Bangau Sakti 34
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 34
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung "Siapa? Siapa?" Menanya Na Siao Tiap dengan terperanjat. "Aku tidak mencurigai Pek Cici!" Sebetulnya Bee Kun Bu ingin memberitahukan tentang gerak geriknya Co Hiong, Tetapi karena ia hanya menduga KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ tanpa bukti, ia sungkan sembarangan menuduh orang, ia menjadi bisu! Na Siao Tiap yang masih terperanjat berkata. "Pek Cici adalah keturunan ningrat, Tak mungkin dia mau mencuri kitabkitab Kui Goan Pit Cekku, Kau betul-betul seorang jahat Pek Cici demikian baiknya terhadapmu, tetapi kau mencurigai dia yang mencurinya, Hm! Jika tidak ada Pek Cici, kau akan binasa ditanganku, Aku tahu kau ingin merenggangkan kami berdua agar saling ber-tarung! Tetapi aku tidak bodoh, Aku dapat segera melihat tipu musIihatmu!" Dengan khidmat Bee Kun Bu berkata. "Betul aku telah menduga ada orang yang mencuri kitab-kitab tersebut, tetapi sebelumnya ada bukti, aku sungkan sembarangan menuduh orang itu. Jika Siocia bertanya kepadaku, aku minta siocia memberikan aku tempo tiga hari, dan aku berjanji di dalam tiga hari menyelidiki pencurinya." Na Siao Tiap mengejek. "Jangan kau kira aku dungu memberikan kau tempo tiga hari untuk melarikan diri! Kemudian kau mencari satu tempat yang terpencil untuk belajar dari kitab-kitab tersebut Jika kau lari, bagaimana aku harus mencari kau di dunia yang luas ini?" "O, jadinya Siocia masih juga menuduh aku yang mencurinya?" Tanya Bee Kun Bu. "Jika bukan kau yang mencurinya, siapa lagi?" Kata Na Siao Tiap. "Didalam kamar hanya kita bertiga dan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu berada didalam kamar Ketika aku hendak mengambilnya, kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu sudah lenyap, dan kau juga tak berada di kamar... Tentu karena aku melihat di kamar tidak ada orang lain, lalu kau curi kitab-kitab itu dan pergi ke suatu tempat yang tersembunyi dan menyimpan kitab-kitab itu disitu..." "Ketika kami menjumpai dia, ia berada sama-sama Pek Siocia." Kata salah satu bujangnya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Na Siao Tiap melotot dan membentak. "Pek Siocia tidak mengetahui bahwa dia seorang yang jahat.,." Bee Kun Bu membela diri. "Siocia selalu menuduh aku sebagai pencurinya, sehingga aku tak berkesempatan membela diri, jiwaku Siocia yang to!ong. Nah, apabila Siocia masih anggap aku pencurinya, Siocia dapat mengambil kembali jiwaku ini." Na Siao Tiap menjadi agak lunak dan ia berkata. "Meskipun kau bukannya seorang yang baik, tetapi aku yakin kau adalah sahabatnya Pek Cici, aku karena memandang Pek Cici, aku sungkan mengambil jiwamu.,." Ia berhenti sejenak, lalu sambil menghela napas ia melanjutkan "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu adalah barang peninggalan ibuku. Lagi pula kitab-kitab itu berisi ilmu-ilmu silat yang luar biasa, Jika kitabkitab itu jatuh di tangan orang yang baik, kita tak usah khawatir Tapi jika jatuh di tangan orang yang jahat dan kejam maka banyak korban akan terjadi." Dengan tersenyum Bee Kun Bu berkata. "Jika kau masih saja anggap aku yang mencuri kitab-kitab Kui Goan Pit Cekmu, dan kau khawatir aku telah pelajari isinya untuk melakukan banyak kejahatan di kalangan Bu Lim, ada jalan untuk mencegah aku berbuat sewenang-wenang." "Jalan apakah?" Tanya Na Siao Tiap. Dengan tenang Bee Kun Bu menjelaskan "Kau memiliki ilmu silat yang tinggi sekali, Kau dapat memukul mati kepadaku dan kau segera dapat menghilangkan kecemasan atau kekhawatiranmu." "Aku pun memang mempunyai pikiran demikian." Kata Na Siao Tiap. "tapi setelah aku pukul mati, Pek Cici tentu tak dapat mengampuni aku!" "Bagaimana jika aku membunuh diri? Bukankah Pek Siocia tak akan menyalahkan kau?" Kata Bee Kun Bu. Lalu ia berbalik dan berlalu, diikuti oleh keempat bu-jangnya Na Siao Tiap, Setelah ia berjalan lebih kurang lima puluh langkah ia KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ berhenti, dan sambil mengawasi keempat bujang itu ia berkata. "Keempat Siocia aku minta kalian berdiri sedikit jauh. Aku khawatir darahku membikin noda kalian!" Keempat bujang itu mundur dan berdiri agak jauh. Bee Kun Bu berdiri tegak, matanya memandang ke atas langit, dan ia merasa seolah-olah jantungnya tertusuk oleh ujung pedang yang tajam. ia ingat akan kasih sayang ibu-ayahnya, dan budi kasih gurunya yang telah mendidik ia selama dua belas tahun, ia berpikir "Hari ini aku harus menghabiskan jiwaku untuk kesalahan atau dosanya orang Iain..." Lalu ia mengerahkan tenaga dalamnya, dan mengangkat tinju kanannya untuk memukul dadanya sendiri Justru pada saat ia angkat tinjunya, sekonyong-konyong terdengar suara jeritan. "Bu Koko! Bu Koko!" Ia tahan maksudnya dan menoleh ke atas jurang didepan-nya, dan melihat Lie Ceng Loan berlari-lari turun dari jurang itu. Lie Ceng Loan sudah tak menghiraukan segala bahaya atau keselamatan dirinya sendiri, ia lari turun di jurang itu secepat kilat, ia menubruk dan memeluk Bee Kun Bu. Keempat bujang yang berdiri tidak jauh juga tak mencegah nya. Baru saja Bee Kun Bu ingat akan perbuatannya yang nekat, ketika terdengar olehnya suara yang ramah. "Me-ngapa kau harus membunuh diri sehingga Loan moi-moi ketakutan setengah mati?" Suara itu tak asing bagi Bee Kun Bu. ia menoleh kebelakangnya Lie Ceng Loan, dan betul saja ia melihat Souw Hui Hong, puterinya Souw Peng Hai. Gadis itu berpakaian serba putih, Bee Kun Bu terperanjat dan ia berpikir "Siapakah yang meninggal dunia sehingga dia memakai baju putih (berbela sungkawa)?" Ketika itu sudah hilang kekhawatirannya Lie Ceng Loan, ia berbalik, dan sambil menarik tangannya Souw Hui Hong ia KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menanya. "Hong Cici, bila kau datang ke pegunungan Koat Cong San? Sudah lama kita tak berjumpa!" Souw Hui Hong memegang tangannya Li Ceng Loan eraterat dan menanya. "Urusan apakah membikin dia mengambil jalan yang nekat sampai mesti membunuh diri?" Ketika ia mengatakan demikian ia mengawasi keadaan disekitarnya. Sambil geleng-gelengkan kepalanya, Li Ceng Loan menjawab. "Akupun tidak mengetahui, Na Siocia telah mengatakan bahwa Bu Koko mencuri barangnya.,." Meskipun Na Siao Tiap masih menyatakan gusarnya dengan wajahnya yang beringas, tetapi ia tak berkata sepatah kata. ia berbalik dan berlalu, Keempat bujang itu tak berani berlalu sebelum dapat perintah dari majikannya, Sejenak kemudian, setelah membelok disuatu lereng gunung Na Siao Tiap tak kelihatan lagi, Keempat bujang itu tetap mengurung Bee Kun Bu. Tak lama kemudian terdengar suara dari petikan Kim yang nyaring keempat bujang itu segera berlalu setelah mendengar suara petikan Kim itu. sebelumnya mereka berlalu, seorang bujang yang terkecil berkata kepada Bee Kun Bu. "Siocia kami telah pandang Lie Siocia, dan dia memberikan kau kesempatan selama tiga hari untuk menyelidiki Nah, kini kau bebas.-" Mereka berlalu dengan cepat sekali, Bee Kun Bu memperhatikan bahwa cara keempat bujang itu berlalu lebih cepat daripada biasanya ia tampak, merasa heran mengapa dalam jangka waktu yang singkat mereka telah dapat memahami ilmu meringankan tubuh, Tetapi ia tak mengetahui bahwa setelah Na Hai Peng memberikan puterinya makan Leng Tan (pil mujarab) dari Ban Lian Hwee Kui (kura sakti), Na Hai Peng telah memberikan air dari daging kura sakti itu kepada keempat bujang itu, air dari kura sakti itu bukan saja menambah kekuatan bahkan menambah kelincahan tubuh, Lagi pula Na Siao Tiap telah mengajarkan tidak sedikit ilmu-ilmu silat dari kitab-kitab Kui KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Goan Pit Cek. Dalam keadaan terperanjat itu Bee Kun Bu telah lupa bahwa ia sedang berhadapan dengan dua gadis, Tiba-tiba ia dengar orang membeset-beset kain. ia menoleh dan melihat Souw Hui Hong sedang membeset-beset kain ikatan kepalanya, lalu dilemparkannya di tanah! Lie Ceng Loan menanyai "Hong Cici, apakah yang kau lakukan?" Dengan senyuman terpaksa Souw Hui Hong men-jawab. "Sebetulnya aku memakai putih (berbela sungkawa) untuk satu orang, Tapi ternyata orang itu masih segar bugar, Maka aku tak usah berbelasungkawa lagi." Lie Ceng Loan hanya tertawa, tetapi ia tidak mengetahui siapa gerangan yang dimaksud Souw Hui Hong. Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara orang tertawa gelak-gelak, Bee Kun Bu menarik Lie Ceng Loan dan bertindak mundur tiga langkah ia mengawasi dan melihat Co Hiong sedang loncat turun dari satu pohon cemara. Souw Hui Hong juga sudah cabut pedangnya siap bertempur Ketika ia melihat yang datang adalah Co Hiong, ia masukkan lagi pedangnya ke dalam sarungnya dan menegur "Ha! Aku kira siapa, Kau telah membikin kami semua kaget. Sudah lama aku tak melihat kau. Kau kemana? Ayah telah memberi perintah kepada semua cabang-cabang untuk mencari kau." Sambil tersenyum Co Hiong menjawab. "Kita telah berpisah agak lama, dan banyak kisah aku harus beritahukan kepadamu Bagaimana kau dan Suhu baik-baik saja?" "Ayahpun dalam sehat," Kata Souw Hui Hong, semenjak ia berpisah dari Co Hiong di pegunungan Ci Lian San, ia tak pernah berjumpa lagi. Ketika itu Co Hiong telah dihajar oleh Pek Yun Hui sehingga menderita luka di dalam tubuh dan dia akan mati jika Hian Ceng Tojin tidak menolong membebaskan totokan dijalan darahnya, Setelah ditolong, dia tidak mengatakan terima kasih kepada Hian Ceng Tojin. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Dia cemplak kuda ajaibnya untuk kemudian ditolong lagi oleh Kok Gie Taysu, Satu tahun telah lewat, Souw Hui Hong anggap Co Hiong telah meninggal dunia, ia tak menduga bahwa ia berjumpa lagi di pegunungan Koat Cong San, ia sebetulnya ingin menanyakan kisah semenjak mereka terpisah di pegunungan Ci Lian San, akan tetapi dihadapannya Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, ia tak berani banyak menanya, Sambil tertawa Co Hiong menanyai "Apakah markas besar partai Thian Liong kita di sebelah utara propinsi Kwiciu tidak terjadi apa-apa?" "Hweeshio-hweeshio dari kuil Toa Ciok Si di pegunungan Ci Lian San pernah datang ke markas besar kita di propinsi Kwiciu, dan telah berusaha melabrak kita, Tapi mereka telah kita hajar babak belur.,." Jawab Souw Hui Hong, Co Hiong memotong dan menanya. "Apakah Su-bo (istri guru) pun baik-baik saja?" "lbu baik-baik saja. Tiap-tiap hari dia tekun membaca kitab suci dan sungkan menemui orang. Kini akupun tidak diperkenankan mengganggu dia!" "Suhu dan Su-bo kedua-duanya sehat walafiat," Kata Co Hiong. "Sebetulnya kau ini memakai putih (ber-belasungkawa) untuk siapakah?" "Siapa bilang aku berbelasungkawa?" Membentak Souw Hui Hong, Co Hiong tertawa gelak-gelak, tapi ia tak mendesak. Dengan menghadapi Bee Kun Bu ia berkata. "Bee-heng, mengapa kau tidak sayang diri, Barusan aku lihat kau hendak membunuh diri, Jika kau mati demikian, kau mati konyol!" "Siocia yang barusan berlalu pernah menolong jiwaku, karenanya aku tidak dapat bertempur melawan dia. Tapi aku KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ pun tidak ingin dihina, jalan satu-satunya ialah aku membunuh diri." Co Hiong yang hatinya kejam dan busuk itu berpikir. "Sayang! Mengapa kedua gadis ini kebetulan datang ke sini? Jika mereka datang terlambat sedikit, aku dapat memukul mati kepada Bee Kun Bu, dan orang lain anggap dia mati membunuh diri!" "Siocia itu menuduh aku mencuri kitab-kitab Kui Goan Pit Cek-nya dan untuk membuktikan bahwa aku tidak mencuri, hanya dengan jalan membunuh diri aku dapat meyakinkan dia!" Kata Bee Kun Bu melanjutkan penuturannya. Sebetulnya Co Hiong sudah lama bersembunyi di atas salah satu pohon cemara dan telah mendengar pereakapan antara Bee Kun Bu dan Na Siao Tiap. iapun telah simpan baik-baik kotak batu Giok yang berisi kitab Kui Goan Pit Cek itu. Dengan keyakinan bahwa tak ada orang yang mengetahui perbuatan kejinya, ia berkata dengan tenang. "Mengapa dia begitu teledor terhadap kitab-kitab yang berharga itu? ini terang-terangan dia menghina kau jika dia menuduh kau yang mencurinya!" Tapi dia adalah seorang gadis yang jujur, dan ia tak akan berdusta jika dia mengatakan bahwa kitab-kitab itu telah dicuri." Kata Bee Kun Bu, Dengan berlagak kaget, Co Hiong berkata. "Ha, jika demikian, kitab-kitab itu betul-betul kau yang curi!" Kata-kata Co Hiong yang licin itu membikin Bee Kun Bu bingung, karena ia baru saja ingin menanya apakah Co Hiong pernah melihat kitab-kitab itu. Sikapnya yang palsu itu dapat menutup matanya Lie Ceng Loan yang masih hijau, tetapi tak dapat menutupi matanya Souw Hui Hong yang berpengalaman Dengan suara yang tegas Souw Hui Hong berkata kepada Co Hiong. "Bee Siangkong adalah seorang yang luhur dan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ jujur, Jika dia kata tidak mencuri kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, dia tidak berdusta!" Dengan menyengir Co Hiong berkata. "Dia tidak berdusta, jadinya siapakah orangnya yang mencuri kitab-kitab itu?" "Aku kira kau juga tidak dapat mencurinya." Kata Souw Hui Hong. Co Hiong tertawa dan berkata. "Bee-heng kini telah datang berkumpul dan bersembunyi banyak jago-jago silat di sekitar pegunungan ini. Betul Na Siocia memiliki ilmu silat yang tinggi, tetapi dia tak berpengalaman Apakah tak mungkin dia telah tertipu, dan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu dicuri oleh orang lain?" Baru saja Bee Kun Bu hendak berkata, tiba-tiba terdengar suara tindakan kaki. Mereka semuanya menoleh ke jurusan suara itu, dan melihat dua orang laki-laki yang bertubuh tinggi besar memikul satu joli (tandu) dengan dua batang bambu, dan lari mendatangi dengan cepat sekali Ternyata sekali kedua laki-laki itu memiliki ilmu meringankan tubuh yang lihay. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Souw Hui Hong berseru. "Mo siok-siok (Paman Mo) juga sudah datang kesini?" Baru saja ucapannya selesai, segera datang banyak orang ke tempat itu. Di dalam tandu itu Bee Kun Bu melihat seorang kakek, berkaki satu berpakaian baju biru, rambutnya yang agak kuning jarang sekali dan diikat di atas kepalanya merupakan satu sanggul kecil, Mukanya berwarna kuning licin seperti lilin, Kedua matanya yang celong kelihatan bersinar Co Hiong dan Souw Hui Hong membungkukkan tubuh menghaturkan hormat di hadapan kakek di dalam tandu itu. Lalu sikakek mendehem dan berkata. "Kalian berdua sudah tiba dulu, apakah kalian sudah tahu di sekitar puncak Pek Yun Siat ini sudah datang banyak musuh?" Sambil tersenyum Co Hiong menjawab. "Angkatan muda dengan tak di sengaja telah mendengar tentang kabar itu. Partai silat Hua San, Siat San dan Tiam Cong telah bergabung KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ untuk menghadapi partai silat Thian Liong kita. Mereka telah turun tangan, dan berhasrat di dalam jangka waktu setengah hari dan satu malam membasmi orang-orang yang partai kita kirim untuk mengintai Sikakek berkaki satu mendehem, dan berkata. "Hm! orangorang dari kesembilan partai silat itu makin hari makin bertingkah Aku hari ini datang untuk kasih mereka lihat.,." Lalu sikakek mempertunjukkan sikap bahwa ia seolah-olah dapat membasmi musuh-musuhnya dengan mudah. "Jika ketiga partai Hua San, Siat San, dan Tiam Cong bergabung, maka tenaga mereka tak dapat dipandang rendah," Kata Co Hiong. "Mungkin Mo Lo Touw Piauw (Pemimpin partai) seorang diri tak dapat melawan mereka, Apakah Suhuku juga sudah datang?" Sikakek tertawa bahak-bahak dan menyahut. "Semenjak aku menggabungkan diri ke dalam partai silat Thian Liong, aku selalu tinggal terpencil selama dua puluh tahun ini. Apakah para jago-jago silat di kalangan Bu Lim sudah lupakan aku.,." Ketika itu matanya mengawasi sesuatu dihadapannya, ia membentak. "Hei! siapakah yang mengintip, dan tak berani keluar di belakang batu karang itu!" Lalu meloncat keluar sambil tertawa gelak-gelak Tu Wee Seng pemimpin partai Hua San. Dengan toya bam-bunya, Tu Wee Seng berdiri tegak di atas batu karang mengawasi si kakek berkaki satu. Tiba-tiba, dari dalam tandu, si kakek berkaki satu mengebatkan lengan bajunya, dan melayang keluar untuk menyerang Tu Wee Seng, Bee Kun Bu yang menyaksikan itu terpesona, pikir-nya. "Kakek ini betul-betul lihay matanya, Dia dapat melihat musuh, dan dia dapat keluar seolah-olah terbang di udara untuk menyerang musuh, Apakah dia tidak mengetahui bahwa Tu Wee Seng si lengan delapan itu adalah satu lawan yang lihay sekali ilmu silatnya? Bagaimanakah dia dapat melawan dengan hanya berkaki satu...?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ -ooo0oooSouw Hui Hong menjumpai Bee Kun Bu di tengah malam Selagi Bee Kun Bu berpikir, si kakek telah turun di atas batu karang hanya tiga empat kaki jauhnya dari Tu Wee Seng, Dan diluar dugaannya Bee Kun Bu maupun Tu Wee Seng. Si kakek meloncat ke atas lagi dan mundur tiga depa lebih, Lalu sambil tertawa dia menegur. "Hei! Tu Wee Seng! Apakah kau masih ingat kepada si tua bangka ini?" Bee Kun Bu terperanjat ketika mendengar si kakek itu menegur Tu Wee Seng. ia berpikir Tu Wee Seng adalah seorang pemimpin partai silat yang terkenal, dan para jago silat di kalangan Kang-ouw selalu menghormatinya, Meskipun seorang musuh tak akan memanggilnya secara demikian." Terdengar Tu Wee Seng berkata. "Jangankan Moi-heng baru kehilangan satu betis dan satu lengan, meskipun kau sudah terbakar jadi abu, aku masih mengenal kau!" "Aku telah kehilangan satu betis dan satu lengan, tetapi aku yakin aku masih dapat melawan..." Belum lagi ucapannya habis, tiba-tiba dengan satu betis si kakek meloncat dan menyerang Tu Wee Seng dengan satu jotosan, Caranya si kakek mengirim jotosan membuat Bee Kun Bu sangat takjub, karena jotosan itu dilancarkan dengan tenaga dalam yang luar biasa hebatnya, ia telah menjumpai tidak sedikit lawan yang lihay, akan tetapi ia belum pernah menyaksikan jotosan yang dilancarkan demikian rupa, Betul saja Tu Wee Seng tidak berani menangkis jotosan itu. ia mengegoskan diri dengan melompat ke samping, La!u ia menegur. "Mo-heng selama dua puluh tahun kita tidak berjumpa, mengapa sekali bertemu lalu bertarung?" Si kakek mengejek. "Aku si tua bangka keluar lagi dari tempat pertapaan dan terjun ke dalam kalangan Kang-ouw karena ingin mengetahui kepandaian para jago silat dari KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ kesembilan partai yang terkenaL." Dan secepat kilat ia meloncat lagi kedepannya Tu Wee Seng untuk menyerang dengan jotosannya yang bertubi-tubi. Entah kenapa Tu Wee Seng tidak berani menangkis, Sambil tertawa ia lekas-lekas meloncat mundur mengelakkan jotosan jotosan itu. Lagi-lagi ia berkata. "Mes-kipun Mo-heng seorang yang cacat, akan tetapi ilmu silatmu sudah banyak maju, Aku tidak sudi bertempur melawan kau." Lalu ia berbalik dan lari dengan pesat Si kakek tidak mengejar ia hanya tertawa gelak-gelak mengawasi Tu Wee Seng yang melarikan diri, Lalu dengan suatu gerak tubuh, ia meloncat dihadapannya Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan. Dengan wajah yang beringas ia menanyai "Hei! Kalian anak kemarin dulu ini, muridmu rid dari partai silat manakah?" Bee Kun Bu maju ke depan setindak dengan maksud melindungi Lie Ceng Loan. Sambil mengerahkan tenaga dalam ia ingin menjawab, tetapi tiba-tiba Souw Hui Hong telah loncat didepannya menghadapi si kakek. Dengan mementang kedua lengannya dia berkata. "Mo Siok-siok (Paman Mo), jangan melukai mereka! Mereka adalah kawan -kawanku. "Hm! Jika mereka kawan-kawanmu, aku dapat memberi ampun!" Jawab si kakek, Lalu dengan mengebutkan lengan bajunya ia meloncat dan duduk kembali di dalam tandu nya. Si kakek itu sangat ramah terhadap Souw Hui Hong, dan sebelumnya berlalu, ia masih berkata kepada Souw Hui Hong. "Aku masih ada urusan penting, Kini kita telah dikurung oleh banyak musuh. Kau harus waspada!" "Mo Siok-siok, harap jangan menjadi cemas karena aku," Jawab Souw Hui Hong. "Jika aku betuI-betuI menjumpai musuh yang lihay, aku akan meledakkan bom api untuk minta perlolonganmu!" Si kakek hanya tersenyum, lalu ia ingin berlalu, Tetapi Co Hiong seolah-olah terbang loncat di depan tandu dan berkata: KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Mo Lao-piauw-tou (Pemimpin partai Mo), mohon berhenti sebentar Angkatan mudah ada sedikit omongan, Tu Wee Seng adalah seorang pemimpin partai silat yang terkenal, akan tetapi dia mempunyai tipu muslihat yang dapat menjebak kita, Tadi dia berlalu tanpa membikin perlawanan, aku yakin dengan sikapnya itu dia tengah melaksanakan tipumuslihatnya, Menurut dugaanku, mungkin dia sedang minta bantuannya partai silat Tiam Cong dan partai silat Siat San untuk bersama-sama menggempur Mo Lao-piauw-tou. Aku mohon diperkenankan menyertai kau agar akupun dapat membantu bila perlu!" Si kakek menjawab dengan tenang. "Sebetulnya seumur hidupku, aku belum pernah minta bantuannya orang lain. Tetapi jika Co Piauw-su (rekan dari markas Co) mempunyai maksud demikian, aku tak dapat menolak!" Harus diketahui bahwa Co Hiong memegang jabatan penting di dalam partai silat Thian Liong, langsung di-bawah Souw Peng Hai, dan kedudukannya lebih tinggi daripada para pemimpin cabang bendera merah, kuning, biru, putih dan hitam, Meskipun si kakek tidak suka menerima bantuannya, akan tetapi karena kedudukannya Co Hiong hampir setaraf dengan Souw Peng Hai, ia terpaksa menerima tawaran tersebut "Pemimpin-pemimpin cabang partai silat kita sekarang belum tiba semua. Oleh karena itu Mao Lao-piauw-tou dapat memberi pimpinan untuk menghadapi musuh, Di dalam beberapa hari ini, aku telah memperoleh kabar bahwa musuh telah memasang perangkap, dan jika aku dapat mendampingi Mo Lao-piauw-tou, aku dapat memberi saran jika perlu." Kata Co Hiong, Mendengar alasan itu, si kakek tersenyum. "Aku perlu petunjuk-petunjuk karena aku sudah menjadi asing terhadap perubahan-perubahan selama dua puluh tahun ini," Kata si kakek itu, Kemudian ia perintahkan kedua penggotong tandu mengangkat tandu dan berlalu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Co Hiong berkata kepada Bee Kun Bu. "Bee-heng, kau dapat bereakap-cakap dengan Sumoyku, jika aku telah menjumpai orang yang mencuri kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, aku tentu memberitahukan kepadamu." Lalu dengan ilmu meringankan tubuh ia lari mengikuti si kakek. Dengan kepala mata sendiri Bee Kun Bu menyaksikan betapa lihaynya Co Hiong meloncat, ia terperanjat Pikirnya. "Co Hiong itu merupakan teka-teki bagiku, Meskipun aku telah mengenal agak !ama, tetapi aku masih juga tidak mengetahui betul wataknya.,." Ia dibikin sadar dari lamunannya oleh seruan Souw Hui Hong. "Hanya dalam jangka waktu setahun lebih, ilmu silatnya sudah maju pesat sekali!" "Menurut pandanganku suhengmu itu masih memiliki ilmu silat yang lebih lihay Iagi..." Kata Bee Kun Bu. Souw Hui Hong menjawab. "Kami menjadi besar dan belajar ilmu silat bersama-sama. Tentang kepandaian silatnya aku tahu betuK Tetapi kini, aku telah menyaksikan kemajuannya, aku belum mengetahui cara bagaimana ia berlatih." Sambil tersenyum Bee Kun Bu berkata. "Pemimpin dari partai silat Thian Liong segera akan tiba disini, Aku yakin Souw Siocia masih banyak urusan, Aku dan Loan-moi mohon minta diri." Lalu ia tarik tangannya Lie Ceng Loan dan berlalu. Menampak sikapnya Bee Kun Bu yang dingin itu, Souw Hui Hong menjadi sedih. Dengan tak terasa air matanya mengucur keluar ia membanting kaki seraya berseru. "Apakah kau tidak ingin mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?" Seruan itu didengar Bee Kun Bu yang segera berhenti dan berbalik Dengan kedua mata terbelalak Bee Kun Bu menanyai "Souw Siocia, kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu erat sekali hubungannya dengan mati-hi-dupku, dan juga bersangkut paut dengan banyak orang lain, Aku minta Souw Siocia tidak pandang remeh soal itu!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Siapakah yang bermain-main dengan urusan yang penting itu?" Jawab Souw Hui Hong. "Apa yang aku ucapkan barusan1 keluar dari hati yang iklas, Aku tidak main-main!" Bee Kun Bu tertarik perhatiannya. ia lepas pegangan tangannya kepada Lie Ceng Loan dan menghampiri Souw Hui Hong. ia menanya dengan sungguh-sungguh. "Apakah Souw Siocia mengetahui dimana kitab-kitab Kui Goaki Pit Cek itu disembunyikannya?" Dengan agak mengejek Souw Hui Hong menjawab. "Hm! Jika kau memerlukan bantuanku, kau menjadi ramah. Tetapi apabila soalnya sudah beres, kau segera berubah menjadi dingin seperti es lagi!" Bee Kun Bu tersenyum, lalu berkata. "Aku yakin bahwa aku belum pernah menyinggung perasaan Siocia, Tetapi aku harus memperhatikan juga bahwa kita adalah dari partai ,silat yang berlainan Souw Siocia adalah puteri kesayangan Souw Cong-piauw-tou dari partai silat Thian Liong yang terkenal, dan Siocia sendiri terkenal sebagai seorang Li-hiap (jago silat wanita) yang sangat dimalui. Aku dari partai silat Kun Lun senantiasa terikat dengan peraturan-peraturan yang keras, Jika aku terlalu akrab terhadap Siocia, aku khawatir aku mencemarkan nama Siocia..." Souw Hui Hong tertawa gelak-gelak dan menjawab. "O! Kau takut orang lain mencela? Tapi bagaimanakah kata orang lain jika kau demikian akrabnya terhadap Sumoymu sendiri?" "lni lain soalnya, Kami adalah dari satu partai silat Kun Lun, dan aku yakin orang lain tak akan mencelanya," Jawab Bee Kun Bu. "Baik!" Kata Souw Hui Hong. "Bagaimanakah hubunganmu dengan Pek Siocia? Dia bukannya saudari seperguruanmu, tetapi kau telah datang ke tempatnya di puncak Pek Yun Siat ini!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Aku berhutang budi terhadap Pek Siocia," Kata Bee Kun Bu. "Pek Siocia telah menolong jiwaku... Lagi pula antara aku dan Pek Siocia masih ada banyak soal yang aku tak dapat jelaskan kepadamu Terhadap Pek Siocia, aku selalu menghormatinya lebih dari itu tidak, Jika orang berpendapat lain, akupun tak dapat mencegahnya." Lalu dengan wajah yang sedih Souw Hui Hong menanya dengan bernapsu. "Mustahil kau tidak menghiraukan pertolongan-pertolongan atau bantuan-ban-tuanku terhadapmu???" Air matanya mengucur semakin deras. Lie Ceng Loan menghampiri Souw Hui Hong seraya menghibur. "Bu Koko adalah yang berbudi luhur, jika dia pernah menyinggung Cici, aku yakin perbuatannya itu tidak disengaja, Aku minta Cici tidak buat pikiran." Dalam kesedihannya itu Souw Hui Hong merangkul Lie Ceng Loan dan menangis di atas bahunya dengan tersedusedu, Bee Kun Bu pun terharu, dan untuk sementara waktu ia berdiri terpaku sebagai patung! "Aku tak dapat menyalahkan Bu Kokomu..." Kata Souw Hui Hong sambil menangis. "semua... semua ini... adalah... kesalahanku sendiri!" Tetapi Cicipun tidak salah.,." Lie Ceng Loan menghiburnya, Dengan senyuman yang dipaksa Souw Hui Hong berkata. "Urusan ini kita bicarakan nanti Aku sekarang harus lekaslekas menolong Bu Kokomu mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek karena jika terlambat, aku akan tak berdaya mencarinya lagi!" Lalu ia lari menyusul si kakek dan Co Hiong. Tetapi Bee Kun Bu mengejar dan menahan padanya. "Souw Siocia, dimana kau hendak mencarinya ? Aku akan menyertai kau untuk mencari-nya." "Aku bukannya akan bertempur melawan musuh, Kau tak perlu menyertai aku!" Berkata Souw Hui Hong, ia berpikir KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sejenak, lalu meneruskan. "Ayahku telah memanggil semua pemimpin-pemimpin cabang untuk berkumpul di puncak Pek Yun Siat ini, dan maksudnya ialah untuk merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. sekarang telah tiba beberapa jago-jago silat dari partai Thian Liong-ku, tetapi jago-jago silat yang tingkat atas belum tiba, Ayahku bersama-sama pemimpin-pemimpin cabang bendera lain-lainnya mungkin akan tiba malam ini, Kelima pemimpin-pemimpin dari partai Thian Liongku semuanya memiliki ilmu silat yang tinggi, terutama pemimpin pemimpin dari bendera kuning dan biru. Jika kau menjumpai mereka, paling baik jangan melawan." "Si kakek yang berbetis dan berlengan satu tadi bukankah jago silat dari partai Thian Liong?" Tanya Bee Kun Bu. "Dia adalah pemimpin cabang bendera biru," Meneruskan Souw Hui Hong. "Jangan kira dengan satu betis dan satu lengan dia itu satu lawan yang enteng. ilmu silatnya lihay sekali. Hanya ayahku yang mengetahui akan kepandaiannya ketika dia turut menggabungkan diri ke dalam partai Thian Liong-ku, Selama sepuluh tahun lebih, pimpinan cabang bendera biru agaknya menjadi lowong, dan banyak sekali jago-jago silat yang menginginkan jabatan tersebut, akan tetapi selalu ditolak oleh ayahku, dan tidak seorang yang mengetahui bahwa pemimpin bendera biru itu masih ada. Pada kira-kira dua tahun berselang, ayahku telah memanggil berkumpul semua pemimpin-pemimpin cabang serta para jago silat dari masing-masing cabang ke suatu rapat Si kakek yang bereacat itu juga hadir Ketika itu akupun mendampingi ayahku, dan aku telah diperkenalkan kepada semua pemimpin-pemimpin dan jago-jago silat dari partai Thian Liong, dan aku baru mengetahui bahwa si kakek itu telah menggabungkan diri semenjak dibentuknya partai Thian Liong, Karena dia telah dianiaya orang sehingga kehilangan satu betis dan satu lengannya, dia segera pergi bertapa di suatu pegunungan yang terletak di dekat markas besar partai Thian Liong untuk menyembuhkan luka-lukanya, sebab itu maka dia telah tidak muncul muncul hampir dua puluh tahun, Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Oleh karena itu para silat di kalangan Kang-ouw telah lupa akan dia. Tapi aku melihat bahwa pemimpin-pemimpin cabang lain semuanya menghormati si kakek itu, dan aku yakin ilmu silatnya lebih tinggi daripada mereka. Kemudian dari ayahku aku mengetahui bahwa dia memiliki ilmu silat Im Hian Bo Po (llmu tenaga dalam yang ampuh). Dan aku minta kau jangan coba melawan dia!" Bee Kun Bu mendengarkannya dengan perhatian sambil di dalam hatinya berpikir "Betul! Tu Wee Seng yang lihay juga gentar terhadap si kakek itu..." Lalu ia berkata: Terima kasih untuk peringatanmu. jika aku menjumpai si kakek itu, aku tentu bersikap waspada.," Sambil tersenyum Souw Hui Hong berkata. "Jika kau sudi memperhatikan omonganku, legalah hatiku, Nah. kau dan Sumoymu lekas-lekas pulang, Malam ini kira-kira jam dua kita dapat berjumpa lagi disini." Lalu ia berbalik dan lari mengejar si kakek dan Co Hiong, Bee Kun Bu berdiri mengawasi Souw Hui Hong berlari-lari mengejar kawan-kawannya, Lalu ia berpaling kepada Lie Ceng Loan seraya berkata. "Mari kita pulang!" Lie Ceng Loan mengangguk dan tersenyum, dan sambil berpegangan tangan mereka berjalan pulang, Ketika mereka tiba di jalan yang menuju ke atas puncak Pek Yun Siat, mereka jumpai seorang laki laki yang berjubah abu-abu tengah mengintai-intai ke arah Iembah. Bee Kun Bu segera mengenali bahwa orang itu adalah orang yang pernah bertempur melawan ia diluar kota Yaociu, Hanya kini orang itu menyelubungkan mukanya dengan sutera jarang yang berwarna hijau. Namun bekas bacokan di pipi kirinya masih terlihat Mungkin juga sutera yang jarang itu untuk menutupi cacat di pipinya. Ketika melihat Bee Kun Bu, orang itu segera datang menghampiri sambil berkata. "Aku disuruh menyambut KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ kaliandisini. Pada waktu ini disekitar puncak Pek Yun Siat ini telah bersembunyi banyak musuh, Kamu seharusnya jangan berkeliaran disini. Ayo ikut aku puIang!" Mendengar ucapan itu, Bee Kun Bu mengerti bahwa Pek Yun Hui tidak memberitahukan orang itu alasan mengapa ia keluar dari goa. Maka ia talu menjawabnya. "Kami juga tengah berjalan pulang!" Sebetulnya orang itu adalah bekas pengawal istana yang ditawan oleh Na Hai Peng untuk menjaga Pek Yun Hui di puncak Pek Yun Siat, dan bernama Tan Poa. Semenjak ia tinggal dipuncak Pek Yun Siat, ia telah dapat banyak pelajaran ilmu silat dari Na Hai Peng dan Pek Yun Hui, karena itu ia juga dapat bertempur melawan segala jago-jago silat kelas satu di kalangan Kang-ouw. Setelah mereka tiba di goa, mereka terus masuk ke dalam kamar batu, Kamar batu itu sebetulnya tidak ada namanya, Tetapi Pek Yun Hui telah berikan nama Tian Ki Cong Hi demi peringatan Tian Ki Ctn Jin yang pernah menggemparkan kalangan Bu Lim pada tiga ratus tahun yang lalu. Setibanya di kamar, Pang Siu Wie telah menunggu diluar, Sambil tersenyum ia berkata. "Pek Siocia dan Na Siocia sedang berunding di dalam kamar Ayo, kalian masuk ke dalam!" Bee Kun Bu memperhatikan bahwa Pang Siu Wie masih terus memegangi kantongnya yang terbuat dari kulit menjangan yang berisikan pasir beracun, dan tangan kirinya memegang satu golok yang dua kaki panjangnya, ia berpikir "Dengan dia ditugaskan sebagai penjaga, sukar sekali musuh dapat menerobos masuki Bau harum menusuk hidung ketika mereka masuk ke dalam kamar, Pek Yun Hui mengenakan baju hijau muda dan celana panjang yang berwarna hijau tua, bertali pinggang putih dan mengikat rambutnya erat-erat. wajahnya sangat keren dan cemas, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Na Siao Tiap duduk menghadapi Pek Yun Hui. iapun mengikat kepala, berpakaian putih, Ketika melihat Bee Kun Bu, ia segera melengos! Bee Kun Bu merasa sakit sekali hatinya diperlakukan demikian tapi ia bersabar dan menelan kemendong-ko!annya, ia sangat tersinggung, dan ia lekas-lekas keluar dari kamar itu. Tetapi keempat bujangnya Na Siao Tiap mengejarnya. Xa berdiri siap sedia menjaga diri, Keempat bujang itu segera lari menjaga pintu, Lie Ceng Loan yang tak mengetahui persoalannya segera menanya. "Bu Koko, apakah kita perlu menerjang keluar?" Belum lagi Bee Kun Bu menjawab Pek Yun Hui berkata kepada Na Siao Tiap: Tiap Moi-moi mengapa kau masih terus memperlakukan dia demikian? Apakah sudah pasti kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dia yang curi?" "Meskipun belum pasti dia yang curi, akan tetapi dia telah berjanji mencari kitab-kitab itu di dalam tempo tiga hari." Berkata Na Siao Tiap. "Dan karena aku pandang Cici dan Lie Moi-moi, aku telah lepas dia. Selama dia masih berada di puncak Pek Yun Siat aku masih dapat mengawasi dia. Jika dia kabur aku akan tak berdaya mencari dia lagi!" Pek Yun Hui menghampiri Bee Kun Bu dan menanya dengan ramah. "Jika kau tidak mengambil kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, mengapa kau berjanji mencarinya di dalam tempo tiga hari?" "Na Siocia terus menuduh aku yang mencuri kitab-kitab tersebut, dan memaksa aku mengembalikan Aku berhutang budi terhadapnya, karena dia telah menolong jiwaku, Aku tak dapat segera mengembalikan kitab-kitabnya, dan akupun sungkan melawan dia, maka terpaksa aku berjanji demikian Aku tidak menduga Lie Sumoy juga datang mencari aku.,." Tapi jika betul kau tidak mencurinya, kau hanya perlu menjelaskan Kau tidak dapat sembarangan berjanji kata Pek Yun Hui. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Jika aku berjanji mencari kitab-kitab itu dalam tempo tiga hari, akupun berjanji dengan keyakinan Na Siocia kitab-kitab itu dia taruh di dalam kamarnya, orang-orang yang pernah masuk disamping Cici dan aku, masih ada seorang yang aku curiga!" Kata Bee Kun Bu. " Apakah orang itu Co Hiong?" Tanya Pek Yun Hui. "Aku curigai ia, tetapi aku belum dapat membuktikan" Jawab Bee Kun Bu. Dengan gemas Pek Yun Hui berseru. "Betul dia! Tidak orang lain, pasti dia! Aku sekarang juga akan pergi mencari dia!" "Malam ini jam dua, Souw Hui Hong berjanji menjumpai aku di atas puncak Pek Yun Siat," Berkata Bee Kun Bu. "dan dia menyanggupi mengembalikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu kepadaku!" "Tapi Co Hiong yang pintar busuk itu tidak dapat di pereaya, diapun tak akan rela mengembalikan kitab-kitab itu!" Kata Pek Yun Hui. Bee Kun Bu menarik napas panjang, lalu menundukkan kepalanya, ia agaknya kehilangan akal. Melihat Pek Yun Hui membela Bee Kun Bu, Na Siao Tiap menepuk tangan sekali, dan segera keempat bujang-nya datang berdiri di belakang ia. Sambil memandang ke arah Na Siao Tiap, Bee Kun Bu berkata lagi. "Na Siocia masih juga mencurigai aku. Salah faham ini sukar dijelaskan ke padanya. Aku harus mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dan kembalikan kepadanya Jika usahaku ini berhasil, aku dan Lie Sumoy akan segera kembali kepegunungan Kun Lun." "Kau harus ketahui bahwa di sekitar pegunungan ini telah bersembunyi banyak musuh. Kau tak dapat berlalu tanpa rintangan Meskipun Na Moi-moi masih mencurigai kau, akan tetapi aku yakin lambat laut dia dapat insyafakan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ kesalahannya. Malam ini aku akan menyertai kau menjumpai Souw Hui Hong. Aku ingin melihat apakah dia betul-betuI berniat mengembalikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu. Nah, sekarang kau dapat beristirahat di dalam kamar di sebelah barat." Kata Pek Yun Hui. Bee Kun Bu tak berani menolak, iapun lekas-lekas masuk ke dalam kamar yang ditunjuk itu. Sambil menghadapi Lie Ceng Loan, Pek Yun Hui berkata. "Kau juga tentu letih, kau dapat beristirahat di dalam kamarku." Lie Ceng Loan tidak segera berlalu, ia menanya. "Mengapa Na Cici masih juga membenci Bu Koko?" Pek Yun Hui tersenyum, lalu dengan ramah ia menjelaskan "Dia telah terlalu dipengaruhi ibunya yang menganggap semua orang laki-laki tidak ada yang baik, Tereurinya kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu hanya menambah kecurigaannya terhadap orang laki-laki. Tapi kelak aku yakin dia akan insyafl" Lie Ceng Loan juga tersenyum dan ia berkata. "Cici sangat bijaksana, Aku pun yakin bahwa Na Cici akan melihat keketiruannya kelak," "Kau jangan khawatir Jika aku masih ada, Bu Koko-mu tak akan dibiarkan menderita lagi," Kata Pek Yun Hui. Lalu ia panggil Tan Pao dan menyuruhnya memberitahukan kepada Pang Siu Wie untuk menjaga mulut goa dengan waspada. "Jika musuh tidak masuk ke kamar Tian Kie Ciok Hu, aku tak akan pedulikan musuh-musuh itu, Biarlah mereka setelah saling bunuh membunuh dulu baru dapat mencari kita di dalam kamar Tian Kie Ciok Hu!" Kata Pek Yun Hui kepada Lie Ceng Loan. Tan Pao tidak perlu diberitahukan dua kali, ia segera lari dan bersama-sama Pang Siu Wie menjaga mulut goa. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Entah kapan terdengar suara siulan yang panjang di sekitar puncak Pek Yun Siat, tetapi Tan Pao dan kawankawannya telah dipesan bahwa jika musuh tidak datang menyerang kamar Tian Kie Ciok Hu, mereka jangan memperdutikannya. Mereka berdiri diam di tempatnya, Meskipun suara siulan itu terdengar berulang kali, akan tetapi mereka tak melihat musuh yang mendatangi Ketika hampir jam dua malam, Bee Kun Bu keluar dengan membawa pedangnya, Setelah beristirahat, iapun merasa segar sekali Pang Siu Wie yang telah diberi petunjuk oleh Pek Yun Hui tidak menghalangi ia berlalu. Malam itu cuaca agak gelap, karena awan hitam menutupi bulan, Angin gunung meniup-niup daun-daun pohon, Bee Kun Bu melihat keadaan di sekitarnya, tetapi ia tidak tampak Pek Yun Hui menyertai ia. Dengan ilmu meringankan tubuh ia berlari-!ari menuju ke tempat dimana ia berjanji menjumpai Souw Hui Hong. Karena ia selalu memikirkan akan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang akan dikembalikan, maka ia berlari dengan pesat sekali, dan segera tiba di tempat yang dijanjikan Malam yang gelap gulita itu menyukarkan Bee Kun Bu melihat keadaan di sekitarnya meskipun hanya dua depa jauhnya, ia menunggu tidak lama ketika mendengar suara orang berlari-lari, Lalu terdengar suara yang gembira menegur ia. "Aku tidak menduga kau betul-betul datangi. Bee Kun Bu yang sudah tidak sabar itu lalu menanya tanpa melihat orangnya lagi. "Souw Siocia, apakah sudah dapat mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?" Ketika itu Souw Hui Hong hanya berdiri terpisah beberapa kaki jauhnya dari Bee Kun Bu. ia menyahut. "Meskipun hari ini aku belum berhasil mencari kitab-kitab itu akan tetapi besok tentu aku akan berhasil mencarinya, Walau bagaimanapun, aku tak akan gagal di dalam tempo tiga hari." Bee Kun Bu menjadi kecewa, ia berkata. "Sebetulnya aku tidak memaksa Siocia untuk mencari kitab-kitab itu. Aku KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menghaturkan banyak terima kasih atas bantuan Siocia, Hawa di atas puncak ini sangat dingin, dan Siocia tak harus berdiam lama-lama di sini, Lagi pula sebagai salah satu pemimpin partai silat Thian Liong, Siocia tentu masih mempunyai banyak urusan yang harus dibereskan Aku tidak berani membikin Siocia berabe lagi, dan aku minta diri!" Lalu iapun lari pergi Souw Hui Hong sangat tersinggung akan sikapnya Bee Kun Bu yang adem itu. ia mengejar dan mencekal pundaknya Bee Kun Bu. Cengkeraman gadis itu diluar dugaannya Bee Kun Bu, dan ia tidak menjaga, sehingga jalan darahnya di-pundaknya tersumbat ia berhenti dan berbalik Dengan tersenyum ia menanyai "Souw Siocia, mengapa kau harus menotok jalan darahku?" Souw Hui Hong yang masih merasa gusar membentak Hm! Aku belum pernah menyinggung kau, tapi mengapa kau perlakuan aku demikian rupa?" Bee Kun Bu terperanjat dan menanya. "Souw Siocia, kapan aku pernah menyinggung kau, dan kapan aku bersikap tak perdulikan terhadap Siocia?" Souw Hui Hong berbalik terperanjat, karena ia tak dapat berpikir kapan Bee Kun Bu pernah menyinggung padanya. ia berdiri bengong, Lalu Bee Kun Bu menghibur. "Partai silat Thian Liong sekarang sangat kuat, dan aku dari partai silat Kun Lun, meskipun tidak mempunyai dendam terhadap partai silat Thian Liong, akan tetapi karena keadaan, aku tak dapat turut campur urusan partai silat Thian Liong, Souw Siocia yang telah berlaku baik terhadap aku, dan yang telah berulang kali membantu aku, budi yang maha besar ini aku tak akan lupakan Bila aku ada kesempatan aku pasti membalasnya." Sambil bicara Bee Kun Bu berusaha membebaskan jalan darahnya yang tersumbat dipundaknya dengan menggunakan tenaga dalam nya. Souw Hui Hong yang mendengar KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ penjelasan yang ikhlas itu, air matanya tak tahan lagi keluar mengucur. ia berkata. "Disebelah barat propinsi Sucoan kau pernah menolong jiwaku, dan dengan demikian kau telah membalas budiku, Aku tidak seharusnya menyalahkan kau! aku harus menyalahkan diri sendiri..." Lalu iapun berbalik dan berlari pergi entah kemana! Bee Kun Bu tertegun melihat sikap yang ganjil dari Souw Hui Hong, Tiba-tiba terdengar lagi suara orang memaki dibarengi dengan suara tertawa dan mengejek Suara tersebut makin lama makin dekat. Ketika kilat berkeredep, dari tempat jauh Bee Kun Bu dapat melihat si kakek berbetis dan berlengan satu duduk didalam tandu yang digotong oleh dua orang, dia dicegat Tu Wee Seng dan satu orang yang bertubuh kecil dan pendek, berjubah putih, bertali pinggang merah dan berjenggot seperti jenggotnya kambing gunung, Yang berjubah putih itu adalah Teng Lee, pemimpin partai silat Siat San. Ketika Bee Kun Bu dan Co Hiong berada di dalam kamar goa, ia pernah mendengar bahwa pemtmpin-pe-mimpin ketiga partai silat Hua San, Siat San, Tiam Cong telah bermufakat berserikat untuk menggempur partai silat Thian Liong. Tapi ketika itu ia berada di dalam kamar, dan tak dapat melihat wajahnya Teng Lee, Dalam cuaca yang gelap itu ia merasa bahwa banyak orang sudah berada disekitarnya. Tiba-tiba suara guntur mendobrak suasana yang sunyi tetapi seram itu! justru pada saat itu, Bee Kun Bu disentuh pundaknya oleh Pek Yun Hui dari betakang, Pek Yun Hui berbisik "Jangan bersuara, ikut aku bersembunyi Pada dewasa ini aku telah lihat banyak sekali jago-jago silat disekitar kita, Ayo, kita bersembunyi dan menonton mereka bertempur!" Dengan matanya yang luar biasa awas Pek Yun Hui dapat melihat dengan tegas segala apa dimalam yang gelap itu, ia tarik tangannya Bee Kun Bu, dan jalan ke sebuah pohon KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ cemara yang besar Kemudian dengan tenaga dalam ia meloncat ke satu dahan yang kuat sambil menarik Bee Kun Bu. Di atas dahan pohon itu mereka duduk bersembunyi di balik daun-daun pohon yang lebat, Sebentar-sebentar mereka mendengar suara gaduh dari mereka yang bertempur dan suara orang menjerit karena menderita luka parah, Ketika Bee Kun Bu sedang mendengarkan suara-suara itu tiba-tiba ia mendengar Pek Yun Hui yang duduk di sampingnya menyodok tinjunya ke belakang. Lalu ia mendengar suara cabang pohon yang diinjak dan suara tersentuhnya daun-daun. Co Hiong telah da-tang, dan ia berkata. "Hei, kalian berdua juga datang ke sini? Kita harus waspada, karena jika orang tahu kita berada di atas pohon ini kita tak dapat menonton lagi." Baru saja Pek Yun Hui ingin menjawab, tiba-tiba terdengar suara tawanya Tu Wee Seng yang berkata. "Hei, kakek Mo! Kau sekarang telah terkurung! Hanya jika kau dapat terbang ke atas langit, kau baru dapat meloloskan diri! Demi kepentinganmu sendiri, kau lebih baik bunuh diri saja daripada harus dibunuh kami!" Si kakek menjawab sambil mengejek. "Apakah kau kira kau menipu aku dengan tipu muslihatnya? Ha! Ha! Aku hanya khawatir kau tak dapat keluar dari lembah ini!" Lalu terdengar suara orang yang menjerit-jerit, memaki dan suara pertempuran yang hebat. Dengan suara yang gaduh itu Pek Yun Hui mengirim jotosan dengan tangan kirinya ke tempat dimana Co Hiong bersembunyi dengan menggunakan tenaga dalam Tian Kong Cit Shing Kong, Tetapi jotosan itu sangat mengecewakan Pek Yun Hui. Co Hiong tidak kelihatan mengegos, dan juga tidak menangkis, Hanya daun-daun pohon jatuh berserakan! Setelah keheranannya lenyap, ia mengerahkan tenaga dalamnya lagi sambil berpikir "Bagaimanapun kelicikanmu, jika KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ malam ini kau tidak mengembalikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, kau jangan harap dapat hidup!" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Terdengar Co Hiong berkata, suaranya rendah. "Rupanya di sekitar tempat ini sudah datang banyak jago-jago silat, Siocia jangan sembarangan menyerang orang lain! Barusan jika tidak karena suara yang gaduh di sekitar kita, mungkin seranganmu itu dapat menerbitkan onar!" Pek Yun Hui berpikir "Hai! Manusia ini betul-betul licik!" Lalu ia menegur. "Aku tidak pedu!i keadaan di sekitar ini. Kau jangan pikir dapat melarikan diri!" "Kau tak usah khawatir Meskipun kau biarkan aku melarikan diri, akupun tak dapat lari sekarang," Jawabnya Co Hiong, agak mengejek sebetulnya ketika Pek Yun Hui terheran-heran mengapa serangannya tak berhasil, Co Hiong telah meloncat ke atas dahan pohon dimana Bee Kun Bu duduk, dan dengan demikian Bee Kun Bu duduk di antara Co Hiong di sebelah kanan dan Pek Yun Hui di sebelah kiri. Oleh karena itu Pek Yun Hui tak dapat menyerang Co Hiong lagi. Setelah kilat berkeredep dan guntur menderu-deru dengan hebat, maka turunlah hujan yang besar sekali, dan mereka tetap duduk di atas dahan pohon, Apakah hujan telah menghentikan pertempuran atau kedua belah pihak tengah mengatur siasat, entahlah, Tetapi selama setengah jam tidak terdengar suara pertempuran lagi. Setelah hujan berhenti, langit menjadi agak terang dengan keluarnya bulan, Selama setengah jam itu, Pek Yun Hui menganjurkan Bee Kun Bu mengumpulkan tenaga dalamnya, -ooo0oooSi Kakek melawan dua jago-jago silat Karena terangnya sinarnya bulan, maka terlihat banyak orang di sekitar pohon cemara itu, bahkan terlihat juga tujuhdelapan orang yang bersenjata tengah siap sedia, Ketika tadi KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ hujan turun dengan derasnya, kedua belah pihak telah memanggil kumpul orang-orangnya. Lalu terdengar Tu Wee Seng tertawa gelak-gelak sambil berkata. "Hei, Kakek Mo! Barusan hujan besar sekali, Mengapa kau tidak melarikan diri? Kini kau tak dapat melarikan diri lagi," Lalu dengan mengangkat toya bambunya ia berkata kepada Teng Lee. "Teng-heng, si kakek yang cacat itu adalah Mo Lun, dengan julukan Ngo Tok Sauw (lblis beracun) yang pernah menggemparkan kalangan Kang-ouw dahulu, Dua puluh tahun berselang, aku dan kawan-kawan dari partai silat Siau Lim dan partai silat Bu Tong pernah berserikat menggempur dia. Meskipun dia terluka, dia masih berhasil melarikan diri dari kepungan kami. Selama dua puluh tahun ini, dia mengasingkan diri, kiraku dia sudah mati, Dia memiliki banyak senjata rahasia, terutama senjata Siat-Ciam (Jarum beracun) yang dapat dilepaskannya beberapa puluh sekaligus, Maka kita harus waspada menggempur dia!" Mo Lun hanya menyengir mendengar penjelasan Tu Wee Seng kepada kawannya Lalu ia mengancam. "Siat-bi-ciam tidak lihay, Malam ini kalian dapat merasai Ngo Tok Shin Ciang (Tinju maut beracun) yang aku telah dapat pelajari!" Tu Wee Seng berkata lagi kepada Teng Lee. "Aku tidak menduga bahwa si kakek ini juga datang membantu partai silat TianLiong. Jika kita tidak basmi dia sekarang, dikemudian hari kita sukar mencari tempat yang bebas dari kekhawatiran!" Dengan tenang Teng Lee menjawab. "Ditempat pertapaanku, akupun pernah dengar julukan Ngo tok Sauw itu. Malam ini aku beruntung bisa menguji silat, Nah, Tu-heng kau gempur dia dulu, dan aku akan menggempur di dalam taraf kedua!" "Ha! Menggempur si kakek ini tidak dapat kita mentaati peraturan Kang-ouw..." Kata Tu Wee Seng, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Belum lagi habis Tu Wee Seng bicara, tiba-tiba Mo Lun meloncat keluar dari tandunya dan menjotos Tu Wee Seng dengan tinju kanan nya. Tu Wee Seng menjerit dan lekas-lekas menangkis jotosan itu dengan toya bambunya, lalu menyapu kepala lawannya, Mo pun loncat kebelakang menghindarkan diri dari sapuan toya bambu itu, lalu melonjak ke atas untuk menyergap lawannya dari atas, Tu Wee Seng angkat toya bambunya melindungi kepalanya lalu meloncat mundur dua tindak untuk mengemplang si kakek bila dia turun ke tanah, Tetapi belum lagi si kakek menginjak tanah, dengan satu geprakan ke arah tubuhnya Tu Wee Seng, ia dapat meloncat ke belakang lagi dan jatuh berdiri di atas satu kakinya, Geprakan itu hebat sekali, Tu Wee Seng terkejut ia lekas-lekas mengerahkan tenaga dalamnya untuk memulihkan semangat nya. Mo Lun mengejek "Hei! Tu Wee Seng, cobalah terima jotosan lagi!" Lalu secepat kilat ia meloncat dan menjotos lawan nya. Tu Wee Seng pada dua puluh tahun yang lalu telah bersama-sama seorang jago silat dari partai Siauw Lim dan seorang jago silat dari partai Bu Tong menggempur Mo Lun, bahkan dapat melukainya, Ketika itu ia yakin bahwa ia tak dapat melawan Mo Lun seorang diri, Kini ia diserang dengan jotosan lagi, ia tidak berani menangkis, ia mengegos, lalu mengemplang berkali-kali lima kali dengan toya bambunya, Lima kemplangan itu merupakan keistimewaan dari jurus-jurus Hut Mo Cong (llmu toya iblis) dan berhasil menggagalkan jotosan-jotosan nya Mo Lun. Teng Lee yang menonton pertempuran itu merasa heran mengapa Tu Wee Seng selalu terdesak ia berpikir. "Bukankah Tu Wee Seng itu pemimpin dari partai silat Hua San yang terkenal? Mengapa dia tidak berani menyerang terus? Apakah dia jeri?" Tetapi ketika ia melihat Tu Wee Seng menyerang KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dengan jurus-jurus Hut Mo Congnya, ia berpendapat lain. "Jurus-jurus Hut Mo cong itu betul-betul lihay!" Lalu iapun keluar membantu dengan menjotos punggungnya Mo Lun dari belakang dengan mengerahkan tenaga dalamnya, Hembusan angin dari jotosan itu seolah-olah angin taufan yang menyapu ombak. Tu Wee Seng merasa girang, melihat Teng Lee datang membantu, ia segera menyerang lagi lawannya, Satu sodokan yang hebat ditujukan ke dadanya Mo Lun. Mo Lun yang disodok dadanya dari depan dan dijotos punggungnya dari belakang, ditambah pula dengan keadaan tubuhnya yang cacat, rupanya tak berdaya meng-egosi serangan-serangan itu. Tapi sambil menyengir, ia lekas-lekas menjatuhkan diri, dengan demikian jotosan dari belakang maupun sodokan dari depan terhindar! Tu Wee Seng tarik kembali toya bambunya lalu dengan jurus Kim Cian Teng Hai atau jarum emas menenteramkan lautan, ia tusuk Mo Lun yang berharap di tanah. Tapi jotosannya Teng Lee yang dikerahkan dengan seluruh tenaga dalam nya, setelah menjotos angin, rupanya tak dapat ditahan dan ia terjerunuk ke depan! Tu Wee Seng yang ingin menusuk lawannya dengan jurus Kim Cian Teng Hai terpikir menggunakan lengan kirinya menangkis jotosan Teng Lee dan dengan tangan kanannya ia menusuk Mo Lun. jotosan yang ditangkis oleh Tu Wee Seng telah membikin kedua belah pihak terpental sedikit, karena jotosan maupun tangkisan dikerahkan dengan tenaga yang besar sekali, justru pada saat itu, Mo Lun dapat kesempatan untuk bangkit dan melonjak ke atas untuK jatuh beberapa depa jauhnya dari mereka. Tu Wee Seng terkejut, ia berpikir "Hai! Si kakek ini hanya dengan satu kaki dan satu lengan dapat melawan aku berdua Teng Lee. Aku harus lebih waspada." Lalu ia ambil satu kantong besi dari kantongnya, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sebetulnya setelah gagal menjotos Mo Lun. Teng Lee ingin mengejar dan menyerang lagi. Tetapi ketika ia melihat Tu Wee Seng tidak mengejar, ia menjadi curiga, ia berpikir di kalangan Kang-ouw, Tu Wee Seng terkenal sangat licik, Apakah dia ingin menggunakan aku untuk bertarung mati-matian melawan Mo Lun, sedangkan dia sendiri menonton?" Tu Wee Seng yang melihat sikapnya Teng Lee segera dapat menebak isi hatinya, ia memperingatkan: Teng Lee kita jangan bertempur melawan dia dengan semberono, Hati-hati terhadap Siat Bi Ciamnya..." Belum habis kata-kata itu diucapkan tiba-tiba sambil tertawa gelak-gelak Mo Lun meloncat maju dan menjotos Tu Wee Seng lagi! Dengan menjatuhkan diri, Mo Lun berhasil menghindari kedua serangan itu. justru pada saat itu dari tempat yang tidak jauh berkelebat keluar suatu benda yang mengkilap dari semak belukar, dan menyambar kearah Mo Lun, dan terdengar suara orang berseru. "Tu-heng! Teng-heng! Lekas-lekas mundur! jangan tangkis Ngo Tok Ciangnya!" Tu Wee Seng segera mencelat ke atas sampai tiga depa tinggi nya f dan dari atas ia menyambit dengan kan-cing besinya sambil turun menerkam dengan jurus Cong Eng Ki Yan atau Burung Garuda Menerkam Burung Walet, Tetapi dengan tenang Mo Lun tangkap senjata rahasia yang menyambar dari semak-semak dan yang merupakan satu pisau be!ati, dan dengan pisau belati iiu. Mo Lun terus menyerangnya dan dalam keadaan terdesak Tu Wee Seng melancarkan Hut Mo Cangnya dan berhasil mengemplang terpental pisau belati di tangannya Mo Lun. Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Naga Merah Bangau Putih Karya Kho Ping Hoo Saputangan Berdarah Karya Kho Ping Hoo