Bangau Sakti 92
Bangau Sakti Karya Chin Tung Bagian 92
Bangau Sakti Karya dari Chin Tung Pek Yun Hui tahu, Kai Thian Kauw Cu mampu menangkis ilmu pedang Sin Hap Kiamnya, pertanda Kai Thian Kauw Cu berkepandaian tinggi sekali Oleh karena itu, Pek Yun Hui mengambil keputusan untuk bertahan sambil mencari kesempatan untuk meloloskan diri sementara Souw Hui Hong yang terkulai dan pingsan itu telah siuman. ia melihat ke dua iblis itu berdiri di hadapannya sambil bertolak pinggang. Seketika juga hatinya terasa dingin Tangannya menekan tanah dengan maksud ingin melesat pergi, tetapi sekujur badannya tidak bertenaga sama sekali ia hanya mampu berdiri, tapi nyaris jatuh lagi Ternyata Souw Hui Hong telah kehilangan tenaga murninya. Hal itu membuatnya terkejut dan gugup. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Gadjs itu pun tahu kalau kini dirinya telah jatuh di tangan ke dua iblis itu. Dari pada dihina nanti, lebih baik membunuh diri, Pikirnya. Karena itu, ia langsung mengayunkan pedangnya ke arah lehernya, Tapi mendadak ke dua iblis itu tertawa terkekeh. Maha iblis menggerakkan tangannya, seketika pedang di tangan Souw Hui Hong langsung terpental "He he he!" Maha iblis tertawa terkekeh lagi, WPerempuan jalang! Ternyata engkau pun ada hari ini! jangan membunuh diri? Huh! Tidak begitu gampang!" Wajah Souw Hui Hong pucat pias. ia ingin membunuh diri tetapi tiada kesempatan Apakah harus membiarkan dirinya dihina ke dua iblis itu? Lalu bagaimana pertarungan Pek Yun Hui dengan Kai Thian Kauw Cu? ***** Bab ke 9 - Muncul Na Siao Tiap dan Bangau Sakti Souw Hui Hong memang tidak bertenaga sama sekali untuk melawan sedangkan ke dua iblis itu telah mendekatinya selangkah demi selangkah, kemudian berhenti di hadapannya. "Adik, mari kita kutungi telinganya dulu!" Ujar Maha iblis sambil tertawa terkekeh-kekeh. "Jangan!" Sahut iblis Ke dua. "Lebih baik kita.... "Ha ha!" Maha iblis tertawa terbahak-bahak "Maksudmu?" "Dia cuma punya sebelah lengan Bagaimana kalau lengan sebelahnya lagi kita kutungi agar dia tidak punya lengan sama sekali? Kalau sudah begitu, pasti sedap dipandang." Sahut iblis Ke dua. "Benar! Benar!" Maha iblis tertawa terkekeh-kekeh. "Setelah itu, kita pun harus mengutungi ke dua kakinya." "Tidak salah." Iblis Ke dua manggut-manggut. "Kemudian barulah kita kutungi sepasang telinganya, Kita lihat dia akan jadi apa setelah itu?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Bagus! Bagus!" Maha iblis tertawa gelak dan semakin mendekat pada Souw Hui Hong. Bagaimana Souw Hui Hong menghadapi maut itu? Ternyata gadis itu telah pasrah, ia lalu menoleh ke belakang. Tampak Pek Yun Hui masih bertarung dengan Kai Thian Kauw Cu. Souw Hui Hong tahu, kalau saat ini Pek Yun Hui mulai di bawah angin. Semula ia masih berharap Pek Yun Hui akan menolongnya, Namun setelah menyaksikan itu, putuslah harapannya. Ketika ia membalikkan kepalanya, dilihat ke dua iblis itu sudah dekat sekali dengan dirinya, Maka cepat-cepatlah ia menyurut mundur "Hei!" Ujar Maha iblis sambil tertawa sinis. "Engkau tidak bisa kabur!" Dari pada mati tersiksa begitu, lebih baik mencoba membunuh diri lagi dengan cara membenturkan kepala ke pohon, Pikir Souw Hui Hong, Setelah berpikir demi-kian, gadis itu langsung menubruk ke arah pohon yang tak jauh dari situ. Akan tetapi, yang ditubruknya itu justru bukan po-hon, melainkan badan Maha Iblis. Ternyata ketika badan Souw Hui Hong bergerak, Maha iblis pun bergerak lebih cepat menghadang di hadapannya. Maha iblis tertawa terkekeh-kekeh, kemudian mencengkeram bahu Souw Hui Hong sekaligus mengangkatnya, Betapa sakitnya cengkeraman itu, namun Souw Hui Hong sama sekali tidak menjerit, meskipun keringat telah mengucur di keningnya karena menahan rasa sakit "He he!" Maha iblis tertawa terkekeh-kekeh lagi. "Adik, aku punya ide lagi." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "lde apa, Kak?" Tanya iblis Ke dua sambil tertawa. "Katakan, siapa tahu cocok dengan ideku." Maha iblis mengendus-endus muka Souw Hui Hong, lama sekali barulah ia menjawab seraya tertawa. "Adik! Sungguh harum mukanya, Walau dia Cuma punya sebelah lengan, tapi masih tetap tampak cantik, Bagaimana kalau kita menikmatinya dulu, setelah itu baru kita buat lebih cacat?" "Ouh! ide yang bagus! Cocok dengan ideku pula," Sahut iblis Ke dua sambil tertawa terkekeh-kekeh. Ketika mendengar itu, sukma Souw Hui Hong terasa terbang, ia ingin bermohon pada ke dua iblis itu agar membunuhnya, namun tahu itu merupakan hal yang tak mungkin. pada waktu bersamaan, Souw Hui Hong merasakan adanya suatu keanehan, sebab cengkeraman Maha iblis tidak begitu menimbulkan rasa sakit Iagi. Kemudian ia melihat wajah Maha iblis meringis-ringis dan sepasang matanya pun mendelik-delik. Setelah menyaksikan itu, giranglah Souw Hui Hong. ia yakin Maha iblis itu telah ditotok orang, Akan tetapi, tidak tampak siapa pun berada di situ, itu membuat Souw Hui Hong terheran-heran. Namun kemudian timbullah dugaannya, bahwa orang yang menotok jalan darah Maha iblis itu pasti berada di atas pohon. Segeralah ia mendongakkan kepala memandang pohon yang ada di hadapannya, Tidak salah! Tampak seseorang berada di atas pohon itu. Siapa orang itu? Ternyata Na Siao Tiap, Begitu melihat Na Siao Tiap, hampir saja Souw Hui Hong bersorak kegirangan ia tahu, kehadiran Na Siao Tiap akan memberesi semua urusan itu, dan dirinya pun tertolong. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sementara Maha iblis diam, Tentunya dia sangat mengherankan iblis Ke dua. "Hei! Kak! Kenapa engkau diam saja?" Serunya. sedangkan Souw Hui Hong segera meronta melepaskan diri dari cengkeraman Maha Iblis, lalu mendadak mengayunkan tangannya. Plak! Plak! Plok! Souw Hui Hong menampar Maha iblis itu dengan sengit iblis Ke dua terbelalak menyaksikan kakaknya di-tampar beberapa kali oleh Souw Hui Hong. "Kak, engkau.,,." Ucapan iblis Ke dua terputus, sebab mendadak sesosok bayangan melesat ke arahnya. Plak! Plak! Kali ini giliran iblis Ke dua yang kena tampan Keras sekali tamparan itu, membuat mata iblis Ke dua berkunang-kunang, sehingga tak sempat menjerit "Na Lie Hiap!" Seru Souw Hui Hong ketika melihat Na Siao Tiap sudah melesat turun dari pohon, iblis itu bisa main sihir, jangan memberi kesempatan padanya!" Buuuk! Na Siao Tiap langsung memukul dada iblis Ke dua. Walau cuma menggunakan empat bagian tenaga dalamnya, tapi cukup membuat iblis Ke dua menyemburkan darah segar dari mulutnya, karena Na Siao Tiap menggunakan tenaga sakti Toa Pan Yok Hian Kang. sementara badan iblis Ke dua itu pun terpental beberapa depa, bagaikan layang-layang putus. Duuuk! iblis Ke dua jatuh duduk tak mampu bangun lagi. Semua tulang bagian dadanya telah remuk. "Kakak Pek!"seru Souw Hui Hong memberitahukan "Na Lie Hiap datang!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ sementara Pek Yun Hui masih bertarung mati-matian dengan Kai Thian Kauw Cu, Ketika mendengar suara seruan itu, terbangkitlah semangatnya. ia mulai menghimpun tenaga sakti Toa Pan Yok Hian Kang untuk menggunakan ilmu pedang Sin Hap Kiam. "Siao Tiap, cepat ke mari!" Serunya. Itulah kelengahan Pek Yun Hui, Tidak seharusnya ia berseru di saat menghimpun tenaga sakti itu, sebab akan memberi kesempatan pada Kai Thian Kauw Cu. Tangan Kai Thian Kauw Cu bergerak secepat kilat, tahutahu sudah mengarah pada jalan darah di tenggorokannya Pek Yun Hui sudah tidak sempat berkelit Namun di saat itu mendadak ia menggunakan ilmu Ngo Heng Mi Cong Pu (llmu Langkah Ajaib), seketika juga badannya berkelebat lalu hilang dari pandangan Kai Thian Kauw Cu. Pada waktu bersamaan, Na Siao Tiap juga melesat cepat laksana kilat ke hadapan orang berjubah merah itu. Kai Thian Kauw Cu tertegun, sebab mendadak Pek Yun Hui berubah menjadi gadis lain, itu membuat mulutnya ternganga lebar "Hei! Tua bangka!" Bentak Na Siao Tiap nyaring. "Kenapa engkau bertarung dengan Kakak Pek?" "Siao Tiap! Cepat robohkan dia! Aku punya urusan yang penting yang harus dibicarakan denganmu!" Seru Pek Yun Hui yang telah berdiri tegak tak jauh dari tempat itu. "Ya." Sahut Na Siao Tiap, Mendadak badannya bergerak sambil mengayunkan tangannya. Plak! Bahu Kai Thian Kauw Cu sudah terpukul Dapat dibayangkan betapa cepatnya gerakan Na Siao Tiap. Setelah bahunya terpukul, Kai Thian Kauw Cu langsung menyurut mundur beberapa langkah dengan wajah muram, ia sama sekali tidak menyangka kalau gadis itu mampu memukul KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ bahunya begitu cepat sehingga membuatnya tak sempat berkelit Tua bangka!" Bentak Na Siao Tiap nyaring. "Engkau masih belum mau pergi? Kakak Pek ingin bicara denganku tahu?" "Apakah engkau Na Siao Tiap?" Tanya Kai Thian Kauw Cu. Tidak salah!" Sahut Na Siao Tiap. "Kalau begitu...." Kai Thian Kauw Cu menatapnya "Aku masih harus mengadu satu pukulan denganmu!" "Cepatlah lancarkan pukulanmu, jangan membuang waktu!" Sahut Na Siao Tiap sungguh-sungguh. Kai Thian Kauw Cu membungkukkan badannya sedikit, lalu melancarkan sebuah pukulan seketika terdengar suara yang menderu-deru. "Siao Tiap! Kepandaiannya masih di atasku, engkau harus berhati-hati!" \seru Pek Yun Hui mengingatkan "Ya." Sahut Na Siao Tiap sambil melancarkan sebuah pukulan. Bumm! Terdengar suara benturan yang amat dahsyat bagaikan geledek, Bahkan pepohonan di sekitar tempat itu pun tergoncang, sehingga daun-daunnya berterbangan Badan Kai Thian Kauw Cu bergoyang-goyang, Kelihatannya ia sedang bertahan agar tidak terhuyung ke belakang, namun akhirnya terhuyung juga tiga langkah ke belakang. sedangkan badan Na Siao Tiap hanya bergoyang sebentar, dan tetap berdiri di tempaL "Mari kita pergi!" Seru Kai Thian Kauw Cu sambil melesat pergi. Ku Hut Leng Khong, Lan Si Tianglo dan lainnya segera melesat pergi mengikuti Kai Thian Kauw Cu itu. Dalam waktu sekejap, mereka sudah hilang dari pandangan KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kakak Pek!" Tanya Na Siao Tiap. "Sebetulnya siapa mereka?" "Siao Tiap!" Pek Yun Hui menarik nafas panjang. "Panjang sekali kalau dituturkan." Kemudian Pek Yun Hui memandang ke arah Souw Hui Hong, ia melihat gadis itu memungut pedangnya lalu menusuk dada Maha Iblis. "Nona Souw! Engkau tidak apa-apa kan?" Tanya Pek Yun Hui. Setelah menghabiskan nyawa Maha Iblis, Souw Hui Hong menolehkan kepala berpaling memandang Pek Yun Hui seraya menjawab. "Kakak Pek! Tenaga murniku telah lenyap." Souw Hui Hong memberitahukan dengan wajah murung. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "ltu tidak apa-apa. Kalau bertemu Sie Bun Yun, engkau pasti sembuh." Pek Yun Hui tersenyum "Dia masih memiliki beberapa ekor ulat Thian Mo yang bisa memulihkan tenaga murnimu." "Eh?" Na Siao Tiap terheran-heran "Kalian membicarakan apa sih?" "Ayoh!" Sahut Pek Yun Hui. "Mari kita duduk di batu besar itu!" Mereka bertiga duduk di atas sebuah batu besar, kemudian Pek Yun Hui menarik nafas panjang. "Siao Tiap! urusanku di sini sungguh panjang kalau dituturkan Aku sudah bertemu adik Loan, dia bilang engkau menjaga di depan sebuah gua di dasar telaga kering, menunggu Co Hiong ke luar Tapi akhirnya engkau malah tiada jejak sama sekali, sebetulnya engkau pergi ke mana? Tuturkanlah!" "Sejak Bee Kun Bu mati...." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Siao Tiap!" Potong Pek Yun Hui. "Apa yang akan kuberitahukan padamu merupakan kabar buruk semua, hanya ini yang merupakan kabar baik." "Maksud Kakak Pek?" Na Siao Tiap keheranan "Kabar bahwa Bee Kun Bu tidak mati." Pek Yun Hui memberitahukan "Oh?" Wajah Na Siao Tiap langsung berseri, namun matanya berkaca-kaca menandakan gadis itu gembira sekali. "Sungguhkah itu? Apakah Kakak Pek tidak membohongi aku?" Ketika menyaksikan sikap Na Siao Tiap, hati Pek Yun Hui seperti tertindih sebuah batu besar "Siao Tiap!" Pek Yun Hui tersenyum "Apakah aku orang yang suka bohong?" "Kalau begitu, berarti adik Loan omong sembarangan kan?" Tidak juga." Pek Yun Hui menggelengkan kepala. "Dia memang menyaksikan kematian Bee Kun Bu dengan mata kepala sendiri." "Kakak Pek! cepatlah tuturkan tentang itu!" Desak Na Siao Tiap. "Aku... aku ingin mengetahuinya." Pek Yun Hui tersenyum lagi, lalu menutur dari gua kristal, bagaimana cara Lie Ceng Loan menemukan Bee Kun Bu dan lain sebagainya. "Ouh! Terimakasih pada Langit dan Bumi!" Ucap Na Siao Tiap, kemudian bertanya. "Dia berada di mana sekarang?" "Siao Tiap, kini giliranmu menuturkan pengalamanmu sahut Pek Yun Hui. "Kakak Pek! Katakan dulu dia berada di mana seka rang!" Desak Na Siao Tiap ingin mengetahuinya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Apa yang diucapkan Na Siao Tiap itu penuh mengandung perhatian dan dapat memastikan pula, bahwa gadis itu amat mencintai Bee Kun Bu, seperti yang dirasakan Souw Hui Hong. Seketika juga Souw Hui Hong dan Pek Yun Hui saling memandang, kemudian diam-diam Pek Yun Hui menarik nafas. "Bee Kun Bu berada di mana sekarang, aku pun tidak mengetahuinya," Ujar Pek Yun Hui kemudian "Aku dan Nona Souw sedang mencarinya." "Itu...." Na Siao Tiap tertegun "Bagaimana mungkin ? "Panjang sekali kalau dituturkan." Pek Yun Hui menggeleng-gelengkan kepala. "Sekarang ceritakan apa yang engkau alami, meskipun secara singkat!" "Memang sederhana sekali apa yang kualami, Karena tidak menemukan Co Hiong, maka aku bersama Hian Giok meninggalkan tempat itu. Sebab aku mengira Bee Kun Bu sudah mati, maka aku kembali ke tempat tinggal almarhumah ibuku, Namun kemudian aku khawatir kalian akan mencemaskan diriku, Oleh karena itu, aku lalu berangkat ke gunung Kwat Cong San. Kebetulan aku melewati tempat ini dan mendengar suara pertempuran Maka segeralah aku ke mari." Na Siao Tiap memberitahukan "Kalau begitu, engkau sama sekali tidak tahu apa-apa kan?" Pek Yun Hui menarik nafas. "Ya." Na Siao Tiap mengangguk "Aku memang tidak tahu apa-apa." "Baiklah." Pek Yun Hui manggut-manggut "Aku akan menutur dari awal hingga kejadian tadi...." MuIailah Pek Yun Hui menutur Na Siao Tiap mendengarkan dengan mata terbelalak Seusai Pek Yun Hui menutur, barulah Na Siao Tiap bertanya. "Kalau begitu, kini ayahku masih tidak waras?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Tidak salah. Tapi aku sudah memperoleh rumput berdaun tujuh, Asal ayahmu dapat kita temukan, rumput ini pasti dapat menyembuhkannya." "Ng!" Na Siao Tiap manggut-manggut. "Kakak Pek, rnenurutku, apa yang terjadi di gunung Kwat Cong San itu bukan perbuatan orang luar, pasti mereka bertiga tidak dapat menjaga ayahku, sehingga ayahku kabur." "Aku pun berpikir demikian, Namun kini Giok Siauw Sian Cu sudah tewas, Bagaimana kejadian itu, sulit bagi kita menerkanya dengan pasti." "Walau Giok Siauw Sian Cu sudah mati, tapi masih ada beberapa orang, Asal kita bertemu mereka, semuanya akan menjadi jelas." Ujar Na Siao Tiap. "Benar." Pek Yun Hui mengangguk "Oh ya! Apakah Hian Giok masih bersamamu?" Na Siao Tiap bangkit berdiri, kemudian bersiul panjang memanggil Bangau Sakti itu. Saat ini, hari mulai senja, Tampak langit agak kemerahmerahan, Terlihat sosok bayangan terbang laksana kilat ke tempat itu, yang kian lama kian mendekat, menyusul terdengar pula suara pekikan yang amat nya-ring. itu suara pekikan Hian Giok. Tak lama Hian Giok pun sudah hinggap di hadapan mereka. "Hian Giok!" Pek Yun Hui membelai-belai lehernya. "Sudah lama kita tidak bertemu." Hian Giok mengeluarkan suara, sepertinya gembira sekali. sedangkan Pek Yun Hui memandang Souw Hui Hong, wajahnya diliputi sesuatu yang menyulitkan Souw Hui Hong tergolong gadis cerdas. Begitu Pek Yun Hui memandangnya ia sudah dapat menerka apa yang dipikirkan Pek Yun Hui. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Kakak Pek!" Ujarnya. "Aku meninggalkan Yang Sim Am, hanya ingin memberitahukan tentang Co Hiong, kini aku mohon pamit." "Nona Souw!" Pek Yun Hui mengerutkan kening. "Tapi tenaga murnimu...." "ltu tidak jadi masalah." Souw Hui Hong tersenyum "Masih banyak anak buah ekspedisi Thian Liong akan membantuku Kalau kalian sudah menemukan Bee Kun Bu, tolong beritahukan padaku, aku... aku sudah merasa puas," "Baiklah!" Pek Yun Hui manggut-manggut "Kami pasti memberitahukan Lagipula kami memang harus ke Toan Hun Ya, sebab Kui Goan Pit Cek itu masih berada di tangan Co Hiong." "Nona Souw!" Pesan Na Siao Tiap. "Meskipun Kai Thian Kauw Cu dan orang-orangnya sudah pergi, tapi mungkin mereka tidak akan menyudahi urusan ini begitu saja, Engkau harus berhati-hati!" "Ya." Souw Hui Hong mengangguk "Kalian berdua pun harus berhati-hati, sebab Kai Thian Kauw Cu adalah ayah iblis-iblis itu, Tentunya dia akan menuntut balas atas kematian putra-putrinya." "Ya." Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap manggut-manggut. "Selamat tinggal!" Ucap Souw Hui Hong lalu melangkah pergi. "Sampai jumpa, Nona Souw!" Seru Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap serentak "Sampai jumpa!" Sahut Souw Hui Hong, dan kemudian hilang dari pandangan Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap. "Aaakh!" Mendadak Pek Yun Hui menarik nafas panjang, ia tahu Souw Hui Hong amat mencintai Bee Kun Bu, begitu pula Na Siao Tiap, Entah apa yang akan terjadi kelak garagara cinta! KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Eh?" Na Siao Tiap menatapnya. "Kenapa Kakak Pek menarik nafas?" "Oh!" Pek Yun Hui tersentak "Aku sedang berpikir, apakah kita dapat mencari Bec Kun Bu dan lainnya?" "Kita bisa menunggang Hian Giok pergi mencari mereka, Bagaimana mungkin tidak dapat menemukan mereka?" Sahut Na Siao Tiap. "Ng!" Pek Yun Hui mengangguk dan menambahkan. "Kalau begitu, kita bermalam di sini, besok kita baru membicarakannya lagi." Tidak!" Na Siao Tiap menggelengkan kepala. "Lho?" Pek Yun Hui tereengang. "Kenapa?" "Malam ini juga kita harus pergi mencari mereka." Sahut Na Siao Tiap. "Giok Siauw Sian Cu mati di tempat ini, maka aku yakin mereka berada di tempat yang tak jauh dari sini, Walau hari sudah gelap, tapi kita harus pergi mencari mereka." "Baiklah." Pek Yun Hui manggut-manggut. Akan tetapi, mereka tidak melihat apa pun di bawah, Na Siao Tiap menarik nafas panjang. "Kakak Pek!" Ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kalau aku tidak pergi ke makam ibu, sebaliknya langsung ke gunung Kwat Cong San, mungkin peristiwa itu tidak akan terjadi." Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sudah terjadi, tidak perlu disesalkan lagi." Sahut Pek Yun Hui sambil tersenyum getir. "Kakak Pek! Tahukah engkau kenapa aku pergi ke makam ibuku?" "Aku tidak tahu, Beritahukanlah!H "Kakak Pek adalah orang yang amat dekat denganku, Maka aku boleh memberitahukannya, Aku pergi ke makam ibuku hanya menyampaikan beberapa patah kata saja." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Bibi Cui sudah meninggal, maka apa yang engkau katakan, bagaimana mungkin almarhumah mendengarnya?" Pek Yun Hui menggeleng-gelengkan kepala. "Almarhumah pasti dapat mendengarnya, Aku tahu, almarhumah pasti dapat mendengarnya," Sahut Na Siao Tiap sungguh-sungguh. "0ooh!n Pek Yun Hui menarik nafas. "Engkau berkata apa di hadapan makam ibumu?" Na Siao Tiap ingin memberitahukan tapi mendadak dibatalkannya, kemudian ia hanya menjawab demikian "Aku memberitahukan pada almarhumah, bahwa dia.,, dia sudah mati." "Maksudmu Bee Kun Bu?" "Ya." "Siao Tiap! Ternyata Bee Kun Bu tidak mati, Lalu engkau harus bagaimana?" Tanya Pek Yun Hui mendadak "Kakak Pek,.,." Air mata Na Siao Tiap mulai meIeleh-"Aku tidak tahu, aku tidak tahu harus bagaimana?" "Siao Tiap...." Ketika Pek Yun Hui ingin mengatakan sesuatu, mendadak ia melihat seseorang duduk di pinggir sungai dengan membawa sebuah obor. "Engkau lihat siapa orang itu?" Na Siao Tiap memandang ke bawah, Karena orang itu membawa obor, maka dapat dilihat dengan jelas. Tampak kaki dan tangan orang itu bergerak "Aku tidak ingat siapa orang itu," Ujar Na Siao Tiap. "Mari kita turun!" Ajak Pek Yun Hui. Na Siao Tiap segera menepuk leher Hian Giok-Segeralah Hian Giok meluncur ke bawah- Tak lama mereka sudah tiba di pinggir sungai, Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap memperhatikan orang itu, ternyata Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Eh?" Na Siao Tiap heran. ia sudah mengenali orang itu. "Kenapa dia berada di sini?" "Dia termasuk salah satu seorang korban dari Mo Kui Ceh Yi." Pek Yun Hui memberitahukan "Mari kita ke sana!" Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap meloncat turun dari punggung Hian Giok, lalu mendekati Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng. sementara Tu Wee Seng terus bergerak Mimik wajahnya tampak aneh sekali. Meringis, menyeringai, tersenyum dan menyengir Pek Yun Hui menyiapkan selembar daun rumput yang di dalam bajunya, kemudian menghampiri Tu Wee Seng. "Kakak Pek!" Na Siao Tiap tereengang. "Engkau mau berbuat apa?" "lngin memulihkan kesadarannya," Sahut Pek Yun Hui. "Hanya daun rumput ini yang dapat menyembuhkannya." "Kakak Pek! Orang itu jahat sekali, kenapa engkau ingin menolongnya?" Tanya Na Siao Tiap heran. "Kita masih memiliki daun rumput ini, lagipula dia seorang ketua partai Kalau kita bisa menolongnya, tentunya dia akan berterimakasih pada kita. Nah, bukankah kita akan bertambah satu teman?" Sahut Pek Yun Hui sambil tersenyum. Na Siao Tiap diam. sedangkan Pek Yun Hui sudah dekat sekali dengan Tu Wee Seng. Akan tetapi Tu Wee Seng sama sekali tidak mengetahui kedatangan Pek Yun Hui. Tiba-tiba jari tengah tangan Pek Yun Hui menyentil seketika tampak sebuah mutiara meluncur secepat kilat ke arah Tu Wee Seng. Tanpa berkeluh Tu Wee Seng langsung roboh. Pek Yun Hui segera menghancurkan daun rumput itu dan dimasukkan ke mulut Tu Wee Seng. Setelah itu, ia pun KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ mengambil sedikit air, dan sekaligus dituang ke dalam mulut Tu Wee Seng, bahkan juga membebaskan totokan itu pula. Walau Pek Yun Hui sudah membebaskan totokan itu, tapi Tu Wee Seng masih menggeletak wajahnya mulai berubah, kian lama kian memucat Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap terus memper-hatikannya, Ketika melihat wajah Tu Wee Seng berubah begitu, Na Siao Tiap bertanya. "Apakah Kakak Pek telah tertipu oleh iblis itu?" Pek Yun Hui sudah berpikir demikian, namun di saat bersamaan, tampak badan Tu Wee Seng bergerak Me-reka berdua memandang dengan penuh perhatian lagi, Kening Tu Wee Seng mengucurkan keringat, dan tak lama sekujur badannya pun sudah basah oleh keringat. Wajah Tu Wee Seng yang pucat pias tadi mulai memerah, setengah jam kemudian mendadak ia berteriak keras sambil meloncat bangun. Ketika melihat Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap berdiri di situ, segeralah ia menyurut mundur dan tampak terkejut sekali. "Ketua Tu!" Pek Yun Hui tersenyum "Bagaimana rasamu sekarang?" Saat ini, kesadaran Tu Wee Seng pu!ih, ia tampak agak memusuhi Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap, kemudian ujarnya dengan suara dalam. "Maksudmu merasa apa?" "Ketua Tu, apakah engkau tahu bagaimana dirimu bisa berada di sini?" Tanya Pek Yun Hui. Tempat apa ini?" Tu Wee Seng tampak kebingungan dan menengok ke sana ke mari. "Di sini termasuk daerah Ceng Kang," Pek Yun Hui memberitahukan, ini adalah sungai Tiang Kang!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Aku..- aku.,, kenapa bisa berada di sini?" Tu Wee Seng mengerutkan kening. "Ketua Tu! sebelumnya apa yang engkau ingat?" Pek Yun Hui menatapnya. Ketika melihat Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap tidak memusuhinya, legalah hati Tu Wee Seng. "Oh ya! Aku... aku berada di gurun pasir, kemudian ada orang mengajakku ke Mo Kui Ceh Yi." "Apa yang terjadi selanjutnya, apakah engkau masih ingat?" Tanya Pek Yun Hui. "Aku bertemu tiga iblis, kemudian... kemudian...." Tu Wee Seng tampak berpikir keras. "Kemudian aku tidak ingat apaapa lagi." "Engkau telah terkena racun di Mo Kui Ceh Yi, sehingga membuatmu jadi gila, Tadi kami yang menyembuhkanmu!" Pek Yun Hui menjelaskan "Oh?" Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng masih kelihatan kurang pereaya. sebetulnya Pek Yun Hui bermaksud bertanya pada Tu Wee Seng tentang Na Hai Peng, Kun Lun Sam Cu, Bee Kun Bu dan lainnya, tapi ketika melihat Tu Wee Seng tidak tahu apa-apa, maka ia pun tidak mau bertanya lagi, pereuma pikirnya, ia menoleh pada Na Siao Tiap seraya berkata. "Mari kita pergi mencari mereka!" Na Siao Tiap mengangguk Gadis itu memang tidak senang bersama Tu Wee Seng. Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap berjalan menghampiri Hian Giok, Ketika mereka berdua baru mau meloncat ke punggung Hian Giok, mendadak terdengar suara seruan. Suara seruan itu membuat Pek Yun Hui, Na Siao Tiap dan Tu Wee Seng tertegun, karena yang berseru Gin Tie SusengKim Eng Hauw. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Siao Tiap! Bukankah itu suara Gin Tie Suseng?" Ujar Pek Yun Hui. "Tidak salah," Na Siao Tiap manggut-manggut "ltu memang suara seruannya." Mereka berdua segera melesat ke arah suara itu. Namun di tempat itu sepi sekali Padahal tadi mereka memang mendengar suara seruan tersebut di tempat ini, tetapi kenapa sekarang hening begitu? "Kakak Pek! Dia ada di situ!" Na Siao Tiap menunjuk ke tempat yang tak jauh dari mereka. Pek Yun Hui segera memandang ke sana. Dilihatnya sosok bayangan menggeletak di situ tak bergerak sama sekali, Mereka berdua langsung ke sana. Setelah dekat, mereka berdua melihat jelas, bahwa sosok itu ternyata memang Gin Tie Suseng-Kim Eng Hauw. "Saudara Kim!" Panggil Pek Yun Hui dan bertanya. "Kenapa engkau?" Gin Tie Suseng menatap Pek Yun Hui. ia ingin bangkit tetapi tidak mampu, Ternyata Gin Tie Suseng telah terluka parah, namun tidak tampak berdarah. "Saudara Kim, jangan bergerak!" Ujar Pek Yun Hui cepat dan segera memegang nadinya. Begitu memegang nadi Gin Tie Suseng, terkejutlah Pek Yun Hui, karena denyut nadinya sudah lemah sekali, bahkan seluruh urat nadinya pun telah lerluka. "Kakak Pek, bagaimana lukanya?" Tanya Na Siao Tiap. Pek Yun Hui tidak menyahut, hanya memberi isyarat padanya, sedangkan Gin Tie Suseng sudah mulai bersuara namun pelan seka!i. "Nona Pek, aku... aku tahu... diriku tidak bisa.,, ditolong lagi." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Saudara Kim! jangan berkata begitu!" Pek Yun Hui berduka sekali, apa yang harus diucapkannya selain ini? "Aaakh.,.!" Gin Tie Suseng menghela nafas panjang. "Nona Pek, mohon engkau sudi.,, memberitahukan ke-pada... Giok Siao Sian Cu, bahwa aku... aku sangat mencintainya!" Ketika mendengar Gin Tie Suseng berkata demikian, timbullah rasa duka dalam hati Pek Yun Hui, karena ia teringat pada Sie Bun Yun yang tiada jejaknya. "Engkau tidak perlu memikirkannya lagi!" Sela Na Siao Tiap. "Giok Siao Sian Cu sudah tewas." Sekujur badan Gin Tie Suseng tergoncang, wajahnya yang pucat itu bertambah pucat pias seperti kertas. "Be... benarkah itu?" Tanyanya dengan suara gemetar "Saudara Kim! Engkau...." Pek Yun Hui memandang nya. "Begitu juga baik, kami... kami bisa bertemu kembali di sana, Nona Pek, setelah aku mati, aku mohon... tolong kuburkan aku bersama... bersama dia!" Ujar Gin Tie Suseng terputus-putus, dan suaranya pun semakin lemah. Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap mulai mengucurkan air mata, kemudian menyahut serentak. "Kami pasti melaksanakannya." Te... terimakasih...." Suara Gin Tie Suseng bertambah lemah. Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Nona Pek, Na Locianpwee... cepat,., cepat berupaya menolong Bee Kun Bu, Nona Lie Ceng Loan... Giok Siauw Sian Cu, tunggu,., aku menyusul...." "Saudara Kim!" Tanya Na Siao Tiap cepat. "Apa gerangan yang telah terjadi? Bee Kun Bu dan lainnya berada di mana sekarang? Cepat katakan!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Gin Tie Suseng tampak seakan tidak mendengar pertanyaan Na Siao Tiap, Ketika Na Siao Tiap masih mau bertanya, Pek Yun Hui segera mencegahnya. "Siao Tiap, pereuma engkau bertanya, sebab dia tidak mendengar Biarkan dia bergumam sendiri saja!" "Saudara Bee!" Gumam Gin Tie Suseng. "Katian... kalian jangan takut, Nona Pek dan Nona Na akan segera ke mari! Aku,., aku... sudah tidak tahan lagi, aku... aku harus pergi... menemui Kakak Giok Siauw, ka!ian... saudara Sie Bun... Kakak Giok Siauw....H Bergumam sampai di sini, suara Gin Tie Susengsudah mereka tidak terdengar lagi, Setelah Gin Tie Suseng menyebut nama Sie Bun Yun, Pek Yun Hui menarik nafas lega, karena sudah tahu bahwa tidak terpencar, hanya saja tidak tahu mereka berada di mana. Gin Tie Suseng diam, Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap menganggapnya telah meninggal Akan tetapi, mendadak Gin Tie Suseng bergumam lagi dengan suara lirih. "Arus air menderu, kalian... kalian hati-hati,.,." Setelah bergumam demikian, Gin Tie Suseng pun tidak bernafas lagi. Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap saling memandang dengan mata terbelalak kemudian Na Siao Tiap berkata. "Kakak Pek! ucapannya yang terakhir itu, sepertinya menunjukkan tempat Bee Kun Bu berada!" "Ng!" Pek Yun Hui manggut-manggut. "Arus air menderu, kalian hati-hati! Kedengarannya merupakan suatu tempat, namun di mana tempat itu?" "Menurut dugaanku, mereka tidak berada di perahu, berarti berada di daratan di tengah-tengah Tiang Kang." Ujar Na Siao Tiap. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Pek Yun Hui memandang ke sungai Tiang Kang itu, tampak arus mengalir deras sekali. "Apakah berdasarkan itu, bisa menemukan mereka?" Gumam Pek Yun Hui. "Kakak Pek, bagaimana sih engkau?" Na Siao Tiap menatapnya. "Kita bisa menunggang Hian Giok sambil memandang ke bawah, tentunya dapat mencari mereka." "Kalau begitu, bagaimana dengan mayat Gin Tie Suseng? Kita sudah mengabulkan permintaannya yang terakhir itu, maka tidak baik kalau kita mengingkarinya." Ujar Pek Yun Hui. "Kita memang tidak boleh mengingkarinya, namun jauh lebih penting menolong orang." Sahut Na Siao Tiap. "Untuk sementara kita kuburkan di sini saja, setelah kita berhasil menolong mereka, barulah kita ke mari dan sekaligus menguburkannya bersama Giok Siauw Sian Cu." Pek Yun Hui manggut-manggut Memang itu jalan satusatunya. sedangkan Na Siao Tiap segera mengibaskan lengannya, seketika mayat Gin Tie Suseng melayang ke dalam semak, tepat dekat sebuah pohon. "Kok tidak dikuburkan?" Pek Yun Hui keheranan "Kita taruh dulu di situ, nanti kita ke mari lagi." Sahut Na Siao Tiap. Pek Yun Hui manggut-manggut ia sudah tahu maksud Na Siao Tiap, Setelah itu, ia pun bersiul panjang memanggil Hian Giok, Tak lama tampak Hian Giok terbang ke sana. sebetulnya Bee Kun Bu dan lainnya hilang ke mana? Apa pula yang mereka hadapi ketika berada di tempat Tee Ju Liong? Dan siapa yang melukai Giok Siauw Sian Cu dan Gin Tie Suseng? ***** Bab ke 10 - Kejadian di Gunung Kwat Cong San KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ternyata ketika Pek Yun Hui mengejar Souw Hui Hong yang akan meninggalkannya pergi, yang ada di taman itu tinggal Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan, Sie Bun Yun dan Tee Ju Liong, sementara Tee Ju Liong menutur tentang dirinya yang kehilangan tenaga murni, Lie Ceng Loan memandang ke arah telaga buatan, ia melihat seseorang berdiri tak jauh dari mereka. Orang itu berbadan tinggi besar, mengenakan jubah biru, Namun Lie Ceng Loan tidak mengetahui orang berjubah biru itu muncul dari mana. "Kakak Bu!" Ujar Lie Ceng Loan terkejut "Lihatlah, apakah orang itu Paman Na?" Bee Kun Bu terperanjat dan segera menoieh. ia masih sempat melihat orang itu mengangkat dua pembantu Tee Ju Liong, kemudian dilempar ke dalam telaga buatan itu. "Benar." Bee Kun Bu terbelalak "Eh? Kenapa ayah angkatku berada di situ?" Pada waktu Bee Kun Bu berkata demikian, Na Hai Peng berputar-putar di situ, lalu melesat pergi. "Cepat kejar dia!" Seru Bee Kun Bu. Karena ingin cepat-cepat mengejar Na Hai Peng, maka mereka tidak sempat memberitahukan kepada Pek Yun Hui. sementara para anak buah Tee Ju Liong berusaha menghadang Na Hai Peng, tapi mereka semua malah terbunuh oleh kibasan lengan jubahnya. Walau Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan dan Sie Bun Yun telah mengerahkan ginkang, namun masih tidak dapat mengejar Na Hai Peng, Tak lama Na Hai Peng sudah melesat ke luar dari tempat itu, Bee Kun Bu bertiga masih terus mengejarnya Berselang beberapa saat kemudian, mereka sudah menempuh jarak kurang lebih empat mil. Saat itulah Pek Yun Hui dan Souw Hui Hong kembali ke taman, namun tidak melihat Bee Kun Bu dan lainnya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Pek Yun Hui dan Souw Hui Hong mencari mereka ke sana ke mari, bahkan kemudian mengambil jalan yang berlawanan dengan jalan yang ditempuh Bee Kun Bu, akhirnya Pek Yun Hui dan Souw Hui Hong bertemu Kai Thian Kauw Cu. sementara Bee Kun Bu dan lainnya masih terus mengejar Na Hai Peng. Akan tetapi, orang berjubah biru itu malah semakin jauh, Karena tahu sudah tidak bisa mengejarnya, Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan dan Sie Bun Yun berhenti "Kakak Bu!" Lie Ceng Loan mulai terisak-isak. "Ini,., bagaimana baiknya?" Bee Kun Bu juga dalam keadaan kacau, sebab Na Hai Peng berkepandaian begitu tinggi dan masih tetap gila, tentunya akan menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan "Saudara Bee!" Ujar Sie Bun Yun. "Bukankah Na Locianpwee berada di Kwat Cong San? Kenapa bisa muncul di sini?" "Aku juga bingung." Bee Kun Bu menggeleng-ge-lengkan kepala."Lebih baikkita kembali untukberunding dengan Kakak Pek." Sie Bun Yun dan Lie Ceng Loan mengangguk Mereka bertiga lalu membalikkan badan namun tiba-tiba tampak dua sosok bayangan melesat datang. "Adik! Apakah engkau?" Suara wanita. Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan dan Sie Bun Yun mengenali suara wanita itu, yang tidak lain adalah Giok Siauw Sian Cu. Tidak salah, ke dua sosok bayangan itu adalah Giok Siauw Sian Cu dan Gin Tie Suseng-Kim Eng Hauw. "Kalian melihat Na Locianpwee?" Tanya Gin Tie Suseng. "Kami justru mengejarnya sampai di sini, tapi,., tidak berhasil sahut Bee Kun Bu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Celaka!"seru Giok Siauw Sian Cu. "Dia menuju arah mana? Kita harus cepat-cepat mengejarnya." "Na Locianpwee berkepandaian amat tinggi. Kalau pun berhasil mengejarnya, kita tidak akan bisa berbuat apa-apa." Ujar Sie Bun Yun. "Oh ya! sebetulnya apa gerangan yang telah terjadi?" Giok Siauw Sian Cu dan Gin Tie Suseng menarik nafas panjang. "Lebih baik kita pergi menemui Kakak Pek dulu!" Sela Bee Kun Bu. "Benar." Lie Ceng Loan mengangguk "Kalau Kakak Pek mengetahui kejadian di Kwat Cong San, dia pun bisa mengambil keputusan!" "Putri Tay berada di mana?" Tanya Giok Siauw Sian Cu. Tak jauh dari sini," Sahut Bee Kun Bu, lalu bersama Lie Ceng Loan dan Sie Bun Yun mengajak mereka berdua kembali ke tempat Tee Ju Liong. sesampainya di tempat Tee Ju Liong, mereka tertegun karena tidak melihat Pek Yun Hui dan Souw Hui Hong. "Kita harus memburu waktu." Ujar Giok Siauw Sian Cu. "Kalau kita masih terus mencari Putri Tay, entah berapa banyak orang yang akan terluka." "Sebetulnya apa yang telah terjadi?" Tanya Bee Kun Bu. "Akan kututurkan sambil berjalan," Sahut Giok Siauw Sian Cu. Wajah Giok Siauw Sian Cu tampak gugup dan panik, sedangkan wajah Gin Tie Suseng tampak cemas dan tak sedap dipandang. Mereka berlima segera meninggalkan tempat itu. Kemudian sambil berjalan Giok Siauw Sian Cu menutun KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ternyata setelah Bee Kun Bu dan lainnya meninggalkan Kwat Cong San, Giok Siauw Sian Cu, Gin Tie Suseng dan Pang Siu Wie terus-menerus menjaga Na Hai Peng dengan hati-hati sekali. Pada hari itu, ketika Giok Siauw Sian Cu, Gin Tie Suseng dan Pang Siu Wie berada di luar gua, mendadak mereka bertiga mendengar suara jeritan Sin Eng Tan Po. Terkejutlah mereka bertiga dan segera bangkit berdiri Pang Siu Wie pun langsung memakai sarung tangannya. Tak seberapa lama kemudian, tampak Sin Eng Tan Po terhuyung-huyung menghampiri mereka. "Siapa yang datang?" Tanya Giok Siauw Sian Cu. Begitu sampai di hadapan mereka, Sin Eng Tan Po langsung terkulai, dan wajahnya tampak pucat pias. "Na... Na...." Sin Eng Tan Po menunjuk ke beIakang. "Jangan omong yang tidak-tidak!" Tegur Giok Siauw Sian Cu. "Na Locianpwee berada di dalam ruang batu." "Memang dia, aku... aku sudah terluka." Sahut Sin Eng Tan Po lemah. Giok Siauw Sian Cu dan lainnya tertegun Benarkah Na Hai Peng sudah kabur dari ruang batu di dalam gua? Ketika mereka bertiga baru mau menengok ke dalam gua, tahu-tahu dua depa di hadapan mereka telah berdiri seorang berjubah biru, yang tak lain adalah Na Hai Peng. Na Hai Peng melangkah maju sambil melancarkan sebuah pukulan ke arah Sin Eng Tan Po. Orang tersebut masih sempat berkelit dengan cara berguling-guling. Akan tetapi, Na Hai Peng cepat maju lagi sambil menyambar Sin Eng Tan Po. Setelah itu, ia melesat pergi dengan sebelah tangan menjinjing Sin Eng Tan Po. Giok Siauw Sian Cu, Gin Tie Suseng dan Pang Siu Wie cepat-cepat mengejarnya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Na Hai Peng berdiri di atas sebuah batu besar, kemudian melempar Sin Eng Tan Po ke bawah. "Na Locianpwee." Panggil Giok Siauw Sian Cu dengan lembut Na Hai Peng membalikkan badannya, lalu menyerang Giok Siauw Sian Cu dengan sebuah pukulan, Menyaksikan itu, bukan main terkejutnya Gin Tie Suseng, Maka ia pun melancarkan dua buah pukulan ke arah Na Hai Peng. Lengan Na Hai Peng bergerak, seketika juga Gin Tie Suseng terpental bagaikan layang-layang putus. Namun walau demikian, ia telah menyelamatkan Giok Siauw Sian Cu. Kemudian wanita itu segera berkelit ke samping. Sedangkan Na Hai Peng langsung menubruk ke arah Pang Siu Wie. Untung Pang Siu Wie sudah siap dengan pasir beracun, Ketika melihat Na Hai Peng menerjang ke arahnya, cepat-cepat ia mengayunkan tangannya, dan pasir beracun di tangannya berhamburan ke arah Na Hai Peng. Na Hai Peng terpaksa berkelit menghindari pasir beracun, kemudian melesat pergi, Pang Siu Wie segera meloncat ke arah Giok Siauw Sian Cu. "Kenapa engkau menggunakan pasir beracun?" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tegur Giok Siauw Sian Cu. "Aku... aku terpaksa," Sahut Pang Siu Wie sambil menarik nafas panjang. Ternyata Na Hai Peng cuma melesat beberapa depa lalu berdiri tegak di situ sambil menatap Pang Siu Wie dengan sorotan tajam. Giok Siauw Sian Cu keheranan ketika menyaksikan sorot mata Na Hai Peng. Sebab selama ini, sepasang matanya tampak tak bereahaya. Tapi kali ini menyorot begitu tajam. Apakah ia sudah sembuh? Pikir Giok Siauw Sian Cu. Namun sikapnya tetap tidak normal, Mung-kinkah ia bertambah gila? KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Di saat Giok Siauw Sian Cu sedang berpikir, tiba-tiba Na Hai Peng menerjang ke arah mereka berdua. Giok Siauw Sian Cu dan Pang Siu Wie berkelit Na Hai Peng menggunakan gerakan aneh memburu mereka, Akan tetapi, Pang Siu Wie cepat-cepat meloncat sejauh mungkin seraya berseru. "Kalian berdua lekas pergi, biar aku saja yang menghadapinya!" "Jangan berkata begitu!" Sahut Giok Siauw Sian Cu dan Gin Tie Suseng serentak sambil meloncat maju. Na Hai Peng mengejar Pang Siu Wie. Mendadak tampak Pang Siu Wie jatuh terguling-guling. Giok Siauw Sian Cu dan Gin Tie Suseng terkejut Mereka mengira Pang Siu Wie sudah terluka. Akan tetapi, di saat itu pula sekonyong-konyong Pang Siu Wie mengayunkan tangannya. Syuuur! Syuuur! Syuuur! . Ternyata Pang Siu Wie telah menyerang Na Hai Peng dengan panah api. sedangkan Pang Siu Wie berguling lagi seraya berteriak "Dari pada kita mati semua, lebih baik kalian berdua cepat kabur!" Pada waktu bersamaan, Pang Siu Wie merasa ada angin yang penuh mengandung tenaga menerjang ke arah dirinya, dan seketika juga badannya terpental ketika Pang Siu wie menyerang Na Hai Peng dengan panah api, Na Hai Peng mengibaskan lengan jubahnya, seketika batang panah api melayang ke samping, lalu meledak dan sekaligus menyala membakar pohon-pohon yang di litu. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Angin kibasan lengan jubah Na Hai Peng juga menerjang ke arah Pang Siu Wie, sehingga wanita itu terpental beberapa depa. Na Hai Peng pun melesat ke arahnya, Tiada pilihan lain bagi Pang Siu Wie, kecuali secepat kilat mengayunkan tangannya untuk menyerang Na Hai Peng dengan pasir beracun dan panah api. "Kalian berdua masih tidak mau pergi?" Seru Pang Siu Wie. "Kalau kalian berdua juga mati, siapa yang akan memberitahukan tentang kejadian di Kwat Cong San ini?" Oiok Siauw Sian Cu dan Oin Tie Suseng tahu jelas, kalaupun mereka bertiga menghadapi Na Hai Peng, tetap tidak akan mampu melawannya. Oleh karena itu, mereka berdua mengeraskan hati untuk meninggalkan tempat itu. "Kakak Pang!" Seru Giok Siauw Sian Cu. "Selamat tinggaU." "Jangan banyak bicara lagi!" Tandas Pang Siu Wie. "Cepatlah kalian pergi!" Giok Siauw Sian Cu dan Gin Tie Suseng melesat pergi, Tak tama terdengarlah suara jeritan Pang Siu Wie. "Saudara Kim!" Mata Giok Siauw Sian Cu berkaca-kaca. "Kedengarannya Kakak Pang sudah habis, Kini keadaan kita pun dalam bahaya, maka lebih baik kita bersembunyi dulu." Gin Tie Suseng mengangguk Mereka berdua lalu bersembunyi di balik sebuah batu besar Baru saja mereka bersembunyi, muncullah Na Hai Peng, kemudian berhenti lima enam depa dari tempat persembunyian Giok Siauw Sian Cu dan Gin Tie Suseng. Mereka berdua menahan nafas, Berselang beberapa saat, barulah Na Hai Peng melesat pergi. Mereka berdua menarik nafas iega, Setelah itu Giok Siauw Sian Cu bergumam. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Heran sekali!" "Apa yang mengherankan?" Tanya Gin Tie Suseng. "Padahal Na Locianpwee masih dalam keadaan gila, maka tidak seharusnya sepasang matanya menyorot begitu tajam, Bahkan.,, kenapa dia terus mencari kita? Bukankah itu amat mengherankan?" "Kalau dia tidak gila, bagaimana mungkin sembarangan membunuh orang?" Sahut Gin Tie Suseng. "Sekarang kita harus bagaimana?" Giok Siauw Sian Cu mengerutkan kening. "Kita harus menguntitnya, juga harus mencari Nona Pek dan lainnya," Ujar Gin Tie Suseng. "Benar." Giok Siauw Sian Cu manggilt-manggut. "Tapi tidak boleh sampai Na Locianpwee tahu kalau kita mengikutinya." T'idak salah," Gin Tie Suseng mengangguk "Kalau dia tahu kita mengikutinya, kita pasti celakai" Mereka berdua ke luar dari tempat persembunyian ilu, Giok Siauw Sian Cu menarik nafas dan air matanya meleleh Tidak disangka Kakak Pang begitu sotider, Kalau dia tidak memancing Na Locianpwee mengejarnya, bagaimana mungkin kita masih hidup sekarang?" "Memang sulit diduga hati seseorang," Ujar Gin Tie Suseng sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Mungkin dia seumur hidup biasa-biasa saja terhadap orang, namun di saat menghadapi mati atau hidup, dia justru berani berkorban demi orang lain." Mereka bereakap-cakap sambil meninggalkan Kwat Cong San. Tiba-tiba mereka melihat Na HaiPeng berada di depan. "Kita ikuti dia!" Ujar Giok Siauw Sian Cu dengan suara rendah. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Ng!" Gin Tie Suseng mengangguk Mereka berdua mengikuti Na Hai Peng dengan hati-hati sekali Bahkan selalu menjaga jarak, agar Na Hai Peng tidak mengetahuinya. sepanjang jalan tidak terjadi suatu apa pun hingga di Kota Ceng Kang, Di kota ini mendadak mereka kehilangan jejak Na Hai Peng. Karena itu, mereka terpaksa mencarinya di pinggir kota tersebut, dan kebetulan bertemu Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan dan Sie Bun Yun. Setelah mendengar penuturan itu, Sie Bun Yun mengerutkan kenlng. ia memandang Giok Siauw Sian Cu dan Gin Tie Suseng seraya berkata. "Bolehkah aku bertanya satu hal?" "Silakan!" Sahut Giok Siauw Sian Cu. "Setelah kejadian itu, kalian berdua sama sekali tidak kembali ke dalam gua itu?" Tanya Sie Bun Yun. "Ketika itu kami berada di luar gua, bersama pula menghampiri Sin Seng Tan Po. Tak lama kami melihat Na Locianpwee, maka kami tidak masuk ke dalam gua lagi." Jawab Giok Siauw Sian Cu. "Saudara Sie Bun!" Gin Tie Suseng menatapnya "Kenapa engkau menanyakan itu? Apakah ada sesuatu yang mencurigai ?" Tidak." Sie Bun Yun menggelengkan kepala. "Hanya saja mungkin...." Sie Bun Yun tidak melanjutkan kemudian bergumam. "Itu... bagaimana mungkin?" "Kakak Sie Bun!" Sela Lie Ceng Loan. "Maksudmu orang itu bukan Paman Na?" "Benar, Aku memang berpikir begitu," Sahut Sie Bun Yun sambil tersenyum getir Tapi tadi kita memang sudah melihat Walau mukanya tertutup kain, tapi kalau bukan Na Locianpwee, siapa pula orang itu?" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Ketika mendengar Lie Ceng Loan dan Sie Bun Yun berkata begitu, yang lainnya mulai bereuriga, Namun selain Na Hai Peng, siapa yang memiliki kepandaian setinggi itu?" Mereka terus berpikir Tak lama mereka sudah hampir sampai ditepi sungai, Mereka berlima berhenti sambil memandang ke arah sungai itu, Tampak seseorang berdiri di tepi sungai tak bergerak sama sekali. Mereka berlima memperhatikan orang itu. Bentuk tubuh orang itu dan caranya berdiri, siapa pun me-ngenalinya, orang itu jelas Na Hai Peng. "Ayah angkatku berada di sana, mari kita ke sana!" Ujar Bee Kun Bu. "Adik Kun Bu!" Cegah Giok Siauw Sian Cu. "Jangan!" "Kalau kita tidak ke sana, lalu apa akal kita?" Tanya Bee Kun Bu. "Saudara Bee, kini dia tidak mengenali siapa pun. Maka terhadap kita pun dia pasti turun tangan, Bukankah itu amat membahayakan kita?" Sahut Gin Tie Suseng. "Lebih baik kita tetap di sini mengawasi gerak geriknya, Kalau dia pergi, kita ikuti saja!" "Baiklah." Bee Kun Bu mengangguk Mereka berlima berdiri di situ sambil mengamati Na Hai Peng, sementara Na Hai Peng masih tetap berdiri tak bergerak Berselang sesaat, mendadak Na Hai Peng mengeluarkan siulan yang sangat menusuk telinga. Seketika juga mereka berlima melangkah mundur menjauhi tempat itu, karena suara siulan itu membuat telinga mereka sakit dan hati pun menjadi berdebar-debar tidak karuan. "Apakah dulu kalian pernah mendengar suara siulan-nya yang begitu aneh?" Tanya Sie Bun Yun. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Tidak pernah," Sahut Bee Kun Bu. "Kalau begitu...." Pikir Sie Bun Yun, kemudian melanjut kan. " Urusan ini agak aneh." "Ayah angkatku memang sudah tidak waras, lalu apa yang kelihatan aneh?" Bangau Sakti Karya Chin Tung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tanya Bee Kun Bu. "Begini." Ujar Sie Bun Yun setelah berpikir lama sekali "Kalian tetap di sini, aku akan ke sana melihat ada apa gerangannya? Kalau terjadi sesuatu atas diriku, janganlah kalian ke sana cari mati!" "Saudara Sie Bun, lebih baik aku ke sana bersamamu!" Ujar Bee Kun Bu sungguh-sungguh. "Kakak Bu!" Sela Lie Ceng Loan. "Kalau engkau ke sana, aku pun ikut." Di saat Giok Siauw Sian Cu dan Gin Tie Suseng ingin membuka mulut, mendadak Sie Bun Yun mengerutkan kening. "lh?" Serunya dengan suara rendah. "Lihatlah!" Mereka langsung memandang ke arah Na Hai Peng, Tampak sebuah perahu sedang menepi, dan mengarah ke tempat Na Hai Peng berdiri Di atas perahu tampak empat lelaki, sedangkan Na Hai Peng pun berhenti bersiul "Haah?" Seru Lie Ceng Loan tak tertahan HKe empat orang itu dalam bahaya!" "Nona Lie, aku bilang belum tentu," Sahut Sie Bun Yun. "Terus perhatikan saja!" Begitu perahu itu sampai di tepi, ke empat lelaki itu meloncat ke daratan talu bersama-sama memberi hormat pada Na Hai Peng. itu mencengangkan Bee Kun Bu dan lalnnya. Na Hai Peng mengibaskan tangannya, seketika ke empat orang itu segera mundur Bahkan tampak pula mereka KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ bereakap-cakap sejenak Kemudian ke empat orang itu meloncat ke perahu, begitu pula Na Hai Peng. setelah Na Hai Peng berada di atas perahu, tak lama perahu itu pun melaju pergi, akhirnya lenyap dari pandangan Bee Kun Bu meloncat ke luar dari tempat persembunyian begitu pula yang lain, Kemudian ia memandang jauh ke depan seraya berkata. "Kalian sudah menyaksikannya Apakah ayah angkatku seperti orang gila?" "Memang mengherankan0 sahut Lie Ceng Loan. "Padahal Paman Na masih dalam keadaan tidak waras, tapi kenapa begitu? Mungkinkah ke empat orang itu dari Mo Kui Ceh Yi?" "Kalau benar ke empat orang itu dari Mo Kui Ceh Yi.,.," Ujar Bee Kun Bu dengan air muka berubah. "Me-reka pasti memperalat ayah angkatku untuk membunuh orang," Tidak salah." Sie Bun Yun mengerutkan kening, Tapi.,.," Tapi kenapa?" Tanya Gin Tie Suseng. "Orang-orang Mo Kui Ceh Yi tidak berpakaian yang begitu macam," Jawab Sie Bun Yun memberitahukan. Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng tertegun Begitu pula Giok Siauw Sian Cu. Lie Ceng Loan segera berkata. "Mungkin mereka telah ganti seragam agar orang lain tidak mengetahuinya." "Memang mungkin." Sie Bun Yun manggut-manggut "Saudara Sie Bun!" Bee Kun Bu memandangnya. "Maksudmu masih ada kemungkinan lain?" Sie Bun Yun tidak segera menyahut, melainkan terus memandang arus sungai. "Kita menerka sembarangan juga tiada gunanya, Yang benar, kita harus menyelidiki tentang itu." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Benar." Bee Kun Bu manggut-manggut. "Saudara Bee, pereuma banyak orang, lebih baik aku pergi seorang diri," Ujar Sie Bun Yun. "Ha ha!" Gin Tie Suseng tertawa sambil menepuk bahu Sie Bun Yun. "Saudara Sie Bun, walau kita baru kenal, namun engkau jangan berkata begitu, sebab akan merusak solidaritas kita." "Ha ha!" Sie Bun Yun juga tertawa, Kini ia sudah tidak bisa bilang mau pergi seorang diri lagi Mereka berlima menuju tepi sungai, Tampak sebuah perahu berlabuh di situ, Sie Bun Yun meloncat ke perahu itu sambil memanggil, namun tiada sahutan Bee Kun Bu mengeluarkan beberapa tael perak, lalu ditaruh di tepi sungai dan kemudian menulis beberapa huruf di tanah dengan pedangnya. "Uang perak ini untuk membeli perahu." Seusai menulis, Bee Kun Bu dan lainnya meloncat ke perahu, Bee Kun Bu memutuskan tali perahu, kemudian Sie Bun Yun dan Gin Tie Suseng segera mengayuh Tak lama perahu itu sudah melaju ke arah perahu yang membawa Na Hai Peng pergi. ***** Bab ke 11 - Keanehan di Gunung Ciauw San Perahu itu terus melaju. Berselang beberapa saat kemudian, tampak sebuah gunung di tengah-tengah sungai yang amat luas itu. "Kakak Giok Siauw! Tahukah engkau gunung apa itu?" Tanya Bee Kun Bu. "Kalau tidak salah, di sungai ini terdapat dua buah gunung," Jawab Giok Siauw Sian Cu memberitahukan "Yakni gunung Emas dan gunung Ciauw." KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ "Heran!" Gumam Bee Kun Bu. "Kenapa ayah angkatku ke Ciauw San itu?" "Benar." Sie Bun Yun manggut-manggut "Na Lo-cianpwee memang ke gunung itu." "Kok kalian tahu Paman Na ke sana?" Tanya Lie Ceng Loan heran Tadi ayah angkatku bersiul aneh dan begitu panjang, Suara siulannya bisa mencapai tujuh delapan miL Tak lama muncullah perahu itu. jadi aku berkesimpulan, bahwa ayah angkatku pasti ke Ciauw San itu." Jawab Bee Kun Bu menjelaskan itu bagaimana mungkin?" Lie Ceng Loan menggelengkan kepala. "Paman Na sudah tidak waras, tentunya tidak mungkin bersiul memanggil perahu itu." Setelah mendengar apa yang dikatakan Lie Ceng Loan, Bee Kun Bu dan Sie Bun Yun saling memandang. "Kalaupun bukan, namun kini kita sudah berada di sungai ini dan dapat melihat dengan jelas, bahwa perahu itu telah lenyap, Berarti perahu itu menuju ke Ciauw San." Ujar Sie Bun Yun. "Benar." Lie Ceng Loan mengangguk "Aku... aku sungguh bodoh." Sementara perahu itu terus melaju, Tak lama sudah mendekati Ciauw San Mereka semua memandang ke sana, Tampak banyak batu karang dan ombak pun menderu-deru. Berselang sesaat, perahu itu sudah menepi perasaan mereka pun mulai tegang. "Setelah sampai di darat, kita harus hati-hati!" Pesan Sie Bun Yun. "Sama sekali tidak boleh lengah!" KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Bee Kun Bu dan lainnya mengangguk. Mereka semua memang harus berhati-hati menghadapi segala kemungkinan Mereka memandang lagi ke sana, lalu melesat ke darat. "Aku jalan duluan, Saudara Bee di belakangku!" Ujar Sie Bun Yun. "Kalau ada apa-apa, kita harus segera memisah agar tidak celaka semua." Karena Sie Bun Yun berkata begitu, maka yang lain pun tidak berani sembarangan melangkah. Sie Bun Yun mengeluarkan senjatanya yang berupa sebatang bambu tua, barulah mulai mengayunkan kaki-nya. Bee Kun Bu mengikutinya dari belakang dan bersiap-siap, Setelah beberapa depa, tampak sebuah jalan kecil jalan kecil itu menembus rimba menuju ke gunung. Di dalam rimba itu tampak sebuah rumah, dan asap sedang mengepul di depannya, Namun di sekitar tempat itu sunyi sepi. Sie Bun Yun menengok ke sana ke mari, kemudian memasuki jalan kecil itu. Bee Kun Bu dan lainnya mengikutinya dari belakang dengan waspada, Akan tetapi, tidak terjadi apa pun, dan suasana di sepanjang jalan itu tetap sunyi sepi. Mereka berlima terus berjalan perlahan Tak seberapa lama kemudian, rumah itu semakin tampak jelas, tetapi kadangkadang tertutup oleh kabut, sehingga lenyap dari pandangan Mendadak di depan mereka berkelebat empat sosok bayangan manusia Betapa terkejutnya Sie Bun Yun ketika melihat kemunculan orang-orang itu, sebab kemunculan mereka berempat sama sekali tidak mengeluarkan suara. Sie Bun Yun, Bee Kun Bu, Ue Ceng Loan dan lainnya langsung berhenti Gin Tie Suseng segera mengeluarkan suling peraknya, dan Giok Siauw Sian Cu menghunus pedangnya. KANG ZUSIhttp://cerita-silat.co.ce/ Mereka berlima memandang orang-orang itu. Ter-nyata orang-orang itu memakai semacam seragam Kan-cing baju mereka bergemerlapan terbuat dari emas, Tangan mereka memegang senjata aneh, yakni Kim Kong Cian (Gelang Emas) yang berukuran besar. Ke empat orang itu berdiri tegak di tempat "Ada urusan apa kalian ke mari?" Tanya salah seorang dari mereka dengan dingin "Sudah lama kami mendengar tentang keindahan panorama di Ciauw San ini." Sahut Sie Bun Yun "Ke-betulan kami lewat di sini, maka mampir untuk bermain-main sebentar, sama sekali tiada maksud lain." "Di sini tiada tempat untuk bermain-main!" Ujar orang itu ketus. "Cepatlah kalian tinggalkan tempat ini!" "Heran!" Sie Bun Yun pura-pura bergumam. "Apa-kah...." "Jangan banyak omong!" Bentak orang itu sambil maju selangkah "Cepat pergi!" "Apakah Ciauw San ini sudah ada pemiliknya?" Tanya Sie Bun Yun sambil melintangkan bambunya. "Hm!" Dengus orang itu. "Jangan mengandalkan beberapa jurus ajaran gurumu, lalu kau mau cari urusan di sini!" Giok Siauw Sian Cu mengeluarkan suling gioknya, Wanita itu sudah tampak tidak sabaran "Menurut aku, lebih baik kalian berempat yang pergi dari sini!" Bentak Giok Siauw Sian Cu. Bentakan Giok Siauw Sian Cu membuat ke empat orang itu tertegun, kemudian tertawa gelak, Salah seorang sudah melangkah maju dua langkah, dan menggerakkan lengannya. Cring! Cring! Orang itu sudah menggenggam dua buah gelang emas. Giok Siauw Sian Cu tahu, bahwa pertempuran tak akan terelakkan lagi, Sulingnya digerakkan dengan jurus Siauw Cih Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Tiga Dara Pendekar Siauwlim Karya Kho Ping Hoo Geger Solo Karya Kho Ping Hoo