Bangau Sakti 73
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 73
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung "Saudara kecil, engkau pun tidak mempereayaiku?" Sie Bun Yun menatapnya dengan kening berkerut Pek Yun Hui membungkam seketika, sedangkan Sim Cong malah tertawa. "Kalian berdua tidak usah berdebat, aku pun tidak akan memaksa orang, Kalau Saudara Sie tidak sudi membahtuku, yah! Sudahlah! Aku akan menerima nasib," Katanya. "Saudara Sim, harap dengar baik-baik!" Ujar Sie Bun Yun serius. "Aku sungguh tidak pernah melihat apa yang disebut Cong Cin To...." "Kalau begitu, siapa yang pernah melihat barangitu?" Terdengar suara sahutan di dalam lembah ilu. "Siapa?" Pek Yun Hui tertegun KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Aku adalah aku!" Suara sahutan yang agak menyeramkan. "Siapa engkau?" Tanya Ling Hung gusar "He he!" Terdengar suara tawa aneh. "Kalian segera akan mengetahuinya!" Pek Yun Hui baru mulai berkecimpung di rimba persilatan Ling Hung cuma bergerak di sekitar Cui Cuk San Cung, sama sekali tidak pernah mengembara ke mana-mana, sedangkan Sie Bun Yun baru pulang dari seberang laut Oleh karena itu mereka bertiga tidak dapat menduga siapa orang itu. Bagian ke tiga puluh tiga Kena Racun ular Yang tampak serius sekali adalah Sim Cong, Keningnya berkerut-kerut dan wajahnya tampak tegang. "Kita semua harus berhati-hati!" Pesan nya. "He he he!" Suara tawa aneh itu terdengar lagi dan disusul oleh suara mendesis-desis. Mereka berempat segera menundukkan kepala, tampak dua ekor ular beracun sedang merayap ke luar. Sungguh aneh ular beracun itu. Badannya panjang agak gepeng, dari kepala sampai ke ujung ekor terdapat garis yang memancarkan cahaya kekuning-kuningan. "Haaah..." Teriak Ling Hung ketika melihat ular-ular itu. "Jangan takut dan jangan bergerak sembarangan!" Ujar Pek Yun Hili dengan suara rendah. Walau berkata demikian, namun dalam hati Pek Yun Hui juga merasa takut dan jijik, sementara ke dua ekor ular itu terus merayap ke arah mereka, dan sesekali mendongakkan kepalanya. Yang paling mengejutkan adalah rerumputan yang dilalui ke dua ekor ular tersebut Rumput-rumput itu langsung KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ berubah kuning layu, itu dapat diketahui betapa beracunnya ular-ular tersebut Setelah berada beberapa depa di hadapan mereka, ke dua ekor ular itu berhenti merayap, lalu melingkar dengan kepala mendongak ke atas. "He he he!" Terdengar lagi suara tawa aneh, Tak lama muncullah seorang tua berjubah abu-abu. Badan orang tua itu kurus kering, tetapi sepasang matanya menyorotkan sinar ganas, Tangannya membawa sebatang tongkat pipa besi. Begitu muncul, orang tua aneh itu pun mengeluarkan siulan panjang yang melengking-lengking, dan seketika juga ke dua ekor ular itu merayap ke arahnya. "Sssst! Ssssst!" Kedua ekor ular itu mendesis-desis, Salah seekor langsung masuk ke pipa besi, dan yang seekor lagi melilit di pipa besi itu. Sementara Pek Yun Hui, Sie Bun Yun, Ling Hung dan Sim Cong diam saja, sedangkan orang tua aneh itu mengamati mereka berempat, lalu menuding Sim Cong dengan pipa besinya seraya membentak. "Murid Kun Lun yang telah diusir dari perguruan, tentunya tahu nama besarku! Kenapa masih belum menyingkir ?" Hek Sat Ciu-Sim Cong tertawa dingin, namun tidak mengucapkan sepatah kata pun. Wajah orang tua aneh itu langsung berubah. "Engkau mau menyingkir tidak?" Bentak orang tua aneh itu lagi. "lngin cari penyakit?" Usai membentak, dia langsung menyerang Sim Cong dengan pipa besinya dengan jurus Cang Coa Thuh Sing (Ular Menyemburkan Racun), sedangkan ular yang melilit di pipa besi itu juga menjulurkan lidahnya ke arah Sim Cong. Sim Cong cepat-cepat berkelit menghindari serangan itu. Pek Yun Hui yang berdiri di sisinya tampak gusar sekali, dan menghardik keras. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Engkau sudah tua kok tidak tahu aturan? Dia teman kami, kenapa engkau begitu muncul langsung menyuruhnya menyingkir?" "He he he!" Orang tua aneh itu tertawa terkekeh-kekeh. "Bocah! Mungkin engkau sudah bosan hidup!" "Siapa engkau?" Tanya Pek Yun Hui membentak. "He he he!" Orang tua aneh itu tertawa terkekeh lagi. "Namaku Tan Piauw, julukanku Coa Siu (Si Kakek Ular)!" Begitu mendengar nama dan julukan tersebut, terkejutlah Sie Bun Yun, Ling Yun dan Sim Cong, Namun Pek Yun Hui sama sekali tidak merasa terkejut, karena tidak pernah mendengar nama maupun julukan itu. "Hm!" Dengus Pek Yun Hui. "Dari julukannya sudah dapat diketahui bahwa engkau bukan orang baik baik! Mau apa engkau muncul di sini?" "Kalau kalian berempat masih ingin hidup, cepatlah serahkan Cong Cin To itu padaku!" Sahut Tan Piauw, Si Kakek Ular. "Cong Cin To itu tidak berada pada saudara Sie Bun Yun, engkau telah salah cari orang!" Ujar Pek Yun Hui dan menambahkan "ltu cuma isyu dalam rimba persilatan!" "Sekarang memang tidak ada padanya, tapi setelah ular beracunku menggigitnya, dia pasti menyerahkan barang itu padaku!" Tan Piauw, Si Kakek Ular tertawa dingin. "Berdasarkan apa engkau akan menyuruh ular beracun itu menggigitnya?" Tanya Pek Yun Hui dengan kening berkerut. "Berdasarkan dia memiliki Cong Cin To, lagi pula dia pun tidak mampu melawanku!" Sahut Tan Piauw, Si Kakek Ular sambil tertawa melengking. "Oh?" Pek Yun Hui sudah tidak dapat bersabar lagi. ia segera menghunus pedangnya, dan sekaligus menyerang Si KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Kakek Ular itu dengan jurus Sin Liong Tiau Bwe (Naga Sakti Melepaskan Ekor). Ketika melihat Pek Yun Hui menyerang Si Kakek Ular, Ling Hung tidak tinggal diam. ia langsung menggerakkan senjatanya ikut menyerang Si Kakek Ular dengan gerakan Cui Cuk Yauw Ih (Bambu Hijau Menggoyang). "Hati-hati kalian berdua!" Seru Sim Cong memperingatkan mereka. "He he!" Si Kakek Ular tertawa dan secepat kilat menggerakkan pipa besinya untuk menangkis dan menyerang. Setelah lewat tiga jurus, Ling Hung sudah terdesak Pek Yun Hui memang memiliki ilmu pedang aneh dan lihay, tapi Lweekangnya masih dangkal, sehingga sulit baginya untuk mendesak Si Kakek Ular. Sim Cong mengerutkan kening menyaksikan pertarungan itu. ia mengayunkan pengayuhnya, dan dikeluarkannya jurus Heng Tiau Tuh Kang (Melintang Menycberang Sungai) untuk menyerang Si Kakek Ular. "Bagus!" Teriak Si Kakek Ular sambil tertawa ter-kekeh-kekeh, lalu menggetarkan pipa besinya, seketika juga ular beracun yang melilit di ujung pipa besi itu menjulur menggigit lengan Sim Cong. Betapa terkejutnya Sim Cong, ia cepat-cepat meloncat mundur, namun ular beracun itu masih tetap mengarah pada lengannya. Untung Ling Hung berdiri di samping Sim Cong, Gadis itu segera memukul pipa besi itu dengan senjata-nya, sehingga pipa besi itu terpukul agak miring, dan ular beracun itu pun tidak berhasil menggigit lengan Sim Cong. Namun ular beracun itu sungguh lihay, ia tetap menjulurkan kepalanya dan menggigit. Karena pipa besi itu agak miring, gigitan ular beracun itu meleset, hanya lengan baju Sim Cong yang tergigit robek. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sim Cong bergerak cepat mencabut belatinya dan secepat kilat menyabet lengan bajunya. "Serrrt!" Lengan bajunya kutung jatuh ke bawah berikut ular beracun itu. Cukup lama Sim Cong berkecimpung dalam rimba persilatan, maka tahu kalau ular itu amat beracun, siapa tergigit pasti mati dalam beberapa saat saja. Barusan ia boleh dikatakan lolos dari kematian Sim Cong segera meloncat mundur dengan wajah pucat pias, namun Ling Hung masih berdiri di tempat Ketika melihat ular beracun itu jatuh di tanah, ia maju selangkah sambil mengayunkan senjatanya ke arah ular beracun itu. sementara Pek Yun Hui dan Si Kakek Ular masih bertarung dengan seru, tetapi belum ketahuan siapa yang akan kalah dan menang. Senjata Ling Hung yang diayunkan itu terus mengarah pada ular beracun yang melingkar di permukaan tanah. "Jangan!" Seru Sim Cong dan Sie Bun Yun serentak Akan tetapi, Ling Hung sudah tidak keburu menarik kembali senjatanya, maka trisulanya menghantam badan ular beracun tersebut Pada waktu bersamaan, tampak seseorang menerjang ke arah Ling Hung, dan sekaligus mendorongnya sekuat tenaga. Ling Hung tidak melihat jelas siapa yang mendorongnya, hanya melihat ular itu mendadak melesat ke arahnya laksana kilat Kini gadis itu baru tahu akan kelihayan ular beracun tersebut seketika juga ia menggunakan tenaga dorongan itu meloncat ke samping, Barulah ia tahu bahwa yang mendorongnya itu adalah Sie Bun Yun dengan maksud menolongnya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Karena Ling Hung meloncat pergi, Sie Bun Yunlah yang menjadi sasaran ular beracun itu. Ternyata ular beracun itu telah melesat ke arahnya. "Hati-hati kakak misan!" Seru Ling Hung. Sie Bun Yun mundur selangkah, lalu menggerakkan bambu yang di tangannya dengan jurus Man Thian Sing Hui (Bintang Berkerlap-Kerlip Di Langit). "Kieekl" Bambu yang di tangan Sie Bun Yun tergigit ular beracun itu. Sie Bun Yun bergerak cepat Diayunkannya bambu itu pada batu, maksudnya ingin membunuh ular beracun itu dengan bambunya, Akan tetapi, ular beracun itu sama sekali tidak terluka. "Saudara Sie, biar aku saja!" Seru Sim Cong. Sie Bun Yun tahu maksud Sim Cong. ia menekan ular beracun itu di atas batu, sedangkan Sim Cong mengangkat pengayuhnya yang amat berat itu, lalu menghantam kepala ular beracun tersebut "Braaak!" Kepala ular beracun itu remuk dan batu itu pun hancur Bagaimana mungkin ular beracun itu bernyawa lagi? Tan Piauw, Si Kakek Ular memang berkepandaian tinggi, Namun Pek Yun Hui memiliki ilmu pedang aneh, sehingga membuat Si Kakek Ular itu tiada kesempatan untuk menolong ularnya, Begitu melihat ularnya terbunuh gusarlah Si Kakek Ular, ia memekik keras dan langsung menyerang Pek Yun Hui bertubi-tubi. Pek Yun Hui tidak berani menyambut serangan-serangan itu, melainkan mengerahkan Ngo Heng Mie Cong Pu untuk menghindar, sehingga pukulan Si Kakek Ular membentur tempat kosong. Si Kakek Ular tampak tertegun sedangkan Pek Yun Hui sudah berada di belakangnya, dan pedangnya pun bergerak menyerang punggung Si Kakek Ular. Pek Yun Hui KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ mengeluarkan jurus Jit Goat Cih Seng (Matahari Bulan Muncul Bersama). Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ketika Si Kakek Ular baru mau membalikkan badannya untuk menangkis serangan itu, Sim Cong dan Ling Hung sudah menyerangnya dengan senjata masing-ma-sing. Betapa pun tingginya kepandaian Si Kakek Ular, namun sulit juga berkelit ia memekik keras dan badannya melambung ke atas, bahkan sekaligus menyerang Sim Cong dengan jurus Tok Coa Cut Tong (Ular Beracun Keluar Gua). Sim Cong secepat kilat mengayunkan pengayuhnya menangkis serangan itu, dan pada waktu bersamaan, trisula Ling Hung pun telah menghantam kaki Si Kakek Ular. "Aaakh!" Jerit Tan Piauw, Si Kakek Ular, Tubuhnya terpental beberapa depa. Sepasang matanya menyorot ganas, mulutnya mengeluarkan suara aneh, dan wajah tampak menyeramkan Pada saat bersamaan, terdengarlah suara tawa di dalam rimba. "Ha ha hal Coa Siu, engkau terhitung tokoh tua dalam Bu Lim, tetapi masih mau bertarung dengan kaum muda! Akhirnya engkau pula yang rugi, salah seekor ular beracun itu sudah mampus, bahkan kakimu pun terhan-tam senjata! Apakah engkau masih ingin bertarung lagi?" "Siapa?" Bentak Tan Piauw, Si Kakek Ular gusar, Serrt! Serrrt! Tampak dua orang melesat ke luar dari dalam rimba. Kedua orang itu berusia lima puluhan Begitu melihat ke dua orang itu, terkejutlah Pek Yun Hui, Sie Bun Yun, Sim Cong dan Ling Hung. Ternyata ke dua orang itu bertampang aneh. Salah seorang berwajah segi empat, matanya berbentuk segi tiga dan yang paling menyeramkan adalah wajahnya punya dua warna, sebelah kiri hitam, sebelah kanan putih, Yang satu lagi berwajah pucat pias, seakan tak berdarah sama sekali, mirip orang yang telah mati beberapa tahun Ke dua orang itu memakai jubah putih dengan kaki te!anjang. Sungguh KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menyeramkan ke dua orang itu, Pek Yun Hui melihat orangorang aneh bermunculan Kalau terus berada di tempat itu, pasti akan muncul orang lagi, sedangkan Sie Bun Yun dalam keadaan luka, masih belum sempat beristirahat Pikirnya. Oleh karena itu, hatinya semakin cemas, Kemudian ia memandang Ling Hung sambil memberi isyarat, dan Ling Hung manggut-manggut Mereka berdua mendekati Sie Bun Yun, lalu menariknya pergi. Akan tetapi, di saat itu pula ke dua orang aneh itu secepat kilat melesat ke hadapan mereka. "Hm! Hm!" Orang yang bermuka hitam putih itu tertawa dingin "Kalian tidak boleh kabur!" "Setelah kami menghajar Si Kakek Ular itu, kami ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada kalian!" Sambung orang aneh berwajah pucat Pek Yun Hui tahu, mereka berdua pasti ingin menanyakan tentang Cong Cin To, maka seketika juga keningnya berkerut sedangkan Ling Hung malah ter-senyum, sepertinya teringat sesuatu yang menggelikan Tentunya membuat Pek Yun Hui tereengang, Ketika ia baru mau membuka mulut bertanya, Ling Hung justru telah mendahuluinya bertanya pada ke dua orang aneh itu. "Bukankah kalian ingin bertanya tentang semacam gambar?" "Betul." Wajah ke dua orang aneh itu tampak berseru "Gambar itu disebut Cong Cin To kan?" Tanya Ling Hung lagi. "Tidak salah," Sahut ke dua orang aneh itu serentak sambil tertawa gembira. "Bocah perempuan! Tahukah engkau berada di mana Cong Cin To itu?" "Tahu." Ling Hung mengangguk, Pek Yun Hui yang tersentak KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Di mana barang itu?" Tanya orang aneh yang berwajah putih hitam. "Cong Cin To...." Ling Hung menunjuk Tan Piauw, Si Kakek Ular."... pada orang tua jelek itu, tanyakan saja padanya!" "Omong kosong!" Bentak Tan Piauw, Si Kakek Ular Kini Pek Yun Hui baru tahu, ternyata Ling Hung ingin menimpakan bahaya pada Si Kakek UIar. Maka ia pun menyambung sambil tertawa. "Tidak salah, Dia telah merebut Cong Cin To itu." Kedua orang aneh itu tertegun, Dengan serentak mereka memandang pada Si Kakek Ular, dan seketika Si Kakek Ular tertawa dingin. "Kang Lam Siang Koai (Sepasang Orang Aneh Kang Lam)! Kalian bukan anak kecil, pereaya itu?" Kedua orang aneh itu saling memandang, Yang berwajah hitam putih mendadak menggerakkan tangannya, seperti main sulap, tahu-tahu tangannya telah memegang sebatang Pan Koan Pit (Pensil kuno Cina). Setelah Pan Koat Pit itu berada di tangannya, ia langsung membentak keras sambil menyerang Si Kakek Ular dengan j urus Ciauw Meng Hu Kip (Burung Berkicau Rase Kabur), Ujung Pan Koan Pit mengarah Ih Bun Hiat di tubuh Si Kakek Ular. Si Kakek Ular berteriak-teriak aneh dan secepat kilat berkelit, lalu membentak keras. "lm Yang Pan Koan (Hakim Banci) Cih Tay Hui! Apakah engkau mau cari gara-gara denganku?" "He he he!" Im Yang Pan Koan-Cih Tay Hui tertawa terkekeh-kekeh. "Tidak salah!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ ia langsung menyerang, kali ini ia mengeluarkan jurus Im Khi Sim Sim (Hawa Dingin Meremang). Si Kakek Ular tidak diam, ia menangkis lalu batas menyerang dan terjadilah pertarungan seru, Begitu cepat pertarungan itu, sehingga tak terasa sudah melewati delapan jurus, sedangkan Kou Hun Bu Siang (Setan Pembetot Arwah)Hu Teng Hai, teman Im Yang Pan Koan menghampiri Pek Yun Hui dan lainnya sambil tersenyum-senyum. Keempat orang itu tahu bahwa Hu Teng Hai berniat tak baik, maka mereka segera mundur. "Kalian bertiga cepat mundur!" Kata Sim Cong yang berdiri di paling depan. "Saudara Sim!" Sahut Pek Yun Hui. "Bagaimana mungkin membiarkan engkau seorang diri menghadapi-nya?" Pek Yun Hui langsung menyerang dengan pedang-nya. Begitu melihat Pek Yun Hui mulai menyerang, Ling Hung pun menggerakkan senjatanya, begitu pula Sim Cong dengan pengayuhnya. Boleh dikatakan mereka bertiga menyerang dalam waktu bersamaan, Walau Hu Teng Hai berkepandaian tinggi, namun kewalahan juga menghadapi serangan-serangan itu, Segeralah ia meloncat mundur, tapi Sie Bun Yun justru telah menyerang di belakangnya dengan bambu, mengeluarkan jurus Swat Hoa Phiau Phiau (Bunga Salju Beterbangan) mengarah Hun Bun dan Ik Bun Hiat di punggungnya. Kou Hun Bu Siang-Hu Teng Hai berkelit, namun tidak keburu sehingga Ik Bun Hiat di punggung tertotok ujung bambu Sie Bun Yun, dan seketika juga ia merasa punggungnya sakit dan ngilu lalu tidak bisa bergerak sebetulnya Kou Hun Bu Siang-Hu Teng Hai berkepandaian tinggi, tetapi karena diserang mendadak oleh empat orang dari empat arah, maka tiada waktu baginya untuk mengembangkan kepandaiannya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ jalan darah Ik Bun Hiat di punggungnya telah ter-totok, sedangkan Cih Tay Hui masih bertarung dengan Si Kakek Ular. Mereka berempat tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung melesat ke dalam rimba. Tak seberapa lama kemudian, mereka berempat sudah keluar dari rimba tersebut, namun masih tetap melesat ke depan. Setelah beberapa li, barulah mereka berhenti Sim Cong memandang Sie Bun Yun beberapa saat lamanya, kemudian menarik nafas panjang dan mendadak melesat pergi. "Dia sungguh solider terhadap orang," Ujar Pek Yun Hui sambil memandang punggung Sim Cong. "Tidak salah," Sambung Ling Hung. "Kakak misan, apakah benar Cong Cin To itu tidak berada padamu? Lantaran Cong Cin To itu, ayahku mati dan Cui Cuk San Cung pun terbakar musnah...." Berkata sampai di sini, air mata Ling Hung mulai meleleh, Sie Bun Yun cuma menatapnya, sama sekali tidak menyahut Pek Yun Hui sangat cerdas, maka ketika menyaksikan sikap Sie Bun Yun, ia pun segera berkata dengan suara dalam "Saudara Bun Yun, Cong Cin To itu berada padamu kan?" "Saudara keciL,." Sie Bun Yun terkejut "Diam! Kalau terdengar orang, kita pasti celakai" "Kakak misan, di sini tidak ada orang lain, Bagaimana mungkin akan didengar oleh orang lain?" "Aaaakh...." Sie Bun Yun menarik nafas panjang dan memberitahukan "Dalam perjalanan, aku sangat berhati-hati menjaga jejak, tapi rahasia itu akhirnya bocor juga, sehingga menimbulkan bencana dalam Bu Lim." "Saudara Sie, kalau tahu Cong Cin To itu berada padamu, aku pasti menganjurkan agar engkau memberikannya pada KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sim Cong saja," Ujar Pek Yun Hui sambil menggelenggelengkan kepala. "Kenapa?" Tanya Sie Bun Yun heran. "Setahuku...." Pek Yun Hui tersenyum "Kui Goan Pit Cek telah diambil orang." Mendengar itu, Sie Bun Yun tampak kecewa dan putus asa, tapi kemudian menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata. "ltu tidak mungkin, Kalau benar Kui Goan Pit Cek itu telah diambil orang, kenapa tiada seorang Bu Lim pun yang tahu?" "Saudara Bun Yun!" Pek Yun Hui tersenyum. "Eng-kau harus mempereayaiku aku tidak membohongimu." "Kakak misan!" Sela Ling Hung. "Disimpan di mana Cong Cin To itu? Bolehkah aku melihatnya?" Sie Bun Yun tampak serba salah, lama sekali barulah ia berkata dengan suara rendah. "Adik Hung, Cong Cin To itu kusimpan di suatu tempat yang amat rahasia, sesungguhnya aku menunggu seusai ayahmu merayakan ulang tahunnya, aku akan pergi ke Kwat Cong San bersama ayahmu mencari Kui Goan Pil Cek. Namun...." "Kakak misan, sebetulnya Cong Cin To itu kau simpan di mana?" Desak Ling Hung ingin mengetahuinya. "Aku simpan di...." Sebelum usai ucapannya, mendadak wajahnya berubah merah padam, sekujur badannya menggigil kemudian wajahnya berubah lagi menjadi pucat pias, dan keringatnya pun mengucur "Saudara Bun Yun!" Pek Yun Hui terkejut "Kenapa engkau?" "Aaakh..." Keluh Sie Bun Yun dengan bibir ber-gemetar. "Aku... aku kena racun ular itu, Adik Hung...." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Pek Yun Hui tereengang, Bagaimana mungkin di saat ini Sie Bun Yun tergigit ular berbisa? Pikirnya. "Saudara Bun Yun...." Pek Yun Hui menatapnya. "Kalian lihatlah!" Sie Bun Yun memperlihatkan telapak tangannya. Pek Yun Hui dan Ling Hung segera memandang telapak tangan Sie Bun Yun, yang tampak kehitanv hitaman. "Kakak misan,..." Ling Hung kebingungan "Tak diduga begitu hebat racun ular itu!" Sie Bun Yun menarik nafas. "Kakak misan, bagaimana engkau bisa kena racun ular itu?" Tanya Ling Hung heran. "Ular beracun itu menggigit bambu yang di tanganku, Ketika ular itu mau mati, mungkin menyemburkan racunnya. Aku tidak tahu dan tetap menggenggam bambu itu, maka... aku kena racun ular itu." Sie Bun Yun memberitahukan "Saudara Bun Yun, akan bagaimana setelah kena racun ular itu?" Tanya Pek Yun Hui cemas. "Tiada obatnya," Sahut Sie Bun Yun singkat. Pek Yun Hui tertegun karena sahutan Sie Bun Yun itu bagaikan geledek menyambar hatinya. "Tidak mungkin! Tidak mungkin..." Gumam Pek Yun Hui dengan air mata berlinang-Iinang. "Adik Hung!" Panggil Sie Bun Yun lemah dan wajahnya semakin pucat pias. "Aku akan memberitahukan padamu, kusimpan di mana Cong Cin To itu." Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kakak misan...." Air mata Ling Hung juga sudah meleleh. "Cong Cin To itu merupakan benda pembawa bencana, Ka!au bukan karena itu, bagaimana mungkin engkau kena racun ular?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sie Bun Yun menarik nafas panjang, sedangkan Pek Yun Hui terus berpikir, harus dengan cara bagaimana menyelamatkan nyawa pujaan hatinya itu? ia tidak menghendaki Sie Bun Yun mati karena racun ular itu, Akhirnya terpikir juga satu jalan, yakni membawa Sie Bun Yun ke gua Thian Kie Cinjin di Kwat Cong San, sebab ia yakin gurunya mampu menolong pemuda itu. "Saudara Bun Yun, guruku berkepandaian amat tinggi, tinggal di Kwat Cong San, Aku akan membawamu menemui beliau untuk mengobatimu," Ujar Pek Yun Hui memberitahukan. "Siapa gurumu?" Tanya Sie Bun Yun. "Guruku bernama...." Pek Yun Hui terpaksa memberitahukan sebab menyangkut nyawanya. "Guruku bernama Na Hai Peng." Kening Sie Bun Yun berkerut karena sama sekali tidak pernah mendengar nama tersebut Na Hai Peng adalah pengawal istana, maka jarang bergerak dalam rimba persilatan Lagi pula beberapa tahun belakangan ini, Na Hai Peng cuma tenggelam dalam ilmu silat Kui Goan Pit Cek sehingga tiada seorang Bu Lim pun yang mengetahuinya. "Belum tentu gurumu dapat menolongku." Sie Bun Yun menggeleng-gelengkan kepala. "Biar bagaimana pun, aku harus membawamu ke sana," Desak Pek Yun Hui. "Yaah...." Sie Bun Yun menarik nafas panjang. "Mungkin sebelum tiba di gunung Kwat Cong San, aku sudah mati." Ucapan Sie Bun Yun itu bagaikan sembilu menyayat hati Pek Yun Hui, Tiba-tiba Pek Yun Hui teringat sesuatu, yakni di dalam kitab Kui Goan Pit Cek tereantum juga semacam ilmu pengobatan darurat. ilmu itu disebut Hong Kwat Hu Khi Hoat (Menutup jalan darah dengan hawa murni), Yaitu dengan Lweekang menutup KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ tujuh puluh dua jalan darah di tubuh orang yang kena racun, agar racun tidak menyerang ke jantung orang tersebut untuk sementara. Akan tetapi, orang yang menyalurkan Lweekang itu, akan kehilangan hawa murninya sehingga membuatnya menderita. Pada waktu itu Lweekang Pek Yun Hui masih dang-kal, maka tidak bisa melakukannya, Namun Sie Bun Yun adalah orang yang amat dicintainya, jadi ia pun bersedia berkorban "Saudara Bun Yun!" Ujarnya setelah mengambil keputusan "Aku punya cara agar racun ular itu tidak menjalar atau menyerang jantungmu dalam beberapa hari ini." "Aku pun pernah dengar cara tersebut, tapi Lwee-kangmu masih dangkal Kalau engkau melakukan cara itu, mungkin engkau akan mati kehabisan hawa mur-nimu," Sahut Sie Bun Yun. Ling Hung yang berdiri di situ, tertegun mendengarnya. "Kakak Yun, betulkah begitu?" Tanyanya dengan cemas. "Mungkin," Jawab Pek Yun Hui sambil tersenyum getir "Kalau begitu...." Air mata Ling Hung berderal "Menolong orang lebih penting, engkau boleh melakukannya. "Adik Hung!" Pek Yun Hui merasa girang. "Engkau tidak akan berduka?" "Tentunya aku berduka dalam hati, namun itu demi menolong kakak misanku, Bagaimana mungkin aku mencegahmu yang ingin menolongnya? Kalau benar engkau akan mati kehabisan hawa murni, aku pun pasti membawa kakak misan ke Kwat Cong San, setelah itu aku pasti mati bersamamu," Ujar Ling Hung sungguh-sungguh. Mati bersama sang kekasih, itu memang sangat ba-hagia, Pikir Ling Hung sehingga mengambil keputusan tersebut. Pek Yun Hui tertegun ia memandang Ling Hung seraya berpikir seandainya dirinya lelaki betapa bahagianya KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ mendapat cinta Ling Hung yang sedemikian dalam dan tuIus. Akan tetapi, dirinya justru seorang gadis juga, itu membuat pikirannya bertambah kacau, akhirnya tidak mau memikirkan itu lagi. "Saudara kecil, engkau tidak perlu melakukan itu," Ujar Sie Bun Yun sambil tersenyum "Kenapa?" Tanya Pek Yun Hui heran "Aku cuma seorang diri lagi pula apa yang dikatakan adik Hung pasti dilaksanakannya, jangan karena diriku, kalian berdua yang jadi korban," Jawab Sie Bun Yun memberitahukan "Saudara Bun Yun, legakanlah hatimu!" Sahut Pek Yun Hui. "Aku punya akal, maka Adik Hung tak akan mati bersamaku." Ternyata Pek Yun Hui telah mengambil suatu keputusan apabila ia akan mati kehabisan hawa murni, di saat itu pula ia akan membeberkan mengenai dirinya. "Saudara kecil!" Sie Bun Yun tertawa gagah. "Engkau jangan memandang rendah diriku, Adik Hung berani berkorban demi cintanya, maka aku pun tidak akan membiarkan nyawamu menukar dengan nyawaku." Ucapan Sie Bun Yun membuat Pek Yun Hui membatin Adik Hung berani berkorban apakah aku tidak? Aku justru sudah tidak memikirkan nyawaku sendiri Usai membatin, Pek Yun Hui menghimpun Lwee-kangnya, lalu menggerakkan jari telunjuknya yang penuh mengandung hawa murninya mengarah pada Thian Tu Hiat di tenggorokan Sie Bun Yun. Setelah racun itu bereaksi tubuh Sie Bun Yun tidak bisa bergerak lagi, Ketika jari telunjuk mengarah pada tenggorokan nya, iapun berseru. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Saudara Ke...." Sie Bun Yun tidak bisa melanjutkan ucapannya, karena Thian Tu Hiat di tenggorokannya telah tertotok Menyusul adalah Yu Kut Hiat, Dalam waktu sekejap, Pek Yun Hui sudah menotok dua puluh satu jalan darah di tubuh Sie Bun Yun, namun nafasnya sudah mulai memburu. Mukanya memerah dan tampak susah ber-nafas, sebab setiap kali menolok, ia pun harus menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuh Sie Bun Yun, itu membuatnya mulai kehabisan hawa murni. Pek Yun Hui tahu, apabila ia berhenti sekarang, mereka berdua pasti celaka, maka ia terus melanjutkan menotok jalan darah Sie Bun Yun. Setelah menotok Jin Tiok dan Yauw Ih Hi'at, Pek Yun Hui sudah merasa berkunang-kunang, wajahnya bertambah merah seperti api. Akan tetapi, setelah mulai menotok jalan darah di tubuh Sie Bun Yun lagi, wajahnya yang semula memerah seperti api, berangsur-angsur berubah pucat pias, keringat dingin pun mengucur membasahi bajunya. Pek Yun Hui melirik ke arah Ling Hung, yang duduk tenang di atas sebuah batu besar Namun Pek Yun Hui tahu, hati gadis itu amat berduka dan menderita sekali, hanya saja gadis itu tidak berani bersuara sama sekali. "Kakak Yun!" Ujar Ling Hung karena melihat Pek Yun Hui meliriknya. "Jangan memikirkan diriku! Kalau hawa murnimu buyar, sulit dihimpun kembali lagi." Pek Yun Hui mengangguk dan mulai menotok jalan darah di tubuh Sie Bun Yun, sehingga kini tinggal dua belas jalan darah, maka menurutnya akan berhasil Akan tetapi, di saat ini hawa dan tenaga murni Pek Yun Hui telah hilang separuh. sesungguhnya dengan Lweekangnya yang masih dangkal itu, ia sama sekali tidak boleh melakukan Hong Kwat Hu Khi pada Sie Bun Yun, sebab akan merusak hawa dan tenaga murninya sendiri Karena itu, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ saat ini wajahnya telah berubah kelabu dan keringat dinginnya terus mengucur, bahkan badannya pun mulai sempoyongan seakan mau jatuh. Pek Yun Hui berkertak gigi, dan jari telunjuknya mulai bergerak lagi, Biar bagaimana pun ia akan menyelesaikannya. ia sendiri tidak tahu, kekuatan apa yang mendorongnya melakukan itu, Mungkin tatapan mata Sie Bun Yun yang sejuk itu, mungkin juga cintanya yang menggebu-gebu memberi kekuatan padanya. "Saudara keciL." Panggil Sie Bun Yun. Kini Pek Yun Hui telah menotok tujuh puluh dua jalan darah di tubuh Sie Bun Yun, Ketika Sie Bun Yun memanggilnya, ia tersenyum manis, kemudian jatuh du-duk. Ling Hung bangkit berdiri, lalu mendekati Pek Yun Hui dengan air mata berderai-derai sambil memanggilnya "Kakak Yun! Kakak Yun,.,." Wajah Pek Yun Hui pucat pias, telinganya sama sekali tak mendengar suara panggilan itu, Ling Hung menengadahkan kepala memandang langit, mulutnya bergumam. "Kakak Yun! Kakak Yun...." "Adik Hung!" Sie Bun Yun memanggilnya. Ling Hung menundukkan kepala dan menyahut "Kakak Yun sudah mati, aku akan mengantarmu ke gunung Kwat Cong San!" "Adik Hung, saudara keciI... tidak mati," Ujar Sie Bun Yun sambil tersenyum getir "Kakak misan, jangan membohongiku!" Ling Hung terisakisak. "Kalau Kakak Yun tidak mati, kenapa wajahnya begitu pucat pias? Aku memanggilnya, kenapa dia tidak mendengar?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Adik Hung! Untuk apa aku membohongimu?" Sie Bun Yun menarik nafas panjang sekali Entah bagaimana rasanya ketika melihat Ling Hung bersikap demikian terhadap Pek Yun Hui, padahal ia amat mencintai Ling Hung. "Dia memang benar belum mati, cuma pingsan." Ling Hung memandang Pek Yun Hui, kemudian membungkukkan badannya, dan sekaligus meraba keningnya. "Kakak misan, dia memang pingsan. Ka!au pun sadar, dia pasti tidak bisa hidup lama." Sie Bun Yun memandang ke langit, lalu menarik nafas panjang. padahal ia sangat membenci Pek Yun Hui, tapi saat ini, ia merasa amat berterimakasih padanya, Berselang beberapa saat kemudian, Pek Yun Hui membuka matanya perlahan-lahan, sadar dari pingsannya. "Saudara Bun Yun!" Ujar Pek Yun Hui begitu membuka matanya. "Engkau merasa hawa racun ular itu ditahan?" "Ya." Sie Bun Yun mengangguk "Kalau begitu...." Pek Yun Hui tersenyum. "Mari kita berangkat ke gunung Kwat Cong San!" Ling Hung ingin memapahnya bangun, namun Pek Yun Hui menggelengkan kepala seraya berkata. "Adik Hung, lebih baik engkau menjaga saudara Bun Yun dulu!" Ling Hung tertegun mendengar itu, hatinya seperti tersayat pisau, Tapi ia tetap menurut pada Pek Yun Hui, dan segeralah memapah Sie Bun Yun. Mereka mulai berjalan, Pek Yun Hui menggunakan pedangnya sebagai tongkat, namun sepuluh depa kemudian, nafasnya sudah memburu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kakak Yun!" Ujar Ling Hung sambil menurunkan Sie Bun Yun dari punggungnya. "Kalau kita berangkat dengan cara demikian, tidak akan bisa mencapai gunung Kwat Cong San." "Benar." Pek Yun Hui mengangguk "Biar kami di sini, engkau pergi cari sebuah kereta kuda, barulah kita bisa mencapai Kwat Cong San." "Kakak Yun!" Ling Hung menatapnya dalam-dalam. "Engkau bilang gurumu itu berkepandaian amat tinggi, apakah beliau juga mampu memulihkan Lweekangmu?" "Yang penting kita harus sampai di Kwat Cong San, guruku pasti punya akal untuk memulihkan Lweekang-ku," Sahut Pek Yun Hui. "Kalau begitu...." Ling Hung tersenyum. "Syukurlah!" Gadis itu memandang Pek Yun Hui sejenak, kemudian pergi mencari kereta kuda. Pada saat ini, Sie Bun Yun dan Pek Yun Hui dalam kondisi lemah, mereka duduk di bawah pohon rindang. "Saudara keciI...." Sie Bun Yun mulai membuka mulut. "Kenapa engkau menyusahkan diri sendiri?" "Saudara Bun Yun!" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pek Yun Hui tersenyum. "Kini hatiku malah merasa gembira sekali." "Saudara keciL." Sie Bun Yun menarik nafas pan-jang. "Di atas perahu itu, aku sudah melihat dengan jelas, yang Ling Hung cintai adalah dirimu bukan diriku, Ka-rena itu, hatiku berduka sekali, Maka.,, aku pun menyalahkan dan sekaligus membencimu." "Saudara Bun Yun! Engkau...." Mata Pek Yun Hui bersimbah air. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Saudara kecil, dengarlah! Kini aku sudah tahu perlakuanmu terhadap orang, Saudara kecil, apakah engkau akan membuat adik Hung hidup bahagia selama-lamanya?" Pek Yun Hui diam saja. "Saudara kecil! Engkau tidak tahu bahwa aku tetap mencintai adik Hung walau dia tidak mencintaiku Asal engkau bisa membahagiakannya, aku pun turut gembira." "Saudara Bun Yun.. Pek Yun Hui menarik nafas panjang. "Semua itu gara-gara kesalahanku." "Siapa pun tidak bersalah dalam hal ini," Sahut Sie Bun Yun. "Saudra Bun Yun...." Pek Yun Hui memberanikan diri untuk menyatakan sesuatu. "Engkau tidak tahu, bahwa sesungguhnya aku tidak bisa mencintai adik Hung." Begitu mendengar apa yang dikatakan Pek Yuri Hui, seketika juga wajah Sie Bun Yun berubah, lama sekali barulah membuka mulut "Saudara kecil! Walau engkau telah berbudi padaku, tapi kalau engkau mempermainkan adik Hung, aku tetap akan memandangmu sebagai musuh." "Sebetulnya bukan aku tidak mencintainya, hanya saja...." Pek Yun Hui menarik nafas panjang. "Kenapa?" Tanya Sie Bun Yun dingin. "Aku... aku tidak bisa mencintainya, harap engkau dapat memaklumi kesulitanku!" Pek Yun Hui menundukkan kepala. "Saudara kecil!" Tegas Sie Bun Yun. "Kalau engkau berniat mempermainkan adik Hung, aku tidak akan melepaskanmu!" "Saudara Bun Yun, aku...." "Apakah engkau sudah punya tunangan?" "Sesungguhnya aku...." Pek Yun Hui berhenti mendadak KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Bagian ke tiga puluh empat Menghadapi Musuh Dalam kondisi Lemah Kenapa Pek Yun Hui tidak melanjutkan ucapannya? Karena ketika ia baru mau memberitahukan tentang dirinya, tiba-tiba terdengar suara orang. "Heran, seharusnya mereka berada di sini!" Bukan main terkejutnya Pek Yun Hui, sebab di saat ini ia dan Sie Bun Yun dalam kondisi lemah, tiba-tiba terdengar suara yang mencurigakan "Apakah Si Kakek Ular sengaja menjebak kita?" Terdengar lagi suara sahutan. Ketika mendengar suara itu, Pek Yun Hui semakin terkejut Karena ia mengenali suara itu, yang tidak lain suara Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng, ketua partai Hwa San dan To Pie Kim Kong-Thu It Kang. Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun saling memandang, mereka berdua tampak tegang karena suara itu semakin dekat Berselang sesaat suara itu mulai menjauh dan Pek Yun Hui pun menarik nafas lega, justru pada waktu bersamaan, terdengarlah suara derap kuda yang menarik kereta. "Suheng!" Terdengar suara seruan Thu It Kang. "Ada orang ke mari!" "Kita bersembunyi dulu, lihat siapa yang datang," Sahut Tu Wee Seng. Pek Yun Hui memandang ke depan, tampak sebuah kereta kuda berhenti di situ, kemudian melompat turun seseorang, yang tidak lain adalah Ling Hung, Kelihatannya gadis itu sama sekali tidak tahu keberadan Tu Wee Seng dan Thu It Kang di tempat itu. "Kakak Yun! Kakak Yun!" Seru Ling Hung gembira. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Pek Yun Hui serba salah, menyahut salah, tidak menyahut pun salah, Di saat ia merasa serba salah, mendadak tampak dua sosok bayangan melesat ke arah Ling Hung secepat kilat Ling Hung terkejut dan cepat-cepat mengayunkan senjatanya, Kemudian terdengar suara tawa dingin, senjata Ling Hung telah tertangkis oleh toya bambu. Betapa kagetnya Ling Hung, namun kemudian malah tertawa dan memandang ke dua orang itu seraya berkata. "Ternyata kalian berdua lagi!" "Tidak salah!" Sahut Tu Wee Seng sambil tertawa gelak. "Engkau mau ke mana?" "Lho?" Ling Hung tersenyum. "Aku mau ke mana adalah urusanku, kenapa engkau turut campur?" Sebetulnya Ling Hung cemas bukan main, namun ia tetap berlaku tenang dan berusaha mengalihkan perhatian ke dua orang itu. "Hm!" Dengus Tu Wee Seng. "Apakah mereka berdua telah terluka, maka menyuruhmu pergi mencari kereta kuda?" "Ha ha!" Ling Hung tertawa. "Mereka berdua ter-luka?" "Apakah tidak?" Tu Wee Seng tertawa licik. "Dugaanmu salah, Bagaimana mungkin mereka ter-luka?" Sahut Ling Hung setenang mungkin. "Suheng!" Sela Thu It Kang. "Tidak perlu terlalu banyak bicara dengannya! ia pasti tahu berada di mana ke dua orang itu. Suruh saja dia mengajak kita ke sana!" "Hei!" Bentak Tu Wee Seng pada Ling Hung. "Engkau dengar tidak?" "Kalau ingin menyuruhku untuk mengajak kalian ke sana, itu memang gampang! Tapi kalian berdua jangan begitu galak!" Ling Hung tersenyum. "Ayoh, mari ikut aku!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Mendengar sampai di sini, Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun sudah tahu maksud tujuan gadis itu. Ternyata Ling Hung akan mengajak ke dua orang itu ke tempat lain, ia bermaksud agar Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun dapat meloloskan diri, namun bagaimana dirinya setelah itu?" "Tunggu!" Seru Tu Wee Seng. "Engkau mau ke mana?" "Lho?" Ling Hung pura-pura heran. "Bukankah kalian menyuruhku untuk mengajak kalian ke tempat mereka ?" "Engkau tidak perlu macam-macam, mereka berdua pasti berada di dalam rimba ini!" Tu Wee Seng tertawa. "Ketika turun dari kereta itu, engkau berseru memanggil siapa?" "Wuah!" Ling Hung tertawa. "Engkau sudah tua, tapi masih cerdas, Kami memang sudah berjanji bertemu di sini, namun kalau mereka berdua tidak ada di sini, kami akan bertemu di depan sana." "Oh?" Tu Wee Seng tertegun "Kalau begitu, ajaklah kami ke sana!" "Ohya!" Ling Hung teringat sesuatu. "Apakah kalian tidak akan tenang aku meninggalkan kereta kuda di sini?" Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun terharu sekali, sebab ucapannya itu justru ditujukan pada mereka berdua. sementara Ling Hung telah mengajak Tu Wee Seng dan Thu It Kang pergi, Pek Yun Hui menarik nafas panjang. "Walau adik Hung telah meninggalkan kereta kuda itu untuk kita, namun kita tetap tidak bisa meninggalkan tempat ini. Aaakh... sia-sialah maksud baiknya!" "Saudara kecil!" Sie Bun Yun menatapnya tajam. "Kalau engkau mempermainkan dirinya, engkau betul-betul bukan manusia!" "Kalau aku berniat mempermainkannya, biar aku mati mengenaskan!" Sahut Pek Yun Hui. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kalau begitu...." Sie Bun Yun mengerutkan kening. "Kenapa engkau tadi bilang tidak bisa mencintainya? "Karena...." Pek Yun Hui menarik nafas dalam-dalam lalu memberitahukan. "Tahukah engkau, bahwa sesungguhnya aku seorang gadis?" Pek Yun Hui memberanikan diri untuk memberitahukan tentang itu, sebab ia mengira bahwa setelah itu, semua urusan akan beres. Akan tetapi, justru tidak segampang apa yang dibayangkan nya. Ketika mendengar itu, Sie Bun Yun tampak tertegun Namun kemudian mendadak ia tertawa keras, kelihatannya ia amat gusar "Saudara Bun Yun, kenapa engkau tertawa?" Tanya Pek Yun Hui. "Saudara kecil!" Sie Bun Yun menatapnya dengan penuh kegusaran "Caramu berbohong, masih kurang tepat!" "Oh?" Pek Yun Hui tertegun "Maksudmu?" "Engkau ingin menggunakan alasan ini untuk menolak cinta adik Hung!" Sahut Sie Bun Yun dan menegaskan "Kalau adik Hung terjadi apa-apa, aku tidak akan begitu gampang melepaskanmu!" Padahal Pek Yun Hui memberitahukan secara jujur, tapi sebaliknya Sie Bun Yun malah mengiranya berbohong dan tidak pereaya sama sekali. "Saudara Bun Yun...." "Ssst!" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sie Bun Yun memberi isyarat sekaligus berbisik "Ada orang menuju ke mari!" Pek Yun Hui mengintip ke depan, tampak Hek Sat Ciu-Sim Cong sedang berjalan dengan wajah murung, Begitu melihat orang itu, giranglah Pek Yun Hui. "Saudara Sim!" Panggilnya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sim Cong langsung berhenti ia tampak tertegun dan menengok ke sana ke mari mencari arah suara tadi "Saudara Sim, kami berada di balik pohon." Pek Yun Hui memberitahukan Sim Cong segera mendekati pohon itu, Begitu melihat Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun, ia pun berteriak kaget "Haaah? Kalian berdua terluka?" "Panjang sekali kalau dituturkan," Sahut Pek Yun Hui. "Saudara Sim, sudikah engkau menolong kami satu kali lagi?" "Tentu." Sim Cong mengangguk Pek Yun Hui menunjuk ke dapan ke arah kereta kuda itu, kemudian ujarnya dengan suara rendah. "Sebetu!nya Ling Hung yang membawa kereta kuda itu ke mari. Kami ingin berangkat ke gunung Kwat Cong San dengan kereta kuda itu. Saudara Sim, tolong bawa kereta kuda itu ke mari!" "Saudara Pek!" Sahut Sim Cong mengusulkan "ltu agak repot, lebih baik aku memapah saudara Sie dan menuntunmu ke sana, itu akan menghemat waktu. "Betul" Pek Yun Hui mengangguk Sim Cong segera memapah Sie Bun Yun, dan sekaligus menuntun Pek Yun Hui, lalu berjalan menuju kereta kuda itu. Tak lama mereka sudah sampai di situ, Sim Cong memapah Sie Bun Yun ke dalam kereta diikuti Pek Yun Hui, Sim Cong duduk di depan kemudian menyentakkan tali kendali Kuda itu meringkik keras, kemudian berlari kencang meninggalkan rimba itu. "Saudara kecil!" Sie Bun Yun menatap Pek Yun Hui. "Bagaimana adik Hung"." Kenapa engkau sama sekali tidak memperdulikannya?" "Saudara Bun Yun!" Sahut Pek Yun Hui. "Aku bukan orang semacam itu. Kalau pun kita ingin mempedu!i-kannya KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sekarang, tenaga kita tidak mengizinkan. Lagi pula sebelum menemukan kita, Tu Wee Seng dan Thu It Kang pasti tidak akan berbuat jahat terhadapnya." Sie Bun Yun menarik nafas panjang, sementara kereta itu terus melaju. Hening suasana di dalam kereta, Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun membungkam. sesungguhnya saat ini Pek Yun Hui sudah mati, sebab ia telah banyak kehilangan hawa dan tenaga mur-ninya, Namun ia justru tidak mati, bukankah sangat mengherankan? Tidak perlu heran, karena sejak kecil Pek Yun Hui mempelajari Toa Pan Yok Hian Kang (llmu Gaib Mem-bikin Diri Menjadi Kebal), ilmu tersebut yang me!in-dunginya, maka setelah beristirahat satu hari satu malam. hawa dan tenaga murni Pek Yun Hui suda pulih tiga bagian. Pek Yun Hui memandang ke luar, Legalah hatinya karena matanya telah melihat gunung Kwat Cong San. sementara kereta kuda itu terus melaju menuju gunung tersebut, namun Sie Bun Yun masih tetap membungkam. Ketika petang hari, kereta kuda itu sudah mulai memasuki kawasan gunung Kwat Cong San. Akhirnya mereka sampailah di jalan setapak, dan kereta kuda itu terpaksa berhenti "Sudah tiba di Kwat Cong San," Ujar Sim Cong sambil meloncat turun. Pek Yun Hui juga turun, Di saat itulah terdengar suara pekikan di atas kepala mereka. Ternyata tampak seekor burung bangau besar terbang di angkat "Saudara Sim, terimakasih atas bantuanmu!" Ucap Pek Yun Hui. "Sama-sama," Sahut Hek Sat Ciu-Sim Cong. "Saudara Sim!" Pek Yun Hui menatapnya. "Apa yang engkau pikirkan itu, aku pasti tidak akan membuatmu kecewa." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Oh?" Wajah Sim Cong berseri. "Sungguhkah itu?" "Sudah dua kali engkau menyelamatkan kami, tentunya aku tidak akan membohongimu," Jawab Pek Yun Hui. "Ohya! Apakah kalian masih membutuhkan bantuan-ku?" Tanya Sim Cong yang melihat burung bangau itu terbang semakin rendah. "Terimakasih!" Sahut Pek Yun Hui. "Kita pasti berjumpa lagi." "Kalau begitu, aku mohon diri." Sim Cong meloncat ke tempat duduk kereta kuda itu, kemudian menyen-takkan tali kuda seraya berseru. "Sampai jumpa!" Kereta kuda itu mulai melaju meninggalkan gunung Kwat Cong San. Burung bangau itu memekik keras lagi, lalu melayang turun. Pek Yun Hui segera memeluk leher burung itu, ia meninggalkan gua Thian Kie Cinjin cuma satu bu!an, Namun dalam sebulan ini, ia telah mengalami berbagai kejadian. Si Bangau Sakti yang amat cerdas itu cepat-cepat menekuk kaki nya. Pek Yun Hui segera memapah Sie Bun Yun ke punggung Bangau Sakti, lalu ia pun meloncat ke atas, dan sekaligus menepuk leher Bangau Sakti. Seketika juga Bangau Sakti mengembangkan sayapnya terbang ke atas, Sie Bun Yun terkejut dan bertanya. "Saudara kecil, ini burung piaraanmu?" "Betul." Pek Yun Hui mengangguk Bangau Sakti itu terus terbang. Berselang beberapa saat kemudian, Bangau Sakti itu pun terbang turun di depan gua Thian Kie Cinjin. "Guru! Guru! Aku sudah pu!ang!" Seru Pek Yun Hui. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Akan tetapi, pintu gua itu tetap tertutup rapat Pek Yun Hui segera meloncat turun dari punggung Bangau Sakti, lalu berlari ke pintu gua. Ketika baru mau mendorong pintu gua itu, ia melihat secarik kertas di atas sebuah batu di depan itu, Pek Yun Hui mengambil kertas itu, dan sekaligus membacanya. Aku meninggalkan gua, kapan pulang tidak dapat dipastikan, harap engkau baik-baik menjaga diri itu adalah tulisan Na Hai Peng. Begitu membaca tulisan tersebut, sekujur badan Pek Yun Hui menjadi dingin seketika. Cepat-cepat ia berlari menghampiri Bangau Sakti, Ketika melihat wajah Pek Yun Hui yang kacau balau itu, Sie Bun Yun bertanya. "Saudara kecil, apa yang terjadi?" "Guruku tidak berada di dalam gua," Sahut Pek Yun Hui memberitahukan Sie Bun Yun tertegun, kemudian meloncat turun dari punggung Bangau Sakti. "Saudara kecil, tidak usah berduka! kalau pun gurumu ada, belum tentu juga dapat mengobatiku." Ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Pek Yun Hui diam. Berselang sesaat ia memandang Bangau Sakti seraya bertanya. "Hian Giok! Guru ke mana? Tahukah engkau dan dapatkah pergi mencarinya segera?" Bangau Sakti mengeluarkan suara, kemudian langsung terbang ke atas dan berputar ke sana ke mari, lalu turun lagi. Pek Yun Hui tahu, bahwa burung itu tidak tahu gurunya pergi ke mana, maka seketika wajah Pek Yun Hui berubah murung sekali. "Saudara Bun Yun, Hong Kwat Hu Khi itu bisa bertahan sampai tujuh hari. Kini masih ada waktu satu hari, aku akan pergi mencari guru bersama Hian Giok. Kalau tidak KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menemukan guru, aku pun pasti pulang ke mari," Ujar Pek Yun Hui. "Tenaga murnimu masih belum pulih, bagaimana mungkin engkau akan pergi mencari gurumu? Lebih baik beristirahatlah! Setelah pulih carilah adik Hung, tidak usah menghiraukan diriku!" Sahut Sie Bun Yun. "Saudara Bun Yun, lebih baik aku papah engkau ke dalam gua dulu," Suara Pek Yun Hui terisak. Pek Yun Hui segera memapah Sie Bun Yun ke dalam gua Thian Kie Cinjin, kemudian membaringkannya di atas sebuah batu. "Saudara Bun Yun, kalau engkau masih tidak per-caya, aku akan memperlihatkan diriku yang sebenarnya," Ujar Pek Yun Hui setelah membaringkannya Sie Bun Yun tampak mulai bereuriga, sebab sikap Pek Yun Hui saat ini persis seperti sikap seorang gadis. "Benarkah engkau seorang gadis?" Tanyanya masih kurang pereaya. "Kalau engkau masih kurang pereaya, sebentar lagi engkau akan tahu." Pek Yun Hui melangkah ke dalam. Di saat Pek Yun Hui melangkah ke dalam, di saat itu pula berkelebat sosok bayangan memasuki Goan Thian Kie ini. Pek Yun Hui tersentak, karena ia mendengar suara pekikan Bangau Sakti, pertanda ada orang memasuki gua. Pek Yun Hui yang belum menyalin pakaian wanila, segera menghunus pedangnya dan langsung melesat ke luar Tidak tampak Sie Bun Yun terbaring di atas batu, Betapa terkejutnya Pek Yun Hui, sehingga merasa matanya berkunang-kunang dan nyaris pingsan seketika. Mendadak ia mendengar lagi suara pekikan burung-nya. Laksana kilat Pek Yun Hui melesat ke luar meninggalkan gua itu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ia melihat burungnya terbang ke atas, dan rontok pula tiga helai bulunya, Menyaksikan itu, Pek Yun Hui bertambah terkejut Sebab Bangau Sakti adalah burung piaraan Thian Kie Cinjin, usianya sudah ratusan tahun dan memiliki tenaga yang amat dahsyat Akan tetapi, kini burung itu malah terpukul hingga bulunya rontok tiga heiai, Dapat dibayangkan, betapa hebatnya kepandaian pendatang itu. Walau kondisi badan Pek Yun Hui masih lemah, namun ia tetap memaksakan dirinya untuk mengejar pendatang itu. Pek Yun Hui melihat orang itu memakai jubah kuning, dalam sekejap sudah hilang di sebuah tikungan, Dalam keadaan gugup, Pek Yun Hui masih sempat bersiul panjang memanggil Bangau Sakti. Begitu mendengar suara siulan Pek Yun Hui, Bangau Sakti langsung terbang ke arahnya dan sekaligus menukik ke bawah. Pek Yun Hui segera meloncat ke atas punggung Bangau Sakti, Ditepuknya leher burung itu, dan burung tersebut pun segera terbang ke arah orang itu. Setelah tiba di tempat itu, Bangau Sakti terbang turun. Pada waktu bersamaan, tampak beberapa benda meluncur ke arah Bangau SaktL Pek Yun Hui tahu bahwa itu semacam senjata rahasia, Walau ia memegang pedang, tapi tidak bisa menangkis senjata-senjata rahasia itu. Bangau Sakti itu segera mengibaskan sepasang sayapnya. Senjata-senjata rahasia itu terpukul jatuh, tapi Bangau Sakti sendiri kehilangan beberapa helai bulunya. "Siapa itu?" Bentak Pek Yun Hui. "Harap tinggalkan namamu!" Tiada sahutan, Pek Yun Hui segera meloncat turun dari punggung Bangau Sakti, ia pun terbelalak karena melihat KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ senjata rahasia yang jatuh itu cuma berupa bambu kecil sebesar dan sepanjang jari kelingking. Pek Yun Hui tertegun, tapi mendadak ia teringat sesuatu. "Ku Ciok" (Bambu kering)! Apakah orang berjubah kuning itu musuh Sie Bun Yun? Tanya Pek Yun Hui dalam hati, Tapi bukankah Sie Bun Yun juga memakai bambu kering sebagai senjata, ada hubungan apa di antara mereka? Berpikir sampai di sini, ia pun mulai mengejar lagi. Akan tetapi, orang berjubah kuning itu sudah tiada jejaknya, Pek Yun Hui berhenti, lalu menarik nafas panjang sambit menggeleng-gelengkan kepala, Tiba-tiba ia terbelalak ternyata ia melihat ada tulisan di permukaan tanah. Guru membawaku pergi, harap saudara kecil tidak perlu cemas, Seusai membaca itu, Pek Yun Hui berdiri termangumangu di tempat, lalu memandang jauh ke depan sambil berkeluh. "Saudara Bun Yun, engkau pergi begitu saja?" Kini Pek Yun Hui merasa hatinya hampa, lagi pula Sie Bun Yun masih tidak mempereayai dirinya adalah seorang gadis, Entah berapa lama kemudian, barulah Pek Yun Hui kembali ke gua Thian Kie. Sehari lewat sehari, tak terasa sepuluh hari telah berialu, Dalam sepuluh hari ini, Pek Yun Hui selalu berdiri di atas sebuah batu yang tinggi besar sambil memandang ke depan. Ia berharap, Sie Bun Yun akan muncul mendadak di situ, Akan tetapi, hingga kini sudah sepuluh hari, pemuda pujaan hatinya itu sama sekali tidak muncul Keesokan hari nya, ia berpesan pada Bangau Sakti agar hati-hati menjaga gua Thian Kie. Setelah itu, Pek Yun Hui segera meninggalkan gua itu dan tetap mengenakan pakaian lelaki Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Kini Pek Yun Hui telah meninggalkan gunung Kwat Cong San. ia berdiri di pinggir jalan di mana ketika itu ia melihat gerobak-gerobak ekspedisi Thian Liong melalui jalan tersebut Pek Yun Hui menarik nafas panjang, lalu melanjutkan perjalanannya. Kini ia sudah tiba di sebuah kota yang pernah dihampirinya sebulan yang Iatu. Sesudah tersenyum getir, diayun kan nya kakinya lagi meninggalkan kota itu, Tak lama ia sudah sampai di tempat ia pernah bertarung dengan dua orang piauwsu ekspedisi Thian Liong, kemudian muncul Sie Bun Yun yang selalu tertawa riang gembira, Akan tetapi kini.... Pek Yun Hui menghela nafas dan berpikir, apakah guru Sie Bun Yun akan berhasil memunahkan racun ular yang mengidap di dalam tubuh Sie Bun Yun? seandainya tidak berhasil itu berartl... Pek Yun Hui tidak berani berpikir lagi, lalu duduk di bawah sebuah pohon rindang sambil memejamkan matanya. "Saudara Bun Yun, kenapa engkau tidak mempercayaiku?" Gumamnya. Lama sekali Pek Yun Hui memejamkan matanya, berselang sesaat mendadak ia mendengar suara bentakan dingin. "Sudah boleh engkau membuka mata!" Pek Yun Hui terkejut bukan main, karena suara bentakan itu begitu dekat Segeralah ia membuka matanya dan melihat seorang berdandan seperti pelajar berdiri di hadapannya. Siapa orang itu? Ternyata Kim Coa Suseng-Wang Han Siang, kepala piauwsu bendera kuning markas cabang ekspedisi Thian Liong. Pek Yun Hui ingin menghindar, namun sudah tidak keburu, karena merasa ada tenaga yang amat dahsyat menerjang dadanya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "jangan bergerak!" Bentak Wang Han Siang dingin. "Kalau berani bergerak, aku tidak akan berlaku sungkan terhadapmu!" Ternyata ujung kipas Wang Han Siang telah menyentuh Hua Kai Hiat di dada Pek Yun Hui. Apabila Wang Han Siang mengerahkan Lweekangnya, Pek Yun Hui pasti terluka dalam seketika. "Engkau mau apa?" Tanya Pek Yun Hui sambil mengernyitkan kening. "Ha ha!" Wang Han Siang tertawa. "Aku kira setelah kaitan lolos, tidak akan berjumpa lagi! Siapa tahu, kita justru bertemu di sini!" Perlu diketahui, selama sepuluh hari itu, Pek Yun Hui pun memperdalam ilmu silatnya di gua Thian Kie, terutama ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu, boleh dikatakan sudah mahir sekali Karena itu, timbullah suatu akal dan ia pun tertawa. "Setelah bertemu denganku, engkau mau bagai-mana?" Tanyanya. "Aku...." Sebelum Wang Han Siang menyelesaikan sahutannya, mendadak badan Pek Yun Hui sudah bergeser ke samping sejauh tiga depa. Seketika juga Wang Han Siang terbelalak menyaksikannya, begitu pula Pek Yun Hui, ia sendiri pun tidak menyangka bisa begitu. Akan tetapi, tiba-tiba Wang Han Siang menyerangnya dengan kipas menggunakan jurus yang mematikan Dapat dibayangkan betapa lihay dan dahsyatnya serangan itu. Namun ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu jauh lebih hebat, Karena mendadak Pek Yun Hui telah hilang sehingga kipas itu menghantam sebuah pohon. "Braaak!" Pohon itu roboh terpukul kipas Wang Han Siang. Begitu Pek Yun Hui hilang dari hadapannya, Wang Han Siang semakin terkejut, dan cepat-cepat membalikkan badannya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Tampak Pek Yun Hui berdiri tersenyum-senyum di situ, Wang Han Siang tertawa dingin dan langsung menyerang, Pek Yun Hui mengerahkan Ngo Heng Mie Cong Pu untuk menghindar, sebab ia tahu dirinya masih bukan tandingan Wang Han Siang, Setelah menghindar, ia melesat pergi. Bagaimana mungkin Wang Han Siang membiarkan-nya? ia pun melesat mengejar Pek Yun Hui, Karena kian lama kian mendekat, maka Pek Yun Hui terpaksa harus melawannya. Tiba-tiba ia membalikkan badannya, lalu secepat kilat menyerang Wang Han Siang dengan tiga jurus beruntun Yakni jurus Hui Liong Sam Sek (Tiga Gerakan Naga Sakti). Serangan-serangan itu amat dahsyat dan aneh, sehingga Wang Han Siang terpaksa mengerahkan ginkang Pat Pu Teng Khong (Delapan Langkah Meloncat Ke Angkasa) untuk menghindari serangan-serangan itu. "Kenapa engkau masih mengejarku?" Bentak Pek Yun Hui. Wang Han Siang tidak menyahut, melainkan langsung menggerakkan kipasnya menyerang Pek Yun Hui. itu adalah jurus Wua Ti Fan Yun (Membalikkan Awan Di Bawah Pergelangan). Karena amat membenci Pek Yun Hui, maka tangan kirinya juga ikut menyerang dengan jurus Ling Coa Thuh Sing (Ular Sakti Menyemburkan Racun), Wang Han Siang menyerang dengan sepenuh tenaga, maka betapa dahsyatnya ke dua serangan itu. Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Pusaka Gua Siluman Karya Kho Ping Hoo