Ceritasilat Novel Online

Bangau Sakti 12


Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 12


Bangau Sakti Karya dari Chin Tung   Giok Siu Sian Cu berkata lagi: Tanpa aku sebagai penunjuk jalan, kau tak dapat keluar dari pegunungan ini."   Dengan tegas Bee Kun Bu menyahut.   "Aku bisa datang ke pegunungan Cie Lian San, dan aku bisa keluar juga."   Lalu ia loncat keluar, Di luar Sin Goan Tong sedang sibuk melawan delapan Hweeshio yang bersenjata kaitan dan lembing pendek, Bee Kun Bu harus membuka jalan melalui Hweeshiohweeshio itu untuk berlalu dari tempat itu, karena semua tempat seakanakaan dikurung oleh Hwee-shio-hweeshio itu, Dari belakangnya ia merasakan hembusan angin, ternyata Giok    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   Siu Sian Cu telah membantu melawan Hweeshio-hweeshio itu, Bantuan ini membesarkan hatinya Sin Goan Tong.   Satu sabetan dari toyanya ia desak mundur seorang Hweeshio, dan satu tendangan lagi mengirim Hweeshio itu terguling jatuh ke bawah jurang! Sin Goan Tong sendiri dapat melawan delapan Hweeshiohweeshio itu, Dengan dapat bantuannya Giok Siu Sian Cu, maka dalam sekejap saja dua Hweeshio menderita luka parah.   Demikianlah dari kedelapan Hweeshio telah ketinggalan lima orang.   Sin Goan Tong, yang melihat Bee Kun Bu hanya menonton, segera ia ingin memperlihatkan kelihayan ilmu silatnya, Dengatr satu seruan, ia menyerang dengan beringasnya dua Hweeshio sekaligus dengan toyanya, sedangkan sisanya, satu persatu dibikin jatuh terjungkal oleh Giok Siu Sian Cu.   Dengan kesempatan itu Bee Kun Bu loncat keluar dari tempat itu untuk kemudian menuju ke lereng gunung, Tapi gerak-geriknya telah diperhatikan oleh Giok Siu Sian Cu yang menjadi makin sakit hati.   ia berpikir HJika aku kejar Bee Kun Bu, Sin Goan Tong pasti mengikuti aku.   Dengan silatnya berbandingan dengan si ia t ku, ia dapat selalu mengganggu kehendakku Paling baik dengan kesempatan ini aku beresi ia du!u, dan aku masih mempunyai cukup waktu untuk mengejar Bee Kun Bu."   Dengan ketetapan itu, ia membiarkan Bee Kun Bu ngeloyor pergi, Sin Goan Tong juga telah memperhatikan Bee Kun Eu, tetapi ia mempunyai perhitungan lain, ia masih merasa curiga bahwa Bee Kun Bu itu adalah saudara angkatnya Giok Siu Sian Cu, maka larinya Bee Kun Bu adalah hal yang ia harapkan, Dengan perhitungan-perhitungan yang berlainan itu, mereka terus melawan Hweeshio-hweeshio itu, Sin Goan Tong sengaja memperpanjang waktu memberikan kesempatan Bee Kun Bu lari lebih jauh, dan Giok Siu Sian Cu mencari kesempatan menghantam Sin Goan Tong.      KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   Setelah semua Hweeshio dihajar kucar-kacir, tiba-tiba dengan ilmu Hiap San Cao Hai atau menjepit gunung loncat ke laut, Giok Siu Sian Cu menyerang Sin Goan Tong, Sin Goan Tong terkejut, ia lekas-lekas mengegos sambil kirim satu jotosan ke arah serangan itu, justru pada saat itu, terdengar suara tertawa yang keras dan lama, dibarengi tampaknya bayangan putih yang turun dari atas ke tanah dan mendesak mundur Sin Goan Tong tiga kaki, Giok Siu Sian Cu juga terdesak mundur, dan insyaf bahwa lawan yang kuat telah datang, ia balik menyerang musuh yang baru datang dengan demikian ia membantu Sin Goan Tong lagi, Orang yang baru datang itu betul-betul tinggi ilmu silatnya, Dengan tangan kanannya ia tahan serangan Giok Siu Sian Cu dengan ilmu Hun Ceng Ceng Tan atau angin taufan menyapu abu, dan dengan tangan kirinya ia kirim satu jotosan dengan ilmu Sin Liong Hian Cao atau naga sakti membuka kuku kepada Sin Goan Tong, Kedua lawannya harus mundur lagi untuk mengelakkan jurus-jurus yang berbahaya itu, Lalu dengan suara keras ia membentak Sin Goan Tong.   "Hweeshio-hweeshio dari kuil kami belum pernah berselisih dengan partaimu, mengapa kau menghajar mereka? Dan dengan ilmu tinju Sam Im Ciangmu kau telah melukai muridmurid kami, bahkan datang masuk ke tempat terlarang di kuil kami mencuri buah Sie Can Ko. Apakah maksudmu?"   Orang yang membentak itu adalah seorang Hweeshio berjubah putih, tubuhnya kecil dan kate, berusia enam puluh tahun lebih, dan adalah salah satu dari ketiga guru dari Hweeshio-hweeshio di kuil Toa Ciok Sie.   Dengan sikap waspada Sin Goan Tong memandang ke arah Hweeshio yang kecil dan kate itu, ia berpikir Hweeshio tua ini sampai keluar dari kuil! urusannya pasti makin sulit dan gawat kali ini aku rupanya harus bertempur mati-matian untuk meloloskan diri!"   Sebelum ia menyahut ia memandang ke arah Giok Siu Sian Cu, dan berbisik.   "Hweeshio yang datang itu adalah salah satu ketiga guru dari kuil Toa Ciok Sie dan bernama Ku Hoat Leng Kong, Kita harus melawannya dengan hati-hati!"    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   Giok Siu Sian Cu menyengir dan menyahut.   "Mustahil kita berdua takut melawan dia seorang?"   Belum lagi Sin Goan Tong menyahut, Ku Hoat Leng Kong telah mengawasi Giok Siu Sian Cu, dan membentak "Liehiap ini mungkin orang yang pernah curi buah Sie Can Ko pada tiga tahun berselang!"   Dengan tabah Giok Siu Sian Cu menjawab.   "Betul! Orang itu atau tepatnya Hweeshio yang baru datang sungguh tinggi Ilmunya, dengan tangan kanan menahan serangan Glok Siu sian Cu, tangan kirinya menggunakan ilmu Naga Saktl membentangkan kuku, menyerang Sln Goan Tong. Buah Sie Can Ko itu betul-betul mustajab Tiga tahun berselang aku pernah makan satu, dan aku tak bisa lupa. Setelah lewat tiga tahun, aku kembali datang untuk mengambil satu iagi!"   Ketika itu beberapa Hweeshiohweeshio yang telah dipukul jatuh telah datang lagi, maka Ku Hoat Leng Kong menanya.   "Kalian datang dengan berapa orang?"   Seorang Hweeshio yang berjubah kuning menyahut sambil membungkukkan diri: Teceu telah datang dengan delapan orang, tetapi empat diantaranya telah luka parah, dan dua diantara mereka belum ketahuan apakah masih hidup atau sudah mati."   Dengan kedua mata terbelalak Ku Hoat Leng Kong memandang kepada Sin Goan Tong, kemudian kepada Giok Siu Sian Cu. ia membentak.   "Rupanya kalian berdua anggap diri kalian pandai ilmu silatnya karena telah mengalahkan delapan murid-muridku!"   Lalu secepat kilat ia menyebutkan kedua lengan bajunya dengan ilmu Soan Hong Sao Hay atau angin taufan menyapu lautan.   Dengan sepasang toyanya Sin Goan Tong berusaha menangkis serangan dahsyat itu, sedikit lengah saja ia akan tersapu jatuh ke dalam jurang karena tempat pertempuran itu    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   berada di pinggir suatu jurang yang curam.   Begitu juga Giok Siu Sian Cu menangkis dengan seruling batu Gioknya untuk menghindarkan dirinya dari tempat itu ke dalam jurang! Lalu dengan serentak mereka bertindak maju dan menyerang si Hweeshio tua tanpa senjata itu yang selalu berusaha mendesak lawannya ke pinggir jurang, Demikianlah mereka bertempur dengan sengit sekali selama beberapa jurus, Giok Siu Sian Cu berpikir "Hweeshio tua ini lihay! Untung aku belum melukai Sin Goan Tong, dengan berdua aku dapat melawan si Hweeshio tua ini!"   Setelah sapu dengan lengan baju yang gagal, Ku Hoat Leng Kong menggunakan ilmu silat tinjunya Cu Si Ciang (tinju jalan laba-laba) melawan kedua lawannya itu.   Te-tapi setelah lewat beberapa jurus, ia merasa heran bahwa masih juga ia belum dapat mengalahkan mereka, karena ilmu silat Cu Si Ciang itu dapat mendorong musuh dengan angin tinjutinjunya, dan bila ia dapat menyentuh tubuh musuh, maka musuh itu pasti kena ditotok jalan darahnya sehingga menjadi lumpuh.   Serangan-serangan yang di-lancarkannya sangat cepat sehingga lawannya harus menangkis mengegos atau berkelit diri dengan tak berkesempatan melakukan seranganserangan pembalasan! Namun Ku Hoat Leng Kong juga tidak mudah mengalahkan kedua lawannya yang-tinggi sekali ilmu silatmu.   Pada suatu saat, Sin Goan Tong dan Giok Siu Sian Cu telah terdesak sampai ke pinggir jurang, Dengan tinju kiri Giok Siu Sian Cu menangkis serangan, tapi tangan yang memegang seruling batu Giok membalas menye-rang, Sin Goan Tong pun sambil menjerit membalas menyerang dengan kedua toyanya, Si Hweeshio tua terpaksa loncat mundur untuk menghindari serangan-serangan maut itu.   Biasanya, hanya di dalam dua puluh jurus Giok Siu Sian Cu pasti dapat mengalahkan lawannya, Mungkin si Hweeshio tua itu lebih tinggi ilmu silatnya dan masih dapat memberikan perlawanan yang gigih.   Setelah pertempuran berlangsung hampir lima puluh jurus, sekonyong-konyong si Hweeshio itu loncat ke    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   belakang lima kaki jauhnya, ia berdiri tegak, kedua matanya terbelalak, dadanya seakan-akan menjelut ke depan. Giok Siu Sian Cu ingin menyerang dengan seruling batu Gioknya, tapi Sin Goan Tong segera berteriak mencegah nya.   "Jangan maju! Lekas mundur! Si Hweeshio tua itu akan melancarkan Pek tok Ciangnya (tinju berbisa) dengan seratus perubahan!"   Teriakan itu disusul dengan mencekal pergelangan tangan kanannya Giok Siu Sian Cu yang memegang seruling, dan membetot ke belakang untuk diajak lekas-lekas turuti dari jurang itu! "Ha! Ha! Ha!"   Tertawa si Hweeshio tua.   "Apakah kalian kira bisa lari hidup-hidup dari pegunungan Cie Lian San ini?!"   Talu dengan mengebut kedua lengan bajunya si Hweeshio loncat menerkam lawan-lawannya, bagaikan seekor burung elang terbang menyambar seekor anak ayam! ilmu meringankan tubuh dari ketiga orang itu luar biasa sekali, sekejap saja mereka telah turun beberapa ratus tombak ke bawah jurang, Sin Goan Tong melihat bahwa si Hweeshio tua terus mengejar, ia berpikir "Aku harus menyerang dulu sebelum ia melancarkan Pek Tok Ciangnya, Lalu ia behenti dan membentak.   "Hei! Hweeshio durhaka! Rasai tinju San Im Ciangku ini!"   Bentakannya itu dibarengi dengan tinju San Im Ciangnya ke arah Hweeshio, San Im Ciang itu dahsyat sekali, dan anginnya dapat melukai paru-paru.   Ku Hoat Leng Kong tak berani menangkis, ia mengegosi sambit loncat ke samping.   Kesempatan itu digunakan oleh Giok Siu Sian Cu untuk lari dan meloloskan diri, Sin Goan Tong menyerang lagi, dan Hweeshio tua harus mengegos dan loncat mundur lebih jauh lagi.   Lalu Sin Goan Tong pun lari meloloskan diri! Ketika si Hweeshio berdiri tegak lagi, kedua lawannya sudah lari jauh sekali! Dengan gusar ia kebaikan kedua lengan bajunya sehingga daun-daun dan cabang-cabang pohon yang kecil berhamburan ia kembali untuk memeriksa kerugian yang diderita murid-muridnya.      KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   Dari delapan Hweeshio-hweeshio, ada dua telah tewas! De-ngan mengerutkan keningnya, Ku Hoat Leng Kong berkata: Tok)l! Mustahil delapan orang tak dapat melawan mereka berdua! sekarang tunggu apalagi! Lekas bawa mayatmayat kawanmu ke kuil!"   Semua murid-muridnya hanya menundukkan kepala tak berani menjawab Mereka segera gotong mayat-mayat kawannya kembali ke kui1.   Si Hweeshio tua itu masih belum dapat meredakan marahnya ia lontarkan tinjunya ke arah satu batu gunung yang besar, dan anginnya membikin hancur batu itu.   Lalu dengan satu siulan yang keras dan dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh ia pun pergi berlalu dari tempat itu! Setelah gelanggang pertempuran menjadi sunyi, Bee Kun Bu keluar dari belakang satu batu gunung yang besar, seluruh tubuhnya penuh batu pasir, tanah, daun-daun dan ranting pohon, ia telah bersembunyi di belakang batu gunung itu ketika Sin Goan Tong dan Giok Siu Sian Cu sedang bertempur melawan Ku Hoat Leng Kong, sebetulnya ia hendak cepat-cepat berlalu, akan tetapi ia ingat bahwa Pek Yun Hui akan datang lagi, maka ia balik kembali dan beristirahat di belakang batu gunung yang besar itu! ia merasa kagum sekali melihat ilmu silat si Hweeshio tua tadi, terutama tinju Pek Tok Ciang yang menghancurkan satu batu gunung yang besar Di dekat tempat pertempuran berserakan beberapa kaitan dan lembing-Iembing yang telah ditinggalkan Hweeshiohweeshio tadi, dan di beberapa tempat darah berhamburan ia jemput satu kaitan dan memeriksa senjata itu: lalu mengenangkan peristiwa-peristiwa dan petualanganpetualangan yang ia telah jumpai semenjak ia keluar dari kuil San Ceng Koan.   Peristiwa-peristiwa dan petualangan-petualangan itu bukannya impian.   Semuanya kenyataan-kenyataan, Terbayanglah Lie Ceng Loan, Souw Hui Hong, Pek Yun Hui dan Giok Siu Sian Cu tersenyum melihat ia, Mereka    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   semuanya baik sekali dan menaruh kasih sayang terhadap ia.   Soal asmara yang rumit itu, bagaimanakah ia harus memecahkannya? Kenangan-kenangan itu membuat ia diam terpaku, Entah kapan, Pek Yun Hui telah berada di belakangnya, Sebelum ia menegur, Pek Yun Hui telah berkata sambil tersenyum.   "Apakah yang kau sedang pikir? Mukamu penuh pasir dan tanah, tapi kau tidak membersihkannya,"   Lalu ia keluarkan sapu tangan dan menyekal pasir dan tanah di mukanya Bee Kun Bu.   "He?!"   Tiba-tiba ia berseru.   "Penyakitmu telah sembuhkah...?"   Bee Kun Bu mengangguk dan menyahut sambil tersenyum.   "Aku telah makan buah Sie Can Ko, dan kini aku merasa lebih bersemangat dari pada sebelum menderita sakit Buah Sie Can Ko itu betul-betul sangat mujarab, Tapi apakah Co Hiong telah tertolong?"   "la telah dikepung oleh beberapa Hweeshio-hweeshio dari kuil Toa Ciok Sie. Aku telah berusaha mencari ia agak lama tanpa hasil sebetulnya aku ingin kembali dulu ke sini, tetapi aku ingat bahwa kau akan menjadi marah jika aku tidak menolong kawanmu,"   Kata Pek Yun Hui. Dengan tak sabaran Bee Kun Bu menanya lagi: Tapi ia tertolong atau tidak?"   Tolol!"   Sahut Pek Yun Hui.   "Jika aku tidak dapat menolongnya, bagaimanakah aku ketahui bahwa ia telah dikepung oleh Hweeshio-hweeshio dari Toa Ciok Sie? Untuk mencari ia, aku telah mendaki lebih kurang dua puluh puncakpuncak gunung. Hweeshio-hweeshio itu aku telah lukai dengan jalan menotok jalan darahnya, Dua Hweeshio luka parah dan satu lagi telah dibunuh mati oleh kawanmu."   Terima kasih, dan kini Co Hiong itu berada di mana?"   Tanya Bee Kun Bu.    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   "Sabar,"   Sahut Pek Yun Hui.   "Aku ingin mengetahui dari mana kau peroleh buah Sie Can Ko itu?"   Bee Kun Bu lalu menceritakan hal ihwalnya ia makan buah Sie Can Ko itu, Pek Yun Hui berkata dengan mata terbelalak "Ha! Giok Siu Sian Cu itu sebetulnya satu perampok wanita di kalangan Kang-ouw. Bila aku menjumpai ia aku pasti bunuh mati padanya!"   Bee Kun Bu merasa tersinggung, dan ia menanyai "Kau tak mempunyai dendam terhadap ia, kau hanya membenci saja, mengapa kau harus membunuh ia mati?"   Pek Yun Hui tak menjawab"   Ia merasa malu akan ucapannya itu. ia menundukkan kepalanya, dan kemudian berkata lagi.   "Aku maksudkan ia satu perampok wanita, karena ia hendak merampas kau dari Lie Ceng Loan, Sumoymu yang kau cintaL Apakah aku telah salah omong?"   Sambil menganggukkan kepalanya Bee Kun Bu menyahut "Kau betuI, aku minta maaf."   Ia merasa bahwa ia tak mengenal budi ketika melihat mukanya Pek Yun Hui menjadi merah.   Lalu ia pun tundukkan kepala, tidak berani melihat Pek Yun Hui, Pek Yun Hui merasa kasihan melihat sikapnya Bee Kun Bu.   Sambil tersenyum ia menegur "Mengapa kau diam saja? Apakah kau khawatir aku menjadi marah?"   "Melihat wajahmu, aku betu(-betul khawatir kau menjadi marah,"   Kata Bee Kun Bu.   "Aku sendiri tidak marah terhadap kau,"   Sahut Pek Yun Hui.   "Apakah kau masih ingat di mana kita berjumpa pertama kali?"   Bee Kun Bu memikir sejenak, lalu menyahut.   "Apakah bukan di lembah pegunungan Koat Cong San?"   "Betul,"   Sahut Pek Yun Hui.   "ingatanmu baik sekali."   Bee Kun Bu tersenyum, lalu mengangkat kepalanya dan menanya lagi.   "Ketika kita berjumpa di pegunungan Koat Cong San, Susiokku telah    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   memperoleh kulit ular hitam Apakah kulit ular itu telah diambil olehmu?"   "Kulit ular hitam itu sukar sekali diperolehnya,"   Kata Pek Yun Hui.   "Bangauku tiap-tiap hari terbang di atas pegunungan Koat Cong San mencari ular hitam yang demikian, telah berusaha bertahun-tahun tetapi hasilnya tetap nihil pada suatu hari bangau putihku telah menjumpai ular hitam itu, dan telah mematuknya mati. Lalu dengan meninggalkan bangkai ular itu, ia terbang mencari aku. Tapi kalian telah naik di pegunungan itu dan menemui mayat ular itu untuk dibersihkan dan diambil ku!itnya, Untung sekali telah membersihkan kulit ular tersebut dengan teliti, dan aku tak usah membereskannya lagi."   "Menurut Susiokku, kulit ular itu dapat menahan tusukan atau bacokan senjata tajam, dan sangat dihargai oleh para jago silat di kalangan Kang-ouw. Setelah Susiokku kehilangan kulit ular hitam itu, ia menjadi kecewa."   Bee Kun Bu goyanggoyang kepalanya dan menyahut.   "Aku tidak mempunyai hasrat memiliki benda serupa itu, aku harap kau jangan buat pikiran."   Ia berhenti sejenak, lalu ia menanya lagi.   "Kau telah bilang bahwa Lie Ceng Loan telah tertolong kini ia berada di manakah? Bolah kita sekarang pergi tengok padanya?"   Pek Yun Hui menjawab dengan anggukkan kepalanya, lalu ajak Bee Kun Bu pergi ke tempat di mana Lie Ceng Loan sedang beristirahat Bee Kun Bu insyaf bahwa ia tak dapat menandingi Pek Yun Hui dalam soal ilmu meringankan tubuh, akan tetapi setelah ia makan buah Sie Can Ko bukan saja penyakitnya telah sembuh, bahkan ia merasa semangatnya telah banyak bertambah perjalanan di waktu malam itu dapat ia lakukan dengan cepat sekali Pek Yun Hui tampaknya tidak mengeluarkan banyak tenaga menempuh perjalanan di waktu malam, yang jauh itu.   Berdua Bee Kun Bu ia menempuh perjalanan itu sepanjang malam terus sampai matahari terlihat terbit di sebelah timur Tiba-tiba Pek Yun Hui berhenti untuk melihat ke arah matahari ia berdiri terpaku laksana patung dengan kulit    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   mukanya yang putih halus, kedua alisnya yang hitam kereng, bibirnya yang berwarna merah delima, hidungnya yang bangir, Hanya kedua matanya yang hitam ber-linangkan air mata, Melihat sikapnya yang ganjil itu, Bee Kun Bu menegur.   "Cici, kau sedang memikir apa?"   Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Pek Yun Hui menoleh ke arah Bee Kun Bu dan menyahut sambil tersenyum.   "Coba lihat, matahari telah terbit, kita akan segera tiba di tempat istirahat Sumoymu."   Bee Kun Bu terharu mendengar jawaban demikian, ia paham akan arti jawaban itu. Untuk menyimpangkan pertanyaan selanjutnya, ia berkata.   "Ayo man", kita jalan lagi, Mungkin Sumoyku sedang menanti kedatangan kita.M Kemudian mereka berjalan lagi, Sambil berjalan Bee Kun Bu melihat keadaan di sekitarnya, Perlahan-lahan ia menjadi insyaf bahwa perjalanan di pegunungan itu bagi ia tidak asing lagi, Setelah mereka melewati lagi satu puncak, ia lantas kenali bahwa tempat itu adalah lembah di mana ia bertemu dengan Ue Ceng Loan untuk pertama kali, setelah diculik Keadaan dan pemandangan di dalam lembah itu masih serupa: bunga-bunga yang beraneka warna telah tumbuh berkeliaran dengan segarnya, air sungai yang bening mengalir dengan derasnya, rumput yang hijau masih diselubungi air embun dan pohon-pohon cemara me!ambai-lambai ditiup angin gunung yang sejuk, Dt depannya satu gua, ia melihat si bangau putih sedang menunggu, Ketika bangau putih itu melihat Pek Yun Hui datang, ia menjerit nyaring sekali, seakan-akan memberitahukan majikannya bahwa tugas menjaga Lie Ceng Loan telah dilakukan dengan cermat, ia buka kedua sayapnya, talu terbang pergi, Bee Kun Bu segera lari ke mulut gua itu dan masuk ke dalam, ia tampak Lie Ceng Loan sedang duduk bersandar di dinding gua dengan rambutnya terurai melambai wajahnya pucat pasi, tetapi kedua kulit matanya terbuka lebar-lebar. Seakan-akan sedang memikir sesuatu dengan perasaan    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   penasaran Ketika melihat Bee Kun Bu, ia pun tertawa dan berkata.   "Bu Koko, kawan Koko pasti telah memberitahukan di mana aku berada, Oleh karena itu, aku selalu di dalam gua ini menanti kedatangan Koko,"   Bukan main terharunya Bee Kun Bu. ia lupa bahwa di belakangnya masih berdiri Pek Yun Hui. ia rangkul Sumoynya, sedangkan Lie Ceng Loan lekas-lekas membereskan rambutnya yang terurai-urai itu, Bee Kun Bu menanya dengan perasaan cemas.   "Bagaimanakah dengan lukamu, apakah luka parah?"   Dengan geleng-geleng kepala Lie Ceng Loan menyahut "Setelah aku kena dipukul oleh seorang Hwee-shio, aku segera merasa pusing kepala, dan terus tak sadarkan diri Apakah Co Hiong yang telah menolong aku? Tapi ketika aku siuman dan membuka mata, aku tidak melihat Co Hiong, hanya kawan Koko yang telah berada di sampingku Aku telah memuntahkan banyak darah, Apabila kawan Koko tidak memberikan aku makan satu pil obat, aku kira aku tak akan dapat melihat Koko lagi."   Lalu ia pandang Pek Yun Hui dengan perasaan sangat berterima kasih terhadap penolongnya itu.   "Bagaimana kau merasakan sekarang?"   Tanya Bee Kun Bu. Pertanyaan itu dijawab oleh Pek Yun Hui.   "Luka-nya agak berat Meskipun ia telah makan pil obat Sok Beng Tan (pil obat menyambung nyawa), ia tak dapat sembuh dalam satu atau dua hari. Menurut pendapatku, ia telah menderita luka di dalam tubuh, Untung ilmu tenaga dalamnya baik sekali, sehingga otot atau tulangnya tidak menderita luka atau patah, Sabarlah, ia pasti sembuh!"   Bee Kun Bu yang mengetahui Pek Yun Hui itu bukan saja tinggi ilmu silatnya, juga ilmu obatannya sejajar dengan dewadewa atau dewi-dewi.   ia pereaya apa yang dikatakannya, buyarlah kekhawatirannya, ia hanya mengharap Sumoynya lekas-lekas sembuh, Tapi ia masih ber-kata.   "Cici, terima kasih    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   atas pertolonganmu Aku pun mengharap Sumoyku akan sembuh."   Lie Ceng Loan yang mendengar Bee Kun Bu selalu panggil Pek Yun Hui "QcT merasa heran. ia mengawasi Pek Yun Hui yang berpakaian seperti laki-laki. Dengan polos ia menanyai "Kau bukan seorang laki-laki, mengapa berpakaian sebagai seorang laki-laki?"   Pertanyaan itu membikin Pek Yun Hui menjadi jengah.   Untuk meyakinkan Lie Ceng Loan, terpaksa ia buka ikatan kepalanya dan baju hijaunya, Lie Ceng Loan segera dapat kenyataan bafiwa Pek Yun Hui itu betul-betul seorang wanita, Pek Yun hui terseyum dan menghampiri Lie Ceng Loan, katanya.   Aku tidak memberitahukan kau bahwa aku sebetulnya seorang wanita, Apakah kau tersinggung?"   Sambil tersenyum pula Lie Ceng Loan menyahut: Tidak, aku tidak tersinggung, malahan berterima kasih Cici atas pertolongan yang tak terhingga besamya."   Sambil menoleh ke arah Bee Kun Bu, ia menanyai "Bu Koko, kau telah mengetahui lebih dulu, mengapa tidak memberitahukan kepadaku?"   Bee Kun Bu segera memikir "Jika aku berdusta ia pasti pereaya, dan ia segera tidak curigai lagi. Tapi terhadap ia yang demikian suci dan jujur, aku tak dapat berdusta."   Melihat Bee Kun Bu tidak menjawab, Pek Yun Hui berkata.   "Kau tidak usah persalahkan Kokomu, sebetulnya ia tidak perlu memberitahukan kau. Kini kau jangan banyak pikiran agar lekas-lekas sembuh."   Lie Ceng Loan hanya tersenyum. Ketika melihat pakaian sutera putih yang indah dari Pek Yun Hui, ia menanyai "Cici, sulaman di atas bajumu bagus sekali jika aku telah sembuh, bolehkah aku belajar menyulam kepada Cici?"   Pek Yun Hui memeluk Lie Ceng Loan, seperti kakak kandungnya ia memeluknya dengan penuh kasih sayang dan menyahut: Tentu saja, kelak aku akan mengajarkan kau menyulam."    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   pelukan yang mesra itu sangat mengharukan hali, Dengan air mata berlinang Lie Ceng Loan menyahut: Terima kasih, Aku harap Cici tidak berpakaian sebagai orang laki-laki lagi."   "Berpakaian sebagai orang laki-laki lebih leluasa di kalangan Kang-ouw,"   Sahut Pek Yun Hui, Tentang mengapa aku selalu menyamafcs^agai orang laki, nanti aku mau ceritakan kepadamu.   "Sekarang kau harus banyak beristirahat sebentar pada waktu tengah hari, aku akan obati kau lagi dengan ilmu tenaga dalamku, Bila kau telah sembuh betui, kita masih banyak waktu untuk bereakap-cakap."   Bagaikan seorang adik juga Lie Ceng Loan pejamkan kedua matanya dan tidur di dalam pelukan Pek Yun Hui.   -ooo0oooTelunjuk Sakti Menggemparkan Jago-jago silat di kalangan Kang-ouw Bee Kun Bu duduk di samping mereka sambil memandang kepada kedua gadis cantik jelita itu saling berpelukan Setelah Pek Yun Hui buka pakaian lelakinya, dengan pakaian sutera putih yang tersulam dan sambil memeluki Lie Ceng Loan, ia kelihatan seperti seorang ibu yang sangat mencintai anak yang dipeluknya itu.   Dalam suasana yang sunyi senyap itu, terdengar denyutan jantung mereka.   "Mungkin Sumoymu tidak tidur selama menanti kedatangan kita,"   Kata Pek Yun Hui.   "Lihatlah, kini ia tidur seperti anak bayi Aku pun tak tahu mengapa aku sangat sayang kepadanya, Biarlah ia tidur, dan sebentar tengah hari aku akan coba mengobati ia lagi dengan ilmu tenaga dalamku, setelah itu ia harus beristirahat tiga hari tiga ma!am. Kau harus menunggu di sini selama waktu itu, Sesudah tiga hari aku akan berikan ia lagi obat untuk memulihkan semangat maupun tenaganya...."   "Aku sangat berterima kasih, Aku kini yakin bahwa ia betutbetul telah menderita luka yang agak berat dan hebat Untung    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   ada kau yang dapat mengobatinya. Aku hanya khawatir Hweeshio-hweeshio dari kuil Toa Ciok Sie akan datang lagi ke gua ini, dan dengan aku ber-sendirian, aku khawatir tak dapat melawan mereka,"   Kata Bee Kun Bu. Pek Yun Hui tersenyum, lalu berkata.   "Kau tak usah khawatir Bangau putihku dapat membantu jaga Sumoy-mu. Jika masih juga tidak dapat melawan mereka, kau harus bersiul keras, dan aku segera datang membantu."   Ketika bereakap-cakap dengan Pek Yun Hui, Bee Kun Bu senantiasa memperhatikan wajahnya sehingga Pek Yun Hui menjadi ma!u. ia menegur "Mengapa kau selalu memperhatikan wajahku? Apakah di mukaku ada bunga yang bagus?"   "Cici, maaf aku,"   Sahut Bee Kun Bu.   "Dengan pakaian wanita itu, kau kelihatan cantik sekali."   "Aku merasa kagum, dan tidak mengerti mengapa seorang wanita secantik kau demikian tinggi ilmunya?"   Pek Yun Hui hanya tersenyum dan balik memandang Bee Kun Bu.   Suasana di dalam gua kembali sunyi senyap dan mendampar-dampar seperti suatu lautan yang besar gelombangnya, Masing-masing tak mengetahui apa yang harus diucapkan Lalu Bee Kun Bu bertindak keluar dan berdiri di luar gua di mana cahaya matahari menyoroti segala sesuatu, Tapi hatinya masih saja berdebar-debar tidak tentram, kemudian ia berjalan ke tepi sungai untuk mencuci muka.   Air sungai yang dingin menyegarkan ia kembali, tetapi tidak dapat meredakan hatinya di dalam air sungai yang jernih itu, sekonyong-konyong bau harum menyambar hidung-nya.   Entah kapan Pek Yun Hui telah berada di belakangnya.   "Kau sedang memikiri apa lagi?"   Menegur Pek Yun Hui.   "Aku sedang kenangi guruku, Apakah ia berhasil mengambil buah Sie Can Ko. juga aku pikiri Susiokku Giok Cin Cu. Apakah ia telah sembuh betul dari penderitaan    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   lukanya? Dan apakah telah berlalu dari rumah penginapan di Yociu?"   "Susiokmu sudah sembuh betul, kau tak usah khawatir lagi, Meski orang biasa pun dapat memulihkan tenaga dalamnya dua atau tiga hari setelah aku to1ong. Apalagi ia yang ilmu silatnya tinggi sekali! Semua racun ular telah dikeluarkan dan semua jalan-jalan darahnya aku telah bebaskan Setelah aku mengobati Sumoymu, kau dapat kembali ke Yociu dengan bangau putihku, bahkan kau juga dapat pergi ke pegunungan Kun Lun,"   Kata Pek Yun Hui.   "Tapi Cici setelah itu akan pergi kemana?"   Tanya Bee Kun Bu "Aku berani pastikan bahwa Susiok maupun Suhuku akan menghaturkan terima kasih atas pertolonganmu yang besar itu."   Pek Yun Hui geleng-geleng kepa)a, wajahnya berubah sedih. Dengan senyuman yang getir ia berkata.   "Jika Sumoymu telah sembuh, aku harus pergi. Sumoymu itu sangat polos dan suci murni Seluruh jiwa raganya telah dipusatkan kepadamu Jika kau mengabaikan atau tak menghiraukan ia, pasti akan hancur hatinya, Susiok dan Suhumu tak usah pusingkan pertolongan yang kecil tak berarti ini Aku mengobati susiokmu bukan ingin mencari hubungan dengan partai Kun Lun...."   "Aku mengerti, Cici menolong karena aku,"   Sahut Bee Kun Bu.   Pek Yun Hui petiksekuntum bunga dan dilemparkan ke dalam sungai Bunga itu hanyut terbawa arus air menuju ke gua, Ketika itu Pek Yun Hui masih berpakaian seorang wanita dengan rambutnya yang hiiam, halus dan panjang melambai tertiup angin gunung, Dengan tindakan yang agak berat ia berjalan kembali ke gua.   Bee Kun Bu hanya mengawasi dari belakang sambil menahan perasaannya yang sukar dilukiskan dengan perkataan, karena ia berada diantara dua segi asmara: Sumoynya yang cantik jelita, suci murni, dan mencintai ia    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   dengan seluruh jiwa raganya, dan wanita sakti yang cantik pula, budiman dan tinggi ilmu silatnya, di samping perto!ongannya kepada Susioknya, Sumoynya dan ia sendiri Katanya wanita itu telah jatuh cinta kepadanya, Dengan tak terasa tiga hari telah lewat.   Selama itu Pek Yun Hui telah mengobati Lie Ceng Loan dengan sungguhsungguh, Bee Kun Bu dan bangau putih di luar gua.   ia tak berani masuk karena takut melihat wajahnya Pek Yun Hui, yang akibatnya akan membikin ia gelisah lagi Pada hari keempat pun tiba, Bee Kun Bu tak tahan hati lagi untuk tak menengoki Sumoynya.   ia masuk ke dalam gua, dan melihat Pek Yun Hui sedang mengobati Lie Ceng Loan untuk penghabisan kali dengan memegangi kedua tangan Sumoynya dan mencurahkan seluruh perhatiannya untuk mengeluarkan tenaga dalamnya menyembuhkan luka-luka di dalam tubuh Lie Ceng Loan.   ia tak berani menegur Setelah melihat sejenak, ia lalu keluar lagi dari gua itu.   ia duduk di luar gua sambil diam mengawasi awan-awan yang melayanglayang di langit nan biru, mengenangkan peristiwa-peristiwa yang telah timbul selama beberapa hari di pegunungan Cie Lian San.   Tiba-tiba ia dengar Pek Yun Hui berkata dari belakangnya.   "Sumoymu telah sembuh betul Dan... aku harus berlalu "   Bee Kun Bu cepat-cepat bangun, menghampiri Pek Yun Hui, dan menanya dengan perasaan terharu.   "Cici, kau mengapa sekarang?"   "Aku tak apa-apa, sahut Pek Yun Hui sambil tersenyum.   "Aku baik-baik saja."   "Cici tentu saja telah mengeluarkan banyak tenaga untuk menyembuhkan Sumoyku,"   Kata Bee Kun Bu.   "Aku telah mengeluarkan banyak tenaga, tapi tenaga itu dapat dipu!ihkan kembali. Hanya ada satu kali aku tak dapat mengerti, mengapa dalam tiga hari tiga malam itu kau tidak masuk ke dalam gua menengok kami?"   Kata Pek Yun Hui.    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   Bee Kun Bu menundukkan kepala tak dapat menjawab Kemudian, setelah mendapat alasan ia berkata.   "Aku takut akan mengganggu Cici."   Belum lagi ia meneruskan katakatanya, Lie Ceng Loan tampak datang berlari-lari sambil berseru.   "Bu Koko, aku sudah sembuh berkat pertolongan Cici."   Lalu ia memeluk erat-erat Pek Yun Hui sambil berkata.   "Cici, terima kasih. Kau baik sekali terhadap kami, Terima kasih."   Pek Yun Hui tersenyum dan menanyai "Apakah kau merasa sudah sembuh betul?"   Sambil melepaskan pelukan Lie Ceng Loan berkata dengan wajah yang riang gembira.   "Aku rasakan sudah sembuh betul! Terima kasih, Cici sungguh baik sekali, Tapi,., tapi Cici hendak pergi kemana?"   "Jika aku pergi, kau masih ada Bu Koko yang mendampingi kau, tidakkah sama saja?"   Kata Pek Yun Hui. Dengan mata berlinang, Lie Ceng Loan berkata lagi.   "Cici, satu hal aku hendak memohon sangat darimu."   "Hal apakah? Apakah kau ingin mempunyai bangau putih yang besar?"   Tanya Pek Yun HuL Lie Ceng Loan tak dapat segera bicara, karena air matanya mengucur semakin deras.   "Jangan menangisi menghibur Pek Yun Hui.   "Aku akan menolong kau sedapat mungkin."   Lagi-lagi Lie Ceng Loan merangkul dan berkata dengan terharu.   "Aku sangat ingin Cici tidak pergi, tapi selalu ada bersama-sama kami, jikalau Cici pergi, Bu Koko juga akan menjadi sedih hati."   Ucapan itu menusuk hatinya Pek Yun Hui maupun Bee Kun Bu yang terus menundukkan kepala dengan hati yang tak keruan rasa. Untuk sementara waktu mereka tidak bicara, hanya air mata mengucur dari kedua matanya Lie Ceng Loan    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   sedangkan Pek Yun Hui juga berlinangkan air mata, dan Bee Kun Bu menelan rasa terharunya. Karena pertanyaan agak lama tidak dijawab, Lie Ceng Loan makin sedih menangisnya.   "Sudahlah jangan menangis, aku akan berusaha memenuhi permintaanmu itu,"   Menghibur Pek Yun Hui. Lie Ceng Loan berhenti menangis, dan sambil mengeringkan air matanya ia betot tangannya Pek Yun Hui, ia berkata.   "Cici, aku sudah lama tidak mandi, ayo kita mandi di sungai bersama-sama!"   Pek Yun Hui melihat ke sekitarnya, ia berpikir "Aku sudah beberapa hari mengobati Lie Ceng Loan, dan aku pun belum mandi."   Lalu ia berkata kepada Bee Kun Bu.   "Kau harus menjaga di sini, Aku bersama Lie Ceng Loan hendak pergi ke bawah lembah dan mandi bersama di sungai yang mengalir di situ,"   Bee Kun Bu mengangguk dan menyahut.   "Baik, aku tunggu di sini."   Lalu kedua gadis itu berlari-lari ke bawah lembah, Bee Kun Bu mengawasi mereka dengan hati bimbang, karena jika Pek Yun Hui tidak pergi, akan sulitlah ia menghadapi soal asmara yang rumit itu.   ia berdiri terpaku bagaikan patung memikiri persoalan yang pasti akan merongrong hatinya, Tiba-tiba entah dari mana datangnya dengan ilmu meringankan tubuh yang sangat iihay, ia lihat seorang yang berjubah dan brewok mendaki sebuah puncak gunung, ia khawatir kalau-kalau orang itu pergi ke lembah itu juga, ia segera lari mengejar dan membentak "Hei, kau dari mana dan hendak mencari siapa?"   Pendeta itu yang berusia lebih kurang lima puluh tahun, dengan muka lebar dan kuping besar, segera berhenti ia bersenjatakan pedang, dengan kedua matanya yang besar mengawasi Bee Kun Bu dari atas sampai ke bawah lalu ia menyahut: pegunungan Cie Lian San sangat luas dan besar, Apakah orang tak diizinkan menginjak daerah ini?"    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      jawaban itu membikin Bee Kun Bu menjadi bisu, karena daerah itu memang benar bukan miliknya, dan ia tak berhak melarang orang datang ke pegunungan ini. Lalu dengan tersenyum Bee Kun Bu menyahut.   "Aku sebetulnya tidak bermaksud jahat Oleh karena di bawah lembah ini ada dua pemudi sedang mandi, aku khawatir Totiang pergi ke situ."   Maksudku ialah minta Totiang menunggu sampai mereka selesai mandi, barulah Totiang boleh jalan lagi."   Pendeta itu juga tersenyum dan berkata.   "Rupanya kau pun bukan orang dari pegunungan ini. Mengapa kau datang ke pegunungan Cie Lian San ini?"   Baru saja Bee Kun Bu hendak menerangkan tiba-tiba dari lereng gunung terdengar orang berteriak.   "Hei! Apakah orang yang di atas itu Bee Kun Bu?"   Bee Kun Bu terkejut ia segera menoleh ke arah suara itu datang.   Betapa girangnya ketika melihat bahwa orang yang memanggil ia adalah Susioknya, Giok Cin Cu.   Baru saja Bee Kun Bu ingin turun menjemput Susioknya, Giok Cin Cu telah dengan cepat sekali mendaki gunung itu, dan setelah berada dihadapan mereka, berkata.   "pemuda ini adalah murid Toako kita yang aku pernah ceritakan kepada mu."   Tojin (pendeta) itu lalu mengawasi lagi Bee Kun Bu dari kepala sampai ke kaki. Kemudian dengan tersenyum ia berkata kepada Giok Cin Cu: Ta betul-betul tunas harapan kita, Toako betul-betul bisa mencari tunas yang baik."   Lalu Giok Cin Cu berkata kepada Bee Kun Bu.   "Hei, mengapa kau tidak memberi hormat kepada susiokmu yang memegang pimpinan di pegunungan Kun Lun?"   Bee Kun Bu terkejut ia pikir.   "Memberi hormat kepada susioknya adalah keharusan, Tetapi mengapa Susiok ini meninggalkan pegunungan Kun Lun, dan mengapa Susiok Giok Cin Cu berlalu dari rumah penginapan di Yociu, Apakah mereka juga hendak mencari Lie Ceng Loan?"   Sambil berpikir,    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   ia berlutut di hadapan pendeta itu. Pendeta itu lekas-lekas mengangkat bangun sambil berkata.   "Toako telah mengajarkan ilmu pedang Cui Hun Cap Ji Kiam tanpa berunding dulu, sekarang setelah melihat kau, aku mengerti."   Ketika Tong Leng Tojin (nama pendeta itu) menjumpai Giok Cin Cu di rumah penginapan di Yociu, ia telah dapat penjelasan tentang Bee Kun Bu dari Giok Cin Cu, tapi ia masih merasa tersinggung karena Hian Ceng Totiang tidak berunding lagi dengan ia.   Namun setelah mendengar bahwa Hian Ceng Totiang telah pergi ke pegunungan Cie Lian San untuk mengambil buah Sie Can Ko dari kuil Toa Ciok Sie, ia menjadi cemas, ia khawatir Hian Ceng Totiang dengan hampa dibantu oleh Ngo Kong Toa-su tak dapat melawan Hweeshiohweeshio dari Toa Ciok Sie yang terkenal tinggi sekali ilmu silatnya, Maka ia suruh Liong Giok Pin, seorang murid, kembali ke kuil Sam Ceng Kiang di pegunungan Kun Lun, dan ia bersama Giok Cin Cu segera pergi ke pegunungan Cie Lian San dengan maksud membantui Hian Ceng Totiang.   Ketika itu lukanya Giok Cin Cu sudah sembuh dan tenaganya sudah pulih, seperti sedia kala.   Dengan Hian Ceng Totiang dan Ngo Kong Toa-su pergi ke pegunungan Cie Lian San dan Bee Kun Bu yang mencari Lie Ceng Loan belum kembali, maka Tong Leng Tojin mengambil keputusan itu.   Bagaimana Tong Leng Tojin dapat menjumpai Giok Cin Cu? Soal ini harus diperhatikan jasanya Bee Kun Bu.   Ketika Bee Kun Bu pergi mencari Lie Ceng Loan, di sepanjang jalan ia meninggalkan tanda-tanda dengan maksud memberikan jejaknya kepada kawan-kawannya.   Tanda itu adalah tanda-tanda yang digunakan oleh partai Kun Lun, tanda-tanda tersebut dapat dilihat oleh Tong Leng Tojin yang sedang dalam perjalanan, sehingga ia menjumpai Giok Cin Cu di rumah penginapaan di Yociu.   Dalam perjalanan ke pegunungan Cie Lian San, Giok Cin Cu berusaha membujuk Tong Leng Tojin untuk memahami    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   tindakan Hian Co Totiang, tetapi Tong Leng Tojin rupanya masih juga belum puas.   Sikap yang kepala batu itu membikin Giok Cin Cu menjadi marah, lalu ia sengaja mencari-cari lantaran untuk tak menghiraukan Tong Leng Tojin, Setelah berhadapan dengan Bee Kun Bu, dan setelah Tong Leng Tojin mengatakan bahwa ia telah mengerti mengapa Toakonya mengajarkan Cui Hun Cap Ji Kiam kepada Bee Kun Bu tanpa berunding, Giok Cin Cu baru bersikap ramah kembali terhadap Tong Leng Tojin.   Dengan kesempatan itu Bee Kun Bu menuturkan tentang usahanya mencari Lie Ceng Loan, tentang pertolongan yang diberikan Pek Yun Hui dengan melenyapkan bagian-bagian yang ia anggap tidak perlu di beritahukan dan tentang segala pertempuran-pertempuran yang ia telah lakukan melawan Hweeshio-hweeshio dari kuil Toa Ciok Sie.   Giok Cin Cu dan Tong Leng Tojin mendengarkan dengan penuh perhatian Setelah penuturan itu selesai, Giok Cin Cu berkata.   "Kau dan Lie Ceng Loan sudah ada di sini, maka sebagian dari kekhawatiran kami telah lenyap, Kini masih harus berusaha mencari Suhumu."   Dengan perasaan heran Bee Kun Bu menanyai "Apa-kah Suhu belum tiba di Yociu?"   "Kedatangan ku dan Susiokmu ke pegunungan Cie Lian San semata-mata guna mencari Suhumu..."   Kata Giok Cin Cu, Tetapi, di manakah orang yang telah menolong menyembuhkan luka-lukaku?"   "la sedang mandi bersama Lie Ceng Loan,"   Sahut Bee Kun Bu.   "Dan ia itu seorang wanita, Harap Susiok tidak salah paham."   Sebelumnya Bee Kun Bu memberitahukan bahwa Pek Yun Hui itu seorang wanita, Giok Cin Cu masih merasa cemas, karena ia diobati oleh seorang pemuda yang telah meraba-    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   raba tubuhnya, ia tersenyum memikir kecemasan yang tak beralasan itu.   Tiba-tiba ia mengawasi Bee Kun Bu dengan kedua mata terbelalak ia ingin menanya sesuatu, tetapi saban-saban tak dapat diucapkan Kemudian ia menarik napas panjang, dan menanya Tong Leng Tojin.   "Jieko, apakah sekarang juga kita harus pergi ke kuil Toa Ciok Sie untuk menyelidiki Toako?"   "K^jta mesti pergi,"   Sahut Tong Leng Tojin, Tetapi caranya kita pergi ke situ, aku belum merencanakan Kalau kita pergi dengan sembunyi-sembunyi itulah tidak bagus bagi nama baik partai Kun Lun.   Kalau kita pergi dengan terang-terangan, aku khawatir Hweeshio-hweeshio dari Toa Ciok Sie membikin persiapan untuk men-jebloskan kita dalam perangkap."   "Menurut pendapatku lebih baik kita pergi ke situ terangterangan demi nama baik partai Kun Lun kita,"   Giok Cin Cu menyarankan.   "Pergi dengan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan sama saja,"   Kata Tong Leng Tojin.   "Maksud kita ialah mencari tahu Toako, Yang aku khawatir kan ialah kita bisa masuk perangkap!"   Ia menarik napas panjang.   sebetulnya ketiga pemimpin partai Kun Lun itu yang hidup seperti saudara kandung mempunyai suatu asmara segi tiga, Giok Cin Cu mencintai Hian Ceng Totiang, dan Tong Leng Tojin mencintai Giok Cin Cu.   Untuk menghindarkan salah paham, Hian Ceng Totiang telah pergi jauh dari pegunungan Kun Lun ke propinsi Anhwie dan mendirikan kuil San Ceng Koan setelah menyerahkan pimpinan kuil San Ceng Kiong di pegunungan kepada Tong Leng Tojin.   Giok Cin Cu tetap memperlakukan kedua saudara angkatnya itu sama rata, Setelah Hian Ceng Totiang berlalu dari pegunungan Kun Lun, dan Tong Leng Tojin harus memegang pimpinan di pegunungan Kun Lun dan tinggal sama-sama Giok Cin Cu, segala sesuatu telah berjalan dengan baik.      KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   Hanya ketika Giok Cin Cu menderita luka racun ular berbisa, Hian Ceng Totiang memperlihatkan kasih sayang terhadapnya, ia rela berkorban dan berusaha mencari buah Sie Can Ko untuk menyembuhkan Giok Cin Cu, dan ia yakin bahwa buah mustajab itu tidak mudah diperolehnya, karena dijaga keras oleh Hweeshio-hweeshio yang lihay sekali ilmu silatnya, Mungkin usahanya itu, ia dibunuh mati oleh lawanlawannya.   Maka ketika Tong Leng Tojin merasa khawatir tentang bahaya yang harus dihadapi bila masuk ke kuil Toa Ciok Sie, Giok Cin Cu cemas hatinya dengan tak terasa ia mengucurkan air mata, memikirkan nasib Toakonya, Untuk Toakonya ia telah menderita batin selama tiga puluh tahun, dan dalam usia lima puluh tahun ia masih tetap mencintai Toakonya, Untuk menghibur kesedihan Sumoynya, Tong Leng Tojin berkata.   "Besok kita siap pergi ke kuil Toa Ciok Sie dengan terang-terangan, Tapi sekarang pun belum terlambat karena hari masih pagi."   Belum lagi dijawab oleh Giok Cin Cu, Bee Kun Bu berkata.   "Pek Yun Hui tahu betul seluk-beluknya kuil Toa Ciok Sie. Apakah tidak lebih baik menunggu ia kembali agar kita bersama-sama pergi ke kuil itu?"   Ketika itu Pek Yun Hui dan Lie Ceng Loan sudah mandi dan sedang jalan mendatangi Pek Yun Hui yang mengenakan pakaian wanita nampaknya cantik sekali di matanya Giok Cin Cu, Setelah mereka datang dekat Giok Cin Cu mengangkat kedua tangannya memberi hormat seraya berkata.   "Giok Cin Cu menerima budi besar tertolong dari bahaya maut karena racun ular berbisa, Derigan jalan ini Giok Cin Cu menghaturkan beribu-ribu terima kasih."   Pek Yun Hui membungkukkan tubuh dan menyahut sambil tersenyum.   "Pertolongan yang tak berarti itu harap jangan dibuat pikiran."   Meskipun sikapnya kelihatan congkak, tetapi sangat wajan    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   Melihat Susioknya, dan berdiri di sampingnya sejenak kemudian, ia pun menanya.   "Susiok, apakah Susiok sudah sembuh betuI? Kakak Hui betul-betul sakti. ia telah menolong Susiok dan juga menolong Koko, dan Co Hiong, kawan dari Koko...."   Giok Cin Cu mengusap-usap rambutnya Lie Ceng Loan dengan kasih sayang, Bagi Giok Cin Cu, nasib Lie Ceng Loan serupa dengan nasibnya sendiri Bee Kun Bu dianggapnya seperti Hian Ceng Totiang ia mencintai Hian Ceng Totiang sama hebatnya seperti Lie Ceng Loan mencintai Bee Kun Bu.   ia hanya mengharap bahwa Lie Ceng Loan dan Bee Kun Bu berhasil mengikat tali pernikahan.   Tetapi dengan munculnya Pek Yun Hui yang sangat menawan hati, dan mungkin lebih cantik daripada Lie Ceng Loan, ia menjadi khawatir jika asmara segi tiga ini akan membawa kekecewaan atau kesedihan hati, itulah yang membikin ia terkejut ketika Bee Kun Bu memberitahukan ia bahwa Pek Yun Hui itu seorang wanita, Dengan hati gelisah Giok Cin Cu berdiri memandang Pek Yun Hui, kemudian Bee Kun Bu berdiri seperti patung.   Sikap itu diperhatikan oleh Lie Ceng Loan, ia memandang kepada Bee Kun Bu seakan-akan hendak me-nanya akan sikapnya yang ganjil itu.   Baru saja ia hendak membuka mulutnya, sekonyong-konyong Pek Yun Hui menjerit sambil melontarkan dua biji pelor perak ke suatu pohon yang tumbuh di depan mereka, lebih kurang lima depa jauhnya, serentak terdengar bunyi "Duk! Duk!"   Disusul dua jeritan orang kesakitan, dari daun-daun pohon yang lebat di suatu dahan pohon itu jatuh ke bawah dua Hweeshio yang berjubah kuning, Semua orang terkejut Tong Leng Tojin berseru, dan Giok Cin Cu menjadi sadar dari lamunannya sebetulnya ia harus segera memperkenalkan Lie Ceng Loan kepada Tong Leng Tojin akan tetapi ketika memikir nasibnya Lie Ceng Loan yang rupanya masih banyak duri-durinya, ia menjadi lupa    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   memperkenalkan mereka, ia segera berkata.   "Ceng Loan, lekaslah kau memberi hormat kepada Susiokmu!"   Segera Lie Ceng Loan berlutut di hadapan Tong Leng Tojin memberikan hormat yang diterimanya dengan khidmat sebetulnya Giok Cin Cu juga ingin memperkenalkan Pek Yun Hui kepada Jiekonya, tetapi Pek Yun Hui telah mendahului dengan berkata.   "Aku angkatan muda bernama Pek Yun Hui. Mari kita lihat Hweeshio-hweeshio itu!"   Hweeshio-hweeshio itu telah disambit jalan-jaian darahnya sehingga tidak berdaya dan telah jatuh ke bawah dengan menderita luka-luka parah, Dari dekat Tong Leng Tojin dapat menyaksikan dengan kepala matanya sendiri bahwa dua biji pelor perak yang dilontarkan Pek Yun Hui itu telah mengenai jalan darah di jantung, Meskipun kedua Hweeshio itu tidak binasa, namun luka-luka itu tak mudah sembuh, mungkin akan tewas kelak, Tong Leng Tojin berpikir "Melihat usianya paling tua dua puluh satu tahun, tapi ilmu silatnya demikian tinggi."   Ia berkata.   "Lie hiap kepandaianmu setinggi ini aku belum pernah menyaksikan seumur hidupku," .   "Partai Kun Lun sudah terkenal di kalangan Kang-ouw, kepandaian itu tidak seberapa,"   Sahut Pek Yun Hui.   "Ilmu menotok jalan darah dengan melontarkan pelor kecil adalah ilmu yang luar biasa, Kami dari partai Kun Lun pernah dengar tentang ilmu tersebut, tapi belum pernah menyaksikan kelihayannya, Aku yakin guru Lie-hiap adalah orang sakti,"   Kata Tong Leng Tojin.   "Guruku sudah lama tidak mau campur urusan Kang-ouw, dan aku menyesal sekali tak dapat memberitahu-kan,"   Sahut Pek Yun Hui. Tong Leng Tojin tidak mau mendesak ia melihat dua Hweeshio yang sudah menggeletak seperti patung, lalu berkata.   "Mungkin kedua Hweeshio ini dari kuil Toa Ciok Sie. Aku minta Liehiap (pendekar wanita) bebaskan totokan tadi agar ia sadar kembali karena aku menghendaki mereka    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   sebagai penunjuk jalan ke kuil Toa Ciok Sie atau memberitahukan kita tentang Toako Hian Ceng Totiang."   Pek Yun Hui jalan menghindari kedua Hweeshio itu, talu dengan cermat sekali ia korek keluar pelor perak dari tubuh masing-masing Hweeshio itu dan dengan jari tangannya ia menguruti bagian yang kena totokan.   Tong Leng Tojin menyaksikan dengan kagum, Setelah lewat sehirupan cangkir teh, kedua Hweeshio itu membuka kedua matanya, kemudian tubuhnya mulai bergerak untuk perlahan-lahan berdiri lagi, Mereka seperti juga orang yang dibangunkan dari tidurnya, Mereka melihat di sekitarnya dengan ketakutan Tong Leng Tojin membentak.   "Hei! Apakah kamu dari kuil Toa Ciok Sie?"   Kedua Hweeshio itu tidak segera menyahut Mereka saling memandang kawannya, seakan-akan takut memberitahukan keterangan tentang kuil mereka, Mungkin juga mereka sedang merasakan sakit dari jatuh yang hebat tadi.   Kemudian salah satu Hweeshio-hweeshio itu anggukkan kepalanya.   "Aku bernama Tong Leng Tojin, Aku ingin mengunjungi kuil Toa Ciok Sie dan menemui pemimpin-pemimpin kuil tersebut Aku minta kalian mengantarkan ke situ,"   Kata Tong Leng Tojin. Kedua Hweeshio-hweeshio itu belum pernah keluar jauh dari pegunungan Cie Lian San dan belum pernah dengar tentang Tong Leng Tojin, Tapi dalam keadaan itu, mereka tak dapat menolak Salah satu Hweeshio menjawab.   "Jika Totiang hendak mengunjungi kuil kami selayaknya kami tunjukkan jalan dan mengantarnya."   Giok Cin Cu yang tidak sabar ingin mengetahui tentang nasibnya Toakonya, menanya.   "Dapatkah kita berangkat sekarang?"   Kedua Hweeshio itu mengangguk pula, Lalu Giok Cin Cu berkata kepada Pek Yun Hui:    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   "Pek Siocia telah menolong kami lagi, aku Giok Cin Cu tak akan melupakan budi sebesar itu. Di kemudian hari, bila perlu tenaga atau bantuanku, harap Pek Siocia jangan ragu-ragu memberitahukan aku Giok Cin Cu pasti siap sedia membantu."   Ia mengangkat kedua tangannya memberikan hormat, lalu mengikuti kedua Hweeshio itu menuju ke kuil Toa Ciok Sie. Bee Kun Bu juga membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Pek Yun Hui seraya berkata.   "Aku ingin menyertai kedua Susiokku pergi ke kuil Toa Ciok Sie untuk mencari tahu tentang suhuku, jika aku untung masih dapat kembali hidup aku pasti datang menjumpai Cici lagi membalas budi."   Lalu ia pun mengikuti Giok Cin Cu. Lie Ceng Loan yang masih bersifat kanak-kanak hanya berkata sambil tertawa.   "Pek Cici, aku pun ingin ikut, selamat tinggal, dan sampai bertemu kembali."   Lalu ia pun lari mengikuti Bee Kun Bu.   Pek Yun Hui hanya tersenyum seolah-olah tidak memperhatikan ucapan-ucapan Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, ia tidak membalas hormat maupun menyahut ia sedang menghadapi suatu soal rumit: ia tidak ingin merampas kesayangannya Lie Ceng Loan, tapi pun tidak ingin berpisah dari Bee Kun Bu.   ia yang kepandaiannya tinggi dan kesaktiannya sedang menderita godaan asmara, Dengan ilmu meringankan tubuh, mereka berjalan selama lebih kurang setengah jam, dan sudah menempuh perjalanan yang agak jauh, Pek Yun Hui selama itu tetap berdiri di tempat dengan hati yang gelisah, Lalu air matanya mengucurkan keluar ia lekas-lekas turun ke lembah dan mengenakan pakaian laki-lakinya yang berwarna hijau, dan mengikat rambutnya yang panjang dengan ikatan kepala, Dengan demikian, meskipun wajahnya cantik, ia tak mudah dikenalkan bahwa ia seorang wanita.   Diceritakan seterusnya bahwa kedua Hweeshio-hweeshio itu meskipun telah dibebaskan totokannya, mereka harus    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   berjalan dengan susah payah.   Mereka berjalan terus dengan menahan sakit menggunakan ilmu meringankan tubuh untuk dapat menyertai Tong Leng Tojin dan kawannya, Mungkin dengan maksud lekas-lekas tiba kembali ke kuil agar segera dapat pertolongan para pemimpinnya, dan mungkin juga mereka hendak bawa lawan-lawannya itu ke dalam perangkap, Di lain pihak, Giok Cin Cu yang senantiasa khawatir atas keselamatan Toakonya yang sedang menuju ke kuil Toa Ciok Sie untuk mengambil buah Sie Can Ko, tidak terlalu menghiraukan akan bahaya yang mengancam atau perangkap yang akan menjebaknya, ia tak akan merasa puas jika ia tidak berusaha membantu atau menolong Toakonya, untuk membalas budi toakonya yang telah berkorban dan menyerahkan kitab Kui Goan Pit Cek kepada lawannya untuk menolong jiwanya, dan kedua rela dan siap sedia mengorbankan jiwanya untuk mengambil buah Sie Can Ko.   sedangkan Tong Leng Tojin, yang mencintai Giok Cin Cu, telah insyaf bahwa jalan untuk menghibur Su-moynya ialah menuruti kehendaknya, Disamping itu, ia pun menghormati Toakonya yang selalu bertindak bijaksana dan budiman.   Bee Kun Bu sebagai murid kesayangan, bahkan dapat dikatakan seperti anak kandung, tak akan berhenti berusaha membantu Suhunya yang ia ketahui berada dalam bahaya, Sebagai murid yang taat, setia dan berbakti, ia akan berkorban untuk gurunya yang budiman itu.   Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Lie Ceng Loan yang masih bersifat kanak-kanak dan yang tidak terlalu pusingkan bahaya asal ia berada di samping Bu Kokonya yang ia cintai dengan seluruh jiwa raganya, menyertai mereka dengan semangat seorang petualang, Bukankah Ngo Kong Toa-su yang menyertai Hian Ceng Tojin adalah ayah angkatnya? Bukankah ia telah diterima oleh partai Kun Lun sebagai murid! Dan sebagai murid ia harus juga berbakti dan setia terhadap partai Kun Lun.      KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   Demikianlah, dalam perjalanan menuju ke kuil Toa Ciok Sie, masing-masing di dalam rombongan itu mempunyai maksud, niatan dan hasrat berlainan Mereka berjalan atau berlari mendaki atau turun di pegunungan Cie Lian San yang lebar dan luas tanpa berhenti-henti, Asmara yang banyak segi membikin pendekar muda pusing kepala.   Kedua Hweeshio berjubah kuning yang telah menderita luka terus menunjuk jalan kepada Tong Leng Tojin dan kawan-kawannya di pegunungan Cie Lian San, dan setelah melewati delapan puncak gunung, hari sudah menjadi senja, Agaknya Giok Ctn Cu sudah menjadi tidak sabar, dan ia menanya.   "Sebetulnya kuil Toa Ciok Sie itu di mana letaknya? Kita sudah berjalan lebih dari lima dim, tetapi masih juga belum tiba, Masih berapa jauh lagi?"   Hweeshio yang berjalan di sebelah kiri menunjuk ke suatu puncak gunung yang tinggi di sebelah barat dan menyengir getir menyahut.   "Apakah kau lihat puncak gunung yang tinggi itu? Di situlah letak kuil Toa Ciok Sie!"   Dengan kedua matanya yang tajam Giok Cin Cu melihat puncak gunung yang tinggi itu diselubungi aw yang putih di lerengnya dan kabut di dekat puncaknya. Melihat puncak gunung yang sangat tinggi itu dan lain dari yang lain, Lie Ceng Loan berseru.   "Bu Koko, untuk membangun satu kuil di atas puncak yang demikian tingginya bukannya pekerjaan yang mudah!"   "Tetapi di atas puncak gunung itu telah tumbuh banyak sekali pohon-pohon cemara, Aku kira mereka menggunakan kayu pohon-pohon tersebut untuk membangun kuil, dengan demikian, pekerjaan membangun-nya tidak terlampau sukar."   Sambil tertawa Lie Ceng Loan menyahut: MBu Koko, kau betul-betul cerdas."    KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/   Di hadapan kedua susioknya Bee Kun Bu merasa tidak enak dipuji, Mukanya berubah menjadi merah. Baru saja ia hendak menyahut, Lie Ceng Loan mendahului berkata lagi.    Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo Drama Gunung Kelud Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini