Bangau Sakti 82
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 82
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung "Harap kalian mundur sedikit!" Ujar Na Hai Peng. Mereka segera mundur Na Hai Peng mengangkat batu besar itu, kemudian dihantamkan ke bawah, Lantai ruangan itu jebol dan terdengar pula suara suling yang memilukan Na Hai Peng melepaskan tangannya, Batu besar itu merosot ke bawah membuat air di bawah lantai itu muncrat ke atas, Tak lama muncullah seorang Hweeshio membawa sebatang toya baja, lalu naik ke atas lantai dan berteriakteriak. "Siapa yang menolong diriku? Siapa yang menolong diriku?" Suaranya parau tapi lantang, Sepasang matanya menyorot tajam memandang semua orang, namun tiada satu pun yang dikenalnya. "Hweeshio siapa?" Tanya Hian Ceng Totiang. sebelum Hweeshio itu menjawab, naik lagi seorang pria dan wanita^yang tidak lain adalah Giok Siauw Sian Cu. "Aku Kuang Ti Taysu, Dia muridku Kim Eng Hauw," Sahut Hweeshio yang berbadan tinggi besar itu. Ternyata di bawah lantai itu adalah penjara di ruang bawah tanah, Karena Na Hai Peng menjebolkan lantai itu dengan batu besar, maka ke tiga orang itu tertolong "Kuang Ti Taysu dari Kuil Ceh Yun Si di gunung Tay Pah San?" Tanya Na Hai Peng. "Eh?" Kuang Ti Taysu terheran heran. "Engkau siapa? Kok tahu aku berasal dari sana?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Na Hai Peng tahu Hweeshio itu tidak banyak per-adaban, Walau sikapnya kasar tapi jujur Na Hai Peng tidak memperdulikan kekasaran nya itu. "Aku memang tahu," Sahutnya dan bertanya. "Hwee-shio tua, tahukah engkau di mana dua wanita Kwat Cong San?" "Wuah!" Kuang Ti Taysu menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu di mana mereka." "Mereka pasti dikurung di bawah istana Pit Sia Kiong," Sela Gin Tie Suseng-Kim Eng Hauw. "Di mana Bee Kun Bu?" Tanya Hian Ceng Totiang. "Semula dia juga dikurung bersama kami.,.," Jawab Gin Tie Suseng memberitahukan "Namun kemudian dibawa pergi.." "Dibawa ke mana?" Tanya Hian Ceng Totiang lagi "Entahlah." Gin Tie Suseng menggelengkan kepala, Ketika nama Bee Kun Bu disinggung, hati Giok Siauw Sian Cu berduka, sehingga air matanya langsung meleleh. sedangkan yang lainnya terus berpikir dikurung di mana Pek Yun Hui, Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan? istana Pit Sia Kiong sedemikian luas, harus mencari ke mana. Cemaslah hati mereka semua! ****** Bab ke 49 - Istana Pit Sia Kiong Tergenang Air sementara itu, Pek Yun Hui, Na Siao Tiap, Lie Ceng Loan, Kiu Tok Sian Ong, Souw Peng Hai dan Co Hiong masih terkurung di ruang bawah tanah. Hati mereka mulai cemas, gugup dan panik, sebab air semakin meninggi, sedangkan mereka masih belum menemukan jalan ke luar "Guru!" Bisik Co Hiong kepada Souw Peng Hai. "Kita menyelam ke bawah!" "Kita tidak menemukan jalan ke luar, apa gunanya kita menyelam ke bawah?" Sahut Souw Peng Hai. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Paling tidak kita masih dapat menghindari ikan-ikan hiu itu." Ujar Co Hiong. "Ng!" Souw Peng Hai manggut-manggut. Mereka berdua lalu menyelam ke bawah. "Hmm!" Dengus Kiu Tok Sian Ong dingin. "Ke dua orang itu menyelam ke bawah, mungkin mereka berdua ingin cari mati!" "Lo Sian Ong!" Ujar Lie Ceng Loan dengan air mata berderai. "Aku telah menyusahkanmu." "Gadis bodoh!" Sahut Kiu Tok Sian Ong sambil tersenyum. "Jangan berkata begitu! Engkau sama sekali tidak menyusahkanku." "Kakak Pek!" Seru Na Siao Tiap mendadak "Ada apa?" Pek Yun Hui memandangnya. "Apakah engkau juga sedang berduka?" "Kakak Pek!" Na Siao Tiap tertawa panjang. "Kalau tidak salah, saat ini kita berada di bawah istana Pit Sia Kiong. Kenapa kita tidak melancarkan pukulan ke atas? Siapa tahu pukulan menjebolkan langit-langit ruang ini." "Adik Siao Tiap!" Pek Yun Hui tersenyum getir. "Kita terendam air, bagaimana mungkin bisa melancarkan puku!an?" "Kakak Pek!" Ujar Na Siao Tiap. "Dari pada mati konyol, bukankah lebih baik kita mencobanya?" Usai berkata begitu, Na Siao Tiap pun mulai melancarkan pukulan ke atas. pukulannya menimbulkan suara yang memekakkan telinga. Bumm! Namun langit-langit ruang itu tidak hancur sama sekali. Bum! Bum! Na Siao Tiap melancarkan dua kali pukulan lagi, tapi langit-langit ruang itu tetap tidak jebol. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Aaakh...!" Keluh Na Siao Tiap lalu berhenti melancarkan pukulan. Pada waktu bersamaan, terdengar suara di atas sepertinya ada suatu benda berat yang dibanting-bantingkan. Mereka terheran-heran dan saling memandang, Tak lama kemudian terdengar pula suara seruan. "Lan Tai Kong Cu, Siao Tiap! Apakah kalian berada di bawah? Kalau kalian berada di bawah, lancarkan lagi pukulan ke atas agar kami bisa tahu di mana kalian berada!" Begku mendengar seruan itu, giranglah Pek Yun Hui, Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan. Mereka tahu, bahwa itu suara Na Hai Peng. Pek Yun Hui langsung memukul ke atas, sedangkan Na Siao Tiap membunyikan pipanya. Bum! Bum! Ting! Ting! Ting...." Sementara Kiu Tok Siang Ong dan Lie Ceng Loan berusaha membunuh ikan-ikan hiu yang berenang mendekati mereka. Mereka tampak bersemangat sebab dalam keadaan putus asa tiba-tiba timbul harapan. Berselang beberapa saat kemudian, terdengarlah suara yang amat memekakkan telinga di atas. Bum! Bummm! Mendadak ruang bawah itu berubah terang. Ternyata langit-langit ruang itu telah jebol. Segera)ah mereka berenang ke sana, lalu naik ke atas, Begitu bertemu dengan orang-orang yang di atas, isak tangis Lie Ceng Loan meledak. "Guru! Aku..., aku...." Air mata Lie Ceng Loan berderai, wajahnya pucat pias, Giok Cin Cu cepat-cepat merangkulnya, lalu menv helai nya seraya berkata lembut KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Anak Loan, engkau sudah lolos dari bahaya, Kenapa masih menangis?" Ttu..., itu...." Wajah Lie Ceng Loan bertambah pucat Ketika menyaksikan keadaan Lie Ceng Loan, Hian Ceng Totiang terkejut dan langsung berseru. "Sumoy! Cepat lindungi hawa murninya!" Giok Cin Cu segera menempelkan telapak tangannya di Leng Tay Hiat Lie Ceng Loan. "Anak Loan, apa yang telah terjadi? Tuturkanlah!" Tanyanya lembut Ketika Lie Ceng Loan baru mau membuka mulut, tiba-tiba terdengar suara yang amat dahsyat Bummm! Bummmm! Lantai yang diinjak mereka pun bergetar seakan sedang terjadi gempa bumi, Mereka terperanjat "Cepat mundur! Cepat mundur!" Seru Na Hai Peng, lalu secepat kilat melesat ke arah pintu di ruangan itu, Yang lain pun segera menyusul Keluar dari pintu itu, mereka berada di ruang yang amat besar Semua lampu kristal yang bergantung di ruang itu pun bergoyang-goyang. Na Hai Peng berhenti seraya berkata. "Kalian semua harus mengerahkan ginkang mengikutiku dari belakang, tidak boleh berhenti!" Na Hai Peng melesat pergi, yang lain pun langsung mengikutinya dengan mengerahkan ginkang. Tak lama mereka sudah berada di luar pintu istana Pit Sia Kiong, Namun Na Hai Peng masih terus melesat Yang lain pun terus mengikutinya, tidak berani berhenti Berselang beberapa saat kemudian mereka semua sudah berada di puncak gunung, dan barulah Na Hai Peng berhenti "Lihatlah!" Na Hai Peng menunjuk istana Pit Sia Kiong. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Mereka memandang ke bawah, Tampak istana Pit Sia Kiong yang indah dan megah itu terus bergetar Bumm! Bummm! Terdengar suara ledakan, Tampak pula air menerobos dahsyat dari bawah ke atas menghantam atap istana. Braaak! Blammm! Hancurlah atap istana itu ter-hantam air yang amat deras. Berselang beberapa saat kemudian, istana Pit Sia Kiong yang amat megah itu lenyap dari pandangan Tempat itu telah berubah menjadi sebuah telaga. Tuan Na, apakah itu tindakan Kim Hun Tokouw yang ingin mati bersama kita semua?" Tanya Hian Ceng Totiang. "Menurutku bukan." Na Hai Peng menggelengkan kepala. "Kejadian itu, mungkin Kim Hun Tokouw sendiri pun tidak menduganya." "Oh?" Hian Ceng Totiang memandangnya dengan heran. "Kita semua dapat meloloskan diri, tapi sebaliknya Kim Hun Tokouw mungkin telah mati tenggelam," Ujar Na Hai Peng sambil menarik nafas panjang. "Dia ingin mencelakai orang lain, namun malah dirinya sendiri yang celaka." Tuan Na, bolehkah Tuan menjelaskan tentang kejadian itu?" Ujar Hian Ceng Totiang ingin mengetahui nya. Tadi aku melewati sebuah telaga besar, Air telaga besar itu berasal dari air terjun di puncak gunung. Aku melihat air telaga itu terus mengalir kebawah, kemudian terdengar pula suara pekikan Hian Giok. Maka aku mengikuti suaranya...." " Apakah Hian Giok telah celaka?" Tanya Na Siao Tiap cemas. Ketika Na Hai Peng baru mau menjawab, mendadak terdengar suara pekikan di angkasa, pekikan Hian Giok, Tampak sosok bayangan meluncur ke bawah laksana kilat. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Na Siao Tiap segera bersiul panjang, Tak lama Hian Giok telah hinggap di tengah-tengah mereka. "Hian Giok...H Na Siao Tiap langsung memeluk leher Hian Giok. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Setelah itu.,." Lanjut Na Hai Peng. "Barulah aku tahu Kim Hun Tokouw membuka bendungan, agar air telaga itu mengalir ke bawah istana Pit Sia Kiong." "Oooh!" Hian Ceng Totiang manggut-manggut "Guru!" Ujar Pek Yun Hui. "Kita masih untung bisa meloloskan diri Namun bagaimana Kim Hun Tokouw, Souw Peng Hai dan Co Hiong? Apakah mereka akan mati tenggelam?" "Berdasarkan fakta, mereka semua sulit meloloskan diri," Sahut Na Hai Peng. "Haaah.,.?" Hian Ceng Totiang tampak terkejut "Kalau begitu, dimana Bee Kun Bu?" Pertanyaan tersebut juga amat mengejutkan Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu. Mereka berdua memang tidak melihat Bee Kun Bu. "Guru..." Lie Ceng Loan menangis sedih. "Kakak Bu, dia...." "Kenapa dia?" Tanya Hian Ceng Totiang cemas. "Dia.,., dia sudah mati," Jawab Lie Ceng Loan dengan air mata berderai. "Kini mayatnya pun entah di mana." Semula Kun Lun Sam Cu masih berharap Bee Kun Bu bisa meloloskan diri. Namun setelah Lie Ceng Loan mengatakan begitu, pupus!ah harapan mereka. "Anak Loan! Bagaimana Bee Kun Bu mati? Tuturkanlah!" Ujar Hian Ceng Totiang dengan mata basah. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Dia.,." Wajah Lie Ceng Loan pucat pias dan mendadak badannya sempoyongan Pek Yun Hui cepat-cepat menahannya, agar gadis itu tidak jatuh. "Hatinya sedang berduka, maka jangan ditanya apa pun," Ujar Pek Yun Hui. Hati Hian Ceng Totiang juga amat berduka, sebab Bee Kun Bu adalah murid kesayangannya, Namun Hian Ceng Totiang jauh lebih tabah dari pada Lie Ceng Loan. "Uaaaakh.,." Namun tiba-tiba dari mulutnya tersem-bur darah segar semburan darah itu mengenai jubah Tong Leng Tojin. "Suheng kenapa?" Tong Leng Tojin terkejut bukan main. Hian Ceng Totiang tidak menyahut, sebab nafasnya sudah memburu. Tong Leng Tojin segera mengurut beberapa jalan darah di tubuh Hian Ceng Totiang, setelah itu barulah Hian Ceng Totiang tampak membaik "Nona Pek, tahukah engkau bagaimana kematian Bee Kun Bu?" Tanya Hian Ceng Totiang. "Dia..." Pek Yun Hui menarik nafas panjang, kemudian menutur apa yang diketahuinya mengenai kematian Bee Kun Bu. sedangkan Lie Ceng Loan sudah pingsan. Na Hai Peng yang berdiri di sisinya langsung menotok beberapa jalan darahnya, Lie Ceng Loan siuman, lalu mendadak berlutut di hadapan Giok Cin Cu. "Guru! Anak Loan punya permintaan," Ujarnya terisak-isak. "Engkau punya permintaan apa, katakanlah!" Sahut Giok Cin Cu sambil membelai rambutnya. "Guru, selamanya aku tidak akan kembali ke gunung Kun Lun," Ujar Lie Ceng Loan memberitahukan. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Lalu engkau mau ke mana?" Tanya Giok Cin Cu lembut "Aku akan tinggal selamanya di puncak gunung ini," Jawab Lie Ceng Loan. "Aku... aku ingin menemani Kakak Bu di sini." "Adik Loan, aku menemanimu di sini," Sela Na Siao Tiap mendadak " Kakak Siao Tiap, engkau mencintai Kakak Bu, aku juga mencintai nya. Maka kita berdua memang harus tinggal di sini menemani Kakak Bu selama-lamanya," Ujar Lie Ceng Loan dengan hati begitu tulus. Ketika mengetahui Na Siao Tiap juga mencintai Bee Kun Bu, terkejutlah Kun Lun Sam Cu. Namun kini Bee Kun Bu telah mati, otomatis lautan cinta itu akan tenang, Mereka pun tidak akan berkata apa-apa lagi. Hening seketika, berselang beberapa saat kemudian, Pat Pie Sin Ong dan Pek Ih Sin Kun berpamit, Mereka berdua langsung melesat pergi. "Maaf! Aku pun mau pamit," Sambung Kiu Tok Sian Ong lalu melesat pergi. "Eng Hauw!" Seru Kuang Ti Taysu dengan suara parau. "Kita juga harus pulang ke Tay Pah San!" "Ya," Sahut Gin Tie Suseng-Kim Eng Hauw, kemudian berkata pada Giok Siauw Sian Cu."Kakak Giok Siauw, pemandangan Tay Pah San sangat indah, kira-kira kapan Kakak akan pesiar ke sana?" Giok Siauw Sian Cu tertegun, wajahnya langsung memerah, ia tahu bahwa itu merupakan undangan tak langsung, Perlahan-lahan ia mengarah pada Kim Eng Hauw, Ketika melihat tatapannya yang penuh harap itu, Giok Siauw Sian Cu merasa tidak enak mengecewakan-nya. "Suatu hari nanti aku pasti berkunjung ke sana," Sahutnya. "Kapan?" Tanya Kim Eng Hauw. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Dalam waktu setengah tahun, aku pasti berkunjung ke Tay Pah San," Jawab Giok Siauw Sian Cu. "Terimakasih, Kakak Giok Siauw," Ucap Kim Eng Hauw dengan wajah berseri. "Muridku!" Ujar Kuang Ti Taysu. "Perempuan si...." "Guru!" Tegur Kim Eng Hauw, ia tahu kalau gurunya ingin menyebut Giok Siauw Sian Cu "Perempuan Sialan". "Eh?" Kuang Ti Taysu melotot. "Guru ingin menyebutnya perempuan si Cantik, kenapa engkau pula yang kalut ?" TtItu...n Kuang Ti Taysu menggaruk-garuk kepalanya yang gundul itu. "Eng Hauw, mari kita pergi! jangan khawatir, dia sudah berjanji dalam waktu setengah tahun pasti berkunjung ke Tay Pah San! Kalau dia tidak menepati janji, guru pasti memasuki Tionggoan lagi mencarinya, lalu menjewernya ke kuil Cie Yun Si." "Eeeh?" Wajah Giok Siauw Sian Cu kemerah-merahan. "Baiklah." Kuang Ti Taysu tertawa gelak. "Kami mohon diri, sampai jumpa!" Kuang Ti Taysu menarik Kim Eng Hauw, lalu melesat pergi sambil tertawa gelak, Setelah mereka berdua pergi, Na Hai Peng bertanya pada putrinya. "Siao Tiap, keputusanmu itu tidak berubah ?" "Ayah!" Na Siao Tiap mengangguk. "Keputusanku tidak akan berubah." "Kalau begitu.,." Na Hai Peng menghela nafas panjang. "Baiklah, Setiap tahun, aku pasti ke mari menengok-mu." "Terimakasih, Ayah!" Ucap Na Siao Tiap dengan mata basah. "Hian Giok tinggal di sini untuk menemani kalian," Ujar Na Hai Peng lalu melesat pergi, Namun mendadak ia berseru. "Lan Tay Kong Cu!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Ya," Sahut Pek Yun Hui. "Guru pesan apa?" "Kalau engkau tidak mau kembali ke istana..." Ujar Na Hai Peng terus melesat pergi. "Lebih baik engkau kembali ke Goa Thian Kie Cinjin!" Pek Yun Hui cuma manggut-manggut, karena bayangan Na Hai Peng telah hilang dari pandangannya. "Kakak Pek!" Lie Ceng Loan bangkit berdiri. "Guru, lebih baik kalian meninggalkan tempat ini, tidak usah merindukan diriku lagi, Anggaplah aku sudah mati bersama Kakak Bu!" Pek Yun Hui menarik nafas panjang, Air matanya pun meleleh, Begitu pula Kun Lun Sam Cu. Air mata mereka juga telah berlinang. "Adik Loan!" Ujar Giok Siauw Sian Cu mendadak " Perlu kah aku tinggal di sini mendampingi kalian?" "Tidak perlu," Sahut Lie Ceng Loan. "Kami berdua tidak perlu didampingi siapa pun!" "Kalau begitu.,." Giok Siauw Sian Cu memandang Pek Yun Hui. "Kita kembali ke Kwat Cong San saja." Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pek Yun Hui mengangguk Mereka berdua lalu melangkah pergi, Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan memandang punggung mereka dengan wajah muram. Berselang beberapa saat kemudian, Pek Yun Hui dan Giok Siauw Sian Cu sudah semakin jauh, Kun Lun Sam Cu menarik nafas panjang, Hian Ceng Totiang lalu berkat a. "Kalian berdua harus menjaga diri baik-baik, jangan terlampau berduka!" Lie Ceng Loan dan Na Siao Tiap manggut-manggut, Kini mereka sudah tidak tahu apa artinya duka. Kun Lun Sam Cu menatap mereka sejenak, ia menggeleng-gelengkan kepala lalu melangkah pergi, Saat ini, di tempat yang sepi ini cuma tinggal Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan, sedangkan hari pun sudah mulai senja. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan terus berdiri di situ sambil memandang ke istana Pit Sia Kiong. Walau hari sudah gelap, namun mereka berdua masih berdiri di situ tidak bergerak sama sekali: Berselang beberapa saat kemudian, bulan mulai menampakkan diri di langit "Aaaakh...!" Na Siao Tiap menarik nafas panjang. "Adik Loan, Bee Kun Bu sudah mati, engkau tidak usah membenci diriku lagi!" "Kakak Siao Tiap, bagaimana mungkin aku mem bencimu?" Lie Ceng Loan menatapnya. "Aku sama sekali tidak membencimu Adik Loan, tahukah engkau? Almarhumah selalu berpesan padaku, kalau aku mencintai seorang pria, aku harus membunuh pria itu. seandainya Bee Kun Bu masih hidup, aku pun harus menuruti perkataan almar humah." "Kakak Siao Tiap, Kakak Bu sudah mati, kenapa masih kau ungkit lagi?" Sahut Lie Ceng Loan sambil menarik nafas. "Aaaakh...!" Na Siao Tiap juga menarik nafas lagi Setelah itu mereka memandang ke arah istana Pit Sia Kiong. Di bawah sinar bulan, istana Pit Sia Kiong masih tampak jelas. Saat ini, air yang menggenangi istana itu telah surut, sehingga istana tersebut tampak tidak karuan "Kakak Siao Tiap!" Panggil Lie Ceng Loan mendadak. "Ng?" Sahut Na Siao Tiap. "Kakak Bu memang sudah mati, namun kita harus memperoleh barang kenang-kenangannya, agar kita bisa menghadap barangnya itu selama-lamanya." "Oh?" "Bagaimana kalau kita pergi cari barangnya?" "Benar." Na Siao Tiap mengangguk "Mari kita pergi!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Mereka berdua segera melesat turun menuju istana Pit Sia Kiong, Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah tiba di depan pintu istana Pit Sia Kiong yang sudah tidak karuan itu. Tiba-tiba berkelebat sosok bayangan dari balik reruntuhan namun cepat sekali bayangan itu menghilang. Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan tertegun, Mereka saling memandang dengan kening berkerut "Kakak Siao Tiap, siapa orang itu?" Tanya Lie Ceng Loan. "Entahlah," Sahut Na Siao Tiap sambil menggelengkan kepala. "Aku tidak melihat jelas bayangan itu!" "Gerakan orang itu amat cepat, justru mirip.,." Karena ragu, Lie Ceng Loan tidak melanjutkan ucapannya . sesungguhnya Na Siao Tiap juga sudah bereuriga ketika menyaksikan gerakan bayangan itu, sekarang Lie Ceng Loan mengatakan begitu, ia pun segera berkata,. "Adik Loan, menurutmu bayangan itu mirip siapa? Aku sudah bereuriga orang itu pasti kenalan kita." "Menurutku, orang itu mirip Co Hiong." "Benar." Na Siao Tiap tiap mengangguk "Aku pun merasa orang itu Co Hiong!" "Kakak Siao Tiap, kita tidak usah perduli siapa dia," Ujar Lie Ceng Loan. "Adik Loan!" Na Siao Tiap mengerutkan kening. "Bec Kun Bu orang amat baik, kenapa justru begitu cepat mati? Co Hiong yang begitu jahat, malah masih hidup segar bugar Mari kita kejar dia agar kita tahu jelas siapa yang sebenarnya! Bagaimana?" " Kalau begitu, engkau tidak mau mencari barang peninggalan Kakak Bu lagi?" Tanya Lie Ceng Loan. "Kita akan tinggal di sini selamanya, jadi kapan pun kita bisa ke mari mencari barang peninggalan Bee Kun Bu. Cepat KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ kita kejar orang itu! Kalau Co Hiong bisa meloloskan diri, mungkin Kim Hun Tokouw pun bisa meloloskan diri, Bukankah kita harus menuntut balas padanya?" "Baik," Lie Ceng Loan mengangguk "Kalau Kim Hun Tokouw masih hidup, kita harus membunuhnya!" Mereka berdua lalu melesat ke arah reruntuhan itu, kemudian memandang ke depan. Ternyata di situ terdapat sebuah lorong yang amat panjang, Tiba-tiba tampak sedikit cahaya di ujung lorong itu, Tentunya sangat mencengangkan Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan. Kalau tiada orang, dari mana munculnya cahaya itu? Mereka berdua langsung melesat ke lorong itu, Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah sampai di ujung lorong tersebut Terbelalak mereka, karena menyaksikan sebuah tempat yang aneh, Tempat itu berbentuk bulat mirip sebuah kuali besar dan sangat luas, Ketika menyaksikan tempat itu, Lie Ceng Loan berseru. "Kakak Siao Tiap, aku sudah tahu...." "Adik Loan!" Na Siao Tiap heran. "Engkau tahu apa?" Tempat ini adalah sebuah telaga besar Karena airnya sudah habis mengalir ke bawah, maka jadi begini." Lie Ceng Loan memberitahukan "Benar." Na Siao Tiap manggut-manggut Pada waktu bersamaan, terdengarlah suara seseorang di dasar telaga itu, Karena dalam dan gelap, sehingga Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan tidak dapat melihat jelas dasarnya. "Di sini!" Suara orang yang ada di dasar telaga, Tampak pula sedikit cahaya. Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan langsung memandang ke arah cahaya itu, Namun cahaya itu sudah padam, maka mereka berdua tidak dapat melihat apa pun. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Adik Loan, mungkin orang yang kita kejar itu berada di dasar telaga," Ujar Na Siao Tiap. "Mari kita ke sana!" "Baik." Lie Ceng Loan mengangguk. Mereka berdua mulai turun ke dasar telaga, suasana tetap gelap sehingga mereka tidak dapat melihat apa-apa. "Adik Loan!" Pesan Na Siao Tiap. "Hati-hati dan berjagajagalah terhadap serangan gelap!" "Ya." Lie Ceng Loan mengangguk Mereka mulai turun lagi ke bawah. Berselang beberapa saat kemudian, mereka sudah menginjak dasar telaga tersebut, namun tetap tidak dapat melihat apa pun. Sungguh mengherankan! Padahal ketika mereka masih berada di atas, mereka mendengar suara orang, bahkan juga melihat sedikit cahaya, Namun saat ini, setelah mereka berada di dasar telaga yang sudah kering itu, justru tidak menemukan apa pun. "Adik Loan, menurut mu ke mana orang itu?" Tanya Na Siao Tiap. "Mungkin di sini terdapat jalan rahasia, Orang itu telah pergi melalui jalan rahasia." Jawab Lie Ceng Loan menduga. "Kalau begitu..." Na Siao Tiap memungut dua buah batu kecil, lalu dilapnya sampai kering dengan baju luarnya, Setelah itu, ia pun menggosok-gosokkan ke dua buah batu hingga memereikkan bunga api. Bunga api itu menerangi dasar telaga, Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan melihat sebuah pintu batu di depan sana, Pintu batu itu terbuka sedikit Di atasnya terdapat ukiran berupa huruf. Karena bunga api itu telah sirna, maka suasana itu tempat itu kembali menjadi gelap, sehingga Na Siao Tiap dan Lie KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ceng Loan tidak dapat membaca huruf-huruf itu. Na Siao Tiap segera menggosokkan ke dua batu itu lagi, Bunga api pun terpereik lagi, sehingga mereka dapat membaca huruf-huruf itu. Setelah membaca huruf-huruf itu, tertegunlah Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan, HuruI huruf itu ternyata berbunyi Sam Im Sian Hu (Tempal Bertapa Sam Im). "Kakak Siao Tiap, apa artinya Sam Im Sian Hu? Apakah di balik pintu batu itu adalah tempat tinggal Sam Im Sin Ni ratusan tahun silam?" "Mungkin." Na Siao Tiap manggut-mangguL "Kalau begitu, mari kita ke dalam melihat-lihat!" Ajak Lie Ceng Loan. "Baik-" Na Siao Tiap mengangguk Mereka berdua lalu menuju pintu batu yang setengah terbuka itu, Namun mendadak pintu itu tertutup kembali Blam! Na Siao Tiap tereengang, dan langsung melancarkan dua pukulan ke arah pintu batu itu. Blam! Blammm! Akan tetapi, pintu batu itu sama sekali tidak bergema Gusarlah Na Siao Tiap. "Siapa di dalam! Kalau kalian tidak segera keluar, kami akan terus menjaga di sini!" Bentaknya. "Kakak Siao Tiap, kalau kita terus menjaga di sini, bukankah kita tidak bisa melihat tempat Kakak Bu mengalami kematiannya?" "Kalau yang ada di dalam itu Co Hiong, biar dia terkurung mati di dalam." "Kakak Siao Tiap, aku mau ke Ptt Sia Kiong. Kakak Bu mati penasaran, arwahnya pasti tidak bisa tenang, Aku mau KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ ke sana menemani arwahnya," Ujar Lie Ceng Loan. "Engkau di sini saja!" "Baiklah!" Na Siao Tiap mengangguk "Tapi di sini tidak ada makanan, maka engkau harus membawakan aku makanan!" "Ya." Lie Ceng Loan manggut-manggut "Setiap hari aku pasti mengantar makanan ke mari!" Usai berkata begitu, Lie Ceng Loan memanjat ke atas. Tak seberapa lama kemudian, ia telah sampai di atas, lalu melalui lorong yang gelap itu kakinya terus melangkah menuju istana Pit Sia Kiong, Ketika hampir mencapai tempat reruntuhan itu, tiba-tiba ia mendengar suara "Blam" Lie Ceng Loan terkejut bukan main dan langsung berhenti, ternyata ada dinding batu yang roboh. Gadis itu menarik nafas lega lalu melanjutkan perjalanannya, Berselang beberapa saat kemudian, ia sudah berada di tengah-tengah reruntuhan Di bawah sinar rembulan, ia melihat sesuatu yang bergemerlapan Begitu melihat benda yang bergemerlapan itu, melelehlah air matanya. Ternyata benda yang gemerlapan itu dinding kaca yang telah runtuh, Tempo hari ia menyaksikan Bee Kun Bu dibakar sampai mati melalui dinding kaca itu, Maka seketika juga terbayanglah semua kejadian itu. "Kakak Bu! Kakak Bu! sungguhkah aku tidak bisa bertemu denganmu lagi?" Gumam Lie Ceng Loan dengan air mata berderai-derai. Usai bergumam, ia pun mulai mencari-cari di sekitar dinding kaca itu, Sesaat kemudian, ia melihat sehelai pakaian tertindih sebuah batu. Pakaian itu mirip pakaian Bee Kun Bu. Begitu menemukan pakaian itu, hatinya merasa gembira bereampur duka. Cepat-cepat ia membungkukkan badannya lalu menarik pakaian itu. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kemudian ia mendekapkan pakaian tersebut di KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ dadanya sambil menangis sedih dengan air mata berlinanglinang. Gadis itu terus menangis sedih, sehingga suara tangisnya berubah serak, Entah berapa lama kemudian, barulah ia berhenti menangis. Tiba-tiba ia pun ingat, Bee Kun Bu dibakar mati dengan pakaian ini. Kini ia telah menemukan pakaian tersebut, lalu di mana mayat Bee Kun Bu? seandainya mayat Bee Kun Bu terbawa oleh arus air, kenapa pakaiannya berada di sini? Lie Ceng Loan terus berpikir Semakin memikirkan ia semakin tidak mengerti Namun yakin semua ini pasti ada sebab musababnya. Lama sekali ia berpikir Akhirnya ia mengangkat dinding kaca itu, lalu mulai mencari-cari lagi. ia menemukan seutas tali juga menemukan sebuah tungku, Rupanya memang di tempat itu tempo hari Bee Kun Bu digantung dan dibakar Namun tidak ditemukan mayat Bee Kun Bu. Lie Ceng Loan menarik nafas panjang, lalu duduk di atas dinding kaca, Kelihatannya ia sedang memikirkan mayat Bee Kun Bu yang tiada itu. Walau lama sekali ia berpikir, tapi sama sekali tidak dapat memecahkan masalah itu. Perlahan-lahan Lie Ceng Loan mendongakkan ke pala, Kemudian mendadak ia terbelalak dengan mulut ternganga lebar, seakan melihat sesuatu yang amat me nyeramkan.... ****** Bab ke 50 - Muncul Kim Hun Tokouw Kenapa Lie Ceng Loan terbelalak dan mulutnya ternganga lebar? Apa yang dilihatnya? Ternyata ia melihat sosok bayangan manusia. Akan tetapi, Lie Ceng Loan justru tidak pereaya kalau itu manusia. Sosok itu mengenakan pakaian wanita yang tersobek di sana sini Kepalanya besar, sepasang matanya menyorotkan sinar kehijau-hijauan, wajahnya hitam dan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ lidahnya yang panjang terjulur ke luar dari mulut, Bagaimana mungkin sosok itu manusia? Sosok itu pasti setan atau iblis. "Engkau... manusia atau setan?" Tanya Lie Ceng Loan dengan suara gemetar itu pertanda ia ketakutan sekali Namun kemudian ia ingat bahwa Bee Kun Bu telah mati sedangkan dirinya sendiri juga memang ingin mati, lalu kenapa masih merasa takut? Karena itu, timbullah keberaniannya, ia lalu bangkit berdiri seraya bertanya. "Engkau tahu dimana Kakak Bu?" Pertanyaan tersebut membuat sekujur badan orang itu tergetar, lalu mendadak mengayunkan tangannya melancarkan pukulan, Namun pukulan itu tidak mengarah pada Lie Ceng Loan, melainkan pada sebuah pilar yang berdiri di belakang gadis itu. B!amm! Pilar itu roboh. Lie Ceng Loan terkejut bukan main, sebab pilar itu roboh ke arahnya, sedangkan orang itu tertawa aneh, lalu sekonyong-konyong mendorong dinding kaca tempat Ceng Loan. Karena dorongan orang itu mendadak, maka Lie Ceng Loan kehilangan keseimbangan badannya, sehingga terpeleset jatuh ke tempat yang agak lekuk ke dalam Di saat bersamaan, pilar yang roboh itu mengarah kepadanya, Namun pilar itu tidak menimpa Lie Ceng Loan, sebab ia berada di tempat yang agak lekuk ke dalam itu. Hanya ia tidak bisa bergerak, karena pilar yang besar dan kokoh itu berada di atas badannya. "Aaaakh.,.!" Lie Ceng Loan menarik nafas panjang. "Siapa engkau sebenarnya?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Mendadak orang itu tertawa terkekeh-kekeh, Begitu mendengar suara tawa itu, Lie Ceng Loan terkejut Di saat itu pula orang tersebut menjulurkan tangannya ke mukanya, Ternyata orang itu memakai kedok setan. Setelah melepaskan kedoknya, orang itu tertawa dingin. "Nona Lie! Apakah engkau tidak mengenali aku lagi?" Sesungguhnya ketika mendengar suara tawa orang itu, Lie Ceng Loan sudah menduga siapa orang yang memakai kedok setan, Setelah orang itu melepaskan kedok setannya, ternyata dugaan Lie Ceng Loan tidak salah, orang itu adalah Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu, majikan istana Pit Sia Kiong. Hanya saja rambutnya awut-awutan, tapi tetap tampak cantik. Kim Hun Tokouw memandang Lie Ceng Loan dengan dingin, sedangkan gadis itu menatapnya dengan mata membara dan penuh dendam. Blam! Lie Ceng Loan langsung memukul pilar yang ada di atas badannya, Namun pilar itu cuma bergoyang, sama sekali tidak tergeser dari badannya. "He he he!" Kim Hun Tokouw tertawa terkekeh-kekeh. "Kim Hun Tokouw!" Bentak Lie Ceng Loan. "Bantu angkat pilar ini, mari kita bertarung!" "Oh?" Kim Hun Tokouw tertawa dingin. "Engkau sedang bermimpi indah ya?" Lie Ceng Loan merupakan gadis yang amat polos, Walau ia sedang gusar, tapi sama sekali tidak bisa menebuskan cacian apa pun terhadap Kim Hun Tokouw, ia malah diam dengan wajah merah padam "He he!" Kim Hun Tokouw tertawa dingin lagi, lalu melangkah pergi, Beberapa langkah kemudian ia berhenti lalu sambil membungkukkan badannya, Kelihatannya ia sedang mencari sesuatu, Berselang beberapa saat, ia kembali lagi ke tempat Lie Ceng Loan dengan membawa sebatang bambu kecil, kain putih dan tiiita hitam KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Lie Ceng Loan menyaksikannya terheran-heran, Ga-dis itu tidak bisa menerka apa maunya Kim Hun Tokouw membawa barang-barang itu ke hadapannya. "Nona Lie!" Ujar Kim Hun Tokouw dingin. "Aku akan membantumu angkat pilar ini, namun engkau harus mengabulkan satu hal!" "Hal apa?" Tanya Lie Ceng Loan gusar. Tentu saja hal itu!" Sahut Kim Hun Tokouw. "Hal apa itu?" Lie Ceng Loan tereengang "Engkau harus menulis di kain putih ini!" Kim Hun Tokouw memberitahukan. "Aku harus menulis apa?" Lie Ceng Loan kebingungan ia mengira bahwa Kim Hun Tokouw sudah tidak waras. "Engkau harus menulis, bahwa engkau tidak mencintai Bee Kun Bu, karena kini engkau telah mencintai Co Hiong!" Sahut Kim Hun Tokouw serius. "Eeeh?" Lie Ceng Loan tertegun "Engkau telah membakar mati Kakak Bu, kenapa aku masih harus menulis begitu?" "Engkau tidak usah tahu!" Kim Hun Tokouw tertawa dingin. "Bagaimana? Engkau mau tulis apa tidak?" Lie Ceng Loan tidak segera menjawab, melainkan terus memandang ke langit, lama sekali barulah berkata. "Baik!" Wajah Kim Hun Tokouw langsung berseri ia segera memasukkan barang-barang itu ke bawah, namun Lie Ceng Loan mencegahnya. "Kenapa?" Kim Hun Tokouw mengerutkan kening, mengira Lie Ceng Loan batal menulis itu. "Cukup kain putih saja!" Sahut Lie Ceng Loan. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Tidak pakai tinta hitam? Bagaimana mungkin engkau bisa menuiis?" Ujar Kim Hun Tokouw heran. "Aku punya akal!" Lie Ceng Loan tersenyum getir "Oh?" Kim Hun Tokouw menatapnya, kemudian menyerahkan kain putih padanya. Lie Ceng Loan menerima kain putih itu, lalu mendadak menggigit jari telunjuknya hingga berdarah kemudian dengan darahnya itulah ia menulis di kain putih. sedangkan wajah Kim Hun Tokouw bertambah berseri Tak lama kemudian, Lie Ceng Loan telah usai menulis dan melipat-lipatkan kain putih itu. "Aku sudah usai menulis, bantulah aku mengangkat pilar ini!" Ujarnya. "Berikan dulu kain putih itu padaku, setelah itu aku akan membantumu!" Ujar Kim Hun Tokouw. "Kalau pilar ini masih menindih badanku, tidak mungkin aku bisa memberikan kain putih ini padamu!" Ujar Lie Ceng Loan. "Gampang!" Kim Hun Tokouw tersenyum. "Julurkan saja tanganmu bersama kain putih itu, aku bisa mengambilnya!" "Sulit!" Sahut Lie Ceng Loan. "Lebih baik julurkan tanganmu ke mari!" "Baiklah!" Kim Hun Tokouw menjulurkan tangan kanannya mengangkat sedikit pilar itu, lalu tangan kirinya dimasukkan ke bawah. "Cepat berikan kain itu padaku!" Ketika sebelah tangan Kim Hun Tokouw mengangkat pilar itu, tergeraklah hati Lie Ceng Loan. ia harus menggunakan kesempatan tersebut untuk melepaskan diri dari tindihan pilar "Terimalah!" Ujar Lie Ceng Loan, Namun tiba-tiba ia menarik tangan Kim Hun Tokouw, sekaligus mencengkeram urat nadinya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Bukan main terkejutnya Kim Hun Tokouw, ia sama sekali tidak menyangka kalau Lie Ceng Loan yang berhati polos itu punya akal tersebut, ia ingin menarik kembali tangan kirinya, namun sudah terlambat, karena urat nadinya di tangannya itu telah dicengkeram Lie Ceng Loan, seketika ia merasa tangan kirinya menjadi ngilu. "Lam Kiong Siu!" Seru Lie Ceng Loan. "Kalau engkau tidak mengangkat pilar ini, kita akan mati bersama di sini!" "Tak mungkin!" Kim Hun Tokouw tertawa dingin. "Sebelah tanganku masih bebas! Tak mungkin aku akan mati bersamamu!" "MaksudmuT tanya Lie Ceng Loan tertegun. "Aku masih bisa mengutungkan lengan kiriku! Nah, bukankah aku akan bebas?" Sahut Kim Hun Tokouw sambil tertawa terkekeh. "Kim Hun Tokouw!" Ujar Lie Ceng Loan. "Wajahmu cantik, bukankah sayang sekali apabila lengan kirimu kutung?" Ucapan Lie Ceng Loan yang tulus itu membuat hati Kim Hun Tokouw tergerak Lama sekali barulah ia berkata. "Kalau begitu, lepaskan cengkeramanmu Apabila timbul rasa kasihan dalam hatiku, mungkin aku akan mengangkat pilar ini!" "Dalam hatimu tidak akan timbul rasa kasihan!" Sahut Lie Ceng Loan sungguh-sungguh. "Kalau dalam hatimu masih ada rasa kasihan, bagaimana mungkin engkau tega membunuh Kakak Bu dengan cara membakarnya? seandainya Kakak Siao Tiap tidak melihat aku ke sana, dia pasti ke mari mencariku! Saat itu, dia pasti membunuh mu!" Hati Kim Hun Tokouw tersentak wajahnya pun tampak berubah. Namun Lie Ceng Loan tidak mengetahuinya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Bagaimana cara Kim Hun Tokouw meloloskan diri"? Tentang itu akan diceritakan nanli. Ketika ia meloloskan diri, sama sekali tidak membawa apa-apa, hanya mem bawa seseorang. Kini ia kembali ke tempat reruntuhan istana, tidak lain hanya ingin mencari suatu benda yang amat penting baginya, Karena khawatir orang lain belum pergi, maka ia mengenakan kedok setan. "Nona Lie!" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ujarnya kemudian "Seandainya aku bersedia mengangkat pilar ini, bersediakah engkau me nyerahkan kain putih itu padaku?" "Tentu!" Lie Ceng Loan mengangguk "Engkau tidak bohong?" Kim Hun Tokouw masih ragu. "Bohong?" Lie Ceng Loan tertawa getir. "Aku tidak seperti engkau yang suka bohong!" "Baiklah!" Kim Hun Tokouw berusaha mengangkat pilar itu, dan sebelah tangannya berusaha menarik Lie Ceng Loan ke luar. Akhirnya Lie Ceng Loan berhasil ke luar dari tempat itu, namun tangannya masih tetap mencengkeram urat nadi Kim Hun Tokouw. "Hei!" Bentak Kim Hun Tokouw gusar "Aku sudah membantumu keluar dari situ, kenapa engkau masih tetap mencengkeram urat nadiku?" "Kim Hun Tokouw!" Lie Ceng Loan tertawa dingin. "Aku cuma berjanji menyerahkan kain ini padamu, tapi tidak berjanji akan melepaskan cengkeramanku kan?" Betapa gusarnya Kim Hun Tokouw, Air mukanya pun langsung berubah hebat Mendadak ia mengayunkan lengan kanannya ke arah Lie Ceng Loan, Ke lima jarinya terbuka di atas kepala gadis itu, maksudnya ingin mencengkeram kepalanya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Saat ini, kalau mereka sama-sama mengerahkan Lweekang, ke dua-duanya pasti mati bersama, Karena Lie Ceng Loan masih mencengkeram urat nadi di lengan kiri Kim Hun Tokouw, sedangkan ke lima jari tangan Kim Hun Tokouw berada di atas kepala Lie Ceng Loan. Apabila Kim Hun Tokouw mengerahkan Lweekangnya mencengkeram kepala Lie Ceng Loan, otomatis gadis itu juga akan mengerahkan Lweekangnya untuk memutuskan urat nadi Kim Hun Tokouw, Nah, bukankah mereka berdua akan mati bersama? Muka mereka saling berhadapan Tiba-tiba Lie Ceng Loan tersenyum manis seraya berkata. "Kim Hun Tokouw, aku akan memperlihatkan apa yang kutulis di kain putih ini!" Tangan kiri Lie Ceng Loan mengibaskan kain putih itu, lalu dipaparkan di atas tanah. Walau saat ini bulan besinar remang-remang, namun Kim Hun Tokouw masih dapat membaca tulisan di kain itu dengan jelas, Ternyata bunyi tulisan itu demikian. "Aku mencintai Kakak Bu selama-lamanya. Seusai membaca tulisan itu, wajah Kim Hun Tokouw berubah merah padam saking gusarnya. "Gadis sialan! Kau sungguh licik!" "Lam Kiong Siu!" Lie Ceng Loan menarik nafas. "Engkau menyuruhku menulis yang bertentangan dengan nurani dan perasaan, bagaimana mungkin aku bisa menulisnya ? Aku mencintai Kakak Bu selama-lamanya. Meskipun dia telah mati, tapi dia tetap berada dalam hatiku!" Wajah Kim Hun Tokouw menghijau, ia langsung mengerahkan Lweekang pada jari tangannya yang ada di atas kepala Lie Ceng Loan. Seketika juga Lie Ceng Loan merasa matanya ber-kunangkunang. "Kakak Bu, kini sudah saatnya aku membalas dendammu!" Teriaknya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Lie Ceng Loan pun segera mengerahkan Lweekang-nya untuk memutuskan urat nadi di tangan kiri Kim Hun Tokouw. Terkejutlah Kim Hun Tokouw dan cepat-cepat berkata dengan nafas memburu. Tunggu!" Wajah Lie Ceng Loan merah padam karena emosi, tapi juga dikarenakan kepalanya telah ditekan oleh jari tangan Kim Hun Tokouw. "Lam Kiong Siu, dalam hidupku selama ini tidak pernah membunuh orang! Kini kalau aku tidak membunuhmu bagaimana mungkin aku bisa pergi menemui Kakak Bu?" Ujar Lie Ceng Loan sambil menambah Lweekangnya. Ketika menyaksikan air muka Lie Ceng Loan, Kim Hun Tokouw tahu bahwa gadis itu ingin mati bersama nya. itu membuat Kim Hun Tokouw gugup dan panik, wajahnya pun telah berubah pucat pias. "Nona Lie, dengar dulu perkataanku!" Ujar Kim Hun Tokouw dengan suara serak. "Bee Kun Bu, dia.,,." Kim Hun Tokouw menghentikan ucapannya, Semula ia tampak begitu gugup dan panik, namun kini malah tampak tenang sekalL Ketika Kim Hun Tokouw menyebut nama Bee Kun Bu, timbullah rasa heran di hati Lie Ceng Loan. "Kakak Bu kenapa?" Tanyanya. Kim Hun Tokouw tidak menyahut, malah mendadak bersiul nyaring tiga kali. Lie Ceng Loan tereengang, ia tidak tahu kenapa Kim Hun Tokouw mendadak bersiul tiga kali. Pada waktu bersamaan, di tempat yang tidak begitu jauh terdengar suara mendesisdesis. Lie Ceng Loan segera mengarahkan pandangannya ke tempat itu, Tampak seekor ular yang berkepala besar sedang KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ menyemburkan racun nya. Begitu melihat ular aneh itu, bukan main terkejutnya Lie Ceng Loan karena tahu bahwa ular itu peliharaan Kim Hun Tokouw. Tadi Kim Hun Tokouw bersiul tiga kali, ternyata memanggil ular aneh itu, Lie Ceng Loan yakin bahwa ular aneh itu amat beracun, sekali digigit pasti mematikan Gadis itu memang ingin menuntut balas terhadap Kim Hun Tokouw, walau harus mengorbankan nyawa nya. Mati bersama Kim Hun Tokouw atau mati bersama ular itu, baginya tidak menjadi masalah, Karena itu ia pun segera menghimpun Lweekangnya, Apabila ular itu memagutnya, ia akan segera memutuskan urat nadi Kim Hun Tokouw. sedangkan Kim Hun Tokouw yakin, seandainya ular itu memagut Lie Ceng Loan, ia pasti dapat melepaskan diri. Sebab itu, ia terus bersiul memanggil ular itu merayap mendekati Lic Ceng Loan, Keadaan di saat itu memang genting sekali, siapa lengah, nyawanya pasti melayang. sementara ular aneh itu makin mendekati Lie Ceng Loan, Lidahnya dijulur-julurkan sambil menyemburkan racun. jarak ular itu beberapa depa, tapi racun yang disemburkannya telah terasa amat menyesakkan nafas. Hati Lie Ceng Loan berdebar-debar tegang, Ular aneh sudah semakin dekat dan mengarah pada gadis itu, Pada waktu bersamaan, mendadak Lie Ceng Loan teringat pada Hian Giok. Namun dirinya berada dibawah ancaman Kim Hun Tokouw, bagaimana mungkin ia bisa bersiul memanggil burung bangau itu? Setelah agak mendekat, ular aneh itu mulai mendongakkan kepalanya dengan lidah terjulur keluar sedangkan jari tangan Kim Hun Tokouw semakin bertenaga menekan kepala Lie Ceng Loan. Di saat bersamaan, terdengarlah suara pekikan yang amat nyaring di angkasa, Begitu mendengar suara pekikan itu, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ bangkit semangat Lie Ceng Loan, itu adalah suara pekikan Hian Giok. Ular aneh itu pun langsung melingkar dengan kepala didongakkan ke atas. Dari angkasa meluncur turun sosok bayangan laksana kilat mengarah pada ular aneh itu. Ular aneh itu pun bergerak cepat ingin menyusup ke sebuah lubang untuk berlindung, tapi Hian Giok bergerak lebih cepat, dan cakar-cakarnya langsung mencengkeram kepala ular itu, Akan tetapi, mendadak ular aneh itu memagut Hian Giok mengelak dan sekaligus mematuk ular aneh itu. Ular aneh itu tidak bisa berkelit, sehingga lehernya terpatuk paruh Hian Giok yang amat tajam. Seketika juga leher ular aneh itu putus dan darahnya pun muncrat di tanah. Setelah berhasil membunuh ular aneh itu, Hian Giok pun mengeluarkan suara pekikan nyaring, kemudian mendadak menerjang ke arah Kim Hun Tokouw dengan eakarnya. Kim Hun Tokouw ingin berkelit, tapi sudah tidak keburu, Maka Hian Giok berhasil mencakar ke dua bahunya, sehingga darahnya pun langsung bereucuran Lie Ceng Loan memang amat mendendam pada Kim Hun Tokouw, Tapi ketika melihat ke dua bahu Kim Hun Tokouw terluka, ia pun merasa tidak tega. "Akhh...!" Lie Ceng Loan terkejut melihat wajah lawannya yang kian menyeramkan karena terkena muncratan darah dari bahunya, Hal itu menyebabkan cengkeraman Lie Ceng Loan jadi mengendus Kim Hun Tokouw tidak menyia-nyiakan keadaan ini. ia langsung menjatuhkan diri sekaligus berguling menjauhi Lie Ceng Loan, Lalu melesat pergi. Lie Ceng Loan tertegun sedangkan Hian Giok telah terbang pergi mengejar Kim Hun Tokouw. Walau Kim Hun Tokouw memiliki ginkang tinggi, namun masih tidak bisa menyamai Hian Giok, Dalam waktu sekejap, KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Hian Giok telah berhasil mengejarnya, bahkan mulai menyerangnya dengan cakar-cakar yang tajam Kim Hun Tokouw terpaksa menjatuhkan diri berguling ke sana ke mari, Kelihatannya ia akan mati oleh cakar-cakar Hian Giok, Namun mendadak ia berteriak aneh sambil mengayunkan tangannya, Tampak dua gulung asap kuning mengarah pada Hian Giok, Ketika Kim Hun Tokouw baru mengayunkan tangannya, Hian Giok sudah tahu akan adanya bahaya, ia langsung melesat ke atas, sedangkan Kim Hun Tokouw juga segera melesat pergi Begitu melihat Kim Hun Tokouw melesat pergi, Lie Ceng Loan mengerahkan ginkangnya mengejar Kim Hun Tokouw, Akan tetapi, Kim Hun Tokouw telah melesat ke dalam lembah yang gelap. Lie Ceng Loan segera bersiul seketika itu juga Hian Giok meluncur ke arahnya, Gadis itu meloncat ke atas punggung burung itu, lalu dengan menunggang burung itu ia mengejar Kim Hun Tokouw. Saat int, Hian Giok telah terbang di atas telaga kering itu. Namun sungguh mengherankan, Kim Hun Tokouw sudah tidak kelihatan lagi, Hian Giok terus terbang di atas telaga kering itu, Tiba-tiba Lie Ceng Loan teringai pada Na Siao Tiap, maka segeralah ia berseru. "Kakak Siao Tiap! Kakak Siao Tiap!" Walau ia berseru dua kali, tapi sama sekali tiada sahutan Na Siao Tiap. Kemudian Lie Ceng Loan menyuruh Hian Giok turun. Gadis itu meloncat turun dari punggung Hian Giok, lalu menengok ke sana ke mari, tapi tidak tampak Na Siao Tiap. ia mengambil dua buah batu kecil, lalu digosok gosokkan, Tak lama terpereiklah bunga-bunga api. Lie Ceng Loan memandang ke arah pintu batu, Tampak pintu itu tertutup rapat ia melihat piepa milik Na Siao Tiap tergeletak di tanah, namun tidak melihat orangnya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Lie Ceng Loan tidak habis pikir Piepa itu merupa kan benda pusaka dalam rimba persilatan dan tidak akan terlepas dari tangan Na Siao Tiap, Kenapa kini malah menggeletak di situ? Lalu Na Siao Tiap hilang ke mana? Lie Ceng Loan memanggil beberapa kali lagi, namun hanya terdengar suaranya sendiri yang bergema, Tidak terdengar suara sahutan. Akhirnya Lie Ceng Loan naik ke punggung Hian Giok lagi ia masih ingin mencari Kim Hun Tokouw dan yakin Na Siao Tiap tidak pergi jauh. Maka ia pun akan mencarinya. Tak lama, hari mulai terang, Hian- Giok terus terbang perlahan di atas tebing curam yang banyak guanya, Namun ia tetap tidak melihat Kim Hun To kouw, Entah bersembunyi di mana majikan istana Pii Sia Kiong itu. "Hian Giok!" Lie Ceng Loan menepuk lehernya, h tahu akan kecerdikan burung tersebut "Tahukah engkau ke mana majikanmu itu?" Hian Giok tampak seakan sedang berpikir Kemu dian ia memeluk nyaring sambil terbang ke bawah, Lu Ceng Loan heran, kenapa burung itu terbang ke bawah "Hian Giok!" Tanyanya. "Engkau menghendaki aku menunggu di sini!" Burung itu manggut-manggut, maka Lie Ceng Loar langsung meloncat turun. Hian Giok langsung terbang ke atas, Tak lama burung itu sudah hilang dari pandangar Lie Ceng Loan. Lie Ceng Loan duduk di atas sebuah batu sambit menunggu, Sudah cukup lama gadis itu menunggu, na mun Hian Giok atau si Bangau Sakti belum kembali Oleh karena itu tereenganglah Lie Ceng Loan. Gadis itu yakin Hian Giok sedang mencari Na Sian Tiap, Mungkinkah Na Siao Tiap pergi begitu jauh? Tapi kenapa dia KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ meninggalkan piepanya? Lie Ceng Loar sungguh tidak habis berpikir Akhirnya gadis itu mengambil keputusan untuk memeriksa gua-gua yang terdapat di situ. Setelah mengambil keputusan demikian, ia pun mulai memeriksa setiap gua yang ada di situ. Tak sampai tengah hari, sudah hampir semua gua yang di situ diperiksanya, Namun ia tidak menemukan Na Siao Tiap maupun Kim Hun Tokouw. Waiau agak putus asa, namun ia tetap memasuki gua lain. Setelah hari mulai sore, tinggal tiga buah gua yang belum dimasukinya. "Kakak Bu!" Gumamnya. "Bantulah aku mencari Kim Hun Tokouw!" Seusai bergumam, ia memasuki salah sebuah gua, Tangannya memegang sebuah obor Begitu memasuki gua itu, ia pun menjerit terkejut Ternyata gua itu amat indah. Dinding gua dibikin dari kristal yang gemerlapan Pantas ia menjerit terkejut Lie Ceng Loan terus melangkah ke dalam Sungguh mengherankan sebab semakin ke dalam gua itu pun semakin luas, Semua dinding gua terdiri dari kristal Tak lama kemudian gua itu mulai mengecil Lie Ceng Loan tahu bahwa dirinya sudah sampai di ujung gua. Kemudian gadis itu melihat dua buah mulut gua. ia menengok ke sana ke mari, tidak tahu harus memasuki mulut gua yang mana. Mendadak terdengar suara dari salah satu mulut gua itu, Lie Ceng Loan mengenali suara itu, yakni suara Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu, ia cepat-cepat mematikan obornya, lalu melesat ke dalam mulut gua itu, Belum seberapa jauh kakinya melangkah, tiba-tiba terdengar lagi suara Kim Hun Tokouw yang menyeramkan "Kini wajahku telah rusak, tentu engkau tidak akan menyukaiku lagi!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Lie Ceng Loan heran, Kim Hun Tokouw sedang berbicara dengan siapa? Tanyanya dalam hati. Wajah Kim Hun Tokouw memang telah dicakar oleh Hian Giok, Kalau pun luka itu sembuh, sudah pasti akan meninggalkan bekas di wajahnya. "He he he!" Terdengar suara tawa Kim Hun Tokouw yang terkekeh. "Aku tahu, dalam hatimu sama sekali tidak suka padaku, bahkan amat membenciku! Namun engkau bisa berbuat apa? Kita sudah ditakdirkan untuk bersama, siapa pun jangan berpikir bisa keluar! He he he!" Lie Ceng Loan ingin mendengar suara sahutan, namun tiada suara sahutan sama sekali, Mungkinkah Kim Hun Tokouw cuma mengoceh sendirian? Karena tidak mendengar suara sahutan, maka Lie Ceng Loan lalu melangkah ke dalam.... ****** Bab ke 51 - Co Hiong Yang Licik Memperoleh Benda pusaka Setelah Lie Ceng Loan pergi, Na Siao Tiap duduk seorang diri di depan pintu batu di dinding telaga kering itu. Karena ia duduk seorang diri, maka timbul pula kedukaannya lantaran teringat akan kematian Bee Kun Bu. Bummm! Suara di dalam pintu batu itu. Terkejutlah Na Siao Tiap dan segera mendengar dengan penuh perhatian Berselang sesaat kemudian terdengarlah suara seseorang Begitu mendengar suara itu, Na Siao Tiap merasa heran karena suara itu suara Souw Peng Hai. "Bagus! Bagus! Engkau... bagus sekali!" Suara Souw Peng Hai itu membuat Na Siao Tiap mengerutkan kening, sebab suara itu penuh mengandung kekesalan dan kebencian Kedengarannya seakan ada seseorang ingin membunuhnya. Gadis itu pun tidak habis Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ berpikir, karena tidak menyangka kalau Souw Peng Hai pun dapat meloloskan diri dari jebakan air. Memang tidak salah, Souw Peng Hai dan Co Hiong benar dapat meloloskan diri dari jebakan air itu. Ketika mereka berdua menyelam, tiba-tiba melihat ada sedikit cahaya di tempat yang tidak begitu jauh. Ke dua orang itu merasa girang bukan main, dan langsung menyelam ke tempat itu. Ternyata cahaya itu dari atas. Mereka berdua segera muncul diri di situ. Sungguh di luar dugaan, langit-langit itu telah berlubang Ke duanya segera naik ke atas dan pada waktu bersamaan, mereka pun mendengar suara Na Hai Peng. "Mari kita cepat pergi!" Na Hai Peng yang menjebolkan lantai sehingga Kuang Ti Taysu, Kim Eng Hauw dan Giok Siauw Sian Cu tertolong, secara tidak langsung juga menolong Souw Peng Hai dan Co Hiong. Ketika mendengar suara itu, mereka tereengang Tak lama kemudian, istana Pit Sia Kiong mulai bergoncang. "Guru! Kita harus cepat pergi!" Ujar Co Hiong dengan suara rendah. Souw Peng Hai mengangguk Mereka berdua lalu melesat pergi, tapi tidak searah dengan Na Hai Peng, melainkan melesat ke belakang karena tahu ada jalan rahasia di situ. Keluar dari jalan rahasia, tak seberapa lama kemudian, mereka sampai di telaga besar, dan melihat air telaga sedang mengalir deras ke bawah. Mereka berdua berdiri di pinggir telaga. Berselang beberapa saat, istana Pit Sia Kiong telah tergenang air hingga tidak tampak lagi. Mereka merasa girang sekali, karena yakin Kim Hun Tokouw pasti mati terendam air. Setelah air itu surut, mendadak Souw Peng Hai menghela nafas panjang, sehingga membuat Co Hiong tereengang melihatnya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Guru...." Co Hiong menatapnya. "Anak Hiong, tahukah engkau kenapa guru menarik nafas?" Ujar Souw Peng Hai. "Apakah Guru merasa putus asa karena tidak mampu melawan sembilan partai besar?" Sahut Co Hiong balik bertanya. "Engkau cuma dapat menerka setengahnya," Ujar Souw Peng Hai. "Setengahnya...." "Guru, aku sudah tahu setengah itu," Potong O" Hiong. "Sulit mengandalkan tenaga orang lain kan?" "Betul." Souw Peng Hai tertawa. "Engkau sungguh memahami perasaanku." "Guru!" Co Hiong tertawa. "Sejak kecil Guru memeliharaku, bahkan telah menganggapku sebagai anak pula." "Anak Hiong....M Souw Peng Hai menarik nafas lagi "Sebetulnya aku ingin menjodohkan Hut Hong padamu Tapi Hui Hong,.,." "Guru tidak usah menyesatkan itu," Ujar Co Hiong "Yang penting kita harus merencanakan, bagaimana pu lang ke Tionggoan untuk membangun kembali partai Thian Liong!" Souw Peng Hai menundukkan kepala memandang lengannya yang kutung, lalu menggeleng-gelengkan ke pala seraya berkata. "Anak Hiong! Membangun kembali partai Thian Liong sudah berada di atas bahumu, karena kini aku telah cacat...." "Guru cuma kehilangan sebuah lengan, kenapa harus putus asa?" Sahut Co Hiong sambil menatapnya. "Anak Hiong...." Sepasang mata Souw Peng Hai tampak basah. "Aku membangun partai Thian Liong berikut ekspedisi itu, telah banyak memeras otak dan biaya, Namun akhirnya KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ justru hancur di Toan Hun Ya. Cobalah pikir! Apakah aku tidak putus asa?" Co Hiong diam. "Anak Hiong-" Lanjut Souw Peng Hai. "Kita memang harus pulang ke Tionggoan. Engkau pun harus membuat namamu terkenal, agar engkau dapat memikul tugas untuk membangun kembali partai Thian Liong." "Guru...." Hati Co Hiong tersentak Souw Peng Hai tersenyum, kemudian mengeluarkan sebuah panji kecil Begitu melihat panji kecil itu, berdebarlah hati Co Hiong, sebab panji kecil itu merupakan tanda perintah tertinggi dalam partai Thian Liong. "Anak Hiong!" Ujar Souw Peng Hai serius. "Hari ini aku menyerahkan panji ini kepadamu." Sesungguhnya sudah lama Co Hiong mengincar panji kecil itu, justru tidak disangka kalau hari ini Souw Peng Hai akan menyerahkan padanya. Co Hiong segera menjulurkan tangannya untuk menerima panji kecil itu. Namun mendadak ia teringat sesuatu, mungkinkah Souw Peng Hai ingin mengetesnya? Kalau Souw Peng Hai bersungguh-sungguh ingin menyerahkan panji kecil itu padanya, kenapa ia harus buru-buru menerimanya? Karena itu, ia berkata. "Guru, aku belum terkenal dalam rimba persilatan, maka belum pantas menerima panji ini. Aku akan mencari nama dulu di rimba persilatan, setelah itu barulah aku menerima panji ini." Sesungguhnya, Souw Peng Hai menyerahkan panji kecil itu atas kerelaannya, Lagi pula ia tahu bahwa Co Hiong amat cerdik, dan kelihatannya mampu membangun kembali partai Thian Liong, Oleh sebab itu ia menyerahkan panji kecil tersebut padanya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ketika mendengar Co Hiong berkata begitu, Souw Peng Hai berpikir ia mengira Co Hiong berkata dengan setulus hati, sama sekali tidak tahu kalau itu cuma merupakan taktik belaka. "Kalau begitu, lain hari saja kuserahkan padamu," Ujar Souw Peng Hai sambil menyimpan panji kecil itu ke dalam baju nya. Co Hiong mendengus dalam hati, karena menyangka Souw Peng Hai cuma ingin mengetesnya, Maka timbullah rasa benci dalam hatinya, tapi wajahnya tetap tampak tenang dan biasa-biasa saja. "Anak Hiong, kita tidak boleh lama-lama di sini, Kita harus segera pergi," Tiga Dara Pendekar Siauwlim Karya Kho Ping Hoo Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong