Pendekar Patung Emas 17
Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 17
Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong "Lo te apakah pendekar berbaju hitam Ti Then yang sudah menyabat sebagai Kiauw tauw pada benteng Pek Kiam Po?" " Kemarin hari, dulu memang betul, tapi sekarang sudah bukan"Jawab Ti Then dengan gelengkan kepalanya. "Haa?? kenapa??" Tanya Anying langit Kong sun Yau itu tertawa "Apa Lote punya maksud memikul beban ini seorang diri?" Ti Then tidak langsung beri jawabannya, kepada Wi Ci To ujarnya tiba-tiba "Tolong tanya Pocu, apakah boanpwe diperkenankan berbicara sambil duduk??" "Ooh maaf Lohu sudah lupa, silahkan duduk. silahkan duduk" Jawab Wi Ci To cepat. Segera Ti Then menarik sebuah bangku dan duduk di hadapan Wi Ci To serta Hung puh Kian Pek. dengan sikap yang amat angkuh sahutnya terhadap diri Anying langit Rase bumi "Cayhe memang sudah ambil keputusan mau melawan kalian dengan kekuatan seorang diri, tapi hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan mengapa cayhe meninggaikan Benteng Pek Kiam Po ini..kalian mau tanya apa lagi?? " "Hi h i. Hi ." Mendadak si rase bumi Bun Jin Cui memperdengarkan suara tertawanya yang amat genit, sembari menepuk pundak suaminya si anying langit Kong sun Yau ujarnya dengan suara manya:"Lang cun, sifat bocah Cilik ini persis seperti sifatku, aku sangat suka padanya" "Ooob, apa yaah?" Seru si anying langit Kong sun Yau dengan diiringi tertawanya yang tidak sedap didengar. "Baiknya kita bicara secara baik-baik saja dengan dia, jika dia mau gabungkan diri secara suka rela kepihak istana Thian Teh Kong kita, baiknya kita kasi suatu jabatan yang bagus kepadanya." Agaknya si anying langit Kong sun Yau sangat penurut terhadap perkataan istrinya, mendengar perkataan tersebut segera ujarnya kepada Ti Then sembari tertawa. "Lo-te kau sudah dengar belum? Istriku bersikap sangat baik kepadamu, ini merupakan kejadian pertama selama hidupnya, jika lote bermaksud. ." Ti Then tidak mau dengar obrolan mereka selanjutnya, dengan cepat bentaknya dengan kurang senang. "Bilamana saudara-saudara sekalian tidak punya nyali untuk melawan cayhe, lebih baik cepat-cepat menggelinding dari sini, jangan duduk terus menerus sembari mengeluarkan kentutan yang busuk." Air muka si Anying langit Kong sun Yau segera berubah amat hebat, tak henti-hentinya dia tertawa seram. "Hmm..hmmm, . Ti Then" Serunya dengan gusar. "Kau tidak bisa melihat kebaikan orang lain-" "Benar" Sambung si Rase bumi Bun Jin Cui sembari tertawa "Kita punya maksud baik-baik, kalau kau tidak mau yaah sudahlah, buat apa mengusir kita suruh menggelinding dari sini, kami Kaisar langit Rase bumi jika suka tinggal di sini sekali pun ada delapan tandu yang menggotong kami belum tentu sanggup menggotong kami pergi."Ti Then tetap tidak mau gubris omongan mereka, bentaknya lagi dengan dingin. "Ini hari kalian kemari sebetulnya sedang mencari aku Ti Then seorang atau bukan?" "Benar" Jawab si Rase bumi Bun Jin Cui dengan disertai suara tertawanya yang amat merdu "Kita dengar laporan dari Menteri pintu pembesar jendela yang katanya kepandaian silat Lote sangat lihay sekali, karenanya sengaja kami kemari untuk berkenalan" "Kalau begitu cepat kita bereskan dengan kekuatan masing- masing..." "Hihihii... hihihi. .jangan keburu baiknya kita bicara dulu secara baik-baik" Ujar si Rase bumi Bun Jin Cui lagi. "Aku dengar katanya sewaktu kau berada di atas gunung Fan Cin san pernah secara kebetulan memperoleh sebuah kitab pusaka "Ie Cin Kang"" "Hmm hmm...bila kalian suami istri punya minat terhadap itu kitab pusaka Ie Cin Keng seharusnya pukul rubuh aku dulu baru dibicarakan lagi" Seru Ti Then tetap ketus. "Hi hi hi perkataanmu ini sungguh lucu sekali, dengan usiamu yang masih begitu muda masa depan masih punya harapan, buat apa kehilangan nyawa karena se Jilid kitab pusaka Ie Cin Keng saja?" "Pandanganku persis dengan pandanganmu" Sambung Ti Then dengan cepat. "Kalian suami istri sudah enak-enak hidup secara sembunyi dan bermewah-mewahan di dalam istana Thian Teh Kong, penghidupan kalian tentunya sangat menyenangkan sekali, buat apa jauh-jauh kemari untuk mengantar nyawa hanya disebabkan se Jilid kitab pusaka Ie Cin Keng saja?" Suara tertawa dari si rase bumi Bun Jin Cui makin lama semakin berubah amat dingin, kepada suaminya si anying langit Kong sun Yau ujarnya. "Budak ini susah diajak berunding, kelihatannya terpaksa kita harus pinyam lapangan latihan silat milik Wi Pocu itu.""Baik..baik... " Seru si anying langit Kong sun Yau sambil manggut-manggutkan kepalanya berkali-kali. "Tapi tentang ini kita harus minta persetujuan dari Wi pocu dulu... " "Tidak usah kalian pinyam lagi" Potong Wi Ci To cepat. "Persoalan ini memangnya harus diselesaikan di dalam Benteng ini juga" "Tidak" Bantah Ti Then tegas sesudah mendengar keputusan dari Wi Ci To itu pocu dari benteng Pek Kiam Po. "Urusan ini tidak ada sangkut pautnya dengan Benteng saudara " Bicara sampai di sini segera dia menoleh Kong sun Yau. "Cayhe usulkan lebih baik kita bereskan urusan ini diluar benteng saja" Ujarnya. "Bagaimana pendapat kalian berdua?" Dengan menggunakan kipasnya Kong sun Yau menutupi mulutnya, kemudian barulah jawabnya sembari tertawa. "Hal ini malah membuat aku serba salah, kau merasa urusan ini tidak ada sangkut pautnya dengan Wi Pocu, sebaliknya Wi Pocu merasa urusan ini disebabkan karena kau menolong nyawa nona Wi, dalam hal ini dia tidak akan mau menonton saja, Aduh..bagaimana baiknya yaaahh?" "Hmm... hmmmm...kitab pusaka Ie Cin Keng berada di dalam tubuhku, bukan berada pada pihak Wi Pocu" Ujar Ti Then cepat coba-coba memanCing perhatiannya. "Ha...haa ..haa.. tapi bilamama kita ikut kau keluar benteng maka jika kawan-kawan Bu lim tahu, mereka tentu akan mentertawakan kami bahwa pihak istana Thian Teh Kong takut dengan benteng Pek Kiam Po" -ooooooo- "SEORANG lelaki bersenyata pasti akan bedakan mana yang baik mana yang buruk, kali ini kalian datang kemari bertujuan pada kitab pusaka Ie Cin Keng yang berada dalam sakuku, apalagi kini aku sudah tinggalkan Benteng Pek Kiam po, kalian sama sekali tidakpunya alasan untuk bentrok secara langsung dengan orang-orang benteng Pek Kiam po" Teriak Ti Then coba membantah. Tiba tiba Wi Ci To bangkit dari tempat duduknya. "Ti Kiauw tauw." Serunya dengan suara berat. "Siapa yang bilang kau sudah keluar dari keanggotaan Benteng Kiam Po kami?" Ti Then agak tertegun dibuatnya, Tapi sebentar saja sudah tenang kembali. "Boanpwe merasa tidak punya muka lagi untuk tetap tinggal di sini karena itu boanpwe sudah ambil keputusan hendak meninggalkan Benteng Pek Kiam Po" Ujarnya. "Heee heee tapi lohu harus menyetujui terlebih dahulu." Bantah Wi Ci To sembari tertawa dingin. "Boanpwe hanya menerima tawaran untuk menyabat sebagai Kiauw tauw di dalam Benteng Pek Kiam Po ini tapi bukanlah anak murid sini, karenanya jika boanpwe punya maksud meninggalkan tempat ini tidaklah perlu minta persetujuan dari Pocu terlebih dulu." "Tidak salah." Jawab Wi Ci To tidak mau kalah "Tapi Kiauw tauw apa sudah lupa perjanyian kita sebelumnya?" Ti Then tidak tahu apa yang sedang dimaksud dengan perkataan dari Wi Ci To ini, seketika itu juga dia dibuat melengak. "Perjanyian apa?" Tanyanya penuh keheranan- "Sesaat kau sebelum menyabat sebagai Kiauw tauw di dalam benteng kami kita sudah mengikat janyi bahwa setiap bulan Lohu memberi gaji sebesar tiga ratus tahil perak kepadamu sedang kau pun diharuskan setiap hari memberi pelajaran ilmu silat kepada seluruh pendekar pedang di dalam benteng ini. Tapi hingga hari ini kau baru melaksanakan tugasmu selama enam tujuh hari saja. ." "Oooh..soal itu ?" Agaknya Ti Then menjadi sadar kembali atas perkataan Wi Ci To itu. "Sindiran Pocu memang sangat tepat sekali, walau pun sejak boanpwe berdiam dalam benteng sudah ada satu bulan lebih padahal hanya melaksanakan selama enam tujuh harisaja. Tapi tentang hal ini bisa kita selesaikan dengan sangat mudah sekali, pada kemudian hari pasti boanpwe akan kirim uang sebagai gantinya." "Heee heee mau bayar harus bayar sekarang juga." Ujar Wi Ci To cepat. Mendengar perkataan ini air muka Ti Then berubah menjadi merah padam. "Tapi boanpwe tidak bawa uang." Ujarnya dengan perasaan malu. "Ha ha ha ha kalau begitu sebelum kau selesai mengembalikan uang itu berarti kau tetap merupakan Kiauw tauw dari Benteng kami." Dalam hati Ti Then tahu dengan jelas Wi Ci To berbuat demikian "ngototnya" Bukankah dikarenakan tiga ratus uang perak itu sebaliknya berusaha mencari alasan untuk tetap menahan dirinya, karena itu segera dia bangkit berdiri dan berkata. "Bencana rejeki datang tidak melalui pintu, satu-satunya jalan hanyalah dikarenakan manusia, jika Pocu pasti mau ikut campur di dalam urusan ini, boanpwe sendiri juga tidak punya alasan untuk menampik. Baiklah, mari kita bersama-sama menuju kelapangan latihan silat.." Wi Ci To segera menggape ke arah mereka dan ujarnya kepada Anying langit Rase bumi itu. "Silahkan saudara sekalian ikuti lohu menuju ke lapangan latihan silat." Kali ini Anying langit Ruse bumi serta ke delapan belas malaikat iblisnya datang kemari jauh sebelumnya sudah mengadakan persiapan yang matang karena itu nyali mereka pun sangat besar. Mendengar perkataan itu masing-masing segera meninggalkan tempat duduknya masing-masing dengan mengikuti diri Wi Ci To. Huang Puh Kian Pek serta Ti Then berjalan menuju ke luar. Ti Then yang berjalan di belakang Wi Ci To ketika berjalan keluar dari ruang tamu diam-diam matanya mulai melirik ke arah kiri kanannya, sampai saat itu dia tidak melihat munculnya Wi Lian In disana sehingga membuat hatinya diam-diam merasa tidak enak. Pikirnya. "Tentu dia sudah benci aku setengah mati karena itu tidak mau keluar menemui aku ....Heeei begitu pun malah baikan..." Rombongan orang orang itu jalan sampai ditengah lapangan latihan silat, terlihatlah para pendekar pedang hitam serta putih dari Benteng Pek Kiam Po dengan rajin dan teraturnya sudah berbaris di samping lapangan membuat suasana bertambah angker. Baru saja masing-masing pihak berdiri pada arah yang saling berhadapan tiba-tiba terlihatlan itu pelayan tua si Lo-Cia dengan membawa sebilah Pedang sedang lari menuju ketengah lapangan dengan tergesa-gesa, ujarnya kepada Ti Then sambil mengangsurkan pedang tersebut ke arahnya. "Ti Kiauw tauw ini pedangmu" Ketika Ti Then melihat pedang tersebut adalah pedang yang ditinggalkan di dalam kamarnya sewaktu meninggalkan Benteng Pek Kiam Po ini sebera menyambutnya sambil mengangguk. "Lo Cia" Ujarnya sambil tersenyum. "Terima kasih" Si LoCia hanya tersenyum-senyum saja kemudian mengundurkan diri dari tengah lapangan. Dengan cepat Ti Then memindahkan pedangnya ketangan kiri kemudian kepada si Anying langit Kong sun Yau ujarnya. "sudahlah, kini saudara boleh katakan kalian punya maksud mau berbuat apa?" "Heeeh...heeeh, ini hari kami datang dengan jumlah dua puluh orang banyaknya" Ujar si Anying langit Kong sun You sembari tertawa keras "Kami tidak ingin memperoleh kemenangan dengan andalkan jumlah yang banyak, baiknya kalian pilih juga tujuh belas orang untuk mengimbangi kami" Dalam hati Ti Then tahu bahwa para pendekar pedang hitam mau pun putih dari Benteng Pek Kiampo bukanlah tandingan kedelapan belas malaikat iblis itu, karenanya segera memberikan jawabannya . "Para pendekar pedang merah dari Benteng kami sedang ada urusan keluar Benteng semuanya, sedang para pendekar pedang hitam mau pun putih masih belum menamatkan pelajarannya, Wi pocu sudah tuliskan larangan bagi mereka untuk bergebrak lawan orang lain, karena itu kini biarlah kami bertiga melawan kalian saja" "Wi Pocu, apa betul-betul?" Tanya si Anying langit Kong sun Yau sambil menoleh kearah Wi Ci To. "Ehmm... tidak salah" Sahutnya sembad mengangguk. "Oooh sungguh tidak beruntung sekali ke delapan belas malaikat iblis kami tak ada satu pun yang mau menganggur saja." Ujar si Kong sun Yau tertawa "Hmm . tidak usah begitu sungkannya". teriak Wi Ci To sambil tertawa dingin tak henti-hentinya. "Tidak bisa..tidak bisa...." Bantah Kong sun Yau lagi dengan goyang-goyangkan kepalanya. "Jika kami dua pulub orang harus melawan kalian tiga orang hal ini terlalu tidak adil." "Kong sun Yau" Tiba Huang puh Kian Pek berteriak sembari tertawa dingin. " Kau tak perlu berpura-pura lagi jika bukannya kalian tahu kalau para pendekar pedang merah dari benteng kami sedang punya urusan untuk keluar benteng semua sekali pun kau sudah makan nyali beruang atau hati macan belum tentu berani datang kemari untuk mengacau." Mendengar makian itu alis Kong sun Yau segera dikerutkan rapat-rapat sedang mulutnya tak henti-hentinya memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat mengerikan. "Hu pocu" Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ujarnya dengan dingin. "Perkataanmu jangan sungkan-sungkan? Bagaimana kami bisa tahu kalau para pendekar pedang merah benteng kalian sedang tidak berada di dalam benteng?""Hmm di dalam Bu lim sekarang ini ada siapa yang menandingi ketelitian serta kecepatan berita dari Anying langit Rase bumi" "Hi hi hi . ." Teriak si rase bumi Bun Jin Cui tiba-tiba. "Hei Huang puh Kian Pek. bagaimana kau malah memaki kami?" "Hehehe , apa nama kalian bukan si Anying langit Rase bumi?" Dari sepasang mata si Rase bumi Bun Jin Cui secara samar sudah mulai diliputi dengan napsu untuk membunuhnya. "Hi hi hi hi kau berani main-main dulu dengan kami sebagai si Anying langit Rase bumi??" Ujarnya sembari tertawa nyengir. "Memang aku sudah siap minta petunjuk" Selesai berkata segera dia berjalan menuju ketengah lapangan. Si Anying langit Rase bumi segera saling bertukar pandangan sembari tertawa, mereka berdua siap-siap berjalan menuju ke tengah lapangan. Melihat hal itu dengan cepat Ti Then meloncat ke tengah diantara mereka bertiga, kepada Huang Puh Kian Pek sambil merangkap tangannya memberi hormat ujarnya "Hu Pocu silahkan mengundurkan diri terlebih dulu, biarlah boanpwe coba-coba menemui mereka.." Huang puh Kian Pek hanya tersenyum saja dan tidak terlalu memaksakan diri, segera ia pun mengundurkan dirinya kembali. Agaknya si Rase bumi Bun Jin Cui punya perasaan pandang rendah terhadap diri Ti Then, begitu melihat Ti Then maju ke depan seorang diri hendak melawan mereka suami istri berdua, tanpa terasa lagi dia malah tertawa, ejeknya. "Ti Kauw tauw, aku tahu kedudukanmu di dalam benteng kalian berada di atas para pendekar pedang hitam, tapi apa kau betul- betul punya keberanian untuk melawan kami suami istri?" Ti Then yang melihat sikapnya yang tak begitu pandang terhadap dirinya di dalam hati diam-diam merasa sangat girang, dengan wajah yang serius sahutnya:"Untuk menghadapi kalian Anying langit Rase bumi buat apa butuhkan keberanian segala. ." "Hehehe orang muda biasanya memang sangat sombong" Ujar si Rase bumi Bun Jin cu lagi sambil menghela napas panjang. "Tapi peraturan sudah kita ucapkan sebelumya jika kau kalah maka kitab pusaka le Cin keng harus kau serahkan kepadaku" "Bila aku tak sanggup menyerahkan itu kitab pusaka Ie Cin Keng, masih ada batok kepalaku sebagai gantinya" "Tidak salah tidak salah" Si Rase bumi sembari anggukkan kepalanya. "jika kau tak sanggup menyerahkan itu kitab pusaka Ie Cin Keng maka kami akan minta batok kepalamu." Berbicara sampai di sini lalu dia menoleh kearah suaminya. "Hey, Lang cun, ayoh mulai" Ujarnya dengan manya. Tapi sebelum si Anying langit Kong sun Yau melakukan suatu gerakan kedelapan belas malaikat iblis yang berada di belakangnya sudah terlihat adanya gerakan dua orang diantara mereka sudah meloncat keluar sembari berteriak dengan keras. "Thian cun, untuk jagal ayam buat apa menggunakan pisau kerbau biarlah hamba-hamba berdua yang membereskan bangsat cilik ini." Kedua orang malaikat iblis ini yang satu punya bentuk tubuh gemuk. sedang yang lain mem punyai bentuk tubuh kurus kering, yang gemuk menggunakan kapak sebagai senyatanya sedang yang kurus kering menggunakan sebuah tombak panjang sebagai senyatanya. sikap serta wajah mereka sangat bengis dan seram. Agaknya si Anying langit Kong sun Yau memang punya maksud untuk melihat kepandaian silat yang dimiliki Ti Then terlebih dahulu, karenanya dia hanya mengangguk sambil sahutnya. "Baiklah, kalian selalu berteriak-teriak mau balaskan dendam bagi si menteri pintu serta pembesar jendela, jika kini tidak membiarkan kalian berkelahi peras-peras sedikit tenaga, tentu kalian tidak akan merasa puas."Sembari berkata dia menarik isterinya untuk menyingkir ke samping. Ti Then yang melihat majunya dua orang malaikat iblis dalam hatinya segera punya pikiran untuk memperlihatkan kelihayannya pada kedua orang tersebut, karenanya dengan perlahan dia cabut keluar pedangnya sambil berkata. "Jika kalian mau cari mati, cepat sebut dulu nama kalian" Si malaikat iblis yang menggunakan kapak sebagai senyatanya dengan suara yang amat keras bagaikan guntur sudah menyahut. "Lohu si malaikat iblis gemuk Lu Ho" Sedangkan si malaikat iblis yang menggunakan tombak panjang sebagai senyatanya dengan suara yang amat halus tapi mengerikan melapor namanya. "Lohu si malaikat iblis kurus Ling ie An" Ti Then segera maju dua langkah ke depan, teriaknya. "Ayoh serang" Si malaikat iblis kurus mau pun gemuk yang semula berdiri berdampingan sesudah mendengar perkataan itu dengan cepat masing-masing melayang beberapa kaki ke samping kanan serta samping kiri, pinggang pun ditekan ke bawah memperkuat kuda- kudanya kemudian dengan perlahan-lahan mulai mendesak dan mendekati tubuh Ti Then. Wi Ci To, Huang puh Kiam Pek serta kaki tangan dari Anying langit Rase bumi segera rada mundur ke belakang sehingga terbentanglah sebuah lapangan sangat luas. Dengan cepat Ti Then memperlihatkan gayanya seperti sedang menghadapi musuh tangguh, pedangnya diangkat sebatas pinggang tubuhnya sedikit merendah siap menanti serangan pihak musuh. Wi Ci To yang melihat gaya serangannya pada air mukanya tanpa terasa sudah perlihatkan perasaan heran serta ragu-ragunya, karena dia tahu kepandaian dari Ti Then, dia tahu jika Ti Then ingin mengalahkan si malaikat iblis kurus mau pun gemuk adalah sangat gampang sekali seperti mau ambil barang disakunya sendiri tapi kini dia malah perlihatkan gaya seperti sedang menanti serangan dariseorang musuh tangguh, bukankah hal ini seperti juga persoalan kecil yang dibesar-besarkan ? Huang puh Kiam Pek sendiri agaknya juga dibuat bingung oleh gayanya ini, tak terasa alisnya sudah dikerutkan rapat-rapat. Si malaikat iklis kurus serta si malaikat iblis gemuk ketika melihat pada air muka Ti Then sudah perlihatkan ketegangannya, semangat tempur mereka malah semakin berkobar, masing-masing dari sebelah kiri serta dari sebelah kanan melanjutkan desakannya ke arah Ti Then. Jarak masing-masing kini semakin dekat lagi pertama-tama si malaikat iblis kurus Ling ie An lah yang mulai melancarkan serangannya, dengan disertai suara bentakannya yang amat keras tubuhnya melayang ke depan. tombak panjangnya dengan disertai tenaga yang amat besar ditusuk kearah depan mengancam ulu hati dari Ti Then. Tubuh Ti Then dengan cepat menyingkir ke samping dia balik maju satu langkah ke depan, pedang panjang ditangannya dengan memutar satu lingkaran di depan dada dengan arah yang tepat menutul ke arah dada pihak lawannya. Tetapi baru saja tubuhnya bergerak. si malaikat iblis gemuk Loa Ho yang berada di samping sudah mendesak maju ke depan, kampak raksasanya dengan cepat disambar ke depan membacok pundak kanannya. Jurus serangan yang digunakan amat gencar, serangannya ini mirip dengan sambaran kilat bergelegarnya guruh. Serangan pedang yang dilancarkan Ti Then ke arah si malaikat iblis kurus itu sebetulnya hanya suatu serangan kosong belaka, dia tahu si malaikat iblis gemuk tentu akan menggunakan kesempatan itu untuk maju melancarkan serangannya, karena itu pedangnya baru saja disambar sampai ditengah jalan tubuhnya mendadak berputar kemudian sedikit berjongkok. arahnya seketika itu juga berubah, dengan jurus Ban Liong Ci hauw atau sambar nagamenusuk harimau balik membabat sepasang kaki si malaikat iblis gemuk itu. Dengan cepat si malaikat iblis gemuk itu meloncat ke atas untuk menghindarkan diri dari babatan tersebut, bersamaan pula kampak raksasa yaug berada ditangannya dari gerakan membabat menjadi gerakan membacok, mengarah kepala diri Ti Then. Si malaikat iblis kurus pun bersamaan waktunya melancarkan satu tusukan dengan menggunakan tombak panjangnya mengarah pinggang kiri dari Ti Then. Masing masing pihak semakin bertempur semakin seru dan semakin cepat sebentar gerakan mereka seperti terkaman harimau, sebentar lagi berubah menjadi loncatan kera, gerakannya dilakukan bagaikan sambaran angin yang sedang berlalu, hanya di dalam sekejap saja tiga puluh jurus sudah dilalui dengan cepat sedang masing-masing pihak belum ada yang menang mau pun yang kalah. Si anying langit Rase bumi yang menonton jalannya pertempuran dari samping kalangan di dalam hati diam-diam merasa sangat girang sekali, ketika mereka melihat dua orang anak buahnya saja sudah cukup menahan serangan dari Ti Then dalam hati mereka sudah tahu bahwa gerakannya kali ini sudah pasti memperoleh kemenangan, karena itu tanpa terasa pada wajah mereka sudah tersungging senyuman kemenangan, agaknya mereka sangat gembira sekali. sebaliknya air muka Wi Ci To serta Huang puh Kian pek mulai kelihatan risau, mereka sama sekali tidak paham kenapa kepandaian silat dari Ti Then secara tiba-tiba bisa berubah demikian rendahnya, tak tertahan lagi Huang puh Kiam pek mulai menggeserkan badannya mendekati diri Wi Ci To lalu ujarnya dengan perlahan. "Suheng, kau lihat sebetulnya sudah terjadi urusan apa dengan dirinya?" "Siapa tahu" Sahut Wi Ci To dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suaranya. "Dia seperti sudah berubah dengan seorang yang lain""Benar" Sambung Huang puh Kian pek dengan cepat. " Kepandaian silat dari si malaikat iblis gemuk ini hanya sedikit berada di atas para pendekar pedang merah dari benteng kita, jika menurut kemampuan dari Ti Then yang biasanya, tidak perlu sepuluh jurus sudah cukup untuk memperoleh kemenangan kenapa ini hari dia perlihatkan kekurangannya yang begitu menyolok??" "Mungkin dia terlalu tegang ..." "Tidak mungkin." Bantah Huang Puh Kian Pek dengan cepat. "Sewaktu dia melawan si pendekar tangan kiri Cian Pit Yuan tempo hari sama sekali tidak kelihatan perasaan tegangnya, bagaimana ini hari dia bisa takut dengan orang-orang itu ??" "Atau mungkin dia sengaja menyembunyikan kekuatan yang sesungguhnya ..." Timbrung Wi Ci To mendadak. "Aku kira bukan, coba kau lihat semakin bertempur dia semakin ngotot . , . Hmm, sudah lima puluh jurus." Pada saat Ti Then sudah bergerak sebanyak lima puluh jurus banyaknya melawan si malaikat iblis gemuk serta si malaikat iblis kurus mendadak .... menang kalah segera kelihatan jelas. Bacokan kampak dari si malaikat iblis gemuk yang mengarah punggung Ti Then dengan jelas kelihatan hampir mencapai sasarannya mendadak "Bruk." Kampak raksasa yang berada ditangannya terjatuh ke atas tanah sedang tubuhnya pun ikut rubuh terlentang di atas tanah. Begitu tubuhnya rubuh mengenai tanah, bentuk tubuhnya yang gemuk bundar itu secara mendadak terpotong menjadi dua bagian yang terpisah, isi perutnya seketika itu juga tersebar mengotori semua permukaan tanah sedang darah segar pun mulai mengucur keluar dengan derasnya. Hal ini memperlihatkan sewaktu tubuhnya rubuh tadi adalah disebabkan oleh babatan pedang Ti Then yang memisahkan badannya dikarenakan kecepatan gerak sambaran pedang Ti Thenlah menyebabkan tubuhnya baru berpisah sesudah mencapai di atas permukaan tanah. Agaknya si malaikat iblis kurus itu di buat terkejut dan ketakutan sepasang matanya melotot keluar dengan besarnya, sedang badannya berdiri mematung di hadapan Ti Then. Pada saat itu dia sedang melancarkan satu tusukan ke arah Ti Then, sehingga sewaktu dia dikejutkan oleh gerakan Ti Then membinasakan kawannya dia masih pertahankan gayanya yang semula, keadaan ini amat lucu dan menggelikan. Senyuman yang menghiasi wajah Anying langit Rase bumi seketika itu juga lenyap tanpa bekas berganti dengan suatu perubahan yang sangat hebat, sama sekali mereka melototi mayat si malaikat iblis gemuk yang menggeletak di atas tanah. Beberapa saat kemudian barulah terdengar si Anying langit Kong Sun Yau them bentak dengan suara berat . "Kembali " Si malaikat iblis kurus tetap tidak menggubris teriakan itu, tetap berdiri termangu- mangu di tempatnya semula. Air muka si Anying langit Kong Sun Yau berubah semakin hebat lagi, dengan gusarnya sekali lagi dia membentak. "Ling Ie An kau cepat kembali." Si malaikat iblis kurus tetap tak bergerak sedikit pun dari tempatnya semula, agaknya dia sudah dibuat terkejut dan ketakutan sehingga nyawa keluar dari badannya. Waktu itulah Ti Then baru menggunakan pedangnya sedikit mendorong dada malaikat iblis kurus itu, ujarnya sembari tersenyum. "Hei, majikanmu sedang panggil kau untuk kembali, kau sudah dengar belum?" Dengan dorongan dari Ti Then yang perlahan itu tubuhnya dengan perlahan barulah roboh ke depan untuk kemudian roboh terlentang di atas tanah dengan badan atas yang terpisah daribagian bawahnya, Isi perutnya dengan cepat tersebar keluar, darah segar bagaikan sumber air kerasnya mengalir keluar membasahi seluruh tanah. Kiranya dia pun sudah terbinasa sejak tadi. Ke enam belas malaikat ibis yang berada di belakang Anying langit Rase bumi sesudah melihat pemandangan itu tanpa terasa lagi sudah pada berteriak kaget. Air muka si Anying langit Rase bumi sebentar berubah menjadi merah padam sebentar lagi berubah menjadi pucat pasi, lama sekali memandangi Ti Then dengan tutup mulutnya rapat-rapat. 0000 Lama sekali barulah terdengar si Rase bumi Bun Jin Cui buka suara. "Khin Ie, Hsing it, sak Yan song. Ing Hay Ping kalian berempat cepat keluar minta petunjuk lagi dari Ti Kiauw tauw ini" Ujarnya dengan dingin- Dia sudah dapat melihat kalau kepandaian silat yang dimiliki Ti Then amat tinggi sekali, tapi dia pun merasa bahwa ke empat orang itu masih sanggup untuk memperoleh kemenangan- karena itu hingga kini dia masih tidak ingin turun tangan sendiri Sampai saat ini dia masih tetap merasa kalau Wi Ci To serta Huang puh Kian Pek lah yang betul-betul baru musuh mereka suami istri berdua yang paling tangguh. Terlihatlah ke empat malaikat iblis itu menyahut, kemudian dengan langkah lebar berjalan keluar. senyata yang digunakan keempat malaikat iblis itu adalah golok pendek. pedang, tongkat serta trisula. Dua pendek dua panjang. Dengan wajah penuh nafsu membunuh mereka berempat berhenti di samping kiri kanan di hadapan Ti Then, malaikat iblis dengan bersenyatakan prdang yang berdiri paling tengah agaknya merupakan Lotoa dari keempat orang itu, dia dengan cepat memberi tanda kedipan kepada ketiga orang lainnya, kemudian dengan cepat melancarkan satu serangan ke depan.Suatu serangan dengan jurus Hek Hauw sim atau macan hitam mencuri hati melanda datang mengancam jantung Ti Then. Tubuh Ti Then cepat-cepat berputar kemudian mengangkat kaki kirinya menendang gagang pedang tersebut diikuti ujung pedangnya diputar menusuk ke belakang dengan cepatnya. Malaikat iblis yang menerjang Ti Then dari sebelah belakang adalah malaikat iblis yang menggunakan golok penyapu angin sebagai senyata Agaknya sama sekali dia tidak menduga kalau Ti Then bisa menggunakan serangan tersebut di dalam pembukaan serangannya. di dalam keadaan yang sangat terkejut dengan cepat kakinya melangkah ke samping menghindarkan diri kurang lebih tiga depa dari tempat semula bersamaan pula golok penyapu anginnya dengan kekuatan yang luar biasa menyambar lutut kanan Ti Then. Malaikat iblis yang bersenyatakan toya serta trisula itu dengan menggunakan arah sebelah kanan serta sebelah kiri bersama-sama melancarkan serangan secara berbareng. Pertempuran kali ini masing-masing melancarkan serangan dengan secara diam-diam sehingga semakin bergebrak semakin seru dan semakin ganas, keempat malaikat iblis itu sampai kini hanya menitik beratkan gerakan menyerang saja tanpa menghiraukan pertahanan sendiri, sehingga mereka berempat bagaikan menyambarnya angin taupan serta curahnya hujan deras tak henti-hentinya melancarkan serangan dahsyat mengancam seluruh tubuh Ti Then- Agaknya Ti Then betul-betul didesak oleh pihak musuhnya sehingga keadaannya sangat bahaya sekali dan tidak ada kesempatan untuk melancarkan serangan balasan, tetapi setiap kali dia menemui serangan yang membahayakan setiap kali pula bisa di punahkan dengan sangat mudahnya. Di dalam sekejap saja lima puluh jurus sudah berlalu dengan cepat, walau pun kelihatannya keempat malaikat iblis itu berada di atas angin tapi ujung senyata mereka jangan dikata mengenai tubuh Ti Then sekali pun menowel pun tidak sanggup.Sambil menonton jalannya pertempuran ini Wi Ci To semakin senang segera dia menoleh ke arah Huang puh Kian Pek dan ujarnya dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara. "Perkataanku tadi sedikit pun tidak salah, dia memang sengaja menyembunyikan kekuatan sesungguhnya" "Entah apa tujuannya yang sebenarnya" Ujar Huang puh Kian Pek dengan air muka penuh tanda tanya. "Hee ..hee ....mungkin dia takut memukul rumput mengejutkan ular" Sekali lagi Huang puh Kian Pek mengerutkan alisnya rapat-rapat. "Buat apa harus berbuat begitu" Sahut Wi Ci To sembari tertawa. "Coba kau pikir jika kita bertiga harus sekaligus melawan mereka dua puluh orang, apa mungkin bisa peroleh kemenangan?" Agaknya Huang puh Kian Pek dapat dibikin paham, segera dia mengangguk. "Benar" Sahutnya sambil tertawa. "Jika mereka dua puluh orang bersama-sama turun tangan, maka kita bertiga pasti akan dikalahkan" "Karena itulah dia harus bunuh beberapa orang terlebih dahulu, tapi jika dia tidak sedikit menyembunyikan kekuatan sesungguhnya si anying langit Rase bumi pasti tidak akan kirim para malaikat iblisnya lagi untuk bergebrak melawan dia." Pada air muka Huang puh Kian Pek tanpa terasa sudah mulai menampilkan suatu senyuman. "Orang ini sangat pandai sekali, memang merupakan orang aneh yang sukar ditemui di dalam Bu lim" Ujarnya. "Hanya sayang pikirannya tidak genah, kalau tidak suheng pasti akan terima dia sebagai menantu tercinta" " Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kenapa tidak. ." Seru Wi Ci To sembari menghela nafas panjang."Apa suheng betul-betul mau menahan dia untuk meneruskan jabatannya sebagai Kiauw tauw dari benteng kita??" Tanya Hung Puh Kian Pek lagi. "Tidak, tadi aku terus menahan dia untuk tetap sebagai Kiauw tauw Benteng kita maksudnya adalah. ." -ooo0dw0ooo- Jilid 14.1: Kemana musuh setelah kalah? Baru saja dia berbicara sampai di situ mendadak Anying langit Kong sun Yau berdiri jauh di hadapannya membuka mulut. "Wi Pocu" Ujarnya sembari tertawa "Kita pun lebih baik main- main sebentar". Sembari berkata mereka suami istri berdua sudah menggeserkan langkah kakinya berjalan menuju kearah Wi Ci To serta Hung Puh Kian Pek. Kiranya mereka suami istri berdua sudah melihat kalau keempat malaikat iblis mereka lama kelamaan akan tidak sanggup melawan Ti Then lagi, ditambah lagi ketika memandang kearah wajah Wi Ci To serta Huang puh Kian pek secara samar-samar sudah perlihatkan senyuman gembiranya, mereka segera tahu kalau urusan sedikit tidak beres, karenanya mereka berdua tidak ingin bertanding secara satu persatu lagi, sebaliknya menghendaki Wi Ci To serta Huang puh Kian Pek pun ikut bergebrak secara bersama-sama. Semua gerak-gerik mereka berdua ini bukan lain adalah pendapat dari si Rase bumi Bun Jin Cui, di dalam anggapannya jika mereka suami istri berdua sudah bergebrak melawan Wi Ci To serta Huang puh Kian Pek maka kedua belas orang malaikat iblis lainnya pun bisa menggunakan kesempatan ini untuk turun tangan bersama-sama mengerubuti diri Ti Then. Dengan gerakan serempak ini sekali pun Ti Then memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi pun akan binasa juga, jikalau TiThen sudah mati maka mereka delapan belas orang bisa bersama- sama mengerubuti Wi Ci To serta Huang puh Kian Pek sehingga dengan demikian mereka berdua bisa dibinasakan dengan lebih mudah. Begitu Wi Ci To dengar si anying langit Kong sun Yau menantang untuk bergebrak, dengan disertai tertawanya yang amat nyaring, sahutnya. "Bagus sekali, seharusnya kita pun tidak boleh menganggur." Selesai berkata bersama-sama dengan HHuang puh Kian Pek mereka berdua bersama-sama maju ke depan menyambut kedatangan musuh-musuhnya. Ti Then yang melihat dari pihak Wi Ci To pun sudah siap-siap untuk turun tangan, cepat-cepat dia memperkencang serangannya, dia tidak ingin main petak-petakan dengan keempat orang malaikat iblis itu lagi karenanya dengan mengerahkan ilmu yang sebenarnya dia mulai melancarkan serangan gencar ke arah musuh-musuhnya, terlihat pedang ditangannya secara mendadak berkelebat menyambar tubuh keempat orang itu. Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan yang luar biasa, segera terdengarlah suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang dan menggema diseluruh penjuru. Pertama-tama si malaikat iblis yang bersenyatakan Trisula menerima bagiannya terlebih dulu, sebuah lengan kanannya sudah putus tersambar pedang dari Ti Then. Belum selesai jeritan ngeri yang pertama berhenti, si malaikat iblis yang menggunakan toya sebagai senyatanya sudah menjerit ngeri, akibat yang diterimanya jauh lebih menyeramkan lagi, sepasang kakinya sudah tertabas putus sedang tubuhnya dengan kalapnya sedang bergulung-gulung di atas tanah sembari menjerit-jerit. Kedua orang malaikat iblis yang bersenyatakan pedang serta golok begitu melihat kedahsyatan dari Ti Then bahkan hanya di dalam satu gebrakan sudah berhasil melukai kedua orang kawannyatanpa terasa sudah menjerit kaget nyali mereka menjadi pecah dengan tergesa-gesa mereka melarikan diri mundur ke belakang. Tetapi....baru saja sepasang kaki mereka meninggalkan permukaan tanah terlihatlah serentetan sinar pedang berkelebat ke empat buah kaki mereka sudah terpisah dari badannya masing- masing dan terjatuh ke atas tanah dari tengah udara. Untuk beberapa saat lamanya itu si malaikat iblis yang bersenyatakan pedang mau pun golok siapa pun tidak merasa kalau sepasang kaki mereka sudah terbabat putus, tubuhnya dengan cepatnya melayang sejauh enam tujuh kaki jauhnya kemudian baru melayang turun ke atas permukaan tanah. Pada saat itulah mereka baru merasakan kesakitan yang luar biasa, ketika mereka sadar kalau sepasang kakinya sudah putus barulah mulai menjerit-jerit kesakitan. Si anying langit rase bumi yang melihat anak buah mereka menerima bagian yang begitu mengerikan tanpa terasa air muka mereka sudah berubah menjadi pucat pasi, mereka merasa terkejut bercampur gusar sehingga untuk beberapa waktu lamanya sudah melupakan Wi Ci To serta Huang puh Kian Pek yang sudah berjalan mendekat, agaknya mereka sudah dibuat tertegun oleh pemandangan yang mengerikan itu. Yang membuat mereka sangat terkejut adalah sewaktu Ti Then melawan keempat orang malaikat iblisnya terang-terangan sudah terdesak di bawah angin bahkan sewattu bertempur semakin payah, bagaimana di dalam sekejap mata saja sudah berhasil memperoleh kemenangan, bahkan kemenangan diperoleh dengan begitu mudahnya?? Perlahan-lahan si anying langit Kong sun Yau menghirup nafas panjang kemudian baru memutar kepalanya memandang ke arah dua belas orang malaikat iblis lainnya yang sedang memandang Ti Then dengan perasaan amat terperanyat. " Cepat kalian berempat turun membantu mereka menghentikan mengalirnya darah" Teriaknya dengan keras.Dari antara kedua belas orang malaikat iblis itu segera terlihat empat orang berjalan maju ke depan membantu menotokkan jalan darah dari malaikat iblis yang bersenyatakan pedang serta golok itu, salah satu dari antara mereka sesudah memeriksa keadaan luka dari kawanmya segera memberi laporan kepada si anying langit Kong sun Yau. "Lapor pada Thian Cun, keempat orang ini harus segera ditolong." "Kalau begitu cepat bawa mereka ke luar." Demikianlah keempat orang malaikat iblis itu dengan seorang menggendong seorang kawannya bagaikan kilat cepatnya berlari keluar dari Benteng. Ketika Ti Then melihat di dalam kalangan kini hanya tinggal delapan orang malaikat iblis saja di dalam hati diam-diam merasa sangat girang. "Hey Anying langit Rase bumi." Teriaknia lantang sembari tertawa nyaring . "Malaikat-malaikat iblismu terlalu goblok seperti gentong nasi semua, lebih baik kalian berdua saja yang maju sendiri." Perkataannya baru saja diucapkan selesai mendadak kedelapan orang Malaikat iblis itu dengan disertai suara bentakan yang amat keras bersama-sama menubruk ke depan. Tetapi bersamaan waktunya pula sesosok bayangan kecil yang amat langsing berkelebat masuk ke dalam kalangan dari arah yang berlawanan menyambut datangnya salah satu malaikat iblis dari kedelapan orang lainnya. Dia bukan lain adalah Wi Lian In. Ti Then yang melihat munculnya pujaan hatinya seketika itu juga semangatnya berkobar kembali, dengan disertai suara bentakan yang amat nyaring pedang pusakanya melancarkan serangan dahsyat menggulung ketujuh orang malaikat iblis lainnya.Di dalam sekejap saja suatu pertempuran yang amat sengit berkobar kembali. Sejak kecil Wi Lian In sudah mendapat didikan yang amat keras di dalam kepandaian silat apalagi di dalam ilmu pedangnya, kini sesudah mengumbar hawa amarahnya temyata menyerupai seekor harimau betina dengan ganasnya mencecer terus pihak musuhnya, hanya di dalam sekejap mata saja dia sudah berhasil memaksa malaikat iblis yang bersenyatakan siangkiam ini terus mundur ke belakang. Wi Ci To yang melihat putrinya sudah turun tangan dalam hati segera tahu bahwa dia tidak akan dapat dikalahkan oleh seorang malaikat iblis saja karena itu dengan cepat dia cabut keluar pedangnya sendiri kemudian kepada si Anying langit Rase bumi ujarnya sembari rangkap tangannya memberi hormat . "Silahkan saudara-sandara memberi petunjuk" Dalam hati si Anying langit Rase bumi diam diam merasa berlega hati karena mereka mem punyai dugaan bahwa ketujuh orang malaikat iblis yang menge pung Ti Then seorang diri tidak akan terkalahkan karena itu dengan mengipas-ngipaskan kipas yang berada ditangannya dia menyawab. "Tidak usah terlalu sungkan, silahkan Wi Pocu memberi petunjuk" Dari dalam sakunya si Rase bumi Bun Jin Cu pun mengambil keluar sebuah angkin berwama kuning yang dalam satu kali sentakan sudah berubah bentuk seperti sekuntum bunga. "Hu Pocu.." Ujarya kepada Huang Puh Kian Pek sembari tertawa merdu, kita pun harus main-main sebentar. Huang Puh Kian Pek hanya sedikit mengangguk saja sesudah mencabut keluar pedangnya dia bergeser ke samping lima langkah kemudian baru ujarnya. "Silahkan.."Demikianlah mereka berempat segera memperkuat kuda- kudanya masing-masing, bagaikan empat ekor jago yang siap bertempur masing-masing saling melotot kearah pihak musuhnya tanpa berkedip. Perlahan lahan langkah kaki masing masing pihak mulai bergerak dan bergeser, dengan lambat tapi mantap berkali kali sitengubah gaya serangan yang berbeda-beda, suasana pertempuran yang amat sengit mencekam keadaan diseluruh kalangan membuat sebuah lapangan latihan silat yang cukup luas itu terasa begitu sumpek dan panas Hal ini membuat setiap pendekar pedang putih mau pun hitam yang berjumlah dua ratusan orang itu merasa amat tegang sekali bahkan terasa sukar untuk bernapas dibuatnya. Pertempuran ini mem punyai sangkut paut yang amat besar terhadap masa depan, masing-masing pihak mem punyai sangkut paut atas mati hidupnya mereka berempat juga mem punyai sangkut paut atas jaya atau runtuhnya Benteng Pek Kiam Po mau pun istana Thian Teh Kong. Wi Ci To tidak malu disebut sebagai jagoan pedang yang termashur dalam sepuluh tahun ini, waktu ini walau pun harus menghadapi musuh yang amat tangguh tapi. air mukanya masih tetap tenang-tenang saja, seluruh perhatiannya sudah dipusatkan pada ujung pedangnya sedang tenaga murni sudah mulai disalurkan keluar dari pusarnya, kelihatannya perasaan hatinya sudah dilebur menjadi satu dengan pedang yang berada ditangannya itu. Air muka si Anying langit Kong Sun Yau pun kelihatannya tenang-tenang saja hanya perbedaannya walau pun pada wajahnya tersungging senyuman tapi dari sinar matanya jelas mengandung napsunya untuk membunuh. Saat ini Huang Puh Kian Pek beserta si Rase bumi Bun Jin Cu pun sedang memusatkan seluruh perhatiannya kearah pihak musuh, mata mereka berdua saling melotot tidak ada yang mau kalah sedang kakinya bergerak ke samping sedikit demi sedikit, agaknya mereka tidak ada yang mau melancarkan serangan terlebih dahulu,masing-masing menantikan kesempatan yang baik untuk kirim satu serangan dahsyat yang mencabut nyawa pihak musuhnya. Setiap sedetik waktu berlalu suasana terasa semakin menegang sedangkan suasana pembunuhan pun terasa semakin menebal. Mendadak .. serentetan sinar pedang yang amat menyilaukan mata dengan disertai desiran angin serangan yang amat tajam berkelebat dan menyambar kearah tubuh si Rase bumi Bun Jin Cu. Serangan itu bukan lain dilakukan oleh Huang Puh Kian Pek sendiri, tubuhnya dengan cepat meloncat ketengah udara kemudian bagaikan seekor naga yang keluar dari gua dengan cepat menyambar kearah diri si Rase bumi Bun Jin Cu. Si Rase bumi Bun Jin Cu segera membentak nyaring, tubuhnya yang langsing kecil berputar putar ditengah udara, kaki kirinya dengan kecepatan yang luar biasa disambar ke depan kemudian dengan gaya menubruk meluncur kembali ke bawah,angkin kuning ditangannya dengan disertai sambaran angin yang amat tajam melilit kearah leher Huang Puh Kian Pek. Angkin yang terbuat dari kain itu semula merupakan barang yang amat lemas tapi sesudah disentakkan olehnya seketika itu juga berubah menyerupai sebuah cambuk panjang sehingga mengeluarkan suara peletakan yang amat nyaring. Huang Puh Kian Pek yang meiihat serangannya gagal tubuhnya cepat-cepat berguling ditengah udara, setelah berhasil menghindarkan diri dari lilitan angkin kuning itu pedang panjangnya cepat-cepat membabat ke samping mengancam angkin kuning yang sedang menyambar kearahnya itu. Tapi angkin kuning dari si Rase bumi Bun Jin Cu ini jauh lebih gesit dan lincah daripada sebuah cambuk panjang, terlihat tangan kanannya menekan ke bawah menarik kembali angkin kuningnya dan tepat berhasil menghindari serangan pedang dari Hung Puh Kian Pek itu, bersamaan pula angkinnya dikebaskan ke samping mengancam sepasang kaki dari Huang Puh Kian Pek, serangan inidilakukan amat cepat dan merupakan suatu jurus serangan yang amat indah. Dengan cepat Huang Puh Kian Pek bersuit panjang, pedangnya bagaikan kilat cepatnya diputar disekeliling tubuhnya, tubuhnya berguling ke samping kemudian secara tiba tiba melancarkan satu tusukan kearah depan. Seketika itu juga antara mereka berdus terjadilah suatu pertempuran yang amat sengit. Sebaliknya pada saat itu Wi Ci To beserta si Anying langit Kong Sun Yau tetap dengan tenang tapi mantap bergeser sedikit demi sedikit ke samping mengelilingi kalangan, setiap langkah geseran mereka berdua terasa seperti diganduli oleh barang seberat ribuan kati. Keadaannya amat tegang dan menyeramkan. Lewat lagi beberapa saat lamanya agaknya si Anying langit Kong Sun Yau sudah merasa tidak sabaran lagi mendadak tubuh menubruk ke depan dengan sangat dahsyat sekali, kakinya berdiri melengkung bagaikan busur sedang kipas ditangannya menotok kearah musuh dengan sambaran mendatar. Tenang bagaikan Perawan bergerak bagaikan tupai meloncat, hanya di dalam sekejap saja dia sadah menyerang ke hadapan Wi Ci To. Ujung kaki Wi Ci To cepat-cepat menutul permukaan tanah, tubuhnya dengan cepat menyingkir ke samping kiri menghindarkan diri dari serangan kipas tersebut tetapi dia tetap tidak melancarkan serangan balasan. Si Anying langit Kong Sun Yau tertawa dingin, jurus serangannya mendadak berubah kipasnya ditekan ke bawah sedang tubuhnya berputar menerobos dari sebelah kanan dengan dahsyatnya mengancam jalan darah "Cang Bun Hiat" Pada pinggang kiri Wi Ci To. Kecepatan perubahan jurus serargannya ini dilakukan begitu cepat laksana sambaran petir.Tubuh Wi Ci To sekali lagi bergeser ke samping menghindarkan diri dari serangan musuh, ujung pedangnya sedikit diangkat bagaikan naga yang muncul dari dalam air secara tiba"tiba menusuk kearah leher pihak lawannya. Tusukan ini dilakukan jauh lebih cepat dari serangan pihak musuh. "Serangan yang bagus" Bentak si Anying langit Kong Sun Yau dengan keras kakinya tetap tidak bergerak hanya tubuhnya mendadak berputar dengan mengunakan kipasnya dia menangkis datangnya tusukan tersebut. "PlaaaK" Pedang dan kipas terbentur menjadi satu sehingga mengeluarkan suara aduan yang amat nyaring, seketika itu juga mereka berdua masing-masing di paksa mundur dua langkah ke belakang. Dengan mundurnya ini mereka berdua sama-sama tidak mau melepaskan kesempatan yang bagus ini, tidak menanti kakinya berhasil berdiri tegak mendadak si Anying langit Kong Sun Yau sudah menubruk ke depan kembali, kipasnya di balik secara hebat menotok kearah lambung Wi Ci To. Jurus serangannya amat aneh tetapi indah sekali. Wi Ci To dengan dingin mendengus dengan tergesa-gesa tubuhnya menyingkir setengah tindak ke samping, pedangnya ditekan ke bawah dengan menggunakan jurus-Hay Teh Ci Sah atau menusuk ikan hiu didasar laut dia balas menggencet kipas pihak musuhnya. Sianying langit Kong Sun Yau yang melihat serangan pertamanya tidak memperoleh hasil serangan kedua segera menyusul datang, kipasnya diputar setengah lingkaran kemudian dibabat ke depan, terlihatlah serentetan sinar putih berkelebat menyapu wajah Wi Ci To. Kedua orang itu berusaha menggunakan kesempatan baik yang ada untuk merebut kemenangan tapi sesudah bergebrak sebanyakdua tiga puluh jurus keadaan masih tetap seperti semula, siapa pun tidak ada yang berhasil merebut di atas angin. Waktu itu Ti Then berhasil memancing pihak lawannya, sengaja dia perlihatkan sedikit tempat kelemahannya membuat seorang malaikat iblis dengan bersenyatakan golok panjang menyerang dari beIakang tubuhnya, pada saat yang bersamaan pula dia putar tubuhnya sedang pedangnya dengan kecepatan yang luar biasa menyambar dan menghajar pihak musuhnya. "Aduh.." Dengan disertai suara teriakan yang amat keras dan mengerikan simalaikat iblis bersenyatakan golok panjang itu rubuh ke atas tanah dan binasa seketika itu juga. Tempat yang menyebabkan kematiannya tidak bukan tepat di atas alisnya, Ti Then yang membunuh seorang musuhnya segera membentak keras lagi, jurus pedangnya berubah dengan dikelilingi oleh sinar pedang kebiru-biruan pedangnya menyapu dua orang malaikat iblis yang berada di sebelah kanannya. Belum sempat kedua orang, malaikat iblis itu melihat bagaimana datangnya serangan itu kedua buah batok kepalanya sudah melayang meninggalkan lehernya, dengan disertai semburan darah segar yang amat deras kedua benda itu bergelinding di atas tanah. Dengan demikian malaikat iblis yang menge pung diri Ti Then kini hanya tinggal empat orang saja. Ketika mereka melihat kawannya satu per satu berhasil dibunuh pihak musuh tanpa terasa pikirannya menjadi kacau juga, ternyata mereka tidak berani menge pung kembali, masing-masing berusaha untuk mundur ke belakang mengundurkan diri dari ancaman maut. Si Rase bumi Bun Jin Cu yang melihat Ti Then berhasil mambunuh mati tiga orang anak buahnya kembali mendadak dia meloncat keluar dari kalangan. "Semua berhenti, dengar perkataanku dulu" Teriaknya dengan keras.Mendengar suara teriakan itu si Anying Langit Kong Sun Yau segera menghentikan serangannya dan meloncat mundur ke belakang, sedang si malaikat iblis bersenyatakan siang kiam yang sedang bertempur dengan serunya melawan Wi Lian In saat ini juga sudah meloncat mundur. Hanya di dalam sekejap mata pertempuran yang amat seru sudah berhenti semua. "Kong Sun Hujin ada perkataan apa? " Tanya Wi Ci To sembari tersenyum. Dari wajah si Rase bumi Bun Jin Cu pun kelihatan mulai tersungging senyuman, kepada Wi Ci To sembari tertawa ujarya. "Wi Pocu, bilamana ini hari kami suami istri mengakui kekalahan kepada kalian, apa kamu mengijinkan kami keluar dari sini ?" "Ha ha ha .selamanya Lohu belum pernah melakukan pembersihan sampai seakar-akarnya, tetapi maksud tujuan saudara sekalian belum tercapai bagaimana mau pergi begitu saja ?" Si Rase bumi Bun Jin Cu segera mencibirkan bibimya, dengan lagak manya ujarnya. "Kita tidak kuat melawan kalian kalau tidak pergi dan tetap tinggal di sini mau berbuat apa lagi?" "Hmmm" Dengus Ti Then secara mendadak. "Kalian sudah tidak maui itu kitab pusaka le Cin Keng ?" Si Rase bumi Bun Jin Cu segera menghela napas panjang. "Kau terlalu lihay, sudahlah." Ujarnya dengan perlahan. "Jika kalian timbul niat kembali untuk minta kitab itu kalian boleh pergi cari aku secara pribadi" Ujar Ti Then lagi sembari tertawa dingin. "Tapi aku larang kalian mengacau orang-orang Benteng Pek Kiam Po karena beberapa hari lagi aku sudah bukan orang Benteng Pek Kiam Po lagi.""Kami bisa cari kau lagi" Seru Si Rase bumi Bun Jin Cu. "Ini hari kau sudah bunuh sembilan orang kami, hutang ini bagaimana pun harus akutagih. Gunung nan hijau tetap berdiri selamanya, air tenang mengalir sepanjang masa kita bertemu kembali lain waktu." Berbicara sampai di sini kepada si Anying langit Kong Sun Yau tanyanya. "Hey lelaki bangsat, bagaimana?" Si Anying langit Kong Sun Yau segera mengangguk, kepada kelima orang Malaikat iblis yang masih hidup ujarnya. "Angkat mayat-mayat itu, ayoh kita pergi" Kelima orang malaikat ibis itu segera menyahut, cepat-cepat mereka menggotong mayat yang membujur di atas tanah beserta kedua buah batok kepalanya, dengan mengikuti Si Anying langit Rase bumi mereka cepat-cepat berlalu dari sana. Di atas permukaan tanah kini hanya tertinggal titik-titik darah segar yang tetap membasahi dan mengotori tempat itu. Sesudah melihat rombongan si Anying langit Rase bumi lenyap di balik pintu Benteng barulah terdengar Wi Ci To menghela napas panjang. "Heei. tidak kusangka bisa berakhir begitu" "Suheng kau seharusnya jangan melepaskan mereka pergi" Ujar Huang Puh Kian Pek yang berdiri disisinya. "Selamanya si Anying langit Rase bumi belum pernah menderita kerugian sedemikian besarnya, ini hari kita melepaskan harimau pulang gunung tidak sampai satu bulan kemudian mereka pasti akan datang kembali, sewaktu lain kali mereka datang kembali tentu bukan dua puluh orang saja yang dibawa bahkan mungkin bisa sampai dua ratus orang atau dua ribu orang banyaknya." "Soal ini kau tidak perlu kuatir" Hibur Wi Ci To dengan suara perlahan."Nanti biarlah aku kirim perintah seratus pedang kembali untuk panggil semua pendekar pedang merah pulang." Berbicara sampai di sini barulah dia menoleh kearah Ti Then. "Ti Kiauw-tauw bagaimana kalau kita berbicara di dalam saja ?" Ujarnya. Ti Then melirik sekejap kearah Wi Lian In yang berdiri menyauhi dirinya itu ketika melihat wajahnya sangat adem ujarnya kemudian. "Jika Pocu ada perkataan silahkan dibicarakan di sini saja" Air muka Wi Ci To berubah menjadi amat keren, sesudah termenung berpikir beberapa saat lamanya barulah ujarya. "Tadi karena keadaan yang sangat mendesak Lohu sudah berbicara sedikit kurang sopan tentunya Ti Kiauw-tauw tidak menganggap sungguhan bukan ?" "Itu adalah urusan yang nyata seharusnya Pocu berbicara begitu" Sambung Ti Then dengan cepat. "Tetapi maksud Lohu yang sebenarnya" "Boanpwe paham" Potong Ti Then dengan cepat. "Pocu serta Hu Pocu mau membuang waktu memberi bantuan boanpwe merasa sangat berterima kasih sekali. budi kebaikan ini pada kemudian hari tentu boanpwe balas" Wi Ci To tertawa pahit. "Ti Kiauw-tauw sudah salah artikan perkataan Lohu" Ujarnya dengan serius. "Bilamana bukannya Ti Kiauw tauw beri bantuan pada ini hari tentu Benteng kami sudah mengalami malapetaka yang amat hebat, karena itu seharusnya lohu yang megucapkan terima kasih kepadamu" "Tidak, urusan ini ditimbulkan karena boanpwe pribadi" "Jika bukannya Ti Kiauw tauw keluar Benteng untuk menolong putriku tidak mungkin bisa timbul peristiwa ini"Ti Then tidak mau tarik panjang persoalan ini lagi, ujarya kemudian. "Pocu masih ada perkataan apa lagi yang hendak disampaikan, jika tidak ada boanpwe mau mohon diri terlebih dulu" Selesai berkata dia merangkap tangannya memberi salam perpisahan. "Tunggu sebentar" Ujar Wi Ci To dengan cemas ketika dilihatnya Ti Then mau pergi. "Lohu ada urusan yang hendak minta petunjuk darimu" Sambil menggendong tangannya dia berjalan bolak balik ditempat itu, kemudian dengan menghela napas panjang ujarnya. "Hingga sekarang Lohu masih tidak paham ..sejak Ti Kiauw- tauw masuk ke dalam Benteng kami segala perbuatan dan tindak tandukmu sama sekali tidak mem punyai maksud jahat, tapi... dapatkah Ti Kiauw tauw menjelaskan kepada Lohu secara terus terang kenapa kau pergi menyamar sebagai Lu Kongcu?" "Tentang urusan ini maaf boanpwe tidak bisa memberitahu" Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Potong Ti Then dengan cepat. Kening yang dikerutkan semakin mengencang kembali, dengan mata yang amat tajam Wi Ci To memandang terpesona kearahnya. "Kalau begitu jawablah perkataan lohu ini .. " Ujarnya kemudian. "Kau mengaku tidak kalau Lu Kongcu itu adalah hasil penyamaranmu?" "Mengakui" "Apa tujuanmu?" Desak Wi Ci To lagi. "Tetap seperti perkataan tadi, maaf tidak bisa kukatakan." Nona Berbaju Hijau Karya Kho Ping Hoo Pendekar Tongkat Liongsan Karya Kho Ping Hoo Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo