Bangau Sakti 1
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 1
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Bangau Sakti Karya Chin Tung Judul Asli : Sin Hok Sin Cin Upload by l4g1b3t3 Dihttp://indozone.net Pdf Ebook oleh : Dewi KZ dan di upload dihttp://cerita-silat.co.ce/ Di antara kebun raya To Hoa Goan di sebelah Utara propinsi Hunan, ketika bunga-bunga Bwee sedang mekar nya, tiba-tiba keluarlah dari hutan pohon-pohon Bwee tersebut seorang gadis yang berpakaian merah dan memegang seikat bunga-bunga Bwee di tangan kirinya. Gerakannya sangat lincah ketika ia berjalan dari hutan pohon-pohon Bwee itu menuju ke tepi sungai Gadis itu berparas cantik, dan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ pakaiannya yang dari sutera merah itu menyebabkan lebih cantik lagi kelihatannya, Setelah ia tiba di tepi sungai dipetiknya beberapa tangkai bunga-bunga Bwee yang sedang dipegangnya dengan tangan kirinya dan dilemparkannya ke dalam sungai yang mengalir dengan sangat derasnya itu. Pada saat itu dari hulu sungai datanglah sebuah perahu dengan laju sekali karena didorong oleh arus air yang deras itu. Di atas perahu itu berdiri seorang pendeta yang berusia enam puluh tahun lebih, berjubah abu-abu, dengan wajah yang menampakkan kemurahan hatinya, setelah melihat pendeta itu, dengan tegas gadis itu berseru dengan suara yang nyaring. "Suhu (guru)..." Lalu melemparkan seikat bungabunga Bwee ke dalam sungai ia menghantamkan ujung jari kakinya ke tanah, dan secepat kilat meloncatlah ia ke atas perahu itu setelah menyentuh terlebih dahulu dengan ujung jari kakinya, ikatan bunga-bunga yang terapung di atas sungai ia meloncat dari tepi sungai ke samping pendeta itu dengan gesit sekali pendeta tua itu tertawa dan berkata. "Gadis berusia tujuh belas tahun, mengapa demikian nakalnya!" Lalu diambilnya jangkar besi dan dilemparkannya ke tepi sungai. Tenaga pendeta tua itu betul-betul amat menakjubkan, karena baru saja gadis itu berada di sampingnya, jangkar besi itu telah dilemparkannya ke tepi sungai dan terpancang di dalam tanah di tepi sungai itu, Lalu dengan mengibaskan lengan bajunya, pendeta tua itu meloncat ke tepi, walaupun jarak dari perahu ke tepi sungai itu masih lima depa lagi jauhnya. Setelah berada di tepi sungai, pendeta tua itu melihat bahwa gadis itu juga ingin meloncat ke tepi sungai, Rupanya gadis itu kurang cukup mengeluarkan tenaganya Agaknya ia akan kecemplung ke dalam sungai, akan tetapi lekas dibentangkannya kedua lengannya ke atas, dan ia pun melonjak ke atas lalu mendarat di samping pendeta tua itu! Sambil tertawa ia berkata. "Suhu, bagaimana pendapat Suhu tentang ilmu burung walet terbang di udara?" Pendeta tua itu KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menyahut sambil tersenyum. "Kau telah peroleh kemajuan Tetapi tenaga yang kau curahkan masih kurang, Jika kau berada di dalam kepungan musuh, loncatan serupa tadi itu tak akan berhasil untuk membebaskan dirimu dari kepungan Mendengar celaan itu gadis tersebut rupa-rupanya tidak gembira, dan ia diam tidak bicara lagi Si pendeta tua mengerutkan keningnya, dan berpikir "Aku tak dapat memanjakannya terus-menerus, Ada baiknya aku cela ia pada kesempatan ini agar ia dapat mengerti maksud baik dari celaan itu, Jika sifat kepala batunya telah dapat dibasmi, maka mudahlah bagiku untuk mengajarnya Jika aku melihat parasnya yang cantik dan sikapnya yang menawan hati, aku teringat akan ibunya pada tiga puluh tahun yang lalu dan aku menjadi sedih, Tak sampai hatiku mencelanya lagi" Dan dengan tak disadarinya, berkatalah ia dengan suara rendah. "Loan Jie, mari sini!" Gadis yang sedang menahan kemarahannya itu menoleh ke arah pendeta tua itu ketika mendengar teguran itu, ia melihat mata pendeta tua itu berlinang-linang. Terkejutlah ia dan cepat-cepat ia berlutut di hadapannya Sambil menangis ia berkata. "Suhu, jangan marah, Loan Jie tak akan bersikap angkuh lagi terhadap Suhu, Mohon Suhu sudi memaafkan." Pendeta tua itu lalu mengangkatnya sampai berdiri dan berkata sambil tersenyum. "Hian Ceng Totiang dari kuil San Ceng Koan adalah salah seorang dari ketiga guru-guru partai Kun Lun. ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoatnya tak ada taranya di kolong langit Untuk melatih ilmu silatmu, aku telah berjanji dengan dia untuk tukar menukar mengajar mu-ridmurid masing-masing. ialah yang akan berhasil mempelajari ilmu silat pedang tersebut agar kau sendiri dapat membalas dendam ibu-bapakmu...." Ia berhenti, mengerutkan keningnya, dan tak bicara lagi ia terkenang lagi pada kisah yang lampau. Si gadis merasa cemas melihat Suhunya tidak berbicara lagi Dipegangnya tangan pendeta tua itu, dan dengan suara yang ramah ia menghibur "Suhu, jangan bersedih hati lagi Loan Jie telah berjanji tak akan menyedihkan Suhu lagi." Ia KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ teringat suatu soal, dan bertanya. "Suhu, baru saja Suhu berbicara tentang ibu-bapakku, Soal itu selalu menjadi buah pikiranku, tetapi Suhu tidak sudi menceritakan tentang kelahiranku Aku tak ingat sedikit pun tentang ibu-bapakku, jika Suhu tidak menceritakannya, Loan Jie betul-betul merasa sedih." Air matanya pun mengucur keluar dari kedua matanya. Wajah pendeta tua itu menjadi sedih. Diusap-usapnya rambut gadis itu dan berkata. "Soal itu akan kuceritakan juga kelak kepadamu, Hanya waktunya belum tepat, Aku menghendaki agar kau mempelajari ilmu pedang Hun Kong Kiam Sut dulu dari paman gurumu Hian Ceng Totiang...." Ketika pembicaraan mereka sampai di situ, pendeta tua itu melihat seorang pemuda bertubuh tegap, berwajah tampan dan berpakaian hijau berjalan keluar dari kebun pohon-pohon Bwee, Dihampirinya pendeta tua itu, lalu sambil membungkukkan tubuh memberi hormat, berkatalah ia. "Guruku mengetahui bahwa Ngo KongSu Pek akan datang menyambut Teecu tidak menduga Su Pek telah tiba." Si pendeta tua berkata sambil tertawa. "Selama tiga bulan Loan Jie mungkin telah berbuat kenakalan dan mengganggu gurumu Ceng Siu." Cepat-cepat pemuda itu menggoyangkan tangannya dan menyahut. "Ceng Loan Sumoy sangat pintar dan cerdas, ia telah mempelajari ilmu silat dari Ngo Kong Su Z Pek. Guruku sering berkata bahwa kemajuannya di kemudian hari tak akan terhingga, Teecu ini bodoh. Selama tiga bulan telah berlatih silat bersama-sama Ceng Loan Sumoay, dan Teecu memperoleh banyak manfaat dari-padanya, Bagaimanakah dapat dikatakan ia mengganggu?" Si gadis mendengar ia dipuji merasa gembira, dan wajahnya yang sedih tadi lenyap, berubah menjadi berseri-seri. ia mengawasi pemuda itu, yang tak berani mengawasinya kembali Melihat sikap pemuda dan pemudi itu, pendeta tua itu menarik napas dan berpikir "Setelah Loan Jie berjumpa KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dengan pemuda ini, ia sering-sering mengajak aku datang ke kuil San Ceng Koan dengan alasan memetik bunga-bunga Bwee. Aku insyaf bahwa Loan Jie telah jatuh cinta pada pemuda ini, jika aku ingat akan masa muda ku, aku pun pernah menghebohkan karena asmara, Tetapi aku beruntung dapat menjumpai seorang sakti, guna mempelajari ilmu silat yang luar biasa. Ya... kisah-kisah yang lampau laksana impian, Selama dua puluh tahun aku menjadi pendeta dan sembahyang di hadapan Hut-cu, Tapi aku tak dapat menghilangkan kenang-kenangan itu. Hampir tiap-tiap malam aku berjumpa dengannya di dalam mimpi. Kini ia telah meninggal dunia karena dicelakakan orang. Ketika ia hendak menarik napas yang penghabisan ia mengatakan bahwa Loan Jie adalah puterinya, Aku harus menjaga Loan Jie baik-baik demi untuk kenang-kenangan...." Ketika itu keringat keluar dari seluruh tubuhnya, Matahari pun sudah condong ke sebelah Barat, dan melalui hutan pohon-pohon Bwee menyorot muka Ceng Loan yang masih mengawasi pemuda itu. pendeta tua itu pun mengawasi pemuda itu dan berpikir "Hian Ceng telah pilih pemuda ini sebagai murid, sebetulnya pemuda ini luar biasa. Hati Loan Jie yang cantik jelita telah tertawan padanya, akan tetapi ia seakan-akaa tak tertarik pada Loan Jie!" Pada saat itu pemuda berpakaian hijau itu membungkukkan tubuhnya memberikan hormat lagi, dan berkata. "Guruku telah menanti Su Pek (paman guru) di kamarnya. Mohon Su Pek datang ke kuil." Si pendeta tua menganggukkan kepalanya dan mereka bersama-sama menuju ke kuil San Ceng Koan dengan jalan melalui hutan pohon-pohon Bwee, Ketiga orang itu baru saja berjalan beberapa tindak, tetapi sekonyong-konyong terdengar oleh mereka suara jeritan yang nyaring seperti juga seekor burung terluka dan menjerit-jerit karena sakit dan sedih sehingga menyebabkan bulu roma berdiri Ngo Kong Toa-su mengerutkan keningnya, dan Ceng Loan beserta pemuda berpakaian hijau itu juga telah berhenti dan berdiri tegak, jeritan itu kedengaran makin lama makin dekat. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ketika suara jeritan tersebut berhenti, terdengar oleh mereka suara senjata yang saling beradu seakan-akan dua orang sedang bertarung dengan menggunakan senjata tajam. Pemuda yang berpakaian hijau mengerutkan kening dan berpikir. "Tempat di luar kuil San Ceng Koan maupun di tepi sungai Goan Kang senantiasa aman dan tenang, Suara itu rupanya dari tepi sungai Masa perampok-perampok berani datang ke sini dan merampok para saudagar yang kebetulan lewat di sini Aku harus pergi menyelidiki Lalu ia lari ke tepi sungai Ceng Loan masih saja dimabuk asmara, dan setelah melihat pemuda itu lari ke tepi sungai, ia pun tak dapat menahan diri ia berseru-seru. "Bee Suheng, tunggu aku! Kita pergi bersama-sama!" Si pemuda berhenti sejenak menunggu Ceng Loan yang berseri-seri wajahnya Tepat pada saat itu, di jalan hutan pohon-pohon Bwee lari keluar seorang yang bertubuh besar dengan berlumuran darah, ia memegang sebuah golok besar, dan di belakangnya mengejar dua orang, Ketiga orang itu pesat sekali larinya, dan sudah hampir mendekati Ceng Loan dan pemuda berpakaian hijau itu. Orang yang mengejar paling depan mengeluarkan pisau perak dan melemparkannya ke punggung orang yang dikejarnya itu. Meskipun sudah luka dan kena senjata rahasia, orang yang dikejar itu masih berusaha lari secepat-cepatnya. Ketika melihat si gadis dan si pemuda, orang yang dikejar itu berteriak. "Lekas-lekas panggil kepala kuil San Ceng Koan!" Pada saat itu ia berteriak, ia telah tertangkap, dan dipukul oleh kedua orang yang mengejarnya, Orang yang bertubuh besar itu tak dapat bertahan lagi ia jatuh ke tanah, dan darah mengalir keluar dari mulutnya, Pemuda berpakaian hijau yang menyaksikan dahsyatnya tinju-tinju kedua orang yang mengejar itu, juga terkejut ia telah mendengar orang yang jatuh itu menyuruhnya lekas-lekas KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ memanggil kepala kuil San Ceng Koan, gurunya, ia menduga bahwa orang itu ada hubungannya dengan gurunya. Dengan tidak memikirkan akan akibatnya, ia meloncat dan berdiri di hadapan orang-orang yang sedang memukul orang yang bertubuh besar itu, Kedua pengejar-pengejar itu telah melihat bahwa orang yang bertubuh besar itu telah kena jarum Liong Si Cin (kumis naga) dan tinju Pai San Cong (menggempur gunung), dan yakin orang itu tak akan dapat melarikan diri lagi Mereka berhenti memukul dan menghadapi pemuda itu. Pemuda yang berpakaian hijau bernama Bee Kun Bu. ia adalah murid kesayangan Hian Ceng Totiang dari kuil San Ceng Koan, dan Hian Ceng Totiang adalah salah seorang dari ketiga guru-guru partai Kun Lun yang termasyhur dengan ilmu pedang Hun Kong Kiam (memancarkan sinar) dan ilmu silat tinju Tian Kang Cong (meninju bintang-bintang di langit) di kalangan Bu Lim, Bee Kun Bu telah tinggal bersama gurunya, Hian Ceng Totiang selama dua belas tahun dan telah mempelajari hampir semua ilmu silat partai Kun Lun. Dengan berdiri tegak Bee Kun Bu mencegah kedua orang itu. Ketika ia mengawasi wajah kedua orang. itu, ia pun terkejut ia melihat bahwa kedua orang itu berusia lebih dari lima puluh tahun, Yang seorang mempunyai alis mata yang merupakan huruf M, matanya berbentuk segi tiga, mukanya hitam di sebelah kiri dan putih di sebelah kanan, dan rambutnya hanya tiga dini panjangnya. Yang seorang lagi, mukanya agak putih, akan tetapi pucat pasi seperti mayat dan berkumis kuning, Keduanya berjubah kain goni dan bersandal kain goni pula, Pada umumnya rupa keduanya membangkitkan perasaan seram! Ceng Loan melihat Bee Kun Bu maju seorang diri, merasa khawatir kalau-kalau ia tak dapat meladeni kedua orang itu. ia meloncat maju, tetapi ketika melihat rupa kedua orang itu, ia pun merasa seram! KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Lalu orang yang bermuka belang itu bertanya dengan mengejek. "Kamu ini, pemuda dan pemudi, apakah hubunganmu dengan kuil San Ceng Koan? Ayo! Lekas-lekas enyah! jangan merintangi kami!" Bee Kun Bu sangat waspada, karena ia tadi telah menyaksikan betapa dahsyatnya tinju kedua orang itu, ia menduga, bahwa kedua orang ini, jika bukan perampokperampok besar, tentunya jago-jago silat Sebelum ia memperoleh sesuatu keterangan ia pun tidak ingin mencari kerusuhan, Apalagi kedua orang itu bukan musuhnya. ia bermaksud merintangi perbuatan kejam dari kedua orang itu dengan jalan memberi peringatan, sambit mengulur waktu sampai gurunya datang. Lalu dengan suara rendah ia berbisik pada Ceng Loan. "Loan Sumoay, kau lekas-lekas pergi minta Su Pek datang." Ceng Loan menganggukkan kepalanya, lalu lari memanggil Suhunya, Kemudian sambil membungkukkan tubuh, dengan ramah Bee Kun Bu berkata kepada kedua orang yang ganjil itu. "Hamba adalah murid dari San Ceng Koan, Hamba ingin mengetahui nama-nama kedua Bapak ini, agar hamba dapat menyampaikan kepada guru hamba, bahwa ada tamu-tamu datang." Kedua orang ganjil itu telah menerka maksud Bee Kun Bu, dan dengan tertawa si muka belang mengejek. "Kau ini banyak akal. Apakah kau kira dengan menggunakan nama Hian Ceng Totiang kau dapat menakut-nakuti kita?!" Belum lagi selesai ia bicara, si muka pucat meneruskan. "Lote, mengapa kau banyak bicara." Lalu ia menerkam orang yang bertubuh besar yang menggeletak di tanah, Bee Kun Bu tak dapat menyabarkan dirinya. Dengan menggunakan ilmu tenaga dalamnya, dirintanginya si penerkam dengan ilmu Heng Kang Cai Tou atau melangkah lebar untuk mengambil bintang. "Buk!" Terdengar suara dari dua tenaga yang beradu! Tubuhnya Bee Kun Bu terdorong mundur lima atau enam kaki, dan tubuhnya si muka pucat, yang tidak menduga lihaynya Bee Kun Bu, juga KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ terdorong mundur tiga atau empat kaki, Bee Kun Bu merasa kepalanya pusing, akan tetapi ia masih dapat melihat bahwa orang yang telah terluka dan menggeletak di tanah itu terguling-guling tujuh atau delapan kaki jauhnya, Dengan kedua matanya terbelalak, dan darah mengalir keluar dari hidung dan mulutnya Kedua orang-orang ganjil itu menyerang lagi dari kiri dan kanan, dan si muka belang membentak. "Kau ini mau mati! jangan menyalahkan kami kejam!" Baru saja Bee Kun Bu dapat merasakan, bahwa ia tak dapat melawan si muka pucat, bagaimanakah sekarang ia dapat melawan mereka berdua? ia bertekad untuk melawan terus, karena ia ingin mengetahui barang apakah yang hendak mereka ambil, dan ia menduga bahwa barang itu tentu ada hubungannya dengan gurunya, Maka ketika ia diserang oleh kedua orang itu, dibentangkannya kedua lengannya dan menangkis dengan sekuat tenaga, Baru saja ia mementangkan kedua lengannya, terdengar olehnya suara orang berseru. "Kun Bu! Lekas mundur! Apakah kau tidak sayang dengan jiwamu?!" Mendengar seruan itu, Bee Kun Bu buru-buru menarik kembali kedua lengannya, dan dengan ilmu Yan Ceng Cap Pwee Hoan atau "Burung walet melakukan delapan belas putaran", ia meloncat terbang ke atas membebaskan diri dari seranganserangan dahsyat lawannya! ia membaui hawa yang harum dan punggungnya terdorong ke depan! Sebetulnya, ketika Bee Kun Bu diserang oleh kedua orang yang ganjil itu, meloncatlah dari udara seorang pendeta dan seorang rahib yang menangkis serangan-serangan kedua orang yang ganjil itu, Tangkisan tersebut dilakukan dengan menggunakan ilmu Pik Kong Cong Lit atau tinju menumbangkan tembok besi sehingga kedua perampok itu terpelanting jauh sekali Hian Ceng Totiang lalu menghampiri murid kesayangannya dan mengetahui bahwa muridnya telah terluka enteng, Dengan kedua mata terbelalak Hian Ceng Totiang membentak. "Hei! siluman dari sebelah Selatan sungai! Mengapa kamu mengganggu daerah San Ceng Koan lagi! Mengapa kamu melukai murid-muridku? Aku, meskipun KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ memegang pedang bertahun-tahun, tak pernah mengganggu orang-orang dari kalangan Kang Ouw, Kamu telah menghina dan melukai murid-muridku, apakah kamu ingin memaksa aku untuk menggunakan pedang?!" Kedua perampok itu belum menyahut, tetapi orang yang menggeletak dan berlumuran darah di seluruh tubuhnya tibatiba berusaha bangkit dan sambil menunjuk dadanya ia menjerit "Suhu! Peti surat rahasia Kui Goan...." Sayang ucapan itu belum habis, si muka pucat melemparkan Huitonya (senjata tajam yang pendek) ke tubuh orang yang terluka itu. Hian Ceng Totiang tidak menduga, bahwa siluman itu sedemikian benar kejamnya, ia tak sempat menolong, Huito itu terpancang di dada orang yang terluka itu. ia telah kena Liong Si Cin (senjata rahasia kumis naga), dan meskipun ia berusaha menahan dengan tenaga dalamnya, ia pun tak dapat menahan lagi, ia menjerit keras, menarik napas panjang, dan jatuh lagi untuk menarik napas yang penghabisan! Hian Ceng Totiang mengenali bahwa orang yang terbunuh itu adalah Sim Cong, muridnya sendiri yang telah di usir nya dua puluh tahun yang lampau, karena perbuatannya yang rendah, Meskipun demikian, ia merasa sedih menyaksikan kematiannya. ia menjadi gusar sekali, dan menghadapi kedua perampok itu. Tetapi si muka belang telah secepat kilat meloncat menerkam dada Sim Cong yang telah menjadi mayat! Kali ini, Hian Ceng to Tiang telah siap, ia tidak memberi kesempatan lagi, Sambil menjerit, dengan jurus Hong Lui Kauw Kit atau "Geledek Menyambar di Waktu Badai" Ia mendorong dengan kedua telapakan tangannya ke depan ke arah tubuh si muka belang! Ngo Kong Toa-su yang telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa kejamnya kedua siluman tersebut menyerang orang yang telah terluka, juga bukan main marahnya Dengan lengan bajunya dikipaskannya muka si muka pucat dengan ilmu Liu Eng Bu Kong atau "Kunang-kunang Mencari di Angkasa", KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Hian Ceng Totiang adalah yang sangat ditakuti di kalangan Bu Lim pada dewasa itu, dan dorongan tersebut betul-betul hebat seperti petir. Si muka belang yang sedang menerkam mayat Sim Cong merasakan angin serangan itu, tetapi tak sempat mengelak Dengan tinju kanannya dicoba nya menangkis, Tapi lengannya segera patah dan ia terlempar tujuh atau delapan kaki jauhnya membentur sebuah pohon! Ngo Kong Toa-su juga menyerang si muka pucat dengan seluruh tenaga, Kebutan lengan baju itu ditahan oleh si muka pucat dengan kedua tinjunya disertai dengan tenaga dalam, Tubuhnya tergetar, dan ia buru-buru menarik kembali tinjunya, akan tetapi terlambat ia merasa seakan-akan dadanya di timpa palu yang beratnya seribu kilo, ia jatuh tertelentang di tanah, dan darah mengalir keluar dari hidung dan mulutnya, Kedua siluman itu telah menderita luka-luka yang hebat sekali di dalam tubuhnya, akan tetapi karena ilmu silat yang sangat tinggi, mereka tidak segera mati, Si muka belang menggunakan ilmu tenaga dalamnya, lalu ia berdiri lagi, Dengan tertawa sebagai orang gila ia berkata. "Hian Ceng Totiang, Ngo Kong Toa-su, serangan-serangan itu hebat sekali, dan kita tak akan lupa, Begitu lama kita masih bernapas, kita pasti datang membalas dendam ini!" Ketika itu si muka pucat juga telah bangkit setelah menahan mengalirnya darah dengan ilmu tenaga dalamnya, Lalu bersama-sama si muka belang, ia lari ke dalam hutan menjerit-jerit seperti setan-setan menangis, dan dalam sekejap mata saja mereka tak kelihatan lagi, Lalu Hian Ceng Totiang menghampiri Bee Kun Bu yang menderita sedikit luka, dan Ngo Kong Toa-su yang bermurah hati, juga tak mengejar kedua jahanam yang lari ke dalam hutan, Setelah yakin bahwa Bee Kun Bu tidak menderita hebat, Hian Ceng Totiang menghampiri Hian Ceng Totiang menampak bahwa di atas kain sutera itu ada lukisan pemandangan gunung, sungai dan sebagainya mayat Sim Cong yang penuh dengan tusukan senjata tajam, dan seluruh pakaiannya basah kuyup oleh darah. ia KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mengucurkan air mata ketika mengingat bahwa Sim Cong itu adalah bekas muridnya. Lalu diperiksanya dada mayat itu, karena ia ingat bahwa ketika Sim Cong hendak menarik napas yang penghabisan, ia telah mengatakan tentang suatu di dadanya, Betul saja Hian Ceng Totiang menemukan sebuah kotak kecil, yang terbuat dari batu Giok. Kotak itu dibukanya, dan tampaklah sehelai sutera putih yang luasnya lebih kurang satu kaki persegi, dan di atas kain sutera itu ada lukisan pemandangan gunung, sungai dan sebagainya, Lukisan tersebut memperlihatkan tiga puncak gunung yang berdiri tegak merupakan segi tiga karena sebuah puncak berada di belakang dua puncak yang berdampingan Air terjun mengalir dari puncak yang di belakang dan di tengah. Hian Ceng Totiang tak dapat menafsirkan arti daripada lukisan di atas kain sutera itu. ia membalikkan kain sutera itu, dan melihat bahwa kain sutera itu terdiri dari dua lapis yang dijahit menjadi selapis, Dibukanya lapisan itu dan diperiksanya di dalamnya, Segera ia merasa seolah-olah jantungnya tertusuk, dan air matanya mengalir keluar! Agak lama juga mayat Sim Cong diawasinya, Sambil menarik napas panjang ia berkata. "Dengan kesetiaanmu kau telah menunaikan tugasmu, Meskipun kau telah tewas, namun kau tewas sebagai seorang murid partai Kun Lun yang setia...." Perbuatan Hian Ceng Totiang membikin Ngo Kong Toa-su berdiri terpesona, Bee Kun Bu karena hendak merintangi perbuatan yang kejam dari kedua siluman itu, telah menderita luka di dalam tubuhnya, Beruntung sekali Hian Ceng Totiang cepat tiba untuk menolong, dan ia terluput dari tinju yang maha dahsyat dari kedua siluman tadi, Dan ketika ia terpental ke udara karena angin yang timbul dari tinju yang maha dahsyat itu, Ceng Loan cepat tiba menangkap tubuhnya dan menolong membebaskan jalan darahnya. Betul Bee Kun Bu telah menggunakan tenaga dalamnya menahan tinju kedua siluman itu, akan tetapi jalan darahnya KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ harus dibebaskan agar ia tidak pingsan. Ketika ia membuka matanya dilihatnya bahwa ia berada dalam pelukan Ceng Loan. Mukanya merah karena malu dan ia cepat-cepat berdiri Melihat Bee Kun Bu telah dapat berdiri, Ceng Loan menjadi gembira dan bertanya. "Bee Suheng, apakah engkau luka?" Bee Kun Bu menganggukkan kepalanya dan menyahut. "Baru saja aku merasa sukar bernapas. Tapi sekarang aku merasa lega, berkat pertolongan Sumoay, Terima kasih." Sambil tersenyum Ceng Loan berkata lagi. "Jika demikian halnya, aku merasa puas." Lalu mereka menghampiri Hian Ceng Totiang yang sedang mencoba mengangkat mayat Sim Cong, Bee Kun Bu bertanya. "Suhu, siapakah ia? Biarlah Teecu yang mengangkat Hian Ceng Totiang melihat, bahwa ia sudah segar kembali juga merasa gembira, dan berkat a. "Orang ini adalah Suhengmu, Ayo beri hormat kepada jenazah -nya!" Bee Kun Bu terkejut, karena disangkanya Hian Ceng Totiang hanya mempunyai seorang murid - yakni ia sendiri dan gurunya belum pernah memberitahukan bahwa ia mempunyai murid-murid lain, Mengapa sekarang secara tibatiba saja datang seorang murid yang telah menjadi mayat? Melihat wajah gurunya yang muram, ia pun tak berani menanyakan hal itu lebih lanjut ia memberi hormat dengan membungkukkan tubuh di hadapan mayat itu, lalu dengan kedua lengannya diterimanya mayat itu dari tangan gurunya. Ngo Kong Toa-su yang juga mendengar ucapan Hian Ceng Totiang itu tak ingin pula menanyakan Bersama-sama Ceng Loan ia berjalan melalui hutan pohon-pohon Bwee ke kuil San Ceng Koan, setibanya di kuil, Hian Ceng Totiang membakar mayat Sim Cong, lalu abunya dimasukkan ke dalam sebuah guci kecil dari porselin untuk dikuburkan di pekarangan belakang kuil itu. Di depan kuburannya ditegakkan sebuah batu dengan tu-lisan. "Kuburan murid partai Kun Lun, Sim Cong." Pekerjaan mengurus jenazah Sim Cong telah berlangsung sampai senja, Malam itu kebetulan terang bulan, Untuk KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menghilangkan perasaan sedihnya, Hian Ceng Totiang keluar berjalan-jalan di sekitar kuil, disertai oleh muridnya Bee Kun Bu. ia mengenangkan kisah yang terjadi pada beberapa puluh tahun yang lampau, dan dengan tak sadar ia berkata. "Hai! Muridku, Suhengmu karena tabiatnya yang berangasan telah bersalah karena melukai orang-orang dari partai silat Siauw Lim, dan hampir-hampir merenggangkan kedua partai silat itu. Karena perbuatannya yang rendah itu, aku terpaksa mengusirnya. Tapi... ia kemudian menyesal dan insyaf akan kesalahannya, dan berusaha memperbaiki dirinya. Dengan susah payah ia telah kembali dan minta ampun kepadaku. Tiga kali ia datang, tetapi ketiga-tiga kalinya aku menolak menerimanya kembali menjadi murid. Pada ketiga kalinya, ia bersumpah di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa ia akan menunaikan tugas apapun yang diberikan kepadanya asal saja ia dapat diterima kembali olehku, Ketika itu aku mengatakan kepadanya "Cari peta asli dari barang-barang simpanan berharga dari kalangan Bu Lim. Jika kau gagal memperoleh peta asli itu, jangan pikirkan hendak kembali pada ku ! Dengan tekun ia berusaha menunaikan tugas itu, dan selama dua puluh tahun ia telah berusaha mencari peta asli itu, ia berhasil, dan dalam perjalanannya kembali ke kuil ini, sebagaimana telah kau saksikan, ia telah dikejar oleh kedua siluman yang kejam dari sebelah selatan sungai, dan ia telah terbunuh di luar kuil San Ceng Koan. Dikemudian hari, setelah kau memahami betul-betul ilmu silat yang kuajarkan kepadamu, kau tak boleh berlaku kejam terhadap orang yang baik, akan tetapi orang-orang yang jahat di kalangan Kang Ouw, harus kau basmi dengan sesungguh hati!" Bee Kun Bu yang mengikuti gurunya dari belakang hanya mengangguk dan menyatakan akan memperhatikan pesan gurunya itu. Lalu mereka kembali ke kuil Ngo Kong Toa-su sedang menunggu di kamar, dan ingin berbicara dengan Hian Ceng Totiang, Tapi melihat wajahnya yang masih muram, tidak ingin ia memusingkan kawannya itu dengan banyak pertanyaan ia hanya berdiri mengawasi perubahan sikap kawan karibnya itu! KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Setelah masuk ke dalam sebuah kamar, Hian Ceng lotiang membuka laci sebuah meja dan mengeluarkan sebuah kotak kayu yang berwarna merah. Kotak merah itu ditaruhnya di atas meja, lalu ia berlutut dan memberi hormat Dibukanya kotak itu, dan diambilnya sehelai kain sutera untuk dipancarkan di atas tembok di belakang meja itu, Bee Kun Bu mengawasi lukisan di atas kain sutera itu. Di atas kain sutera yang berwarna kuning itu tersulam dengan benang putih gambar seorang tua yang mengenakan jubah. Dari punggungnya menonjol keluar sebatang pedang, Setelah melihat gambar itu Bee Kun Bu terpesona dan tibatiba dibentak oleh Hian Ceng Totiang. "Kun Bu! Ayo beri hormat kepada nenek laki-laki dari partai silat Kun Lun yang menciptakan ilmu silat pedang Tin San Kiam Hoat (ilmu silat pedang yang dapat menumbangkan gunung)!" Ngo Kong Toa-su yang menyaksikan itu, setelah mendengar ucapan kawan karibnya, buru-buru maju ke depan meja itu dan membungkukkan diri memberikan hormat kepada gambar di atas tembok itu! Kemudian ditariknya lengan Ceng Loan, keluar dari kamar itu. Setelah Bee Kun Bu memberi hormat dengan berlutut di depan gambar itu dan membungkukkan tubuh sehingga kepalanya menyentuh lantai tiga kali, Hian Ceng Totiang menyimpan kembali gambar itu baik-baik di dalam laci. Dengan khidmat ia berkata. "Di kalangan Bu Lim banyak orang salah anggap bahwa ilmu silat pedang Kun Lun Hun Kong Kiam Hoat (memancarkan sinar) hanya ada sembilan puluh enam rupa, Anggapan itu keliru! Hun Kong Kiam Hoat adalah seratus delapan rupa dengan seratus delapan jurus, Di antara seratus delapan jurus itu, ada dua belas jurus yang paling dahsyat dan yang paling sukar dipahami, dan dua belas jurus ini mempunyai nama istimewa ialah. "Cui Hun Ciap Ji Kiam atau Dua belas Jurus Mengusir Setan"! Aku telah berjanji dengan Su Pekmu (paman Guru), jika tidak dapat persetujuannya ketiga guru-guru dari partai Kun Lun, aku tak dapat menurunkan ilmu silat ini kepada murid yang manapun, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Malam ini aku telah minta izin dari nenek laki-laki partai silat Kun Lun kita untuk melanggar janji itu dan mengajarkan dua belas jurus tersebut kepadamu, Nah... mulai besok, kuajarkan kepadamu satu jurus tiap-tiap hari...." Lalu ia diam sejenak Kemudian diperintahkannya Bee Kun Bu. "Sekarang kau keluar dan panggil Ngo Kong Su Pek, Malam ini adalah malam terang bulan, kau dapat berjalanjalan dengan Ceng Loan, atau berlatih silat dengan dia. Jika aku tidak memanggilmu, kamu tidak boleh masuk ke kamar ini." -ooo0oooPertempuran dahsyat di atas puncak Bee Kun Bu tak berani bertanya lagi meskipun ia mengetahui bahwa kematian Sim Cong bukanlah urusan remeh. ia membungkukkan tubuh memberi hormat, lalu keluar dari kamar itu. Ngo Kong Toa-su berada di pekarangan belakang sedang memberi petunjuk-petunjuk kepada Ceng Loan tentang cara berlatih ilmu silat Bee Kun Bu menyampaikan pesan gurunya kepada Ngo Kong Toa-su. Kemudian diusulkannya pada Lie Ceng Loan untuk berlatih ilmu silat bersama-sama, Usul tersebut diterima dengan gembira oleh si gadis. Ngo Kong Toa-su masuk ke kamar di mana Hian Ceng Tetiang masih memperhatikan kotak yang berisi gambar peta. Ketika Ngo Kong Toa-su menghampiri ia pun terkejut Lalu kemudian bersama-sama mereka mempelajari peta itu. Di atas kain sutera putih tertulis tiga huruf yang berbunyi. "Peta asli simpanan barang-barang yang berharga" Dan di bawah tiga huruf tersebut tertulis pula suatu sajak yang berarti. "Kembali dengan rahasia dari perjalanan Pedang sakti selalu membawa jasa baru Pohon cemara menyaring sinar bulan Air bening mengalir di atas batu." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Di bawah sajak tersebut ada lukisan tiga puncak gunung yang mengapit sebuah lembah curam, di mana jalannya berliku-liku dan pohon-pohon cemara tumbuh dengan sangat suburnya, Tampak pula sebuah pohon cemara yang lebih tinggi dari pohon-pohon yang lain, dan daunnya yang rindang merupakan payung. Sinar bulan memancar melalui daun-daun pohon itu ke atas sebuah sungai yang mengalir di bawah pohon itu. Meskipun sungai itu tidak luas, tapi dalam, Sambil mengawasi Ngo Kong Toa-su, Hian Ceng Totiang berkata. "Peta asli simpanan barang-barang berharga ini adalah suatu mustika di kalangan Bu Lim. Untuk mencari peta asli ini, banyak jago-jago silat telah tewas selama seratus tahun ini. Tapi tanpa banyak kesukaran, aku telah memperolehnya,.,." Ia teringat lagi akan tewasnya Sim Gong, dan ia merasa sedih kembali Tentang sajak yang tertulis di dalam peta asli itu, telah pula kudengar sedikit Tapi tafsirannya beraneka warna," Kata Ngo Kong Toa-su. "Partai silat Kun Lun telah menjagoi di kalangan Kang Ouw beberapa puluh tahun, dan mempunyai banyak pengalaman Aku minta saudara menceritakannya." Hian Ceng Totiang tersenyum, lalu berkata: Tentang arti garis pertama: Kembali dengan rahasia dari perjalanan kita harus menceritakan kisah yang terjadi pada tiga ratus tahun yang lalu mengenai seorang yang luar biasa dan seorang Shin Ni (rahib perempuan), kedua orang tersebut mempunyai ilmu silat yang luar biasa tingginya, dan dapat dikatakan tak ada lawannya, karena ilmu silat luar maupun dalamnya telah mencapai tingkat yang tertinggi Pada zaman itu terdapat banyak partai-partai silat, tapi partai silat Siauw Lim dan Bu Tong adalah yang terkenal, dan murid-muridnya terbanyak. Lalu partai-partai silat Hua San, Kun Lun, Tiam Cong, Tong Kong, Ceng Sia, Tiang Uong, Ngo Bie menduduki urutan kedua, Partai-partai silat yang lain-lainnya, meskipun banyak jumlahnya, dan mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri, tak dapat juga menandingi ke sembilan partai silat tersebut Lagi pula tiap-tiap partai silat yang terkenal itu mempunyai jago- KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ jago silat yang lihay sekali, dan zaman itu boleh dikatakan zaman emasnya kalangan Bu Lim. Tiap-tiap partai silat yang terkenal itu, karena ingin menjagoi di kalangan Bu Lim, telah berjanji mengadu silat pedang di atas puncak gunung Sao Sit Hong, dan janji tersebut telah menarik banyak jago-jago silat untuk memperlihatkan kelihayannya, Dengan demikian daerah di sekitar puncak gunung Sao Sit Hong itu telah menjadi tempat berkumpul para jago-jago silat. Masing-masing partai dari ke sembilan partai silat yang terkenal itu mengirimkan tiga orang jago-jago silat untuk bertempur silat pedang dengan bergiliran melawan saingansaingan dari partai silat lain selama tujuh hari. Jago-jago silat dari ke sembilan partai silat itu banyak yang luka dan tewas, Partai-partai silat Hua San, Tiam Cong, Tong Kong, Hua San telah dikalahkan, dan partai-partai silat Siauw Lim, Bu Tong, Kun Lun, Ceng Sia dan Ngo Bie masuk dalam pertempuran yang menentukan Sudah pasti jago-jago silat yang harus bertempur adalah jago-jago silat yang luar biasa dari yang luar biasa kelihayannya. Tewasnya seorang jago silat, berarti hilangnya kepandaian silat yang harusnya diwariskan kepada angka tan-angkatan muda.." Ia menarik napas panjang, dan tidak meneruskan pereakapannya, Ngo Kong Toa-su yang ingin mendengar seterusnya, mendesak. "Bagaimanakah hasil pertempuran silat pedang itu? partai silat yang manakah yang keluar sebagai pemenang?" Hian Ceng Totiang terpaksa meneruskan "Jika pertempuran-pertempuran ketika itu dapat menentukan sehingga dapat pula menetapkan urutan-urutan dari partaipartai silat, mungkin dapat menciptakan keamanan di kalangan Bu Lim walaupun akan banyak memakan korban justru pada ketika para jago itu ingin bertempur, Giok liong Cin Jin buru-buru datang ke puncak Sao Sit Hong dan membujuk supaya pertempuran itu dihentikan saja, Tapi para jago silat dari kelima partai itu, yang dalam beberapa ratus tahun telah KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dipusingkan mengenai urutan-urutan tentang ketangkasan dan kelihayan silatnya masing-masing, tidak mudah dibujuk, dan tidak ingin menghentikan pertempuran yang menentukan itu, Giok Liok Cin Jin yang telah berusaha membujuk, dan melihat bahwa bujukannya itu sia-sia belaka, menjadi murka, dan dengan kedua tinjunya dilawannya jago-jago silat dari kelima partai silat Siauw, Lim, Bu Tong, Kun Lun, Ngo Bie dan Ceng Sia itu, Jago-jago silat kelima partai itu pun merasa terhina, dan bersama-sama mereka menggempurnya, Tapi... dengan ilmu silat yang tak ada taranya, Giok Liong Cin Jin dengan kedua tinjunya telah mengalahkan semua jago-jago silat dari kelima partai itu hanya dalam lebih kurang lima ratus jurus, Mereka harus mengakui bahwa Giok Liong Cin Jin mempunyai ilmu silat yang nomor satu! Dan perebutan kedudukan oleh kelima partai silat itu lenyap dengan sendirinya!" Ngo Kong Toa-su menganggukkan kepalanya dan berkata. "Giok Liong Cin Jin sebetulnya bermaksud baik, ia menghendaki semua jago-jago silat dari kelima partai yang terkenal di kalangan Bu Lim itu memelihara dan memperbaiki ilmu silatnya masing-masing, Buktinya? Bukankah ilmu silat di kalangan Bu Lim pada dewasa ini sangat terkenal?" "Giok Liong Cin Jin telah membubarkan pertempuran yang menentukan urutan masing-masing partai di puncak Sao Sit Hong," Hian Ceng Totiang meneruskan. Tapi untuk penetapan urutan itu, kelima partai silat tidak tinggal diam, Dengan segala jalan mereka berusaha mengirimkan mu rid-murid nya masuk ke dalam partai silat lain agar dapat mencuri ilmu silat dari lawan-lawannya sebagai persiapan pertempuran yang kedua kalinya, Oleh sebab itu, masing-masing partai silat sangat berhati-hati menerima murid, Disamping memperhatikan watak dan ketangkasan seorang calon murid, riwayat si calon murid tersebut sangat diperhatikan sekali untuk mencegah supaya orang dari partai lawan tidak masuk pertempuran terang-terangan dan penyelundupan calon-calon murid ke partai lain untuk mencuri ilmu silat telah berlangsung selama beberapa ratus tahun KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sehingga guru dari tiap-tiap partai khawatir mengajarkan ilmu silat yang istimewa kepada tiap-tiap murid. Namun ilmu silat dari masing-masing partai makin hari makin maju, berkat hasrat hendak menjagoi di kalangan Kang Ouw. Sangat disesalkan bahwa masih ada dua atau tiga guru silat yang mahir sekali silatnya, segan-segan mengajarkan kepandaiannya kepada murid-muridnya, Misalnya bila seorang murid telah terpilih dan beruntung akan memperoleh , ilmu silat yang luar biasa dari seorang guru, maka murid tersebut harus bersumpah setia kepada partainya, partai partai silat maju tampaknya, akan tetapi jumlah dari jago-jago silat yang telah memahami ilmu-ilmu silat istimewa dari guru masingmasing makin hari makin berkurang!" "Karena ingin memperoleh nama dan kedudukan, maka partai-partai silat dengan tak terasa telah membuat rintanganrintangan untuk seorang guru mewariskan kepandaiannya kepada seseorang murid!" Ngo Kong Toa-su berkata sambil menepuk tangan, Hian Ceng Totiang menarik napas panjang, lalu meneruskan. "Sekarang kita bereerita tentang partai silat Kun Lun! Setelah mengadu silat pedang di puncak gunung Sao Sit Hong pada waktu itu, jago-jago silat dari angkatan tua lalu dengan tekun menciptakan ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoat (memancarkan sinar) dan Tian Kang Cong Hoat (meninju bintang-bintang di La-ngit), Tapi jurus Hun Kong Kiam Hoat yang dinamakan Cui Hun Cap Ji Kiam tak dapat diturunkan kepada m u rid-murid nya. Pada dewasa ini, disamping aku dan Sutee dan Sumoay semua orang di kalangan Bu Lim mengira bahwa Hun Kong Kiam Hoat dari partai Kun Lun hanya mempunyai sembilan puluh enam jurus, sebetulnya ada seratus delapan jurus, Dua belas jurus yang tak dapat diajarkan kepada murid-murid, merupakan kelihayan daripada seluruh ilmu pedang Hun Kong Kiam Hoatl Aku, Sutee dan Sumoyku telah berjanji bahwa pada seseorang murid pilihan dapat diajarkan setelah ketiga orang setuju Kini aku telah merubah pikirau Aku melanggar janji kami bertiga itu, dan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ mengambil keputusan mengajarkan Cui Hun Cap Ji Kiam ini kepada Bee Kun Bu. Anak itu cerdas dan wataknya baik sekali, Tapi ia sangat pemurah hati. ia telah belajar padaku selama dua belas tahun, dan jika telah kuajarkan Cui Hun Cap Ji Kiam padanya, tak dapat lagi aku mengajarnya ilmu yang lain." Hian Ceng Totiang tertawa keras, dan suara tertawa itu mirip seperti bunyi seekor naga atau raung seekor macan sehingga api dari kedua lilin yang di atas meja itu tergetar Ngo Kong Toa-su menjadi heran dengan suara tertawa yang ganjil itu, dan ia terus mengawasi sikap rekannya. "Kunci daripada semua urusan ini ada di dalam peta asli ini!" Hian Ceng Totiang berkata sambil tertawa. "Pertandingan silat pedang di atas puncak Sao Sit Hong oleh kelima partai telah gagal, dan urutan dari kelima partai silat itu belum lagi ditetapkan, dan meskipun para jago silat dari kelima partai tersebut belum merasa puas, akan tetapi Giok Liong Cin Jin meninggalkan suatu peringatan ia berkata bahwa ilmu silat dari partai manapun sama baiknya, dan para jago-jago silat harus seperti saudara jangan berebut nama atau kedudukan ia pun berkata bahwa ia tak akan tinggal diam jika masih ada jago-jago silat yang bertempur untuk merebut kedudukan atau nama, Tapi maksudnya yang baik itu telah memusingkan dirinya senti iri!" Tapi dengan ilmu silat yang demikian lihaynya, mengapa ia bisa menjadi pusing?" Bertanya Ngo Kong Toa-su. "Dunia ini luas," Sahut Hian Ceng Totiang. "Kadang" Kadang kita menyaksikan hal-hal yang luar biasa, Betul Giok Liong Cin Jin mempunyai ilmu silat yang demikian lihay, sehingga dengan seorang diri ia dapat menaklukkan para jago silat dari kelima partai silat yang terkenal tetapi ia tetap manusia, ia dapat meninggal dunia jika tiba saatnya, Menurut cerita sarang ilmu silatnya itu didapat-nya dari sebuah buku, bukan dari seseorang guru. Ten-tang riwayatnya, orang pun tidak mengetahui Sebelum sembilan partai silat pergi ke KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ puncak Sao Sit Hong mengadu silat, semua orang di kalangan Kang Ouw belum pernah mendengar namanya, Tapi setelah ia tiba di puncak itu dan menaklukkan para jago silat, namanya segera terkenal di seluruh kalangan Kang Ouw, dan ia dipuja sebagai jago silat nomor satu dan ia dipanggil Tian Sia Bu Kong Tee It Giok Liong Cin Jin." Tapi mengapa kedudukan nomor satu itu mencelakakannya?" Tanya Ngo Kong Toa-su. Sambil menggoyang-goyangkan kepalanya Hian Ceng Totiang menyahut. "Di kalangan Bu Lim, meskipun kita mempunyai ilmu silat yang luar biasa, dan memandang harta benda hanya sebagai rumput, namun sifat manusia tak banyak berbeda Giok Liong Cin Jin dengan kedua tinjunya telah menaklukkan para jago silat, sehingga ia dapat julukan Tian Sia Bu Kong Tee It (jago silat nomor satu di kolong langit). Nama ini telah menimbulkan iri hati seorang yang bertabiat ganjil, Orang itu bukan saja seorang wanita tapi juga seorang rahib. Pada tahun ketiga setelah Giok Liong Cin Jin menaklukkan para jago silat di puncak Sao Sit Hong, rahib wanita itu, yang bernama Sa Im Shin Ni dengan tidak menghiraukan jarak yang jauh telah datang dari pegunungan Altai di sebelah Barat ke Timur, ia datang ke desa Ceng Yun Giam di kaki pegunungan Koat Cong San di propinsi Cek-kiang untuk mengadu silat dengan Giok Liong Cin Jin. Mulailah suatu pertempuran yang maha dahsyat di desa Ceng Yun Giam itu, pertempuran itu berlangsung selama tiga hari tiga malam, dan telah lebih dari lima ribu jurus yang dijalankan! Namun demikian belum ada juga tampak siapayang kalah dan siapa yang menang! Pada hari ke empat, masing-masing menggunakan seluruh tenaga dalamnya, dan demikian dahsyatnya pertarungan tersebut sehingga keduaduanya luka parah dan kedua-duanya kalah. Masing-masing mengetahui bahwa mereka tak akan lama lagi hidup dan dalam keadaan payah itu, kedua-duanya jadi KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ berkawan, Mereka tidak mempunyai murid, Bersama-sama mereka mengarang kemahiran dan kepandaian silatnya dan menjadikannya tiga Jilid buku, yang mereka simpan di dalam sebuah gua batu di pegunungan Koat Cong San, dan bukubuku tersebut mereka namakan Kui Goan Pit Cik yang artinya sebagai berikut. "Semua ilmu silat dari segala jurusan mengalir ke satu tempat, dan tak dapat menyimpang dari tujuannya Setelah selesai menyusun tiga buku tersebut, mereka menggambar sebuah peta yang bernama peta asli simpanan barang-barang berharga atau Cong Cin To, dan yang memberi petunjuk tempat tersimpannya barang-barang berharga itu. Cong Cin To itu ditaruh di dalam sebuah kotak dari batu Giok, dan disembunyikan di antara dua jurang. Kemudian kedua orang-orang yang aneh itu meninggal dunia di pegunungan Koat Cong San. Kisah tersebut telah turun temurun sehingga sekarang selama tiga ratus tahun lebih, Semua partai silat di kalangan Bu Lim selalu mencurahkan perhatiannya dan berusaha memperoleh peta aslinya untuk mendapatkan buku-buku ilmu silat itu. Disamping jago-jago silat, juga orang-orang sakti yang telah bertapa, perampok- perampok yang kejam, semuanya dengan segala jerih payah berusaha mendapatkan peta tersebut, dan kemudian buku-buku itu. Pada seratus tahun yang lewat peta itu telah didapat oleh seorang perampok besar. Tapi ia terlampau kejam dan dengan sendirinya banyak musurmya. Ditambah pula dengan amat banyaknya jago-jago silat yang menghendaki peta asli ini. Betapapun juga tingginya ilmu silatnya, setelah ketahuan ia yang mendapat peta asli itu, ia segera dikejar-kejar dan tak dapat lagi ia menghindarkan diri dari penganiayaan atau keroyokan orang lain yang menghendaki peta ini. Kemudian peta asli ini berpindah-pindah tangan entah beberapa kali, dan entah berapa pula jiwa yang telah melayang karenanya, Tapi belum terdengar bahwa buku-buku Kui Goan Pit Cik tersebut telah didapat orang, Aku pun tak KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ mengetahui bagaimana caranya Sim Cong memperoleh peta asli Cong Cin To ini. Kedua siluman dari sebelah selatan sungai telah mengejar dan membunuh mati Sim Cong karena ingin merebut Cong Cin To ini!" Ia menarik napas panjang dengan wajah terharu! Ngo Kong Toa-su bertanya lagi. "Peta asli Cong Cin To telah jatuh di tanganmu.... Apakah yang hendak kau lakukan? Apakah kau ingin mencari buku-buku Kui Goan Pit Cik?" Hian Ceng Totiang menganggukkan kepalanya dan menyahut. "Setelah kuajarkan Cui Hun Cap Ji Kiam kepada muridku Bee Kun Bu, aku siap membawa tubuhku yang sudah tua ini untuk dikuburkan di pegunungan Koat Cong San. Coba pikir, selama tiga ratus tahun lebih semua partai-partai silat berusaha mempertahankan perdamaian. sebetulnya mereka mencurahkan semua tenaga mencari Kui Goan Pit Cik itu. Dalam seratus tahun ini, partai silat Hua San rupanya yang menjagoi di kalangan Bu Lim. Dan semenjak gurunya Tu Wee Seng, yang dikatakan mempunyai delapan lengan karena jurus silatnya yang cepat bagaikan kilat itu, menerima muridmurid, maka banyak sekali jago-jago silat f berkecimpung di kalangan Bu Lim. peristiwa yang memalukan di puncak Sao Sit Hong, tak dapat dilupakan oleh semua partai-partai silat Misalnya partai silat Tian Liong yang tiba-tiba timbul di propinsi Kwi-ciu. Hanya dalam jangka waktu dua puluh tahun, pengaruhnya telah menjalar hampir di seluruh daerah sebelah Selatan sungai Kepala dari partai silat Tian Liong itu, Souw Peng Hai, bersama-sama dengan partai-partai cabangnya yang menggunakan bendera-bendera merah, kuning, biru, putih dan hitam telah mengumpulkan semua jago-jago silat yang tak berpartai dengan maksud mendirikan sebuah partai silat yang besar disamping ke sembilan partai silat yang terkenal itu. Pada dewasa ini, keadaan di kalangan Kang Ouw tampaknya tenteram saja, Tapi, keadaan yang sebenarnya sangat tegang, Aku kira pertarungan yang kedua kalinya untuk menetapkan urutan kedudukan di kalangan Kang Ouw tidak KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ lama lagi terjadi!" Ia berhenti sejenak, lalu meneruskan. "Bukubuku Kui Goan Pit Cik rupanya akan mempunyai hubungan yang erat dengan nasib partai-partai silat kalangan Kang 0uw. Jika buku-buku tersebut jatuh ke tangan orang-orang yang jahat, tak dapat kita bayangkan betapa hebat akibatnya. Untuk mencegah itu, aku harus pergi ke pegunungan Koat Cong San. Tetapi urusan itu tak dapat dilaksanakan oleh satu orang. Jika kau mempunyai hasrat untuk turut dengan aku,., tapi kau adalah seorang pendeta yang selalu bertindak bijaksana, dan mungkin tidak sudi mengambil resiko, Ya... jika kau tidak sudi turut, aku pun tak dapat memaksa kau. Aku harus mengajari Bee Kun Bu ilmu silat Cui Hun Cap Ji Kiam, Diwaktu aku hendak berangkat, aku akan mengajak kau lagi." Ngo Kong Toa-su menundukkan kepalanya yang penuh dengan berbagai-bagai pikiran. Tiba-tiba ia mengangkat kembali kepalanya dan berkata dengan khidmat. "Urusan ini besar sekali hubungannya dengan nasib kalangan Bu Lim. Aku si tua bangka tidak dapat menolak Lagi pula usiaku sudah lanjut Mati atau hidup tak ada artinya lagi bagiku, Aku hanya khawatir tentang Ceng Loan, karena ia seorang anak piatu, dan ia mempunyai tugas untuk membalas dendam...." Belum lagi habis pembicaraan itu, Hian Ceng Totiang berkata sambil ter-senyum. "Urusan Loan Jie, telah kuatur, Jika kau sudi dan memperkenankan ia masuk partai silat Kun Lun, aku dapat menulis surat kepada Sumoayku (saudari seperguruan) Giok Cin dan Loan Jie dapat bernaung di bawah penjagaannya, Kedua siluman dari sebelah Selatan sungai telah kabur, dan telah mengetahui tentang peta asli Cong Cin To ini. Kuil San Ceng Koan ini tak dapat dipertahankan lebih lama lagi. Tidak sampai sebulan, pasti ada orang yang datang menyerbu. Oleh karena itu, sebelum aku berangkai aku harus memindahkan kedua anak-anak itu ke tempat yang aman." Sambil tertawa Ngo Kong Toa-su menyahut. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Jika ia dapat diterima masuk partai silat Kun Lun, ia akan memperoleh banyak i1mu. Aku si tua bangka rela mati di pegunungan Koat Cong San. Hanya ia memikul beban untuk membalas dendam, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ketika ibunya hendak menarik napas penghabisan ia berpesan kepadaku agar ia bila sudah besar membalas dendam dan membunuh mati musuh orang tuanya, Urusan ini harus kuberitahukan kepadanya, Dan pembalasan dendam itu harus dilaksana-kannya, Apakah pembalasan dendam itu tidak akan memusingkan partai silat Kun Lun? Ya... aku harus berterus-terang, supaya jangan sampai menjadi penyesalan," Dengan wajah yang khidmat, Hian Ceng Totiang berkata " Apakah Ceng Loan Bukan puterinya Li Kwi Cee?" Si pendeta itu segera berubah wajahnya dan ia bertanya kembali. "Bagaimana... bagaimana kau mengetahui urusan ini?!" Sambil menarik napas Hian Ceng Totiang menceritakan kisahnya. "Kira-kira lima belas tahun yang lampau, suami isteri Li Kwi Cee, ketika melewati sebuah gunung, telah menjumpai kecelakaan, peristiwa tersebut telah diketahui oleh banyak orang-orang di kalangan Kang Ouw, Tapi aku mohon supaya kau tidak memberitahukan riwayatnya ini pada Ceng Loan, karena yang membunuh kedua suami isteri Li Kwi Gee itu adalah Ouw Lam Peng, si kaki terbang, dan ia telah masuk partai silat Tian Liong dan menjadi kepala cabang bendera merah dari partai tersebut Soal pembalasan dendam itu sebaiknya ditunggu sampai ada ketika yang baik, dan tak dapat dilakukan dengan sembrono, jika kau beritahukan Ceng Lian sekarang, sama juga artinya dengan kau mencelakakannya." Ngo Kong Toa-su membuka matanya lebar-lebar dan dengan tubuh gemetar ia berseru. "Jika demikian halnya, aku si tua bangka ini yang harus gempur Ouw Lam Peng!" Hian Ceng lotiang tersenyum, dan berkata. "Jika kau gempur Ouw Lam Peng, aku yakin kau akan menang, Soalnya... ialah orang-orang partai Tian Liong amat banyak Lagi pula kepala dari partai Tian Liong itu, Souw Peng Hai, adalah seorang jago silat yang lihay sekali pada dewasa ini. Mungkin kau pernah mendengar bagaimana ia seorang diri menaklukkan empat orang musuh-musuhnya! Empat jahanam KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ itu di propinsi Su-coan dan Hupeh telah berbuat sewenangwenang, dan meskipun jago-jago silat dari partai-partai Bu Tong, Ngo Bie, Ceng Sia telah berusaha mengepung mereka, tetapi mereka dapat memukul kocar-kacir lawan-lawannya, dan orang-orang dari ketiga partai silat itu telah menderita luka-luka. Ketika Souw Peng Hai melalui sebuah jalan di propinsi Hupeh, pada suatu ketika berjumpa dengan keempat jahanam-jahanam itu, dan hanya dalam semalam saja telah dapat keempat-empatnya ditaklukkannya kemudian diterima mereka sebagai anggota partai Tian Liong, peristiwa ini telah tersiar di kalangan Bu Lim selama tiga tahun yang lampau. Pada dewasa ini partai Tian Liong dengan semua cabangcabangnya rupanya menjagoi diantara ke sembilan partai yang telah terkenal jika aku tak salah meramalkan, di dalam jangka waktu sepuluh tahun ini akan timbul perubahan besar, mungkin juga banyak jago-jago silat akan binasa dalam pertarungan-pertarungan yang hebat Urusan pembalasan dendam dari Lie Ceng Loan, harus kita lakukan dengan hatihati. jika ia telah masuk partai Kun Lun, ia pasti dijaga dan dilindungi oleh kami dari partai Kun Lun." Ngo Kong Toa-su menarik napas panjang, lalu berkata. "Aku sebetulnya sudah tidak hendak memusingkan kepala lagi mengenai urusan di dunia ini. Tapi urusan Ceng Loan ini senantiasa melekat di pikiranku Orang tak dapat berlaku acuh tak acuh terhadap kejadian-kejadian di sekitarnya selama ia masih bernapas Baiklah, aku pulang dahulu ke kuil Hua Lim Si. Aku si tua bangka ini yang ingin mati di pegunungan Koat Cong San harus lebih dahulu menyerahkan urusan kuil Hua Lim Si ke-. pada orang lain. Nanti tiga hari lagi, aku datang kembali ke sini untuk mengajarkan ilmu silat tinju Cap pwee Lo Han Cong kepada muridmu." Lalu ia berdiri, Setelah ia berada di luar kamar, dengan mengipaskan lengan baju-nya, ia telah menghilang dengan cepat, menuju ke kuil Hua Lim Si. Setelah lewat tiga hari Ngo Kong Toa-su betul-betul kembali ke kuil San Ceng Koan, Kali ini ia membawa sebuah KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ toya, Lalu dalam jangka waktu setengah bulan kedua orang sakti itu masing-masing mengajarkan ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam dan ilmu silat tinju Cap Pwee Lo Han Cong kepada Bee Kun Bu. Jurus Cui Hun Cap Ji Kiam itu adalah jurus yang lihay sekali dari partai Kun Lun. Lie Ceng Loan belum masuk partai Kun Lun maka Hian Ceng To Tiang tidak dapat mengajarkan jurus itu kepadanya, Jurus Cap Pwee Lo Han Cong telah dipahami oleh Lie Ceng Loan, maka dalam setengah bulan itu, Bee Kun Bu sangat sibuknya, sebab siang hari ia harus mempelajari ilmu tinju dan malam hari ilmu silat pedang, apalagi jurus Cui Hun Cap li Kiam itu sangat sulit Dalam setengah bulan Bee Kun Bu telah paham seluk beluk ilmu itu, akan tetapi ia belum mahir menggunakannya. Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo Kemelut Blambangan Karya Kho Ping Hoo Pendekar Muka Buruk Karya Kho Ping Hoo