Ceritasilat Novel Online

Pendekar Patung Emas 21


Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 21


Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong   "Dimana bangsat cilik itu?""Dia berhasil melarikan diri"   Jawab Ti Then tertawa pahit.   "Aku tahu"   Tiba-tiba ujar Wi Lian In sambil mendepakkan kakinya ke atas tanah "Tentu kau sengaja membiarkan dia melarikan diri"   "Bukan- ..bukan"   Bantah Ti Then- "Dia berhasil melarikan diri dari pengawasan siauw- lim Cap Pwe Lo han"   Segera dia menceritakan keadaan dengan cara bagaimana Hong Mong Ling menggunakan akalnya melarikan diri daripengawasan siauw- lim Cap Pwe Lo Han di kuil Kuang Hoa si. Air muka Wi Ci To segera berubah menjadi amat keren.   "Tidak perduli ia melarikan diri sampai ujung langit pun aku harus menawan dia kembali"   "Yuan Kuang Thaysu sudah menyamin kalau dia akan menawan dirinya kembali"   "Bagaimana dengan janyi kita kepada si rase bumi Bun Jin Cu pada bulan depan"   Tanya Ti Then tiba-tiba.   "Lohu akan langsung menuju ke sana"   "Tetapi sirase bumi Bun Jin Cu juga berjanyi dengan boanpwe."   "Sampai waktunya Ti Kiauw tauw boleh berangkat langsung dari sini, kita bertemu di atas gunung Kim Ting san"   "Ehmm. kita tunggu beberapa hari lagi, jikalau Siauw lim Cap Pwe Lo Han tidak berhasil menawan dia kembali Lohu mau pergi sendiri untuk menawan dia kembali"   "Tia, putrimu juga mau ikut"   Ujar Wi Lian In yang berdiri disisinya. Wi Ci To termenung berpikir sebentar baru ujarnya.   "Di dalam beberapa hari ini bila mana para pendekar pedang merah bisa kembali di dalam benteng semua kau sampai pada waktunya boleh ikut Ti Kiauw tauw pergi, kalau tidak kau harus tinggal di dalam benteng untuk jaga rumah."Berbicara sampai di sini segera dia bangkit berdiri "Mari kita pergi makan"   Tua muda tiga orang segera menuju ke ruang makan- Wi Ci To dengan air muka serius berdiam diri tak mengucapkan sepatah kata pun, hal ini entah dikarenakan kesedihan atas kematian sutenya Huang puh Kian Pek atau karena tidak berhasil ditawannya kembali Hong Mong Ling dan menjadi marah.   Melihat keadaan diliputi oleh kesunyian, Ti Then coba memecahkan kesunyian tersebut.   "Pocu apakah jenasah dari Hu pocu sudah dikebumikan?"   "Ehmm sudah selesai"   Sahut Wi Ci To perlahan- "Heei..boanpwe betul-betul merasa bingung, kenapa dia bisa melakukan pekerjaan seperti ini?"   Wi Ci To mendengus dengan amat dinginnya.   "Hanya ada dua kata: Kemungkinan sekali bersekongkolnya dia dengan Hong Mong Ling masih ada tujuan lain-dan bukan terbatas pada soal karena sayangnya serta simpatiknya". Agaknya Wi Ci To tidak ingin membicarakan itu lagi, dengan tawar jawabnya.   "Jikalau ada lohu sendiri juga tidak ada tujuan yang sebenarnya"   Mendengar kata-kata ini sengaja Ti Ten berkata lagi.   "Hong Mong Ling pasti tahu, bilamana siauw lim Cap Pwe Lo han berhasil tawan dia kembali, kita bisa mengorek keterangan yang lebih banyak lagi dari mulutnya"   Air muka Wi Ci To segera berubah amat hebat, mendadak dia meletakkan kembali mangkok serta sumpitnya ke atas meja kemudian meninggalkan perjamuan.   "Kalian teruskanlah untuk makan, lohu mau masuk ke dalam kamar buku untuk beristirahat."Selesai berkata dengan menggendong tangannya dia berlalu dari sana. Setelah dilihatnya bayangan Wi Ci To lenyap dari pandangan, barulah Wi Lian In memperlihatkan senyuman pahitnya, ujarnya kepada Ti Then dengan suara yang amat lirih.   "Kau pikir apa tujuan dari Hu Pocu Huang puh Kiam pek bersekongkol dengan Hong Mong Ling?"   Ti Then gelengkan kepalanya.   "Aku sendiri juga tidak tahu, seharusnya kau yang tahu karena Hu pocu sudah bersama-sama dengan kalian selama puluhan tahun lamanya, sedang aku baru kenal dengan dia selama dua bulan saja"   "Mari kita selidiki bersama-sama, langkah pertama yang dilakukan mereka sesudah bersekongkol dengan Hong Mong Ling adalah menculik aku pergi kemudian mengajak kau untuk bertemu dengan mereka di atas gunung Fan Cin Gan, dia minta kau beritahukan nama suhumu, mencatat semua kepandaian silat yang kau miliki kemudian membuntungkan tangannya sendiri setelah itu minta kau hantarkan semacam barang kepada suhumu, seharusnya jika dipandang dari kejadian itu arah yang dituju mereka seharusnya kau bukan aku, benar tidak??"   "Aku kira bukan demikian"   Bantah Ti Then sembari gelengkan kepalanya "Dia mengajukan empat syarat kepadaku diantara itu hanya syarat yang meminta aku catat semua kepandaian silatku serta meminta aku membawa semacam barang kepada suhu agak mirip dikatakan sebuah syarat tetapi tentang soal kepandaian silat hal ini sedikit tidak cocok"   "   Karena aku sudah sanggupi untuk memberi pelajaran kepandaian silat di dalam benteng Pek Kiam Po, walau pun dia adalah Hu pocu tetapi dia pun boleh ikut berlatih dengan diriku.   Karena itulah aku kira syarat yang minta kucatatkan semua ilmu silatku hanya merupakan suatu kedok saja untuk menutupi rencananya sedangkan syarat yang menyuruh aku menghantarsebuah barang untuk suhuku kemungkinan sekali dia bermaksud untuk membunuh suhuku .   ."   "Dengan alasan apa dia mau bunuh suhumu?"   Potong Wi Lian In mendadak.   "   Untuk menjelaskan hal ini terlebih dulu, kita harus membicarakan syarat yang ketiga terlebih dulu, dia minta aku buntungi salah satu lenganku, hal ini kemungkinan sekali dikarenakan kepandaian silat yang aku alami amat lihay sehingga merupakan seorang yang paling menakutkan bagi dirinya, dia mengharapkan sesudah tanganku buntung sebelah maka hal tersebut merupakan satu pukulan yang berat buat diriku sehingga dengan begitu dia pun tak usah terlalu takut kepadaku, sedangkan soal dia minta bawakan semacam barang untuk suhuku kemungkinan sekali punya arti yang sama yaitu barang itu pastilah semacam barang yang membinasakan, ketika suhuku menerima barang-barang tersebut maka beliau segera akan binasa, hal ini boleh dikata merupakan siasat sekali panah mendapat dua hasil.   Karena kepandaian silat dari seorang suhu pasti jauh lebih lihay dari kepandaian silat muridnya, jikalau muridnya sudah di basmi tapi suhunya tidak dibasmi sekalian, ini boleh dikata meninggalkan bibit bencana buat dirinya sendiri"   "Heey, omong pulang pergi tujuannya itu sama saja yaitu hendak membasmi dirimu bukan?"   Ujar Wi Lian In sambil menghela napas panjang.   "Tidak salah"   Jawab Ti Then mengangguk.   "Tetapi hal ini bukanlah tujuan yang terakhir, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sekongkolnya dia dengan Hong Mong Ling sama sekali bukan dikarenakan perasaan simpatiknya terhadap Hong Mong Ling, sekali pun hal ini timbul dikarenakan rasa simpatiknya maka dalam soal ini dia semakin tidak punya alasan lagi untuk membinasakan diriku. Maka itulah sebab-sebab dia mau membinasakan diriku pastilah di karenakan aku."   "Aku merupakan penghalang besar bagi usahanya atau dengan perkataan lain dia sudah merencanakan suatu rencana busukterhadap kalian ayah beranak. tetapi dengan munculnya aku secara tiba-tiba di dalam benteng Pek Kiam po membuat dia merasa takut aku mengganggu usaha mereka itu karena itulah dia mau menyingkirkan nyawaku"   Wi Lian In yang mendengar penjelasan ini tidak henti-hentinya mengangguk.   "Penjelasanmu sungguh sangat tepat sekali, tetapi dia sudah merencanakan rencana busuk apa terhadap kami ayah beranak?..."   "Tentang ini aku tidak tahu tadi aku sudah berkata kalian ayah beranak yang hidup dengan dia puluhan tahun lamanya sudah tentu jauh lebih jelas daripada aku yg baru berkumpul dua bulan saja."   "Menurut apa yang kuketahui"   Ujar Wi Lian In lagi sambil menggigit bibirnya kencang.   "Dia sangat baik memperlakukan Tia, walau Tia adalah pocu sedang dia adalah Hu pocunya tetapi selama ini Tia selalu menganggap dia sebagai saudara sendiri, selama ini tidak pernah cekcok atau segala apa pun omong yang jelas lagi setiap rambut dan pohon yang ada di dalam benteng ini adalah milik ayahku juga miliknya, aaai apa lagi yang membuat dia merasa tidak puas?"   "Kemungkinan heei, perkataan ini sebetulnya aku tidak patut mengatakan."   "Apa yang kau pikirkan cepat katakan saja, sekali pun apa yang mau kau katakan memalukan kami ayah beranak aku juga tidak akan menyalahkan dirimu karena kita saat sedang menyelidiki persoalan ini"   Ti Then berbatuk-batuk kering terlebih dulu kemudian barulah jawabnya.   "Ehmm..aku sedang berpikir kau bilang setiap jengkal rumput serta setiap batang pohon yang terdapat di dalam benteng Pek Kiam po adalah miliknya ayahmu sama juga seperti miliknya, perkataan ini kemungkinan sekali sedikit tidak benar, karena dalam bentengagaknya masih ada barang yang dia sendiri dilarang untuk mendekati"   Air muka Wi Lian In segera berubah.   "Yang kau maksudkan loteng penyimpan kitab itu?"   Ti Then hanya mengangguk tanpa memberikan jawabannya. Wi Lien In menarik napas panjang.   "Kalau begitu tujuan yang utama dari Hu Pocu kemungkinan sekali terletak di dalam loteng penyimpan kitab itu."   "Kemungkinan sekali memang benar"   Sahut Ti Then sambil sekali lagi mengangguk.   "Karena dengan kedudukannya sebagai Hu Pocu ternyata tidak boleh mengetahui juga rahasianya ayahmu bagaimana pun juga karena perasaan heran dan ingin tahunya bisa berubah menjadi perasaan kurang puas."   "Perkataan dari Ti Kiauw tauw sedikit pun tak salah, tetapi di dalam Loteng Penyimpan Kitab itu Lohu tidak mem punyai rahasia apa-apa yang istimewa?"   Suara dari Wi Ci To secara tiba-tiba muncul dari depan pintu ruangan tersebut.   Ti Then sama sekali menyangka kalau Wi ci To setelah pergi bisa kembali lagi, mendengar perkataan itu dia menjadi amat terperanyat, cepat-cepat dia bangun berdiri dan menghadap kearah pintu ruangan.   "   Harap Pocu suka memaafkan kelancangan dari boanpwe"   Ujarnya terburu-buru minta maaf.   "Tidak mengapa"   Sahutnya tersenyum kemudian dengan langkah perlahan dia berjalan masuk ke dalam.   "Perkataan yang baru saja kau ucapkan memang sangat benar."   Ti Then hanya menundukkan kepalanya tanpa memberikan jawaban,jelas sekali pada air mukanya memperlihatkan perasaan menyesal.   Dengan menggendong tangannya Wi Ci To berjalan pulang pergi di dalam ruangan tersebut, lama sekali barulah ujarnya:"Padahal jika dikatakan di dalam loteng penyimpan kitab itu tidak terdapat semacam rahasia hal ini memang tidak benar, tetapi rahasia yang terdapat di sana sebetulnya tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain, juga bukan merupakan barang mustika yang berharga satu kota...   sekarang mari kalian ikuti lohu."   Selesai berkata dia berjalan keluar dari dalam ruangan- .   Ti Then serta Wi Lian In yang mendengar dia akan memimpin diri mereka berdua untuk masuk dan melihat-lihat Loteng Penyimpan kitab itu di dalam hati tanpa terasa tergetar juga dengan amat keras, bersamaan itu perasaan yang amat girang pun meluncur dari lubuk hati mereka.   Terhadap diri Wi Lian In serta Ti Then, hal ini merupakan harapan yang diidamkan setiap hari, apalagi terhadap diri Ti Then sejak di ketahui olehnya kalau Wi Ci To memiliki sebuah Loteng penyimpan Kitab yang melarang putrinya sendiri mau pun sutenya untuk masuk ke dalam, di dalam hatinya sudah ambil kesimpulan kalau tujuan dari majikan patung emas yang perintahkan dirinya masuk ke dalam Benteng Pek Kiam Po ini terletak di dalam loteng Penyimpan kitab itu, karenanya dia sangat mengharap bisa mengetahui macam apakah barang yang dikehendaki itu, dia sangat mengharapkan bisa mengetahui terlebih dulu gerakan selanjutnya dari dirinya akan menimbulkan aktbat yang baik atau buruk terhadap Benteng Pek Kiam Po.   Kini Wi Ci To secara tiba-tiba sudah melanggar aturannya yang di pegang teguh selama puluhan tahun lamanya, dia ingin membuka rahasia yang terdapat di dalam loteng penyimpan kitab ini, hal ini membuat orang lain sama sekali tidak menduga.   Wi Lian In dengan air muka yang bersinar dan penuh perasaan girang meletakkan kembali mang kok sumpitnya kemudian mengikuti dari belakang.   Tua muda tiga orang hanya tidak lama kemudian sudah berada diluar pintu loteng Penyimpan Kitab itu, dari dalam sakunya Wi ci To mengambil keluar sebuah kunci yang amat aneh sekali bentuknyakemudian dengan perlahan-lahan membuka gembokan di depan pintu Loteng Penyimpan Kitab itu.   Beberapa orang pendekar pedang hitam yang menyaga di luar Loteng Penyimpan Kitab itu ketika melihat pocu mereka hendak membawa Ti Then serta Wi Lian In masuk ke dalam loteng tersebut tanpa terasa pada wajah mereka sudah muncul perasaan terkejut bercampur heran, karena mereka sudah menyaga diluar Loteng Penyimpan Kitab ini selama puluhan tahun lamanya dan mereka selama ini Pocu mereka sudah menuliskan larangan bagi setiap orang untuk memasuki Loteng Penyimpan Kitab ini, sebaliknya malam ini secara mendadak Pocu mereka sudah membawa Ti Then serta putrinya masuk ke dalam Loteng itu, bukankah hal ini merupakan suatu kejadian yang sangat mengherankan dan sangat mengejutkan?? Sesudah membuka pintu loteng Penyimpan Kitab itu, barulah Wi Ci To menoleh ke belakang dan berkata pada Ti Then serta Wi Lian In.   "Kalian berdirilah yang jauh biar Lohu masuk terlebih dulu untuk menutup semua alat rahasia yang terdapat di dalamnya, sesudah itu kalian baru ikut masuk." . selesai berkata dia mendorong pintu depan dan berjalan masuk. Ruangan di bawah loteng penyimpanan kitab itu keadaannya biasa saja, tanpa ada tempat-tempat yang terlalu istimewa, ruangan itu tidak lebih hanya merupakan sebuah ruang tamu yang kecil. Sesudah Wi ci To mendorong pintu berjalan masuk ke dalam segera bisa kelihatan keadaan di dalamnya amat teratur sekali bahkan diatur dengan gaya artistik yang merah tetapi dikarenakan selama puluhan tahun lamanya tidak pernah dibersihkan maka semua alat-alat yang ada di dalamnya kelihatan sudah menjadi kuno bahkan setiap ujung tembok sarang laba-laba memenuhi semua tempat, keadaannya sangat menyeramkan sekali mirip dengan sebuah rumah setan saja.Wi Ci To sesudah masuk ke dalam ruang tamu yang kecil, itu hanya di dalam sekejap mata saja sudah lenyap tanpa bekas, di dalam sekejap saja mendadak keadaan di dalam ruangan itu terang benderang bagaikan siang hari saja, Wi Ci To dengan ditangannya membawa lampu muncul di hadapan Ti Then serta Wi Lian In- ujarnya.   "Sekarang kalian boleh masuk"   Air mukanya di bawah sorotan sinar lampu yang dibawa kelihatan amat cerah dan bersinar.   Ti Then mau pun Wi Lian In dengan membawa perasaan hati yang tidak tenang mengikuti dengan kencang di belakangnya, selama ini mereka membungkam di dalam seribu bahasa.   Setelah mereka memasuki ruangan tamu yang kecil itu seperti juga baru saja memasuki suatu dunia yang diliputi oleh keseraman dan kemisteriusan, seluruh tubuh mereka merasa amat dingin sedang wajahnya sedikit mulai memucat.   Di samping sebelah kanan dari ruang tamu itu terdapat sebuah tangga yang menghubungkan tempat itu dengan loteng lantai ke dua, dengan membawa lampu Wi Ci To mulai berjalan menaiki tangga itu ujarnya tiba-tiba.   "Mari kalian ikut naik"   Ti Then merupakan orang kedua yang menaiki tangga tersebut, setiap kali kakinya menginyak tangga tersebut di dalam hati terasa suatu perasaan yang saugat aneh karena waktu inilah dia baru mau percaya kalau disetiap sudut di dalam ruangan loteng penyimpan kitab itu dimuat alat rahasia yang menyeramkan bahkan dia pun tahu kalan alat rahasia itu tidak diatur dan dipasang sekitar tangga- tangga itu saja bahkan disetiap jengkal tanah di dalam ruangan tamu itu pun terdapat.   Luas ruangan itu jika dipandang dari luar kurang lebih ada tujuh kaki sebaliknya ruangan kecil di dalamnya hanya ada tiga kaki saja, artinya disekeliling tembok di dalam ruangan itu sudah dipasang alat rahasia yang mendirikan bulu roma.Tangga yang menghubungkan lantai-lantai pertama ke lantai kedua ada delapan belas trap banyaknya, setelah melewati tangga terakhir sampailah disebuah ruangan kamar baca yang begitu luas.   Di sekeliling ruang kamar baca ini terdapat rak tinggi besar, di dalam rak itu berjajarlah beribu-ribu buah kitab, bahkan boleh dikata selain kitab sama sekali tidak terdapat barang lainnya lagi.   Inilah keadaan dari ruangan loteng penyimpanan kitab yang membawa kemisteriusan bagi setiap orang.   Tanpa terasa lagi Wi Lian In sudah mengeluarkan suara tertahan yang penuh diliputi oleh perasaan terkejut bercampur kecewa, gumamnya seorang diri.   "Ternyata tidak ada apa-apanya"   Dengan perlahan Wi Ci To meletakkan lampu yang dibawanya ke atas meja, ujarnya sembari tersenyum.   "Tidak ada apa-apanya, Ehmm loteng penyimpanan kitab dari lohu ini sudah menyimpan berbagai macam kitab serta lukisan dari pujangga-pujangga terkenal pada masa yang silam, banyak diantaranya jarang bisa didapatkan ditempat luar, jika dibilang dengan uang, mungkin berada di atas ratusan juta tahil perak."   "Tetapi."   Bantah Wi Lian In cemberut "Lukisan lukisan serta tulisan-tulisan ini di dalam pandangan kami orang-orang Bu lim sama sekali tidak berharga."   "Benar. tetapi lohu memangnya punya kegemarannya begitu, sejak kecil lohu paling suka membaca buku dan gemar menyimpan berbagai lukisan dari pujangga-pujangga terkenal, di dalam hati lohu barang-barang ini sangat berharga sekali"   "   Untuk menyimpan lukisan lukisan serta tulisan-tulisan ini, Tia sudah memasang alat-alat rahasia disekeliling loteng ini, apa untuk mencegah orang lain memasuk tempat ini??"   Sahut Wi Lian In kurang puas.   "Tidak"   Sahut Wi Ci To geleng kepalanya.   "   Lohu pasang alat-alat rahasia ini sebetulnya untuk mencegah ada orang yang masuk kesini mencuri kitab-kitab serta lukisan tersebut di samping itu juga untuk menyaga suatu rahasia lainnya"   "Rahasia apa??"   Tanya Ti Then serta Wi Lian In hampir bersamaan- Wi Ci To tidak segera memberikan jawabannya, sinar matanya dengan tajam memandang beberapa saat lamanya ke atas wajah Ti Then mau pun Wi Lien In kemudian dengan air muka serius ujarnya.   "Sebelum Lohu membuka rahasia ini aku mau tanya padamu terlebih dulu...In ji apakah kau mau percaya terhadap setiap perkataan yang aku katakan???"   "Putrimu mau percaya"   Sahut Wi Lian In sambil mengaagguk.   "Bagaimana dengan Ti Kiauw tauw??"   Tanya Wi Ci To kemudian sambil menoleh kearah Ti Then.   "Selama ini Pocu jadi orang sangat jujur, setiap perkataan mau pun perbuatan semua pakai aturan, bagaimana boanpwe berani tidak percaya?."   "Kalau begitu sangat bagus sekali, sekarang juga lohu mau membuka suatu rahasia di hadapan kalian, setiap perkataan yang aku katakan adalah hal yang sungguh-sungguh terjadi, sama sekali tidak ada perkataan bohong barang sepatah pun."   Selesai berkata dia berjalan menuju ke depan rak buku sebelah selatan dan menyingkirkan se   Jilid kitab kemudian kelihatan tangannya dimasukkan ke dalam rak buku itu, entah diapakan mendadak dia mundur kembali ke belakang.   Dari belakang rak kitab itu segera terdengar suara gesekan terbukanya pintu rahasia, sebuah pintu dengan perlahan-lahan membuka kearah kanan.   Di belakang rak buku itu terdapat sebuah dinding kayu yang menutupi tempat itu sedang di depan dinding tersebut tergantung sebuah kain yang di sampingnya terdapat sebuah tali, agaknya kain itu bisa ditarik untuk menyingkirkannya.Agaknya Wi Ci To merasa sedikit keberatan untuk membuka rahasia tersebut, dari mukanya jelas memperlihatkan dia merasa sangat sedih bercampur bingung.   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tia, barang apa di belakang kain tersebut? "   Tanya Wi Lian In cepat, agaknya dia sudah tidak merasa sabar lagi. Wi Ci To termenung berpikir beberapa saat lamanya, setelah itu barulah ujarnya.   "Coba kau tebak".   "sebuah pintu menuju keruang rahasia??"   "Bukan.."   Jawab Wi Ci To sambil menggelengkan kepalanya.   "Sebuah lemari rahasia??"   "Juga bukan..."   "Mungkin sebuah lukisan?"   Tiba-tiba Ti Then nyeletuk.   "Benar, memang sebuah lukisan". Selesai berkata dia maju ke depan menarik tali di sampingnya untuk membuka kain penutup tersebut. Begitu kain penutup itu terbuka, tidak salah lagi tampak sebuah lukisan muncul di hadapan mereka, sebuah lukisan dari seorang perempuan yang sangat cantik. Tanpa terasa Ti Then sudah menarik napas panjang, pikirnya.   "Oooh Thian, ternyata di dalam dunia ada seorang perempuan yang demikian cantiknya"   Memang benar perempuan yang terdapat di dalam lukisan itu memang mem punyai paras amat cantik, tapi cantiknya bukan merupakan cantik yang mendebarkan hati, menimbulkan hawa nafsu sebaliknya kecantikan parasnya adalah bersih, suci dan sedikit pun tidak ada pengaruh aneh lainnya.   Wi Lian In melototkan matanya lebar-lebar dengan perasaan terperanyat teriaknya.   "Sungguh cantik sekali Tia, siapakah perempuan ini ???"   "Dia she shu bernama Sim Mey".Agaknya Wi Lian In belum pernah mendengar nama "Shu Sim Mey"   Itu setelah mendengar kata-kata itu dia menjadi berdiri tertegun.   "Siapa dia?"   Tanyanya lagi.   "Rumahnya ada didesa He Liong cong di daerah Kauw shu."   Sekali lagi Wi Lian In dibuat tertegun.   "Ah, dia satu kam pung dengan Tia?"   Dengan perlahan Wi Ci To mengangguk. dengan air muka sangat sedih jawabnya.   "Benar. sewaktu aku masih kecil kita adalah bertetangga...."   "Kalian.. kalian punya ikatan perjodohan sejak kecil??"   Tanya Wi Lian In gemetar, sedang air mukanya berubah hebat. sekali lagi Wi ci To mengangguk.   "Hubunganku dengan dia boleh di gambarkan dengan syair Tiang Han Hiong, dari penyair terkenal Lie Pak.."   Segera dia mulai bersyair dengan nada penuh golakan hati, air mukanya berubah amat keren sedang mulutnya tak henti-hentinya membaca isi dari syair tersebut.   Begitu dia selesai membaca syair tersebut tanpa disadari lagi air matanya sudah menetes keluar membasahi wajahnya .   "   Melihat Wi Ci To mengeluarkan air matanya, Wi Lian In menjadi teramat heran bercampur terperanyat, ujarnya.   "Jadi Tia maksudku dengan Shu Sim Mey sudah menjadi suami istri?"   "Tidak salah"   Jawab Wi Ci To dengan perasaan amat sedih "sebelum aku kawin dengan ibumu terlebih dulu sudah menjadi suami istri dengan shu sim Mey"   Wi Lian In merasakan hal ini merupakan suatu pukulan yang berat bagi dirinya, tanpa dapat dicegah lagi dia melelehkan air mata dengan perasaan sedih ujarnya.   "Tia, kau sudah menipu ibu. .""Benar, aku sudah menipu ibumu"   Sahut Wi Ci To sambit mengangguk.   "Sekali pun aku sudah menjadi suami istri selama tiga puluh tahun lamanya dengan dia, tetapi selama ini belum pernah betul-betul mencintai dirinya, karena .... karena aku tidak bisa melupakan Shu Sim Mey ini"   Dari sepasang mata Wi Lian In segera memancarkan perasaan tidak puasnya, sambil melototi lukisan dari shu sim Mey itu ujarnya.   "Perempuan itu sekarang berada dimana?"   "Di dalam sebuah kuburan didekat kali Han san si."   Wi Lian In menjadi melengak.   "ooh.. dia. .dia sudah meninggal?"   "Benar, dia meninggal dunia pada usia tujuh belas tahun, berarti juga pada tahun ketiga setelah aku menikah dengan dia, shu sim Mey telah meninggal dunia."   Perlahan-lahan Wi Lian In menghapus bekas air matanya.   "Bagaimana dia bisa meninggal?"   "Saking rindunya kepadaku dia menjadi sakit kemudian meninggal?"   "Hal ini berarti juga setelah Tia menikah dengan dia karena suatu urusan sudah meninggalkan dirinya?"   Tanya Wi Lian In dengan perasaan amat terperanyat.   "Benar, sesudah dia menikah dengan aku pada tahun kedua karena aku sangat gemar belajar ilmu silat, maka aku lantas meninggalkan rumah untuk mencari guru, sebetulnya hanya rencana paling lama setengah tahun saja kemudian hidup kembali bersama-sama dengan dia, tetapi pada bulan ketiga sesudah aku meninggalkan rumah mendadak di atas gunung Tong-san sudah bertemu dengan seorang jagoan aneh dari Bu lim dan dialah sucowmu si Thiat Kiam ong atau kakek pedang baja suma song, ketika dia melihat bakatku maka sesudah menerima diriku sebagai ahli warisnya dan memberi pelajaran ilmu pedang, karena perhatiannya yang tertuju pada ilmu pedang inilah sudah lupa untukkembali kerumah menengok dia, hanya di dalam sekejap saja satu tahun sudah berlalu."   Perlahan-lahan dia menghela napas panjang, kemudian sambungnya lagi.   "Setahun kemudian aku baru teringat untuk kembali ke rumah menengok dia, siapa tahu pada saat itulah sucowmu sudah jatuh sakit dengan usianya sembilan puluh delapan pada waktu itu ditambahkan secara tiba-tiba jatuh sakit membuat aku harus merawat dia orang tua, karena itulah rencana untuk pulang kerumah menengok dia menjadi terbengkalai. setengah tahun lewat dengan cepat akhirnya sucouwmu wafat, setelah habis aku membereskan layannya barulah dengan tergesa-gesa kembali ke su Kho siapa tahu baru saja sampai dirumah aku baru tahu pada setengah tahun yang lalu dia sudah binasa, die meninggal dunia karena terlalu rindu kepadaku."   Berbicara sampai di sini dia menarik napas panjang-panjang, agaknya luka di dalam hatinya kambuh kembali.   Wi Lian In berdiam diri tidak berbicara.   Ti Then sendiri pun terpaksa bungkam, diam seribu bahasa, tetapi di dalam hatinya dia merasa ikut sedih dan tergerak oleh cerita yang amat menyedihkan ini, dia masih mem punyai suatu perasaan yang lain daripada yang lain, dia sama sekali tidak menyangka di dalam Loteng Penyimpan kitab yang diduga menyimpan berbagai rahasia ini ternyata hanya menyimpan suatu kisah yang menyedihkan saja bahkan rahasia itu hanya menyangkut pada "Urusan pribadi"   Orang lain. Lama sekali Wi Ci To memandang wajah putrinya, setelah itu baru tanyanya.   "Inyie, kau benci terhadap dia?"   "Tidak. ."   "Kalau begitu kau benci terhadap aku??"   "   Juga tidak..."   Tanpa terasa Wi Ci To sudah menghela napas panjang."   Kematiannya dikarenakan rindu padaku, sebetulnya kami berdua saling cinta mencintai, dikarenakan kegoblokanku sendiri sudah menghantarkan nyawanya, bilamana aku teringat kembali akan persoalan ini di dalam hati seperti diiris-iris oleh berjuta-juta batang pisau, sungguh menderita sekali."   Dia berhenti sebentar, kemudian sambungnya lagi.   "sewaktu di dalam hati, hatiku marasa sedih sehingga sukar dihilangkan beberapa kali aku sangat mengharapkan bisa melakukan berbagai urusan yang bisa meringankan beban orang-orang Bu lim tetapi hal ini semua sama sekali tidak berguna, asalkan bayangan tubuhnya muncul kembali di dalam benakku maka sama sekali tidak bisa hilang bilang, akhirnya.. Ehmmm, setelah delapan tahun dari kematiannya aku baru bertemu dengan ibumu, tentang bagaimana aku lalu kawin dengan ibumu tentunya kau sedikit mengetahui bukan ??"   Wi Lian In dengan perlahan mengangguk.   "Tahu. ibu sekeluarga sewaktu kakekku lepas dari jabatan pulang kam pung, ditengah jalan sudah bertemu dengan kaum perampok. kakek dan nenek pada binasa sedang kawanan perampok itu mau menodai ibu waktu itulah Tia sedang lewat di sana dan turun tangan membunuh perampok-perampok itu tersebut dan menolong ibu, dengan demikian ibu dengan ayah lalu kawin bukan begitu???"   "Benar. sebetulnya aku tidak punya niat untuk mengawani ibumu tetapi saat itu ibumu sudah luntang lantung seorang diri tanpa sanak famili bahkan secara diam-diam dia bertekad untuk membalas budi ini dengan menggunakan tubuhnya, bilamana aku tidak mau terima dia sebagai istrinya maka dia mau mati saja makanya aku baru menerimanya. Tetapi walau pun aku berusaha keras untuk mencintai ibumu bayangan dari su sim May tidak bisa hilang- hilangnya dari benakku, adakalanya terang-terangan ibumu yang berdiri di hadapanku, aku sudah salah melihat dia sebagai sub Sim Mey, ada satu hari aku tidak betah untuk tidur diam-diam mencuri lihat lukisan wajahnya, karena takut ibumu tahu maka aku baru bangun Loteng Penyimpan Kitab ini dan menggantungkanlukisannya di sini. setiap kali kalau aku rindu padanya lalu masuk ke sini untuk memandang wajahnya selama setengah harian."   "Heeeey... Tak tak tertahan lagi Wi Lian In menghela napas panjang.   "Bilamana sejak dahulu kala Tia mau menceritakan urusan ini mungkin sekali luka di dalam hati kau orang tua akan sedikit menjadi sembuh."   "   Tidak..   Aku tidak bisa melukai hati ibumu, ibumu adalah seorang perempuan yang pendiam, selamanya selalu menurut omonganku dan dengan sepenuh hati mencintai aku, jika dia tahu hatiku sudah direbut orang lain dia pasti akan merasa sangat berduka hati." -ooo0dw0ooo-   Jilid 17.1: Mengejar Hong Mong Ling Dia berhenti sebentar sesudah menghela napas panjang barulah tambahnya.   "   Karena itulah selama puluhan tahun ini aku tidak membiarkan setiap orang masuk ke dalam loteng penyimpan kitab itu termasuk juga kau dan Huang puh siok karena aku takut sesudah kalian tahu rahasia ini lalu menceritakan kepada ibumu"   Berbicara sampai di sini dengan perlahan dia menoleh kearah Ti Then.   "Tadi sewaktn masih berada di ruang makan Ti Kiauw tauw menduga kemungkinan bersekongkolnya Hu pocu serta murid murtad itu dikarenakan hendak mencuri sesuatu barang dari Loteng penyimpan kitab ini kemungkinan memang benar, karena ketika mereka melihat lohu dengan tegas melarang setiap orang masuk ke dalam Loteng penyimpan kitab itu lalu di dalam alam pikiran mereka mem punyai suatu dugaan kalau di dalam tempat ini pasti disimpan barang-barang berharga yang sukar didapatkan. Heei..Ini memang kesalahan Lohu seharusnya setelah istriku meninggal Lohu harus mengumumkan rahasia ini tetapi untuk itu Lohu masih takut kalauurusan ini sampai melukai hati putriku karena itu sampai kini tidak aku ceritakan terus, karena hal ini sudah mencelakakan seorang sute yang sudah hidup bersama-sama dengan Lohu selama puluhan tahun lamanya."   Dengan perlahan Wi Lian In menuding ke arah lukisan dari Shu Sim Mey itu. tanyanya.   "Dia . apakah sudah meninggalkan empat puluh tahun lamanya? Waktu sudah lewat begitu lama kenapa Tia masih selalu saja menyiksa diri??"   Dengan amat sedihnya Wle Ci TO menghela napas panjang.   "   Walau pun dia sudah meninggalkan empat puluh dua tahun lamanya, tetapi di dalam ingatannya ayahmu seperti juga peristiwa yang baru terjadi kemarin hari"   "Sejak hari ini apakah Tia ingin terus memikirkan dirinya?"   Tanya Wi Lian In lagi sembari bernapas panjang.   "Ulat sutera binasa karena seratnya dan musnah, lilin habis apinya baru padam"   "Tia, kau terlalu menyiksa diri"   Seru Wi Lian In. Wi Ci To tertawa pahit.   "Kau bukanlah aku sudah tentu tidak paham keadaan pikiran ayahmu sekarang ini, kita sejak kecil main bersama, tumbuh menjadi dewasa pun bersama-sama, dia sering berkata padaku secara diam-diam: Dilangit dia rela menjadi sepasang burung merpati, di tanah dia rela menjadi pohon seranting, tetapi saat itu ternyata aku begitu rela meninggalkannya seorang diri, coba kau bilang ayahmu harus merasa menyesal tidak.?"   "Tapi..."   Bantah Wi Lian In lagi.   "Orang yang sudah meninggalkan tidak akan hidup kembali, buat apa Tia begitu menyiksa diri untuk memikirkan dirinya terus menerus?"   Wi Ci To berdiam diri tidak menyawab, dia hanya menghela napas panjang saja.   "Tia, maukah kau orang tua sejak hari ini tidak pikirkan dia kembali?"Wi Ci To gelengkan kepalanya, dia tertawa pahit.   "Aku sering berusaha tidak memikirkan dirinya, tapi selamanya tidak berhasil"   "Putrimu ada satu cara, hanya saja Tia mau melakukannya?"   "cara apa?"   "Bakar saja lukisan itu"   Ujar Wi Lian In sembari memandang tajam lukisan dari Shu Sim may itu. Air muka Wi Ci To segera berubah amat hebat, dengan suara berat bentaknya.   "In-ji, jangan omong sembarangan"   "Pendapat dari putrimu itu sama sekali tidak punya maksud mendendam padanya, sebaliknya .."   "Tidak usah kau teruskan"   Potong Wi Ci To cepat.   "Kalau begitu sejak kini putrimu boleh memasuki Loteng Penyimpan kitab ini bukan"   Tanya Wi Lian In lagi.   "Kau kemari mau berbuat apa??"   "Baca buku, bukankah di dalam Loteng ini disimpan berbagai macam buku yang berharga? Kalau tidak dilihat terlalu sayang."   Dengan perlahan Wi Ci To menggelengkan kepalanya.   "Selamanya kau paling tidak suka membaca buku, jikalau kau betul-betul mau membaca di dalam kamar bukuku masih tersedia buku dalam jumlah cukup banyak."   "Jadi maksud Tia putrimu tidak diperkenankan masuk ke dalam Loteng penyimpanan kitab ini lagi??"   "Benar"   Sahutnya mengangguk.   "Lohu tak ingin ada orang yang datang kemari untuk menganggu dia."   "Tetapi itu hanya sebuah lukisan saja, bukan manusia betul- betul.""Tetapi selama puluhan tahun ini Lohu selalu merasa bahwa dia masih hidup di dalam Loteng Penyimpan kitab ini, setiap saat lohu masih merasa kalau sukmanya masih tetap ada dan karenanya lohu tidak ingin ada orang yang datang mengganggu dirinya, membuat sukmanya terkejut dan meninggalkan tempat ini.."   Dengan pandangan yang tajam dan mengandung arti mendalam Wi Lian In memandang wajah ayahnya, kemudian dengan air muka penuh perasaan sedih ujarnya.   "Tia,jika kau orang tua terus menerus begitu, kemungkinan sekali pada suatu hari bisa.... bisa. ."   Akhirnya perkataan "Gila"   Berhasil ditahan juga dan tidak bisa sampai diucapkan- Wi Ci To segera menurunkan kembali kain penutupnya kemudian menggerakkan alat rahasianya, menarik kembali rak buku itu ke tempat semula setelah itu sambil mengangkat kembali lampu yang ada di atas meja ujarnya.   "Mari kita keluar"   Tua muda tiga orang segera turun dari loteng itu, sambil mengunci kembali pintu Loteng dengan perlahan Wi Ci To angkat kepalanya memandang cuaca yang sudah menggelap itu.   "Malam sudah larut, kalian pun harus kembali ke kamar untuk istirahat"   Selesai berkata dengan menggendong tangan ia berlalu dari sana, Ti Then serta Wi Lian In saling pandang, memandang tanpa seorang pun yang mengucapkan kata-kata kemudian tanpa terasa lagi suatu senyuman pahit menghiasi bibir mereka, setelah lewat beberapa saat kemudian mereka berdua berpisah untuk kembali ke kamarnya masing-masing.   Ti Then yang sekembalinya dari kamar segera dia duduk di atas pembaringan dan berpikir dengan keras, dia sedang memikirkan suatu persoalan yang amat penting, semula di dalam anggapannya Majikan Patung Emas memperalat dia tujuannya tentu terletak pada suatu barang pusaka yang disimpan dalam Loteng Penyimpan Kitab pusaka itu, tetapi menurut apa yang dilihatnya sekararg ini barang yang disimpan di dalam Loteng Penyimpan kitab itu bukan lainhanyalah suatu rahasia pribadi Wi Ci To sendiri..   kalau memangnya begitu lalu kenapa Majikan Patung Emas memerintahkan dia untuk bergabung dengan pihak Benteng Pek Kiam Po kemudian memperistri Wi Lian In, apa sebetulnya yang di arah ??? Apa mungkin Majikan Patung Emas pun sudah menganggap Wi Ci To menyembunyikan suatu barang pusaka di dalam Loteng penyimpan Kitabnya itu sehingga mau menggunakan kedudukannya sebagai menantu untuk masuk ke dalam Loteng Penyimpan kitab itu untuk mengadakan penyelidikan??? Tidak.   Majikan Patung Emas menghendaki dirinya berlaku sebagai Patung Emasnya tentu di dalam hatinya tersimpan suatu rencana yang amat rapi Jikalau dia tidak tahu betul-betul barang pusaka apa yang sudah disimpan di dalam Loteng Penyimpan kitab pusaka itu, tidak mungkin mau menggunakan tenaga yang begitu besarnya.   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tapi jika dilihat cara bercerita serta perubahan mimik dari Wi Ci To, jelas sekali dia bukan sedang berbohong.   Apa mungkin tujuan dari Majikan Patung Emas tidak terletak di dalam Loteng penyimpan Kitab itu.   Sekali lagi dia terjerumus di dalam alam pikiran yang ruwet, alam pikiran yang sangat kacau.   "Ti Kiauw tauw, ini air tehmu."   Si Locia itu pelayan tua dengan membawa cawan teh panas bertindak masuk ke dalam kamar kemudian dengan amat hormatnya menyodorkan cawan itu ke hadapan Ti Then..   Ti Then segera menerima cawan itu dan mulai meneguknya, sedang pikirannya tetap diperas dengan segala tenaganya.   "Ti Kiauw tauw..."   Panggil si Lo-cia itu lagi sambil tertawa. Dengan perlahan Ti Then angkat kepalanya.   "Ada urusan apa?"   Si Locia tersenyum-senyum malu, lama sekali baru mendengar dia berkata."Budakmu tadi dengar katanya Pocu sudah membawa siocia serta Ti Kiauw tauw masuk ke dalam Loteng Penyimpan Kitab itu"   "Tidak salah"   Sahut Ti Then mengangguk.   "Sungguh heran, bagaimana Pocu bisa membiarkan orang lain mememasuki Loteng penyimpan Kitabnya?"   "Agar semua orang tahu kalau di dalam Loteng penyimpan Kitabnya itu tidak terdapat barang pusaka satu pun"   "Kalau memangnya tidak ada barang pusaka, kenapa selama ini tidak membiarkan orang lain untuk masuk?"   "Aku hanya bisa memberitahukan padamu kalau di dalam Loteng penyimpan kitab itu tidak terdapat barang apa-apa, sebaliknya hanya tersimpan suatu kisah pribadi dari pocu"   "Hanya tersimpan suatu kisah pribadi dari pocu?"   Tanya si Locia setengah tidak percaya.   "Benar"   "Kisahnya bagaimana? "   Desak si Locia kembali.   "Aku hanya bisa memberitahukan padamu sekian saja, bilamana kau mau mengetahui hal yang lebih jelas seharusnya pergi tanya siocia sendiri"   Mendengar omongan itu Locia garuk-garuk kepalanya.   "Siocia tidak mungkin mau beritahu pada budakmu, dia sering memaki budakmu terlalu banyak omong"   Ti Then tersenyum.   "Kau memang terlalu cerewet"   "Tetapi budakmu berbuat demikian hanya terlalu memperhatikan perkembangan pocu kita, kau harus tahu budakmu sudah mengikuti pocu selama puluhan tahun lamanya, segala sesuatunya ..."   "Sudah ..sudah..pocu kalian tidak ada urusan yang harus kau sedihi, kau tidak per1u merasa kuatir hatinya, pergi tidur sana"Lo cia segera menyahut berulang kali dan mengundurkan diri dari sana. Ti Then segera mengunci pintu kamarnya dan mengambil lampu mendekati jendela untuk kirim tanda, tetapi sesudah dipikir beberapa kali dia membatalkan kembali maksudnya itu, dia pikir tentu Majikan patung Emas sudah mengetahui kalau dia telah kembali ke dalam Benteng Pek Kiam Po sedang sebelum dirinya menjadi suami istri dengan wi Lian In dia pun tidak akan memberitahukan rencananya, karena itu dia merasa malas untuk mengadakan hubungan, segera dia buka pakaiannya dan naik ke atas pembaringan untuk beristirahat. Dia sudah ada dua hari lamanya tidak tidur karena itu semangatnya saat ini sudah luntur, tidak selang lama dia berbaring ia sudah tertidur dengan amat pulasnya. Entah sudah tertidur beberapa lamanya mendadak dia sadar kembali dengan perasaan amat terperanyat. Ketika dia buka matanya terlihatlah itu patung emas sudah berdiri dengan angkernya di depan pembaringannya. Tanpa terasa dia sudah menghela napas panjang, dengan perasaan tidak puas bercampur mangkel gumamnya.   "Aku sudah ada beberapa hari lamanya tidak tidur, kenapa kau tidak membiarkan aku tidur dengan nyenyaknya barang satu hari saja?"   Suara dari Majikan Patung Emas segera berkumandang datang dari atas atap. sahutnya dengan suara yang amat dingin.   "Aku ada perkataan yang harus diucapkan kepadamu"   Dengan lambat-lambat Ti Then bangkit berdiri.   "Bukankah besok malam masih bisa?"   Serunya kembali "Bangsat cilik"   Teriak Majikan Patung Emas itu setengah gusar.   "Kau jangan berberbuat begitu, kau adalah patung emasku,bilamana aku tidak membiarkan kau tidur kau pun terpaksa harus sadar terus."   "Bilamana patung emasmu binasa karena kelelahan?"   Majikan patung emas segera tertawa dingin.   "Dengan usiamu seperti sekarang kau tidak akan binasa karena kelelahan, sekali pun sepuluh hari tidak tidur pun tidak mengapa"   "Di dalam keadaan gusar aku bisa mengambil keputusan pendek."   Ancam Ti Then tak mau kalah.   "Aku tahu kau tidak akan melakukan bunuh diri, karena di dalam benakmu masih ada urusan yang belum diselesaikan."   Ti Then segera mendengus dingin.   "Sudah, sudahlah, ada perkataan cepat disampaikan."   Nada dari majikan patug emas segera berubah menjadi lunak kembali.   "Pertama-tama aku mau ucapkan selamat padamu terlebih dulu, karena akhirnya kau berhasil memenuhi harapanku dan kembali ke benteng Pek Kiam Po"   "Aku sudah tahu tentu kau amat girang"   Sahut Ti Then tawar.   "Tetapi. ."   Ujar Majikan patung emas kembali sembari tertawa.   "Semua ini bukanlah atas pahala kau seorang, jikalau bukannya Anying langit rase bumi datang mencari setori Wi Ci To juga tidak akan mengubah pikirannya sedemikian cepat dan menahan dirimu untuk meneruskan jabatanmu sebagai Kiauw tauw"   "Lalu bagaimana pendapatmu tentang peristiwa di atas tebing Sian Ciang itu"   "Tidak jelek. kau menduga terlebih dulu gerakan dari musuh sehingga berhasil menghilangkan suatu bencana, tetapi dengan perbuatanmu itu berarti juga sudah mendatangkan suatu bencana buat dirimu sendiri, jadi ini bukanlah suatu keuntungan buatku mau pun buat dirimu sendiri bukan begitu?""Kau mau bicara apa pun boleh"   "   Kemarin malam sewaktu aku siap memasuki kamar Huang puh Kian Pek aku lihat dia sudah melakukan suatu gerakan, karena itu aku tak jadi turun tangan sendiri.   Walau pun budak itu sudah menaruh kesalah pahaman dengan kau ternyata masih juga mau melaksanakan pendapatnya, hal ini membuktikan kalau dia sudah menaruh cinta kepadamu."   Ti Then hanya berdiam diri tidak menyawab.   "Sesampainya di dalam Istana Thian Teh Kong kau harus lebih hati-hati lagi,"   Ujar majikan patung emas itu kembali serius.   "Si Rase Bumi Bun Jin Cu tentu akan mengundang orang untuk membantu bertempur, untuk berkelahi secara terang-terangan kau bersama-sama Wi Ci To tak akan kalah, tetapi keadaan dalam Istana Thian Teh Kong sama saja dengan keadaan di dalam Loteng Penyimpan kitab itu, setiap tempat dipasang alat rahasia, kau mungkin bisa masuk dengan selamat tetapi untuk lolos tentu sukar. Karenanya kau lebih baik jangan masuk ke dalam, kalau tidak begitu nyawamu hilang untuk menemukan kembali nyawamu itu aku akan menemui kesulitan yang amat besar"   "Aku pun mau beritahukan suatu urusan kepadamu, jikalau tujuanmu terletak pada suatu macam barang yang di simpan dalam loteng Penyimpan Kitab itu maka sebaliknya sejak kini kau hilangkan saja pikiran tersebut, karena semalam Wi Ci To telah membawa putrinya serta aku memasuki Loteng Penyimpan Kitab itu, di dalam sana kecuali hanya terdapat berbagai macam kitab serta lukisan sama sekali tidak ada barang pusaka apa pun."   Agaknya Majikan Patung Emas dibuat terperanyat oleh berita yang mendadak ini.   "Haa. Wi Ci To membawa kalian jalan-jalan ke dalam Loteng Penyimpan kitabnya?"   "Tidak salah, urusan ini seharusnya kau tahu bukan ?? "   "Aku yang bersembunyi di dalam Benteng Pek Kiam Po ini setiap kali harus menanti setelah tengah malam tiba baru bergerak. makatidak semua urusan bisa aku ketahui .. kau bilang di dalam Loteng Penyimpan Kitab itu selain kitab serta lukisan tidak terdapat barang lainnya?"   "Benar."   "   Kalau memang begitu"   Ujar Majikan Patung emas kembali.   "   Kenapa dia melarang semua orang masuk ke sana?? Dan kenapa disetiap tempat di atas loteng itu dipasang alat-alat rahasia ?"   "Karena di dalam sana dia sudah menyembunyikan suatu rahasia pribadinya."   "Rahasia apa ?"   "Termasuk rahasia percintaannya."   Agaknya majikan patung emas itu tidak merasa sabaran lagi, bentaknya.   "   Cepat katakan-"   "Sebab-sebab dia tidak memperkenankan orang lain memasuki Loteng Penyimpan Kitabnya dikarenakan di sana dia sudah menyimpan lukisan dari istri pertamanya Shu Sim Mey. kiranya sebelum dia mengawini ibunda Wi Lian In terlebih dulu dia sudah mem punyai seorang istri.."   Segera dengan amat jelas dia menceritakan apa yang sudah didengarnya itu kepada majikan Patung Emas.   Dia mau menceritakan rahasia dari Wi Ci To ini kepadanya sudah tentu mengharapkan pihak lawannya, sudah tentu bilamana barang yang diincar pihak lawannya itu berada di dalam Loteng Penyimpan Kitab itu menjadi paham kalau di sana sama sekali tidak terdapat barang pusaka apa pun, dan mengharapkan pihak lawannya bisa menghapuskan maksud hatinya ini bahkan membatalkan kedudukannya sebagai patung emas yang diperbudak.   Siapa tahu selesai Majikan Patung Emas itu mendengar kisahnya segera tertawa terbahak-bahak.   "Kau mau percaya atas semua perkataannya itu???""Sudah tentu percaya"   Seru Ti Then cepat.   "Karena sewaktu dia menceritakan kisahnya ini perubaban mimiknya persis dengan dia yang diceritakan, sudah tentu aku percaya penuh"   "Sebaliknya aku sama sekali tidak percaya.."   Seru Majikan Patung Emas tertawa dingin.   "Bilamana waktu itu kau hadir di sana, kau akan percaya terhadap semua perkataannya."   "Tidak, aku tidak akan percaya pada perkataannya."   Bantah majikan Patung emas dengan tegas.   "Kau punya alasan apa untuk tidak mempercayai atas perkataan itu ?"   "Di dalam Bu lim saat ini kecuali aku seorang, tidak ada orang lain yang tahu lebih jelas riwayat hidupnya, dia sama sekali tidak mem punyai seorang istri yang bernama Shu Sim Mey, semua itu dia sengaja karang untuk membohongi kalian-"   Diam-diam Ti Then merasa amat terperanyat.   "Benarkah?"   "Sedikit pun tidak salah, jikalau kau punya waktu pergilah satu kali ke daerah Su kho dan coba cari berita tentang riwayatnya, maka kau segera akan tahu kalau apa yang dikatakan kemarin malam semuanya merupakan suatu omongan kosong yang amat besar"   Dalam hati Ti Then betul-betul merasa hatinya bergolak dengan amat keras.   "   Kalau begitu dia sengaja karang cerita ini dengan tujuan untuk mengelabui putrinya sehingga dia tidak menaruh perasaan curiga lagi."   "Sedikit pun tidak salah"   "Kalau begitu rahasianya yang betul-betul sebenarnya apa?"   Desak Ti Then lagi.   "   Untuk sementara waktu aku tidak bisa beritahukan kepadamu""Dia tentu sudah menyembunyikan semacam barang pusaka, kau ingin menggunakan aku pergi mencuri barang pusaka tersebut bukan begitu?"   Seru Ti Then sembari tertawa mengejek.   "Salah besar".   "Hmm, kau sedang berbohong."   Majikan Patung Emas segera memperdengarkan senyumannya yang amat misterius.   "Manusia seperti aku ini sekali pun diperlihatkan barang-barang pusaka yang bagaimana berharga dan bagaimana hebatnya sama sekali tidak akan menggerakkan hatiku, maka kau berlegalah hatimu, aku sama sekali tidak akan mencuri barang pusaka dari Wi Ci To barang sebuah pun juga."   Dia berhenti sebentar kemudian tambahnya sembari tertawa.   "Jika lalu tujuanku terletak pada barang pusaka, di dalam istana Thian Teh kong jauh lebih banyak lagi."   Ti Then segera putar otaknya, dia merasa perkataannya sedikit pun tidak salah, jikalau dia menghendaki barang pusaka di dalam istana Thian Teh kong memang jauh lebih banyak.   tetapi dia sama sekali tidak ingin mencuri barang pusaka juga tidak ingin mencelakai diri Wi Ci To bahkan dia pernah bilang kalau dia menyamin tidak akan mengganggu orang-orang benteng Pek Kiam Po barang seujung rambut pun.   Kalau begitu, apa sebetulnya tujuan yang sedang direncanakan sehingga mengharuskan dirinya menyelundup masuk ke dalam benteng Pek Kiam Po kemudian mengawini Wi Lian In? Agaknya Majikan Patung emas tahu apa yang sedang dipikirkan Ti Then di dalam hatinya, segera dia tertawa "Aku tahu di dalam hatimu tentu mengandung bermacam perasaan curiga dan ragu-ragu, jikalau kau ingin cepat-cepat mengetahui apa tujuanku yang sebetulnya maka kau haruslah lebihmempergiat usahamu sehingga Wi Lian In budak itu bisa kau peristri secepat mungkin"   "Tapi Wi Ci To sudah tahu kalau aku adalah Lu Kongcu itu"   Bantah Ti Then- "Karena itu dia pun sudah tahu kalau aku masuk ke dalam benteng Pek Kiam Po membawa suatu maksud tertentu, aku kira dia tidak akan menjodohkan putrinya kepadaku"   "Tidak. kau sudah dua kali menolong nyawa putrinya bahkan kemarin malam sudah membantu mereka melenyapkan suatu bencana yang sebetulnya mengancam seluruh isi benteng, maka aku percaya di dalam hatinya dia pasti sangat berterima kasih kepadamu, sejak ini hari bilamana rahasiamu tidak sampai bocor maka dengan cepat dia akan menjodohkan putrinya Wi Lian In kepadamu."   "Ehmm... kau punya petunjuk lain?"   Tanya Ti Then dengan nada kemalas-malasan- "Kalau tidak ada aku mau pergi tidur."   "Masih ada satu urusan, kau masih ingat dengan pendekar pedang merah si pendekar pedang pemetik bintang Hong Kun? "Oooh pendekar pedang merah yang waktu itu mengikuti Wi Ci To pergi mengejar Hong Mong Ling?"   "Benar, waktu itu Wi Ci To mengajak Hong Kun dengan alasan pergi mengejar Hong Mong Ling padahal secara diam-diam malam itu juga dia kembali ke dalam benteng dan bersembunyi di dalam Loteng Penyimpan kitabnya menanti kau terpancing ke dalam- jebakannya, sedangkan Hong Kun itu menerima perintah berangkat ke kota Tiangan untuk menyelidiki wajah yang sebenarnya dari Lu Kongcu, di dalam waktu dekat ini dia akan kembali ke dalam benteng"   "Lalu bagaimana baiknya?"   "   Waktu itu untuk menutupi penyamaranmu aku sudah perintahkan orang lain untuk menyamar sebagai Lu Kongcu dan sengaja muncul di hadapan Hong Kun agar Hong Kun sudah salah menganggap kalau "   Lu Kongcu memang benar-benar pernah pergike rumah pelacuran Tou Hoa Yuan, kini Wi Ci To sudah memastikan adalah Lu Kongcu itu sedang kau pun sudah mengakui kalau Lu Kongcu itu adalah hasil penyamaranmu, lewat dua hari lagi jikalau Hong Kun sudah kembali ke dalam benteng untuk melaporkan pertemuannya dengan Lu Kongcu dan membuktikan kalau Lu Kongcu memiliki kepandaian silat yang tinggi serta pernah memukul roboh Hong Mong Ling di rumah pelacur Tou Hoa Yuan, Wi Ci To tentu akan menjadi sadar kembali."   "Bukanlah dengan begitu perasaan curiga terhadap diriku bisa dilenyapkan?"   Tanya Ti Then kegirangan.   "Tapi kau pernah mengaku kalau kau adalah Lu Kongcu itu dan yang memukul roboh Hong Mong Ling sewaktu berada di rumah pelacuran Touw Hoa Yuan juga kau. ."   Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Haaa.. haaa... soal itu tidak usah kuatir, jikalau Wi Ci To menaruh curiga lalu atas ketidak cocokan ini aku punya cara untuk memberikan jawabannya."   "Kau mau Jawab bagaimana ?"   "Aku bisa bilang aku Ti Then seharusnya tidak patut dicurigai orang, makanya ketika ada orang yang mencurigai aku adalah Lu Kongcu itu dalam hatiku merasa amat mangkel, karena itu sengaja aku mengaku, karena aku punya anggapan pada suatu hari urusan pasti akan menjadi terang .. coba kau bilang tepat tidak jawaban ini?"   Majikan patung emas menjadi amat girang sekali.   "Cocok sekali cocok sekali"   Pujinya.   "Jawaban ini cocok sekali dengan sifatmu yang keras dan angkuh, sungguh bagus sekali"   "Sekarang kau mengijinkan aku untuk tidur sebentar bukan?"   "Sudah tentu.. sudah tentu, kau tidurlah."   Seru majikan patung emas dengan amat girang.   Pendekar pedang merah dari benteng Pek Kiam po seorang demi seorang mulai kembali ke dalam benteng.Pada tiga hari sesudah Ti Then masuk ke dalam Loteng Penyimpan kitab suatu siang hari benar juga itu si pendekar pedang pemetik bintang Hong Kun yang mendapat tugas menyelidiki keadaan Lu Kongcu kembali ke dalam Benteng.   Wi Ci To segera panggil dia untuk bertemu di dalam kamar bukunya.   "Kau sudah bertemu dengan Lu Kongcu?"   Tanyanya dengan perasaan ingin tahu.   "Sudah."   Sahut si pendekar pedang pemetik bintang Hong Kun mengangguk.   "Pada hari pertama setelah tecu tiba di kota Tiang An di atas sebuah loteng rumah makan sudah bertemu dengan dia"   "Bagaimana dengan wajahnya ??"   "Mirip sekali dengan Ti Kiauw tauw"   Air muka Wi Ci To segera berubah.   "Bagaimana kau bisa memastikan kalau dia adalah putranya Lu Ko sian ???"   "Semula tecu tidak tahu, kemudian telah mendengar kawan- kawan yang doyan pelesiran dimana mereka minum arak bersama- sama dengan dia memanggil orang itu dengan sebutan Lu heng bahkan kelakuannya amat menghormat sekali, lalu tecu juga tanya pelayan, waktu itulah tecu baru tahu kalau dia adalan Lu Kongcu itu"   Wi Ci To segera tersenyum.   "Kemudian kau pura-pura mabok dan sengaja mencari setori dengan dia, bukan begitu"   Seketika itu juga sipendekar pedang pemetik bintang itu menjadi tertegun- "Oh, kiranya suhu juga sudah berada di sana..."   Serunya keheranan.   "Tidak. aku tidak ada di sana"   Jawab Wi Ci To sambil gelengkan kepalanya."   Kalau tidak bagaimana suhu tahu kalau tecu pura-pura mabok dan mencari setori dengan dia orang ??"   Tanya Hong Kun keheranan.   "   Hanya dugaanku saja, di dalam tempat seperti itu untuk menyajal kepandaian silat orang lain terpaksa harus pura-pura menjadi mabok"   Dia berhenti sebentar, sesudah menghembuskan napas panjang- panjang tambahnya.   "Bahkan aku pun tahu atas hasil penyelidikanmu itu...bukankah dia tidak bisa bersilat"   "Tidak benar"   Bantah si pendekar pemetik bintang itu cepat "   Kepandaian ilmu silatnya tidak termasuk ilmu silat pesaran, tecu terpaksa harus menghamburkan tenaga yang amat besar dan lama baru berhasil menawan dirinya"   Ketika itu juga Wi Ci To menjadi melengak.   "Haa, sungguh ???"   Dengan perlahan si pendekar pemetik bintang itu mengangguk.   "Benar, kepandaian silatnya agak sedikit berada di bawah kepandaian silat pendekar pedang merah kita tapi jauh lebih tinggi dari para pendekar pedang putih"   Sekali lagi Wi Ci To dibuat terperanyat.   "Kiranya ada kejadian semacam ini, lalu bagaimana?"   "Sesudah tecu berhasil menawan dirinya, lalu tecu tanyai apakah pada satu bulan yang lalu pernah datang ke kota Go bi??, memukul rubuh seorang pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po di dalam rumah pelacuran Touw Hoa Yuan?"   Sebelumnya dia tidak mau mengaku, tapi sesudah tecu desak terus menerus akhirnya dia mengaku juga, dia masih bilang yang rubuh olehnya adalah si naga mega Hong Mong Ling."   Mendadak Wi Ci To bangkit berdiri, sepasang matanya memancarkan sinar yang amat tajam dan memandang wajah si pendekar pedang pemetik bintang tanpa berkedip. serunya dengan suara berat."Kau sedang bohong bukan?"   "   Urusan yang demikian besar tecu mana berani mengarang cerita bohong "   Jawab si pendekar pedang pemetik bintang dengan wajah serius. Agaknya Wi Ci To menemui kesukaran, alisnya dikerutkan rapat- rapat berulang kali dia berjalan bulak balik di dalam kamar bukunya, akhirnya baru dia berkata.   "Baiklah, sekarang persilahkan Ti Kiauw tauw serta siocia datang kemari."   Dengan sangat hormat sekali si pendekar pedang pemetik bintang itu menyahut, setelah memberi hormat dia mengundurkan diri dari sana menuju ketengah lapangan latihan silat.   Ujarnya kemudian setelah bertemu dengan Ti Then yang sedang memberi pelajaran silat kepada Wi Lian In "Ti Kiauw tauw, siocia kalian diundang pocu untuk berbicara di dalam kamar buku"    Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bajak Laut Kertapati Karya Kho Ping Hoo Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini