Pendekar Patung Emas 26
Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 26
Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong Peristiwa ini tentu dilakukan oleh musuh-musuh dari si anying langit rase bumi yang sudah mendengar akan kematian dari si anying langit Kong Sun Yau dan kini sengaja datang hendak balasdendam dan membumi hangus semua tempat yang ada disekitar istana Thian Teh Kong. Sambil berpikir keras Ti Then memandang keadaan sekelilingnya dengan lebih teliti lagi, baru saja dia mau majukan jalannya ke depan untuk melihat lebih jelas lagi mendadak dari antara pepohonan di sebelah kiri dari reruntuhan puing-puing kuil itu berjalan mendatang dua orang lelaki berpakaian singsat, keadaan dari mereka berdua amat mengenaskan sekali, pakaian mereka sudah robek-robek tidak karuan bahkan kelihatan beberapa lubang bekas terkena api apalagi badannya terluka bakar sehingga membuat gerak-gerik mereka sangat lamban sekali. Mereka berdua dengan saling rangkul-merangkul memaksakan diri berjalan ke depan sedang dari mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan suara rintihan yang memilukan hati. Sesampainya di luar hutan di dekat runtuhan puing-puing kuil itu mereka baru menghentikan langkah kakinya, sambil memandang ke arah puing-puing yang berserakan itu mereka bersama-sama menghela napas panjang. Terdengar salah satu diantara mereka itu sambil menghela napas panjang makinya dengan perasaan sangat gemas. "Maknya..tidak kusangka ini hari aku bisa terjatuh sampai keadaan semacam ini." Salah seorang lelaki dengan telinga seperti kuping gajah itu segera menyambung. "Heeeyy.cialatcialatbegitu Thian Cun modar semuanya juga ikut musnah." "Hanya sayang kita sudah mengikuti Thian Cun selama puluhan tahun lamanya kini apa pun tidak mendapat." "Itu salahnya kita sendiri, semua orang secara diam-diam membuat rencana untuk merampok semua harta benda yang ada di dalam istana sebaliknya kita malah dengan enak-enak tertidur pulas,untung saja kita cepat-cepat sadar kembali, kalau tidakwaaahwaaah..nyawa pun ikut lenyap." "Heey..entah bagaimana keadaan di dalam istana sekarang ini?" "Apanya yang bisa dibicarakan lagi, sudah tentu keadaannya seperti tempat ini. Semua orang dengan andalkan nyawa sendiri- sendiri pada merampok barang yang ditemui kemudian lemparkan api ke dalamnya..semuanya akan segera beres, makanya..makanya" "Bagaimana kalau kita ke istana sebentar untuk lihat?" "Sudah, sudahlah tidak perlu pergi lagi, kaki kanan aku si orang tua sudah terluka bakar kini terasa begitu sakitnya, buat apa balik ke sana lagi..makanya, lebih baik kita turun gunung saja." "Turun gunung sekarang juga?" "Kenapa?" "Cuaca begini gelapnya, apalagi di badan kita masih terluka, jikalau sampai jatuh bukankah keadaan kita semakin parah?" "Tidak mungkin, ayoh kita perlahan-lahan jalan.." Berbicara sampai di sini mereka berdua segera saling bombing membimbing untuk menuruni gunung itu dengan mengikuti jalan kambing yang ada di sana. Ti Then sesudah melihat bayangan dari kedua orang itu lenyap dari pandangannya dia barulah bangkit berdiri, pikirnya. "Kiranya di dalam istana Thian The Kong sudah terjadi kekacauan, kaum perampok sudah pada berontak dan kini merampok semua harta kekayaan yang tersimpan di dalam istana Thian Teh Kong." Akhirnya seperti ini dia sama sekali tidak pernah membayangkannya, tetapi dia paham akibat ini memang seharusnya terjadi, pada waktu yang lalu pengaruh istana Thian Teh Kong bisa kuat hal ini dikarenakan kepandaian silat dari si Anying langin KongSun Yauw sangat liehay, karenanya anak buahnya tidak berani melawan, sebaliknya kini si Anying langit Kong Sun Yauw sudah binasa, si Rase bumi Bun Jin Cu pun sedang merasa sedih sehingga tidak ada kekuatan untuk mengurusi anak buahnya, sudah tentu banyak anak buahnya akan memberontak kemudian merampok dan melarikan diri dari atas gunung. Akibat yang terjadi seperti ini terhadap kalangan Bu-lim memang merupakan suatu hal yang menyedihkan. Ti Then menarik hawa segar dalam-dalam kemudian pikirnya lagi . "Entah sirase bumi Bun Jin Cu masih ada di atas gunung atau tidak ? Aku harus naik ke atas untuk Iihat-lihat, jikalau dia masih ada di sana lebih baik aku selesaikan saja urusan ini secara pribadi." Begitu pikiran ini berkelebat di dalam benaknya dia segera mulai menggerakkan badannya melayang menuju ke puncak gunung. Setelah diketahui olehnya kalau di dalam istana Thian Teh Kong sendiri sudah terjadi kekacauan hal ini berarti juga tidak adanya penjagaan di atas gunung bukanlah merupakan salah satu siasat yang sedang diatur oleh sirase bumi Bun Jin Cu, karenanya dia tidak perlu menyembunyikan dirinya lagl selama di dalam perjalanan ini, dengan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya yang sudah mencapai pada kesempurnaan dia melayang terus menuju puncak gunung. Setelah melewati gua Sak Gouw Tong serta Si Ci Go dia melanjutkan kembali perjalanannya sejauh puluhan li dan akhirnya sampai juga di istana Thian Teh Kong. Istana Thian Teh Kong yang sudah menggetarkan seluruh dunia kangouw ini sama sekali tidak sampai dibakar oleh kaum pemberontak, tetapi depan pintu istana terlentanglah berpuIuh puluh mayat yang menggeletak memenuhi permukaan tanah, ada yang kepalanya putus, ada yang perutnya robek sehingga ususnya keluar dan lain-lain, keadaan yang begitu mengerikan, darah yang berbau amis tercecer memenuhi seIuruhpermukaan tanah. Jika dilihat dari keadaan .tersebut agaknya pertempuran sengit baru saja berhenti tidak lama. Ti Then takut di dalam istana kemungkinan sekaIi masih tersisa kaum penyahat yang masih belum meninggaIkan tempat itu dan tidak berani langsung menerjang masuk ke dalam, setelah diperiksanya dengan amat teliti keadaan sekeliling tempat itu dan betul-betul merasa yakin kalau tidak ada musuh yang masih sisa di dalam istana itu, dia barulah berani meloncat naik ke atas wuwungan dari istana Thian Teh Kong tersebut. Keadaan di dalam istana itu sama saja seperti keadaan diluar, mayat-mayat menggeletak diseluruh tempat agaknya karena perebutan harta kekayaan memaksa mereka saling bunuh membunuh. Diantara mayat-mayat itu bahkan ada dua mayat yang gayanya sangat menggelikan sekali, mereka berdua sudah binasa semua,yang satu terkena tembusan pedang panjang sedang yang lain terkena bacokan pada pundak sebelah kirinya tetapi ditangan masing masing bersama sama mencekal sebuah buntalan, agaknya sesudah terluka parah dan rubuh ke atas tanah mereka masih ingin memperebutkan buntalan tersebut. Ti Then sesudah berdiam diri untuk memperhatikan keadaan disekelilingnya beberapa saat kemudian dengan tanpa mengeluarkan sedikit suara pun dia meloncat turun dari atas wuwungan rumah. lalu berjalan mendekati buntalan itu, terlihatlah di dalam buntalan itu kini cuma tersisa dua stel pakaian saja, agaknya intan permata yang berharga sudah disikat oleh Nelayan Beruntung yang menonton di samping. Dia melemparkan kembali buntatan itu ke atas tanah. kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke dalam, setelah melewati ruangan besar, ruang Teh, ruang bunga sampailah dia disebuah serambi yang amat panjang sekali bahkan dari dalam serambi itusecara samar-samar terdengarlah suara seorang perempuan sedang menangis terisak-isak. Dia segera angkat kepalanya memandang ke sana terilhatlah di hadapannya berdirilah sebuah ruangan yang amat besar dan megah sekali, di atas ruangan itu terpancanglah sebuah papan nama bertuliskan Khie le Tong tiga huruf kata dari emas. Suara tangisan itu tidak lama berkumandang keluar dari dalam ruangan "Khie le Tong" Itulah. Dalam hati Ti Then merasa amat terperanyat, cepat-cepat dia menyatuhkan diri berjongkok di samping sebuah tiang besar, pikirnya. "Untung sekali masih ada seorang yang hidup, entah siapakah dia orang ?? Apakah sirase bumi Bun Jin Cu ? Ataukah dayang dari istana Thian Teh Kong?" Dengan amat tenangnya dia memperhatikan keadaan di sana selama beberapa saat lamanya, akhirnya dia mengambil keputusan untuk masuk ke dalam mengadakan memeriksa, demikianlah tubuhnya segera bergerak menuju kearah ruangan Khie Ie Tong tersebut. Sesampainya di samping ruangan Khie Ie Tong itu suara tangisan terisak dari dalam ruangan itu terdengar semakin jelas lagi, di atas tebing Sian Ciang di belakang benteng Pek Kiam Po tempo hari pernah mendengar suara isak tangisan rase bumi Bun Jin Cu oleh karena jtulah begitu dia mendengar suara tangisan tersebut segera diketahui olehnya kalau suara tangisan itu bukan lain berasaI dari si Rase bumi Bun Jin Cu. "Hmmm, ternyata dia masih ada di sini." Setelah berpikir keras beberapa waktu lamanya mendadak terdengar Ti Then berteriak . "Orang yang ada di dalam apa benar si rase bumi Bun Jin Cu ??Dari dalam ruangan Khie le Tong suara tangisan dari si rase bumi Bun Jin Cu segera berhenti kemudian diikuti ruangan itu menjadi terang benderang. "Siapa ?" Tanya si rase bumi Bun Jin Cu dengan suara yang amat dingin sekali. Ti Then segera munculkan dirinya di depan pintu Khie le Tong itu. "Cayhe Ti Then," Sahutnya. tenang. TerIihatlah pada waktu itu si rase bumi Bun Jin Cu sedang duduk disebuah kursi kebesaran, pakaiannya tidak karuan rambutnya kacau sedang wajahnya amat pucat, begitu dilihatnya Ti Then sudah muncul di depan air mukanya tanpa terasa lagi sudah berubah sangat hebat. Cepat-cepat dia meloncat bangun kemudian serunya dengan amat benci. "Kiranya kamu orang." "Entah di dalam istana itu sudah terjadi urusan apa?" Si rase bumi Bun Jin Cu tidak memberi jawabannya, dengan pandangan mata yang rnemancarkan sinar kebencian dia pelototi diri Ti Then, kemudian sambil menggigit bibirnya dia berteriak kembali. "Waktu perjanyan belum tiba, kau bangsat cilik buat apa datang ke sini ?" "Aku boleh bicara terus terang padamu malam ini sebenarnya aku cuma datang ke atas gunung untuk melakukan pengintaian, siapa tahu di dalam istana Thian Teh Kong sudah terjadi peristiwa yang demikian menyedihkan karena itu terpaksa aku meneruskan perjalanan datang ke sini untuk melihat keadaan yang sebenarnya." Sepasang alis dari Si rase bumi Bun Jin Cu segera dikerutkan rapat-rapat, sambil menggerutuk giginya dia menjerit kembali. "Semuanya ini hasil hadiah yang kau berikan kepada kami, kedatanganmu malam ini sungguh bagus sekati bilamana aku tidakbisa menghancurkan tubuhmu sekali pun binasa mataku tidak meram." "Hee..heee..bukankah anak buahmu sudah pada meninggalkan dirimu seorang diri?" Ejek Ti Then sambil tertawa tawar. "Tidak salah" Teriak si rase bumi Bun Jin Cu sambil menghajar sebuah meja dengan amat kerasnya. "Mereka semua memang sudah pergi, tetapi kau bangsat cilik jangan bergembira terlebih dahulu, cukup aku seorang sudah lebih dari cukup untuk bereskan dirimu." "Aku menaruh perasaan simpatik terhadap kejadian yang kau alami, tetapi harus kau ketahui pada itu hari kejadian di atas tebing Sian Ciang jikalau aku tidak bunuh suamimu kemungkinan sekali aku sudah terbunuh oleh dirinya. ." "Tidak usah banyak omong lagi," Sekali lagi teriak si rase bumi Bun Jin Cu sambil menghajar meja yang ada di sampingnya. Ti Then segera tertawa dingin. "Aku cuma mengharapkan kau menjadi paham, istana Thian The Kong kalian bisa menjadi demikian kesemuanya dikarenakan keserakahan dirimu, janganlah kau salahkan urusan ini kepadaku." "Tidak usah banyak omong lagi, pokoknya ini hari aku harus bunuh dirimu untuk melampiaskan kebencianku terhadap dirimu." "Bagus sekali, aku tahu untuk selamanya kau tidak akan melepaskan aku hidup, memang lebih baik kita selesaikan urusan diri kita pada malam ini juga. Tetapi kini, seperti omonganku tadi, aku betul-betul merasa simpatik atas kejadian yang kau alami, walau pun kau Bun Jin Cu bukanlah seorang perempuan baik-baik, tetapi tidak perduli bagaimana pun kejadian yang kau alami selama satu bulan ini betul-betul membuat keadaanmu patut dikasihani." "Telur makmu." Maki si rase bumi Bun Jin Cu dengan gusarnya. "Aku tidak membutuhkan rasa simpatik dari kau bangsat." Mendengar makian yang kotor itu Ti hen. tanpa terasa sudah kerutkan alisnya rapat-rapat."Maksud dari perkataanku tadi, malam ini aku tidak akan membunuh dirimu, nanti bilamana terjadi pertempuran diantara kita kau boleh serang aku dengan. menggunakan cara apa pun, waktu itu aku akan bertahan saja tanpa melancarkan serangan balasan, jikalau kau berhasil membunuh mati aku, yaaah.. tidak ada perkataan lain lagi tetapi jikalau kau tidak berhasil rnembinasakan diriku maka lain kali jikalau sampai bertemu kembali, aku, tidak akan sungkan-sungkan lagi terhadap kau orang. " "Hmm..kau bangsat cilik jangan bermimpi, malam ini kau tidak akan berhasil meloloskan diri dari tanganku." Teriak si rase bumi Bun Jin Cu sambil tertawa dingin tak henti-hentinya. "Perkataanku kini sudah selesai, sekarang silahkan kau mulai turun tangan" Dari balik sebuah kursi Si rase bumi Bun Jin Cu mencabut keluar sebilah pedang panjang, teriaknya sambil menudingkan pedang itu ke hadapan Ti Then. "Kau masuklah ke sini, kita bereskan hutang-hutang kita di dalam ruangan Khie le Tong ini juga" Ti Then sama sekali tidak mau percaya kalau dirinya bisa terluka ditangannya,..tanpa ragu-ragu lagi dia berjalan masuk ke dalam ruangan itu. Ketika Bun Jin Cu melihat dia berjalan memasuki ke dalam ruangan mendadak berteriak kembali . "Berhenti !" "Ada apa??" Tanya Ti Then tersenyum tapi dia menghentikan langkahnya juga. "Aku mau bertanya suatu urusan" "Silahkan berbicara" "Malam ini kalian datang berapa orang?" "Cuma dua orang saja, aku serta nona Wi.""Wi Ci To ???". "Dia tidak datang bersama kami, mungkin lusa baru sampai didini." Sepasang mata dari Bun Jin Cu segera berkedip-kedip tanyanya kembali. "Dimana budak itu ?" "Dia tidak ikut naik ke atas gunung" "Kenapa tidak sekalian ikut ke sini??" "Sebelum waktunya perjanyian buat apa dia datang ke sini??" "Kini dia ada dimana ?" "Maaf tentang pertanyaan ini cayhe tidak bisa memberikan jawabannya." Seru Ti Then sambil tertawa. Si rase bumi Bun Jin Cu segera tertawa dingin tak henti-hentinya. "Aku sangat mengharapkan dia ikut datang, agar dia bisa melihat dengan cara bagaimana aku menghukum rnati dirimu" "Haaaa ..haaaaa.. tapi dia tidak punya ganyalan sakit hati apa- apa dengan dirimu.." Sepasang mata bolanya segera berputar-putar sekali lagi dia tertawa dingin. "Tentu dia sedang menunggu di bawah gunung, hmmm.. kini aku mau tawan dirimu terIebih dulu, jikalau lama sekali dia tidak melihat kau kembali tentu dengan sendirinya bisa naik ke atas gunung untuk mengadakan pencarian. hee ,... heee..saat itu aku mau sekalian tangkap dirinya," "Tidak salah pada waktu itu dia memang bisa naik ke atas gunung untuk mencari aku tetapi apa kau punya kekuatan untuk menawan aku orang ?" "Hee..hee.. tanpa membuang banyak tenaga aku bisa tawan kau bangsat"Mendadak Ti Then teringat kembali kalau di dalam istana Thian Teh Kong penuh dipasangi alat-alat rahasia, kemungkinan sekali di dalam ruangan Khie Ie Tong ini sudah dipasang sebuah alat rahasia yang sangat dahsyat sekali, tanpa terasa lagi dia sudah merasa amat terperanyat, cepat-cepat dia menjejak tubuhnya meloncat mundur ke belakang. Tetapi... dia sudah terlambat satu tindak. Pada saat dia sedang teringat kembali untuk mengundurkan diri dari ruangan Khie le Tong itulah mendadak permukaan tanah yang diinyaknya sudah meresap ke dalam, kemudian diikuti dengan suara peletekan yang amat nyaring, permukaan tanah itu sudah membalik kearah dalam tanah. Kiranya permukaan tanah dari ruangan Khie le Tong ini merupakan sebuah papan yang bisa berputar. Ti Then tidak sempat untuk menghindarkan diri lagi dari kejadian itu, padahal sekali pun dia sempat meloncat mundur juga tidak mungkin bisa menghindarkan diri dari kejadian itu karena seluruh badannya kini sudah meluncur turun ke bawah dengan kecepatan yang luar biasa. Begitu tubuh Ti Then meluncur ke bawah, papan permukaan yang ada di atasnya sudah menutup kembali seperti asalnya semula, karenanya Ti Then yang meluncur ke bawah dengan amat cepatnya itu sebelum tubuhnya mencapai permukaan tanah keadaan di sekelilingnya sudah menggelap kembali. Dia tidak tahu, bagaimana keadaan di bagian bawahnya, tetapi dengan cepat, di dalam hatinya sudah mengambil suatu bayangan yang paling buruk yaitu dia menduga dibagian bawahnya sudah dipasang golok-golok yang amat banyak sekali menantikan kejatuhan badannya, karena itu cepat-cepat dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya melancarkan satu pukulan dahsyat kearah bawah, pada saat yang bersamaan puIa. dengan menggunakan tenaga pantulan itu dia berjumpalitan di tengah udara untuk kemudian melayang turun dengan amat ringannya.Di daIam sekejap saja tubuhnya sudah mencapai permukaan tanah, pada saat kakinya mencapai tanah itulah seperti menggerakkan alat rahasia lainnya terdengarlah suara benturan yang amat keras di bagian atasnya sebuah benda besi yang amat berat sekali melayang turun menghajar kepalanya. Ti Then menjadi amat terperanyat sepasang tangannya dengan cepat diayunkan ke atas siap-siap menerima benda yang mau menekan dirinya itu, siapa tahu pada jarak kurang lebih beberapa depa di atasnya benda itu berhenti bergerak. Dia menghembuskan napas lega, dengan perlahan kakinya mulai bergerak ke samping sedang tangannya mulai meraba-raba, terasalah di sekelilingnya Cuma ada terali besi yang amat kuatnya. Sebuahdua..tiga..empat buah..mendadak dia menjadi paham, teriaknya dengan perasaan amat kaget. "Celaka, kiranya aku dikurung di dalam sebuah sangkar besi." Cepat-cepat dia mencekal besi-besi itu kemudian dengan sekuat tenaga ditarik-tariknya beberapa kali, walau pun sudah kerahkan seluruh tenaganya keadaan masih tetap seperti semula, bukan saja tidak cidera bahkan gemilang sedikit pun tidak. Besarnya terali besi itu ada sebesar kepalan bocah cilik, sedang luasnya tempat itu hanya cukup buat dia berdiri saja,..dia tahu ternpat ini adalah sebuah kurungan besi yang amat kuat sekali. Bagaimana sekarang ? Si rase bumi Bun Jin Cu sebentar lagi tentu sudah sampai di sini . " . Mendadak ditengah kegelapan itu tertembuslah suatu sinar yang amat terang sekali, sinar itu semakin lama semakin membesar, dengan diikuti masuknya sinar terang terdengar juga suara cicitan yang amat nyaring. Sebuah pintu batu yang amat besar dengan perlahan-lahan bergeser kearah sebelah kiri.Ketika seluruh pintu batu itu sudah bergeser ke samping, sinar terang memancar masuk memenuhi seluruh ruangan, dia bisa melihat keadaan disekelilingnya dengan amat jelas sekali bahkan melihat juga si rase bumi Bun Jin Cu yang berdiri di depan pintu. Sedikit pun tidak salah, dia memang sudah terjerumus di dalam sebuah sangkar terbuat dari besi. Pada tangan Bun Jin Cu menenteng sebuah lampu yang tahan terhadap angin sedang wajahnya penuh dengan senyuman puas sedang memandang dirinya, mendadak terlihatlah tangannya menekan sebuah tomboI pada dinding di sampingnya kemudian serunya sambil tertawa terkekeh-kekeh. "Hey bangsat cilik, ayoh kemari." Sangkar dari besi itu dengan perlahan-lahan segera bergeser ke depan dan terus bergerak sampai pada ujungnya yang persis ada di hadapan dari dari si rase bumi Bun Jin Cu. Bun Jin Cu segera meletakkan Iampu yang ada ditangannya ke atas tanah kemudian sambil bertolak pinggang, ejeknya dengan suara yang amat dingin. "Bagaimana ? Hey bangsat, kau punya perkataan apa lagi ?" "Tidak ada yang bisa dibicarakan lagi, sekarang aku sudah terjatuh ke tanganmu, mau dibunuh mau disiksa sesukamu.". "Kau sudah bunuh suamiku, mencelakakan kami orang-orang istana Thian Teh Kong sehingga berantakan, aku tidak akan memberikan kematian yang terlalu cepat buat kamu orang, aku mau menggunakan bermacam-macam cara siksaan untuk menyiksa kamu, aku mau membuat kau binasa perlahan-lahan, binasa sepotong demi sepotong" "Apa itu binasa secara perlahan-Iahan, binasa sepotong demi sepotong?" Tanya Ti Then sambil tertawa pahit. "Nanti kau akan tahu dengan sendirinya.""Besok lusa Wi Pocu sudah sampai di sini, jika kau mau menghukum mati diriku lebih baik cepat sedikit." "Hmmm.." Dengus Bun Jin Cu dengan amat dinginnya. "Kau masih mengharapkan ada orang yang dating menolongmu keluar dari sini?" "Bilamana Wi Pocu tahu kalau aku sudah kau tawan sudah tentu akan berusaha untuk menolong aku." Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Betul!" Seru si rase bumi Bun Jin Cu sambil tertawa dingin. "Tetapi selamanya dia tidak akan berhasil." "Hee..soal ini lebih baik kita tunggu saja di kemudian hari." Bun Jin Cu tidak berbicara lagi, pada sebuah tempat di atas dinding dia menekan lagi sebuah tombol alat rahasia, setelah itu dengan tenangnya dia meninggalkan tempat tersebut. Semula Ti Then menganggap tentunya dia akan menggerakkan alat rahasia untuk mengembalikan sangkar besinya ketempat semula, tetapi segera dia merasa keadaan sedikit tidak beres karena begitu dia menekan tombol tersebut sangkar besi dimana dia berada bukannya mundur ke belakang melainkan meluncur kembali ke bawah, Kurang lebih sesudah menurun sejauh tiga empat depa dalamnya mendadak permukaan sangkar besi itu sudah terendam di dalam air yang sangat dingin, kiranya di bawah permukaan tanah itu merupakan sebuah kolam air yang sangat dingin. Sangkar besi itu meluncur turun terus ke bawah sehingga air yang merendam badan Ti Then setinggi lehernya, dalam hati dia benar-benar merasa berdesir pikirnya. "OoohThian, sebetulnya dia mau berbuat apa terhadap diriku dengan merendam badanku ke dalam kolam?? mau menenggelamkan badanku ataukah agar badanku menjadi hancur ?"Kelihatannya dia punya maksud untuk menenggelamkan seluruh badannya, karena ketika air sudah mencapai pada lehernya sangkar besi itu masih terus meluncur ke bawah sehingga seketika itu juga air kolam melampaui kepalanya. Dengan tergesa-gesa dia merambat naik ke atas sangkar besi itu untuk menongolkan kepalanya ke atas permukaan air, siapa tahu sangkar besi itu tidak berhenti sampai di situ saja akhirnya sangkar besi itu berhenti pada dasar kolam. Kini dia terkurung di dalam sangkar, untuk keluar sudah tidak mungkin lagi karena seluruh tubuhnya sudah terkurung di dalam air sedang pernapasannya pun mulai terasa amat sesak. Seperti seekor tikus yang terjatuh ke dalam air dengan gugup dia bergerak ke sana kemari berusaha membuka penutup dari sangkar besi itu, tetapi walau pun dia sudah berusaha dengan menggunakan seluruh tenaga dalamnya tetap tidak memperoleh hasil yang diinginkan, beberapa waktu kemudian dia mulai terasa napasnla habis, tanpa bisa dicegah lagi dia mulai membuka mulutnya meneguk air kolam itu. Satu detik kemudian dia tidak bisa bergerak lagi, tubuhnya dengan amat tenangnya menggeletak pada dasar kolam ..jatuh tidak sadarkan diri. XXX Waktu itu Wi Lian In sedang menunggu di bawah pohon dengan amat tenangnya, dia rnerasakan hatinya amat kesepian tetapi sedikit pun tidak merasa kuatir atas keselamatan dari Ti Then, karena dia percaya dengan kepandaian silat yang dimiliki Ti Then sekarang ini dia masih sanggup untuk menghadapi segala mara bahaya. Sepasang tangannya dipangku di depan dadanya sedang kepalanya didongakkan memandang rembulan yang terpancang ditengah awan, pada benaknya terbayang kembali berbagaipemandangan indah semasa lalu, terbayang olehnya juga keadaan sewaktu benteng Pek Kiam Po mengadakan perayaan buat perkawinannya dengan Ti Then, bagaimana para tamu pada berdatangan untuk memberi selamat sehingga seluruh Benteng penuh sesak, ayahnya dengan senyum manis menarik tangannya Ti Then untuk dikenalkan pada tamunya satu persatu Mendadak segulung awan gelap menutupi cahaya rembulan membuat cuaca menjadi sangat gelap, seketika itu juga dia menjadi sadar kembali dari lamunannya. Pada saat itulah mendadak dia merasakan seseorang dengan perlahan lahan mendekati badannya, dalam hati diam-diam dia merasa sangat girang pikirnya. "Tentu dia sudah kembali, tentu dia sudah datang. Hmmmm,dia mau memeluk aku dari belakang agar aku menjadi kaget." Karena itu dia tidak bergerak lagi, dengan pura-pura tidak tahu dia tetap berpangku tangan duduk di sana. Perasaannya sedikit pun tidak salah, di belakang badannya memang benar-benar ada seseorang yang mulai berjalan mendekati badannya, cuma saja orang itu bukan Ti Then melainkan adalah seorang yang berkerudung hitam. Orang berkerudung hitam ini bukanlah orang yang sudah melarikan diri sewaktu ada di perkam pungan Thay Peng Cung melainkan orang lain. Tubuhnya tinggi bahkan kelihatan gemuk sekali, sepasang matanya memancarkan sinar yang amat tajam, jika dilihat dari gerak-geriknya jelas sekali kepandaian silatnya berada jauh di atas kedua orang berkerudung hitam yang melarikan diri dari perkam pungan Thay Peng Cung tempo hari itu. Dengan perlahan-lahan dia menggeserkan badannya mendekati Wi Lian In yang sedang duduk terpekur, agaknya dia punya maksud untuk menawan diri Wi Lian In secara tiba-tiba.Akhirnya dia sudah mencapai pada kurang lebih tiga depa dari diri Wi Lian In. Tampak tangan kanannya dengan perlahan-lahan diangkat ke atas sehingga terlihatlah lima jarinya yang seperti kuku garuda, dengan perlahan dia mulai mendekat tubuh Wi Lian In dan mengancam jalan darah Cian Cing Hiat-nya. Pada saat yang bersamaan pula mendadak Wi Lian In putar badannya menubruk kearah sepasang kaki dari Ti Then sambil serunya genit. "Haa.haaa..mau menggoda aku yaah?" Orang berkerudung itu sama sekali tidak menyangka dia bisa melancarkan serangan ini dengan cepat sepasang kakinya menutul permukaan tanah kemudian meloncat mundur sejauh tujuh delapan kaki dari tempat semula. Ketika Wi Lian In melihat orang itu bukanlah Ti Then dalam hati juga merasa terperanyat, dengan gugup dia meloncat bangun kemudian teriaknya. "Siapa kau?" Walau pun di dalam keadaan terperanyat dan gugup tetapi dia bisa melihat kalau pihak lawannya bukanlah anak buah dari si rase bumi Bun Jin Cu (Karena anak buah dari si rase bumi Bun Jin Cu tidak perlu menggunakan kain kerudung segala), juga dia tahu orang ini bukanlah orang berkerudung hitam yang melarikan diri tempo hari sewaktu ada di dalam perkam pungan Thay Peng Cung. Ketika orang berkerudung hitam itu mendengar perkataannya ditambah lagi melihat perubahan wajahnya yang amat terperanyat bercampur gugup segera tahu kalau tadi dia sudah salah menganggap dirinya sebagai Ti Then, tanpa terasa lagi dia tertawa terbahak-bahak. "Kau kira aku siapa? Kekasihmu Ti Then? He..hee"Wi Lian In benar-benar merasa malu, gusar bercampur kaget, segera dia maju satu langkah ke depan, kemudian bentaknya dengan nyaring. "Siapa kamu orang?" Orang berkerudung hitam itu tetap tidak bergerak, dia hanya tertawa dingin tak henti-hentinya. "Aku datang khusus hendak menyampaikan sebuah kabar buruk, kekasihmu Ti Then sudah binasa di dalam istana Thian Teh Kong." Wi Lian In benar-benar merasakan hatinya tergetar sangat keras sekali, air mukanya berubah menjadi pucat pasi sedang suaranya pun rada gernetar. "Kau ... kau orang dari istana Thian Teh Kong?" "Tidak salah" Jawab orang berkerudung hitam itu mengangguk. -ooo0dw0ooo- Jilid 21.1 : Wi Lian In juga terjebak Walau pun dalam hati Wi Lian In merasa amat terperanyat, tetapi dengan perasaan curiga tanyanya pula " Bilamana kau anak buah dari istana Thian Teh Kong kenapa mukamu kau tutupi dengan kain kerudung?" "Hee ?. hee .. karena akulah majikan yang baru dari istana Thian Teh Kong" "Hmmmm" Dengus Wi Lian In dengan amat dingin. "Kecuali Si rase bumi Bun Jin Cu sudah modar, kalau tidak dari istana Thian Teh Kong tidak akan muncul pemimpin baru. " "Ha..ha.. kau bodoh, bodoh amat, sekarang si rase bumi Bun Jin Cu kan sudah menjadi istriku. " Mendengar perkataan ini Wi Lian In semakin terperanyat, pikirnya:" Jikalau si rase bumi Bun Jin Cu itu benar-benar sudah mendapatkan seorang suami yang baru maka sebagai pemimpin baru dia mem punyai cara berpikir yang berbeda pula, dia memang mirip sekali dengan lagak seorang pemimpin. " "Omong kosong " Teriaknya kemudian sembari berusaha menenangkan pikirannya. "Bun Jin Cu baru saja kehilangan suaminya, dia tidak mungkin mau mencari suami yang baru sebelum suaminya dikubur satu bulan lamanya" "Tetapi dia mau tidak mau terpaksa harus berbuat demikian " Sahut lelaki berbaju hitam yang berkerudung itu. "Karena dia sangat memerlukan bantuan dari seorang suami untuk menyelesaikan pekerjaannya pada esok hari. " Wi Lian In segera merasa perkataannya ini beralasan juga, seketika itu juga kepercayaannya terhadap "Kematian" Ti Then pun menjadi bertambah tebal beberapa bagian hatinya terasa semakin terkejut lagi. "Kau jangan omong sembarang di sini." Bentaknya dengan teramat gusar. "Kau tahu bagaimana macam Ti Kiauw tauw kami? dengan mengandalkan kepandaianmu yang seperti monyet kepanasan jangan harap bisa melukai dirinya." "Kau tidak tahu siapakah aku yang sebetulnya, bagaimana bisa tahu pula kalau aku tidak sanggup untuk melukainya?" Balas seru lelaki berbaju hitam yang berkerudung itu sembari tertawa dingin. "Aku tidak mau perduli siapa kau orang" Teriak Wi Lian ln dengan amat gusarnya. "Di dalam Bu lim pada saat ini kecuali si kakek pemalas seorang jangan harap bisa menemukan orang yang bisa mencelakai jiwanya. " "Heee ...heee .... aku bisa anggap perkataanmu itu sedikit pun tidak salah tetapi alat-alat rahasia yang dipasang di dalam istana Thian Teh Kong kami sudah cukup untuk menghancur lumurkan seluruh isi badannya"Wi Lian In pun tahu bagaimana hebat serta dahsyatnya a!at-alat rahasia yang dipasang di dalam istana Thian Teh Kong, kepercayaannya kali ini semakin bertambah beberapa bagian lagi. Di dalam keadaan yang amat sedih bercampur gusar dia segera membentak keras, tubuhnya sambil menubruk maju ke depan teriaknya "Aku akan adu jiwa dengan kau orang" Sepasang tangannya dipentangkan di tengah udara, jari-jari tangannya ditegangkan bagaikan baja lalu melancarkan serangan dahsyat mencukil kearah sepasang mata pihak lawan. Lelaki berkerudung itu segera tertawa panjang, telapak tangannya dengan gaya " Tong Ci Pay Kwan Im" Atau bocah cilik menyembah dewi Kwan Im menyambut datangnya serangan tersebut, bersamaan pula kaki kanannya diangkat melancarkan tendangan kilat menghajar lambungnya. Ketika Wi Llan ln melihat serangan yang dilancarkan pihak lawan ternyata tidak jelek dia tidak berani berlaku gegabah lagi, tubuhnya dengan amat cepat miring ke samping sepasang telapak tangannya dengan amat cepat membabat kearah kaki kanan pihak Jawan yang menendang dirinya. Telapak kiri lelaki berkerudung itu cepat cepat menyambar ke samping. "Plaak." Dengan keras lawan keras dia tangkis datangnya serangan dari Wi Lian In itu. Wi Lian In segera merasakan tangannya seperti terbentur dengan baja yang amat kuat, telapak tangan kanannya terasa amat sakit sekali sehingga tak kuasa lagi tubuhnya tergetar mundur dua langkah ke belakang. Dengan pertempuran ini masing-masing pihak sudah merasa amat jelas bagaimana kehebatan ilmu silat lawannya, jelas di dalam hal tenaga dalam lelaki berkerudung itu jauh lebih tinggi beberapa tingkat dari diri Wi Lian In.Wi Lian In yang melihat tenaga dalam dirinya tidak sanggup memenangkan pihak lawan cara bertempurnya segera berubah, serangan-serangan yang dilancarkan banyak kosong dari pada nyata dia tidak ingin menyambut datangnya serangan pihak lawan denganke ras lawan keras kembali. Dari ayahnya dia pernah belajar sebuah ilmu telapak yang khusus ditujukan untuk melawan pihak musuh yang memiliki tenaga dalam jauh Jebih tinggi dari dirinya, ilmu tersebut disebut sebagai ilmu telapak "Lok Hoa Ciang" Atau ilmu bunga berguguran, segera tanpa berpikir panjang lagi dia mengeluarkan seluruh jurus dari ilmu telapak bunga berguguran untuk menyambut datangnya serangan dari pihak musuh. Untuk beberapa saat lamanya lelaki berkerudung itu segera terdesak mundur terus oleh keampuhan dari ilmu telapak itu, tetapi semakin lama akhirnya dia berhasil juga mengetahui kunci kelemahan dari ilmu telapak bunga berguguran itu, di dalam sepuluh jurus kemudian dia sudah berhasil memunahkan seluruh serangan pihak lawan di atas angin kembali. Wi Lian ln yang hatinya bercabang karena memikirkan keselamatan dari Ti Then membuat perhatiannya pun menjadi tidak tercurahkan di dalam pertempuran ini, ketika diiihatnya ilmu telapak bunga berguguran sudah digunakan habis tetapi masih belum juga berbasil mendapatkan kemenangan hatinya terasa semakin bertambah kacau, serangan yang dilancarkan menjadi kacau balau sehingga berturut turut dia terdesak mundur terus oleh serangan musuh. Lelaki berkerudung itu tidak mau melepaskan barang satu detik pun, dia terus menerus melancarkan serangan gencar mendesak mundur Wi Lian In sedangkan mulutnya memperdengarkan suara tertawanya yang amat menyeramkan. "Heee ..hee , , budak liar-" Ejeknya dingin. "Jikalau kau orang mau menemukan mayat kekasihmu lebih baik serahkan saja kau orang tanpa melawan, aku segera akan membawa kau naik ke atas gunung untuk menemuinya "Baru saja dia orang habis berkata mendadak wajah Wi Lian In berubah sangat girang sekali, teriaknya dengan cemas. " Aaaah.. " Ti Kiauw tauw sudah datang " " Haaa ,, haa , mayatnya pun sudah mulai dingin" Seru lelaki berkerudung itu sambil tertawa terbahak-bahak. "Kau jangan ngibul tidak karuan, dia orang tidak akan bisa muncul kembali di sini hee,, hee, kau mengharapkan dia orang bisa datang menolong dirimu? mimpi, hii, hii, kau orang sedang mimpi di siang hari bolong" Wi Lian In yang melibat dia orang sama sekali tidak dibuat takut oleh gertakannya ini dalam hati semakin percaya lagi kalau Ti Then sudah binasa di dalam istana Thian Teh Kong, saking sedih hatinya permainan siiatnya pun menjadi bertambah kacau balau. Melihat kesempatan yang amat baik lelaki berkerudung itu dengan cepat maju melancarkan titiran serangan gencar mendadak kakinya menyapu kearah kaki Wi Lian In dengan cepatnya sembari membentak keras " Kau rubuhlah." Wi Lian ln tidak sempat menghindarkan diri lagi, kakinya terkena sapuan tersebut dengan amat cepatnya. "Bruuuk." Tubuhnya dengan amat keras terbanting ke atas tanah tidak bisa berkutik lagi. Lelaki berkerudung itu segera tertawa terbahak-bahak, jari tangannya dengan kecepatan bagaikan kilat melancarkan serangan totokan ketubuh Wi Lian In. Mendadak ...."Lian In kau jangan gugup, aku datang" Suara seseorang yang amat berat secara tiba-tiba berkumandang keluar dari dalam sebuah hutan yang amat lebat. Jika didengar dari nada suaranya orang itu mirip sekali dengan diri Ti Then.Seluruh tubuh lelaki berkerudung itu terasa bergetar dengan amat kerasnya jelas sekali dia benar-benar merasa terperanyat. Tanpa memperdulikan lagi diri Wi Lian ln yang menggeletak di atas tanah dengan cepat tubuhnya meloncat ke atas pohon kemudian berlalu dengan terbirit-birit. Wi Lian ln benar-benar dibuat teramat girang, cepat-cepat dia meloncat bangun lalu berseru dengan keras. "Then ko, apa betul kau orang yang datang?" Terdengar suara ujung baju yang tersampok angin berderu mendatang, mendadak di depan tubuhnya berkelebat datang sesosok bayangan manusia.Tetapi orang itu bukanlah Ti Then, melainkan seorang pendekar berusia pertengahan. Wajah pendekar berusia pertengahan ini cukup tampan, pakaiannya merupakan sebuah jubah enghiong yang bersulamkan seekor naga dari emas pada pinggangnya tersoren sebilah pedang, sedang pada ujung pedang tergantunglah sebuah kain yang berwarna merah. "Kau, Suma suko" Seru Wi Lian In agak tertegun dengan membelalakkan matanya. Kiranya pendekar berusia pertengahan ini bukan lain adalah salah satu pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po yang bergelar "Mo lm Kiam Khek" Suma San Ho adanya. Begitu tubuh si Mo Im Kiam Khek-Suma Sin Ho. melayang turun ke atas permukaan tanah dengan cepat dia melintangkan padangnya di depan dada. matanya menyapu sekejap ke empat penjuru lalu ujarnya dengan cemas. "Sumoay- di mana musuhnya? " Dalam hati Wi Lian In merasa sangat kecewa sekali karena orang yang datang bukanlah diri Ti Then, tetapi dalam hati dia pun merasa amat terkejut bercampur heran karena dia sama sekali tidak menyangka di dalam keadaan yang sangat berbahaya pendekarpedang merah ini bisa tepat munculkan dirinya di sana, dengan pandangan termangu mangu dia orang memperhatikan diri Suma San Ho. "Suma Suko. bagaimana kau orang bisa sampai di sini? " Bukannya memberi jawaban dia malah balik bertanya. "Ie heng tahu besok pagi Wi Pocu ada janyi dengan pihak istana Thian Teh Kong- karenanya aku bermaksud malam ini mengadakan penyelidikan dulu terhadap situasi pihak musuh karena itu aku sengaja datang ketempat sini. tadi aku dengar kau berteriak Ti Kiauw Tauw sudah datang,.... .sebenarnya sudah terjadi urusan apa??? Ti Then sudah pergi kemana??? siapakah orang yang sudah menyerang dirimu tadi ??? " Mendengar pertanyaan itu tak tertahan lagi titik-titik air mata mengucur keluar dengan derasnya membasahi seluruh wajah Wi Lian ln. " Ti Kiauw tauw sudah binasa." Ujarnya sembari menangis terisak-isak. "Sungguh?" Teriak Suma San Ho dengan amat terkejut. "Jadi yang dimaksud sebagai mayat pun sudah mendingin olteh orang itu adalah diri Ti Kiauw tauw." " Benar." Sahut Wi Lian In mengangguk, suara tangisannya semakin lama semakin keras. "Dia bilang Ti Kiauw Tauw sudah terjebak oleh alat rahasia dan kini sudah meninggal" "Lalu siapakah orang itu?" Tanya Suma San Ho dengan semakin cemas lagi. " Seorang lelaki yang berkerudung, dia menyebut dirinya sebagai suami si rase bumi Bun Jin Cu yang baru, pemimpin baru dari istana Thian Teh Kong." "Tetapi aku rasa hal ini tidak mungkin" Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Seru Suma San Ho kaget. "Aku pun merasa demikian, si rase bumi Bun Jin Cu tidak mungkin mau kawin lagi dengan begitu cepat, - tetapi perkataandari lelaki berkerudung itu sangat beralasan sekali, dia bilang Bun Jin Cu sangat membutuhkan seorang suami untuk menggantikan ayahku, perkataan ini " "Perkataan ini tidak dipercaya." Potong Suma San Ho dengan cepat. Wi Lian In menjadi melengak. "Kenapa tidak boleh dipercaya? Bun Jin Cu memang seharusnya membutuhkan seorang yang memiliki kepandaian silat amat tinggi untuk membantu dia orang menghadapi musuh-musuhnya untuk memenangkan pertempuran esok pagi dia seharusnya mengorbankan semuanya demi tercapainya cita-cita ini," "Tidak benar, tidak benar" Ujar Suma San Ho sambil gelengkan kepalanya berulang kali. "Berita yang le heng dapatkan sama sekali tidak ada yang menganggap soal Bun Jin Cu sudah kawin lagi" "Kau sudah memperoleh berita apa? " Tanya Wi Lian In melengak. " Kemarin sore le heng mendengar banyak orang yang berbicara katanya orang-orang pihak istana Thian Teh Kong sudah pada menghianati diri Bun Jin Cu, katanya karena mereka melihat si anying langit Kong Sun Yau sudah modar dan mengetahui juga perjanyiannya dengan Wi Po cu esok hari mereka segera merasakan kalau pemimpin mereka tidak akan sanggup mengalahkan orang- orang benteng Pek Kiam Po karenanya bersama sama mereka sudah berkhianat dan melarikan diri turun gunung sesudah merampok seluruh kekayaan yang ada di dalam istana , ..apakah kalian tidak pernah mendengar adanya berita ini?" "Tidak pernah, apakah sungguh hal ini sudah terjadi?" Tanya Wi Lian ln terkejut. "Kemungkinan besar hal ini sudah terjadi, karena di tengah perjalanan le-heng sudah menemui beberapa orang anggota istana Thian Teh Kong ketika mereka melihat diri le-heng ternyata sudahpada berlarian menyauhi diriku tanpa berani memberikan perlawanannya " "Jika hal ini benar-benar sudah terjadi maka lelaki berkerudung tadi pasti bukanlah suami yang baru dari si rase bumi Bun Jin Cu" Seru Wi Lian In mendadak. "karena jika Bun Jin Cu mau kawin dia tentu mencari seorang yang memiliki kepandaian silat amat lihay, jikalau dia sudah mem punyai seorang suami yang memiliki kepandaian silat amat lihay anak buahnya sudah tentu tidak akan menghianati dirinya lagi, bukan begitu? " "Kapan kau serta Ti Kiauw-tauw tiba di sini ?" "Sebelum malam hari sudah tiba di sini, Ti Kiauw-tauw bilang mau naik ke gunung untuk menyelidiki jejak musuh di dalam istana Thian Teh Kong dan menyuruhi aku menunggu di sini, aku sudah menunggu dua jam lamanya mendadak muncul lelaki berkerudung itu, kepandaian silatnya sangat lihay sekali aku tidak bisa mengalahkan dia " "Tetapi.. " Ujar Suma San Ho kemudian sambil mengerutkan keningnya setelah berpikir sejenak. "Jika dia orang bukan orang pihak istana Thian Teh Kong lalu mengapa sudah turun tangan membokong dirimu ? maka , . ." "Aaaah ... sekarang aku baru tahu" Tiba-tiba teriak Wi Lian In dengan keras. "Dia tentunya pemimpin dari tiga orang berkerudung yang terdahulu, dia bukan lain tentu yang sudah melakukan jual beli dengan Hu Pocu kita." Suma San Ho yang mendengar perkataan ini segera dibuat menjadi bingung, sambil mengucak-ucak matanya dia bertanya. "Siapakah ketiga orang berkerudung itu? siapa yang sudah mengadakan jual beli dengan Hu Pocu kita ?" Persoalan ini jika diceritakan amat panjang sekali, lebih baik kita pergi memecahkan teka teki mati hidupnya Ti Kiauw tauw serta keadaan dari istana Thian Teh Kong dulu, lalu aku baru menceritakam seluruh persoalan kepadamu""Baiklah" Jawab Suma San Ho mengangguk. "Tetapi le heng percaya Ti Kiauw tauw belum menemui bencana, dia pasti masih hidup " Mendengar perkataan ini Wi Lian In menjadi amat girang, tanyanya. "Dengan berdasarkan apa kau berani memastikan, kalau Ti Kiauw tauw belum menemui bencana?" Suma San Ho segera tersenyum. "Tadi secara mendadak kau berteriak "Ti Kiauw tauw sudah datang" Apakah sengaja sedang memancing jawaban dari pihak lawan? " "Benar, tetapi bangsat itu sama sekali tidak dibuat kaget oleh perkataanku itu, bahkan sebaliknya malah tertawa terbahak bahak, dia bilang mayat dari Ti Kiauwtauw sudah mendingin maka aku jadi merasa sangat kuatir terhadap keselamatan Ti Kiauw tauw" " Ti Kiauw tauw sudah pergi selama dua jam lamanya dan belum kembali juga, kemungkinan sekali dia memang sudah terjatuh ke tangan si rase bumi Bun Jin Cu tetapi dia pasti belum menemui kematiannya alasannya, pertama: Besok pagi Bun Jin Cu akan mengadakan pertempuran melawan Wi Pocu jikalau malam ini dia berhasil menawan diri Ti Kiauw tauw maka dia tidak akan cepat- cepat penghukum mati dirinya sebaliknya menahan dirinya untuk menguasahi Wi Po cu pada keesokan harinya. Kedua : tadi aku sewaktu Ie-heng menirukan nada suara dari Ti Kiauw tauw dengan berkata "Aku datang" Lelaki berkerudung itu cepat-cepat melarikan diri dari sini, hal ini berarti juga kalau Ti Kiauw tauw belum mati, jika dia sudah mati mengapa lelaki berkerudung itu segera melarikan diri sesudah mendengar suaranya?" "Benar, benar sekali" Seru Wi Lian In dengan amat girang. " Tetapi lebih baik kita menyeiidiki urusan ini sampai jelas terlebih dulu . " , ayoh jalan"Wi Lian In dengan cepat berlari menuju ke atas gunung, Suma San Ho pun mengikuti dari belakangnya sambil berlari tanyanya dengan suara keras. " Sumoay, apakah Pocu tidak berjalan bersama-sama dengan kalian ?" "Tidak, Tia berangkat dulu satu hari sebelum kita berangkat, katanya dia mau menawan diri Hong Mong Ling. Ooooh benar, aku mau memberitahukan satu hal kepadamu, itu bangsat yang tidak tahu malu Hong Mong Ling sudah menemui ajalnya." "Aaaah??? dia mati di tangan siapa?" Tanya Suma San Ho tertegun. "Dia sudah dibinasakan oleh lelaki berkerudung tadi. aku percaya orang berkerudung tadi pastilah orang yang sudah melakukan jual beli dengan Hu Pocu kita." "Sebetulnya sudah terjadi urusan apa?" "Baiklah aku sekarang juga menceritakan urusan ini kepadamu, sebenarnya urusan adalah begini, setelah aku serta Ti Kiauw tauw meninggalkan benteng karena waktu itu masih ada dua puluh hari lamanya dengan waktu perjanyian dengan Bun Jin Cu maka Ti Kiauw tauw mengajak aku berpesiar kegunung Kim Teng San ..." "Kim Teng San?" Sela Suma San Ho terperanyat. "Bukankah gunung Kim Teng San merupakan tempat kediaman dari si kakek pemalas Kay Kong Beng, kalian sudah bertemu dengan dia orang? " "Sebenarnya kami tidak bermaksud untuk menemui Kay Kong Beng itu tetapi sesampainya di atas gunung Kim Teng San karena tidak ada tempat indah yang bisa dinikmati maka kami mengambil keputusan untuk pergi ke rumah kediaman Kay Kong Beng. Siapa sangka sewaktu tiba di depan gua tempat tinggal Kay Kong Beng di atas puncak gunung Kim Teng San ternyata kami sudah menemukan itu bangsat cilik Hong Mong Ling sedang berlutut didepan gua memohon Kay Kong Beng untuk menerimanya sebagai murid.." Sewaktu dia menyelesaikan ceritanya mereka berdua sudah tiba di punggung gunung, yaitu tepat di depan kuil yang sudah terbakar hangus itu. Melihat asap yang masih mengepul di antara tumpukan puing- puing tak terasa lagi Suma San Ho sudah berkata. "Kelihatannya berita yang tersiar dalam dunia kang ouw adalah sungguh-sungguh terjadi, istana Thian Teh Kong agaknya memang benar-benar sudah menemui pengkhianatan" "Tidak tahu bagaimana dengan keadaan istana Thian Teh Kong- nya sendiri?" Ujar Wi Lian In sambil memandang ke tempat kejauhan. "Jikalau di sana pun sudah terbakar musnah hal ini berarti juga Ti Kiauw-tauw tidak mungkin sudah terjebak di dalam alat rahasia yang dipasang di dalamnya. "Benar" Jawab Suma San Ho mengiakan. "Kemungkinan sekali istana Thian Teh Kong belum sampai terbakar musnah, jikalau sudah hancur lebur mana mungkin Bun Jin Cu tetap berdiam ditempat ini ? Ti Kiauw tauw pun tidak mungkin pergi sedemikian lamanya." Seketika itu juga Wi Lian ln merasakan hatinya mulai murung kembali, tanyanya dengan amat cemas . "Jarak dari sini ke istana Thian Teh Kong masih seberapa jauh?" "Tidak terlalu jauh lagi, mari ikuti diriku" Dengan dipimpin oleh Suma San Ho mereka berdua segera melakukan perjalanan kembali ke depan, setelah melewati sebuah tebing yang terjal mendadak Suma San Ho menghentikan langkahnya, ujarnya dengan suara perlahan sambil menuding kearah sebuah bayangan hitam di atas gunung yang ada diseberangnya. "Coba kau lihat, itulah istana Thian-Teh Kong"Saat ini pagi hari sudah mulai mendekat, sinar rembulan telah lenyap dari udara membuat suasana di sekeliling tempat itu amat gelap sekali, ditengah kegelapan cuma terlihat sedikit sinar lampu yang memancarkan keluar dari dalam istana Thian Teh Kong ditempat kejauhan, keadaan pada saat itu amat menyeramkan sekali. "Kau lihat bagaimana?" Tiba-tiba bisik Wi Lian ln dengan suara perlahan. " Selama di dalam perjalanan menuju ke tempat ini sama sekali kita tidak menemukan kaum perampok yang berjaga-jaga di sekitar tempat ini, jelas sekali istana Thian Teh Kong sudah menemui bencana tetapi jika ditinyau dari keadaan ini agaknya istana Thian Teh Kong itu sama sekali tidak menemui cedera, sudah tentu Bun Jin Cu pun masih ada di sana.." "Jika demikian tidak salah lagi Ti Kiauw tauw pasti sudah tertawan olehnya" Sambung Wi Lian In dengan hati yang berdebar- debar keras. "Ehmmm..coba kau lihat baiknya kita masuk ke dalam istana sekarang juga atau menanti sesudah terang tanah?" "Sudah tentu sekarang juga," "Tetapi suasana di dalam istana itu amat gelap sekali " Seru Suma San Ho ragu-ragu. " Apalagi kita pun tidak tahu bagaimana keadaan di dalam istana tersebut, jikalau sampai terjebak oleh alat rahasia mereka ..." "Jika kau tidak berani masuk tunggulah di tempat ini saja biar aku masuk seorang diri" Potong Wi Lian In cepat. Tubuhnya dengan cepat melayang ke arah istana Thian Teh Kong itu. Dengan terburu-buru Suma San Ho memburu ke depan."Nona Wi kau jangan salah paham" Ujarnya dengan suara yang amat lirih, bukannya nyali le-heng kecil tetapi aku rasa kita harus bekerja dengan berhati-hati" Saat ini Wi Lian In cuma ada satu tujuan saja di dalam hatinya yaitu mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Ti Then terhadap keselamatan dirinya sendiri sama sekali dia tidak mengambil pikiran lagi, mendengar perkataan itu dia segera tertawa dingin. "Setelah kita tiba di istana Thian Teh Kong asal jangan masuk ke dalam rumah bukankah alat-alat rahasia itu sama sekali tidak bisa mengapa-apakan diri kita?" "Sekali pun begitu lebih baik kita sedikit berhati-hati " Ujar Suma San Ho perlahan. "Kemungkinan sekali masih banyak orang yang tidak menghianati diri Bun Jin Cu." Wi Lian In tidak berbicara lagi, dengan beberapa kali loncatan dia melayang turun di depan istana Thian Teh Kong itu. Ketika dilihatnya terdapat banyak mayat-mayat yang bergelimpangan di depan istana itu dia menjadi tertegun. "liih " . orang-orang ini apakah dibunuh mati oleh Ti Kiauw tauw?" Suma San Ho segera berjongkok memeriksa keadaan dari mayat mayat tersebut lalu gelengkan kepalanya. "Bukan, orang-orang ini sudah mati kurang lebih sudah mati satu hari lamanya " "Lalu siapa yang melakukannya? " Tanya Wi Lian In heran. "Kemungkinan sekali dilakukan oleh Bun Jin Cu sendiri" "Tidak salah " Seru Wi Lian In menjadi panas kembali. "Dia melihat orang orang ini pada mengkhianati dirinya sudah tentu sangat marah sekali, karenanya dalam keadaan marah dia lalu turun tangan kejam membinasakan mereka semua"Dia berhenti sebentar untuk menyapu sekejap ke sekeliling tempat itu, lalu tambahnya lagi. " Jika dilihat dari keadaan ini di dalam istana masih ada orang lain tidak?" " Menurut apa yang le heng ketahui di antara anak buah si anying langit rase bumi cuma ada dua orang saja yang tidak mungkin mengkhianati diri mereka," "Siapa?" Tanya Wi Lian ln sambil memandang kearahnya dengan tajam. "Si menteri pintu serta Pembesar jendela. dua orang ini paling setia terhadap si anying langit rase bumi, kini sekali pun si anying langit sudah modar tetapi mereka tidak mungkin mau mengkhianati diri Bun Jin Cu" Mendengar disebutnya nama-nama itu Wi Lian ln segera tertawa dingin. "Jika cuma kedua orang ini saja kita tak perlu terlalu takut lagi, kepandaian silat mereka aku orang sudah pernah menyajalnya, aku kira tidak ada yang bisa dibanggakan" Dia berjalan menuju ke samping sesosok mayat lalu memungut sebilah pedang panjang. "Ayoh jalan" Ujarnya sambil berjalan menuju ke pintu depan. "Kita lihat-lihat ke dalam" Setelah mereka berdua keluar memasuki pintu depan, apa yang dilihat keadaan di sana mirip sekali seperti yang ditemui Ti Then semula di dalam istana penuh bergelimpangan mayat-mayat yang kebanyakan kehilangan lengannya, kaki atau kepalanya, darah yang mulai membeku berceceran di semua tempat membuat keadaannya sangat mengerikan sekali. Suma San Ho yang merupakan seorang pendekar yang memiliki nama terkenal di dalam Bu lim entah sudah menemui berapa banyak pertempuran yang ngeri tetapi ketika melihat suasana didalam istana itu tak terasa lagi dengan membelalakan matanya dia menghela napas panjang. "Sungguh tidak kusangka istana Thian Teh Kong yang sudah memimpin kaum Liok-lim selama puluhan tahun lamanya kini sudah mendapatkan akhir yang demikian mengenaskan" "Bilamana pada hari biasa si anying langit serta rase bumi bisa baik-baik menarik anggotanya sudah tentu tidak akan terjadi pengkhianatan semacam ini " Mereka berdua dengan melintangkan pedang di depan dada melakukan pemeriksaan kembali di sekeliling tempat itu, ketika dirasanya tak tampak sesosok manusia yang masih hidup dan dengan segera mereka melanjutkan langkahnya masuk ke dalam istana itu dan tiba di depan ruangan Khie Ie Tong tersebut. Mendadak dari dalam ruangan Khie Ie Tong berkumandang keluar suara rintihan yang amat lemah sekali. Suara itu sepertinya dikeluarkan oleh seorang yang sudah mendekati ajalnya, kedengarannya amat mengerikan sehingga mendirikan bulu roma. Wi Lian In serta Suma San Ho yang mendengar suara ini bersama sama menjadi amat terkejut, cepat-cepat tubuhnya membungkuk ke bawah dan pusatkan perhatiannya untuk mendengar. Beberapa saat kemudian terdengar Suma San Ho berbisik dengan suara yang amat lirih kepada Wi Lian In . " Agaknya suara itu berasal dari seorang rampok muda" Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo " Tapi aku rasa suara itu mirip sekali dengan suara Ti Kiauw- tauw" Bantah Wi Lian In. Air muka Suma San Ho segera berubah sangat hebat. " Oooooh ... benar ?"Wi Lian In segera pusatkan perhatiannya untuk mendengarkan kembali suara itu beberapa saat lamanya, akhirnya dengan wajah berubah amat hebat bisiknya. " Aaaah .... semakin didengar aku rasa semakin mirip " " Jika dia orang adalah Ti Kiauw-tauw bagaimana dia orang bisa terluka di dalam ruangan Khie Ie Tong ini ?" "Tentu sewaktu dia memasuki ruangan Khie Ie Tong ini untuk mengadakan pemeriksaan sudah tersenggol alat rahasia dan terhajar semacam senyata rahasia." "Tidak bisa jadi " Seru Suma San Ho mengemukakan kecurigaan hatinya. "Jikalau Bun Jin Cu melihat dia sudah terluka tentu segera menawan dia orang untuk disimpan di dafam penyara, dia tidak mungkin membiarkan dia orang berbaring di sana terus" " Tetapi jika Bun Jin Cu sudah meninggalkan istana Thian Teh Kong ini?" Sinar mata Suma San Ho segera berkelebat, akhirnya dia mengangguk juga. "Ehmmm tidak salah, kemungkinan sekali Bun Jin Cu sudah meninggalkan tempat inicoba kau berteriaklah untuk lihat-lihat adakah reaksi dari dalam ruangan" Wi Lian In segera bangkit berlari dan berteriak ke arah ruangan Khie Ie Tong itu. "Hey ..di dalam ada orangkah ? Dari tengah ruangan tersebut segera menyahut suara seorang dengan nada terputus-putus. "Lian..In ..kau kau ..ce . , . pat ... daaa - ., datang ."Kecuali Ti Then siapa orang lagi yang bisa memanggil dirinya dengan sebutan Lian In? Wi Lian In menjadi sangat girang sekali dia menoleh dan menggape kearah Suma San Ho lalu bertindak menuju ke ruangan Khie Ie Tong tersebut "Tunggu dulu" Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemabuk Karya Kho Ping Hoo