Bangau Sakti 74
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 74
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung Pek Yun Hui tahu akan kedahsyatan ke dua serangan itu, maka ia tidak menangkis melainkan mengerahkan Ngo Heng Mie Cong Pu untuk menghindar "Hm!" Dengus Wang Han Siang dingin ketika melihat Pek Yun Hui mengerahkan ilmu itu lagi. Laksana kilat ia menyerang lagi dengan jurus Hwee Yam Sung Thian (Api Berkobar Membakar Langit). KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Pek Yun Hui tertawa, lalu menghindar lagi dengan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu. Ketika badan Pek Yun Hui bergerak, Wang Han Siang melancarkan sebuah pukulan ke arah Pek Yun Hui. itu adalah jurus Hui Coa Pik Khong (Ular Terbang Menembus Angkasa), yakni jurus andalan Wang Han Siang, Akan tetapi, Pek Yun Hui tetap bisa menghindar dengan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu. Perlu diketahui, ilmu tersebut ciptaan Sam Im Sin Ni bersama Thian Kie Cinjin ratusan tahun lalu, Betapa hebat dan aneh ilmu tersebut, tentunya dapat dibayangkan Setelah menghindar, mendadak Pek Yun Hui balas menyerang dengan jurus Ih Ong Soh Kang (Nelayan Menyebarkan Jala), pedangnya mengarah pada pergelangan tangan Wang Han Siang. Wang Han Siang cepat-cepat berkelit, namun ujung pedang Pek Yun Hui berhasil menggores pergelangan tangannya, ia telah malang melintang sekian tahun dalam rimba persilatan dan selama itu tidak pernah mengalami hal seperti ini. Bahkan Souw Peng Hai, yakni ketua partai Thian Liong yang memiliki ilmu Kan Goan Cih pun masih merasa kagum akan kepandaiannya. Akan tetapi, ia malah terjungkal dua kali di tangan Pek Yun Hui, bahkan pergelangan tangannya pun ter-gores, Betapa gusarnya Wang Han Siang, wajahnya langsung menghijau. Mendadak Wang Han Siang memeluk keras, lalu laksana kilat menyerang Pek Yun Hui. sementara Pek Yun Hui justru berdiri tertegun, karena tidak menyangka bahwa dirinya akan berhasil melukai lengan Wang Han Siang. Ketika mendengar suara pekikan itu, tersentaklah Pek Yun Hui. Begitu melihat Wang Han Siang menyerangnya begitu nekad, tanpa banyak pikir lagi ia pun meluruskan pedangnya melesat ke arah Wang Han Siang, Tampak berkelebat sinar KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ putih mengarah pada Wang Han Siang yang sedang menyerang, Ternyata Pek Yun Hui telah mengeluarkan ilmu Sen Kiam Hap (Badan Menyatu Dengan Pedang). Wang Han Siang yang sedang menyerang itu terkejut bukan main, sebab ia pernah merasakan kedahsyatan ilmu pedang itu. seketika juga ia ingin mundur, tapi hawa dingin pedang itu telah mengarah padanya. Apa boleh buat Wang Han Siang terpaksa merubah jurusnya untuk menangkis serangan Pek Yun Hui. Akan tetapi, jurusnya itu sama sekali tidak dapat membendung. Secepat kilat Wang Han Siang menggeserkan badannya, namun pedang lawan telah menusuk bahu-nya. Wang Han Siang segera meloncat mundur, bahkan segera kabur dari tempat itu. "Ha ha!" Pek Yun Hui tertawa gembira, karena telah berhasil menusuk bahu Wang Han Siang, dan orang itu pun kabur terbirit-birit. Setelah suara tawanya lenyap, mendadak Pek Yun Hui mendengar suara seorang gadis yang amat dikenalnya. Pek Yun Hui segera melesat ke belakang pohon, kemudian memandang ke arah suara itu. seketika itu juga ia tertegun, ternyata ia melihat Ling Hung yang terus tertawa cekikikan Di hadapan gadis itu berdiri dua orang yaitu Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng dan To Pie Kim Kong-Thu It Kang yang ke duanya tampak bengis. "Bocah perempuan!" Bentak Tu Wee Seng sambil menjulurkan tangannya mengarah Leng Tay Hiat di kepala Ling Hung. "Sudah cukup apa belum engkau tertawa?" Ling Hung tetap tidak menyahut, malah masih ter-tawa, sehingga membuat wajah Tu Wee Seng menghijau saking mendongkolnya. "Kalau aku mengerahkan sedikit tenaga, nyawamu pasti melayang!" Bentaknya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Pek Yun Hui yang mengintip itu terkejut bukan main, Kalau ia melesat ke luar menolong gadis itu, pasti tidak keburu dan sebaliknya akan kesulitan bagi dirinya sendiri sedangkan Ling Hung menarik nafas panjang, dan memandang Tu Wee Seng. "Cepatlah turun tangan!" Ujarnya. "Bocah perempuan!"Tu Wee Seng tertawa terkekeh-kekeh. "Benarkah engkau tidak takut mati?" "Mungkin Kakak Yunku telah mati, maka aku ingin segera menyusulnya!" Ling Hung menarik nafas panjang lagi. "Apabila engkau turun tangan membunuhku, itu memang yang kukehcndaki! Kalau tidak, aku tetap akan cari mati!" Pek Yun Hui tersentak ia tidak menyangka Ling Hung akan sungguh-sungguh mati demi dirinya, itu karena cinta, lantaran dirinya mengenakan pakaian lelaki, Biar bagaimanapun aku harus menolongnya, Pek Yun Hui membatin Namun ia pun yakin, Tu Wee Seng tidak akan membunuhnya, itu cuma menakuti gadis tersebut saja. "Hm!" Dengus Tu Wee Seng dingin. "Kalau engkau tidak bilang Cong Cin To itu disimpan di mana, jangan harap engkau bisa mati!" "Kalau begitu, Kakak Yunku terpaksa harus menungguku beberapa hari lagi di perjalanan alam baka!" Ujar Ling Hung sambil menarik nafas. Walau Pek Yun Hui seorang gadis, namun mengucurkan air mata juga ketika mendengar Ling Hung mengucapkan begitu, dan hatinya amat tersentuh "Hm!" Dengus Tu Wee Seng lagi "Engkau harus diberi sedikit pelajaran! Kalau tidak, engkau terlampau keras kepala! Sutee, cepat gantung dia!" Ujarnya dingin. "Ya," Sahut Thu It Kang dan selangkah demi selangkah mendekati Ling Hung, lalu menjulurkan tangannya mencengkeram urat nadi gadis itu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ling Hung memang tidak bisa melawan, namun tangannya masih bisa bergerak, dan langsung mengayun ke arah muka Thu It Kang. Plaaak! Tamparan itu keras sekali, sehingga membuat pipi Thu It Kang berbekas telapak tangan Ling Hung. "Aduuuh!" Jerit Thu ItKang kesakitan dan tertegun, kemudian mendadak mengayunkan tangannya ke arah dada gadis itu sekuat tenaga. Kalau dada Ling Hung terpuku!, tidak mati pun pasti terluka parah, Dapat dibayangkan, betapa terkejutnya Pek Yun Hui yang mengintip itu. ia harus menolongnya, namun ketika baru mau melesat ke luar, di saat itu pula terdengar suara "Serrrt", menyusul suara jeritan Thu U Kang seperti babi dipotong. Pek Yun Hui terbelalak dan memandang dengan penuh perhatian seketika juga wajahnya tampak berseri dan hatinya girang bukan main. Tangan kiri Thu It Kang memegang lengan kanan-nya. wajahnya pucat pias, keringatnya mengucur deras dan tampak menderita sekali. sedangkan Tu Wee Seng menggenggam toya bam-bunya erat-erat, berdiri di sisi Thu It Kang dengan wajah gusar, Di hadapannya berdiri seorang tua dan seorang pemuda, Begitu melihat pemuda itu, Ling Hung memanfaatkan kesempatan Ketika Thu It Kang menjerit kesakitan, dan Tu Wee Seng menatap orang tua tersebut, ia langsung berlari mendekati pemuda itu. Siapa pemuda tersebut? Tidak lain adalah Sie Bun Yun yang amat dirindukan Pek Yun Hui. Ketika menyaksikan wajah Sie Bun Yun yang bersemangat itu, legalah hati Pek Yun Hui, itu pertanda racun ular yang mengidap di tubuhnya telah punah sama sekali. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Rasanya ingin sekali keluar dari tempat persembunyiannya untuk menemui Sie Bun Yun, namun muncul pula suatu rencana, maka ia harus menahan diri, dan terus mengintip ke arah mereka. "Adik Hung!" Sie Bun Yun tertawa gelak. "Tam-paranmu tepat sekali mengenai pipinya, cuma sayang masih kurang keras!" "Kakak misan!" Tanya Ling Hung cepat "Di mana Kakak Yunku? Apakah dia masih hidup?" Pertanyaan tersebut membuat wajah Sie Bun Yun berubah agak kelabu, Lagi pula Ling Hung tidak merasa gembira akan kemunculannya, begitu membuka mulut langsung menanyakan tentang Pek Yun Hui. Ketika melihat Sie Bun Yun diam, Ling Hung justru mengira telah terjadi sesuatu atas diri Pek Yun Hui, maka seketika juga air matanya berderai dan bibirnya ber-gemetar. "Kakak misan! Bagaimana keadaan Kakak Yun, beritahukanlah padaku!" Desak Ling Hung sambil menatapnya. "Adik Hung, ketika aku meninggalkannya, dia tidak apaapa," Jawab Sie Bun Yun memberi tahukan. "Tapi hawa dan tenaga murninya masih belum pu!ih." "Kalau begitu...." Ling Hung tampak cemas sekali. "Adik Hung!" Sie Bun Yun tersenyum "Aku akan memberitahukan sebuah lelucon padamu." "Kakak misan, aku...." Ling Hung sangat mencemaskan keadaan Pek Yun Hui, sebaliknya Sie Bun Yun malah ingin memberitahukannya suatu lelucon, itu membuat gadis tersebut tidak habis berpikir "Lelucon apa?" "Pek Yun Hui bilang, dia adalah seorang gadis juga." Sie Bun Yun memberitahukan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Apa?" Ling Hung tertegun, kemudian tertawa ge!i. "Omong kosong! Tak mungkin dia seorang gadis! Bagaimana keadaannya?" "Entahlah!" Sie Bun Yun menggelengkan kepala. "Adik Hung, lebih baik engkau segera memberi hormat pada guruku!" Ling Hung segera memberi hormat pada orang tua jubah kuning, lalu memanggilnya "Locianpwee", setelah itu ia berkata pada Sie Bun Yun. "Kakak misan, Kakak Yun tinggal di mana, ajak aku ke sana menengoknya!" Pek Yun Hui tertegun, karena Ling Hung ingin menemuinya, Padahal tadi gadis itu mengiranya telah mati, tapi kini sudah tahu dirinya belum mati dan sama sekali tidak pereaya kalau dirinya seorang gadis. Harus bagaimana menyelesaikan urusan ini? Pek Yun Hui mengernyitkan kening sambil berpikir ia yakin Sie Bun Yun pasti membawa Ling Hung ke gua Thian Kie tempat tinggalnya, maka timbullah suatu rencana dalam hatinya. sementara Thu It Kang masih menjerit-jerit kesakitan Ternyata ketika ia mengayunkan tangannya memukul dada Ling Hung, mendadak meluncur sepotong bambu kecil menghantam tangannya, seketika itu juga dua jari tangannya putus, darahnya mengucur dan merasa sakit sekali Betapa gusarnya Tu Wee Seng, namun ketika melihat pendatang itu, ia pun terheran-heran. ia ketua partai Hwa San yang terkemuka di rimba persilatan, kaum pesilat yang tiada partai boleh dikatakan dikenalnya semua, Akan tetapi, ia tidak kenal orang tua jubah kuning itu. Walau dalam keadaan gusar, Tu Wee Seng tidak berani bertindak sembarangan ia hanya berdiri diam sambil mendengarkan pembicaraan ke dua muda-mudi itu. Berselang beberapa saat kemudian, ia memandang orang tua jubah kuning itu seraya berkata. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Maaf, bolehkah aku tahu siapa engkau?" "Hm!" Dengus orang tua berjubah kuning. "Partai Hwa San tiada permusuhan denganmu, kenapa engkau langsung melukai tangan adik seper-guruanku?" "Siapa engkau?" Tanya orang tua berjubah kuning membentak "Guru!" Sahut Sie Bun Yun memberitahukan. "Dia adalah Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng, ketua partai Hwa San-" "Orang semacam dia berderajat jadi ketua partai? Apakah kaum Bu Lim di Tionggoan telah begitu merosot ?" Ujar orang tua berjubah kuning sambil tertawa dingin. Sungguh menghina ucapan orang tua jubah kuning itu, bahkan memandang rendah pada Tu Wee Seng selaku ketua partai Hwa San. "Bagus!" Ling Hung bertepuk tangan sambil tertawa gembira, Selama belasan hari ini ia terus menyimpan rasa kesalnya terhadap ke dua orang itu dalam hati, kini dilampiaskannya. "Ucapan Cianpwee memang tidak sa-lah!" "Hei!" Bentak Tu Wee Seng pada orang tua berjubah kuning, Kelihatannya ia sudah tidak bisa bersabar dan menahan diri lagi. "Cepat beritahukan, siapa engkau?" "Phui!" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Orang tua berjubah kuning meludah. "Apa-kah engkau berderajat untuk mengetahui namaku?" Kedudukan Tu Wee Seng amat tinggi dalam rimba persilatan, tapi kini justru dihina habis-habisan oleh orang tua berjubah kuning. Oleh karena itu kegusarannya me-muncak, dan tanpa banyak pikir lagi langsung menyerangnya dengan toya bambu, Bayangan toya bambu berkelebatan mengarah pada orang tua berjubah kuning, Ternyata Tu Wee Seng mengeluarkan jurus Taysan To Liu (Air Mengalir di Gunung Taysan), yakni jurus andalannya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Ha ha!" Orang berjubah kuning tertawa gelak, dan mendadak badannya bergerak laksana kilat menerobos bayangan-bayangan toya bambu itu. Terkejutlah Tu Wee Seng, dan secepat kilat meloncat mundur beberapa depa. Ternyata ia khawatir orang tua berjubah kuning akan menyerangnya mendadak Akan tetapi, orang tua berjubah kuning itu tidak menyerang Tu Wee Seng, melainkan memandang Sie Bun Yun seraya bertanya. "Anak Yun, orang itu ketua partai Hwa San?" Kelihatannya orang tua berjubah kuning itu kurang pereaya, lantaran menganggap kepandaian Tu Wee Seng masih rendah, Walau orang tua berjubah kuning itu amat meremehkannya, Tu Wee Seng tidak berani menyerang lagi, hanya melintangkan toya bambunya, sebab gerakan orang berjubah kuning itu sangat aneh. Padahal Tu Wee Seng juga berkepandaian tinggi Kalau tidak, bagaimana mungkin ia bisa menjabat sebagai ketua partai Hwa San? Namun ketika ia melancarkan jurus Taysan To Liu (Air Mengalir Di Gunung Taysan), yakni jurus andalannya yang amat ampuh itu, orang jubah kuning itu mampu menerobos serangannya, maka ia terkejut bukan kepalang. "Tidak salah," Sahut Sie Bun Yun. "Dia memang ketua partai Hwa San yang amat tersohor itu." Ucapan "Amat tersohor itu", diucapkan Sie Bun Yun dengan nada menyindir, maka seketika juga wajah Tu Wee Seng memerah saking gusarnya, Namun ia memang licik, tidak melampiaskan kegusarannya malah tertawa panjang. "Dia masih berani tertawa," Ujar orang berjubah kuning sambil tertawa dingin. "Semula aku mengira dia orang tak bernama." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Tu Wee Seng sudah tak dapat mengendalikan diri lagi, sebab orang berjubah kuning itu terus-menerus menghinanya. "Engkau punya kepandaian apa, sehingga berani bermulut besar?" Ujarnya dingin. "Beranikah engkau bermulut besar?" Orang berjubah kuning balik bertanya sambil menatapnya tajam. "Aku berani mohon petunjuk!" Sahut Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng. "Cianpwee!" Sela Ling Hung mendadak "Orang itu jahat sekali, harap Cianpwee jangan melepaskannya!" "Nona kecil!" Orang berjubah kuning itu memandang Ling Hung sambil tersenyum. "Walau jarang membunuh, namun aku bukan orang baik-baik. Memang ada baiknya aku memberi sedikit pelajaran pada orang itu." "Bagus!" Ling Hung tertawa gembira. "Dia harus diberi pelajaran, agar tidak sok. Dia cuma berani berhadapan dengan anak kecil." Mereka berdua bereakap-cakap seakan tidak memandang sebelah mata pada Tu Wee Seng, itu membuat nafas Tu Wee Seng memburu saking gusarnya. "Engkau boleh mulai!" Ujar Tu Wee Seng dingin. Orang berjubah kuning memandang toya bambu di tangan Tu Wee Seng, lalu manggut-manggut. "Sunguh kebetu!an, senjatamu berupa toya bambu, senjataku pun berupa sebatang tongkat bambu kering!" Katanya. Tergerak hati Tu Wee Seng mendengar ucapan orang itu. sepertinya ia pernah mendengar tentang seseorang yang menggunakan bambu kering sebagai senjata, namun ia justru lupa di saat ini. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Bambu bertemu bambu memang adil!" Ujarnya sambil tersenyum, sebab ia yakin tongkat bambu kering orang berjubah kuning itu tidak akan selihay toya bambunya. Tangan orang berjubah kuning bergerak, tahu-tahu sudah menggenggam sebalang bambu kering tapi masih berwarna hijau. Begitu melihat bambu kering itu, Tu Wee Seng tampak bersemangat karena toya bambunya lebih panjang dan lebih besar dari bambu kering di tangan orang berjubah kuning. Memang bambu kering di tangan orang berjubah kuning itu agak pendek dan kecil, mirip mainan anak-anak, itu yang membesarkan hati Tu Wee Seng. "Hm!" Dengus orang berjubah kuning. "Hati-hatilah!" Tangan orang berjubah kuning bergerak, ternyata ia Sudah mulai menyerang dengan jurus Kim Kong Coh Kiam (Kim Kong Menciptakan Pedang). seketika juga bambu kering itu berkelebatan mengarah pada Tu Wee Seng. Secepat kilat Tu Wee Seng berkelit, dan sekaligus balas menyerang dada orang berjubah kuning mengarah pada Sien Kie Hiat. Sungguh mengherankan orang tua berjubah kuning itu cuma diam, Namun ketika ujung toya bambu itu mendekat pada dadanya, barulah ia menggerakkan bambu keringnya menangkis toya bambu itu. Bambu kering kecil itu tampak tiada tenaga sama sekali, itu membuat Tu Wee Seng berpikir bahwa mereka berdua tiada permusuhan, dan lagi pula cuma sekedar bertanding, jadi cukup saling menyentuh dengan ujung bambu saja, tidak perlu mengadu nyawa, Karena berpikir begitu, maka ia cuma ingin mematahkan bambu kering di tangan orang tua berjubah kuning itu. Segeralah digerakkannya toya bambunya dengan jurus Han Goat Can Poh (BuIan Dingin Ombak Menderu). jurus ini KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ penuh mengandung tenaga, maksudnya ingin memukul patah bambu kering itu. Akan tetapi, orang tua berjubah kuning itu tetap menangkis dengan bambu keringnya sehingga Tu Wee Seng bergirang dalam hati, dan yakin bambu kering itu pasti patah terpukul toya bambunya. "Plaaak!" Kedua bambu itu berada Sungguh di luar dugaan, bambu kering itu tidak patah, malah mengeluarkan tenaga lunak yang amat dahsyat Begitu merasa adanya tenaga itu, Tu Wee Seng menyadari adanya gelagat tidak beres, Cepat-cepat ditariknya toya bambunya, namun terlambat "Ha ha!" Orang tua berjubah kuning tertawa, Lengan kanannya tampak bergerak sedikit Tu Wee Seng merasa tenaga lunak itu bertambah dahsyat menerjang ke arah-nya, maka agar tidak diterjang tenaga itu, ia mengangkat toya bambunya dan sekaligus menggeserkan badannya. justru pada waktu bersamaan, ujung bambu kering itu mengarah pada dadanya, itu membuat Tu Wee Seng terkejut bukan main, Maka demi menyelamatkan diri dari serangan tersebut ia terpaksa menggunakan senjata ra-hasianya, dan seketika juga ia mengayunkan tangan kirinya. Tampak tiga buah senjata rahasia meluncur ke arah orang tua berjubah kuning, akan tetapi, terdengarlah suara "Plak! Plak! Plak!" Ternyata tiga buah senjata rahasia itu telah terpukul oleh bambu kering, dan terpental laksana kilat berbalik mengarah pada Tu Wee Seng. Betapa terkejutnya Tu Wee Seng, sebab bisa jadi senjata makan tuan. Tu Wee Seng langsung meloncat pergi menghindari senjata rahasianya sendiri Namun sungguh di luar dugaan, orang tua berjubah kuning itu pun bergerak, Sungguh aneh, cepat dan lincah gerakan itu, Sebelum Tu Wee Seng menaruh kakinya di bawah, ujung KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ bambu kering itu telah mendahuluinya menotok Noh Hu Hiat di ubun-ubunnya. itu adalah jalan darah yang amat penting, kalau tertotok Tu Wee Seng pasti akan mengalami gegar otak. Maka dapat dibayangkan, betapa terperanjatnya Tu Wee Seng. Secepat kilat ia mengayunkan toya bambu nya ke atas untuk menangkis bambu kering itu, dengan menggunakan jurus Hui Hong Soh Liu (Angin puyuh Menyapu Pohon). Akan tetapi, toya bambu Tu Wee Seng justru menangkis tempat kosong, Ternyata orang tua berjubah kuning tadi cuma mengeluarkan jurus tipuan, dan ketika Tu Wee Seng menggerakkan toya bambunya menangkis, bambu kering itu pun bergerak cepat menotok Siauw Yauw Hiat seketika juga Tu Wee Seng merasa Siauw Yauw Hiatnya tergetar, dan terus-menerus tertawa ge!ak. Setelah berhasil menotok jalan darah itu, orang tua berjubah kuning tidak menyerang lagi, melainkan meloncat mundur sedangkan Tu Wee Seng terus tertawa dengan wajah kehijau-hijauan, dan keringatnya terus mengucur di keningnya. "Aku telah menotok Siauw Yauw Hiatmu!" Ujar orang tua berjubah kuning dingin. "Engkau akan terus tertawa, satu jam kemudian baru bisa berhenti! Asal engkau mau merawat diri selama beberapa hari, tentunya tidak akan terjadi apa-apa! Tapi kalau engkau masih bertempur dengan orang lain, berarti engkau cari celaka!" Ketika melihat kakak seperguruan dipecundang orang tua berjubah kuning, Thu It Kang ingin menyc-rangnya, tapi Tu Wee Seng segera memberi isyarat padanya agar dia membawanya pergi dari tempat itu. Thu It Kang langsung melesat ke arah Tu Wee Seng, lalu memapahnya dan langsung membawanya pergi. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Hi hi!" Ling Hung tertawa gembira. "Bagus! Bagus! Biar dia tertawa terus sampai mampus! Siapa suruh dia begitu jahat!" Orang tua berjubah kuning selalu serius, tapi ketika mendengar suara tawa dan ucapan Ling Hung, ia pun ikut tersenyum". "Nona kecil! Orang itu berkepandaian tinggi, lain kali kalau bertemu dengannya, engkau harus berhati-hati!" Pesan orang tua berjubah kuning. "Cianpwee!" Mendadak Ling Hung mengucurkan air maia. "Dia pembunuh ayahku, kalau aku tidak bisa me-lawannya, bagaimana mungkin menuntut bal.as dendam ayahku? Cianpwee, bolehkah aku jadi muridmu?" Setelah berkata demikian, Ling Hung menjatuhkan diri berlutut di hadapan orang tua berjubah kuning itu. Namun orang tua berjubah kuning itu mengibaskan lengan bajunya, dan seketika juga Ling Hung terangkat bangun. "Aku tidak gampang menerima murid, Engkau berbakat dan bertulang bagus, tidak sulit berguru pada orang yang berkepandaian tinggi," Ujarnya. "Engkau tidak perlu bermohon padaku." "Cianpwee...." Ling Hung masih ingin bermohon, namun Sie Bun Yun cepat-cepat berkata. "Adik Hung, guruku telah menolak, maka engkau tidak perlu bermohon lagi," Karena Sie Bun Yun mengatakan begitu, berarti oiang tua berjubah kuning itu bersilat aneh, pereuma ia bermohon lagi, maka ia pun diam. "Tak terduga sama sekali, mendadak aku memasuki Tionggoan, justru malah menyelamatkan nyawamu," Ujar orang tua berjubah kuning pada Sie Bun Yun. "Sekarang aku mau pulang, sesudah beres urusanmu di Tionggoan, lebih KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ baik engkau kembali ke pulau saja! jangan terus di Tionggoan, itu akan menimbulkan banyak urusan." Setelah berkata demikian, orang tua berjubah kuning melesat pergi, dan dalam waktu sekejap sudah lenyap dari pandangan Ling Hung. "Kakakmisan!" Gadis itu kagum dan tertegun "Guru-mu berkepandaian begitu tinggi, tapi justru tidak mau menerimaku sebagai muridnya, sedangkan kini aku sudah tidak punya famili.." Berkata sampai di sini, air mata Ling Hung meleleh Iagi. Sie Bun Yun menarik nafas panjang, lalu mendekatinya dan sekaligus membelai-belai rambutnya. "Adik Hung, guru sudah bilang tadi, kelak engkau akan bertemu guru yang berkepandaian tinggi, tenanglah!" Ujar Sie Bun Yun lembut. "Ya." Ling Hung mengangguk "Ohya, Kakak misan, cepatlah temani aku pergi ke Kwat Cong San!" "Baik." Sie Bun Yun tidak menolak, namun ia sangat berduka dalam hati, sebab Ling Hung cuma memikirkan Pek Yun Hui, sama sekali tidak memikirkannya, Walau demikian, ia tetap bersikap sewajar mungkin. ****** Bab ke 35 - Makam Palsu Menimbulkan Masalah Lain Dalam perjalanan menuju gunung Kwat Cong San, Sie Bun Yun terus membungkam dengan wajah murung, ia amat mencintai Ling Hung, tapi adik misannya ini justru mencintai Pek Yun Hui, justru mereka berdua masih tidak pereaya, sebetulnya Pek Yun Hui seorang gadis. "Kakak misan!" Ling Hung meliriknya. "Apakah engkau sangat membenciku dalam hati?" Tidak." Sie Bun Yun menggelengkan kepala. "Aku sama sekali tidak membencimu, sungguh!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kakak misan...." Ling Hung menarik nafas panjang. " Aku tahu, engkau selama ini sangat merindukanku, Tapi aku justru rindu pada Kakak Yun, tentunya engkau mengerti kan?" Sie Bun Yun segera memandang ke tempat lain, sepasang matanya telah basah, kemudian sahutnya agak terisak. "Adik Hung, jangan kau ungkit masalah itu lagi! Asal engkau bisa hidup bahagia bersama Pek Yun Hui selamanya, aku pun merasa gembira sekali!" "Kakak misan!" Ling Hung tersenyum. "Engkau baik sekali." Ling Hung mencetuskan dengan setulus hati. Sie Bun Yun pun tahu, maka ia manggutfmanggut dan merasa dirinya tidak punya jodoh dengan adik misannya ini, Kemudian ia menyeka air matanya yang meleleh tanpa terasa itu seraya berkata. "Adik Hung, kita adalah saudara misan, boleh dikatakan seperti saudara kandung...." "BetuL" Ling Hung mengangguk "Oh ya! Kakak misan, aku punya suatu permintaan, mohon engkau sudi mengabulkannya!" "Apa permintaanmu, beritahukanlah!" Sie Bun Yun tersenyum. "Kakak misan, aku mohon agar engkau jangan membenci Kakak Yun!" Ujar Ling Hung memberitahukan permintaannya. Sie Bun Yun tertegun beberapa saat lamanya, setelah itu barulah menyahut dengan suara rendah. "Adik Hung, asal Pek Yun Hui baik terhadapmu, aku pasti tidak akan membencinya....," Sie Bun Yun berhenti berkata, berselang sesaat barulah melanjutkan "Asal-usul orang itu tidak jelas, lagi pula... kelihatannya sedang mencari kesempatan untuk menghindarimu..." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Engkau salah, Kakak misan!" Sahut Ling Hung cepat "Menurutku, Kakak Yun bukanlah orang yang tak berperasaan. "Alangkah baiknya kalau pandanganku salah, Tapi asal dia berlaku sedikit tidak baik terhadapmu, aku pun tidak gampang me lepas kan nya. Adik misan, dia bilang dirinya adalah seorang gadis, bukankah itu lucu sekali?" "Memang lucu." Ling Hung tertawa. "Dia cuma bereanda dengan Kakak misan, apakah engkau menganggap serius?" Sie Bun Yun berpikirsejenak, kemudian tertawa geli, dan yakin Pek Yun Hui cuma bereanda. Kini mereka telah memasuki kawasan gunung Kwat Cong San. Ketika mendekati gua Thian Kie, tempat tinggal Pek Yun Hui, Sie Bun Yun menghentikan langkahnya. "Adik Yun, dia tinggal di dalam gua itu. Aku... aku tidak mau ke sana." Setelah mengetahui Pek Yun Hui tinggal di dalam gua itu, Ling Hung pun bersorak girang dalam hati, Apa yang diucapkan Sie Bun Yun barusan, ia sama sekali tidak memperhatikan nya. "Ng!" Sahutnya dan langsung melesat ke arah gua tersebut Menyaksikan itu, Sie Bun Yun berduka dalam hati lagi dan berdiri termangu-mangu di situ, Berselang beberapa saat kemudian, ketika ia baru mau meninggalkan tempat itu, mendadak ia mendengar suara jeritan Ling Hung yang sangat memilukan hati. "Duuuk!" Suara seakan orang jatuh mendadak. "Adik Hung! Adik Hung!" Seru Sie Bun Yun tertegun "Kenapa engkau?" Sie Bun Yun segera melesat ke tempat itu, Barusan Ling Hung menjerit, itu pertanda gadis tersebut telah mengalami KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sesuatu, maka betapa cemasnya Sie Bun Yun, Walau Ling Hung tidak mencintainya, ia tetap mencintainya dengan sepenuh jiwa raganya. Setelah sampai di tempat itu, Sie Bun Yun melihat Ling Hung menggeletak di hadapan sebuah makam Gadis itu tidak bergerak sama sekali, ternyata telah pingsan Sie Bun Yun segera mengangkat Ling Hung. ia sama sekali tidak membaca tulisan yang ada di batu nisan, sebab ia amat mengkhawat irkan Ling Hung yang wajahnya telah pucat pias, Cepat-cepat Sie Bun Yun mengurut beberapa jalan darahnya, Tak lama gadis itu mulai siuman, dan sekaligus mengeluarkan suara keluhan "Aaaakh...." "Adik Hung, siapa yang melancarkan serangan gelap terhadapmu?" Tanya Sie Bun Yun cepat Begitu siuman, air mata Ling Hung meleleh dan sekujur badannya bergemetar. "Adik Hung! Beritahukanlah! Siapa yang memukul-mu?" Tanya Sie Bun Yun dan merasa sakit menyaksikan Ling Hung. "Kakak Yun! Kakak Yun, dia... dia..." Sahut Ling Hung sambil menangis sedih. "Dia?" Sie Bun Yun terkejut "Dia apakan dirimu?" Ling Hung terus menangis sedih, kemudian dengan tangan bergemetar ia menunjuk makam itu seraya berkata dengan air mata berderai-derai. "Kakak Yun... dia... dia sudah mati." "Apa?" Sie Bun Yun tertegun. "ltu bagaimana mung kin?" "Lihatlah sendiri!" Ling Hung menunjuk nisan tersebut suaranya telah berubah serak lantaran terlalu menahan rasa sedihnya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sie Bun Yun menoleh memandang nisan makam itu, seketika juga ia terbelalak ternyata nisan itu bertulisan demikian. MAKAM PEK YUN HUI. Sesudah membaca tulisan itu, Sie Bun Yun tertegun entah berapa saat lamanya, kemudian menarik nafas seraya bergumam. "Heran, ketika membawaku ke mari, dia tampak semakin sehat Bagaimana mungkin bisa mati menda-dak?" "Demi engkau!" Ling Hung menatap Sie Bun Yun. "ltu gara-gara demi engkau, akhirnya dia pula yang mati!" Sie Bun Yun termangu-mangu. Kematian Pek Yun Hui juga membuat duka hatinya, Kini ucapan Ling Hung itu, bagaikan sebuah pisau menusuk ke dalam hatinya. "Ha ha ha!" Mendadak Sie Bun Yun tertawa seperti orang gila, Tidak salah! Memang demi diriku, kalau bukan karena demi menyelamatkan diriku, bagaimana mungkin dia akan mati? Aku,., akulah penyebab kematiannya!" Setelah menyaksikan makam dan tulisan yang ada di nisan tersebut, Ling Hung dan Sie Bun Yun menganggap Pek Yun Hui telah mati. Padahal sesungguhnya, di saat itu Pek Yun Hui justru bersembunyi di sebuah gua lain yang tak jauh dari situ. Di depan gua itu ditumbuhi rerumputan liar, sehingga Sie Bun Yun dan Ling Hung tidak melihat gua tersebut. Ketika menyaksikan keadaan mereka berdua, sedihlah hati Pek Yun Hui dan rasanya ingin sekali keluar menemui mereka, Namun ia tahu, apabila ia keluar menemui mereka, urusannya dengan Ling Hung pasti tidak akan beres. Oleh karena itu, Pek Yun Hui mengeraskan hatinya untuk tetap bersembunyi di dalam gua itu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sementara Ling Hung terus memandang Sie Bun Yun, lalu mendadak melompat bangun seraya berseru-seru. "Kakak Yun! Kakak Yun, tunggulah aku! Aku akan menyusulmu...." Tiba-tiba Ling Hung menubruk batu nisan itu. Pek Yun Hui sama sekali tidak menyangka Ling Hung akan berbuat senekad itu, Padahal sebelumnya, Ling Hung sering mengatakan, apabila Pek Yun Hui mati, ia pun tidak akan hidup lagi. Pek Yun Hui mengira itu cuma omongan di mulut saja, tidak tahunya Ling Hung sungguh-sungguh me-lakukannya. Saat ini kalau Pek Yun Hui melesat ke luar, tetap juga tidak keburu menolong gadis tersebut. sedangkan Sie Bun Yun, sejak kecil sudah bersama Ling Hung, maka ia tahu jelas gerak-gerik maupun tingkah lakunya. Ketika Ling Hung memandang batu nisan itu, hatinya sudah tersentak dan di saat Ling Hung menggerakkan badannya, ia pun langsung berseru. "Jangan, Adik Hung!" Akan tetapi, Ling Hungsudah meloncat ke arah batu nisan itu, Sie Bun Yun cepat-cepat menyambarnya, tapi cuma berhasil menyambar ujung bajunya. Serrt! Ujung baju Ling Hung tersobek. Terkejutlah Sie Bun Yun, kemudian laksana kilat melesat ke batu nisan itu mendahului Ling Hung, ia melesat dengan mengerahkan ginkangnya, Begitu sepasang kakinya menginjak tanah, badan Ling Hung sudah sampai di situ. Kalau kepala Ling Hung terbentur batu nisan itu, niseaya gadis itu akan mati seketika, Namun saat ini Sie Bun Yun sudah berdiri di situ, maka kepala Ling Hung cuma menubruk dadanya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Duuuk!" Dada Sie Bun Yun terbentur kepala Ling Hung, sehingga tergetar keras, tak lama mulutnya mengalir darah segar Setelah menubruk dada Sie Bun Yun, Ling Hung berdiri sambil memandangnya sambil berkata. "Kenapa engkau berbuat demikian?" "Adik Hung!" Sie Bun Yun tersenyum getir "Engkau tidak boleh mati." Pek Yun Hui yang bersembunyi di dalam gua tampak berduka sekali, apalagi ketika melihat Sie Bun Yun terluka dalam "Kakak misan!" Ling Hung terisak-isak. "Aku sudah bilang, kalau tiada Kakak Yun, aku pun tidak bisa hidup lagi." Sie Bun Yun menarik nafas panjang, matanya menatap Ling Hung dalam-dalam seraya berkata. "Adik Hung, dendam ayahmu belum terbalas, bagaimana mungkin engkau mati? Engkau mati karena cinta, sehingga tidak membalas dendam ayahmu, bukankah akan ditertawakan orang?" "Kakak misan, engkau telah salah omong." "Kok aku salah omong?" "Kepandaianku masih rendah, maka kalau mau balas dendam haruslah belajar ilmu silat lagi. Namun Kakak Yun sudah mati, jadi bagaimana mungkin aku bisa belajar ilmu silat tingkat tinggi? Kakak misan, aku sungguh tidak mau hidup lagi." "Aaakh...." Sie Bun Yun menarik nafas panjang. "Adik Hung, engkau pun pernah menasihatiku agar tidak berduka kan?" "Ya." Ling Hung mengangguk KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Adik Hung, aku seperti dirimu kehilangan kekasih, tapi aku masih tetap hidup, kenapa engkau tidak?" "Kakak misan, Kakak Yun telah mati...." Ling Hung tampak sempoyongan mau jatuh. Sie Bun Yun segera menahannya agar tidak jatuh, tapi ia sendiri telah terluka dalam, maka tidak kuat menahannya, dan akhirnya mereka jatuh bersama. "Adik Hung!" Ujar Sie Bun Yun sambil menggenggam tangannya. "Biar bagaimana pun engkau tidak boleh mati." Ling Hung tak menyahut, hanya menangis sedih dengan air mata berderai-derai, Air mata Sie Bun Yun pun sudah meleleh. Begitu pula Pek Yun Hui yang bersembunyi di dalam gua, ia terisak-isak sedih. Entah berapa lama kemudian, hari pun sudah mulai geiap, Ling Hung tetap duduk di samping batu nisan itu, sedangkan Sie Bun Yun berdiri tak bergerak di samping Ling Hung. Di bawah sinar rembulan, Pek Yun Hui melihat mereka berdua diam saja, ia yakin Sie Bun Yun berhasil membujuk Ling Hung, agar tidak membunuh diri Mulai sekarang hati Ling Hung akan terus berduka, tapi Pek Yun Hui pereaya, lama kelamaan hati Ling Hung yang berduka itu pasti akan terobati oleh cinta kasih Sie Bun Yun yang teramat dalam ilu. Memang agak tak berperasaan Pek Yun Hui membuat makam palsu itu, tapi tiada cara lain untuk menyelesaikan urusan tersebut, lalu bagaimana dengan dirinya sendiri ? Perlahan-lahan Pek Yun Hui meninggalkan gua itu, kemudian memasuki gua Thian Kie. ia menyalin pakaiannya dengan pakaian hitam, dan kepalanya pun ditutupi dengan kain hitam pula, sehingga dirinya mirip seorang ninja. Diambilnya beberapa butir obat, dan sekaligus menjinjing sebuah keranjang yang berisi makanan menuju makam palsu itu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Karena masih tereekam rasa duka, maka Sie Bun Yun dan Ling Hung tidak mengetahui kehadiran Pek Yun Hui. Setelah dekat, barulah mereka berdua terperanjat sambil menoleh. Melihat sosok bayangan hitam itu, Sie Bun Yun langsung membentak "Siapa?" Setelah mendekati ke dua orang itu, hati Pek Yun Hui menjadi kacau balau, ingin rasanya ia memeluk Sie Bun Yun dan menangis sepuas-puasnya. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Akan tetapi, ia tidak berbuat begitu, melainkan menahan dukanya dalam hati, ia menaruh keranjang itu ke bawah, lalu memberi isyarat dengan tangan seakan dirinya bisu. "Akh! Aaakh!" Melihat orang itu tidak berniat jahat, Sie Bun Yun merasa lega. "Apakah engkau orang dari gua Thian Kie?" Tanya-nya. Pek Yun Hui diam saja seakan tidak mendengar pertanyaan Sie Bun Yun. "Bagaimana Kakak Yun mati?" Tanya Ling Hung. Pek Yun Hui tetap diam. ia mengeluarkan obat yang dibawanya, dan diserahkannya pada Sie Bun Yun. "Adik Hung!" Ujar Sie Bun Yun pada Ling Hung. "Pereuma engkau bertanya padanya, Dia orang gagu dan tuIi, tidak mendengar pertanyaan kita," "Aku harus bertanya padanya," Tandas Ling Hung, Gadis itu mengambil sebatang ranting, kemudian menulis di tanah. "Kenapa Kakak Yun bisa mati?" Pek Yun Hui mengge!eng-gelengkan kepala, sedangkan Ling Hung menarik nafas panjang sambil membuang ranting itu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sie Bun Yun membagi obat itu pada Ling Hung, tapi gadis itu tidak mau meminumnya, Sie Bun Yun terus membujuknya, akhirnya Ling Hung mau juga meminum obat itu, itu adalah obat buatan Na Hai Peng yang sangat manjur Setelah minum obat itu, tak lama mereka berdua pun tampak bersemangat dan segan Pek Yun Hui berdiri termangu-mangu sambil memandang mereka, berselang sesaat barulah ia meninggalkan mereka, Tiba-tiba Ling Hung mengerutkan kening, ternyata ia merasa kenal orang berpakaian hitam itu. "Kakak Yun!" Serunya. Pek Yun Hui tersentak dan nyaris menghentikan langkahnya, namun ia mengeraskan hatinya, dan terus melangkah. "Aaaakh...." Keluh Ling Hung. "Kakak Yun telah mati, biar aku memanggilnya, tidak mungkin dia akan menyahut." "Adik Hung!" Ujar Sie Bun Yun cepat. "Engkau sudah tahu dia tidak akan menyahut, kenapa barusan engkau masih memanggilnya?" "Orang berpakaian hitam itu.,,." Ling Hung menarik nafas panjang. "Bentuk badannya mirip Kakak Yun, maka aku memanggilnya." Setelah mendengar itu, Sie Bun Yun diam sambil berpikir keras. ia masih ingat, ketika Pek Yun Hui membawanya ke gunung Kwat Cong San, kesehatan Pek Yun Hui pun mulai pulih. Seandainya dia amat berduka lantaran kehilangan jejak Sie Bun Yun, tidak mungkin akan membuatnya mati secara mendadak Apabila dia bunuh diri, tentunya meninggalkan pesan, Tetapi kematiannya.... Sie Bun Yun menengok makam itu, sama sekali tidak bisa menemukan sebab musabab kematian Pek Yun Hui. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Adik Hung!" Ujarnya kemudian. "Hari sudah malam, mari kita ke dalam gua Thian Kie saja!" "Ya." Ling Hung mengangguk "Kakak misan, engkau tadi mengatakan bahwa dendam ayahku belum terbalas Kalau kelak aku sudah berhasil membalas dendam ayah-ku, engkau jangan mencegahku lagi ya!" "Kita bicarakan saja kelak," Sahut Sie Bun Yun. "Aku sudah mengambil keputusan itu, maka sampai waktu itu engkau jangan menasihatiku lagi!" Tegas Ling Hung. Sie Bun Yun diam, Mereka berdua lalu menuju gua Thian Kie, sementara Pek Yun Hui tetap berpakaian hitam dan kepalanya pun tetap ditutup dengan kain hitam, ia menyambut mereka dengan tingkah seperti orang gagu dan tuli. Akan tetapi, Sie Bun Yun terus memperhatikannya. Pek Yun Hui adalah gadis yang sangat cerdas, ia tahu kalau Sie Bun Yun sudah mulai bereuriga terhadap dirinya, maka ia lalu bergerak-gerik seperti orang tolol puIa. Betapa dukanya hati Pek Yun Hui, namun tetap ingin mencurahkan isi hatinya kepada orang yang amat di-cintainya. Berselang beberapa saat kemudian, Pek Yun Hui meninggalkan gua Thian Kie. Tak lama Sie Bun Yun pun ke luar, itu setelah Ling Hung tidur Ternyata ia menuju ke makam Pek Yun Hui. Sie Bun Yun berdiri termangu-mangu di depan makam itu, rupanya memikirkan penyebab kematian Pek Yun Hui. Tiba-tiba terdengarlah suara helaan nafas ringan di tempat yang tak jauh dari situ, Walau sangat ringan, namun Sie Bun Yun mendengar dengan jelas dan merinding seketika, ia yakin itu adalah suara helaan nafas Pek Yun Hui. otomatis membuat otak Sie Bun Yun terus berputar akhirnya ia yakin Pek Yun Hui tidak mati. Dengan adanya KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ keyakinan itu, timbul pula rasa bencinya terhadap Pek Yun Hui, karena ia menganggap Pek Yun Hui mempermainkan Ling Hung, ia ingin membentak, tapi kemudian dibatalkannya. Berendap-endap ia menuju tempat suara helaan nafas itu, dan setelah menikung ia melihat sosok bayangan hitam berdiri di situ. Orang itu sedang memandang rembuIan, punggungnya menghadap Sie Bun Yun dan masih mengeluarkan suara helaan nafas. sepasang mata Sie Bun Yun membara, pertanda kegusarannya telah memuncak ia langsung melesat ke arah Pek Yun Hui sambil membentak keras. "Saudara kecil, bagus sekali perbuatanmu!" Betapa terkejutnya Pek Yun Hui, ia sama sekali tidak menyangka Sie Bun Yun akan muncul di tempat ini, sehingga membuatnya tertegun. sedangkan Sie Bun Yun mendekatinya selangkah demi selangkah Wajah kehijauan-hijauan dan menatap Pek Yun Hui dengan mata berapi-api. "Bagus!" Ujar Sie Bun Yun sambil berhenti "Bagus sekali perbuatanmu!" Pek Yun Hui menyesal dalam hati, kenapa ia tidak mau cepat-cepat meninggalkan gua Thian Kie, sebaliknya malah berdiri di tempat itu sambil menghela nafas pan-jang, akhirnya Sie Bun Yun memunculkan diri di situ. Ketika menyaksikan sikap Sie Bun Yun yang begitu emosi, tanpa sadar ia mengucurkan air mata. Padahal sesungguhnya ia bermaksud baik, Kalau Ling Hung menganggapnya telah mati, otomatis cinta kasihnya akan dialihkan pada Sie Bun Yun. Akan tetapi justru di luar dugaannya makam palsu itu akan menimbulkan kejadian lain. "Engkau masih merasa malu sehingga mengucurkan air mata?" Bentak Sie Bun Yun tertawa dingin. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Engkau tahu aku merasa malu?" Tanya Pek Yun Hui tenang. "Hm!" Dengus Sie Bun Yun dingin. "Engkau membuat makam palsu, itu menyebabkan adik Hung nyaris membunuh diri! Kini dia sangat berduka karena mengira engkau telah mati! Engkau,., engkau sungguh bukan manusia!" Sie Bun Yun terus mencacinya, sedangkan air mata Pek Yun Hui terus mengucur "Phui!" Sie Bun Yun meludahi Pek Yun Hui. "Aku memang telah salah memandang dirimu, bahkan menganggapmu sebagai teman baik," "Saudara Bun Yun...." Suara Pek Yun Hui terisak-isak dan mundur selangkah pula. "Engkau... engkau...." "Siapa yang menyuruhmu memanggilku saudara? Engkau adalah binatang!" Sie Bun Yun menudingnya dengan tangan bergemetar. "Uaaakh...." Pek Yun Hui menangis keras, lalu melesat pergi. Hati Pek Yun Hui berduka sekali, bahkan merasa sakit karena dirinya telah diludahi Sie Bun Yun yang amat dicintainya itu, Karena itu, ia terus berlari dan berlari meninggalkan tempat itu sejauh mungkin. Walau ia sudah berlari pergi, semua cacian Sie Bun Yun masih mengiang di dalam telinganya, akhirnya ia menutup telinganya sambil berlari dan menangis tersedu-sedu. ****** Ketika Pek Yun Hui melesat pergi, Sie Bun Yun justru berdiri termangu-mangu di tempat itu. Setelah itu, di saat ia baru mau mengejar Pek Yun Hui, mendadak ia mendengar suara Ling Hung di belakangnya. "Kakak misan! Barusan engkau bicara dengan siapa?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sie Bun Yun segera membalikkan badannya, ia melihat Ling Hung sedang berjalan mendekatinya, seketika juga kacau hatinya, ia tidak tahu harus berterus terang pada Ling Hung atau harus merahasiakan itu. Kalau ia merahasiakan tentang itu, walau hati Ling Hung berduka, tapi masih tetap menyimpan kenangan manis. Ketika Sie Bun Yun tidak tahu harus mengambil keputusan apa, Ling Hung sudah berdiri di sisinya, wajahnya menengadah memandang rembulan yang remang-remang. "Kakak misan, aku tadi seperti mendengar engkau bicara dengan seseorang, siapa orang itu?" Tanya Ling Hung. Sie Bun Yun bukanlah pemuda yang pandai ber-bohong, karena itu ia jadi tertegun ditanya demikian oleh Ling Hung, Sesaat kemudian, mendadak ia menggenggam tangan Ling Hung erat-erat seraya berkata. "Adik Hung, kalau aku beritahukan engkau... engkau jangan berduka ya!" "Kakak misan!" Ling Hung tersenyum sedih dan matanya bersimbah air. "Apalagi yang dapat membuat hatiku duka?" "Adik Hung, aku tadi berbicara dengan.... Pek Yun Hui." Sie Bun Yun memberitahukan. "Apa?" Ling Hung terbelalak "Aku tadi berbicara dengan Pek Yun Hui," Ujar Sie Bun Yun mengulanginya. "Kakak misan.,.," Air muka Ling Hung berubah. "Apakah itu adalah arwahnya?" "Bukan." Sie Bun Yun menggelengkan kepala. "Adik Hung, dia.,, dia sesungguhnya tidak mati." "Kakak misan jangan membohongiku!" Air mata Ling Hung mulai meleleh. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Orang yang membohongi dirimu itu adalah dia!" Sahut Sie Bun Yun dengan suara mengguntur "Dia ingin menghindarimu maka membuat sebuah makam palsu, agar engkau tidak memikirkannya lagi!" Setelah mendengar itu, sekujur badan Ling Hung bergemetar, kemudian mengibaskan tangannya agar tidak digenggam Sie Bun Yun. ia mundur beberapa langkah dengan wajah pucat pias, dan bibirnya terus bergemetar. "Dia... dia ke mana sekarang?" Tanyanya. "Aku mencaci makinya, maka ia merasa malu dan langsung pergi," Sahut Sie Bun Yun. "Kakak misan, katakan padaku, dia pergi ke mana?" Ujar Ling Hung mendesak "Adik Hung...." Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sie Bun Yun menarik nafas panjang sambil menunjuk ke depan. "Dia lari ke arah sana." Begitu mendengar jawaban itu, Ling Hung langsung melesat ke sana. Sie Bun Yun terkejut lalu berteriak. "Adik Hung, engkau mau ke mana?" "Aku mau bertanya padanya," Sahut Ling Hung, Sie Bun Yun menyesal sekali karena berterus terang. ia tahu hati Ling Hung bertambah berduka mengetahui hal itu. Kini ia pergi menyusul Pek Yun Hui, bertemu Pek Yun Hui atau tidak, pasti akan terjadi sesuatu atas dirinya. Oleh karena itu, Sie Bun Yun segera melesat pergi mengikuti Ling Hung. Mereka berdua terus berlari, dan kirakira setengah jam kemudian, ke duanya sudah sampai di sebuah puncak gunung. Mereka tidak lagi bisa melanjutkan perjalanan, karena di hadapan mereka menganga lebar sebuah jurang. Sie Bun Yun baru mau berteriak menyuruh Ling Hung berhenti, gadis itu justru telah berhenti di tepi jurang tersebut KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Di saat itu, Sie Bun Yun melihat Pek Yun Hui duduk dan sedang menangis sedih di atas sebuah pohon di pinggir jurang itu. "Kakak Yun! Kakak Yun!" Panggil Ling Hung lembut Akan tetapi, Pek Yun Hui tampak seakan tidak mendengar, dan masih terus menangis sedih. "Kakak Yun! Aku sudah datang, engkau tidak dengar?" Suara Ling Hung bertambah lembut "Adik Hung sudah datang!" Bentak Sie Bun Yun. "Engkau masih berpura-pura dan macam-macam?" Pek Yun Hui meloncat turun dari pohon itu, lalu berdiri di pinggir jurang sambil memandang mereka berdua. "Kenapa kalian masih ke mari mencariku?" Tanya Pek Yun Hui dengan air mata berderai. "Kakak Yun.." Ling Hung tertegun "Jangan panggil aku Kakak Yun lagi!" Potong Pek Yun Hui cepat "Aku orang rendah, tidak pantas saling menyebut saudara dengan kalian! sebetulnya kalian berdua merupakan pasangan yang serasi! Sudahlah, kalian jangan mendekatiku lagi, anggaplah aku sudah mati!" Ling Hung termundur beberapa langkah sambil memandang Pek Yun Hui dengan mata terbelalak, kemudian ujarnya dengan suara rendah. "Kakak Yun! Aku... aku cuma mencintaimu...." "Aku justru tidak bisa menerima cintamu!" Sahut Pek Yun Hui. "Kenapa kalian tidak mempereayaiku?" "Pek Yun Hui! Tutup mulutmu!" Bentak Sie Bun Yun mendadak sambil mendekatinya. "Engkau adalah orang yang paling bodoh di kolong langit!" Pek Yun Hui menudingnya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Tidak salah!" Sahut Sie Bun Yun. "Engkau adalah binatang, tapi aku masih menganggapmu sebagai teman baikku, aku memang bodoh sekali!" Usai berkata begitu, tiba-tiba Sie Bun Yun menyerangnya dengan sebuah pukulan. Pek Yun Hui melihat pujaan hatinya menyerangnya dengan tidak berperasaan sekali, seketika juga hatinya terasa remuk. Maka ia tidak mau mengelak pukulan itu. "Duuuk!" Dada Pek Yun Hui terpukul membuat badannya agak sempoyongan "Ayoh! Pukul lagi!" Teriak Pek Yun Hui. "Pukul aku sampai mati, agar kegusaranmu terlampiaskan!" Sie Bun Yun maju selangkah, lalu memukul Pek Yun Hui lagi dengan jurus Cok Lang Thauw Thian (Ombak Menderu Ke Langit). sedangkan Pek Yun Hui tetap berdiri dengan tangan di bawah, sama sekali tidak berniat menangkis maupun mengelak pukulan itu. Ketika pukulan itu hampir me ngenai tubuh Pek Yun Hui, tiba-tiba Sie Bun Yun menarik kembali pukulannya seraya membentak "Kenapa engkau tidak mau menangkis pukulanku?" "Ha ha!" Pek Yun Hui tertawa. "Kenapa aku harus menangkis?" "Plak! Plak!" Sie Bun Yun menamparnya dan menghardik "Menamparmu pun telah mengotori tanganku!" Pek Yun Hui adalah Lan Tay Kong Cu, putri kaisar yang diagungkan, Sejak kecil ia amat dihormati siapa pun, dan tiada seorang pun berani bicara keras dengan dirinya, apalagi mencacinya. Namun kini, dirinya justru dicaci maki habis-habisan oleh pujaan hatinya, bahkan ditamparnya pula, Maka dapat dibayangkan, betapa terpukulnya batin Pek Yun Hui, wajahnya pucat pias, ia mundur beberapa langkah seraya berkata. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Bagus! Tidak salah engkau memukul dan menamparku pula! Ha ha! Ha ha ha...." Pek Yun Hui tertawa gelak dengan air mata berderai-derai. Tertegunlah Sie Bun Yun menyaksikan sikap Pek Yun Hui. sedangkan gadis itu memang sudah mengambil keputusan untuk menyudahi urusan tersebut "Memang tidak salah!" Ujarnya kemudian dengan tegas. "Aku tidak mencintai Ling Hung, apakah itu tidak boleh?" "Kakak Yun...." Wajah Ling Hung langsung berubah. "Kalian tidak perlu mencariku lagi, sampai di sini kita berpisah!" Lanjut Pek Yun Hui. "Ha ha! Bukankah baik sekali?" Pek Yun Hui tertawa gelak, lalu mendadak melesat pergi. Ling Hung ingin mengejarnya, tapi malah jatuh duduk, Namun Sie Bun Yun segera memapahnya bangun. "Adik Hung, dia begitu macam, kenapa engkau masih ingin mengejarnya?" Sie Bun Yun menggeleng-gelengkan kepala. Wajah Ling Hung pucat pias, Bibirnya bergemetar tak mampu mengeluarkan suara sedikit pun dan sepasang matanya telah berubah redup. Sie Bun Yun terkejut bukan main. Cepat-cepat ia memeriksa nadinya, ternyata denyut nadinya tidak teratur sama sekali Kalau terus begitu, Ling Hung pasti akan mati mendadak "Adik Hung!" Sie Bun Yun amat cemas, gugup dan panik. "Jangan begini, ingatlah masih ada dendam ayahmu yang belum terbalas!" Wajah Ling Hung yang pucat pias itu berubah merah padam, kemudian berubah kehijau-hijauan dan badannya mulai menggigil seperti kedinginan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Sie Bun Yun segera memegang Leng Tay Hiat di tubuh Ling Hung, lalu mengerahkan Lweekangnya, agar keadaan gadis itu bisa kembali normal. Akan tetapi, wajah Ling Hung yang kehijau-hijauan itu berubah merah padam lagi. Sie Bun Yun tahu, apabila wajah Ling Hung yang merah padam itu berubah pucat pias, maka nyawa gadis itu sulit tertolong lagi. Betapa cemasnya Sie Bun Yun, ia terus mengerahkan Lweekangnya untuk melindungi diri Ling Hung. Kemudian mendadak ia mendongakkan kepalanya memandang ke atas sambil berteriak-teriak. "Pek Yun Hui! Pek Yun Hui! Kalau Ling Hung terjadi sesuatu, itu berarti kita telah terikat oleh suatu dendam yang amat dalam!" "Kakak... Kakak misan!" Sekujur badan Ling Hung bergemetaran. "Engkau... engkau jangan-jangan menyusahkannya...!" "Krek! Krek!" Sie Bun Yun berkertak gigi. "Engkau sedemikian mencintainya, sebaliknya dia malah tidak punya perasaan terhadapmu "Engkau... engkau masih membelanya?" "Dia... dia tidak mencintaiku, tapi... aku tetap mencintainya," Sahut Ling Hung dengan suara Iemah. Usai menyahut begitu, wajah Ling Hung mulai berubah pucat dan sekujur badannya mulai menggigil lagi. Wajah Sie Bun Yun pun telah berubah amat tak sedap dipandang, sebab saat ini menyangkut rrnti hidupnya Ling Hung. justru pada saat yang sangat genting itu, tiba-tiba terdengar suara orang. "Sedang berbuat apa kalian berdua di situ?" Sie Bun Yun menoleh, tampak seorang wanita berusia empat puluhan mendekati mereka tanpa mengeluarkan sedikit suara pun. Wanita itu kelihatan anggun sekali, Walau berjalan santai, tapi KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dalam waktu sekejap sudah di hadapan mereka, Tertegunlah Sie Bun Yun, ia yakin bahwa wanita itu berkepandaian amat tinggi, karena itu timbullah suatu harapan dalam hatinya. "Mohon Cianpwee sudi memberi pertolongan!" Ujar Sie Bun Yun. Wanita itu memandang Ling Hung, kemudian melototi Sie Bun Yun, dan mendadak menjulurkan tangannya mendorong Sie Bun Yun. Tangan wanita itu tidak menyentuh badan Sie Bun Yun, Namun pemuda itu telah merasa ada tenaga yang amat dahsyat menerjang ke arahnya, dan seketika juga ia terpental jatuh duduk di tanah. Sie Bun Yun terkejut bukan main, namun wanita itu justru sudah mulai memberi pertolongan pada Ling Hung, itu membuat Sie Bun Yun tidak habis berpikir, sebetulnya wanita itu bermaksud baik atau jahat "Cianpwee!" Sie Bun Yun mendekatinya. "Cepat enyah!" Bentak wanita itu dingin. "Cianpwee.,,." Sie Bun Yun kebingungan "Aku menyuruhmu cepat enyah!" Bentak wanita itu sambil mengibaskan tangannya, dan seketika juga Sie Bun Yun terpental beberapa depa jauh. Begitu jatuh duduk lagi, Sie Bun Yun bertambah tidak mengerti, karena ia melihat wanita itu sedang menolong Ling Hung, tapi kenapa dia begitu galak terhadapnya ? ia pun melihat wajah Ling Hung mulai berubah kemerahmerahan dan nafasnya tidak memburu seperti tadi lagi Berdasarkan itu, dapat diketahui betapa dalamnya Lweekang wanita itu. "Cianpwee, bagaimana keadaan adik misanku?" Tanya Sie Bun Yun, namun ia tidak berani mendekati wanita itu lagi. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Batinnya terpukul hebat, sehingga merusak hawa murninya, bahkan juga telah menggetarkan nadi dan menyumbat peredaran darah di jantungnya, Kalau engkau tidak segera enyah, aku tidak akan mengampunimu," Sahut wanita itu dingin. Setelah mendengar wanita itu mengucapkan demikian tahulah Sie Bun Yun bahwa wanita itu telah salah paham terhadap dirinya. "Cianpwee...." Sie Bun Yun tertawa getir. "Dia berduka sampai begitu bukan karena diriku!" "Oh, ya?" Kening wanita itu berkerut "Benar, Cianpwee." Sie Bun Yun mengangguk "Dia adalah adik misanku, Dia mencintai pemuda lain, tapi pemuda itu justru tidak mencintainya, maka hatinya berduka sampai begitu macam." "Hm!" Dengus wanita itu. "Kaum lelaki di kolong langit, tiada satu pun yang baik!" "Cianpwee...." Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sie Bun Yun terbelalak, sebab ucapan wanita itu bernada membenci kaum lelaki, Tentunya hati wanita itu pernah dilukai kaum lelaki pula, kalau tidak, bagaimana mungkin ia mengucapkan begitu? "Lukanya amat parah, namun aku cuma mampu menyalurkan Lweekangku, agar nyawanya dapat dipertahankan tidak bisa menyembuhkannya, Kelihatannya... engkau sangat mencintainya, bukan?" "Ya," Jawab Sie Bun Yun hormat "Jangan cuma menjawab di mulut saja!" Wanita itu menatapnya dingin. "Cianpwee!" Ujar Sie Bun Yun sungguh-sungguh. "Cianpwee telah salah menilai diriku." Mendadak wanita itu melesat ke arah Sie Bun Yun, dan tahu-tahu telah mencengkeram urat nadinya, Betapa KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ terkejutnya Sie Bun Yun, namun sebelum ia membuka mulut, wanita itu sudah berkata. "Seandainya engkau memperoleh kitab pusaka Kui Goan Pit Cek yang diidamkan setiap kaum Bu Lim, apakah engkau akan meninggalkan nona kecil ini karena kitab pusaka itu?" Pertanyaan tersebut membuat Sie Bun Yun ter-heranheran. Mungkinkah wanita itu sudah tahu Cong Cin To berada pada dirinya? Pikirnya. Tentunya Sie Bun Yun tidak tahu, bahwa Kui Goan Pit Cek itu telah diambil orang, bahkan sudah ada empat orang mempelajari ilmu silat yang tereantum di dalam kitab pusaka tersebut, yang salah satunya adalah wanita itu. Semua kaum Bu Lim amat mengidamkan kitab pusaka Kui Goan Pit Cek tersebut, namun wanita itu justru sangat membenci kitab pusaka itu. Gara-gara Kui Goan Pit Cek itu, suaminya pun seperti mabuk terhadap kitab pusaka tersebut, sehingga melupakan isterinya. Siapa wanita itu? Tidak lain adalah isteri Na Hai Peng bernama Cui Tiap karena suaminya terus tenggelam dalam Kui Goan Pit Cek, maka wanita itu mencuri kitab pusaka tersebut lalu kabur Na Hai Peng terus mencari isterinya, tapi tidak pernah berhasil dan sama sekali tiada kabar berita tentang isterinya lagi. Sepasang Rajah Naga Karya Kho Ping Hoo Mustika Gaib Karya Buyung Hok Perawan Lembah Wilis Karya Kho Ping Hoo