Pendekar Patung Emas 20
Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 20
Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong "Lohu sudah menanyai dirinya amat jelas, hal ini tidak ada sebab- sebab lainnya lagi" Jawab Wi Ci To keren. "Pada waktu yang lalu pinceng punya jodoh untuk bertemu beberapa kali dengan Hu Pocu, terhadap sikapnya sedikit banyak mengenal juga, tidak kusangka dia ternyata membantu seorang sutitnya yang berwatak buruk. Hei sungguh sayang. sungguh sayang. ." Pada mulutnya dia menghela napas tak henti-hentinya pada hal di dalam hatinya dia bermaksud tidak percaya. "Tadi sewaktu berada diluar kota Go bi Hong Siauw sicu sudah mengatakan suatu alasan lain lagi" Sambung Yuan Kuang Thaysu. "Dia bilang sesudah Ti Siauw sicu memperoleh kitab pusaka Ie Cin Keng itu lalu mau dipersembahkan kepada Wi Losicu dengan syarat putri dari Wi Lo sicu harus dikawinkan dengan dia, menurut omongannya tadi agaknya Wi Losicu sudah setuju, karena itu ikatan perkawinannya dengan Hong Siauw sicu baru dibatalkan, sayangnya karena Wi Lo sicu takut Hong Siauw sicu sudah bocorkan rahasia ini maka sudah perintahkan kepada Ti Siauw sicu untuk bunuh dia." Air muka Wi Ci To segera berubah amat hebat, dengan menganduug perasaan ujarnya dengan berat:"Lalu Ciangbun thaysu mempercayai perkataannya???" "Sudah tentu lolap tidak berani percaya begitu saja atas semua omongannya, tapi perkataan dari Hong siau sicu memang beralasan karena itu sedikit banyak Lolap percaya juga" "Jadi maksud Ciangbun thaysu, Lohu selalu pandang tinggi sebuah kitab pusaka semacam Ie Cin Keng itu???" Seru Wi Ci To tertawa dingin. Yuan Kuang Thaysu hanya berdiam diri tidak menyawab. "Terus terang saja lohu katakan, Kitab pusaka Ie Cin Keng itu dipandangan orang lain mungkin dianggap sebagai suatu pusaka yang amat berharga, tapi di dalam pandangan Lohu sama sekali tidak menarik" Yuan Kuang Thaysu hanya tersenyum saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun, sikapnya yang tenang ini menunjukkan kalau dia sangat tidak ingin terjadi bentrokan dengan Wi Ci To. Ujar Wi ci To lagi. "Lohu bisa hapuskan ikatan jodoh antara putriku dengan murid terkutuk itu semuanya dikarenakan mengetahui dia sudah main perempuan ditempat luaran, bahkan sudah terpincut seorang perempuan pelacur. Pelacur itu adalah Liuw Su Cen dari rumah pelacuran Touw Hoa Yuan di dalam kota, tentang urusan ini si ibu germo Ku Ie sempat tanya Hartawan cang, Cang Bun Piauw boleh ditanyai sebagai saksi. jika ciangbun thaysu tidak percaya kau boleh pergi tanyai mereka-mereka itu" Yuan Kuang Thaysu dengan perlahan menghela napas panjang. "Wi Lo sicu jadi orang jujur bahkan utamanya sangat dihormati di Bu lim, seharusnya perkataan yang diucapkan Lolap tidak boleh menaruh curiga tapi Lolap masih ada urusan yang belum jelas." Berbicara sampai di sini dia melirik sekejap ke arah Ti Then. " Urusan apa yang ciangun thaysu belum jelas?" Tanya Wi Ci To segera."Menurut omongannya It sim" Ujar Yuan Kuang Thaysu sambil menuding kearah si hwesio berwajah riang itu. " Kepandaian silat dari Ti Siauw sicu amat lihay sekali, jika dibicarakan dari kepandaian silatnya yang dimiliki sekarang ini sangat tidak sesuai dengan usianya yang masih begitu muda, bila dikatakan Ti Siauw sicu tidak memperoleh kitab pusaka Ie Cin Keng bagaimana dia bisa demikian lihaynya?" Mendengar omongan itu Wi Ci To segera angkat kepalanya tertawa terbahak-bahak. "Yang Ciangbun thaysu maksudkan apakah di hadapan It sim thaysu Ti Kiauw tauw sudah pukul rubuh sebuah pohon raksasa hanya di dalam satu kali pukulan itu?" "Benar" "Kepadaian Ti Kiauw tauw bukan hanya di dalam ilmu telapak saja yang lihay, bahkan di dalam ilmu meringankan tubuh serta ilmu pedang jauh lebih lihay lagi." "Maka itulah jika bukannya dia sudah memperoleh kitab pusaka Ie Cin Keng bagaimana dia bisa mencapai tingkat seperti itu? " Senyum yang menghiasi wajah Wi Ci To mendadak lenyap tanpa bekas, dengan nada serius ujarnya. "Sekarang Lohu mau bertanya di dalam kitab pusaka Ie Cin Keng dari kuil kalian itu apa juga membuat jurus ilmu pukulan" "Di dalam kitab pusaka Ie Cin Keng itu hanya khusus memuat cara-cara untuk melatih badan, sekali pun tidak memuat adanya jurus-jurus ilmu pukulan mau pun ilmu pedang tapi jika sudah berhasil melatih sim hoat yang termuat di dalam, untuk mempelajari ilmu-ilmu dari partai lain boleh dikata amat mudah sekali" Wi Ci To tertawa terbahak-bahak lagi. "Apakah di dalam hal jurus-jurus serangan pun bisa dipahami tanpa ada yang membimbing?" Tanyanya. "Boleh dikata memang demikian-""Dengan usia Ti Then sekarang ini jika dia sudah berhasil melatih sim Hoat tersebut apakah bisa digunakan untuk pukul rubuh diri Ciangbun thaysu?" Tanya Wi Ci To lagi. Agaknya Yuan Huang Thaysu sama sekali tak menduga dia bisa mengajukan pertanyaan semacam ini, untuk berapa saat lamanya barulah jawabnya. "Sekali pun belum bisa memukul rubuh diri lolap tapi kemungkinan bisa berada dalam kedudukan seimbang." Senyuman mulai menghiasi kembali wajah Wi Ci To. "Jadi maksud Ciangbun thaysu sekali pun Ti Kiauw tauw sudah berhasil memperoleh sim Hoat dari kitab pusaka Ie cin Keng, paling tinggi juga hanya bisa mencapai kedudukan seimbang saja dengan kepandaian Ciangbun thaysu?" Sekali lagi Yuan Kuang Thaysu merasa ragu-ragu, kemudian barulah dia mengangguk. "Mungkin memang begitu." "Kalau begitu" Ujar Wi Ci To lagi dengan sinar matanya yang berkedip-kedip "Jika Ti Kiauw tauw bisa mengalahkan diri ciangbun thaysu, apakah hal itu cukup untuk membuktikan kalau kepandaian silat yang dimilikinya sekarang ini bukan berasal dari kitab pusaka le Cin Keng??" Yuan Kuang thaysu tak tahu apa maksudnya untuk mendesak dirinya dengan pertanyaan yang membuat dirinya sukar untuk memberikan jawaban itu, segera dia balik bertanya. "Apakah menurut pandangan Wi Lo sicu dengan kepandaian Ti siuw sicu sekarang ini bisa mengalahkan Lolap?" "Harap ciangbun thaysu jawab pertanyaan dari aku orang she Wi memberi jawab pun atas perkataan Ciangbun thaysu tadi." Tanpa terasa lagi Yuan Kuang thaysu sudah melirik sekejap kearah diri Ti Then, diam-diam dalam hatinya berpikir terus. Walau pun dirinya belum pernah melihat kitab pusaka Ie Cin Keng itu tetapi dari ciangbunyin yang terdahulu sudah pernah mempelajariilmu tersebut ditambah lagi dengan latihan sendiri selama puluhan tahun, sudah tentu tidak mungkin bisa di kalahkan oleh seorang pemuda yang baru saja mempelajari kitab pusaka Ie Cin Keng, karenanya segera dia menganguk. "Baiklah." Sahutnya "Jika Ti Siauw sicu bisa mengalahkan Lolap maka hal ini bisa dibuktikan kalau kepandaian silatnya bukan berasal dari kitab pusaka Ie Cin Keng." Wi Ci To tersenyum kegirangan- "Kalau begitu ciangbun thaysu sudah menyanggupi untuk bertanding dengan diri Ti Kiauw tauw?" Desaknya. Keadaan Yuan Kuang Thaysu waktu ini sudah menyerupai duduk di punggung harimau, untuk maju salah untuk mundur pun salah, terpaksa dia mengangguk kembali. "Benar." Perlahan-lahan Wi Ci to menoleh kearah Ti Then, ujarnya sembari tersenyum. "Ti Kiauw tauw inilah kesempatan yang paling bagus buatmu untuk membersihkan diri dari fitnah itu, maukah kau minta sedikit pelajaran dari ciangbun thaysu?" Di dalam anggapan Ti Then untuk memukul rubuh seorang ciangbunyin mungkin bisa merusak nama baik orang lain, ketika mendengar perkataan itu dengan gugup sahutnya. "Jika ada cara yang lain kita digunakan untuk membersihkan fitnah ini lebih baik jangan main kekerasan saja" "Hal ini haruslah minta petunjuk dari ciangbun thaysu." Sambung Wi Ci To cepat-cepat sembari tertawa. Ti Then segera merangkap tangannya memberi hormat kepada Yuan Kuang Thaysu, ujarnya dengan hormat. "Selain diselesaikan dengan kekerasan harus menggunakan cara apa lagi Ciangbun thaysu baru mau percaya kalau cayhe tidak pernah memperoleh kitab pusaka Ie Cin Keng?"Air muka Yuan Kuang Thaysu berubah keren, lama sekali dia berpikir tapi akhirnya jawabnya. "Lolap tidak punya cara yang lebih baik lagi.." "Kalau memang betul-betul ingin menggunakan kekerasan cayhe punya satu permintaan harap Ciangbun thaysu mau penuhi" "Siauw sicu silahkan bicara" "Kita jangan bergebrak di sini, bahkan tidak diperkenankan orang ketiga hadir di dalam kalangan pertempuran, Ciangbun thaysu bersama-sama cayhe lebih baik cari satu tempat yang sunyi untuk bertanding, siapa menang siapa kalah tidak usah diberitakan keluar, Bagaimana??" Waktu itu Yuan Kuang Tbaysu sedang merasa kuatir kalau dirinya menemui kekalahan di tangan pemuda itu, mendengar perkataan ini hatinya menjadi amat girang dengan senyuman manis sahutnya. "Bagus sekali, tetapi lolap juga ada permintaan, kalau di dalam pertandingan ini beruntung Lolap yang menang masih mengharapkan Siauw sicu mau serahkan kitab pusaka Ie Cin Keng itu secara rela hati sehingga dapat lolap bawa kembali kekuil Siauw lim si" Ti Then terpaksa tertawa pahit. "Di dalam dunia ini tidak ada barang yang lebih berharga dari nyawa sendiri, jikalau cayhe sudah kalah dan tidak sanggup mengembalikan kitab pusaka Ie Cin Keng itu, Ciangbun Thaysu masih bisa membawa batok kepala cayhe untuk dibawa pulang." Yuan Kuang Thaysu segera merangkap tangannya di depan dada. "Omintohud..omitohud ." Pujinya kepada sang Budha. "Lolap adalah pendeta Budha, tidak berani melakukan pembunuhan kepada sesama manusia" "Kalau begitu, cayhe rela bunuh diri di hadapan ciangbun thaysu" Yuan Kuang Thaysu sekali lagi menghela napas panjang."Loalap hanya menginginkan kitab pusaka Ie Cin Keng dapat dikembalikan kepada kuil kami, yang lain sama sekali tidak mengharapkan" "Bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?" Ujar Ti Then sambil bangkit berdiri. Yuan Kuang Thaysu segera mengangguk dan bangkit berdiri, kepada si hwesio berwajah riang ujarnya. "It sim, kau temanilah Wi Lo sicu di sini. Lolap dengan Ti Siauw sicu tidak lama akan kembali." Di dalam hati sihwesio berwajah riang tahu apa maksud perkataan dari Ciangbunyin ini karenanya dengan sangat hormat dia menyahut. "Tecu terima perintah." Kepada Wi Ci To itu Pocu dari Benteng seratus pedang Yuan Kuang Thaysu juga memberi hormat setelah itu barulah ujarnya kepada Ti Then yang sudah bangkit berdiri. "Siauw sicu, mari kita berangkat" Demikianlah Ti Then serta Yuan Kuang Thaysu masing-masing segera berjalan ke luar dari Benteng menuju ke arah tanah pegunungan yang sunyi, tanya Yuan Kuang Thaysu kemudian ditengah perjalanan. "Ti Siauw sicu punya maksud mau bertanding ditempat mana?" "Lebih baik Ciangbun thaysu saja yang menentukan." Yuan Kuang Thaysu menundukkan kepalanya berpikir sebentar, akhirnya dia baru menyawab. "Di atas puncak selaksa Buddha jarang terdapat jejak manusia, bagaimana kalau kita selesaikan di sana saja?" "Baiklah." Sahut Ti Then singkat. Tongkat ditangan Yuan Kuang Thaysu itu segera ditutulkan ke atas permukaan tanah, tubuhnya dengan cepat melayang ke tengahudara kemudian mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya melayang menuju ke tengah gunung. Perkataan dari Ti Then ini memang beralasan sekali. toya yang dibawa Yuan Kuang Thaysu itu dibuat dari baja murni, mungkin beratnya berada di atas tiga puluh kati, jika dikatakan kalah sedikit memang beralasan, karenanya setelah Yuan Kuang thaysu mendengar perkataan ini perasaan malunya juga sudah lenyap separuh, dia menarik napas panjang-panjang ujarnya kemudian sesudah memandang pemandangan disekelilingnya. "Lolap sudah ada dua puluh tahunan lamanya tidak berkunjung ke sini, pemandangan ditempat ini sama sekali tidak berubah" "Walau pun selaksa tahun pemandangan akan tetap utuh, tetapi manusia tidak akan luput dari tua, sakit dan binasa" Wajah Yuan Kuang tbaysu kelihatan sedikit bergerak, dengan pandangan mata terpesona dia pandang diri Ti Then. Waktu inilah dia baru merasa sifat dari Ti Then jauh berlainan dengan sifat pemuda-pemuda lainnya, dia memiliki suatu semangat yang lain, pemuda semacam ini apa mungkin punya hati rakus terhadap sebuah kitab Ie Cin Keng. Ketika Ti Then melihat dia memandang dirinya dengan terpesona, segera angkat bahunya, ujarnya kemudian "Mari kita mulai saja." -ooo0dw0ooo- Jilid 16.1: Hong Mong Ling melarikan diri "EHMM ... ." Sesudah termenung beberapa waktu tanyanya lagi "Siauw sicu punya rencana mau bertanding dengan menggunakan cara apa?" "Cayhe mengikuti petunjuk Ciangbun thaysu saja" Agaknya Yuan Kuang Thaysu sudah mengubah kembali pendiriannya."Bagaimana kalau begini saja?" Ujarnya sambil tertawa dengan lucunya. "Kita saling bergebrak dengan tidak usah bertanding secara langsung, kini Lolap perlihatkan beberapa kepandaian terlebih dulu jikalau siauw sicu bisa melakukan seperti apa yang lolap lakukan maka lolap akan percaya kalau Siauw sicu belum pernah memperoleh kitab pusaka Ie Cin Keng itu" Ti Then mengangguk tanda setuju. "Baiklah, silahkan ciangbun thaysu memberi petunjuk." Sepasang mata Yuan Kuang Thaysu mulai berputar memandang sekeliling tempat itu setelah dilihatnya ada beberapa batu cadas raksasa yang amat besar lalu dia berjalan ke sana, ujarnya. "Silahkan siauw sicu juga ikut kemari" Dia berjalan mendekati batu cadas raksasa itu kemudian meletakkan toyanya ke atas tanah. sesudah meraba beberapa kali ke atas batu cadas itu ujarnya sembari tertawa.. "Batu cadas ini sungguh atos sekali." Siapa tahu belum habis dia berkata batu cadas raksasa itu bagaikan sebatang kayu yang amat lapuk hanya sedikit dikebas dengan menggunakan telapak tangannya batu itu selapis demi selapis terkupas dan remuk menjadi bubuk. "Kekuatan telapak dari Ciangbun thaysu sungguh amat lihay." Puji Ti Then sesudah melihat demontrasi ini. Air muka Yuan Kuang Thaysu sedikit berubah dan memperlihatkan kegirangan hatinya, dia mundur satu langkah ke belakang kemudian ujarnya sembari tertawa. "Hanya suatu permainan yang tidak ternilai, harap siauw sicu- jangan dibuat bahan tertawaan" "Kekuatan pukulan dari Ciangbun thaysu ini apakah menggunakan ilmu yang termuat di dalam kitab pusaka Ie cin Keng?""Tadi sewaktu Lolap masih berada di dalam Benteng sudah pernah berkata di dalam kitab pusaka Ie Cin Keng itu hanya melulu ilmu untuk melatih badan saja, tetapi bilamana sim Hoat yang termuat di dalamnya sudah berhasil dipelajari maka dimana kau mau maka segala ilmu dan kekuatan bisa dilaksanakan" Ti Then dengan perlahan mengangkat tangannya dan sedikit ditekan ke atas batu cadas raksasa yang lainnya, ujarnya. "Jika ditinyau dari keadaan barusan ini maka kekuatan pukulan yang termuat di dalam kitab cusaka Ie Cin Keng termasuk golongan keras atau golongan Yang, bukan begitu??" Ketika Yuan Kuang Thaysu melihat telapak tangannya yang menekan di atas batu cadas sama sekali tidak membuat batu cadas itu mengalami suatu perubahan yang aneh, di dalam anggapannya mengira tentu dia sedang mengukur keatosan dari batu cadas itu, diam-diam di dalam hatinya merasa geli, Tetapi dia mengangguk juga. "Boleh dikata memang demikian" " Untung saja ilmu yang cayhe pelajari bukan termasuk golongan Yang melainkan banyak kelunakannya" Seru Ti Then dengan perasaan amat senang. "Mungkin dengan berdasarkan golongan im ini cayhe bisa membuktikan kalau ilmu yang cayhe pelajari bukan berasal dari kitab pusaka Ie Cin Keng".. "Sekarang silahkan siauw sicu memperlihatkan sedikit ilmumu agar lolap bisa membuka sedikit mata lolap" Ti Then segera berjongkok di samping batu cadas tadi, mulutnya dengan perlahan didekatkan dengan batu cadas yang baru saja ditekan dengan tangannya itu, laksana sedang meniup semangkok kuah yang amat panas dia meniup batu cadas itu perlahan sekali. Seketika itu juga batu cadas raksasa yang amat atos itu berterbangan keempat penjuru dalam bentuk hancur lebur seperti bubuk. Kiranya sewaktu tadi dia menekan batu cadas tersebut saat itulah dia sudah membusukkan seluruh batu cadas itu, karena kekuatan pukulannya termasuk golongan im inilah maka keadaan di luar dari batu itu masih kelihatan utuh.Air muka Yuan Kuang Thaysu segera berubah amat hebat, kemudian berubah menjadi merah padam seperti kepiting rebus karena waktu ini dia sudah melihat kalau tenaga pukulan Ti Then ini memang termasuk golongan lunak atau golongan im, Tetapi yang membuat dia benar-benar merasa terperanyat adalah tenaga pukulan dari Ti Then ternyata jauh lebih tinggi satu tingkat dari kekuatannya sendiri, seorang pemuda yang baru dua puluh tahunan sudah berhasil melatih ilmunya hingga mencapai taraf yang demikian hebatnya sungguh merupakan suatu peristiwa yang mimpi pun dia tidak pernah menduga. Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia menarik napas panjang-panjang, sesudah berhasil memenangkan hatinya dengan memperhatikan senyumannya yang amat pahit ujarnya. "Sunggguh lihay sekali, dengan usia siauw sicu yang masih drmikian mudanya ternyata sudah berhasil melatih ilmumu hingga mencapai taraf yang demikian tinggi sungguh sukar sekali sungguh sukar sekali" Ti Then segera membungkukan badannya memberi hormat. "Apakah sekarang ciangbun Thaysu sudah percaya kalau ilmu silat yang cayhe pelajari bukan berasal dari kitab pusaka Ie Cin Keng itu??" Di dalam hati sudah tentu Yuang Kuang Thaysu sudah percaya seratus persen tetapi untuk melindungi sedikit wajahnya dia tidak mau langsung memberikan jawabannya, dia tersenyum. "Lolap masih ingin menyajal kepandaian silat dari siauw sicu sicu sekali lagi harap siauw sicu mau meminyamkan pedang tersebut kepada Lolap untuk digunakan sebentar" Ti Then segera melepaskan pedangnya kemudian diangsurkannya ujarnya sambil tertawa. "Sudah lama cayhe dengar ilmu pedang dari Ciangbun Thaysu amat lihay, ini hari ada keberuntungan sungguh membuat cayhe merasa sangat girang sekali."Yuan Kuang thaysu hanya berdiam diri saja tidak menyawab, setelah menerima pedang tersebut dia berjalan menuju ke puncak yang teratas dan membabat putus sebuah pohon siong sebesar rangkulan tangan sesudah membuang akar pohon itu, pohon yang sepanjang lima depa dipotong potongnya menjadi tiga bagian kemudian diangsurkan kepada Ti Then ujarnya. "Harap siauw sicu melemparkan ketiga potongan pohon itu ketengah udara" "Baiklah..silahkan ciangbun thaysu bersiap-siap" Sahut Ti Then sambil mengangguk, kemudian menerima ketiga buah potong pohon tersebut. "Sekarang silahkan lemparkan potongan itu ketengah udara.." Ti Then segera melemparkan potongan-potongan pohon ketengah udara setinggi kurang lebih lima depa dia sudah tahu Yuan Kuang Thaysu mau mendemontrasikan apa kerenanya dengan gaya yang amat bagus dia melemparkan ketiga buah potongan pohon itu ketengah udara dengan berpisah sehingga antara ketiga potongan itu ada jarak sejauh tiga depa. Yuan Kuang Thaysu berdiam diri hingga ke tiga buah gotongan itu berada kurang lebih tiga depa dari permukaan tanah mendadak dia bersuit panjang, tubuhnya meloncat ke atas sedang pedangnya bagaikan kilat cepatnya dikebaskan beberapa kali di tengah udara kemudian tubuhnya melayang kembali ke atas tanah. Potongan pohon yang semula hanya tiga bagian itu kini sudah berhasil dibabat putus menjadi enam bagian bahkan setiap bagian sama panjangnya dan bekas potongannya rata semua. Melancarkan serangan ditengah udara bahkan bisa memotong tiga bagian batang pohon menjadi enam bagian yang sama besarnya hanya di dalam sekejap mata hal ini boleh dikata sudah mencapai pada taraf yang tertinggi tiada tara. Bilamana pada setahun yang lalu Ti Then melihat demontrasi ilmu pedang dari Yuan Kuang Thaysu ini pasti dia akan dibuat terperanyat, tetapi ini hari sekali pun kepandaian ilmu pedang dari Yuan Kuang Thaysu amat tinggi tetapi di dalam pandangannya halitu bukanlah suatu pekerjaan yang amat sukar hanya saja pada air mukanya sengaja dia perlihatkan perasaan kagumnya, dengan keras dia berteriak memuji. Kali ini Yuan Kuang Thaysu tidak berani memperlihatkan senyuman bangganya lagi, dia hanya tersenyum saja lalu mengembalikan pedang itu ketangan Ti Then, ujarnya. "Lolap tahu permainan barusan ini sangat jelek sekali, tetapi bilamana tidak berbuat begini pasti tidak bisa melihat kelihayan ilmu pedang dari siauw sicu." Ti Then segera menerima kembali gedangnya dengan menggunakan sepasang tangannya. "Kepandaian dari cayhe mungkin tidak bisa memadahi kepandaian dari ciangbun thaysu" "Bilamana siauw sicu berbicara demikian lagi berarti juga sedang menyindir diri lolap" Ti Then tidak mau banyak bicara lagi segera dia mengambil potongan kayu yang lainnya kemudian diangsurkan ke tangannya. "Cayhe juga akan ikut seperti apa yang ciangbun thaysu sudah kerjakan-" Yuan Kuang Thaysu segera mundur tiga langkah ke belakang. "Silahkan bersiap sedia" Serunya, kemudian batang pohon itu dilemparkan ke tengah udara. Di dalam hati dia agak sedikit lega karena dalam hati dia menganggap bilamana Ti Then mau membabat putus satu batang kayu tidak perduli bagaimana lihaynya paling banyak juga hanya bisa membabat menjadi tiga bagian saja seperti dirinya. Tetapi perasaan girang yang bermunculan di dalam hatinya di dalam sekejap saja sudah lenyap tanpa bekas. Terlihatlah tubuh Ti Then laksana seekor burung bangau yang membumbung tinggi ke angkasa melompat setinggi tiga kaki lebih kemudian gedang ditangannya laksana kilat cepatnya dikibaskantiga kali setelah itu baru melayang turun kembali ke atas permukaan. Potongan kayu yang melayang ditengah udara dengan tetap menyaga keadaannya semula melayang terus ke bawah, tetapi begitu mencapai permukaan tanah segera berpisah menjadi enam bagian. Yang berbeda dengan demonstrasi Yuan Kuang Thaysu tadi, dia bukannya membabat putus kayu itu dengan berbentuk silang melainkan lurus-lurus enam bagian yang sama bagian babatan amat licin sekali. Melihat kejadian itu Yuang Kuang Thaysu hanya bisa melelerkan lidahnya di dalam hati dia merasa terkejut bercampur syukur, yang membuat dia terkejut tak usah dikata lagi sedang yang membuat dia bersyukur adalah dirinya masih bisa melihat gelagat dan cepat- cepat mengubah keadaannya sendiri sehingga tak sampai bergebrak dengan dirinya, jika sampai bertempur bukankah nama besar dirinya selama ini akan ikut hancur hanya di dalam sekejap mata. Ti Then yang melihat air mukanya penuh diliputi perasaan terperanyat di dalam hati diam-diam merasa geli, segera dia masukkan kembali pedangnya ke dalam sarung, ujarnya sembari merangkap tangannya memberi hormat. "Apa Ciangbun thaysu masih ingin mencoba lagi??" "Tidak perlu..tidak perlu" Sahutnya cepat sambil gelengkan kepalanya berulang kali. "Kalau begitu Ciangbun thaysu masih menganggap ilmu yang cayhe dapatkan ini berasal dari kitab cusaka Ie Cin Keng?" "Tidak" Sekali lagi Yuan Kuang Thaysu gelengkan kepalanya "Sekarang Lolap sudah tahu kalau kepandaian silat yang siauw sicu saat ini bukanlah berasal dari kitab pusaka Ie Cin Keng, karena kemahiran dan kelihayan dari kepandaian silat siauw sicu sekarang sudah jauh melebihi ilmu yang termuat di dalam kitab pusaka Ie Cin Keng tersebut."Ti Then menjadi amat girang. "Kalau begitu bagus sekali." "Ti siauw sicu masih muda tapi sudah berhasil memiliki kepandaian silat yang demikian dahsyat sungguh membuat orang lain sukar untuk mempercayainya." Puji Yuan Kuang Thaysu. "Terima kasih atas pujian dari Ciangbun thaysu, tapi di dalam hal kepandaian silat kita harus mengutamakan juga akan pengalaman, kini pengalaman yang cayhe dapatkan masih sangat cetek. bilamana harus sungguh-sungguh bertempur mungkin belum merupakan tandingan dari Ciangbun Thaysu" Sudah tentu Yuang Kuang Thaysu tahu kalau perkataannya ini hanya suatu hiburan buat dirinya di dalam hati dia merasa semakin kagum lagi terhadap sikapnya ini.."Ha ha ha ha . ." Dia tertawa tergelak dengan amat keras. "Siauw sicu, jangan kira Lolap adalah seorang ciangbunyin dari suatu partai besar lalu tidak bisa mengalami kekalahan, kita dari partai Siau lim si tujuan yang terutama di dalam melatih ilmu silat adalah untuk kesehatan badan kita dan bukan bertujuan untuk merebut nama kosong, karena itu sekali pun dikalahkan orang lain tidak sampai memasukkan hal ini ke dalam hati" "Tetapi ini hari ciangbun thaysu belum kalah." Bantah Ti Then cepat. "Siapakah suhumu apakah dapat siauw sicu beritahukan?" "Suhu cayhe adalah seorang BuBeng Lojin" "Bu Beng Lojin??" Tanya Yuan Kuang Thaysu keheranan- "Benar" Sahut Ti Then mengangguk. "selamanya suhu hidup di tanah pegunungan yang sunyi dan selama ini tidak pernah memberitahukan namanya kepada cayhe." Diam-diam Yuang Kuang Thaysu merasa amat heran tapi tidak terlalu mendesak untuk menanyai lebih lanjut, ujarnya kemudian. "Di dalam Bu lim saat ini semua orang bilang kepandaian silat dari Si kakek pemalas Kay Kong Beng merupakan jagoan nomorwahid, terapi jika dilihat dari Siauw sicu sekarang ini lolap berani bertaruh kalau kepandaian silat dari suhumu pasti jauh berada di atas kepandaian silatnya si kakek pemalas Kay Lo sicu." Ti Then hanya tersenyum saja tidak menyawab. Yuan Kuang Thaysu segera merangkapkan tangannya di depan dada untuk memberi hormat. "Kesalah pahaman yang lalu membuat Siauw sicu menemui berbagai kesulitan, di sini Lolap minta maaf terlebih dulu atas kekhilafan tersebut." "Tidak mengapa... tidak mengapa, kesalahan ini bukan terletak pada diri ciangbun taysu sekalian " Seru Ti Then dengan cepat. Yuan Kuang Taysu menghela napas panjang. "Hong siauw sicu itu-jadi orarg sungguh amat bahaya sekali, tidak nyana dengan wajahnya yang begitu tampan dan gerak geriknya yang begitu sopan selain mem punyai sifat serta hati yang begitu licik, kejam dan banyak akal busuk" "Heeii.. karena mau mencelakakan diri cayhe dia sudah menyiarkan berita bohong ini akhirnya dari perbuatannya ini sudah mencelakai dua puluh orang yang menemui ajalnya." "Dua puluh orang?" Tanya Yuan Kuang Thaysu dengan nada amat terperanyat. "Banyak orang Bu lim yang mendengar berita yang mengatakan cayhe sudah mendapatkan kitab pusaka Ie Cin Keng itu lalu masing- masing pada berdatangan untuk merebut kitab tersebut dari tangan cayhe yang pertama-tama adalah si Menteri pintu serta Pembesar Jendela dua orang anak buah dari si anying langit rase bumi mereka berhasil cayhe lukai dan melarikan diri, setelah itu Kwan si Ngo Koay yang akhirnya empat orang saudaranya mati di bawah pedangku, lalu si majikan ular serta Kakek kura-kura, masing-masing kehilangan sebuah lengannya, dan terakhir si anying langit rase bumi berserta kedelapan belas orang malaikat iblisnya, hal ini bahkan merupakan peristiwa yang terjadi kemarin hari, akhirnya sianying langit Kong sun Yau beserta ke tujuh belas orang malaikat iblisnya sudah pada binasa." Yuan Kuang Thaysu begitu mendengar hal semacam ini begitu selesai mendengar perkataan itu dia menjerit kaget. "Omitohud ..omitohud..tidak kusangka Hong Siauw sicu sudah mencelakai orang begitu banyaknya. ." "Nanti setelah sampai di dalam Benteng biarlah cayhe perintahkan orang untuk memanggil Cang Bun Piauw. Ku Ie serta Liuw Su cen untuk dimintai keterangan" Ujar Ti Then dengan perlahan. "Dengan demikian ciangbun thaysu akan menjadi jauh lebih jelas kalau urusan ini semuanya ditimbulkan oleh Hong Mong Ling seorang." Yuan Kuang Thaysu segera memungut kembali toyanya. "Tidak perlu..tidak perlu. Kesalah pahaman ini kita sudahi sampai di sini saja, mari sekarang kita kembali ke dalam Benteng." Demikianlah kedua orang itu segara berjalan menuruni puncak selaksa Buddha kembali ke dalam Benteng. Sesampainya di dalam Benteng Pek Kiam Po, Wi ci To mau pun si hwesio berwajah riang yang melihat wajah mereka berdua penuh diliputi oleh perasaan girang di dalam hati merasa sangat berada diluar dugaan. Tetapi sesudah mendapatkan penjelasan dari Yuan Kuang Thaysu apa yang sudah terjadi di atas puncak Selaksa Buddha barulah mereka paham kembali akan kesalah pahaman ini. Yuan Kuang Thaysu duduk lagi beberapa waktu di dalam Benteng setelah itu barulah dia bangkit berdiri dan berkata. "Karena ada perubahan yang terjadi di dalam benteng Pek Kiam Po lolap tidak berani mengganggu terlalu lama. Haai, sekarang silahkan Ti siauw sicu mengikuti lolap kembali ke dalam kota untuk membawa kembali Hong siauw sicu."Wi Ci To juga tidak menahan lebih lama lagi, segera dia pun ikut berdiri. "Baiklah" Sahutnya kemudian "Besok pada pertemuan di atas gunung Hoa san kita berbicara lebih banyak lagi." Dia berhenti sebentar, kemudian secara tiba-tiba tambahnya. "Sudah tentu kalau aku orang she Wi bisa hidup lebih lama lagi, sampai waktunya pertemuan di atas gunung Hoa san" Mendengar perkataan itu Yuan Kuang Thaysu menjadi melengak. "Apa maksud dari perkataan Lo sicu ini?" Wi ci To tersenyum. "Tidak ada arti yang istimewa, manusia bukanlah malaikat, siapa yang kuat hidup lebih lama lagi di dalam dunia ini, Bukan begitu?" "Dengan kepandaian dari Lo sicu yang sudah berhasil melatih seluruh tubuhnya sudah tentu akan diberi panjang umur, untuk hidup sampai usia seratus tahun belumlah menjadi suatu persoalan yang sulit." Wi Cio To hanya tersenyum tidak memberikan jawabannya lagi. Demikianlah tua muda lima orang lalu berjalan meninggalkan ruangan, Wi Ci To mengiringi tamu-tamunya sampai di depan pintu Benteng barulah berhenti. Wi Lian In yang berdiri disisinya Ti Then tiba-tiba angkat bicara. "Kau mau pergi dengan menunggang kuda?" "Tidak perlu" Jawab Ti Then segera. "Kuda Ang san Khek masih berada dirumah penginapan Hok An, nanti sekalian aku naiki untuk bawa kembali ke dalam Benteng". Yuan Kuang Thaysu beserta si hwesio berwajah riang segera berpamitan dengan Wi Ci TO, lalu bersama-sama dengan Ti Then melanjutkan perjalanan menuju ke dalam kota Go bi. Ditengah parjalanan, ujar si hwesio berwajah riang itu. "Ti siauw sicu, waktu lalu pinceng sudah menaruh perasaan curiga terhadap siauw sicu harap kau mau memaafkannya, hanyasampai kini pinceng masih ada sesuatu hal yang tidak jelas, entah siauw sicu memberikan penjelasannya" "Baiklah. silahkan taysu berbicara." "Urusan yang pinceng tidak paham adalah itu Hu Pocu Huang Puh Kian Pek yang hidup berdampingan selama puluhan tahun lamanya sebagai suheng te dengan Wi Pocu, bahkan jadi orarg jujur dan mengutamakan keadilan, bagaimana kini bisa melupakan hubungan suheng-te dengan diri Wi Ci To sebaliknya malah menaruh simpatik dan membantu diri Hong Mong Ling?" Mendengar pertanyaan ini Ti Then agak melengak. "Bukankah soal ini sejak tadi Wi Pocu sudah memberi penjelasan sejelas-jelasnya" Si hwesio berwajah riang tersenyum. "Wi Pocu bilang Ho Pocu Huang Puh Kian Pek terlalu sayang terhadap diri Hong Mong Ling, tetapi penjelasan semacam itu sukar membuat orang lain merasa puas" Di dalam hati Ti Then tahu tujuan Huang Puh Kian Pek bersekongkol dengan Hong Mong Ling adalah untuk membasmi dirinya dari dalam Benteng Pek Kiam Po kemudian meneruskan rencananya untuk mencari suatu barang pusaka yang tersimpan di dalam Loteng Penyimpan Kitab tersebut, tetapi terhadap persoalan ini bagaimana dia bisa menjelaskan kepada pihak lain ?? segera dia tersenyum sahut dengan perlahan. "Sungguh maaf sekali, tentang hal ini cayhe tidak punya hak untuk memberikan penjelasannya " " Kenapa?? " Desak si hwesio berwajah riang itu lagi. Ti Then merasa pertanyaan ini menggelikan, terpaksa dengan serius dijawabnya. "Karena cayhe sendiri juga tidak paham kenapa Hu Pocu Huang Puh Kian Pek mau berbuat demikian""Apakah di dalam waktu waktu ini diantara mereka suheng te sering ada percekcokan??" "Tidak tahu, Cayhe baru memasuki Benteng Pek Kiam Po selama dua bulan saja di dalam dua bulan ini ada ada setengah bulan lamanya tidak berada dalam Benteng, karenanya apakah diantara Wi Pocu dengan Hu pocu Huang Puh Kian pek sering ada percekcokan cayhe sendiri sama sekali tidak tahu" "Wi Ci To jadi orang jujur dan mengutamakan keadilan sehingga dihormati oleh semua orang di dalam Bu lim" Tambah si hwesio berwajah riang itu lagi. "Bilamana di dalam peristiwa Wi Pocu tidak memberikan keterangan yang masuk akal mungkin akan menimbulkan dugaan yang simpang siur di dalam Bu lim." "It sim hati-hati kalau berbicara" Tiba-tiba Yuan Kuang thaysu membentak keras, memotong pembicaraannya. Air muka si hwesio berwajah riang segera berubah memerah, dia tidak berani melanjutkan kembali kata-katanya. Ti Then yang melihat air mukanya sangat tidak enak segera mengubah bahan pembicaraan. "Oooh yaah benar, tadi sewaktu masih berada di dalam Benteng Wi Pocu pernah membicarakan soal pertemuan yang diadakan di atas gunung Hoa san setiap pembukaan tahun, sebetulnya dikarenakan urusan apa??" "Itu hanya suatu pertemuan persahabatan saja" Jawab Yuan Kuang Thaysu mengangguk. "Pertemuan ini timbul dari pikiran Wi Lo sicu pada dua belas tahun yang lalu, dia mengajak si kakek pemalas Kay Kong Beng, ciangbunyin dari Bu tong Pay Ling Cing cinyien beserta lolap untuk setiap tiga tahun mengadakan satu kali pertemuan di atas gunung Hoa san untuk saling tukar pikiran dan minum arak. hal ini hanya terbatas pada pembicaraan persoalan Bu lim serta hubungan persahabatan diantara kita berempat saja." "Apa juga membicarakan kepandaian silat?" Tanya Ti Then-"Tidak. walau pun kita membicarakan persoalan Bu lim tetapi sama sekali tidak pernah menyinggung soal ilmu silat karena semua orang tidak ingin terjadi perselisihan karena persoalan tersebut." "Kalau memangnya hanya untuk mengikat persahabatan saja, buat apa harus diadakan setiap tiga tahun sekali bahkan memilih tempat gunung Hoa san yang begitu jauh letaknya?" Tanya Ti Then lagi. "Siauw sicu kau tidak tahu, pertemuan semacam ini sangat menyenangkan sekali, apalagi anak murid dari Wi Lo sicu, Butong mau pun siauw limpay amat banyak dan bersama-sama melakukan perjalanan di dalam Bu lim, bagaimana pun juga tidak terhindar dari bentrokan-bentrokan, bilamana diantara kita bertiga mem punyai suatu ikatan persahabatan yang erat dengan sendirinya urusan bisa dibereskan dengan amat mudah sekali." Ti Then yang mendengar akan hal ini tanpa terasa sudah anggukkan kepalanya berulang kali. Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ehmm, jika dipikir secara begini pertemuan itu sungguh menarik sekali" "Kita berempat sudah mengadakan pertemuan sebanyak tiga kali di atas gunung Hoa san" Sambung Yuan Kuang Thaysu lagi "Dikarenakan banyaknya orang Bu lim yang tahu akan pertemuan di atas gunung Hoa san inilah membuat pertemuan kita ini bertambah lagi dengan suatu urusan" "Urusan apa?" Potong Ti Then cepat. "Ada berapa orang kebanyakan ilmu silat mereka biasa saja, dengan meminyam kesempatan sewaktu kami berempat mengadakan pertemuan di atas gunung Hoa san untuk membereskan persoalan mereka dan memintakan keadilan bagi mereka sehingga banyak urusan yang sudah kami bereskan. Tapi lama kelamaan orang yang naik ke atas gunung semakin lama bahkan semakin banyak.Demikianlah sejak itu orang-orang bulim telah menganggap pertemuan kita berempat di atas gunung Hoa san merupakan suatu pertemuan bu lim untuk menegakkan keadilan." Yuan Kuang thaysu mengangguk "Hanya saja orang-orang yang minta bantuan semakin lama semakin banyak membuat kami merasa sedikit kewalahan juga." Demikianlah mereka bertiga sama-sama melakukan perjalanan sembari berbicara, tidak terasa setengah jam sudah dilewatkan dengan amat cepat sedang mereka pun sudah tiba di dalam kota Go bi. Ti Then mampir ke penginapan Hok An terlebih dulu untuk membereskan rekeningnya, sesudah menuntun kuda Ang shan Kheknya barulah bersama-sama Yuan Kuang thaysu bertiga berjalan menuju ke kuil Kuang Hoa si. sesampainya di depan kuil Kuang Hoa si terlihatlah seorang hwesio kecil dengan tergesa-gesa lari masuk untuk memberikan laporan, tidak lama kemudian majikan dari kuil Kuang Hoa si beserta seorang lohan berjalan keluar menyambut kedatangan ciangbunyin dari partai siauw lim ini, sehabis bercakap-cakap sebentar dengan majikan kuil barulah Yuan Kuang Thaysu berkata kepada seorang lohan yang berada disisinya itu. "Bu In, kau pergi bawa Hong siauw sicu kemari" Lo han yang bernama Bu In itu segera memperlihatkan air muka yang serba susah. "Apakah ciangbun thaysu mau serahkan Hong siauw sicu kepada pihak Benteng Pek Kiam Po??" "Benar" Sahut Yuan Kuang Thaysu sembari tersenyum. "urusan sudah dibikin beres, Ti siauw sicu ini memang betul-betul tidak pernah mendapatkan kitab pusaka Ie Cin Keng" "Tetapi, tetapi..." Seru Lo Han itu gugup.Air muka Yuan Kuang Thaysu segera berubah hebat, ujarnya dengan nada serius. "Apanya tetapi..tetapi, cepat bawa Hong siauw sicu kemari" Air muka Lo Han itu segera berubah jadi merah padam seperti kepiting rebus, serunya dengan semakin gugup. "Tecu sedang bersiap-siap melaporkan hal ini kepada Ciangbunyien, itu Hong siauw sicu itu sudah melarikan diri" Mendadak Yuan Kuang Thaysu bangkit berdiri dengan perasaan gusar bercampur terkejut bentaknya. "Apa?? dia sudah melarikan diri?? Kalian yang lepaskan dia pergi jauh??" "Bukan..bukan..bukan. ." Seru Lo han yang disebut "Bu In" Itu "Tecu sakalian sudah menerima perintah dari Ciangbunyin bagaimana berani melepaskan pergi?? dia melarikan diri dengan menggunakan akal licik" "Kurang ajar." Teriak Yuan Kang Thaysu dengan amat gusar. "Kalian delapan belas orang ternyata seorang pun tidak ada gunanya, hanya seorang saja tidak bisa menyaga." " Urusan adalah demikian, tecu sekalian sesudah membawa dia datang kemari, lalu membantu mencegah darah yang mengalir keluar, setelah itu dia minta dihantarkan kekamar belakang, Bu sim suheng lalu membantu dia melepaskan jalan darahnya yang tertotok tapi dia bilang luka pada kakinya sangat sakit tidak bisa berjalan sendiri, dia minta Bu tim suheng membimbing dia ke belakang, Tecu sekalian yang melihat dia sukar untuk berjalan sendiri lalu memperhatikan gerak geriknya sehingga hanya Bu sin seorang saja membimbing dia ke belakang. setelah lewat lama Tecu sekalian tidak melihat dia kembali juga lalu menyusul ke belakang, terlihatlah Bu sim suheng seorang diri berdiri di depan Hei ketika tecu sekaLian masuk ke dalam saat itu baru tahu kalau dia sudah melarikan diri dari tempat tersebut."" Goblok..goblok. Kalian semua goblok." Teriak Yuan Kuang Thaysu dengan perasaan amat gemas.."Bu sim suheng sekalian segera melakukan pengejaran ke empat penjuru, tetapi sampai sekarang belum kembali juga. Tetapi luka dari Hong siauw sicu amat parah, dia tidak mungkin bisa lari terlalu jauh dari sini, kemungkinan sekali masih bisa mengejar dia kembali." "Mereka sudah mengejar beberapa lama?" "Kurang lebih ada dua jam lamanya" "Hmmmm." Dengus Yuan Kuang Thaysu dengan dingin. "Tentu dia berhasil meloloskan dirinya dari kejaran mereka, kalau tidak mengapa sedemikian lamanya masih belum kembali." Pada wajah Lo han itu kelihatan muncul perasaan menyesal dan malunya, dia menundukkan kepalanya rendah-rendah tanpa mengucapkan sepatah kata pun juga. Dengan perlahan Yuan Kuang Thaysu menoleh kearah Ti Then, ujarnya. "Ti siauw sicu harap berlega hati, orang itu kita yang loloskan maka Lolap bertanggung jawab untuk menawan dia kembali" "Tidak mengapa..tidak mengapa" Jawab Ti Then cepat. "Bangsat cilik itu jadi orang memang sangat licik dan banyak akal, sukar untuk dihadapi, ini hari bilamana ciangbun taysu tidak bisa berhasil mebawan dia kembali sudahlah tidak mengapa" "Tidak" Potong Yuan Kuang Thaysu dengan tegas. "Lolap pasti akan tawan dia kembali untuk diserahkan ke dalam Benteng kalian" Ti Then tidak mau berdiam lebih lama lagi ditempat itu segera dia berpamitan. "Kemungkinan sekali bangsat cilik itu masih bertembunyi di dalam kota, biarlah cayhe ikut mencari dirinya" Sehabis berkata dia merangkap tangannya memberi hormat kepada Yuan Kuang Thaysu, majikan dari kuil Kuang Hoa si sertasalah satu Lo Han dari kedelapan belas Lo han itu, kemudian baru putar tubuhnnya berialu dari sana. Setelah keluar dari kuil Kuang Hoa Si dengan menunggang kuda Ang Shan Khek dia berlari dengan cepatnya menuju ke rumah pelacuran Touw Hoa Yuan- Di dalam hatinya dia tidak bermaksud untuk menawan Hong Mong Ling dan dibawa kembali ke dalam Benteng Pek Kiam Po untuk dijatuhi hukuman mati oleh Wi Ci To, dia hanya ingin menawan dia kembali untuk ditanyai sesuatu hal, menanyai kenapa dia bersama-sama dengan Huang Puh Kian pek mem punyai rencana untuk bunuh dia, apa sebenarnya rencana yang terkandung dalam hati Huang Puh Kian Pek. Wi Ci To pasti tahu apa rencana yang terkandung dalam hati Huang Puh Kian Pek, tapi untuk menyaga agar rahasia ini tidak sampai bocor, dia mau tak mau terpaksa harus mendesak Huang Puh Kian Pek untuk bunuh diri. Sekarang saat ini hanya Hong Mong Ling seorang saja yang mungkin tahu rencana yang terkandung di dalam hati Huang puh Kian Pek, sedang rencana yang terkandung dalam hati Majikan patung emas kemungkinan sekali mirip dengan apa yang direncanakan oleh Huang puh Kian pek. maka bilamana dia berhasil menawan Hong Mong Ling kemungkinan sekali akan segera tahu rencana rencana apa saja yang akan diberikan Majikan Patung emas kepadanya untuk dilaksanakan di dalam Benteng Pek Kiam Po. Karena itulah dia sangat berharap bisa menawan kembali Hong Mong Ling. Di dalam sekejap mata dia sudah tiba di depan pintu rumah pelacuran Touw Hoa Yan. Ti Then cepat-cepat meloncat turun dari atas kuda dan berjalan masuk ke dalam halaman rumah. setelah berhadap-hadapan dengan Ku ie dengan air muka adem ujarnya. " Kalian sudah sembunyikan dia di tempat mana?" Sejak semula Ku Ie sudah tahu apa yang sudah terjadi, kini melihat Ti Then berjalan masuk dengan air muka penuh diliputiNafsu untuk membunuh, saking takutnya seluruh badannya sudah pada gemetar dengan amat keras. "Ti ...tidak. tidak... kami tidak menyem... menyembunyikan Hong siangkong..." "Omong kosong" Bentak Ti Then dengan gusar. Hampir-hampir Ku Ie jatuh berlutut di hadapannya saking takutnya, dengan nada setengah merengek serunya. "Sungguh, sungguh berani mati. sejak Hong siangkong dikejar Ti siangkong tadi pagi, sampai kini..belum pernah kembali lagi, kalau tidak percaya silahkan..silahkan periksa. ." -0000000- SEJAK TADI Ti Then sudah menduda kalau Hong Mong Ling tidak mungkin berani kembali kerumah pelacuran Touw Hoa Yuan ini lagi, tujuannya datang kemari hanya ingin mengetahui sedikit jejak dari Hong Mong Ling saja, segera dengan berat dia mendengus. "Kalau begitu" Ujarnya dengan keren " Cepat beri jawaban dengan berterus terang, di dalam kota ini selain Cang Bunpiauw seorang dia masih punya berapa sahabat lagi?" "Ti... tidak ada...tidak...ada. ." Berulang kali Ku Ie menggelengkan kepalanya "Hong siangkong hanya berkenalan dengan Cang kongcu seorang, dia tidak punya kawan yang kedua" "Dimana rumahnya Cang Bunpiauw itu?" Bentak Ti Then lagi. "Dekat dengan pintu kota sebelab utara, sesampainya di sana asalkan Ti siangkong bertanya pasti akan tahu." Ti Then tertawa dingin tak henti-hentinya. "Aku lihat lebih baik kalian ikut mendoakan agar aku dengan lancar berhasil menawan dia kembali, kalau tidak...Hmm Hmm" Ku Ie semakin dibuat ketakutan, giginya berkeretuk sedang wajahnya berubah pucat."Baik ..baik. ." Teriaknya dengan gemetar "Kepandaian dari Ti siangkong amat lihai, pasti bisa menawan dia kembali" "Hmmm, sama sekali aku tidak menduga kalau nyali kalian begitu besar ternyata berani mencari gara-gara dengan pihak benteng Pek Kiam Po" "Tidak..tidak ..." Seru Ku Ie cemas sembari gelengkan kepalanya berulang kali "sekali pun kita memiliki nyali yang lebih besar pun tak berani bermusuhan dengan pihak Benteng Pek Kiam Po, Ti siangkong kau tahu Hong siangkorg itu ada orang amat galak dan kejam, waktu itu kami berdua berani mengunjungi Benteng Pek Kiam Po sebetulnya karena dipaksa bilamana kami tidak mau mendengarkan omongannya dia mau membakar habis rumah pelacuran Touw Hoa Yuan kami, maka kami berdua terpaksa ikut perintahnya." "Hm ..lain kali jikalau dia datang kerumah pelacuran Touw Hoa Yuan kalian lagi kau harus kirim orang beritahukan kepada orang- orang orang benteng Pek Kiaw lo, tahu tidak" Gertak Ti Then "Baik ..baik .... tahu..tahu" Sahut Ku Ie sambil anggukkan kepalanya berulang kali. Setelah itu barulah Ti Then putar tubuhnya berjalan keluar dari rumah pelacuran itu dan menuju ke pintu kota sebelah Utara. sesampainya di dekat pintu kota sebelah utara dengan mudahnya dia berhasil menemukan rumahnya Cang Bun Piauw. Terlihatlah di depan piutu rumah yang amat megah itu berdiri seorang pelayan dengan angkernya, cepat dia berjalan ke depan sambil tanyanya. "Hei kongcu kalian ada dirumah tidak" Mendapat tegoran yang kasar itu pelayan tersebut segera melototkan matanya bulat-bulat. "Kau berbicara sama siapa?" Bentaknya dengan gusar. "Dengan kau." Seru Ti Then tidak mau kalah sedang tangannya dengan keras menepuk pedang yang tergantung pada pinggangnya.Agaknya pelayan itu tidak berani bersikap kasar lagi, setelah melihat gerak gerik dari Ti Then yang angker ini cepat-cepat dia tertawa paksa. "oh betul..betul, siangkong tentunya teman baik kongcu kami, entah siapa namanya?" "Aku orang she Ti" "Ooh, oh ... kiranya Ti Kongcu adanya" Jawab pelayan itu sambil memperlihatkan tertawanya yang dipaksakan. "sungguh tidak beruntung kongcu kami sedang minum arak dengan seorang teman di atas loteng Go bi lo ..silahkan Ti Kongcu tunggu sebentar di dalam biarlah hamba pergi panggil dia kemari." "Tidak usah, biar aku pergi cari sendiri" Tidak menanti jawabannya lagi dia meloncat naik ke atas kudanya dan melarikan tunggangannya itu dengan cepat menuju ke loteng Go bi. Loteng Go bi merupakan rumah makan dimana untuk pertama kalinya dia bertemu dengan Hong Mong Ling, sesampainya di depan pintu rumah makan itu segera terlihat ada seorang pelayan yang maju menyambut kedatangannya. sembari meloncat turun dari kudanya tanya Ti Then cepat. "Apakah Cang kongcu ada di atas loteng?" "Ada, ada" Jawab pelayan itu. "Silahkan kongcu serahkan itu kuda kepada hamba" "Aku hanya mau cari Cang kongcu untuk berbioara beberapa patah kata saja, setelah itu segera mau berangkat." Sambil berkata dia serahkan tali les kudanya kepada pelayan itu lalu berjalan masuk ke dalam rumah makan tersebut. setelah berada ditingkat kedua dalam sekali pandangan saja dia sudah melihat si tikus rakus dari Go bi Cang Bun Piau sedang minum arak dengan dua orang komplotannya,Waktu itu Cang Bun Piauw duduk membelakangi tangga loteng sehingga dia tidak melihat Ti Then sudah berada di loteng. Tampak tangannya sedang erat-erat di atas meja memperlihatkan gaya sedang berkelahi, ujarnya kepada kedua orang komplotannya itu. "Demikianiah dia tangkap tangannya kemudian hanya terdengar suara Bluuuum, dia sudah jatuh terlentang di atas tanah" "Sungguh lihay sekali, lalu bagaimana?" Tanya seoragg pemuda yang kurus kering. "Kemudian Heey..hey.Jangan kata nangkap lagi, bangsat anying kecil yang kurang ajar itu ternyata berani berlaku dengan aku Cang Bun Piauw, dia menyambar secawan arak dan disambitkan ke atas kepalaku, lalu.. lalu sesudah dia tahu siapakah aku orang cepat- cepat jatuhkan diri berlutut untuk minta maaf bahkan masih suruh Pek Kiam Pocu yang punya nama terkenal itu datang kerumahku untuk minta maaf" "Hi hi hi..kau sedang berbohong bukan?" Ujar seorang pemuda yang gemuk seperti babi sedang tertawa cekikikan "Semua orang mungkin takut dengan ayahmu tetapi aku kira Pek Kiam Pocu tidak akan takut, orang lain merupakan manusia yang bisa pergi datang tanpa meninggalkan bayangan, dia mau bunuh orang cukup angkat jarinya saja kenapa harus takut dengan kalian ayah beranak??" Cang Bun Piauw menjadi kurang senang ketika mendengar kawannya tidak mau percaya. "Bilamana kau tidak percaya lain kali jikalau bertemu dengan bangsat cilik itu aku akan memaksanya di hadapan kalian, coba tanya padanya apa dia pernah merengek-rengek kepada Pek Kiam Pocu untuk wakili dia minta maaf kepada ayahku." Mendengar ocehan yang tidak karuan itu, diam-diam Ti Then merasa geli bercampur gemas, segera dia berjalan mendekati Cang Bun Piauw itu sembari ujarnya. "Bangsat cilik itu sudah datang"Mendengar suara itu Cang Bun piauw segera menoleh, tetapi ketika dilihatnya Ti Then yang datang air mukanya segera berubah hebat. Sesudah termangu- mangu beberapa waktu lamanya barulah dengan gugup dia bangkit berdiri, ujarnya. "Ooh. oooh ..kiranya Ti heng, silahkan duduk silahkan duduk" Ti Then tidak mau menggubris dirinya, kepada kedua orang pemuda itu tanyanya. "Yang tadi dia ceritakan sebagai bangsat cilik apakah bernama Ti Then?" Kedua orang pemuda itu tidak tahu kalau dia adalah Ti Then, segera bersama-sama mengangguk. "Benar, siapakah kamu orang?" "Cayhe adalah Ti Then" Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sahutnya sembari tersenyum. Jilid 16.2: Isi Loteng penyimpan kitab Pemuda yang sangat gemuk seperti babi itu segera tertawa terbahak-bahak sambil menepuk-nepuk punggungnya Cang Bun Piauw ujarnya. "Bagus sekali, sekarang orangnya sudah datang coba kau tanyakan biar kami dengar" Air muka Cang Bun Piauw seketika itu juga berobah menjadi pucat kehijau-hijauan, giginya bentrokan sendiri seperti sedang berkelahi. "Ti..Ti heng" Serunya ketakutan. "Siau-te hanya..hanya bicara guyon saja, kau..kau jangan marah kepadaku..mari mari biar siauw te hormati Ti heng dengan secawan arak." Sambil berkata dia mengangkat sebuah bangku ke hadapan Ti Then lalu menyuguhkan secawan arak kepadanya. Ti Then tidakmau gubris kepadanya. "Ayoh berlutut" Tiba-tiba bentaknya dengan keras. Seluruh tubuh Cang Bun Piauw tergetar dengan amat kerasnya, kemudian dengan wajah setengah merengek ujarnya. "Ti Then orang budiman tidak akan menyalahkan kesilafan orang kecil, buat apa harus berbuat begitu?" "Berlutut" Bentak Ti Then semakin keras sedang wajahnya berubah menjadi amat seram. Ketika Cang Bun Piauw melihat wajahnya sudah diliputi oleh napsu untuk membunuh, dia tidak berani membangkang lagi, sepasang kakinya menjadi lemas dengan serta merta berlutut di hadapan Ti Then. "Anggukkan kepalamu tiga kali" Perintah Ti Then lagi. Cang Bun Piauw tidak berani membantah, dengan benturkan kepalanya keras-keras ke atas tanah dia menganggukkan kepalanya tiga kali. setelah itu barulah Ti Then tertawa dingin. "Sewaktu berada dirumah pelacuran Touw Hoa Yuan aku tidak pernah minta maaf dengan kamu orang bukan?" Ujarnya. Dengan nada yang hampir menangis jawab Cang Bun Piauw. "Ti..tidak." "Pernah tidak memohon kepada Wi Pocu untuk minta maaf dengan ayahmu?" "juga tidak" Sahut Cang Bun Piauw sambil menundukkan kepalanya rendah-rendah. "Baiklah sekarang beritahukan kepadaku, kau sembunyikan dirinya ditempat mana?" Cang Bun Piauw menjadi melengak dia angkat kepalanya kembali. "Kau menuduh aku...aku menyembunyikan siapa?" "Jika kau berpura-pura lagi, akan sekali tebas potong kepala anyingmu ini" Bentak Ti Then sambil melototkan matanya.saking terkejutnya seluruh tubuh Cang Bun Piauw gemetar dengan amat keras dengan suara terputus-putus jawabnya. "Ti. .Ti heng, ada..ada perkataan ki.. kita bica.. bicarakan baik- baik...ada. .perkataan kita bicarakan baik- baik. .a ku.. siaaute.. siauw te belum .... belum per.. pernah menyembunyikan..menyembunyikan siapa pun." "Kau bangsat cilik, kau kira aku aku tidak berani bunuh kau?" Bentak Ti Then dengan gusar. Cang Bun Piauw benar-benar mau menangis dibuatnya, dengan suara yang serat parau ujarnya. "Siauw te sungguh-sungguh tidak tahu Ti Then sedang membicarakan soal apa, jikalau yang kau maksudkan adalah Nona Liuw itu sampai saat ini dia masih berada di dalam rumah pelacuran Touw Hoa Yuan dengan baik-baik" "Yang aku tanyakan adalah Hong Mong Ling. Aku dengar katanya dia bersembunyi di rumahmu" Pada wajah Cang Bun Piauw segera perlihatkan perasaan jengkel, teriaknya. "siapa yang bilang? Waktu itu setelah siauw te kembali dari Benteng Pek Kiam Po selama ini belum pernah bertemu dengan dia, siapa bilang dia bersembunyi di rumahku?" "Kalau ada lebih baik kau mengaku terus terang, kalau tidak jika aku tahu kalau kau sedang berbohong aku akan mencabut setiap ototmu" "Sungguh tidak ada, bilamana Ti heng tidak percaya biarlah siauwte sekarang juga menghantar Ti heng kerumahku" Ti Then yang melihat dia betul-betul tak tahu urusan ini barulah tersenyum. "Baiklah, sekarang kau boleh berdiri" Perlahan-lahan Cang Bun Piauw bangkit berdiri, kepada kedua orang pemuda itu dengan wajah serba susah ujarnya."Kalian berdua tunggulah sebentar di sini, biar siauwte hantar saudara ini ." "Aku tidak jadi cari dia, sekarang kau boleh duduk kembali" Potong Ti Then sembari tersenyum. Cang Bun Piauw menjadi melengak. "Ti heng tidak jadi pergi?" "Aku percaya kau tak berani menyembunyikan dirinya." Saat itulah Cang Bun Piauw baru menghembuskan napas dan berani duduk. Ti Then menepuk-nepuk pundaknya, ujarnya sambil tertawa. "Ayoh duduk dan lanjutkan dongenganmu, tetapi tidak boleh menggunakan namaku serta namanya Wi Pocu" Seperti juga baru saja mendapatkan rejeki nomplok, dengan bungkukkan badannya seratus delapan puluh derajat dia memberi hormat berulang kali. "Baik baik, siauwte tak berani .... tak berani. Tadi siauwte hanya mengajak guyon dengan kedua orang kawanku ini. Heei..heei. Apakah Ti heng tidak duduk-duduk dulu untuk minum secawan arak?" Ti Then tak menyawab, segera dia putar tubuhnya turun dari loteng itu, sesudah naik ke atas kudanya cepat-cepat dia kaburkan tunggangannya itu kearah luar kota. Tidak berhasilnya menawan Hong Mong Ling kembali membuat di dalam hatinya diam-diam merasa sedikit kecewa tetapi dia sudah ambil keputusan dia akan pergi mencari sendiri setelah memberi laporan terlebih dahulu kepada Wi Ci To. Sekembalinya ke dalam benteng Pek Kiam Po cuaca sudah mendekat magrib, Wi Ci To serta Wi Lian In yang melihat dia pulang kembali dengan tangan kosong merasa amat heran, bersama-sama tanyanya. Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo