muak dalam benak Giok-liong, kedua pipinya lantas bersemu merah, tapi sikap dan emosinya menjadi semakin dingin membeku, kedua matanya mendadak memancarkan sorot yang bernafsu membunuh, suaranya terdengar kaku. "Tuan ingin aku turun tangan, atau lebih baik tuan sendiri bunuh diri?" Begitu pandangan mereka bentrok bertingkat kaget si rasuI jubah abu-abu. Tapi hatinya lantas memikirkan suatu keumpamaan. Tidak mungkin! dengan usianya yang masih muda ini, seumpama sejak berada dalam kandungan ibunya ia sudah berlatih selama dua puluh tahun, tingkat kepandaian silatnya tidak mungkin bisa mencapai sedemikian tinggi, Lwekangnya juga tidak mungkin begitu kuat! Mungkin hanya sepasang matanya itu yang luar biasa." Karena perumpaannya ini lantas kembali ia percaya akan kemampuannya sendiri, mendongak ia terkekeh-kekeh lantang, ujarnya. Goda Remaja Karya Kho Ping Hoo Si Tangan Halilintar Karya Kho Ping Hoo Seruling Gading Karya Kho Ping Hoo