Bangau Sakti 30
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 30
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung "Jika guruku belum kembali, apakah yang kita harus lakukan?" Lie Ceng Loan tersenyum dan berkata sambil menghibur "Tidak apa. Kita dapat menunggu sampai Suhumu kembali...." "Jejaknya Suhuku tidak menentu, ada kalanya dia pergi berbulan-bulan baru kembali." Ia berhenti dan menjadi sangat cemas ketika ingat peristiwa di puncak Ngo Houw Leng. ia tak mengerti mengapa gurunya merampas Ban Lian Hwe Kwi dan memberitahukannya ada urusan penting, Tiba-tiba terdengar suara bangaunya, dan sejenak kemudian terlihat bangaunya itu terbang melayang di angkasa di bawah sinarnya rembulan Secepat kilat bangau itu terjun ke bawah dan berdiri di samping Pek Yun Hui. Pek Yun Hui menjadi gembira menjumpai bangaunya pula, karena ia tahu pasti, jika bangau ini kembali, Suhunya pun sudah kembali! Bangau itu, disamping ia, hanya gurunya dapat menggunakan Ketika ia tidak menjumpai bangaunya, ia menjadi cemas. Kemudian, ia jumpai gurunya di pegunungan dekat puncak Ngo Houw Leng, ia yakin bahwa bangau itu dibawa oleh gurunya untuk suatu tugas, Kini ia jumpai bangaunya lagi, dan menurut keyakinannya, gurunya pun telah kembali, ia berseru. "Ayo! Kita lekas-lekas jalan, Suhuku telah kembali!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Mereka berlari-lari, dan dalam sekejap saja telah tiba di kaki puncak Pek Yun Siat, Tiba-tiba terdengar oleh mereka suara getaran tali alat musik. Betul suara itu tidak terlalu nyaring, akan tetapi cukup membikin mereka terkejut Mereka berhenti Bangau itu segera berbunyi, dan terbang naik ke atas entah kemana! Melihat peristiwa yang ganjil itu, Pek Yun Hui terperanjat dan merasa heran, Kemudian ia berseru. "Loan Moi, lekas-lekas berlalu. Dan ia lari ke depan! Sikapnya yang ganjil itu membikin Lie Ceng Loan dan Pang Siu Wie menjadi bingung, tetapi mereka pun turut berlari Setelah berlari-lari selama seperempat jam, Pek Yun Hui berhenti dan serahkan Bee Kun Bu kepada Lie Ceng Loan untuk digendong, Lalu ia loncat ke depan secepat kilat dan berusaha menubruk sesuatu! Lie Ceng Loan dan Pang Siu Wie mengawasi dan segera menyaksikan bahwa di semak belukar di depan mereka tampak duduk seorang kakek, berjenggot dan berjubah hijau, Di samping kakek itu, lebih kurang sedepa jauhnya, duduk bersila seorang gadis berpakaian sutera biru, dan memegang sebuah alat musik. Di belakang gadis itu duduk berderet-deret empat gadis, telanjang kaki dan berpakaian baju kurung berwarna biru pula, Dengan kedua mata berlinang, dan gitar di pangkuannya, gadis yang berpakaian sutera biru itu memetik tali alat musiknya dengan wajah yang suram dan sedih menghadapi si kakek yang sedang duduk sangat tenangnya.... Pek Yun Hui menubruk si kakek, dan dengan suara terharu ia bersemi "Suhu! Suhu! Aku telah kembali...." Si kakek melotot dan membentak. "Apa gunanya kau kembali sekarang? Ayo, lekas lekas enyah!" Ia mengusir Pek Yun Hui dengan menghalaukan Pek Yun Hui dengan tangan nya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Si gadis yang berpakaian sutera biru memetik tali alat musiknya tiga kali.... Tiba-tiba Lie Ceng Loan merasa kedua lengannya menjadi lemas, dan sejenak kemudian Bee Kun Bu yang sedang digendongnya terjatuh di tanah! Pang Siu Wie bertindak tiga langkah segera berhenti Pek Yun Hui hanya menjadi gelisah.... Syukur si gadis tidak memetiknya terus dan ketiga orang itu pun tidak dipengaruhi pula oleh nada yang terdengar keluar dari tali alat musik itu! Lie Ceng Loan lekas-lekas angkat Bee Kun Bu sambil berkata. "Suara yang sangat memilukan hati!" Lalu si kakek membentak lagi dengan kedua matanya melotot. "Ayo, lekas enyah! Jika tidak, mungkin terlambat Aku telah terluka parah!" Pek Yun Hui menampak sikap gurunya sangat luar biasa dan wajahnya pucat sekali, dan ia yakin bahwa gurunya betulbetul terluka, ia lalu loncat menerkam gadis yang berpakaian sutera biru itu. Tetapi gadis itu tidak bergerak, hanya keempat gadis yang duduk di belakangnya segera bangkit menghalau serangan, Pek Yun Hui telah menyerang dengan jurus Gie San Tin Hai atau Tenaga yang dapat merobohkan gunung dan membalikkan lautan, tetapi keempat gadis itu, setelah mengegoskan serangan itu, batas menyerang dengan berbareng, sehingga delapan tinju berbareng menyerang Pek Yun Hui. Pang Siu Wie yang melihat empat orang menyerang satu orang menjadi panas, ia menjerit dan menerjang maju siap sedia dengan kantong pasir beracunnya, Si kakek memperingatkan "Pek Ji, lekas-lekas berhenti Dia adalah saudaramu, kau tak dapat melawan dia!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Setelah mendengar kata-kata gurunya, dan setelah menangkis semua serangan-serangan, Pek Yun Hui berhasil loncat keluar dari kepungan keempat gadis itu, Mereka pun tidak mengejar, tetapi segera berdiri di depan gadis yang berpakaian sutera biru itu, Pang Siu Wie yang sudah siap menyambit dengan pasir beracunnya segera berhenti setelah mendengar peringatan si kakek, ia pun loncat berdiri di belakangnya Pek Yun Hui. Lalu si gadis berbaju sutera biru bangun dan menghampiri si kakek melalui Pek Yun Hui dengan sikap yang tenang. Sebetulnya, Pek Yun Hui hendak memukul gadis itu sampai mati ketika dia sedang melewat di depannya, Tetapi setelah melihat wajahnya, Pek Yun Hui terkejut, karena wajah itu agaknya ia pernah lihat, entah dimana. Si gadis itu lalu berlutut di hadapan si kakek, dan alat musiknya masih tetap dipeluknya, Dengan suara rendah ia berkata kepada si kakek. "Lo Pek (paman tua), sebelumnya ibuku meninggal dunia, dia telah memberitahukan kepadaku bahwa aku harus datang ke pegunungan Koat Cong San mencari Lo Pek di puncak Pek Yun Siat, dan suruh aku dengan lagu Hian Im Hauw Sim (Tali ajaib menggetar menghancurkan jantung) membinasakan Lo Pek. sebetulnya aku tidak berniat melakukan ini, terutama karena Lo Pek berlaku baik terhadap aku dengan memberikan Hwee Tan (Pil api) dari Ban Lian Hwe Kwi untuk aku makan, ibuku juga pernah mengatakan bahwa orang yang telah makan Hwee Tan dari Ban Lian Hwe Kwi tidak bisa mati. Aku pereaya bahwa Ban Lian Hwe Kwi itu adalah suatu binatang yang ajaib sekalL,." Setelah menghela napas, si kakek berkata dengan sedih sekali. "Kata-kata ibumu betul! Dia telah menderita karena perbuatanku Meskipun aku dibunuh dan kemudian dipotong berkeping-keping, aku rela, Hanya sayang sekali semasa hidupnya dia tak dapat membunuh aku... aku yang tak mengenal budi kasihnya.,.," KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Si gadis matanya membelalak setelah mendengar katakata kakek itu, dan ia menanya. "Ha! Apakah Lo Pek kenal ibuku???" Si kakek menengadah mengawasi bulan, lalu ia menjawab. "Aku dan ibumu pernah berjumpa beberapa kali...." Pek Yun Hui juga loncat berlutut di hadapan gurunya dan berkata. "Suhu kenal ibunya, tetapi mengapa tidak mau menerangkannya dengan jelas?" Ia belum bicara habis, tiba-tiba mereka semua dibikin terkejut oleh jeritannya yang sangat memilukan hati, dan semua mata ditujukan ke arah ia. Karena pada waktu itu Pek Yun Hui ingat akan Hwee Tan yang telah dimakan oleh si gadis berbaju sutera biru, ia yakin Bee Kun Bu tak dapat ditolong lagi, Si kakek dan si gadis dibikin kaget sekali oleh jeritan Pek Yun Hui, begitu juga Lie Ceng Loan dan Pang Siu Wie. Si kakek lalu bangun dan mengangkat kedua tangannya sambil terus berjalan cepat memutar dua kali untuk kemudian duduk di tempat asal Pek Yun Hui menyaksikan cara jalan gurunya, dan mengetahui bahwa cara itu adalah untuk memulihkan tenaga dalam dan semangat ia berpikir "Apakah guruku betul-betul menderita luka di dalam tubuh? AJcu tak pereaya, karena dengan ilmu silatnya yang demikian tingginya, siapakah yang bisa melukai dia?" Lalu si gadis berbaju sutera biru berkata lagi. "lbuku telah memesan aku untuk membinasakan kau. Semula kukira kau seorang yang jahat Tetapi dengan kepala mata sendiri aku menyaksikan bahwa kau seorang yang baik hati dan berbudi sebetulnya ibuku mempunyai dendam apakah terhadap kau sehingga kau harus dibinasakan...???Si kakek tertawa dan berkata. "Pada sekarang ini, hanya kau dan ibumu yang bisa membinasakan aku. ibumu telah meninggal dunia, dan sekarang hanya kau seorang yang KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dapat membinasakan aku. Jika kau tidak melaksanakan pesan ibumu akupun tak bisa mati!" Tiba-tiba Pek Yun Hui rebut alat musiknya gadis itu, Tetapi gadis itu hanya mengawasi dan berkata. "Lebih baik kau hancurkan Kim itu, karena aku pun tak akan memetiknya lagi!" Si kakek membentak: Apa?! Kau tidak mau melaksanakan pesan ibumu!? Nyatalah kau seorang puteri yang tak berbakti!" Si gadis menangis tersedu-sedu dan berkata. "Te-tapi... kau terlampau baik terhadap aku,., jika aku membinasakan kau, aku akan menyesal seumur hidupku.,.," Tetapi ibumu telah menderita, dia telah memelihara kau dan mengajarkan kau cara-cara untuk membalas dendam. Jika kau tidak membinasakan aku untuk memenuhi pesan ibumu, mungkin kau tidak ada muka menemui dia di dunia baka.,." Kata si kakek sambil tersenyum Tiba-tiba si gadis coba merebut kembali Kimnya dari tangannya Pek Yun Hui. Tetapi Pek Yun Hui lebih cepat mengegoskan diri. Sambil bangun Pek Yun Hui mengancam. "Jika kau masih hendak merampas Kim ini, aku betul-betul akan menghancurkannya!" Ketika itu keempat gadis berbareng menyergap Pek Yun Hui, Pang Siu Wie dan Lie Ceng Loan loncat mencegah. "Berhenti!" Si kakek membentak dan lengan kanannya memukul udara, tetapi hembusan angin dari jotosan itu telah mendampar Lie Ceng Loan, Pang Siu Wie dan keempat gadis sehingga mereka semuanya jatuh terlentang di tanah! Pada saat itu Pek Yun Hui angkat gitar itu dan dengan sekuat tenaga ia lempar ke atas satu batu besar yang beberapa depa jauhnya dari ia. Tetapi si kakek mengebut lengan baju kirinya, dan dalam sekejap mata, Kim atau alat KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ musik itu jatuh ke dalam tangannya untuk dilempar kepada si gadis berbaju sutera biru! Pek Yun Hui telah lempar alat musik itu dengan sekuat tenaga, akan tetapi si kakek hanya bangkit dan mengebut lengan baju kirinya, dan Kim itu jatuh ke dalam tangannya untuk dilemparkan kembali kepada pemilik-nya. perbuatan atau kepandaian si kakek itu bukan saja menakjubkan Lie Ceng Loan dan Pang Siu Wie, bahkan Pek Yun Hui dan si gadis berbaju sutera biru! Pek Yun Hui insyaf bahwa jika gadis itu memetik tali Kimnya, maka mereka semua akan menjadi lumpuh tak berdaya! Setelah semangatnya kumpul kembali, Pek Yun Hui menerkam si gadis lagi untuk merampas alat musik-nya. LagiIagi si kakek merintangi, dan membentak. "Pek Ji, lepaskan tanganmu!" Pek Yun Hui yang sudah masgul karena Hwee Tan telah dimakan oleh si gadis itu, dan kini dibentak oleh gurunya, menjadi nekat, ia berteriak. "Aku tak akan lepas meskipun Suhu pukul mati kepadaku!" "Htn, apakah kau kira aku tidak berani memukul mati kepadamu?" Seru si kakek dan tinju kirinya melayang, tetapi segera juga ditarik lagi, Pek Yun Hui sudah memejamkan kedua matanya menerima pukulan, tetapi si kakek terkenang akan hubungannya terhadap murid kesayangannya itu, ia terkenang ketika Pek Yun Hui masih kecil telah menyertai ia tinggal terpencil di atas puncak Pek Yun Siat, dan ia telah mengajarkan banyak ilmu silat kepadanya, Namun tinju itu mengenai juga pipinya Pek Yun Hui sehingga menjadi bengkak! ia bukan main menyesalnya atas perbuatannya yang bernapsu itu. ia geprak tanah dengan sekuat tenaga sambil berlutut, dan menundukkan kepalanya dengan air mata berlinang. Dengan menahan sakit dan mengucurkan air mata Pek Yun Hui meratap. "Suhu,., meskipun Suhu ingin mati, aku KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ minta suhu memberitahukan alasannya...." Lalu ia betot alat musik itu dari tangannya si gadis, Si gadis itu berkata dengan sikap memohon. "Kau jangan hancurkan Kim itu, yang menjadi pusaka peninggalan ibuku, Jika aku ingat akan ibuku, aku ingin memetik talinya dan mainkan beberapa lagu untuk roh-nya." Si kakek juga berkata. "Pek Ji, sabar, janganlah kau hancurkan Kim itu!" "Baik, tetapi Suhu harus memberitahukan rahasia yang terpendam dalam hati Suhu," Kata Pek Yun Hui mengajukan syaratnya, Si kakek berpikir, lalu menjawabnya: Tentang itu, aku harus mempertimbangkan dulu." Rupanya si gadis itu terharu menampak sikap yang keras dari Pek Yun Hui karena sayang gurunya. "Menurut apa yang aku tahu, ibuku belum pernah berlalu dari lembah Pek Hua Kok. Cara bagaimanakah Lo Pek mempunyai hubungan dengan ibuku, aku sedikitpun tak mengetahui...." Kemudian ia mengawasi Pek Yun Hui, dan segera ia keluarkan satu saputangan dari sutera putih, ia buka saputangan itu dan dibentangkan di atas rumput Terlihat di atas sutera putih itu gambar dari satu anak perempuan yang berusia lebih kurang tiga-empat tahun, dengan dua kuncir, mengenakan baju sutera, dan di belakang anak itu berdiri seorang wanita yang cantik dan berusia lebih kurang dua tahun. Melihat wajahnya anak perempuan dalam gambar itu mirip sekali dengan wajahnya sendiri Pek Yun Hui terperanjat dan berseru "O!" Si kakek tak tahan mengucurkan air matanya ketika melihat lukisan di atas sapu tangan sutera putih itu, dan seluruh tubuhnya menggigil gemetar KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Gadis itu setelah mengawasi lagi air mukanya Pek Yun Hui, juga berseru. "Lan Tai Kong Cu! Lan Tai Kong Cu! (Puteri bunga tulip)...." Pek Yun Hui lebih terperanjat lagi ketika ia dipanggil dengan nama aslinya, Tiba-tiba si kakek bangkit, dan sambil membantingkan satu kaki di atas rumput ia berseru. "Aku ini berdosa! Sungguh berdosa! Selama sepuluh tahun lebih, aku terus...." Pek Yun Hui menubruk si kakek dan menanya. "Suhu! Suhu! Kau mengapa?" Tetapi si kakek memukul dadanya dan menjerit. "Sudah! Sudahlah! Kalian anak kemarin dulu tidak tahu apa-apa...!" Lalu ia memuntahkan darah, dan berjingkrak-jingkrak seperti orang yang tubuhnya terbakar pakaiannya basah kuyup dengan keringatnya, Kemudian ia duduk lagi di atas rumput dan berkata, suaranya terputus-putus. "Aku luka parah sekali, mungkin tak dapat hidup lama lagi.." Si gadis berbaju sutera biru itu menghampiri dan menanya. "Lo Pek, apakah kau betul-betul luka parah.... Bolehkah aku menolong kau?" Dengan sikap seorang ayah yang mencinta ia menjawab "Meskipun lukaku parah, akan tetapi aku masih sukar mati. Selama sepuluh tahun lebih ini, siang malam aku selalu memikir satu soal yang aku tak mengerti apa sebabnya, Tetapi sekarang aku mengerti...." Ia berhenti sebentar dan mengawasi Bee Kun Bu yang berbaring di atas rumput dalam keadaan tak sadarkan diri "Aku mengerti, hanya aku khawatir aku terlambat Apakah ibumu tidak ada pesan lainnya?" Si gadis berbaju sutera biru berpikir sejenak dan menjawab. "Ada, ibu mengatakan kepadaku bahwa makhluk yang harus ditakuti di dunia ini bukanlah ular berbisa atau binatang buas. Jika aku menyukai seorang laki-laki aku lekaslekas bunuh laki-laki itu! Demikian pesan ibuku!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kata-kata ibumu itu betul," Berkata si kakek sambil menundukkan kepalanya. "Dia jika tidak mencintai aku, dia tak akan datang ke dalam pegunungan ini dan menderita dua puluh tahun lebih. Dia telah melupakan penghidupan yang mewah dan melalui banyak bahaya untuk kabur bersamasama aku ke pegunungan Koat Cong San ini, dan tinggal terpencil di dalam goa batu, Tiap-tiap hari tidak melihat orang, tetapi binatang liar dan ular berbisa yang menjadi tetangganya, Untuk apakah? itulah karena dia mencintai aku, Dia telah meninggalkan singgasana ratu, dan rela hidup sengsara bersama-sama aku, Ya, asmara itu nikmat, tetapi banyak durinya! Aku tak berdaya membikin dia berbahagia, dan hal ini yang menekan aku selama enamtujuh tahun, sekarang setelah aku melihat pemuda yang terluka itu, aku menjadi insyaf, Aku belum pernah pukul ibumu atau memakinya meski sepatah katapun! Tetapi aku tak sampai hati melihat dia rela hidup terpencil, melupakan segala kesenangan dunia...." Pek Yun Hui menegur "Suhu, kau sedang bicarakan tentang siapakah?" Si kakek tersenyum dan meneruskan. "Sebetulnya aku tak sudi memberitahukan peristiwa yang lampau ini kepada kalian berdua, Tetapi aku khawatir Jika aku mati, kalian berdua tidak akan mengetahuinya, Mungkin juga kalian tidak mengetahui tentang riwayatmu sendiri.." "Jika Lo Pek telah mengetahui dan kenal baik ibuku, Lo Pek pasti telah hidup bersama-sama ibuku lama sekali.,." Kata si gadis itu. "Ha! Apakah ibumu tidak memberitahukan kau siapa ayahmu?" Tanya si kakek dengan perasaan heran. "Tidak," Jawab si gadis. "lbuku belum pernah memberitahukan aku siapa ayahku, Pada suatu hari aku menanya, dan dia menjadi gusar sekali, sebetulnya dia belum pernah maki aku, dia sangat mencintai aku, Tetapi ketika itu ia KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menjadi gusar sekali, dia kata bahwa ayahku adalah seorang yang busuk, dan melarang aku menyebut-nyebut hal itu lagi!" Si kakek tertawa dan berkata: ibumu betul! Ayahmu sebetulnya seorang yang busuk dan jahat!" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pek Yun Hui mendengari pereakapan itu dengan penuh perhatian dan sebentar-sebentar ia menoleh kepada lukisan di atas sapu tangan sutera putih itu, Lalu si kakek mengawasi Pek Yun Hui dan berkata dengan khidmat: Terlebih dulu aku minta Kong Cu (Puteri) mengampuni aku si tua bangka ini karena dosa pengkhianatanku, kemudian aku akan menceritakan kisah seterusnya...." "Suhu ada omongan apa, katakanlah Melihat sikap dan lagak Suhu itu membikin aku makin gelisah," Kata Pek Yun Hui. "Na, dengarlah kalian berdua," Si kakek memulai. "Semua orang telah mengetahui bahwa kaisar Bu Cong almarhum tidak mempunyai turunan, maka setelah beliau meninggal dunia, putera dari adiknya diangkat menjadi SIAN HOK SIN CIN - T.S.S. jtikt 9 37 kaisar Mereka tidak mengetahui bahwa darah dagingnya kaisar Bu Cong sendiri yang dilahirkan oleh salah satu gundiknya dibawa lari oleh aku dan Cui Tiap ke dalam pegunungan...." Pek Yun Hui tidak sabar mendengarkan kisah itu karena ia hanya memikir kesehatan atau jiwanya Bee Kun Bu. ia menegur. "Urusan orang-orang di istana raja tidak ada hubungannya dengan kami Lebih baik jangan di-ceritakan." Si kakek tertawa dan berkata. "Justru kisah ini sangat bersangkut paut dan erat hubungannya dengan kau. Mungkin juga kau telah mengetahui sedikit, tetapi kau yang berwatak agung dan luhur selalu mempertahankan hubungan guru dan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ murid terhadap aku, dan aku pun tidak pernah membuka rahasia itu. Di zaman mudaku, aku selalu berkelana mencari guru-guru silat yang pandai Setelah aku menjadi seorang ahli silat, dengan peran-taraan seorang saudara seperguruan aku beruntung menjadi satu angota barisan pengawal kaisar Hauw Cong aImarhum...." Ia berhenti dan mengawasi gadis yang berpakaian sutera biru, lalu melanjutkan "Ya, ,,.pada ketika itulah aku mengenal ibunya Siauw Tiap, dan ketika itu dia baru saja berusia lima belas tahun, Tetapi dia telah disegani oleh kaisar dan dimasukkan ke dalam istana menjadi gundiknya!" Si gadis itu melotot dan menegur. "Kau kenal ibu-ku???" Si kakek mengangguk dan berkata. "Aku adalah ayahmu! Karena ibumu sangat membenci aku, dia tak sudi memberitahukan ini kepadamu!H Di bawah sinar bulan terlihat nyata si kakek dan si gadis mengucurkan air mata, karena terharu, Anak bertemu ayah! Sebetulnya si kakek itu bernama Na Hai Peng, dan di zaman kerajaaan Beng Tiauw, dia adalah pengawal pribadi dari kaisar Hauw Cong, Dengan ilmu silatnya yang tinggi, dia sangat dipereaya oleh Kaisar Hauw Cong dan sering-sering menyertainya keluar masuk istana, Untuk jasanya, Kaisar Hauw Cong telah menghadiahkan kepadanya satu gundik yang bernama Cui Tiap (lbunya si gadis berpakain sutera biru). Tetapi Na Hai Peng yang hanya gemar akan ilmu silat, tidak sudi berumah tangga, meskipun Cui Tiap itu seorang wanita yang muda dan cantik jelita, Sebagai suami istri, mereka hidup beberapa tahun, tetapi Na Hai Peng tidak menaruh kasih sayang kepada Cui Tiap yang rela berkorban untuk pria yang dia sangat cintai itu, Pada suatu hari, Na Hai Peng berhasil menangkap seorang perampok besar yang telah menerobos masuk ke dalam istana di waktu malam, Dari badannya perampok besar KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ itu, ia telah dapatkan kitab Kui Goan Pit Cek (kitab ilmu silat) itu, Setelah melihat peta itu, hatinya tergerak, dan ia yang senantiasa gemar akan ilmu silat, lalu mengambil keputusan mencari kitab Kui Goan Pit Cek itu. Pada suatu malam, tanpa diketahui orang, ia kabur dari istana. Kaisar Hauw Cong yang sangat sayang kepadanya menjadi gelisah ketika mengetahui bahwa Na Hai Peng itu hilang. Diperintahkannya kedua orang menteri kepereayaannya untuk mencari Na Hai Peng, Kedua menteri tersebut lalu mengerahkan hampir semua jago-jago silat dan serdadu-serdadunya untuk mencari di semua tempat dan pelosok di dalam negeri tetapi usaha mereka hampa, karena Na Hai Peng tidak dapat diketemukan! Setelah lewat satu tahun barulah usaha mencari Na Hai Peng yang hilang itu mulai menjadi reda. Meskipun Na Hai Peng memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, akan tetapi ia tak mempunyai pengalaman, karena setelah ia berhasil mempelajari ilmu silat, ia menjadi pengawal kaisar, dan jarang sekali bereampur gaul dengan para jago silat di kalangan Kang-ouw. Berdasar atas peta asli Cong Cin To itu, ia telah menghamburkan waktu setengah tahun untuk tiba di tempat di mana kitab Kui Goan Pit Cek itu disembunyikan Peta itu hanya melukiskan tiga puncak gunung yang mengapit sebuah lembah curam, dimana banyak jalan yang berliku-liku dan pohon-pohon cemara tumbuh dengan suburnya, Tampak pula sebuah pohon cemara yang lebih tinggi daripada pohon-pohon lainnya dan daunnya yang rindang merupakan payung. Sinar bulan memancar melalui daun-daun pohon itu ke atas sebuah sungai yang mengalir di bawah pohon itu. Meskipun sungai itu tidak luas, tapi dalam dasarnya, ia tak dapat menafsirkan petunjuk-petunjuk di atas peta itu, namun ia sangat ulet Selama hampir satu bulan ia berusaha mencari tempat itu yang terletak di pegunungan Koat Cong San, dan akhirnya ia tiba di atas puncak Pek Yun Siat, tidak jauh dari air KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ terjun yang mengalir dari puncak yang di tengah dari ketiga puncak yang ganjil itu. Justru puncak Pek Yun Siat inilah tempat bertapanya Tian Ki Cin Jin (Jago silat sakti) atau disebut juga Giok Liong Cin Jin. Pada lebih kurang tiga ratus tahun yang lampau, Giok Liong Cin Jin. Pada lebih kurang tiga ratus tahun yang lampau Giok Liong Cin Jin dengan kedua tinjunya telah menaklukkan para jago silat, sehingga dia dapat julukan Thian He Bu Kong Tee It (Jago silat nomor satu di kolong langit), Nama itu telah menimbulkan iri hati seorang yang bertabiat ganjil Orang itu, meskipun seorang wanita, tetapi juga seorang rahib yang memiliki ilmu silat luar biasa. Pada tahun ketiga setelah Giok Liong Cin Jin menaklukkan para jago silat di puncak Sao Sit Hong, rahib wanita itu, yang bernama San Im Shi Ni, dengan tidak menghiraukan tempat yang jauh telah datang dari pegunungan Altai di sebelah barat ke timur ia datang ke pegunungan Koat Cong San di propinsi Ciat-kang (Ze-kiang) hanya untuk mengadu silat kepada Giok Liong Cin Jin, Mulailah suatu pertempuran yang maha dahsyat di desa Ceng Yun Giam dekat pegunungan Koat Cong San itu. pertempuran itu berlangsung selama tiga hari tiga malam, dan telah lebih dari lima ribu jurus! Namun, belum juga ada yang kalah atau yang menang! Pada hari ke empat, masing-masing menggunakan seluruh tenaga dalamnya, dan demikian dahsyatnya pertarungan tersebut sehingga kedua-duanya luka parah dan keduaduanya kalah, Masing-masing mengetahui bahwa mereka tak akan lama lagi hidup dan dalam keadaan payah itu, mereka berbalik menjadi kawan. Mereka tidak mempunyai murid, Bersama-sama mereka mengarang kemahiran dan kepandaian silatnya dan menjadikan tiga Jilid buku, yang mereka simpan di dalam sebuah goa batu di pegunungan Koat Cong San dan buku-buku tersebut mereka namakan Kui Goan Pit Cek yang artinya sebagai berikut: Semua ilmu silat KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dari segala jurusan mengalir ke satu tempat dan tidak menyimpang dari tujuannya, setelah selesai menyusun tiga Jilid buku itu, mereka menggambar sebuah peta yang disebut Cong Cin To, yang ditaruhnya di dalam sebuah kotak dari batu Giok, dan disembunyikan diantara dua jurang, Kemudian kedua orang yang aneh itu meninggal dunia di pegunungan Koat Cong San. Maka Na Hai Peng setelah masuk ke dalam satu goa di atas puncak Pek Yun Siat telah melihat tanda-tanda bekas peninggalan Tian Ki Cin Jin atau Giok Liong Cin Jin itu. Hasrat untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu tak kunjung padam, karena tanda-tanda bekas itu membuktikan bahwa kitab ajaib itu ada. Setelah beristirahat di dalam goa itu selama dua hari, ia kembali lagi ke dekat air terjun diantara ketiga puncak gunung seperti terlukis di dalam peta Cong Cin To. Tetapi setelah mundar-mandir selama dua hari, ia masih juga tidak berhasil menemukannya. Pada hari ketiga ia menjumpai dua jago silat dari kalangan Bu Lim. Na Hai Peng yang sudah lama tidak menjumpai manusia merasa gembira menemui kedua orang itu, Setelah mereka bereakap-cakap, ia baru mengetahui bahwa kedua jago silat itu juga datang ke pegunungan Koat Cong San dengan hasrat mencari kitab Kui Goan Pit Cek, meskipun mereka tidak memiliki peta Cong Cin To yang diperlukan untuk mencari kitab Kui Goan Pit Cek itu, sebetulnya kedua orang itu datang ke pegunungan tersebut setelah mereka mendengar kabar tentang cerita yang telah menjadi umum di kalangan Kang-ouw. -ooo0oooTerjebak Kedua jago silat itu menceritakan bahwa setelah mereka berusaha selama setahun mencari tempat disembunyikan nya kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, mereka hanya berhasil tiba di dekatnya daerah di mana ketiga puncak yang berdiri tegak KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ merupakan sudut segi tiga dan air terjun yang mengalir dari puncak di tengah. Na Hai Peng mendengarnya dengan penuh perhatian dan pikirnya. "Aku kira hanya aku seorang yang gemar akan ilmu silat, tetapi ternyata masih ada jago-jago silat yang berusaha keras mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, Aku memiliki peta Cong Cin To, tetapi aku belum berhasil mencari tempat disembunyikannya kitab-kitab itu. Mengapa aku tidak berusaha mencarinya ber-sama-sama kedua jago silat ini?" Ia insyaf bahwa karena ia telah tinggal lama di dalam istana raja, ia tak mengetahui banyak tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di kalangan Kang-ouw, dan ia pun tak dapat menyelami hati orang lain, Dengan tekad mencari kitabkitab Kui Goan Pit Cek bersama-sama kedua jago silat itu, maka ia lalu keluarkan peta Cong Cin To dari kantong bajunya, dan segera mempelajari petunjuk-petunjuk yang tertera di atas peta itu bersama-sama. Sebetulnya kedua jago silat itu adalah perampok besar Yang satu bernama Ciu Ki, dan yang lain bernama Kang Cwan, mereka terkenal sebagai Kim Leng Ji Houw (Dua harimau dari daerah Kim Leng) yang telah merampok dan melakukan kejahatan di daerah sebelah selatan sungai Yo-cu selama sepuluh tahun lebih, sehingga semua gubernur dari enam propinsi di sebelah selatan sungai Yo-cu itu berusaha keras menangkap mereka, Akan tetapi karena mereka memiliki ilmu silat yang tinggi, dan juga mempunyai banyak tempat-tempat sembunyi, mereka selalu luput dari penangkapan, Kemudian pembesar pembesar dari enam propinsi itu berserikat, dan dengan bantuannya pemimpin-pemimpin partai silat di keenam propinsi tersebut mereka melakukan pengejaran Pada satu ketika, mereka terkepung, dan mereka harus melawan mati-matian. Meskipun terluka, lagi-lagi mereka berhasil lolos dari kepungan! KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Setelah menderita kekalahan dan luka-luka. "kedua harimau ini bertekad memperdalam ilmu silatnya agar dapat menjagoi di kalangan Kang-ouw, Mereka juga telah mendengar tentang kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang berisi banyak petunjuk-petunjuk tentang ilmu silat dan sebagainya Lalu mereka menuju ke pegunungan Koat Cong San. Setelah mereka berusaha mencari selama setengah tahun tanpa hasil, mereka menjadi kecewa, Justru ketika mereka hendak berlalu dari pegunungan Koat Cong San, mereka menjumpai Na Hai Peng. Setelah Ciu Ki dan Kang Cwan memeriksa petunjukpetunjuk di atas peta Cong Cin To itu, harapan mereka timbul pula, Mereka saling pandang, dan kemudian tersenyum. Harus diketahui bahwa "kedua harimau" Ini, yang tak pernah berpisah selama sepuluh tahun lebih bersama melakukan kejahatan-kejahatan, boleh dikatakan sehati dan sepikiran. Dengan hanya satu senyuman atau kedipan mata, mereka segera dapat mengetahui pikiran atau keputusan masing-masing, Na Hai Peng yang kurang pengalaman tentu saja tidak mengetahui isyarat kedua perampok besar itu. Lalu dengan menuruti petunjuk-petunjuk di atas peta Cong Cin To itu mereka menuju ke kaki ketiga puncak yang berdiri tegak dimana air terjun mengalir dari puncak yang di tengahtengah. Ciu Ki membaca sajak yang tertera di atas peta dan yang berbunyi. "Pohon-pohon cemara menyaring sinar bulan, Di atas batu-batu air jernih beraliran." Mereka betul-betul melihat pohon-pohon cemara yang tumbuh di dekat pinggir sungai yang banyak batu-batu di dasarnya, Sungai itu mengalir melalui sebuah batu yarfg besar dan mengalir masuk ke dalam sebuah goa. Batu besar itu rupanya belum pernah diganggu, Untuk menyelidiki lebih jauh, mereka berenang dan merayap naik ke atas batu yang besar itu. "Batu besar ini rupanya sebagai kunci dari usaha kita. Kita harus menyelam dan menyelidiki apa adanya di balik batu KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ yang besar ini. Kita harus mencari rotan yang kuat untuk dibuat menjadi tali" Kata Ciu Ki. Kang Cwan lalu berenang kembali ke darat, diikuti oleh Na Hai Peng dan Ciu Ki. Mereka mencari rotan yang kuat untuk dibuat tali, Kemudian Na Hai Peng dibujuk oleh mereka untuk menyelam lebih dulu, dengan tali rotan diikat erat-erat di pinggangnya, Na Hai Peng yang tidak mencurigai maksud busuk dari kedua perampok besar itu segera terjun ke dalam sungai dan menyelam, Ciu" Ki dan Kang Cwan mengulur rotan itu, dan setelah diulur sampai dua ratus depa lebih, rupanya Na Hai Peng telah tiba di tempat tujuannya, Ciu Ki tertawa gelak-gelak dan berkata kepada kawannya. "Si tolol itu mudah ditipu, Mungkin juga dia telah tiba di tempat kitab-kitab Kui Goan Pit Cek tersimpan Biarlah dia jadi pelopor dalam usaha kita, sebentar lagi kita juga turun menyelam dan merampas kitab-kitab itu dari tangannya!" Sambil tersenyum Kang Cwan menjawab. "Menurut pendapatku, kita tidak usah turun menyelam, Biar saja kita menunggu di sini, Si tolol itu tentu akan kembali ke sini, bukan? Dan jika dia berhadapan dengan kita, kau boleh sengaja bertengkar dengan dia, dan aku yang nanti bunuh dia dengan satu bacokan, Ha! Ha! Ha!" Demikianlah kedua perampok besar itu menunggu di pinggir sungai dengan perhitungan untuk merampas kitabkitab Kui Goan Pit Cek dari tangannya Na Hai Peng. Tetapi sudah dua hari dua malam mereka menunggu Na Hai Peng belum juga nampak keluar! Di hari ke tiga, Ciu Ki tak dapat bersabar lagi "Kita tak dapat menunggu lebih lama lagi! Kita harus turun menyela m. Aku khawatir si tolol itu, setelah memperoleh kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, tidak mau naik, atau menemui jalan lain dan keluar dari situ, Kita diselomoti!" Katanya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Kang Cwan berpikir sejenak, dan sambil geleng-geleng kepala ia menjawab. "Tak mungkin. Menurut pendapatku, mungkin dia terluka atau binasa!" Lalu Ciu Ki terjun ke dalam sungai itu dan menyelam untuk menyelidiki Tetapi sampai keesokan harinya, ia pun tidak kembali! Kang Cwan juga tak dapat bersabar lagi. ia mengikat pinggangnya dengan tali rotan, pada lain ujungnya ia ikat di sebelah pohon, talu ia pun terjun ke dalam sungai dan menyela m. Air yang mengalir masuk ke dalam goa itu sangat deras, tetapi dengan ilmu meringankan tubuh, Kang Cwan berhasil berenang menyelam masuk ke dalam goa yang luasnya lebih kurang dua depa, Rupanya batu besar yang terlihat di permukaan air menutupi mulut goa. Goa itu sangat gelap, tapi agak tinggi, Air yang mengalir deras hanya setinggi lima kaki, dan Kang Cwan dapat jalan di dalam air dengan kepalanya bebas tidak terendam. ia melihat bahwa ia dapat naik ke atas tebing-tebing di kedua sisi goa itu, ia segera meloncat naik ke atas tebing itu, dan berjalan dengan hati-hati menuju ke ujung goa, Betut saja makin jauh ia berjalan makin terang suasanal di dalam goa itu, ia mempereepat langkahnya, dan ketika ia tiba di luar, ia menjadi terpesona! ia berseru. "Wahai indah benar pemandangan di sini) Aku bagaikan hidup di dunia lain! Siapa yang dapat. Ciu KI terjun ke dalam sungai itu dan menyelam untuk menyelidiki, menduga bahwa dengan melalui goa yang menembusi kaki puncak gunung ini, orang dapat menjumpai tempat seindah ini!" Ia berjalan terus sambil memperhatikan keadaan di sekelilingnya, Tempat itu merupakan suatu lembah yang luasnya lebih kurang satu bau ( kira - kira seperenam hektar) dan dilingkari oleh lereng-lereng gunung yang curam, Pohon-pohon dan rumput tumbuh dengan suburnya, rindang dan nyaman suasananya aman tenteram. ia berjalan terus dan tiba di suatu tegalan berumput dimana banyak tumbuh pohon- KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ pohon bunga. ia terkejut ketika ia melihat Na Hai Peng sedang berusaha mencari jalan keluar dari pohon-pohon bunga itu! Kang Cwan yang banyak pengalaman segera mengetahui bahwa Na Hai Peng dan Ciu Ki telah terjebak di dalam lingkaran jalan sesat pohon-pohon bunga di atas tegalan berumput itu! Meskipun mereka tidak terpisah jauh, tetapi tampaknya kedua orang itu tak mengetahui atau melihat datangnya Kang Cwan, Tiba-tiba Kang Cwan merasa hembusan angin, Secepat kilat ia berbalik sambil mencabut pedangnya dan menebas dengan sekuat tenaga! Seekor bangau yang sangat besar datang menyerang ia, dan bangau itu kena ditebas sayap kirinya dan mendapat sedikit luka. Dia makin beringas, Sambil berbunyi keras dia menyambar dengan kedua kakinya dan menyapu pedang di tangannya Kang Cwan yang lantas terlepas dari cekalan nya. Dalam keadaan bingung Kang Cwan loncat ke dalam pohonpohon bunga. Segera ia merasa matanya berkunang-kunang, kepalanya pusing dan seluruh tubuhnya menjadi letih. Ketika ia membuka matanya ia sudah tak tampak Na Hai Peng dan Ciu Ki! Harus diketahui bahwa di tempat itulah Ti Kian Cin Jin (atau Giok Liong Cin Jin) dan San Im Shi Ni bersama-sama mencatat semua ilmu-ilmu silat mereka untuk dijadikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, setelah mereka bertempur dengan hebat selama lima ribu jurus lebih sehingga kedua-duanya sama kalah dengan mendapat luka-luka parah, yang akhirnya tempat itu, dimana diatur pohon-pohon bunga di atas tegalan berumput itu demikian rupa sehingga orang baru dapat masuk atau keluar dengan menggunakan ilmu Pat Kwa Ji Li Ngo Heng atau ilmu lima langkah melampau rintanganrintangan dari delapan jurus, Tanpa ilmu itu, maka orang akan tersesat, kehilangan penglihatan dan pendengarannya ! Demikianlah Na Hai Peng, Ciu Ki dan Kang Cwan terjebak di dalam daerah sesat itu dengan menghadap maut kelaparan, sebetulnya mereka semua tak dapat luput dari mati kelaparan. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Kecuali Na Hai Peng yang membawa bekal sedikit makanan kering, masih dapat bertahan, Tetapi Ciu Ki dan Kang Cwan telah jatuh pingsan setelah mengalamai kelaparan tiga hari. Tujuh hari telah berselang, Na Hai Peng pun tak dapat bertahan lagi. ia sudah menjadi lemas, Ciu Ki dan Kang Cwan sudah menjadi mayat pada hari kemarinnya! Ketika itu, ia pun tak mempunyai harapan untuk dapat keluar dari daerah sesat pohon-pohon bunga tersebut ia pejamkan kedua matanya, dan duduk diam di atas rumput. Jika orang telah terdesak oleh penderitaan, biasanya orang itu tak dapat berpikir karena pikirannya sudah menjadi kacau, Na Hai Peng terduduk diam sambil menenangkan kembali penghidupannya dikala tinggal di dalam istana dengan segala sesuatu yang mewah, karena Kaisar Hauw Cong sangat menyayangi dan pereaya ia. Namun ia yang gemar akan ilmu silat, telah mencurahkan semua perhatian bahkan semangatnya ke dalam usaha memperdalam ilmu silatnya. ia tak tertarik oleh ratusan selirselir yang muda belia dan cantik jelita di dalam istana Kiasar Hauw Cong itu, Baginya, semua setir-selir itu ia anggap boneka-boneka saja. sebetulnya ia dapat bersama-sama dengan salah satu selir yang cantik jelita itu, (sudah tentu dengan jalan sembunyi), kalau ia mau, tetapi ia senantiasa bersikap luhur dan suci, Meskipun Kaisar Hauw Cong telah menghadiahkan kepadanya seorang gadis yang cantik bernama Cui Tiap untuk kawan hidup nya, namun perhatiannya tetap dicurahkan kepada ilmu silat atau berlatih silat, dan tidak menghiraukan kawan hidupnya yang mencintainya dan yang rela berkorban untuknya, Justru ketika ia mengenangkan akan usaha memperdalam ilmu silatnya, mendadak ia menjadi bersemangat lagi, dan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ bertekad untuk mencari jalan keluar dan mendapati kitab-kitab Kui Goan Pit Cek! "Jika Ti Kian Cin Jin dan San Im Shi Ni tidak ingin kitabkitabnya dimiliki orang lain, mereka tentu tidak akan membuat peta Cong Cin To. Aku yakin peta itu juga memberi petunjuk untuk keluar dari daerah sesat ini." Pikirnya. Lalu ia keluarkan peta itu dari dalam kantongnya, ia juga dapat meraba suatu benda di dalam kantongnya, Benda itu adalah sebutir mutiara sebesar buah lengkeng, ia ambil keluar juga mutiara itu, dan segera terlihat sinarnya yang memancar membikin terang tempat seluas beberapa meter persegi di sekitarnya, Mutiara itu adalah salah satu mustika dari perbendaan istana raja, dan terkenal dengan nama "Ya Beng Cu" (Mutiara Bersinar di waktu malam). Mutiara itu adalah barang yang langka miliknya Kaisar Hauw Cong, Kisah daripada mutiara tersebut adalah sebagai berikut: Pada suatu malam, Kaisar Hauw Cong membaca buku cerita sambil berbaring di tempat tidurnya, Tiba-tiba hembusan angin meniup padam lilin di atas meja yang berada di sisi tempat tidurnya, Mula-mula Kaisar Hauw Cong kira seorang kasim (thaykam) datang membawa hidangan untuknya, karena membuka pintu kamar sehingga angin meniup padam lilin, Tanpa menoleh lagi ia memaki: TEurang ajar.-.!" Tapi tiba-tiba ia dengar suara orang mengejek ia bangkit dan tampak satu orang berdiri di belakangnya, dan orang itu dengan pisau belati terhunus mengancam ia untuk jangan berteriak Orang yang mengancam itu bertubuh tinggi besar, mengenakan pakaian serba hitam, menutupi muka dengan kain hitam, dan hanya terlihat kedua matanya yang beringas, Orang itu mengambil mutiara "Ya Beng Cu" Dari kotak batubatu permata yang ditaruh di dalam laci meja, juga lukisan buah tangan pelukis kenamaan Gouw Tao Cu dari kerajaan Tong yang melukiskan "Para dewa dan dewi mengawal Tuhan", yang digantung di atas tembok dekat tempat tidur Kaisar KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Dalam keadaan demikian, meskipun ia seorang Kaisar yang maha kuasa, ia tak berani berteriak ia hanya duduk di atas tempat tidurnya dengan hati cemas, justru di saat orang itu mengambil lukisan di atas tembok tiba-tiba terdengar suara orang berkata dengan nada yang teguh. "Ban Swee (Paduka Yang Mulia) jangan takut!", dan segera berkelebat sesosok tubuh loncat masuk dengan pedang terhunus! Dia adalah Na Hai Peng, perampok itu terkejut ketika Na Hai Peng loncat masuk siapa berhasil menendang tangannya yang mengandalkan pisau belati di punggungnya Kaisar Hauw Cong. Pertempuran segera terjadi di dalam kamar itu. Na Hai Peng yang memiliki ilmu silat tinggi, dan yang bersumpah setia untuk melindungi kaisar menyerang dengan hebat, sehingga terlihat sinar pedangnya berkelebat-kelebat di dalam suasana yang gelap itu. Setelah pertarungan berlangsung dua puluh jurus, perampok itu kena ditotok jalan darahnya dan tertawan! Kaisar Hauw Cong, yang telah menyaksikan dengan kepala mata sendiri cara Na Hai Peng menolong jiwanya dan menangkap perampok yang berani itu, merasa bersyukur dan gembira sekali, ia lalu menghadiahkan mutiara Ya Beng Cu kepada pahlawannya itu. Na Hai Peng menerima mustika itu dengan menghaturkan banyak terima kasih, Seterusnya mutiara itu ia taruh di dalam kantongnya, Sebelum kabur dari istana untuk mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, ia telah berpikir bahwa jika perlu, ia dapat jual mutiara itu dengan harga tinggi untuk biaya perjalanannya, Demikianlah di bawah sinar yang memancar dari mutiara Ya Beng Cu itu, peta Cong Cin To dapat dilihat dengan nyata sekali, ia membaca lagi sajak yang tertera di atas peta itu, dan yang berbunyi: Kembali dengan rahasia dari perjalanan, pedang sakti selalu membawa jasa baru, Pohon cemara menyaring sinar bulan, Air bening mengalir di atas batu, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Di bawah sajak itu dilukiskan tiga puncak gunung yang mengapit sebuah lembah yang berliku-liku dan pohon-pohon cemara tumbuh dengan sangat suburnya, Tampak pula sebuah pohon cemara yang lebih tinggi daripada pohon-pohon cemara lainnya, daunnya yang rindang merupakan payung, Sinar bulan memancar melalui daun-daun pohon itu ke atas sebuah sungai yang mengalir di bawah pohon itu, Peta Cong Cin To itu dilukis di atas kain sutera putih sangat nyatanya, dapat memberikan petunjuk kepada orang yang dapat menafsirkan lukisan itu, yang menunjukkan setelah orang dapat melalui goa dan daerah sesat pohonpohon bunga, orang segera dapat tiba di tempat disimpannya kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Kemudian Na Hai Peng duduk memikirkan jalan keluar dari perangkap pohon-pohon bunga itu sambil timang-timang mutiara di tangannya. sebetulnya mutiara Ya Beng Cu itu digosok menjadi satu butir batu permata dengan ukuran sembilan kali sembilan: ialah sembilan deret dari sembilan mata, Sinar yang dipancarkan dari sembilan kali sembilan sama dengan delapan puluh satu mata itu cocok betul dengan Pat Kwa Ji li Ngo Heng. Na Hai Peng memperhatikan juga bahwa sinar Ya Beng Cu itu menunjukkan dengan jelas jalan-jalan berliku-liku di daerah sesat itu, yang harus ditempuh dengan bertindak lima langkah ke kiri, dan kemudian empat tindak ke kanan, ia berpikir "Jika aku tempuh jalan lima langkah ke kiri, kemudian empat langkah ke kanan, yang berjumlah sembilan langkah atau sembilan tindak, dan mengulangkan gerak itu sembilan kali, maka sembilan kali sembilan langkah itu menjadi cocok dengan jumlah sembilan kali sembilan sama dengan delapan puluh satu mata yang memancarkan sinar ke delapan puluh satu jurusan, Tidak ruginya jika aku mencobanya." Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Iapun telah coba menghitung jumlah dari pohon-pohon bunga dengan bantuan sinar mutiaranya, dan umlah itu ada sembilan kali sembilan sama dengan delapan puluh satu, ia terkejut ketika melihat Ciu Ki dan Kang Cwan menggeletak di atas rumput ia memanggil. "Ciu Heng! Kang Heng! Kalian pun datang ke sini dengan melalui goa?" Tetapi tiada jawaban, karena kedua orang itu sudah menjadi mayat Dan kedua mayat itu membikin ia lekas-lekas melaksanakan usaha pereobaan nya untuk dapat keluar dari daerah sesat itu, Akhirnya ia berhasil juga keluar dan berada di atas lapangan berumput ia ikuti satu jalan kecil yang berakhir di suatu mulut goa. Mulut dari goa itu ditutupi oleh dua buah batu gunung yang besar dan merupakan pintu, Dengan tenaga dalamnya, Na Hai Peng memukul ke arah batu-batu itu, dan segera terbukalah pintu goa tersebut ia menjenguk ke dalam dan tampaklah sebuah ruang seluas tiga kamar tidur biasa, Di dalam ruang itu tertampak satu batu gunung yang besar sekali, dan dua batu hijau yang lebih kecil di kedua sampingnya, Di atas kedua batu yang kecil itu ada dua jenazah yang sudah menjadi keras seperti batu. "Betapa saktinya kedua orang ini! Mereka sudah meninggal dunia beratus-ratus tahun lamanya, akan tetapi jenazahnya tidak menjadi busuk atau berbau, bahkan telah menjadi keras seperti batu!" Pikirnya Na Hai Peng. Kedua jenazah itu yang boleh dikatakan sudah berubah menjadi patung dari batu adalah jenazahnya Ti Kian Cin Jin (pendeta laki-laki) dan San Im Shi Ni (rahib perempuan), Di atas batu yang besar terletak sebuah kotak dari batu Giok yang berukuran satu kaki kali satu kaki kali lima dim (atau tiga puluh cm kali tiga puluh cm kali lima belas cm). Di depan batu yang besar terdapat sebuah pedupaan dari batu yang berwarna putih, dan di dalam pedupaan itu masih terdapat abu hio (semacam menyan wangi) yang sangat harum baunya, Bau harum ini menyebar di udara dan menusuk hidung ketika pintu batu terbuka, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Pendeta laki-Iaki ini tentunya Ti Kian Cin Jin, dan rahib perempuan itu, San Im Shi Ni. Keduanya telah menulis ilmuilmu silat yang maha dahsyat dan dibuatnya menjadi kitabkitab Kui Goan Pit Cek!" Lalu ia berlutut di hadapan kedua "patung" Itu memberi hormat ia beristirahat sejenak, lalu ia mendaki batu yang besar dan melihat kotak dari batu Giok. Diperiksa-nya dengan teliti, dan di atas kotak tersebut tertulis delapan huruf yang berbunyi. "Pit Cek Cung Po, Cin Si Mok Sen (Kitab-kitab ini sangat berharga, Harus dijaga baik-baik). Kitab-kitab itulah yang dicari oleh para jago silat selama hampir tiga puluh ratus tahun, Kini ia, Na Hai Peng, yang menemuinya, ia yang menggemari sekali ilmu silat, dan yang telah mencurahkan semua perhatian dan semangatnya untuk memperdalam dan berlatih silat, sehingga lupa kepada Cui Tiap kawan hidupnya yang sangat mencintai ia, menjadi terharu bereampur girang sehingga seluruh tubuhnya gemetar! BetuI dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu ia tidak bermaksud menjagoi di kalangan Kang-ouw, tetapi kegembiraannya tak terhingga ketika ia menemukan kitab-kitab tersebut! Dengan bernapsu ia buka kotak batu Giok itu, yang berisikan tiga kitab yang dengan kulit kain sutera yang masih utuh, disamping satu Leng Tan (Pil obat). Di bawah Leng Tan itu ada satu kertas putih dengan tulisan yang berbunyi. "Dihadiahkan kepada orang yang telah berhasil masuk ke ruangan ini." Na Hai Peng yang telah tidak makan dan minum beberapa hari, setelah melihat Leng Tan itu, segera diambilnya dan ditelannya, ia segera merasakan bau harum di mulutnya, dan seluruh tubuhnya menjadi hangat, segar dan bersemangat seolah-olah mempunyai tenaga dari sembilan ekor banteng! Sambil duduk di atas batu ia buka kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, Kitab-kitab itu melukiskan dan menjelaskan cara-cara orang belajar ilmu silat, ilmu-ilmu tenaga dalam maupun tenaga luar, ilmu menggunakan maupun mengelakkan senjata-senjata rahasia, ilmu memperkuat iman, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menyembuhkan luka-luka di dalam tubuh, serta ilmu-ilmu dan jurus-jurus yang dapat melumpuhkan lawan secara kilat dan ampuh. Dengan singkat semuanya itu, yang berkenaan dengan ilmu silat, dan menyembuhkan luka-luka akibat dari pertempuran, dapat dipelajari dengan mudah dan cepat Lebih pula, segala ilmu silat tinju, menggunakan macam-macam senjata tajam atau senjata rahasia, ilmu menotok jalan-jalan darah dan membebaskannya, ilmu menawan lawan hiduphidup atau mati, semuanya dijelaskan dengan terang dan jelas, Na Hai Peng membaca semua itu dengan tekun dengan perasaan terharu dan kagum... dan bahagia, Ketika ia membaca sampai kepada kitab ketiga, yang berlainan isinya daripada kitab ke satu dan ke dua, ia menjadi agak bingung, karena isinya adalah jampe-jampe (mantera) dan sebagainya yang sukar dimengerti olehnya, Namun ia membacanya habis ke tiga kitab tersebut Harus diketahui bahwa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu disusun oleh Ti Kian Cin Jin bersama San Im Shi Ni setelah mereka dari lawan menjadi kawan, Disamping semua ilmuilmu silat, Ti Kian Cin Jin juga telah memberitahukan dan merundingkan ilmu Hian Men It Goan Kong Ki (Tenaga dalam dahsyat melumpuhkan lawan), dan San Im Shi Ni menjelaskan ilmu Hut Men Pan Yo San Kong (Tenaga luar ajaib untuk menggempur dan menghindari serangan-serangan dahsyat). Kedua ilmu tersebut adalah modal istimewa mereka, dan setelah mereka mempelajari kedua ilmu istimewa tersebut, mereka insyaf bahwa jika orang dapat memiliki kedua ilmu istimewa tersebut, maka dia akan menjadi seorang jago silat yang sakti laksana seorang dewa atau dewi, Ilmu Hian Men It Goan Koang Ki bahkan dapat meremajakan, menguatkan dan menyembuhkan Iuka-luka di dalam tubuh. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ilmu Hut Men Pan Yo San Kong dapat membunuh lawan hanya dengan satu semprotan hawa dari mulut! Mereka terus mempelajari kedua ilmu luar biasa itu selama tiga hari dan tiga malam sambil berusaha menyembuhkan luka-luka yang diderita sebagai akibat pertempuran mereka. Lalu sambil menunjuk ke kedua kitab Kui Goan Pit Cek yang telah selesai disusun itu, Ti Kian Cin Jin berkata sambil tersenyum. "Jika sebelumnya kita masuk ke dalam goa ini untuk menyusun kedua kitab ini, kau memberitahukan ilmu Hut Men Pan Yo San Kong kepadaku, mungkin aku dapat berhasil menyembuhkan luka-lukaku dengan dibantu oleh ilmu Hian Men It Goan Kong Ki dari aku...." San Im Shi Ni menjawab sambil menghela napas. "Tidak ada gunanya kita bicarakan itu lagi, karena sudah terlambat Mungkin juga ini kehendaknya Tuhan, ilmu Hian Men It Goan Kong Kimu digabung dengan ilmu Hut Men Pan Yo San Kongku sebetulnya dapat membikin kita hidup lama, jika kedua ilmu ini tidak dicatat dan disusun di dalam kitab, maka kedua ilmu ini akan hilang, Menurut pendapatku tidak ada jahatnya jika kita, menyusun kedua ilmu itu di dalam kitab ke tiga." Setelah memperoleh persetujuannya Ti Kian Cin Jin, maka mereka menyusun kedua ilmu ajaib tersebut di dalam kitab ke tiga dan kitab itu diberi nama Toa Pan Yo Hian Kong (llmu ajaib abadi), Setelah mereka selesai menyusun kitab ke tiga itu, mereka tak dapat hidup lebih lama lagi, Betul dengan ilmu Toa Pan Yo Hian Kong itu mereka dapat menyembuhkan lukalukanya, akan tetapi usaha menggunakan ilmu itu sudah terlambat. Lalu Ti Kian Cin Jin menutup mulut goa dengan batu, dan San Im Shi Ni menaruh tiga Kui Goan Pit Cek itu di dalam kotak batu Giok bersama satu butir Leng Tan (pil ajaib), lalu kotak itu ditaruh di atas satu batu besar KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Kemudian dengan membakar hio mereka berdiri di atas dua batu di kedua samping batu yang besar menanti ajal mereka! Hio yang dibakar terbuat dari daun-daun ajaib, dan asap yang keluar dari hio itu dapat mengawal kan jenazah mereka, Daun-daun yang ajaib itu adalah hasil penyelidikan Ti Kian Cin Jin yang sengaja membawa dan ditanam di dekat puncak Pek Yun Siat, Setelah Na Hai Peng membaca ketiga kitab Kui Goan Pit Cek itu, ia merasa dapat memahami semua ilmu-ilmu silat yang tereatat di dalam kitab-kitab pertama dan ke dua, hanya kitab Toa Pan Yo Hian Kong yang ia belum paham betul, namun ia telah merasa bahagia sekali, dan air matanya mengucur keluar karenanya! Dengan pil ajaib (Leng tan) yang ia telah telan, ia merasakan tubuhnya sehat segar, sedikitpun ia tak merasakan lapar, Baru pada keesokan harinya ia merasa agak lapar, ia menghitung-hitung bahwa dua puluh hari telah berselang semenjak ia terjun masuk ke dalam sungai untuk menyelidiki keadaan di situ, Lalu dengan membawa kotak yang berisi kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu ia keluar dari goa. Kini pohon-pohon bunga yang menjadi daerah sesat tidak menjadi soal lagi baginya. Hanya bau busuk dari kedua mayatnya Ciu Ki dan Kang Cwan sukar ditahan. sebetulnya ia ingin mengubur dengan selayaknya kedua mayat itu, akan tetapi ketika ia berpikir caranya kedua perampok yang kejam itu membujuk ia terjun dulu, ia menjadi jemu akan perbuatannya, Dengan mudah ia dapat melalui daerah sesat itu, dan tiba di pinggir sungai Untung baginya rotan yang disambung untuk dijadikan tali masih ada. Dengan bantuan tali rotan itu, ia dapat keluar lagi ke atas sungai dengan selamat. Kemudian ia pergi ke goa yang terletak di atas puncak Pek Yun Siat untuk mempelajari dan memahami semua ilmu-ilmu silat yang tereatat di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Goa Pek Yun Siat itu agak luas, terdiri dari beberapa kamar Satu KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ angin anglo (dapur) baru dari Ti Kian Cin Jin masih ketinggalan di dalamnya, Dengan hasrat memperdalam ilmu silatnya, maka goa Pek Yun Siat itu ia jadikan tempat bertapanya. Dengan cepat sekali sepuluh tahun telah berlalu, ilmu silatnya Na Hai Peng telah bertambah maju berlipat ganda, dengan bermacam-macam ilmu pukulan dan ilmu menggunakan senjata tajam yang tiada taranya di kolong langit, bahkan ilmu Hian Men It Goan Kong Ki pun ia dapat memahami banyak, Tetapi dalam waktu sepuluh tahun itu ia hanya baru memiliki kurang tiga atau empat persepuluh bagian dari kesemua ilmu yang tereatat di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, Pada suatu hari, ia mempunyai suatu pikiran nakal, ia membuat kitab-kitab Kui Goan Pit Cek palsu dengan mengunakan kertas putih, ia kembali lagi ke dalam goa yang berada di perut gunung, dan menaruh kitab-kitab Kui Goan Pit Cek palsu itu di atas batu besar di dalam goa tersebut Lalu ia taruh peta Cong Cin To di atas puncak Sao Sit Hong, tempat dimana Ti Kian Cin Jin dan San Im Shi Ni mengadu silat "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek telah mengambil entah berapa banyak korban diantara jago-jago silat selama beberapa ratus tahun, Jika peta Cong Cin To itu diketemukan orang, maka orang itu pasti datang ke goa di perut gunung untuk mengambil kitab-kitab palsu itu, maka berhenti lah para jago-jago silat mencarinya atau saling bertempur untuk memperoleh kitab-kitab itu.,." Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Pembakaran Kuil Thian Loksi Karya Kho Ping Hoo