Seruling Samber Nyawa 21
Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Bagian 21
Seruling Samber Nyawa Karya dari Chin Yung "Hati hati!" Sambil berkata tangan masih menarik kencang kakinya terus menjejak tanah lagi terus melambung tinggi ke depan. Tanpa merasa merah jengah selembar muka Giok liong, pergaulan laki perempuan harus ada batasnya, betapa juga tidak baik rasanya dirinya digandeng seorang gadis diajak jalan-jalan berlo-rcnrsr, maka dengan suara lirih ia berkata. "Nona Li! Lepaskan tanganmu, biar aku jalan sendiri!" Benar juga Angi mo li Li Hong melepas cekalannya, sambil cekikikan beruntun berapa kali lompatan ringan sekali ia sudah menerobos masuk kedalam gua besar ditengah itu. berdiri diambang pintu gua besar ia menggape tangan kepada Giok liong. Saat mana Ang i mo-su Li Liong juga sudah mengintil dibelakang Giok-liong, seru-nya. "Ma Siau hiap, mari silahkan!" Giok liong menjadi serba salah, terpaksa ia jejakkan kaki badannya lantai melejit tinggi, mulutnya berseru. "Silakan!" Dengan gaya Ceng-ting tiam cui sedikit kakinya menutul di tanah jalan pegunungan kecil itu langsung ia terus menerobos masuk kedalam Yu-bing-khek. Dilihat dari luar keadaan dalam gua merupakan ruang yang gelap gulita, namun setelah berada didalam pandangan mata seketika berubah, bukan saja keadaan didalam terang benderang malah perabot dan pajangannya serba mewah dan megah sekali, tak kalah dengan hiasan istana raja. Ang i mo li Li Hong berkata tertawa. "Ditempat pegunungan, keadaan serba sederhana, harap tidak ditertawakan!" Bagi Giok liong sudah tidak bakal memperdulikan segala hal tetek bengek ini, mulutnya lantas berkata. "Nona, sebelum ini aku yang rendah betul betul tidak tahu kalau kau adalah putri dari ketua Mo khek ini!" Li Hong menggigit bibir sambil tersenyum tawar, ujarnya. "Sekarang setelah tahu lalu bagaimana?" Giok liong tercengang akan pertanyaan ini, katanya. "persahabatan kita masih tetap baik, apalagi nona berbudi padaku kelak bila ketemu saatnya pasti kubalas kebaikan ini!" "Dapat membedakan budi dan dendam, betul-betul pambek seorang laki-laki!" "Saat ini aku yang rendah tiada tempo tinggal disini lamalama!" "Kau hendak kemana?" "Aku harus menuju ke Im-hong-gay!" "Kau hendak bergabung dengan pendatang itu untuk mengeroyok dan membunuh ayahku?" "Aku yang rendah tiada maksud demikian" "Lalu kenapa kau tergesa gesa harus pergi ke Im-hong gay!" "Bicara terus terang. Orang yang berada di lereng sana dan tengah bertempur dengan ayahmu itu adalah guru berbudi dari Giok liong!" "Ha !" Ang i mo Li Hong tersentak kaget sehingga berubah air mukanya. Sementara itu Ang i mo su Li Liong juga sudah beranjak masuk kedalam gua itu, mendengar kata-kata Giok-liong, badannya tergetar hebat, desisnya geram. "Jadi mulutmu saja yang mengudal jiwa kesana dan segala kebajikan, tak tahunya perbuatanmu sedemikian rendah dan hina dina, sungguh picik dan memalukan!" Dicecar sedemikian kotor dongkol hati Giok-liong, serunya lantang . "Kata-kata saudara ini apakah tidak keterlaluan sedikit." "Apakah tuduhanku salah ? Dengan lagak dan pamormu ini kau menyelundup masuk kesini, sedang guru yang kau undang diam-diam naik ke atas lm hong-gay, apakah kau hendak mungkir lagi ?" Angi-moli Li Hong menghela napas, ujarnya penuh kesedihan dan mendelu . "Kalau benar begitu, teilmutt aku salah lihat orang !" Seperti disayat-sayat perasaan Giok-liong cepat-cepat ia memberi keterangan. "Karena aku selalu terlibat dalam banyak pertikaian di Kangouw, sehingga guruku menjadi khawatir aku terlambat datang dan tidak menepati janji disini, maka beliau datang lebih dulu untuk mewakili aku, aku sendiripun belum lama ini mengetahui dari Pat-ci-kay-ong. Untuk tidak menyusahkan guruku yang berbudi maka siang malam kutempuh perjalanan jauh memburu tiba disini, hakikatnya selama ini aku sama sekali tidak pernah jumpa dengan Suhu, dari mana bisa dikatakan aku bersekongkol dan tidak seharusnya pula menuduh aku menyelundup dan menerjang ke sarang kalian ini !" Tak duga Li Liong bersikap kasar dan keras kepala, bentaknya dengan gusar. "Omong kosong dan main debat belaka, siapa mau percaya obrolanmu, aku khawatir kau bisa datang tak bisa kembali lagi !" "Belum tentu !" Jengek Giok- liong naik darah. Li Long berjingkrak semakin gusar seperti kebakaran jenggot, semprotnya. "Hm, kau terlalu pandang rendah pihak Yu-bing-mo khek kami, paling tidak kau harus menerima hajaran yang setimpal." Lalu dari dalam bajunya dikeluarkan sebuah bumbung sepanjang lima senti terus diayun dan dilempar keluar gua. Dari samping Li Hong buru-buru berseru dan mencegah. "Engkoh jangan sembarangan kau lepaskan pertanda gawat perintah berapi itu !" Tapi sudah terlambat karena bumbung di tangan Li Liong itu sudah meluncur keluar gua dengan mengeluarkan suitan panjang lalu terdengarlah ledakan keras ditengah udara, kembang api berpencar dan berteman di angkasa, Dari satu menjadi dua dan dari dua berkembang menjadi empat begitulah seterusnya semakin bertambah banyak, sebentar saja seluruh keadaan alam sekeliling Yu-bing-mo-khek dari luar dan belakang menjadi terang benderang dengan taburan percikan api yang menyolok mata ! Keruan Li Hong menjadi gugup, teriaknya ketakutan . "Celaka! Engkoh, bila syah melihat pertandumu itu bukankah akan menambah kekhawatirannya ! " Sebaliknya Li Liong menuding Giok liong dengan marah. "Tangkap dan ringkus dia dulu, bicara belakang !" "Kukira tidak begitu gampang !" Seiring dengan ejekannya ini Giok liong melejit cepat sekali terus menerjang keluar gua. "Lari kemana kau!" Ang i mosu Li Liong berdiri tegak ditengah jalan, dimana kedua tangannya bergetar, tetus didorong dengan sebuah jurus hantaman yang kuat sekali untuk merintangi luncuran tubuh Giok-liong.. Berubah dingin air muka Giok liong, dilihatnya diluar sana diambang pintu samar-samar berjajar delapan belas orang aneh seragam hitam rambut panjang, mata mereka memancarkan kilat tajam dengan sikap berang mereka bersiaga siap tempur, dilihat gelagat ini, agaknya untuk menerjang keluar gua bukan pekerjaan gampang, paling tidak harus mengeluarkan banyak tenaga dan menguras keringat. Dengan tawa dingin ia berpaling kearah Li Hong serta katanya "Nona! inikah tujuanmu memancingku kemari, terlalu..." Merah padam selembar muka Li Hong sampai kekupingnya, epat ia membela diri. "Ini..." "Dik jangan turut campur, Akan kulihat cara bagaimana ia hendak lolos keluar dari Yu-bing mo-khek!" "Baik akan kubuat matamu terbuka!" Dimana bayangan putih menerjang tiba kuntum mega putih juga lantas menubruk datang. "Bocah keparat, sudah terkepung juga masih berani bertingkah!" Tanpa gentar sedikitpun Li Liong juga menerjang maju, terjadilah pertempuran dahsyat didalam sarang gua pihak Yu bing. Hakikatnya Yu-bing-mo-khek belum lama berdiri, namun ilmu pelajaran mereka mempunyai kehebatannya sendiri, jauh berbeda dengan aliran pelajaran silat kaum persilatan umummya. Demikianlah akan Li Liong si iblis merah ini adalah putra tunggal ketua mereka, sudah tentu pelajaran silatnya sudah mendapat didikan langsung dan lihay luar biasa, merupakan salah seorang tokoh paling diandalkan dari pihak Yu bing mo khek. Cara permainan silatnya memang sangat menakjupkan gerak geriknya lincah dan tipu-tipunya sulit diduga dan banyak perubahannya lagi, terutama lwekangnya yang aneh dan sulit dijajaki. Maka untuk sementara waktu kedua belah pihak berlaku sangat hati-hati untuk menyelami ilmu masing masing. Mega putih dan bayang merah saling bergumul dan beterbangan didalam gua besar itu, angin menderu kencang. Giok liong sebelumnya tak menduga bahwa Ang i mo su Li Liong ini membekal lwekang yang begitu aneh dan lihay, sebaliknya Li Liong sendiri juga tidak menyangka bahwa Giok liong ternyata sudah sempurna dalam latihan kepandaian silatnya. Maka sesaat bayangan mereka berkelebat cepat, tak dapat lagi dibedakan apakah itu kepalan tangan silau tendangan kaki yang terang angin keras menderu sehingga sulit dibedakan jurus-jurus apa yang telah mereka lancarkan. Dalam pada itu delapan belas Tongcu ditambah para rasul berseragam abu-abu itu tengah bergerombol di ambang gua dan menonton dengan kesima sehingga jalan keluar menjadi buntu, Meskipun mereka tak berani masuk untuk bantu mengeroyok, tapi jauh diambang pintu itu mereka berteriakteriak dan bersorak memberi dorongan semangat. Adalah Ang i moli Li Houg yang menjadi serba salah, karena kedua pemuda yang tengah bertempur ini masingmasing setaraf kepandaiannya, siapapun takkan mau mengalah, sehingga sulit untuk dirinya menyelak di tengah, apalagi mencegah dengan seruan kata kata saja. Sementara suara pertempuran diatas Im-hong gay sana juga samar-samar berkumandang terbawa angin. Li Hong menjadi semakin gelisah, teriaknya keras. "Engkoh. berhenti dulu, ayah..." Dengan keras Li Liong dorong sebuah pukulan seraya membentak. "Ringkus dulu bocah ini!" Giok liong sendiri juga tengah memgkhawatirkan keselamatan Suhunya, karena terjangan dan halangan Li liong ini hatinya semakin gopoh, melihat orang memukul dengan kekuatan penuh segera ia gerakkan kedua tangannya sambil mendatar terus disurung maju memapak ke depan, mulutnya juga menghardik lantang. "Minggir!" Hantamannya dilandasi delapan bagian Lwekang Giok liong, Maka terjadilah kuntum mega putih berkembang menggulung maju mengeluarkan desis suara keras laksana angin badai seperti gugur gunung dahsyatnya menerpa kedepan ! Meskipun Lwekang Li Liong aneh tapi latihannya masih terpaut jauh sekali, seketika ia rasakan dada seperti dipukul godam, darah bergolak menyesakkan napas, berdiri juga tidak kuat lagi, diam-diam mengeluh dihati . "Ce!aka !" Seiring dengan bentakan tadi badan Giok-liong juga sudah melambung meluncur ke depan. Kontan badan Li Liong terpental jauh melayang-layang seperti layangan putus terus meluncur keluar gua di depan sana. "Kokoh." Li Hong berteriak dengan dengan panik, tubuhnya melompat sekuatnya meluncur mengejar, apa boleh buat jarak terlalu jauh, teraling oleh Giok-liong lagi, maka tak mungkin ia dapat meranggeh tubuh engkohnya itu. Sementara itu, para Tong cu serta beberapa puluh rasul pakaian abu abu semua turun meloncat tinggi memapak maju hendak menyambut badan Li Liong yang terbang pesat itu. Tak tahunya luncuran daya badan Li Liong adalah sedemikian cepat dan keras karena dipukul dengan seluruh kekuatan tenaga Giok liong sehingga seperti lebih cepat dari anak panah, apalagi kejadian terjadi begitu mendadak sehingga siapapun telah menangkap tempat kosong. Terpaksa semua mata mendelong memandangi bayangan merah terbang keluar gua di dorong angin kencang terus meluncur keluar gua dan jatuh ke dalam lembah yang tidak kelihatan dasarnya sana. Sudah pasti dengan jatuh kedalam jurang sana badannya tentu hancur lebur. Tepat pada saat itu, dari puncak bukit lereng ci-)-i g-.n?i se")ua-i bayangan kuning besar melambai-lambai seperti seekor burung garuda besar tengah menukik turun deagan cepat sekali sambil bersuit panjang, teriaknya . "Anak Liong " Terdengar suaranya begitu gelisah dan gugup, maka daya luncuran tubuhnya juga semakin kencang menukik turun. Tepat pada saat semua orang mengelak dan tak mampu memberi pertolongan lagi, bayangan kuning itu laksana bintang jatuh melesat lewat di-depan pintu gua begitu cepat sampai pandangan semua orang terasa kabur. Kalau dikata lambat, kejadian adalah begitu cepat, Terlihat bayangan kuning itu menjejakkan kedua kakinya dan saling silang, tangannya terus diulur meraih kebawah seraya membentak . "Naik !" Tepat sekali tangannya kena menyengkeram baju Li Liong serta menahan daya luncuran tubuhnya yang meluncur jatuh. Akan tetapi karena dia sendiri juga meluncur turun dari atas laksana mengejar setan maka untuk sesaat sukar untuk menahan daya luncuran jatuhnya, maka badan mereka berdua tetap melayanig ke bawah. "Ayah !" Pekik Ang-i mo-li-Li Hong kegirangan dan waswas. Bayangan kuning yang menangkap tubuh Li Liong dan ikut memang jatuh itu, mendadak bersuit keras dan panjang, begitu nyaring lengking suitan ini sampai bergema dan kumandang di seluruh alam pegunungan yang luas dan terbuka ini. Disaat ia memperdengarkan suitan panjangnya inilah terlihat ia menekuk pinggang di tengah udara menggunakan daya Teng-kiau ki hong" Sehingga daya luncuran kebawahnya kena dihambat dan menjadi lamban, begitu ia membalik badan kedua tangannya terus angkat Li Liong tinggi diatas kepalanya, dengan begitu bukan saja badan mereka yang melayang kena terhambat, disusul dengan ilmu memanjat tangga langit di kembangkan lalu dirubah pula dengan jurus Ping-te ceng-hun (awan berkembang ditanah datar) laksana sebuah meteor seperti permainan kembang api yang meluncur ditengah udara terus melesat naik keatas. Delapan belas Tong-cu serta para rasul dan anak buah lainnya seketika bersorak sorai suaranya gegap gempita. Giokliong sendiri juga kagum dan memuji dalam hati akan kehebatan lwekang siorang tua berpakaian kuning yang mempunyai ilmu tunggal tiada taranya. "Ayah ! "dengan riang Li Hong memburu maju kepinggir jurang dan berteriak ke arah laki-laki berbaju kuning itu. Baru sekarang jelas bagi Giok-liong bahwa laki-laki baja kuning ini bukan lain adalah Yu-Bing-khek cu Li Pek-yang. Saat itu adalah kesempatan paling baik untuk tinggal pergi saja, sebab perhatian semua orang tengah tertuju pada diri Li Pek-yang, Tapi dia tak mungkin pergi sebab dia harus segera tahu apakah benar gurunya sudah datang mewakili dirinya menepati janji itu? Dan yang lebih penting lagi bagaimana akhir dari adu kepandaian diatas ngarai angin itu? Yu-bing-khek-cu Li Pek-yang ternyata adalah seorang lakilaki bertubuh kekar dan tinggi besar, wajahnya dihiasi jambang bauk lebat, mukanya warna merah seperti kepiting direbus, dengan gerakan Biau-si-sin hoat ringan sekali ia kempit tubuh Li Liong masuk kedalam gua. Begitu menginjak tanah pandangan matanya lantas tertuju kearah Giok-liong berpaling ia tanya pada putrinya. "A-nak Hong ! Siapa dia?" Delapan belas Tong cu serentak mendahului menjura serta menjawab berbareng. "Dia inilah Kim pit-jan hun Giok-liong !." "Oh" Tak tertahan Li Pek-yang berseru kejut, Melihat muka ayahnya mengunjuk rasa kaget dan heran, khawatir ayahnya segera turun tangan, cepat-cepat Li Hong memburu maju dihadapannya serta serunya pelan.." Yah..!" Pandangan Yu bing-khek-cu Li Pek-yang terpancar tajam dingin, sambil masih menenteng tubuh Li Liong ia bertanya dengan nada berat. "Yang memukul terbang anak Liong jadi kau ini ?" "Tidak salah, memang aku yang rendah adanya !" "Aku yang rendah ? Begitu takabur kau sehingga membahasakan diri Wanpwe saja tidak sudi sombong benar !" "Aku datang untuk menepati janji, kawan atau lawan toh belum jelas." "Kawan atau lawan belum jelas ?" Ulang Yu-bing khek-cu Li Pek-yang menarik muka tiba-tiba suaranya menjadi bengis. "Sudah terang belum tahu kawan atau lawan, kenapa lantas turun tangan melukai orang ?" Sambil berkata ia serahkan tubuh Li Liong kepada salah seorang Tongcu dibelakangnya, kakinya terus melangkah tindak demi tindak kearah Giok liong. Berubah pucat wajah Li Hong, teriaknya . "Ayah... ." "Jangan turut campur !" Yu bing khep cu Li Pek-yang memicingkan mata menatap Giok-liong, jarak mereka tidak lebih tujuh kaki, sekali ulur tangan saja cukup meranggeh. "Delapan belas Tongcu berdiri tegang dan bersiaga, bernapaspun mereka tahan pelan-pelan. Sedikitpun Giok-liong tidak merasa gentar, diam diam ia kerahkan Ji-lo, katanya lantang . "Haha, kejadian ini jangan kau salahkan aku yang rendah !" "LaLu salahkan siapa ?" "Anak masmu itu yang turun tangan dulu !" "Kau berani menyelundup ke sarang kita lalu harus salahkan siapa ?" "Aku datang untuk menepati janji !" "Kenapa tidak langsung ke Im-hong-gay ? sebaliknya kau menerjang dan membikin onar di sini ? " Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "ini ...." Pandangan Giok liong beralih ke arah Ang-i mo-li Li Hong Li Hong, tahu Giok- liong tidak enak buka mulut secara terang- terangan, maka lekas-lekas ia tampil ke depan serta katanya . "Yah ! ini ... aku lah yang membawanya kemari, jangan kau salahkan dia !" Giok-liong bergelak tawa, dengan menyeringai ejek dia pandang Yu-bing-khek-cu. Tak diduga, Yu-bing khek cu Li pek-yang menyentak dengan suara rendah berat. "Anak Hong jangan banyak mulut!" Li Hong menyambung lagi . "Memang benar akulah yang membawa dia kemari, Ayah !" "Huh," Yu-bing-khek cu mendengus lalu katanya. "Kau kira dia sengaja datang untuk menepati janji ? Hakikatnya dia mengundang seorang tokoh kosen lain menanti Lohu di puncak Im-hong gay, ini terang sengaja hendak membokong ayahmu, tapi mana dapat mengelabui aku !" Giok-liong menjadi kaget, tanyanya . "Tokoh kosen ? Siapa ?" "To ji Pang Giok." "O, beliau adalah guruku!" "Ya, guru dan murid berintrik mengatur tipu muslihat ini lebih kenyataan belangnya." Tanpa menjawab atau hiraukan tuduhan orang sepasang mata Giok liong jelilatan mengawasi tubuh Li Pek-yang dari kepala ke-kaki, lalu dari kaki ke kepala lagi, semua diperiksa dengan seksama dan cermat. "Lihat apa ?" Sentak Yu bing-khek-cu Li Pek-yang dengan kasar. Tapi sepasang mata Giok-liong masih tetap tidak berkibar dari pandangan tubuhnya. Dari tubuh Yu bing khekku Li Pek-yang ini ia hendak melihat dan mengetahui keadaan perjanjian yang sudah terjadi diatas Im-hom-gay tadi, Apakah sudah bergebrak? Bagaimana keadaan pertempuran tadi ? Siapa yang menang ? Siapa yang kalah ? Sekian lama ia mengawasi, hatinya menjadi heran dan curiga sebagai dari tubuh Li Pek yang sedikitpun it tidak menemukan tanda-tanda yang diharapkan. Pakaiannya tetap rapi, rambutnya juga tidak awut-awutan terang bahwa sebelum ini dia tidak atau belum mengadakan pertempuran. Apa mungkin tidak terjadi adu tanding kepandaian diatas Im hong-gay sana? Hati berpikir, tanpa merasa mulutnya berkata . "Kau sudah bergebrak dengan guru belum?" Tanpa ragu-ragu Li Pek-yang bersuara keras. "Sudah lama kudengar nama To-ji Pang Giok sebagai salah seorang ih-lwesu cun yang diagungkan, ternyata kepandaiannya juga hanya begitu saja ! Hahahahaha!" Gelak tawanya ini membuat hati Giok-liong mencelos, hatinya terasa menjadi ciut, Sebab gelak tawanya itu menunjukkan rasa puas dan bangganya akan kemenangannya. Giok liong bertanya lebih keras. "Sudah saling gebrak!" "Lohu sudah mengukur kepandaian gurumu!" Tidak perlu ditanyakan lagi terang bahwa Yu-bing-khek cu Li Pek-yang teish menang. Giok-liong tak kuat menahan perasaan hatinya, maju setapak ia bertanya tak sabaran. "Guruku ? ..." Dia tidak berani mengatakan "kalah". "Gurumu jjga hanya sebegitu saja buyung, coba ketuk hatimu dan tanyakan apakah kau bisa lebih kuat dari gurumu sendiri !" "Aku . ." "Kau bagaimana ?" "Aku tidak percaya !" "Tidak percaya ?" "Ya." "Aku punya sebuah bukti." Belum habis ucapannya Yu-bingkekcu Li Pek yang tahu-tahu berkelebat tiba diambang pintu gua, setelah menggape kepada Giok liong ia menunjuk puncak lereng serta katanya. "Ikut aku ke puncak Im-hong-gay lihatlah sendiri kemampuan gurumu !" Perasaan dingin menjalari seluruh tubuh Giok-liong, sungguh kejamnya bukan main, pikirnya. "Apakah mungkin guru ... ia tak berani membayangkan keadaan sebenarnya diatas puncak lereng sana, Apakah mayat yang sudah tercerai berai ..." Giok liong melompat gesit sekali. dimana bayangan putih berkelebat, terdengar ia berserunya nyaring. "Silakan !" Datang belakang tapi Giok-liong sudah mendahuIui menginjak kaki diambang gua terus membentang kedua lengan tangan. Keruan sepak terjang Giok-liong ini membuat Li Pek yang tertegun sejenak sampai mengeluarkan suara tertahan. Sungguh diluar dugaannya bohwa pemuda ini bisa bergerak begitu lincah dan sempurna betul, kecepatan gerak tubuhnya melebihi orang persilatan umumnya, tanpa merasa dari kekagumannya ini berapa kali ia pandang Giok-liong dengan seksama. Giok liong berkata wajar . "Khek-cu maaf ada masalah apa ?" "Kita bicara lagi setelah sampai diatas." Habis ucapannya tubuh Li Pek-yang lantas melesat tinggi, dimana ia menggentakkan kedua lengannya, jubah bajunya yang kuning gondrong itu melambai lambai seperti dua sayap burung besar terus melembung tinggi menjulang ke tengah angkasa melesat kearah lereng curam dan terjal didepan sana. Lereng bukit dari batu gunung adalah sedemikian licin seperti kaca, rumput tidak tumbuh, tiada tempat berpinjak untuk meletakkan tenaga, jangan untuk berpijak bagi manusia sampai burung juga tidak kuasa menotok diatas lereng terjal itu. Tapi begitu Li Pek-yang mementang kedua lengannya di tengah udara menekuk pinggang, tangan dan kaki diulur berkembang lempeng, dengan jurusan gaya Ham-ya to lim langsung tubuhnya menempel diatas batu terjal diatas lereng itu, sedikit tangan-menekan dan menarik keatas berbareng kedua kakinya sedikit menutul. Mulutnya juga lantas menggembor keras, kontan badan besarnya melenting lebih cepat lagi ketengah udara seperti bintang mengejar rembuIan. Disaat tubuhnya melenting seperti anak panah meluncur ini tubuhnya lantas terjajar lempeng, daya luncurannya menjadi semakin keras menegang kearas, lima tombak dicapainya dengan mudah, Begitulah beruntun dua kali ia menggunakan cara yang sama kaki dan tangan bekerja sama badannya terus mumbul keatas. Kalau dituturkan memang gampang, tapi bagi yang melakukan adalah memeras keringat dan untuk yang menonton merasa giris dan merinding, sebab sangat sulit dapat melakukan pertunjukkan macam begitu, Karena bukan saja sangat berbahaya, kalau tidak membekali lwekang dan kepandaian yang sudah sempurna tak mungkin dapat mengembangkan kepandaian selincah itu. Akan tetapi bagi Giok liong hanya sekali pandang cara gerakan permulaan Li Pek yang lantas ia tahu cara apa yang telah digunakan orang, dimaklumi oleh Giok-liong cara meminjam tenaga melentingkan tubuh dengan gaya meminjam tenaga ini lebih cepat dan cekatan kalau dibanding ilmu Pik hou kang (cecak merayap). Oleh karena itu Giok liong juga hendak meniru cara orang, sekali loncat ia jungkir ke belakang, punggung menempel dinding lalu dengan Leng-hun-toh ia mulai bergerak. Tapi karena punggung yang menempel dinding maka ia tidak menggunakan kaki tangan, waktu tubuhnya melayang hampir menyentuh dinding, mendadak bokongnya dijorokkan kebelakang dengan gaya seperti orang duduk umumnya, tapi meminjam gaya berduduk ini begitu pantatnya menyentuh dinding badannya lantas jumpalitan keatas, sekali melesat lima tujuh tombak tingginya untuk kedua kalinya mundur menempel dinding lagi terus dengan pantatnya meminjam tenaga melentingkan tubuhnya semakin tinggi. Cara dan gaya yang aneh dilakukan Giok-liong ini bukan saja bagi orang dibawah merasa aneh dan takjub, bagi Giokliong sendiri juga merupakan penemuan baru sesuai mengikuti situasi dihadapinya ini, inilah cara baru yang diilhami oleh kecerdikannya ! Tapi bila benar benar diukur hakikatnya gerak luncuran tubuhnya ini jauh lebih pesat dibanding gerak tubuh Li pekyang tadi. Dari atas Li Pek-yang melihat pertunjukan aneh ini, diamdiam hatinya gelisah dan risau, pikirnya terhitung ilmu apakah yang dikembangkan bocah ini! Hati berpikir tapi gerakannya masih tetap dilancarkan beruntun berapa kali jumpalitan dengan enteng mendaratkan kakinya diatas ngarai. Baru saja kakinya mendarat dan memutar tubuh, terdengar angin berkesiur melesat lewat disamping pundaknya, terdengar suara orang bertanya. "Khek cu, dimanakah guruku?" Sebetulnya Yu-bing-khek-cu Li Pek-yang sangat terkejut karena Giok-liong bisa bersamaan waktu tiba diatas bukit, tapi dasar tua-tua keladi, lahirnya tetap tenang tanpa menunjuk rasa kagum, tawar saja ia menyahut . "Mari ikut aku !" Angin pegunungan menghembus keras menderu di pinggir kuping, dahan dahan pohon bergoyang melambai turun naik angin ini terasa dingin membekukan badan manusia sedemikian tinggi puncak ini menjulang naik ke awan, waktu pandang kebawah, gunung gemunung tiada batas ujung pangkalnya beriring dan berjajar sambung menyambung, memang kenyataan hanya puncak dirinya berpijak inilah yang paling tinggi di banding sekitarnya. Sekali lompat Ll Pek-yang melesat ditengah-tengah Imhong gay, katanya sambil menunjuk sebuah batu gunung besar. "Nah, inilah tanda peninggalan Lwekang gurumu !" Lekas-lekas Giok-liong memburu maju terus memeriksa batu besar itu. Batu gunung ini begitu besar laksana sebuah rumah, samar samar terlibat ada bekas telapak tangan manusia, bekas telapak tangan ini melesak masuk sedalam tiga senti. Giok liong kurang paham, tanyanya. "Lwekang Guruku ... " "Coba kau lihat muka sebelah sana." Kata Li Pek-yang tawar, Hilang suaranya tubuhnya sudah melambung tinggi melampaui batu gunung besar itu meluncur ke balik sana. Gesit sekali Giok-liong juga sudah tiba di sebelah sana, menurut arahnya ia memandang. Ternyata muka sebelah sini diatas batu gunung itu ada pula bekas telapak tangan, sepasang telapak tangan ini juga melesak sedalam tiga senti. "Ini ?" Giok liong membelalakan mata, ia bertanya dengan tidak mengerti." "inilah bekas telapak tangan gurumu dan Khek cu waktu mengadu Lwekang, bagaimana ? Kau masih belum paham?" Mengadu keras telapak tangan ?" Giok-liong menggeleng kepala, otaknya menjadi tumpul tak tahu apa yang telah terjadi. "Buyung ! Baiklah kuterangkan ! Gurumu berdiri di sebelah sana, aku berdiri disini, kedua belah pihak bersama mengerahkan tenaga mendorong batu ini untuk mengadu Lwekang ! Sudah paham belum ?" "O, baru sekarang Giok-liong mengerti, menunjuk bekas telapak tangan diatas batu itu ia berkata . "Suhu tiga uang, sama kuat tiada yaag lebih unggul sau asor !" Siapa tahu Li Pek yang membentak aseran. "Siapa bilang tidak terbedakan kalah menang !" "Dilihat dari bekas telapak tangan ini, terang gurumu masih kalah seurat dibanding aku." "Omong kosong belaka !" "Ada bukti dapat kau lihat, Lihat ini !" Kata Li Pek-yaog sambil menunjuk kebawah kakinya, sambut nya lagi . "Nah, disini masih ada buktinya !" Waktu Giok-liong memandang kebawah benar juga diatas batu gunung kasar yang penuh lumut itu kelihatan ada sepasang bekas kaki, melesak dalam lima senti, tapak itu sangat rapi dan persis sekali seperti diukir dan di tanah. Belum sempat Giok-liong membuka sura Li Pek-yang sudah berkata lagi lebih keras. "Inilah bekas tapak kaki Lohu!" Lalu ke dua kakinya dimasukkan kedalam tapak kaki diatas batu itu, benar juga persis benar tanpa kelihatan lobang-lobang sisanya. Maka dengan penuh kemenangan ia berkata lagi. "Mari kita lihat punya gurumu !" Giok-liong melompat lebih dulu kebalik batu sebelah sana, begitu ia melihat bekas tekas diatas tanah seketika ia berdiri melongo. Ternyata diatas batu gunung yang sana bekas telapak kaki disini jauh berbeda, Bukan saja melesak sedalam tujuh senti malah bekas tapak kaki ini meleset mundur empat inci, terang kalau berdirinya tidak kuat dan ksunit mundur serta bertahan mati matian. Giok-liong menggeleng kepala, otaknya menjadi tumpul tak tahu apa yang telah terjadi. Dari samping dengan pandangan hina, Li Pek-yang mengejek dingin. "Sekarang sudah paham belum?" Kenyataan membuktikan mulut Giok-liong terkancing tak kuasa buka suara lagi, akhirnya ia bertanya ragu-ragu. "Guruku? Dia..." Li Pek yang tertawa hambar dengan puas, katanya. "Dia sudah mengadakan suatu perjanjian denganku !" "Janji? janji api ?" "Dia tidak turut campur urusanku dengan pihak golongan dan aliran Iain. Sebaliknya aku tidak menguarnya berita kekalahannya hari ini kepada dunia persilaian, supaya tidak merusak nama baik Ih lwe su-cun selama dua ratusan tahun !" "Benar begitu?" "Sebagai seorang ketua mungkinkah aku berbohong !" Giok liong menjadi bungkam seribu basa matanya memandang ketempat yang jauh disana, otaknya tengah berpikir dan menerawang tindakan apa yang harus dilaksanakan sekarang. "Hahahaha! "Hehehehehe!" Saking puas dan bangga Li Pekyang memperdengarkan gelak tawanya yang melengking tinggi. Giok-liong merasa kalau membiarkan saja Yu-bing-mo khek terus berkembang dan menjadi besar, pigak yang menderita dan jadi sasaran utama pasti delapan aliran besar, sedang golongan Pang atau Pay dalam kalangan Kangou juga takkan luput dari agresi pihak Yu-bing-mo-khek. Hm, kalau ini dibiarkan berkembang biak, pasti terjadilah pembantaian manusia besar-besaran, dunia persilatan pasti geger dan dan tiada satu haripun yang aman sentosa. Karena pikirannya ini akhirnya Giok-liong mengempos semangat, dengan sabar ia berkata. "Khek-cu! Apakah perjanjianmu ini tidak mungkin dirubah lagi?" "Tentu, kecuali gurumu sudak tidak hiraukan lagi nama baiknya selama dua ratus tahun itu, ditambah dosa sebagai manusia kerdil rendah yang mengingkari janji, kalau tidak, Lohu pasti melaksanakan apa saja yang pernah kukatakan." "Hahahaha ... .Giok-liong menengadah bergelak terloroh- Ioroh dengan kecut, Tak tahu dia bagaimana perasaan tawanya itu, yang terang cukup membuat pendengarnya merinding. Yu-bing khek-cu sendiri juga terlongong di tempatnya tak tahu apa maksud tawa orang, sekian lama ia menjublek tak bersuara. Giok-liong menarik tawanya lala berkata lantang. "Khek cu, sayang sekali perhitunganmu yang cukup menguntungkan kau itu bakal gagal total Hahahahana!" "Gagal total..." "Ya, sebab perjanjian itu tidak berlaku." "Tidak berlaku?" "Ya tidak berguna sama sekali!" "Kau berani melanggar perjanjian yang diadakan perguruanmu?" "Penjanjian diatas Im hong gay sini adalah aku yang menjanjikan, kalau orang lain yang mewakili seharusnya kau boleh tidak usah melayani dia. Part apa yang dikatakan wakil itu tanpa mandat lagi, sudah tentu tak boleh masuk hitungan." "Pembual besar!" "Dimana aku membual, bukankah Khek-cu sendiri yang mengundang aku!" Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ini...." "Dan lagi, pertandingan guruku dan kau, itu hakekatnya kurang pada tempatnya." "Bagaimana maksud katamu ini!" "Ketahuilah betupa sempurna kepandaian guruku, boleh dikata sudah hampir mencapai menjadi dewa, mana dia tega menduga tenaga kasar dengan kau, terang dia mengalah untuk memberi muka kepada kau. Dan bagimu kau anggap mendapat angin dan dapat mengalahkan beliau. Sampai sekarang kau masihdikelabui oleh pikiran sempitmu. Malah mentang-mentang mengadakan ikatan janji demi keuntungan sendiri. Huh, benar benar tidak tahu betapa tingginya langit dan tebalnya bumi, Hahaha." Sementara kata-kata Giok-ling ini diucapkan dengan takabur seolah-olah disampingnya tiada orang lain terang ia tidak memandang sebelah mata Yu bing-khek- cu Li Pek-yang, terutama tawa dinginnya yang bernada mengejek ini lebih tajam dari senjata mengetuk sanubarinya, keruan Li Pek-yang menjadi berang bentaknya. "Buyung. tutup mulutmu!" Tibatiba ia melompat keatas batu besar itu serta hardiknya lagi. "Aapakah kau berani tanggung resiko membatalkan perjanjian perguruanmu." Acuh tak acuh Giok liong menjawab perjanjian perguruan aku tidak menolak dan tidak berani membangkang!" "Itulah baik!" "Tapi nanti dulu!" "Apa lagi yang perlu diperbincangkan?" "Janjiku sendiri aku harus manepatinya !" "Janjimu ?" "Bukankah kau perintahkan Tong-cumu menjanjikan aku datang kemari ?" "Brengsek ?" "Apa yang kau maksudkan brengsek ?" "Gurumu sudab mewakili kau menapati janji itu, bukan!" "Janji dikalangan Kangouw kecuali orang yang itu sendiri sudah meninggal seharusnya dia sendiri yang harus hadir tepat pada waktunya, Aku yang rendah masih segar bugar, bukan saja belum mati malah tepat aku datang pada waktunya, buat apa perlu orang lain mewakili aku !" "Buyung, masa kau berani tidak mengelabui Pang Giok ?" Pertanyaan ini membuat Giok- liong mengerut kening, Karena kaum persilatan di Kangouw paling mengutamakan dan menjunjung tinggi nama suci perguruan betapapun yang terjadi harus selalu setia dan bakti pada sang guru sekarang Li Pek-yang mengemukakan pertanyaan besar ini kepada Giokliong, sudah tentu Giok-liong menjadi serba salah, tak mungkin ia berani mengeluarkan kata-kata yang tidak mengakui perguruannya apalagi sejak semula ia sangat hormat dan setia pada gurunya yang berbudi. Sebab itu, sesaat ia terhenyak bungkam tak bisa bersuara. Li Pek yang semakin mendapat hati, jengeknya dingin . "Buyung, urusan pihak kita lebih baik selanjutnya jangan kau turut campur!" Giok-liong terlongong-longong menengadah memandang langit. "Sudah tidak bisa berdebat lagi ? Kuperintahkan segera kau keluar dari lingkungan Yu bing-mo-khek!" "Baik ! ... kau .." Dengan lesu dan rasa saya Giok liong sudah siap hendak tinggal pergi, mendadak hatinya tergerak, otaknya memperoleh sebuah ilham segera kakinya lantas merandek, dengan berani ia pandang Yu-bing-khek-cu serta katanya . "Kali ini adalah kau yang mengundang aku. Apakah boleh aku berbalik menantangmu?" "Tanpa ragu-ragu Yu bing - khek-cu menjawab. "Sudah tentu boleh!" Berubah girang air muka Giok liong, serunya lantang sambil berseri tawa. "Baik, sekarang aku menantangmu!" "Kapan dan ditempat mana? Lohu selalu mengiringi kemauanmu!" "Watuunya adalah sekarang dan tempatnya juga di Imhong gay sini!" Li Pek yang tidak mengira akan ucapan Giok liong ini, sesaat ia menjadi tercengang, katanya tergagap."Se...sekarang..." Semangat Giok liong menyala-nyala, hatinya girang bukan main, laksana pohon cemara yang menghadapi gelombang hujan bayu berdiri tegak ia berseru keras. "Bagaimana? Tidak relu. Atau tidak berani" Yubing khek cu Li Pek-yang menjadi naik pitam, semprotnya gusar. "Bocah keparat yang kurang ajar, Sebutkan cara pertandingan?" Keadaan Giok liong terbalik dari tamu menjadi tuan rumah, dengan penuh semangat ia tertawa dingin. "Mengadu Iwekang, caranya terserah pada kau orang tua untuk menentukan menang dan asor, tapi aku perlu mengemukakan suatu permintaan!" "Apa itu?" "Hapus janji antara guruku, dengan kau ini!" "Kau memang sengaja hendak ikut campur dalam urusan Lohu" "Dikalangan kangouw paling mengutamakan kebajikan dan keperwiraan baru memperbincangkan untung ruginya, Membunuh atau mencelakai jiwa orang memang tidak seharusnya!" "Apa kau punya pegangan pasti bisa menang dari Lohu?" "Sudah tentu aku yang rendah pasrah pada takdir!" "Kiranya kau pintar juga!" "Kau sendiri juga harus pintar melihat gelagat!" "Lihat serangan!" Yu bing khek cu Li Pek-yang melancarkan serangan dahsyat saking gusarnya karena diolok-olok. Perbawa kekuatan pukulannya ini laksana guntur menggelegar dan kilat menyambar, apalagi dilancarkan secara tiba-tiba sebelum lawan bersiaga, maka dapatlah dibayangkan betapa hebat serangan ini. Giok liong menjadi terkejut tersipu-sipu ia meloncat tinggi hinggap diatas sebuah basu besar, teriaknya. "Hei, main sergap dan membokong." Li Pek yang sudah dibakar oleh kemarahan, mana ia perdulikan segala cemoohan dan ejekan Giokliong, sambil membalikkan badan sebelah tangannya membalik menepuk kebelakang, inilah untuk kedua kalinya ia turun tangan, kekuatannya lebih dahsyat lagi dari serangan pertama tadi, yang diarah adalah perut Giok liong. Terpaksa Giok liong harus main kelit lagi, badannya melejit tinggi lima tombak untuk menghindar "Blang" Pecahan batu beterbangan melesat kemana-mana. Dua kali pukulannya mengenai tempat kosong membuat Li Pek-yang tambah murka sambil mengerling dan berkaok kaok ia lan carkan serangannya lebih gencar. Melihat keadaan lawan, Giok-liong semakin girang dalam hati pikirnya bagi tokoh kosen paling pantang mengumbar hawa amarah hatinya dalam pertempuran, masa dia tidak tahu akan hal ini, tapi peduli amat, paling benar kupancing supaya dia lebih berang dan marah seperti kebakaran jenggot, baru yang terakhir nanti menundukkannya. Dengan bekal niatnya ini, wajahnya semakin mengunjuk rasa puas dan gagah-gagahan sambil berloncatan ia terkakak keras se-runya. "Silakan Kau boyong keluar semua kemampuanmu, tiga ratus jurus atau dalam gebrak lima ratus jurus kalau bisa menyentuh bajuku, anggap saja pertempuran sekarang ini aku kalah, Kalau tidak hehe,hehe, hihi, hahaha !" Benar juga tantangannya ini membuat Li Pek-yang semakin murka mencak mencak seperti kera makan trasi, mulutnya masih menggerung beringas sepasang matanya menyala gosar berapi api napasnya juga mulai memburu seperti dengus sapi. Dimana setiap pukulannya menyambar pasti menderu angin kencang yang menggetarkan bumi. Hakikatnya kepandaian Ginkang Giok-liong sudah sempurna, berkelit dari berbagai serangan tokoh silat utama masih berlebihan malah kadang-kadang bisa balas menyerang dan menggoda, sekarang selalu main kelit dan menghindar seenaknya tanpa takut takut dengan sikap tetap wajar maju mundur, kakinya bergerak bebas seenaknya. Justru karena gerak geriknya yang wajar dan tidak takut serta menggoda inilah semakin membakar dada Li Pek-yang, Terdengar lah suara "blang" . "blung" Dimana angin pukuIan menyambar lewat, batu gunung atau pohon menjadi pecah dan tumbang, rumput dan dedaunan serta debu beterbangan menari-nari ditengah udara. Beruntun terdengar suara kesiur angin dari lambaian baju orang, tahu-tahu diatas puncak lereng sudah bertambah puluhan bayangan orang. Ang-i-mo-li Li Hong yang terlebih dulu mendaratkan kakinya di puncak lereng terjal ini, Di belakangnya delapan belas Tong-cu serta berpuluh rasul jubah abu-abu semua sudah meluruk tiba di im-hong-gay ini. Melihat anak buahnya semua meluruk datang bertambah murka Li Pek-yang. sebagai ketua dari suatu aliran yang disegani mana boleh dibawah tontonan anak buahnya mengunjukkan kelemahan dirinya. Akan tetapi, apa boleh buat Giok-liong selalu main kelit dan berloncatan menghindar seperti burung gereja tangkasnya, laksana burung terbang gesitnya, mulutnya tak henti-hentinya berkakakan, bergerak bebas dan selulup timbul diantara samberan angin pukulan dan diantara pohon dan batu-batu gunung. Betapapun dahsyat dan hebat angin pukulan yang dilancarkan oleh Li Pek-yang jangan harap bisa menyentuh ujung bajunya saja, Apalagi gerak gerik Giok liong begitu cepat dan sebat hebat sekali, jangan toh menyentak bisa mendesak dekat satu kaki saja payah sekali. Sudah tentu bukan kepalang sengit dan gemas Ti Pekyang, Demikian juga delapan belas Tong-cu juga ikut dongkol dan gusar, Tiba tiba serentak mereka bergerak berpencar ke empat penjuru delapan belas, Tong cu berpencar mengepung rapat, segala jurusan Im-hong-gay ini. Kedua mata Ang i-mo li Li Hong memancarkan rasa heran dan kejut, Keadaannya memang serba susah. Teringat akan hubungan asmara dirinya dengan Giok-liong, apalagi pujaan yang selalu diserang f.tng mslim, sekarang mana mungkin dia diam saja melihatnya hancur lebur diatas Im-hong gay karena keroyokan sedemikian banyak tokoh silat kelas wahid. Begitu melihat delapan belas Tong cu bergerak mengepung dirinya, tanpa merasa Giok-Iiong menjadi aseran, seiring dengan hardikan keras dari muIutnya, mendadak ia rogoh keluar Potlot mas dan seruling samber nyawa. Dengan menarikan potlot mas ditangan kanan dan seruling samber nyawa ditangan kiri Giokliong menggembor keras. "Ada berapa banyak kurcaci Yu-bing mo-khek yang tidak takut mati, silahkan maju bersama!" "Ha! Seruling samber nyawa !" "Kim-pit-jan-hun?" Delapan belas Tong-cu berbareng berteriak kejut. "Sreng!" Serempak mereka juga me!olos keluar delapan belas macam senjata masing-masing. Tapi mereka maklum bahwa seruling samber nyawa merupakan senjata kuno yang sakti mandraguna, kekuatan dan kesaktiannya tidak boleh dibuat main-main. Maka siapapun tiada yang berani berlaku ceroboh mendahului bergerak menyerang. Semua hanya bergerak dan mengepung diIuar kalangan pertempuran sambil berteriak-teriak pula. Terlihat Li Pek yang rada tertegun, maka dilain saat ia juga merogoh ke pinggangnya mengeluarkan sepasang gadanya. "Prang gada iblis ditangan kirinya diketukkan bersama memercikkan kembang api, teriaknya beringas. "Bocah keparat, kau memancing kemarahan Lohu, jangan harap hari ini kau bisa meninggalkan Im hong pay, kecuali kau tinggalkan Jan hun- ti, kalau tidak silakan jiwa saja yang serahkan kepada Kami.!" Dengan membekal senjata pusaka ditangan Giok-liong lebih temberang, serunya lantang. "Itu kan impian mu belaka!" Selain saling cercah itu jarak mereka sudah semakin dekat Mendadak kedua belah pihak bergerak bersama. "Lihat serangan !" .. "Bagus sekali!" Bentakan geras kedua bilah pihak ini laksana geledek menggelegar penuh hawa amarah. Sinar putih berkelebat cahaya kuning laksana bianglala memancar luas dan tinggi. Sebaliknya dua bayangan hitam yang besar juga bergerak gesit dan kencang sekali seperti awan mendung berkembang, tiga macam bayangan yang tidak sama tengah berkutet menimbulkan berbagai pandangan aneh yang menakjubkan, angin menderu keras mendesak mundur para pengepung diluar gelanggang, sungguh hebat dan dahsyat sekali pertempuran kali ini jarang ketemu pertempuran yang begini sengit selagi ratusan tahun di kalangan kangouw. Tatkala itu udara mendadak menjadi mendung gelap angin menghembus semakin dingin, tak lama kemudian hujan rintikrintik. Tapi pertempuran sengit ditengah gelanggang tidak menjadi kendor karena hujan rintik-rintik ini, sebaliknya mereka semakin semangat karena kepala basah dan menjadi segar. Gebrak perkelahian tokoh kosen tingkat tinggi dilakukan dengan banyak mengambil resiko, begitu cepat lawan cepat dan ketangkasan, sekejap saja ratusan jurus sudah berlalu ! sinar kuning, cahaya putih perak serta bayangan gada, ditambah deru angin yang menghembus kencang dalam suasana hujan rintik-rintik lagi. Delapan belas Tongcu semua berdiri menjublek kedinginan basah kuyup seperti ayam kecimplung keaij mereka berdiri tegang dan bersiaga tak bergerak gerak seperti pasung saja. Terlebih lagi para rasul jubah abu-abu semua menahan napas. Adalah Ang-i mo li Li Hong yang paling runyam keadaannya, hatinya dirundung khawatir, khawatir akan keselamatan ayahnya, juga khawatir pujaannya menemui mara bahaya. Dan yang paling menyulitkan adalah watak ayahnya yang kasar dan ketus itu mana dirinya berani maju menyelak untuk bicara, Apalagi dalam keadaan pertempuran yang sengit dan tegang begini juga tidak mungkin ia minta Giok-liong menghentikan pertempuran. Pada saat itulah, diantara alam pegunungan yang luas sana berkumanding auman keras bagai guntur menggelegar, suaranya seperti kayu pecah berkelotokan, membuat semua pendengar merasa merinding dan berdiri bulu romanya, Baju saja lengking suara ini menembus angkasa, Mendadak rada Li Pek-yang bergerak dengan tipu Mo in jan-jan (bayangan iblis berkelebat), sekuat tenaga ia sapukan kedua gadanya untuk memukul mundur Giok-liong lalu terloroh-loroh menyela, ujarnya. "Hahahaha. Para Tong-cu lekas berbaris, sambut tahu terhormat!" Serempak delapan belas Tong-cu mengiakan. "Siap!" Rapi sekali mereka bergerak gesit dan teratur terus berdiri jajar menyusup pinggir jurang, membetulkan pakaian terus menyimpan senjata masing-masing! Para rasul juga lantas berantai ramai merubung jadi satu berdiri tegak dibekakang ketua mereka, semua berdiri tegak hormat tanpa berani bersuara. Giok liong tidak tahu apa yang bakal terjadi, sesaat ia melongo dan tertegun di-tempatnya. Melihat sikap Giok-liong ini, Pek yang menjengek dingin, ujarnya. "Tunggu sebentar, tak perlu Lohu mengadu kepandaian dengan kau lagi, sebentar lagi akan datang seorang yang mencari Kim-pit-jan-hun membuat perhitungan !" Giok-liong semakin melongo, tanyanya tak mengerti ." Mencari aku ?Siapa ?" "Sebentar lagi kau akan tahu sendiri Tapi Lohu juga merasa sedikit sayang! " "Kau merasa sayang !" "Ya, aku merasa sayang bagi kau !" "Bagiku untus apa yang perlu disayangkan ?" "Sayang karena seruling sakti mandraguna itu sekejap nanti bakal pindah tangan menjadi milik orang lain, bukankah aku harus merasa sayang !" "Omong kosong belaka ! " "Jangan mengumbar jengkel, lohu tak perlu repot sekarang, nanti ada orang lain yang akan menggebah mu, lihat!" Pada akhir katanya Li Pek-yang menuding ketempat jauh. Jauh dibawah pegunungan sana sebuah bayangan kecil cebol telah berloncatan dengan cepat seperti kupu-kupu menari, melesat secepat terbang di puncak pohon dan batu batu gunung secepat kilat meluncur ke arah puncak lereng terjal disini. Dari kecepatan gerak tubuhnya dapatlah diperkirakan pendatang baru ini tentu lihay paling tidak Lwckangnya tiduk lebih rendah dibanding Li Pek-yang, malah mungkin setingkat lebih tinggi. Giok liong menjadi heran. maju setindak ia bertanya lagi. "Siapa? sebetulnya siapakah dia?" Belum lagi Li Pek-yarjg membuka kata, dari samping Ang-i mo li Li Hong sudah menyelak. "Ayah, apa bukan paman Ibun?" Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dalam bertanya ini sengaja sepasang matanya mengerling kearah Giok liong, malah ia monyongkan bibir mulutnya, serta memberi syarat memandang kebawah lereng sana. Terang ia memberi bisikan kepada Giok-liong supaya ia lekas melarikan diri turun gunung. Walaupun Giok-liong tahu maksud baiknya ini, namun ia mandah tersenyum saja, katanya tawar. "Ibun? lbun apa?" Melihat sikap kurang ajar Giok-liong ini Li Pek-yang menjadi senang, wajahnya cerah dan belum sempat lagi ia membuka suara, lambaian baju sudah terdengar dekat. "Ibun Hoat disini ! Apa tidak kenal aku bangkotan tua ini?" Orangnya belum kelihatan suaranya sudah kumandang dulu, dan seiring dengan habis ucapannya, bayangannya sudah mendarat diatas puncak. Bercekat hati Giok liong waktu ia pentang mata, terlihat di hadapannya kini bertambah seorang tua renta berkepala gundul bertubuh kurus kecil, cebol lagi. Begitu kurus kering tubuhnya tinggal kulit membungkuk tulang, kalau ditimbang mungkin bobot tidak bakal lebih berat dari bebek panggang yang paling gemuk. Keadaan yang aneh dan tidak menyolok mata ini, mengenakan pakaian jubah sutera tersulam indah dubrakan, saking kedodoran sampai melambai-lambai tertiup angin gunung seperti joget kera. Meski tubuhnya kurus kecil tapi suaranya keras bagai geledek, berkaok seperti bambu pecah mendengung memekakkan telinga bergema sekian lamanya. Tersipu-sipu Li Pek-yang tampil kedepan sambil menjura ia berkata tertawa lebar. "Engkoh tua! Bilang datang pasti datang!" Tua renta gundul ini mandah celingukan seperti orang gendeng, sahutnya tanpa expresi. "Bagus, apa yang pernah Ibun Hoat katakan selamanya pasti dilakukan! Disini kunyatakan terima kasihku dulu." Yu-bing-khek cu Li Pek-yang terhenyak, tanyanya. "Engkoh tua! Terima kasih? Terima kasih apa dari aku?" Tetap dengan sikapnya yang kaku tanpa bergerak air mukanya, si tua renta berkata. "Tidak bakal mengangkangi Jan hun-ti, malah setuju untuk ditinggalkan dan diserahkan kepada Lohu, sekarang kenyataan masih di-tinggal disini dan berkesempatan untuk menjadi milikku, bagaimana kebaikan ini tidak harus dinyatakan terima kasih? Kalau diganti kurcaci lain yang rakus dan tamak, mungkin siang-siang sudah ngacir tak ketinggalan jejaknya" Menurut nada perkataannya ini terang percaya benar bahwa Seruling samber nyawa sudah bakal menjadi miliknya, sekali raih gampang saja lantas disimpan dalam kantongnya hebatnya ia tidak pandang sebelah mata kepada Giok liong. Gigi giok liong berkerut menahan gusar, jengeknya dengan mendengus hidung keras-keras. Pada saat itulah para Tong-cu dari Yu-bing-mo-khek dengan para rasulnya ada kesempatan menjura bersama serta berseru berbareng pula "Selamat datang Tok-kiong-cu-jin!" Bergetar perasaan Giok-liong, pikirnya, ternyata si tua renta kurus kering cebol ini bukan lain adalah Cukong istana beracun Ibun Hoat. Cukong istana beracun Ibun Hoat menengadah mengulapkan tangan saja serta berkata acuh tak acuh. "Kalian bebas, tak perlu banyak peradatan !" Habis berkata ia terus maju ke hadapan Giok-liong, dengan tajam ia awasi muka dan seluruh tubuh Giok-liong seperti menikmati sebuah gambar elok dan indah. Harus ketahui bahwa Cukong istana beracun Ibun Hoat ini merupakan orang tokoh tua yang paling beracun dan jahat dalam dunia persilatan, bukan saja kepandaianya sangat lihay dan menjagoi sendiri tingkatannya juga tidak lebih rendah dari Ih-lwe-su-cun. Apalagi beratus beribu macam obat-obatan beracun selalu digembol dalam tubuhnya. Selama dua ratusan tahun ini tiada seorang kaum persilatan yang tidak takut dan gentar menghadapi beliau. Sebab itu, siang-siang Giok-liong sudah siap waspada, Ji-lo sudah dikerahkan melindungi badan memusatkan hawa murni terus disalurkan dikedua belah lengannya, tangan kiri menyekal seruling samber nyawa sedang tangan kanan melintangkan potlot mas. Pasti sudah pertempuran babak kedua antara Giok-liong lawan Ibun hoat ini tentu lebin dahsyat dan hebat sekali. Tapi kejadian di dunia ini kadang kadang diluar perhitungan manusia. Setelah mendesak maju sampai didepan Giok liong, jarak mereka kira-kira masih setombak lebih, mendadak ia tersentak mundur dua langkah dengan airmuka penuh rasa heran dan kejut, sepasang mata bundar kecilnya itu mendelik kesima penuh dirundung pertanyaan yang tak terjawab, muIutnya ternganga, sesaat ia menyublek di tempatnya. Giok-liong melayangkan Potlot mas serta bentaknya. "Apa yang hendak kau lakukan?" "Hahahaha..." Mendadak Ibun hoat menengadah bergelak tawa menggila seperti kesetanan, sepasang tangan kurus kecil itu bergerak menggaruk-garuk seperti cakar ayam. Dengan tingkah lakunya diluar dugaan ini bukan saja Giok liong dibuat heran, Yu-bing-khek-cu Li Pek-yang sendiri juga tercengang sekian lama melongo tak tahu apa yang harus dilakukan, lama kemudian baru ia bertanya. "Engkoh tua, apa yang kau tertawakan?" Tak duga Ibu Hoat malah tertawa semakin keras, begitu geli agaknya sampai badannya bergerak membungkukbungkuk sambil menekan perut. Giok liong menjadi jengkel, sambil menyapukan Seruling samber nyawa ia menghardik. "Apa yang kau tertawakan! Sudah gila kau, suaranya rendah berat, namun alunan irama seruling sebaliknya melengking tinggi nyaring seperti pekik bangau ditengah angkasa. (Bersambung Jilid ke 21) Jilid 21 Baru sekarang Ibun Hoat menghentikan gelak tawanya, kepalanya berpaling menghadap Yu-bing-khek-cu Li Pek-yang, katanya keras. "Khek-cu ! suruhlah seorang bawahan mu yang paliug kuat dan dapat dipercaya untuk mengikuti dia." Ucapan yang tiada juntrungannya ini seketika membuat seluruh hadirin melongo heran tak tahu kemana gerangan maksud kata-katanya itu? Tanya Li Pek-yang tak mengerti. "Mengikuti Ma Giok-liong ?" "Betul !" "Untuk apa ?" "Menanti kesempatan menjemput seruling saktinya itu tanpa mengeluarkan tenaga." "Bangkotan tua jadah ! Kau mimpi disiang hari bolong !" Sebelum berkata Ibun Hoat mendengus dingin . "Hm, bocah keparat ! Kematian sudah diambang pintu masih berkepala batu, malah mengatakan Lohu mimpi !" "Maksud engkoh adalah ..." Li Pek yang bertanya. Dengan kalem Cukong istana beracun Ibun Hoat menjelaskan. "Biji matanya bersemu merah membara sedang ujung hidungnya gelap dingin, urat nadi sudah mulai terbakar, menurut pandanganku pasti dia sudah terkena pukulan Le hwe bu ceng-tok-kang dari Le-hwe-heng-cia tokoh kenamaan dari luar perbatasan itu! Kalau tidak menunggu ajal apalagi yang dinantinya ?" Tergetar perasaan Giok-liong, tapi ia masih tak berani percaya diam-diam ia mengempos semangat menyalurkan bawa murni untuk mencoba apakah jalan darahnya berjalan normal, kenyataan seluruh sendi tulang dan urat nadinya tak apa-apa tanpa rintangan hatinya menjadi lega maka sahutnya sambil tertawa lebar. "Bangkotan tua., kau betul-betul sudah melihat setan pada tengah hari bolong ini!" Li Pek-yang juga bimbang rada tidak percaya, katanya tersekat sekat. "Engkoh tua, bagi orang yang keracunan Le hwe-bu-ceng dalam jangka waktu dua belas jam seluruh tubuhnya pasti terbakar hangus, Bocah ini sejak memasuki daerah pegunungan kita sampai sekarang jauh sudah melampaui dua belas jam, apa mungkin ..." "Tidak akan salah, tapi..." Ibun Hoat juga menjadi curiga dan ragu-ragu. Dalam pada itu, Ibun Hoat maju dua langkah lebih dekat dihadapan Giok-lioag, dengan cermat matanya menyelidik dan memeriksa dengan teliti sekian lama. Walau dalam hati Giok liong sangat gusar dirinya dijadikan tontonan, tapi untuk orang membuktikan apakah dirinya betulbetul sudah terkena Le-hwe bu ceng, sedapat mungkin ia berlaku sabar membiarkan orang bertingkah semaunya. "Paman Ibun, apakah omonganmu dapat dipercaya?" Tanya Li Hong yang sejak tadi diam saja, dalam bertanya ini matanya mengerling tajam kearah Giok-liong, Nadanya terang bertanya keadaan sebenarnya, namun hakekatnya rasa prihatin dan gelisah hatinya tidak kalah besar dari kekhwatiran Giok-liong sendiri. Sambil mengelus-elus jenggot kambingnya Ibun Hoat merenung, ujarnya . "Aneh bocah ini ada melatih ilmu tunggal macam apa, kalau tidak ? Mengapa ..... " Bicara sampai disini mendadak ia bertepuk keras-keras, serunya . "Tidak peduli bagaimana, betapa juga Lwekangmu tinggi dan kuat, tujuh hari ini walaupun dewa datang juga tidak akan dapat menolong jiwanya dari reng-gutan elmaut, Buat apa aku patut dicap sebagai pembunuh kejam !" Mulutnya mengoceh sendirian seperti sang tabib tua tengah menyelidiki suatu penyakit yang menyulitkan. Dilain pihak Giok-liong sendiri juga tenggelam dalam renungannya, lupa akan keadaan dirinya saat itu. Sebab ia tengah memikirkan pengalaman semalam dirumah penginapan itu semalam suntuk dirinya terserang penyakit panas yang aneh. Lantas teringat pula akan pertempuran dirinya dengan Lehwe- heng-cia tempo hari. Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Pedang Pusaka Thian Hong Karya Kho Ping Hoo Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo