Bangau Sakti 4
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 4
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung Kemudian dibentangkannya kedua sayapnya, lehernya dilonjongkan dan terbanglah ia ke atas sambil KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menjerit Bangau itu terbang berputar-putar di atas Bee Kun Bu dan kawan-kawannya, dan tampaklah oleh mereka bahwa sayap bangau itu lebih kurang lima kaki panjangnya, Di pegunungan Kun Lun, Liong Giok Pin sering melihat burung atau binatang yang ganjil dan luar biasa, akan tetapi bangau itu adalah untuk yang pertama kali dilihatnya Seluruh bulunya putih laksana salju, jengger merahnya sebesar tinju manusia, paruhnya yang panjang keras seperti baja, dan kuku-kukunya yang tajam seperti gaetan besi. Karena khawatir kalau-kalau burung itu datang menyerang, Bee Kun Bu dan kawan-kawan nya bersikap waspada, Tapi setelah berputar-putar di atas mereka, bangau tersebut terbang ke arah timur Setelah tak kelihatan lagi, Lie Ceng Loan menarik napas panjang, lalu berkata. "Ai! bukan main besarnya bangau putih itu. jika dapat kutunggangi pasti aku dapat dibawanya naik ke langit!" Ketika itu Bee Kun Bu sedang memikirkan cara bangau putih itu bertempur, sedangkan Liong Giok Pin merasa kasihan pada ular hitam yang telah binasa ttu. Ular itu pasti berusia ratusan tahun karena demikian benar panjangnya, Suhunya pernah memberitahukan dan jika dibuat untuk bahan baju, ia dapat menghindarkan segala macam senjata tajam, dan sangat disegani oleh para jago-jago silat di kalangan Bu Lim, Hanya saja untuk mencarinya amat sukar Bee Kun Bu yang tengah memikir cara-cara bangau putih itu bertempur, dengan tidak sadar mencoba meniru gerakgerik bangau putih tadi. Diangkatnya lengan kirinya ke atas, dan menerkam ke depan dengan lengan kanannya, Lie Ceng Loan memperhatikan gerak-geriknya, dan ingin menegur Tapi sekonyong-konyong didengarnya Giok Cin Cu menegur dengan suara rendah. "Jangan ganggu ia!" Lie Ceng Loan terkejut dan bertanya "Suhu, apakah yang sedang dilakukannya?" "la sedang berlatih silat ia sangat cerdas, dan ia ingin belajar dari apa saja yang dianggapnya akan berguna. Tidak heran jika Toa suhengku mengajari ilmu silat pedang Cui Hun KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Cap Ji Kiam kepadanya, Mungkin juga partai Kun Lun kita akan terkenal karena ia," Menjelaskan Giok Cin Cu. Karena ia sendiri telah jatuh hati kepada Hian Ceng Totiang, tapi impiannya itu tak terkabul merasa simpati terhadap Lie Ceng Loan yang telah jatuh hati terhadap Bee Kun Bu. ia akan berusaha agar mereka berdua dapat mengikat tali perjodohannya, dan agar Lie Ceng Loan tidak akan mengalami nasib seperti ia. ia menjadi sayang sekali kepada Lie Ceng Loan yang cantik jelita itu, Tapi... manusia berusaha, dan Tuhan berkuasa, Kadang-kadang idam-idaman itu hanya impian belaka! "Kau jangan bicara, Lihat betapa tekunnya ia berlatih silat," Giok Cin Cu menasehati Lie Ceng Loan. Setelah Bee Kun Bu meniru cara bangau putih menerkam mangsanya berkali-kali, masih belum juga dapat rupanya ia memahaminya. Ditariknya napas panjang-panjang, dan berhenti ber!atih. Ketika melihat Susioknya, (paman atau bibi gurunya) yang walaupun telah berusia hampir setengah abad, tapi masih tetap cantik seperti baru berusia tiga puluh tahun lebih, ia lekas-lekas memberi hormat kepadanya, dan bertanya. "Susiok, jurus apakah yang baru saja kulakukan?" "Mula-mula kukira kau sedang melakukan jurus Cek Sou Pok Liong atau tangan telanjang menangkap naga dari ilmu silat tinju Tian Kong Cong. Tapi kiranya bukan. Dari mana kau belajar jurus tersebut?" Kata Giok Cin Cu. "Baru saja aku telah menyaksikan cara seekor bangau putih yang luar biasa besarnya menerkam seekor ular hitam dan berbisa dan yang juga luar biasa panjang dan besamya. Aku lihat bahwa bangau itu dengan sekali terkam saja dengan kuku-kukunya telah dapat membunuh mati ular tersebut. Rupanya memang seperti jurus Cek Sou Pok Liong dari ilmu silat Tian Kong Cong. Teecu telah mencoba menirunya dan berlatih, akan tetapi masih juga belum memahami nya," Sahut Bee Kun Bu. "Sayang sekali aku tak menyaksikan Tadi aku menyaksikan kau berlatih dengan kedua tangan menyambar KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dan menerkam dengan serentak, aku yakin jika jurus itu dipahami betul-betul, besar sekali manfaatnya," Kata Giok Cin Cu selanju tnya. "Sebetulnya tiap-tiap jurus dari ketiga pukulan enam jurus-jurus dari ilmu silat tinju Tian Kong Cong, telah banyak memakan jerih-payah angkatan tua kita untuk membuat supaya jurus-jurus itu lihay sekali Dan jika kau sendiri berhasil menciptakan jurus baru, dan menambah jurus Tian Kong Cong menjadi tiga puluh jurus, bukankah kau juga akan berjasa bagi partai Kun Lun kita?" Anjuran itu diperhatikan sekali oleh Bee Kun Bu. Ketika itu, Liong Giok Pin yang juga seperti Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, tak mengetahui bahwa Giok Cin Cu telah kembali entah dari mana, tampil di hadapan gurunya dan bertanya. "Suhu, coba lihat ular hitam itu. Apakah itu bukan ular hitam yang bersisik besi? Baru saja ia bertempur melawan seekor bangau putih, dan dari mulutnya tak berhenti-hentinya menyembur keluar uap beracun." Giok Cin Cu memperhatikan ular hitam yang mati itu, ia terkejut. Ular itu betul ular hitam yang bersisik besi, tapi alangkah besar dan panjangnya! ia belum pernah melihat ular sebesar dan sepanjang itu! "Ayo! kita turun melihat dari dekat!" Perintahnya, Segera mereka berempat, setelah mendapat tempat yang baik meloncatlah mereka ke bawah melewati banyak batubatu, karang-karang dan pohon-pohon tanpa kesukaran, Setelah tiba di bawah, Giok Cin Cu mencari sebuah batu gunung, dan dengan sebuah tendangan, terlontarlah batu itu ke tubuh ular tersebut Batu itu seakan-akan membentur baja, karena ular itu tergerak, tapi batunya telah hancur menjadi potongan-potongan kecil, Kulit ular itu sedikitpun tak luka. Mereka menghampiri ular yang telah mati itu, Giok Cin Cu tertawa dan berkata. "Kita beruntung sekali Kita telah memperoleh benda yang sangat berharga sekali! Cobalah kamu cabut pedangmu, dan pancung tubuh ular ini!" Bee Kun Bu segera mencabut pedangnya, lalu memancung dengan sekuat tenaganya sampai tiga kali, tapi sedikitpun tubuh ular itu tidak luka, sedangkan mata pedangnya menjadi tumpul ia KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ terpesona dan menjadi bisu. Giok Cin Cu mengambil pedang Bee Kun Bu. Dengan pedang itu dibalikkannya tubuh ular itu, Kemudian dengan mengikuti garis putih di bagian perut ular itu, dibelahnya perut itu dengan ujung pedang. Lalu keluarlah darah yang amis sekali baunya, Kemudian mereka berempat sibuk mencuci kulit ular itu sampai bersih. Giok Cin Cu berkata. "Ular hitam yang berbisa ini sangat ganas. Uap beracun yang disemburkan nya dapat segera memabukkan dan memingsankan orang. Kulitnya sangat berharga sekali, dan sangat disukai oleh para jago silat di kalangan Kang-ouw, karena jika baju dibuat dari kulit itu, maka segala senjata tajam tidak dapat menusuk atau melukainya, Baru pertama kali inilah aku melihat ular sebesar ini." Lalu dilipatnya kulit itu dan kemudian diperintahkannya semua naik kembali ke puncak gunung. Giok Cin Cu telah mendengar bahwa peta Cong Cin To terletak di dekat puncak Peh Yun Giam. Betul Peh Yun Giam belum pernah didakinya, tapi menurut pendapatnya, puncak itu seharusnya senantiasa diliputi oleh awan-awan putih, Dari pada berjalan tanpa tujuan, lebih baik jika mereka menuju ke suatu puncak di sebelah tenggara yang diliputi oleh awanawan putih begitulah pikiran Giok Cin Cu. Dipimpinnya ketiga murid-murid-nya ke arah puncak di sebelah tenggara, Di sepanjang jalan Lie Ceng Loan masih saja berpikir tentang bangau putih tadi, ia bertanya kembali pada Bee Kun Bu. "Bangau yang tadi itu besar sekali, Aku ingin menung-ganginya." Bee Kun Bu menyahut sambil tersenyum. "Nanti jika ia kujumpai kembali, akan kutangkap untukmu !" "Bangau itu terbangnya pesat sekali Cara bagaimanakah kau dapat menangkapnya?" Tanya Lie Ceng Loan, pertanyaan tersebut memerankan muka Bee Kun Bu. sebetulnya jawaban tadi hanya untuk menghibur saja, tapi si gadis menganggapnya dengan sungguh-sungguh. "Betul, aku tak dapat menangkapnya," Sahutnya. "Bu Koko, kau tak usah merasa kecewa, akupun tak ingin menunggangi bangau itu," Menghibur Lie Ceng Loan, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sambil tersenyum Bee Kun Bu berkata. "Baiklah, tapi aku akan menangkapkan yang kecil untukmu." "Kau harus tangkap dua ekor, kau juga perlu mempunyai seekor, bukan?" Lie Ceng Loan berkata sambil mengirimkan kasihnya melalui pandangan ke arah wajah Bee Kun Bu. Pada malam itu mereka bermalam di atas gunung di bawah sebuah pohon yang besar, Pada waktu fajar, mereka berangkat lagi, dan tiba tengah hari di tengah-tengah pegunungan Koat Cong San. Dengan jurang-jurang yang curam di sekitar mereka, suara air terjun dari berbagai sudut, suasana yang sunyi senyap, mereka merasa seolah-olah berada di dunia lain, Mereka harus berjalan terus jika matahari masih menerangi tempat itu, dan sudah berapa banyaknya puncak-puncak gunung yang telah mereka lewati, tapi puncak yang senantiasa diliputi oleh awan-awan putih masih juga belum tampak, Giok Cin Cu menjadi cemas. Apakah pegunungan Koat Cong San tak ada batasnya? Pada waktu senja, dengan tiba-tiba terdengar raungan seekor binatang buas menggema di daerah pegunungan itu. Mereka mengawasi dari mana datangnya suara itu. Di salah sebuah sisi sebuah puncak tampak oleh mereka sejauh kira-kira lima depa sebelah atas, seekor singa sedang berjalan, Singa itu berhenti ketika melihat mereka, dan mengawasi dengan kedua matanya yang besar. Tiba-tiba singa itu meloncat ke bawah hendak menerkam mereka, Giok Cin Cu menantikan singa itu sampai dengan tenang, Lalu dengan tenaga dalamnya ia siap untuk mengirim tinjunya, sementara itu, Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan dan Liong Giok Pin masing-masing telah mencabut pedang-pedangnya dan berdiri berdamping-dampingan siap menghadapi segala kemungkinan Tapi, setelah singa itu meloncat sampai di hadapan mereka, ia berbalik dan lari kabur Giok Cin Cu heran menyaksikan singa yang dapat julukan raja hutan menjadi demikian takutnya melihat mereka, dan segera kabur, Belum lagi ia dapat mencari sebab-sebabnya, tiba-tiba dari atas terdengar jeritan seekor bangau, Mereka menoleh ke atas. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Betul saja seekor bangau yang besar dan berjengger merah sedang terbang turun ke arah mereka, Lie Ceng Loan bertepuk tangan dan berseru. "Bu Koko, bangau yang kemarin datang lagi!" Kira-kira seratus depa lagi jauhnya dari mereka, bangau itu membelok ke arah larinya singa tadi, di jalan antara dua jurang yang sempit Giok Cin Cu makin menjadi heran. Kedua kupingnya dipasangnya sungguh-sungguh untuk mendengar dari segala suara, Lalu terdengar suara jeritan, serupa dengan suara seruling yang ditiup dengan penuh semangat dan perasaan. Mereka semuanya merasa tertarik oleh suara yang ganjil itu. Bee Kun Bu berkata. "Susiok, suara jeritan yang serupa dengan suara seruling itu betul-betul luar biasa, ia dapat menarik kita sampai kita lupa akan jejak kita sendiri. Suara apakah sebenarnya itu?" Giok Cin Cu tidak lantas menjawab ia terus mendengarkan suara itu. Tiba-tiba suara itu berhenti Lalu Giok Cin Cu menjelaskan "Suara jeritan yang serupa suara seruling tadi adalah suara yang dikeluarkan oleh tenaga dalam yang luar biasa tingginya, Menurut fahamku, orang-orang yang mempunyai ilmu tenaga dalam yang demikian tingginya tidak banyak jumlahnya, Masa Giok Siauw Sian Cu (Dewa Seruling Giok) telah datang juga ke pegunungan Koat Cong San ini? Jika siluman wanita yang menamakan dirinya Giok Siauw Sian Cu itu betul-betul telah datang ke pegunungan ini, maka keadaan atau kedudukan guru-mu, Hian Ceng Totiang, menjadi sangat gawat!" "Siapakah Giok Siauw Sian Cu itu? Apakah ia lebih lihay dari pada Tu Wee Seng si lengan delapan, atau Souw Peng Hai pemimpin partai silat Tian Liong?" Tanya Bee Kun Bu. Sambil menganggukkan kepalanya Giok Cin Cu menyahut "Bagaimana rupanya Giok Siauw Sian Cu itu tak dapat orang melukiskan, karena sedikit sekali orang yang pernah melihatnya, Suara jeritan yang serupa seruling dan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ mempunyai gaya penarik itu telah banyak sekali menaklukkan jago-jago silat di kalangan Bu Lim, Oleh karena itulah orangorang memberikan julukan Giok Siauw Sian Cu (Dewi seruling Batu Giok), Kata orang Giok Siauw Sian Cu itu adalah seorang wanita berbaju hitam, dan selalu menutupi mukanya dengan kain hitam yang jarang, Bagaimana wajahnya yang sejati, belum pernah orang melihatnya." Baru saja selesai keterangannya, terdengar lagi dari jauh suara jeritan burung bangau dan raung seekor singa, Hanya kali ini suara tersebut makin hebat Giok Cin Cu berkata. "Ayo! Kita hampiri, dan lihat apa yang terjadi" Lalu dengan sebuah loncatan ia telah mendaki sebuah jurang yang curam, dan diikuti oleh ketiga murid-mu-ridnya, Mereka menuju ke arah datangnya suara-suara tadi, jalan yang ditempuh sangat berliku-liku dan sebentar naik sebentar turun. Setelah mereka melewati sebuah puncak, tiba-tiba pemandangan yang mereka hadapi beubah. Di bawah mereka tampak sebuah lembah yang dilingkari oleh puncak-puncak gunung, Lembah itu sempit, hanya tiga atau empat depa luas nya, Di atas lembah sempit yang datar itu telah tumbuh bunga-bunga yang ganjil dan harum, dan rumput yang hijau dan segan Tapi singa dan bangau tadi entah ke mana perginya. Dengan ilmu meringankan tubuh keempat orang itu turun ke bawah dan lari di sepanjang lembah itu. Setelah mereka melewati beberapa puluh puncak-puncak yang agak kecil, hari telah senja, Giok Cin Cu melihat bahwa Bee Kun Bu dan lainlainnya telah Ietih. ia menganjurkan "Hawa lembab ini hangat seperti hawa di musim semi. pemandangannya permai. Marilah kita beristirahat sejenak!" Matahari mulai terbenam di sebelah barat, dan sinarnya yang merah kelihatan berkiiaukilauan. Lie Ceng Loan merebahkan diri di atas rumput sambil menikmati pemandangan yang indah itu. Giok Cin Cu senantiasa bersikap waspada dan mengawasi keadaan di sekitar nya. Tiba-tiba ia melonjak-lonjak dan lari menuju ke pinggir jurang, ia bersandar menghadap ke dinding KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ jurang-jurang itu, dan dengan ilmu Pik Houw Pan Pik atau Cecak merayap di atas tembok, kedua telapak tangannya menempel di dinding jurang tersebut dan kedua kakinya mengenjot ke atas, Dalam sekejap saja ia telah sampai ke atas jurang, Ketiga muridnya menyaksikan perbuatan itu dengan perasaan kagum. Bee Kun Bu berkata kepada Liong Giok Pin. "llmu Pik Houw Pan Pik dari Susiok betul-betul Iihay. Hanya dengan sekali enjot ia telah naik seratus depa lebih, sedangkan aku hanya dapat naik lebih kurang empat puluh depa!" Sambil tersenyum Liong Giok Pin menyahut. "Aku lebih lemah daripada kau, dan aku hanya dapat naik lebih kurang dua puluh depa." Belum lagi Bee Kun Bu menyambung pereakapan itu, Lie Ceng Loan berseru. "Bu Koko, ada orang datang!" Mereka segera berdiri dan menoleh ke arah orang yang datang itu. Kiranya benarlah datang, dari sebelah timur seorang pemuda berbaju hijau, Dalam sekejap saja ia telah melewati mereka, Pemuda berbaju hijau itu se-akan-akan tidak menginjak rumput! Bee Kun Bu berpikir "la dapat menempuh jarak lebih kurang lima puluh depa dalam sekejap saja, Alangkah lihaynya ilmu meringankan tubuhnya, mungkin juga lebih lihay daripada Susiok!" Diceritakan bahwa setelah Giok Cin Cu naik ke atas jurang, ia melihat bahwa di sebelah timur berdiri tiga buah puncak gunung dan merupakan sudut-sudut dari satu segi tiga, Pada puncak yang di tengah tampak garis putih seperti perak yang menurun ke bawah, dan garis putih itu berkilaukilauan karena sinar matahari yang akan terbenam, Apakah garis putih itu suatu air terjun? Keadaan di bawah puncak itu gelap sekali dan entah berapa dalamnya, Giok Cin Cu memperhatikan letak, bentuk dan keistimewaan dari ketiga puncak itu, lalu dengan ilmu Pik Houw Pan Pik ia kembali kepada murid-murid nya. Bee Kun Bu menceritakan peristiwa menemui pemuda berbaju hijau tadi. Wajah jago silat wanita yang lihay itu KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ berubah setelah mendengar peristiwa itu, Agak lama juga ia berpikir tanpa berbicara, Dengan ilmu meringankan tubuh yang lebih lihay daripada ilmunya, pemuda tersebut bukan saja dapat melukai lawannya dengan sehelai daun kayu atau sebuah bunga, bahkan juga dapat melintasi segala sungai yang luas dengan hanya menggunakan sepotong ranting kayu, Giok Cin Cu yang telah banyak pengalaman dan lama berkecimpung di kalangan Kang-ouw, belum pernah mengenal orang dengan ilmu meringankan tubuh yang demikian lihaynya seperti yang diceritakan atau dilukiskan Bee Kun Bu. Lalu ia bertanya. "Berapa kira-kira usianya?" Bee Kun Bu menggaruk-garuk kepalanya, dan dengan perasaan malu ia menyahut. "Teceu malu sekali. pemuda itu kelihatannya berjalan perlahan-lahan, tapi sebetulnya ia bergerak secepat kilat Teecu hanya memperhatikan gerakgeriknya, dan tidak memperhatikan wajahnya, Tubuhnya kurus, tapi usianya.,., Teecu tak dapat mengetahui" Sambil menggoyang-goyangkan kepala, Giok Cin Cu berkata. "Jika apa yang telah kau luluskan itu tidak salah, bukankah tidak terasa juga hembusan anginnya, ketika ia melewati kamu?" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Betul," Sahut Bee Kun Bu seperti orang baru sadar. "Ketika ia lewat, bukan saja hembusan anginnya tak terasa, bahkan pakaiannya pun tidak tergerak, dan kedua lututnya tak bengkok, Tindakannya lemas seakan-akan awan terapungapung di angkasa!" Giok Cin Cu jadi semakin heran, tetapi ia tetap bersikap tenang, ia tak ingin meneruskan pereakapan tentang pemuda berbaju hijau itu. Suasana mulai menjadi gelap, tetapi tak lama kemudian tampaklah bulan yang bundar seperti roda di langit sebelah timur Giok Cin Cu berjalan-jalan perlahan-lahan di atas rumput sambil melihat ke bulan. Liong Giok Pin mengetahui bahwa suhunya sedang memikiri sesuatu. Dalam suasana yang sunyi senyap itu tiba-tiba terdengar dari jauh suara siulan yang panjang. Bee Kun Bu, Lie Ceng KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Loan dan Liong Giok Pin segera berdiri dengan sikap waspada, Giok Cin Cu memperhatikan siulan itu dan setelah tak terdengar lagi, ia berkata kepada muridmu rid nya. "Mungkin telah banyak jago-jago silat datang ke pegunungan Koat Cong San ini. Siulan tadi datangnya dari tempat yang kira-kira lima lie jauhnya, Ayo kita berangkat lagi!" Dengan ilmu menerbangkan tubuh keempat orang itu lari dengan pesat sekali, dan hanya dalam dua jam saja telah lebih delapan puluh lie jarak yang mereka tempuh: tapi lembah itu seolah-olah tak ada batasnya, Makin jauh, makin ganjil suasananya, Kemudian mereka membelok ke kiri dan terdengarlah oleh mereka suara air terjun. Mereka menoleh ke atas. Di bawah sinar bulan berdirilah tiga buah puncak-puncak yang merupakan sudut-sudut dari sebuah segi tiga, sungguh sangat angker kelihatannya dan air terjun dari puncak yang di tengah kelihatan seperti kain sutera putih metambai-!ambai dari angkasa! Hembusan angin membawa bau yang harum dari seribu satu macam bungabunga, dan di tengah-tengah lembah itu terletak hutan pohonpohon cemara yang tertinggi Di pinggir hutan itu mengalir sebuah sungai kecil yang bening sekali airnya. Suara air terjun yang menderu-seru sangat memusingkan dan menyebabkan bertambah-tambah seramnya suasana! Mereka menghampiri tempat di mana air terjun itu jatuh, Tempat itu merupakan sebuah kolam yang besar, Tapi di belakang air terjun itu tampaklah seperti ada sebuah goa yang mungkin menembusi kaki puncak itu. Meskipun sinar bulan cukup terang, namun goa di belakang air terjun itu gelap gulita. Mereka mengamat-amati goa itu. sekonyong-konyong dari suasana yang gelap gulita dan sunyi senyap itu berkelebatan suatu bayangan putih, dan dalam sekejap mata saja di mulut goa itu berdiri seekor bangau yang bersayap putih laksana salju, Bangau itu adalah bangau yang telah mematok mati ular hitam yang beracun itu. Dengan tak menginsyafi bahaya yang mengancamnya Lie Ceng Loan berseru sambil menepuk- KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ nepuk tangannya. "O! Di dalam goa inikah tinggal bangau yang besar itu?!" Seruan itu menyebabkan Bee Kun Bu terkejut ia meloncat ke depan dengan tinju kirinya menjagai mukanya, sedangkan dengan tinju kanannya ia menerjang keluar dengan mempergunakan ilmu Tian Kong Cong, Jurus Cek Siu Pok Liong atau tangan telanjang menangkap naga dari ilmu Tian Kong Cong itu dilepaskannya dengan cepat sekali seperti anak panah terlepas dari busurnya ke arah bangau putih itu. Bangau yang sedang menoleh ke atas itu, setelah melihat serangan tinju itu, segera membalikkan tubuhnya dan dengan sayap kirinya disapukannya ke arah Bee Kun Bu. Angin dari tinju Bee Kun Bu itu terbentur dengan angin dari sapuan sayap bangau, Bee Kun Bu terkejut dan dengan tak disadarinya ia pun tersapu ke atas sampai sedepa lebih tingginya, ia tak ada kesempatan untuk membela diri. ia jatuh ke tanah meskipun Giok Cin Cu berusaha untuk menangkapnya, Lie Ceng Loan hanya dapat berdiri terpesona tak berdaya. Setelah bangau putih itu menyapu Bee Kun Bu, lalu terbanglah ia ke atas entah ke mana, Giok Cin Cu lekas-lekas memijit-mijit jalan darah Bee Kun Bu untuk menyadarkannya kembali ia melihat mata Lie Ceng Loan berlinang-linang. Lalu tegurnya. "Mengapa kau menangis? Aku tidak terluka." Lie Ceng Loan menghapus air matanya, dan menyahut. "Bangau itu berbahaya sekali Aku tak akan menginginkannya lagi!" Baru saja perkataan itu selesai diucapkannya, dari hutan pohon cemara terdengar suara orang menegur. "Apakah Loan Jie? Mengapa kau datang ke pegunungan Koat Cong San ini?" Suara itu sudah dikenalnya betul Lie Ceng Loan telah mendengar suara tersebut selama sepuluh tahun lebih, Tanpa menoleh lagi ia berseru. "Suhu! Suhu!" Dari hutan pohon cemara itu keluarlah dua orang: ialah Hian Ceng Totiang dan Ngo Kong Toa-su. Lie Ceng Loan lari menubruk Ngo Kong KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Toa-su yang memeluknya erat-erat dan berkata. "Loan Jie, kau sudah menjadi murid partai Kun Lun. Mengapa masih panggil aku Suhu?" Giok Cin Cu begitu melihat Hian Ceng Totiang menjadi sangat terharu, Asmara yang dipendamnya selama beberapa puluh tahun itu tiba-tiba merangsang jantungnya lagi Seluruh tubuhnya menjadi panas, ia berdiri terpesona agak lama. Lalu ia mengangkat kedua tangannya untuk memberi hormat sambil berkata: Toa-Suheng (kakak besar seperguruan) apakah kau baik-baik saja?" Hian Ceng Totiang menganggukkan kepalanya membalas hormat itu, dan sambil tersenyum ia menyahut. "Mengapa kamu datang ke pegunungan Koat Cong San. Apa Sutee yang memegang pimpinan kuil di pegunungan Kun Lun ada dalam keadaan baik-baik saja?" Dengan mata berlinang-linang Giok Cin Cu menyahut. "JieSuheng baik-baik saja. ia dan aku senantiasa mengingat ToaSuheng, Aku tidak menghiraukan perjalanan yang jauh dari pegunungan Kun Lun hendak datang ke kuil San Ceng Koan di propinsi Hunan, Tapi di perjalanan aku berjumpa dengan mereka ini Aku telah membaca surat dari Toa-Suheng, dan mengetahui bahwa Toa-Suheng sedang menuju ke pegunungan Koat Cong San ini Oleh karena itu, aku ajak mereka datang ke sini." Hian Ceng Totiang tidak menjawab ia hanya tersenyum, Lalu diperkenalkannya Giok Cin Cu kepada Ngo Kong Toa-su. Si pendeta tua mengangkat kedua tangannya memberi hormat dan berkata. "Aku telah mendengar tentang Sumoy, dan telah lama aku ingin berjumpa, Loan Jie yang yatim piatu telah Sumoy terima, dan aku harap Sumoy dapat mengajarinya dengan baik. Aku si pendeta tua ini tak akan melupakan budi itu, dan dengan kesempatan ini menghaturkan banyak terima kasih!" Lalu ia memberi hormat lagi. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Giok Cin Cu lekas-lekas membalas hormat itu dan berkata. "llmu silat Loan Jie sudah baik sekali berkat pengajaran Toasu. Aku Giok Cin Cu mungkin tak dapat mengajarkan yang lebih lihay lagi kepadanya, sebaliknya diwaktu Toa-Suhengku perlu bantuan, Toa-su rela menyertai, Budi ini, tak akan dapat kulupakan....N Hian Ceng Totiang memotong pereakapan itu dan berkata "San-sumoy tak usah terlalu cemas. Urusan partai Kun Lun adalah urusan kita semua, dan segala sesuatu yang bersangkutan dengan partai kita, harus kita usahakan bersama-sama." "Jie-Suheng telah diserahi pimpinan kuil di pegunungan Kun Lun, dan ia pasti menunaikan tugasnya dengan baik, ia pun telah menerima budi besar dari Toa-Suheng, dan ia pasti tak akan membangkang terhadap segala perintah ToaSuheng," Sahut Giok Cin Cu sambil tersenyum Ngo Kong Toa-su belum mengetahui bahwa di antara tiga pemimpin partai Kun Lun itu telah timbul peristiwa asmara segi tiga, dan ia tak mengerti pereakapan yang diucapkan oleh Hian Ceng Totiang dan Giok Cin Cu itu, tapi setelah mendengar kesanggupan Giok Cin Cu menerima Lie Ceng Loan sebagai murid, ia pun menjadi terharu, Dengan menotok tanah dengan tongkat besinya ia berseru. "Meskipun aku bukan dari partai Kun Lun, tapi aku pasti ingin berkorban untuk partai Kun Lun!" Ketika itu Hian Ceng Totiang sedang memikirkan peta Cong Cin To yang berada di tangannya, dan berita ini akan menerbitkan banyak rintangan-rintangan bagi usahanya, karena para jago silat pasti datang ke pegunungan Koat Cong San untuk mengejarnya, Kini Giok Cin Cu dan murid-muridnya telah datang ke pegunungan Koat Cong San. Betul mereka dapat membantu, akan tetapi ia pun harus melindungi mereka, dan dengan demikian bertambahlah bebannya, Semua ini memasgulkan hatinya! Giok Cin Cu yang telah sepuluh tahun lebih tiada bertemu dengan Hian Ceng Totiang menggunakan kesempatan itu untuk bereakap cakap di bawah sinar bulan bersama-sama KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ngo Kong Toa-su dan murid-muridnya. ia menuturkan semua pengalamannya selama dalam perjalanan dari pegunungan Kun Lun sampai ke pegunungan Koat Cong San itu. Setelah para jago silat dari berbagai-bagai partai mendengar berita bahwa peta Cong Cin To berada di tangan Hian Ceng Totiang, datanglah mereka berkumpul di propinsi Hunan utara. Setelah mendengar keterangan Giok Cin Cu bahwa si lengan delapan (Tu Wee Seng) dari partai Hua San, kedua belibis dari partai Tiam Cong dan Souw Peng Hai dari partai Koat Cong San, Hian Ceng Totiang menjadi cemas, Suara siulan dari seruling batu Giok yang terdengar di lembah dan pemuda berbaju hijau yang tampak datang dan pergi di kaki jurang sebagaimana telah dituturkan oleh Giok Cin Cu menyebabkan ia lebih cemas lagi Apakah mereka berdua itu juga telah datang ke pegunungan Koat Cong San untuk merebut peta Cong Cin To? Dengan segala kecemasan Hian Ceng Totiang masih tetap bersikap tenang, ia berpaling kepada Giok Cin Cu dan berkata. "Aku dan Ngo Kong Toa-su telah setuju mencari bersama-sama di mana letaknya kitab Kui Goan Pit Cek menurut petunjuk-petunjuk peta Cong Cin To, tapi kita baru tiba di bagian ini." Lalu di bawah sinar bulan dibukanya peta yang dibuat di atas sehelai kain sutera itu. Betul di atas peta itu terlukis tiga puncak yang berdiri tegak merupakan sudut-sudut dari sebuah segi tiga, dan tampak air terjun di puncak yang di tengah, Mereka sekarang berada di tempat yang tertulis di peta itu. Menurut pendapat mereka kitab-kitab Kui Goan Pit Cek tentu tersembunyi dekat-dekat mereka sekarang, Hanya peta itu tidak menunjukkan letak yang tepat Mereka harus memeras otak untuk dapat menafsirkan letak kitab berharga itu dengan tepat Hian Ceng Totiang menoleh ke langit dan mengawasi keadaan sekitarnya, dan dengan tak diinsyafinya ia berseru. "Pohonpohon cemara me-nyaring sinar bulan, Di atas batu-batu air jernih beraliran." Sajak itu tertera juga di atas kain sutera putih itu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Tiba-tiba ia terlompat-lompat Dikelilingnya pohon-pohon cemara yang tumbuh dekat pinggir sungai yang banyak berbatu-batu itu. Sungai itu mengalir melewati sebuah batu yang besar sebelumnya mengalir masuk ke dalam sebuah goa. Batu besar itu rupanya belum pernah diganggu, Dicabutnya pedangnya dan dicobanya menusuk dan memukul-mukul batu itu, tapi tak tampak tanda-tanda yang mungkin dijadikan kunci untuk membuka rahasia tempat kitabkitab itu tersembunyi Melihat air sungai yang jernih, Lie Ceng Loan yang sudah tiga hari tidak mandi, membuka sepatunya dan mencelupkan kedua kakinya ke dalam air sungai itu, Lalu ia berjalan mengarungi sungai yang hanya tujuh atau delapan kaki lebarnya Kemudian ia duduk di tepi sungai dengan kedua kakinya direndamkan di dalam air. "Jika sungai ini agak dalam dan merupakan suatu ko!am, betapa enaknya aku mandi di sini!" Pikirnya. Bee Kun Bu telah mengikuti Suhunya dan juga telah melihat batu besar yang terletak di depan gua. " Apakah yang terletak di bawah batu besar itu? Sajak itu mengatakan. "Air jernih mengalir di atas batu-batu." Apakah batu-batu di dalam sungai ini ada hubungannya dengan letaknya kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?" Pikirnya. "Tidak salah! Di bawah batu ini mungkin ada sesuatu!" Serunya dengan tak terasa, Seruan itu telah menarik perhatian yang lain-lainnya, dan mereka berlarilari mendatanginya. Lalu diceritakannya tafsirannya tentang batu besar itu, Hian Ceng Totiang menundukkan kepala berpikir Ketika diangkatnya kepalanya kembali diperintahkannya Bee Kun Bu mencari rotan yang besar dan kuat Setelah rotan itu dibawa dan diberikan kepadanya, Hian Ceng Totiang berkata. "Batu besar ini rupanya dapat memberikan kita kunci dari usaha kita, Aku ingin menyelam dan menyelidiki apa yang terletak di bawah batu besar itu, Kamu menanti aku di tepi sungai ini!" Lalu diikatnya pinggangnya dengan rotan yang telah disambung-sambung itu dan diperintahkannya Bee Kun Bu KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ memegang ujung rotan yang telah disambung-sambung itu, sebelumnya Hian Ceng Totiang menyelam, Bee Kun Bu berkata. "Suhu, biarlah teecu yang menyelam...." Tapi Hian Ceng Totiang tersenyum dan menyahut. "Dalamnya sungai ini tak terduga, Apakah di bawahnya ada makhluk-makhluk yang beracun, kita pun belum mengetahui Aku merasa lega jika aku sendiri yang melakukannya." Giok Cin Cu juga berkata. "Toa-Suheng, biarlah aku yang lakukan." Hian Ceng Totiang menggelengkan kepalanya dan menyahut ." Tidak! Kau harus membantu Jie-Suheng memimpin partai Kun Lun. Jika aku tewas, kau harus menjaga Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan yang telah kuserahkan kepadamu, dan ajari betul ilmu silat pedang Cui Hun Cap Jie Kiam!" Merembes masuk ke dalam goa dan memperoleh mustika. Kemudian Hian Ceng Totiang terjun ke dalam air dan menyelam sedangkan Bee Kun Bu mengulur rotan yang disambung-sambung itu, Telah lebih dua ratus depa rotan yang diulur kemudian terasa isyarat dari dalam air, barulah penguluran itu dihentikan Mereka mengetahui bahwa Hian Ceng Totiang telah tiba di dasar sungai, Mereka menunggu Sejam... dua jam, tapi mereka belum juga memperoleh isyarat dari Hian Ceng Totiang, Mereka menjadi cemas, tapi tak berdaya! Bee Kun Bu tak dapat menahan kegelisahannya. "Susiok, aku harus menyelam untuk menyelidiki keadaan Suhu!" Ia memaksa, Giok Cin Cu mengetahui ia tak dapat mencegah ia menganggukkan kepalanya dan memperingat "Kau harus hatihati. Jika tidak melihat Suhu, kau harus lekas-lekas naik ke atas!" Lalu Bee Kun Bu mengikat pinggangnya dengan rotan yang telah disambung-sambung. Setelah ia menyelam sepuluh depa lebih, ia merasa dingin sekali. Dengan menggunakan ilmu tenaga dalam KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dihangatkannya tubuhnya, ia memperhatikan juga bahwa makin dalam ia menyelam, makin terus dasar sungai itu, Setelah ia menyelam sampai dua ratus depa lebih barulah ia tiba di dasarnya. Rupanya batu besar itu menutupi sebuah goa di dasar sungai yang luasnya hanya sedepa persegi. Dari situ air mengalir dengan sangat deras ke dalam goa. Goa itu sangat gelap, tapi agak tinggi. Air yang mengalir deras hanya setinggi lima kaki dan Bee Kun Bu dapat berdiri di dalam air yang mengalir deras itu dengan kepalanya bebas, ia melihat bahwa ia dapat naik ke atas tebing-tebing di kedua pinggir goa itu. ia segera meloncat naik ke atas tebing itu dan jalan dengan hati-hati menuju ke ujung goa yang agak terang tampaknya. Betul saja makin jauh ia berjalan, makin terang suasana di dalam goa itu, karena sinar fajar menyorot ke dalam dari mulut atau ujung goa itu, ia berjalan cepat-cepat dan ketika ia sampai di luar, ia menjadi terpesona. ia berseru "Wahai! Luas betul dunia ini! ajaib betul dunia ini! siapakah yang akan menduga bahwa dari dasar sungai orang dapat menemui tempat yang seindah ini dengan melalui gua yang dapat dikatakan terletak di dasar sungai!" Lalu ia berjalan terus sambil mengawasi apa saja yang ada di sekitarnya, Dalam keadaan yang sunyi senyap itu, suara apapun juga dapat terdengar ia mendengar suara orang sedang menarik napas panjang, ia tahu bahwa suara itu adalah suara tarikan napas gurunya, ia lari menuju ke arah suara itu, Di suatu lapangan rumput di antara pohon-pohon bunga tampak olehnya gurunya Hian Ceng Totiang sedang duduk sambil menengadah ke langit, Meskipun hanya dua depa jarak antar mereka, tapi tampaknya gurunya seakanakan tak mengetahui kehadirannya di sana, Bee Kun Bu merasa heran, ia ingin maju, tapi ia berpikir "Mengapa Suhu duduk terpaku seakan-akan seorang yang hilang ingatan? Apakah Suhu terkurung oleh pohon-pohon bunga ajaib itu sehingga tak dapat bergerak?" Baru saja ia ingin bertindak maju, tiba-tiba Hian Ceng Totiang berdiri dan menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, Lalu ia KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ melangkah sambil menghitung jumlah langkah-langkah tersebut ia melangkah ke kiri dan ke kanan, tapi tidak melewati batas sebuah lingkaran yang garis menengahnya tidak lebih dari lima depa. Pada suatu ketika ia rupanya dapat keluar dari semak pohon-pohon bunga, tapi kemudian ia balik lagi ke tempat asalnya, Bee Kun Bu berteriak. "Suhu! Melangkah dua langkah lagi, dan Suhu dapat keluar dari semak pohon-pohon bunga itu!" Jeritan yang keras itu seakan-akan tidak terdengar oleh Suhunya, karena suhunya tetap kembali ke tempat asal dan duduk sebagaimana pertama kali sambil menarik napas panjang yang terdengar nyata oleh Bee Kun Bu. Bee Kun Bu menjadi sangat cemas, Suhunya dengan ilmu Pat Kwa Jie Li Ngo Heng atau lima langkah melampaui rintangan dari delapan jurusan tidak mampu keluar dari belenggu pohon-pohon bunga yang ajaib itu! Dan... ia sendiri tak mampu menolong gurunya! Apakah yang harus dilakukannya? ia mengasah otaknya mencari akal untuk menolong gurunya. Dihitungnya jumlah pohon-pohon bunga yang mengurung gurunya, dan ternyata ada sembilan kali sembilan sama dengan delapan puluh satu, jika ditebangnya sebuah pohon, mungkin khasiat pohon-pohon bunga ajaib yang mengurung gurunya dapat dipunahkan Dengan tekad yang demikian dicabutnya pedangnya dan dipancungnya sebuah pohon bunga, ia menunggu sebentar, tapi tidak tampak perubahan Dipancungnya sebuah lagi, juga tak tampak perubahan. ia menjadi marah. Dipancungnya terus sampai tiga kali tiga kali tiga sama dengan dua puluh tujuh buah pohon. "Sing.... sing.... sing!!!" Bunyi suara yang nyaring dan bising entah dari mana. Dan... kedua mata Hian Ceng Totiang bersinar! ia menengok ke arah Bee Kun Bu sambil bangun berdiri Lalu dengan tenang ia melangkah keluar dari tengahtengah pohon-pohon bunga itu, dan berkata. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ai! Aku telah menggunakan ilmu Pat Kwa Ji Li Ngo Heng untuk keluar dari perangkap pohon-pohon bunga yang ajaib ini, tapi tak berhasil KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Untung sekali kau datang menoIong, Tapi... bagaimanakah caranya kau datang ke sini?" Bee Kun Bu merasa girang karena telah dapat menolong gurunya, Lalu diceritakan nya bahwa karena ia khawatir akan keselamatan gurunya, ia pun menyelami sungai, Tentang bagaimana caranya Teecu menolong Suhu," Ia melanjutkan Teecu pun tidak mengetahui Teecu hanya menolong menurut pendapat sendiri untuk melepaskan orang dari jaring, kita harus memotong putus talinya, bukan? Rupanya pohon-pohon bunga itu telah merintangi jalan keluar untuk Suhu, maka Teecu tebaslah mereka itu." Sambil menggoyang-goyang kepalanya, Hian Ceng Totiang berkata. "Ai! Aku dengan membabi buta telah masuk ke dalam semak pohon-pohon bunga itu, dan tidak menghiraukan akibatnya, Kini dua puluh tujuh pohon-pohon telah kau tumbangkan, aku kira mereka tak berbahaya lagi! Mari kita masuk lagi dan menyelidiki hal-hal yang lain-lainnya! Bee Kun Bu masih juga khawatir Dicabutnya pedangnya, dan dengan pedang terhunus diikutinya guru-nya. Dengan mata kepalanya sendiri disaksikannya kerangka-kerangka manusia di bawah pohon-pohon itu, ada yang berbaring, ada yang duduk, dan ada pula yang berlutut dengan kepala di atas tanah, ia terkejut dan bertanya. "Suhu! Apakah rangka-rangka ini korban dari perangkap pohon-pohon bunga itu?" Hian Ceng Totiang tak segera menyahut ditariknya napas panjang-panjang, lalu berkatai "Hai.,.! Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek telah banyak mengambil korban. orang-orang ini telah berusaha mencarinya, dan telah masuk ke dalam perangkap pohon-pohon bunga ajaib ini. Mereka tak dapat keluar Mereka tewas karena kelaparan dan kedinginan Aku pun bisa seperti mereka, meninggalkan rangka di sini, jika kau tak datang menolong! Hai...." Setelah melalui semak pohon-pohon bunga ajaib itu, mereka menghadapi sebuah dinding jurang gunung yang curam. Di kaki jurang itu ada dua buah batu gunung yang besar yang merupakan pintu dari sebuah gua. Dengan tenaga KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dalamnya, Hian Ceng Totiang mengirim pukulan ke arah batubatu itu, dan sekarang terbukalah pintu tersebut Mereka menjenguk ke dalam dan tampaklah sebuah batu gunung yang besar sekali dan dua batu hijau yang lebih kecil di kedua sampingnya, Di atas kedua batu yang lebih kecil itu ada dua buah patung: sebuah merupakan pendeta laki-laki dan yang lain merupakan rahib perempuan Di atas batu yang besar terletak sebuah kotak dari batu Giok yang berukuran satu kaki kali satu kaki kali lima dim (atau tiga puluh sentimeter kali tiga puluh sentimeter kali lima belas sentimeter). Di depan batu yang besar terdapat sebuah pedupaan dari batu yang berwarna putih, dan di dalam pedupaan itu masih terdapat abu hio (semacam menyan wangi) yang sangat harum baunya, Bau harum ini berhamburan di udara dan menusuk hidung ketika pintu batu terbuka. Hian Ceng Totiang lalu menjelaskan. "Pendeta laki-laki itu adalah Hian Kie Cin Jin, dan rahib perempuan itu adalah San Im Shin Nie. Keduanya telah menulis ilmu-ilmu silat yang maha dahsyat dan membuat kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Kita harus berlutut memberi hormati Mereka segera berlutut di hadapan patung-patung itu. Kemudian dengan ilmu meringankan tubuh, Hian Ceng Totiang meloncat ke atas batu yang besar tadi dan melihat kotak dari batu Giok itu, Diperiksanya dengan teliti, dan di atas kotak tersebut tertulis delapan huruf yang berbunyi: Pit Cek Cung Po, Cin Si Mok Sen (Kitab-kitab ini sangat berharga, Harus dijaga baik-baik). Kitab-kitab itu adalah kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang dicari oleh para jago silat selama beratus-ratus tahun, Kini Hian Ceng Totiang yang menemuinya. ia terharu, bereampur gembira, seluruh tubuhnya gemetar Dengan kedua tangannya yang gemetar, dicobanya membuka kotak itu, dan di dalamnya ada tiga buah kitab yang tidak terlampau tebal Disampul kitab yang paling atas tertulis dalam huruf merah Kui Goan Pit Cek. Hian Ceng Totiang merasa seolah-olah jantungnya hendak putus, bahna kegirangan Buru-buru ditutupnya kotak itu KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ kembali Dari kantong di dadanya, dikeluarkannya sehelai kain tebal, dan dengan itu dibungkus nya kotak tersebut dengan hati-hati. Kemudian ia turun dari batu itu, memberi hormat kembali kepada kedua patung-patung itu, dan akhirnya diajaknya muridnya lekas-lekas keluar dari gua itu, Setelah keluar, Hian Ceng Totiang menjerit keras, suaranya seperti seekor naga meraung dan bising sekali Suara jeritan itu dikeluarkan dengan tenaga dalam dan terdengar oleh Ngo Kong Toa-su dan Giok Cin Cu yang sedang menanti di tepi sungai dengan perasaan khawatir yang amat sangat sebetulnya untuk pergi ke gua di mana terletak kitab Kui Goan Pit Cek itu, orang harus menyelam ke dalam sungai Kemudian melalui gua di dasar sungai menerobos keluar ke lembah di mana tumbuh pohon-pohon bunga ajalb, sebelumnya semak pohon-pohon bunga itu dapat dilewati orang tak dapat mendekati dinding jurang yang sangat curam itu untuk membuka pintu batu yang menutupi gua di mana kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu tersimpan. Hian Ceng Totiang dan Bee Kun Bu dengan ilmu tenaga dalam dan meringankan tubuhnya telah berhasil menyelam, menerobos masuk gua di dasar sungai, bahkan melewati semak pohon-pohon bunga yang ajaib, Lalu sebagaimana telah diceritakan telah membuka pintu batu dan mengambil kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Lembah dimana mereka berada tak dapat dicapai dengan jalan menuruni jurang yang amat curam itu, dan senantiasa disetubungi kabut yang tebal sekali Kini setelah memperoleh kitab-kitab mujizat itu, dengan ilmu Cit Tiang Sin Kong atau terbang melonjak menembusi langit, mereka menotok tanah dengan kedua ujung jari kakinya, lalu tubuhnya melonjak ke atas secepat kilat dan tiba di atas jurang, kemudian dengan ilmu meringankan tubuh mereka lari dengan pesat melalui batu-batu, semak-semak dan segala rintangan-rintangan, dan berkumpul kembali dengan kawankawannya! Semuanya dapat berlega hati kembali Giok Cin Cu adalah orang yang pertama bertanya pada Hian Ceng Totiang: Toa- KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Suheng, mengapa lama sekali kau di dasar sungai itu? Apakah kitab-kitab Kui Goan Pit Cek telah diperoIeh?" Sambil tersenyum Hian Ceng Totiang menyahut "Aku telah masuk perangkap semak pohon-pohon bunga, dan hampir tewas, Tapl., ya, sudahlah, akhirnya kitab-kitab Kui Goan Pit Cek telah kuperoleh Berkat pertolongan Bee Kun Bu, aku telah beruntung memperoleh kitab-kitab mujizat ini" Lalu diceritakannyalah pengalaman-pengalamannya menyelam ke dasar sungai, cara muridnya menolongnya dari perangkap, dan cara mereka keluar dari lembah yang terpencil tadi Giok Cin Cu mengawasi Bee Kun Bu dengan perasaan kagum, lalu berkata. "Bukan saja ia cerdik dan cerdas, tapi juga seorang yang budiman, Toa-Suheng beruntung sekali mempunyai murid seperti dia yang dapat menjunjung tinggi kemasyhuran partai Kun Lun kita." Dengan pujian itu Bee Kun Bu merasa canggung, Hian Ceng Totiang mengawasi muridnya dan berpikir "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek telah diperoleh, dan aku harus mencari suatu tempat yang terpencil dan tentram untuk mempelajari ilmu silat dari kitab-kitab ini yang mungkin memakan tempo setahun atau dua tahun, karena kitab-kitab ini, kalangan Bu Lim menjadi bergolak, dan gelombangnya mungkin dapat menyapu anggota-anggota dari partai Kun Lun. Ya... karena perebutan kitab-kitab ini, para partai silat akan bertarung matimatian, Betul kitab-kitab ini sangat berharga, akan tetapi mereka pun merupakan sumber dari segala malapetaka!" Ia menarik napas panjang memikirkan akibat-akibatnya. Giok Cin Cu juga merasa heran mengapa Toa-Suhengnya setelah memperoleh kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu masih juga merenung, ia bertanya: Toa-Suheng, kitab-kitab Kui Goan Pit Cek sudah di tangan, seharusnya Toa-Suheng bergembira, Tetapi mengapa sekarang masih duduk terpekur?" Lalu dikeluarkannya kulit ular hitam dan diperlihatkannya sambil berkata. "Aku datang ke pegunungan Koat Cong San ada juga memperoleh hasil Cobalah lihat kulit ular ini! Bukankah kulit ini mujizat?" Hian Ceng Totiang mengambil kulit ular itu dan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ melihat dengan teliti sisik- sisiknya, lalu sambil tersenyum ia berkata. "Kulit ini betut-betul berharga, dan sukar dicari Dari mana kau peroleh?" "Kulit ular ini aku peroleh tanpa kesukaran, Jika aku sengaja mencarinya pasti tidak akan berhasil Partai Kun Lun kita dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dan kulit ular ini pasti akan menjagoi di kalangan Bu Lim..." Sahut Giok Cin Cu. Belum habis Giok Cin Cu bicara, tiba-tiba terdengar suara tertawa, Hian Ceng Totiang terkejut ia bangun dan membuka kedua matanya dan mengawasi keadaan di sekitarnya. Suara tertawa itu kedengarannya dekat sekali, tetapi entah dari mana asaInya. Dengan ilmu tenaga dalamnya ia dapat mengetahui daun pohon jatuh lejauh lima depa, Tapi suara tertawa yang kedengarannya sangat dekat itu, tak dapat diketahuinya dari mana datangnya. Giok Cin Cu dan Ngo Kong Toa-su juga mendengar suara tertawa itu akan tetapi sedikit pun tak tampak tanda-tanda dari mana datangnya, Sekonyong-konyong Lie Ceng Loan menjerit. "O! Bangau putih datang kembali!" Semuanya menoleh ke atas, Bangau itu datang dan menyambar Hian Ceng Totiang secepat kilat dengan sayapnya dan sekaligus merebut kulit ular dari tangannya, Giok Cin Cu yang berdiri dekat Toa-Suhengnya melihat bangau putih itu merampas kulit ularnya dari tangan Toa-Suhengnya. Sambil menjerit dikibaskannya lengan bajunya dan ia terbang ke atas untuk mengirim jotosan dengan tinju kanannya ke arah bangau putih itu. jotosan yang dikirim dengan tenaga dalam itu luar biasa hebatnya, hembusan anginnya menerjang bangau putih sehingga bangau itu bergoyang-goyang di udara, Lalu dengan suara mengeluh yang panjang ia terbang lebih tinggi melewati awan-awan dan tak kelihatan lagi! Sakit sekali hati Giok Cin Cu karena kulit ularnya dirampas. ia merentak-rentak karena masygulnya. Tinju yang dikirimnya sebetulnya dapat menghancurkan batu tapi mengapa ia tak berhasil membunuh bangau putih KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ itu? ia heran bereampur masyguI. Hian Ceng Totiang menghampirinya dan menghibur. "Bangau putih itu, yang dapat membunuh mati ular hitam yang berbisa dan panjangnya dua depa lebih, bukan bangau sembarangan ia telah merampas kulit ular tetapi tidak melukai kita, kita sudah seharusnya bersyukur Bangau itu pasti ada majikannya, Jotosanmu paling sedikit dikirim dengan tenaga enam ratus kati. Dengan tenaga itu segala binatang buas tentu binasa kalau kena. Tapi bangau putih itu seakan-akan tidak menderita apa-apa. Orang yang memelihara bangau demikian pasti seorang yang luar biasa saktinya, Suara tertawa yang baru saja kita dengar, mungkin juga suara tertawa majikan bangau itu, Rupanya ia hanya menghendaki kulit ular Bukankah bangau itu bertarung melawan ular? sedangkan kau mengambilnya tanpa jerih payah, Kau telah merampas hasil pertarungan bangau itu, Marilah kita jalan. Lama-lama berdiam disini tak ada juga gunanya !" Giok Cin Cu menganggukkan kepala nya, lalu mengikuti Toa-Suhengnya jalan bersama-sama lain-lainnya. Setelah mereka tiba di tempat di mana Bee Kun Bu menemui pemuda berbaju hijau, mereka berhenti untuk beristirahat dan makan, Mereka makan sambil duduk di atas rumput saja, Lie Ceng Loan bertanya pada Liong Giok Pin. "Cici, apakah di pegunungan Kun Lun ada bangau putih? Jika ada, aku ingin memeliharanya seekor Jika bangau itu besar, akan kusuruh ia merebut kembali kulit ular Susiok dari bangau putih tadi." Ucapan itu diperhatikan oleh mereka semua, tapi semuanya tidak menyahut, karena pada saat itu dari salah sebuah lembah terdengar suatu suara orang tertawa yang keras sekali seakan-akan menggetarkan jurang-jurang! Mereka semua menoleh ke arah datangnya suara tertawa yang ganjil itu, Giok Cin Culah yang pertama bangun, Dari jauh dilihatnya empat orang yang sangat jelek wajahnya sedang mengawal seorang tua yang berambut dan berjenggot KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ putih, bertubuh kurus dan berbaju kurung, berjalan dengan memegang tongkat, Dengan sekejap saja rombongan itu sudah berada dekat mereka. Orang tua itu sangat bersih wajah nya, hanya jenggotnya luar biasa panjangnya, dan kedua alisnya yang putih hampir menutupi kedua matanya karena terlampau panjang. Tongkat yang dipegangnya mempunyai gagang yang berbentuk seperti kepala seekor naga, Empat orang yang mengawal berbaju buntung semuanya, dan muka mereka bukan main buruknya, penuh dengan bekas-bekas bacokan atau tusukan senjata tajam, Sambil berdiri lebih kurang sedepa jauhnya, orang tua itu mengangkat kedua tangannya memberi hormat, dan berkata sambil tersenyum: Tiga pemimpin partai silat Kun Lun sangat termasyhur namanya di kalangan Bu Lim, Aku si tua bangka ini merasa beruntung dapat menjumpai mereka." Lalu ia tertawa terbahak-bahak, suaranya keras menggetarkan suasana di sekitar mereka. Sekali melihat wajahnya, Hian Ceng Totiang segera mengenali bahwa ia itu adalah pemimpin partai silat Tian Liong, Souw Peng Hai. Empat pengawalnya yang sangat jelek wajahnya adalah empat iblis dari propinsi Su-coan. Hian Ceng Totiang segera membalas memberi hormat dengan mengangkat kedua tangannya ke dada seraya berkataj "Souw Cong Piauw (pemimpin Souw) adalah seorang yang lihay silatnya di kalangan Kang-ouw, Partai Tian Liong sangat termasyhur di bawah pimpinannya, Kami dari partai Kun Lun tak dapat disetarafkan dengan-nya." "Saudara terlampau merendah, Partai Kun Lun adalah partai silat yang lihay dan merupakan salah satu partai besar, dan partai Tian Liong tak dapat disamakan dengan partai Kun Lun," Sahut Souw Peng Hai sambil tersenyum. Lalu matanya mengawasi bungkusan kain kuning yang diikat di belakang Hian Ceng Totiang, ia berkata lagi: Tersiar kabar bahwa peta Cong Cin To telah berada di tangan saudara, betulkah begitu?" Pertanyaan itu tak mudah dijawab Di kalangan Kangouw, jago-jago silat yang budiman enggan berdusta, Oleh KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sebab itu Hian Ceng Totiang terpaksa berpikir sejenak, kemudian menjawab "Betul Peta tersebut telah kuperoleh!" "Jika sudah dapat, mengapa tidak saudara cari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek? Apakah bungkusan kain kuning di belakang saudara itu berisi kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?" Tanya Souw Peng Hai. Pertanyaan tersebut seolah-olah tusukan pisau, Hian Ceng Totiang menyahut sambil mengejek. "BetuI! Souw Cong Piauw menanyakan soal itu, apakah maksud saudara sebenarnya ?" Souw Peng Hai tertawa terbahak-bahak dan berkatai "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek adalah barang-barang berharga di kalangan Bu Lim. Aku Souw Peng Hai tidak hendak merampas sehingga menerbitkan pertarungan yang tak diingini, Aku ada jalan yang adiL Kitab-kitab tersebut dapat saudara pegangj tapi saudara jangan sendiri saja membacanya. Atas nama saudara dan aku, kita mengundang pemimpin-pemimpin dari sembilan partai silat dan jago-jago silat lainnya untuk menyaksikan pertandingan silat pedang antara kita berdua, Dengan de-mikian, jika dapat menyelesaikan persaingan kedua partai kita yang telah berlaru-larut selama beberapa ratus tahun, dan juga dapat menentukan di tangan siapa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu harus jatuh, Bagaimanakah pendapat saudara atas usulku ini?" Giok Cin Cu tidak sabar lagi. ia menjawab. "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek tentu menjadi milik kami, karena kami memperoIehnya dengan susah payah, Tentang bertanding ilmu silat pedang, Souw Cong Piauw dapat mengirim undangan Kami partai Kun Lun pasti setuju dan siap bertanding di mana dan bila saja!" Souw Peng Hai mengawasi jago silat wanita itu dan sambil mengejek berkata. "lni tentulah Giok Cin Cu Liehiap yang termasyhur dari partai Kun Lun. Aku sedang bicara dengan saudara tuamu, Aku harap yang muda tidak turut campur!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sahutan itu menyebabkan muka Giok Cin Cu menjadi merah, tapi ia tak dapat lantas menjawab ia hanya mengawasi Souw Peng Hai, dan kemudian Suhengnya. Dengan suara yang agak gusar, Hian Ceng Totiang berkata "Souw Cong Piauw berhasrat hendak mengundang para jago silat bertanding silat pedang, kami dari partai Kun Lun pasti tidak akan mundur Tapi pertandingan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, dan tak dapat dibawa serta, Kami ada urusan yang lebih penting dan harus lekaslekas kembali ke pegunungan Kun Lun, dan tak ada waktu lagi untuk berunding, Kami menunggu undangan untuk bertempur di kuil San Goan Kong di pegunungan Kun Lun. Bila telah dapat undangan, partai Kun Lun pasti datangi" Lalu diajaknya orang-orangnya berlalu, Tapi Souw Peng Hai menghalangi mereka dengan longkatnya, dan berkata sambil tertawa. "Jika kamu berjalan terus, orang lain juga akan mencegatmu, dan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu pasti tak dapat kau pertahankan." Dengan mengejek Hian Ceng Totiang menyahut "Kami dari partai Kun Lun belum pernah dihina, Kami hanya ingin melihat apakah yang hendak dilakukan Souw Cong Piauw pada kami!" Tapi jika orang yang merampas kitab-kitab itu, bukankah kami dari partai Tian Liong juga dapat turut merampas?" Kata Souw Peng Hai. "BetuI! Jika Souw Cong Piauw gembira melakukan perampasan, boleh coba saja!" Sahut Hian Ceng Totiang, Souw Peng Hai lalu menurunkan tongkatnya dan membiarkan mereka jalan, ia berkata. "Baiklan, Jika orang lain tidak merampas, kita pun tak akan merampas. Tapi jika orang lain merampas, kita pun datang merampas!" Hian Ceng Totiang tak bicara lagi, hanya orang-orangnya saja yang diajaknya jalan terus, Di sepanjang jalan ia berkata Pendekar Bego Karya Can Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Keris Maut Karya Kho Ping Hoo