Bangau Sakti 2
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 2
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung Hian Ceng Totiang yang harus lekas-lekas pergi ke pegunungan Koat Cong San tidak sempat melatih muridnya sampai mahir betul Pada suatu hari, dipanggilnya Lie Ceng Loan dan Bee Kun Bu masuk ke dalam kamar ia mengambil dua pucuk surat, dan diberikannya kepada Bee Kun Bu sambil berkata. "Kau telah mengikuti aku selama dua belas tahun, dan kau harus pulang menjelang ibu bapakmu, Setelah kau menemui mereka, kau tak usah kembali ke kuil San Ceng Koan ini untuk mencari aku, tapi kau harus membawa kedua surat ini ke kuil San Goan Kong di atas puncak Kim Teng Hong dari pegunungan Kun Lun dan berikan kepada kedua paman gurumu di sana." Bee Kun Bu menerima kedua surat itu, Mengingat bahwa ia telah mengikuti gurunya selama dua belas tahun, sedangkan kini harus pula berpisah, ia terharu sekali, ia berlutut di hadapan gurunya dan mengucurkan air mata. "Di kolong langit tak ada pesta yang tak bubar jangan nangis, lekas bangun!" Demikianlah perintah Hian Ceng Totiang. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ngo Kong Toa-su mengusap-usap rambut Ceng Loan, ia berkata. "Paman gurumu, Hian Ceng Totiang, merasa kasihan padamu yang sebatang kara, dan ia telah menerima kau masuk partai Kun Lun. Sekarang kau pergi ke puncak Kim Teng Hong di pegunungan Kun Lun untuk memberi hormat kepada guru-gurumu, dan kau harus sungguh-sungguh belajar." Tak dapat ia menahan air matanya yang mengucur keluar Mendengar ucapan tersebut, kedua mata Ceng Loan terbelalak, lalu dengan sedih dan sambil mengucurkan air mata ia bertanya. "Mengapa? Apakah Suhu tidak suka menjaga Loan Jie lagi.,.?" Dengan tertawa yang dipaksa-paksa Ngo Kong Toa-su berkata. "Aku menyerahkanmu di bawah perlindungan partai Kun Lun, hal mana amat bermanfaat bagimu sendiri, Masa anak sebesar kau ini tidak mengerti? Kau pergi ke pegunungan Kun Lun bersama-sama Suhengmu, Bee Kun Bu!" Ucapan terakhir itu menggembirakan Lie Ceng Loan, karena ia akan banyak mendapat kesempatan berdampingan dengan Bee Kun Bu. Lalu Hian Ceng Totiang menerima sebuah bungkusan kecil dari kain putih dari Ngo Kong Toa-su dan menyerahkannya kepada Bee Kun Bu sambil berkata. "Bungkusan ini kau serahkan sendiri kepada Sam susiokmu!" Bee Kun Bu menerima bungkusan itu, lalu gurunya berkata. "Kau boleh tinggal di rumah selama sebulan, baru menjaga Sumoaymu Lie Ceng Loan baik-baik!" Bee Kun Bu membungkukkan badannya memberi hormat dan menerima semua pesanpesan, dan segera didesak oleh Hian Ceng Totiang agar mereka pagi itu juga meninggalkan kuil San Ceng Koan, Tidak lama setelah Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan meninggalkan kuil itu, Hian Ceng Totiang memanggil pendetapendeta yang tinggal di dalam kuil itu berkumpul untuk memberitahukan bahwa ia akan meninggalkan kuil itu dan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menyerahkan semua urusan kuil kepada pendeta yang tertua. Lalu bersama-sama Ngo Kong Toa-su, ia pun meninggalkan kuil San Ceng Koan menuju ke pegunungan Koat Cong San di propinsi Cek-kiang. Dieeritakan bahwa setelah Bee Kun dan Lie Ceng Loan berpisah dari Hian Ceng Totiang dan Ngo Kong Toa-su di kuil tersebut, mereka naik perahu menuju ke rumah orang tua nya. Karena air sungai itu sangat deras, perahu itu pun berlayar dengan lajunya, Di atas perahu itu Lie Ceng Loan duduk di samping Bee Kun Bu. Tiba-tiba ia bertanya. "Bee Suheng, apakah kau pernah pergi ke pegunungan Kun Lun?" Bee Kun Bu menggeleng dan menyahut. "Selama dua belas tahun, selainnya aku dibawa guru pulang ke rumah untuk menengok ibu bapakku dua kali, aku belum pernah menanggalkan kuil San Ceng Koan." Sambil menempelkan badannya ke badan Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan berkata. "Aku masih kecil sekali dibawa oleh guruku ke kuil Hua Lim Si, Selama sepuluh tahun lebih, selain di kuil Hua Lim Si dan ke kuil San Ceng Koan, aku juga belum pernah pergi ke tempat lain. Guruku belum pernah menceritakan tentang riwayatku. Aku mengira bahwa ibu bapakku tidak sayang padaku, dan tidak ingin menerimaku Jika tidak, mengapa selama sepuluh tahun lebih ini, mereka tidak datang menengok aku!" Ia tak dapat menahan kesedihannya, dan air matanya pun bereucuran di kedua pipinya! Bee Kun Bu juga ikut bersedih hati, dan ia berusaha menghibur dengan sikap yang canggung. "Aku tak mengetahui cara bagaimanakah aku harus meredakan sedih hatimu...." Mereka tiba di telaga Tung Ting Ouw waktu lohor Di tepi telaga yang luas itu tampak oleh Lie Ceng Loan perahuperahu para nelayan, Untuk bermalam, mereka harus mendarat dan mencari rumah penginapan Lalu perahunya ditujukan ke tepi. Pada saat itu, perahu mereka telah ditubruk oleh sebuah perahu yang datang dari jurusan lain. Lie Ceng KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Loan menjadi gusar, dan hendak menegur Tapi Bee Kun Bu menasehatkan supaya ia bersabar dan berkata. "Aku ingat akan pesan guruku, Di kalangan Kang Ouw, seringkali menemui peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Terhadap kejadian yang remeh lebih baik kita sabar." Setelah mereka mendarat, Lie Ceng Loan bertanya. "Kakak Kun Bu, kemanakah kita pergi?" Bee Kun Bu yang telah jatuh cinta terhadap gadis yang cantik jelita itu menyahut dengan suara rendah. "Kita ke Timur untuk mencari rumah penginapan." Mereka mencari rumah penginapan tanpa hasil Bee Kun Bu lalu mengusulkan naik perahu kembali untuk meneruskan perjalanan "Jika kita berlayar dengan cepat dan tanpa rintangan besok kita akan tiba di rumahku," Katanya. Di atas perahu itu Lie Ceng Loan bertanya. "Kakak Kun Bu, siapakah yang berada di rumah, Apakah ibumu dapat merasa gembira melihat aku? Aku telah dimanjakan oleh Ngo Kong Toa-su sehingga menjadi sangat nakal." "Ibuku sangat ramah, ia pasti menyukaimu," Sahut Bee Kun Bu. Sambil tertawa Lie Ceng Loan berkata. "Jika demikian aku akan berlaku alim agar ia tidak gusar." Telaga Tong Ting Ouw itu sangat luas, dan panjangnya tiga ratus lie lebih, airnya bening, seperti kaca. Angin yang berhembus demikian halusnya sehingga menyebabkan pemuda dan pemudi itu gembira sekali Di sepanjang jalan perahu mereka telah melewati banyak perahu-perahu nelayan, pada suatu ketika tampak oleh mereka sebuah perahu layar yang besar berlayar dengan sangat pesatnya seakan-akan mengejar perahunya, Perahu layar yang besar itu diikuti oleh empat buah perahuperahu yang lebih kecil, Untuk menjaga diri, Lie Ceng Loan mengambil pedangnya dan memberikan pula sebuah kepada Bee Kun Bu sambil berkata. "Kakak Kun Bu, rupanya perahu yang menubruk kita tadi sedang mengejar kita!" Baru saja ucapannya selesai ke empat perahu-perahu yang kecil itu telah berada di depan perahu mereka, dan di KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ depan tiap-tiap perahu berdiri seorang yang bertubuh besar, Dengan pedang terhunus, Bee Kun Bu lalu menegur "Aku sebetulnya tidak kenal kalian, Kita juga bukannya saudagar yang kaya. Kalian telah merintangi perahu kita, apakah sebabnya?" Orang yang berdiri di atas perahu di sebelah kiri dan yang berusia lebih kurang empat puluh tahun, Menyahut. "Jika kamu saudagar-saudagar, kaya, kita tidak menghiraukan Kita ingin bertanya, apakah hubunganmu dengan Hian Ceng Totiang dari kuil San Ceng Koan?" "Hian Ceng Totiang adalah Suhuku, mau apa?!" Sahut Bee Kun Bu dengan gusar Orang itu berkata lagi. "Hian Ceng Totiang telah menggemparkan kalangan Kang Ouw, Guru kita yang telah mendengar bahwa ilmu silat pedang dari partai Kun Lun yang tak ada taranya di kolong langit, ingin mengambil kesempatan untuk belajar kenal dengan kedua muridnya!" Dengan sahutan yang ramah itu, Bee Kun Bu menjadi agak reda. ia berkata lagi. "Aku baru keluar dari rumah dan baru berpisah dari guruku, oleh sebab itu aku tak mengerti peraturan dari kalangan Kang Ouw, jika guru saudara ingin menjumpai kami, bukankah lebih baik jika kami yang datang memberikan hormat kepada nya ?" Orang itu menyahut:" Tapi guru kita telah datang." Orang tua itu mengangkat kedua tangannya memberi hormat dan sambil tersenyum berkata. "Kami dengan tak sengaja telah melanggar perahu saudara, aku menghaturkan maaf." Lalu ia menunjuk ke arah perahu layar yang besar Bee Kun Bu menengok ke arah perahu yang besar itu, yang sangat terang karena amat banyaknya lilin dipasang orang. Di atas sebuah kursi yang ditutupi dengan kulit macan duduk seseorang yang berusia lima puluh tahun lebih, tapi seluruh rambut dan jenggotnya berwarna putih, Di kiri dan kanannya KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ berdiri dua orang yang bertubuh tegap dan memegang golok besar Setelah perahunya berdempetan dengan perahu Bee Kun Bu, orang tua itu bangun dari kursi nya. ia mengangkat kedua tangannya memberi hormat, dan berkata sambil tertawa. "Kami dengan tak sengaja telah melanggar perahu saudara, aku menghaturkan maaf!" Bee Kun Bu berbisik pada Lie Ceng Loan. "Kita harus waspada. Mari kita pergi ke perahunya." Lalu dengan sekali meloncat, mereka telah berdiri di hadapan orang tua itu, Orang tua itu melihat kepada orang-orangnya yang berada di ke empat perahu-perahu kecil dan berkata. "periksalah apakah perahu tamu kita mendapat kerusakan karena bentrokan tadi, Jika ada kerusakan, harus kamu perbaiki dengan segera," Semua orang-orangnya serentak mengangkat lengan kiri dan menekan dada, lalu membungkukkan tubuh memberi hormat, Mereka segera memeriksa perahu Bee Kun Bu. Dengan menghadapi Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan orang tua itu berkata sambil tertawa. "Aku ini kurang hati-hati, Jika perahu saudara menderita kerusakan, aku minta maaf Mari kita minum arak dulu." Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan membungkukkan tubuh memberi hormat, lalu Bee Kun Bu berkata. "Kami baru berpisah dari guru kami, dan tidak mengenal peraturan Mohon dimaafkan Apakah kami dapat kehormatan mengenal tuan dari angkatan tua?" Orang tua tersebut tertawa dan menyahut. "Pada dua puluh tahun berselang aku telah bertempur melawan Hian Ceng Totiang, dan karena ia baik hati, aku dapat hidup lagi beberapa puluh tahun Mari kita minum arak dulu. Ada banyak hal-hal yang hendak kutanyakan." Lalu ia mengajak pemuda dan pemudi itu masuk ke dalam kabin Empat orang yang memegang golok besar di depan kabin itu membungkukkan tubuh memberi hormat kepada mereka. Di dalam kabin itu terang benderang karena sinar lilin yang amat banyak dan dihias dengan indah sekali Di atas meja persegi delapan telah KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ tersedia beberapa cangkir teh dan sebuah teko, Dua orang anak yang berbaju hijau menjadi pelayan Setelah mereka duduk, orang tua itu berkata:" Apakah Siocia ini juga dari partai silat Kun Lun?" "Betul, Aku dan kakak Kun Bu tidak minum arak, Kau ada urusan apa? Ayo lekas-lekas bilang, Kami tak banyak mempunyai waktu, Kami harus lekas-lekas meneruskan perjalanan!" Sahut Lie Ceng Loan dengan tidak sabar, Bee Kun Bu mengerutkan kening mendengar jawaban yang agak kasar itu, tapi orang tua itu hanya tertawa. "Baiklah, Siocia," Katanya. "Kemanakah kamu hendak pergi? Aku dapat mengikuti agar kamu tak terlambat, dan kita dapat bereakapcakap sambil perahu-perahu kita berlayar ke tempat yang kau tuju." Bee Kun Bu menjawab. "Kita bermaksud mendarat di kota Gak Yo, dan kita tidak ingin menyusahkan". Orang tua itu menggelengkan kepalanya dan berkata. "Tidak susah, kita dapat bereakap-cakap sambil berlayar." Lalu diperintahkannya orang-orangnya memasang layarlayar besar agar perahu itu dapat berlayar pesat menuju kota Gak Yo. Diperintahkannya kedua anak kecil yang menjadi pelayan menyuguhkan teh dan menyiapkan makanan untuk kedua tamunya, Sambil makan dan mi-num, mereka melanjutkan pembicaraan "Gurumu telah menanam budi yang besar padaku, ia telah menolong jiwaku, Aku merasa malu tak dapat membalas budinya selama dua puluh tahun ini," Memulai orang tua itu. "Kemarin dulu aku mendapat kabar, bahwa ia telah memperoleh peta asli Cong Cin To. Kabar itu telah menyebabkan banyak jago-jago silat dari kalangan Kang Ouw berkumpul di propinsi Hupeh. Aku khawatir dalam beberapa hari ini akan terjadi pertempuran-pertempuran dahsyat untuk merebut peta asli Cong Cin To itu. Untuk Cong Cin To itu, selama seratus tahun belakangan ini telah tewas banyak jagojago silat Kamu adalah dari partai Kun Lun, dan kamu tak KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ akan luput dari bokongan-bokongan dari partai silat lain. Aku tidak berani memastikan, bagaimana akibatnya, Aku pun datang dan menjumpai kamu atas perintah orang lain, karena peta asli Cong Cin To itu, Aku yakin dengan ilmu silat yang kamu pelajari dari Hian Ceng Totiang, kamu dapat menjaga dfri, Tapi gerak-gerik atau tindak-tanduk kamu berdua harus dirahasiakan jika ketahuan bahwa kamu dari partai Kun Lun dari Hian Ceng Totiang, kamu segera diintai oleh banyak jagojago silat Tipu muslihat dan siasat di kalangan Kang Ouw seribu satu macam, dan untuk mencapai maksud nya, mereka akan menjadi kejam dan buas, peringatan inilah yang ingin kuberikan sebagai tanda membalas budi Hian Ceng Totiang yang telah menolong jiwaku, Hari ini beruntung sekali kamu berjumpa dengan kami... jika tidak, mungkin kamu harus melawan dan bertempur dengan susah payah!" Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan mendengarkan keterangan-keterangan itu dengan sikap gelisah. "Kita telah berpisah dari guru, dan lebih daripada setengah bulan telah lewat semenjak suhengku Sim Cong dibunuh mati selagi membawa suatu benda..." Pikir Bee Kun Bu, dan lalu memandang Lie Ceng Loan yang kini telah menjadi bebannya pula. Tiba-tiba ia berseru. "Aku telah memperoleh perhatian tuan dari angkatan tua, dan aku mengucapkan banyak-banyak terima kasih, Apakah guruku telah memperoleh peta asli Cong Cin To atau belum, aku tidak tahu dengan pasti Jika para jago silat telah berkumpul di Hupeh untuk bertempur melawan guruku dan mungkin juga melawan tuan dari angkatan tua, kami pun sebagai murid-murid partai Kun Lun tidak takut mati, Tuan dari angkatan tua telah datang ke sini atas perintah untuk mencari peta asli itu, kami pun tidak ingin merintangi lagi, dan kami segera minta diri!" Setelah mengucapkan perkataan itu, Bee Kun Bu mengajak Lie Ceng Loan keluar dari kabin. Tapi orang tua itu tertawa terbahak-bahak dan berkata dengan suara keras. "Tidak salah jika Hian Ceng Totiang seorang satria, Coba lihat muridnya, orang-orang dari partai Kun Lun betul-betul tidak dapat dianggap remeh, Aku sangat memuji mereka. Ayo kembali, besok pagi kita mungkin KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sudah tiba di Gak Yo. Kesempatan ini sukar didapat Ayo kita bereakap-cakap lagi. Siapa tahu di kemudian hari aku harus mohon Siotee mengajarkan kepadaku ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoat" Bee Kun Bu tak dapat menolak ia yakin bahwa orang tua itu merasa girang dapat membalas sedikit budi guru-nya, dan juga merasa canggung karena ia harus merebut peta asli Cong Cin To dari tangan gurunya itu, ia duduk kembali di dalam kabin dan berkata. "Kita betul-betul berterima kasih atas kebaikan tuan dari angkatan tua, sebetulnya aku tak tahu pasti apakah peta asli Cong Cin To itu telah jatuh di tangan guruku." "Aku pun tidak mengetahui dengan pasti, Tapi atas perintah orang lain, aku harus merebut peta asli itu. Aku hanya ingin memperingatkan kamu lagi, bila berada di daerah ini, yaitu daerah partai Tian Liong, kamu harus bertindak hati-hati sekali, karena jaring dari partai Tian Liong itu sangat rapat, dan orang-orangnya banyak," Berkata si orang tua, lalu meneguk secangkir arak, Seterusnya mereka tidak mempereakapkan lagi soal peta Cong Cin To, melainkan hanya menceritakan segala sesuatu yang luar biasa di kalangan Kang Ouw, Perahu layar itu berlayar dengan laju sekali, dan ketika fajar menyingsing, mereka telah tiba di kota Gak Yo. Mereka mendarat, dan melihat bahwa ke empat perahu yang kecil disertai perahu Bee Kun Bu telah tiba juga. Lalu Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan meloncat ke atas perahu kecilnya setelah minta diri dari orang tua itu. Bee Kun Bu lalu memeriksa barang-barangnya di dalam perahu dan ternyata tidak ada barang yang diganggu, perahunya berlayar sedikit lagi, lalu mereka mendarat Ketika itu suasana belum terang, karena matahari belum terbit juga tidak kelihatan orang berkeliaran di jalan. Dengan ilmu meringankan tubuh mereka berjalan dengan pesat sekali dan dalam sekejap saja mereka telah menempuh jarak dua puluh lie lebih, Di depan mereka tampak dari jauh sebuah desa yang dilingkari gunung-gunung. Suara air mengalir dari KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sebuah sungai terdengar dengan nyata, Di sebelah Barat desa itu terletak sebuah rumah bergenteng merah. Sambil menunjuk ke arah rumah itu Bee Kun Bu berkata. "Rumah itu adalah rumahku, Ayahku telah menetap di desa Tiong An ini sejak dua puluh tahun ini." Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sambil tersenyum Lie Ceng Loan berkata. "Desa ini indah sekali, Kita dapat menangkap ikan di dalam sungai diwaktu senggang." Ucapan ini menyebabkan Bee Kun Bu terkenang akan masa kanak-kanaknya, ketika ia ber-sama-sama saudara sepupu perempuannya, Ling Sio Cien, menangkap ikan di dalam sungai, Ling Sio Cien, lebih tua tiga tahun daripadanya, dan menjadi yatim piatu ketika masih kecil. Lalu ia dipelihara oleh ibunya, dan Bee Kun Bu menganggapnya sebagai kakaknya sendiri, Ling Sio Cien pun yang pintar dan cerdas, juga amat sayang padanya, Ketika Bee Kun Bu berusia delapan tahun dan dibawa oleh Hian Ceng Totiang, bukan main sedih hatinya. Mereka telah berpisah selama dua belas tahun. Betul ia pernah mengunjungi ibu bapaknya dua kali, akan tetapi ia tidak tinggal lama-lama. Ia hanya menginap dua hari, lalu kembali lagi ke kuil San Ceng Koan, Ketika ia kembali untuk kedua kalinya, ia telah berusia delapan belas tahun, dan Ling Sio Cien dua puluh satu tahun. Mereka telah menjadi jejaka dan gadis, dan masing-masing merasa canggung untuk bereakap-cakap lagi, Ling Sio Cien hanya bisa menasehatkan supaya ia belajar silat dengan tekun. "Hian Ceng Totiang adalah seorang yang luar biasa, Kau beruntung menemuinya dan diterima sebagai muridnya." Demikian nasehatnya, Bee Kun Bu yang cerdik segera mengerti maksudnya itu. Kini ia kembali dengan mengajak Lie Ceng Loan, Apakah ia akan menimbulkan salah paham? ia berhenti berjalan ketika pikiran itu datang, Melihat ia terpesona, Lie Ceng Loan menegur "Kakak Kun Bu, apakah yang kau pikiri?" Bee Kun Bu terkejut dan menyahut. "Aku memikirkan Suhu...." Lalu ia berjalan lagi menuju ke rumah yang bergenteng merah itu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Setelah mereka menyeberangi sungai kecil dan melalui padang rumput dan hutan bambu, mereka tiba di depan pintu rumah itu, yang memakai papan nama "Sui Goan San Cong" (rumah pegunungan terang bulan"), Seorang bujang tua yang berusia lima puluh tahun lebih yang berada di pekarangan depan melihat mereka datang berseru. "Majikan muda telah datang, Kemarin majikan tua telah berbicara tentang majikan muda, karena besok adalah hari ulang tahun wafat nya Ling Sio Cien Siocia...." Belum lagi ucapan itu selesai, Bee Kun Bu merasa ngeri dan terkejut! ia bertanya dengan bernafsu. "A Luk! Apakah katamu?! Kakak sepupuku meninggal?!" Dengan menarik napas panjang bujang tua itu menyahut."Tuhan tak bermata.... Ling Sio Cien yang cantik jelita meninggal lebih dulu daripada aku si tua bangka ini...." Dengan mencengkeram kedua pundak bujang tua itu Bee Kun Bu bertanya lagi. "Bagaimanakah matinya?!" Sedih sekali hatinya, seakan-akan ditusuk-tusuk dengan belati! Bujang tua itu mengucurkan air mata, dan tak dapat segera menjawab Lie Ceng Loan yang melihat adegan menyedihkan itu juga terharu, tetapi ia masih hijau dan tak dapat menghibur Ketika itu dari dalam rumah berjalan keluar seorang tua yang sudah putih rambutnya dan berpakaian congsam (baju panjang). ia memberitak. "Kun Bu, lepaskan cengkeraman itu, Apakah kau sudah gila? pundak itu bisa remuk!" Bentakan itu menyadarkan Bee Kun Bu. Dilepaskannya cengkeraman nya. ia menoleh ke rumah, dan melihat ayahnya berjalan keluar ia berlari mendatangi dan berlutut di hadapan ayahnya sambil berkata. "Ananda telah pulang." Ayah Bee Kun Bu lalu bertanya pada bujang tua itu, apakah ia terluka, Bujang tersebut menyahut sambil meringis. "Tidak apa-apa. Hanya sakit sedikit! Tapi hebat betul cengkeramannya!" "Kau seperti anak kecil! Jika aku datang terlambat sedikit, mungkin pundaknya A Luk sudah remuk!" Demikian ayahnya memarahi Kun Bu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Anda minta maaf, ananda telah lupa karena mendengar kabar buruk tentang meninggalnya kakak Ling Sio Cien!" Sahut Bee Kun Bu. "Cien Ji masih muda, Sayang sekali ia meninggal dalam usia sedemikian muda, Aku dan ibumu telah berusaha sedapat-dapatnya, tapi manusia berusaha, Tuhan berkuasa!" Ia berkata sambil menarik napas panjang, Ketika ia melihat Lie Ceng Loan ia bertanya. "Siapakah gadis berbaju merah ini?" Bee Kun Bu bangkit dan berkata. "lni adalah Sumoayku bernama Lie Ceng Loan. Atas perintah Suhu, ananda harus membawanya ke pegunungan Kun Lun." Ketika itu Lie Ceng Loan mendekati Bee Kun Bu, dan sambil membungkukkan tubuhnya memberi hormat ia berseru. "Paman!" Ayah Bee Kun Bu bernama Bee Liong, ia pernah menjadi kepala kampung, akan tetapi karena ia di geser oleh orang atasannya Lauw Khin, ia telah diberhentikan dan kembali ke kampung halamannya, ia tinggal di rumahnya menjalani hari tuanya sambil mempelajari kesusasteraan. Ketika Bee Kun Bu berusia empat tahun dan sedang bermain-main dengan Ling Sio Cien di padang rumput, kebetulan Hian Ceng Totiang lewat, dan melihatnya, Dengan matanya yang awas, Hian Ceng Totiang segera mengetahui bahwa anak itu luar biasa, dan segera timbul hasratnya untuk mengambilnya sebagai murid. Bee Liong yang mengetahui bahwa Hian Ceng Totiang itu bukan orang sembarangan lalu mengundangnya masuk rumah, pertemuan itu telah menyebabkan keduanya mengikat tali persahabatan. Dan seterusnya tiap tahun Hian Ceng Totiang pasti datang ke rumah Bee Liong. Ketika Bee Kun Bu berusia delapan tahun, Hian Ceng Totiang memberitahukan pada Bee Liong bahwa pu-teranya adalah anak yang luar biasa dan berbakat Bee Liong menyahut "Aku ini orang desa, dan aku tidak mempunyai harapan bahwa puteraku akan menjadi terkenal Jika saudara sudi menerimanya sebagai murid, aku rela menyerahkan." Jawaban itulah justru yang diharap-harap oleh Hian Ceng Totiang, ia segera menyanggupi untuk menerima KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Bee Kun Bu sebagai muridnya, dan berjanji akan mengajarkan segala ilmu silat partai Kun Lun, dan merawatnya seperti anaknya sendiri. Demikianlah Bee Kun Bu dibawa ke kuil San Ceng Koan, dan telah diajari ilmu silat selama dua belas tahun sehingga ia menjadi seorang jago silat yang luar biasa dari yang luar biasa di kalangan Kang Ouw, Bersama-sama mereka masuk ke dalam ruangan tamu, Setelah duduk, Bee Liong bertanya. "Apakah gurumu baikbaik saja? Kapankah kau kembali lagi ke kuil San Ceng Koan?" Bee Kun Bu menyahut. "Suhu telah memerintahkan ananda menengok ibu dan ayah dulu, Setelah lewat sebulan, ananda harus mengantar Lie Sumoy pergi ke pegunungan Kun Lun menemui paman-paman guru, dan tak akan kembali lagi ke kuil San Ceng Koan." "Kau adalah murid partai silat Kun Lun, dan harus menaati segala perintah gurumu, Aku dan ibumu sudah berusia lanjut, dan kami tak menghiraukan lagi segala urusan dunia, semenjak kakakmu Sio Cien meninggal, ibumu sangat bersedih hati, dan tiap-tiap hari ia membaca kitab suci, Jika ia sedang membaca, siapapun tak boleh mengganggu sebetulnya ibumu seorang sakti, ia telah dapat meramalkan bahwa Sio Cien tak dapat hidup sampai umur dua puluh lima tahun, Betul juga ia meninggal setahun yang lewat karena menderita sakit cacar, Pamanmu, ketika menjadi wedana, pernah berbuat banyak perbuatan yang bukan-bukan, dan ia telah memperoleh balasan yang setimpal, bahkan dosanya telah menimpa puterinya, Sio Cien itu. sebentar jika ibumu telah selesai dengan membaca kitab suci, kau dapat menjumpainya Besok kau harus pergi sembahyang di hadapan kuburan Sio Cien, Apa yang hendak kau lakukan di kemudian hari, aku tidak menghiraukan karena gurumu tentu lebih mengetahui jalan apakah yang harus kau tempuh, Ya... aku sudah tua, mungkin tak dapat bertemu muka lagi." Lalu ia menganggukkan kepalanya kepada Lie Ceng Loan dan keluar dari ruang tamu itu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Bee Kun Bu mendengarkan uraian ayahnya dengan kedua mata terbelalak seperti sebuah patung. ia mengawasi ayahnya yang berjalan keluar tanpa menoleh-noleh lagi ke belakang. ia tak mengetahui bahwa ayahnya telah menjadi seorang suci yang tak menghiraukan harta dunia atau kesenangan dunia, dan yang tak mau dipusingkan oleh apa saja yang akan datang, Ya... ia telah bertapa di rumah itu selama dua puluh tahun dengan tenteram, aman dan tenang, Orang semacam itu tidak lagi membedakan mati atau hidup. Dengan tak disadarinya, air matanya mengucur Lie Ceng Loan menghibur "Kakak Kun Bu, sudahlah, jangan bersedih hati!" Bee Kun Bu lekas-lekas menyusut air matanya, dan dengan senyum paksaan ia mengajak Lie Ceng Loan menemui ibunya. Setelah berjalan melalui sebuah taman bunga, mereka tiba di sebuah kamar di mana tampak seorang wanita yang berusia setengah abad, berparas cantik, sedang memejamkan mata menyanyikan sajak dari kitab suci yang terletak di pinggir meja kayu cemara dan berbentuk delapan persegi Bee Kun Bu menghampiri ibunya, lalu berlutut di hadapannya sambil berkata. "lbu, ananda telah pulang!" Lalu Bee Hujin membuka matanya, ia mengusap-usap kepala puteranya, dan berkata. "Kau telah pulang, Kebetulan sekali! Besok adalah hari ulang tahun meninggalnya kakakmu, Sebelum ia menutup mata, ia telah menyebut-nyebut namamu, Besok kita pergi ke kuburannya, ia dikuburkan di kaki gunung di sebelah Barat, dimana kamu suka bermainmain ketika masih kecil." Dengan mata yang berlinang-linang Bee Kun Bu menyahut. "Sayang ananda tak dapat bertemu dengan ia ketika ia meninggal!" Dengan wajah seorang ibu yang mencintai anaknya, Bee Hujin berkata lagi sambil menarik napas. "Sio Cien pintar dan cerdas, Sayang umurnya pendek. ia meninggal karena dosa ayahnya, Hai, siapakah gadis ini?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Lie Ceng Loan yang juga turut berlutut, ketika ditegur, segera menyahut. "Bibi, aku Lie Ceng Loan, bersama-sama kakak Kun Bu adalah murid dari partai Kun Lun." Bee Hujin lekas-lekas mengangkatnya, dan mengawasi paras mukanya. "O! Kau Sumoynya Kun Bu, berapa usiamu tahun ini?" "Tahun ini aku berusia tujuh belas tahun," Sahut Lie Ceng Loan. "Kau berasal dari mana? siapakah ibu bapakmu?" Pertanyaan itu menusuk hati si gadis. ia ingat bahwa ia dari kecil telah dipelihara oleh Ngo Kong Toa-su yang mencintainya seperti puteri kandungnya, ia merasa sedih karena belum pernah menikmati kasih sayang seorang ibu dan ia pun tak mengetahui siapakah ibu bapaknya. Pertanyaan tersebut menyebabkan ia menangis, lalu menjawab. "Loan Jie anak piatu semenjak bayi, Ngo Kong Toa-su mengatakan bahwa aku bernama Lie Ceng Loan, akan tetapi tak mengetahui siapakah ibu bapakku...." Tiap-tiap perkataan yang diucapkan memilukan hati. Bee Hujin mengusap-usap rambutnya seperti seorang ibu yang menghibur puterinya. "Sudahlah, jangan bersedih hati lagi!" Setelah menyusut air matanya, ia bertanya. "Bibi apakah aku akan bernasib seperti kakak Sio Cien, berumur pendek juga?" Pertanyaan itu hanya dijawab dengan senyuman seorang ibu. -ooo0oooBersumpah di depan kuburan Lalu untuk meredakan Bee Hujin berkata. "Anak, kau beruntung, kau tidak senasib dengan Sio Cien," Kemu-dian sambil menghadapi puteranya ia berkata. "Anak, ayahmu telah berubah, ia telah berkeras hati bertapa di rumah di desa yang terpencil ini. Aku meskipun telah mempelajari kitab-kitab suci KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dari Buddha, hatiku tidak sekeras hati ayahmu, Aku senantiasa memikirkan kau. Aku yakin kau berwatak ksatria, dan aku ingin kau selalu begitu, jangan sekali-kali melupakan budi orang." Lalu Bee Hujin memejamkan mata kembali untuk menyanyikan sajak dari kitab suci. Bee Kun Bu juga tidak ingin lagi mengganggu ia mengajak Lie Ceng Loan keluar dari kamar itu. Bujang tua sudah menyiapkan kamar untuk majikan mudanya, dan juga untuk Lie Ceng Loan. Keesokan harinya ia telah menyiapkan keperluankeperluan untuk sembahyang, dan menunjukkan jalan ke kuburan Ling Sio Cien, setibanya di kuburan itu, Bee Kun Bu berkata. "A Luk, pulanglah kau, tinggalkan aku seorang diri di sini." A Luk berkata sebelum pergi. "Orang yang sudah mati tak akan hidup kembali Majikan muda tak usah terlampau bersedih hati, Aku akan datang sebentar lagi." Setelah A Luk pergi, Bee Kun Bu tak tahan lagi, Air matanya mengucur, dan karena amat sedihnya ia terjatuh di depan kuburan itu! A Luk yang belum pergi jauh, setelah melihat ini, lekas-lekas datang, dan berusaha menyadarkan majikannya, tetapi tak berhasil ia lekas-lekas lari memberitahukan kepada Lie Ceng Loan yang kebetulan berdiri di depan rumah, Dengan ilmu meringankan tubuh, gadis itu telah tiba di kuburan dan menyaksikan Bee Kun Bu jatuh bertiarap di depan kuburan, ia terkejut dan menubruk sambil berteriak. "Kakak Kun Bu,., kakak Kun Bu... kakak Kun Bu...." Tapi Bee Kun Bu tidak bergerak. Dirangkulnya tubuh Bee Kun Bu dan menangis keras-keras, ia berseru. "Kakak Kun Bu, jika kau mati, aku pun tidak mau hidup lagi." " Tiba-tiba ia merasa hembusan angin dan mendengar suara orang yang telah dikenalnya. "Sobat! Apakah kau tidak ingin ia hidup?!" Membentak suara itu. Lie Ceng Loan segera berdiri dan mencari orang KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ yang membentak itu. Si jenggot putih yang dijumpainya di telaga Tong Ting Ouw berdiri di depan nya. Si jenggot putih tak menunggu Lie Ceng Loan berbicara, lalu menjelaskan "Karena terlampau bersedih hati ia telah merintangi jalan napasnya, Jika kau rangkul ia sekeras itu, hawa di dalam tubuhnya sukar keluar, dan ia akan menderita Iuka-luka di dalam tubuh, Dan... ia bisa mati atau menjadi orang cacad." Sambil menangis tersedu-sedu ia berkata. "Cara bagaimanakah kita harus menolongnya.,.? Jika ia mati, aku pun tidak sudi hidup...." Si jenggot Putih menghampiri tubuh Bee Kun Bu, Lalu dengan tinju kanannya dipukul nya jalan darah di punggungnya, dan dengan jari-jari tangan kirinya, ia membebaskan jalan-jalan darah di dada dan paru-parunya. Sejenak kemudian, Bee Kun Bu menjerit dan menghembuskan napas dari lubang hidung dan mulutnya, ia sadar, dan segera berdiri kembali Lie Ceng Loan menghaturkan terima kasih kepada si jenggot putih lalu memeluk Bee Kun Bu sambil bertanya. "Kakak Kun Bu, mengapa kau tadi?" Bee Kun Bu tidak menyahut, tapi ia menghaturkan terima kasih kepada si jenggot putih yang berkata. "sebetulnya Sumoaymu juga dapat menolong kau, Hanya ia kurang berpengalaman dan tidak tahu yang harus diperbuatnya apa dalam kebingungan tadi" "Tuan dari angkatan tua telah memberi peringatan kepada kami ketika di atas perahu, Kini telah menolong jiwaku lagi, Budi tersebut tak akan dapat kulupakan," Sahut Bee Kun Bu, Sambil tertawa si jenggot putih berkata lagi "Bee Siotee telah bicara dengan cepat sebetulnya partai Tian Liong kami dan partai Kun Lun tidak bermusuhan Tapi peta asli Cong Cin To itu merupakan suatu mustika yang sedang diperebutkan oleh berbagai-bagai partai silat Ketika di atas perahu, bukankah aku pernah mengatakan bahwa kita berjumpa lagi, mungkin aku minta Siotee mengajarku ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoat?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tuan dari angkatan tua telah datang ke sini dengan maksud mengejar peta asli Cong Cin To, Sesungguhnya, Con Cin To itu tidak berada di tanganku," Berkata Bee Kun Bu sambil tersenyum "Jika demikian halnya, aku minta Siotee menemui pemimpin partai Tian Liong kami," Kata si jenggot putih. Bee Kun Bu berpikir sejenak, lalu menyahut. "Dari pembicaraan itu, rupa-rupa nya tuan dari angkatan tua ingin menangkap aku hidup-hidup, bukan ?" Si jenggot putih mengurut-urut jenggotnya dan ber-kata. "Peraturan partai ku sangat keras. Aku si tua bangka tak dapat mengambil keputusan sendiri Aku terpaksa membawa kau menemui pemimpin partaiku." Dengan berdiri tegap, Bee Kun Bu menjawab. "Kita dari partai Kun Lun tidak mudah digertak Lagi pula menangkap aku hidup-hidup tidak mudah!" Pada saat itu, si jenggot putih mengejek. "Gurumu betul terkenal sekali, dan kau sendiri mungkin lihay, Tapi aku ingin mencoba ilmu silatmu dalam beberapa jurus! Kemudian baru kita berbicara lagi!" Dengan merendah Bee Kun Bu berkata. "Siotee tak berpengalaman, ilmu silat yang telah dipelajaripun tidak lihay. Tapi Siotee merasa beruntung dapat kesempatan menguji silat melawan tuan dari angkatan tua dan dengan demikian mungkin banyak mendapat manfaatnya, Tapi kita telah bertemu dua kali, dan sampai sekarang aku belum mengenal siapa sebetulnya tuan dari angkatan tua ini." "Aku ini pemimpin cabang daerah sungai Yang Tsu dari partai Tian Liong bernama Tee Ju Liong, alias Naga Sakti dari Sungai Yang Tsu," Ia menjelaskan sambil tertawa. "Nah, Siotee! jaga serangan ini!" Peringatan itu diiringi dengan cengkeraman tangan kanan secepat kilat ke muka Bee Kun Bu, yang buru-buru mengelak Lie Ceng Loan tak tinggal diam. ia membalas menyerang dengan kedua tangannya yang putih KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ halus dengan ilmu Ouw Tiap Hui Bu atau kupu-kupu menarinari di sinar matahari yang memaksa Tee Ju Liong mundur untuk menghindarkan serangan cakaran yang bertubi-tubi itu! Lie Ceng Loan membentak. "Kau telah menolong kakakku, aku berterima kasih. Tapi jika kau menyerang ia, aku pasti membalas!" Dengan wajah yang seram Tee Ju Liong menyahut. "Siocia lihay betul silatnya, Tapi aku Tee Ju Liong tidak sudi bertempur melawan anak perempuan Siocia diminta berdiri di pinggir Aku hanya ingin bertarung melawan kakakmu!" "Ha! Ha! Kakakku lebih lihay daripadaku Bagaimanakah kau dapat melawannya?!" Ejekan itu menyebabkan Tee Ju Liong gusar sekali. "Jika kau tidak mengerti maksud baik ini, kau harus mencoba serangan-seranganku!" Bentaknya. "ltu baru betul! jika aku kalah, kau baru menggempur kakakku!" Sahut Lie Ceng Loan. ia tersenyum kepada Bee Kun Bu, lalu dikipaskannya lengan baju merahnya, dan dengan kedua tangannya ia menyodok mata lawannya, Sambil tertawa Tee Ju Liong mencoba mencekal tangan kanan lawannya dengan tangan kirinya dengan maksud hendak memijit jalan darah di tangan kanan lawannya, dan tinju kanannya dikirim ke bahu lawannya secepat kilat Si gadis tidak menunggu sampai serangan itu tiba, melainkan lekas-lekas mengubah serangannya. Dengan tinju kiri ditotoknya lengan kanan lawannya dengan ilmu Peh Hok Tiam Ko atau bangau putih mematok gabah, Tee Ju Liong tidak menduga bahwa serangan itu demikian pesat nya. ia merasa kena ditotok, karena lengan kanannya menjadi lemas, ia gusar, dan menyerang lawannya kembali dengan kedua tinjunya delapan jurus sekaligus, Serangan yang gencar itu tak tiapat ditahan oleh Lie Ceng Loan. ia buru-buru mundur beberapa langkah, dan menanti sampai jurus-jurus lawannya selesai, untuk menendang KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ kemaluan lawannya dengan kaki kanannya, Tee Ju Liong terkejut dan meloncat mundur cepat-cepat. Bee Kun Bu yang menyaksikan pertempuran itu merasa khawatir Sumoynya tak dapat melawan. ia ingin membantu, tapi tendangan maut yang baru saja dilepas menyebabkan ia ingat kepada Ngo Kong Toa-su dengan ilmu silat tinju Cap pwee Lo Han Congnya, Betul saja tendangan itu diiringi dengan tinju keras ke arah kepalanya Tee Ju Liong! Tee Ju Liong mengelak: pertempuran berlangsung lebih kurang lima puluh jurus, dan masih belum ada yang kalah. Si gadis dengan silat tinjunya yang gencar dan cepat dapat melawan si jenggot putih yang silat dan tenaganya lebih baik. "Aku sebagai kepala dari cabang partai Tian Liong, jika kalah melawan gadis ini, tentu akan malu sekali menemui pemimpin partai Tian Liong," Pikirnya sambil bertempur. Lalu ia mengubah jurus serangannya, Dengan satu tinju yang dibarengi dengan satu tendangan ia mendesak si gadis, Serangan itu dilakukan dengan tenaga dalam yang besar sekali sehingga Lie Ceng Loan yang kalah tenaga harus lekas-lekas meloncat seperti seekor bajing, ia terkejut dan tubuhnya mengeluarkan keringat dingin! Bee Kun Bu cemas melihatnya, dan menjadi gusar mengapa si tua bangka terlalu kejam menyerang seorang gadis, ia hendak membantu, tapi si gadis sudah mengubah lagi jurus-jurus serangannya. Rupanya ia menggunakan ilmu silat tinju Cap pwee Lo Han Cong dengan sedikit perbedaan sebetulnya ilmu silat tinju Cap Pwee Lo Han Cong yang telah diajarkan Ngo Kong Toa-su kepada Lie Ceng Loan dapat melawan musuh yang manapun juga, Tapi harus dilakukan oleh orang laki-laki yang besar tenaganya, Lie Ceng Loan seorang gadis, dan betapa besar pun tenaganya, ia tidak akan dapat menandingi tenaga seorang jago silat laki-Iaki. Oleh karena itu Ngo Kong Tao-su telah mengajarkan pula ilmu silat tinju Liu Yun Cong atau Tinju Awan Terapung yang cocok sekali bagi si gadis yang gesit dan lincah itu, Seperti KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ awan terapung tubuh gadis itu ber!ari-Iari kian kemari sehingga lawannya tak dapat mengirim jotosan yang jitu, tetapi ia dapat sebentar-sebentar mengirim jotosan-jotosan ke tubuh Iawannya. Karena Tee Ju Liong kuat sekali, ia masih dapat bertahan.-Tapi jika tinjunya mengenai sasaran, gadis itu pasti tewas atau luka parah! Bee Kun Bu insyaf bahwa pertempuran itu akan berlangsung lama, ia mengangkat kedua lengannya, lalu menerjang masuk di antara kedua orang itu dengan ilmu Hun Lang Toan Li atau memecah arusnya dua ombak. Kedua lengannya mendorong ke arah kedua orang itu dan berkata sambil tertawa. "Kedua-duanya tak mempunyai dendam, mengapa bertempur mati-matian? Tuan dari angkatan tua besar tenaganya, jika bertempur terus, Lie Sumoay pasti kalah, Lebih baik berhenti bertempur!" Tee Ju Liong mengerti bahwa perkataan itu adalah untuk merendahkan diri, ia insyaf bahwa ia tak dapat mengalahkan gadis itu, Mendengar ucapan tersebut, ia menyahut. "Silat partai Kun Lun tidak dapat diremehkan, Jika hari ini aku betulbetul mengadu silat melawan Sumoaymu, aku mengaku kalah." "Yang satu lihay tenaganya dan yang lain lincah gerakgeriknya. Jika tuan dari angkatan tua sudi berhenti bertempur sampai di sini saja," Kata Bee Kun Bu. "Nanti aku, Bee Kun Bu, setelah menunaikan tugas pergi ke Barat, pasti datang menjumpai tuan dari angkatan tua dan pemimpin partai Tian Liong untuk menjelaskan kesalah-pahaman karena peta asli Cong Cin To itu, dan bersedia pula mencegah timbulnya perselisihan antara kedua partai kita. Tapi jika tuan dari angkatan tua ingin juga meneruskan, aku tidak dapat tinggal diam, aku harus membela nama partai kami, Harap tuan dari angkatan tua berpikir masak-masak." Tee Ju Liong si Naga Sakti dari Sungai Yang Tsu mengawasi wajah Bee Kun Bu sejenak, lalu ia menganggukkan kepalanya dan berkata. "Bee Lotee betul KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ omongan nya. Akupun tahu kami bukan musuh, Tapi aku datang atas perintah Harap Bee Lotee memberi maaf." "Ha! jadinya kita harus bertempur lagi?!" Kata Bee Kun Bu dengan heran, Belum lagi perkataannya selesai, terdengar suara siulan, Empat orang datang berlari-lari ke tempat itu. Empat orang itu dikenal oleh Bee Kun Bu, Mereka adalah orang-orang Tee Ju Liong yang masing-masing berdiri di muka perahu di telaga Tong Ting Ouw, Mereka berlari mendatangi dengan golok terhunus! Bee Kun Bu mengawasi ke empat orang-orang itu, lalu dengan menghadapi Tee Ju Liong ia membentak. "Rupanya tuan dari angkatan tua telah merencanakan bokongan ini?!" Tapi Tee Ju Liong tidak menjawab. ia bertanya pada salah seorang dari keempat orang-orang-nya. "Apakah orang-orang dari pusat sudah datang?!" Orang yang ditanya membungkukkan tubuh dan menyahut. "Kepala cabang bendera merah Ci dan kepala cabang bendera hitam Ko telah bersama-sama memimpin orang-orangnya pergi ke kuil San Ceng Koan. Souw Hiang Cu dari pusat juga telah tiba di telaga Tong Ting Ouw, Mungkin ia kelak datang ke sini." Tee Ju Liong mengerutkan keningnya dan berkata. "Mengapa sampai puteri pemimpin juga datang?" Orang itu menyahut. "Menurut pemimpin sendiri, mungkin beliau sendiri akan datang karena urusan ini amat pentingnya," Pereakapan tersebut didengar oleh Bee Kun Bu dengan jelas dengan wajah tidak berubah, Tee Ju Liong menarik napas panjang, karena ia merasa malu jika mengingat budi Hian Ceng Totiang. Karena Tee Ju Liong tidak menyerang, Bee Kun Bu mengajak Lie Ceng Loan pergi, Ke empat orang-orang-nya Tee Ju Liong mencoba menahan, tapi Tee Ju Liong melarang mereka. Setelah kedua pemuda dan pemudi itu pergi jauh, Tee Ju Liong berkata kepada empat orang-orangnya "Jika kita lawan mereka sekarang, tidak ada gunanya, Setelah kita mendapat bantuan, tidaklah terlambat kalau kita menyerang KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ mereka lagi sekarang kita bersembunyi di sekitar rumahnya dan mengintai gerak-gerik mereka." Salah satu dari empat orang-orangnya bertanya. "Apakah perlu minta Souw Hiang Cu lekas-lekas datang ke sini?" Tee Ju Liong menganggukkan kepalanya, dan orang itu segera pergi. Tee Ju Liong dan ketiga orang-orangnya lalu menuju ke rumah Bee Kun Bu. Baru saja mereka berjalan beberapa langkah, dari hutan terdengar suara ejekan, Tee Ju Liong menoleh ke belakang, dan di atas sebuah gundukan tanah di pinggir hutan tadi berdiri seorang tua yang kurus kering. Rupanya kulitnya tertutup dengan bulu ayam dan bulu bangau, rambutnya putih laksana perak, mengenakan Cong Sam (baju kurung panjang) yang hitam ia mirip seorang hweesio atau pendeta, memegang sebuah tongkat yang hitam mengkilat dan ujung tongkat tersebut berbentuk kepala ular ia berdiri di atas gundukan tanah itu dengan tak bergerak-gerak, Orang tua itu tidak seram kelihatannya. Hanya pakaiannya yang ganjil dan tongkat hitam berujung kepala ular itu menyebabkan orang seram melihatnya Tee Ju Liong sudah lama berkecimpung di kalangan Kang Ouw, Tentang orang yang ganjil itu rupanya telah pernah ia mendengar Hanya pada saat itu tak dapat mengingatnya, Dengan suara rendah ia perintahkan orang-orangnya. "Jangan hiraukan, Kita jalan terus." Mereka berjalan terus, Ketika mereka menoleh lagi, orang tua itu telah hilang entah ke mana. "Bukan main cepatnya," Tee Ju Liong berpikir. "Rupanya rumah Bee Kun Bu telah didatangi orang banyak, dan Bee Kun Bu sudah dikurung oleh musuh-musuh. Partaiku ingin menangkap Bee Kun Bu untuk dijadikan jaminan, dan pasti akan banyak menjumpai rintangan-rintangan, dan harus bertempur melawan saingan yang tak sedikit Ai! Peta asli Cong Cin To itu betul-betul banyak mencelakakan orang." Ketika sudah dekat rumah Bee Kun Bu yang bernama "Sui Goat San Cong", mereka bersembunyi di belakang semak belukar KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Pada saat Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan tiba di rumah, ayahnya Bee Liong sedang berada di ruang tamu membaca buku, Melihat anaknya dan Lie Ceng Loan kembali, ia menegur "Kamu baru kembali dari kuburan Ling Sio Cien?" "BetuI," Sahut Bee Kun Bu. "Ananda pikir, lebih baik kami lekas-lekas pergi ke pegunungan Kun Lun." "Baik," Sahut ayahnya. "Aku pun telah suruh A Luk menyiapkan keperluanmu lihat bungkusan itu di atas meja." Ia menunjuk sesuatu ransel besar berikut pedang Bee Kun Bu dan pedang Lie Ceng Loan. Rupanya ayahnya ingin supaya mereka lekas-lekas berangkat Bee Kun Bu terpaksa lekaslekas pergi, karena semakin lama mereka berangkat, semakin berbahaya bagi mereka, bahkan bagi ibu bapaknya. Setelah berlutut di hadapan ibu dan ayahnya untuk minta diri, mereka keluar dari rumah itu menuju ke pegunungan Kun Lun. Di sepanjang jalan Bee Kun Bu selalu termenung ia mengenang-ngenangkan bahwa ia harus lekas-lekas berangkat meskipun baru saja dua hari sampai di rumah, Dengan meninggal nya kakak sepupunya Ling Sio Cien yang cantik jelita dan berbudi, ibu bapaknya tak menghiraukan lagi kesenangan dunia, Dan peta asli Cong Cin Toyang diperebutkan oleh para jago-jago silat sehingga merupakan sumber maut Lie Ceng Loan menegur. "Kakak Kun Bu, apa yang direnungkan?" "O!" Sahutnya sambil tersenyum. "Apakah kau mengetahui bahwa banyak jago-jago silat di kalangan Kang Ouw mengintai-intai kita? Kita harus lekas-lekas keluar dari daerah ini untuk luput dari kurungan mereka." "Dengan berada di samping kakak, apapun juga tidak kutakuti?" Sahut si gadis dengan penuh tekad "Kakak suka aku terus mengikuti?" "Aku akan menjaga kau sebagai adik kandungku," Kata Bee Kun Bu, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Setelah lewat sejam, mereka sudah kembali lagi ke jalan yang menuju ke kota Gak Yo. Di jalan itu tampak tiga ekor kuda yang sedang dipacu ke arah mereka. Kuda yang terdepan ditunggangi oleh seorang gadis berbaju hijau, dan gagang pedang terlihat keluar punggungnya. Sedang kuda yang lain ditunggangi oleh dua orang laki-laki yang tinggi besar tubuhnya, Kemudian tampak lagi seorang laki-laki yang disuruh memanggil orang oleh Tee Ju Liong, ketika Lie Ceng Loan bertempur melawan si Naga Sakti Sungai Yang Tsu di depan kuburannya Ling Sio Cien. Begitu sampai di depan Bee Kun Bu, gadis berbaju hijau itu menahan kudanya, Orang yang paling belakang lalu berseru. "Souw Hiang Cu! itu mereka!" Souw Hiang Cu menghentikan kudanya, ia mengawasi Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, Lalu bertanya sambil tertawa. "Apakah kedua saudara ini dari partai Kun Lun?" "Betul," Sahut Bee Kun Bu. "Siocia ada urusan apakah maka menanya kami?" Si gadis berbaju hijau itu segera turun dari kudanya, lalu berkata. "Partai Kun Lun dengan ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoat dan ilmu tinju Tian Kong Cong telah terkenal di kalangan Bu Lim, Aku tak berani merintangi saudara berdua, Aku hanya ingin mengurus sesuatu hal dengan cara damai." Bee Kun Bu menaksir gadis itu berusia dua puluh dua tahun, Kedua pipinya merah jambu, kedua alisnya melengkung kedua bibirnya berbentuk buah lengkak, hidungnya bangir dan air mukanya cantik molele Hanya dari sorot matanya kelihatannya ia gagah perkasa dan kejam. Sambil bertindak mundur Bee Kun Bu berkata. "Siocia ada urusan apakah? Sebutlah!" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tapi jika kau tak setuju...?" Tanya si gadis, Ucapan itu seperti ancaman, dan Bee Kun Bu menjadi naik darah. "Setuju atau tidak itu urusanku, Kau tak dapat memaksaku!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sambil tersenyum si gadis mengejek "Rupanya kau ini kepala batu! Aku akan memaksamu jika kau tak setujui Terhadap gurumu juga aku akan menuntut begini!" "Ha! siapakah kau! Mulutmu terlampau besar!" Bentak Bee Kun Bu. "Apakah peta asli Cong Cin To bukannya di tangan partai Kun Lun?! Jika berada di tanganmu, lekas-lekaslah serahkan kepadaku untuk menghindarkan hal-hal yang tak diingini!" Dengan cepat tusukan itu ditangkis oleh si gadis berbaju hijau, kedua pedang segera bentrok dan Bee Kun Bu merasa lengan kanannya tergetar seakan-akan pedangnya akan terlepas dari pegangannya. Dengan suara mengejek, Bee Kun Bu menyahut. "Misalnya peta itu ada di tanganku, dan aku tidak mau menyerahkan, kau mau apa?! "O begitu? Kamu berdua tak dapat keluar dari jalan ini." Mengancam si gadis berbaju hijau, Bee Kun Bu tak dapat bersabar lagi, ia berbisik pada Lie Ceng Loan supaya menerjang bersama-sama. Lalu secepat kilat mereka mencabut pedangnya dan meloncat sedepa lebih ke belakang untuk mengambil posisi Tapi secepat kilat pula si gadis baju hijau dengan pedang terhunus sudah berada di hadapan Bee Kun Bu untuk merintanginya maju. "Pikir lagi, apakah kau ingin aku menggunakan kekerasan?!" Mengancam si gadis berbaju hijau itu, Sambil menusuk dengan pedangnya, Bee Kun Bu berteriak. "Kau ini keterlaluan! jaga tusukan ini!" Dengan cepat tusukan itu ditangkis oleh si gadis berbaju hijau, dan kedua pedang itu beradu, dan Bee Kun Bu merasa lengan kanannya tergetar seakan-akan pedangnya akan terlepas dari pegangannya, Pada saat itu ia melihat wajah lawannya juga berubah menjadi pucat! Dilain pihak Lie Ceng Loan sibuk bertempur melawan tiga orang lain-lain yang bertubuh besar KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Lie Ceng Loan tidak sabar seperti Bee Kun Bu. ia ingin segera menaklukkan lawan-lawannya dengan ilmu pedang Hun Kong Kiam Hoatnya, ia menyerang ke kiri dan ke kanan seakan-akan naga menari-nari di lautan. sebetulnya ilmu silat pedang Kun Lun itu tak ada taranya di kalangan Bu Lim, karena serangan-serangannya maupun kelitan-kelitannya beraneka warna dan secepat kilat Hanya dalam sepuluh jurus saja tiga orang laki-laki yang bertubuh besar itu sudah berada di pinggir jurang kematian! Bee Kun Bu yang hanya ingin luput dari kepungan agar dapat lekas-lekas tiba di pegunungan Kun Lun, setelah bertempur sepuluh jurus, segera insyaf bahwa gadis lawannya itu bukan lawan yang enteng, ia tak dapat berlalai-lalai. Lalu digunakannya ilmu Cui Hun Cap Ji Kiam atau ilmu mengusir roh. Dengan jurus Kie Hong Teng Kiauw (burung Hong mematok naga), jurus Ni Hong Bong Siauw (angin taufan menderu-deru) dan jurus Bu Hiam Yun Siu (pedut meliputi awan bergumul) si gadis terdesak mundur untuk meluputkan diri dari tusukan-tusukan atau tebasan-tebasan maut! Setelah mendesak mundur lawannya, ia meloncat ke samping Lie Ceng Loan, dan menebas putus tangan lawan Lie Ceng Loan, sambil berbisik: Turut aku menerjang keluar!" Lalu sambil tersenyum Lie Ceng Loan mengeluarkan jurus Hun Hua Hut Hut, (bunga berhamburan diembus angin) pedangnya menusuk lawan-lawannya sehingga mereka harus kocar-kacir jika tidak ingin dikirim ke akhirat! kemudian dengan ilmu meringankan tubuh, Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan meloncat keluar dari kepungan itu, dan dalam sekejap saja sudah menghilang, Souw Hiang Cu masih juga belum hilang dari terkejut nya. ia berdiri terpesona Lalu diperintahkannya salah seorang pengiringnya. "Kau laporkan kepada pemimpin partai bahwa mereka sudah luput dari kepungan Beritahukan supaya beliau menunggu di tepi telaga Tong Ting Ouw untuk sementara waktu!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Setelah itu, dipacunya kudanya, dan seorang diri berusaha mengejar Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, Diceritakannya bahwa setelah Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan merasa aman dari pengejaran, mereka mengambil jalan yang melalui hutan. Diwaktu lohor, tiba-tiba langit menjadi gelap, Hujan akan segera turun, Untuk berlindung dari hujan, mereka harus mencari sebuah pohon besar Betul juga hujan turun dengan derasnya, Tapi mereka masih kebasahan, Bee Kun Bu memanjat pohon itu dan mencoba mencari tempat berlindung yang lebih baik, Dari jauh tampak olehnya sebuah rumah kecil ia turun dan bersama-sama Sumoynya menuju ke rumah kecil itu, Rumah kecil itu adalah sebuah kuil tua yang telah ditinggalkan Ruang tengahnya masih utuh dan patungpatung yang besar-besar masih berdiri di belakang sebuah meja sembahyang, Mereka merasa aman di dalam ruangan itu, sedang di luar hujan turun dengan lebatnya dan angin menderu-deru. Selagi mereka duduk di lantai di ruangan itu, tiba-tiba Lie Ceng Loan bertanya. "Kakak Kun Bu, apakah peta Cong Cin To berada di tanganmu?" "Tidak," Sahut Bee Kun Bu sambil menggelengkan kepalanya. "Mereka itu tak mengenal aturan, Kau tidak memegang peta itu, mengapa kau yang dikejar-kejar?!" "Mereka ingin menangkap aku untuk dijadikan jaminan guna memaksa Suhuku memberikan peta asli Cong Cin To itu!" Bee Kun Bu menjelaskan "Jika demikian peta asli Cong Cin To itu berada di tangan Hian Ceng Totiang?" Menanya si gadis. "Aku pun belum mengetahuinya soal itu," Sahut Bee Kun Bu. Lalu mereka merebahkan diri di lantai untuk beristirahat pemuda itu tertarik sekali oleh cantik jelita-nya si gadis, akan tetapi ia adalah seorang pemuda yang agung, dan dipandangnya gadis itu sebagai adik kandungnya! KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Dihalaukannya semua pikiran-pikiran atau maksud-maksud yang keji! Di dalam gemuruh hujan yang lebat itu, ketika hari sudah mulai malam, terdengar oleh mereka suara siulan yang panjang, Bee Kun Bu menendang Lie Ceng Loan, lalu mereka berdiri Di luar kuil itu mereka dengar orang berkata sambil tertawa. "Hujan ini tak lekas-lekas berhenti Coba kau naik ke atas atap kuil dan mengadakan penyelidikan Aku ingin masuk ke dalam dulu." Bee Kun Bu menarik tangan Lie Ceng Loan untuk bersembunyi di belakang patung-patung yang besar Kemudian mereka lihat dua orang masuk berturut-turut Yang pertama adalah seorang pendeta berjubah hitam, bertubuh tinggi besar, matanya besar, alisnya berdiri, brewokan dan berusia lima puluh tahun lebih, Di pundaknya kelihatan sebuah pedang, dan tangannya memegang senjata gaitan, Yang kedua adalah seorang pelajar berwajah putih dan berusia lebih kurang empat puluh tahun, ia berpakaian baju biru dan di pinggangnya terselip senjata, Setelah mereka masuk ke dalam, mereka menyusut air hujan dari pakaiannya, lalu duduk berhadap-hadapan di lantai, Si pelajar berkata. "Pemimpih kuil San Ceng Koan bukannya jago silat picisan, Untuk merebut peta Cong Cin To, pertarungan dahsyat tak dapat dihindarkan. Menurut pendapatku selama dua hari ini, banyak jago-jago silat yang telah mengetahui itu, Tapi jumlah orang-orang yang terbanyak adalah dari partai Tian Liong, Hua San dan Kong Tong, Partai-partai lain misalnya partai-partai Bu Tong, Siauw Lim, Ngo Bie, Ceng Sia hanya mengirim murid-muridnya. Pemimpin-pemimpinnya belum datang, dan kita tak usah khawatir Yang kita takuti ialah orang-orang partai Tian Liong dan partai Hua San, Aku mendapat kabar bahwa partai Hua San dipimpin sendiri oleh pemimpinnya Tu Wee Seng, si lengan delapan, partai Tian Liong, meskipun pemimpinnya Souw Peng Hai tidak datang, akan tetapi kepala-kepa!a Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Pedang Karat Pena Beraksara Karya Tjan ID Sepasang Pendekar Kembar Karya Kho Ping Hoo