Pendekar Patung Emas 27
Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Bagian 27
Pendekar Patung Emas Karya dari Qing Hong Cepat Suma San Ho menarik tangannya. "Kenapa?" Teriak Wi Lian In dengan amat gusar. Suma San Ho tidak ambil perduli terhadap dirinya yang merasa kurang senang terhadap tindakannya ini, teriaknya keras . "Ti Kiauw tauw, di dalam sana adakah alat rahasia ?" "Kaaau .... kau .. kau siapa ?" Suara rintihan dari Ti Then segera bergema kembali. "Cayhe adalah Suma San Ho dari pendekar pedang merah ". "Aiaa ... aaaalat .... alat rahasia di sini - - - di si ni sudah .... sudah berjalan ... kaaa .... kalian cepat .. , cepat masuk . tolong ..tolong ..aaaku ..- aku . - - aaa . " " Aku datang" Wi Lian In tidak bisa menahan golakan hatinya dengan cepat dia berkelebat masuk ke dalam ruangan tersebut. Suma San Ho yang melihat sumoaynya berlari masuk segera mengikutinya dari belakang mereka berdua dengan cepat menerjang masuk ke dalam ruangan Khie Ie Tong yang amat gelap gulita itu. Untuk beberapa saat lamanya mereka tidak bisa melihat Ti Then sebenarnya sudah terluka diarah sebelah mana, Wi Lian ln jadi bingung serunya kembali. " Ti Kiauw iauw, kau berada di mana?" Baru saja ucapannya selesai mendadak permukaan tanah yang diinyak oleh mereka sudah membalik kearah dalam.Seperti halnya dengan Ti Then mereka pun tidak punya kesempatan untuk melarikan diri, bersama-sama tubuhnya meluncur jatuh ke bawah. Lalu seperti juga dengan Ti Then mereka berduaan terkurung di dalam kerangkeng besi di bawah tanah itu. Wi Lian In menjadi sangat terperanyat, teriaknya berulang kali "Aduh celaka... kita kena tipu, kita kena tipu," Suma San Ho lalu mencabut keluar pedangnya dan membacok kearah kurungan besi tersebut tetapi tidak berguna, besi terali itu terbuat dari baja murni yang tidak mungkin bisa dihancurkan dengan menggunakan pedang biasa, dia menjadi menghela napas panjang. "Sungguh jahanam sekali " Makinya dengan gusar. " "Semuanya adalah kesalahanku" Ujar Wi Lian ln dengan wajah sangat malu. "Aku sama sekali tidak mendengar kalau suaranya ternyata palsu" " Heee, heee, semuanya dikarenakan kelihayan dari permainanku untuk menirukan nada suara dari kekasihmu itu " Dengan diiringi suara tertawanya yang kegirangan si rase bumi Bun Jin Cu sudah muncul pada ujung kurungan besi itu. Bersamaan dengan suara terbukanya pintu batu, pada ujung dinding dengan perlahan-lahan terbuka ke samping, serentetan sinar yang amat terang memancar masuk dalam ruangan. Dengan wajah penuh senyuman Bun Jin Cu muncul di depan pintu, lalu tangannya menekan tombol pada dinding, kurungan besi itu dengan cepatnya sudah meluncur ke depan tubuhnya. "Hii.... bii . penghasilanku malam ini sungguh bagus sekali " Ujarnya tertawa cekikikan. "Di dalam satu malaman aku sudah berhasil memperoleh tiga ekor ikan besar "Wi Lian In benar-benar dibuat sangat gusar sekali, kakinya dengan cepat melancarkan tendangan dahsyat menghajar besi kurungan tersebut. f "Nenek bangsat" Makinya dengan amat gusar "Kau sudah apakan Ti Kiauw-tauw kami ?" "Kau ingin cepat-cepat bertemu dengan dia bukan ?" Ejek Bun Jin Cu tertawa. Sudah tentu Wi Lian ln sangat mengharapkan bisa bertemu dengan diri Ti Then untuk mengetahui mati hidupnya, tetapi dia tidak memberikan jawabannya, sepasang matanya dengan amat gusar melotot ke arahnya dia kepingin sekali menerjang keluar dari kurungan lalu kirim satu bacokan membinasakan dirinya. "Nona Wi" Ujar Bun Jin Cu kembali sambil tertawa. "Aku tahu kau sangat suka kepada dirinya, tetapi aku orang mau memberi nasehat kepadamu lebih baik perasaan cintamu ini kau tarik kembali, karena untuk hidupmu kali ini tidak mungkin bisa memperoleh jawabannya lagi" Wi Lian In ketika mendengar perkataan itu menjadi amat terperanyat. "Kau sudah mencelakai dirinya ?" Bentaknya dengan amat gusar. "Apakah dia orang tidak seharusnya modar?" Balas tanya Bun Jin Cu sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding tembok. Wi Lian In benar-benar dibuat teramat gusar sambil menggetarkan pedangnya dia menantang. "Lepaskan aku keluar, aku mau menyagal kau nenek tua yang jelek." Bun Jin Cu tenang-tenang saja seperti baru melihat harimau betina yang sedang kalap dia tersenyum-senyum. "Perkataan kau orang sungguh lucu sekali, mana mungkin aku mau melepaskan dirimu hanya untuk membunuh diriku?""Mari kita adakan pertempuran yang menentukan mati hidup kita, coba lihat kau yang mati atau aku yang hidup," Teriak Wi Lian In kembali. "Heee ..- hee .. , , aku tidak akan berbuat demikian," Ujar Bun Jin Cu sambil gelengkan kepalanya," Aku sudah berbasil menawan dirimu, buat apa kau paksa aku untuk membuang tenaga dengan percuma?" "Perempuan cabul, nenek tua yang jelek, tidak aneh kalau anak buahmu pada menghianati dirimu, kau..., , kau tidak cukup bersikap sebagai pentolan perampok perempuan" "Hiii ..- hiii . .,hiii ... ayo maki, maki terus sepuas hatimu, nanti aku mau suruh kau menangis terus." "Bun Jin Cu." Tiba-tiba Suma San Ho menimbrung- "Kau punya rencana menghukum kita dengan cara apa?" "Kau tunggu saja nanti," "Heee heee . , .aku mau peringatkan satu hal kepadamu" Ujar Suma San Ho kembali sambil tertawa dingin. "Pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po sudah pada kumpul di atas gunung ini, jikalau kau kepingin hidup cepat lepaskan kita dari sini" Mendengar perkataan tersebut Bun Jin Cu segera angkat kepalanya tertawa terbahak bahak. "Pendekar pedang merah dari benteng Pek Kiam Po kalian itu masing-masing macam apa? kini aku orang sudah berhasil menawan nona Wi yang terhormat ini, sekali pun datang seratus orang Wi Ci To aku pun tidak akan takut." "Tapi bilamana kami mati kau pun jangan harap bisa meloloskan diri dengan selamat" Bun Jin Cu tertawa semakin keras lagi. "Perkataanmu ini kemungkinan sekali tidak salah, tetapi sejak semula.aku orang sudah tidak ingin hidup lebih lama lagi, ini hari aku orang bisa menghukum mati Ti Then serta nona Wi ini sekali pun pada kemudian hari harus binasa ditangan Wi Ci To sedikit pun aku tidak merasa menyesal" "Ti Kiauw-lauw sudah membinasakan suamimu, kalau kau orang mau membalas dendam ini kami tidak bisa berkata apa-apa lagi, tetapi Wi Sumoay kami ini tidak punya dendam apa-apa dengan kau orang, kenapa kau pun ingin membinasakan dirinya?" Bun Jin Cu segera tertawa. "Sewaktu ada dialas tebing Sian Ciang dia sudah mengejek diriku, karena itu setelah aku orang membuat dia merasakan penderitaan yang amat hebat lalu sekalian membasminya dari muka bumi " Wi Lian In segera menjerit keras, teriaknya "Sekarang juga aku mau mengejek dirimu lagi, kau kehilangan suamimu memang pantas, bagus sekali kematiannya ini namanya takdir buat kau orang, tahu tidak perempuan cabul ?" Air muka si rase bumi Bun Jin Cu berubah sangat hebat. "Menteri pintu, pembesar jendela, kalian masuk kemari" Panggilnya dengan keras. "Baik". Jilid 21.2 : Pengkhianatan menteri pintu Ditengah suara sahutan tampak dua orang berjalan masuk ke dalam pintu dan muncul di belakang tubuh Bun Jin Cu. "Bawa mereka ke dalam ruangan siksa" Perintahnya kepada kedua orang itu. Selesai berkata dia berjalan meninggalkan tempat itu. Ketika si menteri pintu melihat dia berlalu dari sana dari wajahnya segera terlintas senyumannya yang amat seram, dengaaperlahan dia ke ujung ruangan dan menekan sebuah tombol di sana. Dengan disertai suara gesekan yang amat keras kurungan besi dimana Wi Lian In serta Suma San Ho berada dengan perlahan mulai menurun ke bawah dan masuk ke dalam kolam air itu. Atau dengan perkataan lain, mereka pun mendapatkan penyambutan seperti yang dialami Ti Then. Kurang lebih seperempat jam kemudian, menteri pintu baru menekan tombol kembali untuk mengerek naik kurungan besi tersebut. Saat Wi Lian In serta Suma San Ho yang ada di dalam kurungan besi itu sudah jatuh tidak sadarkan diri, bagaikan dua ekor ayam yang tercebur ke dalam air dengan lemasnya mereka menggeletak di dasar kurungan. Si pembesar jendela segera memandang ke arah Wi Lian In, wajahnya sudah penuh diliputi oleh napsu jahat, ujarnya dengan cengar cengir. "Nona yang begitu cantiknya kalau dibinasakan sungguh sayang sekali . ." "Haa , . haa , , bagaimana, kau sudah mengilar.. " Goda si menteri pintu tertawa terbahak bahak. "Cuma aku tidak enak untuk mengusulkan permintaanku ini" "Bagaimana kalau Lohu yang mewakili dirimu?" "Apakah Hujin setuju? " "Jangan kuatir" Seru si menteri pintu tersenyum "Menanti setelah Wi Ci To pun berhasil ditawan aku kira hujin tentu menyetujuinya, kau menggunakan barang apa untuk mengucapkan terima kasihnya kepadaku?" Si pembesar jendeia segera tertawa terbahak-bahak." Kita menteri pintu pembesar jendeia, kau suka harta aku suka perempuan sudah tentu aku menggunakan uang untuk mengucapkan terima kasihku kepadamu" "Berapa ?" "Bagaimana kalau seratus tahil perak" "Baik, kita putuskan demikian." Demikianlah mereka berdua lalu membuka pintu kurungan besi itu dan menggotong tubuh Wi Lian In serta Suma San Ho keluar. Setelah diberi pertolongan seperlunya ketika melihat mereka hendak sadar kembali dari pingsannya kedua orang itu segera menotok jalan kakunya, setelah itu dengan seorang membopong sesosok tubuh berjalan keluar dari sana. Setelah melewati sebuah lorong kecil dan melewati sebuah pintu, sampailah mereka di dalam sebuah ruangan siksa yang agak lebar. Di dalam ruangan siksa itu sudah tersedia berbagai macam alat siksa yang sangat menyeramkan. Si rase bumi Bun Jin Cu duduk di atas sebuah kursi yang tertutup dengan sebuah kulit macan, beberapa kaki di hadapannya berdirilah tiga buah tiang kayu yang pada tiang tengah sudah terikat seseorang. Orang itu bukan lain adalah Ti Then. Sepasang tangan serta sepasang kakinya terpentang lebar-lebar yang masing-masing bagiannya sudah terikat kencang-kencang di atas tiang kayu tersebut, baju bagian atasnya sudah terbuka sehingga terlihatlah dadanya yang sudah dipenuhi dengan bekas- bekas cambukan, setiap bekas cambukan masih mengalirkan darah segar. Jelas sekali dia baru saja memperoleh pukulan yang kejam sehingga jatuh tidak sadarkan diri.Setelah si menteri pintu dan pembesar jendela menyeret tubuh Wi Lian In serta Suma San Ho masuk ke dalam ruangan siksa terdengar Bun Jin Cu sudah berkata. "Ikat mereka di atas tiang kayu itu lalu bebaskan jalan darahnya" "Perlukah membuka pakaian mereka? " Tanya si pembesar jendela tiba-tiba sambil lertawa. "Pakaian dari Suma San Ho boleh di buka, pakaian Wi Lian In jangan" Air muka si pembesar jendela segera memperlihatkan rasa kecewanya. "Kenapa tidak ditelanyangi sekalian?" Tanyanya tertawa nyengir. "Lo Ciauw, kau orang semakin tua semakin menjadi" Goda Bun Jin Cu sambil tertawa cekikikan,"Kau sudah mengambil perhatian khusus dengan budak itu?" Air muka si pembesar jendela segera berubah memerah, dia tertawa dengan malu-malu. "Hamba tidak berani " Sahutnya perlahan. "Ehmmrnm " Kenapa kau orang sudah berlaku sungkan?" Goda si menteri pintu sembari mengikat tubuh Suma San Ho ke atas tiang kayu. Dengan mengambil kesempatan itulah si pembesar jendeIa tertawa cengar cengir tanyanya. " Hujin, kau bermaksud berbuat apa terhadap budak ini? " "Nanti sesudah berhasil tawan Wi Ci To sekalian kita baru menghukum mereka dengan perlahan-lahan, tapi kau jangan kuatir aku tahu kesukaan dari Lo Ciauw kau orang, sebelum aku menghukum mati dirinya aku akan kasih kesempatan buat kau orang untuk menikmati tubuhnya.." Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Si pembesar jendela menjadi amat girang."Baik ... baik .." Sahutnya berulang kali. "Terima kasih hujin.. terima kasih hujin," " Masih ada kau Lo si, nanti setelah dendam sakit hatiku terbalas aku orang akan perseni dirimu sebanyak-banyaknya. Hey.. di tengah tiupan angin taupan kita bisa mengetahui mana yang rumput mana yang bukan, ditengah kesusahan baru ketahuan siapa yang setia siapa yang tidak, tidak ku sangka sama sekali diantara ribuan orang banyaknya cuma kalian berdua saja yang mau setia kepadaku" "Hujin kau jangan bicara sembarangan lagi " Bantah si menteri pintu dengan cepat. "Hamba sama sekali tidak menaruh minat terhadap perempuan " Bun Jin Cu segera tetawa. "Kau tidak suka perempuan apakah tidak suka pada harta pula?" "Harta? siapa yang tidak suka padanya?" Ujar si menteri pintu sambil tertawa malu. "Tetapi saat ini seluruh harta kekayaan yang ada di dalam istana Thian Teh Kong sudah dirampok habis-habisan.." "Tidak, terus terang saja aku beritahukan kepada kalian, harta kekayaanku masih amat anyak sekali" "Sungguh?" Tanya si menteri pintu dengan amat girangnya. "Kau sudah tertarik?" Goda si rase bumi Bun Jin Cu kembali sambil melirik sekejap kearahnya. Dengan gugup si menteri pintu gelengkan kepalanya berulang kali. "'Tidak tidak ..hamba ikut bergembira buat diri hujin.. ternyata hujin sudah merasakan hal yang bakal terjadi di kemudian hari sehingga menyimpan sebagian besar dari harta kekayaannya ke dalam suatu tempat yang tersembunyi, dengan demikian ..dengan demikian bisa digunakan oleh Hujin untuk melanjutkan hidup di kemudian hari "" Heeey ... harta kekayaan yang tersimpan bernilai di atas jutaan tahil perak banyaknya, untuk beberapa keturunan pun tidak akan habis dipakai" "Kalau begitu bagus sekali, untuk beberapa keturunan pun tidak akan habis dipakai " "Biarlah menanti setelah aku berhasil membalaskan dendam buat suamiku aku akan mengambil keluar sebagian untuk menghadiahkan kepadamu, sedikit-dikitnya aku harus beri seratus ribu tahil perak buat kau orang." "Tidak ...tidak, hamba tidak berani menerimanya" Tolak si menteri pintu dengan cepat. "Kenapa ?" "Hamba tidak ikut mengkhianati diri hujin bukanlah dikarenakan mengharapkan persenan yang begitu banyak dari hujin" Jawab si menteri pintu dengan serius. "Hamba cuma mengharapkan bisa mengikuti hujin untuk selamanya untuk membalas terima kasihku atas perhatian yang di berikan hujin kepada kami." Agaknya Bun Jin Cu dibuat terharu juga oleh kata-katanya ini, matanya menjadi memerah hamper-hampir butiran air mata menetes keluar. "Aku tahu kalian berdua sangat setia kepadaku, tetapi sejak Thian Cu binasa aku sudah merasa berputus asa, nanti biarlah setelah urusan selesai semua aku mau cari sebuah tempat yang tidak pernah didatangi manusia untuk melanjutkan hidupku selanjutnya, karena itu kau tidak usah sungkan-sungkan lagi, perkataan yang sudah aku katakan selamanya tidak akan berubah kembali, sampai waktunya aku pasti akan menghadiahkan seratus ribu tahil perak kepadamu" "Budi kebaikan dari hujin hamba menerimanya saja di dalam hati" Ujar si menteri pintu serius pula " Tetapi hamba tidak akan menerima uang barang satu peser pun dari hujin"Agaknya si pembesar jendela merasa keheranan atas kebaikan hati dan kesetiaan dari menteri pintu ini, tak tahan lagi dia berseru . "Lo si selama hidupnya kau orang paling suka dengan uang perak yang putih berkilauan, kenapa kali ini kau menolak pemberian dari hujin?" "Tidak salah, lohu selama hidupnya memang paling suka dengan uang perak" Jawab si menteri pintu dengan wajah berubah keren. "Bahkan boleh di kata saking senangnya sampai tidak bosan- bosannya, tetapi uang yang lohu sukai adalah uang orang lain, bukan uang dari Hujin" Ketika si pembesar jendela melihat wajahnya yang serius tak terasa lagi sudah menjulurkan lidahnya. "Hee . heee, , , tidak kusangka kau Lo si ternyata seorang manusia yang berbudi " Bun Jin Cu yang melihat mereka sudah selesai mengikat tubuh Wi Lian In serta Suma San Ho ke atas tiang lalu ujarnya sambil tertawa. "Sudah, sudahlah, sekarang kalian boleh keluar berjaga-jaga di sana, jikalau menemukan Wi Ci To sudah datang cepatlah datang memberi kabar kepadaku" Si menteri pintu serta pembesar jendela segera menyahut dan mengundurkan diri dari dalam ruangan siksa itu. Bun Jin Cu lalu bangkit berdiri dan mengambil segentong air dan disiramkan ke atas wajah Ti Then, setelah meletakkan kembali gentong tersebut dia mengambil sebuah cambuk dan kembali ke kursinya semula. "Hmmm " Dengusnya dingin. "Kali ini aku mau lihat kau bangsat busuk merasa tidak " Tidak lama kemudian Ti Then sudah sadar kembali dari pingsannya.Dia segera memperdengarkan suara tertawanya yang mendirikan bulu roma, ujarnya. "Hey bangsat cilik, coba kau angkat kepalamu siapa yang sudah ada dikanan kirimu ??? ". Dengan perlahan Ti Then angkat kepalanya, ketika melihat Wi Lian ln yang ada di sebelah kiri serta Suma San Ho yang ada di sebelah kanannya dia menjadi sangat terperanyat. "Bukankah dia adalah " Mo Im Kiam khek " Suma San Ho, kenapa kau pun tawan dirinya ?" " Dia datang bersama-sama dengan kekasihmu, aku dengan tanpa membuang sedikit tenaga pun sudah berhasil menawan mereka berdua"' "Tentu kau menggunakan papan terbalik yang ada di dalam ruangan Khie Ie Tong ?" Seru Ti Then tertawa pahit. "Sedikit pun tidak salah" Jawab Bun Jin Cu mengangguk. Walau pun papan terbalik itu merupakan satu macam alat rahasia yang paling sederhana tetapi kegunaannya amat besar sekali, kemungkinan sekali dengan alat itu aku pun berhasil menawan Wi Ci To tanpa membuang banyak tenaga." Dengan perlahan Ti Then menghela napas panjang. "Aku betuI-betul merasa tidak paham, sebetulnya siapakah musub besar yang sudah membinasakan suamimu?" Bun Jin Cu segera tertawa dingin tak henti-hentinya. " Malam itu sewaktu ada di atas tebing Sian Ciang jika bukannya Wi Ci To datang tepat pada waktunya dan melancarkan pisau terbang sehingga memutuskan angkinku kau bangsat cilik tidak akan berhasil membinasakan suamiku, maka itu seluruh orang- orang dari Banteng Pek Kiam Po merupakan musuh besarku" " Hmm, tentu selama ini kau merasa cuma suamimu seorang saja yang tidak patut untuk menerima kematiannya ?""Benar" "Tapi aku rasa cuma orang yang bisa berjaga diri saja yang tidak seharusnya binasa" Bun Jin Cu mendadak meloncat bangun dan kirimkan satu pukulan cambuk ke atas badannya, dia tertawa dingin dengan seramnya. "Kau orang tidak usah banyak bicara dengan aku, aku tidak ingin berbicara soal apa pun dengan kau " Berbicara sampai di sini dia menarik rambut Wi Lian ln dan mendongakkan kepalanya ke atas lalu mendengus dengan amat dingin. "Kau budak jelek, tidak mau sadar-sadar juga?" "Cuh . ." Mendadak Wi Lian In meludahkan riak ke atas wajahnya yang dengan tepat menghajar hidung Bun Jin Cu. Si rase bumi menjadi amat gusar sekali, dia mundur dua langkah ke belakang lalu mengangkat cambuknya kirim satu cambukan ke atas tubuhnya. Wi Lian In segera merasakan badannya amat sakit sekali, dengan menahan sakit dia melototkan matanya memandang dia orang dengan amat gusar. Ti Then yang melihat kejadian itu segera merasakan hatinya seperti diiris iris dengan amat gusar dia meronta sekuat tenaga lalu bentaknya dengan keras. "Tahan, perempuan cabul kenapa kau pukul badannya?" OooooOooooo Mendengar perkataan itu Bun Jin Cu menghajar tubuh Wi Lian In makin keras lagi, sembari memukul ujarnya tertawa melengking. " Aku sengaja akan memukul dia, aku mau lihat kau merasa sedih tidak ?"Saat ini Suma San Ho pun sudah sadar kembali dari pingsannya, ketika dilihatnya Wi Lian In mendapatkan hajaran yang begitu kejam seketika itu juga dia menjadi amat gusar. "Perempuan sundal. Nenek jelek. kenapa kau tidak memukul aku saja?" Teriaknya dengan mata melotot. " Kau tunggu saja sebentar lagi akan tiba giliranmu " Sembari berkata cambuknya bagaikan titiran air hujan dengan kerasnya dihajarkan ke atas tubuh Wi Lian ln. Ti Then benar-benar dibuat gusar oleh tindakannya ini, sambil membentak keras sepasang tangannya mengerahkan seluruh tenaga untuk meronta. " Kraak , . " Tiang kayu yang mengikat tangannya seketika itu juga terputus menjadi dua bagian. Kiranya tali yang digunakan untuk mengikat sepasang tangan serta sepasang kakinya itu merupakan otot kerbau yang sangat kuat, semula dia pernah mencoba untuk memutuskannya tetapi tidak berhasil kini melihat Wi Lian In memperoleh hajaran yang demikian kejam membuat dia orang dalam keadaan amat gusar segera mengeluarkan suatu tenaga gaib yang amat hebat sekai membuat tiang kayu tersebut menjadi patah. Tetapi walau pun kayu itu patah orang masih tidak sanggup untuk meninggalkan tiang kayu itu karena sepasang kakinya masih terikat di atas tiang. Ketika Bun Jin Cu melihat dia sudah berhasil meronta sehingga tiang kayu menjadi putus dengan cepat tubuhnya meloncat ke belakang lalu melancarkan serangan menotok jalan darah kakinya. Ti Then tidak bisa menghindar lagi terasa seluruh tubuhnya menjadi linu seketika itu juga anggota badannya tidak bisa bergerak.Bun Jin Cu segera berputar ke depan badannya, sambil bertolak pinggang memperlihatkan sikapnya yang menantang, dia tertawa genit. "Sejak tadi aku sudah tahu lebih baik aku pukul dia daripada memukul dirimu sekarang tentu puas bukan?" "Kubunuh kau bangsat Perempuan." Teriak Ti Then dengan amat gusarnya. "Bilamana kau bangsat cilik berhasil meloloskan diri dari istana Thian Teh Kong ini aku akan menantikan kedatanganmu kembali, tetapi sekarang aku orang tetap mau memukul dia, kau baik-baiklah berdiri nonton di sana." Selesai berkata pinggulnya digoyang-goyangkan lalu berjalan ke hadapan Wi Lian In dan dengan perlahan mulai mengangkat cambuknya. Suma San Ho yang melihat kejadian ini benar benar tidak kuasa menahan hawa amarahnya,bentaknya keras "Perempuan sundal kenapa kau tidak berani pukul aku ? Mari kau ke sini kalau berani pukul aku saja ". Bun Jin Cu pura-pura tidak mendengar, cambuknya diangkat tinggi-tinggi lalu dengan sekuat tenaga dihajar ke atas tubuh Wi Lian In. Pada waktu dia menghajarkan cambuknya yang pertama itulah mendadak pintu ruangan siksa itu dibuka, tampak si pembesar jendela dengan wajah gugup berlari masuk. "Ada urusan apa?" Tanya Bun Jin Cu dengan cepat sewaktu dilihatnya wajah si pembesar jendela amat gugup. "Lapor kepada hujin, di dalam istana sudah kedatangan seorang manusia yang sangat misterius" Ujar sipembesar jendela dengan cepat. "Siapa ?" Tanya Bun Jin Cu kaget."Tidak tahu, dia memakai baju berwarna hitam, wajahnya berkerudung kepandaian silatnya tidak jelek, sewaktu dia sudah berada di belakang tubuh hamba, saat itulah hamba baru merasa ..." "Lalu bagaimana dengan Lo-si ? " Tanya Bun Jin Cu kaget. "Lo-si tidak mengapa, manusia misterius itu sama sekati tidak menyerang hamba sekalian, dia cuma bilang mau bertemu dengan Hujin untuk membicarakan sebuah juai beli." " Dia tidak mau menyebutkan namanya? Tanya si rase bumi ini semakin terperanyat. " Benar, tetapi dia berkali-kali mengutarakan bahwa dia bukan datang kemari mencari gara-gara melainkan hendak membicarakan sebuah barang dagangan." "Barang dagangan apa?" "Dia biiang setelah bertemu dengan hu jin baru mau membicarakannya sendiri" Bun Jin Cu segera tertawa dingin. "Hmm.. aku kira tentu dialah Wi Ci To itu, da ingin memancing aku keluar dari sini" "Tidak... bukan, bukan dia." Cepat si pembessr jendela gelengkan kepalanya. "Dari bentuk tubuhnya sangat mirip dengan diri. Wi Ci To" "Sebelum aku berhasil menawan diri Wi Ci To aku orang sudah mengambil keputusan untuk tidak meninggalkan ruangan di bawah tanah ini, coba kau keluar tanya padanya mau membicarakan soal juai belii barang apa, bilamana dia tidak mau bicara terus terang katakan saja aku tidak ingin membicarakan persoalan ini dengan dirinya itu" "Baik" Sahut si pembesar jendela dan berlalu dari sana.Sepasang mata dari Bun Jin berputar-putar mendadak dia melepaskan cambuk dan pergi menutup pintu setelah itu baru duduk kembali ke kursinya sambil melirik sekejap kearah Ti Then, Wi Lian ln serta Suma San Ho tiga orang. "Kalian jangan bergirang dulu " Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ujarnya sambil tertawa dingin. " Jika orang yang baru saja datang itu hendak menolong kalian maka jangan harap dia orang bisa melakukannya, saal ini kecuali kami orang-orang dari istana Thian Teh Kong tidak ada seorang pun yang bisa menerobos masuk ke dalam ruangan siksaan ini" Dia berhenti sebentar untuk tukar napas lalu tambahnya. "Sedang aku orang pun sudah mengambil keputusan untuk mempertahankan tempat ini, tidak perduli siapa yang sudah datang aku sudah memastikan diri untuk tidak keluar " Wi Lian ln serta Suma San Ho yang mendengar dari mulut si pembesar jendela itu mengatakan orang yang baru saja datang adalah "Seorang yang misterius" Segera mengetahui orang itu tentulah lelaki berkerudung tadi, karenanya terhadap " Pendatang"" Itu sama sekali tidak menaruh harapan, dalam hati Ti Then tergerak juga oleh perkataan ini, walau pun dia juga menduga "Pendatang" Itu kemungkinan sekali kaum komplotan dari orang-orang berkerudung yang munculkan diri di dusun Thay Peng Cung tetapi dia pun merasa kemungkinan sekali "Pendatang " Itu adalah orang dari benteng Pek Kiam Po, segera dia pun tertawa dingin. "Hmmm, sesudah istana Thian Teh Kong rata dengan tanah, tempat ini pun bisa digali dengan perlahan-lahan, akhirnya liang rasemu ini bakal terbongkar juga " Mendadak.. Suara ketukan pintu memecahkan kesunyian kembali. Dengan amat gesit Bun Jin Cu meloncat ke samping pintu lantas tanyanya dengan suara keras. "Siapa? Lo-Ciauw?""Benar, hamba adanya" Sahut orang itu. "Apakah orang tersebut sudah berhasil menerjang masuk ke dalam istana?" "Belum" Jawab pembesar jendela dengan sangat hormat. "Dia masih berdiri di luar ruangan Khie Ie Tong" Mendengar sampai di sana, Bun Jin Cu baru merasa lega, dia segera membuka pintu membiarkan si pembesar jendela berjalan masuk. "Dia berbicara apa lagi?" "Dia masih tidak mau menjelaskan persoalannya, tapi dia menjelaskan juga barang apa yang hendak diperjual belikan dengan diri hujin" Berbicara sampai di sini dia melirik sekejap kearah Ti Then serta Wi Lian ln lalu tertawa terbahak-bahak. " Urusan apa yang begitu menggelikan ?" Tanya si Bun Jin Cu keheranan. " Sungguh menggelikan, sungguh menggelikan sekali, haa .... haaa .... " Melihat dia orang tidak memberikan jawaban juga Bun Jin Cu segera mengerutkan keningnya. "Sebenarnya dia mau membicarakan perdagangan apa dengan aku?" "Dia bilang mau membeli kedua orang itu dari tangan hujin " Sahutnya sambil menuding ke arah Ti Then serta Wi Lian In. " Ooh ... dia mau membeli kedua orang ini ?" " Benar, dia bilang mau membayar seratus ribu tahil perak kepada hujin untuk membeli kedua orang tersebut" Wajah si rase bumi Bun Jin Cu segera berubah adem, dia tertawa dingin."Perkataanku sedikit pun tidak salah bukan ? jikalau dia orang bukan Wi Ci To sendiri tentulah salah satu pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po." "Tidak mungkin " Bantah si pembesar jendela gelengkan kepalanya. "Hamba berani memastikan kalau dia orang bukanlah pendekar pedang merah dari benteng Pek Kiam Po," "Sungguh?" Seru Bun Jin Cu kurang percaya. "Benar, jikalau orang-orang dari benteng Pek Kiam Po mendengar kalau ketiga orang ini sudah terjatuh ketangan hujin mereka pasti akan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk berusaha menolong mereka meloloskan diri, dengan sifat mereka tidak mungkin pihak sana mau mengeluarkan banyak uang untuk membeli mereka bertiga karena jikalau mereka sampai membeli mereka bertiga bukankah nama dari Benteng Pek Kiam Po akan hancur?" Bun Jin Cu segera merasakan perkataannya ini sediki t pun tidak salah, tanpa terasa lagi dia sudah mengangguk. "Hmmm ... pemikiranmu ini memang sangat beralasan sekali . ." "Apa lagi.." Sambung si pembesar jendela itu lagi. "Orang itu cuma bilang mau membeli Wi Lian In serta Ti Then dua orang dan sama sekali tidak mengungkat-ungkat Mo Im Kiam Khek, bilamana orang itu berbasal dari benteng Pek Kiam Po sudah tentu dia pun akan membeli sekalian diri Mo Im Kiam Khek." "Benar, sangat beralasan, lalu apakah dia orang juga mengatakan tujuannya untuk membeli Ti Then serta Wi Lian In?" "Benar, dia bilang dia orang ada dendam sakit hati dengan Wi Ci To, dia hendak menggunakan kedua orang ini untuk menguasahi diri Wi Ci To."" Kalau memang demikian tujuannya sama seperti apa yang aku orang cita-citakan." " Bagaimana dengan keputusan hujin?" "Hmmm" Dengus si rase bumi dengan amat dingin. " Kau pergi beritahu kepadanya, jangan dikata seratus ribu tahil perak sekali pun satu juta tahil perak aku juga tidak akan menjual mereka kepadanya." "Baik," Sahut si pembesar jendela lalu berlalu dari sana dengan terburu-buru. Bun Jin Cu segera menutup pintu kembali, kepada Ti Then bertiga dia menyengir. "Kalian sudah dengar belum? musuh besar dari We Ci To sungguh banyak sekali." Ti Then bungkam tidak berbicara. "Di antara kalian bertiga adakah yang tahu siapakah orang itu ?" Tanyanya lagi sambil tertawa. "Bilamana kau orang kepingin kenapa tidak keluar sendiri untuk melihat-lihat?" Seru Ti Then dengan amat dingin. "Aku orang sama sekali tidak tertarik dengan dirinya " " Sebaliknya orang itu sangat tertarik kepadamu" Sambung Suma San Ho dengan cepat. "Dia bilang dialah suamimu yang baru." " Suma San Ho apakah badanmu benar-benar merasa gatal?" Teriak si rase bumi tertawa keras. "Hal ini sungguh-sungguh terjadi, tadi sewaktu masih ada di bawah gunung dia sudah membokong nona Wi dan mengaku sebagai majikan baru dari istana Thian Teh Kong, dia bilang dialah suamimu yang baru." " Aaaah sungguh ??? "."Jika kau tidak percaya kenapa tidak keluar untuk bertanya sendiri ? " "Lalu tahukah kau siapakah dia orang?" Tanya Bun Jin Cu lagi sambil tertawa. "Baiklah" "Berapa besar usianya? bagaimana wajahnya?" "Wajahnya berkerudurg sehingga tidak bisa dilihat, tetapi jika didengar dari suaranya dia tidaklah terlalu tua, bahkan kepandaian silatnya tidak rendah aku rasa dia dia orang sangat cocok untuk dijadikan suamimu yang baru" Wajah Bun Jin Cu segera berubah memerah, dengan nada malu- malu ujarnya. "Bangsat, kau pun merasa kuatir juga terhadap perkawinan aku orang? " Baru saja Suma San Ho mau memberi jawaban mendadak dari pintu luar terdengar kembali suara ketukan pintu. "Lo ciauw?" Tanya Bun Jin Cu dengan cepat. "Bukan, hamba adanya " Suara dari menteri pintu, Bun Jin Cu segera membuka pintu membiarkan si menteri pintu berjalan masuk. "Bagaimana dengan Lo ciauw?'- tanyanya cepat. " Dia tidak mengapa " " Lalu bagaimana dengan orang itu?- "Dia masih ada di sana, dia minta hamba masuk ke dalam untuk memberi nasehat kepada hujin, dia bilang jikalau hujin tidak ingin menjual tawanan itu dia sangat mengharapkan hujin mau mengubah cara dengan bekerja sama dengan dia orang untuk bersama sama menghadapi Wi Ci To. hamba rasa ... "Berbicara sampai di sini dia segera menutup mulutnya rapat- rapat. "Kau rasa bagaimana ?" "Hamba rasa orang itu sangat bernapsu sekali untuk ikut bersama kita bahkan kepandaian ilmu silatnya amat tinggi, tadi di depan hamba dia sudah mempamerkan satu tenaga pukulannya dimana hanya dalam satu kali sambaran saja patung singa di depan ruangan Khie le Tong sudah berhasiI dihancurkan" Air muka Bun Jin Cu segera berubah sangat hebat, serunya "Patung arca singa yang ada di depan ruangan Khie le Tong dibuat dari bahan yang sangat keras, jikalau dia orang bisa menghancurkan benda tersebut berarti puIa tenaga dalamnya mencapai pada tarap kesempurnaan." "Benar, maka itu hamba rasa jikalau hujin mau bekerja sama dengan dia orang kemungkinan sekali bisa mendirikan kembali kewibawaan dari istana Thian Teh Kong kita untuk melanjutkan menjagoi Bu-lim" Sepasang mata dari Bun Jin Cu segera berkedip-kedip tanyanya. " Dia tetap tidak mau bicara terus terang soal asal usulnya?" " Benar, dia bilang jikalau hujin mau bekerja sama dengan dia maka setelah menjadi orang sendiri sudah tentu dia orang tidak akan menyembunyikan asal usulnya" "Jika kau dengar dari suaranya kau kira berapa besar usianya ?" "Mungkin enam puluh tahun ke atas" Bun Jin Cu menjadi amat gusar, teriaknya kalap. "Ooooh , , , , kiranya seorang kakek tua celaka." Si menteri pintu yang melihat secara mendadak dia menjadi gusar dalam hati menjadi keheranan."Dia ... dia .. walau pun usianya sudah lanjut tetapi bukan seorang kakek tua celaka, tubuhnya tinggi kekar perkataannya pun amat nyaring dan berwibawa membuat orang yang mendengar merasa amat kagum. "Tidak mau, tidak mau" Teriak si rase bumi Bun Jin Cu dengan amat gusarnya. "Aku tidak mau bekerja sama dengan dia orang, kau suruh dia orang cepat menggelinding dari sini " "Hujin kau jangan marah dulu" Ujar si menteri pintu mendadak dengan memperendah suaranya. "Dia orang benar-benar punya maksud untuk bekerja sama dengan kita, bahkan dia memberikan sebuah nota uang sebesar seratus ribu tahil perak, katanya jika hujin setuju.." "Tidak usah banyak omong lagi" Potong si rase bumi Bun Jin Cu sambil mengulapkan tangannya. "kau sendiri pun tidak usah banyak komentar suruh dia cepat-cepat menggelinding dari sini." Si menteri pintu segera tertawa, dari wajahnya terlintas sifat liciknya. "Hujin tunggu dulu, dia masih mengatakan sesuatu, tapi hujin jangan marah setelah mendengar perkataan ini " "Bukankah dia orang bilang mau memperistri diriku?" Sambung Bun Jin Cu cepat. "Bukan." Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Bun Jin Cujadi tertegun. "Kalau tidak, dia mengatakan apa?" Si menteri pintu melirik sekejap ke arah Ti Then bertiga lalu merendahkan suaranya. "Perkataan ini lebih baik jangan sampai mereka bertiga ikut mendengar . ." Si rase bumi Bun Jin Cu segera menarik dia orang untuk maju beberapa langkah ke depan lalu baru ujarnya"Sekarang kau berbicaralah" Menteri pintu segera menempelkan bibirnya ke samping telinga dan berkata dengan suara yang amat lirih. "Dia bilang jikalau hujin tidak menginginkan uang yang seratus ribu tahil perak itu maka dia bersedia untuk menghadiahkan uang seratus ribu tahil perak itu kepada ... Lohu" Kata terakhir " Lohu" Segaja diperkeras, dan pada saat yang bersamaan pula jari tangannya melancarkan serangan menotok jalan darah kaku pada tubuh Bun Jin Cu. Air muka Bun Jin Cu segera berubah sangat hebat, sepasang matanya terbelalak, dengan perasaan amat gusar bentaknya. "Lo si" Kau berbuat apa?" Perkataan terakhir baru selesai diucapkan tubuhnya sudah rubuh ke atas tanah. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini membuat Bun Jin Cu sangat terperajat, demikian juga dengan Ti Then bertiga yang terikat di atas tiang kayu, mereka sama sekali tidak menyangka si menteri pintu bisa ikut berkhianat juga. Si menteri pintu segera tertawa seram. Sikapnya sudah berubah sangat ganas dan kejam sekali, sambi memandang kearah Bun Jin Cu yang tertotok di atas tanah ujarnya dengan perlahan. "Mau apa? Hee . , . hee .., hee ... jika kau orang belum jelas biarlah lohu mengulangi lagi, dia bilang jikalau hujin tidak mau menerima uang sebesar seratus ribu tahil perak itu maka dia rela menghadiahkan uang tersebut kepada diri Lohu. " Air muka Bun Jin Cu sudah berubah menjadi pucat kehijau- hijauan, dia tahu perbuatan apa yang hendak dilakukan si menteri pintu terhadap dirinya, di samping merasa terkejut bercampur ketakutan dia pun merasa sangat gusar, bentaknya." Budak bangsat nyalimu sungguh besar kau sudah bosan hidup lebih lama lagi?" "Heee ...hee ...Hujin yang baik, kau orang jangan marah- marah dulu" Seru si menteri pintu sambil tertawa seram. "Di dalam keadaan seperti ini kau jangan menyalahkan tindakan dari Lohu ini" "Kau pingin berbuat apa?" Teriak si rase bumi dengan penuh perasaan gusar bercampur kaget. "Jual mereka berdua untuk mendapatkan uang tambahan yang tidak terduga," Jawab si menteri pintu sambi! menuding ke arah Ti Then serta Wi Lian In. "Bagus, bagus sekali, tidak kusangka kau pun mengkhianati diriku" Seru Bun Jin Cu sambil meneteskan air mnta saking mangkelnya. " Tetapi sewaktu aku hendak memberi uang sebesar seratus ribu tahil perak kepadamu tadi kenapa kau tidak mau terima ? mengapa sekarang hanya Jikarenakan uang sebesar seratus ribu tahil perak pula kau mengkhianati diriku?" "Haaaa , haaa , , , kau terlalu memandang rendah keinginanku, jikalau Lohu cuma menginginkan seratus ribu tahil perakmu buat apa aku orang menanti sampai hari ini batu berkhianat? terus terang saja aku beritahu kepadamu, sejak semula Lohu sudah tahu kalau sebagian besar harta kekayaanmu sudah kau sembunyikan di suatu tempat karena tidak tahu tempat penyimpannya maka aku tidak ikut kawan-untuk mengkhianati kau " "Kau jangan mimpi" Teriak Bun Jin Cu gusar. "Kau jangan harap bisa memperoleh harta kekayaan tersebut." Pada wajah menteri pintu segera terlintaslah senyuman yang amat licik dan kejam. "Tidak, Lohu tahu kau masih tidak ingin mati kau tentu bisa berikan barang barang itu kepadaku, bukan begitu ? " "Sekali pun aku harus mati aku bersumpah tidak akan menyerahkan barang-barang itu kepadamu." Teriak Bun Jin Cusambil menggigit bibir menahan kemangkelan hatinya yang sudah memuncak. "Bagus sekali, kalau kau orang memangnya tidak takut mati lohu pun tidak ingin membinasakan dirimu, tetapi Lohu bisa memotong sepasang kakimu lalu menghancurkan kecantikan wajahmu sehingga kau berubah menjadi seorang nenek tua yang sangat jelek dan cacad" Mendengar ancaman itu air muka Bun Jin Cu segera berubah menjadi pucas pasi, dengan amat gusar dia melototkan matanya kearahnya, akhirnya sambil menghela napas panjang dia berkata dengan nada yang amat sedih "Lo-si, kau berlaku demikian kepada ku apakah tidak merasa kalau tindakanmu itu terlalu kejam?'" "Begitulah." Ujar simenteri pintu sambil tertawa serak. "Hujin, kau tahu aku pun tahu kita semua suka membicarakan persoalan dengan baik-baik" "Kau terlalu bodoh, orang yang ada di depan itu sekarang menyanggupi dirimu untuk menyerahkan uang sebesar seratus ribu tahil perak tetapi setelah kau menyerahkan kedua orang itu kepadanya maka dia akan turun tangan membunuh dirimu" Ujar si rase bumi memberi peringatan. Soal ini Lohu sejak tadi sudah memikirkannya" Sela si menteri pintu sambil angkat bahunya. "Sebelum aku orang mendapatkan uangnya Lohu tidak akan turun tangan menyerahkan mereka berdua kepada dirinya, tentang hal ini kau boleh berlega hati " "Tapi kemungkinan juga uang tersebut adalah palsu .." "Tidak akan palsu, Lohu sudah memeriksa nota uang tersebut dengan teliti, aku kenal dengan tandannya yang ada di atas, Lohu pun mem punyai simpanan uang di dalam gudang uang itu" "Lo Ciauw apakah ikut juga mengkhianati diriku?" Akhirnya tanya Bun Jin Cu dengan sedih"Tidak, dia orang kecuali paling doyan perempuan terhadap hujin sangat setia" Bun Jin Cu menjadi sangat girang teriaknya. " Bagus sekali, akhirnya masih ada juga orang yang tidak mengkhianati diriku" "Tetapi sungguh amat sayang" Seru menteri pintu menyengir. "Tidak beruntung dia dia sudah mati " -ooo0dw0ooo- Jilid 22 : Barang apa yang diminta lelaki berkerudung? "Kau sudah membunuh dirinya? "tanyanya Bun Jin Cu tertegun. "Tidak salah" Sahut si menteri pintu mengangguk. "Lohu tahu kau orang tidak akan mau menjual tawanan itu juga tidak akan mau bekerja sama dengan dia orang semakin tahu pula dia si Lo Ciauw tidak bisa menghianati dirimu, karenanya Lohu turun tangan terlebih dulu membunuh mati dia orang." "Sungguh tidak kusangka, sungguh tidak kusangka kau Lo si mem punyai hati yang demikian kejamnya .." Teriak Bun Jin Cu dengan wajah yang amat sedih bercampur gusar. "Bukankah kau orang sering berkata dengan suamimu, Tahu mukanya tahu wajahnya belum tentu tahu isi hatinya beberapa perkataan ini? " Bun Jin Cu benar-benar dibuat gemas sumpahnya. "Kau tidak akan memperoleh cara kematian yang wajar, kau tidak akan mati dengan sempurna" Mendengar perkataan itu air muka si menteri pintu segera berubah hebat, dari atas dinding dia mencabut keluar sebilah golok baja lalu menjerat badannya berdiri ujarnya sambil melototi dirinya dengan amat buasnya:"Lohu sudah tidak sabaran untuk banyak bertanya, sekarang kau harus menyawab pertanyaan lobu, dimanakah harta kekayaanmu itu kau sembunyikan?" "Jika aku tidak mau menyawab apa kah kau akan merusak kecantikan wajahku serta memotong kedua belah kakiku?" Tanyanya lagi dengan wajah berubah pucat pasi. "Sedikit pun tidak salah" Jawab menteri pintu ketus. "Tetapi bilamana aku memberitahukan tempat penyimpanan harta kekayaan tersebut kau tidak akan membunuh diriku?" "Benar" Sahutnya mengangguk. "Aku tidak percaya " "Apa yang sudah lohu katakan selama ini tidak akan berubah kembali, aku tidak akan berbohong" "Kau tidak takut kalau aku mencari balas kepadamu pada kemudian hari?" Si menteri pintu segera tertawa terbahak-bahak. "Selamanya kau tidak akan bisa mencari lohu untuk membalas dendam karena lohu cuma menyanggupi untuk tidak membunuh kau, lohu sama sekali belum pernah menyanggupi untuk tidak memusnahkan seluruh kepandaian silatmu" "Apa?" Teriak Bun Jin Cu dengan sangat terperanyat. "Aku mau memberitahukan tempat penyimpanan harta kekayaanku kau orang masih hendak memusnahkan seluruh ilmu silatku?" "Yaaa, cuma ada satu jalan ini yang bisa membuat Lohu berlega hati" Dari sepasang mata si rase bumi Bun Jin Cu segera memancar keluar sinar kemarahan yang berapi-api, agaknya saking gemasnya dia kepingin sekali menelan dia orang bulat-bulat. Sambil menggigit bibir teriaknya sepatab demi sepatah "Si Im piauw kau binatang buas yang berhati srigala . .. "Mendadak si menteri pintu menekankan golok bajanya ke atas batang hidungnya. "Lohu tidak akan bertanya untuk ketiga kalinya, kau mau memberi tahu tempat penyimpanan harta kekayaanmu tidak?" Bentaknya keras. Seketika itu juga si rase bumi Bun Jin Cu berhenti memaki, setelah menarik napas panjang sahutnya dengan nada terputus- putus. "Har ... harta .., harta kekayaan ., itu , , di , ..disimpan , - - disimpan di dalam . di dalam sebuah ruang rahasia di dalam ruangan siksa ini " "Pada dinding sebelah mana? "tanya si menteri pintu sambi! menyapu sekejap di sekeliling ruangan tersebut. "Dinding yang di belakang itu." Si menteri pintu segera mengalihkan pandangan matanya kearah dinding tembok yang ada di belakang ruang siksa tersebut, agaknya dia merasa berada diluar dugaan. "Haaa . ... ha. ha .... tidak kusangka harta kekayaanmu itu kau sembunyikan di dalam dinding ruangan siksa ini ...". seru nya sambil tertawa terbahak-bahak. "Bagaimana cara membuka dinding tersebut?" "Dinding tersebut tidak akan bisa digerakkan." "Lalu bagaimana caranya untuk masuk ke dalam ?"tanya si menteri pintu ragu-ragu. "Pada dinding tersebut seluruhnya mem punyai seratus buah batu besar, kau singkirkan dulu batu yang ketiga puluh enam, empat puluh enam dan lima puluh enam setelah itu kau akan menemukan sebuah jalan di bawah tanah yang sempit." "Di dalam ruangan itu adakah alat rahasianya ??" "Tidak ada.""Sungguh tidak ada ?" Seru si menteri pintu tertawa dingin. "Jikalau kau orang merasa takut kenapa tidak bawa aku sekalian kssana?" "Lohu memang mem punyai maksud demikian." Tangannya dengan cepat mencengkeram tangan kanan dari Bun Jin Cu lalu menyeretnya ke bawah dinding bata tersebut, lantas dengan menggunakan tangan kanannya dia memeluk pinggangnya sehingga membuat badannya bersandar pada tubuhnya sendiri, tangannya yang lain mulai menggerakkan golok baja untuk mengorek keluar ketiga buah batu bata yang dimaksud tadi. "Ketiga buah batu bata ini?" Tanyanya. "Benar, empat buah batu bata ini ada yang di bawah batu nomor tiga puluh enam, empat batu bata yang ada di bawah nomor empat puluh enam serta empat batu bata yang ada di bawah batu nomor lima puluh enam harus dibongkar juga" "Heee he hee maaf hujin, sewaktu ini lohu bekerja aku harus tetap memeluk dirimu seperti ini, karena jika ada suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak kau pun tidak dapat ikut melarikan diri ... sekarang sekali lagi aku mau bertanya harta kekayaanmu itu apa betul kau simpan ditempai ini?" "Benar" Teriak si rase bumi Bun Jin Cu dengan amat sengit. Si menteri pintu segera tersenyum, golok bajanya diangkat dan mulai bongkar batu-batu bata yang dimaksudkan, berturut turut dia menusuk beberapa kali pada batu nomor tiga puluh enam sehingga menjadi kendur baru menggunakan ujung golok mencukilnya keluar. Sewaktu dia membongkar sedalam setengah depa mendadak dia berhenti bekerja dan menggeserkan kakinya setengah langkah ke samping sehingga badan dari Bun Jin Cu kini berhadap-hadapan langsung dengan dinding batu tersebut, ujarnya sambil tertawa seram."Sewaktu aku melepaskan batu bata ini, jikalau dari dalam dinding meluncur keluar senyata-senyata rahasia itu akan tepat menghajar wajahmu terlebih dulu" "Heee ... hee ..kau terlalu teliti, aku lihat aku tidak akan berhasil membokong dirimu" Ujar Bun Jin Cu sambil tertawa pahit. Si menteri pintu segeta tertawa, dia meletakkan golok bajanya ke atas tanah lalu menggunakan tangannya membongkar batu bata tersebut. Batu yang seberat tiga puluh kati segera terjatuh ke atas tanah sehingga mengeluarkan suara yang amat keras sekali. Sedang dari atas dinding itu sama sekali tidak ada gerakan apa pun juga, tak ada senyata rahasia yang meluncur keluar. Di balik batu itu suasana amat gelap sekali tidak tampak barang apa-apa di sana kecuaii secara samar-samar bisa diduga kalau tempat itu merupakan sebuah jalan rahasia. Si menteri pintu yang melihat dari balik dinding itu tidak ada senyata rahasia yang meluncur keluar dia baru menengok ke dalam untuk memeriksa. "Berapa panjang jalan rahasia ini?" Tanyanya tiba-tiba sambil tertawa. "Ada tujuh delapan kaki panjangnya " "Kalian menyimpan harta kekayaan itu pada ujung jalan rahasia ini ?" Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tidak, pada ujung jalan rahasia itu terdapat sebuah pintu besi, di balik pintu besi terdapat sebuah ruangan kecil, seluruh harta kekayaanku ada di dalam ruangan kecil itu." Si menteri pintu menjadi amat girang sekali, tanpa banyak bertanya lagi dia segera membongkar keluar batu yang keempat puluh enam serta ke lima puluh enam, setelah itu dengan mengikuti ketiga buah batu tadi dia melanjutkan membongkar.Kurang lebih seperminum teh lamanya seluruh pintu jalan rahasia sudah muncul di hadapannya. Ti Then, Wi Lian In serta Suma San Ho yang terikat di atas tiang kayu dan menghadap ke depan pintu ruangan siksa pula karenanya tidak bisa melihat bagaimana keadaan di sana, tetapi rasa terperanyat serta ngeri yang semula meliputi hati mereka bertiga semakin lama semakin Ienyap karena mereka tahu jika mereka terjatuh ketangan orang berkerudung itu maka kesempatan untuk melanjutkan hidup masih ada. Hal ini jelas sekali, tujuan dari si rase bumi Bun Jin Cu adalah menawan mereka untuk dibunuh sebagai balas dendam atas kematian suaminya, sebaliknya tujuan dari lelaki berkerudung itu hanya bertujuan untuk memaksa Wi Ci To menyerahkan barang tersebut kepadanya, jikalau Wi Ci To sudah menyerahkan "Barang" Tersebut kepadanya sudah tentu mereka segera akan dilepaskan. Saat itu terdengar si menteri pintu sedang bertanya. "Jalan rahasia ini dibangun sudah lama?" "Sewaktu mendirikan istana Thian Teh Kong jalan rahasia itu sudah ada" "Bagaimana lohu tidak tahu?" "Selain kami suami istri berdua tidak ada orang ketiga yang tahu" "Atau dengan perkataan lain, jalan rahasia ini kalian suami istri yang menggalinya sendiri?" "Bukan begitu, orang-orang yang menggali jalan rahasia ini sudah kami bunuh semua setelah mereka menyelesaikan pekerjaannya" "Ooooh kiranya begitu" Ujar si menteri pintu sambil tertawa."Harta kekayaan yang disimpan di dalam ruangan tersebut apa benar-benar bernilai di atas puluhan juta tahil perak?" "Benar, semua barang merupakan barang-barang berharga yang tidak ternilai harganya, diantara itu cuma ada sebuah peti emasyang merupakan barang paling tidak berharga, maukah kau memberikan batangan emas itu kepadaku?" "Ada berapa banyak?" "Cuma tiga puluh kati" "Heee ..heee , , . tiga puluh kati emas murni merupakan sebuah harta kekayaan juga kenapa Lohu harus memberikannya kepadamu?" Bun Jin Cu hanya bisa menghela napas paajaag. "Jika kau tidak memberikan sedikit kepadaku bukankah aku akan menjadi ludas dan amat miskin?" "Baiklah, mengingat hubungan persahabatan kita pada waktu- waktu yang lalu lohu akan berikan satu kati emas buatmu untuk melanjutkan hidupmu dikemudian hari" "Cuma satu kati? satu kati emas bisa digunakan untuk apa ?" "Kau jangan terlalu serakah, satu kati emas murni bukanlah satu jumlah yang kecil, asalkan sedikit mengirit maka barang itu bisa memberi makan kepadamu selama satu, dua tahun lamanya." "Bagaimana untuk selanjutnya??? " Si menteri pintu termenung sebentar, lalu tertawa. "Sudah tentu setelah lohu memusnahkan seluruh ilmu silatmu kau tidak bisa merampok lagi kemana-mana, maka itu lohu nasehatkan kepadamu di dalam satu, dua tahun ini kau cepat- cepatIah mencari seorang suami yang baru untuk nunut hidup, dengan wajahmu yang cantik lohu kira untuk mencari pengganti suami tidaklah terlalu sukar. " "Hmmmm, terima kasih atas pemikiranmu buatku itu" Dengus Bun Jin Cu dengan amat dinginnya. "Sudah cukup, ayo kita masuk.""Kau tidak takut di dalam jalan rahasia itu sudah diatur alat-alat rahasia yang bisa membinasakan jiwamu?" Si menteri pintu segera tertawa terbahak bahak. "Tidak takut, karena lohu akan memeluk badanmu terus, tidak perduli sudah terjadi urusan apa pun kau harus menemani lohu" "Heee ..... perkataanmu sedikil pun tidak salah" Ujar si rase bumi sambll menghela napas panjang. " Aku orang memang masih tidak ingin mati .... sekarang kau dengarlah petunjukku, berjalanlah masuk dengan melalui pinggiran dinding," Dengan menggunakan tangan kirinya si menteri pintu memeluk pinggangnya erat-erat membuat badannya dengan kencang menempel pada badannya sendiri, segera dia mengikuti petunjuk itu untuk berjalan masuk dengan melalui pinggiran dinding sebelah kanan. Di atas jalan rahasia itu secara samar-samar bisa terlihat tersusun rapi sebuah demi sebuah batuan hijau yang mengkilap jelas sekali di dalam jalan rahasia itu sudah dipasang alat rahasia yang amat lihay sekali. Kurang lebih berjalan lima kaki kemudian sewaktu kaki kanan si menteri pintu hendak menginyak batu hijau yang kelima mendadak Bun Jin Cu berteriak. "Berhenti." Dalam hati si menteri pintu merasa amat tegang, mendengar perkataan tersebut tubuhnya tak kuasa lagi sudah tergetar dengan amat keras. Dengan cepat dia berhenti di atas batu hijau yang kelima itu sambil tanyanya . "Ada apa ?" "Sekarang berganti berjalan melalui dinding sebelah kiri""Jika berjalan salah akan terjadi peristiwa apa?" Tanya si menteri pintu kemudian sambil memperhatikan batuan hijau yang tersusun di atas permukaan tanah itu. "Ada seratus dua puluh batang anak panah akan meluncur dari empat penjuru jalan rahasia ini " Dengan perlahan si menteri pintu dongakkan kepalanya ke atas dinding jalan rahasia itu, tampak suasana amat galap sekali sehingga tidak terlihat ujung dindingn, dalam hati dia segera tahu di atas sana tentu sudah dipasang alat rahasia. Tak terasa lagi sambil menghembuskan napas dingin ujarnya . "Jalan rahasia ini demikian sempitnya jikalau bersamaan waktu meluncur keluar seratus dua puluh batang anak panah sekali pun dia memiliki kepandaian silat yang amat tinggi pun sukar untuk meloloskan diri .. " "Karena ini kita tidak boleh salah jalan barang satu tindak pun" Seru Bun Jin Cu sambil tertawa dingin. Si menteri pintu segera memindahkan badannya ke sebelah kanan lalu dengan sangat berhati-hati sekali berjalan ke samping satu langkah besar, dan tanyanya kembali . "Sekarang maju ke depan berapa langkah ?" "Kau jalanlah terus, sampai pada tempat yang tidak bisa dilalui tentu aku bisa memberitahukan kepadamu" Akhirnya dengan sangat berhati-hati sekali si menteri pintu berjalan maju melalui tiga buah batu hijau dan berhenti kembali. "Sekarang bagaimana ?" "Aku belum suruh kau berhenti buat apa kau merasa begitu tegang?" "Jawabanmu jangan sembarangan" Teriak si menteri pintu dengan amat gusar. "Maju lagi tiga langkah ke depan "Si menteri pintu segera maju lagi ke depan. Siapa tahu baru saja dia berjalan dua langkah ke depan mendadak terdengar si rase bumi Bun Jin Cu sudah berteriak kaget. " Aduh ....." Suara teriakan kagetnya ini hampir-hampir membuat nyali si menteri pintu copot dari dalam raganya, tububnya tergetar dengan amat keras sekali lalu dengan ketakuan dia meloncat ke atas udara dan melayang keluar dari jalan rahasia itu dengan amat cepatnya. oooX ooo 37 Tetapi sewaktu dia sudah tiba di luar jalan rahasia itu, dari dalam ruangan sama sekali tidak terjadi sesuatu kejadian apa pun. Hal ini benar-benar membuat dia menjadi melengak, dengan amat kheki tanyanya. "Hey sudah terjadi urusan apa?" "Tidak mengapa" Sahut Bun Jin Cu sambi! tertawa genit "Aku ada sedikit urusan pribadiku yang harus diselesaikan" "Telur makmu," Teriak si menteri pintu dengan amat gusar. "Kau sengaja mencari gara-gara dengan lokhu." "Ouw .... aku kan sungguh-sungguh, karena hatiku merasa amat cemas kepingin sekali aku orang menyelesaikan sedikit urusan pribadiku terlebih dulu, biarlah kita baru masuk kembali setelah aku menyelesaikan urusanku itu" "Tidak bisa jadi," Teriak menteri pintu keras-keras. "Mau pergi kencing yaah nanti, kau tunggu saja setelah kita berada didalm ruangan jalan rahasia itu," "Tapi aku sudah betul-betul tidak bisa tahan lagi." "Jangan banyak bicara, jika kau berani cari gara-gara lagi jangan salahkan lohu akan kasih sedikit hajaran kepada mu"Sehabis berkata dengan amat gusarnya dia berjalan kembali ke dalam ruangan rahasia tersebut. Dengan melalui jalan yang semula dia berjalan lima langkah dari dinding sebelah kanan lalu berjalan lima langkah lagi dari dinding yang sebelah kiri dan berdiri pada tempat yang semula. "Sekarang harus berjalan berapa langkah lagi ?" Tanyanya dengan amat gusar. "Maju satu langkah ke depan." Dengan mengikuti petunjuk itu si menteri pintu berjalan maju satu langkah ke depan. laiu tanyanya kembali. Darah Daging Karya Kho Ping Hoo Pendekar Bego Karya Can Pedang Pusaka Thian Hong Karya Kho Ping Hoo