Bangau Sakti 5
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 5
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ kepada Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan. "Nanti jika ada orang merampas atau mencegat, kamu tak boleh turun tangan, Yang akan mencegat kita bukannya anak kemarin, Mereka semuanya jago jago silat yang luar biasa lihaynya, Jika kamu tak turun tangan, mereka pun tak akan menyerang kamu." Peringatan gurunya itu diperhatikan betul, dan mereka pun insyaf bahwa gurunya akan berkorban untuk membela kitabkitab Kui Goan Pit Cek itu. Mereka merasa masygul karena tidak diberi kesempatan untuk membantu bila ada pencegatan atau perampasan, Mereka jalan terus dan dengan cepat telah dua puluh lie jarak yang mereka tempuh, Angin gunung berhembus sepoisepoi basah membawa bau bunga-bunga yang ha-rum, tetapi mereka semuanya merasakan ketegangan dan kegentingan suasana, Ketika mereka lewat di sebuah lembah yang agak sempit, terdengarlah bunyi tertawa dari lereng gunung yang ditumbuhi oleh pohon-pohon cemara, Lalu dari lereng gunung yang tingginya beberapa puluh depa itu meloncat lah turun seorang yang berbaju kurung, berambut putih seperti perak, dan tangannya memegang tongkat bambu, ia mencegat mereka. Dengan menghadapi Hian Ceng Totiang ia berkata. "Pemimpin kuil San Ceng Koan, sudah lama kita tidak berjumpa, Apakah masih kenal dengan Tu Wee Seng?" Giok Cin Cu menjawabi "Ai! Pemimpin partai silat Hua San dapat dipereayai perkataannya, Kau betuI-betul datang ke pegunungan Koat Cong San?" Tu Wee Seng menyahut sambil tersenyum. "Yang datang ke sini bukan saja aku si tua bangka, Masih ada dua belibis dari partai Tiam Cong dan beberapa belas jago-jago silat lainnya, Tiga kepala cabang partai Tian Liong juga telah datang, semenjak pertandingan silat di atas puncak Sao Sit Hong tiga ratus tahun yang telah lalu, pertemuan yang sekarang ini benar-benar dapat dikatakan pertemuan yang agak besar. Mungkin juga pertarungan yang akan dilakukan merupakan pertarungan yang ramai sekali!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "O,., saudara Tu juga datang untuk turut serta dalam pertarungan?" Kata Hian Ceng Totiang dengan mengejek "Aku hanya ingin membantu meramaikan saja," Sahut Tu Wee Seng dengan berlagak merendahkan diri. Hian Ceng Totiang tidak dapat lagi menahan kesabarannya, ia membentak. "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ada di belakangku jika saudara Tu ingin mengambil ayo coba ambil!" Tu Wee Seng berubah wajah, Dengan gusar ia membentak kembali: ilmu pedang Hun Kong Kiam Sut dan ilmu tinju Tian Kong Cong belum tentu yang nomor satu di kalangan Bu Lim, Aku yakin aku dapat melayani ilmu-ilmu demikian sebetulnya partaiku Hua San dan partaimu Kun Lun tidak bermusuhan Jika kau sudi memberikan kita kesempatan untuk mempelajari ilmu silat dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, kedua partai kita dapat bergabung dan bersama-sama mempertahankan kitab-kitab itu terhadap serangan-serangan pihak ketiga, Mengapa kau demikian marahnya?" Hian Ceng Totiang menyahut. "Aku tak dapat menerima maksud baik itu." Dengan mengangkat tongkat bambunya Tu Wee Seng berkata. "Jika demikian, aku harus minta pelajaran ilmu silat beberapa jurus dari saudara!" Hian Ceng Totiang juga segera mencabut pedangnya dan berkata. "Jika aku dapat menerima pelajaran silat dari saudara Tu, aku akan merasa puas bila mati di pegunungan Koat Cong San ini." Lalu dengan ilmu Siauw Cit Tian Lam atau sambil tertawa menyodok ke selatan Tu Wee Seng menyerang dengan tongkat bambunya. Dengan ilmu Pat Pui Hong Ie atau menjaga hujan dan angin dari delapan jurusan Hian Ceng Totiang secepat kilat merembetkan pedangnya ke tongkat bambu lawannya dari bawah ke atas untuk menyodok ke dada lawannya kembalL Tu Wee Seng mengelakkan tusukan itu sambil berseru. "Ai! Lihay betul ilmu silat pedang itu!" Dipukulnya pedang lawannya, dan sambil meloncat ke atas dipukulnya kepala Hian Ceng Totiang dari udara. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Tiba-tiba di sekitar tempat bertempur itu terdapat suatu bayangan yang berkilau-kilauan, karena Hian Ceng Totiang sambil menjerit keras melakukan jurus Hun Kong Kiam Hoatnya (melepaskan sinar menyerang lawan) dengan memutar-mutar pedangnya sehingga tak ada sedikitpun juga lowongan untuk dapat dipergunakan si penyerang, bahkan ia harus menyingkir jauh-jauh untuk menghindarkan sabetan pedang yang diputar dengan demikian pesatnya! Tiba-tiba sabetan disertai dengan tenaga dalam yang maha dahsyat Tu Wee Seng harus menyingkir dari sabetansabetan maut itu, sambil menanti lowongan untuk menyerang, pertempuran dahsyat telah berjalan enam belas atau tujuh belas jurus, Tu Wee Seng telah menjadi beringas Dengan ilmu Shin Liong San Hian atau naga sakti muncul dari tiga tempat dilancarkannya serangan-serangan dengan tongkat bambunya untuk mendobrak tembok baja yang dibuat oleh putaranputaran pedang lawannya, Pada suatu ketika lowongan itu pun tibalah, ia pun mundur sedepa, dengan tongkat bambu di tangan kanan dipukulnya pedang lawan, sedangkan tangan kirinya datang mencakar Hian Ceng Totiang mengetahui bahwa Tu Wee Seng melakukan serangan itu dengan semua tenaga dalamnya, karena kedua mata memancarkan sinar terang. Dengan pedangnya ditebasnya tangan yang datang mencakar itu, dan kedua matanya mengawasi mata lawan nya. Giok Cin Cu yang menyaksikan pertempuran itu mengetahui bahwa mereka berdua sedang menggunakan seluruh tenaga dalamnya, dan jika kedua tenaga dalam yang maha dahsyat itu beradu, segera dapat dipastikan siapa yang akan menang dengan luka parah dan siapa yang kalah dan tewas! ia terkejut dan cemas sekali justru pada saat yang menentukan itu, terdengarlah suara orang tertawa dengan keras sekali Kedua orang yang bertempur itu berhenti "Hai! Kedua saudara jangan bertempur mati-matian! Apakah kita berdua juga boleh turut serta?" Yang tertawa dan berkata itu adalah kedua belibis dari partai Tiam Cong, Tu KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Wee Seng ketika melihat mereka datang menjadi masgul sebetulnya Tu Wee Seng berniat sungguh-sunggun untuk merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, Untuk membinasakan lawannya ia akan menggunakan bo!a kecil dari emas yang dapat dijentik dengan jari tangan dengan gaya hendak mencakar karena ia tak dapat melawan dengan tongkat bambunya, sebegitu jauh senjata khasnya yang sangat ampuh itu belum pernah mengecewakannya, dan tak ada taranya di kalangan Kang-ouw. Lalu setelah ia dapat membunuh lawan nya, ia akan merampas kitab-kitab itu dari belakang Tetapi., usahanya digagalkan oleh kedatangan Tiam Cong dan Tan Piauw, kedua belibis dari partai Tiam Cong itu, Lagi pula, jika ia berhasil merampas kitab-kitab itu, belum tentu ia akan dapat mengatasi kedua belibis itu, dan juga Giok Cin Cu dan Ngo Kong Toa-su pasti tidak akan berdiam diri saja. ia yakin tak dapat mengatasi rintangan-rintangan dari keempat jago-jago silat itu, Bukan main gusarnya atas kedatangan Tiam Cong dan Tan Piauw, ia menjadi muak terhadap kedua belibis itu, dan ia bertekad hendak membasmi mereka lebih dulu, karena ia menduga orang-orang Hian Ceng Totiang pasti tak akan membantu kedua belibis itu. Dengan tekad hendak membasmi, di hadapi nya kedua belibis itu dengan wajah yang gusar. Tapi Tiam Cong dan Tan Piauw bukannya lawan yang enteng. Tiam Cong yang berjubah, berewok dan Jie-ko dari partai Tiam Cong, terkenal sebagai belibis angkasa, Tan Piauw yang mukanya putih kelimis dan berbaju biru terkenal sebagai belibis angin taufan, Mereka bersama-sama dengan Sia Yun Hong sebagai Toako yang terkenal sebagai belibis penggempur gunung, membentuk partai silat Tiam Cong, Silat Sia Yun Hong yang menjadi Toa-ko paling Hhay, dan ia jarang turun dari gunungnya, Tiam Cong dan Tan Piauw yang sering berkelana, telah mendengar bahwa Hian Ceng Totiang telah mendapatkan peta Cong Cin To, dan mereka ini pun ingin juga mendapatkan kitab-kitab tersebut untuk dibawa ke gunung kepada Toa-ko mereka. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Diceritakan bahwa ketika kedua belibis itu melihat wajah Tu Wee Seng yang sangat gusar, terasalah oleh mereka bahwa mereka akan diserang, Mereka menjadi waspada menanti segala kemungkinan Dengan berdiri berdampingdampingan, mereka mengumpulkan semua tenaga dalamnya untuk menyerang Tu Wee Seng dengan ilmu Pai San To Hay atau menumbangkan gunung dan membalikkan laut bersamasama, Melihat kedua belibis berdiri dengan khidmadnya seperti dua "buah gunung, Tu Wee Seng tidak segera menyerang, pikirannya tiba-tiba berubah, Dengan tersenyum ia berkata. "Kesempatan kita berjumpa masih banyak. Aku menunggu untuk dapat bertempur melawan kamu bertiga, berikut Toakomu!" Tiam Cong dan Tan Piauw mengerti maksud Tu Wee Seng yang hanya ingin merampas kitab-kitab itu seperti mereka juga, jika mereka segera menyerang mungkin kedua belah pihak menderita luka parah. Oleh karena itu mereka pun juga bersabar saja. Baru saja suasana menjadi reda, tiba-tiba Tan Piauw loncat ke belakang Hian Ceng Totiang dengan maksud merampas bungkusan kain kuning yang berisi kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. perbuatan ini dilihat oleh Giok Cin Cu. Dengan toyanya ia memukul, menyabet dan menyodok Giok Cin Cu dengan nekad. Giok Cin Cu melayani lawannya dengan ilmu pedang Hun Kong Kiam Hoatnya, dan semua serangan-serangan dengan mudah saja dapat dielakkannya, Setelah pertempuran berjalan delapan puluh jurus masih juga belum dapat diketahui siapa yang menang atau kalah. Lalu Giok Cin Cu mengeluarkan ilmu Cui Hun Cap Jie Kiam-nya, dan dalam sekejap saja pedangnya berkilau-kilauan di segala jurusan, ilmu pedang Cui Hun Cap Jie Kiam itu adalah jurus yang ampuh dari partai Kun Lun, dan tentu saja Tan Piauw tak dapat menahan, ia terdesak mundur sampai ke pinggir jurang. Dengan sebuah ^sodokan saja, Tan Piauw pasti binasa atau jatuh dari jurang yang sangat tinggi itu. Tapi Giok Cin Cu tidak kejam. Ditariknya kembali pedangnya dan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ berkata. "Jurus-jurus dari ilmu toyamu lihay juga, tapi belum cukup untuk merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!" Tan Piauw malu sekali dikalahkan oleh seorang wanita, Tu Wee Seng mengejek "Kau sudah dipecundangi oleh seorang wanita, Apakah kau masih ada muka berdiri di hadapan kita?!" Ejekan itu menusuk sekali, dan dengan diam-diam Tan Piauw mengeluarkan suatu benda yang panjangnya lebih kurang setengah meter. Sambil memandang kepada Giok Cin Cu ia berkata. "Liehiap, aku berterima kasih, karena kau tidak membunuh aku tadi, Tapi... aku ingin melawan lagi dengan senjata ini!" Giok Cin Cu menjadi marah sekali melihat bahwa ia tidak mengaku kalah, ia membentak. "Hai! Kau tidak mengenal budi orang! Apakah kau masih tidak mengaku kalah? "Liehiap, aku memperingati kau. Kali ini kau harus lebih hati-hati bertempur melawanku," Kata Tan Piauw. Giok Cin Cu tidak menunggu lagi, ia menyerang dengan jurus-jurus Kie Hong Teng Kauw (garuda mencakar naga), Shin Liong Wen Hian (naga sakti datang me-nyambar) dan Ciok Po Tian Keng (kilat menyambar batu gunung), dan Tan Piauw harus berlarilari untuk menghindarkan serangan-serangan maut itu! Hian Ceng Totiang curiga melihat Tan Piauw tidak menggunakan toya, tapi hanya menggunakan sebuah benda yang berbentuk pisau panjang, Sambil memegang pedangnya, ia mengawasi mereka yang sedang bertempur dan mengawasi juga Tu Wee Seng. Tiba-tiba terdengar Giok Cin Cu menjerit keras, dan dengan pedangnya ia hendak menusuk mati lawannya. Dengan dua mata terbelalak Tan Piauw berteriak. "Liehiap! Jaga serangan ini!" Secepat kilat senjata yang dipegangnya dilontarkannya ke muka Giok Cin Cu, yang lekas-lekas menangkis dengan pedangnya, Tapi ia segera menjerit, pedangnya terlepas dari pegangannya dan jatuh di tanah! ia terkejut! ia meloncat mundur beberapa depa, dan melihat seekor ular sedang menggigit pergelangan tangannya yang KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ memegang pedang tadi, Ular itu panjangnya lebih kurang dua puluh sentimeter. ia merasa lengannya sakit dan tak bertenaga, lalu kepalanya menjadi pusing, Ketika itu Hian Ceng Totiang, Ngo Kong Toa-su, Lie Ceng Loan dan Bee Kun Bu sudah berdiri dengan wajah beringas menanti segala kemungkinan! Baru saja Hian Ceng Totiang hendak menebas ular itu, Tan piauw berseru: Tahan! Apakah kau tidak ingin ia hidup!" Tan Piauw menghampiri dan berkata. "Ular berbisa ini luar biasa sekali jika kau tebas mati, racunnya akan mengalir di seluruh tubuh Liehiap, dan paling lama dalam waktu sejam ia akan mati," Lalu ia berkata kepada Giok Cin Cu. "Kau harus menggunakan tenaga dalam untuk menahan supaya racunnya tidak menjalar ke seluruh tubuhmu." Sambil tersenyum Giok Cin Cu berkata kepada Hian Ceng Totiang. "Toa-Suheng aku puas jika aku sekarang mati, karena aku tewas dalam menunaikan tugas untuk ToaSuheng." Lalu ia duduk dan menggunakan tenaga dalam untuk menahan menjalarnya racun ular di tubuhnya. Hian Ceng Totiang sangat terharu terhadap pengorbanan Sumoynya yang sangat setia dan mencintainya itu. Dengan wajah yang khidmat ia berkata kepada Tan Piauw. "Jika kau dapat menolong jiwanya, kitab-kitab suci Kui Goan Pit Cek yang kau idam-idamkan, aku serahkan kepadamu!" Semua orang terharu mendengar ucapan yang sungguhsungguh itu. Lie Ceng Loan dan Liong Giok Pin mengucurkan air mata melihat keadaan gurunya yang kritis itu, Tan Piauw juga terharu, dan setelah menarik napas yang panjang, seakan-akan ia menyesal atas perbuatan kejinya ia berkata. "Sebetulnya aku datang untuk merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, sesungguhnyalah aku ini sangat keji, karena telah menggunakan ular beracun terhadap Liehiap yang telah menolong jiwaku, Tapi aku tak tahan diejek." Lalu dikeluarkannya dari kantong di dadanya sebuah botol kecil yang berisi beberapa pil merah, dan melanjutkan " Pil ini dapat menahan menjalarnya atau meluasnya racun ular ini. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Liehiap harus memakannya dua butir dan harus secepat mungkin dibawa ke kota untuk dioperasi bagian yang kena gigitan agar racunnya dapat dikeluarkan Kita tak dapat melakukan operasi di sini, karena tak ada obat yang dapat menyembuhkan luka dari pembedahan." Kemudian dengan jempol dan telunjuknya dipijitnya leher ular itu untuk dimasukkan ke dalam pipa besi yang bentuknya seperti pisau panjang dan yang telah digunakannya untuk menghadapi lawannya tadi. Disuruhnya Giok Cin Cu menelan dua buah pil dan kemudian diserahkannya botol yang berisi pil itu kepada Hian Ceng Totiang, Hian Ceng Totiang mengerutkan keningnya, dan dengan suara gusar ia berkata. "Seorang ksatria tak akan menarik kembali omongannya, Aku telah berjanji menyerahkan kitabkitab ini kepadamu jika kau dapat menolong jiwa Sumoyku, Nah, terimalah ini!" Lalu ia berkata kepada Ngo Kong Toa-su dan lain-lainnya. "Marilah kita berangkat ke kota yang terdekat untuk melakukan operasi Pada saat itu terdengar Tu Wee Seng membentak dan dengan tongkat bambunya di tangan kanan diserang-nya Tan Piauw, dan dengan tangan kirinya dicobanya merampas bungkusan kain kuning yang berisi kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Untuk menghindarkan serangan tongkat bambu dari Tu Wee Seng itu, Tan Piauw lekas-!ekas mundur tujuh atau delapan tindak, Tiam Cong tidak lengah, ia meloncat merampas bungkusan itu, dan dengan ilmu meringankan tubuh ia lari dan mendaki jurang yang curam dengan ilmu Pik Houw Pan Pik atau cecak merayap di atas tembok, diikuti oleh kawannya. Rampasan itu dilakukan dengan cepat sekali, Tidak salah jika mereka telah memperoleh julukan belibis angkasa dan belibis angin taufan, karena cara mereka melarikan diri tak ubahnya dengan burung-burung belibis! Semua yang menyaksikan menjadi terpesona, Hian Ceng Totiang yang hanya memikiri keselamatan Sumoynya hanya dapat menarik napas, Tapi Tu Wee Senglah yang paling penasaran ia KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ mengejar Rupanya Tu Wee Seng juga sangat lihay ilmu meringankan tubuhnya, ia dapat mengejar kedua belibis itu, Tan Piauw harus melawan dengan maksud memberikan kesempatan Tiam Cong lari, Tu Wee Seng yang bertempur dengan nekad telah berhasil mendesak lawannya ke pinggir jurang, ia hanya menghiraukan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, dan ia tak ingin membunuh Tan Piauw, ia mengejar terus. Lalu dari jarak lebih kurang tiga puluh depa dengan ilmu Tong Cong Ngo Yok atau satu jotosan merubuhkan lima gunung dikirimnya sebuah jotosan ke arah Tiam Cong yang sedang lari membawa kitab-kitab dalam bungkusan kain kuning. Embusan angin jotosan itu telah mengenai punggung Tiam Cong, ia merasa mulutnya panas dan tenaganya lenyap, ia terkejut dan berpikir "Ai! Tu Wee Seng si lengan delapan itu betul-betul lihay!" Ia lekas-lekas mengumpulkan tenaga dalamnya kembali, dan dengan ilmu Bong Tao Hui Teng atau gelombang besar melonjak ke langit dicobanya melompat ke jurang yang tidak jauh dari tempatnya itu, tetapi Tu Wee Seng dengan ilmu meringankan tubuhnya yang lihay sekali sudah berada di belakangnya! Di sepanjang jalan, Hian Ceng Totiang yang hanya memikirkan keselamatan Sumoynya, berkata kepada Ngo Kong Toa-su. "Ai, kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu hanya membawa malapetaka, Cobalah lihat Sumoyku...." Ia tak tahan lagi perkataannya tersangkut di tenggorokannya, ia mengucurkan air mata, Ketika Giok Cin Cu sadar, ia melihat Hian Ceng Totiang tidak lagi menggendong bungkusan kain kuning, ia bertanya. "Kemana kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?" Dengan tersenyum Hian Ceng Totiang menjawab. "Kitabkitab itu hanya membawa malapetaka, Tak usah kita hiraukan lagi." "Jika Toa-Suheng menukar jiwaku dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, Toa-Suheng salah, karena jiwaku tak akan tertolong," Kata Giok Cin Cu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kau keliru, Kau telah menelan pil untuk mencegah racun itu meluas, Bekas gigitan ular berbisa tadi hanya perlu dioperasi Kau tentu akan sembuh dan sehat sebagaimana sediakala, Kau tak usah khawatir," Menghibur Hian Ceng Totiang, Pada saat itu di depan mereka terdengar suara orang sedang bertarung Tiam Cong yang membawa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek sedang dikejar oleh Tu Wee Seng dan Tan Piauw juga sedang lari untuk membantu kawannya, Ketika Giok Cin Cu melihat bungkusan kain kuning itu, ia berseru: Toa-Suheng, kita dapat merampas kembali bungkusan itu!" Tapi Hian Ceng Totiang menyahut. "Aku telah mengatakan bahwa kitab-kitab itu hanya membawa malapetaka saja, Lagi pula aku telah menyerahkan kitab-kitab itu kepada Tan Piauw. Yang penting ialah: kau lekas-lekas sembuh." Di depan mereka pertempuran terus berlangsung, Tu Wee Seng dengan tongkat bambunya kini sedang melawan TiamCong dan Tan Piauw, Tiba-tiba terdengar lagi suara siulan yang panjang, sekonyong-konyong meloncatlah lima orang ke dalam lembah itu, dan sejenak kemudian tiga orang lagi. Hian Ceng Totiang mengenali semua orang itui ialah Souw Peng Hai dengan empat pengawalnya, dan yang tiga adalah Ouw Lam Peng, kepala cabang bendera merah, Yap Eng Ceng, kepala cabang bendera putih, dan Kiok Goan Hoat, kepala cabang bendera hitam. Lalu Souw Peng Hai dengan toyanya meloncat di tengah-tengah mereka yang sedang bertarung dan menghentikan pertarungan Sambil tertawa ia berkata. "Kalian berhenti bertempur! Aku ingin berbicara!" Melihat Souw Peng Hai telah datang dengan sekian banyak orangorangnya, Tu Wee Seng dan kedua belibis itu segera bertanya-. "Souw Cong Piauw, apa yang hendak dibicarakan? Cobalah katakan!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Di pegunungan Koat Cong San kedua belibis bertempur melawan Souw Peng Hai Ketika itu Souw Peng Hai telah melihat bungkusan kain kuning berada di punggung Tiam Cong, ia menoleh ke arah Hian Ceng Totiang dan berkata. "Totiang, rupanya kitab-kitab Kui Goan Pit Cek sudah jatuh di tangan orang lain. Jika aku rampas kembali kitab-kitab itu, bagaimanakah pendapat Totiang?" Hati Tiam Cong menjadi panas, Ketika ia lari, serasa ada sesuatu hawa yang selalu menariknya, ia menduga bahwa hawa tarikan itu berasal dari Souw Peng Hai yang menggunakan ilmu Sip To Jip Tong atau menarik ombak ke dalam gua dan oleh sebab itu ia tak dapat lari dengan pesat ia pun memperhatikan bahwa Tu Wee Seng tak dapat mengejar sebagaimana yang dikehendakinya, dan kini mereka berhadapan lagi dengan rombongannya Hian Ceng Totiang. "Semua ini pasti perbuatan Souw Peng Hai," Pikirnya, Dengan mengangkat kedua tangan memberi hormat, Hian Ceng Totiang menyahut. "Kitab-kitab itu telah kuserahkan kepada saudara Tan Piauw, dan aku tak berhak mengatakan apa-apa." Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Souw Peng Hai tertawa dan berkata. "Totiang betulbetul murah hati. Aku Souw Peng Hai sangat kagum." Lalu ia memandang ke arah Tan Piauw, dan berkata dengan suara keras. "Jika demikian halnya, kita semua boleh merampas kitab-kitab itu!" Tu Wee Seng mengangkat tangannya dan berkata. "Untuk merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, siapapun boleh. Tapi apakah tidak baik kita urus menurut peraturan yang layak? Souw Cong Piauw telah datang dan tiga kepala cabang dari lima cabang partai Tian Liong juga sudah datang, Souw Cong Piauw kini mempunyai delapan jago-jago silat Aku kira Souw Cong Piauw akan mengatur dengan cara yang seadil-adilnya siapa yang berhak mengambil kitab-kitab itu!" "Perkataan saudara Tu itu betul," Sahut Souw Peng Hai. "Partai Tian Liong telah datang dengan banyak orang, Tapi KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ jangan khawatir bahwa semuanya akan turun tangan...." Belum lagi habis ia berbicara, ia segera meloncat menerkam Tiam Cong untuk merampas bungkusan kain kuningnya, Tu Wee Seng mencoba mencegah, tapi sebuah jotosan dari Souw Peng Hai telah menyebabkan Tiam Cong terpental ke udara. Tan Piauw buru-buru menolong ketika Tiam Cong jatuh kembali ke tanah, Darah keluar dari mulutnya, Dengan marah Tan Piauw membentak. "Souw Cong Piauw, tinju itu betulbetul lihay, Kami ketiga belibis tak akan lupa." Lalu dari kantong di dadanya dikeluarkan sebuah botol pil obat berwarna emas, dan berkata kepada Tiam Cong. "Kau telan pil obat ini. Tentang pukulan dahsyat itu akan kita adakan perhitungan setelah kita kembali menemui Toa-ko kita." Dalam keadaan luka itu Tiam Cong membuka bungkusan yang diikatnya di punggungnya, lalu oleh Tan Piauw dibukanya bungkusan itu, kemudian dibacoknya kotak yang dibuat dari batu Giok sampai hancur, dan dengan kedua tangan diangkatnya ketiga kitab Kui Goan Pit Cek itu. Lalu ia tertawa terbahak-bahak. Souw Peng Hai, Tu Wee Seng dan lain lainnya melihat bahwa ia hendak merusakkan kitab-kitab itu. Mereka terkejut Dengan berbareng Souw Peng Hai dan Tu Wee Seng datang menyerang, Tan Piauw merampas kitab-kitab itu, dan dengan tangan kirinya dicoba nya menahan lawan-lawannya, Tinju kiri itu dilepas dengan sekuat tenaga, dan Tu Wee Seng menangkis jotosan itu dengan tongkat bambunya, ia merasa tangannya tergetar, dan cepat-cepat meloncat mundur Souw Peng Hai ketika itu sedang mencoba merampas kitab-kitab itu, tapi di-cobanya juga menahan Tu Wee Seng. Setelah itu secepat kilat ia berhasil mencekal tangan Tan Piauw, Dengan satu pijitan yang dahsyat kitab-kitab itu jatuh dari tangannya, dan satu tendangan akan mengenai lambung Tan Piauw kalau ia tidak lekas-lekas melompat mundur Kitabkitab itu telah dirampas oleh Souw Peng Hai, Tan Piauw buru- KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ buru datang menolong Tiam Cong yang sudah pingsan, karena darah terlampau banyak keluar dari mulutnya. Tu Wee Seng menjadi masyguI dan murka setelah melihat Souw Peng Hai telah merampas kitab-kitab itu, Dari kantong di dadanya, dikeluarkannya sebuah pelor emas, ia ingin menggunakan senjata rahasianya yang ampuh itu. Tiba-tiba dari belakang terdengar orang membentaknya. "Hai! Apa gunanya kau menggunakan pelor emas itu! Cobalah lawan aku dengan arit terbangku!" Tu Wee Seng menoleh, dan melihat Ouw Lam Peng menegurnya sambil memegang arit tembaganya. Ketika itu Yap Eng Ceng juga telah siap dengan sepasang belati Ouw Lam Peng dan Yap Eng Ceng dengan senjatasenjata rahasianya yang ampuh adalah jago-jago silat yang lihay dan terkenal di kalangan Bu Lim. Tu Wee Seng berpikir bahwa ia tak akan dapat melawan mereka berdua, apalagi ditambah pula dengan Kiok Goan Hoat dan empat orang pengawal Souw Peng Hai, tentu ia tak akan menang. Menyerang terus pada waktu itu sama juga halnya dengan menggunakan telur memukul batu, atau mencari sendiri jalan maut ia tersenyum, lalu memasukkan kembali pelor emasnya, dengan tekad menanti ketika yang baik untuk merampas kitabkitab Kui Goan Pit Cek itu. Baru saja ia menyimpan pelor emasnya, terdengarlah Souw Peng Hai tertawa keras, dan melemparkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek kepada nya. Souw Peng Hai menghampiri Hian Ceng Totiang dan berkata sambil mengejek. "Tidak heran mengapa kau telah menyerahkan kitab-kitab itu kepada orang lain. Kau sendiri berdiri dengan tenang menonton orang-orang lain bertarung merebut benda yang tak berharga!" Hian Ceng Totiang menyahut dengan marah. "Setelah kudapati kitab-kitab itu, belum pernah kubuka dan kubaca, Kau jangan sembarang memfitnah orang saja!" Souw Peng Hai mengejek lagi. "Kalian saksikaniah perkataanku yang dapat dibuktikan Aku tak akan memfitnah orang lain tanpa bukti!" Belum lagi Hian Ceng Totiang menyahut, Ngo Kong KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Toa-su turut berbicara. "Hian Ceng Totiang belum pernah berdusta, ia betul-betul belum membuka dan membaca isi kitab-kitab itu!" "O, jadinya kau anggap aku sengaja memfitnah orang lain?! Bawa kemari kitab-kitab itu, dan semuanya dapat menyaksikan!" Tu Wee Seng lalu membawa kitab-kitab itu dan meletakkannya di hadapan Souw Peng Hai dan Hian Ceng Totiang, Lalu tiga kepala cabang partai Tian Liong, Bee Kun Bu dan kawan-kawannya juga datang melihat kitab-kitab itu. Hian Ceng Totiang membuka sampul kitab pertama yang bertulisan empat huruf "Kui Goan Pit Cek" Dengan warna merah, Tapi halaman pertama adalah kertas putih dengan sebuah gambar kura-kura, dan halaman kedua di atas kertas putih tertulis huruf-huruf yang artinya sebagai berikut. "Kacang itu tak dapat dimakan, karena bisa menyakitkan perut. Tahu itu harus ditambahi arak agar sedap rasanya." Dibaliknya terus halaman-halaman lainnya, dan di atas kertas yang putih itu hanya ada gambar-gambar burung-burung atau binatangbinatang, Tak sehelai pun yang ditulisi dengan ilmu silat, Ketika dibaliknya sampai halaman terakhir dari kitab yang ketiga, dibacanya. "Setelah melihat gambar-gambar lukisan dan huruf-huruf, bagaimanakah pendapatmu?" Hian Ceng Totiang mengeluarkan peta Cong Cin To, dan membandingkan huruf-huruf nya dengan huruf-huruf di dalam ketiga kitab itu. Segera tampak bahwa huruf-huruf itu berlainan, dan warna haknya (tintanya) juga berlainan, Souw Peng Hai yang juga pandai menulis segera melihat bahwa tinta di dalam kitab-kitab itu hanya lebih kurang tiga puluh tahun tuanya, sedangkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang tulen sudah berumur beberapa ratus tahun, Hian Ceng Totiang menarik napas, lalu berkata. "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang tulen sudah diambil orang, Kita semua telah dipermainkan." Semua orang berdiri terpesona Souw Peng Hai yakin bahwa Hian Ceng Totiang tidak berdusta. ia menoleh ke arah Tiam Cong, tetapi Tiam Cong telah digendong pergi oleh saudaranya, Tan Piauw. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ketika itu hari sudah mulai senja, dan matahari sudah berada di sebelah barat Souw Peng Hai lalu memerintahkan semua orang-orangnya berlalu setelah menghaturkan hormat kepada Hian Ceng Totiang dan Ngo Kong Toa-su. Yang terakhir adalah Tu Wee Seng. sebelum ia pergi ia pun berkata kepada Hian Ceng Totiang. "Urusanku masih banyak yang harus ku kerja kan, dan banyak perhitungan harus kubereskan Sampai berjumpa lagi!" Lalu dengan ilmu meringankan tubuh ia pun pergi dengan cepat sekali entah kemana, Setelah semuanya pergi, Hian Ceng Totiang berkata. "KJta harus lekas-lekas ke kota!" Lalu Lie Ceng Loan dan Liong Giok Pin mendukung Giok Cin Cu di kiri kanannya sambil melanjutkan perjalanannya, Lie Ceng Loan yang halus perasaannya bertanya kepada Bee Kun Bu yang berjalan di sampingnyaj "Bu Koko, apakah kau mengetahui obat yang mustajab untuk menyembuhkan luka guru kita?" "Aku tidak tahu," Sahut Bee Kun Bu sambil menarik napas. "Jika ular tadi dipatok oleh bangau putih, pasti ia segera mati!" Kata Lie Ceng Loan, Ucapan itu menyebabkan Hian Ceng Totiang berpikir "Jika bangau putih dapat membunuh mati ular hitam yang besar, bangau itu pasti sakti sekali, jika ia mempunyai majikan, majikannya pasti dapat mengobati orang yang terluka karena gigitan ular berbisa." Tapi pikirannya itu tidak diutarakannya pada orang lain, Mereka berjalan terus, dan ketika itu hari sudah menjadi malam, tetapi mereka tidak berhenti, karena mereka ingin lekas-lekas tiba di kota, Ketika fajar menyingsing, mereka telah menempuh jarak seratus lie iebih, dan berada di kaki sebuah puncak gunung, Hian Ceng Totiang talu mendaki puncak itu dengan ilmu meringankan tubuhnya, Dari sana ia melihat ke daerah di hadapan dan di bawahnya. Dalam suasana yang gelap itu, ia masih dapat melihat sebuah kota dengan lampu yang banyak, Menurut taksirannya, kota itu lebih kurang tujuh puluh lie jauhnya, Dengan kecepatan maksimum yang dapat mereka capai dalam berjalan, ia menaksir akan dapat sampai di kota itu KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ pada esok pagi nya. ia agak merasa girang, karena di kota tersebut mungkin dapat ia membeli obat yang dibutuhkan ia turun kembali dan memberitahukan bahwa kota yang terletak di kaki gunung dapat dicapai esok pagi, dan diperintahkannyalah semuanya beristirahat sebentar Lie Ceng Loan lalu mengajak Bee Kun Bu ke suatu sungai kecil untuk mencuci muka yang sudah penuh debu, Ketika mereka sedang mencuci muka di pinggir sungai itu, mereka mendengar seakan-akan ada orang tertawa, Lie Ceng Loan bertanya, setelah melihat keadaan di sekitarnya. "Apakah itu suara orang?" "Betul, tapi silat orang itu lihay sekali!" Sahut Bee Kun Bu. "Karena kita tak dapat mengetahui di mana ia berada?" "Ayo, kita beritahukan guru kita!" Kata Lie Ceng Loan. "Jangan!" Sahut Bee Kun Bu. "Orang itu tidak mengganggu kita. Kita tak usah memusingkan kepada guru kita." Kemudian mereka kembali ke tempat berkumpul dan Hian Ceng Totiang lalu memerintahkan supaya berangkat lagi. Betul saja, pada hampir tengah hari, mereka tiba di suatu kota yang bernama Leng Kee. Mereka mencari tempat penginapan. Setelah Giok Cin Cu dapat berbaring di tempat tidur, Hian Ceng Totiang pergi keluar untuk membeli obat yang dibutuhkan setelah terlebih dahulu menyuruh Liong Giok Pin dan Lie Ceng Loan menunggui Giok Cin Cu. Ngo Kong Toa-su menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam operasi yang akan diadakan Bee Kun Bu mengambil kesempatan itu untuk berjalan-jalan ke pekarangan belakang, kemudian ke depan untuk menyambut kembalinya Hian Ceng Totiang, Rumah penginapan itu tidak besar, tetapi di kota Leng ICee ialah yang terbesar Di bagian depan adalah restoran, dan di bagian belakang tempat penginapan Waktu itu restorannya penuh sesak, dan suasananya riuh sekalL Di sebuah meja kecil di sebelah dinding kanan tampak seorang pemuda yang tampan berbaju hijau. Setelah melihatnya, Bee KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Kun Bu merasa bahwa pemuda itu adalah orang yang luar biasa, Di antara para tamu di dalam restoran itu tak ubahnya ia seperti seekor bangau di antara ayam-ayam. Dengan tak disengaja pemuda itu menoleh ke arah Bee Kun Bu dan tersenyum Tapi kedua mata yang besar mengeluarkan sinar dan menyebabkan Bee Kun Bu terkejut Karena terkejutnya, Bee Kun Bu tidak memperhatikan dengan tegas wajah pemuda itu. Pada waktu itu, Hian Ceng Totiang juga telah kembali Bee Kun Bu menerima obat yang telah dibeli nya, akan tetapi ia masih saja memikirkan pemuda tadi, dan kemudian ia melirik lagi ke arahnya, Ketika Hian Ceng Totiang masuk ke dalam kamar Giok Cin Cu, dilihatnya segala sesuatu yang dibutuhkan telah disiapkan Diperintahkannya Liong Giok Pin memasak air di dalam sebuah panci besar untuk menggodok obat yang baru dibeli Lalu ia berkata kepada Giok Cin Cu. "Sumoy, obat telah kubeli dan kini sedang dimasak, Segera aku akan melakukan operasi di pergelangan tanganmu untuk mengeluarkan racun ular, Aku harap kau tenang-tenang saja, dan aku yakin aku dapat melakukan operasi itu dengan baik, dan menyembuhkan luka itu. Kemudian aku akan mencurahkan segala tenagaku untuk mencari obat guna mengembalikan tenagamu." "Jika kau tidak berhasil?" Menanya Giok Cin Cu sambil tersenyum "Aku akan membuat pembalasan membunuh mati orang yang menyebabkan kau menderita, atau.,." Sahut Hian Ceng Totiang, tapi ia tak dapat meneruskan karena perkataannya seakan-akan berhenti di tenggorokannya. Giok Cin Cu tak dapat menahan air matanya, lalu berkataj "Meskipun aku meninggal dunia, dalam partai Kun Lun masih ada Toa-Suheng dan Jie-Suheng. Aku... aku... yakin partai Kun Lun kita tidak akan terhalang walaupun aku sudah...." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Bee Kun Bu sangat pintar dan cerdas, Dalam sepuluh tahun ia pasti dapat meneruskan usaha partai Kun Lun kita," Menghibur Hian Ceng Totiang, Ketika obatnya sudah masak, Giok Cin Cu diberi minum semangkok, Keringat keluar dari seluruh tu-buhnya, Hian Ceng Totiang lalu membakar sebuah pisau yang sangat tajam, dan dengan menggigit bibir ia melakukan operasi itu, Darah tidak mengalir keluar lagi, karena daging di bagian pergelangan tangan itu sudah mulai busuk, Dipotongnya daging busuk itu, lalu luka itu dicucinya dengan air obat yang panas sekali Giok Cin Cu menjerit kesakitan, tetapi Hian Ceng Totiang terus melakukan operasi itu dengan penuh perhatian Lalu dibungkusnya luka itu setelah terlebih dahulu menutupinya dengan daun-daun obat Setelah operasi tersebut selesai, Giok Cin Cu disuruh lagi meminum semangkok obat yang sudah dimasak tadi, kemudian disuruh tidur. Hian Ceng Totiang dan Ngo Kong Toa-su lalu keluar dari kamar itu dengan perasaan lega. Bee Kun Bu lalu berkata kepada Lie Ceng Loan dan Liong Giok Pin. "Pergi!ah kalian beristirahat Biarlah aku yang menjagal Kedua gadis itu yang telah hampir dua hari memanggul Giok Cin Cu, dan kemudian menyaksikan pula operasi dengan perasaan cemas bereampur sedih, lalu pergi ke kamar lain untuk beristirahat Bee Kun Bu menjagal Giok Cin Cu sambil duduk, ia memenangkan peristiwa-peristiwa yang telah dialaminya dan sebentar-sebentar ia menarik napas panjang, ia bangun dan jalan menghampiri jendela. Di buka nya jendela itu dan dari jauh tampaklah puncakpuncak gunung, Tiba-tiba dari langit yang biru tampak olehnya suatu benda yang putih mendatangi dengan pesat sekali seakan-akan bintang jatuh dari angkasa, Melihat benda putih itu, Bee Kun Bu terkejut, karena benda putih itu adalah bangau putih yang pernah dijumpainya di pegunungan Koat Cong San! KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ia berdiri terpesona di belakang jendela. "Bangau itu telah terbang dari pegunungan Koat Cong San yang letaknya jauh sekali dari kota ini Pasti ada maksudnya, Dalam beberapa hari ini, aku pun merasa seperti ada orang yang senantiasa membayangiku. Mengapa?" Pikir-nya. Lalu ia berniat hendak memberitahukan perasaannya dan perihal ia melihat bangau putih itu kepada gurunya bila ada kesempatan yang tepat Setelah beristirahat selama dua hari, Giok Cin Cu kelihatan lebih bersemangat tapi masih tetap lemah, wajahnya masih tetap muram, karena ia merasa sayang sekali bahwa kepandaian silat yang telah dipelajari dipahami dan dimilikinya telah menjadi tak berguna lagi! Toa-Suhengnya selalu menghiburnya. "Hari ini kita beristirahat lagi, dan besok kita berangkat menuju ke telaga Poa Yo Ouw di propinsi Kian-sie menemui Biauw Souw Hie Wen Sao Kong Gie yang terkenal sebagai seorang dokter nomor satu di kolong langit Dokter itu telah banyak sekali menyembuhkan orang yang kena racun, Aku yakin ia dapat mengobati dan memulihkan tenagamu lagi, Sumoy, aku bersumpah, aku tak akan berhenti berusaha menolong kau?" Giok Cin Cu tersenyum, dan berkata. "Tentang diriku, aku tak terlampau hiraukan. Tapi partai silat Tian Liong akan mengundang sembilan partai silat yang kenamaan di kalangan Bu Lim kelak, tiga tahun lagi untuk mengadu silat pedang. Jika Toa-Suheng tidak lekas-lekas kembali ke kuil San Goan Kong di pegunungan Kun Lun, bagaimanakah Jie-Suheng dapat meladeni semua tantangan?" Hian Ceng Totiang berpikir sejenak, lalu menyahut. "Jika demikian halnya, Liong Giok Pin dapat disuruh kembali lebih dulu ke pegunungan Kun Lun dan memberitahukan Sutee bahwa partai kita tak turut serta dalam pertandingan silat yang diadakan oleh partai Tian Liong, Sebetulnya, bagiku sekarang, usaha menjagoi di kalangan Bu Lim, tidak berarti lagi, Aku hanya ingin kau lekas-lekas sehat dan pulih!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Dengan mata terbelalak Giok Cin Cu berkata. "Nama partai Kun Lun telah termashur beberapa ratus tahun, masa partai ini akan putus atau habis pamornya di tangan kita? Apakah kita tidak malu terhadap nenek moyang guru-guru kita yang telah mempereayakan partai Kun Lun kepada kita? Sudahlah, aku rela mati sekarang agar Toa-Suheng dapat mencurahkan pikiran dan tenaga demi kepentingan partai Kun Lun!" Hian Ceng Totiang menundukkan kepalanya dan tinggal diam. Lalu ia berkata. "Nah,., kita pergi dahulu ke telaga Poa Yo Ouw mencari dokter Biauw Souw Hie Wen Sao Kong Gie, dan kemudian kita kembali ke pegunungan Kun Lun!" Ya... asmara yang telah mereka pendam di dalam hati selama beberapa puluh tahun baru mulai diutarakan semenjak Giok Cin Cu menderita. Asmara yang murni itu hanya dapat dipertahankan dengan mulia oleh orang-orang yang kuat imannya. Keesokan harinya mereka meninggalkan kota Leng Kee menuju ke telaga Poa Yo Ouw di propinsi Kiang-si. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mereka harus melewati pegunungan Koat Cong San kembali, kemudian pegunungan Sian Hia Leng dan pegunungan Bu Ie. perjalanan itu jauhnya seribu lie lebih. Bilamana semuanya sehat-sehat saja, maka perjalanan itu dapat ditempuh dalam lima atau enam hari. Tapi dengan keadaan Giok Cin Cu yang harus dipanggul oleh kedua gadis muridnya, perjalanan itu harus dilakukan dengan hati-hati. Setelah lima hari, mereka telah melewati distrik King Yun dan masuk ke daerah pegunungan Sian Hia Leng yang banyak puncaknya dan curam sekali jurang-jurang-nya. Ketika hari sudah senja, mereka terpaksa beristirahat karena letihnya di suatu lapangan di antara jurang-jurang pegunungan itu. Kedua gadis itu lalu membuat api untuk memasak dan membuat hidangan untuk dimakan ber-sama-sama. Lalu, setelah semuanya makan, mereka mencoba hendak tidur, Hian Ceng Totiang melihat bahwa Sumoynya tak dapat tidur, ia duduk ke dekatnya dan menceritakan kisah-kisah tentang ilmu silat di kalangan Bu Lim, yang didengarkan dengan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ perhatian oleh Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan dan Liong Giok Pin. Ketika hari telah tengah malam, terdengarlah suara orang menginjak batu gunung, Bee Kun Bu menoleh ke arah suara itu, ia terkejut ketika dalam gelap gulita itu datang seorang pemuda berbaju hijau yang telah dilihatnya di restoran di kota Leng Kee, pemuda itu jalan perlahan-lahan menghampiri Bee Kun Bu dengan sikap tak menghiraukan orang-orang lain kecuali Bee Kun Bu. ia jalan melewati Bee Kun Bu, lalu melihat di sekitarnya dengan sikap yang congkak, Sejenak kemudian pemuda itu tidak nampak lagi dalam suasana yang gelap itu. "Ganjil sekali sikap orang itu, Tapi ia tidak mempunyai maksud jahat terhadap kita," Kata Hian Ceng Totiang. "Di kota Leng Hee Siauw-tee pernah menjumpainya, Rupanya ia memperhatikan Siauw-tee," Sahut Bee Kun Bu, Lalu Hian Ceng Totiang menanyakan apa yang terjadi antara pemuda itu dengan Bee Kun Bu, dan Bee Kun Bu menceritakan tentang ia berjumpa dengan pemuda itu, Dengan wajah muram Hian Ceng Totiang berkata. "Di kalangan Kang-ouw sering-sering terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak kita duga-duga, Kita harus waspada." Sambil berkata, ia berpikir dan coba menafsirkan sikap pemuda yang ganjil tadi. "Bee Kun Bu baru saja menerjunkan diri di kalangan Bu Lim, dan pasti ia tak mempunyai musuh atau dendam terhadap orang lain terutama terhadap pemuda berbaju hijau tadi," Pikirnya, Pikiran itu terus merangsang di otaknya sehingga ia semalam-malaman tak tertidur! Pada esok paginya, mereka meneruskan perjalanan Setelah melewati pegunungan Sian Hia Leng, mereka harus melalui pegunungan Bu Ie. Selama sepuluh hari lebih mereka harus berjalan dengan susah payah melalui jurang-j0ang yang curam, lernbah-lembah yang sempit dan jalan-jalan yang berbahaya, Kemudian mereka masuk ke propinsi Kiang-si. Akhirnya mereka menyewa kereta yang ditarik oleh kuda untuk meneruskan perjalanannya, dan tiba di telaga Poa Yo Ouw setelah lewat beberapa hari. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Tempat itu merupakan sebuah pelabuhan, Toko toko dan warung-warung banyak sekali, dan penduduknya pun banyak puIa, Setelah mencari tempat penginapan Hian Ceng Totiang menjumpai lagi urusan yang memusingkan kepala, Biauw Souw Hie Wen Kong Gte yang terkenal sebagai dokter yang pandai sekali, telah lama memisahkan diri dari kalangan Kangouw, dan telah pergi ke suatu tempat terpencil untuk bertapa, Di daerah Poa Yo Ouw yang luas itu sukar mencarinya, ia telah berusaha mencarinya selama tiga hari tapi tak berhasil Pada hari keempat, Hian Ceng Totiang telah pergi lagi mencari keluar, tapi sampai tengah hari belum juga kembali. Bee Kun Bu menjadi khawatir ia keluar untuk mencari gurunya, dan dengan tak terasa ia telah tiba di pinggir telaga Poa Yo Ouw, Di depan dilihatnya air telaga yang biru dan luas, pemandangannya indah dan permai, dan menakjubkan! Ketika ia tengah menikmati keindahan telaga itu, dari belakang didengarnya suara orang tertawa dengan merdu, seraya menegur. "Mengapa kau sendiri saja yang menikmati keindahan telaga ini? Mengapa Sumoymu tidak mendampingi mu ?" Bee Kun Bu mencium bau yang harum, Ketika ia memutar badannya dilihatnya seorang gadis berbaju hitam, berwajah cantik jelita dan tersenyum memandanginya, Gadis itu adalah Souw Hui Hong, puterinya Souw Peng Hai pemimpin partai Tian Liong, yang telah jatuh hati padanya, Melihat Bee Kun Bu terpesona tak dapat menyahut, ia melangkah maju menghampiri seraya berkata. "Kau sudah lupa pada budi orang! Aku telah pernah menolongmu melarikan diri, tetapi ketika hari ini kau berjumpa dengan aku, kau bukan saja enggan menyatakan terima kasih, bahkan ingin lagi menyingkir dari aku...." Bee Kun Bu melihat gadis itu mengucurkan air mata, ia tak dapat menahan perasaannya yang halus, Dengan senyum paksaan dicoba nya menghibur "Aku... aku sedang banyak pikiran, Maka aku tak dapat...." Souw Hui Hong melihat ia mengaku salah, memotong pembicaraan-nya, dan bertanya. "Pikiran apakah? Bolehkah aku tahu? Mungkin aku dapat KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menolong." Bee Kun Bu mengerutkan keningnya, lalu berkata. "Aku sedang mencari seorang dokter." "Bukankah kau mau mencari Biauw Souw Hie Wen Sao Kong Gie?" Tanya Souw Hui Hong. "Betul," Sahut Bee Kun Bu. "Apakah kau tahu di mana ia?" "Jika kau tidak berjumpa denganku di sini, mungkin dalam tiga bulan kau akan mencari-cari tanpa hasil," Mengejek gadis itu. "Apakah Siocia mengetahui di mana dokter itu?" Tanya Bee Kun Bu dengan bernafsu sekali. "Aku pasti mengetahui! ia adalah ayah angkatku," Sahut gadis itu. "Dapatkah Siocia memberitahukan di mana rumahnya?" Tanya Bee Kun Bu. Dengan kedua mata terbelalak Souw Hui Hong berkata. "Tidak, Ayah angkatku telah menutup pintunya dan telah lima tahun ia tidak menerima tamu lagi." Biauw Souw Hie Wen Kong Gie dengan jarum saktinya Bee Kun Bu menarik napas panjang, ia merasa kecewa, Dari jauh mereka datang ke Poa Yo Ouw untuk mencari dokter pandai itu, Tapi setelah tiba di tempatnya, dokter itu menutup pintu, tak menerima tamu, ia memikirkan nasib gurunya, dan yakin bahwa hanya dokter itulah yang akan dapat menyembuhkan gurunya, ia hendak memaksa gadis itu memberitahukan rumah dokter itu, tapi ia mundur lagi. Sikap yang serba salah ini diperhatikan oleh Souw Hui Hong yang lalu mengejek. "Kulit mukamu tipis sekali, sebentar saja mukamu sudah merah, Bagaimana-kah kau dapat berkecimpung di kalangan Kang-ouw? Apakah kau mencari KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Biauw Souw Hie Wen Sao Kong Gie untuk penyakit Sumoymu? Melihat sikapmu itu, aku yakin bahwa Sumoymu itu sakitnya keras." Bee Kun Bu yang menghendaki pertolongannya tak dapat marah. Ditahannya semua ejekan, mungkin juga hinaan, Digeleng-gelengkannya kepalanya dan berkata. "Bukan Sumoyku yang menderita sakit Susiokku (bibi guru)!" Dengan kedua mata terbelalak Souw Hui Hong bertanya dengan heran. "Apa? Masa Giok Cin Cu yang sakit? Salah seorang pemimpin partai Kun Lun?" "Betul," Sahut Bee Kun Bu. "la telah kena racun ular kepunyaan Tan Piauw!" Ketika itu datanglah sebuah perahu ke tempat mereka berdiri Di atasnya berdiri seorang gadis berbaju merah, berusia lebih kurang lima belas tahun, Belum sampai perahu itu merapat, gadis kecil itu telah meloncat ke darat, menghampiri Souw Hui Hong dan memberi hormat sambil membungkukkan tubuh, ia berkata. "Sio-cia, kami sudah siap menyediakan santapan enak untuk tamu, Siocia diminta naik perahu ini." Souw Hui Hong menyahut. "Aku sudah tahu. Kau kembali dahulu!" Si gadis kecil yang mengetahui bahwa Souw Hui Hong itu paling keras kepala tidak mau lagi mendesak ia meloncat kembali ke perahunya. Lalu Souw Hui Hong berkata. "Bee Kongcu, jika kau suka, boleh ikut aku naik perahu untuk makan-makan dan minumminum. Bagaimana pendapatmu?" Untuk membujuk Souw Hui Hong supaya mau memberitahu dimana rumah dokter pandai itu, Bee Kun Bu menyahut. "Apakah yang memanggil Siocia itu seorang kawan karib? Aku khawatir kalau-kalau hanya akan menjadi rintangan saja!" "Ai! Mengapa kau seperti seorang gadis? Lagi pula Sumoymu tidak ada di sini, Apakah kau tidak ingin mencari KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Biauw Souw Hie Wen Sao Kong Gie untuk menyembuhkan Susiokmu karena racun ular? Jika kau tidak mengikutiku jangan diharap lagi akan kuberitahukan padamu!" Ucapan yang merupakan suatu ancaman itu menyebabkan Bee Kun Bu menyeringai seperti kuda. ia menyahut. "Jika Siocia baik hati memberitahukan rumah dokter pandai itu, apalagi membujuknya mengobati Su-siokku, budi Siocia itu tak akan dapat kulupakan begitu juga oleh guruku!" "Bagaimanakah caranya kau membalas?" Menggoda si gadis lagi, pertanyaan itu menyebabkan Bee Kun Bu bisu kembali. Tapi si gadis segera membebaskannya dari kecanggungan itu dengan berkata. "Nah, ini suatu pelajaran Lain kali jangan sembarang berjanji saja atau bersumpah Ayo, naik ke atas perahu!" Perahu itu tidak besar, tapi buatannya rapi sekali, Sambil menyingkapkan krei kamar perahu, Souw Hui Hong mempersilahkan Bee Kun Bu masuk ke dalam kamar perahu itu. Kamar itu harum sekali baunya, dan dihias dengan indah sekalL Di tengah-tengah kamar ada sebuah meja kecil segi delapan, dan di atas meja telah tersedia santapan yang lezat dan arak yang harum. Empat kursi yang ditutup dengan sutera putih mengitari meja itu, Seorang gadis muda yang juwita dengan baju warna hijau tua berdiri menanti kedatangan mereka, Bee Kun Bu terpesona melihat gadis itu. Lalu Souw Hui Hong datang mendekati gadis juwita itu dan berkata. "Adik, maafkan aku. Dengan tiada persetujuanmu, aku telah mengundang seorang tamu. Gadis berbaju hijau itu memandang Bee Kun Bu dengan kedua matanya yang bersinar, lalu terkejuL Dan berbisik. "Hong Cici, siapakah ia? Mengapa tak pernah kau ceritakan sesuatu tentangnya kepadaku?" Souw Hui Hong tersenyum dan menyahut. "Marilah, akan kuperkenalkan Lalu ditariknya tangan si gadis berbaju hijau, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ setelah di hadapan Bee Kun Bu ia berkata. "lnilah puteri ayah angkatku!" Bee Kun Bu membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat seraya berkata. "Souw Siocia sangat bermurah hati dengan mengajak aku datang ke sini. Harap Siocia tidak menjadi gusar." Gadis yang berbaju hijau itu bernama Sao Goat Hun. ia hanya tersenyum, Tapi Souw Hui Hong membentak "Mengapa tak kau katakan bahwa aku yang memaksamu untuk datang ke atas perahu ini!" Lalu ia berkata kepada Sao Goat Hun. "la bernama Bee Kun Bu, dan ia adalah murid Hian Ceng Totiang dari partai silat Kun Lun." Sambil menyeret kursi Sao Goat Hun berkata. "Maaf Tak kuduga Bee Kongcu dari partai Kun Lun sudi datang ke sini, Marilah kita minum arak." Bee Kun Bu mengangkat kedua tangannya menghaturkan hormat sebelumnya ia duduk, Ketika mereka telah duduk sambil minum arak, perahu telah berlayar dengan laju sekali ke tengah telaga, Dari jendela angin meniup sepoi-sepoi basah, Mereka terus minum arak. Bee Kun Bu yang tidak kuat minum banyak-banyak terpaksa menurutkan kehendak kedua gadis itu, minum arak diluar batas kemampuannya, Oleh karena itu, setelah ia minum delapan gelas, ia mulai mabok, dan sikapnya tidak sopan santun lagi sebagai semula. Diluar keinsyafannya ditanyakannya di mana tempat dokter Sao Kong Gie itu, Pertanyaan itu dijawab oleh Souw Hui Hong. "Ayah angkatku, sejak ia memisahkan diri dan tinggal bertapa tidak mau tahu lagi dengan urusan-urusan di kalangan Kang-ouw. Ayahku yang telah beberapa puluh tahun bersahabat dengan dia, bahkan sudah seperti saudara kandung, telah berkali-kali memintanya agar mau masuk ke dalam partai Tian Liongnya, Tapi. selalu ditolaknya. Ketiga-tiga pemimpin partai Kun Lun, meskipun sangat terkenal, mungkin juga tak akan berhasil mengundangnya keluar dari tempat bertapanya!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Dalam keadaan sinting, Bee Kun Bu menaruh cangkir araknya di atas meja, dan sambil tertawa ia berkata. "Menolong jiwa seseorang sangat besar artinya, Angkatan tua Sao yang terkenal sebagai seorang dokter nomor satu di kolong langit, pasti bermurah hati, budiman dan berwatak ksatria. Aku datang hanya untuk memohon agar beliau sudi memberikan pertolongan kepada bibi guruku yang kena racun ular, dan aku yakin bahwa soal ini tidak akan menyusahkan beliau benar, bukan?" Ia memandang Sao Goat Hun, seakanakan menanti jawabannya Tapi pertanyaan itu lagi-lagi dijawab oleh Souw Hui Hong. "Orang-orang yang minta bertemu dengan ayah angkatku semuanya minta pertolongan nya untuk berobat Beliau yakin bahwa orang-orang di kalangan Kang-ouw, setelah sembuh, pasti mengadakan pembalasan dendam, dan akibatnya akan lebih banyak korban yang jatuh. Hal inilah yang tak dikehendaki oleh ayah angkatku, Baginya, jika ia makin banyak menolong orang dari bahaya maut, berarti pembalasan dendam makin banyak pula, Oleh karena itu ia telah bertekad untuk tidak mau tahu lagi urusan orang-orang di kalangan Kang-ouw!" Dengan menundukkan kepalanya, Bee Kun Bu menarik napas panjang, lalu berkata. "Jika demikian, aku tak mempunyai harapan lagi!" Melihat kekecewaan itu, Souw Hui Hong merasa kasihan ia menghibur. "Mengapa kau lekas berputus asa? Aku belum mengatakan tidak ada harapan! Tentang tempat kediaman ayah angkatku tak dapat kuberitahukan sebelumnya memperoleh persetujuan adikku, Sao Goan Hun. Sabar sajalah kau. Aku minta persetujuan nya, dan nanti akan kita rundingkan caranya." Sao Goat Hun berkata. "Souw Cici, kau telah menyanggupi untuk meminta ayahku untuk menolong orang, Kau harus melakukan permintaan itu. Aku tak berani ikut campur, karena,.,." Belum lagi ucapan itu selesai, Souw Hui Hong berkata. "Adik, kuminta kau membantuku membujuk ayah menolongnya." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ketika itu Bee Kun Bu sudah bangun dan berjalan keluar dari kamar perahu itu, karena menurut pikirannya tidak akan ada lagi harapan. perasaan simpati Sao Goat Hun timbuI, dan ia bertanya. "Aku ingin membantumu tetapi bagaimana?" Souw Hui Hong berkata. "Kita harus mencari akal agar ayah dapat menghargai ketiga pemimpin partai Kun Lun itu, Kau juga telah mengetahui bahwa ayah sangat menghargai budi pekerti ketiga pemimpin partai Kun Lun itu, bukan?" "Kau ingin memberitahukan tempat kediaman ayah?" Tanya Sao Goat Hun "Jika demikian mudahnya, aku pasti tidak bertanya pendapatmu," Sahut Souw Hui Hong. "Aku ini kurang cerdas, kau harus mengatakannya dengan jalan yang mudah dipahami," Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sao Goat Hun menjelaskan. "Urusannya sebetulnya mudah sekali, Aku hanya ingin adik rela menerima sedikit kesukaran atau kesulitan Cobalah tanya Bee Kongcu, jika aku berhasil mengusahakan sampai ia bertemu dengan ayah, apakah ia berterima kasih kepada kita?" Souw Hui Hong menjelaskan "ltu belum tahu aku. jika ia tak mempunyai perasaan suka terhadapmu, mengapa kau ingin meno!ongnya?" Bertanya Sao Goat Hun "lni yang kita namakan Cinta itu Buta, walaupun dikemudian hari aku akan mati di tangannya, namun aku harus juga meno1ongnya. Nah, sudahlah Besok kau naik perahu mencari mereka, dan kau cari alasan agar dapat bertempur melawan mereka atau salah satu dari mereka...." Sao Goat Hun segera mengerti siasat kakaknya, dan berkata. "Dan aku harus kalah, tidak boleh menang, Dengan alasan itu, aku lari menemui ayah minta pertolongan Dengan demikian aku dapat menarik mereka menjumpai ayah.,.! Kak, kau betul-betul pintar! siasat itu baik sekali! Kau betul-betul pintar!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo Kemelut Blambangan Karya Kho Ping Hoo Sejengkal Tanah Percik Darah Karya Kho Ping Hoo