Bangau Sakti 57
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 57
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung "Ya!" Lie Ceng Loan mengangguk Mendadak mereka mendengar suara desiran, tak lama di hadapan mereka telah muncul seseorang. Siapa orang itu, ternyata Na Hai Peng. "Paman!" Seru Lie Ceng Loan. "Kakak Kun Bu dan Kakak Tay sudah berangkat ke Sui Goat San Cung, Paman terlambat ke mari." "Ayah!" Na Siao Tiap segera berlutut dengan air mata bereucuran "Nak, bangunlah!" Na Hai Peng tersenyum lembut. "Ayah sudah tahu Bee Kun Bu berangkat ke Sui Goat San Cung bersama Lan Tay Kong Cu. Kini ayah ingin menyampaikan beberapa patah kata padamu, Nak!" "Ayah mau menyampaikan apa?" Tanya Na Siao Tiap sambil bangkit berdiri. Na Hai Peng tidak segera menjawab, memandang Lie Ceng Loan seakan merasa kurang leluasa mengatakan sesuatu. "Paman, Ceng Loan ke dalam gua saja." Lie Ceng Loan mengetahui hal itu. "Anak Loan!" Na Hai Peng tersenyum dan merasa tidak enak "Engkau boleh tetap berada di sini, tidak akan mengganggu pembicaraan kami." Lie Ceng Loan cuma tersenyum, sedangkan Na Hai Peng sudah memandang Na Siao Tiap seraya berkata. "Ketika pertama kali ayah bertemu denganmu di Pek Yun Giam, ayah pun merasa telah bersalah terhadap kalian ibu KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dan anak. Pada waktu itu ayah ingin membunuh diri, namun mengingat masih banyak urusan yang belum diselesaikan, maka ayah pun tidak jadi bunuh diri...." Sementara Lie Ceng Loan juga mendengar pembicaraan mereka. Gadis itu merasa heran, karena ketika bertemu Na Hai Peng di Gunung Kun Lun, wajah Na Hai Peng cerah ceria, namun kini tampak murung sekali, Oleh karena itu, ia pun mendengar pembicaraan mereka dengan penuh perhatian "Siao Tiap sama sekali tidak tahu, yang almarhumah katakan musuh itu, ternyata Ayah, Kalau tahu, Siao Tiap pun tidak berani melukai Ayah dengan irama Piepeh" (Gitar kuno Cina), mohon Ayah mengampuni Siao Tiap!" Ujar Na Siao Tiap dengan mata bersimbah air. "Aaaakh-!" Na Hai Peng menarik nafas panjang. "Anak Tiap tidak usah cemas tentang itu, ayah tidak mempersalahkanmu. Hari ini ayah ke mari karena ilmu Toa Pan Yok Sin Kang (llmu Sakti Membuat Diri Keba!), Almarhumah telah mewariskan ilmu tersebut padamu, namun jalan darah Jintokmu belum terbuka, maka ilmu sakti itu pun berkurang kehebatannya, Karena itu, ayah ke mari untuk membantumu dalam hal ini." "Tapi" "Anak Tiap jangan menolak, ayah berniat baik dan jangan mengecewakan ayah!" Desak Na Hai Peng. "Ayah, Siao Tiap sudah tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan." Ujar Na Siao Tiap sungguh-sungguh. "Maka pereuma Siao Tiap memperdalam ilmu silat Lebih baik Siao Tiap hidup tenang di tempat ini." "Kalau begitu, ayah pun tidak akan memaksamu." Na Hai Peng menatapnya dalam-dalam. Tapi ada satu hal yang harus ayah beritahukan." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Mengenai hal apa?" . "Itu...." Ternyata Na Hai Peng telah merencanakan sesuatu. "Apakah Anak Tiap masih ingat, almarhumah pernah bilang apa padamu ketika belum meninggal?" "lngat." Na Siao Tiap mengangguk "lbu bilang yang paling jahat dan beracun bukanlah ular, Kalau dalam hati menyukai seorang lelaki, haruslah cepat-cepat membunuhnya." "Anak Tiap tahu apa artinya?" "Siao Tiap kadang-kadang mengerti, tapi kadang-kadang malah tidak habis berpikir, seakan tidak mengerti sama sekali." "Apakah Anak Tiap akan menuruti apa yang almarhumah katakan itu?" "ltu merupakan amanat almarhumah, tentunya Siao Tiap harus menurut Tapi kepandaian Siao Tiap belum mencapai tingkat tinggi, kalau bertemu lelaki yang Siao Tiap sukai, tapi kepandaiannya amat tinggi, sudah pasti Siao Tiap tidak mampu membunuhnya." "Ngmm!" Na Hai Pengmanggut-mangguL "Kini Anak Tiap tinggal di sini, kalau Lan Tay Kong Cu pergi dan tidak bisa cepat pulang, Anak Tiap harus bagaimana? Na Siao Tiap diam, sebab gadis itu tidak pernah memikirkan tentang ini. Mendadak Lie Ceng Loan me-nyela, sebab gadis itu tidak tahu bahwa Na Hai Peng mempunyai suatu rencana. "Paman! Kakak Kun Bu adalah anak angkat Paman, berarti dia kakak angkat Kakak Tiap. Kakak Kun Bu amat baik orangnya, kalau Kakak Tay tidak tinggal di sini, aku akan menyuruh Kakak Kun Bu tidak tinggal bersama kami di sini," "Engkau memang bermaksud baik," Sahut Na Hai Peng sambil tersenyum. "Tapi Na Siao Tiap masih punya ayah," KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kalau Siao Tiap tinggal di sini, tentunya harus tinggal bersama ayah kan?" Ujar Na Siao Tiap yang mengetahui maksud Na Hai Peng. "Tidak salah." Na Hai Peng tersenyum. "Namun tahukah Anak Tiap di mana tempat tinggal ayah?" "KakakTay pernah memberitahukan pada Siao Tiap, bahwa Ayah sering tinggal di sini, Nah, bukankah tempat ini merupakan tempat tinggal Ayah?" Na Hai Peng menggelengkan kepala sambil tertawa, kemudian ujarnya dan menatap putrinya. "Gua Thian Ki ini memang tempat tinggal ayah, tapi setelah ayah menjemput ibumu dan Lan Tay Kong Cu ke luar, maka gua Thian Ki pun telah menjadi tempat tinggal Lan Tay Kong Cu. Setelah ibumu meninggal, ayah pun sering tinggal di Pek Hoa Hok (Lembah seribu bunga), Lembah itu adalah tempat tinggal kita berdua, Maka ayah harap Anak Tiap harus kembali ke sana." "Ayah, Siao Tiap bukan tidak mau kembali ke sana, tapi Hian Ceng Totiang telah ke mari dan menyampaikan pesan Nona Souw Hui Hong pada Kakak Tay, bahwa Souw Peng Hai masih berambisi untuk menguasai rimba persilatan dan tak lama lagi akan memunculkan diri di rimba persilatan itu merupakan bencana bagi rimba persilatan Oleh karena itu, Kakak Tay, kakak Kun Bu dan Siao Tiap akan berunding tentang itu, maka untuk sementara ini, Siao Tiap belum boleh meninggalkan tempat ini," Ujar Na Siao Tiap memberitahukan dan menambahkan "Setelah berunding nanti, Siao Tiap pasti ke Pek Hoa Hok berkumpul dengan Ayah." "Baiklah." Na Hai Peng tertawa. "Ayah masih harus menyelesaikan urusan lain, sampai jumpa di Pek Hoa Hok nanti!" Na Hai Peng melesat pergi, Na Siao Tiap tertegun, kemudian berseru memanggil Na Hai Peng. "Ayah, tunggu.,.!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Akan tetapi, Na Hai Peng sudah tidak tampak lagi, Na Siao Tiap berdiri termangu-mangu di tempat, air matanya pun berderai-derai. "Paman sudah pergi, Kakak tidak usah berduka!" Lie Ceng Loan menghiburnya dan menambahkan "Setelah urusan Souw Peng Hai beres, Kakak boleh pergi ke Pek Hoa Hok menjumpai paman...." ***** Bab ke 6 - Kejadian Diluar Dugaan Pada hari kelima, di saat hari mulai senja, Bee Kun Bu dan Pek Yun Hui telah tiba di Sui Goat San Cung, kampung halaman Bee Kun Bu. "Sudah lama aku meninggalkan rumah, entah bagaimana perubahan di rumah? Mudah-mudahan kedua orang tuaku tetap sehat wa!a'fiat!" Ucap Bee Kun Bu dalam hati sambil memandang Sui Goat San Cung. "Kenapa engkau berdiri tereenung di sini?" Tanya Pek Yun Hui heran Bee Kun Bu tidak menyahut, kemudian mengayunkan kakinya mendekati rumahnya, Rumahnya itu memang masih ada, namun suasananya sudah tidak seperti dulu lagi, sunyi senyap seakan tiada penghuninya, Bee Kun Bu termangumangu memandang rumahnya itu. "Kelihatannya telah terjadi sesuatu di rumahku." Ujar Bee Kun Bu dengan suara serak. "Mari kita ke dalam untuk melihat apa yang telah terjadi!" Pada waktu bersamaan, tampak seorang tua berjalan ke luar dari rumah itu menghampiri Bee Kun Bu. Orang tua itu menatapnya lama sekali, setelah itu barulah mengenali Bee Kun Bu. Kemudian ia berseru sambil menggenggam tangan Bee Kun Bu erat-erat KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Tuan muda! Tuan muda sudah pulang!" Air mata orang tua itu berlinang-linang dan menangis terisak-isak. "Ah Liok!" Panggil Bee Kun Bu. Ternyata orang tua tersebut adalah jongos tua di rumah itu. "Jangan menangis, bagaimana keadaan orang tuaku?" "Tuan muda, nyoya tua sudah meninggal sedangkan tuan besar sudah lama jadi rahib." Jongos tua itu memberitahukan "Di Sui Goat San Cung ini hanya terdapat dua buah kuburan dan hamba." "Setahuku, ibuku sehat wal'afiat, kenapa mendadak meninggal?" Tanya Bee Kun Bu tidak mengerti "Apakah telah terjadi sesuatu di luar dugaan?" "Nyonya tua memang sehat wal'afiat, tapi tahun kemarin tuan besar berniat jadi rahib, maka meninggalkan rumah dan tidak kembali Oleh karena itu, nyoya tua pun jatuh sakit dan tak sampai satu bulan nyonya tua pun meninggal Hamba berfirasat Tuan muda akan pu-lang, maka tetap tinggal di sini, Hari ini.... Tuan muda sudah pulang." "Aaaakh...!" Keluh Bee Kun Bu dengan air mata berderai, namun masih menahan isak tangisnya. Pek Yun Hui yang berdiri di sisinya, tahu bahwa Bee Kun Bu saat ini sangat berduka sekali, itu pasti akan merusak hawa murninya, Maka ia segera menaruh telapak tangannya di punggung Bee Kun Bu, dan sekaligus menyalurkan hawa murninya. seketika juga Bee Kun Bu menarik nafas panjang, talu menangis tersedu-sedu, itu memang baik sekali bagi Bee Kun Bu untuk melampiaskan kedukaannya melalui tangisnya, Kalau tidak justru akan merusak hawa murni di dalam tubuhnya, sementara itu, jongos tua pun ikut menangis dengan sedih dan haripun mulai gelap. Berselang beberapa saat kemudian, barulah Bee Kun Bu berhenti menangis. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Harap Kakak Tay sudi menunggu, aku harus ziarah ke makam ibuku!" Ujarnya. "Kini aku sudah berada di sini, tentunya aku pun harus ikut engkau pergi ziarah," Sahut Pek Yun Hui sungguh-sungguh. "Baiklah." Bee Kun Bu mengangguk, lalu berpesan pada jongos tua itu mempersiapkan keperluan sembah-yang, setelah itu, barulah mereka berangkat ke makam Pek Yun Hui ikut sembahyang di depan makam ibu Bee Kun Bu. Usai sembahyang, hari pun sudah larut malam, maka mereka pun segera kembali ke rumah Bee Kun Bu itu. Bee Kun Bu menyuruh jongos tua itu menyediakan beberapa macam hidangan dan arak untuk menjamu Pek Yun Hui. Kini mereka berdua duduk berhadapan Bee Kun Bu mengangkat cangkirnya seraya berkata. "Aku memberi hormat pada Kakak Tay dengan se-cangkir arak, setelah itu aku pun akan mencurahkan apa yang ada di benakku, mohon Kakak Tay memberi petunjuk padaku!" "Baiklah," Sahut Pek Yun Hui sambil mengangkat cangkirnya. "Mari kita minum!" Mereka mulai meneguk minuman masing-masing, lalu menaruh kembali cangkir itu. "Apa yang akan kukatakan seandainya terdapat kesalahan, aku mohon Kakak Tay sudi memaafkanku!" Ujar Bee Kun Bu sambil menatap Pek Yun Hui. "Katakan saja!" Sahut Pek Yun Hui sambil tersenyum "Lagi pula aku tidak akan mempersalahkanmu." Bee Kun Bu menarik nafas dalam, berselang sesaat barulah berkata dengan suara rendah. "Kakak Tay, aku ingin bertanya, kalau ada budi tidak dibalas, apakah itu adalah perbuatan orang sejati?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "ltu tentu bukan perbuatan orang sejati," Sahut Pek Yun Hui dan tertegun "Kenapa engkau bertanya demi-kian?" "Kalau begitu harus bagaimana?" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Bee Kun Bu balik bertanya. "Kun Bu!" Pek Yun Hui menatapnya. "Curahkanlah apa yang tersimpan dalam benakmu!" "Baiklah." Bee Kun Bu mengangguk "Akan kucurah-kan.,.," Tiba-tiba Pek Yun Hui memberi isyarat agar Bee Kun Bu diam, setelah itu ia pun memandang ke atas sambil pasang kuping. Menyaksikan itu, Bee Kun Bu tahu bahwa Pek Yun Hui bereuriga di atap rumah ada orang, maka ia pun tertawa. "Sui Goat San Cung merupakan perkampungan miskin, jarang pesilat yang mendatangi perkampungan ini. Pereayalah! Di atap rumah tidak mungkin ada orang, mungkin itu suara ranting pohon yang tertembus angin." Pek Yun Hui berkepandaian tinggi, bagaimana mungkin ia akan salah dengar? Hanya saja langkah ginkang orang yang di atap rumah amat dikenatnya, namun Bee Kun Bu mengatakan begitu, maka Pek Yun Hui pun tersenyum "Kalau begitu, silakan melanjutkan!" Ujarnya. sesungguhnya Pek Yun Hui tidak salah dengar, di atap rumah memang ada seseorang. Bukan orang lain, dia adalah Hian Ceng Totiang, Ternyata Hian Ceng Totiang tidak kembali ke gunung Kun Lun, melainkan menyusul Bee Kun Bu ke Sui Goat San Cung, Ketika sampai di tempat tersebut, ia melihat rumah Bee Kun Bu agak terang, itu membuatnya merasa heran sehingga mengerahkan ginkangnya meloncat ke atap rumah, sungguh di luar dugaan, justru terdengar oleh Pek Yun Hui. Tapi Bee Kun Bu mengatakan begitu, itu membuat Hian Ceng Totiang yang di atap rumah tidak berani bergerak sama sekali. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kini kerajaan sedang kacau, rakyat akan tertimpa malapetaka. itu entah harus bagaimana baiknya?" Ujar Bee Kun Bu memulai dengan pokok pembicaraan "Oh?" Pek Yun Hui tertawa dalam hati, karena sudah tahu maksud tujuan Bee Kun Bu. "Kenapa engkau berkata begitu? Mungkinkah mengandung suatu tujuan ter-lentu?" "Tahukah Kakak Tay, siapa yang membebaskan diriku dari ruang batu itu?" Tanya Bee Kun Bu mengalihkan pembicaraan "Tentunya orang yang berkepandaian tinggi." "Benar." Bee Kun Bu mengangguk "Orang itu adalah guru Kakak Tay." "Oooh!" Pek Yun Hui manggut-manggut. "Pantas kepandaianmu bertambah maju, guruku pasti telah menurunkan kepandaiannya padamu." "Benar." Bee Kun Bu mengangguk "Guru Kakak Tay pun telah mengangkat diriku sebagai anak, dan sekaligus mewariskan kepadaku ilmu Kui Goan Pit Cek, namun...." "Kenapa?" "Beliau juga memberikan ku suatu masalah." "Masalah apa?" Tanya Pek Yun Hui sambil menatapnya "Bolehkah memberitahukan pada ku ?" "Oleh karena itu, aku ajak kakak Tay ke mari," Jawab Bee Kun Bu. Ternyata ayah angkat mewariskanku ilmu Kui Goan Pit Cek itu dengan suatu syarat.,.," "Syarat apa?" Pek Yun Hui pura-pura heran. "Syarat itu yakni mengharuskan aku membujukmu kembali ke istana, itu demi kerajaan dan rakyat Kalau Kakak Tay bersedia kembali ke istana, berarti aku telah membalas budi kebaikan ayah angkatku." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Seandainya aku tidak mau kembali ke istana, engkau harus bagaimana?" Tanya Pek Yun Hui mendadak "Aku akan bunuh diri," Sahut Bee Kun Bu tegas. "Oh?" Pek Yun Hui tertawa. "Aku bertambah tidak mengerti, kenapa karena urusan itu engkau mau bunuh diri?" "Sebab aku merasa malu terhadap ayah angkat karena tidak bisa membujukmu kembali ke istana, Oleh karena itu, aku pun harus mati," Jawab Bee Kun Bu. "Sebab Kakak adalah putri kaisar, dan kini kerajaan sedang kacau, maka Kakak harus kembali ke istana untuk membantu kaisar." Hian Ceng Totiang yang di atap rumah itu terkejut bukan main. ia sama sekali tidak menyangka kalau Pek Yun Hui adalah putri kaisar Hian Ceng Totiang pun tampak cemas, sebab kalau Pek Yun Hui kembali ke istana, siapa yang akan menghadapi Souw Peng Hai nanti? "ltu adalah perintah dari guru, tentunya aku tidak berani menolak," Ujar Pek Yun Hui serius. "Namun guruku mengutusmu untuk membujukku, pasti ada sesuatu di balik itu. Bolehkah engkau menjelaskan ?" "Ayah angkatku ragu akan dirinya sendiri Apabila beliau tidak bisa membujuk Kakak Tay, bukankah urusan akan jadi kacau balau? Oleh karena itu, beliau mengutus-ku untuk membujukmu." "Oooh!" Pek Yun Hui tersenyum. "Aku tahu guru tidak berani mendesakku, lagi pula guru sangat menuruti-ku!" "Kalau begitu, Kakak Tay akan kembali ke istana?" Tanya Bee Kun Bu penuh harapan. Pek Yun Hui menggelengkan kepala, itu sungguh di luar dugaan Bee Kun Bu, cepat-cepat Bee Kun Bu mengangkat sebelah tangannya dan diarahkan pada ubun-ubun kepalanya. "Aku malu terhadap ayah angkatku, lebih baik aku mati sekarang saja!" Ujarnya dan sekaligus memukul ubun-ubunnya sendiri KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Akan tetapi, secepat kilat Pek Yun Hui menyentilkan telunjuknya, dan seketika juga tangan Bee Kun Bu tidak bisa bergerak "Engkau adalah lelaki, kenapa begitu tak berguna?" Bentak Pek Yun Hui. "Tidak bisa membujukku kembali ke istana, malah mau bunuh diri! itu adalah perbuatan pengecut!" "Aku tahu, namun aku merasa malu pada ayah angkatku, Karena beliau yakin aku pasti berhasil membujukmu tapi...." "Hmm!" Dengus Pek Yun Hui dingin. "Kalau engkau bunuh diri, berarti engkau tidak berani bertanggung-jawab! sifatmu yang meremehkan nyawa sendiri, bagaimana engkau kelak?" Bee Kun Bu membungkam. Pek Yun Hui menatapnya dan melanjutkan dengan wajab serius. "Lagi pula guruku tahu aku tidak akan kembali ke istana, Kalau aku menurutimu kembali ke istana, bagaimana engkau menjawab kalau guruku bertanya padamu?" Pek Yun Hui menarik nafas. "Engkau harus tahu, ini bukan urusan kecil, tapi urusan besar yang harus kupikirkan matang-matang." Bee Kun Bu tetap diam, ia tahu dirinya telah bersalah tadi, sebab ia mengambil keputusan membunuh diri, itu sama juga mengancam Pek Yun HuL "Dan juga..." Tambah Pek Yun Hui. "Kedua orang tuamu cuma punya satu anak. walau ibumu telah meninggal, tapi masih ada ayahmu, yang menjadi rahib sekarang, seandainya engkau mati tadi, siapa yang akan menyambung keturunan lagi? Engkau sungguh tidak berpikir sama sekali, hanya tahu mendesakku kembali ke istana, sama sekali tidak memikirkan yang lain." Perlahan-lahan Bee Kun Bu mendongakkan kepala sambil memandang Pek Yun Hui yang kebetulan juga sedang memandangnya. Begitu dingin tatapan Pek Yun Hui dan tampak amat emosi, sehingga membuat Bee Kun Bu terkejut dan membatin Aku sungguh bodoh, Kakak Tay begitu teliti menghadapi suatu masalah, sedangkan aku begitu ceroboh, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sekarang aku harus hati-hati mem-bujuknya, Setelah membatin, Bee Kun Bu berkata. "Aku kurang berpengalaman harap Kakak Tay sudi memberi petunjuk padaku!" "Biar bagaimana pun, aku tetap seorang putri kaisar Kini kerajaan dalam bahaya, tentunya aku harus memikirkan itu," Sahut Pek Yun HuL Ucapan itu membuat Bee Kun Bu girang sekali, karena Pek Yun Hui sudah berniat kembali ke istana. Terimakasih, Kakak Tay!" Ucapnya. Kini Pek Yun Hui yang diam. Bee Kun Bu menatapnya seraya berkata. "Tadi aku telah berbuat salah, mohon Kakak Tay sudi memaafkan diriku!" "Engkau harus ingat!" Ujar Pek Yun Hui. "Walau aku mengabulkan untuk kembali ke istana, engkau jangan bergembira du!u!" "Kenapa?" Bee Kun Bu heran. "Kita harus bersikap agar guruku tidak bereuriga apa pun," Sahut Pek Yun Hui sambil menarik nafas. "Maka masih harus menunggu waktu, sebab urusan ini menyangkut Adik Siao Tiap dan Adik Loan. Oleh karena itu, aku harus pikir baik-baik agar tidak menimbulkan masalah lain." Bee Kun Bu cuma mengangguk, padahal ia tidak begitu mengerti maksud ucapan Pek Yun Hui karena Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan terkait ke dalam pula. Yang mengerti adalah Hian Ceng Totiang yang di atap rumah itu. ia kagum sekali pada Pek Yun Hui yang berpikiran panjang. "Urusan kerajaan memang penting, tapi urusan Souw Peng Hai pun tak kalah penting, Menurut aku, dia pasti akan ke seberang laut untuk mengundang beberapa tokoh tua dari golongan hitam guna membantunya, Maka kita menggunakan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ kesempatan ini untuk ke seberang laut dulu, kita menyelidiki beberapa iblis itu, Apabila perlu, kita basmi dulu iblis-iblis itu, agar engkau lebih leluasa menghadapi Souw Peng Hai. Setelah itu, barulah aku kembali ke istana, Tentunya guruku tidak akan bereuriga lagi, sebab akan mengira dalam perjalanan ke seberang laut, engkau terus-menerus membujukku." "Benar." Bee Kun Bu tertawa gembira, Tapi... dengan ilmu apa Kakak Tay menyerangku tadi, kenapa aku tidak dapat menghindari "Aku menggunakan senjata rahasia yang disebut Toh Meng Sin Cin (Jarum Sakti pencabut nyawa), maka engkau tidak dapat menghindarinya, Aku sudah mengambil keputusan untuk mengajarmu menggunakan senjata rahasia itu sebelum aku kembali ke istana, Senjata itu dapat kau gunakan ketika berhadapan dengan Souw Peng Hai." "Terimakasih, Kakak Tay!" "Kun Bu!" Pek Yun Hui menatapnya. "Kita berdua belum lama berkecimpung di dalam rimba persilatan, maka kita tidak tahu jelas tentang iblis-iblis yang ber-mukim di seberang laut itu, Lalu kita harus bagaimana menyelidikinya?" "Guruku Hian Ceng Totiang pernah menyinggung tentang para iblis itu, tapi pada waktu itu aku masih kecil, sudah tidak ingat lagi," Ujar Bee Kun Bu. "Kalau begitu, aku harus mengundang gurumu itu ke mari." Pek Yun Hui tersenyum sambil memandang ke atas. "Totiang sudah lama berada di atap rumah, kenapa masih belum mau turun untuk bereakap-cakap?" Bee Kun Bu terbelalak dan segera memandang ke atas, Pada waktu bersamaan, terdengarlah suara tawa panjang dan tampak sosok bayangan berkelebat ke dalam, Hian Ceng Totiang sudah berdiri di hadapan mereka, . KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Nona Pek berpendengaran tajam, aku kagum se-kali," Ujar Hian Ceng Totiang sambil tersenyum. "Guru!" Bee Kun Bu langsung memberi hormat dengan wajah berseri "Kun Bu!" Hian Ceng Totiang tersenyum lembut "KJni engkau sudah memiliki kepandaian tingkat tinggi, baik-baiklah mempergunakan kepandaianmu itu!" "Ya, Guru." Bee Kun Bu mengangguk Pek Yun Hui juga memberi hormat pada Hian Ceng Totiang, lalu mempersUakannya duduk. "Aku yakin Totiang sudah mendengar pembicaraan kami. Kami berdua berniat berangkat ke seberang laut, tapi tidak tahu jelas tentang para iblis itu, harap Totiang sudi menjelaskannya," Ujar Pek Yun Hui. "Aku akan menjelaskan tapi mari kita duduk!" Hian Ceng Totiang tersenyum "Sebab cukup waktu untuk menjelaskan tentang para iblis itu." Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pek Yun Hui mengangguk lalu duduk, begitu juga Hian Ceng Totiang, namun Bee Kun Bu masih tetap berdiri. "Kun Bu, duduklah! jangan terus berdiri!" Kata Hian Ceng Totiang. "Terimakasih, Guru!" Bee Kun Bu duduk. "Mengenai para iblis seberang laut itu, kalau diceritakan memang cukup panjang," Ujar Hian Ceng Totiang sambil memandang Pek Yun Hui. Tidak lama lagi Nona Pek akan kembali ke istana, Agar gurumu tidak bereuriga, bukankah lebih baik untuk sementara ini tinggal di suatu tempat, setelah itu baru kembali ke istana, jadi tidak perlu berangkat ke seberang laut." Mendengar itu, Bee Kun Bu sudah tahu, bahwa para iblis itu amat lihay, maka Hian Ceng Totiang berkata begitu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Terimakasih atas perhatian Totiang, namun Totiang harus tahu bahwa Souw Peng Hai pernah terluka olehku dan kini dia masih berniat memunculkan diri di rimba persilatan Tentunya dia akan minta bantuan pada beberapa iblis itu, Bagaimana menurut Totiang?" "Aku pun berpendapat seperti Nona Pek," Hian Ceng Totiang manggut-manggut. "Namun beberapa iblis itu berkepandaian amat tinggi, lagi pula jarang berhubungan dengan partai-partai yang ada di daratan tengah. Kalau Souw Peng Hai minta bantuan pada mereka, belum tentu mereka akan mengabulkan Oleh karena itu, Nona Pek dan Kun Bu tidak perlu berangkat ke seberang laut." Totiang mengatakan para iblis itu berkepandaian amat tinggi, justru membuat diriku ingin bertarung dengan mereka," Ujar Pek Yun Hui sambil tersenyum dingin "Pada waktu Giok Cin Cu terkena racun ular, Sao Kong Gie juga menyinggung Kui Tay Ciok Si dengan air muka berubah, Totiang pun pernah berkunjung ke kuil itu, para Hweeshio di sana rata-rata memiliki kepandaian tinggi, tapi akhirnya semuanya menghilang, Kini aku punya waktu senggang, ini adalah kesempatanku untuk menyelidiki beberapa iblis itu, maka aku harap Totiang sudi menceritakan tentang beberapa iblis itu!" "Baiklah." Hian Ceng Totiang mengangguk "Namun aku tidak tahu jelas semua iblis itu, hanya satu dua iblis saja, Harap Nona Pek jangan merasa kurang puas mendengarnya." "Terimakasih, Totiang!" Ucap Pek Yun Hui sambil tersenyum "Kalau membicarakan tentang para iblis di seberang laut itu, harus dimulai dari tiga ratusan tahun yang lampau," Ujar Hian Ceng Totiang dan menarik nafas panjang. "Pada waktu itu, sembilan partai besar bertanding silat di Sao Sit Hong. Satu sama lain tidak mau saling mengalah. Akan tetapi, tibatiba terjadi suatu perubahan...." "Perubahan apa?" Tanya Pek Yun Hui. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Ketika mereka sedang bertanding, mendadak muncul seorang yang berkepandaian amat tinggi dan mencegah pertumpahan darah itu," Jawab Hian Ceng Totiang. "Siapa orang yang berkepandaian amat tinggi itu?" Tanya Pek Yun Hui lagi. "Orang itu,.,." Hian Ceng Totiang tersenyum "... boleh dikatakan punya hubungan dengan Nona Pek," "Oh?" Pek Yun Hui terbelalak "Apakah orang itu adalah penulis kitab Kui Goan Pit Cek itu?" "Benar." Hian Ceng Totiang mengangguk "Orang aneh itu bersama Sam Im Sin Ni, menulis kitab Kui Goan Pit Cek." "Orang aneh itu adalah Thian Ki Cinjin?" Pek Yun Hui menatap Hian Ceng Totiang. "Tidak salah, orang aneh itu adalah Thian Ki Cinjin KemuncuIannya pada masa itu cukup menggusarkan beberapa partai besar, sebab Thian Ki cinjin mencegah pertandingan itu. otomatis menggusarkan lima ketua partai, karena itu, Thian Ki Cinjin pun menantang mereka bertanding ia seorang diri dengan tangan kosong bertarung dengan kelima ketua itu, Tak sampai lima ratus jurus, kelima ketua partai itu telah dikalahkan Oleh karena itu, Thian Ki Cinjin dicap sebagai jago nomor satu di kolong langit Setelah itu, rimba persilatan pun aman dan damai sepuluh tahun lamanya, Namun tidak disangka, itu justru membuat beberapa orang mati-matian berlatih ilmu silat." "Siapa orang-orang itu dan bagaimana hasil latihan mereka?" Tanya Pek Yun Hui ingin mengetahuinya "Mereka adalah murid Tiam Cong, Hwa San dan Khong Tong Pay. Pada masa itu, partai Khong Tong baru menerima seorang murid yang dipanggil Thai Ik, yang berbakat alam, Ketika melihat partai Khong Tong mengalami kekalahan, dia amat gusar namun tidak bisa berbuat apa-apa, Dia menyaksikan Thian Ki Cinjin mengalahkan para ketua partai dengan tangan kosong, maka diapun bertekad memperdalam KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ ilmu silatnya, Oleh karena itu, dia meninggalkan partai Khong Tong." "Apakah Thai Ik telah melupakan budi gurunya?" Tanya Bee Kun Bu. "Dia meninggalkan partai Khong Tong memang salah, tapi sebetulnya dia berniat baik," Jawab Hian Ceng Totiang. "Setelah dia meninggalkan partai Khong Tong, ketua partai itu pun mengumumkan bahwa Thai Ik adalah murid murtad, Sungguh di luar dugaan, Thai Ik justru berhasil memperdalam ilmu silatnya, Karena ketua partai Khong Tong telah mengumumkan bahwa dia adalah murid murtad, maka dia pun mendirikan partai Pit Sia Kiong di luar perbatasan Dia sendiri tergolong orang yang tidak lurus dan tidak sesat Para muridnya turun-temurun jarang memasuki daratan tengah." "Hingga kini sudah tiga ratus tahunan, mungkinkah Thai Ik masih hidup?" Tanya Pek Yun Hui tidak pereaya. "Dua ratus tahun lampau, Thai Ik sudah meninggal, namun partai Pit Sia Kiong masih tetap berdiri di luar perbatasan Ketika berhasil memperdalam ilmu silatnya, dia pun pernah memasuki daratan tengah mendatangi partai Khong Tong, Dia pun menantang beberapa paman gurunya dan berhasil mengalahkan mereka, Sejak itu, kaum rimba persilatan tahu bahwa partai Khong Tong punya pesilat yang begitu tangguh." "Maksud Totiang luar perbatasan itu adalah di seberang laut sana?" Tanya Pek Yun Hui. "Ya." Hian Ceng Totiang mengangguk. "Setelah Thai Ik berhasil memperdalam ilmu silatnya, seharusnya dia pergi menantang Thian Ki Cinjing, atau menantang delapan partai besar, Kenapa dia malah menantang mantan paman gurunya?" Tanya Pek Yun Hui tidak mengerti KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Mengenai itu, paman gurunya pun bertanya begitu. Thai Ik menjawab bahwa ia tidak tahu Thian Ki Cinjin berada di mana. Dia menantang ketua partai Khong Tong dan paman gurunya karena dirinya dicap sebagai murid murtad, justru sungguh di luar dugaan, dia mampu mengalahkan ketua partai Khong Tong dan paman gurunya, sekaligus mempermalukan partai Khong Tong." "Oooh!" Pek Yun Hui manggut-manggut. "Sesungguhnya...." Lanjut Hian Ceng Totiang, Thai Ik meninggalkan partai Khong Tong dengan niat baik, yaitu ingin memperdalam ilmu silatnya demi partai Khong Tong, Namun ketua partai itu malah mengumumkan bahwa dia adalah murid murtad, sehingga membuatnya amat sakit hati Oleh karena itu, dia menantang ketua partai itu dan paman gurunya, Setelah mengalahkan mereka, Thai Ik pun menghilang. sedangkan Thian Ki Cinjin dan Sam Im Sin Ni bertarung matimatian, akhirnya jadi teman dan menulis kitab Kui Goan Pit Cek. Tak lama mereka berdua pun meninggal dan Thai Ik pun tidak pernah kembali kedaratan tengah, Akan tetapi, secara diam-diam Thai Ik menyuruh para muridnya menculik kaum wanita untuk di bawa ke Pit Sia Kiong. Walau secara diamdiam, akhirnya tersiar juga tentang hal itu, maka kaum Bu Lim mengetahui adanya Pit Sia Kiong itu." "Di daratan tengah ini banyak terdapat kaum pendekar apakah tiada seorang pendekar yang berani melawan Pit Sia Kiong?" Tanya Pek Yun Hui yang amat membenci penjahat "Ketika Thai Ik masih hidup, partai Khong Tong menghubungi delapan partai besar lainnya untuk membasmi Pit Sia Kiong, Delapan partai itu setuju dan segera bergabung, maka berangkatlah empat ribu orang lebih menuju ke Pit Sia Kiong untuk memusnahkan Pit Sia Kiong itu, Akan tetapi....M Hian Ceng Totiang menarik nafas panjang. "Setelah berangkat, empat ribu orang lebih itu pun tidak pernah kembali lagi, mereka semua tewas di Pit Sia Kiong, Sejak itu, tiada seorang pun yang berani coba-coba ke Pit Sia Kiong lagi, dan lama kelamaan Pit Sia Kiong itu pun dilupakan orang." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Tadi Totiang bilang, partai lain juga terdapat murid yang bertekad memperdalam ilmu silat mereka, bagaimana dengan mereka itu?" "Memang masih terdapat dua orang, hanya saja kedua orang itu pergi ke tempat yang amat jauh." "Sudikah Totiang menceritakan tentang mereka berdua itu?" "Partai yang terkuat dalam pertandingan di Sao Sit Hong adalah partai Siauw Lim dan Bu Tong." Hian Ceng Totiang memberitahukan "Pada masa itu, di dalam kuil Siauw Lim terdapat seorang padri bergelar Pek Lui Siangjin, beliau adalah ketua ruang Tatmo, juga termasuk tenaga inti partai Siauw Lim. Akan tetapi, ketika menyaksikan Thian Ki Cinjin memiliki kepandaian yang begitu tinggi, padri itu pun langsung meninggalkan Sao Sit Hong dan tiada seorang pun tahu padri itu ke mana, Namun kemudian barulah diketahui bahwa padri itu berangkat ke Lam Hai (Laut Selatan) PuIau Thoa Khong To. Di sana padri itu berhasil memperdalam ilmu silatnya, Oleh karena itu, partai Siauw Lim dibagi Siauw Lim utara dan Siauw Lim Selatan. "Setelah Pek Lui Siangjin pergi, bagaimana isyu dalam rimba persilatan mengenai padri itu?" Tanya Bee Kun Bu. "Karena kalian berdua amat tertarik, maka aku pun akan menceritakannya agar kalian mengetahuinya." Hian Ceng Totiang tersenyum. Terimakasih, Guru!" Ucap Bee Kun Bu. "Bagaimana Pek Lui Siangjin meninggalkan Sao Sit Hong dan bagaimana berangkat ke Lam Hai, memang banyak isyu tentang itu." Hian Ceng Totiang memberitahukan "Ketika menyaksikan Thian Ki cinjin mampu mengalahkan kelima ketua partai, seketika juga Pek Lui Siangjin meninggalkan Sao Sit Hong. Padri itu justru telah melupakan satu hal, yakni tiada perintah dari ketua, berarti bertindak atas kemauan sendiri Namun kemudian mendadak Pek Lui Siangjin itu kembali ke KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ kuil Siauw Lim. Terayata dia teringat akan peraturan dan disiplin partai Siauw Lim yang sangat ketat itu." Tentunya padri itu mendapat hukuman, maka langsung kabur, kan?" Tanya Pek Yun Hui. "Dugaan Nona Pek salah!" Hian Ceng Totiang menggelengkan kepala. "Yang jelas padri itu memang kembali ke kuil Siauw Lim, namun sama sekali tidak menemui ketua Siauw Lim, Ku In Siansu, bahkan juga tidak pernah membaca doa. Padri itu seperti kesurupan, setiap hari cuma berjalan mondar-mandir sambil mengoceh Tanpa sengaja sepasang kakinya membawa dirinya ke ruang sembahyangan, padri itu terus mengoceh "Di luar langit masih ada langit, di luar orang masih ada orang", ocehannya membuat seorang pria yang sedang sembahyang langsung menyahut "Apa yang disebut langit? Apa yang disebut orang?" Sahutan itu membuat padri tersebut tersentak sadar, dan segera pergi." "Kenapa sahutan itu membuat padri tersebut pergi?" Tanya Bee Kun Bu tidak mengerti "Pek Lui Siangjin berkepandaian tinggi, pelajaran Buddha pun sudah dalam," Jawab Hian Ceng Totiang. "Sebelum pergi, padri itu masih sempat mendengar pria itu berkata. "Langit adalah langit, orang adalah orang, Langit itu kosong, orang berisi berbagai pikiran Langit kosong tapi tinggi tak terukur Orang dapat mengosongkan pikiran, berarti dapat mencapai kesempurnaan setelah mendengar itu, Pek Lui Siangjin tertawa panjang, lalu meninggalkan kuil Siauw Lim." "Totiang!" Pek Yun Hui tampak bingung. "Bukankah tadi Totiang bilang padri itu berangkat ke Lam Hai dan berhasil memperdalam ilmu silatnya? Tapi kenapa...?" "Setelah Pek Lui Siangjin pergi, ketua Siauw Lim pun mengutus beberapa muridnya untuk mencarinya." Ujar Hian Ceng Totiang. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Apakah para murid Siauw Lim itu berhasil menemukan jejak padri itu?" Tanya Bee Kun Bu. "Kun Bu!" Hian Ceng Totiang tersenyum "Tahukah engkau berapa lama para murid Siauw Lim mencari padri itu?" Bee Kun Bu menggelengkan kepala. "Hampir dua puluh tahun, namun selama itu tiada kabar beritanya." Hian Ceng Totiang memberitahukan "Kalau begitu, kenapa kemudian bisa tahu padri itu berada di Thao Khong To di Lam Hai?" Tanya Pek Yun Hui heran "Dua tahun kemudian, ketua Siauw Lim meninggal SebuIan setelah ketua Siauw Lim meninggal mendadak muncul seorang gadis cantik jelita menyatakan ingin bertemu ketua Siauw Lim, Namun gadis itu ditahan tidak boleh masuk, sebab kuil Siauw Lim memang melarang para padri melayani tamu wanita, Gadis itu segera menyerahkan sepucuk surat, tapi para padri itu tidak mau menerimanya, maka gadis tersebut sangat gusar dan terjadilah pertarungan Sungguh di luar dugaan, para padri itu tidak mampu melawan gadis tersebut. Ketua Siauw Lim yang baru segera keluar Gadis itu pun langsung menyerahkan surat yang dibawanya kepada ketua Siauw Lim yang baru, Setelah membaca surat itu, barulah mengetahui bahwa gadis itu adalah murid Pek Lui Siang-j'in, Di dalam surat itu pun mengatakan bahwa padri tersebut berada di Thao Khong To di Lam Hai, maka ketua Siauw Lim mengutus beberapa muridnya berangkat ke sana, Di saat itu pula, ketua Siauw Lim mengumumkan bahwa partai Siauw Lim dibagi menjadi Siauw Lim Utara dan Siauw Lim Selatan, Siauw Lim Selatan boleh menerima murid yang tidak mau jadi Hweeshio." "Kalau begitu, kenapa pihak Thao Kong To disebut iblis di seberang laut?" Tanya Bee Kun Bu. "ltu disebabkan generasi keempat telah menerima seorang murid wanita yang amat cantik, namun murid wanita itu berhati KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ jahat, sehingga pulau Thao Khong To dijadikan pulau iblis, Sejak itu, pulau Thao Khong To pun putus hubungan dengan partai Siauw Lim. partai Siauw Lim pernah mengutus beberapa murid handal untuk membekuk wanita iblis ilu, namun mereka semua gagal karena tidak mampu melawan wanita iblis tersebul." Hian Ceng Totiang menambahkan. "Walau para murid wanita iblis itu tidak begitu jahat, namun pulau Thao Khong To tetap di cap sebagai pulau iblis." Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kalau begitu...." Pek Yun Hui mengernyitkan ke-ning. "Pihak Thao Khong To pasti masih mendendam partai Siauw Lim, karena para murid Siauw Lim pernah menyerbu ke sana, Maka kalau Souw Peng Hai minta bantuan pada pihak Thao Khong To, aku yakin pihak itu pasti bersedia membantunya, Kini Totiang telah menceritakan tentang Pit Sia Kiong dan Thao Khong To, apakah masih ada iblis lain yang bermukim di seberang laut?" "Memang ada." Hian Ceng Totiang mengangguk Tapi itu cuma merupakan kabar burung. Benar atau tidak, aku tidak berani memastikannya. Kalau tidak salah, guru iblis itu juga berasal dari daratan tengah." "Siapa iblis itu?" Tanya Pek Yun Hui. "Bolehkah Totiang memberitahukan ?" Tentu, Sebab semua itu menyangkut keselamatan rimba persilatan masa kini, maka aku harus menjelaskannya." Hian Ceng Totiang meneguk minumannya, lalu melanjutkan iblis itu berasal dari partai Bu Tong, dia adalah Cing Ko Hong, Ketua Bu Tong masa itu mewariskan kepandaiannya kepada Ling It Ho, bukan pada Cing Ko Hong. Betapa gusarnya Cing Ko Hong, akhirnya dia meninggalkan gunung Bu Tong, Dia menetap di gunung Swat Ling San memperdalam ilmu silatnya, dan dia pun bersumpah tidak akan kembali ke daratan tengah." "Benarkah Cing Ko Hong tidak kembali ke daratan tengah?" Tanya Bee Kun Bu yang tertarik akan cerita itu. "Sebetulnya Cing Ko Hong memperdalam ilmu silatnya, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ tujuannya adalah bertarung dengan Ling It Ho. Akan tetapi, sepuluh tahun kemudian, kepandaiannya telah mencapai tingkat yang amat tinggi, justru membuatnya tiada ambisi lagi. Cing Ko Hong khawatir ilmu silatnya tiada yang mewarisinya, maka dia pun menerima dua orang murid, Siapa sangka, kedua muridnya akhirnya berubah sepasang iblis yang amat ganas." "Kedua murid Cing Ko Hong pernah memasuki daratan tengah?" Tanya Pek Yun Hui. "Pernah, Mereka berdua ke gunung Bu Tong dengan maksud ingin bertanding dengan Ling It Ho, namun mereka terlambat karena Ling It Ho telah meninggal Ling It Ho punya seorang putri angkat bernama Ling Bu Ki. Ketika kedua murid Cing Ko Hong sedang bertanding dengan ketua Bu Tong, gadis itu pun memunculkan diri melawan kedua murid Cing Ko Hong, Sungguh di luar dugaan, kedua murid Cing Ko Hong justru jatuh hati pada gadis tersebut, belum bertanding mereka berdua segera memngalkan gunung Bu Tong kembali ke gunung Swat Ling San. Bagaimana Ling Bu Ki itu, tiada seorang pun tahu, Seratus tahun kemudian, di daratan tengah muncul seorang tabib sakti, Beliau pergi mencari rumput obat, tanpa sengaja memasuki gunung Swat Ling San. Namun tabib sakti itu dipukul orang di gunung Swat Ling San, sehingga nyawanya nyaris meIayang. Tabib sakti itulah yang menceritakan tentang Swat Ling San yang merupakan sarang iblis." "Siapa tabib sakti itu?" Tanya Hian Ceng Totiang. "Dan siapa pula iblis yang bermukim di Swat Ling San?" Tabib sakti itu adalah guru Sao Kong Gie," Jawab Hian Ceng Totiang. "Sejak pulang dari gunung Swat Ling San dalam keadaan luka parah, sejak itu pula tabib sakti tersebut sama sekali tidak mau membicarakan ilmu silat, bahkan juga tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan Beberapa tahun kemudian, tabib sakti itu pun meninggal Setelah tabib itu KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ meninggal, tersiar pula berita tentang iblis yang bermukim di gunung Swat Ling San." "Kalau begitu, Souw Peng Hai pasti berusaha minta bantuan pada para iblis itu, Maka dia berani berniat muncul di rimba persilatan lagi," Ujar Pek Yun Hui dan bertanya, Totiang, apakah masih ada iblis lain?" "Mungkin ada, namun aku tidak mengetahuinya," Sahut Hian Ceng Totiang. "Apa yang kubicarakan pada Kun Bu, mungkin Totiang telah mendengar semua," Ujar Pek Yun Hui. "Agar tidak menimbulkan kecurigaan guruku, maka aku pun mengajak Kun Bu ke seberang laut untuk menyelidiki para iblis itu. Apakah Totiang mengizinkan Kun Bu berangkat bersamaku?" "Aku tidak berkeberatan, namun kalian berdua harus berhati-hati dan cepat pulang," Sahut Hian Ceng Totiang. "Aku pun akan bermohon pada ketua partai Kun Lun, agar Kun Bu diterima sebagai murid Kun Lun lagi," "Terimakasih, Guru!" Ucap Bee Kun Bu. "Setelah urusan Souw Peng Hai beres, Kun Bu pasti kembali ke gunung Kun Lun." "Engkau selalu terjerat asmara, guru sudah tahu itu, ujar Hian Ceng Totiang sambil menatapnya. "Maka engkau harus berhati-hati dalam hal itu, dan harus pula menurut pada Nona Pek!" "Ya, Guru!" Bee Kun Bu mengangguk "Guru dapat berlega hati, karena engkau berangkat bersama Nona Pek," Ujar Hian Ceng Totiang. "Namun Lie Ceng Loan, adik seperguruanmu itu selalu ingat pada mu. Guru harap engkau dapat membawa diri, jangan gampang tergoda!" "Totiang tidak usah khawatir!" Pek Yun Hui tersenyum. "Bee Kun Bu adalah pemuda yang selalu menjaga diri. Ka!au KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Totiang tidak menolak, aku undang Totiang tinggal di gua Thian Ki menemani Adik Loan." "Menurut aku, lebih baik kalian kembali ke Kwat Cong San untuk memberitahukan pada Nona Siao Tiap dan Anak Loan, agar mereka tidak mengkhawatirkan kalian," Usul Hian Ceng Totiang. "Aku memang bermaksud begitu, namun itu akan menyita waktu," Ujar Pek Yun Hui. "Bukankah lebih baik Totiang yang memberitahukan pada mereka, bahwa kami masih ada urusan lain, tidak begitu cepat pulang." "ltu tidak jadi masalah, tapi bukankah akan mengecewakan Nona Siao Tiap dan Anak Loan?" "Memang, namun demi mempersingkat waktu, kami harus segera berangkai kata Pek Yun Hui. "Sebelum berangkat ke seberang laut, kami akan mampir di Toan Hun Ya untuk menengok Souw Hui Hong, setelah itu baru menuju ke seberang laut." "Baiklah." Hian Ceng Totiang mengangguk "Para iblis di seberang laut amat tinggi kepandaian mereka, lagi pula licik, Kalau kalian berdua terjadi sesuatu di seberang laut, cara bagaimana memberi kabar padaku?" Pek Yun Hui diam, tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan itu. justru Bee Kun Bu yang mengemukakan pendapat "Kakak! Sin Hok Hian Giok dapat terbang ribuan mil sehari, kalau kita terjadi sesuatu, bukankah dapat minta bantuan Sin Hok untuk memberi kabar?" "Benar." Pek Yun Hui mengangguk "Kalau begitu, kita harus mengajak Sin Hok menemani kita." "Bagus." Hian Ceng Totiang tersenyum. "Kini hari sudah hampir terang, agar tidak membuang waktu, lebih baik aku berangkat sekarang menuju Kwat Cong San." "Selamat jalan, Totiang!" Ucap Pek Yun Hui. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Selamat jalan, Guru!" Ucap Bee Kun Bu. Setelah Hian Ceng Totiang pergi, Ah Liok, jongos tua itu pun muncul lalu menghampiri Bee Kun Bu. "Tuan muda mau sarapan pagi?" Tanyanya. "Ah Liok!" Bee Kun Bu menatapnya. "Tidak usah repotrepot. Sebab aku dan Nona Pek mau berangkat sekarang." "Tuan muda...." Mata jongos tua itu mulai basah. "Kok cepat mau pergi?" "Kami ada urusan penting, harus segera berangkat," Jawab Bee Kun Bu dan berpesan "Ah Liok baik-baik menjaga rumah ini, kalau aku sempat pasti pulang!" "Tuan Muda.,.," Air mata Ah Liok mulai bereucuran "Kun Bu, mari kita berangkat!" Ajak Pek Yun Hui. "Ah Liok!" Ucap Bee Kun Bu. "Selamat tinggal!" "Selamat jalan, Tuan muda! Selamat jalan, Nona Pek!" Ucap Ah Liok terisak-isak. "Hamba pasti baik-baik menjaga rumah ini...." Bagian ke tujuh Bertemu Orang Aneh Setelah meninggalkan Sui Goat San Cung, hari pun sudah siang, Bee Kun Bu dan Pek Yun Hui tidak berani menggunakan ginkang, karena tidak mau menarik perhatian orang. "Kakak Tay!" Ujar Bee Kun Bu sambil menarik nafas panjang. "Guru sangat baik terhadapku, entah harus bagaimana aku membalas kebaikannya?" "Asal engkau dapat menegakkan keadilan dalam rimba persilatan, itu berarti engkau telah membalas budi kebaikannya," Jawab Pek Yun Hui sambil tersenyum "Benar." Bee Kun Bu manggut-manggut. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kun Bu!" Pek Yun Hui menatapnya. "Tidak lama lagi kita akan sampai di sebuah sungai, bagaimana kalau kita naik perahu saja?" "Naik perahu?" Bee Kun Bu tereengang. "Ya." Pek Yun Hui mengangguk "Kalau naik perahu, kita dapat menyaksikan keindahan alam." "Baiklah." Bee Kun Bu tersenyum Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah sampai di sebuah sungai, kebetulan ada sebuah perahu berlabuh di tepi sungai itu. Tuan mau menyewa perahu?" Tanya tukang perahu yang berusia empat puluhan. "Ya." Bee Kun Bu mengangguk "Bisakah antar kami ke selatan?" "Bisa." Tukang perahu itu mengangguk Melihat Bee Kun Bu dan Pek Yun Hui tidak membawa buntalan pakaian, ia yakin mereka berdua bukan orang biasa. Bee Kun Bu segera memberikan kepada tukang perahu sepuluh tael perak, tentunya sangat menggirangkan tukang perahu itu. "Silakan naik!" Ucap tukang perahu. Bee Kun Bu dan Pek Yun Hui melangkah ke dalam perahu, Tukang perahu pun segera mengayuh perahunya. Berselang beberapa saat kemudian, hari pun mulai gelap. Pek Yun Hui memandang ke langit, tampak bulan bersinar amat terang, ternyata malam bulan purnama. "Kun Bu, betapa indahnya pemandangan di bawah sinar bulan purnama," Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ujar Pek Yun Hui. "Benar." Bee Kun Bu mengangguk "Memang indah sekali." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Bagaimana kalau kita suruh tukang perahu menyediakan arak, lalu kita minum di bawah sinar bulan purnama sambil mengobroI?" Tanya Pek Yun Hui dengan wajah berseri. Ketika melihat Pek Yun Hui begitu gembira, Bee Kun Bu pun setuju, dan segera menyuruh tukang perahu menyediakan arak. Tukang perahu juga tampak gembira, maka ia buru-buru menyediakan arak untuk mereka berdua, Bee Kun Bu dan Pek Yun Hui segera meneguk arak itu. "Apakah di dalam perahu ini ada Yang Khim (Se-macam alat musik)?" Tanya Bee Kun Bu kepada tukang perahu. "kebetulan sekali!" Sahut tukang perahu sambil ter-tawa. "Di dalam perahuku ini memang ada Yang Khim." "Bagus." Wajah Bee Kun Bu berseri, Tolong bawa ke mari!" Tukang perahu langsung mengambil Yang Khim, lalu diberikan pada Bee Kun Bu, Setelah menerima alat musik itu, Bee Kun Bu pun menaruhnya ke hadapan Pek Yun Hui. "Aku masih ingat, Kakak pernah main alat musik ini, bagaimana kalau Kakak mainkan lagi sekarang?" "Baiklah, Tapi mungkin tidak enak didengar." "Kakak jangan merendahkan diri, setahuku Kakak mahir main Yang Khim." Pek Yun Hui tersenyum, kemudian mulai memainkan alat musik itu, dan terdengarlah suara Yang Khim yang amat merdu. Bee Kun Bu mendengarkan dengan penuh perhatian Walau ia tidak mengerti musik, tapi justru mendengar dengan mulut ternganga lebar KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Berselang beberapa saat kemudian, barulah Pek Yun Hui berhenti, Ketika Bee Kun Bu baru mau memujinya, mendadak terdengar suara tawa panjang, menyusul terdengar pula suara lelaki yang agak parau. "Sungguh menggetarkan kalbu suara Yang Khim itu! perahu mengapung di sungai, suara Yang Khim menggetarkan kalbu, tentunya orang luar biasa, Aku baru memasuki daratan tengah, ingin sekali cari teman, apakah tidak mengganggu kalian berdua?" Bee Kun Bu dan Pek Yun Hui segera menoIeh, tampak seseorang berdiri di tepi sungai, mengenakan jubah hijau dan rambutnya sudah memutih. "Kalau tidak mengganggu kalian berdua, aku ingin mengobrol dengan kalian." Ujar orang tua itu, ia berdiri begitu jauh, tapi suaranya terdengar begitu jelas, pertanda orang tua itu berkepandaian tinggi. Bee Kun Bu memandang Pek Yun Hui, sedangkan Pek Yun Hui diam saja, Kelihatan ia agak terkejut akan Iweekang orang tua itu. Bee Kun Bu mengira Pek Yun Hui tidak setuju, Ketika ia baru mau membuka mulut mencegah orang tua itu naik ke perahu, terdengarlah suara tawa panjang. Ternyata orang tua itu yang tertawa, Kemudian tampak orang tua itu melesat ke arah perahu dengan jurus Sin Liong Jip Yun (Naga Sakti masuk ke awan), ia sudah berdiri di atas perahu tersebut Sungguh tinggi ginkangnya, diam-diam Bee Kun Bu memuji dalam hati. "Maaf!" Ucap orang tua itu sambil tersenyum "Secara lancang aku naik ke perahu kalian ini, harap kalian berdua sudi memaafkan kelancanganku!" Pek Yun Hui menatap orang tua itu, kemudian memandang Bee Kun Bu seakan menyuruhnya menyahut "Tidak apa-apa," Ujar Bee Kun Bu sambil tersenyum. "Cianpwee siapa dan silakan ke mari mengobrol dengan kami!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Aku Tan Cun Goan, tinggal di Swat Ling San." Orang tua itu memberitahukan. "Selama tiga empat puluhan tahun tiada kesempatan mengunjungi daratan tengah, kini sedang menuju ke utara, kebetulan bertemu kalian berdua, ini sungguh berjodoh." Begitu mendengar orang tua itu dari Swat Ling San, hati Pek Yun Hui pun tergerak, maka ia cepat-cepat menyahut "Aku she Pek, adik ini she Bee. Kebetulan Cianpwee datang dari Swat Ling San, maka aku ingin menanyakan seseorang pada Cianpwee." Orang tua itu memandang Pek Yun Hui, ketika menyaksikan Pek Yun Hui begitu anggun, hatinya pun tergerak. "Kalau aku tahu, aku pasti memberitahukan!" "Aku dengar cerita orang, dulu ada seseorang berasal dari partai Bu Tong tinggal di Swat Ling San, hingga kini sudah lebih dari seratus tahun, apakah Cianpwee tahu tentang orang itu?" Tanya Pek Yun Hui. Setelah mendengar pertanyaan Pek Yun Hui, Tan Cun Goan langsung tampak serius dan sepasang matanya menyorot tajam. "Kenapa Nona menanyakan tentang itu? Apakah Nona punya hubungan dengan partai Bu Tong?" Tanya orang tua itu. "Kami berdua tidak punya hubungan apa-apa dengan partai Bu Tong. Namun karena kami pernah dengar cerita tentang itu, dan juga Cianpwee datang dari Swat Ling San, maka Kakak Pek menanyakan itu dengan tidak sengaja," Sahut Bee Kun Bu. "Oooh!" Tan Cun Goan tersenyum. "Ternyata begitu, lebih baik kalian berdua jangan bertanya tentang itu. Dalam rimba persilatan, banyak terdapat budi dan dendam Malam ini amat indah, kenapa harus membicarakan itu yang mengotori KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ keindahan malam bulan purnama? Alangkah baiknya kalau kita minum dan Nona Pek memainkan Yang Khim saja." Bee Kun Bu tahu bahwa orang tua itu pasti punya kesulitan, maka tidak mau menceritakan tentang Swat Ling San. "Apakah Cianpwee mahir memainkan Yang Khim?" Tanya Bee Kun Bu. "Mengerti sedikit," Tan Cu Goan tertawa. "Kalau begitu, apakah Cianpwee sudi memperdengarkan suara Yang Khim itu?" Bee Kun Bu tersenyum. "Baiklah." Orang tua itu tertawa gelak, kemudian mendadak menjulurkan kelima jarinya ke arah Yang Khim itu. seketika juga Yang Khim yang ada di hadapan Pek Yun Hui melayang ke arah orang tua itu. Dapat dibayangkan, betapa tingginya lweekang orang tua itu. Menyaksikan itu, wajah Bee Kun Bu tampak biasa, namun wajah Pek Yun Hui tampak agak berubah Setelah Yang Khim itu berada di tangannya, Tan Cun Goan pun mulai memainkannya seraya membacakan sebuah syair "Memetik tali Yang Khim mencurahkan isi hati, tersimpan tekad tapi tak terlaksanakan, berkelana ribuan mil, kapan kembali ke kampung halaman?" Bee Kun Bu tidak begitu memperhatikan syair itu, sebaliknya Pek Yun Hui malah mendengarkan dengan penuh perhatian dan hatinya pun semakin tergerak, karena syair yang dibacakan orang tua itu mengandung suatu peringatan justru membuat Pek Yun Hui tidak mengerti, sehingga termangu-mangu. "Orang tua itu memang aneh, kenapa memperingatkan kami? Apakah dia bermaksud mencegah kami menuju Swat Ling San?" Tanya Pek Yun Hui dalam hati. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sesudah memainkan Yang Khim, Tan Cun Goan pun mengembalikan Yang Khim itu ke atas meja dengan cara mendorong disertai lweekang, maka Yang Khim itu melayang ke tempat semula di hadapan Pek Yun Hui. "Maaf!" Ucapnya sambil tersenyum "Aku kurang mahir memainkan Yang Khim." "Cianpwee terlampau merendah," Sahut Bee Kun Bu yang merasa kagum padanya. "Kalau dibandingkan dengan Nona Pek, maka aku harus tahu diri," Ujar Tan Cun Goan. "Karena Nona Pek ahli musik." "Cianpwee berkepandaian tinggi, tapi justru tinggal di tempat sepi, apakah Cianpwee punya kesuIitan?" Tanya Pek Yun Hui. Orang tua itu menarik nafas panjang, kemudian memandang ke arah bulan purnama seraya bergumam "Aku dapat mengelabui Saudara Bee, tapi tidak dapat mengelabui Nona Pek, Apabila dapat menyudahi sesuatu, lebih baik disudahi, Kalau tidak, itu akan menimbulkan suatu akibat." "Cianpwee menasihati kami agar kembali ke kampung halaman, tahukah Cianpwee kenapa kami menuju selatan?" Tanya Pek Yun Hui. "Di Toan Hun Ya terdapat Souw Peng Hai yang amat lihay, ilmu Kan Goan Cihnya telah menciutkan nyali sembilan partai besar Namun dia kalah di tangan seorang gadis, tentunya gadis itu adalah Nona Pek Yun Hui, yakni adalah Nona sendiri, Tidak salah dugaanku kan?" Tan Cun Goan menatapnya. Pek Yun Hui diam saja, sedangkan orang tua itu menatap Bee Kun Bu seraya berkata. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kalau tidak sa!ah, engkau adalah Bee Kun Bu, murid Kun Lun Sam Cu. Tidak salah kan?" "BetuI." Bee Kun Bu mengangguk "Tapi kok Cianpwee tahu perjalanan kami?" Ttu harus dimulai dari Souw Peng Hai," Jawab Tan Cun Goan sambil menarik nafas. "Setengah bulan yang lalu, Souw Peng Hai bersama Co Hiong, muridnya mengunjungi Swat Ling San menemui kami lima saudara, Dia menceritakan tentang keadaan rimba persilatan daratan lengah, bahkan juga memberitahukan pada kami bahwa ilmu Nona Pek bersumber dari kitab Kui Goan Pit Cek peninggalan Thian Ki Cinjin, maka dia membujuk kami ke daratan tengah untuk membalas dendam, Oleh karena itu, aku diutus ke daratan tengah untuk menyelidiki jejak Nona Pek. Tadi aku mendengar suara Yang Khim, timbullah dugaanku Nona adalah Pek Yun Hui." "Kini Cianpwee sudah tahu bahwa aku adalah Pek Yun Hui, lalu Cianpwee akan bagaimana?" Tanya Pek Yun Hui dingin. "Sungguh beruntung aku bertemu di sini," Jawab Tan Cun Goan sambil tertawa. "Lalu harus bagaimana? Malam ini sungguh indah, kenapa harus mengotori ke-indahannya?" "Tadi Cianpwee sudah bilang, Souw Peng Hai mengunjungi Swat Ling San untuk minta bantuan, maka Cianpwee diutus kedaratan tengah untuk menyelidiki jejakku, sekarang aku sudah berada di hadapan Cianpwee, apakah Cianpwee akan melanggar perintah dari Swat Ling San?" "Aku tahu Nona Pek berkepandaian tinggi, maka aku baru mau memperingatkan Nona. Untuk apa Nona Pek mencampuri urusan rimba persilatan? itu amat berbahaya dan tiada harganya bagi Nona Pek," Ujar Tan Cun Goan. "Cianpwee!" Sela Bee Kun Bu. "Aku tidak mengerti, Cianpwee bilang Kakak Pek berkepandaian tinggi, tapi juga mengatakan akan berbahaya dan tiada harganya bagi Nona Pek, itu bagaimana menjelaskannya? Kalau pihak Swat Ling KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ San bersedia membantu Souw Peng Hai untuk menyerbu kedaratan tengah, apakah kami harus berpeluk tangan?" "Saudara Bee tidak tahu, nona Pek selalu bertindak secara terang-terangan, itu membuatku kagum dan salut, maka aku melanggar perintah memperingatkan Nona Pek, agar Nona Pek tidak menempuh bahaya," Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo Perintah Maut Karya Buyung Hok Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo