Bangau Sakti 70
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 70
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung Pek Yun Hui terkejut, tapi masih sempat meloncat ke depan, Piauwsu itu memburunya dengan gerakan Sing Goat Kiau Hui (Bulan Dan Bintang Memancarkan Cahaya), Akan tetapi, Pek Yun Hui pun langsung mengerahkan Ngo Heng Mie Cong Pu untuk menghindar Tampak badan Pek Yun Hui berkelebat laksana kilat, dan seketika juga sudah menghilang dari hadapan piauw-su itu. Pada waktu bersamaan, berkelebat pula sosok bayangan lain, ternyata pemuda itu, Tangannya menggenggam sebatang ranting, justru telah menekan golok piauwsu itu. Wajah piauwsu itu merah padam, lalu mengerahkan tenaganya untuk mengangkat go!oknya, namun tidak berhasil Ketika melihat pemuda itu berkepandaian ting-gi, Pek Yun Hui pun girang bukan main. "Ekspedisi Thian Liong sudah cukup terkenal, tapi kenapa kalian berdua yang sudah ada umur malah bertempur dengan anak kecil?" Tanya pemuda itu membentak keras. Begitu mendengar pemuda itu mengatakan Pek Yun Hui adalah anak kecil, seketika juga ia mendengus dan sekaligus berseru. "Hei! Apakah engkau kakek-kakek?" Pemuda itu tertawa gelak, kemudian mendadak menggerakkan ranting membentuk sebuah lingkaran Golok piauwsu itu juga ikut bergerak membentuk sebuah lingkaran pu!a. "Ha ha!" Pemuda itu tertawa lalu membentak "Lepaskan golokmu!" Golok itu terlepas dari tangan piauwsu, sehingga piauwsu itu termundur dengan wajah berubah. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Bedebah! Tinggalkan...." Piauwsu itu ingin mengucap "Tinggalkan namamu", namun sebelum usai mengucapkan itu, ranting di tangan pemuda itu pun sudah bergerak secepat kilat menotok Pit Keng Hial piauw.su itu, dan seketika juga piauwsu itu berdiri mematung di tempat. "Saudara kecil!H ujar pemuda itu pada Pek Yun Hui sambil tersenyum. "Sungguh besar nyalimu, berani bertarung dengan orang-orang ekspedisi Thian Liong! Apakah engkau tidak tahu, bahwa kepala piauwsu bendera putih bernama Yap Yong Ceng dengan julukan Cu Bo Sin Tan berada di Sih Tong?" "Aku memang ingin cari gara-gara, kenapa engkau yang kalut?" Sahut Pek Yun Hui. Sahutan yang kasar itu tidak membuat pemuda itu gusar, sebaliknya malah tertawa. Pek Yun Hui pula yang jadi gusar, sehingga melototinya. "Kenapa tertawa?" Tanyanya ketus. "Wuah!" Pemuda itu tertawa lagi. "Jangan-jangan engkau darah tinggi!" Mendadak pemuda itu melangkah maju, lalu menggerakkan rantingnya membentuk beberapa buah lingkaran kecil, langsung mengarah muka Pek Yun Hui. Pek Yun Hui sama sekali tidak menyangka pemuda itu akan menyerangnya, otomatis membuatnya terkejut sekali, dan sudah tiada kesempatan baginya untuk berkelit Di saat muka Pek Yun Hui akan tergores oleh ranting itu, tiba-tiba pemuda tersebut tertawa sambil meloncat mundur Pek Yun Hui tertegun. Setelah pemuda itu meloncat mundur, barulah ia tahu kalau pemuda itu cuma ingin menakutinya saja, seketika juga darahnya naik, dan secepat kilat menyerang pemuda itu dengan pedangnya. "Eeceh! Celaka!" Teriak pemuda itu sambil tertawa. "Saudara kecil betul-betul sudah marah! Celaka! Celaka...." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Walau sudah berulang kali diserangnya, tapi pemuda itu tetap dapat berkelip lagi pula Pek Yun Hui tidak bermaksud melukainya, maka memperhitungkan setiap serangannya, Akan tetapi, sudah menyerangnya tujuh kali, masih tidak dapat menyentuh ujung baju pemuda itu. Dapat dibayangkan betapa penasarannya Pek Yun Hui. "Coba sambut lagi tiga seranganku!" Bentak Pek Yun Hui. ia menyerang pemuda itu tiga kali beruntun mengeluarkan jurus-jurus yang dipelajarinya dari Kui Goan Pit Cek, yakni jurus Jit Cut Tong Hong (Matahari Terbit di Timur), Giok Touw Sia Sen (Kelinci Meloncat Miring) dan Kim Ciauw Si Cen (Burung Emas Tenggelam Di Barat). pemuda itu terus berkelit, akan tetapi jurus ke tiga itu membuatnya tidak dapat berkelit lagi. sedangkan pedang Pek Yun Hui justru mengarah ke dada pemuda itu. Pek Yun Hui terkejut bukan main. ia ingin menghentikan pedangnya, tapi sudah tidak keburu dan yakin dada pemuda itu akan terluka oleh pedangnya. Disaat yang amat kritis, mendadak pemuda itu menggerakkan rantingnya menyabet pedang Pek Yun Hui. Plak! Pek Yun Hui merasa ada tenaga yang amal besar menangkis pedangnya, Walau demikian, baju bagian dada pemuda itu telah terkoyak juga oleh pedang Pek Yun Hui. Gadis itu segera meloncat mundur, kemudian tanyanya cemas dan penuh perhatian "Bagaimana? Apakah dadamu terluka7" "Untung tidak!" Sahut pemuda itu sambil tertawa. "Engkau juga sih!" Pek Yun Hui menyalahkannya. "Mendesak orang turun tangan." "Oh?" Pemuda itu menatapnya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kalau engkau terluka, entah bagaimana baiknya?" Gumam Pek Yun Hui dan tersentak, kenapa ia begitu menaruh perhatian padanya? Wajah Pek Yun Hui langsung memerah. "Eh? Saudara kecil!" Pemuda itu tampak tereengang. "Kenapa engkau? Kok seperti anak gadis saja?" "Aku...." Pek Yun Hui agak tergagap. "Aku khawatir akan melukaimu, itu kan tidak baik." "Dadaku hampir tertusuk oleh pedangmu," Ujar pemuda itu. "Saudara kecil, ilmu pedangmu sangat luar biasa, Entah siapa gurumu?" "Maaf!" Sahut Pek Yun Hui. "Guruku melarangku menyebut namanya." "Kalau begitu sama," Ujar pemuda itu sambil menarik nafas. "Guruku pun melarangku memberitahukan namanya pada siapa pun!" "Oh!" Pek Yun Hui gembira. "Baguslah kalau begitu! Kita pun tidak usah saling bertanya asal-usul." "Benar." Pemuda itu mengangguk, lalu maju ke hadapan Pek Yun Hui, dan sekaligus memegang bahunya. Pek Yun Hui ingin mengelak, tapi mendadak ia ingat akan dirinya yang menyamar sebagai anak lelaki, maka ia membiarkan pemuda itu memegang bahunya. Akan tetapi, hatinya justru berdebar-debar tidak karuan. "Saudara kecil!" Ujar pemuda itu. "Aku kagum padamu, sebab engkau berani melawan orang-orang ekspedisi Thian Liong itu. Nah, bagaimana kalau kita jadi ieman"."" "Baiklah." Pek Yun Hui mengangguk. "Namaku Sie Bun Yun, namamu?" "Namaku Pek Yun Hui." "Bagus! Bagus!" Sie Bun Yun tertawa gembira. "Nama kita sama-sama ada Yunnya!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Mendengar itu, wajah Pek Yun Hui tampak memerah, itu membuat Sie Bun Yun terheran-heran, tapi kemudian tertawa gelak. "Saudara kecil! Kenapa engkau begitu pemalu? Aku omong sedikit wajahmu sudah memerah! Dasar...." "Dasar apa?" Pek Yun Hui cemberut "Siapa yang seperti mukamu begitu tebal sih?" "Eh?" Sie Bun Yun menatapnya sambil menggaruk-garuk kepala. "Kok anak lelaki bisa cemberut? Jangan-jangan engkau terlampau dimanjakan!" "Omong sembarangan!" "Ohya! Saudara kecil mau ke mana?" "Entahlah." Pek Yun Hui menggelengkan kepala. "Kemana pun boleh." "Kalau begitu, kebetulan aku akan ke Cui Cuk San Cung (Perkampungan Cui Cuk) di kaki gunung Thian Muk San. Aku ke sana untuk menemui pamanku, dua hari lagi beliau akan merayakan ulang tahunnya ke enam puluh, Bagaimana kalau engkau ikut aku ke sana?" "ltu.-" Pek Yun Hui tampak ragu. "Engkau pasti mau kan?" Sie Bun Yun tertawa, lalu mendadak menarik Pek Yun Hui menuju ke tempat kudanya ditambah Setelah berada di sisi kuda itu, tiba-tiba Sie Bun Yun merangkul pinggangnya, dan sekaligus mengangkatnya ke punggung kuda. "Eeeeh?" Wajah Pek Yun Hui memerah. ia telah duduk di atas punggung kudanya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sambil tersenyum, Sie Bun Yun pun meloncat ke punggung kuda lain, lalu memandang Pek Yun Hui seraya berseru. "Ayohlah! Mari berangkat kok malah melamun?" Pek Yun Hui mengangguk Ternyata tadi ia masih memikirkan pemuda itu merangkul pinggangnya, itulah yang membuat jantungnya nyaris copot "" Bagian ke dua puluh delapan perkampungan Cui Cuk San Cung Dalam perjalanan menuju perkampungan Cui Cuk, tak henti-hentinya Sie Bun Yun menceritakan tentang rimba persilatan Pek Yun Hui mendengarkan dengan penuh perhatian dan semakin tertarik pada Sie Bun Yun. Sarnbil bereerita, Sie Bun Yun selalu tertawa-tawa dengan wajah berseri Memang tidak salah, pemuda itu memang pe-riang. Kira-kira dua jam kemudian, mereka sudah tiba di kaki gunung Thian Muk San, dan mulai memasuki Cui Cuk San Cung. justru sungguh mengherankan karena tempat tersebut ditumbuhi bambu hijau, Tiba-tiba Sie Bun Yun menarik nafas. "Saudara kecil, sejak kecil aku tidak punya orang tua, paman yang membesarkanku, beliau adalah adik a!marhumah ibuku, Setelah berusia dua belas tahun, aku ikut guru pergi, Enam tahun kemudian yakni hari ini, aku baru kembali di sini, dan tempat ini kelihatan tidak berubah sama sekali." "ltu tentu." Pek Yun Hui tersenyum "Dalam enam tahun, bagaimana ada perubahan?" Sie Bun Yun tertawa misterius, dan Pek Yun Hui menatapnya heran. "Kenapa engkau tertawa?" Tanyanya. "Aku tahu, Cui Cuk San Cung ini memang tidak berubah, namun ada seseorang justru telah berubah." "Maksudmu?" Pek Yun Hui merasa bingung. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Ketika aku meninggalkan Cui Cuk San Cung ini, adik misan perempuanku baru berusia sebelas tahun, Kini dia sudah berusia tujuh belas tahun, Dalam kurun waktu enam tahun, bukankah dia telah berubah?" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Jawab Sie Bun Yun memberitahukan "Dia pasti sudah besar sekarang." Begitu mendengar itu, timbullah perasaan aneh dalam hati Pek Yun Hui, lagi pula ketika Sie Bun Yun menyinggung adik misan perempuannya, wajahnya pun tampak berseri-seri. "Oooh!" Pek Yun Hui tersenyum hambar "Enam tahun lalu ketika aku mau pergi, dia.,, dia menangis tersedu-sedu," Ujar Sie Bun Yun sambil tersenyum "Pada waktu itu, dia cuma merupakan gadis cilik yang masih ingusan, entah bagaimana dia kini?" Semakin mendengar, hati Pek Yun Hui pun semakin tertusuk, maka ia berpaling ke tempat lain. "Saudara kecil!" Sie Bun Yun tersenyum "Engkau pun akan bertemu dengannya." "Oh?" Sesungguhnya di saat itu, Pek Yun Hui hampir menangis, tapi ia masih berusaha menahan air matanya agar tidak mengalir Serrrt! Serrrrt! Mendadak di rimba bambu itu muncul dua orang lelaki, mereka menjura sambil berkata. "Tamu harap memberitahukan nama, agar kami pergi melapor!" "Ha ha!" Sie Bun Yun tertawa gelak. "Ei! Tan I.o Sam. sungguhkah engkau tidak mengenaliku !agi?" Yang dipanggil Tan Lo Sam itu terkejut lalu menatap Sie Bun Yun dengan penuh perhatian "Hah? A Yun! Engkau sudah pulang! Nona amat rindu padamu! Ayoh, cepat masuki Cepat masuk!" Serunya girang. "Di mana piauw moyku (Adik misan perempuan)?" Tanya Sie Bun Yun sambil tertawa gembira. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Beberapa hari banyak tamu ke mari, maka nona sedang sibuk, A Yun akan tahu setelah masuk ke dalam." Wajah Sie Bun Yun masih berseri-seri, lalu meloncat turun, dan segera melesat ke dalam sejauh tiga depa, Mendadak ia berhenti sambil membalikkan badannya lalu memandang Pek Yun Hui seraya berkata. "Saudara kecil, mari ikut aku!" Pek Yun Hui melihat dia begitu girang ketika mendengar tentang piauw moynya, bahkan nyaris melupakannya pula, Betapa dukanya dalam hati, karena itu sahutnya dingin. "Engkau masuk duluan, aku akan segera menyusul." "Saudara kecil! Di Cui Cuk San Cung kita tidak begitu gampang masuk," Ujar Sie Bun Yun sambil tersenyum. "Cepatlah ikut aku ke dalam!" Hati Pek Yun Hui sedang kesal, maka ketika mendengar itu ia pun amat penasaran, dan ujarnya kelus. "Aku justru ingin masuk seorang diri. Engkau tidak usah perduli." "Wuah!" Sie Bun Yun menggeleng-gelengkan kepala. "Engkau mulai naik darah lagi! Baiklah, aku masuk du!uan." Sie Bun Yun melesat ke dalam, tak lama ia sudah tidak kelihatan lagi, Begitu melihat dia sungguh tidak memperdulikannya, hati Pek Yun Hui semakin berduka, lalu masuk ke dalam dengan menunggang kudanya, Akan tetapi, mendadak muncul beberapa orang menghadang-nya. "Harap siauhiap turun dari kuda!" Ujar salah seorang. Pek Yun Hui yang sedang mendongkol itu, justru tiada tempat untuk melampiaskannya, kebetulan muncul beberapa orang itu menghadang, maka seketika juga ia melampiaskannya. "Aku senang menunggu kuda ke dalam, kalian mau apa?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Beberapa orang itu saling memandang, Mereka ter-heranheran kenapa pemuda berbaju hijau itu tak tahu aturan sama sekali? Namun mereka tahu bahwa pemuda tersebut teman Sie Bun Yun, maka mereka tidak berani berlalu kurang ajar terhadapnya, Kemudian salah seorang segera menjura sambil berkata ramah. "Kalau siauhiap terus ke dalam, di situ cuma ada jalan setapak yang tak dapat dilalui kuda, Karena itu, lebih baik kuda siauhiap diserahkan pada kami saja." Karena orang itu berlaku sopan dan ramah, maka Pek Yun Hui pun merasa tidak enak kalau berkeras kepala. ia tersenyum dingin sambil meloncat turun, kemudian melesat ke dalam, Semakin ke dalam semakin sempit pula jalan yang dilaluinya. Berselang beberapa saat kemudian, ia berhenti sambil mengerutkan kening, Ternyata di hadapan terbentang sebidang tanah kosong, dan terdapat empat buah jalan. Pek Yun Hui mendongakkan kepala memandang ke depan. Di sana hanya tampak ada pohon bambu yang linggitinggi, tidak tampak rumah sama sekali, Gadis itu tampak kebingungan, karena tidak tahu harus mengambil jalan yang mana, Akhirnya ia sembarangan memilih sebuah jalan, Setelah melangkah kurang lebih sepuluh depa, ia pun merasakan adanya gelagat tidak beres. pohon bambu semakin jarang, tapi jalanan yang dilaluinya juga semakin berliku-liku dan banyak tikungan-nya. Tak seberapa lama kemudian, Pek Yun Hui mengira dirinya sudah keluar dari jalanan itu. Akan tetapi, setelah diperhatikannya, ternyata ia masih tetap berada di tempat semula. Pek Yun Hui tahu, kini dirinya berada di dalam semacam formasi, Pantas tadi Sie Bun Yun mengatakan tidak gampang KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ memasuki Cui Cuk San Cung ini, tidak tahunya ada semacam formasi di tempat ini. Dia tinggal pergi menemui piauw moynya, dan dibiarkan dirinya tersesat di tempat ini. Gadis itu berduka sekali, bahkan juga tampak kesal ia mulai melangkah lagi, tapi tetap tidak bisa keluar dari tempat itu. Akhirnya ia mencabut pedangnya, kemudian mendadak membabat sebatang bambu yang berukuran besar. Braak! Pohon bambu itu langsung tumbang. Ketika ia baru mau membabat pohon bambu lain, tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring. "Bocah liar dari mana, berani mengacau di Cui Cuk San Cung? Engkau harus diberi sedikit pelajaran!" Tampak berkelebat sosok bayangan laksana kilat. Pek Yun Hui mendengus dingin sambil mundur selangkah Di hadapannya telah berdiri seseorang, ternyata seorang gadis. Usia gadis itu sebaya dengan Pek Yun Hui, amat cantik tapi wajahnya tampak gusar sekali. ia terus melototi Pek Yun Hui, lama sekali barulah berianya. "Siapakah kau?" "Kenapa engkau harus tahu siapa aku?" Sahut Pek Yun Hui dingin. "Engkau lelah menumbangkan sebatang pohon bambu, kok masih berani bersikap begitu kasar?" Gadis itu melotot lagi. "Aku senang menumbangkan semua pohon bambu yang ada di sini, engkau mau apa?" Pek Yun Hui mengayunkan pedangnya. Braaak! Tampak sebatang pohon bambu tumbang lagi. "Bagus!" Gadis itu gusar sekali. "Dasar bocah liar! Engkau dideking oleh siapa sehingga berani mengacau di sini? Apakah Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Pek Yun Hui tahu nama tersebut dari Sie Bun Yun, karena masih dalam keadaan kesal, maka ia pun sengaja menjawab demikian. "Tidak salah! Aku adalah paman gurunya!" "Hah?" Gadis itu tertegun. "Engkau punya hubungan apa dengan orang itu?" "Aku adalah paman gurunya! Engkau tidak dengar ya?" Sahut Pek Yun Hui. Mendadak gadis itu tertawa cekikikan sambil memegang perut, sebaliknya Pek Yun Hui malah melototinya. Perlu diketahui, Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng berkedudukan tinggi di rimba persilatan, bagaimana mungkin punya paman guru yang masih begitu muda? "Phui! jangan omong besar!" Bentak gadis itu. "Kalau engkau adalah orang ekspedisi Thian Liong, maka kesalahanmu pun bertambah! Tapi mengingat usiamu masih muda, aku akan bermohon pada ayahku agar meringankan hukumanmu! Ayoh, mari ikut aku!" "Berdasarkan apa aku harus mengikutimu?" Sahut Pek Yun Hui dingin. "Untung aku yang menemukanmu, kalau ditemukan orang lain, mungkin engkau sudah ditangkap! Ei! Kok tidak mau dengar perkataan ku ?" "Ha ha!" Pek Yun Hui tertawa. "Aku justru tidak pereaya, ada kelihayan apa di Cui Cuk San Cung ini!" "Hei, bocah liar!" Air muka gadis itu berubah. "Eng-kau sungguh bermulut besar! Aku beritahukan, ayahku tidak akan bergabung dengan partai Thian Liong! Kalian jangan bermimpi, mau ikut aku tidak?" Setelah itu, gadis tersebut pun mengeluarkan senjatanya yang berupa tongkat trisuIa. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Bagus!" Seru Pek Yun Hui. "Mau berkelahi ya? Aku lihat engkau masih berbau pupur, maka aku akan mengalah tiga jurus padamu!" Wajah gadis itu langsung memerah, lalu maju sambil menyerang Pek Yun Hui dengan jurus Tok Coh Yu Hong (Duduk Tenang Seorang Diri), ujung tongkat trisu!a itu mengarah dada Pek Yun Hui. Pek Yun Hui segera melintangkan pedangnya, kemudian mengerahkan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu (litnu Langkah Ajaib) menghindari serangan itu, Setelah itu, mendadak ia menggerakkan pedangnya menyerang gadis itu, Yang dikeluarkannya adalah jurus Ombak Laut Men-deru Balik. Betapa terkejutnya gadis itu, sebab mendadak pemuda berbaju hijau itu menghilang dari hadapannya, Lebih terkejut lagi pedang pemuda berbaju hijau itu telah mengarah lengan kirinya. Secepat kilat gadis itu mengayunkan tongkat trisu!a~ nya. ia mengeluarkan jurus Cui Cuk Yauw Ih (Bambu Hijau BergoyangCepat), pedang Pek Yun Hui tertangkis. "Bagus!" Seru Pek Yun Hui memujinya. Setelah pedangnya tertangkis, Pek Yun Hui pun langsung menggerakkan pedangnya menyabet pinggang gadis itu dengan jurus Yang Hui Touw Coan (Matahari Berputar). Gadis itu berkelit, tapi Pek Yun Hui merubah jurus itu dengan jurus Seng Cah Put Cih (Berhambur Tak Teratur), Tampak berkelebatan sinar pedang mengitari badan gadis itu. Terkejutlah gadis tersebut, lalu secepat kilat meloncat mundur Akan tetapi, tangan kiri Pek Yun Hui justru ikut menyerang laksana kilat, ia menggunakan jurus Fan Yun Fan Ih (Awan Dan Hujan Berbalik), yaitu salah satu jurus dari Kui Goan Pit Cek, tergolong ilmu mencengkeram. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Gadis itu sama sekali tidak menduga akan serangan tersebut, lagi pula jurus itu sangat aneh, sehingga gadis tersebut tidak dapat berkelit. "Ha ha!" Pek Yun Hui tertawa sambil memperlihatkan sekuntum bunga yang di tangannya, Ternyata bunga itu tadi menghias di rambut gadis tersebut, tapi kini telah berpindah ke tangan Pek Yun Hui. "Kepandaianmu sungguh hebat!" Disindir demikian, wajah gadis itu langsung memerah ia membentak keras sambil mengerahkan ilmu an-dalannya, Tampak tongkat trisulanya berkelebatan menyerang ke arah Pek Yun Hui. Pek Yun Hui juga segera mengerahkan ilmu pedang andalannya, maka terjadilah pertarungan yang amat seru dan dahsyat Gadis itu mati-matian menyerang Pek Yun Hui, lantaran ingin menebus kekalahannya tadi, sedangkan Pek Yun Hui juga ingin menundukkan gadis itu, sehingga ia pun balas menyerang dengan hebat. Ketika mereka bertarung dengan seru dan sengit, mendadak muncul seorang tua dan seorang pemuda sambil membentak "Berhenti, anak Hung!" "Adik Hung, cepat berhenti!" Pek Yun Hui tahu, bahwa pemuda itu adalah Sie Bun Yun, dan seketika ia tersentak sadar, gadis yang sedang bertarung dengan dirinya tidak lain adalah adik misan perempuan Sie Bun Yun itu. Setelah mendengar suara bentakan itu, Pek Yun Hui pun segera mengerahkan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu, tahu-tahu ia sudah berdiri beberapa depa dari gadis tersebut "Gerakan yang sungguh indah dan hebat!" Orang tua itu mengeluarkan suara pujian Pek Yun Hui segera mengarah pada orang tua itu, berbadan tinggi besar dan sepasang matanya menyorot tajam. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sedangkan Sie Bun Yun langsung mendekati gadis itu dengan wajah berseri "Adik Hung, engkau masih ingat padaku?" Tanyanya. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Engkau...." Gadis itu menatap Sie Bun Yun dengan penuh perhatian, lalu berseru girang. "Aku ingat! Engkau adalah kakak A Yun!" Gadis itu memang berseru girang, tapi sama sekali tidak mengandung cinta kasih, itu membuat Pek Yun Hui membatin "Sie Bun Yun, mungkin engkau akan kecewa, karena adik misan perempuan itu telah melupakan masa kecilnya denganmu." "Adik Hung!" Sie Bun Yun tertawa gembira. "Syu-kurlah engkau masih ingat, sudah enam tahun, aku pasti sudah banyak berubah kan?" "Tidak," Sahut gadis itu sambil tersenyum. "Engkau tetap begitu." Sie Bun Yun menjulurkan tangannya menggenggam tangan gadis itu, namun gadis tersebut justru mengelak Sie Bun Yun tertegun Kemudian ia baru sadar bahwa adik misan perempuannya itu telah besar, bagaimana mungkin sembarangan menggenggam tangannya seperti ketika masih kecil? "Ayah!" Gadis itu mendekati orang tua itu. "Orang itu... menghinaku." Orang tua itu membelai-belai rambut gadis tersebut dengan penuh kasih sayang seraya berkata. "Saudara kecil itu adalah teman A Yun, bagaimana mungkin dia akan menghinamu?" "TapL.," Gadis itu membanting-banting kaki. "Dia jahat sekali!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Oh?" Orang tua itu tertawa gelak. "Bagaimana jahatnya dan bagaimana dia menghinamu? Beritahukanlah!" Gadis itu menoleh memandang Pek Yun Hui, tetapi kegusaran Pek Yun Hui telah reda, maka ia menatap gadis itu sambil tersenyum-senyum. Tertegunlah gadis itu, bahkan hatinya pun berdebar-debar tidak karuan ditatap dengan cara begitu. "Dia... dia... dia...." Gadis itu tergagap dengan wajah memerah. Menyaksikan putrinya tergagap-gagap, orang tua itupun melongo, lalu berkata dengan suara rendah. "Anak Hung! Beritahukanlah! Kenapa dia?" "Dia... dia begitu turun tangan, langsung... langsung merebut bunga yang menghiasi di rambutku," Jawab gadis itu setengah berbisik dengan wajah tampak kemerah-merahan. "Eh?" Orang tua itu memandang rambut putrinya. "Jangan omong sembarangan, bukankah bunga itu masih menghias di rambutmu?" Gadis itu tertegun, lalu cepat-cepat meraba ram-butnya. Ternyata bunga itu memang menancap di rambutnya, Heranlah gadis itu, kemudian memandang Pek Yun Hui. justru Pek Yun Hui memperlihatkan wajah setan untuk menggodanya. Gadis itu tak tertahan dan langsung tertawa geli. "Ayah!" Ujar gadis itu manja. "Aku salah ingat!" "Kalau begitu...." Orang tua itu tertawa terbahak-bahak "Harus dipukuI." Kenapa bunga itu bisa menancap lagi di rambut gadis tersebut? Ternyata ketika melewati sisi gadis itu, dengan gerakan kilat Pek Yun Hui menancapkan bunga itu ke rambut nya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Saudara Bun Yun, mereka berdua adalah..." Tanya Pek Yun Hui. "Saudara kecil! ini adalah adik misan perempuan-ku.,.," Sebelum Sie Bun Yun usai memperkenalkan gadis itu segera menyambung. "Namaku Ling Hung, Bocah liar, bolehkah aku tahu namamu?" "Eh? Anak Hung, jangan kurang ajar!" Tegur orang tua ilu. "Bocah liar bernama Pek Yun Hui," Sahut Pek Yun Hui sambil tersenyum. "Ha ha!" Orang tua itu tertawa gelak "Engkau masih muda, namun sudah berkepandaian tinggi, Aku kagum sekali Sudah lama aku mengundurkan diri dari rimba persilatan, tak disangka dalam Bu Lim telah muncul pendekar muda, Bagaimana kalau ikut aku ke dalam Cui Cuk San Cung untuk bereakap-cakap?" Tapi...." Wajah Pek Yun Hui agak kemerah-me-rahan. "... aku ke mari tidak membawa kado, sebaliknya malah telah menumbangkan dua batang pohon bambu." Siapa orang tua itu? Tidak lain adalah majikan Cui Cuk San Cung Ling Kie Ngiap, julukannya adalah Cui Cuk Cin Ong (Orang Tua Sakti Bambu Hijau). Ketika mendengar Pek Yun Hui berkata begitu, ia pun tertawa terbahak-bahak "ltu tidak apa-apa," Ujarnya. "Saudara kecil tidak usah berlaku sungkan-sungkan, itu akan membuat pamanku jadi tidak enak," Sela Sie Bun Yun. "Baiklah." Pek Yun Hui mengangguk "Aku memang sangat kagum akan Cui Cuk San Cung ini." Ling Kie Ngiap tersenyum, lalu mengayunkan kaki-nya. sedangkan yang lain segera mengikutinya dari be-lakang. Keluar dari rimba bambu dan berbelok lagi beberapa kali, tampaklah puluhan rumah di sana, Namun sungguh KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ mengherankan, semua rumah itu dibikin dari bambu. Ling Kie Ngiap mengajak Pek Yun Hui menuju rumah bambu yang paling besar, yaitu tempat tinggal orang tua tersebut Setelah berada di ruang depan, Pek Yun Hui melihat semua kursi meja juga dibikin dari bambu, dan tampak belasan orang duduk di situ. Ling Kie Ngiap lalu memperkenalkan mereka pada Sie Bun Yun dan Pek Yun Hui, Para tamu itu merupakan pesilat yang terkenal di rimba persilatan. Nama Pek Yun Hui masih begitu asing bagi para tamu, maka mereka pun tidak begitu memperdulikannya, sebaliknya malah terus mengobrol dengan Sie Bun Yun. Pek Yun Hui berdiri salah tingkah di situ. Tiba-tiba ia mendengar suara yang amat merdu. "Bocah liar! Kenapa engkau tidak menghiraukan aku? Masih marah padaku ya?" Pek Yun Hui menoleh, tampak Ling Hung berdiri di belakangnya, sepasang matanya penuh mengandung cinta kasih menatap Pek Yun Hui. Hati Pek Yun Hui tersentak, karena ia tadi melihat Ling Hung bersikap acuh tak acuh terhadap Sie Bun Yung, namun terhadap dirinya justru begitu. Di saat itu, tiada kesempatan bagi Pek Yun Hui untuk menjelaskan maka terpaksalah ia tersenyum. "Bagaimana mungkin aku marah?" Sahut Pek Yun Hui. "Apakah engkau tidak merasa kesal kupanggil anak liar?" Tanya Ling Hung sambil tersenyum "Tentu tidak." Pek Yun Hui tersenyum lagi "Aku sebal berdiri di sinl.,." Tiba-tiba wajah Ling Hung kemerah-merahan. "Bagaimana kalau kita duduk di tempat lain?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Pek Yun Hui merasa tidak enak menolak, maka mereka lalu duduk di sudut kiri ruangan itu, Celaka! Seru Pek Yun Hui dalam hati. Kalau ini terus berlanjut, pasti akan menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan, maka lebih baik malam ini kabur saja! Setelah berpikir begitu, Pek Yun Hui jadi tenang, Akan tetapi kalau ia pergi malam ini, otomatis akan berpisah dengan Sie Bun Yun, itu juga membuatnya jadi ragu lagi. Sie Bun Yun merupakan pemuda tampan, periang dan memiliki kepandaian tinggi Begitu melihatnya, Pek Yun Hui sudah terkesan baik padanya, bahkan amat tertarik pu!a. Ketika teringat pada Sie Bun Yun, Pek Yun Hui pun diam dengan kening berkerul-kerut. sedangkan Ling Hung yang duduk di hadapannya terus memandangnya seperti kehilangan sukma. "Nona Ling, aku sedang memikirkan kakak misan-mu," Ujar Pek Yun Hui memberitahukan "Kenapa memikirkannya?" Tanya Ling Hung heran "Dia bilang padaku, enam tahun yang lalu ketika dia mau meninggalkan perkampungan ini, engkau menangis tersedusedu merasa berat berpisah dengannya, Ya, kan?" Sahut Pek Yun Hui. "ltu urusan anak kecil" Wajah Ling Hung memerah. "Kenapa diungkit kembali?" "Nona Ling...." Diam-diam Pek Yun Hui menarik nafas panjang. "Kakak misanmu sudah pulang sekarang, engkau tidak merasa gembira?" Ling Hung menundukkan kepala, namun kemudian mendongak seraya berkata. "Aku gembira." Legalah hati Pek Yun Hui, tapi Ling Hung segera melanjutkan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Aku gembira karena dia datang bersamamu." Ling Hung adalah anak gadis, dia mengucapkan begitu tentunya secara tidak langsung mencurahkan pe-rasaannya. Tersentaklah Pek Yun Hui, dan segeralah ia menggenggam" Tangan gadis itu. Wajah Ling Hung memerah dan tampak tersipu, dan sepasang matanya yang bening terus menatap Pek Yun Hui. Kenapa Pek Yun Hui menggenggam tangannya? Ternyata ia ingin menjelaskan tentang dirinya, Namun pada waktu bersamaan teringat pula akan pesan gurunya, jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa dirinya seorang wanita. Kini ia masih belum tahu siapa majikan Cui Cuk San Cung itu, bagaimana mungkin boleh sembarangan membocorkan tentang dirinya? Oleh karena iiu, ia cuma menggenggam tangan Ling Hung tanpa memberitahukan apa pun. Disaat itulah terdengar suara seruan "Adik Hung, di mana kau?" Ternyata suara Sie Bun Yun. "Saudara Bun Yun, Nona Ling berada di sini!" Sahut Pek Yun Hui. Sie Bun Yun menghampiri mereka sambil tersenyum, tetapi ketika melihat mereka berduaan, ia pun tertawa sambil berkata. "Wuah! Tempat ini memang sepi! Adik Hung, dalam enam tahun ini, bagaimana ilmu silatmu?" "Biasa saja," Jawab Ling Hung dengan wajah agak memerah dan bertanya. "Kak A Yun, bagaimana cara engkau berkenalan dengan Saudara Yun Hui?" "Aku mengenal saudara kecil ketika saudara kecil ini bertempur dengan dua orang piauwsu ekspedisi Thian Liong," Jawab Sie Bun Yun memberitahukan sambil tertawa. "Kedua piauwsu itu masih berdiri mematung di tempat itu." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Bagus! Bagus!" Ling Hung bertepuk tangan. "Me-reka memang harus dipukul." Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Nona Ling!" Pek Yun Hui tersenyum. "Kenapa engkau begitu membenci orang-orang ekspedisi Thian Liong?" "Orang-orang ekspedisi Thian Liong, tiada satu pun yang baik," Sahut Ling Hung. "Sudah lama ayahku hidup menyendiri di sini, tapi Yap Yong Ceng mengutus orangnya ke mari beberapa kali mengajak ayahku bergabung dengan ekspedisi tersebut, namun ayahku menolak langsung." "Kalau begilu...." Kening Sie Bun Yun berkerut "Dia pasti tidak akan menyudahi begitu saja." "Benar." Ling Hung mengangguk "Kemarin dia masih mengutus orangnya mengantar kado ke mari. orangnya juga bilang dia akan ke mari menghadiri pesta ulang tahun ayahku, Siapa suka dia ke mari, dengar namanya saja aku sudah merasa sebal." "Kalau begitu celaka!" Ujar Sie Bun Yun sambil mengernyitkan kening. "Kenapa celaka?" Tanya Ling Hung dan Pek Yun Hui serentak. "Aku sama sekali tidak tahu tentang ini, tadi aku menotok jalan darah piauwsu itu, bahkan juga memberitahukan ke mana tujuanku, Kalau Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng tahu, bagaimana mungkin dia akan menyudahi urusan itu?" "Saudara Bun Yun boleh berlega hati," Ujar Pek Yun Hui. "Aku yang menimbulkan urusan itu, biar aku yang bertanggung jawab." "Saudara Yun Hui!" Sela Ling Hung. "Aku pasti membantumu." "Ha ha!" Sie Bun Yun tertawa. "Saudara kecil adik Hung! Kalian kira aku takut urusan?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ling Hung melotot, namun ketika ia baru mau membuka mulut, tiba-tiba mengalun suara orang berseru. "Kepala piauwsu bendera putih ekspedisi Thian Liong, Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng datang!" Suara seruan itu membuat hening suasana dalam ruangan tersebut, Pek Yun Hui bertiga segera melangkah ke pintu, Tampak seorang lelaki berusia empat puluhan berjalan ke dalam, Wajah orang itu agak kepucat-pucatan dan badannya tinggi kurus. Dua orang lelaki mengikutinya dari belakang, Wajah mereka kelihatan penuh diliputi kegusaran Pek Yun Hui tertegun melihat dua orang itu, sedangkan Sie Bun Yun segera berbisik. "Saudara kecil, ke dua orang itu ikut dalang juga." Ternyata ke dua . orang itu adalah piauwsu yang dipecundang mereka. Ketika berbisik, Sie Bun Yun pun mendekati Pek Yun Hui, itu membuat gadis tersebut merasa nyaman, namun juga timbul suatu perasaan aneh dalam hatinya, Apa yang akan terjadi di situ, ia sama sekali tidak memperhatikannya. Siapa lelaki tinggi kurus dan berwajah kepucat-pucatan itu, ternyata Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng, Kedudukannya di rimba persilatan cukup tinggi, maka ketika ia melangkah ke dalam, para tamu yang ada di ruangan itu pun segera bangkit berdiri menyambut ke-datangannya, Begitu pula Cui Cuk Sin Ong Ling Kie Ngiap, ia langsung menghampirinya sambil menjura. "Selamat datang!" Ucapnya. "Kenapa harus merepotkan Tuan untuk hadir?" "Hm!" Dengus Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Cengdingin. "Kalian semua duduklah! Saudara Ling, aku punya sedikit urusan ingin mohon petunjuk!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Di antara para tamu, terdapat juga orang yang terkenal terutama dua orang dari partai Hwa San. Mereka berdua adalah adik seperguruan Pat Pie Sin Ong, yakni To Pie Kim Kong-Thu It Kang dan Sam Ciu Ju Lay Cing Men, bahkan tampak pula murid dari partai Swat San dan partai Tiam Cong. Oleh karena itu, sikap Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng yang jumawa itu, membuat mereka merasa tidak senang, Namun mereka terpaksa diam, karena mereka merupakan tamu di Cui Cuk San Cung ini. LagipuIa mereka pun mendengar bahwa Kim Coa Suseng-Wang Han Siang yang sangat kesohor itu pun telah bergabung dengan Partai Thian Liong. Kedudukannya adalah kepala piauwsu bendera kuning di Ekspedisi Thian Liong, sedangkan pemimpin ekspedisi Thian Liong adalah Souw Peng Hai, setelah berhasil menundukkan Cuang Tong Si Chouw (Empat Manusia Buruk Cuang Tong), maka nama Souw Peng Hai semakin terkenal, sehingga para pesilat lain pun tidak berani cari gara-gara dengan ekspedisi Thian Liong. "Saudara Yap punya urusan apa?" Tanya Ling Kie Ngiap dan tetap berlaku sopan walau hatinya sudah mendongkol akan sikap Yap Yong Ceng. "He he!" Yap Yong Ceng tertawa terkekeh. "Tentu punya urusan penting!" Sementara Ling Hung menyaksikan gerak-gerik Yap Yong Ceng, sudah tidak sabaran, namun ketika ia baru mau meloncat ke hadapan orang itu, Pek Yun Hui telah menangkap tangannya dan berbisik "Nona Ling Hung, jangan menimbulkan urusan!" Padahal wajah Ling Hung penuh diliputi kegusaran, tapi begitu mendengar suara Pek Yun Hui, seketika juga wajahnya berubah berseri. "Apa yang engkau katakan memang benar," Sahutnya lembut. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Pek Yun Hui menarik nafas dalam hati, Kelihatannya gadis ini telah jatuh cinta padaku, Biar bagaimana pun malam ini aku harus kabur dari sini, Kalau tidak, pasti celakai Ujar Pek Yun Hui dalam hati. ia sama sekali tidak berani memandang Sie Bun Yun, sebab ia tahu, kalau ia memandangnya pasti tidak jadi meninggalkan Cui Cuk San Cung ini. Padahal Pek Yun Hui kenal Sie Bun Yun dan Ling Hung baru satu hari, namun dalam sehari ini, hubungan mereka justru kacau begini. "Ha ha!" Ling Kie Ngiap tertawa. "Apakah karena aku tidak mau bergabung dengan Partai Thian Liong, maka Saudara Yap ingin cari urusan di sini?" "He he!" Yap Yong Ceng tertawa aneh. "Banyak pesilat tinggi di dalam partai Thian Liong, Saudara Ling tidak mau bergabung juga tidak apa-apa!" "Kalau begitu, kenapa Saudara Yap masih ke mari?" Tanya Ling Kie Ngiap sambil mengerutkan kening. "Hm! Hm!" Dengus Yap Yong Ceng berulang kali. "Ekspedisi Thian Liong dengan Cui Cuk San Cung selama ini tiada pertikaian Kenapa engkau mengutus orang merobohkan ke dua orangku?" Setelah mendengar apa yang dikatakan Yap Yong Ceng, tertegunlah Cui Cuk Sin Ong-Ling Kie Ngiap. "Kenapa engkau mengatakan begitu?" Tanyanya heran Yap Yong Ceng tertawa dingin, kemudian menoleh ke belakang seraya bertanya pada ke dua orang itu. "Apakah mereka yang merobohkan kalian itu berada di sini?" Sebelum ke dua piauwsu itu menyahut, Pek Yun Hui sudah memunculkan diri, lalu berkata lantang. "Aku berada di sini!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Dia!" Kedua piauwsu itu segera menunjuknya. "Me-mang dia!" "Saudara Yun Hui!" Seru Ling Hung cemas. "Yap Yong Ceng itu sangat lihay, engkau jangan bertempur dengannya!" Setelah berseru, Ling Hung pun berlari ke sisi Pek Yun Hui. seketika juga Ling Kie Ngiap mengerutkan kening dan membentak "Anak Hung jangan banyak mu!ut!" Ling Hung langsung diam, namun masih melirik ke arah Pek Yun Hui. Setelah itu barulah menundukkan kepala. ***** Bab ke 29 - Banjir Darah di Cut Cuk San Cung KemuncuIan Pek Yun Hui justru membuat Ling Kie Ngiap terheran-heran, Maka ia menatapnya seraya bertanya. "Yun Hui! Ada kaitan apa dengan dirimu?" "Aku menunggang kuda seorang diri, mereka berdua menantang aku bertarung, Kepandaian mereka masih rendah maka roboh di tanganku! Mau bilang apa itu?" Jawab Pek Yun Hui. Ketika melihat kemunculan Pek Yun Hui yang ber-karisma, itu membuat Yap Yong Ceng tertegun Akan telapi, ketika mengingat ke dua anak buahnya dipecun-dang orang, seketika juga ia membentak "Sungguh besar omonganmu! Beranikah engkau menyambut sepuluh jurus seranganku di tempat ini?" "Kenapa tidak?" Pek Yun Hui menatapnya dingin. "Jadi engkau mau bertarung dengan aku?" Ling Kie Ngiap tahu akan kelihayah Yap Yong Ceng, maka orang tua itu khawatir Pek Yun Hui akan celaka di tangannya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Engkaujangan ceroboh!" Kemudian Ling Kie Ngiap memandang Yap Yong Ceng. "Saudara Yap, kenapa harus bertarung dengan kaum muda?" "Ha ha!" Yap Yong Ceng lertawa. "Cui Cuk Sin Ong, apakah engkau ingin mengalihkan urusan itu pada dirimu?" Sesungguhnya Ling Kie Ngiap sudah lama mengundurkan diri dari rimba persilatan, tentunya juga merasa enggan bertarung dengan siapa pun. Akan tetapi, kalau ia tidak turun tangan, bagaimana mungkin Pek Yun Hui mampu menghadapi Yap Yong Ceng? Mendadak ia mendengar suara tawa yang amat nyaring. "Ha ha ha!" Ternyata Pek Yun Hui yang tertawa. "Paman Ling, ini adalah urusanku, tak mungkin ditim-pakan pada diri Paman!" "BetuI! Harus berani menghadapi Yap Yong Ceng," Seru beberapa tamu yang tidak senang pada orang tersebut Begitu mendengar seruan itu, semangat Pek Yun Hui pun bertambah, dan seketika juga menghimpun Lwee-kangnya. "Yap Yong Ceng, lihat serangan!" Bentak Pek Yun Hui dan langsung menyerang tiga jurus beruntun. Ketiga jurus itu adalah Hui Liong Sam Sek (Tiga jurus Naga Sakti), yang dipelajarinya dari Kui Goan Pit Cek. Sungguh dahsyat dan aneh ke tiga jurus tersebut, mengarah pada jalan darah penting di tubuh Yap Yong Ceng. Yap Yong Ceng terkejut ketika melihat serangan-serangan, Pek Yun Hui. ia sama sekali tidak tahu ilmu pukulan apa itu. Karena tidak dapat memecahkan jurus-jurus tersebut, maka ia terpaksa mundur selangkah, lalu balas menyerang dengan jurus Tok Mien Hong Lan (Mendorong Dengan Angin Puyuh). Jurus ini penuh mengandung Lweekang, Maksudnya ingin membuat Pek Yun Hui terpental sementara para tamu sudah KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ bangkit berdiri, dan dengan mata tak berkedip mereka menyaksikan pertarungan itu. Akan tetapi, badan Pek Yun Hui bergerak menggunakan Ngo Heng Mie Cong Pu. Sebetum angin pukulan menyentuhnya, ia telah lenyap dan tahu-tahu sudah berdiri di belakang Yap Yong Ceng. pukulan Yap Yong Ceng menghantam tempat ko-song, dan menghancurkan beberapa kursi bambu di ruangan itu. Ketika ia baru mau membalikkan badannya, pada waktu bersamaan, dua pukulan Pek Yun Hui sudah mendarat di punggungnya. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pada waktu itu, Lweekang Pek Yun Hui masih belum begitu tinggi, maka pukulannya tidak merenggut nyawa Yap Yong Ceng, hanya membuatnya berkunang-kunang dan sempoyongan Yap Yong Ceng bertarung dengan kaum muda, sebetulnya telah mencemarkan kedudukannya, namun kini malah punggungnya harus menerima pukulan itu pula, Dapat dibayangkan, betapa malunya di saat itu. Trang! Yap Yong Ceng mencabut goloknya, kemudian tertawa aneh sambil menyerang Pek Yun Hui. Pek Yun Hui sudah tidak sempat mencabut pedangnya, tapi ia masih sempat mendengar suara bentakan Tampak empat orang melesat ke arah Yap Yong Ceng, bahkan tampak pula sebuah cambuk menangkis go!oknya. Yap Yong Ceng terpaksa menarik goloknya dan memandang, ternyata orang yang menggunakan cambuk menangkis goloknya itu seorang berpakaian pelajar berusia empat puluhan Dia adalah Phang Niap Kia dari Partai Tiam Cong, Satu lagi adalah Liauw Cin dan To Pie Kim Kong-Thu It Kang serta adik seperguruan Sam Ciu Ju Lay-Cing Men. Begitu melihat empat orang berkapandaian tinggi itu mengurungnya, Yap Yong Ceng tertawa gelak seraya berkata. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kalau Partai Tiam Cong dan partai Hwa San ingin cari urusan dengan ekspedisi Thian Liong, aku dan semua saudara-saudaraku di ekspedisi Thian Liong pasti menunggu kalian di Cing Pak! Kenapa kalian mau turut campur di sini?" "Phui!" Liauw Cin meludah. "Yap Yong Ceng, engkau tergolong orang yang berkedudukan tinggi di rimba persilatan Tadi engkau menantang sepuluh jurus, tapi tidak sampai empat jurus, malah sudah terkena pukulan lawan Kenapa tidak mau mengaku kalah?" "Omong kosong!" Bentak Yap Yong Ceng sambil tertawa. "Sebelum ada yang mati, bagaimana mungkin tahu siapa yang kalah dan yang menang?" "Dasar tak tahu malu!" Sela Ling Hung mendadak ia amat girang karena Pek Yun Hui dapat memukul punggung Yap Yong Ceng. "Sudah kalah masih omong besar!" Tiba-tiba Yap Yong Ceng memekik keras, lalu langsung mengayunkan goloknya dengan gerakan Yah Hwee Sauh Thian (Api Berkobar Membakar Langit) menyerang ke empat lawannya, serangan yang mendadak itu membuat ke empat orang lawannya terpaksa meloncat mundur. Setelah ke empat orang itu mundur, sekonyong-konyong Yap Yong Ceng menyerang Pek Yun Hui dengan jurus Tok Tang Kan Kun (Menggetarkan Jagat). Pek Yun Hui segera mencabut pedangnya, Karena golok Yap Yong Ceng sudah mendekat, maka gadis itu terpaksa mengeluarkan jurus SiauwCih Thian Lam (Ter-tawa Menunjuk Thian Lam) untuk menangkis serangan itu. Trang! Terdengar benturan keras. Pek Yun Hui merasa tangannya ngilu, dan seketika juga pedangnya ter!cpas. ia memang bukan lawan Yap Yong Ceng, maka setelah pedang itu terlepas dari tangan-nya, pasti dirinya dalam bahaya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Benar! Sebab Yap Yong Ceng masih menyerangnya dengan golok, pada waktu bersamaan, terdengarlah suara tawa yang amat nyaring, tampak sosok bayangan berkelebat laksana kilat, kemudian berdiri di tengah-tengah Yap Yong Ceng dan Pek Yun Hui. Ketika menyaksikan sosok bayangan tersebut, Yap Yong Ceng tertegun, karena orang itu dapat menerobos serangan goloknya. "Saudara kecil! Biar aku yang menghadapinya!" Ujar orang itu yang ternyata Sie Bun Yun. Yap Yong Ceng mengernyitkan kening, karena sosok bayangan itu ternyata seorang pemuda yang tangannya hanya memegang sepotong bambu kering, Betapa gusarnya Yap Yong Ceng dan langsung menyerang Sie Bun Yun bertubi-tubi dengan jurus Yah Hwee Sauh Thian (Api Berkobar Membakar Langit), Siang Hong Cun Yun (Awan Beterbangan Di Dua Puncak) dan Yu Ih Pan Lang (lkan Berenang Melawan Arus). Sie Bun Yun pun menggerakkan bambu kering itu membentuk sebuah lingkaran Kelihatan amat sederhana gerakan itu, namun justru dapat membendung seranganserangan Yap Yong Ceng, sedangkan Yap Yong Ceng ingin menebas bambu kering tersebut, akan tetapi, bambu kering itu selalu dapat mengelak, bahkan sekaligus menekan golok itu di bagian tumpulnya. Betapa penasarannya Yap Yong Ceng, sebab lingkaranlingkaran itu penuh mengandung tenaga, sehingga membuatnya sulit untuk mengerahkan ilmu golok an-dalannya, Tentunya menyebabkan Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng terkejut bukan main. Dari mana munculnya pemuda itu, kok ilmu silatnya begitu aneh? Setelah berpikir demikian ia pun tidak berani meremehkan lawannya lagi, Kemudian ia menyerang pemuda itu dengan jurus Heng Sau Cian Kun (Menyapu Ribuan Prajurit) jurus tersebut dapat membuat goloknya terlepas dari tekanan bambu kering pihak lawan, bahkan sekaligus menyabet ke KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ pinggangnya, Tapi tiba-tiba terdengar suara "Ngung", bambu kering itu pun bergerak dan berhasil menekan golok Yap Yong Ceng lagi. "Hm!" Dengus Yap Yong Ceng, ia berusaha menyalurkan Lweekangnya ke goloknya, namun mendadak terdengar suara "Taak", bambu kering itu berhasil mengetuk bagian tumpul golok tersebut Bukan main terperanjatnya Yap Yong Ceng, sedangkan Sie Bun Yun malah tersenyum-senyum, dan sekaligus menggerakkan bambu keringnya laksana kilat mengarah pada Yang Men, Yang Ku dan Yang Ceh Hiat, tiga jalan darah di lengan Yap Yong Ceng. Pek Yun Hui yang menonton itu kagum bukan main, sehingga coba menduga siapa guru Sie Bun Yun. Akan tetapi, bagaimana mungkin ia menduganya? sementara Yap Yong Ceng yang diserang itu tampak kalang kabut dan terpaksa menarik lengannya ke belakang. Pada waktu bersamaan, Sie Bun Yun juga segera merubah jurusnya, tahu-tahu ujung bambu kering itu sudah mengarah pada tenggorokan lawan. Wajah Yap Yong Ceng telah berubah hijau. ia bertarung dengan dua orang di tempat ini, justru dirinya yang di bawah angin, sehingga kegusarannya pun memuncak Ketika melihat bambu kering itu mengarah pada tenggorokan nya, ia pun cepal-cepat membungkuk Di saat membungkuk, ia pun mengeluarkan jurus Kun Suh Keng (Pohon Lapuk Akarnya Tereabut), itu merupakan serangan mendadak, maka sulit bagi Sie Bun Yun mengelaknya. Kelihatannya sepasang kaki Sie Bun Yun akan buntung oleh golok itu. Namun disaat itulah Pek Yun Hui menyambar pedangnya di lantai, kemudian mendadak menerjang dengan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ pedangnya, menggunakan ilmu Sin Kiam Hap (Badan Dan pedang Menyatu). ilmu itu merupakan ilmu pedang tingkat tinggi Namun karena Lweekang Pek Yun Hui masih dangkal, maka belum mencapai ke tingkat itu. Namun terjangannya justru mengarah pada dada Yap Yong Ceng, Kalau Yap Yong Ceng meneruskan serangannya pada Sie Bun Yun, dadanya pasti tertembus pedang Pek Yun Hui. Oleh karena itu, ia terpaksa menarik goloknya dan sekaligus menangkis pedang Pek Yun Hui. Tranng! Pedang itu terlepas dari tangan Pek Yun Hui. Yap Yong Ceng memang sudah amat membenci kepadanya, maka tangan kirinya pun melakukan jurus Yen Kauw Tie Kua (Monyet Memetik Buah) Plaak! Dada Pek Yun Hui terkena pukulan, membuat matanya langsung gelap dan jatuh berguling-guling. Setelah berhasil memukul dada Pek Yun Hui, ia pun tertawa dingin sambil mundur Begitu melihat Pek Yun Hui terluka demi meno!ong-nya, Sie Bun Yun terharu dan sangat berterimakasih padanya, Disamping itu, ia pun amat membenci pada Yap Yong Ceng. Ketika Yap Yong Ceng mundur, Sie Bun Yun pun langsung menyerangnya.Tapi kini Yap Yong Ceng sangat bersemangat setelah berhasil melukai Pek Yun Hui dengan puku!annya, apalagi ia masih memiliki senjata rahasia Cu Bo Sin Tan (Peluru Sakti) yang belum digunakannya. Yap Yong Ceng menyambut serangan itu, kemudian balas menyerang dan terjadilah pertarungan yang amat seru. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Di sisi lain ketika Pek Yun Hui jatuh berguIing-guling, Ling Hung segera melesat ke arahnya, lalu me-mapahnya bangun dengan wajah cemas dan air matanya pun meleleh. "Yun Hui, bagaimana lukamu?" "Mungkin tidak apa-apa, Nona Ling," Sahut Pek Yun Hui yang wajahnya pucat pias. Ling Hung memapah Pek Yun Hui ke tempat duduk, lalu mengeluarkan senjatanya merupakan tongkat trisula. "Yun Hui, aku akan menuntut balas untukmu!" Sementara Yap Yong Ceng dan Sie Bun Yun masih bertarung dengan serunya, Mereka berdua dikelilingi Ling Kie Ngiap, Liauw Cin dan beberapa jago lain yang semuanya sudah siap menolong Sie Bun Yun. Ling Hung menerjang, namun ditahan oleh Ling Kie Ngiap, sehingga gadis itu terpaksa kembali ke sisi Pek Yun Hui. sekonyong-konyong terdengar suara "Bumm", atap rumah sudah berlubang dan melayang turun seseorang berusia empat puluhan, tangannya memegang sebuah kipas, Begitu sepasang kakinya menginjak lantai, kipas yang di tangannya menunjuk ke sana ke mari. Ternyata ia telah menyerang orang-orang yang berdiri di situ, sehingga membuat mereka terpaksa mundur Sungguh tinggi kepandaian pendatang itu, Kemudian ia segera menghampiri Yap Yong Ceng, dan berseru Ian-tang. "Saudara Yap! Aku datangi Cong Cin To (Oambar penyimpanan Kitab Pusaka), Kui Goan Pit Cek berada pada pemuda ini!" Begitu melihat temannya datang, Yap Yong Ceng bersiul panjang sambil menyerang Sie Bun Yun bertubi-tubi. Namun bambu kering di tangan pemuda itu masih dapat bergerak lincah, Walau sudah berada di bawah angin, tapi ia masih belum kalah. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ketika orang berkipas itu mencetuskan ucapan, seketika juga para tamu bangkit berdiri. Cong Cin To (Gambar penyimpanan Kitab Pusaka) Kui Goan Pit Cek, kata-kata tersebut bagaikan geledek di siang hari bolong menggelegar di setiap hati para tamu. itu karena Cong Cin To-Kui Goan Pit Cek, konon siapa yang memperoleh kitab pusaka itu, akan menjadi jago nomor wahid di kolong langit, Maka Cong Cin To (Gambar penyimpanan Kitab Pusaka) pun menjadi incaran kaum Bu Lim, dan karena itu Bu Lim pun akan terjadi banjir darah. Kini Cong Cin To itu berada pada Sie Bun Yun. Hati siapa tidak akan tergerak karenanya? Setelah bangkit berdiri dan tertegun sejenak, mereka serentak menghampiri Sie Bun Yun. Orang berkipas itu langsung mengeluarkan siulan panjang, lalu berkata pada Yap Yong Ceng. "Saudara Yap! Biar aku saja!" Yap Yong Ceng tahu maksud temannya itu, maka ia segera mengayunkan goloknya, lalu mundur Orang berkipas itu melesat ke hadapan Sie Bun Yun, sekaligus menggerakkan kipasnya mengarah Wie Bun Hiat di pinggang Sie Bun Yun. Pemuda itu menurunkan bambu kering yang di tangannya, kemudian secepat kilat memukul kipas tersebut Akan tetapi, tangan kiri orang berkipas itu bergerak cepat mencengkeram urat nadi di lengan Sie Bun Yun. Pemuda itu tidak bisa berkelit, maka urat nadi di lengannya berhasil dicengkeram lawan. Serrrt! Orang berkipas itu menariknya melesat ke arah atap rumah yang telah bolong itu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ketika melihat Sie Bun Yun telah dikuasai orang, cemaslah hati Pek Yun Hui, maka ia berteriak keras dan pingsan seketika, Cepat-cepat Ling Hung menahan dirinya agar tidak jatuh, bahkan mulai menangis. Di saat itu, tampak beberapa orang ikut melesat ke luar melalui atap rumah, mereka bermaksud mengikuti orang berkipas itu. Akan tetapi, pada waktu bersamaan Yap Yong Ceng juga mengayunkan tangannya melepaskan senjata rahasia yang amat terkenal itu. Serrt! Serrrt! Serrrt... Beberapa orang yang telah melesat itu jatuh ke bawah, Ternyata mereka sudah terluka oleh senjata rahasia tersebut. "He he he!" Yap Yong Ceng tertawa terkekeh. "Siapa yang masih ingin mencoba kehebatan peluru sakti Cu Bo Sin Tan?" Tak terdengar suara apa pun. Yap Yong Ceng tertawa lagi, lalu mendadak melesat pergi melalui atap rumah yang bolong itu. Tepat pada saat itu, Cui Cuk Sin Ong-Ling Kie Ngiap membentak keras sambil melancarkan pukulannya ke arah Yap Yong Ceng yang sedang melesat itu. Yap Yong Ceng tidak bisa berkelit, namun ia segera mengayunkan tangannya melepaskan senjata rahasia andalannya mengarah pada orang tua itu. sementara Ling Hung terus memijat beberapa jalan darah Pek Yun Hui agar dia sadar Kalau pikiran Ling Hung tidak kacau disaat itu, ia pasti mengetahui kalau Pek Yun Hui adalah anak gadis. Namun karena hatinya kacau sehingga membuat dirinya tidak menyadari akan hal tersebut Ketika Ling Kie Ngiap membentak, kebetulan Pek Yun Hui mulai sadar dan langsung berseru. "Kejar! Cepat kejar!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Di saat itu sebetulnya pukulan Ling Kie Ngiap hampir menyentuh badan Yap Yong Ceng, tapi orang itu pun melepaskan senjata rahasianya. Ting! Ting! Ting! Tiba-tiba semua senjata rahasia itu terjatuh ke bawah. Ternyata Ling Kie Ngiap telah mengeluarkan sebatang bambu memukul jatuh semua senjata rahasia itu. Ling Kie Ngiap tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung menggerakkan bambunya menyerang kaki Yap Yong Ceng, itu adalah jurus Cui Cuk Yauw Ih (Bambu Hijau Bergoyang). Terkejutlah Yang Yong Ceng, tapi ia masih sempat melancarkan sebuah pukulan ke arah Ling Kie Ngiap, Sebelah tangannya pun cepat-cepat menyambar bambu yang melintang di lubang atap rumah itu, Dengan meminjam tenaga sentakan, ia langsung melesat pergi. "Jangan kabur!" Bentak Ling Kie Ngiap, orang tua itu pun melesat pergi melalui lubang itu untuk mengejar Yap Yong Ceng. sementara para tamu mulai berhambur ke luar Mereka pun ingin mengejar orang berkipas yang membawa pergi Sie Bun Yun itu. Nah! Karena Cong Cin To, para pesilat rimba persilatan akan saling membunuh demi merebut Cong Cin To tersebut dan bencana banjir darah pun akan melanda rimba persilatan Kini di ruang itu tinggal dua orang, yaitu Pek Yun Hui yang telah terluka parah, dan Ling Hung menjaganya dengan air mata berderai-derai. "Kejar! Cepat kejar!" Gumam Pek Yun Hui. "Yun Hui! Semua orang sudah pergi mengejar me-reka, engkau tidak usah cemas," Ujar Ling Hung mem-beritahukan. "Nona Ling, kakak misanmu jatuh ke tangan penjahat dia... dia...." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Yun Hui, engkau telah terluka parah, beristirahat saja! Kalau engkau kenapa-napa, aku... aku...." Pek Yun Hui sedang mengkhawatirkan Sie Bun Yun, maka tidak begitu memperhatikan reaksi Ling Hung. sedangkan Ling Hung sudah mulai terisak-isak, sepasang matanya yang basah itu terus menatap Pek Yun Hui. "Nona Ling! Engkau.,.?" Pek Yun Hui tertegun. "Yun Hui...." Ling Hung menarik nafas panjang. "Lukamu sedemikian parah, kalau terjadi sesuatu atas dirimu, aku... aku pun tidak mau hidup lagi." Betapa terkejutnya Pek Yun Hui mendengar ucapan Ling Hung. Setelah itu ia pun menggeleng-gelengkan kepala sambil menarik nafas panjang. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kalau sekarang ia meninggalkan Cui Cuk San Cung ini, otomatis berpisah dengan Sie Bun Yun, itu membuatnya merasa berat sekali. Akhirnya ia memejamkan matanya, Di saat itu pula ia teringat akan cara pengobatan yang dipelajarinya dari kitab Kui Goan Pit Cek. Oleh karena itu ia mulai menghimpun Lweekangnya untuk mengobati lukanya. Memang tidak bisa segera sembuh, namun setelah ia menghimpun Lweekangnya untuk mengobati lukanya, tak lama wajahnya tampak tidak begitu pucat Iagi. "Kakak Yun, sekarang engkau merasa cnakan?" Tanya Ling Hung lembut dan girang menyaksikan muka Pek Yun Hui sudah agak memerah. Pek Yun Hui tertegun ketika mendengar Ling Hung memanggilnya "Kakak Yun", karena itu merupakan panggilan yang mesra, Akan tetapi, Pek Yun Hui pura-pura tidak tahu. "Nona Ling, Saudara Sie Bun Yun sudah pulang?" "Belum." Ling Hung menggelengkan kepala. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kalau begitu, barusan engkau memanggil siapa?" Tanya Pek Yun Hui. Wajah Ling Hung kemerah-merahan, kemudian menyahut dengan suara rendah dan lembut "Kakak Yun, aku memanggilmu demikian, apakah engkau merasa kesal?" Perintah Maut Karya Buyung Hok Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo