Pendekar Patung Emas 2
Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 2
Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong "Silahkan memberi petunjuk" "Pada tahun yang telah silam aku pernah menggunakan sebatang pedang membunuh seseorang, pedangku dengan satu kalisambaran saja sudah berhasil memutuskan pinggang pihak lawan, tetapi dia sama sekali tidak merasa bahkan tetap memaki-maki terus kepada diriku, menanti ketika dia mulai menggerakkan kakinya tubuh yang bagian atas baru lepas dari tubuhnya bagian bawah, tahukah hal ini apa sebabnya?" Selamanya Ti Then belum pernah mendengar peristiwa yang demikian anehnya, tidak terasa lagi dia menjadi sangat terkejut, tanyanya. "Apa sebabnya?" "Sebabnya karena gerakan pedangku terlalu cepat sehingga sama sekali dia tidak tahu kalau pedangku telah berhasil membabat putus pinggangnya, seseorang bilamana tidak tahu kalau dirinya sebenarnya telah binasa, maka seluruh semangat serta tenaganya masih bisa mempertahankan hidupnya untuk suatu saat tertentu" Dengan nada yang penuh keheranan dan terkejut, tanya Ti Then. "Kau..ilmu pedangmu apa benar-benar sudah mencapai kecepatan begitu?" "Tidak salah" Sahut majikan patung emas. "Pengalaman kita pada hari pertama aku memangnya telah sungguh-sungguh menggunakan jurus serangan yang sesungguhnya bertempur melawan kau, maka kau masih bisa menahan tiga buah seranganku. Padahal bila aku benar-benar turun tangan jangan dikata tiga jurus hanya cukup satu jurus pun mungkin kau sudah tidak sanggup untuk menerimanya, kepandaianku sebenarnya mengutamakan kecepatan gerak" "Aku dengar katanya kepandaian dari kakek pemalas Kay Kong Beng juga mengutamakan gerakan yang cepat" Ujar Ti Then. "Sekali pun ilmu pedangnya sangat cepat tetapi dia tidak secepat diriku, aku dapat melancarkan tujuh kali serangan tusukan di dalam sekejap, sebaliknya dia hanya bisa mencapai lima kali tusukan saja" Dia berhenti sejenak kemudian tanyanya lagi:"Kini sudah paham belum?" "Sudah paham" Sahut Ti Then sambil mengangguk. "Kalau begitu, teruskanlah berlatih dengan rajin" Ti Then memutarkan tubuhnya dan berlalu dari tempat itu, tetapi baru saja berjalan beberapa langkah telah berhenti lagi, tanyanya. "Menurut penglihatanmu aku harus berlatih berapa lama hingga bisa berhasil memukul hingga meninggalkan bekas pukulan sedalam tujuh cun pada batang pohon tetapi tidak sampai mematahkannya" Mendengar pertanyaan itu majikan patung emas termenung berpikir keras beberapa saat lamanya, kemudian barulah sahutnya. "Bakatmu tidak jelek, asal berlatih dengan rajinnya setiap hari kemungkinan sesudah setengah bulan baru berhasil" "Ehmm.." Sahut Ti Then kemudian bertindak keluar dari dalam gua dan mulai berlatih lagi dengan rajinnya. Berturut-turut dia berlatih selama lima hari lamanya, pukulannya telah berhasil meninggalkan bekas pukulan sedalam satu cun pada batang pohon tanpa menggojangkan tubuh pohon itu sendiri, setelah itu setiap tiga hari dia berhasil menambah satu cun lagi, tidak salah lagi setelah setengah bulan lamanya akhirnya dia berhasil mencapai hasil seperti apa yang diminta oleh Majikan patung emas itu. Pada bulan yang kedua dia mulai mempelajari suatu rangkaian ilmu telapak dari Majikan patung emas itu. Ilmu telapak ini jauh lebih sukar dipelajari jika dibandingkan dengan ilmu pukulan. Jurus- jurus serangannya amat ruwet dan sukar apalagi tenaga pukulan telapaknya harus berhasil meninggalkan bekas telapak sedalam satu cun pada permukaan batu cadas yang sangat keras bahkan tidak diperkenankan kalau sampai permukaan batu menjadi hancur oleh pukulannya.Dengan tidak mengenal lelah Ti Then , berlatih keras selama empat puluh hari lamanya dan akhirnya berhasil juga dia menguasai ilmu telapak itu. Jika dihitung dengan jari sejak dia naik gunung hingga kini telah dua bulan lamanya, sedang di dalam dua bulan ini boleh dikata merupakan penghidupan yang paling susash selama hidupnya, tetapi dengan tidak mengenal lelah dan letih dia berlatih terus dengan rajinnya karena dia seratus persen telah percaya kalau majikan patung emas itu akan berhasil membuat dirinya menjadi jago nomor tiga di dalam dunia Kang-ouw pada saat itu. Majikan patung emas yang melihat cara berlatihnya amat rajin juga merasa amat gembira sekali, sesudah itu dia mulai menurunkan ilmu meringankan tubuh pada dirinya. Sebulan telah lewat dengan cepatnya, ilmu pukulan, ilmu telapak serta ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Ti Then telah jauh lebih maju jika dibandingkan sesaat dia mulai naik gunung. Hari itu sesudah makan malam tiba-tiba tanya majikan patung emas. "Ti Then, kau naik gunung sudah berapa bulan lamanya?" "Tiga bulan lebih sembilan hari" Sahut Ti Then singkat. "Hee..he..perhitunganmu sungguh amat jelas sekali!" Ti Then tidak menggubris, ujarnya lagi. "Jaraknya dengan setengah tahun perjanyian kita masih ada kurang lebih delapan puluh hari lamanya" "Tidak salah, kemajuan yang kau capai ternyata jauh lebih cepat dua puluh hari dari dugaanku semula, aku mengira paling cepat kau tentu harus menghamburkan empat bulan lamanya untuk berhasil melatih ilmu pukulan, ilmu telapak serta ilmu meringankan tubuh tiga macam kepandaian. Tetapi jika dilihat sekarang ini kemungkinan sekali tidak perlu setengah tahun kau sudah bisa turun gunung."Kau masih akan mewariskan kepandaian apa lagi kepada diriku?" Tanya Ti Then. "Ilmu pedang" "Untuk ini harus membutuhkan berapa lamanya?" Tanyanya lagi. "Sebenarnya harus membutuhkan dua bulan lamanya" Sahut majikan patung emas. "Tetapi dengan kemajuanmu yang kau capai sekarang ini, kemungkinan hanya cukup satu setengah bulan sudah berhasil" "Kalau benar-benar begitu tentunya aku akan turun gunung tiga puluh hari lebih pagi?" "Benar" Sahut majikan patung emas. "Kau turun gunung lebih pagi berarti juga kau dapat bebaskan dirimu sendiri satu bulan lebih cepat, terhadap dirimu tidak ada ruginya" "Sudah tentu, kapan kau akan mulai menurunkan ilmu pedang kepadaku?" "Besok" Sahut majikan patung emas singkat. Keesokan harinya ternyata Majikan patung emas itu menepati janyinya dan mulai menurunkan ilmu pedang kepada Ti Then, baru saja dia melihat gerakan beberapa jurus serangan dari patung emas itu segera dia sadar kalau ilmu pedang ini beberapa ratus kali lipat jauh lebih sukar dilatih jika dibandingkan dengan berlatih ilmu pukulan, ilmu telapak mau pun ilmu meringankan tubuh, tetapi dia tidak memperdulikannya juga, dia tahu bahwa orang yang mau menerima penderitaan lebih dahulu itulah yang dapat mencapai kesuksesan. Meski pun begitu untuk menjelesaikan kesukaran dirinya pun mau tak mau dia harus mengukuhkan pendiriannya untuk tetap berlatih dengan sabarnya. Di dalam sekejap saja satu setengah bulan telah lewat dengan cepatnya, ilmu pedangnya telah mencapai pada taraf yang hampir- hampir dirinya sendiri tidak percaya, di dalam satu kali gerakanpedangnya dia dapat membabat putus tiga batang lilin tanpa menggerakkan lilin itu sendiri dari tempat semula. Melihat kemajuan itu, majikan patung emas menjadi sangat girang sekali ujarnya. "Sudah cukup!" Ti Then, dalam dunia kangouw saat ini selain aku serta si kakek pemalas Kay Kong Beng tidak akan ada lagi seorang pun yang merupakan tandinganmu" "Aku pun merasa kalau aku telah berubah menjadi seorang lain" Sahut Ti Then dengan perlahan. "Kini apakah aku benar-benar telah menjadi jago nomor tiga dalam dunia kang-ouw, aku masih membuktikan dengan mata kepalaku sendiri" "Kecuali kalau di dalam bu-lim masih terdapat jago-jago berkepandaian tinggi yang menyembunyikan diri, kalau tidak sekarang kau boleh dikata telah merupakan seorang jago berkepandaian tinggi yang tanpa tandingan di dalam dunia kangouw" Ti Then hanya tertawa saja, ujarnya kemudian. "Apabila aku sampai bertemu dengan jago berkepandaian tinggi yang dapat mengalahkan diriku, aku akan segera membatalkan perjanyian kita dan tidak akan menjadi patung emasmu lagi" "Baiklah" Sahut majikan patung emas. "Tetapi kau tidak dapat pura-pura kalah, bilamana kau sengaja mengalah pada orang lain, aku akan segera membunuh dirimu" "Perkataan seorang lelaki sejati selamanya tidak akan ditarik kembali, apa yang sudah aku katakan tentu tidak akan kulanggar sendiri dan berbuat pekerjaan yang demikian memalukan" Majikan patung emas itu hanya tertawa-tawa, ujarnya. "Aku akan menggunakan waktu untuk membuktikannya?" "Tetapi bilamana aku benar-benar dikalahkan orang lain, dengan cara apa aku harus membuktikan agar kau mau mempercayainya?""Sesudah kau turun gunung" Sahut majikan patung emas. "Aku akan bertindak seperti cacing di dalam perutmu, selamanya akan mengikuti jejakmu, bilamana kau sunggug-sungguh dikalahkan orang lain aku akan bisa melihatnya dengan sangat jelas" Mendengar hal itu tidak terasa lagi seluruh bulu kuduk Ti Then pada berdiri, ujarnya. "Kenapa secara diam-diam kau akan terus menerus mengikuti diriku?" "Kalau tidak berbuat demikian bagaimana aku dapat memberi petunjuk serta memberi perintah kepadamu?" "Oooh.." Sahut Ti Then. "Baiklah, pertanyaan yang terakhir tugasmu yang kau serahkan kepadaku apabila ada yang merupakan tugas yang bukan seharusnya diselesaikan dengan menggunakan kepandaian silat.." Tidak menanti dia selesai berkata, memotong majikan patung emas itu dengan cepat. "Kau dapat menjelesaikannya dengan menggunakan cara lain" "Tetapi apabila sekali pun telah berusaha sekuat tenaga masih tetap tidak bisa membereskannya?" "Asalkan kau telah bekerja sekuat tenaga, sekali pun tidak berhasil aku juga tidak akan menyalahkan dirimu" "Itu pun sangat bagus, kapan aku harus turun gunung?" Tanya Ti Then lagi. "Sebelum aku memberi tahu tugas apa yang harus kau laksanakan untuk pertama kali ini aku harus menjelaskan padamu terlebih dahulu, sejak besok pagi kau adalah patung emasku, aku memerintahkan kau berbuat apa pun kau harus melaksanakannya tanpa membantah. Dengan perkataan lain, sekali pun kau merupakan seorang yang masih hidup tetapi merupakan sesosok tubuh tanpa nyawa, tidak memiliki akal budi, tidak tahu baik buruk dan tak ada pendapat apa pun juga. Bilamana aku menjuruh kaumakan yang manis sekali pun kau tidak suka akan barang-barang yang manis juga harus dimakan, paham tidak?" "Paham" Sahut Ti Then sambil mengangguk. "Tetapi hanya ada satu urusan yang aku tidak akan melaksanakannya, kau tidak boleh memerintahkan aku untuk membunuh seseorang yang berbudi" "Baiklah" Sahut majikan patung emas sambil tertawa. "Tetapi untuk mengetahui baik buruknya orang-orang yang ada di dalam dunia ini sebenarnya amat sukar, apa kau bisa membedakannya?" "Aku pasti sanggup" Sahut Ti Then dengan mantap. "Perkataanmu begitu tegas serta mantapnya, hal ini membuktikan kalau pengetahuanmu terhadap manusia masih sangat kurang" "Sekali pun sangat jelas terhadap seluk beluk manusia juga tidak tentu berguna..silahkan sekarang kau mulai memberi tahu tugasku yang pertama untuk aku selesaikan" Majikan patung emas itu berdiam diri lama sekali, kemudian barulah ujarnya sepatah demi sepatah. "Tugas pertama yang harus kau selesaikan adalah pergi mengawini seorang nona menjadi suami isteri" Mendengar tugasnya itu Ti Then menjadi amat terkejut, dengan melongo serunya. "Kau bilang apa?" "Menjadi suami isteri dengan seorang nona" "Ini mana mungkin, aku masih tidak ingin kawin terlebih dahulu" Teriak Ti Then dengan keras. "Harap kau perhatikan" Sahut majikan patung emas itu dengan dinginnya. "Kau adalah patung emasku, kau tidak punya nyawa, kau tidak tahu baik buruknya, kau tidak punya pendapat"Ti Then mimpi pun tidak menyangka kalau tugas pertamanya yang harus dia kerjakan adalah pergi mengawini seorang nona, tidak terasa lagi hatinya menjadi amat gugup dan kacau, ujarnya. "Tetapi.." "Tidak ada tetapi segala" Potong majikan patung emas itu dengan dinginnya. Ti Then menarik napas panjang-panjang, sesudah berhasil menenangkan pikirannya barulah dia berkata sambil tertawa pahit. "Coba kau dengarkan dulu perkataanku" Potong majikan patung emas itu dengan cepat. "Tidak perduli kau berkata apa pun sekarang sudah terlambat" Aku hanya menyanggupi untuk menjadi patung emasmu selama satu tahun bukannya menjual diriku untuk selamanya" Timbrung Ti Then. "Aku tidak pernah berkata kalau selama hidupmu kau jual padaku" "Tetapi perkawinan merupakan suatu peristiwa yang amat besar selama hidup" Bantah Ti Then. Satu tahun sesudah perjanyian kita habis, bilamana kau tidak suka padanya kau boleh membuang dirinya" "Perkataan macam apa itu, apa kau kira perkawinan dapat dianggap sebagai barang mainan?" Ujar Ti Then dengan agak gusar. "Bilamana kau merasa tidak baik untuk melepaskan dirinya, kau boleh terus menjadi suaminya" "Tetapi aku masih tidak ingin berkeluarga" "Itulah pendapatmu?" Tanya Majikan patung emas. "Benar!" "Hee...hee..hee..tetapi kini aku sudah menjadi patung emasku, kau tidak berhak merusak penghidupanku untuk selamanya""Aku tidak punya maksud untuk merusak seluruh hidupmu, aku hanya minta kau menjadi suami isteri dengan nona itu selama setahun ini, setelah satu tahun lewat kau mau atau tidak meneruskan perkawinan itu bukan urusanku lagi" Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Bagaikan digujur oleh sebaskom air dingin dengan lemasnya Ti Then menyatuhkan diri ke atas tanah, semangatnya telah hancur luluh oleh perkataan itu. Sambil menghela napas ujarnya. "He..bila sejak dari dahulu sudah tahu harus melakukan pekerjaan ini tentu aku tidak akan menyanggupinya" "Ini salahmu sendiri kenapa tidak mau tanya lebih jelas lagi" Sahut majikan patung emas itu sambil tertawa dingin. Dengan sedihnya Ti Then menundukkan kepalanya, dengan bingung dan perasaan menjesal pikirnya secara diam-diam. "Hei..sungguh celaka kali ini, semula aku masih menganggap apabila aku tidak ingin pergi membunuh orang baik, tentu tidak akan ada urusan yang lebih berat lagi, mana kusangka kalau dia ternyata minta aku menjadi suami isteri dengan seorang nona" Majikan patung emas yang mendengar dia tidak mengeluarkan suara lagi, segera tanyanya. "Ti Then, kau menjesal bukan? "Benar!" "Ingin melarikan diri?" Tanya majikan patung emas itu lagi. "Tidak" "Itulah sangat bagus" Sahut Majikan patung emas sambil tertawa. "Padahal pekerjaan ini merupakan tugas yang paling menggembirakan. Jangan kita bicarakan yang lain, nona itu memiliki wajah yang amat cantik sekali dan merupakan seorang gadis cantik yang sangat jarang bisa ditemui" Tidak terasa hati Ti Then menjadi bergerak, dengan tawar tanyanya:"Putri siapa?" "Putri tunggal Toa pocu dari Benteng Pek Kiam Po, Kim Liong Kiam atau si Pedang Naga Emas Wi Ci To, Wi Lian In adanya" Mendengar disebutnya nama itu dalam hati Ti Then merasa sangat terperanyat, dengan sangat terkejut serunya. "Ha...putri tunggal dari Wi Ci To Pocu dari Benteng Pek Kiam Po? Kau..bukankah kau punya niat untuk mencelakai diriku?" Kiranya jika menyinggung Pek Kiam Pocu, si pedang naga emas Wi Ci To boleh dikata semua orang di dalam bu-lim tidak seorang pun yang tidak kenal nama besarnya. Dia merupakan seorang jago berkepandaian tinggi yang sedikit di bawah si kakek pemalas Kay Kong Beng, juga merupakan seorang pimpinan yang pengaruhnya paling kuat dan paling luas di dalam bu-lim, murid-muridnya tidak terhitung banyaknya sedang dari Pendekar Pedang Merahnya saja yang dia ketahui sudah ada sembilan puluh sembilan orang banyaknya, oleh karena itu dia merupakan sebuah keluarga ilmu pedang yang paling kuat dan paling disegani di dalam Bu-lim. Tetapi perasaan terkejut dari Ti Then sesudah mendengar nama itu bukannya karena kepandaian silat yang amat tinggi dari si pedang naga emas Wi Ci To, sebaliknya karena sikap serta tindak tanduk dari Wi Ci To. Dia pernah dengar oarng bilang kalau Wi Ci To jadi orang amat gagah, ramah, sosial serta membela keadilan dan merupakan seorang giam lo ong bagi kaum penyahat di kalangan Hek to, kini Majikan patung emas menghendaki dia pergi mengawini putri tunggal dari Wi Ci To jaitu Wi Lian In, tidak dapat diragukan lagi kalau dia tentu sedang menggunakan dirinya untuk melaksanakan suatu rencana busuk, ketika majikan patung emas telah mencapai pada cita-cita, rencana kejinya segera dia dapat menghindarkan diri dan cuci tangan dari urusan ini, sebaliknya dia...Ti Then..harus melarikan diri kemana?Kini soal yang paling penting, bagaimana dia dapat membantu seorang yang tidak jelas asal usulnya untuk pergi membunuh seorang jago berkepandaian tinggi dari kalangan lurus? Semakin berpikir dia merasa semakin tidak tenteram, sambil angkat kepala tanyanya. "Apa tujuanmu sebenarnya? Kenapa kau menjuruh aku memperisteri putri Wi Ci To?" "Tentang hal ini aku akan memberitahu padamu sesudah kau menjadi menantu kesajangan dari Wi Ci To" "Kalau begitu adanya, sekarang kau boleh turun" Ujar Ti Then sambil tertawa pahit. "Kau bicara apa?" "Kau boleh turun untuk membunuh aku" -ooo0dw0ooo- Jilid 2.1. Rusuh di Touw Hoa Yuan Untuk beberapa saat lamanya majikan patung emas itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, kemudian dengan nada yang amat dingin bertanya. "Kau tidak mau menurut perintahku?". "Tidak salah ?" Sahut Ti Then dengan tegas. Tiba-Tiba Majikan patung emas itu tertawa terbahak-bahak, ujarnya. " Aku paham sebab apa kau tidak mau menyalankan perintah sesuai dengan perjanyian, kau takut aku memerintahkan kau pergi membunuh Wi Ci To bukan?." "Apa mungkin aku salah menerka?" Sahut Ti Then sambil tertawa dingin.Suara tertawa Majikan patung emas itu mendadak berhenti, dengan suara yang mantap tetapi tegas serunya. "Sama sekali salah besar, tujuanku sama sekali tidak mendatangkan kerugian pada diri Wi Ci To mau pun anak muridrnya, yang ada adalah sesudah perjanyian kita satu tahun penuh dan kau tidak mau meneruskan menjadi suami istri dengan Wi Lian In, saat itulah akan mendatangkan sedikit kerugian dan kesedihan pada diri Wi Lian In. " "Aku tidak percaya" Ujar Ti Then sambil menggelengkan kepalanya. "Boleh saja aku mengangkat sumpah sekarang juga bilamana pekerjaan yang aku lakukan ini mendatangkan kerugian pada orang- orang dari Benteng Pek Kiam Po, aku akan mendapatkan kematian dengan cara yang mengerikan." Ti Then yang mendengar sumpahnya di ucapkan begitu jujur serta tegasnya tidak terasa dia menjadi semakin bingung, ujarnya kemudian. "Kalau benar tidak akan mendatangkan kerugian pada orang- orang dari benteng Pek Kiam Po lalu ada urusan apa sebenarnya kau menjuruh aku pergi menjadi suami Wi Lian In ?" "Tadi aku sudah bilang, sebab musababnya aku tidak akan mernberitahukan padamu sekarang juga. " "Bagaimana ini bisa jadi, pada saat sesudah aku menjadi suami Wi Lian In bilamana kau memerintahkan aku untuk melakukan pekerjaan yang merugikan orang-orang benteng Pek Kiam Po aku akan segera membatalkan perjanyian kita sedang kau pun tidak dapat membunuh aku karena pembatalan perjanyian itu " Majikan patung emas itu termenung berpikir keras beberapa saat lamanya, kemudian barulah sahutnya. "Aku hanya dapat menanggung tidak sampai mengganggu seutas rambut pun dari orang-orang benteng Pek Kiam Po"Dalam hati diam-diam Ti Then berpikir keras, asalkan satu tahun telah lewat, dirinya akan meneruskan menjadi suami istri dengan Wi Lian In atau tidak sebenarnya bukan merupakan urusan yang sangat besar, sambil menghela napas panjang sahutnya "Baiklah, tetapi ada satu hal yang harus kau ketahui, bilamana Wi Lian In tidak mau dikawinkan dengan diriku hal itu bukan salahku." "Dengan bakat serta wajahmu" Ujar majikan patung emas itu. "Kemudian di tambah dengan sedikit permainan kemungkinan sekali tidak sampai tiga bulan kau telah berhasil mendapat kecintaannya!" Dia berbenti sejenak, kemudian sambil tertawa lanjutnya lagi. "Yang dimaksud dengan sedikit permainan, selain kau harus berusaha untuk memasuki Benteng Pek Kiam Po dan merebut kepercayaan serta kecintaan dari Wi Ci To dan putrinya kau pun harus menggunakan sedikit kepandaianmu agar Wi Lian In merasa benci dan bosan terhadap "In Tiong Liong atau sinaga mega Hong Mong Ling. Ti Then menjadi tertegun untuk sesaat lamanya dia tak dapat berbuat apa apa tanyanya kemudian: Siapa itu si Naga mega Hong Mong Ling ? "Murid kesajangan dari Wi Ci To, juga merupakan bakal suami dari Wi Lian In. "Haaa??? Wi Lian In sudah dijodohkan kepada orang lain ? "Benar !"sahut Majikan patung emas itu. "Itu merupakan suatu urusan yang baru saja terjadi setengah tahun yang lalu, oleh karena Si naga mega Hong Mong Ling itu tumbuh dengan wajah yang sangat tampan, bakat serta tindak tanduknya pun sangat menarik akhirnya dia berhasil memenangkan hati Wi Lian In sehingga menjadi kekasihnya bahkan dengan demikian dia berhasil pula diangkat Wi Ci To sebagai bakal menantunya." Mendangar penjelasan itu Ti Then mengerutkan alisnya, ujarnya:"Jika demikian adanya, kau menginginkan aku untuk pergi merusak dan mengacau perjodohan orang lain ?" "Tidak!" Sahut majikan patung emas. "Menurut penglihatanku Wi Lian In jauh lebih cocok bila dijodohkan kepadamu dari pada harus dijodohkan dengan Hong Mong Ling itu." "Kau terlaiu memuji" Sahut Ti Then sambil tertawa tawa. Majikan patung emas itu tidak menggubris perkataannya dan lanjutnya lagi. "Secara diam-diam aku pernah mengadakan pemeriksaan dan telah kutemui kalau Hong Mong Ling itu sekalj pun bakatnya sangat bagus tetapi sifatnya sebenarnya tidak baik hati tidak jujur secara sembunyi sembunyi sering dia keluar benteng untuk bermain dengan pelacur-pelacur" Ti Then mengucak-ucak matanya, mendadak tertawa terbahak- bahak, ujarnya. "Ha .. ha .. , ha ... aku sekarang paham, aku sekarang sudah paham benar-benar .... " "Kau sudah memahami tentang apanya?" Tanya majikan patung emas itu sambil tertawa pula. "Kau adalah Pocu dari benteng Pek Kiam Po, sipedang naga emas Wi Ci To, bukankah begitu? " "Ha ..ha ha ..bagaimana kau bisa punya pikiran kalau aku adalah si Pedang naga emas, Wi Ci To?" "Sesudah kau menjodohkan putrimu kepada Hong Mong Ling karena mengetahui kalau perbuatan serta tindak tanduknya tidak lurus sehingga timbullah pikiran untuk membatalkan perjodohan ini, tetapi dikarenakan cintanya putrimu terhadap dirinya sudah sangat mendalam, di dalam keadaan yang sangat kepepet inilah terpikir olehmu akan menggunakan cara ini dan meminta aku pergi merusak hubungan seerta perasaan cinta diantara mereka berdua kemudianmemperisteri putrimu itu, dengan tindakan ini kau akan berhasil menolong putrimu dari penderitaan dikemudian hari." Majikan patung emas itu tertawa terbahak-terbahak lagi sahutnya. "Ha ..ha . otakmu ternyata sangat tajam sekali, hanya sajang semua dugaanmu salah besar. " Ti Then mana mau mempercayai omongannya, sambil tersenjum ujarnya lagi. "Alasanku hingga bisa kerkata demikian adalah ilmu pedang yang kau miliki jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ilmu ilmu yang lain, bahkan sekali pun kau menggunakan kekerasan juga tidak akan mengganggn orang-orang dari benteng Pek Kiam Po itu, tentang hal ini saja sudah cukup membuktikan kalau kau adalah majikan dari benteng Pek Kiam Po itu. " Dengan nada yang sangat kalem dan halus sahut majikan patung emas jtu "llmu pedang dari benteng Pek Kiam Po sekali pun tidak jeiek tetapi dengan ilmu kepandaian yang kau berhasil pelajari sampai kini sudah cukup untuk mengalahkan dia di dalam ratusan jurus saja, sedang mengenai aku sekali pun menggunakan kekerasan juga tidak akan mengganggu seujung rambut pun dari orana orang benteng Pek Kiam Po tetapi aku belum pernah tidak menjetujui kalau kau mau rneninggaikan Wi Lian In sesudah perdianyian kita satu tahun penuh. Bilamana aku adalah Wi Ci To maka aku akan memutuskan kalau selamanya kau tidak diperkenankan meninggalkan dia bahkan harus hidup bersama dengan dia hingga tua, coba kau pikir betul tidak perkataanku ini? Pikiran Ti Then terus berputar, terasa olehnya kalau perkataannia sedikit pun tidak salah bahkan sangat beralasan sekali membuat dia segera terjerumus kedaiam pikiran-pikiran yang sangat ruwet, tetapi dia malas untuk bertanya, lebih banyak lagi dengan perlahan- perlahan mulai merebahkan diri diri di atas batu cadas dimana setiap malam dia tidur, dengan tidak bersemangat tanyanya"Kau masih mau pesan apa lagi?- "Sudah tidak ada" Sahut majikan patung emas. "aku hanya merintahkan padamu di dalam tiga bulan ini kau harus berhasil manyadi suami istri dengan Wi Lian In itu, perkataan lain boleh kita bicarakan tiga bulan kemudian. "Bilamana dia tetap kukuh tidak mau dikawinkan dengan diriku lalu bagaimana? "Bila perlu, gunakanlah tentera dahulu bisa disusul dengan upacara, sehingga urusan jadi kenyataan. Saat itu aku tidak takut kalau dia tidak mau ..he, he... " Sehabis berkata mendadak dia menyatuhkan sebuah buntalan yang kelihatan sangat berat sekali, ujarnya lagi "Di dalam buntalan itu telah aku sediakan tiga ratus tahil uang perak sebagai ongkcos jalanmu besok pagi sesudah kau turun gunung pergilah membeli beberapa buah pakaian yang bagus, kau harus dandan lebih gagah dan lebih perlente" Dengan perlahan Ti Then bangkit dan memungut buntalan uang perak itu, sambil tertawa pahit sahutnya "Semoga saja sebelum aku berhasil mencapai benteng Pek Kiam Po dapat bertemu dengan seseorang yang bisa mengalahkan diriku ." "Hee ..he . kecuali aku serta sikakek pemalas Kay Kong Beng jangan harap di dalam hidupmu ini bisa bertemu ddengan seorang lawan tangguh yang bisa mengalahkan dirimu" Beberapa hari kemudian terlihatlah Ti Then telah munculkan dirinya di atas loteng kedai arak dikota Go-bi dalam keresidenan Siok Si. Dia telah berdiam di atas loteng penjual arak ini selama tiga hari berturut turut. Kedai arak yang memakai merek Go bi lo ini mem punyai bentuk yang paling mewah di dalam kota itu, arak mau pun masakan dari kedai itu pun merupakan yang paling baik dan paling terkenal,tetapi ke semuanya ini bukanlah dikarenakan hal ini saja sehingga loteng "-Go bi Lo" Ini menjadi sangat ramai dan terkenal, alasan yang lebih tepat adalah dikarenakan orang-orang yang setiap hari mengunjungi kedai arak arak itu tak lebih merupakan, orang-orang dari kalangan persilatan. Sedang kedai arak ini dapat digemari oleh orang-orang dari kalangan persilatan alasan yang paling kuat adalah dikarenakan jaraknya dengan benteng Pek Kiam Po sangat dekat sekali. Si kakek pemalas Kay Kong Beng sekali pun dikenal oleh orang- orang Bu lim sebagai jago nomor wahid di dalam dunia saat ini tetapi benteng Pek Kiam Po ini merupakan sebuah partai perguruan yang memiliki kekuasaan paling kuat dalam Bu-lim, oleh karena itulah kota Go-bi ini boleh dikata sudah merupakan kota yang paling banyak dikunjungi oleh orang orang dari kalangan persilatan. Setiap hari Ti Then tentu berada di dalam loteng kedai arak itu hingga jauh malam baru meninggalkan tempat itu, dandanannya masih tetap tidak berubah, ditengah rambutnya yang terurai tidak karuan terbentanglah sebuah wajah yang sangat dengkil, pada tubuhnya pun masih mengenakan pakaian compang camping yang amat kotor hanya saja pelajan dari kedai itu tak ada seorang pun yang berani memandang rendah terhadap dirinya bahkan pelajannya jauh lebih ramah daripada yang lain-lainnya. Karena mereka-mereka itu sudah memiliki pengalaman yang sangat luas sekali, mereka tahu bentuk luaran yang semakin aneh kepandaian yang dimiliki orang itu semakin lihay, tamu-tamu semacam ini tidak boleh diperlakukan tidak sopan barang sedikit pun. Sudah tentu hal ini termasuk juga Ti Then yang memakai pakaian tidak karuan. Seorang pelajan kedai dengan membawa secawan teh wangi dengan perlahannya di letakkan di hadapannya, wajahnya memperlihatkan senjuman yang manis, ujarnya. "Khek-koan si naga mega Hong Mong Ling itu sudah datang. "Tak terasa semangat Ti Then menjadi bangkit kembali, dengan perlahan tanyanya. "Dimana? Dengan cepat pelajan itu mendekati telinganya sambil berbisik sahutnya. "Orang yang memakai baju berwarna hijau muda dan duduk dimeja ketiga dari sini itulah dia orangnya. " Dengan cepat Ti Then menoleh memandang ke sana, terlihatlah dimeja itu duduklah dua orang pemuda yang baru saja duduk tidak lama, salah satu diantara mereka merupakan seorang pemuda yang memakai baju berwarna hijau muda sinaga mega Hong Mong Ling wajahnya sangat tajam, sikapnya gagah dan merupakan seorang lelaki bagus yang sukar di carikan tandingannya, tak terasa lagi diam-diam hatinya memuji, pikirnya. "Hm wajahnya ternyata demikian tampannya bahkan kelihatannya merupakan seorang pemuda yang jujur dan lurus hatinya . He ... he ... tidak disangka kalau pemuda semacam ini ternyata gemar pipi licin dan suka main perempuan" . Begitu pikiran tersebut berkelebat di dalam pikirannya, segera tanyanya lagi dengan perlahan. "Orang yang duduk bersama dia itu siapa?" "He he . .. hi ..hihi" Pelajan itu ternyata hanya tertawa nyaring saja sedang mulutnya tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ti Then segera mengambil keluar sekeping perak dan di lemparkan ke atas bakinya,tanyanya. "Ini ..sudah cukup tidak?" Dengan cepat pelajan itu mengambil kepingan perak tersebut dan dimasukkan ke dalam sakunya, kemudian sambil tertawa barulah sahutnya. "Dia adalah putra dari Hartawan Cang bernama Bun Piauw dengan sebutan "Go-bi Te Ci atau tikus rakus dari Go-bi, dia merupakan seorang putra hartawan yang suka pelesiran, padawaktu dekat-dekat ini sering sekali bersama sama dengan si naga mega Hong Mong Ling bermain dan berpesta, pada waktu seperti ini mereka minum arak di sini tetapi sesudah malam tiba mereka akan secara sembunyi sembunyi pergi ketempat pelacuran Toaw Hoa Yuan mencari pelacur terkenal Liuw Su Cen untuk main-main." "Dimana itu letaknya tempat pelucuran Touw Hoa Yuan ?" Tanya Ti Then sambil manggut-manggut. "Belakang jalan raja ini ?" "Baiklah terima kasih." Tetapi pelajan itu tidak pergi, sambil tertawa ujarnya "Khek koan mencari Hong Kouw-ya dari benteng Pek Kiam Po ini entah ada urusan apa ? " Dengan perlahan Ti Then mengangkat cawannya. dan meneguk habis isinya, kemudian dengan menundukkan kepalanya barulah sahutnya. "Kau mau minta jawaban dari diriku harus beri persen dulu? " Pelajan itu menjadi serba susah dan tidak berani bertanya lebih banyak lagi, sambil tertawa perlahan dia mengundurkan diri dari tempat itu. Dengan cepat Ti Then menghabiskan hidangannya kemudian meletakkan sekeping perak ke atas meja kembali ke dalam penginapannya. Tidak selang lama dia sekali lagi keluar dari penginapan itu, pada saat ini pemilik kedai serta pelajan itu dengan sinar mata yang mengandung keheran-heranan memandang kearahnya. Kiranya seorang pemuda yang rambutnya tidak karuan serta mernakal baju compang camping yang sangat dekil itu kini telah berubah menjadi seorang kongcu yang sangat tampan serta perlente.Tangannya dengan menggojangkan sebuah kipas yang berlapiskan emas dengan langkah serta gaja seorang hartawan dengan perlahannya berjalan menuju kesarang pelacuran Touw Hoa Yuan itu. Pada saat itu malam terah tiba, lampu-ampu mulai dipasang menyinari seluruh tempat, sedang jalanan menuju kesarang pelacuran itu pun kelihatan mulai ramai orang yang lewat. Saat itu Ti Then dengan langkah yang sangat perlahan telah tiba di depan sarang pelacuran, kemudian dengan tanpa riku lagi dia mulai memasuki halaman rumah itu, terlihatlah seorang penjaga tempat itu dengan cepat mempersilahkan dia untuk duduk, menjuguh teh wangi, kemudian barulah sambil tertawa katanya . "Kongcu, kau" "Cepat undang ibu germo kalian ke luar" Sahut Ti Then sambil ulapkan tangannnya, Penjaga itu menjadi termangu-mangu, sambil tertawa paksa ujarnya lagi. "Bilamana kongcu mau mencari seorang nona untuk menemani malam ini hambamu masih bisa mencarikan satu orang untuk kongcu nikmati." "Kau sanggup untuk mencarikan?" Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tanya Ti Then sambil melirik kearahnya. "Benar ..benar" "Kalau begitu sangat bagus sekali aku akan menemui nona Liuw Su Cen?- Penjaga itu menjadi tertegun, tanyanya dengan agak gugup. "Nona..nona Liuw Su Cen?" "Tidak salah" Sahut Ti Then sambil mengangguk. Air muka penjaga itu segera berubah menjadi merah padam, dengan gugup. ujarnya:"Ini . ini . ini ." "Bagamana ? tidak bisa bukan ? " Ujar Ti Then sambil tertawa dingin tak henti-hentinya. "Benar" Sahut penjaga itu sambil ter tawa paksa." Hanya nona Liuw seorang yang harus ditentukan oleh Ku-Ie. " Dari dalam sakunya Ti Then mengambil keluar uang perak sebanyak sepuluh tail dan dilemparkan kearahnya, sahutnya. "Cepat undang Ku-Ie itu datang kemari ? " Satu kali keluar uang telah memerseni sebanyak sepuluh tail perak, sekali pun pun cucu raja atau hartawan pun juga tidak akan sebanyak itu. Dengan cepat penjaga itu menerima uang sepuluh tail perak tersebut, saking girangnya air mukanya telah berubah menjadi pucat pasi, beberapa kali dia mengucapkan terima kasihnya kemudian dengan cepat putar tubuh dan pergi. Tidak selang lama seorang wanita berusia pertengahan yang berdandan amat menjolok telah keluar dan mendekati diri Ti Then. Dangan segera Ti Then bangkit, tanyanya. "Ku Ie..?" Wanita berusia pertengahan itu mengangguk, sambil tertawa matanya tak henti-henti nya melirik kearahnya, kemudian barulah tanyanya. "Kongcu she apa??" "Aku she Lu "Ooh . Lu kongcu, entah berasal dari mana???" Tanya Ku le itu sambil tertawa. "Tiang An" "Ooh.. senjuman yang menghiasi bibir wanita itu pun semakin manis ""Kiranya adalah Lu Toa Kongcu yang telah datang menyambangi, maaf. .. maaf, aku tidak datang menyambut" Ti Then hanya tertawa tawar, sahutnya. "Mana, mana" "Silahkan duduk, Silahkan daduk. Kemudian kuberkata pada penjaga yang berada di samping tubuhnya. "Cepat kau sediakan sepoci teh wangi yang paling terkenal. " Penjaga itu segera menyahut dan pergi melakukan perintahnya, setelah itulah si Ku Ie itu barulah duduk di hadapan Ti Then, sambil tersenjum katanya. "Lu Toa Kongcu adalah seorang cerdik pandai yang telah sangat terkenal di kota Tiang An, baik di dalam hal surat mau pun pelesiran semuanya merupakan ilmu yang telah terkenal diseluruh tempat, ini hari dapat berkunjung ketempat ini sungguh merupakan kebahagiaan dari kami semua" "Ha ..ha.. mana, manaaku pernah mendengar katanya wajah dari nona Liuw amat cantik bahkan tak ada bandingannya di dalam kota ini kali ini dari tempat jauh aku datang kemari harap Ku Ie mau memenuhi harapanku ini. " Ku Ie itu menjadi demikian girangnya, sahutnya dengan cepat. "Su Cen bisa mendapatkan perhatian yang demikian besarnya dari Lu Toa kongcu sungguh sangat beruntung sekali, harap kongcu tunggu sebentar aku akan panggil dia datang. Sehabis berkata dengan cepat dia bangkit dan berlalu. Tidak lama kemudian seorang gadis cantik yang mem punyai bentuk tubuh ramping kecil serta sangat padat dengan sangat menggiurkan sekali berjalan di belakang tubuh Ku le itu, lagaknya kemalu maluan seperti seorang gadis pemalu.Pelacur terkenal Liuw Su Cen ini usianya baru tujuh-delapan belas tahunan, mem punyai bentuk wajah seperti kwaci, alisnya hitam disertai dengan sepasang matanya yang sangat indah, bibirnya kecil mungil berwarna merah sedang kulit tubuhnya putih bersih bagaikan salju, ditambah lagi dandanan yang memakai barang yang paling mahal, sehingga sangat mirip sekali dengan seorang bidadari yang turun dari kahjangan. Ku le yang melihat sikap kemalu maluan darinya segera menarik ke hadapan Ti Then, sambil tertawa ujarnya. "Cen-ji, cepat beri hormat kepada Lu Toa Kongcu ini, dia adalah putra dari panglima Tiang An Pembesar Lu Aan merupakan seorang siucay yang sangat terkenal dikota Tiang An, ini hari dengan tidak menghiraukan perjalanan yang jauh datang menyambangi dirimu." Dengan sikap, yang mash kernalu-maluan Liuw Su Cen dengan sangat hormatnya memberi hormat pada Ti Then, kemudian dengan merdu ujarnya . "Lu Toa kongcu harap memberi petunjuk. " Ku le itu pun tersenjum, ujarnya kemudian. "Sudahlah, marl aku akan memimpin kongcu menuju ke dalam kamarnya," Ti Then dengan tanpa sungkan lagi berdiri dan mengikuti di belakang tubuhnya berjatan masuk, sesampainya di depan pintu sebuah kamar yang pintunya tertutup horden dengan perlahan Ku Ie itu mendorong dirinya artinya menjuruh dia masuk ke dalam kemudian barulah ujarnya dengan perlahan . "Aku akan pergi memerintah orang untuk membantu kongcu menjediakan arak serta sedikit sajuran. " Sehabis berkata dengan perasaan yang amat girang meninggalkan tempat tersebut. Dengan perlahan-lahan Ti Then menyingkap tirai itu dan berjalan masuk, terlihatlah Liauw Su Cen itu dengan menundukkankepalanya duduk di depan meja rias segera dia maju ke depan memberi hormat, sambil tersenjum ujarnya. "Kedatanganku yang mengganggu ketenangan nona harap nona tidak sampai marah. Liuw Su Cen pun segera membungkukkan tubuhnya membalas hormat, sahutnya sambil tersenjum. "Mana, mana kongcu silahkan duduk." Dengan perlahan Ti Then duduk ke atas kursi sedang matanya dengan tak henti-hentinya berputar menikmati keindahan dari kamarnya itu, diam-diam pikirnya. "Hm .. tak nyana kamar ini dapat diatur demikian rapi serta indahnya Sinar matanya dengan perlahan dialihkan ke atas wajah gadis itu, dan katanya." "Aku telah lama mendengar tentang kecantikan serta kecerdikan dari nona setelah bertemu hari ini dan dapat melihat dengan mata kepala sendiri atas kecantikan wajah nona membuat aku benarbenar merasa sangat beruntung sekali. "Ha.. .kongcu terlalu memuji, dengan kejelekan wajahku ini ternyata bisa mendapatkan pujian serta perhatian dari kongcu membuat aku merasa amat malu. " "Aku dengar katanya nona Liuw bukan saja berwajah cantik tetapi kepandajan di dalam menari menyanyi mau pun membuat syair sangat tinggi sekali, malam ini aku sangat mengharapkan nona mau memamerkan di hadapanku agar aku benar benar terbuka mata untuk menikmatinya. - Wajah Liuw Su Cen itu segera berubah menjadi kemerah merahan, ujarnya dengan kemalu maluan. "Hanya sedikit permainan yang sangat jelek masih mengharapkan Lu kongcu jangan sampai mentertawakan."Pada saat kedua orang bercakap-cakap itulah seorang pelajan dengan membawa arak serta sajuran masuk ke dalam kamar. Liuw Su Cen melihat sajur serta arak telah dihidangkan, dengan lemah lembut yang sangat menggiurkan ujarnya. "Kongcu silahkan duduk." "Terima kasih atas perhatian nona." Begitulah kedua orang itu segera duduk saling berhadapan, dengan perlahan Liuw Su Cen mulai mengangkat poci arak dan memenuhi cawan Ti Then kemudian cawannya sendiri, ujarnya. "Aku akan menghormati kongcu dengan satu cawan terlebih dahulu" Segera Ti Then mengangkat cawannya dan meneguk isinya hingga habis. Tiba-tiba dilihatnya Liuw Su Cen sambil menutupi mulutnya dengan tangan tertawa merdu tak henti-hentinya seperti teringat akan sesuatu yang sangat lucu baginya: Ti Then, menjadi tertegun dibuatnya, tanyanya "Kenapa nona tertawa?" "Nama besar dari Lu kongcu kudengar sangat lama sekali" Sahut Liuw Su Cen sambil tetap tertawa. "Tetapi setelah bertemu ini hari ternyata jauh berbeda dengan apa yang aku dengar" "Ooh." Sahut Ti Then sambil tertawa pula. "entah menurut kabar yang kau dengar Lu Kongcu itu orangnya bagaimana? dan Lu kongcu yang kau lihat ini hari bagaimana pula?? " "Bila aku katakan harap kongcu jangan sampai marah" "Ooh ... tentu tentu aku tidak marah, harap nona cepat katakan Dengan manyanya Liuw Su Cen itu tersenjum senjum, kemudian barulah ia berkata"Menurut kabar yang aku dengar katanya Lu Kongcu jadi orang suka pelesiran dan gemar bermain main dengan perempuan bahkan jadi orang amat sombong, sedang kini setelah aku bertemu dengan Lu kongcu sendiri ternyata sama sekali tidak tampak adanya tanda- tanda seperti itu, bahkan sikapnya sangat gagah serta jujur. Mendengar perkataan itu Ti Then tertawa terbahak-bahak, katanya. "Nona terlalu memuji, aku memang merupakan seorang yang sangat sombong dan suka menangan sendiri, kalau nona tidak percaya boleh kau lihat nanti" "Di samping itu" Ujar Liuw Su Cen sambil tersenjum," Pada alis kongcu kelihatan samar-samar mengandung perasaan sedih serta bingung agaknya dalam hati masih punya urusan yang sangat memakan pikiran, tentang hal ini juga tidak mirip dengan apa yang aku dengar..." "Ooh..kiranya nona pun masih pandai melihat wajah orang" "Ehm..hanya memandang saja juga bisa, kali ini kongcu meninggalkan kota Tiang An tentunya bukan dikarenakan untuk mencari kesenangan saja bukan?" "Aku datang karena tertarik oleh nama serta kecantikan dari nona, urusan yang lain tidak ada" "Baiklah, bagaimana kalau aku memainkan satu lagu untuk kongcu dengarkan" Maka mulailah dia mengambil khim dan menyanyikan sebuah lagu, lagu ini memiliki nada kesedihan yang amat mendalam. Ditengah alunan suara yang sangat merdu itu nada suaranya membawa kesedihan yang tak terhingga, membuat orang yang mendengar suara nyanyian itu tak terasa tergerak juga hatinya. Dengan perlahan Ti Then meletakkan kembali cawan araknya, sambil tertawa tawar ujarnya:"Nyanyian dari nona keluar dari dasar lubuk hati, membuat orang yang mendengarkannya ikut juga terjerumus ke dalam lembah kesedihan. Hei.. sekarang aku tidak ingin memikirkan urusan yang membuat kesedihanmu timbul kembali harap kau pun jangan menyanyikan lagu yang bisa membuat air mataku meleleh keluar " Liuw Su Cen hanya tersenjum saja, sesaat kemudian barulah sahutnya dengan perahan . "Kalau memang demikian adanya, aku akan menyanyikan sebuah lagu yang lebih enak lagi. " Jari tangannya yang ramping kecil serta halus itu mulai bermain diantara senar-senar Khiem tersebut, baru saja dia akan mulai menyanyi tiba-tiba diluar pintu kamar itu berkumandang datang suara tiga kali ketukan. "Siapa?" "Aku." "Ooh..Ku le, silahkan rnasuk. Ku Ie dengan perlahan mendorong pintu dan berjalan masuk, kenapa Ti Then dia hanya tersenjum-tersenjum saja sedang langkah kakinya meneruskan perjalanannya hingga di samping tubuh Liuw Su Cen, ujarnya kemudian dengan suara yang perlahan di samping telinganya. " Ku le ..beritahukan saja padanya kalau tubuhku ini hari masih tidak enak, suruh besok datang lagi. Ku le segera melirik sekejap kearah Ti Then, sedang pada wajahnya pun terlihat terlintas senjuman yang dipaksa, ujarnya. "Tidak mungkin. Bilamana bilang tubuhmu tidak enak tentu dia akan paksa masuk juga. Air muka Liuw Su Cen segera berubah ujarnya dengan agak gusar."Kalau begitu bilang saja padanya kalau aku sekarang masih ada tamu, suruh dia besok kembali lagi. "Tetapi dia sukar sekali untuk bisa datang kemari, bagaimana kini menjuruh dia pulang dengan tangan kosong?" "Ku le," Ujar Liuw Su Cen dengan nada yang tidak senang. "Kau hanya mengajari aku tiara menari, cara menghadapi orang lain tetapi belum pernah kau beri pelajaran tentang cara memisahkan tubuh menjadi dua ? " "Aku lihat kau budak semakin bicara semakin tidak genah-genah" "Kalau begitu kau suruh aku harus berbuat bagaimana? " Dengan setengah berbisik sahut Ku Ie itu. "Keluar temuilah dia sebentar asalkan kau sudah bicara beberapa patah kata dengan dia sudahlah cukup, pokoknya tidak sampai membuat dia merasa tersinggung." Liuw Su Cen ragu ragu sejenak kemudian barulah dia menoleh tersenjum kepada Ti Then ujarnya "Kongcu, aku ada sedikit urusan yang harus dikerjakan segera kini mohon pergi sebentar tentu kongcu tidak akan marah bukan? "Siapa yang telah datang? , tanya Ti Then dengan nada yang kurang senang. "Ooh ..seorang ..seorang tamu yang tidak boleh aku singgung perasaannya dia baru saja datang." Sahutnya dengan kemalu maluan. "Kenapa tidak boleh menyinggung perasaannya ? " "Karena dia punya asal usul yang terkenal- sahut Liuw Su Cen sambil menundukkan kepalanya. "Orang orang yang bisa berkenalan dengan nona tentu paling sedikit harus punya asal usul yang terkenal, tetapi malam ini aku harus lihat dulu sebenarnya siapakah orang itu, bilamana asalusulnya tidak bisa mengalahkan asal usuIku, maka silahkan dia cepat cepat menggelinding dari sini," Ku le melihat sikapnya yang ketus serta sombong itu tak terasa lagi mendiadi sangat cemas, dengan cepat ujarnya. "Kongcu harap jangan bicara begitu sekali pun dia bukan putra atau murid dari seorang pembesar kerajaan tetapi merupakan seorang yang telah sangat terkenal sekali namanya, orang orang seperti kami ini mana berani menyinggung perasaannya." Sepasang alis Ti Then dikerutkan dalam-dalam, dengan tidak sabar tanyanya. "Siapa toh sebenarnya orang itu ?" "Seorang pendekar pedang dari benteng Pek Kiam Po yang disebut sebagai sinaga mega Hong Mong Ling." "Hu" Ujar Ti Then "Aku kira siapa orangnya yang begitu terkenal serta terhormatnya, tidak terkira hanya seorang budak kasar yang suka main kepalan" Baru perkataan itu diucapkan mendadak. "Brak" Pintu kamar itu telah diterjang hingga rubuh, seorang pemuda dengan sangat gagahnya telah berdiri di depan pintu kamar itu, dengan nada yang berat dia tertawa dingin tak henti- hentinya,ujarnya "Tidak salah" Cayhe adalah seorang budak kasar yang suka main kepalan saja yang bisa memaksa seseorang berlutut di hadapannya sambil memaki ajah ibunya sendiri " Orang yang baru saja datang itu tidak lain adalah si naga mega Hong Mong Ling adanya, dan di belakang tubuhnya berdirilah seseorang yang tidak lain adalah si tikus rakus dari Go-bi, Cang Bun Piauw. Dengan pandangan yang sangat dingin Ti Then melirik sekejap kearahnya kemudian barulah bentaknya"Bocah bangsat dari mana yang berani mengganggu kesenangan dari Kongcu Ya mu?? apa kalian sudah bosan hidup lebih lama lagi?" Ku Ie yang melihat mereka berdua dengan sama-sama gusar telah saling berhadapan segera menjadi gugup dan bingung dibuatnya, sambil menggojang-gojangkan tangannya ujarnya . "Kalian berdua jangan gusar, semuanya ini adalah salahku. Hei...Hong Siangkong mari aku kenalkan kepada kalian, Kongcu ini adalah putra kesajangan dari Panglima perang Lu Ko Sian Lu Thayjin dari kola Tiang An, ini hari dia " Dengan sangat kasar si naga mega Hong Mong Ling itu mendorong dia ke samping kemudian dengan langkah yang lebar berjalan masuk ke dalam kamar, sinar matanya dengan sangat tajam memandang Ti Then tanpa berkedip sedang mulutnya tertawa dingin tidak henti-hentinya, ujarnya kemudian . " He ..he . Hm . Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hm.. Kiranya adalah seorang pemuda yang gemar pelesiran. Sungguh bagus sekali, aku Hong Mong Ling selamanya memang paling suka mencari gara-gara dengan seorang Kongcu yang dojan pelesiran. Berkata sampai di situ mendadak suara ucapannya berubah, dengan keras bentaknya . "Bertutut!" Ti Then sama sekali tidak menggubris dirinya malah dengan tenangnya dia mengangkat poci berisi arak dan dituangkan ke dalam cawannya setelah itu dengan perlahan diteguknya hingga habis, kepada Liuw Su Cen ujarnya. "Nona Liuw bukankah kau tadi bilang mau menyanyikan sebuah lagu untukku!" Sejak munculnya Hong Mong Ling ditempat tersebut dengan perlahan-lahan Liuw Su Cen telah menyingkir keujung kamar, kini mana dia berani mengucapkan sepatah kata pun.Hong Mong Ling melihat perkataannya sama sekali tidak digubris bahkan seperti di sampingnya tidak terdapat orang dengan seenaknya bergerak, tak terasa lagi kegusarannya memuncak. Sambil tertawa dingin tubuhnya dengan cepat menubruk maju ke depan telapak kanannya men jambar mencengkeram urat nadi ditangan kanan Ti Then. Sambarannya ini dilakukan bagaikan kilat cepatnya, sekali pun orang yang memiliki kepandaian silat pun belum tentu bisa menghindarkan diri dengan mudah. Tetapi gerakan dari Ti Then jauh lebih cepat beberapa kali lipat dari dirinya. Tangan kanannya sedikit diangkat ternyata telah berhasil mencengkeram urat nadinya terlebih dahulu, kemudian disusul tangannya melayang dan diputar sepasang kaki Hong Mong Ling segera meninggalkan tanah, tubuhnya bagaikan sebuah baling- baling berputar dengan kencangnya ditengah udara. Sebelum tubuhnya rubuh ke atas tanah belakang batok kepalanya telah keburu kena hajaran telapak tangan Ti Then. Begitu tubuhnya rubuh ke atas tanah, dia segera jatuh tak sadarkan diri sedang tubuhnya dengan terlentang kaku bersandar di bawah kaki Ti Then. Si tikus rakus dari Go-bi Cang Bun Piauw begitu melihat gelagat tidak baik dengan cepat memutar tubuhnya siap lari keluar dari kamar itu, siapa tahu baru saja kakinya diangkat siap lari belakang batok kepalanya telah keburu dihajar oleh cawan arak yang dilontarkan Ti Then, tak tertahan lagi tubuhnya sedikit bergojang dan jatuh rubuh tak sadarkan diri pula di atas tanah. Melihat kejadian yang berlangsung hanya sekejap itu tetapi sangat mengejutkan tersebut tak tertahan lagi air muka Ku le berubah menjadi pucat pasi, teriaknya.. "Celaka : wah ..celaka "bencana ini terlalu besar mak ."Dengan tenangnya Ti Then bangkit berdiri dan menggusur tubuh si tikus rakus dari Go-bi, Cang Bun Piauw, itu ke dalam kamar, kemudian berjaian kembali ke tempat semula, ujarnya sambil tersenjum "Jangan takut, sekali pun ada urusan yang lebih besar pun aku ada di sini yang menanggung" Dengan wajah yang hampir menangis kata Ku le itu lagi "Lu kongcu kau tidak tahu sekali pun kau berhasil mengalahkan dirinya tetapi bagaimana pun juga merupakan tamu dari tempat kami ini, begitu kongcu nanti meninggaikan tempat ini urusan sudah beres, sedang kami. harus tetap menetap ditempat ini seteiah terjadinya urusan ini kami Touw Hoa Yuan juga akan sulit untuk menghindarkan diri dari bencana" Mendengar perkataan itu Ti Then tertawa nyaring sahutnya "Ku Ie, pengetahuanmu terhadap benteng Pek Kiam Po itu seberapa banyak?" "Nama benteng Pek Kiam Po telah menggetarkan seluruh dunia, pendekar-pendekar pedang dari dalam Benteng pun tak seorang pun yang bukan merupakan jago berkepandaian tinggi, tentang ini semuanya sudah mengetahui dengan sangat jelas" "Tetapi ada satu urusan yang tidak kau ketahui" Ku le menjadi termangu-mangu, tannya . "Urusan apa ??" "Orang-orang Benteng Pek Kiam Po dari Pocu sendiri Wi Ci To sampai bawahannya pun dan murid-muridnya semuanya merupakan orang yang jujur dan berpikiran lurus, mereka tidak mungkin akan bermain atau membalas dendam terhadap Touw Hoa Yuan mu ini hanya dikarenakan urusan sekecil ini. " Ku Ie memandang sekejap kearah si naga mega Hong Mong Ling yang rubuh terlentang di atas tanah, dengan ragu-ragu ujarnya:"Tentang ini sukar untuk dibicarakan, misainya saja dengan Hong Siangkong ini, dia" Ti Then tertawa terbahak-bahak, potongnya. "Dia pun tidak pernah melakukan kejahatan-kejahatan yang melampaui batas hanya sajang jadi orang dia punya sedikit cacad jaitu gemar akan pipi licin dan suka main perempuan" Dia berhenti sejenak kemudian tambahnya. "Apalagi Hong Mong Ling yang sering mencari kesenangan ditempat ini semuanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi sehingga tidak diketahui oleh bakal mertuanya, ini hari dia mendapatkan sedikit kerugian sekali pun telah pulang juga tidak berani lapor, maka itu kau legakanlah hatimu." Dengan perlahan-perlahan Ku Ie menghembuskan napas, ujarnya kemudian . "Perkataan memang Kongcu ucapkan seperti itu, hanya aku takut kalau Hong siangkong ini menyatuhkan seluruh kegusarannya kepada diri kami dikemudian hari." "Aku akan menyamin kalian kalau sejak hari ini dia tidak akan berani menginyak tempat ini lagi." Ku Ie memandang sekejap lagi kearah Hong Mong Ling yang rebah tak sadarkan diri di atas tanah, tanyanya "Kini dia jatuh tak sadarkan diri ditempat ini, kita harus berbuat bagaimana?." " Kau punya kereta kuda ?" "Ehm..ada sebuah, biasanya digunakan nona-nona untuk pesiar keluar kota" "Perintahkan orang-orang untuk siapkan kereta, aku akan menghantar sendiri mereka-mereka ini ke dalam benteng Pek Kiam Po"Mendengar perkataan itu Ku Ie menjadi sangat terkejut, tanyanya. "Kongcu tidak takut dengan orang-orang dari benteng Pek Kiam Po?" "Aku ada cara untuk menghadapi mereka" Sambil menuding kearah Cang Bun Piauw ujarnya Ku Ie itu lagi. "Cang siangkong ini bukan anggota dari benteng Pek Kiam Po, apa kongcu juga akan menghantar dia ke dalam Benteng?" "Tidak salah" Sahut Ti Then sambil mengangguk. Dalam hati Ku Ie memangnya mengharapkan semua urusan dengan cepat dibereskan perkataan itu dengan cepat dia keluar kamar untuk menyiapkan kereta. Setelah Ku Ie berlalu dari dalam kamar barulah dengan perlahan Ti Then memutar tubuhnya, ujarnya kepada Liuw Su Cen sambil tersenjum "Heeiaku telah membuat kesalahan kepada kawan nona, harap nona tidak menjadi marah" Pada saat ini sebaliknya pada wajah Liuw Su Cen menampilkan perasaan girangnya, sambil tertawa sahutnya "Lu Kongcu harap jangan bicara demikian, Hong siangkong ini memang seharusnya mendapatkan hajan, aku sama sekali tidak punya perasaan apa pun terhadap dirinya, pada waktu-waktu yang lalu pun aku terpaksa baru mau menemui dia" Berkata sampai di situ, mendadak dia merendahkan nada suaranya, tanyanya. "Lu kongcu pada kemudian hari apa kau mau datang lagi?" "Tentang ini sukar dipastikan mungkin datang mungkin tidak datang lagi. .. "Air muka Liuw Su Cen berubah menjadi kemerah merahan, sambil menundukkan kepalanya dia tertawa malu-malu katanya. "Bilamana kongcu tidak menampik harapanku ini dan tidak bosan dengan wadiahku harap mau datang berkunjung lagi," " Baiklah" Sahut Ti Then sambil mengangguk. "Kalau aku ada waktu yang luang tentu akan segera berangkat kemari" Pada saat itulah Ku Ie dengan perlahan berjalan masuk, katanya. "Kereta kuda sudah dipersiapkan, kongcu akan berangkat kapan.?" "Sekarang juga" Sahutnya sambiI bangkit berdiri. Sehabis berkata dari dalam buntaiannya dia mengambil keluar ratusan tail uang perak yang dengan perlahan diletakkan ke atas meja, kemudian membungkuk memanggul tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw berjalan keluar dari kamar itu. Perintah Maut Karya Buyung Hok Naga Merah Bangau Putih Karya Kho Ping Hoo Kidung Senja Di Mataram Karya Kho Ping Hoo